Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
RENCANA STRATEGIS BISNIS
TAHUN 2020 - 2024
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
RENCANA STRATEGIS BISNIS OLEH DEWAN PENGAWAS
Ketua
Dra. Engko Sosialine Magdalena, Apt., M.Biomed
Anggota
Prof.dr.Ravik Karsidi, M.S
Prof. dr. Budi Sampurna, SH., D.F.M., Sp.F(K), Sp.K.P
Riza Helmi, S.H.
Heru Pudyo Nugroho, S.E., M.B.A
iv
v
RINGKASAN EKSEKUTIF
Isu strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2020-2024 Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, KB dan
kesehatan reproduksi, Percepatan perbaikan gizi masyarakat, Peningkatan
pengendalian penyakit, Pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat
(GERMAS), Pengutan Sistem Kesehatan, pengawasan obat dan makanan
Berdasarkan sasaran tersebut, penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. RS Ortopedi Prof. Dr.
R. Soeharso Surakarta (RSO) jelas memiliki peran penting disini, sebagai pusat
rujukan layanan ortopedi melengkapi rantai pelayanan dalam sistem kesehatan
di Indonesia.
Mereview perjalanan program pelayanan, beberapa hal yang positip dapat
diurai sebagai berikut : pertumbuhan cakupan aspek pelayanan menunjukkan
trend yang meningkat : pelayanan rawat jalan, BOR, BTO, Laboratorium dan
Farmasi. Efektifitas pelayanan menunjukkan trend peningkatan yang stabil
membaik. Pada Aspek keuangan, efisiensi penggunaan dana sempat membaik
di tahun 2016 dan tahun 2017, namun menurun di tahun 2018 dan kembali
meningkat di tahun 2019. Pencapaian di atas tetap melampaui target POBO
yang telah ditetapkan sehingga kinerja keuangan pada aspek ini dinyatakan
baik.. Kinerja aspek SDM Persentase dokter spesialis ortopedi traumatologi dan
dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik yang mendapatkan
sertifkat konsultan pada tahun 2019 tercapai sebesar 75 % Terkait dengan
indikator persentase karyawan yang mendapat pelatihan lebih dari 20 jam
setahun, kendala yang dihadapi berupa bertambahnya jumlah karyawan
(denominator meningkat) sehingga angka pencapaian menjadi lebih kecil. Sistem
penilaian pegawai sudah terkoneksi dengan sistem penilaian kinerja dan
remunerasi. Setiap unit kerja harus memiliki kontrak kinerja dan setiap individu harus mengisi log-book melalui sistem aplikasi yang telah disediakan oleh RS.
Kendala yang dihadapi adalah masih adanya ketidaksepakatan mengenai
penyetaraan poin kinerja dan kedepannya ini akan terus diperbaiki. Kinerja Aspek Sarana dan Prasarana RSO dilihat Hasil evaluasi overall equipment
vi
effectiveness(OEE) tahun 2015 – 2019 menunjukkan adanya fluktuasi,
sedangkan capaian OEE lebih tinggi daripada pencapaian tahun sebelumnya.
Posisi RSO berdasarkan SWOT berada di kuadran IV yang pilihan strateginya adalah Diversifikasi Layanan. Artinya, RSO sebenarnya memiliki
keunggulan bersaing tetapi segmen yang saat ini dilayani oleh RSO – yaitu
pasien BPJS – tidak lagi menjanjikan. Oleh karenanya, RSO perlu melakukan
terobosan atau inovasi dengan keunggulan yang dimiliki untuk memasuki
segmen pasar baru dengan produk layanan baru maupun lama.
Guna mewujudkan visi rumah sakit disusunlah 4 perspektif Balanced
Scorecard dengan 12 Indikator Kinerja Utama (IKU). Dari sasaran – sasaran
strategis yang telah dirumuskan perlu diestimasi dukungan pendapatan maupun
pembiayaan yang seimbang dan sinergis sehingga roda organisasi dapat melaju
dengan lancar.
Beberapa program strategis lima tahun kedepan merencanakan akan mengembangkan reputasi regional, pelayanan sistem robotic dan riset menuju
world class hospital. Pengembangan strategis di atas diperlukan dukungan
pendanaan baik dari PNBP/BLU. Sebesar Rp. 190.0000.000.000 di tahun 2020
dan mencapai Rp. 245.504.350.693 di tahun 2021. Kegiatan – kegiatan
operasional yang harus dilaksanakan, diproyeksikan sebesar Rp.
232.928.619.419 di tahun 2020 dan mencapai 277.910.853.127 pada tahun
2024. Anggaran pengembangan ditujukan untuk membiayai program-program
yang sudah direncanakan untuk lima tahun kedepan, Kebutuhan manajemen
pendukng diproyeksikan sebesar Rp 450.000.000 di tahun 2020 dan Rp
200.000.000 di tahun 2024 sedangkan kebutuhan sarana dan prasarana RS
diproyeksikan sebesar Rp 37.900.000.000 ditahun 2020 dan Rp 1.700.000.000
ditahun 2024.
Terobosan yang perlu diambil sebagai langkah awal strategis adalah
menjaga agar target-target kinerja pelayanan dan keuangan tercapai, maka
inovasi yang telah direncanakan dalam pengembangan layanan unggulan perlu dilaksanakan sesuai dengan timeline yang telah disusun. RSO perlu menggali
sumber-sumber pendapatan selain dari pasien JKN, untuk menjaga kelancaran cash flow dan memperbaiki kemampuan dalam investasi baru. Untuk itu perlu
mengembangkan strategi fungsional yang out-of-the-box, termasuk dalam
mengembangkan segmen pasar baru baik yang individual maupun
vii
institusi/lembaga. Pengembangan SIM-RS perlu dilakukan secara lebih
sistematis dengan menyusun master plan IT, agar memiliki daya dukung
terhadap pencapaian visi RSO untuk menjadi RS unggulan dengan layanan
prima.
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii
Kata Pengantar .................................................................................................. iv
Ringkasan Eksekutif .......................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................................ viii
Daftar Grafik ...................................................................................................... x
Daftar Tabel ....................................................................................................... xii
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiv
Bab I . PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Rencana Startegi Bisnis ........................................................ 3
1.3. Dasar Hukum .................................................................................... 4 1.4. Sistematika Penyusunan Rencana Startegi Bisnis ............................ 4
Bab II. KONDISI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO ....................... 6
2.1. Profil RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soehars ............................................ 6
2.2. Gambaran Kinerja ............................................................................ 10
A. Kinerja Aspek Pelayanan ............................................................ 10
B. Kinerja Aspek Keuangan ............................................................ 24
C. Kinerja Aspek SDM ..................................................................... 29
D. Kinerja Aspek Sarana dan Prasarana ......................................... 31
2.3. Tantangan Strategis .......................................................................... 32
2.4. Benchmarking ................................................................................... 34
2.5. Analisa SWOT .................................................................................. 35
2.6. Diagram Kartesius Pilihan Prioritas Strategis .................................... 39
ix
2.7. Analisis TOWS .................................................................................. 41
2.8. Analisis dan Mitigasi Risiko ............................................................... 44
A. Identifikasi Risiko ....................................................................... 44
B. Penilaian Tingkat Risiko ............................................................. 45 C. Rencana Mitigasi Risiko ............................................................. 49
Bab III. ARAH DAN PRIORITAS STRATEGIS ................................................ 59
3.1. Rumusan Pernyataan Visi, Misi dan Tata Nilai .................................. 59 3.2. Arah dan Kebijakan Stakeholders Inti ............................................... 62
3.3. Rancangan Peta Strategi Balanced Scorecard (BSC) ....................... 64
3.4. Indikator Kinerja Utama .................................................................... 64
A. Matriks IKU ................................................................................ 64
B. Kamus IKU ................................................................................ 67
3.6. Roadmap 5 Tahun Kedepan ............................................................. 72
3.7. Program Kerja Strategis .................................................................... 73
Bab IV. PROYEKSI KEUANGAN .................................................................... 81
4.1. Estimasi Pendapatan ........................................................................ 81
4.2. Rencana Kebutuhan Anggaran ........................................................ 81 4.3. Rencana Pendanaan ......................................................................... 91
PENUTUP ........................................................................................................ 92
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 92 5.2. Saran ................................................................................................ 93
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Total Kunjungan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Tahun 2014 - 2018 .. 10
Grafik 2. Kondisi Akhir Pasien di IGD Tahun 2014-2018 ................................... 11
Grafik 3. Total Kunjungan Instalasi Rawat Jalan Reguler 2014-2018 ................ 12
Grafik 4. Total Kunjungan Klinik Rawat Jalan Reguler 2014-2018 .................... 12
Grafik 5. Total Kunjungan Klinik Subspesialis Ortopedi Rawat Jalan Reguler 2015-2018 ........................................................................... 13
Grafik 6. Diagnosa Terbanyak Layanan Rawat Jalan 2015-2018 ...................... 13
Grafik 7. Total Pasien Rawat Inap 2014-2018 ................................................... 14
Grafik 8. Bed Occupancy Ratio (BOR) 2014-2018 ............................................ 14
Grafik 9. Average Length of Stay (ALOS) 2014-2018 ........................................ 15
Grafik 10. Turn Over Interval (TOI) 2014-2018 .................................................. 15
Grafik 11. Bed Turn Over (BTO) 2014-2018 ..................................................... 16
Grafik 12. Diagnosa Terbanyak Rawat Jalan 2015-2018 .................................. 16
Grafik 13. Total Pasien Operasi 2014-2018 ...................................................... 17
Grafik 14. Total Tindakan Operasi 2014-2018 ................................................... 17
Grafik 15. Persentase Operasi Berdasarkan Subspesialisasi 2018 ................... 18
Grafik 16. Total Pemeriksaan Laboratorium 2014-2018 .................................... 18
Grafik 17. Total Pemeriksaan Laboratorium Berdasarkan Jenis Pemeriksaan 2016-2018 ................................................................... 19
Grafik 18. Total Radiologi 2014-2018 ................................................................ 19
Grafik 19. Layanan Radiologi Berdasarkan Jenis Pemeriksaan 2014-2018 ...... 20
xi
Grafik 20. Kunjungan Layanan Rawat Jalan Rehabilitasi Medis
Tahun 2014 – 2018 ........................................................................... 20
Grafik 21. Perbandingan Antar Layanan Rawat Jalan Rehabilitasi Medis Tahun 2014-2018 ............................................................................. 21
Grafik 22. Jumlah Lembar Resep di Bagian IGD, Rawat Jalan dan Rawat Inap Tahun 2015-2018 ...................................................................... 21
Grafik 23. Jumlah Resep yang Diterima dan Dilayani 2015-2018 ..................... 22
Grafik 24. Demografi Pasien 2015-2017 ........................................................... 22
Grafik 25. Pasien Berdasarkan Cara Bayar 2014-2017 ..................................... 23
Grafik 26. Rujukan Pemeriksaan Patologi Anatomi RSU UNS Tahun 2014 - 2018 ..................................................................................... 23
Grafik 27. Rujukan Pasien dari IGD 2018 ......................................................... 24
Grafik 28. Overall Equipment Effectiveness Tahun 2016 – 2019 ....................... 31
Grafik 29. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2018 .................................................... 31
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional ................. 25
Tabel 2. Pencapaian Kinerja Keuangan ...................................................... 26
Tabel 3. Pencapaian Kinerja Aspek SDM ................................................... 29
Tabel 4. Rumah Sakit Benchmark di Dalam Negeri .................................... 34
Tabel 5. Rumah Sakit Benchmark di Luar Negeri ....................................... 34
Tabel 6. Komparasi Urgensi Faktor Internal dan Eksternal RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso .................................................................... 36
Tabel 7. Analisis TOWS RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso ....................... 41
Tabel 8. Jenis Risiko Berdasarkan Sasaran Strategis ................................. 44
Tabel 9. Matriks Risiko Penentuan Skor ..................................................... 46
Tabel 10. Hasil Pengukuran Tingkat Risiko ................................................. 46
Tabel 11. Rencana Mitigasi Risiko ................................................................ 49
Tabel 12. Indikator Visi RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso ........................... 60
Tabel 13. Harapan dan Kekhawatiran Stakeholders Inti ............................... 62
Tabel 14. Matriks Indikator Kinerja Utama RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ....................................................... 64
Tabel 15. Kamus IKU RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ................................................................................ 67
Tabel 16. Program Sumber Daya Manusia RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ....................................................... 73
Tabel 17. Program Teknologi Informasi RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ...................................................................... 76
xiii
Tabel 18. Program Pengembangan Layanan Unggulan dan Layanan
Inovatif RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020-2024 ........... 78
Tabel 19. Program Manajemen Pendukung RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ........................................................... 80
Tabel 20. Program Sarana dan Prasarana RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 .......................................................... 80
Tabel 21. Estimasi Pendapatan RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ........................................................................... 81
Tabel 22. Proyeksi Kebutuhan Anggaran Operasional RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ................................................. 82
Tabel 23. Proyeksi Kebutuhan Anggaran Program RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ......................................... 83
Tabel 24. Proyeksi Kebutuhan Anggaran Pengembangan Layanan Unggulan RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 .................... 87
Tabel 25. Proyeksi Kebutuhan Anggaran Manajemen Pendukung RS .............. Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 .......................... 90
Tabel 26. Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 (dalam Juta Rupiah) ................ 90
Tabel 27. Proyeksi Aliran Kas RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 ........................................................................... 91
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Posisi Bersaing RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso dalam Diagram Kartesius .......................................................................... 40
Gambar 2. Roadmap RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun
2014 – 2029 ................................................................................... 73
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Rencana Jangka Panjang Bidang Kesehatan tahun 2005 – 2025 bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan warga negara Indonesia untuk
hidup sehat. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya umur harapan hidup,
menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu serta menurunnya
prevalensi gizi buruk pada balita. Keempat sasaran ini menunjukkan bahwa Indonesia
masih menghadapi masalah kesehatan khas negara berkembang.
Sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan : Terwujudnya Masyarakat sehat,
mandiri dan berkeadilan untuk menuju indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong maka dibuatlah rencana strategis
pemerintah bidang kesehatan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 berfokus pada berbagai upaya
preventif untuk mengendalikan kasus penyakit yang banyak terjadi di indonesia. Masih
ada masalah kesehatan yang menjadi prioritas dalam RPJMN itu dan harus
diselesaikan melalui Renstra Kemenkes. Arah kebijakan RPJMN Bidang Kesehatan
2020-2024 adalah meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care)
dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung inovasi dan
pemanfaatan teknologi
Tujuan Prioritas RPJMN 2020-2024 dan strategi
1. Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, KB dan kesehatan reproduksi
2. Percepatan perbaikan gizi masyarakat
3. Peningkatan pengendalian penyakit
4. Pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS)
5. Pengutan Sistem Kesehatan, pengawasan obat dan makanan
Berdasarkan sasaran tersebut, penguatan sistem kesehatan dilakukan dengan
strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care
dan intervensi berbasis risiko kesehatan. RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
(RSO) jelas memiliki peran penting disini, sebagai pusat rujukan layanan ortopedi
melengkapi rantai pelayanan dalam sistem kesehatan di Indonesia.
Sebagai Rumah sakit yang dipandang dengan kompetensi paling tinggi dalam bidang ortopedi, RSO harus mampu memenuhi harapan para stakeholders-nya untuk
2
bisa menangani kasus-kasus ortopedi pada level severitas tertinggi sekaligus sebagai
wahana pendidikan dan penelitian bagi insan akademis kesehatan. Dengan adanya kebijakan pembiayaan kesehatan ada perubahan landscape pelayanan kesehatan di
Indonesia. Masyarakat pengguna jaminan kesehatan nasional tidak lagi dapat
berkunjung sesukanya ke rumah sakit yang diinginkan, melainkan harus melalui
tahapan berjenjang dari pelayanan kesehatan primer ke sekunder dan tersier sesuai
dengan level rujukan yang perlu dilewati. Dengan sistem ini, rumah sakit-rumah sakit
rujukan nasional – termasuk RSO – hanya akan menangani kasus-kasus dengan level
severitas tinggi yang tidak dapat ditangani di rumah sakit lain. Dampaknya adalah
mengurangi beban kerja dengan berkurangnya volume kasus severitas rendah dan
menengah, namun disisi lain ada kebutuhan kompetensi yang lebih tinggi yang harus
dipenuhi. Jadi untuk memenuhi tuntutan tersebut, selain memenuhi standar pelayanan
yang dipersyaratkan dalam standar RS Khusus Kelas A dan standar akreditasi, RSO
juga harus memenuhi kebutuhan kompetensi sesuai dengan cakupan pelayanan yang
ingin dicapai.
Data menunjukkan bahwa APBN tidak dapat diandalkan sepenuhnya untuk
menanggung beban biaya pelayanan kesehatan. Defisitnya BPJS dalam empat tahun
penyelenggaraan JKN menunjukkan hal tersebut dengan jelas. Disamping APBN yang
tidak dapat menutupi semua kebutuhan pembiayaan kesehatan, juga karena berbagai
masalah di kepesertaan hingga pada efisiensi pelayanan itu sendiri. Sebagian besar
rumah sakit yang menangani pasien BPJS mengalami ketersendatan pembayaran
klaim. Padahal sekitar 80% pasien rumah sakit pemerintah – termasuk RSO – adalah
pasien pengguna BPJS. Dengan terhambatnya pembayaran klaim operasional rumah
sakit ikut terpengaruh.
Di sisi lain, data ekonomi makro menunjukkan bahwa PDRB Indonesia
meningkat – yang artinya ada peningkatan daya beli masyarakat. Namun, belanja
kesehatan justru menurun, yang artinya biaya pelayanan kesehatan sebagian besar
memang bertumpu pada belanja negara, bukan belanja masyarakat. Ini menunjukkan
bahwa daya beli masyarakat tidak serta merta menaikkan konsumsi pelayanan
kesehatan. Dapat diduga bahwa daya beli ini digunakan untuk konsumsi non-kesehatan, seperti makanan (kuliner), gadget dan wisata. Dalam jangka panjang gaya
hidup baru ini dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat – misalnya pola
makan yang berubah, aktivitas fisik yang berkurang dan sebagainya – yang pada
akhirnya akan mempengaruhi pola kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan.
Perubahan ini perlu diantisipasi dengan meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan
promosi kesehatan, serta memperbarui pelayanan kuratif di rumah sakit.
3
Sementara itu, posisi sebagai rujukan nasional menempatkan RSO pada peta
persaingan dunia yang berhadapan langsung dengan rumah sakit-rumah sakit dan
pengguna pelayanan kesehatan di negara-negara lain. Layanan yang diberikan oleh
RSO juga termasuk memiliki layanan yang cukup lengkap dimulai dari instalasi
penunjang yaitu instalasi radiologi serta instalasi laboratorium. Layanan lain yang
ditawarkan seperti layanan rehabilitasi medik, rawat jalan dan rawat inap. Layanan radiologi yang ditawarkan seperti pemeriksaan radiografi, radio fluoroscopy,
panoramic, USG, CT-Scan, dan BMD, sedangkan layanan laboratorium yang dapat
dilakukan seperti layanan bank darah, pemeriksaan hematologi dan urinalisa, pemeriksaan kimia klinik, serologi/imunologi dan check-up pegawai. Layanan rawat
jalan RSO terdiri dari beberapa klinik seperti klinik ortopedi, klinik rehabilitasi medik
(fisioterapi, okupasi terapi, ortotik prostetik, psikologi, terapi wicara, pekerja sosial
medis), klinik tulang belakang, klinik neurologi, klinik CTEV, klinik onkologi ortopedi,
klinik psikiatri, klinik akupuntur, klinik osteoporosis dan geriatri, klinik penyakit dalam,
klinik bedah umum, klinik gigi dan mulut, serta klinik permasalahan perkembangan
anak. Untuk layanan rehabilitasi medik difokuskan pada layanan fisioterapi serta
okupasi terapi. Layanan rawat inap yang ditawarkan terdiri dari berbaai kelas dari kelas
I, II, III hingga VIP, RSO memiliki peluang besar untuk menjadi RS kelas dunia, namun
perlu mengkaji lebih dalam sejauh mana peluang tersebut akan dapat diraih. Oleh karena itu, RSO perlu menyusun strategi dalam menghadapi dinamika
sistem kesehatan sekaligus menjadi pemain utama di negeri sendiri. Hal ini mungkin dilakukan meskipun sangat tidak mudah. Strategi yang disusun harus terukur dan implementatif dengan milestones dan target-target yang jelas. Selanjutnya di level implementasi perlu upaya dan konsistensi yang kuat agar milestone terlampaui dan target tercapai. Rencana Strategis Bisnis ini disusun untuk menyiapkan startegi dalam rangka mencapai berbagai peluang dan menghadapitantangan-tantangan strategis yang menyertainya.
1.2. Tujuan Rencana Strategi Bisnis Tujuan disusunnya Rencana Strategis Bisnis ini adalah untuk:
a. Menyiapkan dokumen bagi jajaran direksi hingga manajer level menengah
dan bawah sebagai pedoman resmi dalam menyusun kebijakan teknis dan
rencana tahunan (Rencana Bisnis Anggaran);
b. Sebagai alat komunikasi antara direksi dengan seluruh staf rumah sakit
mengenai arah mengembangan RSO ke depan, sehingga diharapkan seluruh
civitas hospitalia memberikan kontribusi terbaiknya untuk mencapai visi;
4
c. Sebagai alat komunikasi antara direksi RSO dengan stakeholders eksternal
khususnya pemilik mengenai milestones dan target-target yang hendak
dicapai sebagai bagian dari kontribusi RSO dalam pembangunan kesehatan
nasional.
1.3. Dasar Hukum Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis Bisnis RSO Tahun 2015 –
2019 adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4421);
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025;
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5072);
e. Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (BLU);
g. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;
i. RPJMN Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
1.4. Sistematika Penyusunan RSB
Sistematika dokumen Rencana Strategis Bisnis RS Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta Tahun 2020 – 2024 adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Rencana Strategi Bisnis
1.3. Dasar Hukum
1.4. Sistematika Penyusunan Rencana Strategi Bisnis
5
BAB II.KONDISI RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
2.1. Profil RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
2.2. Gambaran Kinerja
A. Kinerja Aspek Pelayanan
B. Kinerja Aspek Keuangan
C. Kinerja Aspek SDM
D. Kinerja Aspek Sarana & Prasarana
2.3. Tantangan Strategis
2.4. Benchmarking
2.5. Analisis SWOT
2.6. Diagram Kartesius & Prioritas Strategis
2.7. Analisis TOWS
2.8. Analisis dan Mitigasi Risiko
A. Identifikasi Risiko
B. Penilaian Tingkat Risiko
C. Rencana Mitigasi Risiko BAB III. ARAH DAN PRIORITAS STRATEGIS
3.1. Rumusan Pernyataan Visi, Misi dan Tata Nilai 3.2. Arah dan Kebijakan Stakeholders Inti
3.3. Rancangan Peta Strategi Balanced Scorecard (BSC)
3.4. Indikator Kinerja Utama
A. Matriks IKU
B. Kamus IKU
3.5. Roadmap 5 Tahun Kedepan
3.6. Program Kerja Strategis
BAB IV.PROYEKSI KEUANGAN
4.1. Estimasi Pendapatan
4.2. Rencana Kebutuhan Anggaran
4.3. Rencana Pendanaan
BAB V. PENUTUP
6
BAB II KONDISI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
2.1. Profil RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta (RSO) adalah satuan kerja
Kementerian Kesehatan yang bertugas untuk melaksanakan upaya kesehatan
paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta penapisan
teknologi dibidang ortopedi traumatologi dan rehabilitasi medik. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, RSO memiliki fungsi:
1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan paripurna di bidang ortopedi traumatologi dan rehabilitasi medik
tingkat sekunder dan tersier;
2. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam pemberian
pelayanan kesehatan di bidang ortopedi traumatologi dan rehabilitasi medik;
3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan di bidang
ortopedi traumatologi dan rehabilitasi medik;
4. Pelaksanaan administrasi rumah sakit.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi di atas, RSO dipimpin oleh seorang
Direktur Utama dan tiga orang direktur (Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan
Penunjang, Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum, dan Direktur
Perencanaan, Keuangan dan Barang Milik Negara).
RSO diresmikan tahun 1951 sebagai pusat rehabilitasi (pembuatan kaki dan
tangan palsu) bagi korban perang kemerdekaan. Nama RS Ortophaedi dan Prothese
resmi disandang sejak tahun 1978 dan tahun 1987 nama pencetusnya, yaitu Prof. Dr.
R. Soeharso disematkan sebagai nama Rumah Sakit. Tahun 1994 Rumah Sakit ini
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional pelayanan ortopedi dan tahun 2006
terakreditasi 15 pelayanan. Tahun 2007 rumah sakit ini ditetapkan menjadi BLU dan
RS Kelas A Pendidikan. Setahun berikutnya, rumah sakit ini ditetapkan sebagai RS
Pendidikan Kolegium Ilmu Ortopedi dan Traumatologi Indonesia. Tahun 2017, rumah
sakit ini menjadi afiliasi pendidikan bagi FK UNS, terakreditasi kembali oleh KARS dan
sebagai lulus Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) oleh Tim Penilai Internal (TPI)
Kementerian Kesehatan.
7
Visi RSO adalah menjadi Rumah Sakit Ortopedi Unggulan Dengan Pelayanan
Prima.
Misi RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta adalah:
1. Mewujudkan pelayanan sub spesialistik ortopedi traumatologi terintegrasi
pendidikan dan penelitian secara paripurna;
2. Mewujudkan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang sehat,
efektif, efisien, dan akuntabel;
3. Mewujudkan SDM yang profesional, inovatif, dan kreatif;
4. Mewujudkan jejaring pelayanan yang berkelanjutan. Motto RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta adalah CEKATAN yang
merupakan akronim dari cepat (no-delay), akurat (no-error), aman (no-harm) dan
nyaman (no-complaint). Budaya kerja yang dikembangkan adalah integrity, respect for
the individual, excellent dan cost-effectiveness.
Pelayanan spesialistik di RSO terdiri dari:
1. Pelayanan spesialis ortopedi dan traumatologi, yang meliputi layanan sub spesialis spine, sub spesialis rekonstruksi, sub spesialis pediatrik, sub
spesialis onkologi dan sub spesialis hand & micro surgey;
2. Pelayanan spesialis rehabilitasi medis;
3. Pelayanan spesialis anestesi;
4. Pelayanan spesialis neurologi;
5. Pelayanan spesialis radiologi;
6. Pelayanan spesialis lainnya (konservasi gigi, penyakit dalam, bedah umum, emergency medicine, patologi klinik).
Berbagai pelayanan tersebut diberikan kepada masyarakat melalui setting rawat
jalan, rawat darurat, rawat inap, bedah sentral, dan unit layanan intensif. 1. Instalasi Rawat Jalan
a. Klinik Ortopedi terbagi menjadi lima sub spesialis ortopedi, yaitu: Sub spesialis ortopedi – spine, yang menangani kelainan pada tulang belakang dan leher. Keluhan yang ditangani antara lain: 1) deformitas (kelainan bentuk), misalnya scoliosis, kiposis dan lodorsis; 2) Trauma/cedera (cervical, thoracal, lumbal); 3) Degenerative (HNP, cervical lumbal stenosis); 4) Infeksi tulang belakang.
8
Sub spesialis rekonstruksi menangani perbaikan tulang maupun sendi yang rusak atau cedera olah raga. Keluhan yang ditangani antara lain: 1) penggantian sendi lutut total; 2) penggantian sendi panggul total; 3) illizarov (pemanjangan tulang dan meninggikan badan); 4) cedera olah raga. Sub spesialis ortopedik – pediatric, menangani kelainan tulang pada anak-anak. Keluhan yang ditangani antara lain: 1) kaki pengkor (clubfoot); 2) plantar flexi tolocranalis karena otot anterior lemah; 3) degenerative (HNP, cervical lumbal stenosis). Sub spesialis ortopedi – onkologi, menangani tumor dan kanker tulang. Keluhan yang ditangani antara lain: 1) operasi penyelamatan tungkai (limb-salvage surgery); 2) pengangkatan tumor tulang tanpa amputasi dengan megaprosthesis; 3) penanganan tumor tulang dengan pendekatan inter-disiplin. Sub spesialis ortopedi – hand & micro surgery, menangan kelainan dan operasi mikro pada tangan, Keluhan yang ditangani dan tindakan pembedahan yang dilakukan antara lain: 1) bedah tangan; 2) bedah bahu dan siku; 3) rekonstruksi sendi total (artoplasti) untuk tangan, siku, bahu; 4) kelumpuhan saraf anggota gerak atas (cedera plexus blachialis); 5) artroskopi bahu, siku, pergelangan tangan; 6) kelainan bawaan tangan pada lengan bawah, lengan atas, bahu; 7) infeksi tangan; 8) trauma tangan, lengan atau bahu; 9) penutupan luka terbuka/cangkok.
b. Klinik Rehabilitasi Medik, terdiri dari: 1) Klinik spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi; 2) Fisioterapi, yang dilengkapi dengan elektroterapi, akinoterapi, cryojet
therapy, magnetotherapy, gymnastic, hydrotherapy dan traksi; 3) DBC (Documentation Based Care), yaitu program rehabilitasi aktif
untuk meningkatkan kekuatan otot punggung maupun perut untuk mengatasi nyeri punggung bawah.
4) Okupasi terapi meliputi sensori integrasi, snozelen, latihan ADL, pembuatan alat bantu ADL, proper body mechanic (PBM), Analisis
9
prevokasional, latihan relaksasi/leisure, dan terapi kognitif (remedial
teaching); 5) Ortotik prostetik; meliputi pelayanan ortosis (pembuatan alat bantu
yang dipasangkan pada anggota gerak dan tubuh yang mengalami kelainan/ kecacatan) dan prostesis (pembuatan anggota gerak tiruan/palsu untuk menggantikan anggota gerak yang hilang/amputasi. RSO memiliki bengkel dan SDM yang handal untuk memproduksi ortosis dan prostesis.
6) Psikologi yang meliputi layanan konsultasi psikologi klinis, psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, dan psikologi industri serta organisasi;
7) Terapi wicara, memberikan pelayanan untuk pasien anak dan dewasa dengan gangguan bahasa, gangguan suara, gangguan irama, kelancaran serta gangguan menelan;
8) Pekerja Sosial Medis untuk membantu pasien dalam mencari solusi atas masalah sosial yang dihadapi.
c. Klinik spesialis lain 1) Klinik Spesialis Neurologi, menangani kelainan sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi; 2) Klinik Penyakit Dalam, menangani pasien dengan kasus hipertensi,
diabetes melitus, hepatitis, TB Paru, gangguan kandung kemih, gangguan pencernaan dan sebagainya;
3) Klinik Bedah Umum, untuk kasus bedah mayor maupun minor; 4) Klinik Gigi dan Mulut, untuk kasus restorasi estetik, jaket crown,
perawatan saluran akar dan odontektomi; 5) Klinik Nyeri dan Akupunktur. 6) Penunjang pelayanan yang meliputi laboratorium, radiologi, farmasi
dan rekam medis. d. Instalasi Gawat Darurat memberikan pelayanan selama 7 x 24 jam, yang
ditunjang dengan layanan pemeriksaan radiologi, laboratorium, rekam jantung, bank darah, apotek, layanan observasi, cito medis, tindakan medis non operatif dan ambulance.
e. Instalasi Rawat Inap terdiri dari: 1) Rawat Inap VIP 2) Rawat Inap Kelas I 3) Rawat Inap Kelas II 4) Rawat Inap Kelas III
10
5) Rawat Inap VVIP (Dahlia) f. Instalasi Bedah Sentral, dengan operasi unggulan :
1) Adult reconstruction total joint replacement (total hip raplacement,
total knee replacement, total elbow replacement, dan total shoulder replacement)
2) Hand surgery
3) Micro surgery 4) Arthroscopic surgery
5) Pediatric reconstruction 6) Limb lengthening procedure
7) Scoliosis surgery 8) Minimally invasive spine surgery 9) Advanced spine surgery
10) Ostheoporosis treatmen advance
g. Intensive Care Unit, dengan kapasitas ICU 4 TT; HCU 4 TT; dan ruang isolasi 1 TT
2.2. Gambaran Kinerja Aspek Pelayanan
A. Kinerja Aspek Pelayanan 1. Layanan Rawat Darurat
Kunjungan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSO, sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 1, selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir cenderung menurun sebesar 6,7%. Dari keseluruhan total kunjungan ditemui bahwa sebagian besar kasus yang ditemui adalah kasus diluar kecelakaan lalu lintas.
Grafik 1. Total Kunjungan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Tahun 2015 – 2019
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instalasi Gawat Darurat
6.357
5.577 5.509 4.801 4.788
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
2015 2016 2017 2018 2019
11
Grafik 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2019 di IGD, sebanyak 59% pasien yang masuk di Instalasi Gawat Darurat kemudian diperbolehkan pulang atau rawat jalan, sedangkan 41 % pasien kemudian dirawat di RSO. Selain itu sebanyak 1,1% pasien pulang atas permintaan sendiri, 0,75% pasien kemudian dirujuk, 0,12 pasien meninggal, 0,04 % meninggal saat kedatangan di Instalasi Gawat Darurat. Berdasarkan gambar tersebut, ditemukan bahwa jumlah pasien yang kemudian dirawat di RSO dari tahun 2015-2019 cenderung meningkat. Pasien yang kemudian dirujuk ke RS lain menurun pada tahun 2017, namun kemudian kembali naik pada tahun 2018 dan 2019.
Grafik 2. Kondisi Akhir Pasien di IGD Tahun 2015-2019
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instalasi Gawat Darurat 2015-2019
2. Layanan Rawat Jalan
Total Kunjungan Instalasi Rawat Jalan pada tahun 2019, seperti pada Grafik 3, meningkat sebesar 7,4 %, yaitu dari 71.837 kunjungan menjadi 77.161 kunjungan. Pada tahun 2015-2017 jumlah kunjungan ini meningkat secara konsisten, menurun pada tahun 2018 dan meningkat lagi pada tahun 2019.
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%
APS
Meninggal saat kedatangan
Mati di IGD
Pulang
Dirujuk
Dirawat
2019
2018
2017
2016
2015
12
Grafik 3. Total Kunjungan Instalasi Rawat Jalan 2015 – 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 – 2019 Apabila dilihat lebih detail terkait kunjungan klinik rawat jalan seperti pada Grafik 4, klinik ortopedi menjadi klinik yang memiliki kunjungan terbesar dan mengalami peningkatan yang konstan pada tahun 2017 - 2019. Selain klinik ortopedi, klinik penyakit dalam juga memiliki kunjungan yang relatif konstan dengan rata – rata 6.431 kunjungan pada 3 (tiga) tahun terakhir. Setelah klinik penyakit dalam, klinik yang sering dikunjungi berikutnya adalah klinik gigi dan mulut, diikuti oleh klinik neurologi dan klinik nyeri dan akupuntur. Klinik yang paling sedikit memiliki kunjungan adalah klinik bedah umum yang pada Grafik 4 terlihat mengalami kecenderungan penurunan kunjungan.
Grafik 4. Total Kunjungan Klinik Rawat Jalan 2015 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 - 2019
Pada Grafik 5 dapat dilihat kunjungan pada klinik subspesialis ortopedi spine,
pediatrik dan rekonstruksi merupakan klinik yang paling sering dikunjungi
selama tahun 2015 - 2019 dibandingkan dengan klinik subspesialis lainnya.
Jumlah kunjungan pada semua klinik meningkat pada tahun 2019 dibandingkan
tahun sebelumnya. Klinik subspesialis yang paling sedikit dikunjungi selama
tahun 2015-2018 adalah klinik onkologi. Secara keseluruhan, terdapat
59.592 67.683
74.588 71.837 77.161
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
2015 2016 2017 2018 2019
- 5.000
10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000
Ortopedi Gigi danMulut
Nyeri danAkupuntur
Neurologi PenyakitDalam
BedahUmum
2015
2016
2017
2018
2019
13
kecenderungan peningkatan jumlah kunjungan klinik subspesialis ortopedi
tahun 2015 hingga 2019.
Grafik 5. Total Kunjungan Klinik Subspesialis Ortopedi Rawat Jalan 2015 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 – 2019 Grafik 6 menunjukkan bahwa pada 10 diagnosa terbanyak layanan rawat jalan tahun 2015-2019, nyeri punggung bagian bawah (lokasi tidak spesifik), stenosis spinal (bagian lumbal) dan gonarthrosis primer (bilateral) merupakan 3 penyakit yang paling banyak ditemui di RSO selama 5 tahun berturut-turut. Penyakit yang paling banyak ditemui juga seperti talipes equinovarus, gonarthrosis (lokasi tidak spesifik).
Grafik 6. Diagnosa Terbanyak Layanan Rawat Jalan 2015-2019
Sumber: 10 Diagnosa Terbanyak di Instalasi Rawat Jalan 2015-2019
- 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000
2015
2016
2017
2018
2019
0 200 400 600 800 1000
Low Back Pain. site unspecified
Spinal Stenosis. lumbar region
Primary gonarthrosis. bilateral
Talipes equinovarus
Gonarthrosis. unspecified
Other primary gonarthrosis
Fracture of lower end of radius.…
Injury of brachial plexus
Pain in limb. lower leg
Infection and inflammatory…
2019
2018
2017
2016
2015
14
2. Layanan Rawat Inap Pada tahun 2018, terdapat beberapa perubahan terkait dengan nama dan jenis ruang rawat inap, Instalasi Rawat Inap RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta terdiri dari Anggrek 1 dan 2 untuk perawatan kelas 3, Bougenville untuk perawatan kelas 2, Cempaka untuk perawatan kelas 1, Dahlia untuk perawatan VIP dan Edelweiss untuk rawat inap one-day care, Pada akhir tahun 2019 terkait dengan efisiensi, sentralisasi pelayanan bedah di Gedung IBS sehingga ruang rawat inap edelweiss dihapus. Tahun 2019, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pasien rawat inap meningkat sebesar 18,5 %.
Grafik 7. Total Pasien Rawat Inap 2015 - 2019
Sumber : Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 - 2019
Bed Occupancy Rate (BOR) atau angka penggunaan tempat tidur yang memiliki angka ideal antara 60 - 85%, pada Grafik 8 tampak terjadi peningkatan BOR dari tahun 2018 menjadi 55.05 %. Tahun 2015 - 2019 menunjukkan kecenderungan peningkatan BOR yang semakin mendekati angka ideal, namun pada tahun 2018 mengalami sedikit penurunan menjadi 50,11% dan mengalami peningkatan menjadi 55,05%.
Grafik 8. Bed Occupancy Ratio (BOR) 2015 - 2019
Sumber : Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 - 2019
4.905 5.067
6.604
4.724
5.814
- 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000
2015 2016 2017 2018 2019
47,51 51,82 52,58 50,11
55,05
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
2015 2016 2017 2018 2019
15
Selain BOR, Average Length of Stay (aLOS) juga digunakan sebagai indikator kinerja rumah sakit. ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Grafik 9 menunjukkan bahwa terjadi konsistensi hari rawat pasien dari tahun 2015 – 2019 dengan rata – rata capaian sebesar 4.98 hari. Pada tahun 2018 ke tahun 2019 sendiri, terjadi penurunan sebesar 8,7 % yang semakin menunjukkan perbaikan.
Grafik 9. Average Length of Stay (ALOS) 2015 – 2019
Sumber : Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 - 2019
Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati setelah sebelumnya telah terisi. TOI ideal tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Pada Grafik 10 tampak dari tahun 2015 - 2019 TOI belum mencapai jumlah hari yang ideal dan cenderung melebihi 3 (tiga) hari dengan angka tertinggi pada tahun 2015 dengan 5,7 hari. Namun demikian selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir telah menujukkan perbaikan menuju angka ideal.
Grafik 10. Turn Over Interval (TOI) 2015 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 – 2019
Bed Turn Over (BTO) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, dimana idealnya dalam 1 tahun, 1 tempat tidur dipakai sekitar 40-50 kali. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan capaian yang cenderung stagnan dengan rata – rata capaian sebesar 35.87 kali, namun terdapat kecenderungan peningkatan frekuensi pemakaian tempat tidur dari
5,01 5,06 5,16 5,06 4,62
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
2015 2016 2017 2018 2019
5,70
4,81 4,64 5,43
3,92
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
2015 2016 2017 2018 2019
16
tahun 2015 - 2019. Pada tahun 2019, terjadi peningkatan BTO menjadi 38,37 pemakaian tempat tidur dalam 1 tahun.
Grafik 11. Bed Turn Over (BTO) 2015 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 - 2019
Grafik 12 menunjukkan bahwa perawatan lanjutan yang disertai dengan pelepasan fiksasi internal post fraktur, infeksi/inflamasi akibat alat fiksasi internal, gonarthrosis primer (bilateral) merupakan 3 diagnosa terbanyak di instalasi rawat inap selama tahun 2015-2019. Perawatan lanjutan disertai pelepasan fiksasi mendominasi diagnosa di Instalasi Rawat Inap dengan kecenderungan peningkatan kasus dari tahun 2016-2018.
Grafik 12. Diagnosa Terbanyak Rawat Inap 2015-2019
Sumber: 10 Diagnosa Terbanyak Instalasi Rawat Inap 2015-2019
33,59 36,63 37,30
33,47 38,37
- 5,00
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
2015 2016 2017 2018 2019
0 100 200 300 400 500 600
Follow-up care involving removal of…
Infection and inflammatory reaction…
Primary gonarthrosis, bilateral
Fracture of shaft of femur, closed
Other primary gonarthrosis
Spinal stenosis, Lumbar region
Tubercolosis of bones and joints
Fracture of neck of femur, closed
Fracture of lower end of radius,…
Pertrochanteric fracture, closed
2019
2018
2017
2016
2015
17
3. Layanan Bedah Grafik 13 menggambarkan total pasien yang menjalani tindakan operasi,
sedangkan Grafik 14 menggambarkan tindakan operasi yang dilakukan. Selain
tindakan operasi terkait dengan spesialisasi ortopedi terdapat juga operasi
bedah umum. Jumlah pasien yang menjalani operasi dan tindakan operasi
tertinggi di tahun 2017 dan konsisten menurun sejak tahun 2017.
Grafik 13. Total Pasien Operasi 2015 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 – 2019
Grafik 14. Total Tindakan Operasi 2015 – 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 – 2019
Grafik 15 menunjukkan presentase operasi berdasarkan subspesialisi ortopedi
pada tahun 2019. Presentase terbesar dimiliki oleh bagian subspesialis rekonstruksi diikuti oleh bagian spine serta hand and microsurgery. Dari
keseluruhan tindakan operasi pada tahun 2019, ditemukan bahwa total knee
replacement menjadi tindakan operasi tersering. Setelah itu, tindakan operasi
terbanyak lainnya seperti pelepasan alat dari tibia dan fibula, reduksi terbuka
fraktur femur dengan fiksasi internal, pelepasan alat dari femur, reduksi terbuka
3629
4555 4667
3974 3588
0
1000
2000
3000
4000
5000
2015 2016 2017 2018 2019
Pasien
6.023 6.277 6.350
5.158 4.661
- 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000
2015 2016 2017 2018 2019
Tindakan
18
fraktur tibia dan fibula disertai fiksasi internal, laminektomi, reduksi terbuka baik
fraktur humerus maupun radius serta ulna dengan fiksasi internal, debridemen
luka, infeksi atau luka bakar, serta pelepasan alat dari radius dan ulna.
Grafik 15. Persentase Operasi Berdasarkan Subspesialisasi 2019
Sumber: Laporan Bagian Instalasi Bedah Sentral 2019
4. Layanan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang disediakan oleh rumah sakit terdiri dari
pemeriksaan hematologi, kimia klinik, imunoserologi, pemeriksaan urin dan
feses, serta mikrobiologi. Pemeriksaan lain seperti patologi anatomi kemudian akan dirujuk ke rumah sakit lain. Grafik 16 Total pemeriksaan laboratorium
terjadi peningkatan yang konsisten hingga tahun 2019. Kemudian dari Grafik 17 tampak bahwa pemeriksaan laboratorium yang paling sering dilakukan
adalah pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan kimia klinik, dan
pemeriksaan yang paling jarang dilakukan adalah pemeriksaan urin dan feses.
Pemeriksaan hematologi, kimia klinik serta imunoserologi juga cenderung
meningkat dari tahun 2015 hingga 2019.
Grafik 16. Total Pemeriksaan Laboratorium 2015 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja
16%
13%
46%
15%
10% Spine
Pediatric
Rekonstruksi
Sub Hand & Micro Surgery
Onkologi
67.784 76.429 79.277
86.586 90.326
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
2015 2016 2017 2018 2019
19
Grafik 17. Total Pemeriksaan Laboratorium Berdasarkan
Jenis Pemeriksaan 2016 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 – 2019
5. Layanan Radiologi
Jenis layanan radiologi yang tersedia adalah pemeriksaan radiologi dengan atau tanpa kontras, pemeriksaan USG, MRI, BMD, panoramic, C-arm, Bone
survey, Scanogram, dan CT-Scan. Grafik 18 menunjukkan penurunan jumlah
volume layanan pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2015 sebesar 15,6%.
Grafik 18. Total Radiologi 2015 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015 – 2019
Grafik 19 menunjukkan jenis layanan radiologi yang sering dilakukan adalah
pemeriksaan radiologi tanpa kontras yang mencapai sekitar 30,000
pemeriksaan. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang paling umum
dilakukan dalam spesialisasi ortopedi. Layanan radiologi lain yang juga sering digunakan yaitu MRI dan scanogram, sedangkan layanan radiologi yang jarang
digunakan adalah pemeriksaan radiologi dengan kontras.
- 5.000
10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000
2016
2017
2018
2019
39.074 34.930 35.830
29.930 32.942
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
2015 2016 2017 2018 2019
20
Grafik 19. Layanan Radiologi Berdasarkan Jenis Pemeriksaan 2015 - 2019
Sumber: Laporan Pemeriksaan Radiologi
6. Layanan Rehabilitasi Medik
Grafik 20. Kunjungan Layanan Rehabilitasi Medis Tahun 2015 - 2019
Sumber: Data Laporan Kinerja 2015 - 2019
Selain klinik rawat jalan yang telah dijelaskan sebelumnya, RSO memiliki klinik
rawat jalan rehabilitasi medis. Dari Grafik 20, terlihat bahwa jumlah kunjungan
klinik rehabilitasi medis pada tahun 2019 menurun 7,7 % dari tahun sebelumnya. Grafik 21 menunjukkan bahwa layanan fisioterapi merupakan
layanan rehabilitasi medis yang paling sering diakses. Pada tahun 2018
kunjungan di Instalasi ini menurun karena adanya regulasi BPJS terkait rujukan
berjenjang. Pada tahun 2019, kunjungan pada layanan - layanan rehabilitasi
medis menunjukkan peningkatan sebesar 7,1 % dari tahun 2018.
- 5.000
10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000
2015
2016
2017
2018
2019
49.066 41.961 42.031 38.415 35.456
- 10.000
20.000 30.000 40.000 50.000 60.000
2015 2016 2017 2018 2019
21
Grafik 21. Perbandingan Antar Layanan Rawat Jalan Rehabilitasi Medis 2015 -2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja
7. Layanan Farmasi
Grafik 22. Jumlah Lembar Resep di Bagian IGD, Rawat Jalan dan Rawat Inap 2015 - 2019
Sumber: Data Bagian Farmasi 2015 - 2019
Dari total resep yang dikeluarkan pada tahun 2019, Instalasi Rawat Jalan
mengeluarkan resep terbanyak dengan jumlah lembar resep mencapai 50.460
lembar. Sebaliknya IGD mengeluarkan resep paling sedikit dengan jumlah
8.103 lembar resep. Selain itu, secara keseluruhan tampak kenaikan lembar
resep pada tahun 2019. Perbandingan antara resep yang diterima dan resep
yang dilayani sejak tahun 2015 - 2019 tidak memiliki selisih yang besar. Selisih
terbesar ditemukan pada tahun 2016,yaitu sebesar 1.645 resep yang tidak
dapat dilayani, dan selisih terkecil pada tahun 2018 dengan 109 resep yang
tidak dapat dilayani.
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
Fisioterapi PSM OkupasiTerapi
OrtetikProstetik
Psikologi TerapiWicara
2015
2016
2017
2018
2019
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
2015 2016 2017 2018 2019IGD Rawat Jalan Rawat Inap
22
Grafik 23. Jumlah Resep yang Diterima dan Dilayani 2015 - 2019
Sumber: Data Bagian Farmasi
8. Profil Pasien Grafik 24. Demografi Pasien 2015-2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015-2019
RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta merupakan rumah sakit rujukan untuk kasus terkait dengan ortopedi. Pada Grafik 24, dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien berasal dari Jawa Tengah dengan sedikit tambahan pasien dari daerah lainnya seperti Jawa Timur, DI Yogyakarta, jawa barat, Lampung hingga Papua. Namun jumlah pasien dari luar Jawa masih sangat minim dibandingkan dengan jumlah pasien yang berasal dari Jawa Tengah. Kemudian, jika dilihat dari Grafik 25, tampak bahwa sebagian besar pasien yang datang merupakan pasien JKN Non-PBI, diikuti dengan pasien umum, lalu pasien JKN PBI. Rata-rata pasien JKN Non PBI per tahun adalah 46.328 pasien, sedangkan pasien umum dengan rata-rata 25.235 pasien per tahun,
390.190 415.224 478.275
518.366 550.569
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
2015 2016 2017 2018 2019
Resep Diterima
Resep Dilayani
0
10000
2000030000
40000
50000
6000070000
80000
2015
2016
2017
2018
2019
23
kemudian diikuti oleh jumlah pasien JKN PBI rata-rata per tahun mencapai 14.037 pasien per tahun.
Grafik 25. Pasien Berdasarkan Cara Bayar 2015-2019
Sumber: Data Laporan Kinerja per Unit Kerja 2015-2019
9. Rujukan
Rumah Sakit Ortopedi melayani pasien rujukan yang terdiri pasien rujukan dari
rumah sakit lain ke poli ortopedi, neurologi dan saraf, penyakit dalam, bedah umum, gigi dan mulut, serta subspesialis spine. Sebanyak 84% dari total pasien
yang dirujuk ke RSO adalah pasien dengan tujuan Klinik Ortopedi.
Grafik 26. Rujukan Pemeriksaan Patologi Anatomi RSU UNS Tahun 2015-2019
Sumber: Pemeriksaan Rujukan PA Instalasi Patologi Klinik RSO 2015-2019
-
10.000,0
20.000,0
30.000,0
40.000,0
50.000,0
60.000,0
Umum JKN NONPBI
JKN PBI IKS Fasilitas
2015
2016
2017
2018
2019
384 444 450
546 540
0
100
200
300
400
500
600
2015 2016 2017 2018 2019
Rujukan PA
24
Salah satu alasan rujukan ke luar dari RSO adalah akibat ketidakadaan
modalitas diagnostik terutama pemeriksaan Patologi Anatomi (PA). Oleh
karena itu, pasien yang membutuhkan pemeriksaan tersebut akan dirujuk ke
RSU. Universitas Sebelas Maret. Jumlah rujukan pemeriksaan PA dari tahun
2015-2019 cenderungan meningkat sebesar 41% dari tahun 2015. Pada tahun
2019 rujukan mencapai 540 pemeriksaan PA.
Selain pemeriksaan PA, RSO merujuk pasien setelah mendapat penanganan di
IGD. Jumlah rujukan pada tahun 2019 adalah sebanyak 36 pasien (0,75%). Hal
ini menunjukkan angka yang rendah kurang dari 2% dari jumlah kunjungan IGD
tahun 2019. Alasan pasien dirujuk adalah tidak adanya SDM, khususnya
tenaga spesialis obstetri dan ginekologi, bedah thoraks, bedah saraf, spesalis
anak, spesialis kedokteran jiwa, subspesialis digestif, spesialis jantung, serta
subspesialis hematologi-onkologi medik. Selain itu pasien dirujuk karena
membutuhkan pelayanan hemodialisis yang saat ini belum tersedia di RS
Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso.
Grafik 27. Rujukan Pasien dari IGD 2019
Sumber : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instalasi Gawat Darurat 2019
B. KINERJA ASPEK KEUANGAN Dari Rencana Strategis Bisnis periode sebelumnya, ada dua sasaran strategis
yang terkait dengan aspek keuangan yang harus dicapai oleh RSO yaitu
terwujudnya efisiensi penggunaan dana dan tersedianya alokasi dana yang
meningkat. Pada sasaran terwujudnya efisiensi penggunaan dana, indikator
11
7
1 2
1
5
1 2 2
1 1 1 1 1
0
2
4
6
8
10
12
Series1
25
utama yang digunakan adalah POBO (perbandingan antara Pendapatan
Operasional (BLU) dengan Biaya Operasional) dan tingkat kesehatan Badan
Layanan Umum. Pendapatan BLU adalah seluruh pendapatan rumah sakit
yang berasal dari berbagai aktivitas pelayanan dan kerjasama, yang diperoleh
sebagai hasil imbal jasa bagi BLU, diluar pendapatan dari APBN. Biaya
operasional adalah seluruh biaya yang langsung dikeluarkan oleh RS untuk
melayani masyarakat. Biaya ini meliputi biaya pegawai, bahan habis pakai,
jasa layanan, pemeliharaan, daya dan jasa, serta biaya langsung lainnya, dan
berbagai biaya langsung lainnya yang berkaitan dengan layanan yang diberikan
oleh RSO. Berikut ini adalah tabel pencapaian efisiensi penggunaan dana dari
tahun ke tahun.
Tabel 1. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
Variabel Efisiensi Penggunaan Dana
2015 2016 2017 2018 2019
Pendapatan BLU (dalam juta
rupiah) 159,168 162,633 194,697 203,683 202.720
Biaya Operasional (dalam juta
rupiah) 166,392 152,124 178,284 218,142 182.230
POBO 95,66% 106,91% 109,21% 93,37% 111.24% Target POBO 98,7% 81% 83,35% 74% 73 %
Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah RSO Tahun 2015 – 2019
Tabel di atas menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan dana sempat membaik
di tahun 2016 dan tahun 2017, namun menurun di tahun 2018 dan kembali
meningkat di tahun 2019. Pencapaian di atas tetap melampaui target POBO
yang telah ditetapkan sehingga kinerja keuangan pada aspek ini dinyatakan
baik. Ada beberapa kendala yang terjadi dalam pencapaian efisiensi penggunaan
dana menurut laporan kinerja tahun 2019, antara lain:
- Pertumbuhan pendapatan belum optimal;
- Biaya operasional masih tinggi.
Upaya-upaya yang diusulkan untuk memperbaiki hal tersebut di atas adalah
meningkatkan pendapatan melalui perbaikan pelayanan dan menggali sumber-
sumber pendapatan baru, serta meningkatkan efisiensi biaya operasional.
26
Tabel 2. Pencapaian Kinerja Keuangan
Variabel 2015 2016 2017 2018 2019 Kas & Setara Kas 160,576,675,440
161,681,355,750
140,418,617,396
136,258,166,462
176,721,933,541 Current Liabilities 933,078,140
1,339,522,094
2,897,902,320
1,707,888,149
1,519,958,901 Current Assets 200,301,805,007
209,173,766,588
206,632,653,585
204,046,748,514
243,391,461,974 Piutang Usaha x 360 7,198,483,173,480
8,806,184,868,960
16,436,930,347,440
11,467,709,115,120
15,337,546,596,360 Pendapatan Usaha 144,643,119,806
162,558,329,070
191,297,262,858
153,775,329,206
192,071,265,788 Pendapatan Operasional
149,745,861,974 170,977,376,792
203,440,754,278
154,387,601,804
202,720,080,085
Aset Tetap 463,552,280,205 487,883,973,423
1,155,585,088,040
1,153,708,201,527
1,165,738,466,549
Surplus/Defisit sebelum Pos Keuantungan atau Kerugian
57,903,092,646 8,665,340,654
19,853,030,339
(20,863,411,947)
18,521,635,543
Ekuitas 519,655,044,020 597,810,977,195
1,161,389,953,569
1,131,923,214,005
1,156,343,269,655
Total Persediaan x 365
7,195,780,591,510 8,384,459,139,085
7,482,214,083,455
13,095,499,016,770
8,985,654,068,625
Pendapatan BLU 214,013,466,405 262,461,544,892
280,277,210,811
154,387,601,804
240,533,920,301
Biaya Operasional 140,115,196,758 162,312,036,138
183,622,834,950
175,062,323,695
182,230,630,000
Subsidi 4,759,290,693 8,513,267,979
10,883,743,208
13,732,392,175
17,759,917,842
Rasio Kas ( Cash Ratio )
17,209.35 12,070.08 4,845.53
7,978.17
11,626.76
Rasio Lancar ( Current Ratio )
21,466.78 15,615.55 7,130.42
11,947.31
16,013.03
Periode Penagihan Piutang ( Collection Period )
50 54 86
75
80
Perputaran Aset Tetap ( Fixed Asset Turnover )
32.30 35.04 17.60
13.38
17.39
Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)
12.49 1.78 1.72
(1.81)
1.59
Imbalan Ekuitas (Return on Equity)
12.54 1.47 1.74
(1.81)
1.58
Perputaran Persediaan ( Inventory Turnover )
34 32 27
85
37
PB (POBO) 106.87 105.34 110.79
88.19
111.24
Ratio Subsidi Biaya Pasien RS
2.22 3.24 3.88
8.89
7.38
Sumber :Laporan Kinerja Instansi Pemerintah RSO Tahun 2015-2019
27
1. Ratio Kas ( Cash Ratio )
Berdasarakan Tabel diatas Nilai Ratio Kasnya diatas 1 berarti Rumah Sakit
mampu untuk menutup utang lancarnya. Ratio Kas yang bagus adalah rasio kas
yang nilainya diatas 1 ( > 100% ) , dengan ratio Kas diatas 1 berarti
perusahaan/organisasi memiliki kas yang lebih besar dibanding utang lancarnya
sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kas dan setara kas yang dimiliki dapat
melunasi utang jangka pendeknya dan aman dari resiko likuidasi.
Tetapi dilihat dari sisi yang lain yaitu pencapaian kinerja keuangan untuk nilai
Kas Ratio dari tahun 2015 - 2019 skornya rendah, hanya mencapai 0.5 dari nilai
tertinggi 2.25, padahal kas dan setara kasnya cukup tinggi dan mampu untuk
menutup utangnya.
2. Rasio Lancar ( Current Ratio )
Berdasarkan dari tabel tersebut nilai ratio lancarnya lebih dari 1 ( 100% ), berarti
RS mampu untuk melunasi kewajiban lancarnya, karena perbandingan
aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar
yang dimiliki nilainya di bawah 1 , maka kemampuannya dalam melunasi utang
masih dipertanyakan dan jika rasio lancar nilainya lebih dari 3 (300%) bukan
berarti perusahaan tersebut dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi
perusahaan tersebut tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal, tidak
memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya
dengan baik.
3. Periode Penagihan Piutang ( Collection Period )
Berdasarkan Tabel tersebut Nilai Ratio Periode Penagihan Piutang dari Tahun
2015 - 2019 cenderung mengalami kenaikan. Untuk tahun 2015 dan 2016
Lumayan efisien dengan Nilai Ratio mendekati 30 sehingga skornya 1.25 tetapi
untuk Tahun 2017 - 2019 nilai perolehan rationya jauh diatas 30 dan nilai
skornya <1 , sehingga nilai pencapaian kinerja keuangan Tahun 2017 - 2019
belum efisien. Adapun yang paling bagus nilai skornya 2.25 dengan perolehan
Ratio PPP < 30
4. Perputaran Aset Tetap ( Fixed Asset Turnover )
Berdasarakan Tabel tersebut Nilai Ratio Perputaran Aset Tetap dari Tahun 2015
- 2019 cenderung mengalami penurunan, untuk Tahun 2015 dan 2016 RS
sudah efisien, Tetapi di Tahun 2017 - 2019 RS belum efisien karena nilai PAT <
20 , untuk perolehan Ratio Perputaran Aset Tetap dinilai baik apabila berada
dititik PAT > 20 yang merupakan skor target BLU terbaik dengan nilai skor 2.25
28
5. Imbalan atas Aset Tetap ( Return on Fixed Asset )
Berdasarkan Tabel tersebut Nilai Ratio Imbalan atas Aset Tetap dari Tahun 2015
- 2019 cenderung mengalami penurunan, Tahun 2015 Rasio imbalan atas Aset
Tetap sudah efektif dan produktif yaitu dengan nilai ROFA > 6 dan skor tertinggi
yang didapat yaitu 2.25 akan tetapi Tahun 2016 - 2019 mengalami penurunan,
untuk Tahun 2016 - 2017 Lumayan efektif , sedangkan Tahun 2018 - 2019 Ratio
ROFA < 6 berarti dalam kondisi tidak efektif dan produktif berarti manajemen
belum mampu dalam mengelola investasinya dalam pengembalian investasi
terhadap dana RS
6. Imbalan Ekuitas ( Return on Equity )
Berdasarkan Tabel tersebut Nilai Ratio Imbalan Ekuitas dari Tahun 2015 - 2019
cenderung mengalami penurunan, Tahun 2015 sudah efisien dalam penggunaan
modal sendiri. Nilai pencapaian kinerja keuangan mulai dari Tahun 2016 - 2019
tidak efesien dalam penggunaan modal sendiri , karena berada berada dititik
ROE < 8. Adapun Ratio Imbalan Ekuitas dinilai baik apabila berada dititik ROE
> 8 dengan nilai skor target BLU terbaik yaitu 2.25
7. Perputaran Persediaan ( Inventory Turnover )
Berdasarakan Tabel tersebut Nilai Ratio Perputaran Persediaan dari Tahun 2015
- 2017 dan 2019 sudah efisien karena telah menunjukkan berapa kali jumlah
barang sediaan diganti dalam satu tahun yaitu antara 27 - 37 hari yang
merupakan ratio perputaran persediaan yang lumayan bagus, sedangkan untuk
Tahun 2018 tidak efisien karena PP> 60 dengan nilai skor 0
8. PB (POBO)
Berdasarakan tabel tersebut dari Tahun 2015 - 2019 Ratio Pendapatan PNBP
sudah efisien karena RS memiki pendapatan yang lebih besar dari pengeluaran
yaitu Biaya Operasional. Ratio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
dinilai baik karena berada pada titik PB > 65 yang merupakan skor target BLU
terbaik yaitu 2.75
9. Ratio Subsidi Biaya Pasien RS
Berdasarkan Tabel tersebut Ratio subsidi Pasien RS cenderung mengalami
kenaikkan
29
Secara umum berdasarkan penilaian kinerja pelayanan dan keuangan selama
5 (lima) tahun berturut-turut RSO mendapat predikat AA dengan skor 85.48 dari
total skor 100. Pada pencapaian tersebut, kinerja keuangan menyumbang skor
22.85.
C. KINERJA ASPEK SDM Ada dua sasaran strategis yang memuat indikator kinerja aspek SDM tahun
2019, Sasaran strategis pertama yaitu: terwujudnya SDM yang memiliki kualitas
dan kompetensi (profesional) sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran, Sasaran strategis ini dapat dievaluasi dengan tiga indikator kinerja
kunci, yaitu :
1. persentase dokter spesialis ortopedi yang mendapatkan sertifikat sub-
spesialis/konsultan;
2. persentase karyawan yang mendapatkan pelatihan lebih dari 20 jam; dan
3. persentase karyawan yang mendapatkan pendidikan lebih lanjut.
Sasaran strategis kedua yaitu terwujudnya budaya kerja pegawai, dengan
indikator kinerja utama persentase sasaran kinerja pegawai. Target dan
realisasi pencapaian dari indikator-indikator ini tersajikan melalui tabel berikut
ini. Tabel 3. Pencapaian Kinerja Aspek SDM
KPI Sumber Daya Manusia
2015 2016 2017 2018 2019
Realisasi
Target Realisasi
Target Realisasi
Target Realisasi
Target Realisasi
TOT untuk dokdiknis 100% 64% 100% 100% 100% 65% 60% 70% 75 %
Jumlah jam pelatihan
karyawan (> 20 jam)
51% 61% 54% 62% 94% 63% 92,6% 64% 82.6 %
Pendidikan lanjut 18,3% 20% 21,8% 21% 15,5
%
22% 7,6% 24% 32.9 %
Budaya Kerja
Pegawai
100% 87% 100% 90% 100% 93% 99,5% 95% 100 %
Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah RSO Tahun 2015 – 2019
Persentase dokter spesialis ortopedi traumatologi dan dokter spesialis
kedokteran fisik dan rehabilitasi medik yang mendapatkan sertifkat
konsultan pada tahun 2019 tercapai sebesar 75 %. Dari 16 Dokter
Pendidik Klinis, baru 12 dokter yang telah mendapatkan sertifikat sub
30
spesialis / konsultan. Masih terdapat spesialis ortopedi traumatologi dan
dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik yang belum berkesempatan mengikuti pendidikan. Upaya tindak lanjutnya adalah
mendorong dokter spesialis ortopedi traumatologi dan dokter spesialis
kedokteran fisik dan rehabilitasi medik yang belum mengikuti pendidikan serta mengalokasikan anggaran pengembangan.
Terkait dengan indikator persentase karyawan yang mendapat pelatihan lebih
dari 20 jam setahun, kendala yang dihadapi berupa bertambahnya jumlah
karyawan (denominator meningkat) sehingga angka pencapaian menjadi lebih
kecil. Upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi kendala ini adalah dengan meningkatkan jumlah kegiatan in-house training sehingga kebutuhan pelatihan
SDM dapat terpenuhi sesuai standar.
Pada kegiatan pendidikan lanjut bagi SDM, kendala yang dihadapi adalah
adanya karyawan yang tidak melapor ke bagian Diklit setelah selesai
menempuh pendidikan, sehingga data pada Bagian Diklit belum terbarui sesuai
dengan fakta, belum optimalnya sosialisasi mengenai pendidikan tingkat lanjut,
dan informasi pendaftaran pendidikan tingkat lanjut yang juga belum optimal.
Untuk mengatasi kendala tersebut upaya tindak lanjut yang dilakukan adalah
pembuatan sistem/aplikasi untuk pelaporan memudahkan pegawai, sosialisasi
pendidikan tingkat lanjut yang lebih optimal, memfasilitasi SDM yang akan
mengajukan izin belajar, serta membantu pendaftaran SDM yang akan
melanjutkan pendidikan.
Sasaran kinerja pegawai adalah capaian nilai kinerja seluruh pegawai RSO
berdasarkan penilaian SKI Sasaran Kinerja Individu. Sistem penilaian ini sudah
terkoneksi dengan sistem penilaian kinerja dan remunerasi. Setiap unit kerja harus memiliki kontrak kinerja dan setiap individu harus mengisi log-book
melalui sistem aplikasi yang telah disediakan oleh RS. Kendala yang dihadapi
adalah masih adanya ketidaksepakatan mengenai penyetaraan poin kinerja dan
kedepannya ini akan terus diperbaiki.
31
D. KINERJA ASPEK SARANA & PRASARANA Grafik 28. Overall Equipment Effectiveness Tahun 2015 - 2019
Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah RSO Kinerja Aspek Sarana dan Prasarana RSO dilihat dari indikator kunci: overall
equipment effectiveness, disingkat OEE, atau tingkat kehandalan sarpras
adalah hasil pengukuran kehandalan sarna dan prasarana. OEE dilihat dari tiga aspek, yaitu rasio ketersediaan (availability ratio), rasio kinerja (performance
ratio), dan rasio kualitas (quality ratio). Hasil evaluasi OEE tahun 2015 – 2019
menunjukkan adanya fluktuasi, sedangkan capaian OEE lebih tinggi daripada
pencapaian tahun sebelumnya. Selengkapnya disajikan melalui grafik berikut.
Grafik 29. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness RSO Tahun 2019
Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah RSO
Berdasarkan Lakip RSO Tahun 2019, kendala yang ditemui adalah semakin tuanya
usia peralatan dan jadwal pemadaman listrik PLN yang sering mendadak sehingga
menyebabkan komponen listrik peralatan mudah rusak. Tindak lanjut yang
direncanakan untuk mengantisipasi dampak negatif dari situasi tersebut di masa
mendatang adalah pemeliharaan dan monitoring terhadap sarana dan prasarana
secara berkesinambungan.
81,7 80,3 71,7
79,8 80,7
0
20
40
60
80
100
2015 2016 2017 2018 2019
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%120,00%140,00%160,00%
Genset 1
Genset 3 (cadangan)
Gas medis 2
Pompa air 1
Mesin IPAL
Kualitas Kinerja Ketersediaan
32
2.3 TANTANGAN STRATEGIS Terdapat banyak tantangan strategis yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun
strategi RSO agar dapat mencapai visinya. Berbagai tantangan tersebut antara lain:
1. Pembiayaan kesehatan semakin terbatas. Sejak implementasi program JKN tahun
2014, BPJS terus mengalami defisit sehingga pembayaran klaim RS terhambat.
Bahkan banyak RS yang operasionalnya mulai terganggu karena klaim yang
belum dibayar jumlahnya cukup besar. Kedepannya, pemerintah akan semakin
memperketat regulasi pembiayaan kesehatan, dan mendorong upaya-upaya
promotif-preventif untuk secara jangka panjang menekan biaya pelayanan
kesehatan.
2. RS Pemerintah didorong untuk semakin mandiri. Kebijakan ini sudah mulai
berjalan, dimana pemerintah pusat mengurangi subsidi untuk investasi bagi RS-
RS milik Kementerian Kesehatan. 3. Delivery pelayanan dengan mutu tinggi pada tingkat yang paling efisien otomatis
menjadi tantangan utama RS, dimana sumber daya dari pemerintah (subsidi)
berkurang sedangkan RS harus terus berinvestasi untuk memelihara kompetensi
dan meningkatkan daya saing. Sementara itu, kebijakan pembiayaan pelayanan
kesehatan melalui BPJS menuntut RS agar selalu efisien.
4. Masalah klasik yang masih dihadapi oleh RS hingga kini adalah keterbatasan
sumber daya, khususnya tenaga profesional kesehatan. Sebagai RS Ortopedi
rujukan nasional, maka SDM yang dimiliki harus yang terbaik dengan tingkat
kompetensi tertinggi. Kedepannya, RSOharus juga mampu melahirkan jenis-jenis
kompetensi baru yang merupakan pengembangan dari kemampuan pelayanan-
pelayanan sub-spesialis dan unggulan.
5. Regulasi terkait dengan operasional rumah sakit belum mampu memfasilitasi
seluruh kebutuhan RS. Misalnya, regulasi terkait remunerasi telah membatasi
motivasi seorang dokter PNS untuk bekerja di RSOdi luar jam kerja, sehingga RS
harus merekrut tenaga tambahan untuk mengisi kapasitas layanan di luar jam
kerja. Namun tidak mudah untuk mendapatkan tenaga dengan kompetensi
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso. 6. Medical tourism adalah isu yang sejak beberapa tahun terakhir ini mewarnai
diskusi pengembangan RS di level nasional. Hal ini tidak terlepas dari agresivitas
negara tetangga dalam memasarkan pelayanan kesehatannya untuk meraih
pangsa pasar pasien dari luar negeri.
33
7. Value for money bukan hanya patient safety dan tarif tapi juga patient experience,
dimana sebagian pasien tidak mempermasalahkan tinggi rendahnya tarif rumah
sakit melainkan nilai apa yang mereka dapatkan dengan membayar senilai tarif
tersebut.
8. Perkembangan IPTEKDOK, misalnya bidang biologi medis, akan membuat semakin banyak layanan bedah ortopedi yang dapat di-setting sebagai layanan
ODC. Dengan teknologi pembedahan yang semakin canggih, makin banyak kasus yang dapat ditangani dengan cara minimally invasive sehingga masa recovery
pasien lebih singkat, bahkan bisa pulang di hari yang sama. Namun RS
membutuhkan kemampuan finansial yang baik agar mampu mengikuti
perkembangan teknologi. 9. Layanan rehabilitasi medis semakin banyak yang di-setting sebagai layanan
home-care dan dapat diberikan secara virtual (tele-fisioterapi). Fasilitas kesehatan
di negara maju sudah banyak memanfaatkan teknologi nternet untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara virtual. Hal ini juga sudah mulai
dikembangkan di Indonesia, apalagi dengan sebakin baiknya infrastruktur
telekomunikasi. Untuk itu, SDM RS harus memiliki literasi teknologi komunikasi
yang baik. 10. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi: Internet of Things, Artificial
Intelligent, Big Data, Cloud computing dan sebagainya akan semakin banyak
diadopsi oleh RS-RS di negara maju, sehingga meningkatkan daya saing mereka
(karena mampu memenuhi kebutuhan pelayanan pasien) dan semakin
mendekatkan layanan RS kepada target pasarnya meskipun secara geografis
lokasinya sangat berjauhan. 11. Penggalangan dana dengan metode crowd-funding (partisipasi masyarakat)
sudah banyak dimanfaatkan dalam mengumpulkan sumbangan masyarakat untuk
membantu pasien tidak mampu dalam mengakses pelayanan kesehatan di RS
(misalnya menggunakan website kitabisa.com). Tim RS dapat memanfaatkan hal
ini untuk menggalang dana bagi pasien-pasien tidak mampu yang tidak ter-cover
BPJS maupun asuransi sosial lainnya. 12. Smart Hospital mulai bergeser menjadi Intelligent Hospital, semakin banyak
proses pelayanan di RS yang terotomatisasi, pasien semakin mandiri dalam
mengakses layanan tersebut, makin sedikit SDM yang dibutuhkan di RS. 13. Marketing layanan RS tidak hanya melalui website RS atau berbagai events
melainkan juga market place, sebagaimana produk barang dan jasa non medis.
Saat ini sudah ada beberapa RS yang masuk dalam market place dan dapat
34
diakses dari seluruh dunia, Beberapa diantaranya juga menyediakan layanan
bedah ortopedi.
2.4 BENCHMARKING
Di dalam negeri, ada beberapa RS yang menerapkan sistem pelayanan yang lebih
baik atau teknologi yang lebih tinggi pada beberapa bagian dibandingkan dengan yang
ada di RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. RS-RS tersebut secara parsial
dapat menjadi sumber belajar atau referensi bagi RSO untuk perbaikan berkelanjutan.
Tabel 4. Rumah Sakit Benchmark di Dalam Negeri Rumah Sakit Area Benchmark
RSUP dr, Cipto Mangunkusumo Onkologi, Hand & Micro Surgery, RSUD Soetomo, Surabaya Onkologi, Hand & Micro Surgery, RSUP dr, Kariyadi Hand & Micro Surgery, RS Fatmawati Spine, Pediatric Orthopedic RS Bintaro Spine
Sumber: Data Primer
Di luar negeri, ada beberapa RS memiliki layanan, sistem manajemen dan penerapan teknologi yang lebih baik dan dapat dijadikan sebagai benchmark dan mitra
pengembangan, Fokus utama diarahkan pada RS-RS yang sebelumnya telah memiliki
ikatan kerjasama, khususnya dalam pengembangan kompetensi dokter sub-spesialis
RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso,
Tabel 5. Rumah Sakit Benchmark di Luar Negeri
Rumah Sakit Area Benchmark Hospital USM (Malaysia) Onkologi Siriraj Piyamaharajkarun Bangkok Hand & Micro Surgery St, Marry Hospital, Seoul Spine Asahshiti Hospital (Hiroshima) Spine
SNUH (Korea) Spine Hiroshima Spine University of Malaya Pediatric Orthopedic
Sumber: Data Primer
35
2.5 ANALISIS SWOT A. Faktor Internal Kekuatan
• Sudah ada cikal bakal layanan unggulan dengan tim yang solid dan peralatan
yang lengkap
• Branding kuat di dalam negeri
• Lahan masih luas dengan kondisi gedung sangat baik
• Lokasi strategis, bisa dijangkau dengan transportasi darat dan udara • Sudah ada SIM-RS basic
• Secara umum, infrastruktur dalam kondisi baik untuk mendukung
pengembangan dan inovasi Kelemahan
• Belum punya market share pasien non-BPJS
• Belum bekerjasama dengan pihak ketiga dalam konteks penyediaan layanan kesehatan orthopedic-related
• Sistem informasi belum optimal mendukung keputusan manajemen, keputusan klinis, maupun sebagai interface komunikasi dengan masyarakat/pasien:
– Belum terbangun secara lengkap
– Belum terintegrasi
– Belum mendukung proses-proses secara otomatis
– Belum disiapkan untuk pengembangan berbagai apps untuk pasien
maupun klinisi
– Belum mensupport kegiatan riset dan pengembangan
• Masih diperlukan peningkatan kompetensi tertentu untuk memperkuat tim
layanan unggulan
• Sumber pendapatan sebagian besar berasal dari pasien JKN • Kegiatan untuk engagement dengan pasien masing kurang, misalnya:
– Klub pasien post-op rekonstruksi
– Klub yoga untuk penderita arthritis
– Dll • Belum memiliki teknologi terkini (robotic/AI, 3D printing dll)
B. Faktor Eksternal Peluang:
• Pangsa pasar non-JKN masih terbuka lebar
36
• Sudah punya “koneksi” dengan berbagai teaching hospital di negara maju • Standar pelayanan kesehatan, kasus kecelakaan kerja dan coverage asuransi
karyawan di BUMN dan perusahaan multi-nasional menjadi peluang bagi RSO
untuk penyediaan layanan kesehatan ortopedi
• Perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk memperluas
cakupan layanan dan meningkatkan efisiensi
• Arah kebijakan kesehatan Pemerintah kedepan fokus pada promotif dan
preventif
• Penguatan pembangunan kesehatan 2020-2024 antara lain penguatan germas, digitalisasi pelayanan kesehatan dan riset-riset life sciences
• Kerjasama dengan industri untuk mengembangkan berbagai peralatan life-
support bagi pasien ortopedik
Ancaman:
• Regulasi dan kebijakan terkait pembiayaan kesehatan yang belum sinkron
dengan masalah di lapangan
• Kompetisi dari berbagai bentuk pelayanan kesehatan ortopedi, dalam dan luar
negeri
• Kemampuan RS-RS bermodal besar dalam mengadopsi perkembangan
teknologi kedokteran ortopedi
• Masyarakat makin kritis dan akses ke sumber informasi makin luas sehingga
ekspektasi terhadap pelayanan RS juga semakin tinggi
• Perkembangan regulasi bidang informatika tidak secepat perkembangan
teknologi informatika bidang kesehatan
C. Komparasi Urgensi Faktor Internal dan Eksternal
Tabel 6. Komparasi Urgensi Faktor Internal dan Eksternal
RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso
FAKTOR INTERNAL & EKSTERNAL BOBOT RATING BOBOT x RATING
RANK
KEKUATAN Sudah ada cikal bakal layanan unggulan
dengan tim yang solid dan peralatan
yang lengkap 0,3 90 27 I
37
FAKTOR INTERNAL & EKSTERNAL BOBOT RATING BOBOT x RATING
RANK
Branding kuat di dalam negeri 0,1 70 7 V Lahan masih luas dengan kondisi
gedung sangat baik 0,1 80 8 IV
Lokasi strategis, bisa dijangkau dengan
transportasi darat dan udara 0,2 80 16 II
Sudah ada SIM-RS basic 0,2 60 12 III Secara umum, infrastruktur dalam
kondisi baik untuk mendukung
pengembangan dan inovasi 0,1 60 6 VI
1 76
KELEMAHAN Belum punya market share pasien non-
BPJS 0,1 80 8 IV
Belum bekerjasama dengan pihak ketiga
dalam konteks penyediaan layanan
kesehatan orthopedic-related 0,09 80 7,2 V
Sistem informasi belum optimal
mendukung keputusan manajemen,
keputusan klinis, maupun sebagai
interface komunikasi dengan
masyarakat/pasien:
Belum terbangun secara lengkap 0,15 90 13,5 I Belum terintegrasi 0,12 90 10,8 II Belum mensupport proses-proses
secara otomatis 0,12 80 9,6 III
Belum disiapkan untuk pengembangan berbagai apps untuk
pasien maupun klinisi 0,06 70 4,2 VIII
Belum mensupport kegiatan riset dan
pengembangan 0,06 70 4,2 VIII
Masih diperlukan peningkatan
kompetensi tertentu untuk memperkuat
tim layanan unggulan 0,08 70 5,6 VII
38
FAKTOR INTERNAL & EKSTERNAL BOBOT RATING BOBOT x RATING
RANK
Sumber pendapatan sebagian besar
berasal dari pasien BPJS 0,08 80 6,4 VI
Kegiatan untuk engagement dengan
pasien masing kurang, misalnya: 0,08 70 5,6 VII
Club pasien post-op rekonstruksi
Club yoga untuk penderita arthritis
Dll
Belum memiliki teknologi terkini
(robotic/AI, 3D printing dll) 0,06 70 4,2 VIII
1 79,3
PELUANG Pangsa pasar non-BPJS masih terbuka
lebar 0,2 80 16 II
Sudah punya “koneksi” dengan berbagai
teaching hospital di negara maju 0,15 85 12,75 III
Standar pelayanan kesehatan, kasus
kecelakaan kerja dan coverage asuransi
karyawan di BUMN dan perusahaan
multi-nasional menjadi peluang bagi
RSO untuk penyediaan layanan
kesehatan ortopedi
0,2 85 17 I
Perkembangan teknologi informasi dapat
dimanfaatkan untuk memperluas
cakupan layanan dan meningkatkan
efisiensi
0,1 80 8 V
Arah kebijakan kesehatan Pemerintah
kedepan fokus pada promotif dan
preventif 0,1 75 7,5 VI
Penguatan pembangunan kesehatan
2020-2024 antara lain penguatan
germas, digitalisasi pelayanan
kesehatan dan riset-riset life sciences
0,1 80 8 V
39
FAKTOR INTERNAL & EKSTERNAL BOBOT RATING BOBOT x RATING
RANK
Kerjasama dengan industri untuk
mengembangkan berbagai peralatan
life-support bagi pasien ortopedik 0,15 75 11,25 IV
1 80,5
ANCAMAN Regulasi dan kebijakan terkait
pembiayaan kesehatan yang belum
sinkron dengan masalah di lapangan 0,3 80 24 I
Kompetisi dari berbagai bentuk
pelayanan kesehatan ortopedi, dalam
dan luar negeri 0,2 75 15 III
Kemampuan RS-RS bermodal besar
dalam mengadopsi perkembangan
teknologi kedokteran ortopedi 0,2 85 17 II
Masyarakat makin kritis dan akses ke
sumber informasi makin luas sehingga
ekspektasi terhadap pelayanan RS juga
semakin tinggi
0,1 75 7,5 IV
Perkembangan regulasi bidang
informatika tidak secepat perkembangan
teknologi informatika bidang kesehatan 0,2 75 15 III
1 78,5
2.6 DIAGRAM KARTESIUS DAN PRIORITAS STRATEGIS Skor Strengths = 76
Skor Weaknesses = 79,3
Skor Strengths – Skor Weaknesses = 76 – 79,3 = -3,3
Skor Opportunities = 80,5
Skor Threats = 78,5
Skor Opportunities – Skor Threats = 80,5 – 78,5 = 2
40
Dari hasil perhitungan skor di atas, RSOberada di kuadran IV yang pilihan strateginya adalah Diversifikasi Layanan. Artinya, RSOsebenarnya memiliki keunggulan bersaing
yang memadaiakan tetapi segmen yang saat ini dilayani oleh RSO – yaitu pasien
BPJS – tidak lagi menjanjikan. Oleh karenanya, RSOperlu melakukan terobosan atau
inovasi dengan keunggulan yang dimiliki untuk memasuki segmen pasar baru dengan
produk layanan baru maupun lama.
Strategi tersebut akan dijalan dengan cara membuka layanan untuk segmen pasar
baru, yaitu pasien non-BPJS. RSOtelah memiliki cikal bakal beberapa layanan
unggulan yang dapat dikemas untuk melayani segmen non-BPJS. Namun kelompok pasar ini memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap hospitality dan efisiensi pelayanan,
karena sudah terbiasa mendapatkan layanan di RS swasta bonafide. Oleh karenanya,
proses bisnis RSO harus dibenahi agar efisien dan mampu memberikan patient
experience sesuai ekspektasi pengguna, melalui penerapan teknologi informasi yang
terintegrasi.
Gambar 1. Posisi Bersaing RSO dalam Diagram Kartesius
41
2.7 ANALISIS TOWS
Sasaran strategi RSO menggambarkan upaya strategis yang akan diwujudkan untuk mencapai visi, Sasaran strategis ini dirumuskan melalui
identifikasi pad akondisi eksternal dan internal RSO sebagai berikut, Tabel 7. Analisis TOWS RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso
FAKTOR KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN
1. Sudah ada cikal bakal layanan
unggulan dengan tim yang solid dan
peralatan yang lengkap 2. Branding kuat di dalam negeri 3. Lahan masih luas dengan kondisi
gedung sangat baik 4. Lokasi strategis, bisa dijangkau
dengan transportasi darat dan udara 5. Sudah ada SIM-RS basic 6. Secara umum, infrastruktur dalam
kondisi baik untuk mendukung
pengembangan dan inovasi
1. Belum punya market share pasien non-
BPJS 2. Belum bekerjasama dengan pihak ketiga
dalam konteks penyediaan layanan kesehatan yang orthopedic-related
3. Sistem informasi belum optimal mendukung
keputusan manajemen, keputusan klinis, maupun sebagai interface komunikasi
dengan masyarakat/pasien: a. Belum terbangun secara lengkap b. Belum terintegrasi c. Belum mensupport proses-proses
secara otomatis d. Belum disiapkan untuk pengembangan
berbagai apps untuk pasien maupun
klinisi e. Belum mensupport kegiatan riset dan
42
FAKTOR KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN pengembangan
4. Masih diperlukan peningkatan kompetensi
tertentu untuk memperkuat tim layanan
unggulan 5. Sumber pendapatan sebagian besar
berasal dari pasien BPJS 6. Kegiatan untuk engagement dengan pasien
masing kurang, misalnya: a. Club pasien post-op rekonstruksi b. Club yoga untuk penderita arthritis c. Dll
7. Belum memiliki teknologi terkini
(robotic/AI, 3D printing dll) FAKTOR PELUANG
1. Pangsa pasar non-BPJS masih terbuka lebar 2. Sudah punya “koneksi” dengan berbagai teaching
hospital di negara maju 3. Standar pelayanan kesehatan, kasus kecelakaan
kerja dan coverage asuransi karyawan di BUMN
dan perusahaan multi-nasional menjadi peluang
bagi RSO untuk penyediaan layanan kesehatan
ortopedi 4. Perkembangan teknologi informasi dapat
dimanfaatkan untuk memperluas cakupan layanan
1. Terwujudnya program pelayanan
inovatif untuk meraih segmen
pasar baru 2. Terwujudnya produk unggulan dan
produk inovatif sebagai daya saing
RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso 3. Terdapatnya segmen pasar baru
(kerjasama perusahaan multi-
nasional dan BUMN)
1. Terdapatnya skill baru untuk menunjang
layanan unggulan dan meningkatkan daya
saing RS 2. Terwujudnya digitalisasi proses pelayanan
dan proses manajemen RS
43
FAKTOR KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN dan meningkatkan efisiensi
5. Arah kebijakan kesehatan Pemerintah kedepan
fokus pada promotif dan preventif 6. Penguatan pembangunan kesehatan 2020-2024
antara lain penguatan germas, digitalisasi pelayanan kesehatan dan riset-riset life sciences
7. Kerjasama dengan industri untuk mengembangkan
berbagai peralatan life-support bagi pasien
ortopedik FAKTOR ANCAMAN
1. Regulasi dan kebijakan terkait pembiayaan
kesehatan yang belum sinkron dengan masalah di
lapangan 2. Kompetisi dari berbagai bentuk pelayanan
kesehatan ortopedi, dalam dan luar negeri 3. Kemampuan RS-RS bermodal besar dalam
mengadopsi perkembangan teknologi kedokteran
ortopedi 4. Masyarakat makin kritis dan akses ke sumber
informasi makin luas sehingga ekspektasi terhadap
pelayanan RS juga semakin tinggi 5. Perkembangan regulasi bidang informatika tidak
secepat perkembangan teknologi informatika
bidang kesehatan
1. Terwujudnya kepuasan pelanggan
RSObaik yang berasal dari segmen
JKN maupun non-JKN
1. Terwujudnya proses pelayanan dan
manajemen yang lebih efisien 2. Terdapatnya sumber-sumber pendapatan
baru
44
2.8 ANALISIS DAN MITIGASI RISIKO
Bagian ini menjelaskan apa saja risiko yang akan dihadapi dalam mewujudkan berbagai
sasaran strategis untuk merealisasikan visi RSOpada kurun waktu 2020 – 2024. Bagian ini
juga menjelaskan penilaian risiko dan mitigasi risiko. Risiko diartikan sebagai
kemungkinankejadian yang dapat menghalangi keterwujudan sasaran strategis. Risiko
dapat bersumber dari aspekfinansial dan non-finansial. Untuk mengurangi terjadinya
kerugian akibat risiko yang dihadapi maka rumah sakit dapat melakukan mitigasi risiko.
A. IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko merupakan usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko –
risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh rumah sakit.
Tabel 8 Jenis Risiko Berdasarkan Sasaran Strategis
No Sasaran Strategis Risiko Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 1 Terwujudnya program unggulan dan
inovatif untuk meraih segmen pasar
baru
Kendala finansial pemenuhan program
inovatif
Kurangnya pemasaran program inovatif
untuk rebranding 2 Terwujudnya produk unggulan
sebagai daya saing RS Ortopedi
Prof. dr. R. Soeharso
Kendala pemenuhan jenis layanan
unggulan untuk pasar non BPJS dari sisi
SDM dan sarana prasarana
Kendala finansial mewujudkan produk
unggulan
Kurangnya pemasaran produk unggulan 3 Terwujudnya SDM yang mempunyai
kualitas dan kemampuan
(profesional) sesuai perkembangan
teknologi
Keterbatasan jumlah SDM mengikuti
pelatihan untuk mendukung layanan
unggulan
Keterbatasan jumlah SDM dan
kemampuan mengikuti pendidikan lanjut
(sub spesialis)
Kendala finansial untuk pembiayaan
45
No Sasaran Strategis Risiko pelatihan dan pendidikan lanjut
Perspektif Proses Bisnis
1 Terwujudnya digitalisasi proses
pelayanan dan proses manajemen
RS
Belum tersedia masterplan IT
Keterbatasan jumlah dan kompetensi SDM
IT
Terbatasnya sarana prasarana penunjang
SIM RS 2 Terwujudnya proses pelayanan dan
manajemen yang lebih efisien Efisiensi sumber daya dan aktifitas belum
menjadi budaya kerja sehari-hari Perspektif Pengguna
1 Terdapatnya segmen pasar baru
(kerja sama perusahaan multi-
nasional dan BUMN)
Kendala jaminan kesehatan yang dimiliki
oleh calon segmen pasar baru
Kendala kesepakatan kerja antar pihak 2 Terwujudnya jejaring dengan faskes
dalam negeri yang merupakan RS
jejaring internasional
Kendala regulasi internal masing-masing
institusi
Kendala kesepakatan kerja antar pihak 3 Terwujudnya kepuasan pelanggan
RSO Adanya pembanding (kompetitor di dalam
maupun luar negeri) dengan pelayanan
yang lebih baik
Standar kepuasan pasien non-JKN
berbeda dengan pasien JKN Perspektif Keuangan
1 Terdapatnya sumber-sumber
pendapatan baru Regulasi penetapan tarif non BPJS
Tidak tercapainya target jumlah kerja sama
dengan perusahaan
B. PENILAIAN TINGKAT RISIKO
Pengukuran tingkat risiko dengan memperhatikan tingkat kemungkinan kemunculan
jenis risiko dan estimasi dampak risiko yang ditimbulkan diterjemahkan ke dalam
tabel dengan penanda berikut ini,
46
Tabel 9 Matriks Risiko Penentuan Skor
No Kemungkinan Skor Dampak Risiko
Tidak penting Minor Medium Mayor Malapetak
a 1 Sangat besar 5 M T E E E 2 Besar 4 M T T E E 3 Sedang 3 R M T E E 4 Kecil 2 R R M T E 5 Sangat kecil 1 R R M T T
Berikut merupakan hasil pengukuran tingkat risiko berdasar kemungkinan terjadi dan
dampak dari risiko tersebut,
Tabel 10 Hasil Pengukuran Tingkat Risiko
No Sasaran
Strategis Risiko
Kemungkinan
Risiko Terjadi Dampak
Risiko Tingkat
Risiko Warna
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 1 Terwujudnya
program
inovatif untuk
meraih segmen
pasar baru
Kendala finansial
pemenuhan
program inovatif,
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
Kurangnya
pemasaran
program inovatif untuk re-
branding,
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
2 Terwujudnya
produk
unggulan
sebagai daya
saing RSOdi
level Asia
Tenggara
Kendala
pemenuhan jenis
layanan
unggulan untuk
pasar non BPJS
dari sisi SDM
dan sarana
prasarana,
Sedang (3) Mayor
(4) Ekstrim
(12)
47
No Sasaran
Strategis Risiko
Kemungkinan
Risiko Terjadi Dampak
Risiko Tingkat
Risiko Warna
Kendala finansial
mewujudkan
produk
unggulan,
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
Kurangnya
pemasaran
produk
unggulan,
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
3 Terwujudnya
SDM yang
mempunyai
kualitas dan
kompetensi
(profesional)
sesuai
perkembangan
teknologi
Keterbatasan
jumlah SDM
mengikuti
pelatihan untuk
mendukung
layanan
unggulan,
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
Keterbatasan
jumlah SDM dan
kemampuan
mengikuti
pendidikan
lanjut,
Kecil (2) Minor
(2) Rendah
(4)
Kendala finansial
untuk
pembiayaan
pelatihan dan
pendidikan
lanjut,
Sedang (3) Mayor
(4) Ekstrim
(12)
Perspektif Proses Bisnis 1 Terwujudnya
digitalisasi
proses
pelayanan dan
proses
Belum tersedia
masterplan IT,
Sedang (3) Mayor
(4) Ekstrim
(12)
Keterbatasan
jumlah dan Sedang (3)
Medium
(3) Tinggi
(9)
48
No Sasaran
Strategis Risiko
Kemungkinan
Risiko Terjadi Dampak
Risiko Tingkat
Risiko Warna
manajemen RS kompetensi SDM
IT,
Terbatasnya
sarana
prasarana
penunjang SIM
RS,
Sedang (3) Mayor
(4) Ekstrim
(12)
2 Terwujudnya
proses
pelayanan dan
manajemen
yang lebih
efisien
Efisiensi belum
menjadi budaya
kerja sehari-hari, Besar (4)
Mayor
(4) Ekstrim
(16)
Perspektif Pengguna 1 Terdapatnya
segmen pasar
baru (kerja
sama
perusahaan
multi-nasional
dan BUMN)
Kendala jaminan
kesehatan yang
dimiliki oleh
calon segmen
pasar baru,
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
Kendala
kesepakatan
kerja antar
pihak,
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
2 Terwujudnya
kepuasan
pelanggan
Adanya
pembanding
(kompetitor di
dalam maupun
luar negeri)
dengan
pelayanan yang
lebih baik
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
Standar
kepuasan pasien Sedang (3)
Medium
(3) Tinggi
(9)
49
No Sasaran
Strategis Risiko
Kemungkinan
Risiko Terjadi Dampak
Risiko Tingkat
Risiko Warna
non-JKN berbeda
dengan pasien
JKN Perspektif Keuangan 1 Terdapatnya
sumber-sumber
pendapatan
baru
Regulasi
penetapan tarif
non BPJS Besar (4)
Mayor
(4) Ekstrim
(16)
Tidak tercapainya
target jumlah
kerja sama
dengan
perusahaan
Sedang (3) Medium
(3) Tinggi
(9)
C. RENCANA MITIGASI RISIKO
Perencanaan mitigasi risiko merupakan proses pengembangan opsi dan tindakan
untuk meningkatkan peluang dan mengurangi ancaman terhadap sasaran strategis
rumah sakit. Beberapa faktor kesuksesan dari perencanaan mitigasi risiko:
Identifikasi risiko sejak awal
RS OrtopediProf. dr. R. Soeharso perlu mengidentifikasi segala kebutuhan dan
tujuan di dalam perencanaan 5 tahunan, serta perlu mengidentifikasi segala
kemungkinan yang akan terjadi di dalam perencanaan tersebut sehingga apabila
terjadi sesuatu, maka perencanaan tersebut bisa dikelola dengan baik.
Mencatat siapa yang punya risiko
Dalam perencanaan manajemen risiko, perlu diketahuinya siapa saja yang
memiliki risiko dan perlu diketahui siapa saja yang dapat menanggulangi risiko
tersebut.
Peluang
RS OrtopediProf. dr. R. Soeharso perlu mengetahui segala peluang risiko yang
terjadi dalam perencanaan, sehingga perlu untuk menginvestigasi kemungkinan
peluang risiko tersebut.
Membuat prioritas risiko
Dengan membuat prioritas maka tim RS OrtopediProf. dr. R. Soeharso dapat
mengelola risiko yang akan muncul.
50
Respon terhadap risiko
Setelah melakukan prioritas risiko, selanjutnya adalah melakukan rencana yang
dapat dilakukan untuk mitigasi risiko tersebut.
Memastikan monitoring risiko secara kontinu
Setelah risiko dapat dimitigasi, perlu melakukan monitoring sehingga manajemen
risiko tersebut dapat terus berjalan sesuai dengan rencana.
51
Tabel 11 Rencana Mitigasi Risiko
No Sasaran Strategis Risiko Kemungkinan
Risiko Terjadi
Dampak
Risiko
Tingkat
Risiko Warna Rencana Mitigasi Risiko PIC
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 1 Terwujudnya
program inovatif
untuk meraih
segmen pasar
baru
Kurang siapnya
produk inovatif untuk launching
sesuai jadwal
Sedang (3) Medium
(3)
Tinggi
(9)
Menyusun jadwal detil
pengembangan produk
inovatif dan monitoring
Direktur Medik &
Keperawatan
Sosialisasi program
inovatif kurang
tepat sasaran Sedang (3)
Medium
(3)
Tinggi
(9)
Identifikasi segmen pasar
potensial dan menyusun
program program
pemasaran yang efektif
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
2 Terwujudnya
produk unggulan
sebagai daya
saing RS Ortopedi
Prof. dr. R.
Soeharso
Kurang siapnya
produk unggulan untuk launching
sesuai jadwal
Sedang (3) Mayor
(4)
Ekstrim
(12)
Pemenuhan dokter sub
spesialis, SDM
pendukung, dan peralatan
medis – non medis,
Direktur Medik dan
Keperawatan
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
Sosialisasi produk
unggulankurang
tepat sasaran Sedang (3)
Medium
(3)
Tinggi
(9)
Identifikasi segmen pasar
potensial dan menyusun
program program
pemasaran yang efektif
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
3 Terwujudnya SDM
yang memiliki Keterbatasan
Sedang (3) Medium
(3)
Tinggi
(9)
Kebijakan reward untuk Direktur Umum,
SDM, dan
52
No Sasaran Strategis Risiko Kemungkinan
Risiko Terjadi
Dampak
Risiko
Tingkat
Risiko Warna Rencana Mitigasi Risiko PIC
kualitas dan
kompetensi
(profesional)sesuai
perkembangan
teknologi
jumlah SDM
mengikuti pelatihan
untuk mendukung
layanan unggulan,
SDM pelaksana dan
pendukung layanan
unggulan,
Kontrak tenaga medis
dan tenaga pendukung
layanan unggulan,
Pendidikan
Kendala finansial
untuk pembiayaan
pelatihan dan
pendidikan lanjut,
Sedang (3) Mayor
(4)
Ekstrim
(12)
Perencanaan matang
untuk anggaran
pendidikan dan pelatihan,
Direktur Keuangan
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
Perspektif Proses Bisnis 1 Terwujudnya
digitalisasi proses
pelayanan dan
proses
manajemen RS
Belum tersedia
masterplan IT,
Sedang (3) Mayor
(4)
Ekstrim
(12)
Menyusun masterplan IT
dengan bantuan pihak ketiga,
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
Keterbatasan
jumlah dan
kompetensi SDM
IT,
Sedang (3) Medium
(3)
Tinggi
(9)
Merekrut tenaga IT, Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
Terbatasnya sarana
prasarana
penunjang SIM RS,
Sedang (3) Mayor
(4)
Ekstrim
(12)
Pemenuhan sarana
prasarana penunjang SIM
RS,
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
53
No Sasaran Strategis Risiko Kemungkinan
Risiko Terjadi
Dampak
Risiko
Tingkat
Risiko Warna Rencana Mitigasi Risiko PIC
2 Terwujudnya
proses pelayanan
dan manajemen
yang lebih efisien
Efisiensi sumber
daya dan aktivitas
belum menjadi
budaya kerja
sehari-hari,
Besar (4) Mayor
(4)
Ekstrim
(16)
Pelatihan manajemen
efisiensi,
Monitoring dan evaluasi
implementasi manajemen
lean pada semua unit,
Direktur Medik
dan Keperawatan
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
Keluhan pelanggan
tidak teratasi
dengan baik
Besar (4) Medium
(3)
Tinggi
(9)
Optimalisasi fungsi Humas
RS
Membudayakan
transparansi dan
komunikasi yang baik
dengan pasien dan
keluarganya
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
Perspektif Pengguna 1 Terdapatnya
segmen pasar
baru (kerja sama
perusahaan multi-
nasional dan
BUMN)
Tidak terjadi
kesepakatan antara
RSO dengan calon
mitra kerjasama
sesuai dengan
target waktu yang
telah ditetapkan
Sedang (3) Medium
(3)
Tinggi
(9)
Menyusun database mitra
kerjasama yang potensial
menjadi pengguna
layanan RSO
Menyusun proposal
kerjasama secara
profesional
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
54
No Sasaran Strategis Risiko Kemungkinan
Risiko Terjadi
Dampak
Risiko
Tingkat
Risiko Warna Rencana Mitigasi Risiko PIC
Mengembangkan strategi
pemasaran secara efektif
Anggota organisasi
mitra kerjasama
kurang berminat
menggunakan
pelayanan
kesehatan RSO
Sedang (3) Medium
(3)
Tinggi
(9)
Merancang produk
(termasuk alur pasien dan
desain sarpras) yang
menarik dan efisien
Mengembangkan strategi
pemasaran (misalnya
program discount atau
promo)
Direktur Medis &
Keperawatan,
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
2 Terwujudnya
kepuasan
pelanggan RSO
Standar kepuasan
tiap segmen pasar terhadap hospitality
berbeda-beda
Sedang (3) Medium
(3)
Tinggi
(9)
Survey reguler untuk
memahami karakteristik
dan preferensi pelanggan
Mengembangkan strategi
pemasaran yang sesuai
Direktur Umum,
SDM, dan
Pendidikan
Perspektif Keuangan 1 Terdapatnya
sumber-sumber
pendapatan baru
Target sumber
pendapatan baru
tidak tercapai
Besar (4) Mayor
(4)
Ekstrim
(16)
Penghitungan unit cost paket pelayanan non JKN,
Penetapan tarif non JKN dan lobby ke Kementerian Kesehatan
Direktur Keuangan
55
Lampiran Indikator terkait Penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit 1. Persentasi unit layanan dan unit pendukung yang sudah memiliki konektivitas melalui
SIM RS
No Tahun Capaian
Produk Deskripsi
1
2020
Master Plan IT Pembuatan Master Plan IT untuk 5 tahun
ke depan, yang meliputi perencanaan
tentang pengembangan Aplikasi,
pengembangan SDM, Pengembangan
peralatan olah data dan infrastruktur
Jaringan PACS dan EMR • Perbaikan Modul EMR Rawat Jalan
terkait kesiapan berkas elektronik
yang disesuaikan dengan standard
akreditasi KARS, SNARS • Pengembangan Aplikasi EMR Rawat
Inap • Pengembangan modul PACS rawat
jalan sehingga hasil radiologi di mesin
modality bisa terbaca di aplikasi EMR Akuntansi Front Office • Pengembangan Modul Akuntansi front
Office yang meliputi : • Verifikasi tindakan pelayanan • Verifikasi Pendapatan pasien • Journal Sementara • Verifikasi Penerimaan Rumah sakit • Laporan Akuntansi Front Office
e-Remunerasi • Pengembangan Aplikasi e-remunerasi
yang di kembangkan dari output
aplikasi kehadiran pegawai dan
logbook pegawai • Aplikasi ini untuk menghitung indek
kinerja dan capaian kinerja individu Resume Medis • Aplikasi resume medis sebagai
pengantar pasien rawat inap sebelum
56
pasien pulang
2 2021 EMR Rawat Inap • Pengembangan Aplikasi EMR Rawat
Inap elektronik yang disesuaikan
dengan standard akreditasi KARS,
SNARS • Pengembangan modul PACS Rawat
Inap, sehingga hasil radiologi di mesin
modality bisa terbaca di aplikasi EMR Inventory Non Medis • Aplikasi untuk pencatatan aset non
medis yang terintegrasi antara gudang
pusat dan gudang pengguna,
sehingga bisa diketahui real stock • Aplikasi yang terintegrasi dengan
aplikasi SIMAK BMN 3 2022 e-planning dan RKAKL • Aplikasi yang terintegrasi antara
perencanaan yang diusulkan oleh
satuan kerja, baik yang berhubungan
dengan kegiatan dan anggaran. Jika
berhubungan dengan kegiatan
menjadi IKU satker, berhubungan
dengan anggaran menjadi
penggunaan anggaran e-planing dan e-proc • Aplikasi yang terintegrasi antara
realisasi usulan dari satuan kerja yang
berasal dari aplikasi e-planning • Usulan satker dilakukan kajian dan
aproval oleh Unit ULP, secara
kegaitan menjadi realisasi kegiatan
satuan kerja jika realisasi anggaran
menjadi penyerapan anggaran 4 2023 e-proc dan pembayaran • Aplikasi e-procurenment yang di
integrasikan dengan modul
penggunaan anggaran. • Proses pembayaran yang dilakukan
oleh keuangan akan membuka
57
aplikasi yang berasal dari proses e-
procurenment • Hasil dari aplikasi ini nomor kontrak di
proses pengadaan akan termonitor
berkas administrasi sampai dimana,
kapan pembayaran dan nominal
pembayaran e-proc dan RKAKL • Modul yang akan memonitoring
pelaksanaan kegiatan pengadaan dan
penyerapan anggaran yang di
sesuaikan dengan RKAKL 5 2024 Akuntansi Back Office • Persediaan
• Persediaan • Hutang • Piutang • Pengeluaran • Neraca percobaan • Laporan keuangan • Akuntansi Biaya
2. Ketercapaian Pembuatan Aplikasi yang bisa diakses melalui mobile communication
devices
No Tahun Capaian
Produk Deskripsi
1 2020 · Reservasi Rajal · Reservasi Ranap · Antrian Poli · Antrian Farmasi
Untuk memudahkan pelanggan(pasien)
terkait informasi pelayanan rumah sakit
ke pasien
2
2021
Informasi tindakan
pelaksana • Periksa hari ini • Operasi Hari ini
Aplikasi untuk memudahkan monitoring
dan kontrol layanan yang telah di berikan
kepada pasien, serta monitoring dan
jadwal reservasi rawat jalan dan operasi
berdasarkan waktu dan tanggal
Reservasi Pasien
58
• Rawat Jalan • Operasi
3
2022
Aplikasi • Info Biaya perawatan
pasien • Logbook IKI • Absensi
4 2023 • Info Tagihan dan
pembayaran supplier • Info progress pekerjaan • Profil klinisi • Profil pegawai
Aplikasi untuk memudahkan supplier
dalam memonitoring progres berkas yang
telah dikirimkan juga proses pembayaran
5 2024 • Profil pelayanan RS • Profil keuangan RS • Profil SDM RS
59
BAB III ARAH DAN PROGRAM STRATEGIS
3.1 RUMUSAN PERNYATAAN VISI, MISI DAN TATA NILAI VISI Visi Kementerian Kesehatan tahun 2019 adalah “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”. Dengan telah berakhirnya periode pelaksanaan Renstra tersebut, dapat
diasumsikan visi Kementerian Kesehatan perlu ditetapkan ulang. Visi dan misi kementerian
kesehatan mengacu pada visi dan misi Presiden RI. Dalam hal ini, visi Presiden RI yang
terkait dengan kesehatan dan tertuang dalam RPJMN 2020 – 2024 adalah “Pembangunan
SDM dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan
anak usia sekolah dan mengurangi stunting, kematian ibu, kematian bayi.”
Untuk mencapai visi tersebut, ada tiga strategi kebijakan yang ditetapkan, salah
satunya yang terkait langsung dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di RS adalah
strategi penguatan sistem kesehatan, yang diuraikan menjadi tiga poin, yaitu:
1. penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan;
2. pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan; dan
3. pemenuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Berdasarkan hasil workshop penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan, visi
Kemenkes adalah “Terwujudnya masyarakat sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan.”
Adapun misi Kementerian Kesehatan adalah :
1. memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh masyarakat
Indonesia;
2. memberdayakan masyarakat dan mengarusutamakan pembangunan kesehatan;
3. meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan mutu sumber daya kesehatan; dan
4. memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan inovatif.
RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sebagai salah satu infrastruktur
kesehatan strategis nasional memiliki peran penting dalam pelaksanaan misi pembangunan
dan pencapaian visi nasional tersebut. Untuk bisa berperan, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta menetapkan visi sebagai berikut: Menjadi RS Ortopedi Unggulan dengan Pelayanan Prima. Unggulan artinya mampu memberikan pelayanan dengan
teknologi yang inovatif ditunjang oleh SDM yang profesional dan diakui untuk bisa
menghadirkan beragam layanan unggulan dibidang spesialisasi/subspesialisasi ortopedi dan
layanan pendukungnya. Prima artinya RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta mampu menghadirkan pelayanan yang tepat waktu dengan meminimalisasi delay, tidak terjadi
60
kesalahan dalam proses pelayanan, mutu klinis yang baik ditandai dengan tidak adanya kasus harm, dan meminimalisir komplain dari pengguna.
Jika diringkas, maka tabel berikut akan menunjukkan visi (cita-cita) dan indikator
ketercapaian visi tersebut.
Tabel 12. Indikator Visi RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
Visi Indikator Unggulan Menerapkan teknologi minimally invasive pada 25% operasi yang
dilakukan di RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta Klinisi yang tersertifikasi sesuai dengan profesinya masing-masing Setiap layanan unggulan memiliki minimal 1 tim (dedicated)
Prima No-delay (on-time delivery) No-error (reliabel) No-harm (mutu klinis sesuai standar) No-complaint
MISI Dalam mewujudkan Visi RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta diperlukan
kerjasama dan tekad yang baik agar permasalahan yang dihadapi akan mudah
diselesaikan, sehingga misi rumah sakit dirumuskan sebagai berikut :
1. Mewujudkan pelayanan sub spesialistik ortopedi traumatologi terintegrasi
pendidikan dan penelitian secara paripurna;
2. Mewujudkan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang sehat, efektif,
efisien dan akuntabel;
3. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, inovatif dan kreatif; dan
4. Mewujudkan jejaring pelayanan yang berkelanjutan. TATA NILAI Tercapainya visi dan misi RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dipengaruhi
oleh kepemimpinan, konsistensi kebijakan dan dukungan sumber daya yang optimal. Leadership atau kepemimpinan akan mengarahkan terbentuknya budaya organisasi dan
tata nilai yang disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi RS Ortopedi
Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Tata nilai RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
yang terdiri dari : 1. Integrity : dalam melaksaksanakan tugas harus dijiwai nilai-nilai dalam hubungannya
dengan rekan kerja dan pelanggan dengan penuh kejujuran (tidak korupsi),
kepercayaan, saling menghormati, sikap terbuka (transparan, jujur, tanggung jawab) 2. Respect for Individual : atas dasar saling menghormati antara pelanggan dan
61
karyawan terciptakan komunikasi yang baik, sehingga memudahkan tujuan untuk
menciptakan keselamatan dan kesehatan pasien 3. Excellent : setiap karyawan harus memiliki sikap dan etos kerja yang professional
guna mewujudkan kualitas pelayanan yang excellent/ultimate 4. Cost Effectivenes : setiap individu salam melaksanakan setiap tugas didasari atas
kesungguhan dan pendayagunaan sumber daya yang ada dengan prinsip efisiensi
disegala bidang untuk mensejahterakan/menyehatkan masyarakat
Etos kerja sesuai Motto RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta adalah cekatan yang
telah ternyatakan secara eksplisit pada visi RS yaitu no-delay, no-error, no-harm, dan no-
complaint.
1. No-delay: pelayanan diberikan sesuai dengan jam pelayanan yang terpampang
diberbagai saluran informasi RS, sesuai dengan tata kelola pelayanan. Proses
diberbagai titik pelayanan berjalan efisien didukung dengan teknologi informasi yang
terintegrasi sehingga meminimalisir antrian pasien, yang dapat berdampak pada
ketepatan waktu pelayanan di titik berikutnya. 2. No-error: keakuratan pelayanan dapat terwujud apabila manajemen ditunjang
dengan sistem yang reliabel dan adanya kepatuhan terhadap standar. Pelayanan di
RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta diberikan dengan mengikuti standar-
standar klinis maupun non-klinis yang berlaku. 3. No-harm: pelayanan yang dilakukan sesuai dengan standar klinis dan berbasis bukti
sehingga aman karena meminimalisir kejadian tidak diinginkan yang dapat menimpa
pasien maupun petugas. Oleh karena itu tata nilai yang akan diwujudkan dalam
budaya kerja RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta akan berbasis pada
penerapan standar dan pengambilan keputusan klinis yang berlandaskan bukti. 4. No-complaint: pelayanan yang mengedepankan kenyamanan pasien sehingga
meminimalisir komplain.
TUJUAN STRATEGIS Tujuan Strategis RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta adalah:
1. Menyediakan layanan ortopedi yang komprehensif dan terbaik di Indonesia,
didukung tim klinis yang profesional dan berpengalaman dibidangnya;
2. Memberikan kesempatan pada tenaga medis, perawat dan tenaga profesional
serta tenaga non kesehatan di RS untuk mengembangkan ilmu dan teknologi
bidang kedokteran ortopedi;
62
3. Mengembangkan jejaring dengan lembaga pelayanan kesehatan dalam dan luar
negeri untuk meningkatkan standar mutu pelayanan pada pasien, melakukan riset
dan meningkatkan skill tenaga kesehatan; dan
4. Menyediakan layanan kesehatan berbasis teknologi yang mudah diakses oleh
masyarakat pengguna (pasien dan keluarganya), para mitra strategis dan stakeholders kunci lainnya.
3.2. ARAH DAN KEBIJAKAN STAKEHOLDERS INTI Stakeholders inti adalah pihak-pihak yang berkepentingan, dalam hal ini dengan
operasional dan hasil-hasil kegiatan RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Berikut
adalah analisis aspirasi stakeholders inti dengan harapan dan kekhawatirannya,
Tabel 13. Harapan dan Kekhawatiran Stakeholders Inti
Stakeholders Inti Harapan Kekhawatiran Menteri Kesehatan RS Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta menjadi RS Khusus Kelas A dengan fasilitas kesehatan tingkat III, sehingga mampu menyediakan pelayanan sub spesialis secara prima dan paripurna.
Terbatasnya anggaran kesehatan Terbatasnya tenaga sub spesialis ortopedi untuk mengembangkan layanan unggulan RS-RS di negara tetangga yang semakin agresif memasarkan pelayanannya ke pasar Indonesia
Dirjen Yankes RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien, semakin maju, mempertahankan Akreditasi Internasional dan mampu menjadi wajah pelayanan bedah ortopedi Indonesia di dunia.
Terbatasnya SDM, peralatan dan sumber daya keuangan.
Kementerian Keuangan
Pengelolaan keuangan yang sehat, situasi keuangan yang mandiri dan hasil audit yang WTP.
RS kurang efisien Kondisi ekonomi makro yang dapat mempengaruhi kemampuan pendanaan pemerintah.
Pemerintah Daerah
Selalu dapat diakses oleh pasien rujukan dari RS-RS di daerah dan memberikan kesempatan bekerjasama untuk meningkatkan kemampuan RS Daerah dalam
Kapasitas RS penuh sehingga pasien yang dirujuk tidak dapat ditampung atau harus mengantri dalam waktu yang
63
Stakeholders Inti Harapan Kekhawatiran bidang ortopedi dan traumatologi. lama.
Kolegium Ortopedi dan Traumatologi
Menjadi pusat pelayanan, pendidikan dan riset untuk pengembangan IPTEKDOK bidang Ortopedi dan Traumatologi.
Terbatasnya anggaran untuk melakukan riset dan publikasi, Kebijakan Kemenristek Dikti dan Kemenkes belum sinergis untuk arah pengembangan teknologi riset dan pelayanan ortopedi.
Fakultas Kedokteran
Menjadi mitra yang handal untuk meningkatkan skill peserta didik khususnya yang terkait dengan bidang ortopedi dan traumatologi.
Keterbatasan kapasitas belajar dan praktikum bagi ko-ass Kontribusi FK cukup besar untuk proses belajar di RS Pendidikan.
Peserta didik Menjadi tempat untuk mendapatkan/meningkatkan skill untuk penanganan kasus ortopedi dan traumatologi sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan masing-masing.
Tidak mendapatkan kesempatan yang cukup untuk membantu penanganan pasien sesuai standar Stigma dokter/RS perujuk bahwa pasien akan ditangani oleh residen, bukan dokter sub-spesialis.
Suppliers Menjadi mitra bisnis yang terpercaya, melalui proses pengadaan yang transparan dan pembayaran yang tepat waktu.
Pembayaran tidak tepat waktu Proses pengadaan barang dan jasa kurang efisien Perubahan kebijakan pemerintah.
Pengguna (pasien dan keluarganya)
Pelayanan kesehatan yang cepat, akurat, nyaman dan lengkap.
Antrean panjang dan ketidakpastian jadwal Kurang waktu berdiskusi dengan dokter Dengan rujukan berjenjang, tidak bisa langsung ke RSO.
64
3.3. RANCANGAN PETA STRATEGI BALANCED SCORECARD (BSC)
3.4. INDIKATOR KINERJA UTAMA
A. MATRIKS IKU Tabel 14. Matriks Indikator Kinerja Utama RS Ortopedi
Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
SASARAN STRATEGIS IKU BOBOT PIC Target
2020 2021 2022 2023 2024 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Terwujudnya program inovatif untuk meraih segmen pasar baru
Persentase layanan untuk pangsa pasar non JKN
11%
Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang
100% 100% 100% 100% 100%
Ketercapaian program untuk re-branding RSO
7%
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum
100% 100% 100% 100% 100%
Digitalisasi RS Proses yang efisien
Sumber pendapatan baru
Segmen pasar baru
Kepuasan Pelanggan RSO
Menjadi RS Ortopedi Unggulan dengan Pelayanan Prima
Produk unggulan
Kualitas dan kompetensi SDM
Program Inovatif
65
SASARAN STRATEGIS IKU BOBOT PIC Target
2020 2021 2022 2023 2024
Terwujudnya produk unggulan sebagai daya saing RSO
Persentase produk layanan unggulan RSO
10%
Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang
100% 100% 100% 100% 100%
Terwujudnya SDM yang mempunyai kualitas dan kompetensi (profesional) sesuai dengan perkembangan dan teknologi
Persentase karyawan yang mendapatkan pelatihan skill baru yang menunjang layanan unggulan
7%
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum
100% 100% 100% 100% 100%
Perspektif Proses Bisnis
Terwujudnya digitalisasi proses pelayanan dan proses manajemen RS
Persentase unit layanan dan unit pendukung yang sudah memiliki konektivitas melalui SIM RS
7%
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum
100% 100% 100% 100% 100%
Ketercapaian pembuatan aplikasi yang bisa diakses melalui mobile communication devices
7%
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum
100% 100% 100% 100% 100%
Terwujudnya proses pelayanan dan manajemen yang lebih efisien
Persentase unit layanan dengan rerata waktu tunggu pelayanan kurang dari target
9%
Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang
80% 82% 84% 86% 88%
Persentase keluhan pelanggan yang ditindaklanjuti
8%
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum
80% 82% 84% 86% 88%
Perspektif Pengguna
66
SASARAN STRATEGIS IKU BOBOT PIC Target
2020 2021 2022 2023 2024
Terdapatnya segmen pasar baru (kerjasama perusahaan multi-nasional dan BUMN)
Ketercapaian pembuatan MoU dengan perusahaan multi-nasional, BUMN dll sebagai pangsa pasar pengguna layanan RSO
9%
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum
100% 100% 100% 100% 100%
Ketercapaian persentase pasien non JKN
9%
Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjangdan Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum
28% 29% 30% 31% 32%
Terwujudnya kepuasan pelanggan rumah sakit
Indeks Kepuasan Masyarakat
10%
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum
83% 83% 84% 84% 85%
Perspektif Keuangan Terdapatnya sumber-sumber pendapatan baru
Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB)
6%
Direktur Perencanaan, Keuangan dan Barang Milik Negara
80% 82% 85% 87% 90%
67
B. KAMUS IKU
Tabel 15. Kamus IKU RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Perspektif : Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sasaran Strategis : Terwujudnya program inovatif untuk meraih segmen pasar baru IKU : Persentase layanan untuk pangsa pasar non JKN Definisi : Capaian paket-paket pelayanan klinis baru dikembangkan RSO
untuk menyasar segmen pasar pasien non-JKN 1 (satu) paket / tahun berupa : Return to Work, Paket Lutut Sehat dan Punggung Sehat, Paket Uji Fungsi, Dance Therapy, Pediatric Habilitasi dan Rehabilitasi
Formula : Capaian tahapan paket pelayanan klinis baru dibagi dengan seluruh tahapan yang direncanakan per tahun
Bobot IKU (%) : 11% Person in Charge : Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang Sumber Data : Instalasi Rehabilitasi Medik Periode Pelaporan : Per bulan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 100% 100% 100% 100% 100%
Perspektif : Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sasaran Strategis : Terwujudnya program inovatif untuk meraih segmen pasar baru IKU : Ketercapaian program untuk re-branding RSO Definisi : Program yang bertujuan untuk membentuk citra baru RSO
sebagai RS yang menjadi pilihan bagi pasien Non-JKN Formula : Jumlah program yang terlaksana dibagi dengan program yang
direncanakan selama satu tahun Bobot IKU (%) : 7% Person in Charge : Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum Sumber Data : Bagian SDM, Pendidikan dan Penelitian Periode Pelaporan : Per bulan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 100% 100% 100% 100% 100%
Perspektif : Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sasaran Strategis : Terwujudnya produk unggulan sebagai daya saing RSO IKU : Persentase produk layanan unggulan RSO Definisi : Capaian produk unggulan yang menjadi andalan bagi RSO
untuk menciptakan image atau brand bagi RS 1 (satu) unggulan per tahun berupa : Limb deformity correction, Bank Jaringan, Rekonstruksi post arthroplasty (revisi THR-TKR), Hand and micro reconstruction, Spine minimal invasive surgery
68
Formula : Capaian tahapan produk unggulan dibagi dengan seluruh tahapan yang direncanakan per tahun
Bobot IKU (%) : 10% Person in Charge : Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang Sumber Data : Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan Periode Pelaporan : Per bulan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 100% 100% 100% 100% 100%
Perspektif : Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sasaran Strategis : Terwujudnya SDM yang mempunyai kualitas dan kompetensi
(profesional) sesuai dengan perkembangan dan teknologi IKU : Persentase karyawan yang mendapatkan pelatihan skill baru
yang menunjang layanan unggulan Definisi : Capaian persentase karyawan yang mendapatkan pelatihan skill
baru yang menunjang layanan unggulan, Layanan unggulan yang dimaksud sesuai dengan IKU 3 yakni 1 (satu) unggulan per tahun
Formula : Jumlah karyawan yang mendapatkan pelatihan skill baru yang menunjang layanan unggulan / seluruh karyawan yang ditargetkan mendapatkan pelatihan skill baru yang menunjang layanan unggulan
Bobot IKU (%) : 7% Person in Charge : Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum Sumber Data : Bagian SDM, Pendidikan dan Penelitian Periode Pelaporan : Per bulan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 100% 100% 100% 100% 100%
Perspektif : Perspektif Proses Bisnis Sasaran Strategis : Terwujudnya digitalisasi proses pelayanan dan proses
manajemen RS IKU : Persentase unit layanan dan unit pendukung yang sudah
memiliki konektivitas melalui SIM RS Definisi : Unit-unit pelayanan dan unit-unit pendukung pelayanan di RSO
yang sudah menerapkan sistem informasi yang terkomputerisasi dan sistemnya terhubung dengan SIM RS, berupa : Master plan IT, PACS dan EMR, Akuntansi Front Office, e-Remunerasi, Resume Medis, EMR Rawat Inap, Inventory Non Medis, e-planning dan RKAKL, e-planning dan e-proc, e-proc dan Pembayaran, e-proc dan RKAKL Akuntansi Back Office
Formula : Jumlah aplikasi konektivitas antar unit yang dibuat dibagi dengan jumlah aplikasi konektivitas antar unit yang
69
direncanakan Bobot IKU (%) : 7% Person in Charge : Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum Sumber Data : Instalasi SIRS Periode Pelaporan : Per kegiatan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 100% 100% 100% 100% 100%
Perspektif : Perspektif Proses Bisnis Sasaran Strategis : Terwujudnya digitalisasi proses pelayanan dan proses
manajemen RS IKU : Ketercapaian pembuatan aplikasi yang bisa diakses melalui
mobile communication devices Definisi : Aplikasi elektronik yang dikembangkan berbasis android,
maupun sistem operasi lainnya yang dipasang pada berbagai perangkat keras bergerak (misalnya telepon genggam) yang bertujuan untuk memudahkan pengguna (manajerial, pasien/pengguna , klinisi serta pegawai) dalam mengakses pelayanan dan kepentingan manajerial, berupa Reservasi Rawat Jalan, Reservasi Rawat Inap, Antrian Poliklinik, Antrian Farmasi, Informasi Tindakan Pelaksana, Aplikasi Info Biaya Perawatan Pasien, Logbook IKI, Absensi, Info tagihan dan pembayaran Suplier, Info progres pekerjaan, profil klinisi, profile pegawai, profil pelayanan RS, profil keuangan RS, profil SDM RS.
Formula : Jumlah aplikasi dihasilkan yang bisa diakses melalui mobile communication devices per tahun dibagi dengan jumlah aplikasi yang direncanakan
Bobot IKU (%) : 7% Person in Charge : Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum Sumber Data : Instalasi SIRS Periode Pelaporan : Per tahun Target :
2020 2021 2022 2023 2024 100% 100% 100% 100% 100%
Perspektif : Perspektif Proses Bisnis Sasaran Strategis : Terwujudnya proses pelayanan dan manajemen yang lebih
efisien IKU : Persentase unit layanan dengan rerata waktu tunggu pelayanan
kurang dari target, pada unit-unit layanan tertentu sesuai SPM RS
Definisi : Definisi mengenai rerata waktu tunggu menggunakan definisi yang terdapat dalam SPM RS serta Perdirjen 24/PB/2018
70
Formula : Jumlah unit layanan yang ditunjuk dengan waktu tunggu kurang dari target yang dipersyaratkan dibagi dengan jumlah total unit layanan yang ditunjuk
Bobot IKU (%) : 9% Person in Charge : Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang Sumber Data : Bagian Organisasi dan Umum (SIM RS) Periode Pelaporan : Per bulan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 80% 82% 84% 86% 88%
Perspektif : Perspektif Proses Bisnis Sasaran Strategis : Terwujudnya proses pelayanan dan manajemen yang lebih
efisien IKU : Persentase keluhan pelanggan yang ditindaklanjuti Definisi : Persentase keluhan pelanggan yang di maksud sesuai dengan
indikator Kecepatan Respon Terhadap Komplain (KRK) di Kepdirjen Yankes No: HK,02,03/I/2630/2016
Formula : (KKM + KKK + KKH) : 3 Bobot IKU (%) : 8% Person in Charge : Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum Sumber Data : Bagian SDM, Pendidikan dan Penelitian Periode Pelaporan : Per semester Target :
2020 2021 2022 2023 2024 80% 82% 84% 86% 88%
Perspektif : Perspektif Pengguna Sasaran Strategis : Terdapatnya segmen pasar baru (kerjasama perusahaan multi-
nasional dan BUMN) IKU : Ketercapaian pembuatan MoU dengan perusahaan multi-
nasional, BUMN dll sebagai pangsa pasar pengguna layanan RSO
Definisi : Banyaknya kerjasama baru maupun perpanjangan kerjasama lama dengan perusahaan multinasional-BUMN dan berbagai perusahaan besar lainnya untuk menjadi pengguna layanan RSO
Formula : Banyaknya kerjasama baru maupun perpanjangan kerjasama lama dibagi dengan target jumlah MoU baru yang direncanakan yakni 2 (dua) MoU baru per tahun,
Bobot IKU (%) : 9% Person in Charge : Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum Sumber Data : Bagian Organisasi dan Umum Periode Pelaporan : Per Tahun
71
Target :
2020 2021 2022 2023 2024 100% 100% 100% 100% 100%
Perspektif : Perspektif Pengguna Sasaran Strategis : Terdapatnya segmen pasar baru (kerjasama perusahaan multi-
nasional dan BUMN) IKU : Ketercapaian persentase pasien non JKN Definisi : Pasien non JKN adalah Pasien dengan cara bayar selain JKN
(umum, dan penjamin lainnya) Formula : Jumlah pasien dengan cara bayar non JKN dibagi seluruh
jumlah pasien Bobot IKU (%) : 9% Person in Charge : Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang dan
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum Sumber Data : Rekam Medis Periode Pelaporan : Per bulan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 28% 29% 30% 31% 32%
Perspektif : Perspektif Pengguna Sasaran Strategis : Terwujudnya peningkatan kepuasan pelanggan IKU : Indeks Kepuasan Masyarakat Definisi : Persentase kepuasan pelanggan adalah angka hasil survey
kepuasan pelanggan dengan menggunakan instrumen Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM),sesuai dengan Permenpan 14 Tahun 2017.
Formula : Sesuai dengan formula dalam Permenpan 14 tahun 2017 Bobot IKU (%) : 10% Person in Charge : Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Umum Sumber Data : Bagian Organisasi dan Umum Periode Pelaporan : Per bulan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 83% 83% 84% 84% 85%
Perspektif : Perspektif Keuangan Sasaran Strategis : Terdapatnya sumber-sumber pendapatan baru IKU : Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB) Definisi : Rasio yang dimaksud sesuai dengan indikator Rasio PNBP
Terhadap Biaya Operasional (PB) di Kepdirjen Yankes No. HK.02.03/I/2630/2016
72
Formula : Pendapatan PNBP/Biaya Operasional x 100% Bobot IKU (%) : 6% Person in Charge : Direktur Perencanaan, Keuangan dan Barang Milik Negara Sumber Data : Laporan Keuangan (Bagian Keuangan dan BMN) Periode Pelaporan : Per bulan Target :
2020 2021 2022 2023 2024 80% 82% 85% 87% 90%
Terkait dengan Sasaran Strategis pada Perspektif Proses Bisnis, yaitu Terwujudnya proses
pelayanan dan manajemen yang lebih efisien, salah satu IKU-nya adalah persentase unit
layanan dengan rerata waktu tunggu pelayanan kurang dari target. Indikator ini berlaku
untuk beberapa unit pelayanan yang ditunjuk, yaitu:
Waktu tunggu rawat jalan : 60 menit
Waktu tanggap pasien IGD : 5 menit
Waktu tunggu operasi urgent (cito) : 24 jam
Waktu tunggu pasien elektif : 48 jam Response time pasien pulang/keluar dari ruangan rawat inap setelah
mendapat perintah pulang DPJP : 3 jam
Waktu tunggu hasil pelayanan foto thorax : 3 jam
Waktu tunggu jasil pemeriksaan laboratorium : 100menit
Waktu tunggu laboratorium cito IGD : 60 menit
Waktu tunggu obat jadi : 30 menit
Waktu tunggu obat racikan : 60 menit
Waktu penyediaan dokumen rekam medis pasien lama
pelayanan rawat jalan : 25 menit
3.5. ROADMAP 5 TAHUN KE DEPAN
Berdasarkan Rencana Strategis RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta tahun 2015 – 2019, roadmap RS tahun 2014 – 2029 digambarkan sebagai berikut. Sesuai dengan
roadmap tersebut, periode Renstra ini menetapkan target RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta untuk dapat menjadi RS Ortopedi yang unggul dan prima. Untuk mencapai hal
tersebut, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta merencanakan akan mengembangkan reputasi regional, pelayanan sistem robotic dan riset menuju world class
hospital.
73
Gambar 2. Roadmap RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
Tahun 2014 – 2029
3.6. PROGRAM KERJA STRATEGIS
Tabel 16. Program Sumber Daya Manusia RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Program SDM 2020 2021 2022 2023 2024 PEREKRUTAN (full timer) Spesialis Ortopedi Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Spesialis Anestesi Dokter P3K Spesialis Bedah Plastik Spesialis Gizi Klinis 1
74
Program SDM 2020 2021 2022 2023 2024 Ortotik Prostetik 1 1 Pengelola Pengadaan Barang/ Jasa 2 2 2 Auditor ahli Auditor ahli muda Ahli pertama psikologi klinis Pekerja Sosial Pertama (JFT) Penata anestesi 2 2 3 2 2 Asisten penata anestesi 2 2 2 2 2 Asisten Apoteker Pelaksana (JFT) Terampil rekam medik Ahli pertama rekam medik Ahli utama rekam medik Analis Kepegawaian 1 1 1 1 Analis Kepegawaian Ahli Pengadministrasi Keuangan 1 1 1 1 Pengadministrasi Umum Bendahara Pranata Komputer Ahli 1 1 Pustakawan Pertama PELATIHAN
Peningkatan SDM Kesehatan Peningkatan Sumber Daya Manusia Manajemen
Kesehatan (termasuk pelatihan pengembangan budaya organisasi, anti-fraud, lean
management, dll) 7 keg 6
keg 6 keg 6 keg 7
keg Peningkatan Sumber Daya Manusia Penunjang
kesehatan (termasuk SpR, Fisioterapist,magang
tenaga Ostetik Prostetik, dll untuk mendukung
layanan unggulan) 20
keg 20
keg 21
keg 21
keg 22
keg Peningkatan Sumber Daya Manusia Medis/
dokter fungsional (termasuk kursus/sertifikasi
khusus untuk SpKFR, SpAN, dan dokter
nutritionist untuk mendukung layanan unggulan) 20
keg 20
keg 21
keg 21
keg 22
keg
Peningkatan Sumber Daya Manusia 20 20 21 21 22
75
Program SDM 2020 2021 2022 2023 2024 Keperawatan keg keg keg keg keg
Penelitian SDM Internal Kesehatan (termasuk
pendampingan penulisan untuk publikasi level
nasional dan internasional, untku topik-topik non
layanan unggulan) 3 keg 3 keg 3 keg 4 keg 4
keg
IHT Skill Lab 2 keg 2 keg 3 keg 3 keg 3
keg Peningkatan SDM Non Kesehatan
Peningkatan Sumber Daya Manusia Akuntansi
dan Keuangan 4
keg 4
keg 4
keg 4
keg
4
ke
g Peningkatan Sumber Daya Manusia pada
kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa 2 keg 2 keg 2 keg 2 keg 2
keg Peningkatan Sumber Daya Manusia manajemen
termasuk Pemasaran Rumah sakit, PR Rumah Sakit, Hospital Health Promotion, IT
(Manajemen Big Data kesehatan, dll) 51
keg 52
keg 53
keg 54
keg 55
keg Peningkatan Sumber Daya Manusia kegiatan
SPIP (satuan Pengawas Interna Pemerintah )
dan APIP (Aparat Pengawas Internal
Pemerintah) 1 keg 1 keg 1 keg 1 keg 1
keg
Pelatihan Kepemimpinan TK II, III & IV 2 keg 2 keg 2 keg 2 keg 2
keg Peningkatan Sumber Daya Manusia pada
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBK-WBBM), 1 keg 1 keg 1 keg 1 keg 1
keg Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui Kapasitas Pegawai dan Capacity Building 1 keg 1 keg 1 keg 1 keg
1
keg
76
Tabel 17 Program Teknologi Informasi RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Program IT 2020 2021 2022 2023 2024 Menyusun Master Plan IT
Peta pengembangan SIM RS 1 keg Peta pengembangan sistem informasi rujukan
(masuk maupun keluar) 1 keg
Peta kebutuhan apps dan interfaces 1 keg 1 keg 1 keg 1
keg 1 keg
Evaluasi dan Monitoring Master Plant IT 1 Keg 1 Keg Mengembangkan, memperbaiki dan mengintegrasikan SIM RS
Sistem Informasi Akuntansi
Sistem pelaporan RS 1
paket
Sistem inventori Non Medis (Logistik, Gizi,
Gudang)
1 paket
Mobile App Front Office 4 keg
Front Office Pelayanan Resume Medis Rawat Inap PACS &e-MR LIS &e-MR
3
paket
e-MR Rawat Inap 1 paket
Back Office
Sistem informasi akuntansi back office 1
paket Sistem informasi SDM:
e-Remunerasi 1
paket
Manual Sistem Informasi SDM: o report absensi, o logbook IKI o profil klinisi,
1 pkt 1 pkt
1 pkt
77
Program IT 2020 2021 2022 2023 2024 o profil pegawai 1 pkt
o Profil SDM RS o Profil Diklat klinisi o Profil diklat pegawai
1
paket 1
paket 1
paket
Profil Keuangan RS 1
paket Informasi tagihan supplier 1 pkt
Informasi pembayaran supplier 1 pkt
Informasi progress pekerjaan 1 pkt
Profil pelayanan RS 1
paket E-Planning dan RKAKL E-Procurement & E-Planning
2 pkt
E-Procurement & Pembayaran E-Procurement & RKAKL
2 pkt
Capaian IKT Dirut 1 keg 1 keg 1 keg 1
keg 1 keg
Implementasi Smart Hospital 1 keg 1 keg
1 keg
Sistem Informasi dan Teknologi Komunikasi
Reservasi Rawat Jalan 1 Keg 1 Keg
Reservasi Rawat Inap 1 Keg
Antrean Poliklinik Antrean farmasi 1 Keg
Reservasi Operasi 1 Keg Informasi tindakan:
Periksa hari ini Visite hari ini Operasi hari ini 1 Keg
Informasi biaya perawatan pasien 3 Keg
78
Program IT 2020 2021 2022 2023 2024 Pengembangan Perangkat Olah data dan Infrastruktur Jaringan pendukung Layanan SIMRS
Kebutuhan peralatan Olah data 1 pkt 1 pkt 1 pkt 1 pkt 1 pkt
Peralatan server untuk Manajemen Big Data 1 pkt
Pengembangan Infrastruktur Jaringan 1 pkt 1 pkt 1 pkt 1 pkt 1 pkt
Pengembangan Data Ware House 1 pkt
Pengembangan Big Data 1 pkt
Pengembangan Cloud data base 1 pkt
Software untuk mobile communication devices
untuk klinisi 2 keg
2 keg 2 keg 2
keg 2 keg
Tabel 18 Program Pengembangan Layanan Unggulan dan Layanan Inovatif
RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Program Layanan Unggulan dan Layanan Inovatif
2020 2021 2022 2023 2024
Penyusunan paket pelayanan unggulan: (meliputi kegiatan:
Pengembangan Clinical Pathways Penyusunan patient flow Penyusunan SOPs Pengintegrasian sistem layanan Simulasi paket layanan Revisi Penentuan jasa layanan Penghitungan unit cost per paket pelayanan Penetapan tarif layanan)
Paket Layanan Limb Deformity Correction 1 keg
Paket Layanan Bank Jaringan 1 keg
Paket Layanan Rekonstruksi post arthroplasty
(Revisi THR-TKR)
1 keg
Paket Layanan Hand and Micro Reconstruction 1 keg
Paket Layanan Spine Minimally Invasive 1 keg
79
Program Layanan Unggulan dan Layanan Inovatif
2020 2021 2022 2023 2024
Surgery Penyusunan paket pelayanan inovatif – Rehabilitasi Medis:
Return to work 1 keg
Paket Lutut Sehat dan Punggung Sehat 1 keg
Paket Uji Fungsi 1 keg
Dance therapy 1 keg
Pediatric Habilitasi dan Rehabilitasi 1 keg Pengembangan Program Rebranding RSO
Penyusunan profil tim layanan unggulan dan layanan inovatif (website) 1 Keg Produksi video profil tim layanan unggulan dan layanan inovatif (website) 1 Keg
Produksi video testimoni pelanggan (website) 1 Keg
Produksi video tutorial oleh tenaga profesional kesehatan (website) 1 Keg
Penyusunan proposal kerjasama 2 Keg Pengembangan porto-folio RSO dan tim-tim layanan unggulan dan layanan inovatif (website) 1 Keg
Produksi Video edukasi lainnya 1 Keg
Produksi Video tutorial latihan fisik post op 1 Keg Produksi Video edukasi asupan gizi/nutrisi post
op 1 Keg Marketing ke perusahaan-perusahaan target
kerjasama 10
Keg Penyusunan proposal kerjasama dengan BPJS
(untuk kegiatan promotif & preventif) 1 Keg
Marketing ke RS jejaring internasional (SOS
Internasional, dll) 5 Keg Sistem Informasi dan Teknologi Komunikasi
Pengembangan fungsi website 1 Keg Marketing Internasional
Pengembangan website dwi-bahasa 1 Keg
80
Program Layanan Unggulan dan Layanan Inovatif
2020 2021 2022 2023 2024
Penulisan abstrak (oral maupun poster
presentation) dan partisipasi di int'l conference 3 Keg
Partisipasi diajang pemberian int'l awards 1 Keg
Tabel 19 Program Manajemen Pendukung RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Program Manajemen Pendukung 2020 2021 2022 2023 2024 Manajemen Operasional & SDM
Pengembangan inovasi manajemen dan pelayanan 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg Manajemen Pemasaran
Mengelola big data: data base pelanggan dan mitra 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg Melakukan riset pelanggan dan riset pasar 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg
Manajemen Keuangan Pengembangan sistem untuk kerjasama swasta 1 Keg 1 Keg Advokasi kebijakan keuangan untuk kerjasama swasta 1 Keg 1 Keg
Pengembangan skema-skema kerjasama baru 1 Keg
Tabel 20 Program Sarana dan Prasarana RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Program Sarpras 2020 2021 2022 2023 2024 Bangunan Master Plan Fisik 1 Keg Evaluasi Pasca Huni 1 Keg Revisi Master Plan 1 Keg 1 Keg Peralatan Pengadaan MRI 1 Pengadaan C-Arm 1 Pengadaan CT Scan 1 Mobile communication devices untuk klinisi 10 10 5 5 5 Arthroscopy shoulder & Hip 1 Laminal endoscopy spine 1 Fasilitas Bone dan Tissue Bank 1
81
BAB IV PROYEKSI KEUANGAN
Pada bagian ini akan menjelaskan proyeksi keuangan pada kurun waktu periode lima
tahunan dari RSB RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso. Proyeksi keuangan ini berisikan
mengenai estimasi pendapatan dan rencana kebutuhan anggaran dari RS Ortopedi Prof. dr.
R. Soeharso untuk lima tahun ke depan. 4.1. Estimasi Pendapatan
Estimasi pendapatan disusun untuk periode lima tahun kedepan sesuai dengan periode
RSB yang dibuat berdasarkan sumber-sumber pendapatan serta estimasi besarannya
pertahun selama lima tahun, Estimasi pendapatan berdasarkan sumber-sumber pendapatan
tidak termasuk APBN dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21 Estimasi Pendapatan RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
(dalam Rp)
Sumber Pendapatan
Estimasi Pendapatan (Rp) 2020 2021 2022 2023 2024
Dana
Masyarakat 180,437,540,000 191,042,489,475 207,160,520,987 219,603,164,475 234,496,066,645
Hasil Kerjasama 180,000,000 340,121,561 309,201,419 327,753,504 347,418,715
Usaha Lainnya 9,382,460,000 11,374,496,344 10,476,662,667 10,568,764,000 10,660,865,333
Total 190,000,000,000 202,757,107,380 217,946,385,073 230,499,681,979 245,504,350,693
4.2. Rencana Kebutuhan Anggaran Rencana kebutuhan anggaran dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah anggaran
kebutuhan untuk kelangsungan kegiatan operasional dan yang kedua adalah anggaran
pengembangan.
a. Anggaran Kelangsungan Operasional
Anggaran kelangsungan operasional ditujukan untuk menjaga kegiatan operasional
RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso yang tidak dapat ditangguhkan. Anggaran
kelangsungan operasional disusun berdasarkan jenis belanja dan estimasi besaran
82
belanja tiap tahun. Tabel kebutuhan anggaran kelangsungan operasional RS
Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 22 Proyeksi Kebutuhan Anggaran Operasional RS Ortopedi Prof. dr. R.
Soeharso Tahun 2020 – 2024
Jenis Kegiatan Anggaran Operasional 2020 2021 2022 2023 2024
Beban Pegawai 87,647,967,148 88,617,821,355 89,598,407,325 90,589,843,808 91,592,250,869 Beban Persediaan 37,948,702,071 41,091,522,587 43,403,359,118 47,944,627,544 51,521,357,094 Beban Barang dan Jasa 19,741,339,511 21,376,269,916 22,578,913,152 24,941,331,810 26,801,986,550 Beban Pemeliharaan 49,890,138,929 54,021,920,614 57,061,229,982 63,031,513,558 67,733,743,791 Beban Langganan dan Daya 3,400,241,406 3,681,841,246 3,888,984,096 4,295,886,258 4,616,364,779 Beban Perjalanan Dinas 1,469,744,213 1,591,464,905 1,681,001,784 1,856,884,031 1,995,409,917 Beban Penyusutan Aset 32,830,486,142 33,444,509,495 33,636,391,793 33,643,065,960 33,649,740,127 Total Beban 232,928,619,419 243,825,350,118 251,848,287,250 266,303,152,969 277,910,853,127
b. Anggaran Pengembangan Anggaran pengembangan ditujukan untuk membiayai program-program yang sudah
direncanakan untuk lima tahun kedepan. Anggaran pengembangan disusun
berdasarkan jenis dan estimasi besaran belanja. Tabel kebutuhan anggaran
pengembangan RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharsodisajikan dibawah ini.
Tabel 23 Proyeksi Kebutuhan Anggaran Program RS Ortopedi Prof. dr. R.
Soeharso Tahun 2020 – 2024 Program 2020 2021 2022 2023 2024
SDM PEREKRUTAN (full timer) Spesialis Ortopedi
50,000,000
50,000,000
50,000,000
50,000,000
50,000,000
Spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi Spesialis Anestesi Dokter P3K
83
Program 2020 2021 2022 2023 2024 Spesialis Bedah Plastik Spesialis Gizi Klinis Ortotik Prostetik Pengelola Pengadaan
Barang/ Jasa Auditor ahli Auditor ahli muda Ahli pertama psikologi klinis Pekerja Sosial Pertama
(JFT) Penata anestesi Asisten penata anestesi Asisten Apoteker Pelaksana
(JFT) Terampil rekam medik Ahli pertama rekam medik Ahli utama rekam medik Analis Kepegawaian Analis Kepegawaian Ahli Pengadministrasi Keuangan Pengadministrasi Umum Bendahara Pranata Komputer Ahli Pustakawan Pertama PELATIHAN Peningkatan SDM Kesehatan Peningkatan SDM
Manajemen Kesehatan 650,000,000 550,000,000 600,000,000 600,000,000 650,000,000
Peningkatan SDM
Penunjang kesehatan 2,000,000,000 2,000,000,000 2,100,000,000 2,100,000,000 2,185,000,000
Peningkatan SDM Medis/
dokter fungsional 2,000,000,000 2,000,000,000 2,100,000,000 2,100,000,000 2,200,000,000
Peningkatan SDM 2,000,000,000 2,000,000,000 2,185,000,000 2,100,000,000 2,200,000,000
84
Program 2020 2021 2022 2023 2024 Keperawatan
Penelitian SDM Internal
Kesehatan 250,000,000 230,000,000 250,000,000 250,000,000 275,000,000
IHT Skill Lab 150,000,000 150,000,000 200,000,000 215,000,000 250,000,000 Peningkatan SDM Non Kesehatan Peningkatan SDM
Akuntansi dan Keuangan 150,000,000 150,000,000 175,000,000 200,000,000 200,000,000
Peningkatan SDM pada
kegiatan Pengadaan
Barang dan Jasa 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000
Peningkatan SDM
manajemen 200,000,000 225,000,000 230,000,000 250,000,000 260,000,000
Peningkatan SSDM
kegiatan SPIP dan APIP 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000
Pelatihan Kepemimpinan
TK II, III & IV 255,000,000 255,000,000 255,000,000 255,000,000 255,000,000
Peningkatan SDM pada
Pembangunan Zona
Integritas Menuju WBK-
WBBM,
50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Peningkatan SDM melalui
Kapasitas Pegawai dan Capacity Building
250,000,000 250,000,000 250,000,000 250,000,000 250,000,000
Program IT
Peta pengembangan SIM
RS 50,000,000
Peta pengembangan sistem
informasi rujukan (masuk
maupun keluar) 50,000,000
Peta kebutuhan apps dan
interfaces 50,000,000 50,000,000 100,000,000 50,000,000 50,000,000
Evaluasi dan Monitoring
Master Plant IT 50,000,000 50,000,000
85
Program 2020 2021 2022 2023 2024 Mengembangkan, memperbaiki dan meningintegrasikan SIM RS
Sistem Informasi
Akuntansi
Sistem pelaporan RS 100,000,000 Sistem inventori Non Medis
(Logistik, Gizi, Gudang) 150,000,000
Mobile App Front Office 195,000,000 Front Office Pelayanan
Resume Medis Rawat Inap PACS & e-MR LIS & e-MR
150,000,000
e-MR Rawat Inap 150,000,000 Back Office
Sistem informasi akuntansi
back office 50,000,000
Sistem informasi SDM:
e-Remunerasi 75,000,000
Manual Sistem Informasi
SDM:
o R 50,000,000
o Logbook IKI 50,000,000
o Profil klinisi 50,000,000
o Profil pegawai 50,000,000
o Profil SDM RS 50,000,000
o Prodil Diklat Klinisi 50,000,000
o Profil Diklat pegawai 50,000,000
Profil Keuangan RS 50,000,000
Informasi tagihan supplier 50,000,000 Informasi pembayaran
supplier 50,000,000
86
Program 2020 2021 2022 2023 2024 Informasi progress
pekerjaan 50,000,000
Profil pelayanan RS 50,000,000 E-Planning dan RKAKL E-Procurement & E-
Planning 100,000,000
E-Procurement &
Pembayaran E-Procurement & RKAKL
100,000,000
Capaian IKT Dirut 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 Implementasi Smart Hospital
300,000,000 250,000,000 150,000,000
Sistem Informasi danTeknologi Komunikasi
Sistem Reservasi: Rawat Jalan 50,000,000 50,000,000 Rawat Inap 50,000,000 Operasi 50,000,000
Sistem antrean: Poliklinik 75,000,000 Farmasi 75,000,000
Informasi tindakan Periksa hari ini 50,000,000 Visite hari ini 50,000,000 Operasi hari ini 50,000,000
Informasi biaya perawatan
pasien 100,000,000
Pengembangan Perangkat Olah data dan Infrastruktur Jaringan pendukung Layanan SIMRS
o Kebutuhan peralatan Olah
data 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
87
Program 2020 2021 2022 2023 2024 o Peralatan server untuk
Manajemen Big Data 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
o Pengembangan
Infrastruktur Jaringan 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
o Pengembangan Data
Ware House 50,000,000
o Pengembangan Big Data 50,000,000 o Pengembangan Cloud
data base
50,000,000
o Software untuk mobile
communication devices
untuk klinisi 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000
Peta pengembangan SIM
RS 50,000,000
Tabel 24 Proyeksi Kebutuhan Anggaran Pengembangan Layanan Unggulan
RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Program Layanan Unggulan 2020 2021 2022 2023 2024 Penyusunan paket pelayanan unggulan (meliputi kegiatan:
Pengembangan Clinical
Pathways Penyusunan patient flow Penyusunan SOPs Pengintegrasian sistem
layanan Simulasi paket layanan Revisi Penentuan jasa layanan Penghitungan unit cost per
paket pelayanan Penetapan tarif layanan)
Paket Layanan Limb
Deformity Correction 200,000,000
88
Program Layanan Unggulan 2020 2021 2022 2023 2024
Paket Layanan Bank Jaringan 200,000,000 Paket Layanan Rekonstruksi post arthroplasty (Revisi
THR-TKR) 200,000,000 Paket Layanan Hand and
Micro Reconstruction 200,000,000 Paket Layanan Spine
Minimally Invasive Surgery 200,000,000 Penyusunan paket pelayanan inovatif – Rehabilitasi Medis: Return to work 100,000,000 Paket Lutut Sehat dan
Punggung Sehat 100,000,000
Paket Uji Fungsi 100,000,000
Dance therapy 100,000,000 Pediatric Habilitasi dan
Rehabilitasi 100,000,000 Pengembangan Program Rebranding RSO Penyusunan profil tim
layanan unggulan dan
layanan inovatif (website) 25,000,000
Produksi video profil tim
layanan unggulan dan inovatif
(website) 25,000,000
Produksi video testimoni
pelanggan (website) 25,000,000
Produksi video tutorial oleh
tenaga profesional kesehatan
(website) 25,000,000
Penyusunan proposal
kerjasama 25,000,000
Pengembangan porto-folio 30,000,000
89
Program Layanan Unggulan 2020 2021 2022 2023 2024 RSO dan tim-tim layanan
unggulan dan layanan inovatif
(website) Produksi Video edukasi
lainnya 25,000,000
Marketing ke perusahaan-
perusahaan target kerjasama 45,000,000
Produksi Video tutorial latihan
fisik post op 50,000,000
Penyusunan proposal
kerjasama dengan BPJS
(untuk kegiatan promotif &
preventif)
50,000,000
Produksi Video edukasi
asupan gizi/nutrisi post op 50,000,000
Marketing ke RS jejaring
internasional (SOS
Internasional, dll) 50,000,000
Sistem Informasi dan Teknologi Komunikasi
Pengembangan fungsi
website 25,000,000
Marketing Internasional Pengembangan website dwi-
bahasa 50,000,000
Penulisan abstrak (oral
maupun poster presentation) dan partisipasi di int'l
conference
140,000,000
Partisipasi diajang pemberian int'l awards
100,000,000
90
Tabel 25 Proyeksi Kebutuhan Anggaran Manajemen Pendukung RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Program Manajemen Pendukung 2020 2021 2022 2023 2024 Manajemen Operasional & SDM Pengembangan inovasi
manajemen dan pelayanan 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Manajemen Pemasaran
Mengelola big data: data base
pelanggan dan mitra 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Melakukan riset pelanggan dan
riset pasar 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Manajemen Keuangan
Manual Sistem Manajemen
Keuangan
300,000,000
Pengembangan sistem untuk
kerjasama swasta dan asing
100,000,000
100,000,000
Advokasi kebijakan keuangan
untuk kerjasama swasta dan asing 50,000,000 50,000,000
Penyusunan paket pelayanan
unggulan (BPJS dan non-BPJS) 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Penyusunan tarif paket layanan
non unggulan - non BPJS
150,000,000
150,000,000
150,000,000
Pengembangan skema-skema
kerjasama baru 50,000,000 50,000,000
Total 450,000,000 250,000,000 300,000,000 250,000,000 200,000,000
Tabel 26 Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024 (dalam Juta Rupiah)
Program Sarpras 2020 2021 2022 2023 2024 Bangunan Master Plan Fisik 1,000,000,000
Evaluasi Pasca Huni 300,000,000
Revisi Master Plan 200,000,000 200,000,000
91
Peralatan
Pengadaan MRI 18,000,000,000
Pengadaan C-Arm 1,000,000,000
Pengdaan CT Scan 8,000,000,000
Mobile communication
devices untuk klinisi 200,000,000 200,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000
Arthroscopy shoulder &
Hip 175,000,000
Laminal endoscopy spine 2,600,000,000
Sub jumlah 18,200,000,000 9,200,000,000 2,875,000,000 100,000,000 100,000,000
Fasilitas
Bone dan Tissue Bank 1,500,000,000
Total 37,900,000,000 18,600,000,000 5,750,000,000 200,000,000 1,700,000,000
4.3. Rencana Pendanaan
Rencana pendanaan yang digunakan untuk membiayai anggaran operasional dan anggaran
pengembangan berasal dari Pemerintah dan pendapatan operasional RS Ortopedi Prof. dr.
R. Soeharso. Berikut tabel aliran kas pendapatan dibandingkan dengan belanja operasional,
belanja modal dan belanja pengembangan.
Tabel 27 Proyeksi Aliran Kas RS Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso Tahun 2020 – 2024
Keterangan 2020 2021 2022 2023 2024 Pendapatan 241,080,317,694 262,252,047,995 280,165,044,125 308,258,020,811 331,501,421,855
Anggaran
Operasional 204,672,521,024 215,183,947,757 223,015,002,592 237,703,349,501 249,304,375,491
Anggaran Belanja
Modal 18,200,000,000 9,200,000,000 2,875,000,000 100,000,000 1,600,000,000
Anggaran
Pengembangan 9,750,000,000 9,385,000,000 9,920,000,000 9,805,000,000 10,590,000,000
Surplus/Defsit Kas 8,457,796,670 28,483,100,238 44,355,041,533 60,649,671,310 70,007,046,364
Pada estimasi pendapatan dan pengeluaran, masih terdapat kelebihan kas. Prioritas untuk
anggaran pengeluaran ada pada anggaran operasional
92
BAB V PENUTUP
5.1. KESIMPULAN 1. Kunjungan IGD menurun 6,7 % dalam lima tahun terakhir, kunjungan rawat jalan
menurun 3% di tahun terakhir, kemungkinan karena sistem rujukan berjenjang.
Kunjungan pada klinik sub spesialis ortopedi rekonstruksi dan sub spesialis
ortopedi pediatrik mengalami peningkatan paling signifikan. Keluhan terbanyak
adalah nyeri punggung bagian bawah.
2. Pada tahun 2019, pada kurun lima tahun terakhir pasien rawat inap meningkat
18.5 % dengan BOR 55.05 % dan ALOS 4,98 hari.
3. Pada tahun 2019, tindakan operasi menurun sebesar 26,5% dari tahun 2017, Operasi terbanyak ada pada subspesialisasi rekonstruksi (46%) diikuti oleh bagian
hand and micro (16%) serta pediatric (13%).
4. Pada tahun 2019, layanan rehabilitasi medis menurun 7,7% dari tahun
sebelumnya.
5. Profil pasien: sebagian besar berasal dari Jawa Tengah, meskipun ada juga yang
berasal dari Jatim, DIY, Jabar, Lampung dan Papua. Sebagian besar pasien
merupakan peserta JKN non-PBI.
6. Efisiensi penggunaan dana menurun di tahun 2018 karena peningkatan
pendapatan kurang dari 10%, serta adanya peningkatkan biaya operasional dan
investasi, RSO mengalami surplus tahun 2018 sebesar 16% dan meningkat
kembali pada tahun 2019.
7. Dari aspek SDM, ada beberapa target kinerja yang belum tercapai diantaranya
pelatihan (TOT) untuk dokter pendidik klinis, pelatihan >20 jam per karyawan, dan
pendidikan tingkat lanjut.
8. Hasil penilaian terhadap kinerja sarana prasarana menunjukkan angka OEE yang
fluktuatif, hal ini karena adanya faktor eksternal yang diluar kendali, misalnya
pemadaman listrik PLN yang mendadak.
9. Tantangan strategis yang dihadapi RSO berasal dari eksternal (regulasi tentang
mutu dan layanan publik, kebijakan pembiayaan kesehatan nasional, kompetisi
dengan RS asing, tuntutan pasar dalam negeri non-BPJS, perkembangan
teknologi kedokteran khususnya ortopedi dan traumatologi, serta teknologi
komunikasi. Tantangan dari dalam berupa penataan dan pemanfaatan sumber
daya yang belum optimal, disamping juga masih ada keterbatasan sumber daya
pada aspek tertentu. Secara strategis, posisi RSO ada di kuadran IV. Pada
kuadran ini, strategi yang dapat dilakukan adalah difersifikasi layanan.
93
10. Sesuai dengan rencana jangka panjangnya, saat ini RSO memasuki tahap unggul,
yang dapat dilakukan dengan membangun reputasi nasional, bahkan internasional.
Untuk mencapai target tersebut, RSO menyusun program lima tahun kedepan
yang meliputi area SDM, IT, Layanan Unggulan, Sarana prasarana, Manajemen
Pendukung. 11. Meskipun historical data menunjukkan trend yang cenderung menurun, namun
target yang ditetapkan dari hasil pengembangan layanan unggulan dan penataan
layanan secara keseluruhan adalah peningkatan pasien rawat jalan sebesar 4%
per tahun, BOR IRNA menjadi optimal (60-70%), dengan proporsi pasien non-
BPJS meningkat sampai dengan 40% dari total pasien. Hal ini penting untuk menjaga cash flow RSO.
12. Estimasi pendapatan meningkat tiap tahunnya selama lima tahun dengan kenaikan
rata-rata pendapatan sebesar 7% per tahun. 5.2. SARAN
1. Untuk menjaga agar target-target kinerja pelayanan dan keuangan tercapai, maka
inovasi yang telah direncanakan dalam pengembangan layanan unggulan perlu dilaksanakan sesuai dengan timeline yang telah disusun.
2. RSO perlu menggali sumber-sumber pendapatan selain dari pasien JKN, untuk menjaga kelancaran cash flow dan memperbaiki kemampuan dalam investasi
baru. Untuk itu, RSO perlu mengembangkan strategi fungsional yang out-of-the-
box, termasuk dalam mengembangkan segmen pasar baru baik yang individual
maupun institusi/lembaga.
3. Pengembangan SIM-RS perlu dilakukan secara lebih sistematis dengan menyusun
master plan IT, agar memiliki daya dukung terhadap pencapaian visi RSO untuk
menjadi RS unggulan dengan layanan prima.
4. Pengembangan SIM-RS harus sampai pengelolaan aset