Click here to load reader
View
10
Download
2
Embed Size (px)
1
RENCANA KONTINGENSI
BANJIR DAN TANAH LONGSOR
Disusun Tahun 2019
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
PROVINSI BALI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. i
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. ii
DAFTAR PETA……………………………………………………………………… iii
DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN……………………………………………….. iv
1 SITUASI……………………………………………………………………….. 7
1.1 Karakteristik Bahaya Bencana (Ancaman)……………………………… 7
1.2 Skenario Kejadian dan Asumsi Dampak 8
2 TUGAS POKOK……………………………………………………………….. 12
3 PELAKSANAAN……………………………………………………………… 13
3.1 Konsep Operasi ………………………………………………………… 13
3.2 Fungsi…………………………………………………………………… 14
3.3 Tugas-Tugas…………………………………………………………….. 15
3.4 Instruksi Koordinasi…………………………………………………….. 19
4 ADMINISTRASI & LOGISTIK 20
4.1 Administrasi…………………………………………………………….. 20
4.2 Logistik…………………………………………………………………. 20
5 KOMANDO, KENDALI, KOMUNIKASI 21
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Susunan Organisasi Penanganan Darurat Bencana Kabupaten
Badung…………………………………………………………………...
23
Gambar 2 Jaringan Komunikasi……………………………………………………. 27
Gambar 3 Topologi Jaringan Komunikasi Koordinasi Kebencanaan……………… 27
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Skenario Kejadian dan asumsi dampak bencana…………………. 8
Tabel 2 Tabel Sumberdaya yang tersedia……………..…………………………. 28
DAFTAR PETA
Peta 1 Peta Operasi Kabupaten Badung 28
Peta 2 Peta Bahaya Tanah Longsor Kabupaten Badung 29
Peta 3 Peta Kerentanan Tanah Longsor 30
Peta 4 Peta Kapasitas Tanah Longsor Kabupaten Badung 31
Peta 5 Peta Risiko Bencana Tanah Longsor Kabupaten Badung 32
DAFTAR SINGKATAN
BMKG Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah
PMI Palang Merah Indonesia
Polri Kepolisian Republik Indonesia
TNI Tentara Nasional Indonesia
DANDIM Komandan Distrik Militer
RAPI Radio Antar Rakyat Indonesia
PHRI Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia
ORARI Organisasi Amatir Radio Indonesia
DAFTAR ISTILAH
a. Pencegahan adalah segala upaya dan kegiatan untuk mencegah bencana atau risiko yang
mungkin terjadi melalui penyiapan peraturan perundang-undangan, penyusunan prosedur,
penanggulangan serta melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan.
b. Tanggap darurat adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana, terkoordinir dan
terpadu pada kondisi darurat dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan untuk
menolong, menyelamatkan jiwa/harta benda dan lingkungan serta mengurangi dampak
akibat bencana melalui pemberian bantuan moril dan materil kepada korban bencana.
c. Penyelamatan adalah segala daya upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk menolong,
melindungi, dan memberi bantuan tanggap darurat kepada para korban, mengamankan
harta benda, sarana prasarana, dan fasilitas umum serta lingkungan akibat bencana.
d. Rehabilitasi adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan agar para korban dan
kerusakan sarana-prasarana serta fasilitas umum yang diakibatkan oleh bencana dapat
berfungsi kembali.
e. Rekonstruksi adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk membangun kembali
sarana dan prasarana umum yang rusak/rusak ringan akibat bencana, untuk meringankan
penderitaan masyarakat.
f. Pemberdayaan adalah kegiatan pembinaan kemampuan dan kemandirian para pengungsi
agar dapat melaksanakan kegiatan sosial dan ekonomis untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
7
1 SITUASI
1.1 Karakteristik Bahaya Bencana (Ancaman)
Bencana Longsor merupakan salah satu bencana geologi yang paling sering terjadi
kejadian tanah longsor skala besar dan kecil terjadi hampir setiap tahun di hampir seluruh
wilayah Indonesia, menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerugian material. Sebagai
konsekwensi kawasan tumbukan 3 lempeng aktif, sebagian besar wilayah Indonesia
memiliki morfologi perbukitan dengan lereng curam – sangat curam.
Menurut BNPB (2017), 577 kejadian tanah longsor, 40,9 juta jiwa atau 17,2 persen
orang indonesia hidup di area rawan longsor, baik di area rawan longsor tingkat
menengah maupun tinggi, 95 persen kejadian bencana di Indonesia adalah bencana
hidrometeorologi seperti longsor, kekeringan, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan,
dan cuaca ekstrem. Area rawan gerakan tanah terlalu luas dan menyebar, tidak dapat
diketahui titik/sumber bahayanya.
Kondisi pada masa pancaroba bulan Oktober-Nopember dan April-Mei yaitu musim
hujan ke musim kemarau maupun sebaliknya, cuaca ekstrim yang terjadi adalah
turbulensi, hujan es, angin puting beliung. Masa puncak musim penghujan, pada bulan
pertengahan Januari hingga pertengahan Februari, cuaca ekstrim yang terjadi adalah
hujan lebat yang dapat memicu banjir dan longsor, serta angin kencang. Musim kemarau
kondisi cuaca ekstrim yang dapat terjadi adalah angin kencang dan gelombang tinggi
serta potensi kekeringan yang dapat memicu kebakaran di Bali, umumnya terjadi pada
bulan Juni – Oktober. Suhu dingin ekstrim, angin kencang yang bersifat kering umumnya
terjadi di saat posisi gerak semu matahari berada di titik terjauh suatu daerah yang
bersangkutan yaitu pada bulan Juli – Agustus.
Sebagai gambaran beberapa kecamatan yang rawan dilanda bencana longsor seperti
Petang memiliki karakteristik daerah berbukit dengan kemiringan lereng lebih dari 20
derajat. Untuk daerah dengan penyusun berupa struktur tanah lempung pada kondisi
tanah jenuh air akan mungkin bergerak pada sudut lereng kurang dari 20 derajat, terdapat
lapisan tanah yang tebal menumpang diatas lapisan batuan yang lebih keras dan kedap
air. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik di daerah lereng, sehingga
banyak air tertahan pada lereng yang menyebabkan jenuh air. Sistem drainase yang buruk
pun menjadi salah satu faktor terjadinya bencana longsor saat curah hujan lebat.
Kemudian Sebagai contoh daerah abiansemal dan daerah mengwi, adanya kolam ikan,
sawah, ladang terbuka yang hanya ditanami tanaman berakar serabut yang sistim perakaran
tidak dalam dan sebagainya. Kurangnya tanaman penutup lereng, terdapat retakan-retakan
berbentuk tapal kuda pada bagian atas tebing terdapat banyak mata air/rembesan air pada
tebing yang menunjukkan tebing telah jenuh air yang sering disertai longsoran-longsoran
8
skala kecil dan aliran sungai dibawah lereng yang alirannya mengerosi/menggerus dasar
lereng sehingga sudut kelerengannya menjadi lebih terjal.
Sedangkan di daerah Kuta Selatan aktivitas manusia yang menyebabkan lereng
semakin terjal seperti pemotongan tebing untuk pembangunan rumah, obyek pariwisata
pembuatan jalan, penambangan dan lain sebagainya. Aktivitas manusia yang menyebabkan
pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti bangunan rumah atau sarana fisik
lainnya.
1.2 Skenario Kejadian dan Asumsi Dampak
Tabel 1. Pokok-Pokok Ringkasan Skenario Kejadian dan Asumsi Dampak
ASUMSI WAKTU
KEJADIAN
Curah Hujan Lebat selama 3 hari menyebabkan longsor
pada:
Hari / Tanggal : Sabtu, 11 Januari 2020
Pukul : 20:20 wita
LOKASI, DURASI,
INTENSITAS,
ANCAMAN
LANJUTAN, dll
Petang, 3 hari, tinggi, longsor susulan.
Abiansemal, 3 hari, sedang, nihil.
Mengwi, 2 hari, rendah, nihil
Kuta selatan, 2 hari, rendah, nihil
CAKUPAN WILAYAH
TERDAMPAK
Lereng wilayah Petang, Desa Petang, Desa Belok, Desa
Sulangai dan Desa Plaga.
Abiansemal : Desa Ayunan, Sangeh,Bongkasa Pertiwi
Mengwi : Desa Kuwum.
Kuta Selatan : Desa Pecatu dan Desa Ungasan.
BAHAYA PRIMER Longsoran menimpa rumah dan fasilitas umum.
BAHAYA SEKUNDER Longsor susulan, longsor menutup akses jalan
ASUMSI DAMPAK KEJADIAN
1. ASPEK
KEPENDUDUKAN
Jumlah Penduduk Terdampak : 1.407 Jiwa