Upload
phamhanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
RELASI KONSESIF BAHASA INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan
guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra
Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Oleh
AGUSTIN FITRIA WULANDARI
NIM CO2OOOO6
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2OO5
2
Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan
Panitia Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Pembimbing
Drs. F. X. Sawardi, M. Hum.
NIP 131 913 435
3
Diterima dan Disetujui oleh Panitia Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada Tanggal: 17 Februari 2005
Panitia Penguji:
1. Drs. Henry Yustanto, M. A. (……………………..)
Ketua NIP 131 913 433
2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. (…………………….)
Sekertaris NIP 131 859 875
3. Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum. (…………………….)
Penguji I NIP 131 281 866
4. Drs. F. X. Sawardi, M. Hum. (…………………….)
Penguji II NIP 131 913 435
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Dr. Maryono Dwirahardjo, S.U.
NIP 130 675 167
4
MOTTO:
“Orang yang tak tahu dan tak tahu bahwa dia tak
tahu adalah orang tolol. Hindari dia”.
“Orang yang tak tahu dan tahu bahwa dia tak tahu
adalah anak-anak. Ajari dia”.
“Orang yang tahu dan tak tahu bahwa dia tahu adalah
orang tidur. Bangunkan dia”.
“Orang yang tahu dan tahu bahwa dia tahu adalah
orang bijak. Ikuti dia”.
( Nasruddin Hoja)
5
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:
v Bapak dan ibu yang telah memberi doa
dan semangat.
v Adikku Erdiana dan Hasan.
v Teman-teman yang telah membantuku.
v Mimi
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat, hidayah, serta inayyah-Nya, akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak menemui hambatan dan
kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik yang
bersifat langsung maupun yang tidak langsung, akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Maryono Dwiraharjo, S. U. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan
untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Henry Yustanto, M. A. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah
mengizinkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. F. X. Sawardi, M. Hum. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan yang jelas dalam
penelitian skripsi ini.
4. Dra. Murtini, M. S. selaku pembimbing akademis yang selalu memberikan
pengarahan selama masa pekuliahan.
7
5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa khususnya Jurusan
Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada
peneliti.
6. Staf Perpustakan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kelonggaran kepada
peneliti dalam membaca dan meminjam buku-buku referensi yang
diperlukan dalam skripsi ini.
7. Novi, Etik, Rino, Tomi, Kuncoro, dan Wiyat yang telah memberikan
bantuan dan semangat kepada peneliti.
8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2000 yang telah bersedia
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari
Allah SWT.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca akan peneliti terima dengan tangan terbuka dan senang hati.
Akhirnya, peneliti berharap semoga hasil karya ini bermanfaat khususnya
bagi jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Februari 2005
Peneliti
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xi
DAFTAR TANDA........................................................................................... xii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kalimat
1. Pengertian dan Ciri-Ciri Kalimat ............................................. 7
2. Klasifikasi Kalimat................................................................... 8
9
B. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk
1. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Setara ............... 17
2. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat ........ 19
C. Relasi Konsesif
1. Pengertian Relasi Konsesif ...................................................... 22
2. Pemarkah Konsesif................................................................... 24
3. Konsesif Kondisional ............................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................... 29
B. Data ................................................................................................ 30
C. Sumber Data................................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 31
E. Teknik Klasifikasi Data.................................................................. 33
F. Teknik Analisis Data...................................................................... 34
G. Teknik Penarikan Kesimpulan ....................................................... 36
BAB IV ANALISIS DATA
A. Gramatika Dasar Kalimat Tunggal
1. Kalimat Tunggal Berdasarkan Jenis Predikatnya .................... 37
2. Bentuk Kalimat Tunggal .......................................................... 43
B. Kalimat Majemuk
1. Jenis Kalimat Majemuk............................................................ 46
2. Bentuk Kalimat Majemuk........................................................ 51
3. Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk.......................... 52
10
C. Relasi Konsesif
1. Tipe-Tipe Klausa Konsesif ...................................................... 38
2. Letak Klausa Bawahan dalam Kalimat Konsesif..................... 60
3. Ciri-Ciri Semantis Klausa Konsesif ......................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 62
B. Saran-Saran .................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64
LAMPIRAN DATA
DAFTAR INFORMAN
11
DAFTAR SINGKATAN
A : Aura
AC : Anita Cemerlang
F : Femina
HP 4 : Harry Potter 4
KET : Keterangan
O : Objek
O1 : Objek Langsung
O2 : Objek Tidak Langsung
OS : Objek Klausa Sematan
OU : Objek Klausa Utama
P : Predikat
PADJ : Predikat Adjektiva
PEL : Pelengkap
PN : Predikat Nomina
PREP : Preposisi
PS : Predikat Klausa Utama
PU : Predikat Klausa Utama
PV AKT : Predikat Verba Aktif
PV PAS : Predikat Verba Pasif
PV : Predikat Verba
S : Subjek
12
SN : Subjek Nomina
SPAS : Subjek Pasien
SPEL : Subjek Pelaku
SS : Subjek Klausa Sematan
SU : Subjek Klausa Utama
DAFTAR TANDA
[-] : unsur yang dilesapkan
{−} : pilih salah satu dalam kurung kurawal
* : tidak gramatikal
? : diragukan keberterimaannya atau janggal
( ) : bersifat opsional
13
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Relasi Konsesif Bahasa Indonesia. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Ancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ancangan strukturalisme.
Penelitian ini mempunyai tiga rumusan masalah yaitu (1) bagaimana
gramatika dasar kalimat tunggal, (2) bagaimana ciri-ciri sintaksis relasi konsesif
bahasa Indonesia, dan (3) bagaimana ciri-ciri semantis relasi konsesif bahasa
Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gramatika dasar
kalimat tunggal, ciri-ciri sintaksis, serta semantis relasi konsesif bahasa Indonesia.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan studi bahasa Indonesia
dan dapat menjadi kerangka berpikir bagi penegasan teori yang telah ada terutama
dalam bidang sintaksis.
Data dalam penelitian ini adalah kalimat majemuk bertingkat dengan relasi
konsesif. Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber yaitu novel Harry Potter
dan Piala Api, tabloit Anita Cemerlang, Femina, dan Aura. Selain itu, peneliti
juga menggunakan data lisan yang diperoleh dari acara televisi dan radio. Metode
yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode simak yang dilanjutkan
dengan teknik simak bebas libat cakap, teknik catat, teknik pustaka dan teknik
kerja sama dengan informan.
Setelah data terkumpul dilakukan klasifikasi data. Klasifikasi data di sini
didasarkan pada jenis pemarkah yang digunakan serta sifat pemarkah itu sendiri.
Data yang terkumpul dibagi menjadi tiga tipe yaitu Tipe A, Tipe B, dan Tipe C.
14
Data yang telah diklasifikasikan tersebut kemudian dianalisis. Metode yang
digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode
distribusional yang kemudian dilanjutkan dengan teknik lesap, ganti, sisip, dan
parafrasis.
Setelah dianalisis dapat diperoleh beberapa kesimpulan dalam penelitian
ini. Makna konsesif selain dapat diungkapkan dengan pemarkah walau(pun),
meski(pun), kendati(pun), sekalipun, biar(pun), betapa(pun), ke mana pun, di
mana pun, siapa pun dan apa pun juga dapat diungkapkan dengan bentuk
disjungsi pada klausa bawahannya. Klausa bawahan dalam kalimat majemuk
bertingkat dengan relasi konsesif dapat berada mendahului, mengikuti atau di
antara klausa utamanya. Secara sintaksis kalimat majemuk bertingkat dengan
relasi konsesif tidak dapat terdiri atas klausa inti pasif dan klausa bawahan aktif,
dapat berupa kalimat berita, suruh dan tanya. Bentuk tanya tersebut berupa
kalimat tanya ya atau tidak ( yes or no questions) karena kalimat majemuk
bertingkat dengan relasi konsesif tidak dapat berupa -wh questions. Selain itu,
kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif tidak dapat dibentuk dari
nomina dengan partikel –lah. Secara semantis, informasi pada klausa bawahannya
hanya dianggap informasi sekunder sehingga dapat dihilangkan tanpa
mempengaruhi informasi utama yang akan disampaikan.
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam konstruksi bahasa Indonesia, dikenal istilah kalimat majemuk
bertingkat. Ramlan menyebut kalimat majemuk dengan kalimat luas. “Kalimat
luas adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih” ( Ramlan, 1996, h. 49).
Dengan kata lain, kalimat majemuk dibentuk dengan menyusun dua klausa atau
lebih. Moeliono ( 1988) membedakan kalimat majemuk menjadi dua macam,
yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Perbedaan
tersebut didasari oleh hubungan antarklausa di dalamnya. Jika hubungan antara
klausa yang satu dengan klausa yang lain dalam satu kalimat itu menyatakan
hubungan koordinasi, maka kalimat tersebut dinamakan kalimat majemuk setara.
Jika hubungan antara klausa yang satu dengan yang lain adalah subordinatif, maka
kalimat tersebut dinamakan kalimat majemuk bertingkat.
Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat berbagai macam relasi
antarklausa. Relasi tersebut antara lain relasi temporal, kondisional, final/ tujuan,
konsesif, komparatif/ pembandingan, penyebaban, konsekutif/ akibat, cara,
sangkalan, kenyataan, hasil, penjelasan, dan atributif ( Moeliono, 1988).
Menurut Moeliono (1988, h. 325) “hubungan konsesif terdapat dalam
sebuah kalimat yang klausa sematannya memuat pernyataan yang tidak akan
mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama”. Fokker (1983, h. 117)
menyatakan bahwa yang dinamakan relasi konsesif ialah “apabila dalam bagian
16
kalimat yang satu, sesuatu diterima, diakui atau dianggap, yang bertentangan
dengan isi bagian yang lain, tetapi tanpa ia dapat mempengaruhinya”. Dari dua
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa relasi konsesif adalah hubungan klausa
sematan dengan klausa utama dalam kalimat majemuk bertingkat yang bermakna
perlawanan dan tidak mengubah pernyataan dalam klausa utamanya.
Subordinator yang biasa dipakai untuk menyatakan relasi konsesif adalah
walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), dan kendati(pun). Bentuk seperti ke
mana pun, betapapun, apa pun, di mana pun, dan siapa pun juga dapat dipakai
pula sebagai pemarkah konsesif.
Selain menggunakan konjungsi di atas, makna konsesif juga dapat
dinyatakan dengan bentuk lain, misalkan dengan bentuk disjungsi atau pemisahan.
Contohnya pada kalimat Makan nggak makan, asal kumpul. Kalimat tersebut
bermakna konsesif karena merupakan suatu hal yang berlawanan. Di sini klausa
sematan makan nggak makan tidak mengubah pernyataan klausa induknya asal
kumpul. Hanya saja, kalimat di atas tidak menggunakan pemarkah konsesif. Di
sini digunakan bentuk disjungsi makan nggak makan. Dengan struktur lain yang
maknanya serupa, kalimat di atas dapat diubah menjadi Walaupun tidak makan,
asal kumpul.
Banyak ahli yang telah menyinggung istilah konsesif dalam buku mereka.
Beberapa di antaranya adalah Anton M. Moeliono dalam Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia ( 1988, h. 325), Harimurti Kridalaksana dalam Kamus
Linguistik ( 2001, h. 118), N. F. Alieva dalam Bahasa Indonesia Deskripsi dan
Teori ( 1991, h. 465), dan Verhaar dalam Asas-Asas Linguistik Umum ( 1999, h.
17
283). Dari pandangan dan tafsiran masing-masing ahli, yang agak berbeda-beda,
dapat ditarik suatu kesejajaran pengertian bahwa yang dimaksud dengan konsesif
adalah hubungan klausa sematan dengan klausa induk yang menyatakan makna
perlawanan dan tidak mengubah pernyataan yang ada pada klausa utamanya.
Sebagian besar ahli tersebut hanya menyebut istilah konsesif secara
sekilas. Pembicaraan tentang konsesif hanya terbatas pada hubungan antarklausa
dalam kalimat majemuk bertingkat yang didasarkan pada jenis konjungsi
walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), dan kendati(pun). Namun, para ahli
tersebut tidak membahas bentuk konsesif yang lain, misalkan yang menggunakan
disjungsi atau pemisahan (p atau tidak p). Masih terdapat beberapa bentuk kalimat
lain yang dapat digunakan untuk menyatakan relasi konsesif. Kalimat majemuk
bertingkat bentuk lain dapat digolongkan ke dalam konsesif berdasarkan kriteria
semantis. Untuk itulah peneliti bermaksud untuk menganalisis bentuk konsesif,
baik yang menggunakan pemarkah konsesif maupun kriteria semantis, secara
mendalam.
Selanjutnya untuk memperdalam tentang relasi konsesif, perilaku
sintaksisnya, dan ciri- ciri semantisnya, maka peneliti tertarik untuk
menjadikannya sebuah penelitian dengan judul Relasi Konsesif Bahasa Indonesia.
B. Pembatasan Masalah
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Berarti dalam kalimat majemuk dimungkinkan terdapat tiga atau bahkan empat
klausa atau lebih. Kalimat majemuk yang demikian itu tentu memerlukan analisis
18
yang lebih luas. Untuk itulah dalam penelitian ini peneliti membatasi analisisnya
pada kalimat majemuk bertingkat yang hanya terdiri atas dua klausa dan tiga
klausa saja. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas relasi konsesif dengan
pemarkah konjungsi walau(pun), meski(pun), kendati(pun) biar(pun), betapapun,
bentuk ke mana pun, di mana pun, sekalipun, apa pun, siapa pun, dan bentuk
disjungsi.
C. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang pemilihan masalah, agar
pembahasan masalah menjadi jelas, terarah, dan terperinci, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut.
1. Bagaimana gramatika dasar kalimat tunggal?
2. Bagaimana ciri-ciri sintaksis relasi konsesif bahasa Indonesia?
3. Bagaimana ciri-ciri semantis relasi konsesif bahasa Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mempunyai tujuan sebagai
berikut.
a. Untuk mendeskripsikan gramatika dasar kalimat tunggal.
b. Untuk mendeskripsikan ciri- ciri sintaksis relasi konsesif bahasa Indonesia.
c. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri semantis relasi konsesif bahasa Indonesia.
19
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan agar menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi pembaca. Ilmu linguistik bukanlah ilmu praktis seperti ilmu
kedokteran, pertanian, maupun teknik sehingga hasilnya tidak dapat langsung
digunakan oleh masyarakat penggunanya. Untuk itulah dalam penelitian bahasa
hanya terdapat manfaat secara teoretis. Manfaat teoretis dari penelitian ini antara
lain adalah sebagai berikut.
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi
perkembangan studi bahasa Indonesia, khususnya mengenai relasi konsesif
bahasa Indonesia.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka berpikir bagi penegasan
teori yang telah ada terutama dalam bidang sintaksis.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Tiap-tiap bab
terdiri dari pokok masalah yang berlainan, tetapi keseluruhannya merupakan satu
kesatuan. Secara singkat dapat peneliti uraikan sebagai berikut.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah yang menjelaskan alasan peneliti tertarik untuk meneliti relasi konsesif;
pembatasan masalah pada kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif
yang terdiri atas dua atau tiga klausa dan dengan pemarkah tertentu; perumusan
masalah tentang gramatika dasar kalimat tunggal, ciri-ciri sintaksis serta semantis
relasi konsesif bahasa Indonesia; tujuan penelitian untuk mendeskripsikan
20
gramatika dasar kalimat tunggal, ciri-ciri sintaksis dan semantis relasi konsesif;
manfaat penelitian secara teoritis bagi perkembangan studi bahasa; dan
sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan landasan teori yang memuat teori-teori yang
berhubungan dengan klausa konsesif dan kemudian dijadikan landasan atau acuan
dalam penelitian ini. Teori tersebut meliputi pengertian dan ciri-ciri kalimat, relasi
antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat yang salah satunya adalah relasi
konsesif dan konsesif kondisional.
Bab ketiga merupakan metode penelitian yang berisi penjelasan mengenai
jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan ancangan strukturalisme, data yang
berupa kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif, sumber data dari
majalah, tabloit, novel, beberapa acara televisi dan radio, metode pengumpulan
data yaitu metode simak, metode klasifikasi data yang didasarkan pada jenis
pemarkah yang digunakan, metode analisis yang berupa metode distribusional,
dan metode penarikan kesimpulan yang berupa metode induktif.
Bab keempat merupakan analisis data yang berupa analisis terhadap data-
data yang mendukung penelitian yaitu mengenai relasi konsesif bahasa Indonesia.
Analisis tersebut meliputi gramatika dasar kalimat tunggal, relasi konsesif yang
terdiri atas proses pembentukan, bentuk kalimat, letak klausa bawahan dalam
kalimat majemuk dengan relasi konsesif, serta ciri-ciri secara semantis.
Bab kelima merupakan penutup yang memuat kesimpulan akhir dari
analisis data dan saran-saran yang menyarankan agar ada penelitian lebih lanjut
21
tentang relasi konsesif karena peneliti menganggap penelitian ini belum
sempurna.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kalimat
1. Pengertian dan Ciri-Ciri Kalimat
Menurut Ramlan (1996, h. 27) kalimat ialah “satuan gramatik yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik”.
Moeliono (1988, h. 254) berpendapat “kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau
teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan”.
Chaer (1994, h. 240) menyatakan bahwa “kalimat adalah satuan sintaksis yang
disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan
konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”. Jadi, yang menjadi
dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final. Dari uraian tersebut
terlihat bahwa kalimat mempunyai dua unsur yang sangat penting yaitu adanya
unsur segmental dan suprasegmental. Unsur segmental merupakan bagian kalimat
yang berupa satuan lingual yang bagiannya dapat dibagi atas segmen-segmen
(bagian-bagian). Adapun unsur suprasegmentalnya berupa intonasi. Kedua unsur
tersebut harus mampu mendukung makna dan arti yang terkandung dalam sebuah
kalimat.
Moeliono (1988) menyebutkan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda,
diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang
memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud
8
tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru; dan sementara itu
disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau
ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek
yang mengapit bentuk tertentu. (254)
2. Klasifikasi Kalimat
Ramlan (1996) membagi kalimat berdasarkan fungsi dalam hubungan
situasinya. Selanjutnya kalimat dibagi atas kalimat berita, kalimat tanya, dan
kalimat suruh. Senada dengan Ramlan, Moeliono (1988) membagi kalimat
berdasarkan bentuk dan makna ( nilai komunikatifnya).
a. Berdasarkan maknanya.
Menurut maknanya ( nilai komunikatifnya) kalimat dibagi menjadi kalimat
berita, kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat seru, dan kalimat emfatik.
1) Kalimat berita
Kalimat berita dapat disebut pula kalimat deklaratif. Kalimat berita adalah
“kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu kepada pembaca atau pendengar” (
Moeliono, 1988, h. 284). Menurut Ramlan (1996, h. 32) “kalimat berita berfungsi
untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang
diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang
menunjukkan adanya perhatian”.
Berikut adalah beberapa contoh kalimat berita untuk menyatakan bahwa
telah terjadi kecelakaan lalu-lintas.
9
(1) Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas.
(2) Saya lihat ada bus masuk Ciliwung tadi siang.
(3) Waktu ke kantor, saya lihat jeep menabrak becak sampai hancur.
(4) Saya ngeri melihat tabrakan antara bus PPD dan sedan Fiat tadi pagi.
(5) Tadi pagi sedan Fiat mulus ditabrak bus PPD.
2) Kalimat perintah.
Kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif. Kalimat perintah yaitu
“kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu” (
Moeliono, 1988, h. 285). Kalimat ini seringkali diakhiri dengan tanda seru (!)
meskipun tanda titik juga dapat digunakan. Ramlan (1996) menyebut kalimat
perintah dengan kalimat suruh, yang fungsinya mengharapkan tanggapan yang
berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara.
Kalimat imperatif memiliki tiga makna dasar yaitu permintaan izin,
ajakan, dan suruhan. Kalimat imperatif mengandung tuntutan kepada pendengar
atau pembaca untuk memberikan reaksi nonverbal berupa (1) tindakan yang harus
dilakukan sendiri oleh pendengar, (2) tindakan yang harus dilakukan pendengar
bersama pembicara dan (3) tindakan yang harus dilakukan pembicara dengan izin
pendengar ( Lapoliwa, 1990). Misalkan pada kalimat-kalimat berikut.
(6) Baca buku itu!
(7) Kita berhenti dulu!
(8) Coba saya lihat PR-mu!
Kalimat imperatif dapat juga berbentuk pasif. Pemasifan kalimat imperatif
yang subjeknya persona kedua dilakukan dengan menambahkan awalan di- pada
10
verbanya. Persona kedua yang berfungsi sebagai pelaku kalimat imperatif yang
subjeknya persona pertama dilakukan dengan jalan mengedepankan nomina objek
kalimat imperatif aktif. Misalkan pada kalimat 9a menjadi 9b dan 9c.
(9) a. Baca buku itu!
b. Dibaca buku itu!
c. Buku itu dibaca!
(10) a. Kita lupakan saja masalah ini!
b. Masalah ini kita lupakan saja!
(11) a. Coba saya lihat PR-mu!
b. Coba PR-mu saya lihat!
Kalimat imperatif dapat juga berbentuk negatif dengan penambahan
partikel jangan di awal atau sesudah subjek kalimat. Kalimat ini digunakan untuk
menyatakan larangan. Kalimat imperatif yang dapat dinegatifkan terbatas pada
kalimat imperatif yang pelakunya persona kedua dan persona pertama jamak
inklusif. Misalkan pada kalimat 12a menjadi kalimat 12b dan 12c.
(12) a. Kita pergi bersama-sama.
b. Jangan kita pergi bersama-sama!
c. Saya minta supaya kita tidak pergi bersama-sama!
Kalimat imperatif juga dapat dibentuk dengan penambahan partikel lah,
coba, silakan, ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mari, mohon dan tolong.
Misalkan pada kalimat berikut.
(13) Kirimlah surat kepada ibumu!
(14) Marilah kita pergi!
11
(15) Silakan duduk!
(16) Tolong buka jendela itu!
(17) Coba jangan ganggu anjing itu!
(18) Biar saya tinggal di rumah!
3) Kalimat tanya
Kalimat tanya disebut juga kalimat interogatif. Kalimat tanya adalah
“kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang” ( Moeliono, 1988, h.
288).
Ada lima cara membentuk kalimat tanya. Pertama dengan menambahkan
kata apa(kah), kedua membalikkan urutan kata, ketiga dengan memakai kata
bukan atau tidak, keempat mengubah intonasi kalimat, dan kelima dengan
memakai kata tanya ( Ramlan, 1996).
Berikut beberapa contoh kalimat tanya.
(19) Dimanakah Adi?
(20) Siapa dia?
(21) Apa dia istri Pak Bambang?
(22) Sudahkah dia selesai kuliahnya?
(23) Pacar Rudikah Linda?
(24) Dia sakit, bukan?
(25) Penjahat itu belum tertangkap?
4) Kalimat seru
Kalimat seru disebut juga kalimat interjektif. Kalimat seru adalah “kalimat
yang mengungkapkan perasaan kagum” ( Moeliono, 1988, h. 292). Karena rasa
12
kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat
berita yang predikatnya adjektiva. Moeliono (1988) menjelaskan cara membuat
kalimat ini adalah dengan (a) membalik urutan kalimat menjadi P S, (b)
menambahkan partikel –nya pada P, dan (c) menambahkan kata seru alangkah
atau bukan main di depan P. Contohnya pada kalimat berikut.
Pergaulan mereka bebas.
(26) Bebas pergaulan mereka.
(27) Bebasnya pergaulan mereka.
(28) Alangkah bebas pergaulan mereka.
Bukan main bebas pergaulan mereka.
5) Kalimat emfatik.
“Kalimat emfatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus
pada subjek. Penegasan ini biasanya dengan menambahkan keterangan sambung
yang di belakang subjek dan partikel –lah pada subjek” ( Moeliono, 1988, h. 293).
Misalkan pada kalimat berikut.
(29) Dialah yang memulai pertengkaran itu.
(30) Penduduk desa itulah yang akan mengadu ke DPR.
b. Berdasarkan Bentuk.
Moeliono (1988) juga membagi kalimat berdasarkan bentuknya. Dalam
hal ini kalimat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
1) Kalimat tunggal
“Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa” ( Moeliono,
1988, h. 268). Karena hanya terdiri atas satu klausa, maka konstituen untuk tiap
13
unsur kalimat seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau merupakan kesatuan.
Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur inti. Di samping itu, tidak mustahil
ada pula unsur yang bukan inti seperti keterangan tempat, waktu dan alat. Dengan
demikian kalimat tunggal dapat berupa kalimat yang panjang.
(31) Kami mahasiswa Atma Jaya.
(32) Guru matematika kami akan dikirim ke luar negeri.
Kalimat di atas merupakan kalimat tunggal yang berbentuk panjang.
2) Kalimat majemuk
“Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu
proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat
dijadikan suatu kesatuan. Karena sifat itu, maka kalimat majemuk selalu berwujud
dua klausa atau lebih” ( Moeliono, 1988, h. 33). Ramlan (1996) menyebut kalimat
majemuk dengan kalimat luas. Menurutnya kalimat luas adalah kalimat yang
terdiri dari dua klausa atau lebih. Dari dua definisi tersebut dapat diperoleh satu
kesamaan bahwa kalimat majemuk merupakan kalimat yang minimal mempunyai
dua klausa.
Selanjutnya kalimat majemuk dibedakan atas kalimat majemuk bertingkat
dan kalimat majemuk setara.
(1) Kalimat Majemuk Setara.
Menurut Ramlan (1996) kalimat majemuk setara adalah kalimat yang
salah satu klausanya tidak merupakan bagian dari klausa yang lain. Masing-
masing berdiri sendiri sebagai klausa yang setara. Moeliono (1988, h. 33)
berpendapat “jika hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain
14
dalam satu kalimat itu menyatakan hubungan koordinatif, maka kalimat macam
itu dinamakan kalimat majemuk setara”.
Penghubung yang digunakan untuk menyatakan kesetaraan antara lain
kata: dan, dan lagi, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi, tapi, akan tetapi,
sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan, malah, dan malahan.
Berikut beberapa contoh kalimat majemuk setara.
(33) Badannya kurus, dan mukanya sangat pucat.
(34) Orang itu miskin, lagi pula bodoh.
(35) Mereka sedang belajar, atau mungkin mereka sedang mengobrol.
(2) Kalimat Majemuk Bertingkat.
Menurut Ramlan (1996) kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang
di dalamnya klausa yang satu merupakan bagian dari klausa yang lain. Klausa
yang merupakan bagian dari klausa lainnya disebut klausa bawahan, sedangkan
klausa yang lainnya disebut klausa inti. Jadi kalimat majemuk bertingkat terdiri
atas klausa inti dan klausa bawahan.
B. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk
1. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Setara
Menurut Moeliono (1988) relasi semantis antarklausa dalam kalimat
majemuk setara, jika dilihat dari segi arti koordinatornya, terdiri atas tiga macam,
relasi penjumlahan, perlawanan, dan pemilihan. Relasi penjumlahan yaitu relasi
yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan
proses. Relasi ini ditandai oleh koordinator dan, serta, atau baik...maupun....
15
Kadang koordinator dapat juga dihilangkan. Jika diperhatikan konteksnya, maka
hubungan penjumlahan ada yang menyatakan sebab, urutan, waktu, pertentangan,
dan perluasan. Relasi perlawanan ialah relasi yang menyatakan bahwa apa yang
dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan atau tidak sama dengan apa yang
dinyatakan dalam klausa kedua. Relasi ini ditandai dengan koordinator tetapi.
Relasi perlawanan dapat dibedakan atas relasi yang menyatakan penguatan,
implikasi, dan perluasan. Relasi pemilihan adalah relasi yang menyatakan pilihan
diantara dua kemungkinan yang dinyatakan oleh kedua klausa yang dihubungkan.
Koordinator yang digunakan untuk menyatakan relasi ini adalah atau. Relasi ini
sering pula menyatakan pertentangan.
2. Relasi Antarklausa pada Kalimat Majemuk Bertingkat
Dalam kalimat majemuk bertingkat juga terdapat beberapa macam relasi
antarklausa. Relasi tersebut antara lain relasi temporal, kondisional, final atau
tujuan, konsesif, komparatif atau pembandingan, penyebaban, konsekutif atau
akibat, cara, sangkalan, kenyataan, hasil, penjelasan dan atributif ( Moeliono,
1988)
C. Relasi Konsesif
1. Pengertian Relasi Konsesif
“Hubungan konsesif terdapat dalam sebuah kalimat yang klausa
sematannya memuat pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan
dalam klausa utama” ( Moeliono, 1988, h. 325). Menurut Fokker (1983, h. 117)
yang dinamakan relasi konsesif ialah “apabila dalam bagian kalimat yang satu,
16
sesuatu diterima, diakui atau dianggap, yang bertentangan dengan isi bagian yang
lain, tetapi tanpa ia dapat mempengaruhinya”. Dari beberapa definisi di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa konsesif merupakan klausa bawahan
dalam kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif yang isinya
bertentangan atau berlawanan dengan pernyataan klausa utama dan tidak
mengubah apa pun dalam klausa utama tersebut.
Jika seseorang mengungkapkan kalimat majemuk dengan relasi konsesif
seperti “Walaupun hari hujan, ibu pergi ke pasar”, kita akan tahu bahwa dua
klausa tersebut merupakan suatu kebenaran atau fakta. Hari hujan merupakan
suatu kebenaran dan ibu pergi ke pasar juga merupakan sebuah kebenaran. Jika
kita mengasumsikan klausa pertama, “Walaupun hari hujan”, sebagai p, dan
kluasa kedua, “ibu pergi ke pasar”, sebagai q, maka kita akan mendapatkan
rumusan apa pun p maka q.
2. Pemarkah Konsesif
Subordinator yang biasa dipakai untuk menyatakan makna konsesif adalah
walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), dan sungguh(pun)”
(Moeliono, 1988). Bentuk seperti ke mana pun, betapapun, apa pun, di mana pun,
dan siapa pun dapat pula dipakai sebagai penghubung konsesif. Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
(36) Penduduk Desa Little Hangleton masih menyebutnya “Rumah
Riddle”, meskipun sudah bertahun-tahun lamanya keluarga Riddle tak
tinggal di sana lagi.(HP 4/ 9)
17
(37) “Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan!”(HP 4/ 224)
(38) ..., mengingat tugas-tugas turnamen itu akan tetap sulit dan
berbahaya, kendati kami telah mengambil langkah pengamanan...(HP
4/ 231)
(39) ..., dan akan memberikan dukungan sepenuh hati kepada juara
Hogwats, siapa pun dia...(HP 4/ 232)
Kalimat-kalimat dia atas termasuk kalimat majemuk bertingkat dengan
relasi konsesif. Klausa seperti: meskipun sudah bertahun-tahun lamanya keluarga
Riddle tak tinggal di sana lagi; walaupun mogok makan; kendati kami telah
mengambil langkah pengamanan; siapa pun dia; merupakan klausa bawahan
yang tidak mengubah isi klausa utamanya. Penghubung konsesif yang digunakan
antara lain meskipun, walaupun, kendati, dan juga menggunakan bentuk lain
seperti siapa pun.
Pemarkah tersebut harus dinyatakan secara gramatikal. Jika dihilangkan
maka kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Perhatikan
kontras kalimat di bawah ini.
(40) a. “Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan”.
b. *”Kau tak akan dapat cuti sakit mogok makan”.
Kontras pada kalimat tersebut menunjukkan bahwa konjungsi walaupun
kehadirannya bersifat wajib. Konjungsi tersebut yang menyatakan makna konsesif
pada kalimat tersebut. Jika konjungsi tersebut dihilangkan, maka kalimatnya
menjadi tak berterima.
18
Dari beberapa pemarkah di atas, ada beberapa pemarkah yang mempunyai
makna yang sama sehingga dapat saling menggantikan tanpa merubah makna dari
keseluruhan kalimat. Pemarkah tersebut antara lain: walau(pun), meski(pun),
kendati(pun), biar(pun), dan sekalipun. Perhatikan kalimat berikut.
(41) Kendatipun berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan.
Kalimat tersebut menggunakan pemarkah konsesif kendatipun. Kalimat
tersebut tidak akan berubah maknanya jika pemarkah konsesif tersebut diganti
dengan pemarkah walau(pun), meski(pun), biar(pun), dan sekalipun.
(42) Walau(pun) berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan.
(43) Meski(pun) berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan.
(44) Biar(pun) berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan.
(45) Sekalipun berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan.
E. Konig (1994) menyatakan beberapa ciri pembeda konsesif dibanding
relasi lainnya.
a) In contrast to most other types of adverbial clauses, there does not
seem to be a concessive interogative adverb in any language,
analogous to English when, where, why, how, etc.
b) Concessive clauses cannot be the focus of a focusing adjunct ( focus
particle) like only, even, just, especially ( Only because it is raining
vs. *Only although it was raining....).
c) Concessive clauses cannot occur as focus in a cleft sentence ( *It
was although it was raining that...).
19
d) Concessive clauses cannot be the focus of a negation or a polar
interrogative ( Was he harassed because he was a journalist? Vs.
Was he harassed although he was a journalist?). (680)
3. Konsesif Kondisional
Relasi konsesif mempunyai kedekatan dengan jenis relasi yang lain.
Konsesif sangat terkait erat dengan kondisional dan dapat juga berasal dari
kondisional. Konsesif yang mirip dengan kondisional disebut dengan konsesiaf
kondisional. Konjungsi yang dapat digunakan adalah konjungsi seperti siapa pun,
di mana pun, dan ke mana pun. Beberapa ahli sering menggolongkan kalimat-
kalimat sebagai berikut ke dalam konsesif.
(46) Apa pun yang terjadi, ia tetap akan pergi.
(47) Mendapat pekerjaan atau tidak, ia tetap akan menikahi Susan bulan
depan.
(48) Sekalipun ia tidak menemukan pekerjaan, ia tetap akan menikah
bulan depan.
Secara sekilas, kalimat di atas terlihat seperti kondisional, yang merupakan
rangkaian dari antecedent (protosis) dan consequent (apodosis). Kedua konstituen
tersebut merupakan syarat baku yang ada pada kalimat kondisional. Antecedent
menggambarkan apa yang dihipotesiskan, sedangkan consequent menggambarkan
situasi atau kondisi yang akan atau mungkin terjadi. Klausa apa pun yang terjadi,
mendapat pekerjaan atau tidak, sekalipun ia tidak menemukan pekerjaan terlihat
seperti syarat bagi klausa yang lainnya. Klausa ia tetap akan menikah, ia tetap
20
akan menikahi Susan bulan depan, ia tetap akan menikah bulan depan terlihat
sebagai sesuatu yang mungkin atau akan terjadi.
Antecedent dapat dinyatahan dengan partikel pun ( atau dengan bahasa
Inggris dapat dirumuskan dengan wh-ever). Misal konjungsi apa pun, siapa pun,
di mana pun, ke mana pun, dan lainnya. Selain itu antecedent juga dapat
dinyatakan dengan disjunction ( ‘p atau tidak p’).
Konjungsi yang digunakan pada antecedent yang menggunakan partikel
pun merupakan pronomina tak tentu. Pronomina tak tentu bukan saja menunjuk
pada benda yang ditentukan oleh situasi wicara atau konteks, melainkan
menunjukkan pula bahwa yang dimaksudkan adalah benda dari suatu kelas yang
terbatas. Misalkan konjungsi siapa pun menunjuk pada siapa saja atau manusia
yang kelasnya terbatas.
Namun tetap ada perbedaan yang mendasar antara kondisional dan
konsesif. Perbedan tersebut terdapat pada kebenaran dari kalimatnya. Apa yang
dinyatakan pada kalimat kondisional pastilah hal-hal yang belum terjadi,
sedangkan pada kalimat yang konsesif apa yang dinyatakannya merupakan suatu
fakta walaupun saling bertentangan. Perhatikan kalimat berikut.
(49) Aku akan membeli rumah itu, jika aku punya banyak uang.
(50) Walaupun aku punya banyak uang, aku tak akan membeli rumah itu.
Kalimat pertama merupakan kalimat kondisional. Klausa jika aku punya
banyak uang merupakan antecedent, sedangkan klausa aku akan membeli rumah
itu adalah consequent. Kalimat ini menyatakan sesuatu yang tidak terjadi.
Kenyataannya, pembicara tidaklah mempunyai uang sehingga rumah itu juga
21
belum akan dibelinya. Kalimat yang kedua adalah kalimat konsesif. Berbeda
halnya dengan kalimat kondisional, kedua pernyataan pada kalimat ini merupakan
fakta. Kenyataannya pembicara mempunyai banyak uang dan dia tidak membeli
rumah itu. Kedua klausanya merupakan fakta meskipun berlawanan latar
belakangnya.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Secara umum
dinyatakan bahwa metode kualitatif adalah “metode pengkajian atau metode
penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang
menggunakan prosedur-prosedur statistik” ( Subroto, 1992, h. 5). Dalam
penelitian ini, peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-
kata, kalimat-kalimat, wacana, ataupun dari data yang berupa gambar atau foto.
Dari data tersebut peneliti kemudian melakukan anlisis data untuk membuat
kesimpulan umum yang merupakan sistem atau kaidah yang bersifat mengatur.
Jadi penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ancangan strukturalisme,
maksudnya “meneliti dan memerikan serta menerangkan segi-segi tertentu
mengenai struktur bahasa berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang dijumpai
dalam pertuturan” (Subroto, 1992, h. 32).
B. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan konstruksi yang
berupa kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk tersebut mengandung
relasi konsesif.
30
C. Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Novel Harry Potter Dan Piala Api karya J. K. Rowling.
(2) Tabloit Anita Cemerlang, 21 Agustus- 3 September 1998.
(3) Tabloit Femina no. 23, 5-11 Juni 2003; no 25, 19-25 Juni 2003; no. 32,
7-13 Agustus 2003; no. 48, 4-10 Desember 2003.
(4) Tabloit Aura no. 36, 25 September- 1 Oktober 2003; no. 45, 4- 10
Desember 2003; no. 7, 4- 10 Maret 2004; no. 13, 15- 21 April 2004;
no. 20, 3- 9 Juni 2004.
Selain data tulis juga terdapat data lisan yang didapat dari lirik lagu Slank
Makan Nggak Makan Asal Kumpul, iklan televisi Kecap Bango, beberapa acara
televisi dan radio berupa siaran kerohanian di PTPN dan RRI. Dalam mengambil
data, peneliti sengaja mengambil data dari beberapa sumber yang berbeda dengan
tujuan agar data yang nanti diperoleh beragam dan kompleks, sehingga dapat
mewakili gambaran sebetulnya mengenai penggunaan bahasa Indonesia.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk penyediaan data dalam penelitian ini adalah
metode simak. “Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa
penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa”
(Sudaryanto, 1993, h. 133).
Metode simak tersebut dilanjutkan dengan teknik dasar berupa teknik
sadap dan teknik lanjutan berupa teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat.
31
Karena penelitian ini mengacu pada bahasa tulis dan lisan, maka peneliti
menggunakan teknik pustaka dan teknik kerjasama dengan informan untuk
melengkapi teknik-teknik pengadaan data di atas.
Menurut Subroto (1992, h. 42), teknik pustaka adalah “mempergunakan
sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis itu dapat
berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah,
dan buku perundang-undangan”.
Menurut Subroto (1992) teknik kerjasama dengan informan dilaksanakan
dengan meminta tanggapan informan tentang suatu data tertentu. Apakah kalimat
yang berisi data tersebut merupakan kalimat yang wajar, jelas maksudnya, dan
terasa lumrah, atau janggal, tidak jelas atau barangkali ragu-ragu.
Setelah data terkumpul kemudian dicatat pada kartu data seperti contoh
berikut.
Keterangan :
F. 23/ 32/ 2 : Femina no. 23 / halaman 32/ kolom 2
Wlady berhasil melarikan diri, meski tak seorang pun anggota
keluarganya diizinkan ikut. ( F. 23/ 32/ 2)
32
E. Teknik Klasifikasi Data
Data yang telah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan jenis pemarkah
yang dipakai. Data tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu data A, data B, dan data C.
1. Data A
Data A merupakan data yang menggunakan pemarkah walau(pun),
meski(pun), kendati(pun), sekalipun dan biar(pun). Semua pemarkah dalam tipe
ini dapat saling menggantikan tanpa mengubah informasi atau isi yang hendak
disampaikan.
2. Data B
Data B merupakan data yang menggunakan pemarkah ke mana pun,
betapapun, apa pun, siapa pun dan di mana pun. Pemarkah dalam tipe ini tidak
dapat saling menggantikan karena tiap pemarkah mengacu pada suatu hal tertentu.
3. Data C
Data merupakan data dengan pemarkah berupa disjungsi (p atau tidak p)
dan perluasannya. Data C dibagi menjadi enam tipe, yaitu: Tipe C 1 [p –p, (p
sama)]; Tipe C 2 [p atau(pun) q , ( p >< q)]; Tipe C 3 [p atau(pun) –p, (p sama)];
Tipe C 4 [mau p atau –p, (p sama)]; Tipe C 5 [mau p atau q, ( p >< q)]; dan Tipe
C 6 [mau p mau q ( p tidak sama dengan q)].
F. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
distribusional. “Metode distribusional yaitu menganalisis sistem bahasa atau
33
keseluruhan kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku
atau ciri-ciri kebahasaansatuan-satuan lingual tertentu” ( Subroto, 1992, h. 64).
Karena metode yang digunakan adalah metode distribusional, maka teknik
yang digunakan adalah teknik-teknik yang terdapat dalam metode tersebut.
Teknik lanjutan yang digunakan di sini adalah teknik lesap, ganti, sisip, dan
parafrasis.
a. Teknik lesap atau delesi “dilaksanakan dengan melesapkan ( melepaskan,
menghilangkan, menghapuskan, mengurangi) unsur tertentu satuan lingual
yang bersangkutan” ( Sudaryanto, 1993, h. 37). Teknik ini berguna untuk
mengetahui keintian kadar unsur yang dilesapkan.
b. Teknik ganti atau substitusi “dilaksanakan dengan mengganti unsur tertentu
satuan lingual yang bersangkutan dengan “unsur” tertentu yang lain di luar
satuan lingual yang bersangkutan” ( Sudaryanto, 1993, h. 37).
c. Teknik sisip “dilaksanakan dengan menyisipkan unsur tertentu di antara
unsur-unsur lingual yang ada” ( Sudaryanto, 1993, h. 37). Dalam hal ini,
kelihatan bahwa pada hakikatnya teknik sisip sama dengan teknik perluas,
yaitu sama-sama menggunakan “unsur” tambahan; jadi, menambahi satuan
lingual yang bersangkutan dengan unsur baru. Hanya, bedanya ialah
penambahan dalam rangka pelaksanaan teknik perluas ada di luar satuan
lingual yang bersangkutan, penambahan dalam rangka pelaksanaan teknik
sisip ada di dalam satuan lingual yang bersangkutan. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengetahui hal yang diacu pada unsur yang dilesapkan.
34
d. Teknik parafrasis yang “menyatakan secara berbeda (dalam arti normal)
sebuah tuturan atau pernyataan atau konstruksi tertentu, tetapi informasi atau
isi tuturan tetap terjaga atau lebih kurang sama” ( Subroto, 1992, h. 82).
G. Teknik Penarikan Kesimpulan
Di dalam penelitian ini digunakan teknik induktif untuk menarik
kesimpulan. Teknik induktif adalah teknik yang digunakan untuk menarik
kesimpulan dari hal-hal yang khusus untuk menuju ke kesimpulan yang bersifat
umum.
84
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Gramatika Dasar Kalimat Tunggal
Analisis tentang gramatika dasar di sini dimaksudkan untuk mendapatkan
kaidah dasar kalimat tunggal yang selanjutnya dijadikan kaidah dalam kalimat
majemuk. Kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat berita, perintah, tanya, seru
dan emfatik ( bandingkan dengan Moeliono, 1988).
1. Kalimat Berita
Secara umum, kalimat berita digunakan untuk memberikan informasi dari
pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca. Berdasarkan jenis
predikatnya maka kalimat berita dibedakan atas yang berpredikat nomina,
adjektiva, dan verba.
a. Nomina
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
(1) Ayahnya dokter.
Pada kalimat di atas, subjeknya berupa ayahnya dan predikatnya dokter.
Baik ayahnya maupun dokter merupakan bentuk nomina sehingga dalam satu
kalimat terdapat dua nomina yang berurutan. Hal ini tidak menjadi masalah asal
terpenuhi fungsi subjek dan predikatnya. Perhatikan juga kalimat berikut.
(2) Orang itu pencurinya.
(3) Orang itulah pencurinya.
Pada kalimat (1) subjeknya adalah orang itu. Pada kalimat (2) justru
sebaliknya, orang itulah tidak lagi berfungsi sebagai subjek, melainkan predikat.
85
Hal itu disebabkan dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel –
lah menandai predikat. Hal ini perlu dibicarakan karena pada pembentukan
kalimat majemuk dengan relasi konsesif akan menemui kesulitan jika digunakan
partikel –lah pada predikat nominanya.
Di sini sering terjadi kerancuan tentang nomina mana yang menjadi subjek
dan predikat. Misalkan pada kalimat Amir penyanyi. Predikat dan subjeknya
sama-sama berupa nomina. Dua kata nomina petani dan dokter tidak dapat
digabungkan menjadi suatu kalimat tunggal. Hal ini dikarenakan tidak adanya
partikel definit itu sehingga salah satunya dapat disebut sebagai subjek. Dua kata
itu menjadi kalimat tunggal yang berterima jika berbentuk Petani itu adalah
dokter.
b. Adjektiva
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
(4) Adiknya sakit.
(5) Pernyataan Pak Guru benar.
(6) Alasan terdakwa itu agak aneh.
Pada ketiga kalimat di atas, subjeknya masing-masing adalah adiknya,
pernyataan Pak Guru, dan alasan terdakwa itu, sedangkan predikatnya adalah
sakit, benar, dan (agak) aneh. Sakit, benar, dan ( agak) aneh merupakan kata-kata
berkategori adjektiva. Di sini, pembahasan tentang adjektiva tidak akan
dibicarakan secara luas karena tidak menemui kendala dalam pembentukannya
menjadu kalimat majemuk bertingkat.
86
c. Verba.
1) Verba intransitif
Perhatikan kalimat berikut.
(7) Saya tidur.
(8) Adik datang dari kota.
(9) Ibu duduk di kursi.
Pada kalimat (7) hanya terdapat dua unsur inti yaitu subjek, saya, dan
predikat tidur, sedangkan pada kalimat (8) dan (9) terdapat unsur yang bukan inti
yaitu dari kota dan di kursi. Selain itu juga ada verba dengan partikel –lah,
misalkan pada kalimat Matilah dia dan Pergilah dia. Di sini verba yang
menggunakan partikel –lah tetap sebagai predikat karena pada bahasa Indonesia
partikel –lah digunakan untuk menyatakan sebuah predikat. Pada umumnya,
dalam bahasa Indonesia verba intransitif berupa kata tunggal, seperti makan,
mandi, tidur, dan lainnya. Verba ini tidak akan dibahas lebih lanjut karena jarang
digunakan sebagai dasar pembentukan kalimat majemuk bertingkat.
2) Verba transitif
Di bawah adalah contoh kalimat tunggal berpredikat verba transitif.
(10) Saya menulis surat. ( monotransitif)
(11) Ibu memberi adik kue. ( bitransitif.)
Pada kalimat tunggal dengan predikat verba monotransitif ada tiga fungsi
inti yang wajib hadir yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat tunggal dengan
predikat verba bitransitif ada empat fungsi inti yang harus hadir yaitu subjek,
predikat, objek langsung dan objek tidak langsung. Verba ini tidak akan dibahas
87
lebih lanjut karena tidak bermasalah dalam pembentukannya menjadi kalimat
majemuk.
3) Verba aktif
. Berikut adalah contoh kalimat tunggal yang predikatnya verba aktif.
(12) Ia mengapur dinding.
(13) Petani bertanam padi.
(14) Saya makan roti.
Di sini unsur inti yang wajib hadir tergantung pada verbanya, apakah aktif
transitif, monotransitif, atau bitransitif. Untuk kalimat tunggal dengan predikat
verba aktif monotransitif ada tiga fungsi inti yang wajib hadir yaitu subjek,
predikat, dan objek. Kalimat tunggal dengan predikat verba aktif bitransitif ada
empat fungsi inti yang harus hadir yaitu subjek, predikat, objek langsung dan
objek tidak langsung.
4) Verba pasif
. Berikut adalah contoh kalimat tunggal berpredikat verba pasif.
(15) Adik dipukul (oleh) ayah.
Kalimat tunggal berpredikat verba pasif, unsur inti yang harus hadir
tergantung pada jenis verbanya. Apakah verbanya monotransitif atau bitransitif.
Hal ini didasari pada bentuk aktifnya karena ada asumsi bahwa bentuk pasif
diturunkan dari bentuk aktif. Untuk kalimat tunggal dengan predikat verba pasif
monotransitif ada tiga fungsi inti yang wajib hadir yaitu subjek, predikat, dan
objek. Ada juga fungsi bukan inti yang menyertai, misalkan preposisi oleh.
Kalimat tunggal dengan predikat verba pasif bitransitif ada empat fungsi inti yang
88
harus hadir yaitu subjek, predikat, objek langsung dan objek tidak lansung. Ada
fungsi bukan inti yang menyertai misalkan preposisi oleh, yang biasanya
diletakkan sebelum objek tak langsung. Pembahasan tentang aktif- pasif tidak
menemui kendala sehingga tidak dibahas lebih luas lagi.
2. Kalimat Perintah
Kalimat jenis ini sering menggunakan partikel –lah. Karena kalimat
tunggal, maka unsur intinya hanya satu. Berikut contoh kalimat tunggal yang
berbentuk kalimat suruh.
(16) Datanglah engkau ke tumahku!
(17) Pakai baju yang bersih!
Kalimat imperatif dapat juga berbentuk pasif. Namun karena jarang
digunakan sebagai dasar pembentukan kalimat majemuk bertingkat dengan relasi
konsesif maka bentuk ini tidak akan dibahas lebih lanjut.
Kalimat imperatif dapat juga berbentuk negatif dengan penambahan
partikel jangan di awal atau sesudah subjek kalimat. Kalimat ini digunakan untuk
menyatakan larangan.
(18) a. Kita pergi bersama-sama.
b. Jangan kita pergi bersama-sama!
c. Saya minta supaya kita tidak pergi bersama-sama!
Kalimat imperatif juga dapat dibentuk dengan penambahan partikel lah,
coba, silakan, ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mari, mohon dan tolong.
Namun kalimat perintah dengan penambahan partikel ini nantinya akan
89
berkendala dalam pembentukannya menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan
relasi konsesif.
3. Kalimat tanya
Kalimat tanya dapat berupa –wh quetions yang menggunakan kata tanya
seperti siapa, mengapa, bagaimana dan seterusnya. Selain itu ada juga kalimat
tanya yang disebut ya atau tidak atau yes or no questions. Kalimat jenis ini dapat
dibentuk dengan penambahan kata bukan, partikel kan, dan tanda tanya.
Perhatikan kalimat berikut.
(19) Dia ayahmu, kan?
(20) Dia ayahmu, bukan?
(21) Dia ayahmu?
4. Kalimat seru
Kalimat seru disebut juga kalimat interjektif yang digunakan untuk
mengungkapkan rasa kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka
kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva.
Namun karena tidak dijumpai kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif
bentuk ini, maka kalimat seru tidak akan dibahas lebih lanjut.
90
5. Kalimat emfatik.
Kalimat emfatik memberikan penegasan khusus pada subjek. Penegasan
ini biasanya dengan menambahkan keterangan sambung yang di belakang subjek
dan partikel –lah pada subjek. Misalkan pada kalimat berikut.
(22) Dialah yang memulai pertengkaran itu.
(23) Penduduk desa itulah yang akan mengadu ke DPR.
Namun karena jarang ditemukan kalimat majemuk bertingkat dengan relasi
konsesif yang menggunakan kalimat bentuk emfatik, maka tidak akan dibahas
lebih lanjut.
B. Kalimat Majemuk
Seperti halnya pada kalimat tunggal, kalimat majemuk dapat berupa
kalimat berita, suruh, dan tanya. Berikut beberapa contoh kalimatnya.
1. Kalimat Berita
(24) Orang-orang segera berebut membelikan minum si juru masak, karena
ingin mendengar lebih banyak detail.
(25) Akhirnya mereka berhasil menyalakan api, walaupun masih perlu satu
jam lagi sampai apinya cukup panas untuk memasak.
(26) Aula besar rasanya jauh lebih penuh daripada biasanya, walaupun
cuma ketambahan dua puluh anak.
(27) Walaupun Snape sudah mencurigai Hary sejak dulu, dia tak pernah
berhasil membuktikannya.
91
2. Kalimat Suruh
(28) Jangan sebut-sebut apa pun tentang luar negeri selama kau di sini
kalau tak mau bosan setengah mati!
(29) Pergilah dan melapor kepada mandormu ada kecelakaan di sini!
(30) Jangan pernah kembali ke sini tanpa barang yang engkau janjikan!
3. Kalimat tanya
(31) Menurut kalian Irlandia akan menang tapi Krum akan mendapatkan
snitchnya?
(32) Karena orang waras mana yang bersedia kehilangan pekerjaan yang
baik dan atasan yang sempurna?
4. Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk
Berdasarkan proses pembentukannya, kalimat majemuk disusun atas dua
klausa atau lebih, maka ada kemungkinan terjadinya pelesapan. Unsur yang dapat
dilesapkan dapat berupa subjek, predikat atau verba, dan objek.
Pada kalimat tunggal yang menjadi unsur inti adalah subjek dan
predikatnya, kecuali pada kalimat tunggal yang predikatnya verba transitif, objek
juga merupakan unsur inti. Pada kalimat tunggal, semua unsur inti harus hadir.
Berdasarkan asumsi bahwa klausa dapat disejajarkan dengan kalimat tunggal,
maka kalimat majemuk bertingkat terdiri atas beberapa kalimat tunggal. Dengan
demikian fungsi inti pada kalimat tunggal tersebut akan terbawa ke dalam
konstruksi kalimat majemuk bertingkat. Namun fungsi inti pada kalimat tunggal
92
tersebut tidak harus hadir jika berada dalam konstruksi kalimat majemuk
bertingkat. Hal ini disebut dengan pelesapan. Pelesapan adalah penghapusan suatu
unsur karena alasan tertentu. Perhatikan kalimat berikut.
(32) Meskipun mereka sudah banyak mendengar tentang Dobby dari Harry,
mereka belum pernah bertemu dengannya.( HP 4/ 125)
(33) Dia melindungi wajahnya, meskipun boks utama itu tidak begitu
terang.( HP 4/ 125)
Dua kalimat di atas adalah kalimat majemuk bertingkat yang terdiri atas
dua klausa. Pada kalimat (32)Mereka belum pernah bertemu dengannya adalah
klausa utama, sedangkan Mereka sudah banyak mendengar mendengar tentang
Dobby dari Harry adalah klausa sematan. Pada kalimat (33), Dia melindungi
wajahnya adalah klausa utama, sedangkan Boks utama tidak begitu terang adalah
klausa sematan. Pada dua kalimat di atas, kita melihat bahwa semua unsur inti
yang dimiliki kalimat tunggal hadir pada semua klausanya. Unsur inti tersebut
adalah subjek mereka ( untuk kalimat 32), dia dan boks utama (untuk kalimat 33);
predikat mendengar, bertemu (untuk kalimat 32), melindungi dan (tidak begitu)
terang ( untuk kalimat 33) dan objek Dobby, dengannya ( untuk kalimat 32), dan
wajahnya (untuk kalimat 33).
Perhatikan juga beberapa kalimat di bawah ini.
(34) Harry masih mencari-cari di dalam sakunya, meskipun sudah tahu
tongkatnya tak ada di sana.( HP 4/ 157)
(35) Kamu tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan.( HP 4/ 224)
(36) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)
93
Pada kalimat (34), klausa utamanya, Harry merupakan subjek, mencari-
cari merupakan predikat di dalam sakunya merupakan keterangan tempat. Di sini
ada pelesapan objek yang seharusnya ada pada kalimat tunggal berpredikat verba
monotransitif, yaitu tongkat. Pada klausa sematannya, tahu ( mengetahui) sebagai
predikat, tongkatnya sebagi objek, tak ada di sana merupakan keterangan. Di sini
ada pelesapan subjek yang seharusnya hadir pada kalimat tunggal berpredikat
verba monotransitif, yaitu subjek Harry. Pelesapan ini dimungkinkan untuk
kesingkatan karena pada klausa utama tongkat tidak disebut karena sudah disebut
pada klausa sematan, sedangkan Harry pada klausa sematan tidak disebut karena
sudah disebut pada klausa utamanya. Secara lengkap kalimat (34) dapat
digambarkan sebagai berikut.
(34) Harry masih mencari-cari [-] di dalam sakunya, meskipun [-]
Su Ou Ss
sudah tahu tongkatnya tak ada di sana.
Os
Pada kalimat (35), klausa utama, kau sebagi subjek, dapat sebagai
predikat, dan cuti sakit sebagai objek. Pada klausa sematannya mogok makan
sebagai predikat. Di sini terjadi pelesapan subjek kau karena sudah ada pada
klausa utamanya.
(35) Kamu tak akan dapat cuti sakit walaupun [ ] mogok makan.
Su Ss
94
Pada kalimat (36), klausa utama, dia sebagai subjek, membaca sebagai
predikat dan pertanda sebagai objek. Pada klausa sematannya hanya ada orang
lain sebagai subjek dan tidak sebagai partikel negasi. Di sini terjadi dua
pelesapan, yaitu pelesapan predikat membaca dan objek pertanda.
(36) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak [ ] [ ].
Pu Ou Ps Os
C. Relasi Konsesif
1. Tipe-Tipe Relasi Konsesif
a. Tipe A
Tipe A digolongkan data A dengan pemarkah walau(pun), meski(pun),
kendati(pun), biar(pun) dan sekalipun. Pemarkah golongan ini dapat saling
menggantikan tanpa mengubah maknanya. Perhatikan kallimat berikut.
(37) Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan. (HP 4/ 224).
Kalimat di atas tidak akan berubah maknanya jika penandanya diganti
dengan penanda yang lain dalam golongan ini.
“Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan!”
meskipun
kendatipun
biarpun
sekalipun
Dalam konstruksi bahasa Indonesia, konjungsi untuk menandai hubungan
konsesif harus disertakan secara eksplisit. Jika diungkapkan secara implisit maka
kalimatnya menjadi tidak berterima.
95
(38) a. Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan.
b. Kau tak akan dapat cuti sakit mogok makan.
Konjungsi jenis ini dapat saling menggantikan tanpa mengubah informasi
yang ingin diungkapkan. Konjungsi ini berbeda dalam hal pemakaiannya.
Konjungsi walau(pun) dan meski(pun) merupakan konjungsi yang dapat
digunakan dalam situasi formal maupun informal. Kedua konjungsi ini dapat
dipakai dalam bahasa lisan maupun tulis. Konjungsi kendati(pun) digunakan
dalam situasi yang cenderung formal. Dalam situasi yang kurang formal jarang
digunakan. Konjungsi ini juga cenderung digunakan dalam bahasa tulis atau
bahasa lisan yang formal misalkan pada berita televisi. Konjungsi biar(pun) dan
sekalipun cenderung digunakan pada situasi lisan yang kurang formal. Konjungsi
ini juga dapat ditemukan pada ragam tulis yang tidak ilmiah seperti cerpen dan
novel.
Berikut adalah contoh kalimat majemuk bertingkat dengan klausa
bawahan konsesif.
(39) Penduduk Desa Little Hangleton masih menyebutnya “Rumah
Riddle”, meskipun sudah bertahun-tahun lamanya keluarga Riddle tak
tinggal di sana lagi.(HP 4/ 9)
(40) Walau sudah bertahun-tahun Frank tidak masuk ke situ, dia masih
ingat letak pintu ke ruang depan,... (HP 4/ 15)
(41) ... tugas-tugas turnamen itu akan tetap sulit, kendati kami telah
mengambil langkah pengamanan... (HP 4/ 231)
96
(42) “Percy tak akan mengenali lelucon, sekalipun lelucon itu menari
telanjang di depannya... .”(HP 4/ 464)
(43) Geng cowok, biar suka keluar malam, nggak selamanya melakukan
hal-hal yang negatif, kan?( AC 21/21/ 2)
Kalimat di atas masing-masing menggunakan konjungsi walau(pun),
meski(pun), kendati(pun), sekalipun, dan biar(pun) untuk menandai hubungan
konsesif antara klausa bawahan dengan klausa utamanya.
1) Pembentukan Kalimat Majemuk Konsesif Tipe A
Kalimat majemuk berasal dari minimal dua klausa atau kalimat tunggal
yang dijajarkan. Berdasarkan aktif atau pasif verbanya, maka kalimat majemuk
bertingkat dengan relasi konsesif dapat diuraikan sebagai berikut.
(1) Klausa inti aktif + klausa bawahan aktif
(44) Meskipun Ron membeli topi shamrock, dia juga membeli boneka
Viktor Krum.( HP 4/ 120)
Kalimat di atas terdiri atas klausa dia juga membeli boneka Viktor Krum
sebagai klausa utama. Verba membeli klausa utamanya merupakan bentuk aktif.
Klausa sematan meskipun Ron membeli topi shamrock mempunyai verba membeli
merupakan verba yang berbentuk aktif.
(2) Klausa inti aktif + klausa bawahan pasif
(45) Kamu akan ngeliat wajahnya, walaupun setelah didekati ternyata
bukan.( AC 21/ 53/ 3)
(46) Walaupun tidak dapat dikategorikan penyakit serius, kemunculan sakit
kepala dapat menghambat aktivitas.( F 32/ 20/ 1)
97
(47) Meski keuangan dipegang oleh saya, suami diam-diam memesan
aksesori.(F 48/ 50/ 2)
Klausa inti pada kalimat di atas mempunyai verba ngeliat, menghambat,
dan memesan yang merupakan bentuk aktif. Klausa sematan pada kalimat di atas
memiliki verba didekati, dikategorikan, dan dipegang yang merupakan bentuk
pasif.
(3) Klausa inti pasif + klausa bawahan aktif
Dalam penelitian ini, tidak dijumpai data dengan klausa inti yang
berbentuk pasif dan klausa bawahan yang berbentuk aktif. Untuk itu diadakan
data yang merupakan data yang diturunkan dari data yang telah ada. Bentuk pasif
dapat diasumsikan berasal dari bentuk aktif. Untuk itulah diambil data yang
memiliki verba aktif pada klausa intinya dan verba aktif untuk klausa
bawahannya. Bentuk aktif pada klausa inti tersebut kemudian diubah menjadi
bentuk pasif. Perhatikan kalimat di bawah ini.
(48) Saat anda memilihnya, walaupun banyak pria mengejar anda.( F 23/
24/ 3)
Jika verba pada klausa utama diganti dengan bentuk pasif maka kalimat di
atas akan menjadi seperti berikut.
(49) ?Saat dia dipilih (oleh) anda, walaupun banyak pria mengejar anda.
Bentuk di atas mungkin merupakan bentuk yang gramatikal. Namun
bentuk seperti itu jarang sekali atau meragukan untuk digunakan dalam tuturan.
Perhatikan juga kalimat di bawah ini.
(50) Mereka tak boleh membuka pintu, tidak perduli siapa pun yang
ketuk.( A 13/ 13/ 2)
98
(51) ?Pintu tak boleh dibuka (oleh) mereka, tak peduli siapa pun yang
ketuk.
Seperti halnya kalimat sebelumnya, kalimat di atas mungkin merupakan
bentuk yang gramatikal. Namun bentuk tersebut jarang digunakan dalam tuturan
karena dianggap janggal oleh penutur.
Perhatikan juga kalimat di bawah ini.
(52) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)
Kalimat tersebut memiliki verba yang sama untuk kedua klausanya yaitu
membaca yang merupakan bentuk aktif. Verba pada klausa sematannya
dilesapkan. Jika verba pada klausa inti diganti dengan bentuk pasif maka akan
seperti berikut.
(53) Pertanda dibaca (oleh) dia, meskipun orang lain tidak ( membacanya).
Kalimat di atas adalah bentuk gramatikal dan tidak meragukan. Hal ini
mungkin dikarenakan verba pada kedua klausanya sama. Jadi bentuk klausa inti
pasif dan klausa sematan aktif tidak akan menemui kendala jika verba pada kedua
klausanya sama.
(4) Klausa inti pasif + klausa bawahan pasif
(54) Walau sudah dicuci, di rumah pasti dicuci lagi.( F 48/ 49/ 1)
(55) Kalimat itu diucapkannya dengan sadar, meskipun ia yakin tak akan
ditanggapi. ( AC 21/ 44/ 1)
(56) Siapa pun yang dipilih, jangan terlalu dipandang secara sepihak.( AC
21/ 21/ 2)
Verba pada kalimat di atas merupakan verba bentuk pasif.
99
Selain berdasarkan verba, pembentukannya juga dapat didasarkan pada
jenis predikatnya. Misalkan saja pada kalimat Walaupun dia penyanyi terkenal,
hidupnya sederhana. Klausa sematannya menggunakan subjek dan predikat yang
berupa nomina. Namun nomina dengan partikel lah tidak dapat digunakan.
Misalnya pada kalimat *Walaupun dialah penyanyi terkenal, hidupnya sederhana.
2) Bentuk Kalimat Majemuk Bertingkat Konsesif
Seperti kalimat majemuk lain, kalimat majemuk bertingkat dapat berupa
kalimat tanya, suruh, atau berita.
(1) Kalimat berita.
Kalimat majemuk bertingkat dengan klausa bawahan konsesif dapat
berupa kalimat berita. Perhatikan contoh kalimat berikut.
(57) Akhirnya mereka berhasil menyalakan api, walaupun masih perlu satu
jam lagi sampai apinya cukup panas untuk memasak.( HP 4/ 111)
(58) Aula besar rasanya jauh lebih penuh daripada biasanya, walaupun
cuma ketambahan dua puluh anak.( HP 4/ 307)
(59) Walaupun Snape sudah mencurigai Hary sejak dulu, dia tak pernah
berhasil membuktikannya.( HP 4/ 620)
(2) Kalimat Suruh
Kalimat berikut merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan relasi
konsesif bentuk suruh.
(60) Nikmati saja kendatipun singkat. ( A 20/ 25/ 3)
100
(61) Meski keadaan menjadi sulit, usahakan jangan mengeluh! ( F 32/ 30/
1)
Namun, dalam hal ini tidak ditemukan kalimat perintah dengan partikel –
lah, kata persilahan atau ajakan. Untuk membuktikannya maka dibuat kalimat
suruh dari kalimat berita dengan menambahkan patikel –lah , kata persilahan
silahkan atau kata ajakan mari, marilah, ayo, dan ayolah.. Perhatikan kalimat
berikut.
(62) *Pergilah jalan-jalan walaupun hari sedang hujan!
(63) *Silahkan jalan-jalan walaupun hari sedang hujan!
(64) *Mari jalan-jalan walaupun hari sedang hujan!
(65) *Ayo jalan-jalan walaupun hari sedang hujan!
(3) Kalimat tanya
Kalimat majemuk bertingkat dengan klausa bawahan konsesif dapat
berupa kalimat tanya. Namun kalimat tanyanya hanya terbatas pada jenis polar
interrogative. Kalimat tanya jenis ini dapat dibuat dengan penambahan partikel
kan, tanda tanya, penambahan kata bukan dan tidak. Perhatikan kalimat berikut.
(66) Geng cowok, biar suka keluar malam, nggak selamanya melakukan
hal-hal negatif, kan?( AC 21/ 21/ 2)
(67) Dia sungguh-sungguh mempercayai Snape, meskipun Snape palahap
maut?
Klausa konsesif tidak bisa terdapat pada kalimat tanya dengan tipe wh-
questions. Untuk mengujinya maka dibuat bentuk tanya yang diturunkan dari
kalimat berita. Perhatikan contoh kalimat berikut.
101
(68) *Siapa yang tampaknya sedang menunggu sesuatu, meskipun Harry
hanya bisa melihat puncak topi-topi mereka?
3) Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk Konsesif Tipe A
Pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini
mengikuti aturan pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk. Unsur inti yang
sama dapat dilesapkan salah satunya. Berikut contoh kalimatnya.
(69) Harry masih mencari-cari di dalam sakunya, meskipun sudah tahu
tongkatnya tak ada di sana.( HP 4/ 157)
(70) Kamu tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan.( HP 4/ 224)
(71) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)
Pada kalimat (69), klausa utamanya, Harry merupakan subjek, mencari-
cari merupakan predikat di dalam sakunya merupakan keterangan tempat. Di sini
ada pelesapan objek yang seharusnya ada pada kalimat tunggal berpredikat verba
monotransitif, yaitu tongkat. Pada klausa sematannya, tahu ( mengetahui) sebagai
predikat, tongkatnya sebagi objek, tak ada di sana merupakan keterangan. Di sini
ada pelesapan subjek yang seharusnya hadir pada kalimat tunggal berpredikat
verba monotransitif, yaitu subjek Harry. Pelesapan ini dimungkinkan untuk
kesingkatan karena pada klausa utama tongkat tidak disebut karena sudah disebut
pada klausa sematan, sedangkan Harry pada klausa sematan tidak disebut karena
sudah disebut pada klausa utamanya. Secara lengkap kalimat (69) dapat
digambarkan sebagai berikut.
102
(69) Harry masih mencari-cari [-] di dalam sakunya, meskipun [-]
Su Ou Ss
sudah tahu tongkatnya tak ada di sana.
Os
Pada kalimat (70), klausa utama, kau sebagi subjek, dapat sebagai
predikat, dan cuti sakit sebagai objek. Pada klausa sematannya mogok makan
sebagai predikat. Di sini terjadi pelesapan subjek kau karena sudah ada pada
klausa utamanya.
(70) Kamu tak akan dapat cuti sakit walaupun [ ] mogok makan.
Su Ss
Pada kalimat (71), klausa utama, dia sebagai subjek, membaca sebagai
predikat dan pertanda sebagai objek. Pada klausa sematannya hanya ada orang
lain sebagai subjek dan tidak sebagai partikel negasi. Di sini terjadi dua
pelesapan, yaitu pelesapan predikat membaca dan objek pertanda.
(71) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak [ ] [ ].
Pu Ou Ps Os
b. Relasi Konsesif Tipe B
Data yang digolongkan pada data B adalah data dengan pemarkah ke mana
pun, betapapun, apa pun, siapa pun, dan di mana pun. Pemarkah pada golongan
ini tidak dapat saling menggantikan karena setiap pemarkah mengacu pada suatu
103
hal tertentu. Kata ke mana pun mengacu pada suatu tempat yang dituju tak tentu,
kata siapa pun mengacu pada seseorang tak tentu, betapapun mengacu pada suatu
situasi atau keadaan tak tentu, apa pun mengacu pada suatu hal tak tentu, dan di
mana pun mengacu pada tempat berada tak tentu. Perhatikan contoh kalimat
berikut.
(72) Ke mana pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. ( A.
36/ 20/ 1).
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa, yaitu klausa kita bertemu orang-
orang yang sama sebagai klausa utama dan klausa ke mana pun kita pergi. Di sini
digunakan kata ke mana pun untuk pemarkah konsesif. Kata ke mana pun
berfungsi sebagai kata penegas, seperti kata ke mana saja. Pemarkah ke mana pun
tidak dapat diganti dengan pemarkah lain dalam tipe ini. Hal ini dikarenakan kata
ke mana pun mengacu pada suatu tempat yang dituju tak tentu. Jika diganti
dengan pemarkah lain maka kalimatnya menjadi tak berterima. Perhatikan kalimat
berikut.
(73) Ke mana pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. ( A.
36/ 20/ 1).
*betapapun
*apa pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama.
*siapa pun
*di mana pun
Berikut beberapa contoh lain kalimat tipe ini.
(74) Apa pun yang terjadi, ia tetap ayah anak-anak saya.( F. 32/ 63/ 1)
104
(75) Perpisahan, betapapun rapi dan cantik dibungkusnya, selalu berujung
kesedihan.(F. 32/ 132/ 2)
(76) Dia berharap bahwa, di mana pun Sirius berada, dia menikmatinya. (
HP 4/ 38)
(77) ..., dan akan memberikan dukungan sepenuh hati kepada juara
Hogwats, siapa pun dia...(HP 4/ 232)
1) Pembentukan Kalimat Majemuk Bertingkat Konsesif Tipe B
Proses pembentukan kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini
dapat mengikuti aturan pada pembentukan kalimat majemuk dengan klausa
konsesif tipe A di atas.
Kalimat majemuk berasal dari minimal dua klausa atau kalimat tunggal
yang dijajarkan. Berdasarkan aktif atau pasif verbanya, maka kalimat majemuk
bertingkat dengan relasi konsesif dapat diuraikan sebagai berikut.
(1) Klausa inti aktif + klausa bawahan aktif
(78) Mereka tak boleh membuka pintu, tidak peduli siapa pun yang ketuk.
Kalimat di atas terdiri atas klausa mereka tak boleh membuka pintu
sebagai klausa utama. Verba membuka klausa utamanya merupakan bentuk aktif.
Klausa sematan tidak peduli siapa pun yang ketuk mempunyai verba ketuk (
mengetuk) merupakan verba yang berbentuk aktif.
(2) Klausa inti aktif + klausa bawahan pasif
(79) Sebanyak apa pun yang dilakukan si martir, mereka tidak pernah
merasa diri mereka berharga. ( A 7/ 12/ 4)
105
Klausa sematan pada kalimat di atas memiliki verba dilakukan yang
merupakan bentuk pasif.
(3) Klausa inti pasif + klausa bawahan aktif
Dalam penelitian ini, tidak dijumpai data dengan klausa inti yang
berbentuk pasif dan klausa bawahan yang berbentuk aktif. Untuk itu diadakan
data yang merupakan data yang diturunkan dari data yang telah ada. Bentuk pasif
dapat diasumsikan berasal dari bentuk aktif. Untuk itulah diambil data yang
memiliki verba aktif pada klausa intinya dan verba aktif untuk klausa
bawahannya. Bentuk aktif pada klausa inti tersebut kemudian diubah menjadi
bentuk pasif. Perhatikan kalimat di bawah ini.
(80) Saat anda memilihnya, walaupun banyak pria mengejar anda.( F 23/
24/ 3)
Jika verba pada klausa utama diganti dengan bentuk pasif maka kalimat di
atas akan menjadi seperti berikut.
(81) ?Saat dia dipilih (oleh) anda, walaupun banyak pria mengejar anda.
Bentuk di atas mungkin merupakan bentuk yang gramatikal. Namun
bentuk seperti itu jarang sekali atau meragukan untuk digunakan dalam tuturan.
Perhatikan juga kalimat di bawah ini.
(82) Mereka tak boleh membuka pintu, tidak perduli siapa pun yang
ketuk.( A 13/ 13/ 2)
(83) ?Pintu tak boleh dibuka (oleh) mereka, tak peduli siapa pun yang
ketuk.
106
Seperti halnya kalimat sebelumnya, kalimat di atas mungkin merupakan
bentuk yang gramatikal. Namun bentuk tersebut jarang digunakan dalam tuturan
karena dianggap janggal oleh penutur.
Perhatikan juga kalimat di bawah ini.
(84) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)
Kalimat tersebut memiliki verba yang sama untuk kedua klausanya yaitu
membaca yang merupakan bentuk aktif. Verba pada klausa sematannya
dilesapkan. Jika verba pada klausa inti diganti dengan bentuk pasif maka akan
seperti berikut.
(85) Pertanda dibaca (oleh) dia, meskipun orang lain tidak ( membacanya).
Kalimat di atas adalah bentuk gramatikal dan tidak meragukan. Hal ini
mungkin dikarenakan verba pada kedua klausanya sama. Jadi bentuk klausa inti
pasif dan klausa sematan aktif tidak akan menemui kendala jika verba pada kedua
klausanya sama.
(4) Klausa inti pasif + klausa bawahan pasif
(86) Siapa pun yang dipilih, jangan dipandang secara sepihak.
Verba pada kalimat di atas merupakan verba bentuk pasif.
2) Bentuk Kalimat Majemuk Konsesif Tipe B.
Seperti halnya tipe A, bentuk kalimat majemuk dengan klausa konsesif
tipe ini mengikuti aturan bentuk kalimat pada tipe A di atas. Perhatikan kalimat
berikut.
(87) Sebanyak apa pun yang dilakukan si martir, mereka tak pernah
merasa diri mereka berharga. ( A. 7/ 13/ 2)
107
(88) Jangan pernah pergi dengan orang tak dikenal, apa pun yang
dijanjikan atau dikatakannya! ( A. 13/ 13/ 4).
(89) Apa pun yang terjadi, dia tetap ayah anak-anak saya, kan?
Kalimat (87) merupakan kalimat berita, kalimat (88) merupakan kalimat
perintah, dan kalimat (89) merupakan kalimat tanya yang diturunkan dari kalimat
berita Apa pun yang terjadi, dia tetap ayah anak-anak saya.
3) Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk Konsesif Tipe B
Pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini
mengikuti aturan dasar pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk secara umum.
Jika ada kata yang fungsinya sama maka salah satunya dapat dilesapkan.
(90) Apa pun tren yang sedang berlaku, kini tak penting lagi untuk anda. (
A. 45/ 22/ 3)
Pada klausa utamanya ada unsur yang dilesapkan yaitu subjek yang berupa
tren yang sedang berlaku.
c. Relasi Konsesif Tipe C
Data merupakan data dengan pemarkah berupa disjungsi atau pemisahan
dengan kaidah dasar p atau tidak p dan perluasannya. Kaidah dasar dari tipe ini
adalah bentuk disjungsi p atau tidak p.Data C dibagi menjadi enam tipe, yaitu:
Tipe C 1 [p –p, (p sama)]; Tipe C 2 [p atau(pun) q ,( p >< q)]; Tipe C 3 [p
atau(pun) –p, (p sama)]; Tipe C 4 [mau p atau –p, (p sama)]; Tipe C 5 [mau p atau
q, ( p >< q)]; dan Tipe C 6 [mau p mau q ( p tidak sama dengan q)].
108
Secara mudah tipe ini dapat digambarkan dengan bagan berikut.
1) Tipe C 1; p –p, (p sama)
Tipe ini menggunakan satu kata yang sama (p), kemudian menggunakan
partikel negasi diantara keduanya untuk menandai bahwa klausa itu adalah
konsesif. Misalkan saja (p) kata makan, menjadi makan nggak makan dalam
kalimat Makan nggak makan, asal kumpul. Bentuk seperti ini disebut dengan
disjungsi atau pemisahan dengan kaidah p atau tidak p. Di sini partikel atau
dihilangkan.
(91) Mau tidak mau, media harus mengurangi eksploitasi perempuan
untuk objek seks. ( PTPN, 27 Juli 2004).
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa yaitu media harus mengurangi
eksploitasi perempuan untuk objek seks sebagai klausa utama dan klausa mau
p atau tidak p
p tidak p
p atau(pun) q
p atau(pun) tidak p
mau p atau tidak p
mau p atau q
mau p mau q
109
tidak mau sebagai klausa sematan. Pada klausa sematannya, digunakan dua kata
yang sama, yaitu mau, dan di depan kata kedua dibubuhi partikel negasi tidak,
sehingga terbentuk klausa konsesif mau tidak mau.
Kalimat di atas bermakna konsesif karena kedua klausanya merupakan
perlawanan. Klausa sematannya tidak membawa pengaruh bagi klausa utamanya.
Kalimat di atas berarti bahwa walaupun tidak mau, media harus mengurangi
eksploitasi perempuan untuk objek seks. Dengan kata lain maknanya adalah
media harus mengurangi eksploitasi perempuan untuk objek seks. Di sini yang
lebih diutamakan adalah klausa utamanya, sedangkan klausa sematnnya tidak
membawa pengaruh bagi klausa utamanya. Sebenarnya informasi yang di dapat
dari klausa utamanya sudah lengkap tanpa harus ada klausa sematannya.
(92) Suka tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat. ( Lipstik,
16.00, AN TV, 12 september 2004).
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa, yaitu klausa kabar itu sudah
tersebar ke masyarakat sebagai klausa utama dan klausa suka tidak suka sebagai
klausa sematan. Untuk menyatakan makna konsesif pada klausa sematannya
digunakan dua kata yang sama yaitu suka. Di antara kedua kata tersebut dibubuhi
partikel negasi tidak sehingga menjadi oposisi suka tidak suka. Pada kalimat di
atas terdapat penanda aspek perfektif sudah, yang menyatakan bahwa suatu
peristiwa telah selesai.
Klausa suka tidak suka subjeknya dapat mengacu pada siapa saja, terutama
pada pronomina persona baik tunggal maupun jamak. Perhatikan kalimat di
bawah ini.
110
kata ganti tunggal jamak.
orang
I aku/ saya kami/ kita
II engkau/ kau kamu suka tidak suka.
III ia/ dia mereka
Subjek pada klausa sematan di atas dapat berupa pronomina persona I, II
atau III, baik yang tunggal atau yang jamak. Namun subjek tersebut dapat
mengacu kepada hal lain di luar pronomina persona tersebut. Perhatikan kalimat
berikut.
(93) [ ] suka tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat.
Ss Ket.
Perhatikan juga kalimat berikut.
(94) *Kabar itu suka tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat.
Kabar itu yang pada klausa utamanya berposisi sebagai subjek tidak dapat
digunakan sebagai subjek pada klausa sematannya.
2) Tipe C 2; p atau(pun) q ,( p >< q)
Tipe ini menggunakan partikel pilihan atau( pun). Kata (p) dan (q)
merupakan dua kata yang berbeda tapi merupakan suatu oposisi. Misalkan (p)
kata baik dan (q) kata buruk dalam kalimat Baik atau pun buruk, manusia harus
menanggung perbuatannya. Tipe ini juga merupakan bentuk disjungsi atau
pemisahan dengan kaidah p atau tidak p. Di sini kaidah tidak p dirubah menjadi
bentuk lawan katanya sehingga partikel negasi tidak dihilangkan.
111
(95) Baik atau buruk, ini tetap negara kita. ( Sensor, 16. 30, Indosiar, 12
september 2004)
Klausa sematan pada kalimat tersebut menggunakan dua kata yang
beroposisi dan partikel pilihan atau di antaranya. Kata yang digunakan adalah baik
dan buruk, sehingga menjadi opsisi baik atau buruk. Pada klausa sematannya
terdapat kata yang sering digunakan dalam kalimat konsesif yaitu tetap.
Klausa baik atau buruk pada kalimat tersebut mengacu pada kata penunjuk
ini atau dengan kata lain Indonesia. Klausa baik atau buruk merupakan adjektiva
yang menerangkan subjeknya yaitu Indonesia. Secara lengkap kalimat di atas
dapat diungkapkan sebagai berikut.
(96) Indonesia baik atau buruk, ini tetap negara kita.
3) Tipe C 3; p atau(pun) –p, (p sama)
Tipe ini menggunakan dua kata yang sama, namun ditambahkan partikel
negasi tidak selain partikel pilihan atau. Dalam tipe ini, sering ditambahkan
partikel pun di belakangnya, misalkan pada kalimat Ada kabar atau tidak ada
kabar pun, saya tidak perduli. Tipe ini juga merupakan bentuk disjungsi atau
pemisahan dengan kaidah p atau tidak p.
(97) Suka atau tidak, aku tetap tak mau pergi. ( AU Pair, TV 7, 3 Juli
2004, 15.00).
Klausa sematan pada kalimat di atas menggunakan dua kata yang sama,
tapi kata yang kedua dinegasikan dan dipisahkan dengan partikel piliha atau. Kata
yang digunakan adalah suka, sehingga menjadi klausa suka atau tidak suka.
112
Namun kata suka yang kedua dilesapkan. Klausa utama juga masih menggunakan
kata tetap untuk menyatakan makna konsesif.
Klausa suka atau tidak [suka] dapat mengacu pada siapa saja dan apa saja
sesuai dengan konteks yang diberikan. Misalkan saja, di sini subjek aku berbicara
kepada orang lain selain dirinya, maka suka atau tidak [suka] dapat mengacu pada
siapa saja kecuali dirinya.
kata ganti tunggal jamak.
orang
I *aku/ saya *kami/ kita
II engkau/ kau kamu suka atau tidak [suka].
III ia/ dia mereka
Berbeda halnya jika konteksnya sebagai berikut. Subjek merupakan
seorang anak duta besar yang tugasnya sering berpindah-pindah sehingga
mengharuskan dia untuk berpindah-pindah juga. Kalimat suka atau tidak suka,
aku tetap harus pergi; maka suka atau tidak suka dalam konteks ini mengacu
pada dirinya sendiri.
4) Tipe C 4; mau p atau –p, (p sama)
Tipe ini merupaka tipe disjungsi atau pemisahan dengan kaidah p atau
tidak p. Hanya saja dalam tipe ini ditambahkan kata mau pada awal kalimat.
(98) Yang penting sekarang nyelametin Mirna, terserah kamu mau
percaya atau tidak sama aku ( Cinta Memang Gila, RCTI, 4 Agustus
2004, 19.00).
Tipe ini pada klausa sematannya menggunakan kata mau. Kemudian
digunakan dua kata yang sama dan salah satunya dinegasikan. Kata yang
113
digunakan adalah percaya dan tidak percaya. Namun kata kedua dilesapkan,
sehingga menjadi klausa mau percaya atau tidak.
Pada klausa utama kalimat di atas terdapat penanda kala kini sekarang.
Klausa mau percaya atau tidak [percaya] di sini mengacu pada subjek kamu.
5) Tipe C 5; mau p atau q, ( p >< q)
Tipe ini menggunakan dua kata yang berlawanan. Karena menggunakan
kata yang berlawanan maka partikel negasi tidak tidak digunakan. Selain itu pada
awal digunakan kata mau. Berikut contoh kalimat tipe ini.
(99) Mau hidup atau mati, terserah dia ( Inuyasha 27/ 89).
Klausa sematan tipe ini juga menggunakan kata mau. Kemudian kata mau
tersebut diikuti dua kata yang berlawanan dan diantaranya terdapat partikel
pilihan atau. Kata yang digunakan adalah hidup dan mati, sehingga menjadi
klausa mau hidup atau mati.
Klausa hidup atau mati di atas mengacu pada subjek pada klausa
utamanya yaitu dia. Secara lengkap kalimat tersebut dapat diungkapkan sebagai
berikut.
(100) [ ] mau hidup atau mati, terserah dia.
Jika kalimat itu diucapkan oleh seseorang, pendengarnya pasti mengerti
kalau peristiwa “hidup atau mati” itu belum terjadi. Di dalam kalimat itu terdapat
penanda aspek kala mendatang. Hal ini bisa dibuktikan dengan menambahkan
kata nanti, Dia nanti mau hidup atau mati, terserah dia. Kata keterangan waktu
yang bisa ditambahkan adalah kata yang waktunya tak tentu karena kegiatan
114
“hidup atau mati” tersebut tidak jelas waktunya. Jika ditambahkan kata keterangan
waktu yang jelas maka kalimatnya menjadi tidak berterima, *Minggu depan dia
mau mati atau hidup, terserah dia.
6) Tipe C 6; mau p mau q ( p tidak sama dengan q)
Tipe ini menggunakan dua kata yang berbeda. Namun kedua kata tersebut
tidak berlawanan. Kedua kata tersebut merupakan alternasi atau pilihan namun
tetap mengungkapkan makna konsesif.
(101) Mau ayam mau kambing, yang penting kecapnya Bango. ( iklan
televisi kecap Bango).
Klausa sematan pada kalimat di atas menggunakan dua kata mau. Kata
yang digunakan setelah kata mau merupakan kata pilihan. Bisa juga kata yang
digunakan merupakan oposisi atau negasi. Kalimat di atas menggunakan kata
pilihan bebas ayam dan kambing.
Konteks kalimat tersebut adalah subjek yang sedang makan sate. Klausa
mau ayam mau kambing mempunyai makna bahwa apa pun pilihannya, sate ayam
ataupun sate kambing, yang penting kecap yang digunakan sama, yaitu kecap
Bango. Di sini subjek yang memilih sate ayam atau sate kambing tidak
diungkapkan secara ekspilisit. Subjek itu dapat mengacu pada siapa saja atau apa
saja sesuai dengan konteksnya. Subjek dari klausa utama dan klausa sematan
mengacu pada dua hal yang sama. Dengan kata lain kalimat tersebut dapat
diungkapkan dengan mau memilih sate ayam atau sate kambing, yang penting
kecapnya Bango. Misalkan ditambahkan subjek anda, maka akan menjadi Anda
115
mau memilih sate ayam atau sate kambing, yang penting kecap anda Bango.
Berikut contoh lain kalimat tipe ini.
(102) Mau gue makan, mau gue buang, yang penting gue bayar. ( Siapa
Takut Jatuh Cinta. 08.00, TV 7)
(1) Pembentukan Kalimat Majemuk Konsesif Tipe C
Kalimat majemuk dengan tipe ini kaidah pembentukannya tidak mengikuti
kaidah sebelumnya ( tipe A dan tipe B). Hal ini dikarenakan bentuk klausa
bawahannya, sudah merupakan bentuk tertentu. Misalkan kalimat Mau hidup atau
mati, terserah dia. Di sini klausa sematan sudah merupakan bentuk yang tertentu
yaitu mau hidup atau mati. Hal ini mungkin juga dikarenakan bentuk tipe C
diturunkan dari bentuk disjungsi p atau tidak p, bukan dari bentuk konjungsi.
(2) Bentuk Kalimat Majemuk Konsesif Tipe C
Seperti halnya dua tipe sebelumnya, kalimat majemuk dengan klausa
konsesif tipe ini bentuknya mengikuti kaidah bentuk kalimat majemuk dengan
klausa konsesif pada umumnya. Namun sebagian besar kalimat tipe ini hanya bisa
digunakan sebagai kalimat bentuk berita saja.
(3) Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk Konsesif Tipe C
Kalimat tipe ini pelesapannya mengikuti kaidah dasar pelesapan pada
kalimat majemuk. Namun ada juga unsur inti yang dilesapkan bukan karena
kesamaan fungsi kedua klausanya. Untuk mengetahui unsur apa yang dilesapkan
harus diperhatikan juga situasi yang menyertainya. Di atas telah dicontohkan
beberapa kalimat yang untuk mengetahui unsur yang dilesapkan harus melihat
situasi yang menyertainya ( kalimat 101, 103, 106). Misalkan pada kalimat Suka
116
tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat. Secara lengkap dapat juga
digambarkan dengan kalimat Dia suka kabar itu tersebar ke masyarakat atau dia
tidak suka kabar itu tersebar ke masyarakat, kabar itu sudah tersebar ke
masyarakat. Di sini pelengkap pada klausa sematannya kabar itu tersebar ke
masyarakat merupakan bentuk klausa yang pada klausa intinya menduduki fungsi
subjek ( kabar itu), predikat (menyebar), dan keterangan ( ke masyarakat).
2. Letak Klausa Bawahan dalam Kalimat Konsesif
Klausa bawahan dalam kalimat majemuk bertingkat dapat berada sebelum
atau setelah klausa intinya. Perhatika kalimat-kalimat berikut.
(103) Walau sudah bertahun-tahun Frank tidak masuk ke situ, dia masih
ingat letak pintu ke ruang depan.( HP 4/ 15)
(104) “Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan.”( HP 4/
224)
Pada kalimat pertama, klausa bawahan walau sudah bertahun-tahun tidak
masuk ke situ berada di depan klausa intinya sehingga harus dibubuhi tanda koma
diantaranya. Pada kalimat kedua klausa bawahan walaupun mogok makan berada
setelah klausa utamanya kau tak akan dapat cuti sakit.
Selain setelah dan sebelum klausa utamanya, klausa bawahan tersebut
dapat berada dalam klausa utamanya. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
(105) Frank menyadari, walaupun ini aneh, pria ini bisa bicara dengan
ular.( HP 4/ 24)
117
(106) Dia berharap bahwa, di mana pun Sirius berada, dia
menikmatinya.(HP 4/ 38)
Pada dua kalimat di atas, klausa bawahan walaupun ini aneh dan di mana
pun Sirius berada berada dalam klausa utamanya Frank menyadari pria ini bisa
bicara dengan ular dan dia berharap bahwa dia menikmatinya. Kalimat di atas
dapat diubah menjadi konstruksi seperti berikut.
(107) Walaupun ini aneh, Frank menyadari pria ini bisa bicara dengan
ular
(108) Di mana pun Sirius berada, dia berharap bahwa dia menikmatinya.
3. Ciri- Ciri Semantis Relasi Konsesif
Relasi konsesif mempunyai makna klausa bawahan yang menentang atau
tidak mengubah pernyataan yang ada pada klausa intinya. Klausa bawahan pada
kalimat konsesif sering dianggap sekunder karena kehadirannya tidak mutlak
secara sintaksis. Klausa tersebut dapat dihilangkan tanpa mengubah informasi
utama yang akan disampaikan. Perhatikan kalimat berikut.
(109) Frank menyadari, walaupun ini aneh, pria ini bisa bicara dengan
ular. (HP 4/ 24)
Klausa bawahan walaupun ini aneh dianggap mempunyai informasi
sekunder yang tidak mempengaruhi klausa utamanya. Jika klausa bawahan
tersebut dihilangkan menjadi kalimat Frank menyadari pria ini bisa bicara
dengan ular, informasi utama yang akan disampaikan tidak berkurang.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analis di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ciri-ciri sintaksis relasi konsesif
a. Relasi konsesif selain dapat diungkapkan dengan pemarkah
walau(pun), meski(pun), kendati(pun), sekalipun, biar(pun),
betapa(pun), ke mana pun, di mana pun, siapa pun dan apa pun juga
dapat digunakan bentuk disjungsi atau pemisahan dengan kaidah
dasar ‘p atau tidak p’.
b. Klausa bawahan pada kalimat majemuk bertingkat dengan relasi
konsesif dapat mendahului, mengikuti, ataupun diantara klausa
intinya.
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif tidak dapat
dibentuk dari klausa utama pasif dan klausa bawahan aktif. Jika
bentuk tersebut diturunkan dan kalimat majemuk lain yang klausa
utamanya aktif, maka kalimatnya menjadi janggal. Namun
kalimatnya dapat berterima jika kalimat majemuk bertingkat bentuk
aktif yang diturunkan verbanya sama.
d. Relasi konsesif dapat berada pada kalimat majemuk bertingkat
dengan bentuk suruh.
119
e. Relasi konsesif dapat berada pada kalimat majemuk bertingkat
berbentuk polar interrogative, tapi tidak dapat berada pada kalimat
majemuk berbentuk –wh question.
2. Ciri-ciri Semantis relasi konsesif
a. Klausa konsesif berisi pernyataan yang isinya berlawanan atau tidak
mengubah apa yang dinyatakan pada klausa intinya.
b. Seperti halnya klausa bawahan yang lain, informasi pada klausa
konsesif dianggap sekunder. Hal ini dibuktikan dengan
menghilangkan klausa konsesif pada kalimat majemuk bertingkat.
Informasi yang ingin disampaikan tetap utuh.
B. Saran-Saran
Penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna. Banyak hal yang
menyangkut perilaku sintaksis dan semantis yang belum dibahas dalam penelitian
ini. Misalkan saja makna konsesif yang diungkapkan dengan bentuk reduplikasi.
Selain itu, ada beberapa data yang kurang memadai dalam penelitian ini. Untuk
itulah peneliti menyarankan agar ada penelitian yang lebih lanjut tentang klausa
konsesif.
120
DAFTAR PUSTAKA
Alieva, N. F. 1991. Bahasa Indonesia Deskripsi dan Teori. Yogyakarta: Kanisius.
Alwi, Hasan. 1992. Modalitas dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Asher, R. E. (ed). 1994. The Encyclopedia of Language ( Volume 10). Oxford:
Pergamon Press.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Cook, Walter A. 1969. Introduction to Tagmemic Analysis. New York: Holt,
Rinehart and Winston Inc.
Culicover, Peter W. 1993. Syntax. New York: Academic Press.
Djadjasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.
Fokker, A. A. 1980. Pengantar Sintaksis Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramitha.
Konig, E. 1994. “Concessive Clauses” dalam The Encyclopedia of Language and
Linguistics ( Volume 2), ( 679-681). Oxford: Pergamon Press.
Konig, E. 1999. “Concessive Clauses” dalam Concise Encyclopedia of
Grammatical Categories, (81-84). Oxford: El Sevier.
Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Lapoliwa, Hans. 1990. Klausa Pemerlengkapan dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
121
Moeliono, Anton M (peny). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Ramlan, M. 1996. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C. V. Karyono.
Ramlan, M. 1997. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta:
Andi Offset.
Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural.
Surakarta: UNS Press.
Sudaryanto. 1985. Linguistik Esai tentang Bahasa dan Pengantar ke dalam Ilmu
Bahasa. Yogyakarta: UGM Press.
Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Verhaar, J. W. M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press.
Wiyana, I Gede Putu. 1987. Pernyataan Kala dalam Bahasa Indonesia (thesis).
Yogyakarta: UGM Press.
122
LAMPIRAN DATA
(1) Penduduk Desa Little Hangleton masih menyebutnya “Rumah
Riddle”, meskipun sudah bertahun-tahun lamanya keluarga Riddle tak
tinggal di sana lagi.(HP 4/ 9)
(2) ... dia mempertahankan rumah itu untuk ‘alasan pajak’, meskipun tak
ada yang tahu persis apa maksudnya.(HP 4/ 9)
(3) ... alang-alang mulai tumbuh subur dimana-mana, betapapun usaha
Frank untuk menahannya.(HP 4/ 14)
(4) Walau sudah bertahun-tahun Frank tidak masuk ke situ, dia masih
ingat letak pintu ke ruang depan,... (HP 4/ 15)
(5) Frank menyadari, walaupun ini aneh, pria ini bisa bicara dengan ular.
(HP 4/ 24)
(6) Meskipun masih sangat terguncang, Frank memegang tongkatnya
semakin erat... (HP 4/ 25)
(7) Mereka bertemu sendiri dengan Wormtail tahun ajaran lalu, meskipun
hanya Profesor Dumbledore yang mempercayai cerita mereka.(HP 4/
37)
(8) Dia berharap bahwa, di mana pun Sirius berada, dia menikmatinya. (
HP 4/ 38)
(9) Kami akan datang menjemputmu, tak peduli si muggle suka atau
tidak. (HP 4/ 53)
123
(10) Dia wanita pendek, gemuk, dengan wajah sangat ramah, meskipun
saat ini matanya menyipit curiga.(HP 4/ 73)
(11) Ron dan Gynni tertawa, meskipun Hermione tidak.(HP 4/ 74)
(12) ..., tak akan mau ketinggalan walaupun dibayar sekantong emas...
(HP 4/ 95)
(13) ... Cedric masih tetap berdiri, meskipun tampak baru diterpa angin
kencang.(HP 4/ 97)
(14) Keduanya berpakaian sebagai muggle, meskipun agak aneh.(HP 4/
98)
(15) Akhirnya mereka berhasil menyalakan api, walaupun masih perlu
satu jam lagi sampai apinya cukup panas untuk memasak.(HP 4/ 111)
(16) Meskipun Ron membeli topi Shamrock, dia juga membeli boneka
Viktor Krum, ... (HP 4/ 120)
(17) Meskipun mereka sudah banyak mendengar tentang Dobby dari
Harry, mereka belum pernah bertemu dengannya.(HP 4/ 125)
(18) Dia melindungi wajahnya, meskipun boks utama itu tidak begitu
terang.(HP 4/ 125)
(19) Meskipun Harry mendukung Irlandia, Krum adalah pemain paling
mengagumkan di lapangan.(HP 4/ 143)
(20) Para Veela kembali ke wujud cantik mereka, walaupun tampak lesu
... (HP 4/ 145)
(21) Fred, George, dan Ginny tak kelihatan, meskipun jalan setapak itu
penuh orang... (HP 4/ 155)
124
(22) Harry masih mencari-cari di dalam sakunya, meskipun sudah tahu
tongkatnya tak ada di sana.(HP 4/ 157)
(23) Mereka lega sekali turun di King’s Cross, meskipun hujan turun lebih
lebat dari sebelumnya,...(HP 4/ 201)
(24) “Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan!”(HP 4/ 224)
(25) ... tugas-tugas turnamen itu akan tetap sulit, kendati kami telah
mengambil langkah pengamanan... (HP 4/ 231)
(26) ..., dan akan memberikan dukungan sepenuh hati kepada juara
Hogwats, siapa pun dia...(HP 4/ 232)
(27) Badai telah reda keesokan harinya, meskipun langit-langit aula besar
masih muram, ... (HP 4/ 236)
(28) Moody menunjuk Ron, meskipun mata gaibnya masih terpancang
pada Lavender. (HP 4/ 259)
(29) Dia tampak jauh lebih tenang... , meskipun belum sepenuhnya
normal.(HP 4/ 269)
(30) ... dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.(HP 4/ 276)
(31) Walaupun dia dan Ron tidak antusias, ini tidak memudarkan tekad
Hermione... (HP 4/ 291)
(32) Meskipun Dumbledore sendiri jangkung, dia hampir tak perlu
membungkuk... (HP 4/ 298)
(33) Aula besar rasanya jauh lebih penuh daripada biasanya, walaupun
cuma ketambahan dua puluh anak.(HP 4/ 307)
125
(34) Mereka akhirnya makan siang dengan Hagrid, meskipun tidak banyak
yang mereka makan.(HP 4/322)
(35) ... Snape langsung diam, meskipun matanya masih berkilau dengki...
.(HP 4/ 335)
(36) Ernie Macmillan dan Justin Finch-fletchley tidak bicara kepadanya,
walaupun mereka mengganti pot umbi dari nampan yang sama...(HP
4/ 355)
(37) Dia bisa mengerti sikap anak-anak Huttlepuff, meskipun dia tidak
menyukainya.(HP 4/ 359)
(38) ... Hermione berusaha sebisa mungkin menutupinya dengan
tangannya, meskipun sulit...(HP 4/ 363)
(39) Meskipun Harry tidak bicara, pena bulu itu melesat di atas
perkamen... (HP 4/ 369)
(40) ... lubang hidungnya mendadak tak berapi lagi, meskipun masih
berasap...(HP 4/ 397)
(41) ... siapa pun yang memasukkan namamu ke dalam piala itu pasti
melakukannya karena alasan tertentu... (HP 4/ 406)
(42) ... senyum mereka jelas tampak, walaupun dari kejauhan.(HP 4/ 433)
(43) Namun Winky tetap tinggal di tempatnya, meskipun tangisnya
bertambah keras.(HP 4/ 458)
(44) ..., apa pun yang dikatakannya tak membawa perubahan sedikit
pun.(HP 4/ 458)
126
(45) “Percy tak akan mengenali lelucon, sekalipun lelucon itu menari
telanjang di depannya... .”(HP 4/ 464)
(46) Desas-desus tentang pesta dansa natal berseliweran, meskipun Harry
tidak mempercayai setengah diantaranya.(HP 4/ 472)
(47) “kalian akan mengajak gadis tercantik, meskipun dia sangat
menyebalkan?”(HP 4/ 476)
(48) Dia terus bicara, meskipun kata-katanya nyaris tak jelas.(HP 4/ 481)
(49) “Tidak seperti yang kaukira, meskipun dia anak Durmstrang.”(HP 4/
534)
(50) Dia benar mempercayai Hagrid dan Profesor Lupin, meskipun banyak
orang tak mau memberi pekerjaan kepada mereka berdua,...(HP 4/
577)
(51) ... walaupun Snape sudah mencurigai Harry waktu itu, dia tak pernah
berhasil membuktikannya.(HP 4/ 620)
(52) ... dan apa pun yang Dobby katakan tak bisa membuatnya
menganggap Dumbledore tuannya sekarang.(HP 4/ 645)
(53) Tangannya mencengkeram jubah Harry, meskipun matanya menatap
ke atas kepala Harry.(HP 4/ 666)
(54) Mula-mula kau menyelundupkan Potter ke dalam turnamen, meskipun
dia masih di bawah umur! (HP 4/ 674)
(55) Mereka tampaknya sedang menunggu sesuatu, meskipun Harry hanya
bisa melihat puncak topi-topi mereka.(HP 4/ 702)
127
(56) ... kendatipun suaranya sangat ketakutan, Harry masih bisa
mendengar nada bermanis-manis... (HP 4/ 705)
(57) Harry melihat Ron bergidik sedikit, meskipun malam itu hangat.(HP
4/ 727)
(58) “Dia sungguh-sungguh mempercayai Snape, meskipun Snape pelahap
maut?”(HP 4/ 728)
(59) ... tak peduli seberapa baik atau buruknya nanti penampilannya,
turnamen akhirnya akan usai,... (HP 4/ 733)
(60) “Kendatipun kau tak berharga dan pengkhianat, kau
membantuku...(HP 4/ 779)
(61) ... aku tidak terbunuh meskipun seharusnya kutukan itu sudah
membunuhku.(HP 4/ 784)
(62) ... meskipun dia penyihir tolol, Wormtail bisa mengikuti
instruksiku,...(HP 4/ 788)
(63) ...dan dia tak mau mati tanpa membela diri, walaupun tak ada cara
mempertahankan diri.(HP 4/ 796)
(64) Suara itu dikenali Harry, meskipun dia hanya pernah mendengarnya
sekali sepanjang hidupnya...(HP 4/ 798)
(65) Mata birunya menyala-nyala, walaupun suaranya tetap tenang.(HP 4/
827)
(66) Meski secara prinsip mereka berbeda, toh Nina sangat mencintai
yayangnya itu. (AC 21/ 18/ 2)
128
(67) Meski menerima keputusan George, Nina memutuskan untuk nggak
tinggal serumah lagi dengan doi.(AC 21/ 19/ 3)
(68) Meski dipandang sebagian orang nggak lazim, tapi mereka nggak
terlalu mempermasalahkan.(AC 21/ 20/ 3)
(69) Geng cowok, biar suka keluar malam, nggak selamanya melakukan
hal-hal yang negatif, kan?( AC 21/21/ 2)
(70) Siapa pun yang dipilih, atau dengan siapa pun dia berkawan, jangan
terlalu dipandang secara sepihak.(AC 21/ 21/ 2)
(71) ... dia punya daya tarik yang tinggi, meskipun Jewel nggak pakai
pakaian yang seksi.(AC 21/ 22/ 1)
(72) ... diam seribu bahasa meskipun sudah diajak ngelawak dengan
berbagai cara.(AC 21/ 40/ 1)
(73) Aku pura-pura tanya, meskipun aku sudah tau maksud Cindy.(AC 21/
43/ 2)
(74) Kalimat itu diucapkannya dengan sadar, meskipun ia yakin tidak akan
ditanggapi, ....(AC 21/ 44/ 1)
(75) Dan ia berkali-kali menghindari ajakan teman-teman klub basket
abangnya Virda, meski untuk sekadar ngobrol.(AC 21/ 57/ 3)
(76) ...saat anda memilihnya, walau banyak pria lain mengejar anda. ( F.
23/ 24/ 3)
(77) ... Wlady berhasil melarikan diri, meski tak seorang pun anggota
keluarganya diizinkan ikut. ( F. 23/ 32/ 2)
129
(78) Walau didukung data-data yang kuat, studi tersebut belum teruji
secara biologis maupun perilaku. ( F. 23/ 44/ 1)
(79) Tapi, walaupun mengatur jarak kelahiran cukup jauh, belum tentu
yang berjarak dekat pasti hasilnya buruk. ( F. 23/ 45/ 1)
(80) Mengatakan harga sesungguhnya, walau anda akan mendapatkan
kuliah gratis dari suami. ( F. 23/ 52/ 1)
(81) Meski kejujuran itu penting, terkadang bisa sangat menyakitkan
baginya. ( F. 23/ 53/ 1)
(82) Inul bukan tipe ‘gila belanja’, sekalipun ia mampu membeli barang-
barang mahal. ( F. 23/ 55/ 1)
(83) Biarpun sekarang terhitung mampu, dia nggak pernah
menghamburkan uang. ( F. 23/ 56/ 2)
(84) Walaupun mereka tidak gemar mengumbar kemesraan di depan
publik, kasih sayang terlihat dari gerak-gerik mereka. ( F. 23/ 57/ 1)
(85) Tapi, sebenarnya saya tidak terlalu aktif di dunia model, meskipun
pernah menjadi bintang iklan.(F. 25/ 28/ 2)
(86) Begitu pula bila ada faktor genetis, meskipun bukan diturunkan
seperti penyakit keturunan.(F. 25/ 44/ 1)
(87) Kendati disebut penyakit jiwa, tidak ada hubungannya dengan jiwa
dalam arti “soul” atau “spirit”.(F. 25/ 45/ 1)
(88) ...meski sering bolos, bisa lulus dari Petaluma High School dengan
nilai sempurna: 4,0.(F. 25/ 56/ 2)
130
(89) Meski gagal jadi ‘anak’ John Voight dalam film tersebut, Noni tidak
berkecil hati.( F. 25/ 57/ 1)
(90) Meski Noni sudah selektif memilih peran, toh masih ada juga yang
protes.( F. 25/ 58/ 2)
(91) Meski kaget, Noni berusaha tenang.( F. 25/ 58/ 2)
(92) ... walaupun ada ikatan, anda dan suami saling memberi
kebebasan,...( F. 25/ 62/ 2)
(93) Meski disayang neneknya, Ina tak pernah minta uang jajan.(F. 25/ 64/
2)
(94) Pada awalnya ia tetap ngotot sekolah, meski sering menunggak
pembayaran uang sekolah.(F. 25/ 65/ 1)
(95) ... aku berusaha mengembalikan semangat hidup, meski aku tahu pasti
akan sulit.(F. 25/ 66/ 2)
(96) Walau tidak terlalu berbahaya, biasanya dokter menyarankan
pengangkatan polip dengan tindakan kuret.(F. 25/ 76/ 2)
(97) Walau masih pagi, resto ini sudah ramai dikunjungi para tamu.(F. 25/
106/ 1)
(98) Walaupun pasar, saya tetap bisa berjalan-jalan dengan santai... .(
F.25/ 109/ 1)
(99) Walau sempat berharap dia pulang saja kembali ke Jakarta, aku tidak
ingin dengan cara yang tidak enak begini.( F.25/ 112/ 1)
(100) Selalu ada kesedihan dalam hidup setiap orang, apa pun
keberadaan mereka.(F. 25/ 115/ 1)
131
(101) Walau penampilannya indah, kuenya sendiri sudah keras dan
berjamur.(F. 25/ 126/ 1)
(102) Walau hidangan sudah disajikan, Ibu masih saja mengomel
panjang lebar.(F. 25/ 126/ 2)
(103) Meskipun sibuk, sempatkan berolahraga.(F. 25/132/ 2)
(104) ...tampak anggun walau berunsur hippie.(F. 32/ 26/ 2)
(105) Meski keadaan menjadi sulit, usahakan jangan mengeluh.(F. 32/
30/ 1)
(106) ... lebih baik saya melupakan tes tersebut, meski saya sangat
membutuhkan pekerjaan itu?(F. 32/ 36/ 1)
(107) Walaupun ringan dan lembut, tapi bahan ini tidak mudah kusut.(F.
32/ 43/ 1)
(108) Walaupun terkesan tebal dan berat, sebenarnya bahan ini bertekstur
lembut.(F. 32/ 43/ 2)
(109) ... wajah selalu segar, meski didera berbagai aktivitas sepanjang
hari.(F. 32/ 54/ 1)
(110) ...meski sudah bercerai, Demi memiliki hubungan personal dan
kehidupan keluarga yang baik.( F. 32/ 55/ 2)
(111) Kendati berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan.(F. 32/
63/ 1)
(112) Apa pun yang terjadi, ia tetap ayah anak-anak saya.( F. 32/ 63/ 1)
(113) Walaupun asyik, tapi bikin stres.( F. 32/ 69/ 1)
132
(114) Manfaat bawang putih tidak berkurang meskipun dimasak.(F. 32/
84/ 2)
(115) Bagi Alvirah, seletih apa pun dirinya, sulit rasanya untuk merasa
nyaman di atas tempat tidur asing,...(F. 32/ 117/ 1)
(116) Meskipun mereka baru saja pergi tidur larut malam, Willy dan
Alvirah sudah terjaga pukul tujuh pagi keesokan harinya.(F. 32/ 117/
1)
(117) ... meski setelah pelakuannya yang buruk terhadap Brian, ia masih
dapat dengan mudah kembali ke kehidupan Brian.(F. 32/ 124/ 2)
(118) ... sekejam apa pun kalimatmu, tidak akan bertambah buruk sakit
hatiku.(F. 32/ 131/ 2)
(119) Perpisahan, betapapun rapi dan cantik dibungkusnya, selalu
berujung kesedihan.(F. 32/ 132/ 2)
(120) Biarpun kamu kerja, paling juga nggak bisa konsentrasi.(F. 32/
138/ 2)
(121) ... saya menyumbang biaya cukup besar, sekalipun ia tahu
tabungan kami menipis.(F. 32/ 141/ 1)
(122) Saya terbiasa berpakaian ketat, meski tidak menerawang.(F. 32/
142/ 1)
(123) Pasti menyenangkan, walaupun ada rasa capek... ( F. 48/ 11/ 1)
(124) Walaupun mengasyikkan, bersuamikan pria asing pun menyimpam
kerikil,... ( F. 48/ 41/ 1)
133
(125) Dunia kerja, betapapun menyenangkan, merupakan hal yang
melelahkan. ( F. 48/ 44/ 1)
(126) ... walau sudah dicuci di bengkel, di rumah pasti dicuci lagi. ( F.
48/ 49/ 1)
(127) Meski membelinya murah, perbaikannya ternyata cukup mahal. ( F.
48/ 49/ 2)
(128) Meski ditemani mertua, tetap saja rikuh... ( F. 48/ 50/ 2)
(129) Tak perlu mematikan mesin, walaupun knalpot sudah terendam air.
( F. 48/ B. 4/ 1)
(130) ... kendati masih belia, ia sudah harus merasakan pahitnya hidup di
balik terali. ( F. 48/ 60/ 1)
(131) Farah jarang sakit, walau sering tidurnya tidak tenang. ( F. 48/ 61/
1)
(132) Namun, biarpun kebebasan sudah di depan mata, Evi tetap
menyimpan kecemasan. ( F. 48/ 61/ 2)
(133) Jadi, apa pun pilihannya, biarkan alis menjadi pilar wajah... ( F.
48/ 68/ 2)
(134) Meski berbeda rasa, keduanya tetap menyegarkan. ( F. 48/ 81/ 1).
(135) Meski kayu-kayunya sudah terlihat tidak utuh, rumah itu masih
berdiri tegak. ( F. 48/ 98/ 2)
(136) Papa saja, meskipun sudah tua, masih terus bekerja. ( F. 48/ 121/ 1)
(137) Ke mana pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. ( A.
36/ 20/ 1)
134
(138) Tapi, apa pun yang anda lakukan, mulai dengan langkah-langkah
kecil. ( A. 36/ 20/ 4)
(139) Walaupun dikelilingi aura medan energi orang lain, kita biasanya
tidak menyadarinya. ( A. 36/ 21/ 1)
(140) Kencan dengan pasangan anda, kendatipun umur anda sudah 90
tahun. ( A. 36/ 22/ 4)
(141) Bakat-bakat dan keterampilan anda sangat diperlukan kendatipun
anda tidak selalu menyadarinya. ( A. 36/ 25/ 1)
(142) Sebesar atau sekuat apa pun rival anda, anda akan bisa
menandinginya... ( A. 36/ 25/ 2)
(143) Anda selalu mencari keseimbangan, apa pun yang terjadi. ( A. 45/
6/ 4)
(144) Apa pun yang anda lakukan, kreativitas anda selalu menjadi
panutan. ( A. 45/ 6/ 4)
(145) ... kendatipun ditimpa petaka, anda akan bisa bertahan hidup. ( A.
45/ 7/ 3)
(146) ... anda akhirnya berkompromi, kendatipun sebenarnya tidak suka.
( A. 45/ 16/ 5)
(147) ... tidak terjadi ketertarikan, kendatipun anda menginginkannya. (
A. 45/ 20/ 4)
(148) ...sekeras apa pun saya mencoba, saya tidak bisa tertarik
kepadanya. ( A. 45/ 20/ 4)
135
(149) Apa pun tren yang sedang berlaku, kini tak lagi penting untuk
anda. ( A. 45/ 22/ 3)
(150) Kendatipun aspek karier akan tenang dari minggu ini sampai
minggu depan, anda sebaiknya mulai buat rencana ke depan. ( A. 45/
25/ 4)
(151) Lorraine selalu cantik... , apa pun yang dipakainya. ( A. 7/ 10/ 1)
(152) Kate memberikan dukungan penuh kendatipun anak-anaknya tak
mau pindah dari rumah mereka. ( A. 7/ 10/ 1)
(153) Antipespiran selalu jadi pemberitaan... , kendatipun tidak
ditemukan bukti bisa membahayakan kesehatan. ( A. 7/ 12/ 1)
(154) ...rumah mengandung lebih banyak kuman... , sebersih apa pun
tampaknya. ( A. 7/ 12/ 4)
(155) Sebanyak apa pun yang dilakukan si martir, mereka tak pernah
merasa diri mereka berharga.... ( A. 7/ 13/ 2)
(156) ... , apa pun yang anda lakukan, tak bisa diterima. ( A. 7/ 13/ 5)
(157) Walaupun saya kurang suka film suspense, tapi saya merasa
terhibur. ( A. 13/ 6/ 3)
(158) ...mereka menemukan phthalates di dalam kebanyakan kosmetik...,
kendatipun bahan kimia ini tidak dicantumkan pada label. ( A. 13/ 7/
3)
(159) Bersikap manis kepada keluarga dan teman-teman lamanya, siapa
pun mereka. ( A. 13/ 9/ 4)
136
(160) ... mereka tak boleh membuka pintu, tidak peduli siapa pun yang
ketuk. ( A. 13/ 13/ 2)
(161) Jangan pernah pergi dengan orang tak dikenal, apa pun yang
dijanjikan atau dikatakannya. ( A. 13/ 13/ 4)
(162) ... kita harus memenuhi permintaan orang lain apa pun harga atau
resiko yang harus kita bayar. ( A. 13/ 16/ 2)
(163) ... kendatipun tekanan darah sudah tinggi... , anda tetap bisa merasa
relatif sehat. ( A. 13/ 21/ 1)
(164) ... aku memerankan sosok remaja, meskipun aku sudah tidak SMA
lagi. ( A. 20/ 8/ 4)
(165) ... meskipun usianya muda tapi mentalnya sudah siap. ( A. 20/ 8/ 5)
(166) Apa pun yang terjadi, puaskan langganan anda. ( A. 20/ 16/ 2)
(167) ... kasus penyakit jantung tetap saja meningkat, kendatipun diet
rendah lemak sudah berjalan selama 30 tahun. ( A. 20/ 21/ 1)
(168) Sehebat apa pun ketertarikan fisik tak akan pernah bisa
menyatukan 2 orang untuk seumur hidup. ( A. 20/ 22/ 5)
(169) Kendatipun sangat mandiri, ada kalanya anda perlu mengandalkan
orang lain. ( A. 20/ 25/ 1)
(170) Anda merasa inspirasi rendah ... kendatipun energi fisik tinggi. ( A.
20/ 25/ 2)
(171) Kendatipun sulit, anda harus melupakan hubungan masa lalu. ( A.
20/ 25/ 2)
(172) Nikmati saja kendatipun singkat. ( A. 20/ 25/ 3)
137
(173) Kendatipun sulit, dia terpaksa menghentikan kebiasaannya...( A.
20/ 28/ 1)
(174) Makan nggak makan, asal kumpul. ( Lirik Lagu Slank).
(175) Mau nggak mau, harus mau. ( Judul Sinetron RCTI).
(176) Baik atau buruk, aku harus menang. ( RCTI).
(177) Gagal nggak gagal, nggak ngaruh. ( Imam, Sensor, 16.30,
Indosiar, 2 Juli 2004).
(178) Baik ataupun buruk, manusia harus menanggung perbuatannya. (
RRI, 06.00, 3 Juli 2004).
(179) Suka atau tidak, aku tetap tak mau pergi. ( AU Pair, TV 7, 3 Juli
2004, 15.00).
(180) Menang atau kalah, yang penting jangan salah lagi. ( Pasar Humor,
16. 00, 4 juli 2004).
(181) Mau ayam mau kambing, yang penting kecapnya Bango. ( iklan
televisi kecap Bango).
(182) Sebagus apa pun lawan saya, saya harus siap menghadapinya. (
Allez Cuizine, 8.00, Indosiar,10 Juli 2004).
(183) Ada kabar atau tidak ada kabar pun, saya tidak peduli. ( Rico
Ceper, Kiss Plus, 10.00, Indosiar, 10 Juli 2004).
(184) Mau tidak mau, media harus mengurangi eksploitasi perempuan
untuk objek seks. ( PTPN, 27 Juli 2004)
(185) Mau gue makan, mau gue buang, yang penting gue bayar. ( Siapa
Takut Jatuh Cinta, 08. 00, TV 7)
138
(186) Yang penting sekarang nyelametin Mirna, terserah kamu mau
percaya atau tidak sama aku ( Cinta Memang Gila, 19.00, RCTI, 4
Agustus 2004)
(187) Berhasil atau tidak, semua tergantung manajer pelaksana. ( At The
Dolphin Beach, 16.00, SCTV, 12 Agustus 2004)
(188) Lu punya ilmu atau enggak, tetep aja lu bego. ( Culunnya Pacarku,
20. 00, RCTI, 17 Agustus 2004)
(189) Ibu nggak perduli dia suka apa enggak, yang penting ibu senang. (
Jay Anak Metropolitan, 9.30, TPI,18 Agustus 2004)
(190) Mau langsung, mau enggak, itu urusan kamu. ( Duk Duk Moong,
10.00, TPI, 19 Agustus 2004)
(191) Tereliminasi atau tidak, itu bukan urusan kalian ( Kilas Konser,
16.30, Indosiar, 29 Agustus 2004)
(192) Ke mana pun aku kembali, kalian tetap temanku. ( Meteor Garden
II, 16. 30, TV 7, 30 Agustus 2004)
(193) Gue bilang cantik apa enggak, bukan urusan elo. ( Pangeran
Kampus, 10.00, TPI, 31 Agustus 2004)
(194) Setuju atau tidak, Papa harus membatalkan perjodohan ini. (
Pangeran Kampus, 10.00, TPI, 1 September 2004)
(195) Mau tidak mau, kau harus bertarung denganku. ( Inuyasha, 8.30,
Indosiar, 11 september 2004)
(196) Setuju atau tidak, kita harus menyelamatkan mereka. ( Kiss Plus,
10. 30, Indosiar, 11 september 2004)
139
(197) Baik atau buruk, ini tetap negara kita. ( Sensor, 16. 30, Indosiar, 12
september 2004)
(198) Suka tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat. ( Lipstik,
16.00, AN TV, 12 september 2004)
(199) Kau menyukainya atau tidak, aku tetap mamamu. ( Dil Haim Tum
Hara, 13.00, Indosiar, 12 september 2004)
(200) Siap tidak siap, Damon harus mendekam di penjara. ( Cek Dan
Ricek, 16.00, RCTI, 12 september 2004)
(201) Mau nggak mau, saya harus menjalankan putusan Polisi. (
Ngegoss, 14.30, Lativi, 24 September 2004).
140
DAFTAR INFORMAN
Informan I
Nama : Ety Istimiarti
Tempat/ Tgl Lahir : Sukoharjo/ 19 April 1973
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Panti Rejo, RT 2/ RW III, Grogol, Sukoharjo
Informan II
Nama : Diah Isniawati
Tempat/ Tgl Lahir : Sukoharjo/ 5 Mei 1981
Pekerjaan : Karyawati Swasta
Alamat : Panti Rejo, RT 2/ RW III, Grogol, Sukoharjo
Informan III
Nama : Marlinda Novianti
Tempat/ Tgl Lahir : 14 November 1980
Pekerjaan : Karyawati Swasta
Alamat : Kos Lavender, Jln. Cimanuk I no. 2, Jebres, Surakarta.
141