RefratPJK shinta

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    1/37

    REFERAT

    PENYAKIT JANTUNG KORONER

    Shinta Anggraini, S.Ked.

    70 2008 013

    Pembimbing

    dr. Faisal Saleh, Sp.PD

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

    2012

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    2/37

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

    APRIL 2012

    HALAMAN PENGESAHAN

    Telaah Ilmiah berjudul

    PENYAKIT JANTUNG KORONER

    Oleh:

    Shinta Anggraini, S.Ked.

    telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan

    Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

    Kedokteran Muhammadiyah Palembang

    Palembang, April 2012

    Dosen Pembimbing

    Dr. Faisal Saleh, Sp.PD

    ii

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    3/37

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan

    karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi

    Muhammad SAW.

    Penulis menghaturkan terima kasih kepada dr. Masdianto Musai, Sp.PD

    selaku koordinator pendidikan di Bagian Penyakit Dalam yang telah memberikan

    kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu dan ketrampilan di bagian ini. Penulis

    juga mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan referat, yang

    berjudul Penyakit Jantung Koroner, ini kepada dr. Faisal Saleh, Sp.PD, dan

    terakhir, bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak

    langsung, rela maupun tidak rela, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,

    penulis haturkan terima kasih atas bantuannya hingga referat ini dapat terselesaikan.

    Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah

    SWT.

    Penulis menyadari bahwa didalam referat ini masih banyak kekurangan baik

    itu dalam penulisan maupun isi referat. Karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan

    saran yang membangun demi sempurnanya referat ini. Penulis berharap referat ini

    dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Palembang, April 2012

    Penulis

    iii

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    4/37

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

    KATA PENGANTAR . iii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. v

    DAFTAR GAMBAR.. vi

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Fisiologi Aliran Darah Jantung 3

    2.2. Definsi ............................................................................................. 5

    2.3. Etiologi dan Klasifikasi ............................................................................... 62.3.1. Angina Pektoris . 6

    2.3.2. Infark Miokard Akut 8

    2.4. Faktor Resiko . 10

    2.5. Manifestasi Klinis dan Patofisiologi 152.6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis 20

    2.7. Pengobatan .. 23

    2.8. Komplikasi .. 262.9. Prognosis.. 27

    2.10. Pencegahan 27

    BAB III. KESIMPULAN

    Kesimpulan 29

    DAFTAR PUSTAKA

    iv

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    5/37

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman2.1 Faktor Risiko PJK ... 15

    2.2 Cara-cara Diagnostik .. 20

    2.3 Lokasi Infark Berdasarkan Lokasi Perubahan EKG 232.4 Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskuler dan Stroke Berdasarkan

    Faktor Resiko ... 27

    2.5 Intervensi Faktor Risiko .. 282.6 Pencegahan Sekunder PJK dan Penyakit Jantung Lainnya Menurut

    ACC/AHA 2006... 28

    v

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    6/37

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman2.1 Arteri Koronaria dan Vena Jantung................................ 24

    2.2 Faktor Pencetus Angina Pektoris .. 212.3 Gambaran EKG pada STEMI dan NSTEMI 21

    2.4 Perbedaan Angina Pektoris Stabil, NSTEMI, STEMI .. 22

    2.5 Gambaran EKG PJK 222.6 Evolusi/Pola Perubahan EKG pada STEMI . 23

    vi

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    7/37

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah membawa O2 dan

    makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfungsi dengan baik. Penyakit

    jantung koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan

    pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini

    pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak

    (atheroma dan plaques) pada dindingnya.

    Faktor-faktor resiko untuk terjadinya keadaan ini adalah merokok, tekanan

    darah tinggi, peninggian nilai kolesterol di darah, kegemukan stress, diabetes

    mellitus dan riwayat keluarga yang kuat untuk Penyakit Jantung Koroner (PJK).

    Dengan bertambahnya umur penyakit ini akan lebih sering ada. Pria mempunyai

    risiko lebih tinggi daripada wanita, tetapi perbedaan ini dengan meningkatnya

    umur makin lama makin kecil.

    Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris yaitu suatu

    sindroma klinis dimana di dapatkan sakit dada yang timbul pada waktu

    melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa

    telah terjadi > 70 % penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul

    sebagai angina pektoris stabil dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih

    berat dan menimbulkan Sindroma Koroner Akut (SKA) atau yang dikenal

    sebagai serangan jantung mendadak (Heart attack) dan bisa menyebabkan

    kematian.

    Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena PJK,

    1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi

    peralihan, 300000 orang menjalani angioplasty. Di eropa diperhitungkan 20000-

    40000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK.

    Di Negara berkembang dari ahun1990 sampai 2020, angka kematian akibat

    PJK akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120 % pada wanita, sedangkan

    dinegara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48 % pada laki-laki dan 29 %

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    8/37

    pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi

    penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia.

    Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN)

    dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada

    tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 % kemudian di tahun 2001

    angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK di

    Indonesia diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk.

    Penyakit jantung koroner merupakan salah satu dari banyak penyakit yang

    mematikan dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, untuk saat ini penyakit

    jantung koroner di Indonesia menempati posisi pertama sebagai penyebab

    kematian di dunia termasuk Indonesia. Sebanyak 40% orang yang meninggal

    karena serangan jantung tidak mengetahui kalau dirinya mengidap penyakit

    jantung koroner. Telaah ilmiah ini mencoba membantu memahami gejala,

    etiologi, faktor resiko, upaya pencegahan PJK, dan deteksi dini serta

    pengobatannya dan diharapkan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian

    akibat PJK.

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    9/37

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Fisiologi Aliran Darah Jantung

    Jantung mendapatkan aliran darah dari arteri koronaria. Sirkulasi

    koronaria meliputi seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan

    nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardium.

    Arteri koronaria

    Arteri koronaria adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Muara

    arteri koronaria ini terdapat dalam sinus valsalva dalam aorta, tepat di atas

    katup aorta. Sirkulasi koroner terdiri dari arteri coronaria dextra dan arteri

    koronaria sinisra. Arteri koronaria sinistra mempunyai dua cabang, yaitu R.

    circumflexus dan R. interventricularis anterior kiri.

    Arteri-arteri ini berjalan melingkar jantung dalam dua celah anatomi

    eksterna: sulkus atrioventrikularis yang melingkari jantung diantara atrium

    dan ventrikel, dan sulkus interventrikularis yang memisahkan kedua

    ventrikel. Tempat pertemuan kedua celah dipermukaan posterior jantung

    merupakan bagian jantung yang kritis, dipandang dari sudut anatomi dikenal

    sebagai kruks jantung yaitu bagian jantung yang terpenting dari jantung.

    Nodus AV berlokasi pada tempat pertemuan ini. Karena itu pembuluh

    manapun yang melintasi kruks tersebut merupakan pembuluh yang

    menghantarkan ke nodus AV.

    Arteri koronaria kanan berjalan ke lateral mengitari sisi kanan jantung

    di dalam sulkus interventrikularis kanan. Pada 90 % jantung, arteri

    koronaria kanan pada waktu mencapai posterior jantung akan menuju kruks

    lalu turun menuju menuju apeks jantung dalam sulkus interventrikularis

    posterior. Arteri koronaria kiri tidak bercabang lagi sesudah meninggalkan

    pangkalnya di aorta. Aretri sirkumpleksa kiri berjalan ke lateral di bagian

    kiri jantung dalam sulkus atrioventrikularis kiri.

    Distribusi secara berkeliling ini sesuai dengan sebutan dan tujuan

    fungsinya sebagai pembuluh sirkumpleksia. Demikian juga arteri desendens

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    10/37

    arterior kiri menyatakan perjalanan anatomis dari cabang arteri tersebut.

    Arteri tersebut berjalan ke bawah pada permukaan jantung dalam sulkus

    interventrikularis anterior. Kemudian arteri ini melintasi apeks jantung dan

    berbalik arah dan berjalan ke atas sepanjang permukaan posterior sulkus

    interventrikularis untuk bersatu dengan cabang distal arteri koronaria kanan.

    Setiap pembuluh utama mencabangkan pembuluh epikardial dan

    intramiokardia yang khas. Arteri desendens arterior kiri membentuk

    percabangan septum yang memasok 2/3 bagian arterior septum dan cabang-

    cabang diagonal yang berjalan di atas permukaan anterolateral dari ventrikel

    kiri. Permukaan posterolateral dari ventrikel kiri diperdarahi oleh cabang-

    cabang marginal dari arteri sirkumpeksa.

    Jalur-jalur anatomis ini menghasilkan suatu korulasi antar arteri

    koronaria dan penyediaan nutrisi otot jantung. Pada dasarnya arteri

    koronaria dextra memberikan darah ke atrium kanan, ventrikel kanan dan

    dinding inferior ventrikel kiri. Arteria sirkumpleksa sinistra memberikan

    darah pada atrium kiri dan dinding posteriolateral ventrikel kiri. Arteri

    desendens arterior kiri memberikan darah ke dinding depan ventrikel kiri

    yang masif.

    Penyediaan nutrisi pada penghantar merupakan suatu korelasi kritis

    lain yang juga ditentukan oleh jalur-jalur anatomis. Meskipun nodus SA

    letaknya letaknya di atrium kanan, tetapi pada 55% individu mendapat darah

    dari arteri koronaria kanan, dan 45% individu mendapat darah dari suatu

    cabang yang berasal dari arteria sirkumpleksa kiri. Nodus AV yang dipasok

    oleh arteri yang melintasi kruks, yaitu dari arteri koronaria kanan pada 90%

    individu dan pada 10% sisanya dari arteria sirkumpleksa kiri. Anastomosisantara cabang arteria juga ditemukan pada sirkulasi koroner. Anastomosis

    ini tidak berfungsi pada keadaan normal, akan tetapi mempunyai arti yang

    sangat penting bagi sirkulasi kolateral maupun sirkulasi alternatif untuk

    berfungsi daerah miokardium yang tidak mendapatkan aliran darah akibat

    lesi obstuktif pada jalur koroner yang normal.

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    11/37

    Vena-vena jantung

    Distribusi vena koronaria pararel dengan distribusi arterianya. Sistem

    vena jantung mempunyai 3 bagian yaitu vena thelesia yang merupakan

    sistem yang terkecil, menyalurkan sebagian darah dari miokardium atrium

    kanan dan ventrikel kanan, vena kardiak anterior yang mempunyai fungsi

    mengosongkan sebagian besar isi jaringan vena ventrikel kanan langsung ke

    atrium kanan, sinus koronarius dan cabangnya merupakan sistem vena yang

    paling besar dan paling penting berfungsi menyalurkan pengembalian darah

    jaringan vena miokardial ke dalam atrium kanan melalui ostium sinus

    koronaria disamping muara vena kava inferior.

    Gambar 2.1 Arteri Koronaria dan Vena Jantung

    2.2. Definisi

    Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu bentuk dari

    penyakit jantung dan pembuluh darah yang melibatkan gangguan pembuluh

    darah koroner. Pembuluh darah koroner (arteri koronaria) adalah pembuluh

    darah yang menyuplai oksigen dan zat makanan pada jantung. Kelainan

    dapat berupa penyempitan arteri koronaria yang disebabkan karena

    atherosclerosis.

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    12/37

    Atherosclerosis terjadi akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium,

    sel-sel radang, dan material pembekuan darah (fibrin). Timbunan ini

    kemudian mengental, mengeras (membentuk deposit kalsium), dan akhirnya

    mempersempit saluran arteri sehingga mengurangi suplai oksigen maupun

    darah ke organ-organ tubuh. Timbunan yang mengeras di dinding arteri ini

    disebut plak. Terdapat dua macam plak yaitu plak stabil dan plak tidak

    stabil. Bila plak menutupi saluran arteri sepenuhnya, jaringan yang disuplai

    oleh arteri akan mati.

    2.3. Etiologi dan Klasifikasi

    Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima

    bermula berupa bercak fibrosa (fibrous plaque) dan selanjutnya terjadi

    ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan thrombosis. Perjalanan dalam kejadian

    aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh fakor tunggal, akan tetapi ada

    faktor lain seperti : hipertensi, kadar lipid, rokok, kadar gula darah yang

    tinggi.

    2.3.1. Angina Pektoris

    Adanya angina pektoris dapat dikenali dengan adanya; (1)

    kualitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan yang khas yaitu perasaan

    dada tertekan, merasa terbakar atau sudah benafas; (2) lokasi nyeri

    yaitu retrosternak yang menjalar ke leher, rahang atau mastoid dan

    turun ke lengan kiri; (3) faktor pencetus seperti sedang emosi, bekerja,

    sesudah makan atau dalam udara dingin.

    A. Angina Pektoris Stabil

    Angina pektoris (AP) adalah rasa nyeri yang timbul karenaiskemia miokardium. Biasanya mempunyai karakteristik tertentu;

    1. Lokasi biasanya di dada, substernal atau sedikit di kirinya,

    dengan penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan

    lengan dan jari-jari bagian ulnar, punggung/pundak kiri.

    2. Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri tumpul seperti rasa

    tertindih/berat di dada, rasa desakan kuat dari dalam atau dari

    bawah diafragma, seperti diremas-remas atau dada mau pecah

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    13/37

    dan biasanya pada keadaan yang berat disertai keringat dingin

    dan sesak nafas serta perasaan takut mati. Biasanya bukanlah

    nyeri yang takjam, seperti rasa ditusuk-tusuk atau diiris

    sembilu, dan bukan pula mules. Tidak jarang pasien

    mengatakan bahwa ia hanya merasa tidak enak di dadanya.

    Nyeri berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan istirahat;

    tapi tidak berhubungan dengan gerakan pernapasan atau

    gerakan dada ke kiri dan tekanan. Nyeri juga dapat di

    presipitasioleh stress fisik maupun emosional.

    3. Kualitas: nyeri yang pertama sekali timbul biasanya agak

    nyata, dari beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Bila

    lebih dari 20 menit dan berat maka harus dipertimbangkan

    dengan angina tidak stabil.

    Gradasi beratnya nyeri dada oleh Canadian Cardiovaskular Society

    sebagai berikut;

    1. Kelas 1

    Aktivitas sehari-hari seperti jaan kaki,berkebun, naik tangga 1-2

    lantai dan lain-lain tak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru

    timbul pada latihan berat, berjalan cepat serta terburu-buru waktu

    kerja atau bepergian.

    2. Kelas 2

    Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya AP timbul bla

    melakukan aktivitas lebih berat dari biasanya, seperti jalan kaki 2

    blok, naik tangga lebih dari 1 lantai atau terburu-buru, berjalan

    menanjak atau melawan angina dan lain-lain.3. Kelas 3

    Aktivitas sehari-hari nyata terbatas. AP timbul bila berjalan 1-2

    blok, naik tangga 1 lantai dengan kecepatan yang biasa.

    4. Kelas 4

    AP bisa timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semua aktivitas

    dapat menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu dan lain-

    lain.

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    14/37

    B. Angina Pektoris Tidak Stabil

    Yang dimasukkan ke dalam angina pektoris tidak stabil yaitu;

    (1) pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana

    angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali

    perhari; (2) pasien dengan angina yang makin bertambah berat,

    sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering,

    dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin

    ringan; (3) pasien dengan serangan angina pada waku istirahat.

    Klasifikasi berdasarkan beratnya serangan angina dan keadaan klinik

    Beratnya Angina;

    1. Kelas 1

    Angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah

    beratnya nyeri dada.

    2. Kelas 2

    Angina pada waktu istirahat dan terjadi subakut dalam 1 bulan,

    tapi tak ada serangan angina dalam waktu 48 jam terakhir.

    3. Kelas 3

    Adanya serangan sngina waktu istirahat dan terjadinya secara akut

    baik sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir.

    Keadaan Klinis;

    1. Kelas A

    Angina tak stabil sekunder, karena adanya anemia, infeksi lain

    atau febris.

    2. Kelas BAngina tak stabil yang primer, tak ada faktor ekstra kardiak.

    3. Kelas C

    Angina yang timbul setelah serangan infark jantung.

    2.3.2. Infark Miokard Akut

    Serangan infark miokard akut (IMA) rasa sakit seperti angina, tetapi

    tidak seperti angina biasa, terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada

    dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    15/37

    pernah mendapat serangan angina, maka ia tahu bahwa sesuatu yang

    berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. IMA terjadi

    sewaktu pasien dalam keadaan istirahat, sering pada jam-jam awal di pagi

    hari. Rasa sakitnya adalah diffuse dan bersifat mencekam, mencekik,

    mencengkram atau member. Paling nyata di daerah substernal, menyebar

    kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas (mirip

    dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau

    pankreatitis akut).

    A. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST (STEMI)

    STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun

    secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik

    yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang

    berkembang secara lambat biasaya tidak memicu STEMI karena

    berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI tejadi jiak

    thrombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri

    vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti

    merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid. Pada sebagian besar kasus,

    infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau

    ulserasi dan jika kondisi local ataupun sistemik memicu trombogenesi,

    sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang

    mengakibatkan oklusi arteri koroner. Pada hampir setengah kasus,

    terdapat faktor pencetus sebelum terjadinya STEMI, seperti aktivitas

    fisik berat, stress emosi atau penyakit medis atau bedah. Walaupu

    STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, variasi sirkadian

    dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur.

    B. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST (NSTEMI)

    Nyeri dada dengan khas substernal atau kadangkala di

    epigastrium dengan cirri seperti diperas, perasaan seperti di ikat,

    perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan,

    menjadi presentasi gejala yang sering ditemukan pada NSTEMI.

    Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    16/37

    yang memiliki gejala dengan onset baru angina berat/terakselerasi

    memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki

    nyeri pada waktu istirahat. Walaupun gejala khas rasa tidak enak di

    dada iskemia pada NSTEMI telah diketahui dengan baik, gejala tidak

    khas seperti dipneu, mual, diaphoresis, sinkop atau nyeri di lengan,

    epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam kelompok yang

    lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.

    2.4. Faktor Resiko

    1. Hipertensi

    Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya PJK.

    Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan

    struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus yang

    tidak diobati. Mula-mula akan terjadi hipertropi dari tunika media diikuti

    dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan

    akhirnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling

    berbahaya adalah bila mengenai miokardium, arteri dan arterial sistemik,

    arteri koroner dan serebral serta pembuluh darah ginjal.

    Komplikasi terhadap jantung

    Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena:

    a. Meningkatnya tekanan darah.

    Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk

    jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran

    ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat danlamanya hipertensi.

    b. Mempercepat timbulnya arterosklerosis.

    Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma

    langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga

    memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) Hal ini

    menyebabkan angina pektoris, Insufisiensi koroner dan miokard infark lebih

    sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal.

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    17/37

    Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar.

    Kejadian PJK pada hipertensi sering dan secara langsung berhubungan

    dengan tingginya tekanan darah sistolik. Penelitian Framingham selama 18

    tahun terhadap penderita berusia 45-75 tahun mendapatkan hipertensi

    sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya angina pectoris dan miokard

    infark. Juga pada penelitian tersebut didapatkan penderita hipertensi yang

    mengalami miokard infark mortalitasnya 3x lebih besar dari pada penderita

    yang normotensi dengan miokard infark.

    2. Hiperkolesterolemia.

    Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting karena

    termasuk faktor resiko utama PJK di samping Hipertensi dan merokok.

    Kadar Kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang

    masuk dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar

    kolesterol darah disamping diet adalah Keturunan, umur, dan jenis kelamin,

    obesitas, stress, alkohol, exercise. Beberapa parameter yang dipakai untuk

    mengetahui adanya resiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol

    darah:

    a. Kolesterol Total.

    Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl, bila > 200

    mg/dl berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat .

    b. LDL Kolesterol.

    LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol

    yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) : karena kadar LDL

    yang meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah.Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko

    PJK dari pada kolesterol total.

    c. HDL Koleserol :

    HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis

    kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) :

    karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    18/37

    buang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau

    mencegah terjadinya proses arterosklerosis.

    Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan

    terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi

    berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.

    d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol

    Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada laki-laki

    dan 4.0 pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol total : HDL

    kolesterol makin meningkat resiko PJK.

    e. kadar Trigliserida.

    Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh,

    Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar triglisarid yang tinggi

    merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK. Kadar trigliserid perlu

    diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol total > 200 mg/dl, PJK,

    ada keluarga yang menderita PJK < 55 tahun, ada riwayat keluarga dengan

    kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas.

    3. Merokok.

    Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor

    resiko utama PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. orang yang

    merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek

    dua faktor utama resiko lainnya. Efek rokok adalah Menyebabkan beban

    miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya

    komsumsi 02 akibat inhalasi co atau dengan perkataan lain dapatmenyebabkan Takikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah

    permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5- 4Hb menjadi

    carboksi -Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi

    mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok yang dihidap,

    kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok

    penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki laki

    perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    19/37

    disertai obesitas dan hipertensi, sehingga orang yan gmerokok cenderung

    lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok.

    Apabila berhenti merokok penurunan resiko PJK akan berkurang 50 % pada

    akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang

    tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.

    Faktor Resiko Lain

    1. Umur

    Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat

    PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44

    tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada

    laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki

    kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum

    menopause ( 45-0 tahun ) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur

    yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat

    menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.

    2. Jenis kelamin.

    Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan

    pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki

    mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.

    3. Geografis.

    Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang

    paling rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkatpadta orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia . Hal

    ini menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada

    genetik.

    4. Ras

    Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok,

    walaupun bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    20/37

    Amerika serikat perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non

    caucasia ( tidak termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia

    kira-kira separuhnya.

    5. Diet.

    Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di

    dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-

    rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar

    kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi

    dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol

    rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika.

    6. Obesitas.

    Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada lakilaki

    dan > 21 % pada perempuan . Obesitas sering didapatkan bersama-sama

    dengan hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat

    meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol . Resiko PJK akan jelas

    meningkat bila BB mulai melebihi 20 % dari BB ideal. penderita yang

    gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kolesterolnya

    dengan mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah exercise.

    7. Diabetes.

    Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai

    predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki

    yang menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal,sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.

    8. Exercise.

    Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki

    kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat

    karena; (1) memperbaiki fungsi paru dan pemberian 02 ke miokard; (2)

    menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    21/37

    sama dengan menurunkan LDL kolesterol; (3) membantu menurunkan

    tekanan darah ; (4) meningkatkan kesegaran jasmani.

    9. Perilaku dan Kebiasaan lainnya.

    Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu

    : Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar

    berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan

    dan tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu .

    Resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B.

    10. Perubahan Keadaan Sosial Dan stress.

    Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan

    Wallas . Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan

    yang banyak mendapat stress. Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di

    FKUI menunjukkan orang yang stress 1 1/2 X lebih besar mendapatkan

    resiko PJK stress disamping dapat menaikkan tekanan darah juga dapat

    meningkatkan kadar kolesterol darah.

    11. Keturunan

    Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor

    genetik.

    Tabel 2.1 Faktor Risiko PJK

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    22/37

    2.5. Manifestasi Klinis dan Patofisiologi

    Manifestasi klinis PJK bervariasi tergantung pada derajat aliran dalam

    arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupin kebutuh jaringan tidak

    akan timbul keluhan atau manifestasi klinis.

    Aterosklerosis koroner

    Pembuluh arteri, semakin bertambahnya umur dalam arteri juga

    terjadi proses seperti penebalan lapisan intima, berkurangnya elastisitas,

    penumpukan kalsium dan bertambahnya lapisan intima.

    Menurut WHO pada tahun 1958, Perubahan variabel intima arteri

    yang merupakan akumulasi fokal lemak, kompleks karbohidrat, darah dan

    hasil produk

    darah, jaringan fibrous dan deposit kalsium yang kemudian diikuti

    perubahan lapisan media.

    Pembuluh arteri koroner terdiri dari tiga lapisan yaitu :

    a. Tunika intima yang terdiri dari dua bagian. Lapisan tipis sel sel

    endotel merupakan lapisan yang memberrikan permukaan licin

    antara darah dan dinding arteri serta lapisan subendotelium. Sel ini

    menghasilakan prostadgandin, heparin dan aktivator plasminogen

    yang membantu mencegah agregasi trombasit dan vasokonstriksi.

    Dan juga jaringan ikat yang memisahkan dengan lapisan yang lain.

    b. Tunika media merupakan lapisan otot dibagian tengan dinding arteri

    yang

    mempunyai tiga bagian; bagian sebelah dalam disebut membranelastin internal kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar

    memberana elastika eksterna.

    c. Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan

    dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol.

    Pada pembuluh koroner terlihat penonjolan yang diikuti dengan garis

    lemak(fatty

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    23/37

    streak) pada intima pembuluh yang timbul sejak umur di bawah 10

    tahun. Pada kebanyakan orang umur 30 tahun garis lemak ini tumbuh lebih

    progresif menjadi fibrous plaque yaitu suatu penonjolan jaringan kolagen

    dan sel sel nekrosis. Lesi ini padat, pucat berwarna kelabu yang disebut

    ateroma. Lesi kompleks terjadi apabila pada plak fibris timbul nekrosis dan

    terjadi perdarahan trombosis, ulserasi, kalsifikasi atau aneurisma. Hipotesis

    terjadinya ateroskelerosis adalah 1) Teori infiltrasi/incrustation, 2) Teori

    pertumbuhan klonal/clonal growth (Benditt), dan 3) Teori luka/respons to

    injury(Russel Ross).

    Aterosklerosis biasanya timbul pada tempat tempat dimana terjadi

    turbulens yang maksimum seperti pada percabangan, daerah dengan tekanan

    tinggi, daerah yang pernah kena trauma dimana terjadi deskuamasi endotel

    yang menyebabkan adesi trombosit.

    Berbagai keadaan akan mempengaruhi antara pasokan dan kebutuhan,

    pada dasarnya melalui mekanisme sederhana, yaitu 1) Pasokan berkurang

    meskipun kebutuhan tak bertambah dan 2). Kebutuhan meningkat,

    sedangkan pasokan tetap.

    Bila arteri koroner mengalami gangguan penyempitan (stenosis) atau

    penciutan (spasme), pasokan arteri koroneria tidak mencukupi kebutuhan,

    secara popular terjadi ketidak seimbangan antara pasok (supply) dan

    kebutuhan (demend), hal ini akan memberikan gangguan. Manifestasi

    gangguan dapat bervariasi tergantung kepada berat ringannya stenosis atau

    spasme, kebutuhan jaringan saat istirahat ataupun aktif serta luasnya daerah

    yang terkena.

    Dalam keadaan istirahat, meskipun arteri koroner mengalami stenosislumen sampai 60 % belum menimbulkan gejala sebab aliran darah koroner

    masih mencukupi kebutuhan jaringan. Pada keadaan ini sering tidak

    menimbulkan keluhan, sering disebut penyakit jantung koroner laten (Silent

    ischemia). Bila terjadi peningkatan kebutuhan jaringan aliran yang tadinya

    mencukupi menjadi berkurang. Hal ini akan menyebabkan hipoksia jaringan

    yang akan menghasilakan

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    24/37

    peningkatan hasil metabolisme misalnya asam laktat. Akan

    menimbulakan manifestasi klinis nyeri dada, rasa berat, rasa tertekan, panas,

    rasa tercekik, tak enak dada, capek kadang kadang seperti masuk angin.

    Manifestasi angina yang timbul setelah aktivitas fisik disebut effort angina.

    Sebaliknya angina pektoris dapat timbul dalam keadaan istirahat, yang

    berarti proses stenosis melebihi 60% baik oleh penyempitan yang

    kritis(90%) maupun bertambah oleh karena faktor spasme arteri koroner

    sendiri di tempat yang tadinya

    tidak menimbulkan gejala. Angina bentuk ini disebut sebagai angina

    dekubitus, angina at rest atau dalam bentuk angina prinzmetal. Pasokan

    berkurang sehingga menimbulkan hipoksia baik oleh karena secara

    anatomis ada penyempitan yang menyebabkan aliran darah berkurang

    (penyempitan melampaui 80% saat iastirahat) atau penyempitan kuarang dai

    80% tetapi menjadi kritis karena penigkatan kebutuhan akibat aktifitas fisik

    maupun psikis.

    Bila proses kritis tersebut berlangsung lama maka hipoksia jaringan

    akan berlanjut terus, tidak hanya menimbulkan gangguan yang reversibel

    tetapi malahan lebih jauh lagi. Otot jantung akan mengalami kerusakan,

    jaringan mati atau nekrosis (infark miokard)

    Infark Miokard

    Infark miokard terbagi atas miokard infark dengan elevasi ST

    (STEMI) dan miokard infark tanpa elevasi ST(NSTEMI)

    Miokard infark dengan elevasi ST (STEMI)Umumnya terjadi karena aliran darah koroner menurun secara

    mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerotik yang sudah ada

    sebelumnya. STEMI terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular, dimana

    injuri ini dicetus oleh beberapa faktor yang akan dijelaskan di bawah.

    Pada sebagian besar, infark terjadi jika plak arterosklerosis mengalami

    fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu

    trombogenesis, sehingga trombus mural pada lokasi ruptur yang

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    25/37

    mengakibatkan oklusi arteri koroner. Plak koroner cenderung mengalami

    ruptur jika mempunyaifibrous cap dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada

    STEMI gambaran patologis klasik terdiri darifibrin rich red trombus.

    Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP,

    epinefrin, seretonisn) memicu aktivitas trombosit, yang selanjutnya akan

    memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriksi lokal yang

    poten). Selain itu aktivitas

    trombosit memicu perubahan konfirmasi reseptor glikoprotein Iib/IIIa

    sehingga mempunyai afenitas tinggi terhadap asam amino pada protein

    adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willenbrand (vWF) dan

    fibrinogen dimana keduanya merupakan molekul yang dapat mengikat

    platelet, mengahasilkan ikatan silang dan agregasi platelet.

    Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel

    endotel yang rusak. Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi

    protombin menjadi trombin, yang mengakibatkan mengkonversi fibrinogen

    menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan mengalami

    oklusi oleh trombus yang terdiri agregat trombosit dan fibrin.

    Pada keadaan yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi

    arteri koroner yang disebabkan emboli koroner, abnormalitas kongenital,

    spasme arteri koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.

    Miokard infark Tanpa elevasi ST (NSTEMI)

    Angina pektoris tidak stabil (unstable angina = UA) dan NSTEMI

    merupakan suatu kesinambungn dengan kemiripan patofisiologi dan

    gambaran klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaannya tidakberbeda. Diagnosa NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi

    klinis UA menunjukkan bukti addanya nekrosis berupa peningkatan enzim

    enzim jantung.

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    26/37

    2.6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

    Dokter harus memilih pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan

    terhadap penderita untuk mencapai keterpatan diagnostik yang maksimal

    dengan risiko dan biaya yang seminimal mungkin.

    Tabel 2.2 Cara-cara Diagnostik

    No. Cara Diagnostik

    1. Anamnesis

    2. Pemeriksaan Fisik

    3. Laboratorium

    4. Rontgen

    5. Pemeriksaan jantung non invasive

    EKG istirahat Uji latihan jasmani (treadmill)

    Uji latih jasmani kombinasi pencitraan:

    Uji latih jasmani ekokardiografi (Stress Eko)

    Uji latih jasmani Scintigrafi Perfusi Miokard

    Uji latih jasmani farmakologik kombinasi Teknik Imaging

    Ekokardiografi istirahat

    Monitoring EKG ambulatoar

    Teknik non invasive penentuan klasifikasi koroner dan anatomi

    koroner (Computed Tomography; Magnetic Resonanse

    Arteriografi)6. Pemeriksaan invasive menentukan anatomi koroner

    Arteriografi koroner

    Ultrasound Intra Vaskuler (IVUS)

    1. Angina Pektoris Stabil (Dekresendo Angina)

    a. Typical Angina, tiga kriteria berikut:

    1) Substernal chest discomfort

    2) Onset meningkat dengan exercise dan emosi

    3) Berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin (dapat

    diprediksi)

    b. Atypical Angina: Jika terdapat 2 dari 3 hal di atas

    c. Non-cardiac Chest pain: Hanya 1 dari 3 kriteria di atas

    d. Treadmill test

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    27/37

    Gambar 2.2 Faktor Pencetus Angina Pektoris

    2. Angina Pecktoris Tidak Stabil (Kresendo Angina)

    a. Peningkatan derajat dan durasi angina

    b. Muncul ketika istirahat atau aktifitas ringan

    c. Nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin

    dan tidak dapat diprediksi.

    3. Miokard Infark

    a. Nyeri dada iskemik

    b. Perubahan EKG

    c. Peningkatan Enzim Jantung

    Gambar 2.3 Gambaran EKG pada STEMI dan NSTEMI

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    28/37

    Gambar 2.4 Perbedaan Angina Pektoris Tidak Stabil, NSTEMI dan STEMI

    Gambar 2.5 Gambaran EKG Penyakit Jantung Koroner

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    29/37

    Gambar 2.6 Evolusi/Pola Perubahan EKG pada STEMI

    Tabel 2.3 Lokasi Infark Berdasarkan Lokasi Perubahan EKG

    Lokasi Lead / Sandapan

    Anterior V1-V4

    Anteroseptal V1-V3

    Anterior Ekstensif V1-V6

    Posterior V1-V2

    Lateral I, avL, V5-V6

    Inferior II, III, avFVentrikel kanan V4R-V5R

    2.7. Pengobatan

    Tujuan pengobatan

    1. Memperbaiki prognosis dengan cara mencegah infark miokard dan

    kematian. Upaya yang dilakukan adalah bagaimana mengurangi

    terjadinya trombotik akut dan disfungsi ventrikel kiri. Tujuan ini dapat

    dicapai dengan modifikasi gaya hidup ataupun intervensi famakologik

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    30/37

    yang akan mengurangi progresif plak, menstabilkan plak, dengan

    mengurangi inflamasi dan memperbaiki fungsi endotel, dan mencegah

    thrombosis bila terjadi disfungsi endotel atau pecahnya plak. Obat yang

    digunakan; obat antitrombotik; aspirin dosis rendah, antagonis reseptor

    ADP (thienopyridin) yaitu clopidogrel dan ticlopidine; obat penurun

    kolesterol (statin); ACE-Inhibitor; Beta-blocker; Calcium channel

    blockers (CCBs)

    2. Untuk memperbaiki gejala dan iskemi; obat yang digunakan yaitu nitra

    kerja jangka pendek dan jangka panjang, Beta-blocker, CCBs.

    Tatalaksana Umum

    Kepada pasien yang menderita PJK maupun keluarga, perlu diterangkan

    tentang perjalanan penyakit, pilihan obat yang tersedia. Pasien perlu

    diyakinkan bahwa kebanyakan kasus angina dapat mengalami perbaikan

    dengan pengobatan dan modifikasi gaya hidup sehingga kualitas hidup lebih

    baik. Kelainan penyerta seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dll., perlu

    ditangani secara baik.

    Cara pengobatan PJK yaitu; (1) Pengobatan farmakologis; (2)

    revaskularisasi miokard. Selain cara tersebut, tetap diperlukan modifikasi

    gaya hidup dan mengatasi faktor penyeban agar progresi penyakit dapat

    dihambat.

    A. Pengobatan Farmakologis

    1. Aspirin dosis rendah

    Aspirin merupakan obat utama untuk pencegahan thrombosis. Meta-

    analisis menunjukkan bahwa dosis 75-150 mg sama efektivitasnyadibandingkan dengan dosis yang lebih besar. Karena itu aspirin

    disarankan diberi pada semua pasien PJK kecuali bila ditemui

    kontraindikasi. Selain itu aspirin juga disarankan diberi jangka lama

    namun perlu diperhatikan efek samping iritasi gastrointestinal dan

    perdarahan, dan alergi. Cardioaspirin memberikan efek samping yang

    lebih minimal dibandingkan aspirin lainnya.

    2. Thienopyridine Clopidogrel dan Ticlopidine

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    31/37

    Merupakan antagonis ADP dan menghambat agregasi trombosit.

    Clopidogrel lebih diindikasikan pada penderita dengan resistensi atau

    intoleransi terhadap aspirin.

    3. Obat penurun kolesterol

    Pengobatan dengan statin digunakan untuk mengurangi risiko baik

    pada prevensi primer maupun prevensi sekunder. Statin dapat

    menurunkan komplikasi sebesar 39% (Heart Protection Study),

    ASCOTT-LLA atorvastatin untuk prevensi primer PJK pada pasca-

    hipertensi.

    Statin selain sebagai penurun kolesterol, juga mempunyai mekanisme

    lain (pleiotropic effect) yang dapat berperan sebagai anti inflamasi,

    anti trombotik dll.

    4. ACE-inhibitor/ARB

    Peranan ACE-1 sebagai kardioproteksi untuk prevensi sekundet pada

    pasien dengan PJK telah dibuktikan dari berbagai studi. Bila

    intoleransi terhadap ACE-I dapat diganti dengan ARB.

    5. Nitrat

    Nitrat mempunyai efek venodilator sehingga preload miokard dan

    volume akhir bilik kiri dapat menurun sehingga dengan demikian

    konsumsi oksigen miokard juga akan menurun. Nitrat juga melebarkan

    pembuluh darah normal dan yang mengalami aterosklerotik.

    Menaikkan aliran darah kolateral, dan menghambat agregasi trombosit.

    Bila serangan angina tidak respon dengan nitrat jangka pendek, maka

    harus diwaspadai adanya infark miokard. Efek samping obat ini adalah

    sakit kepala danflushing.6. Penyekat

    Penyekat menghambat efek katekolamin pada sirkulasi dan reseptor

    -1 yang dapat menyebabkan penurunan konsumsi oksigen miokard.

    Pemberian penyekat dilakukan dengan target denyut jantung 50-60

    per menit. Kontraindikasi terpenting pemberian penyekat adalh

    riwayat asma bronchial, serta disfungsi bilik kiri akut.

    7. Antagonis kalsium

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    32/37

    Antagonis kalsium mempunyai efek vasodilatasi. Antagonis kalsium

    dapat mengurangi keluhan pada pasien yang mendapat nitrat atau

    penyekat ; selain itu beguna pula pada pasien yang mempunyai

    kontraiindikasi penggunaan penyekat , antagonis kalsium tidak

    disarankan bila terdapat penurunan fungsi bilik kiri atau gangguan

    konduksi atrioventrikel.

    B. Revaskularisi Miokard

    Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil yang

    disebabkan aterosklerotik koroner yaitu tindakan revaskularisasi

    pembedahan, bedah pintas koroner (coronary artery bypass

    surgery=CABG), dan tindakan intervensi perkutan (perkutaneous coronary

    intervention=PCI)

    Tujuan revaskularisi adalah meningkatkan survival atau mencegah infark

    ataupun untuk menghilangkan gejala, tindakan yang dipilih tergantung

    risiko dan kelihan pasien.

    Indikasi untuk revaskularisasi

    Secara umum, pasien yang memiliki indikasi untuk dilakukan

    arteriography koroner dan tindakan kateterisasi menunjukkan

    penyempitan arteri koroner adalah indikasi yang potensial untuk dilakukan

    tindakan revaskularisasi miokard. Selain itu, tindakan revaskularisasi

    dilakukan pada pasien, jika :

    a. Pengobatan tidak berhasil mengontrol keluhan pasien;

    b. Hasil uji non-invasif menunjukkan adanya risiko miokard;

    c. Dijumpai risiko tinggi untuk kejadian dan kematian;

    d. Pasien lebih memilih tindakan intervensi disbanding denganpengobatan biasa dan sepenuhnya mengerti akan risiko dari

    pengobatan yang diberiak kepada mereka.

    2.8. Komplikasi

    Komplikasi tertinggi akut infark adalah aritmia, aritmia yang sering

    memberikan komplikasi adalah ventrikel vibrilasi. Ventrikel vibrilasi 95%

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    33/37

    meninggal sebelum sampai rumah sakit. Komplikasi lain meliputi disfungsi

    ventrikel kiri/gagal jantung dan hipotensi/syok kardiogenik.

    2.9. Prognosis

    Prognosis pada penyakit jantung koroner tergantung dari beberapa hal yaitu:

    1. Wilayah yang terkena oklusi

    2. Sirkulasi kolateral

    3. Durasi atau waktu oklusi

    4. Oklusi total atau parsial

    5. Kebutuhan oksigen miokard

    Berikut prognosis pada penyakit jantung koroner:

    1. 25% meninggal sebelum sampai ke rumah sakit

    2. Total mortalitas 15-30%

    3. Mortalitas pada usia < 50 tahun 10-20%

    4. Mortalitas usia > 50 tahun sekitar 20%

    2.10. Pencegahan

    Pencegahan pada PJK dapat berupa pencegahan primer; pencegahan

    sekunder dan intervensi terhadap faktor resiko.

    Tabel 2.4 Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskuler dan Stroke Berdasarkan

    Faktor Resiko

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    34/37

    Tabel 2.5 Intervensi Faktor Resiko

    Tabel 2.6 Pencegahan Sekunder PJK dan Penyakit Jantung Vaskuler Lainnya

    Menurut ACC/AHA 2006

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    35/37

    BAB III

    KESIMPULAN

    Penyakit jantung koroner merupakan kelainan miokardium akibat

    insufisiensi aliran darah koroner oleh aterosklerosis yang merupakan proses

    degeneratif. Penyebab PJK adalah terjadinya penyempitan aliran darah ke otot

    jantung yang terjadi akibat penebalan lapisan tunika intima dan rupturnya plak

    yang diikuti oleh pembentukan thrombus.

    Pengobatan PJK yaitu; pengobatan farmakologis, tindakan intervensi

    kardiologi dan pembedahan.

    Kejadian PJK karena adanya faktor resiko antara lain hipertensi,

    dislipidemia, gaya hidup yang kurang aktifitas, diabetes, riwayat PJK pada

    keluarga, merokok, konsumsi alkohol. PJK dapat dicegah dengan melakukan pola

    hidup sehat dan menghindari faktor-faktor resiko tersebut.

  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    36/37

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Majid, 2007. Penyakit Jantung Koroner, Patofisiologi, Pencegahan dan

    Pengobatan Terkini. Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

    Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 bagian 1. EGC,

    Jakarta, Indonesia.

    S. Snell R. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. EGC,Jakarta, Indonesia.

    Staf Pengajar FK UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa. Jakarta,Indonesia.

    Price SA, Wilson LM., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,

    Edisi ke 6, Volume 2, EGC, Jakarta, Indonesia.

    Ganong, 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta, Indonesia.

    Mansjoer. A., 2000. Kapita Selekta. Jilid 1, Media Auskulapius, Jakarta, Indonesia.

    Jennifer L. Baker, Lina W. Olsen and Thorkild LA. Sorensen. Childhood body-mass

    index and The Risk of Coronary Heart Disease in Adulthood. The New England

    Journal of Medicin, December, 2007.

    Murray RK. Dkk., 2003. Biokimia Harper, Edisi 24, EGC, Jakarta, Indonesia.Neal, M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis. Edisi 5. Erlangga. Jakarta,

    Indonesia.

    Cristoper. C., 2010. The Experiences of Coronary Heart Disease Patient:

    Biopsychosocial Perspective. http://www.waset.org/journals/ijpbs/v2/v2-4-

    31.pdf. Diakses tanggal 4 April 2012.

    http://www.waset.org/journals/ijpbs/v2/v2-4-31.pdfhttp://www.waset.org/journals/ijpbs/v2/v2-4-31.pdfhttp://www.waset.org/journals/ijpbs/v2/v2-4-31.pdfhttp://www.waset.org/journals/ijpbs/v2/v2-4-31.pdf
  • 7/30/2019 RefratPJK shinta

    37/37

    Shivaramakrishna. 2010. Risk Factors of Coronary Heart Disease amonk BankEmployees of Belgaum City- Cross-Sectional Study.

    http://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun-2010/AJMS.3.2.152-

    159.pdf. Diakses tanggal 4 April 2012.

    Yuet Wai Kan. 2000. Adeno-associated Viral Vector-mediated Vascular Endothelial

    Growth Factor in Ischemic Heart. http://www.pnas.org/content/97/25/13801/full.pdf.Diakses tanggal 4 April 2012.

    Ekinci, 2010. Getting to the heart of Things.

    http://www.siemens.com/press/pool/de/event/healthcare/2010-08-

    esc/heart_failure_expert_june2010.pdf. Diakses tanggal 4 April 2012.

    http://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun-2010/AJMS.3.2.152-159.pdfhttp://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun-2010/AJMS.3.2.152-159.pdfhttp://www.pnas.org/content/97/25/13801/full.pdfhttp://www.siemens.com/press/pool/de/event/healthcare/2010-08-esc/heart_failure_expert_june2010.pdfhttp://www.siemens.com/press/pool/de/event/healthcare/2010-08-esc/heart_failure_expert_june2010.pdfhttp://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun-2010/AJMS.3.2.152-159.pdfhttp://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun-2010/AJMS.3.2.152-159.pdfhttp://www.pnas.org/content/97/25/13801/full.pdfhttp://www.siemens.com/press/pool/de/event/healthcare/2010-08-esc/heart_failure_expert_june2010.pdfhttp://www.siemens.com/press/pool/de/event/healthcare/2010-08-esc/heart_failure_expert_june2010.pdf