46
BAB I PENDAHULUAN Transportasi pasien kritis merupakan salah satu bidang penting di ilmu kedokteran kegawatdaruratan (emergency medicine). Banyak masalah potensial dapat dicegah dengan mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transport dilakukan. Walaupun berbagai usaha meminimalisasi komplikasi sudah dilakukan, jalan menuju penanganan yang sempurna masih panjang. 1 Tempat yang paling aman untuk pasien kritis adalah intensive care unit (ICU), yang terhubung oleh ventilator canggih dengan berbagai pompa infus yang berjalan perlahan, dimonitoring peralatan yang sudah dipasang dan ada perawat untuk merawat pasien. Pasien berada dalam lingkungan yang terkontrol. Namun, akan ada beberapa situasi di mana pasien harus dipindahkan ke ruang pemeriksaan radiologi, ruang operasi, bahkan ke rumah sakit lain. 1 Ada tiga jenis transportasi, Transportasi utama: dari lokasi kejadian ke fasilitas medis. Transportasi sekunder (Inter-rumah sakit): Pasien dipindahkan antara dua rumah sakit, biasanya untuk peningkatan tingkat perawatan medis yang tidak tersedia secara lokal. 1

referat tansports lilis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

l

Citation preview

Page 1: referat tansports lilis

BAB I

PENDAHULUAN

Transportasi pasien kritis merupakan salah satu bidang penting di ilmu

kedokteran kegawatdaruratan (emergency medicine). Banyak masalah potensial dapat

dicegah dengan mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transport dilakukan.

Walaupun berbagai usaha meminimalisasi komplikasi sudah dilakukan, jalan menuju

penanganan yang sempurna masih panjang.1

Tempat yang paling aman untuk pasien kritis adalah intensive care unit (ICU),

yang terhubung oleh ventilator canggih dengan berbagai pompa infus yang berjalan

perlahan, dimonitoring peralatan yang sudah dipasang dan ada perawat untuk

merawat pasien. Pasien berada dalam lingkungan yang terkontrol. Namun, akan ada

beberapa situasi di mana pasien harus dipindahkan ke ruang pemeriksaan radiologi,

ruang operasi, bahkan ke rumah sakit lain.1

Ada tiga jenis transportasi, Transportasi utama: dari lokasi kejadian ke

fasilitas medis. Transportasi sekunder (Inter-rumah sakit): Pasien dipindahkan antara

dua rumah sakit, biasanya untuk peningkatan tingkat perawatan medis yang tidak

tersedia secara lokal. Transportasi Intrahospital: Pasien dipindahkan dalam rumah

sakit atau kampus untuk penyelidikan atau perawatan yang tidak tersedia di

lingkungan atau lokasi perawatan intensif. (misalnya CT scan).2

Transportasi primer dan sekunder pasien kritis saling melengkapi satu sama

lain. Perkembangan sering terjadi, pengalaman berikut dalam konflik besar. The

Knights of St John Perang Salib di abad ke-11 menerima pelatihan dari dokter Arab

dan Yunani. Mereka bertindak sebagai pembantu untuk tentara di titik cedera dan

kemudian membawanya ke titik pengobatan. Baron Dominique Jean Larrey,

Napoleon ahli bedah-in-chief, dikreditkan dengan pertama terorganisir layanan

ambulans, petugas medis mengambil ke medan perang dengan tentara Perancis.

Sampai saat ini, ambulans masih tidak dirancang untuk kenyamanan pasien.

1

Page 2: referat tansports lilis

Di Vietnam 90% dari rumah sakit korban perang AS dievakuasi dengan

helikopter. Sistem di Amerika Utara adalah yang pertama untuk meresmikan

pengaturan ini di tahun 1950. Sejak itu mentransfer tim dan layanan 'pencarian' telah

diperkenalkan di banyak rumah sakit besar dan sistem kesehatan di seluruh dunia,

termasuk Afrika dan Asia Tenggara.

Pemindahan mungkin dapat meningkatkan risiko yang tidak diduga dan efek

samping dengan terputusnya hubungan dengan perlengkapan selama di ICU,

pergerakan ke lain bed dan berkurangnya perhatian dari orang sekitar.1

Pemindahan pasien dapat berefek pada beberapa sistem organ, yang mungkin

berhubungan dengan pergerakan pasien seperti dislokasi peralatan, drips, atau yang

disebabkan oleh malfungsi peralatan lain. Efek pada sistem organ tersebut antara lain

aritmia (84%) pada pasien dengan gangguan jantung, di mana memerlukan terapi

emergensi pada 44% kasus. Hipotensi dan aritmia sering terjadi pada pasien yang

menggunakan ventilator. Komplikasi pada system respirasi adalah perubahan

frekuensi napas, penurunan PaO2. Pasien dengan cedera kepala dapat mengalami

hipotensi, hipoksia, dan peningkatan tekanan intrakranial.1

Peralatan yang berhubungan dengan komplikasi yaitu diskoneksi lead EKG,

monitor mati, diskoneksi jalur intravena/intraarteri atau dari ventilator. Untuk

mencegah komplikasikomplikasi tersebut, beberapa guideline transportasi pasien

kritis telah dibuat oleh beberapa perkumpulan critical care. Berikut akan dipaparkan

guideline yang hanya memerlukan cara sederhana untuk menangani transportasi

pasien kritis.2

2

Page 3: referat tansports lilis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Transportasi Pasien Kritis

Pasien kritis adalah pasien yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki

kemampuan fisiologis sama sekali. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan

penanggulangan pasien kritis adalah faktor transportasi. Transportasi pasien kritis

merupakan sebuah masalah, karena perubahan fisiologis selama transportasi dapat

mengancam kelangsungan hidup pasien. Sehingga proses tersebut memerlukan

persiapan yang matang dan perhatian yang ketat. Meskipun telah tersedia pedoman

yang jelas, namun hal tersebut seringkali diabaikan. Hal yang harus diperhatikan

dalam transportasi pasien kritis meliputi :

A. Perencanan

B. Personil

C. Peralatan

D. Prosedur

E. Jalan

Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans

hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit. Langkah-langkah yang harus

diperhatikan :

1. Decision

Keputusan untuk mentransportasi pasien pada kondisi serius adalah sebuah

tindakan medis. Karena itu, tanggung jawab dimiliki oleh dokter yang mengirim

pasien, dan kepala tim.

2. Planning

Perencanaan meliputi pemilihan tujuan, mengevaluasi jarak dan waktu,

3

Page 4: referat tansports lilis

pemilihan jalur transport melalui darat atau udara. Jika jarak melebihi 150 km,

transport udara lebih baik. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan

metode monitoring dan alat monitoring, prediksi ikemungkinan komplikasi,

pemilihan instrumen terapi umum dan khusus, pemilihan tim transport (sesuai

dengan ketersediaan tenaga dan karakteristik pasien)

3. Implementasi

Tahap implementasi adalah bertugasnya tim transport yang dipilih dan tanggung

jawab tehnik dan legal baru selesai ketika pasien sudah sampai kepada tim medik

tempat tujuan atau pada kedatangan ke tempat semula (ketika transport bertujuan

untuk memenuhi prosedur diagnostik/teraputik) Transport intrahospital pasien

kritis.2

2.2. Kategori Transportasi Pasien Kritis

Transportasi pasien kritis meliputi transportasi di dalam rumah sakit

(intramural) dan di luar rumah sakit (ekstramural). Transportasi pasien intramural

biasanya merupakan pemindahan pasien kritis dari ruang perawatan umum, Unit

Gawat Darurat (UGD) atau dari ruang operasi ke Intensif Care Unit (ICU) untuk

keperluan pemantauan dan intervensi secara intensif. Transportasi intramural pasien

kritis juga biasa dilakukan dari ICU ke ruang lain dengan tujuan untuk keperluan

diagnosis (X-Rays, MRI, CT Scan, dll) atau untuk keperluan pengobatan (ruang

operasi).Transportasi pasien ekstramural contohnya adalah transportasi pasien kritis

dari tempat kecelakaan atau kejadian perkara menuju ke pos kesehatan pertama atau

Rumah Sakit pertama (prehospital), berikutnya dapat juga dilakukan transportasi

antar Rumah Sakit (interhospital) baik itu transportasi antar Rumah Sakit di dalam

negri maupun internasional. Prinsip utama dalam transportasi paisen kritis adalah

jangan membuat penyakit atau cedera pasien menjadi semakin parah (Do not furter

harm).

4

Page 5: referat tansports lilis

2.3. Transportasi Pasien Kritis Di Dalam Rumah Sakit (Intramural)

A. Perencanaan

Tahap perencanaan adalah merumuskan sebuah protokol transportasi pasien

kritis. Protokol perencanaan transportasi pasien kritis di dalam Rumah

Sakitmeliputi :

1. Perawatan pasien

Perawatan pasien kritis selama dalam proses transportasi harus

diusahakan sama dengan perawatan pasien di dalam ICU atau sekurang-

kurangnya sama dengan perawatan pasien di ruang perawatan umum.

2. Waktu

Waktu yang dibutuhkan dalam prosestransportasipasien harus sudah

ditentukan terlebih dahulu.

3. Rute

Rute transportasi yang paling cepat dan aman harus sudah ditentukan

sebelum proses transportasi.

4. Komunikasi

Sangat penting untuk berkomunikasi terlebih dahulu dengan tim medis

di ruangan yang akan dituju. Perlu dijelaskan kondisi pasien dan

perkiraan waktu sampai di tempat tujuan supaya ruangan yang dituju

sudah siap menerima pasien dan telah mempersiapkan segala keperluan

bagi pasien.

B. Personil

Tim medis yang ikut dalam proses transportasi pasien sekurang-

kurangnya terdiri dari perawat, petugas penertiban jalandan dokter. Semua

personil harus sudah terlatih dalam melakukan resusitasi (Air way,

Breathing, Circulation)serta prosedur kegawatdaruratan lainnya.

5

Page 6: referat tansports lilis

C. Peralatan

Peralatan yang dibawa pada saat proses transportasi pasien tergantung

pada stabilitas pasien. Pemantauan dasar seperti EKG denyut jantung dan

tekanan darah diperlukan oleh semua pasien kritis. Pemantauan respirasi,

pulse oximetry, defribrilator, tabung oksigen dan suction harus tersedia bagi

pasien yang menggunakan ventilator atau pasien yang tidak stabil. Ventilator

portabel memberikan ventilasi yang lebih baik dibandingkan dengan

ventilasi secara manual. Selain itu peralatan untuk resusitasi manual harus

disiapkan dan disimpan dalam satu tas khusus. Obat-obatan untuk keadaan

darurat seperti analgesik, sedatif, dan relaksan otot serta obat-obatan yang

diindikasikan untuk pasien tersebut harus tersedia. Baterai cadangan untuk

peralatan dengan tenaga listrik harus tersedia. Semua peralatan harus mudah

diakses dan dapat secara rutin dikontrol. Rekam medis pasien juga harus

disertakan ketika pasien dipindahkan.

D. Prosedur

Persiapan pasien yang akan dipindahkan tidak boleh mengabaikan

perawatan dan pengobatan dasar. Sebelum pasien dipindahkan, tim medisdi

ruangan yang akan dituju harus sudah diberitahu mengenai waktu

kedatangan dan kondisi pasien secara umum. Sehingga semua peralatan

yang dibutuhkan oleh pasien di ruangan yang dituju telah siap untuk

dipergunakan ketika pasien datang. Pasien yang akan dikirim harus sudah

dipersiapkan (misalnya pemberian relaksan otot atau sedatif secara bolus,

mengganti cairan atau darah yang kosong, dan memastikan obat inotropik

telah diberikan melalui infus). Status pasien juga harus diperiksa terlebih

dahulu sebelum dipindahkan. Pemeriksaan status pasien meliputi :

a. Patensi jalan nafas

b. Ventilasi

c. Drainase (urin bag, WSD jika terpasang)

6

Page 7: referat tansports lilis

d. IV line

e. Vital sign

E. Jalan (passage)

Tempat tidur pasien dan semua alat yang terhubung dengan pasien

harus dapat masuk dan melewati semua pintu selama proses transportasi.

Apabila tempat tidur tidak dapat sampai ditempat yang dituju, maka pasien

dipindahkan ke tempat tidur yang lebih kecil. Pada saat melakukan

transportasi pasien ke tempat tidur lain petugas harus lebih berhati-hati untuk

menghindari cedera pada pasien. Semua orang yang ikut mengantar pasien

sebaiknya tidak menghalangi jalan dan tidak menghambat proses

transportasi. Pada proses transportasi, fiksasi pasien perlu dilakukan, hal ini

untuk menjaga keselamatan pasien. Kekencangan fiksasi harus dapat

menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlau kencang karena dapat

mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan dapat mengakibatkan nyeri.

Keadaan pasien harus dimonitor secara berkala. Beberapa perubahan pada

kondisi pasien yang tidak menguntungkan atau keadaan kritis harus dicatat

selama perjalanan.

2.4. Transportasi Pasien Kritis Di Luar Rumah Sakit (Extramural)

A. Transportasi primer (tempat kejadian ke RS Daerah)

Pasien yang datang berobat ke POS layanan Kesehatan atau Rumah

Sakit Daerah, sebagian besar merupakan korban cedera akibat kecelakaan/

bencana alam. Rumah Sakit Daerah harus memiliki tim medis yang mampu

menangani kobran kecelakan/ bencana alam. Pengobatan terhadap korban

kecelakaan/ bencana alam merupakan hal dasar yang perlu dikuasai.

Sebelum melakukan transportasi/ merujuk pasien ke Rumah Sakit Pusat, tim

medis perlu melakukan triase, resusitasi dan perawatan terlebih dahulu.

7

Page 8: referat tansports lilis

B. Transportasi sekunder (antar rumah sakit)

Transportasi sekunder merupakan transportasi pasien dari Rumah Sakit

Daerah atau Kabupaten ke Rumah Sakit Pusat yang lebih besar atau ke Rumah Sakit

dengan spesialisasi khusus (misalnya neonatus, obstetri, ortopedi).

C. Transportasi pasien jarak jauh ( Tingkat Internasional)

Transportasi pasien jarak jauh adalah transportasi dengan jarak lebih dari

3000km. Pesawat yang paling sering digunakan untuk transportasi pasien kritis jarak

jauh adalah pesawat jetyang biasanyadigunakan untuk penerbangankomersial.

Petugas medis, pasien dan peralatan medis membutuhkan sekitar 15 kursi

penumpang. Pasien yang akan melakukan perjalanan harus distabilkan kondisinya

terlebih dahulu. Persyaratan mengenai keimigrasian, akomodasi selama perjalanan

dan status hukum petugas serta obat-obatan harus terlebih dahulu dipersiapkan.

D. Protokoltransportasi pasien kritisextrahospital (ekstramural)

1. Persiapan

Koordinasi dan komunikasi yang baik antara tim evakuasi di tempat

kejadian dan tim medis di Rumah Sakit yang dituju adalah hal yang sangat

penting. Komunikasi yang buruk akan menyebabkan hambatan dalam

penyampaian informasi. Akibat dari hal tersebut tim medis di Rumah Sakit

yang akan dituju kurang memahami kondisi pasien yang akan mereka

terimasehinggapersiapan yang dilakukan untuk menerima pasien pun

menjadi tidak adekuat.

2. Personil

Tim medis yang ikut dalam transportasi pasien kritis harus memiliki

ketrampilan diagnostik dan resusitasi. Lebih dianjurkan untuk memilih

personil tim medis yang memili sertifikat Advanced trauma life support

(ATLS) dan emergency management of severe trauma (EMST). Mabuk

perjalanan, obstruksi tuba eustachius atau gangguan lainnya mungkin dapat

8

Page 9: referat tansports lilis

dialami oleh pasien maupun tim medis.Sebaiknya tidak mengikutsertakan

personil tim medis yang sangat sensitif terhadap gerakan (mabuk

perjalanan).

3. Peralatan

Peralatan medis harus berada di samping tempat tidur pasien selama

prosestransportasi. Paket medis seharusnya tidak lebih dari 40kg.

Perlengkapan seperti sarung tangan, pelindung mata, pelindung dari benda

tajam dibutuhkan oleh tim medis untuk mencegah terinfeksi oleh penyakit.

Peralatan yang harus tersedia meliputi :

a. Peralatan hemodinamik

1) Kombinasi antara monitor EKG dan defibrillator

2) Pulse Oksimetry digunakan untuk mengukur SaO2 dan nadi secara

non ivasif

3) Manset spigmomanometer untuk mengukur tekanan darah. Tampilan

pada layar monitor mungkin akan sulit dibaca pada saat perjalanan

transportasi pasien dan suara dari monitor mungkin juga tidak

terdengar. Pemakaian head sets yang dihubungkan dengan monitor

bisa mengatasi kesulitan dalam membaca dan mendengar suara

monitor. Pengkuran tekanan darah secara auskultasi mungkin juga

akan sulit untuk dilakukan dalam perjalanan. Pengukuran tekanan

darah sistolikyang paling mungkin dilakukan adalah dengan

menggunakan spigmomanometer jarum dan dengan palpasi nadi.

4) Venous cannulae (untuk vena perifer dan vena central), Arterial

cannulae

5) Infus set dan pompa infus

6) Thermometer

9

Page 10: referat tansports lilis

b. Peralatan Respirasi

1) Ventilator lebih diunggulkan daripada ventilasi secara manual.

Ventilator yang sering digunakan pada proses transportasi pasien kritis

adalah ventilator portable.

2) Pipa Orofaring (Gudel)

3) Spirometer

4) Peralatan intubasi (Endo tracheal tube, stylet, forceps magil/arteri,

laringoskop)

5) Perlengkapan suction

6) Peralatan cricotirotomi dan pipa trakeostomi

7) Laringeal Mask Airway (LMA)

8) Pleural drainage

9) Nebulizer

c. Perlengkapan gastrointestinal

Nasogastric tube (NGT) dan Drainage bagmeminimalkan

terperangkapnya gas didalam abdomen (distensi lambung)

d. Perlengkapan urinary

Kateter Urin dan Urine bag (mengontrol jumlah urin yang dikeluarkan)

e. Obat-obatan

1) Sirkulasi (Inotropik, β bloker, atropine, neostigmin, antiaritmia,

vasodilator)

2) Diuretik

3) Antibiotik

4) Koagulasi (Heparin, Vit K, agen trombolitik)

5) Bronkodilator

6) Sistem saraf (opioid, antikonvulsan, sedatif, neuromuscular bloker,

antiemetik, obat lokal anestesi agent, obat general anestesi).

7) Beberapa obat yang harus tersedia bersamaan dengan tim yang

mengadakan pemindahan pasien, yaitu:

10

Page 11: referat tansports lilis

- Adenosin - Adrenalin

- Alfentanil - Aminophylin

- Amiodaron - Atropin

- Sodium Bicarbonat - Captopril

- Cefotaxim - Dexamethason

- Diazepam - Digoxin

- Isosorbide Dinitrat - Dobutamin

- Dopamin - Etomidat

- Phenobarbital - Flumazenil

- Furosemide - Calcium Gluconat

- Heparin - Hydralazine

- Hydrate Chloral - Actrapid Insulin

- Isoprenalin - Mannitol

- Methylprednisolone - Midazolam

- Morphine - Naloxone

- Noradrenaline - Paracetamol

- Propofol - Salbutamol

- Succinylcholine - Nifedipine

- Magnesium Sulphate - Thiopental Sodium

- Vecuronium Bromide - Verapamil

- Labetalol hydrochloride

- 2% Lignocaine (+gel and spray)

- Nitroglycerine atau Glyceryl Trinitrate5.

f. Cairan dan produk darah

1) NaCl 0,9%, dextrose 5%, RL, HES

2) PRC, albumin, faktor pembekuan darah, trombosit

g. Nutrisi

11

Page 12: referat tansports lilis

h. Peralatan untuk memantau biokimia tubuh meliputi alat pengukur gula

darah, Hemoglobin, Na+, K+, Cl-, urea, creatinin, bilirubin, kolestrol dan

enzim hati.

Monitoring selama transport

Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level 1=wajib,level

2=Rekomendasi kuat, level 3=ideal

Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1)

Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi , respiratory rate (level 1

pada pasien pediatri, Level 2 pada pasien lain)

Pada pasien-pasien tertentu:

Kapnografy (level 2)

Pengukuran tekanan darah secara kontiniu (Level 3)

Pengukuran tekanan arteri pulmonalis (Level 3)

Pengukuran tekanan intracranial (Level 3)

Pengukuran tekanan vena sentral (Level 3)

Pengukuran tekanan saluran jalan nafas pada pasien dengan alat bantu

nafas mekanis Level 3)4

4. Prosedur

Prosedur pertama adalah penilaian pasien di tempat, selanjutnya

diikuti dengan resusitasi A, B, C (air way, breathing dan circulatory),

ditambah koreksi terhadap gangguan suhu tubuh dan biokimia. Pipa

endotrakeal seharusnya sudah terpasang sebelum transportasi dilakukan,

karena akan sangat sulit memasang pipa endotrakeal dalam perjalanan apabila

tiba-tiba kondisi pasien memburuk.

Data penting seperti analisa gas darah dan Foto Rontgen harus

didapatkan sebelum keberangkatan. Dalam proses transportasi apabila pasien

12

Page 13: referat tansports lilis

berpotensi menjadi gelisah atau meronta-ronta maka dapat diberikan sedasi

atau difiksasi.

Pada beberapa pasien yang dipindahkan, kadang sudah terpasang

Water sealed drainage (WSD). Pemasangan WSD dapat menyebabkan

tension pneumothorak pada pasien dengan fistula bronkopleural.

Pemasangan IV line sebaiknya jauh dari persendian. Obat-obatan yang

akan dimasukan secara bolus atau drip sebaiknya dipersiapkan dan diberi

label. Apabila nutrisi secara parenteral dihentikan, maka hipoglikemia harus

dicegah dengan pemberian glukosa 10% dan glukosa darah harus terus

dipantau. Pompa infus dapat mengontrol pemberian obat dan cairan secara

lebih baik selama dalam perjalanan transportasi pasien.

Posisikan dan amankan kedudukan pasien didalam kendaraan.

Perubahan posisi di dalam pesawat atau ambulance dapat dilakukan tetapi

harus sesuai dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pasien tidak sadar yang

tidak memiliki potensi cedera spinal dapat dimiringkan kesebelah kiri untuk

menjaga terbukanya jalan nafas. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai

dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap

diimobilasasi dengan spinal board.

5. Jalan

Fasilitas transportasi darat maupun udara harus memenuhi persyaratan,

diantaranya adalah:

a. Aman

b. Tidak terlalu mengakibatkan goncangan

c. Terdapat ruangan yang cukup luas, minimal untuk 1 pasien kritis, TIM

medis dan 1 orang anggota keluarga.

d. Terdapat sumber energi dan gas yang cukup untuk mendukung peralatan

yang dibutuhkan oleh pasien.

e. Pencahayaan, pengaturan suhu dan tekanan yang baik

13

Page 14: referat tansports lilis

f. Memiliki kecepatan yang cukup

g. Memiliki sistem komunikasi yang baik.

Perjalanan darat biasanya digunakan untuk daerah metropolitan, tetapi

jarang digunakan untuk transportasi pasien dari desa ke kota. Perjalanan udara

paling sering digunakan dalam keadaan emergensi. Perjalanan udara dapat

menggunakan helikopter ataupun pesawat terbang. Keuntungan helikopter

adalah dapat mentranspor pasien dengan cepat dan mendarat dekat dengan

tempat kejadian. Helikopter biasa digunakan untuk transportasi pasien dengan

jarak 30-100 km, sedangkan pesawat terbang biasanya untuk transportasi

pasien dengan jarak yang lebih jauh (radius penerbangan 150-1500 km).

2.5. Pemindahan pasien ke rumah sakit pada pasien sakit kritis:

1. Alasan utama untuk memindahkan pasien dengan kondisi serius ke rumah sakit

atau ke tempat lain adalah karena ketidakmampuan mendiagnosis dan sumber

terapi (manusia dan tehnik) di rumah sakit asal.

2. Keputusan untuk memindahkan pasien pada keadaan kritis dilaksanakan setelah

mengevaluasi untung dan rugi pemindahan pasien.

3. Risiko untuk memindahkan pasien terdiri dari dua jenis, yaitu: (1)Risiko medis:

risiko medis yang dimiliki pasien; efek getaran; akselerasi dan deselerasi; dan

perubahan suhu, (2) Risiko perjalanan : risiko getaran.

4. Sehingga untuk meminimalkan risiko pemindahan pasien sangat penting untuk

menstabilkan pasien di rumah sakit asal dan mempersiapkan diagnosis dan terapi

selama perjalanan pemindahan (akses vena, intubasi, dll). Dan penting untuk

menginformasikan kepada pasien ataupun perwakilannya yang resmi tentang fakta

dan dijelaskan tentang situasi, alas an pemindahan, nama rumah sakit rujukan juga

harus diberikan dan persetujuan dari pasien ataupun perwakilannya yang sah.4

14

Page 15: referat tansports lilis

2.6. Koordinasi sebelum pemindahan pasien:

1. Pemindahan pasien harus dilakukan dengan secepatnya.

2. Dokter bertanggungjawab untuk menyediakan semua hal yang diperlukan untuk

pemindahan pasien. Rumah sakit yang dirujuk harus diinformasikan tentang situasi

medis dan prosedur terapi yang diberikan.

3. Pemberitahuan kepada rumah sakit rujukan harus dilakukan bahkan sebelum

pemindahan dilakukan. Informasi yang diberikan harus secara mendetail tentang

individu. Penting juga untuk menyimpan nomor telepon orang yang terlibat dalam

pemindahan pasien.

4. Rekam medis, rekam perawatan, dan diagnosis pasien akan dikirimkan bersama

dengan pasien.4

2.7. Pertimbangan jenis transportasi yang akan digunakan:

Situasi medis pasien yang akan dipindahkan (gawat, darurat, selektif)

Jauhnya jarak pemindahan, waktu pemindahan yang diperlukan

Prosedur medis yang diperlukan selama pemindahan

Ketersediaan staf dan sumber daya

Ramalan cuaca

Dalam keadaan tertentu transportasi udara juga penting untuk diwaspadai terhadap

kemungkinan perubahan fisiologis selama penerbangan.4

2.8. Penjagaan pasien selama pemindahan:

Anggota ambulans

Dokter beserta suster yang sama-sama mampu melakukan CPR dan peralatan

CPR.5

2.9. Pengawasan

15

Page 16: referat tansports lilis

Pengawasan keadaan pasien selama masa pemindahan dengan pencatatan yang

periodik:

EKG (Level 1)

Pulse oxymetry (Level 1)

Pengawasan keadaan pasien selama masa pemindahan dengan pencatatan yang

intermiten:

Pengukuran tekanan darah no ninvasif (Level 1)

Pengukuran frekuensi nadi (Level 1)

Pengukuran frekuaensi nafas (Level 1 pada kasus anak, dan l;evel 2 pada kasus

dewasa)

Pada pasien-pasien tertentu:

Kapnografi (Level 2)

Pengukuran tekanan darah berkelanjutan

Pengukuran tekanan arteri pulmonary

Penjgukuran tekanan interakranial

Pengukuran tekanan intravena secara intermiten

Pengukuran tekanan saluran nafas pada pasien yang diintubasi dan mendapat

bantuan pernafasan mekanik.6

2.10. Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi

Tindakan di bawah ini harus diperhatikan dalam mempersiapkan pasien yang akan

ditransport:

1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh

Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan

di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas

(airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran yang cukup saat

diletakkan di atas usungan.

16

Page 17: referat tansports lilis

2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans

Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah

sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda

usungan brgerak saat ambulans tengah melaju. Kelalaian mengunci alat dengan

sempurna pada kedua ujung usungan bisa berakibat buruk saat ambulans

bergerak.

3. Posisikan dan amankan pasien

Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke

usungan. Bukan berati bahwa pasien harus ditransport dengan posisi seperti itu.

Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan

dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak

memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi)

untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada pasien dengan

kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman

bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan

tungkai dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap

diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien harus diikat erat ke usungan.

4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu

Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans,

sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan

aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi

atau bahkan menyebabkan nyeri.

5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung

Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal

board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan. Ini

dilakukan agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan

memposisikan papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.

6. Melonggarkan pakaian yang ketat

17

Page 18: referat tansports lilis

Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan

sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang

tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan tindakan apapun,

jelaskan dahulu apa yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk

memperbaiki pakaian pasien.

7. Periksa perbannya

Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar ketika

pasien dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan

keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan

hebat dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba.

8. Periksa bidainya

Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke ambulans.

Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya.

Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap

terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal,

fungsi motorik, dan sensasinya

9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien

Bila tidak ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke

rumah sakit, biarkan mereka menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang

pasien- karena dapat mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan mereka

mengunci sabuk pengamannya.

10. Naikkan barang-barang pribadi

Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien lainnya dibawa serta, pastikan

barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah Anda bawa,

pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa. Ikuti polisi dan

isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

11. Tenangkan pasien

Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika dinaikkan ke

ambulans. Tidak hanya karena diikat dengan tali pengaman yang kuat atau

18

Page 19: referat tansports lilis

karena berada dalam ruangan yang sempit, tapi juga karena merasa tiba-tiba

dipisahkan dari anggota keluarga dan teman-temannya. Ucapkan beberapa patah

kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat bahwa

mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien

anak yang ketakutan. Ingatan akan kejadian tabrakan, kebingungan, keributan,

cedera, rasa nyeri, kehilangan orang tua, perawatan atas cedera yang ada, dan

pengumpulan informasi oleh Anda akan menimbulkan kesan pengalaman yang

menakutkan bagi pasien anak. Senyum dan nada suara yang menenangkan adalah

hal yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang paling dibutuhan oleh

pasien anak yang ketakutan. Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans

telah siap diberangkatkan, beri tanda kepada pengemudi untuk memulai

perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini adalah pasien prioritas

tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan

bidai, menenangkan pasien, bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan

dan dilakukan selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda

transportasi pasien ke rumah sakit.7

2.11. Perawatan pasien selama perjalanan

Dokter dan Perawat yang merujuk atau bertugas dalam ambulans minimal

seorang yang terlatih PPGD (Pelatihan Pertolongan Gawat Darurat) atau sudah

mengikutinya. Dalam keadaan ini tugas perawat harus melakukan sejumlah aktivitas

berikut selama dalam perjalanan:

1. Memberi pusat kendali tim telah meninggalkan lokasi kejadian

2. Melanjutkan perawatan medis saat dibutuhkan/ Jika usaha bantuan hidep telah

dimulai sebelum memasukkan pasien di dalam ambulans, maka prosedur tersebut

harus dilanjutkan selama perjalanan di rumah sakit. Melakukan satbilisai

management dengan evaluasi resusitas dugsi vgital, mendokumentasikan

pemeriksaan awakl sampai temuan baru saat dilakukannya pre hospital care.

3. Melakukan pemeriksaan menyeluruh dan memonitor terus perubahan vital sign.

19

Page 20: referat tansports lilis

Prinsip utama dalam penanggulangan penderita gawat darurat adalah jangan

membuat penyakit / cidera penderita menjadi lebih parah (Do not further harm).

Keadaan penderita diharapkan menjadi lebih baik pada setiap tahap penanggulangan,

mulai dari tempat kejadian sampai kerumah sakit yang dapat member therapy

paripurna. Dengan demikian tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa

transportasi merupakan salah satu factor yang menentukan keberhasilan

penanggulangan penderita gawat darurat.

Pelayanan yang optimal saat penanganan pasien di lapangan maupun selama

transport menuju rumah sakit rujukan. Kedua pendapat tersebut yaitu field

stabilization dan scoop and run. Pendapat pertama yakni stay and stabilize atau

stay and play , hal ini mencakup tentang penerapan teknis medis kepada pasien

dengan cara memberikan ALS di lapangan yang mencakup 1. Amankan jalan nafas

dengan intubasi endotrakeal menggunakan rapid sequence induction (RSI)

2.Dekompresi dada 3.Memasang infuse 4.Resusitasi cairan pada pasien hipovolemik.

Tujuan dari tindakan tersebut untuk stabilisasi pasien seperlu mungkin saat di lokasi

kejadian.8

2.12. Prinsip Stabilisasi

Merupakan tindakan yang harus dilakukan terhadap penderita gawat darurat

agar kondisi penderita (ABCDE) tidak semakin buruk atau meninggalkan cacat di

kemudian hari. Didalam penanggulangan penderita trauma, sebelum dilakukan

transportasi maka penderita gawat darurat harus dilakukan stabilisasi agar penderita

selamat selama transportasi sampai ke rumah sakit tujuan dengan kondisi yang stabil

( ABCDE tidak semakin memburuk ). Stabilisasi dilakukan secara optimal sesuai

dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia ditempat kejadian.

Masyarakat awam atau awam khusus diharapkan mampu melakukan :

- Bantuan hidup dasar ( Basic Life Support )

- Mengatasi perdarahan eksternal

20

Page 21: referat tansports lilis

- Memasang pembalut dan bidai

- Memilih sarana transportasi yang sesuai

Apabila yang datang ke tempat kejadian adalah tim gawat darurat (Ambulan

118), maka dapat dilakukan :

- Penilaian assessment sekaligus resusitasi terhadap problem yang mengancam jiwa

penderita ( ABCDE ), misal :

o Mempertahankan kelancaran jalan nafas / airway

o Member therapy oksigen

o Member bantuan ventilasi mekanik

o Mengatasi perdarahan eksterna

o Mengatasi syock

o Apabila tersedia sarana dapat dilakukan resusitasi jantung paru.

o Imobilisasi terhadap penderita trauma dengan memasang servical collar, bidai

atau long spine board sesuai dengan kebutuhan.

- Mencatat informasi seperti waktu kejadian, hal-hal yang berhubungan dengan

kejadian, mekanisme trauma ( pada penderita trauma ), riwayat penyakit /

pengobatan sebelumnya, untuk dilaporkan kepada dokter jaga instalasi / Unit

Gawat Darurat.

- Melakukan transportasi segera tanpa menunda waktu ( respon time )7

2.13. Penunjang

Sarana transportasi

Sarana transportasi untuk penderita gawat darurat dapat berupa kendaraan

darat, laut, udara sesuai dengan medan dimana penderita gawat darurat ditemukan.

Diutamakan memakai kendaraan ambulan, yang dirancang khusus untuk mengangkut

penderita gawat darurat.

Kendaraan ambulan gawat darurat harus memenuhi syarat sbb :

- Kelayakan jalan

21

Page 22: referat tansports lilis

- Kelengkapan perlengkapan non medis: air conditioner, radio komunikasi, roda

cadangan ( mobil ) dsb.

- Kelengkapan perlengkapan medis: tempat tidur penderita, kursi perawat/ dokter,

tabung oksigen, alat-alat resusitasi, alat-alat monitor, cairan infuse, alat kesehatan

habis pakai, obat-obatan emergency, cervical collar, bidai dsb.

- Selain sopir paling tidak harus disertai paramedic dengan kemampuan

penanggulangan penderita gawat darurat. Lebih baik bila disertai dokter.

Respon time

Merupakan waktu yang diperlukan dalam penanggulangan penderita gawat

darurat, baik dari tempat kejadian sampai ke rumah sakit maupun penanggulangan di

rumah sakit itu sendiri. Stabilisasi penderita gawat darurat pada fase pra rumah sakit

harus dilakukan secara optimal sesuai kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia,

tetapi jangan menunda transportasi penderita ke rumah sakit yang sesuai dan terdekat.

Tetap diperhatikan respon time.7

2.14. Konsep Dasar Kesiapan Skill

Tugas dari operasional ambulans yaitu:

1. Early Detection – Anggota masyarakat menemukan kejadian kegawatdaruratan

dan mengetahui permasalahannya.

2. Early Reporting – Saksi mata di lokasi kejadian menghubungi layanan gawat

darurat dan memberikan keterangan yang jelas agar bisa direspon.

3. Early Response – Petugas ambulans datang ke lokasi kejadian secepatnya,

pemberian pertolongan bisa dimulai.

4. Good On Scene Care – Tim ambulans memberikan pertolongan yang memadai

dengan waktu yang tepat di lokasi kejadian.

5. Care in Transit – Tim ambulans menaikkan ke dalam ambulans untuk transport

yang sudah disesuaikan dengan kondisinya. Kemudian melanjutkan tindkan di atas

22

Page 23: referat tansports lilis

ambulans sembari menuju ke rumah sakit rujukan. Rumah sakit yang terdekat dan

memadai.

6. Transfer to Definitive Care – Pasien setelah sampai di tujuan segera dilakukan

timbang terima, baik di unit gawat darurat maupun di ruang praktek dokter.8

2.15. Kualifikasi Kru

Kru ambulans dapat berasal dari beberapa profesi, antara lain:

1. First Responder – Seseorang yang datang pertama kali di lokasi kejadian, tugas

utamnya yaitu memberikan tindakan penyelamatan nyawa seperti CPR (Cardio-

Pulmonary Resuscitation) dan AED (Automated External Defibrillator). Mereka

bisa diberangkatkan oeh pelayanan ambulans, atau kepolisian dan dinas pemadam

kebakaran.

2. Ambulance Driver – Beberapa pusat layanan ambulans mempekerjakan petugas

yang tidak mempunyai kualifikasi medis sama sekali. (atau hanya sertifikat

pertolongan pertama) yang tentu saja hanya mempunyai job mengemudi secara

sederhana untuk mengantar pasien.

3. Ambulance Care Assistant – Mempunyai tingkat pelatihan yang bervariasi, tetapi

petugas ini khusus untuk transport pasien yang menggunakan kursi roda maupun

stretcher ambulans, namun bukan untuk transport pasien kritis. Tergantung pada

penyedia layanan, mereka juga dilatih first aid dan penggunaan AED, terapi

oksigen, atau teknik paliatif. Mereka bisa memberikan tindakan jika unit lain

belum datang, atau jika ada pendampingan dari teknisi yang berkualifikasi atau

seorang paramedik.

4. Emergency Medical Technician – Dikenal juga sebagai Teknisi ambulans. Mereka

mampu memberikan layanan gawat adrurat yang lebih luas seperti defibrilasi,

penanganan trauma spinal, dan terapi oksigen. Beberapa Negara memilahnya

kedalam beberapa tingkat (Amerika menganut EMT-Basic dan EMT-Intermediate)

5. Paramedic – Ini merupakan level atas dari pelatihan medis dan biasanya

mencakup ketrampilan utama yang tidak diperuntukkan bagi teknisi seperti

23

Page 24: referat tansports lilis

pemasangan infuse (dengan kemampuan untuk memberikan obat seperti morfin),

intubasi, dan skill lain seperti krikotirotomi. Tergantung pada hokum yang ada,

paramedik merupakan jabatan yang dilindungi, penyalahgunaan profesi paramedik

dapat diancam hukuman.

6. Emergency Care Practitioner – Jabatan ini terkadang disebut Super Paramedik,

didesain utnuk menjembatani antara pelayanan ambulans dan pelayanan dokter

praktek umum. ECPsudah berkualifikasi sama dengan paramedik yang sudah

menjalani pelatihan lanjut. Ia juga meresepkan obat-obat yang sudah ditentukan.

7. Registered nurse (RN) – Para perawat bisa dilibatkan dalam pelayanan ambulans,

dengan seorang dokter, biasanya mereka ditugaskan pada ambulans udara dan

transport pasien kritis. Sering bekerja juga dengan EMT dan paramedik.

8. Doctor – Para dokter juga ikut dalam pelayanan ambulans, biasanya ambulans

udara. Mereka mempunyai skill yang lebih dan tentu saja bisa menuliskan resep.

Kita harus mengingat bahwa semua kasus yang diderita pasien akan potensial

menimbulkan kegawatdaruratan, pasien bayi baru lahir, anak, dewasa, dan orang tua,

semuanya jika mengalami kegawatdaruratan pasti akan mengerucut pada masalah

kegawatdaruratan Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure9.

2.16. Peralatan AGD

Alat-alat yang digunakan untuk pertolongan di lokasi kejadian meliputi antara

lain tas tangan yang berisi suction portable, airway dan intubasi, cairan infus, obat

resusitasi, portabel defib, backboards.

1. Secara praktis alat-alat tersebut meliputi:

a. Perlindungan diri

Surgical face mask: masker pelindung, Goggle: kaca mata pelindung mukosa

mata dari cairan tubuh pasien, Disposable gown: gaun pelindung sekali pakai,

Disposable gloves: sarung tangan sekali pakai, High visibility waistcoat: rompi

pengaman di lalu lintas pada malam hari

b. Alat Jalan Nafas (airway)

24

Page 25: referat tansports lilis

Suction machine: untuk suction ledir/darah, Head Immobiliser: penyangga

kepala dan leher, Neck Collar: penyangga leher, Guedel airway (OPA): untuk

membuka jalan nafas, Suction tube: selang suction besar/yankeur, Suction

catheter: selang suction kecil.

c. Alat pernafasan (breathing)

Stethoscope: untuk auskultasi, Nebuliser masks: masker yang ada tempat

menaruh obat nebuliser salbutamol, Nasal canula: selang O2 ke hidung, O2

masks: masker O2 untuk pasien, Life Support Product (LSP): O2 tabung kecil

untuk pasien sesak nafas, Entonox: berisi O2&Nitrous oksida untuk

menghilangkan nyeri pasien sementara, O2 cylinder, regulator: suplai oksigen

utama dalam ambulance dilengkapi kunci, humidant+flowmeter: untuk

melembabkan udara dan mengatur jumlah O2 yang diberikan, Ventilator /

Dragger: alat bantu pernafasan,Ambubag (BVM): untuk memberikan bantuan

pernafasan,

d. Alat untuk sirkulasi (circulation)

Sphygmomanometer: untuk memeriksa tekanan darah, Defibrillator: DC Shock

untuk Ventrikel Takikardi & Ventrikel Vibrilasi yang dilengkapi monitor EKG

& pulse oksimeter, Pulse oxymeter: untuk memeriksa saturasi oksigen & nadi,

Defibrilator pads: elektrode besar untuk EKG & memberikan DC Shock, IV

catheter : jarum infuse untuk akses vena perifer.

e. Kesadaran (disability )

Torch/penlight: senter untuk memeriksa pupils, GCS-sheet : lembar untuk

evaluasi Glasgow’s Coma Scale

f. Alat untuk immobilisasi dan fiksasi

Immobiliser Kits: bidai untuk fiksasi fraktur, Fracture Immobiliser: bidai untuk

fraktur, Adhesive tape: plester pelekat, Ambulance dressing: untuk membalut

luka, Cotton wool: kapas gulung, Gauze: kasa pembalut, Crepe bandage: perban

gulung, Body strap: tali berbentuk pita untuk fiksasi pasien, patient safety. Eye

25

Page 26: referat tansports lilis

pad: perban mata, Scissors: gunting serbaguna, Triangular bandage:

mitela/perban segitiga, Disposable razor: silet cukur,

g. Alat Transport

Trolley / Stretcher / Cot + Straps: brankar untuk membawa pasien + tali

pengaman, Carrying chair + straps: kursi lipat untuk membawa pasien

naik/turun tangga+tali pengaman,Scoop stretcher (orthopedic stretcher): untuk

memindah pasien dengan cidera spinal, Long spineboard: untuk membawa

pasien dengan cidera spinal, Kendrick Extrication Devices (KED): Untuk

memindahkan pasien dengan cidera spinal dari dalam mobil yang mengalami

kecelakaan

h. Alat-Alat Penunjang

ECG Electrodes: penghubung EKG dengan badan pasien, Lubrication jelly: jel

pelicin untuk selang suction dan selang intubasi, Glucometer: untuk mengecek

gula darah acak, Glucostrips: untuk menampung tetesan darah dalam

pengecekan gula darah, Blood Lancet: jarum tusuk untuk mengeluarkan darah,

Syringe: spuit, Ambulance sheet: sprei untuk brankar, Disposable sheet: alas

diatas sprei, Blankets: selimut, Pillow: bantal.

i. Peralatan tambahan :

Vomiting bags: kantong penampung muntahan pasien, Sharp Disposable

Container: tempat penampung jarum&benda tajam lainya bekas dipakai untuk

pasien, Trash Bucket: tempat sampah.

Untuk setting peralatan yang lainnya, harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Misalnya akan merujuk bayi baru lahir, maka peralatan-peralatan yang disediakan

harus standard untuk bayi baru lahir.10

2. Obat-obatan meliputi:

26

Page 27: referat tansports lilis

Obat-obat gawat darurat mutlak harus ada misalnya Ventolin: bronkodilator,

Adrenalin: obat emergency dalam resusitasi jantung, Glucagon: untuk pasien

hipoglikemia, Atropine Sulfate: obat emergency dalam resusitasi jantung, Lignocain:

untuk aritmia jantung, Normal saline: untuk infus/membersihkan luka, Water gels:

untuk luka bakar, Gliceryl Trynitrate (GTN) spray: untuk nyeri dada karena Infark

jantung/Angina dengan efek lain menurunkan tekanan darah, Paramedic bags: tas

paramedik berisi alat-alat untuk infus dan intubasi, First aid bags: berisi alat-alat

untuk pertolongan pertama.10

3. Alat-alat untuk mobil ambulans

Fire Extinguisher: alat pemadam api, ban cadangan, dongkrak, senter lampu

besar, air accu, balok kayu pengganjal, radiator coolant, car tool box, kunci pembuka

roda, rescue tools untuk ambulans rescue, kabel ‘jumper’ untuk memancing dari accu

mobil lain, tali derek, dll.10

2.17. Perjalanan menuju RS rujukan.

Kita semua tahu bahwa tindakan transport dilakukan setelah pasien dilakukan

resusitasi dan stabilisasi. Setelah pasien relative stabil, keputusan transportasi rujukan

harus dibuat. Pada pasien trauma lebih sering dilakukan metode load and go,

daripada stay and play. Pemberian tindakan ALS akan memperpanjang waktu untuk

melakukan rujukan pasien.

Penanganan pasien trauma terkini menganjurkan untuk mengedepankan

transport dengan cepat dan aman dari lokasi kejadian menuju rumah sakit rujukan.

Penyedia layanan ambulans gawat darurat menekankan kebutuhan untuk

memperpendek waktu saat di lokasi kejadian sambil melakukan ABC. Segala

tindakan yang berhubungan dengan kanulasi intra vena sebaiknya dilakukan selama

perjalanan menuju rumah sakit.

Transport dengan lampu dan sirine yang meraung-raung terkadang diperlukan

namun bisa berakibat fatal. Transport seperti ini menempatkan unit ambulans pada

27

Page 28: referat tansports lilis

resiko kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan lain di depannya, bahkan bisa

mengakibatkan kecelakaan beruntun.

Monitoring pasien selama transport di dalam ambulans memang sangat sulit

karena adanya guncangan dan suara gaduh. Saat pemindahan dari trolley ambulans ke

trolley rumah sakit bisa mengakibatkan tercabutnya pipa endotrakeal. Penggunaan

evakuasi medic dnegan helicopter tidak menunjukkan manfaat pada transport di

kawasan pemukiman. Helikopter akan sangat bermanfaat jika di area terpencil tidak

tersedia ambulans atau jika menggunakan ambulans akan mengakibatkan transport

yang berlapis. Observasi untuk pasien kritis tiap 5 menit sedangkan untuk pasien

stabil setiap 15 menit.8

28

Page 29: referat tansports lilis

BAB III

KESIMPULAN

Transportasi pasien kritis merupakan salah satu bidang penting di dalam ilmu

kedokteran khususnya bidang kegawatdaruratan (emergency medicine). Transportasi

pasien kritis tidak hanya sekedar memindahkan penderita ke ruangan atau Rumah

Sakit lain, tetapi bagaimana kita dapat mengangkut penderita dari tempat kejadian ke

Rumah Sakit atau ruangan lain yang sesuai, dengan cepat dan aman.

Dampak buruk dari pemindahan pasien dapat terjadi selama dan setelah

pemindahan sering terjadi. Sebaliknya, perubahan pada hasil penanganan pasien dari

50% prosedur yang memerlukan pemindahan mengindikasikan hasil yang baik.

Walaupun beberapa faktor risiko yang dimiliki pasien telah dikathui namun dampak

buruk juga dapat terjadi selama pemindahan.

Hal ini memerlukan perhatian khusus untuk diberikan kepada personel yang

terlibat pemindahan pasien, pengawasan, dan perlengkapan. Pada beberapa kasus

untuk melakukan intervensi terhadap dampak negatif dapat dicegah dengan

melakukan diagnosis/ prosedur terapi di dalam ICU. Contoh intervensi yang dapat

digunakan untuk menurunkan efek buruk pemindahan pasien adalah:

USG dada untuk memeriksa adanya kelainan pada dada

Penggunaan CT Scan mobile

Fasilitas untuk dialisis di ICU

Filter IVC

Kelemahan yang berpotensi untuk terjadi terdapat pada jenis ventilasi yang

digunakan dan mesin ventilator maupun pengawasan selama transport. Dan penting

untuk melakukan diagnosis dan tatalaksana yang diperlukan pasien di ICU untuk

menurunkan angka mortalitas selama transportasi. Namun, merawat pasien di rumah

sakit asala adalah lebih baik dari pada harus merujuknya.

29

Page 30: referat tansports lilis

DAFTAR PUSTAKA

1. Taylor JO, Landers CF, Chulay JD, Hood WBJ, Abelmann WH. Monitoring

high-risk cardiac patients during transportation in hospital. Lancet1970; 2:1205-

08.

2. Waddell G. Movement of critically ill patients within hospital. BMJ 1975; 2(4):

419.

3. Weg JG, Haas CF. Safe intrahospital transport of critically ill ventilator

dependant patients. Chest 1989; 96:631-35.

4. Wallen E, Venkataraman ST, Grosso MJ, Kiene K, Orr RA. Intrahospital

transport of critically ill pediatric patients. Crit Care Med 1995; 23:1588-89.

5. Waydhays C. Equipment review. Intrahospital transport of critically ill patients.

Crit Care Med 1999; 5: 83-89.

6. Guidelines for the transfer of critically ill patients. Crit Care Med 1993; 21: 931-

37.

7. Kondo K, Herman SD, O'Reilly LP, Simeonidis S. Transport system for critically

ill patients. Crit Care Med 1985; 13:1081-82.

8. Link J, Krause H, Wagner W Papadopoulos G. Intrahospital transport of

critically ill patients. Crit Care Med 1990; 18: 1427-29.

9. Seri PPGD : PPGD / GELS. SPGDT. Dirjen Yanmedik Depkes RI 2006.

10. Guidelines for the inter- and intrahospital transport of critically ill patients*

Jonathan Warren, MD, FCCM, FCCP; Robert E. Fromm Jr, MD, MPH, MS;

Richard A. Orr, MD; Leo C. Rotello, MD, FCCM, FCCP, FACP; H. Mathilda

Horst, MD, FCCM; American College of Critical Care Medicine.Critical Care

Medicine 2004 Vol. 32, No. 1.

30