Upload
hendranavas
View
51
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gdggs
Citation preview
Psoriasis | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat kronik residif dengan
gambaran klinik bervariasi. Kelainan ini dikelompokkan dalam penyakit eritroskuamosa dan
ditandai bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis
berwarna putih mengkilat seperti mika disertai fenomena tetesan lilin, tanda auspitz dan
fenomena kobner.1
Penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi timbulnya
dapat terjadi pada bagian tubuh manapun sehingga dapat menurunkan kualitas hidup
seseorang bila tidak dirawat dengan baik.1
Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit ini. Beberapa faktor dapat memicu timbulnya psoriasis, yaitu stress,
konsumsi alkohol, merokok, sinar matahari, adanya penyakit sistemik seperti infeksi
streptococcus dan HIV serta faktor endokrin. Pada psoriasis vulgaris terjadi percepatan
proliferasi sel-sel epidermis dibandingkan sel-sel pada kulit normal. Pergantian epidermis
hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over epidermis normalnya adalah 28-56 hari.
Psoriasis juga sering dikatakan sebagai penyakit kelainan sel imun dimana sel T menjadi
aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin (TNF-α, pada umumnya)
menyebabkan terjadinya inflamasi dan produksi sel kulit yang cepat.2
Ada beberapa tipe psoriasis yaitu meliputi psoriasis plak, psoriasis pustular, psoriasis
guttata, psoriasis eritroderma, dan pada lokasi tertentu seperti psoriasis scalp, psoriasis
fleksular, psoriasis pada mukosa oral, psoriasis kuku, dan psoriasis arthritis. Psoriasis plak
atau dikenal juga sebagai psoriasis vulgaris merupakan tipe yang paling sering dijumpai,
ditemukan sekitar 80-90% dari penderita psoriasis.3
Psoriasis | 2
BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,
berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. 2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Kasus psoriasis makin sering ditemukan. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik terutama karena perjalanan penyakit ini
bersifat menahun dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk
kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2% sedangkan di
Jepang 0.6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika jarang dilaporkan demikian
pula pada suku Indian di Amerika. 2 Psoriasis dapat terkena pada pria maupun wanita.
Insidens pria sedikit lebih tinggi daripada wanita. Psoriasis terdapat pada semua golongan
usia tetapi umumnya pada orang dewasa dengan usia antara 15 – 25 tahun.1
Onset usia pada psoriasis tipe dini dengan puncak usia 22,5 tahun (pada anak, usia
onset rata-rata 8 tahun). Untuk tipe lambat, muncul pada usia 55 tahun. Onset dini
memprediksikan derajat penyakit dan penyakit yang menahun, dan biasanya disertai riwayat
psoriasis pada keluarga. Tidak terdapat perbedaan insidens antara pria dan wanita.3 Psoriasis
mempengaruhi 1,5 – 2% populasi dari negara barat. Di Amerika Serikat, terdapat 3 sampai 5
juta orang menderita psoriasis. Kebanyakan dari mereka menderita psoriasis lokal, tetapi
sekitar 300.000 orang menderita psoriasis generalisata.4
2.3 ETIOPATOGENESIS
Untuk beberapa dekade, psoriasis merupakan penyakit yang ditandai dengan
terjadinya hiperplasia sel epidermis dan inflamasi dermis. Karakteristik tambahan
berdasarkan perubahan histopatologi yang ditemukan pada plak psoriatik dan data
laboratorium yang menjelaskan siklus sel dan waktu transit sel pada epidermis. Epidermis
pada plak psoriasis menebal dan hiperplastik, dan terdapat maturasi inkomplit sel epidermal
di atas area sel germinatif. Replikasi yang cepat dari sel germinatif sangat mudah dikenali,
dan terdapat pengurangan waktu untuk transit sel melalui sel epidermis yang tebal.
Psoriasis | 3
Abnormalitas pada vaskularisasi kutaneus ditandai dengan peningkatan jumlah mediator
inflamasi, yaitu limfosit, polimorfonuklear, leukosit, dan makrofag, terakumulasi di antara
dermis dan epidermis. Sel-sel tersebut dapat menginduksi perubahan pada struktur dermis
baik stadium insial maupun stadium lanjut penyakit.3
Gambar 1. Patogenesis kelainan kulit pada psoriasis
Terdapat beberapa factor yang berperan sebagai etiologi psoriasis, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Genetik
Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit
keluarga yang juga menderita psoriasis. Pada kembar monozigot resiko menderita
psoriasis adalah sebesar 70% bila salah seorang menderita psoriasis.1 Bila orangtua
tidak menderita psoriasis maka risiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila
salah satu orang tua menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat
menjadi 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:
Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial
Psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersufat nonfamilial
Hal lain yang menyokong adanya factor genetic adalah bahwa psoriasi berkaitan
dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan Cw6.
Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa
berkaitan dengan HLA-B27.
Psoriasis | 4
2. Faktor Imunologik
Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari ketiga
jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit. Keratinosit
psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya
penuh dengan sebukan limfosit T di dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4
dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru pada
umumnya lebih didominasis oleh sel linfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat
sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans juga berperan dalam
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis dimulai dengan adanya
pergerakan antigen baik endogen maupun eksogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis
pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada
kulit normal lamanya 27 hari.
Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun.
Lebih 90% dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif. Berbagai faktor
pencetus pada psoriasis yang disebutkan dalam kepustakaan diantaranya adalah stress psikis,
infeksi fokal, trauma (Fenomenan Kobner), endokrin, gangguan metabolic, obat, alcohol dan
merokok. Stress psikis merupakan factor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hunungan
yang erat dengan salah satu jenis psoriasis yaitu psoriasis gutata, sedangkan hubungannya
dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kesembuhan psoriasis gutata setelah
dilakukan tonsilektomi. Umumnya infeksi disebabkan oleh Streptococcus. Faktor endokrin
umumnya berpengaruh pada perjalan penyakit. Puncak insidens psoriasis terutama pada masa
pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik sedangkan pada masa
postpartum umumnya memburuk. Gangguan metabolisme seperti dialysis dan hipokalsemia
dilaporkan menjadi salah satu factor pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan
residif ialah beta adrenergic blocking agents, litium, anti malaria dan penghentian mendadak
steroid sistemik. 1
Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini, yaitu:
1. Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.
2. Faktor-faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis. Penelitian menyebutkan
bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan kegelisahan menyebabkan
penyakitnya lebih berat dan hebat.
Psoriasis | 5
3. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis paru,
dermatomikosis, arthritis dan radang menahun ginjal.
4. Penyakit metabolic, seperti diabetes mellitus yang laten.
5. Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.
6. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh pada musim
panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat. 4
2.4 GEJALA KLINIS
Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma.
Sebagian pasien mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp, perbatasan scalp
dengan wajah, ektremitas terutama bagian ekstensor di bagian siku dan lutut serta daerah
lumbo sacral.
Gambar 2. Letak Predileksi Psoriasis
Kelainan kulit terdiri dari bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama diatasnya. Eritema sirkumskripta dan merata, tetapi pada masa penyembuhan
seringkali eritema di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-
lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika serta transparan. Besar kelainan bervariasi, bisa
lentikular, nummular, plakat dan dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar
berbentuk lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak, dewasa muda dan
terjadi setelah infeksi oleh Streptococcus.1
Lesi primer pada pasien psoriasis dengan kulit yang cerah adalah merah, papul dan
berkembang menjadi kemerahan, plak yang berbatas tegas. Lokasi plak pada umumnya
terdapat pada siku, lutut, skalp, umbilikus, dan intergluteal. Pada pasien psoriasis dengan
Psoriasis | 6
kulit gelap, distribusi hampir sama, namun papul dan plak berwarna keunguan dengan sisik
abu-abu. Pada telapak tangan dan telapak kaki, berbatas tegas dan mengandung pustule steril
dan menebal pada waktu yang bersamaan. 2
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
Kedua fenomena yaitu tetesan lilin dan Auspitz dianggap khas, sedangkan Kobner dianggap
tidak khas, hanya kira-kira 47% dari yang positif dan didapat pula pada penyakit lain.,
misalnya Liken Planus dan Veruka plana juvenilis. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang
berubah warnanya menjadi putih pada goresan seperti lilin yang digores, disebabkan oleh
perubahan indeks bias. Cara menggoresnya bisa dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena
Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Cara
mengerjakannya adalah dengan cara skuama yang berlapis-lapis itu dikerok dengan ujung
gelas alas. Setelah skuama habis maka pengerokan harus dilakukan dengan pelan-pelan
karena jika terlalu dalam tidak tampak perdarahan yang berupa bintik-bintik melainkan
perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis misalnya trauma akibat
garukan dapat menyebabkan kelainan kulit yang sama dengan psoriasis dan disebut dengan
fenomena Kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yakni sebanyak kira-kira 50% yang
agak khas yaitu yang disebut dengan pitting nail atau nail pit yang berupa lekukan-lekukan
miliar. Kelainan yang tidak khas yaitu kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat
karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya (hyperkeratosis subungual) dan onikolisis.
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menimbulkan
kelainan pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi
interfalangs distal dan terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar kemudian
terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan.1
Gambar 3. Psoriasis pada sendi
Psoriasis | 7
2.5 BENTUK KLINIS
1. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut psoriasis vulgaris.
Dinamakan juga tipe plak karena lesi-lesinya pada umumnya berbentuk plak. Tempat
predileksinya yaitu pada scalp, perbatasan scalp dengan wajah, ekstremitas terutama
bagian ekstensor yaitu lutut, siku dan daerah lumbosakral.
Gambar 4. Psoriasis vulgaris
2. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas
sehabis influenza atau morbili terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga
dapat timbul setelah infeksi yang lain baik bacterial maupun viral.
Gambar 5. Psoriasis Gutata
Psoriasis | 8
3. Psoriasis Inversa ( Psoriasis Fleksural)
Psoriasis ini mempunyai tempat predileksi di daerah fleksor sesuai dengan namanya.
Gambar 6. Psoriasis Inversa
4. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan pada psoriasis itu dalam bentuk
kering, tetapi pada jenis ini kelaianannya bersifat eksudatif seperti pada dermatitis
akut.
5. Psoriasis Seboroik
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan
dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak
lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.
6. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai
penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk
psoriasis pustulosa yaitu:
a. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)
Psoriasis pustulosa palmoplantar bersifat kronik dan residif, mengenai
telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa
kelompok-kelompok pustule kecil steril dan dalam, di atas kulit yang
eritematosa, disertai rasa gatal.
Psoriasis | 9
Gambar 7. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)
b. Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut (Von Zumbusch)
Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch) dapat
ditimbulkan oleh berbagai faktor provokatif, misalnya obat yang tersering
karena penghentian kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan
derivatnya, serta antibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin, kalium
iodide, morfin, sulfapiridin, sulfonamide, kodein, fenilbutason, dan salisilat.
Faktor lain selain obat ialah hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres
emosional, serta infeksi bakterial dan virus. Penyakit ini dapat timbul pada
penderita yang sedang atau telah mendapat psoriasis. Dapat pula muncul pada
penderita yang belum pernah menderita psoriasis. Gejala awalnya ialah kulit
nyeri, hiperalgesia disertia gejala umum berupa demam,malese, nausea,
anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin eritematosa. Setelah beberapa
jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal.
Dalam beberapa jam timbul banyak pustul miliar pada plak-plak tersebut.
Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of pus berukuran
beberapa cm.1 Pustul besar spongioform terjadi akibat migrasi neutrofil ke atas
stratum malphigi, di mana neutrofil ini beragregasi di antara keratinosit yang
menipis dan berdegenerasi.2 Kelainan-kelainan semacam itu akan terus
menerus dan dapat menjadi eritroderma. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan leukositosis, kultur pus dari pustul steril.
Gambar 8. Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch)
Psoriasis | 10
7. Eritroderma psoriatic
Psoriasis eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topical yang terlalu
kuat atau karena penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk
psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal.
Adakalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar yakni lebih eritematosa dan
kulitnya lebih meninggi. 1,5
Gambar 9. Psoriasis eritroderma
2.6 HISTOPATOLOGI
Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni parakeratosis dan
akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro.
Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.1
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan
keratinisasi sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam
sel-sel tanduk ini masih ditemukan inti sel (parakeratosis). Di dalam stratum korneum dapat
ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang dikenal
sebagai mikro abses Munro. Pada puncak papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah
kecil yang disertai oleh sebukan sel radang limfosit dan monosit.4
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Jika gambaran klininya khas, tidaklah susah untuk menegakkan diagnosis psoriasis.
Jika tidak khas maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dalam
dermatosis eritroskuamosa. Dalam mendianosis psoriasis perlu diperhatikan mengenai ciri
Psoriasis | 11
khas psoriasis yaitu skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis disertai fenomena tetesan
lilin, Auspitz dan Kobner. Pada stadium penyembuhan dapat ditemukan eritema yang hanya
terdapat di pinggir sehingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya adalah terdapat keluhan
yang sangat gatal pada dermatofitosis dan pada pemeriksaan sediaan langsung ditemukan
adanya jamur.
Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriaformis.
Perbedaanya adalah pada sifilis terdapat riwayat hubungan seksual dengan tersangka yang
juga menderita sifilis, pembesaran KGB menyeluruh dan tes serologic untuk sifilis positif.
Dernatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-
kuningan dan tempat predileksinya pada tempat yang seboroik.1
Psoriasis gutata akut didiagnosis banding dengan erupsi obat makulopapular, sifilis
sekunder dan pityriasis rosea. Plak dengan sisik kecil didiagnosis banding dengan dermatitis
seboroik, likenplanus kronis simpleks, tinea korporis, dan mikosis fungoides. Psoriasis
dengan plak luas didiagnosis banding dengan tinea korporis dan mikosis fungoides. Psoriasis
pada daerah skalp didiagnosis banding dengan tinea kapitis dan dermatitis seboroik. Psoriasis
inverse didiagnosis banding dengan tinea, kandidiasis, intertrigo, penyakit Paget
ekstramamme. Psoriasis pada kuku didiagnosis banding dengan onikomikosis.3
2.8 PENGOBATAN
Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan secara sistemik,
pengobatan secara topical, terapi penyinaran dengan PUVA dan pengobatan dengan cara
Goeckman.
1. Pengobatan Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis dengan dosis ekuivalen
prednisone 30mg per hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan
lalu diberikan dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan
menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata.1
b. Obat Sitostatik
Obat sitistatik yang biasa digunakan adalah metotrexate. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga
menghambat sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukkan hambatan
Psoriasis | 12
replikasi dan fungsi sel T dan mungkin juga sel B karena adanya efek
hambatan sintesis. 7
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis
dengan lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol
dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah bila terdapat kelainan hepar,
ginjal, system hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya TBC,
Ulkus peptikum, colitis ulserosa dan psikosis). Pada awalnya metotrexate
diberikan dengan dosis inisial 5 mg per orang dengan psoriasis untuk melihat
apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang
tidak diinginkan maka MTX diberikan dengan dosis 3 x 2.5mg dengan interval
12 jam selama 1 minggu dengan dosis total 7.5mg. Jika tidak ada perbaikan
maka dosis dinaikkan 2,5 - 5 mg per minggu dan biasanya dengan dosis 3 x 5
mg akan tampak ada perbaikan. Cara lain adalah dengan pemberian MTX i.m
dosis tunggal sebesr 7,5 – 25 mg. Tetapi dengan cara ini lebih banyak
menimbulkan reaksi sensitivitas dan reaksi toksik. Jika penyakit telah
terkontrol maka dosis perlahan diturunkan dan diganti ke pengobatan secara
topical.
Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin lengkap,
fungsi ginjal dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit < 3500/uL maka pemberian
MTX dihentikan. Bila fungsi hepar baik maka dilakukan biopsy hepar setiap
kali dosis mencapai dosis total 1,5 gram, tetapi bila fungsi hepar abnormal
maka dilakukan biopsy hepar bila dosis total mencapai 1 gram.
Efek samping dari penggunaan MTX adalah nyeri kepala, alopecia,
saluran cerna, sumsul tulang, hepar dan lien. Pada saluran cerna berupa
nausea, nyeri lambung, stomatitis ulcerosa dan diare. Pada reaksi yang hebat
dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum
tulang menyebabkan timbulnya leucopenia, trombositopenia dan kadang-
kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis dan sirosis.
c. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada
beberapa pasien Parkinson yang juga menderita psoriasis dan diterapi dengan
levodopa menunjukkan perbaikan. Berdasarkan penelitian, Levodopa
menyembuhkan sekitar 40% pasien dengan psoriasis. Dosisnya adalah 2 x 250
Psoriasis | 13
mg – 3 x 250 mg. Efek samping levodopa adalah mual, muntah, anoreksia,
hipotensi, gangguan psikis dan gangguan pada jantung.
d. Diaminodifenilsulfon
Diaminodifenilsulfon (DDS) digunakan pada pengobatan psoriasis
pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya
adalah anemia hemolitik, methemoglobinuria dan agranulositosis.
e. Etretinat & Asitretin
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan
bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek
sampingnya. Etretinat efektif untuk psoriasis pustular dan dapat pula
digunakan untuk psoriasis eritroderma. Pada psoriasis obat tersebut
mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.
Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum
terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgbb/hari. Efek
sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata,
dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan
persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan
teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat
dihentikan. Asitretin (neotigason) merupakan metabolit aktif etretinat yang
utama. Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat.
Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan
etretinat yang lebih dari 100 hari.1
f. Siklosporin
Siklosporin berikatan dengan siklofilin selanjutnya menghambat
kalsineurin. Kalsineurin adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan
memgang peranan kunci dalam defosforilasi protein regulator di sitosol, yaitu
NFATc (Nuclear Factor of Activated T Cell). Setelah mengalami defosforilasi,
NFATc ini mengalami translokasi ke dalam nukleus untuk mengaktifkan gen
yang bertanggung jawab dalam sintesis sitokin, terutama IL-2. Siklosporin
juga mengurangi produksi IL-2 dengan cara meningkatkan ekspresi TGF-ß
yang merupakan penghambat kuat aktivasi limfosit T oleh IL-2. Meningkatnya
Psoriasis | 14
ekspresi TGF-ß diduga memegang peranan penting pada efek imunosupresan
siklosporin.6
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya
setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
g. Terapi biologic
Obat biologic merupakan obat yang baru dengan efeknya memblok
langkah molecular spesifik yang penting paa pathogenesis psoriasis. Contoh
obatnya adalah alefaseb, efalizumab dan TNF-α-antagonist.
2. Pengobatan Topikal
a. Preparat Ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya
adalah anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang
berasal dari:
Fosil, misalnya iktiol.
Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis,
yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari
batubara lebih efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan
memberikan iritasi juga besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik
digunakan ter yang berasal dari batubara, karena ter tesbut lebih efektif
daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis yang menahun
kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter
dari kayu, karena jika dipakai ter dari batu bara dikuatirkan akan terjadi iritasi
dan menjadi eritroderma.
Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena
berbau kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor
karbonis detergens tidak demikian. Konsentrasi yang biasa digunakan 2 – 5%,
dimulai dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi
dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan
cara menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 – 5 %. Sebagai
vehikulum harus digunakan salap karena salap mempunyai daya penetrasi
terbaik.
Psoriasis | 15
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan vehikulum
bergantung pada lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan
krim, di tempat lain digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia
eksterna dipilih potensi sedang, bila digunakan potensi kuat pada muka dapat
memberik efek samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan
berupa strie atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap
dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung pada lama penyakit. Jika
telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya dikurangi.
c. Ditranol (Atralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan
pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam pasta,
salep, atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali untuk
mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.
d. Pengobatan dengan Penyinaran
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat
mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang
terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan
jika berlebihan akan memperberat psoriasis. Karena itu digunakan sinar
ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal dengan UVA. Sinar
tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen
(8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama
dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.
Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak,
gutata, pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata
dikombinasikan dengan salep likuor karbonis detergens 5 -7% yang dioleskan
sehari dua kali. Sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12 -23 m J
menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali
dinaikkan sebagai 15% dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali.
Target pengobatan ialah pengurangan 75% skor PASI (Psoriasis Area and
Severity Index). Hasil baik dicapai pada 73,3% kasus terutama tipe plak.
e. Calcipotriol
Psoriasis | 16
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep atau
krim 50 mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit
lebih baik daripada salap betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4 –
20% berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat
eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat
dihentikan.
f. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat
petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia
dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila
dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan
mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah
iritasi berupa gatal, rasa terbakar dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat
fotosensitif.
g. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan
bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan
akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak
mempunyai efek antipsoriasis.
3. PUVA
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang
sinergik. Mula-mula 10 – 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan
penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan, di antaranya 4 x seminggu.
Penyembuhan mencapai 93% setelah pengobatan 3 – 4 minggu, setelah itu dilakukan
terapi pemeliharaan seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekuren.
PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan psoriasis pustulosa.
Beberapa penyelidik mengatakan pada pemakaan yang lama kemungkinan akan
terjadi kanker kulit.
4. Pengobatan Cara Goeckerman
Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter berasal
dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi mengenai
ter dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal ter yang bersifat
Psoriasis | 17
fotosensitif. Lama pengobatan 4 – 6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu.
Ternyata bahwa UVB lebih efektif daripada UVA. 1
2.9 PROGNOSIS
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi menggangu kosmetik karena perjalanan
penyakitnya bersifat kronis dan residif. 1 Psoriasis gutata akut timbul cepat. Terkadang tipe ini
menghilang secara spontan dalam beberapa minggu tanpa terapi. Seringkali, psoriasis tipe ini
berkembang menjadi psoriasis plak kronis. Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat remisi
setelah beberapa bulan atau tahun, dan dapat saja rekurens sewaktu-waktu seumur hidup.
Pada psoriasis tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai dengan remisi dan
eksaserbasi yang tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris juga dapat berkembang menjadi
psoriasis tipe ini. Pasien denan psoriasis pustulosa generalisata sering dibawa ke dalam ruang
gawat darurat dan harus dianggap sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah
menunjukkan negatif. Relaps dan remisi dapat terjadi dalam periode bertahun-tahun.3
Psoriasis | 18
BAB III
KESIMPULAN
Psoriasis merupakan penyakit kulit kronik yang disertai gejala klinik yang bervariasi.
Biasanya lesi pada kulit memiliki ciri khas tersendiri, sehingga mudah untuk melakukan
diagnosis. Lesinya diklasifikasikan sebagai eritroskuamosa, yang berarti melibatkan
pembuluh darah dan epidermis. Lesi dari psoriasis menunjukkan empat ciri utama: (1) secara
tegas berbatasan dengan area normal, (2) permukaannya biasa tertutup skuama yang
berwarna keperakan, (3) di bawah skuama terdapat eritem yang homogen, (4) terdapat tanda
Auspitz. Faktor genetik memiliki peranan penting dalam kasus psoriasis. Faktor imunologik
juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga
jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Selain itu masih ada
faktor pencetus yang mungkin timbul dari luar. Pengobatan psoriasis menggunakan dua
metode, yaitu topikal dan sistemik.
Psoriasis | 19
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Djuanda A., Hamzah M.Aisah S. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam . Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2012.h.189-95.
2. Geng A., McBean J., Zeikus P.S., et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P., Taylor S.C.,
Editors. Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw Hill;2009.h.139-146.
3. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A.Fitzpatrick’s color
atlas and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam. New York:Mc Graw
Hill;2009.h.53-71.
4. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta:Hipokrates.
2000. h.116 - 9.
5. Psoriasis. Diunduh dari: Yayasan Psoriasis Indonesia dalam
http://www.psoriasis.or.id/psoriasis_pustular.php. 2005.
6. Goldenstein B., Goldenstein A. Psoriasis. Dalam Goldenstein B.,Goldenstein A.,
Melfiawaty., Pendit B.U., Editors. Dermatologi
Praktis.Jakarta:Hipokrates;2001.h.187.