Upload
dmandatari
View
321
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
referat herpes zooster
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Herpes Zooster Otikus atau Herpes Zooster Chepalicus atau dapat disebut
juga Ramsay-Hunt Syndrom tipe 1 yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari erupsi
herpetik pada telinga, nyeri yang hebat, disertai paralise nervus fasialis akut, dan
di awali dengan periode prodormal. Menurut Koerner (1904) herpes zoster otikus,
yaitu berupa sindroma yang terdiri dari bulla pada daun telinga, paralise fasial dan
gangguan telinga dalam.
Postulat pertama James Ramsay Hunt mengatakan bahwa Herpes zoster
otikus disebabkan oleh virus varicella zoster golongan herpes virus, yang
mengalami reaktivasi dari infeksi yang sebelumnya merupakan infeksi laten virus
varicella pada ganglion genikulatum.
Herpes zoster otikus yang disertai dengan paralisis nervus fasialis
menempati urutan kedua kejadian paralisis fasialis akut setelah bell’s palsy. Di
Amerika Serikat terjadi kasus 5 /100.000 populasi penduduk per tahun. Lebih
sering terjadi pada umur diatas 60 tahun dan sangat jarang terjadi pada anak –
anak. Sedangkan di RSUP H. Adam Malik Medan, sejak tahun 2008 – oktober
2010 terdapat 15 pasien herpes zoster otikus yaitu 7 wanita dan 8 laki-laki dengan
usia rata –rata di atas 40 tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Herpes Zooster Otikus
1.1. Definisi
Herpes Zooster Otikus atau Herpes Zooster Chepalicus atau dapat disebut juga
Ramsay-Hunt Syndrom tipe 1 yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari erupsi
herpetik pada telinga, nyeri yang hebat, disertai paralise nervus fasialis akut, dan
di awali dengan periode prodormal. Menurut Koerner (1904) herpes zoster otikus,
yaitu berupa sindroma yang terdiri dari bulla pada daun telinga, paralise fasial dan
gangguan telinga dalam.
Pengertian lain menyebutkan Herpes zoster otikus adalah infeksi virus yang
mengenai ganglion genikulatum. Herpes zoster otikus yang disertai dengan
paralisis nervus fascialis disebut Ramsay-Hunt Syndrom tipe I.
1.2. Anatomi Telinga
1.2.1. Telinga Luar (Daun Telinga)
Daun telinga terdiri dari :
Heliks, Crus heliks
Antheliks,Crura antheliks
Tragus, anti tragus, interragic nocth
Cavum concha, cymbaconcha
Fossa triangularis
Fossa schapoidea
Tuberkulum darwin
Lobulus
1.2.2. Telinga Tengah
Telingah tengah terdiri dari :
Lateral : MembranTimpani
Medial : foramen ovale
Anterior : Tuba eusthachius
Posterior : aditus ad antrum
Superior : tegmen timpani
Inferior : vena jugularis
1.2.3. Telinga Tengah (Labirin)
Telnga tengah terdiri dari :
Labirin bagian tulang yaitu :
o Kanalis semisirkularis : kanalis semisirkularis superior, posterior,
dan lateral
o Vestibulum
o Koklea : Koklea berbentuk rumah siput dengan melingkar 2 ½ – 2
¾ kali putaran.
o Labirin bagian membran : terletak di dalam labirin bagian tulang
terdiri dari kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus dan koklea.
1.2.4. Persarafan Telinga Luar
Daun telinga dipersarafi oleh 5 persarafan, yaitu :
Saraf aurikular mayor (C2,3), mempersarafi hampir seluruh permukaan
medial dan bagian belakang dari permukaan lateral.
Saraf oksipital minor (C2), mempersarafi bagian atas dari permukaan
medial.
Saraf aurikulo temporal (N V), mempersarafi tragus, heliks dan daerah
sekitar heliks.
Percabangan aurikular saraf vagus (N X), juga disebut saraf Arnold’s,
mempersarafi konka dan sekitarnya.
Saraf fasialis (N VII), yang distribusi percabangannya bersamaan dengan
percabangan aurikular saraf vagus, mempersarafi konka dan sulkus
retroaurikular.
1.2.5. Persarafan Liang Telinga
Dinding atas dan depan dipersarafi saraf aurikulo temporal (N V).
Dinding bawah dan belakang dipersarafi percabangan aurikular dari saraf
vagus (N X).
Dinding belakang liang telinga juga dipersarafi oleh cabang sensoris saraf
VII melalui percabangan aurikular saraf vagus.
1.2.6. Persarafan Telinga Tengah
Promontorium berisi pleksus timpani (pleksus Jacobson). Cabang saraf
glosofaringeus dari ganglion petrosa di bawah telinga.
Pleksus timpani menerima serabut simpatis dari pleksus karotis melalui
cabang-cabang karotikotimpani superior dan inferior.
Korda timpani memasuki telinga tengah tepat di bawah pinggir
posterosuperior sulkus timpani dan berjalan ke arah depan lateral ke
prosesus longus inkus dan kemudian di bagian bawah leher maleus tepat di
atas perlekatan tendon tensor timpani menuju ligamentum maleus anterior,
saraf ini keluar melalui fisura petrotimpani.
1.2.7. Segmen Saraf Fasialis
1.2.8. Ganglion Genikulatum
Setelah melewati kanalis akustikus internus saraf fasialis masuk ke kanalis
Falopii yang berdinding tulang yang berjalan ke lateral
Sampai sedikit diatas basis koklea untuk kemudian menukik tajam ke
posterior membentuk genu pertama sebelah antero-lateral kanalis
semisirkularis superior di antara vestibulum labirin dan koklea
Pada genu itu terletak ganglion genikulatum yang mengandung sel saraf
komponen somatosensorik.
1.3. Patogenesis
Saat terinfeksi varicella, virus varicella zoster melewati lesi masuk ke
permukaan kulit dan mukosa menuju ujung–ujung saraf sensoris dan di
transportasikan oleh serat–serat saraf ke ganglion sensoris. Di gangglion virus
menetap dan mejadi infeksi laten sepanjang hidup. Selama virus laten di
gangglion tidak tampak gejala infeksi. Reaktifasi dari varicella-
zoster virus (VZV) yang terdistribus sepanjang saraf sensoris yang menginer
vasi telinga, termasuk didalamnya ganglion genikulatum. Apabila gejala disertai
kurang pendengaran dan vertigo, maka ini adalah akibat penjalaran infeksi virus
langsung pada N. VIII pada posisi sudut serebelo pontin, atau melalui vasa
vasorum. Mekanisme yang menyebabkan reaktivasi virus varicella zoster ini
masih belum jelas sering berhubungan dengan orang-orang dengan daya tahan
tubuh yang menurun, stress emosional, suatu keganasan, terapi radiasi,
kemoterapi, atau infeksi HIV mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya
reaktifasi herpes virus zoster.
1.4. Gejala dan tanda klinis
Gejala awal.
Setelah masa inkubasi 4 – 20 hari, muncul gejala prodromal berupa
demam, sakit kepala, malaise, kadang-kadang mual dan muntah.
Kemudian diikuti dengan nyeri yang hebat pada daerah telinga dan
mastoid yang biasanya mendahului timbulnya lesi yang berupa vesikula
yang berada diatas kulit yang hiperemis.
Virus → ganglion genikulatum :
o hiperakusis,
o gangguan sekresi kelenjar lakrimalis,
o paralisis fasial,
o gangguan sekresi kelenjar liur dan
o penurunan rasa pengecapan pada duapertiga depan lidah.
Lesi → distal korda timpani → kelumpuhan otot-otot wajah unilateral.
Lesi → lebih proksimal pons sampai ke meatus akustikus internus :
o disertai strabismus,
o gangguan pendengaran dan keseimbangan .
1.5. Tipe-tipe Herpes Zoster Otikus
Ramsay Hunt menyebutkan empat tipe herpes zoster otikus yaitu:
1) Penyakit yang hanya mengenai saraf sensoris nervus fasialis
2) Penyakit yang mengenai saraf sensorik dan motorik nervus fasialis
3) Penyakit yang mengenai saraf sensorik dan motorik nervus fasialis disertai
gejala auditorik
4) Penyakit yang mengenai saraf sensorik dan motorik nervus fasialis disertai
gejala auditorik dan vestibuler
1.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Anamnesis
Pasien dengan gejala berupa :
o nyeri pada telinga,
o rasa tebakar di sekitar telinga, wajah, mulut, dapat juga terjadi di
lidah.
o mual dan muntah dapat terjadi,
o disertai gangguan pendengaran, hiperakusis atau tinnitus.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan didapatkan :
o Tampak vesikel pada liang telinga, konka dan daun telinga.
o Bintik-bintik merah juga dapat terlihat pada kulit di belakang
telinga, dinding lateral hidung, palatum molle dan lidah bagian
anterolateral.
o Vertigo,
o Tuli sensorineural dan
o Paralise saraf fasialis dapat terjadi.
Pemeriksaan penunjang
o CT scan
o Magnetic Ressonance Imaging (MRI) dengan menggunakan
gadolinium diethylene-triamine pentaacetic acid ( Gd-DTPA).
1.7. Diagnosis Banding
Bell’s Palsy
Otitis Eksterna
1.8. Penatalaksanaan
Standar terapi lini pertama untuk herpes zoster otikus anti viral
o Acyclovir 5x800 mg/hari selama 5-7 hari
+ 10 mg/ kgbb/8 jam selama 1 minggu (IV)
o Acyclovir merupakan suatu antivirus yang mencegah sintese DNA
dari tipe I dan II HSV seperti juga pada varicella-zoster virus.
o Valacyclovir 3x1000 mg ( selama 10-14 hari)
o Famciclovir 3x500 mg/hari selama 10 hari.
Terapi simptomatis
o Anti inflamasi
Steroid (seperti prednison) selama 3 -5 hari
o Analgetik
o Vitamin B kompleks, dan
o Electrotherapy saraf fasial untuk mencegah atropi
1.9. Komplikasi
Paralysis berat akan mengakibatkan tidak lengkap atau tidak sempurnanya
kesembuhan dan berpotensi untuk menjadi paralysis fasial yang permanen
dan synkinesis.
Adakalanya, virus dapat menyebar ke saraf-saraf lain atau bahkan ke otak
dan jaringan saraf dalam tulang punggung, menyebabkan sakit kepala,
sakit punggung, kebingungan, kelesuan dan kelemahan.
Serangan vertigo bisa muncul sebagai komplikasi Herpes Zoster di wajah.
1.10.Prognosis
Diagnosa yang ditegakkan lebih cepat dan mendapat terapi sebelum 72
jam setelah onset memberikan hasil yang lebih baik.
Herpes zoster otikus yang mengalami vertigo dan tuli sensorineural
prognosisnya lebih jelek terutama pada pasien dengan umur lebih tua
BAB III
KESIMPULAN
Herpes zoster otikus adalah infeksi virus yang mengenai ganglion
genikulatum. Herpes zoster otikus yang disertai dengan paralisis nervus
fascialis disebut Ramsay-Hunt Syndrom tipe I.
Herpes zoster otikus yang disertai dengan paralisis nervus fasialis
merupakan urutan kedua paling sering dari kejadian paralisis fasialis akut.
Ramsay Hunt menyebutkan empat tipe herpes zoster otikus yaitu:
1) Penyakit yang hanya mengenai saraf sensoris nervus fasialis
2) Penyakit yang mengenai saraf sensorik dan motorik nervus fasialis
3) Penyakit yang mengenai saraf sensorik dan motorik nervus fasialis
disertai gejala auditorik
4) Penyakit yang mengenai saraf sensorik dan motorik nervus fasialis
disertai gejala auditorik dan vestibuler
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Obat – obat anti viral adalah standar terapi lini pertama untuk herpes
zoster otikus, Obat lain seperti anti inflamasi dan analgetik juga diberikan
sebagai terapi simptomatis.
Komplikasi dari herpes zoster otikus yang paling sering adalah neuralgia.
Diagnosa yang ditegakkan lebih cepat dan mendapat terapi sebelum 72
jam setelah onset memberikan hasil yang lebih baik. Herpes zoster otikus
yang mengalami vertigo dan tuli sensorineural prognosisnya lebih jelek
terutama pada pasien dengan umur lebih tua.