Referat Granuloma Inguinale-Afiati

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    1/22

    REFERAT

    GRANULOMA INGUINALE

    OLEH:

    AFIATI

    1111103000002

    Pembimbing :

    dr. Retno Sawitri, Sp.KK  

    dr. Shinta J. B. T. R., Sp.KK

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN SYARIF HIDATULLAH

    JAKARTA

    1435 H/2015

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    2/22

    1

    HALAMAN PENGESAHAN 

    Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

     Nama : AFIATI

     NIM : 1111103000002

    Judul Referat : Granuloma Inguinale

    Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraaan klinik pada bagian

    Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Bekasi, Juli 2015

    Pembimbing I Pembimbing II

    dr. Retno Sawitri, Sp.KK dr. Shinta J. B. T. R, Sp.KK  

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    3/22

    2

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim.

    Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan

    nikmat islam, iman, dan ikhsan sehingga penulis dapat menyelesaikan referat

    yang berjudul “Granuloma Inguinale” ini tepat pada waktunya.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Retno Sawitri, Sp.KK dan dr.

    Shinta J. B. T. R., Sp.KK yang telah memberi kesempatan dan waktunya untuk

    menjadi pembimbing dalam menyelesaikan referat ini. Penulis menyadari bahwa

    referat ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun penulis

    harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan referat ini. Demikian semoga

    referat ini dapat bermanfaat.

    Bekasi, Juni 2015

    Penulis 

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    4/22

    3

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………. 

    KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. 

    DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 

    DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….. 

    BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… 

    2.1  Definisi………………………………………………………………………. 

    2.2 

    Epidemiologi………………………………………………………………...  

    2.3  Etiologi………………………………………………………………………. 

    2.4  Patogenesis………………………………………………………………….. 

    2.5  Manifestasi Klinis…………………………………………………………... 

    2.6  Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………… 

    2.7  Diagnosis…………………………………………………………………….. 

    2.8  Diagnosis Banding………………………………………………………….. 

    2.9 

    Tatalaksana…………………………………………………………………. 2.10 Komplikasi…………………………………………………………………. 

    2.11 Prognosis…………...………………………………………………………. 

    2.12 Pencegahan…………...………………………………………………….....  

    BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………… 

    DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    6

    6

    7

    8

    9

    11

    12

    13

    1617

    18

    18

    19

    20

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    5/22

    4

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Donovan bodies dalam makrofag dengan pewarnaan Giemsa.....

    Gambar 2.2 Granuloma Inguinale.………………………………..………….. 

    Gambar 2.3 Ulkus Durum Pada Sifilis Primer ……………………………….. 

    Gambar 2.4 Ulkus Mole..…………………………………………………….. 

    Gambar 2.5 Limfogranuloma Vereneum…………………………………….. 

    8

    10

    14

    15

    16

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    6/22

    5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab masalah

    kesehatan, sosial, dan ekonomi di banyak negara, termasuk di Indonesia. IMS

    menempati peringkat 10 besar alasan berobat di negara berkembang, dimana

    granuloma inguinale merupakan salah satu dari penyakit menular seksual.1 

    Granuloma inguinale pertama kali ditemukan oleh McLeod, profesor dari

    Calcutta, India tahun 1882 dengan gambaran klinis berupa ulkus serpiginosa. 2,3 

    Granuloma inguinale merupakan penyakit kelamin dengan gambaran klinis

     berupa ulkus yang granulomatosa, kronik, progresif lambat, yang disebabkan oleh

     Klebsiella granulomatis yang mengenai daerah genital, perianal, dan inguinal.4 

    Granuloma inguinale ditularkan melalui hubungan seksual dan non seksual yaitu

     pada keadaan higiene buruk melalui autoinokulasi feses pada kulit yang tidak

    utuh.3 

    Penyakit ini terutama terdapat di daerah tropis dan subtropis. 3 Pada tahun

    1992 dan 1952 dilaporkan insidensi puncak yaitu terdapat 10.000 kasus dari

    15.000 populasi di Papua New Guinea.3  Namun saat ini insidensi granuloma

    inguinale sudah sangat jarang ditemukan, termasuk di daerah yang sebelumnya

    endemis yaitu Papua New Guinea, Afrika Selatan, Australia Tengah, Brazilia,

    Karibia, beberapa bagian India dan Indonesia dimana kejadiannya ditemukan

    kurang dari 100 kasus setiap tahunnya.3,5 Penyakit ini terjadi pada kelompok usia

     produktif yaitu kelompok usia 20-40 tahun.3 Berdasarkan jenis kelamin, kejadian

    granuloma inguinale lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan

    dengan rasio 6:1.3 

    Perjalanan penyakit granuloma inguinale bersifat kronik, progresif dan

    terkadang timbul residif setelah 6-18 bulan diberikan pengobatan, oleh karena itu

    diperlukan kontrol dalam jangka waktu yang lama yakni beberapa bulan sampai

     beberapa tahun setelah pengobatan berhasil.6,7 

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    7/22

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Granuloma inguinale atau nama lainnya Donovanosis adalah suatu

     penyakit infeksi bakteri kronik yang bersifat progresif lambat, dengan

    gambaran klinis berupa ulkus granulomatosa ditularkan melalui hubungan

    seksual dan hiegine yang buruk disebabkan oleh  Klebsiella granulomatis

    yang mengenai regio anogenital, perianal, dan inguinal.4

    2.2 Epidemiologi

    Granuloma inguinale terutama terdapat di daerah tropis dan subtropis. 3

    Penyakit ini endemis pada negara Australia Tengah, Papua New Guinea,

    India Selatan, Indonesia, Afrika Selatan, Karibean, Peru, Argentina, Brazil

    dan Amerika Selatan.2,8  Pada awal abad 20 yaitu tahun 1974 di Amerika

    Serikat dilaporkan terdapat sekitar 5.000-10.000 kasus granuloma inguinaledan terjadi penurunan kejadian setelah penggunaan antibiotik yang efektif

    yaitu kurang dari 20 kasus setiap tahunnya.8 Papua New Guinea  adalah area

    dengan kejadian terbanyak penyakit granuloma inguinale. Tahun 1980

    terdapat 46% kasus ulkus genitalia pada perempuan disana. Penelitian di 5

     pusat kesehatan tahun 1989-1990 melaporkan granuloma inguinale

    merupakan penyebab ulkus genitalia tersering kedua setelah herpes genital

    dan penyebab tersering dari IMS pada tahun 1992-1993 di provinsi Porgera

    Enga, Papua New Guinea. Dan tahun 1952-1992 terjadi insidensi puncak

    granuloma inguinale yaitu 10.000 kasus dari 15.000 populasi di Papua New

    Guinea.3  Di India tahun 1993-1997, sekitar 14% kasus ulkus genitalia

    disebabkan oleh granuloma inguinale dan 15% diantaranya penderita HIV

     positif.3 

    Saat ini insidensi granuloma inguinale sudah sangat jarang ditemukan,

    termasuk di daerah yang sebelumnya endemis. Di Australia tahun 1998

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    8/22

    7

    terjadi penurunan insidensi granuloma inguinale setelah didirikannya

     National Donovanosis Eradication Andvisory Committee dan pada tahun

    2004 hanya terdapat 5 kasus disana.3,8 Tahun 2006, CDC (Center for Disease

    Control and Prevention) melaporkan bahwa Brazil sudah tidak termasuk area

    endemis untuk IMS.2

    Penyakit ini sering dijumpai pada usia produktif, yaitu usia 20-40 tahun.3

    Berdasarkan jenis kelamin, kejadian granuloma inguinale lebih sering terjadi

     pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 6:1.3 Hasil studi Rajam

    dan Rangiah di Zimbabwe dan India Selatan menyatakan kejadian granuloma

    inguinale lebih banyak pada laki-laki yaitu 1.350 kasus dari pada perempuan

    562 kasus.3

    2.3 Etiologi

    Pada tahun 1905 Donovan menemukan adanya badan intraseluler pada

    sediaan apus bahan yang diambil dari ulkus penderita granuloma inguinale di

    Madras, India. Badan intraseluler ini disebut  Donovan bodies  (badan-badan

    Donovan).3 Donovan bodies  berukuran 1.5 x 0.7 µm dalam makrofag dan sel

    epitel pada stratum malpighi.3 Aragao dan Vianna berhasil mengidentifikasi

     bakteri hasil kultur dari ulkus penderita granuloma inguinale yaitu

    Calymmatobacterium granulomatis.3 

    Dalam buku FitzPatricks, donovanosis disebabkan oleh  Klebsiella

     granulomatis, sebelumnya disebut dengan Calymmatobacterium

     granulomatis. Pergantian nama spesies tersebut dikarenakan terdapat

    kesamaan >99% morfologi dan karakter serologis dengan  Klebsiella sp dan

    setelah dilakukan pemeriksaan PRC bakteri tersebut memiliki gen  phoE   dan

    gen 16S ribosomal RNA yang homolog dengan  Klebsiella pneumoniae  dan

     Klebsiella rhinoscleromatis.6 

     Klebsiella granulomatis  merupakan bakteri gram negatif, berbentuk

     batang pendek, intraseluler, pleomorfik, tidak motil, dan termasuk organisme

    fakultatif.  Klebsiella granulomatis  bersifat patogen hanya pada manusia dan

    dapat berkembang dalam embrio ayam. Hasil pemeriksaan dengan mikroskop

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    9/22

    8

    elektron menggambarkan  Klebsiella granulomatis memiliki kapsul yang

     besar, tidak berflagel, dan terdapat filiform pada dinding selnya.8 Basil

    dikelilingi oleh kapsul yang berbatas tegas dapat dilihat dengan pewarnaan

    Wright, kapsul berwarna merah muda dan berbentuk bipolar. Reproduksi

     bakteri terjadi dalam fokus multiple pada sel-sel sampai vakuol berisi 20-30

    organisme, kemudian tejadi lisis, dan keluar organisme yang mature.9 

    Gambar 2.1 Donovan bodies dalam makrofag dengan pewarnaan Giemsa

    Sumber : Handsfield Hunter, 2011

    2.4 Patogenesis

    Penularan granuloma inguinale melalui hubungan seksual, baik genital-

    genital, oral-genital, maupun ano-genital dan non seksual yaitu pada keadaan

    higiene buruk melalui autoinokulasi feses pada kulit yang tidak utuh atau kulit

    yang mudah terkena trauma.3 Selain itu penularanya dapat melalui transmisi

     perinatal, dari ibu dengan granuloma inginale ke neonatus.8 

     Klebsiella granulomatis merupakan flora normal pada usus manusia, dapat

    ditransmisikan ke regio anogenital melalui autoinokulasi atau hubungan

    seksual.11  Pada dinding bakteri  Klebsiella granulomatis  terdapat

     Lipopolysaccharides (LPS) sebagai faktor patogen, yang akan mengaktivasi

    sel-sel inflamasi dan komplemen, serta dapat menyebabkan deposisi

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    10/22

    9

    komplemen C3b sehingga menghambat pembentukan MAC ( Membrane

     Attack Complex) yang mencegah kerusakan membran dan kematian sel

     bakteri. Selain itu, bakteri ini memiliki kapsul polisakaria yang merupakan

    lapisan proteksi dari fagositosis polimorfonuklear granulosit dan dapat

    menghambat aktivasi C3b. Bakteri ini juga memproduksi adhesin yang akan

    membantu bakteri untuk penetrasi pada sel host.12 Setelah penetrasi pada kulit,

     Klebsiella granulomatis  dapat menyebabkan respon inflamasi yang

    menstimulus pelepasan mediator inflamasi sehingga terjadi destruksi

     jaringan.11 

    Lesi primer dimulai sebagai satu nodus yang keras (berindurasi), kalau

    terjadi kerusakan pada permukaanya terjadi ulkus yang berwarna seperti

    daging dan granulomatosa. Biasanya berkembang perlahan-lahan, sering

    menjadi satu dengan lesi yang berhubungan atau membentuk lesi baru dengan

    autoinokulasi, terutama pada daerah perianal. Timbul akantosis hebat dan

    terdapat banyak histiosit. Beberapa leukosit PMN terdapat dalam fokus

    infiltrat atau tersebar, limfosit jarang ditemukan.9 

    Gambaran patognomonik donovanosis adalah sel mononuklear besar yang

    terinfeksi berisi banyak kista intrasitoplasmik yang diisi oleh badan-badan

    Donovan. Infeksi sekunder akan menimbulkan destruksi jaringan kemudian

    terjadi sikatriks.9 

    2.5 Manifestasi Klinis

    Masa inkubasi berkisar antara 3 hari sampai 3 bulan, umumnya 2-3

    minggu dan dapat sampai 1 tahun.6,8  Lesi kulit ditemukan pada neonatus

    sekitar 6 minggu sampai 6 bulan setelah lahir.8  Umumnya tidak dijumpai

    demam atau gejala sistemik lain. Penyakit diawali dengan nodul subkutan

    tunggal atau multipel, kemudian mengalami erosi, menimbulkan ulkus

     berbatas tegas, berkembang lambat dan mudah berdarah. Ulkus dapat

    dijumpai di regio genital 90% yaitu penis (glans, preputium, batang penis,

     pertemuan penis-skrotum), vulva, labia mayora, serviks, mons pubis, regio

    anal dan perianal 5-10% dan regio inguinal 10%.8,9

     

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    11/22

    10

    Ulkus di daerah mukokutan yang progresif lambat dan dapat meluas.

    Ulkus tanpa rasa nyeri. Tepi ulkus dapat meninggi, tidak teratur, batas tegas,

    dan berindurasi. Dasar ulkus yang masih baru dipenuhi cairan berwarna merah

    darah. Pada ulkus yang sudah lama, dasar ulkus berupa jaringan granulasi,

     berwarna merah, mudah berdarah, dengan cairan seropurulen yang berbau

     busuk. Adanya pus menandakan terjadi infeksi sekunder. Ulkus yang luas

    dapat menetap dan bertambah luas selama beberapa tahun, menyerupai

    kanker. Limfadenopati jarang terjadi kecuali terdapat superinfeksi bakteri.6,9 

    Terdapat empat varian klinis8,9 :

      Ulsero granulomatosa atau nodular : berupa jaringan granulasi merah dan

    hipertropik yang mudah berdarah.

      Hipertropik : berupa lesi-lesi eksofitik menyerupai veruka dalam jumlah

     banyak (cauliflower or wartlike lession).

       Nekrotik : berupa ulkus dalam dengan destruksi jaringan yang luas,

    dengan eksudat yang berbau busuk.

      Sklerotik : berupa fibrosis dengan dasar yang mengering.

    Ulkus pada ekstra genital ditemukan pada 6% kasus. Donovanosis oral

    merupakan manifestasi klinis tersering dari ulkus ekstra genital. Ulkus mudah

     berdarah, terdapat rasa nyeri, biasanya ulkus terjadi pada bibir, terjadi edema

    kelenjar liur dan edema palatum. Donovanosis juga dapat mengenai tulang,

    dimana pada 50% kasus mengenai tulang tibia. Gejalanya berkaitan dengan

    simptom konstitusional (berat badan turun, demam, keringat malam hari, dan

    lemas) dan ini biasanya terjadi pada perempuan.8

    Gambar 2.2 Granuloma Inguinale

    Sumber : Hart G, 2012

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    12/22

    11

    2.6 Pemeriksaan Penunjang

    2.6.1 Apusan Jaringan (Tissue Smear )

    Apusan jaringan yang diperoleh dari kerokan tepi jaringan

    ulkus dan diwarnai dengan Giemsa, Wright, atau pewarnaan

    Leisman. Identifikasi organisme secara histologis dalam vakuol di

    dalam sitoplasma makrofag ( Donovan bodies). Organisme

     berbentuk seperti peniti atau pegangan telepon.7,13 

    2.6.2 Kultur

    Pemeriksaan kultur dengan bahan feses dilaporkan dapat

    ditemukan  Klebsiella granulomatis  dengan monocyte co-culture

     system dan modified Chlamydia culture.15 Dapat digunakan media

     biakan jaringan dan telur ayam.9 

    2.6.3 PCR (Polymerase Chain Reaction )

    Pemeriksaan PCR lebih dipilih untuk penelitian dan

    hasilnya lebih sensitif.15 Pada penyakit ulkus genital pemeriksaan

    PCR sudah berkembang dengan teknik amplifikasi asam nukleat

     Klebsiella granulomatis primer.13

    2.6.4 Serologis

    Teknik pemeriksaan immunofluoresensi tidak langsung

    menggunakan bagian tipis dari lesi granuloma inguinale sebagai

    sumber antigen. Dapat ditemukan antibodi ikatan komplemen

    terhadap  Klebsiella granulomatis, tetapi sensitivitas danspesifisitas rendah untuk infeksi awal.9,15

    2.6.5 Biopsi

    Hasil pemeriksaan mikroskopik pada lesi yang aktif berupa

    gambaran hiperplasia epitel pada tepi ulkus yang menyerupai

    gambaran mikroskopik karsinoma ( pseudoepitheliomatous

    hyperplasia). Pada dermis terlihat infiltrate padat yang terdiri dari

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    13/22

    12

    histiosit dan sel plasma. Ditemukan Donovan bodies, neutrofil dan

    sel-sel inflamasi mononuklear pada basal ulkus dan sekitar

    epitel.9,14 

    2.7 Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaa fisik dan

     pemeriksaan penunjang. Masa inkubasi granuloma inginale berkisar antara

    3 hari sampai 3 bulan, umumnya 2-3 minggu dan dapat berlangsung lama

    hingga 1 tahun.6,8 

    2.7.1 Anamnesis

    Insidensi tinggi pada kelompok usia dengan aktivitas

    seksual paling banyak yaitu usia 20-40 tahun, pada kelompok

    homoseksual, dan pada  sexual workers.3,16  Pada anamnesis

    terdapat kontak seksual sebelum timbulnya lesi, lesi tidak terasa

    nyeri, umumnya tidak terdapat demam atau gejala sistemik

    lainnya.7 

    2.7.2 Pemeriksaan Fisik

    Penyakit diawali dengan papul pada kulit atau nodus

    subkutan tunggal atau multipel, kemudian mengalami erosi,

    menimbulkan ulkus berbatas tegas, berkembang lambat dan mudah

     berdarah.2,7  90% ulkus terjadi pada regio genital, 10% regio

    inguinal, dan 5-10% region anal-perianal.8 Pada laki-laki regio

    genital tersering terjadinya ulkus yaitu penis, skrotum, dan glans,

    sedangkan pada perempuan yaitu labia dan perineum.6  Empat

    varian klinis berupa ulsero granulomatosa, hipertropik, nekrotik,

    dan sklerotik.10 Ulkus dapat meluas, persisten, dan progesif lambat

    dalam beberapa tahun menyerupai karsinoma.10 

    2.7.3 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang dapat berupa apusan jaringan,

    kultur, PCR, biopsi, dan serologis. Ditemukan  Donovan bodies

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    14/22

    13

     pada pemeriksaan apusan jaringan dari kerokan tepi jaringan ulkus

    yang diwarnai dengan Giemsa, Wright, atau pewarnaan Leisman.

    Terkadang diperlukan biopsi bila terdapat kasus dengan dugaan

    granuloma inguinale secara klinis, namun sediaan apusan jaringan

    secara berulang tidak ditemukan  Donovan bodies, hal ini juga

    dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan.7 Hasil

     pemeriksaan histologi berupa gambaran proliferasi epitel,

    hiperplasia epitel, infiltrate sel-sel inflamasi, neutrofil, dan sedikit

    ditemukan limfosit. Ukuran diameter sel mononuklear sekitar 25-

    90 µm dengan lebih dari 20 intrasitoplasma vakuol terdapat

     Donovan bodies.8 

    2.8 Diagnosis Banding

    Pada tahap awal granuloma inguinale dapat didiagnosis banding dengan

    ulkus sifilis primer dan ulkus mole. Pada tahap lanjut, dapat didiagnosis

    dengan limfogranuloma venereum.7

    2.8.1 Sifilis Primer

    Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema

     palidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Dalam perjalanannya

    dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dapat menyerupai banyak

     penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.

    Masa tunas biasanya 2-4 minggu. Treponema palidum  invasi ke

    dalam selaput mukosa atau kulit yang telah mengalami lesi atau

    mikrolesi secara langsung, biasanya melalui kontak seksual. T.Pallidum 

    akan berkembang biak kemudian menyebar secara limfogen dan

    hematogen.

    Kelainan kulit diawali dengan papul lentikular yang permukaannya

    segera menjadi erosi kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasanya

     bulat, solitary, dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna merah dan

     bersih. Dindingnya tidak bergaung, kulit disekitarnya tidak

    menunjukkan tanda-tanda inflamasi akut. Yang khas adalah ulkus

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    15/22

    14

    tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum.

    Pada laki-laki tempat yang sering terkena adalah sulkus koronarius,

    sedangkan pada perempuan di labia minor dan labia mayor. Ini dapat

    sembuh sendiri antara 3-10 minggu, dan biasanya setelah 1 minggu

    terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional di inguinalis

    medialis.

    Gambar 2.3 Ulkus Durum Pada Sifilis Primer

    Sumber : Sanchez Miguel, 2008

    2.8.2 Ulkus Mole

    Ulkus mole atau sering disebut chancroid adalah penyakit

    ulkus genital akut, setempat, dan dapat autoinokulasi yang

    disebabkan oleh  Haemophillusducreyi dengan gejala klinis berupa

    ulkus di tempat masuknya kuman dan seringkali disertai supurasi

    kelenjar getah bening.

    Masa inkubasi berkisar 3-7 hari, tanpa gejala prodromal.

    Diawali dengan papul inflamasi yang cepat berkembang menjadi

    ulkus nyeri dalam 1-2 hari. Ulkus multiple, dangkal, tidak terdapat

    indurasi, sangat nyeri, bagian tepi bergaung, rapuh, tidak rata, kulit

    dan mukosa di sekililing ulkus eritematosa. Dasar ulkus dilapisi

    oleh eksudat nekrotik kuning keabu-abuan dan mudah berdarah.

    Ulkus dapat menyebar ke perineum, anus, skrotum, tungkai atas,

    abdomen bagian bawah sebagai akibat autoinokulasi.

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    16/22

    15

    Ulkus pada laki-laki berlokasi di preputium, frenulum, dan

    sulkus koronarius, sedangkan pada perempuan terdapat di introitus,

    vestibulum, dan labia minor. Pasien perempuan terkadang tidak

    menyadari dirinya telah terinfeksi, keluhan pada perempuan

    seringkali tidak berhubungan dengan ulkus, seperti disuria, nyeri

    saat defekasi, dispareunia, atau leukorea. Beberapa varian ulkus

    mole diantaranya dwarf chancroid, follicular chancroid, giant

    chancroid, transient chancroid, phagedenic chancroid,

     serpigenous chancroid, popular chancroid, dan mixed chancroid. 

    Gambar 2.4 Ulkus Mole

    Sumber : Lautenschlager Stephan, 2008

    2.8.3 Limfogranuloma Vereneum

    Limfogranuloma vereneum adalah infeksi menular seksual

    sistemik yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serovar L1,

    L2 dan L3. Bentuk yang tersering ialah sindrom inguinal, berupa

    limfadenitis dan periadenitis beberapa kelenjar getah bening

    inguinal medial dengan lima tanda inflamasi akut dan disertai

    gejala konstitusi.

    Masa tunas penyakit ini 1-4 minggu. Gejala konstitusi

    timbul sebelum penyakitnya mulai dan biasanya menetap selama

    sindrom inguinal. Gejala tersebut berupa malaise, nyeri kepala,

    atralgia, anoreksia, mual, dan demam. Gambaran klinisnya dapat

    dibagi menjadi bentuk dini, yang terdiri dari afek primer serta

    sindrom inguinal dan bentuk lanjut yang terdiri dari sindrom

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    17/22

    16

    genital, anorektal, dan uretral. Waktu terjadinya afek primer hingga

    sindrom inguinal 3-6 minggu, sedangkan dari bentuk dini hingga

     bentuk lanjut satu sampai beberapa tahun.

    Gambar 2.5 Limfogranuloma Vereneum

    Sumber : Ghosn Samer, 2008.

    2.9 Tatalaksana

    2.9.1 Prinsip pengobatan7 :

     

    Lama pengobatan antara 3 minggu sampai 3 bulan, hingga sembuh.

      Bila bersamaan dengan infeksi HIV, diperlukan waktu pengobatan

    yang lebih panjang.

    2.9.2 Pengobatan spesifik 17

     

      Lini pertama

    -  Azitromisin 1 gram per oral 1x/minggu atau 500 mg/hari

    selama 3 minggu.  Lini kedua

    Doksisiklin 2 x 100mg/hari minimal selama 3 minggu

    -  Ciprofloksasin 2 x 750mg/hari minimal selama 3 minggu

    -  Eritromisin 4 x 500mg/hari minimal selama 3 minggu

    Trimethoprim-sulfamethoxazole (160mg/800mg) tablet per oral

    2x/hari minimal selama 3 minggu

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    18/22

    17

    2.9.3 Keadaan Khusus

      Granuloma inguinale dengan Kehamilan

    Doksisiklin tidak boleh diberikan pada trimester kedua dan ketigakehamilan karena dapat menyebabkan diskolorasi gigi dan tulang.

    Ciprofloksasin dilaporkan dapat merusak kartilago pada animal

    studi. Oleh karena itu, perempuan yang hamil dan menyusui dapat

    diberikan pengobatan golongan makrolide (azitromisin atau

    eritromisin).

      Infeksi HIV

    Pasien dengan infeksi granuloma inguinale dan HIV memperoleh

     pengobatan yang sama dengan pasien granuloma inguinale tanpa

    HIV. Antibiotik tambahan dapat diberikan jika tidak ada perbaikan

    dalam beberapa hari setelah pengobatan. Antibiotik yang menjadi

     pilihan yaitu aminoglikosida (gentamisin 1mg/kgBB intravena

    setiap 8 jam).

    2.10 Komplikasi

    Komplikasi genital dari granuloma inguinale adalah edema genital yang

    dapat menjadi pseudoelephantiasis, fimosis, parafimosis, dan destruksi

     progresif jaringan sehingga dapat terjadi deformitas genital, pada bentuk

    sklerotik terjadi stenosis uretra, vagina, dan lubang anus. Lesi dapat menetap

     pada regio genital dan regio perianal. Dapat terjadi hiperplasia

     pseudoepiteliomatosa, yang sulit dibedakan dengan karsinoma baik secara

    klinis maupun histologis. Keganasan dapat berupa karsinoma sel basal atau

    karsinoma sel skuamosa.6,9

     

    Komplikasi ekstragenital dilaporkan terjadi sekitar 6% dari seluruh kasus

    granuloma inguinale yang menyebar secara hematogen dari infeksi primer.

    Umumnya komplikasi ektragenital terjadi pada mukosa mulut, leher, kulit

    kepala, toraks, lengan dan tungkai. Pada mukosa mulut dapat menimbulkan

    edema, ulkus, dan perdarahan pada kelenjar parotis dan palatum serta dapat

    menyebabkan hilangnya gigi. Pada kasus yang berlangsung lama dapat

    menyebabkan adanya fibrosis dan mikrostomia. Penyebaran secara

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    19/22

    18

    hematogen akan menimbulkan manifestasi klinis berupa gejala sistemik yaitu

    demam, anoreksia, dan penurunan berat badan. Lesi metastatik ini dapat

    mengenai tulang dimana 50% kasus paling sering mengenai tulang tibia, dan

    organ-organ viseral seperti usus, hati, limpa, dan paru-paru.6,8,9 

    2.11 Prognosis

    Pada kasus dini, prognosis baik untuk kesembuhan total dan dapat kambuh

    setelah 6-18 bulan diberikan pengobatan, oleh karena itu diperlukan kontrol

    dalam jangka waktu yang lama yakni beberapa bulan sampai beberapa tahun

    setelah pengobatan berhasil.6,7  Pada kasus yang sudah lanjut dapat terjadi

    destruksi jaringan yang memerlukan pembedahan radikal.7

     

    2.12 Pencegahan10

     

      Tidak melakukan kontak seksual baik secara genital-genital, oro-genital,

    maupun ano-genital dengan banyak partner. Melakukan kontak seksual

    hanya dengan satu orang.

      Melakukan tes untuk PMS termasuk HIV.

      Setiap individu yang melakukan kontak seksual dengan penderita

    granuloma inguinale dalam 60 hari harus melakukan pemeriksaan dan

    diberikan pengobatan.

      Jika seorang perempuan berencana untuk hamil atau sedang hamil

    dilakukan tes untuk PMS dan HIV segera mungkin sebelum bayi lahir.

      Anak yang dilahirkan dari ibu penderita granoloma inguinale yang tidak

    diobati diberikan profilaksis azitromisin 20mg/kg selama 3 hari.

      Memberikan penyuluhan dan pendidikan mengenai PMS dan HIV serta

    layanan untuk mencegah IMS. Jika terinfeksi maka sangat penting untuk

    mengurangi penyebaran PMS dan HIV serta memastikan bahwa pasien

    yang berisiko tinggi tertular atau menularkan penyakit diberi alat untuk

    melindungi diri sendiri dan orang lain dari infeksi.

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    20/22

    19

    BAB III

    KESIMPULAN

    Granuloma inguinale merupakan salah satu penyakit menular seksual yang

    disebabkan oleh  Klebsiella granulomatis. Penyakit ini dijumpai pada kelompok

    usia dengan aktivitas seksual paling banyak yaitu usia 20-40 tahun, pada

    kelompok homoseksual, dan pada sexual workers.

    Granuloma inguinale biasanya tidak terasa nyeri dan umumnya tidak

    terdapat demam atau gejala sistemik lainnya. Masa inkubasi granuloma inguinale

     berkisar antara 3 hari sampai 3 bulan, umumnya 2-3 minggu dan dapat

     berlangsung hingga 1 tahun. Granuloma inguinale dapat mengenai regio genitalia,

     perinanal dan inguinal. Penyakit ini diawali dengan papul pada kulit atau nodus

    subkutan tunggal atau multipel, kemudian mengalami erosi, menimbulkan ulkus

     berbatas tegas, berkembang lambat dan mudah berdarah. Penyakit ini bersifat

    kronik dan dapat residif, oleh karena itu diperlukan kontrol beberapa bulan setelah

     pengobatan selesai.

    Penularan penyakit granuloma inguinale terjadi melalui kontak seksual

     baik secara genital-genital, oral-genital, maupun anal-genital. Salah satu cara

    untuk menghindari penularan penyakit seksual adalah tidak melakukan kontak

    seksual dengan banyak orang atau dengan kata lain hanya melakukan kontak

    seksual dengan satu orang yang telah diketahui status kesehatannya.

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    21/22

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 

    Aditama, Tjandra Yoga. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular

    Seksual 2011. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI; 2011. h 1-3.

    2.  Velho P, Elemir M, Junior WB. Donovanosis. Brazilian Journal of

    Infectious Diseases 2008; 12(6) : 521-25.

    3.  O’Farrel N. Donovanosis. In : Holmes K, Sparling PR, Stamm WE, Corey

    L, Cohen M, Watts D, editors. Sexual Transmitted Diseases. United States

    of America: Mc Graw Hill; 2008.p.1990-1993. 703-706.

    4. 

    Dorland W. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 28 th  ed. Hartanto YB,

    editor. Jakarta: EGC; 2012.

    5. 

    Barroso LF, Wispelwey B. Donovanosis presenting as a pelvic mass

    mimicking ovarian cancer. South Med J. 2009; 102(1): 104-5.

    6.  Kibbi A, Shareef M. Granuloma Inguinale. In: Wolff K, Goldsmith LA,

    Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s

    Dermatology in General Medicine. 8th edition. United States of America:

    Mc Graw Hill; 2011.p.1990-1993.

    7. 

    Indriatmi, Wresti. Granuloma Inguinale. Dalam : Menaldi SL, Bramono K,

    Indriatmi W, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta :

    EGC; 2015. h 488-89.

    8. 

    Hart G. Donovanosis. In : Longo D.L, Fauci A.S., Kasper D.L, Hauser

    S.L, Jameson J.L, Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine.

    18th ed. United States of America; Mc Graw Hill Companies; 2012.p 932-

    34.

    9.  Judanarso J. Granuloma Inguinale. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah

    S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2013.

    h 422-25.

    10. Hansfield H. Donovanosis. In : Hunter H, editor. Color Atlas & Synopsis

    of Sexually Transmitted Disease. 3rd  ed. United States of America; Mc

    Graw Hill Companies; 2011.p 99-101.

  • 8/17/2019 Referat Granuloma Inguinale-Afiati

    22/22

    21

    11. Hof H. Calymmatobacterium Granulomatis. (updated 2014 May 9; cited

    2015 June 11).Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ 

    12. 

    Mandell. Enterobacteriaceaec. In : Mandell, Douglas, and Bennett’s

    Principles and Practice of Infectious Disease. 7th  ed. Churchill

    Livingstone, An Imprint of Elsevier; 2009.

    13. 

    O’Farrell N. 2010 European guideline on donovanosis. London : European

    guideline 2015;1-6.

    14. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi robbins. 7th ed.

    Jakarta: EGC; 2009.

    15. Sardana K. Donovanosis. Dermatol Online J. 2008;14(9):8.

    16. Richens J. Donovanosis (granuloma inguinale). Sex Transm Infect

    2006;8(4) : 21-22.

    17. Workowski K, Bolan G. Sexual Transmitted Disease Treatment Guideline.

    Donovanosis. (updated 2014 August 20; cited 2015 June 11).Available

    from: http://www.cdc.gov/std/treatment/resources.htm