Referat Ablasio Retina Ffix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhhh

Citation preview

BAB IPENDAHULUANRetina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan lapisan ketiga bola mata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan jaringan uvea yang merupakan jaringan vaskuler yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina. Antara retina dan koroid terdapat rongga yang potensial yang bisa mengakibatkan retina terlepas dari koroid. Hal ini yang disebut sebagai ablasio retina.1Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, Retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks. Pengolahan informasi di retina berlangsung dari lapisan fotoreseptor melalui akson sel ganglion menuju ke saraf optikus dan otak.2Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena terpisahnya lapisan neuroretina dari lapisan epitel pigmen retina akibat adanya cairan di dalam rongga subretina atau akibat adanya suatu tarikan pada retina oleh jaringan ikat atau membran vitreoretina. Terdapat tiga tipe utama ablasio retina, yakni ablasio regmatogen, ablasio traksi, dan ablasio eksudatif. Jenis ablasio yang paling sering terjadi dari ketiga tipe tersebut adalah ablasio regmatogen. Juga merupakan salah satu kasus emergensi oftalmologi karena dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani dengan segera. 1BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi RetinaBola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga jaringan yaitu sklera, jaringan uvea, dan lapisan ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membrane neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi ransangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.3

Gambar 1: Anatomi bola mata2

Gambar 2 Anatomi retina4Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsang cahaya. Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliaris, dan akhirnya di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sistem temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan membrana Bruch, koroid, dan sklera. Retina menpunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub posterior. Ditengah-tengah retina posterior terdapat makula. Di tengah makula terdapat fovea yang secara klinis merupakan cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Retina berbatas dengan koroid dengan sel epitel pigmen retina dan terdiri atas 10 lapisan:2,31. Lapisan epitel pigmen2. Lapisan fotoreseptor merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

3. Membran limitan eksterna yang merupakan membrane ilusi.

4. Lapisan nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang.

5. Lapisan pleksiform luar merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

6. Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller. Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri7. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

8. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua,

9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju kearah saraf optik. Didalam lapisan lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.10. Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kaca.Retina mendapatkan suplai darah dari dua sumber yaitu koriokapiler yang berada tepat di luar membrana Bruch, yang mensuplai sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina, serta cabang-cabang dari arteri retina sentralis yang mensuplai dua per tiga sebelah dalam.5,6

Gambar 2 : Lapisan pada retina2Mata berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan oksipital. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itu adalah bahwa makula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fototopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).2,32.2 Definisi Ablasio RetinaAblasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dengan dari sel epitel retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Brunch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.3,5Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. Ada tiga klasifikasi ablasio retina yaitu ablasi retina regmatogenosa, ablasi retina eksudatif, ablasi retina traksi (tarikan).3

Gambar 4 Ablasio Retina 42.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi yang terkait dengan ablasio retina adalah miopia , katarak removal, dan trauma. Sekitar 40 - 50 % dari semua pasien dengan ablasio retina memiliki miopia. Ablasio retina yang berhubungan dengan miopia cenderung terjadi pada pasien berusia 25 - 45 tahun, sementara non-miopia cenderung terjadi pada orang tua. Pasien dengan miopia tinggi ( > 6 D ), lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan, memiliki resiko seumur hidup 5 % dari ablasio retina. Ablasio retina terjadi kira-kira 5-16 per 1000 kasus diikuti oleh penyebab operasi katarak, dan ini terdiri dari sekitar 30 - 40 % dari semua ablasio retina yang dilaporkan. Faktor-faktor resiko yang terkait dengan ablasio retina dalam katarak removal yang tidak disengajakan (accidental) adalah posterior kapsul pecah pada saat operasi, usia muda, panjang aksial meningkat, ruang bilik mata depan yang dalam, dan jenis kelamin laki-laki. Kira-kira 10 - 20% dari ablasio retina dikaitkan dengan trauma mata langsung.7Ablasio retina yang diakibatkan oleh trauma lebih sering terjadi pada orang yang lebih muda. Meskipun tidak ada penelitian telah memperkirakan kejadian ablasio retina dalam olahraga, olahraga tertentu (misalnya, tinju dan bungee jumping ) berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya ablasio retina. Ada juga beberapa laporan bahwa Laser capsulotomy dikaitkan dengan peningkatan resiko ablasio retina. Di Amerika Serikat, kelainan struktural, operasi sebelumnya, trauma dan uveitis adalah faktor resiko utama untuk ablasio retina. Miopia yang tinggi, trauma, kelainan struktural dan operasi sebelumnya adalah faktor resiko utama di Asia.7

2.4 Klasifikasi 1 . Ablasi retina regmatogenosa

Pada ablasi retina regmatogenosa dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.3Ablasi ini terjadi pada mata yang mempunyai faktor predisposisi untuk terjadi ablasi retina. Trauma hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang berpotensi. Mata yang berpotensi untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer, 50% ablasi yang timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama.3,6Antara gejala yang timbul adalah terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan. Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat berbahaya karenan dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasi retina bila dilepasnya retina mengenai makula lutea.3,6,7Pada pemeriksaan fundoskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasi) bergoyang. Kadang-kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adaya defek aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila terjadi neovaskular glaucoma pada ablasi retina adalah pembedahan. Sebelum pembedahan, pasien dirawat dengan mata ditutup. Pembedahan dilakukan secepat mungkin dan sebaiknya antara 1-2 hari.3,8,9Pengobatan ditujukan untuk melekatkan kembali bagian retina yang lepas dengan diatermi dan laser. Diatermi ini dapat berupa Diatermi permukaan (surface diathermy) atau diatermi setengah tebal sklera (partial penetrating diatermy) sesudah reseksi sklera. Hal ini dapat dilakukan dengan atau tanpa mengeluarkan cairan subretina. Pengeluaran dilakukan di luar daerah reseksi dan terutama di daerah di mana ablasi paling tinggi. Implan diletakkan di dalam kantong sklera yang sudah direseksi yang akan mendekatkan sklera dengan retina dan mengakibatkan pengikatan yang terlokalisir. Sabuk (band) yang melingkar pada bola mata merupakan tindakan yang mulai popular karena memperbaiki prognosis dan mobilisasi yang cepat.8,112. Ablasi retina eksudatif

Ablasi retina eksudatif adalah ablasi retina yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstra vasasi). Hal ini disebabkan penyakit koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin. Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.2,3,63. Ablasi retina traksi (tarikan)

Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit. Pada badan kaca, terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus proliferatif, trauma, trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi. Pengobatan ablasi akibat tarikan di dalam kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan yang disebut sebagai vitrektomi.2,3,62.5 Patogenesis

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat terpisah :2,81. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio regmatogenosa).

Gambar 5 : Ablasi Retina Regmatogenosa dengan horshoe tear72. Terjadi akibat akumulasi cairan subretinal dengan tanpa adanya robekan retina ataupun traksi pada retina. Pada penyakit vaskular, radang, atau neoplasma retina, epitel pigmen, dan koroid, maka dapat terjadi kebocoran pembuluh darah sehingga berkumpul di bawah retina. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)

Gambar 6 Ilustrasi Ablasi Retina Eksudatif3. Terjadi pembentukan yang dapat berisi fibroblas, sel glia, atau sel epitel pigmen retina. Awalnya terjadi penarikan retina sensorik menjauhi lapisan epitel di sepanjang daerah vaskular yang kemudian dapat menyebar ke bagian retina midperifer dan makula. Pada ablasio tipe ini permukaan retina akan lebih konkaf dan sifatnya lebih terlokalisasi tidak mencapai ke ora serata. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).2.6 Gejala Klinis

1. Flashes (Fotopsia)

Fotopsia disebabkan oleh rangsangan mekanis pada retina, biasanya terjadi sekunder setelah pemisahan vitreus dari retina. Sebagian besar pasien yang vitreus posteriornya terlepas akan mengalami kilatan sinar, terutama saat melakukan gerak sekadik. 6,8,9

2. Floaters

Floaters (terlihatnya benda melayang layang) yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri. Untuk beberapa alasan, pasien sering menggambarkan gejala ini seperti berudu atau bahkan sarang laba-laba. Ini mungkin karena adanya kombinasi gejala ini dan kilatan cahaya. 6,93. Shadows

Saat robekan retina terjadi, pasien seharusnya segera mencari pengobatan medis dan pengobatan efektif. Namun beberapa pasien tidak segera mencari pengobatan medis atau bahkan malah mengabaikan gejala yang dialami. Memang dalam beberapa saat gejala akan berkurang, tetapi dalam kurun waktu beberapa hari hingga tahunan akan muncul bayangan hitam pada lapangan pandang perifer. Jika retina yang terlepas berada pada bagian atas, maka bayangan akan terlihat pada lapangan pandang bagian bawah dan dapat membaik secara spontan dengan tirah baring, terutama setelah tirah baring pagi hari. Kehilangan penglihatan sentral atau pandangan kabur dapat muncul jika fovea ikut terlibat.94. Penurunan Tajam Penglihatan

Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakian luas. Pada keadaan yang telah lanjut, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.9

Saat anamnesis, penting juga untuk menanyakan riwayat trauma, apakah terjadi beberapa bulan sebelum gejala muncul atau bertepatan dengan timbulnya gejala. Perhatikan juga riwayat operasi, termasuk ekstraksi katarak, pengangkatan benda asing intraokuler atau prosedur lain yang melibatkan retina. Tanyakan juga mengenai kondisi pasien sebelumnya, seperti pernah atau tidak menderita uveitis, perdarahan vitreus, ambliopia, glaukoma, dan retinopati diabetik. Riwayat penyakit mata dalam keluarga juga penting untuk diketahui. 102.7 Pemeriksaan OftalmoskopiAdapun tanda tanda yang dapat ditemukan pada keadaan ini antar lain : 3,7,8,10a. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat. b. Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih atau mungkin normal.c. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosa ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskop indirek binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok kelok dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang terjadi ablasio telihat lipatan lipatan halus. Satu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.

d. Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis. Ini adalah nilai khusus pada pasien media berkabut terutama dihadapan padat katarak.2.8 Diagnosis Banding1. Retinoskisis degeneratif

Retinoskisis degeneratif adalah kelainan retina perifer didapat yang sering ditemukan dan diyakini terbentuk dari gabungan degenerasi kistoid perofer yang sudah ada. Elavasi kistik terebut paling sering ditemukan di kuadran inferotemporal, diiukuti kuadran superotemporal. Degenerasi kistoid berkembang menjadi salah satu dari dua bentuk retinoskisis, tipikal atau reticular, walaupun secara klinis keduanya sulit dibedakan.2

Retinoskisis menyebababkan suatu skotoma absolut dalam lapangan pandang, sedangkan ablasio retina menimbulkan suatu skotoma relative. Elevasi kistik pada retinoskisis biasanya halus tanpa disertai sel-sel pigmen vitreus. Permukaan ablasio retina biasa berombak-ombak dengan sel-sel pigmen di dalam vitreus.22. Korioretinopati Serosa Sentralis

Korioretinopati serosa sentralis (CSR) ditandai oleh pelepasan serosa retina sensorik akibat adanya daerah-daerah dengan pembuluh-pembuluh koroid yang hipermeabel dan gangguan fungsi pompa epitel pigmen retina. Ketajaman penglihatan sering hanya berkurang secara moderat dan dapat diperbaiki mendekati normal dengan koreksi hiperopia kecil. Banyak pasien mengalami defek penglihatan ringan yang menetap seperti penurunan sensitivitas warna, mikropsia atau skotoma relatif. 22.9 TatalaksanaTujuan utama bedah ablasi adalah untuk menemukan dan memeperbaiki semua robekan retina, digunakan krioterapi atau laser untuk menimbulkan adhesi antara epitel pigmen dan retina sensorik sehingga mencegah influks cairan lebih lanjut kedalam ruang subretina, mengalirkan cairan subretina ke dalam ke luar, dan meredakan traksi vitreoretina. diterapkan berbagai teknik bedah. 2,8Pembedahan dibagi ke dalam dua kategori, yakni : 6,81. Eksternal ( Pendekatan Konvensional): melibatkan eksplan material ke rongga bola mata

2. Internal (Pembedahan Vitreoretina) : pembuangan vitreus, menurunkan gaya traksi. Vitreus kemudian digantikan dengan minyak silikon atau gas sebagai tamponade robekan. a. Scleral Buckling

Pembedahan Scleral buckling adalah metode pendekatan ekstraokuler dengan membuat lekukan pada dinding mata untuk mengembalikan kontak dengan retina yang terlepas. Sebuah silikon dengan konfigurasi yang sesuai diposisikan dengan jahitan pada sklera bagian luar di atas lekukan buckle dinding bola mata. Proses perlengketan kembali ini dapat diperkuat oleh drainase cairan subretina, meskipun manuver ini tidak dibutuhkan pada semua kasus. Robekan tunggal ditangani dengan cryotherapy atau terapi laser untuk menjamin penutupan permanen. Angka keberhasilan scleral buckling untuk melekatkan kembali retina dan memulihkan penglihatan terbilang tinggi. Penelitian terbaru yang melibatkan 190 mata, angka keberhasilan metode ini mencapai 89% untuk operasi tunggal.2,6,12

Komplikasi cryotherapy adalah vitreoretinopathy proliferative (PVR), uveitis, cystoid edema makula, perdarahan intraokular, dan nekrosis chorioretinal. Komplikasi operasi scleral buckling adalah iskemia (segmen anterior dan posterior), infeksi, perforasi, strabismus, erosi atau ekstrusi eksplan, mengerutnya makula, katarak, glaukoma, vitreoretinopathy proliferative (4%), dan kegagalan (5-10%). Scleral buckling memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Prognosis visual akhir tergantung pada keterlibatan makula. Prognosis lebih buruk jika makula terlepas. 12

Gambar 7 Scleral Buckling11Gambar a) menunjukkan tamponade di jahit pada permukaan luar sklera. Gambar b) menunjukkan lubang retina yang kelihatan. Gambar c) menunjukkan tamponade pada tempatnya.

Pita silikon menekan spons silikon dibawahnya sehingga dapat memposisikan lapisan sensorik dan RPE kembali menyatu.

Gambar 8 Prosedur Scleral Buckling 15b. Pneumatic Retinopexy

Pada metode ini, gas inert atau udara diinjeksi ke dalam vitreus. Dengan cara ini, retina akan terlekat kembali. Cryosurgery dilakukan sebelum atau sesudah injeksi gas atau koagulasi laser dilakukan di sekitar defek retina setelah perlekatan retina. Metode ini sangat cocok digunakan pada kondisi ablasio dengan satu robekan retina pada bagian atas perifer fundus (arah jam 10 hingga jam 2). 2,6,12

Gambar 9 Pneumatic Retinopexy11c. Pars Plana Vitrektomi (PPV)

Dengan operasi menggunakan mikroskop, korpus vitreus dan semua traksi epiretina dan subretina dapat disingkirkan. Retina kemudian dilekatkan kembali dengan menggunakan cairan perfluorocarbon dan kemudain digantikan dengan minyak silikon atau gas sebagai tamponade retina. Operasi kedua dibutuhkan untuk membuang minyak silikon. Kelebihan dari teknik ini adalah mampu melokalisasi lubang retina secara tepat, eliminasi kekeruhan media, dan terbukti dapat dikombinasikan dengan ekstraksi katarak, penyembuhan langsung traksi vitreus, dan membuang serat-serat pada epiretina dan subretina. Namun, teknik ini membutuhkan peralatan mahal dan tim yang berpengalaman, membuat kekeruhan lensa secara perlahan, kemungkinan dilakukannya operasi yang kedua untuk membuang minyak silikon, dan pemantauan segera setelah operasi. 6,12

Gambar 10 Tiga port Pars Plana Vitrektomi (PPV) 11 a) Dua port superior membenarkan laluan untuk suction-cutter (vitrector), suatu fiberoptic endoilluminator, dan instrumen lain dengan infusi cairan secara melewati port yang ketiga. b) Vitrektomi yang mengeluarkan traksi vitreus anterior pada horshoe tear. c) Pandangan panoramic pada penanganan endolaser. d) intraokuler tamponade dilihat pada daerah superior

Penanganan ablasio retina regmatogen dilakukan dengan tindakan pembedahan dengan teknik scleral buckling atau pneumatic retinopexy. Pada kedua teknik ini dilakukan cryotherapy atau laser terlebih dahulu untuk membentuk adhesi antara epitel pigmen dan sensorik retina. Sedangkan penanganan utama untuk ablasio traksi adalah operasi vitreoretina dan bisa melibatkan vitrektomi, pengangkatan membran, scleral buckling dan injeksi gas atau minyak silikon intraokuler. 2,62.10 KomplikasiJika pengobatan tertunda, perlepasan retina secara parsial dapat berlanjut sampai seluruh retina terlepas. Ketika hal ini terjadi, penglihatan normal tidak dapat dipulihkan, dan penurunan ketajaman visual atau kebutaan terjadi pada mata yang terkena. Komplikasi lain dapat mencakup perdarahan ke dalam mata (perdarahan vitreous), glaukoma (sudut tertutup), peradangan, infeksi, dan jaringan parut akibat operasi. Kehilangan persepsi cahaya juga dapat terjadi. 4Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR). PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut. 42.11 Prognosis

Jika makula melekat ddan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula terlepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya. Namun, bagian penting penglihatan dapat kembali pulih dalam beberapa bulan. Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati poliferatif, PVR). PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.8BAB III

KESIMPULAN

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Penyebab The most common worldwide etiologic factors associated with retinal detachment are myopia (ie, nearsightedness), aphakia, pseudophakia (ie, cataract removal with lens implant), and traumFaktor penyebab Penyebab The most common worldwide etiologic factors associated with retinal detachment are myopia (ie, nearsightedness), aphakia, pseudophakia (ie, cataract removal with lens implant), and traumpaling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah miop, operasi katarak (afakia, pseudofakia) dan trauma. Approximately 40-50% of all patients with detachments have myopia, 30-40% have undergone cataract removal, and 10-20% have encountered direct ocular trauma. Ablasio retina diklasikasikan menjadi 3 yaitu ablasi retina regmatogenosa, ablasi retina eksudatif, ablasi retina traksi (tarikan).Gejala dari ablasio retina adalah adanya floater, fotopsia, dan penurunan tajam penglihatan. Pada pemeriksaan funduskopi diperoleh retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid dan terlihat adanya robekan retina bewarna merah.

Prinsip penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina yaitu dengan pembedahan. DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2. Riordan Paul, DKK. 2009. Vaughan and Asburys Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC3. Ilyas, Sidarta, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.4. American Academy Opthalmologi. 2012. Detached and Torn Retina. Acces : agustus 2015.5. Anonim Retinal Detachment. 2007. Available from URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Retinal detachment.6. Vaugan, Daniel G. Dkk. 2000. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.7. Kwon O. W., Roh M. I., Song J. H. 2010. Retinal Detachment and Proliferative Victreoretinopathy. In. Retinal Pharmacotheraphy. Britain : Saunders-Elsevier. Acces : agustus 20158. James, Bruce Dkk. 2006. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga9. Larkin, L. Gregory. 2010. Retinal Detachment. Available from : http: //emedicine.medscape.com/article/1226426 .10. Pandya HK. 2014. In : Retinal Detachment. (Cited on 2013). Available from URL http://emedicine.medscape.com/article/798501-overview .11. Amico DJ. 2008. In : Primary Retinal Detachment. New England Journal Medicine. Acces : agustus 201512. Alasil Tarek, Eljammal Sam, Scartozzi Richard, et al. 2008. In : Rhegmatogenous Retinal Detachment. Cases Journal. Acces : agustus 2015.

20