30
BAB I PENDAHULUAN Retina adalah lapisan sel-sel syaraf di dalam mata yang berfungsi seperti film pada kamera. Cahaya memasuki mata melalui kornea dan lensa mata yang kemudian difokuskan pada retina. Retina mengubah cahaya tersebut menjadi signal-signal penglihatan yang dikirim ke otak melalui syaraf penglihatan. Makula adalah bagian yang paling sensitif di bagian tengah retina dan memberikan penglihatan yang paling tajam dan jelas. Vitreous adalah media seperti agar-agar bening yang mengisi bagian dalam bola mata mulai dari belakang lensa mata sampai ke retina. Informasi ini hanyalah pedoman umum. 1 Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagi suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat retina melalui saraf ooptikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggungjawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan itu adalah 1

Ablasio Retina Word

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ablasio Retina Word

BAB I

PENDAHULUAN

Retina adalah lapisan sel-sel syaraf di dalam mata yang berfungsi seperti film pada

kamera. Cahaya memasuki mata melalui kornea dan lensa mata yang kemudian difokuskan

pada retina. Retina mengubah cahaya tersebut menjadi signal-signal penglihatan yang dikirim

ke otak melalui syaraf penglihatan.

Makula adalah bagian yang paling sensitif di bagian tengah retina dan memberikan

penglihatan yang paling tajam dan jelas.

Vitreous adalah media seperti agar-agar bening yang mengisi bagian dalam bola mata mulai

dari belakang lensa mata sampai ke retina. Informasi ini hanyalah pedoman umum.1

Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi

sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagi suatu transduser yang

efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan

cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat retina melalui saraf

ooptikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggungjawab untuk ketajaman

penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel

kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel

ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling

tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan

diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan itu adalah bahwa

makula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik)

sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang,

digunakan untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik). 2

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan

sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih

melekat erat dengan membran Brunch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina

tidak terdapat suatu perlengketan struktural

dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas

secara embriologis.3

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan

mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung

lama akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan yang menetap.

1

Page 2: Ablasio Retina Word

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Gambar 1 dikutip dari kepustakaan 7

Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus pandang. Yang

terlihat merah pada fundus adalah warna koroid. Retina terdiri dari macam-macam jaringan,

jaringan saraf dan jaringan pengokoh yang terdiri dari serat-serat Mueller, membrane limitans

interna dan eksterna, serta sel-sel glia.8

Lapisan-lapisan retina dari dalam ke luar, adalah sebagai berikut :3,8

o Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan

kaca.

o Lapisan sel saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke arah saraf

optik. Di dalam lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

o Lapisan sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

o Lapisan pleksiformis dalam, merupakan lapisan aseluler yang merupakan tempat

sinaps sel bipolar, sel amakrim dengan sel ganglion.

o Lapisan inti dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller,

lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

2

Page 3: Ablasio Retina Word

o Lapisan pleksiformis luar, merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat

sinaps sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

o Lapisan inti luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan sel batang.

o Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.

o Lapisan fotoreseptor terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan

sel kerucut, merupakan sel fotosensitif.

o Epitel pigmen retina.

Lapisan-LapisanRetina

Gambar 2 dikutip dari kepustakaan7

Gambar 3 dikutip dari kepustakaan 7

3

Page 4: Ablasio Retina Word

Pada kehidupan embrio, dari optic vesicle terbentuk optic cup, di mana

lapisan luar membentuk lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk lapisan dalam

lainnya. Di antara kedua lapisan ini terdapat celah potensial. Bila terjadi robekan di retina,

maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk ke dalam celah potensial dan

melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan epitel pigmen, maka terjadilah ablasio

retina. Keadaan ini tidak boleh berlangsung lama, oleh karena lapisan batang dan kerucut

mendapat makanan dari kapiler koroid, sedang bagian-bagian lain dari retina mendapat

nutrisi dari pembuluh darah retina sentral, yang cabang-cabangnya terdapat di dalam lapisan

uratsaraf.8

Retina menjalar ke depan dan makin ke depan, lapisannya berubah makin tipis dan berakhir

di ora serrata, di mana hanya didapatkan satu lapisan nuklear. Makin ke perifer makin banyak

batang daripada kerucut, batang-batang itu telah mengadakan modifikasi menjadi tipis-tipis.

Epitel pigmen dari retina kemudian meneruskan diri menjadi epitel pigmen yang menutupi

badan siliar dan iris.8

Di mana aksis mata memotong retina, terletak makula lutea. Di tengah-tengahnya terdapat

lekukan dari fovea sentralis. Pada funduskopi, tampak makula lutea lebih merah dari

sekitarnya dan pada tempat fovea sentralis seolah-olah ada cahaya, yang disebut refleks

fovea, yang disebabkan lekukan pada fovea sentralis. Besar makula lutea 1-2 mm. Daerah ini

daya penglihatannya paling tajam, terutama di fovea sentralis.

Struktur makula lutea:

1. Tidak ada serat saraf;

2. Sel-sel ganglion sangat banyak dipinggir-pinggirnya, tetapi di makula sendiri tidak

ada;

3. Lebih banyak kerucut daripada batang dan telah bermodifikasi menjadi tipis-tipis. Di

fovea sentralis hanya terdapat kerucut. Nasal dari makula lutea, kira-kira pada jarak 2

diameter papil terdapat papilla nervi optisi, yaitu tempat di mana N II menembus

sklera. Papil ini hanya terdiri dari serabut saraf, tidak mengandung sel batang dan

kerucut sama sekali. Bentuk papil lonjong, berbatas tegas, pinggirnya lebih tinggi dari

retina sekitarnya. Bagian tengahnya ada lekukan yang tampak agak pucat, besarnya

1/3 diameter papil, yang disebut ekskavasi fisiologis. Dari tempat inilah keluar arteri

dan vena sentral yang kemudian bercabang-cabang ke temporal dan ke nasal, juga ke

atas dan ke bawah.8

4

Page 5: Ablasio Retina Word

Gambar Fundus normal

Gambar 4 dikutip dari kepustakaan 7

Pada pemeriksaan funduskopi, dinding pembuluh darah tidak dapat dilihat. Yang tampak

pada pemeriksaan adalah kolom darah. Arteri diameternya lebih kecil, dengan perbandingan

a:v = 2:3. Warnanya lebih merah, bentuknya lebih lurus-lurus, di tengahnya terdapat refleks

cahaya. Vena lebih besar, warna lebih tua, bentuk lebih berkelok-kelok.8

A. retina sentralis mengurus makanan lapisan-lapisan retina sampai dengan membrana

limitans eksterna. Di daerah makula lutea, yang terutama terdiri dari sel batang dan sel

kerucut tidak terdapat cabang dari A. retina sentralis, oleh karena daerah ini mendapat nutrisi

dari kapiler koroid.8

2.2 Ablasio Retina2

2.2.1 Definisi

Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel

epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan

membrane Bruch. 2

2.2.2 Epidemiologi

Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan prevalensi 0,3%.

Sumber lain menyatakan bahwa insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 12,5 dari

100.000 kasus per tahun atau sekitar 28.000 kasus per tahun.(Subramanian& Topping, 2004). 4

Adapun faktor-faktor penyebab ablasio retina yang paling umum adalah miopia 40-

50%, operasi katarak dengan implan lensa (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan trauma okuli

10-20%. Diperkirakan 15 % pasien dengan ablasio retina pada salah satu mata akan

mengalami ablasio pada mata lainnya. Risiko ablasio bilateral meningkat (25-30%) pada

5

Page 6: Ablasio Retina Word

pasien yang telah menjalani ekstraksi katarak bilateral.4,5

Insiden ablasio retina relatif lebih sering pada orang etnis Yahudi dan relatif rendah pada

bangsa kulit hitam. Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa

terjadi pada anak-anak dan remaja dengan penyebab lebih banyak karena trauma. Pada pasien

ablasio retina usia di bawah 45 tahun, 60% laki-laki dan 40% perempuan.4,5

Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering terjadi.

Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina regmatogenosa.

Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang memiliki miopia tinggi;

Telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini mengalami komplikasi

kehilangan vitreus;

Pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral;

Baru mengalami trauma mata berat.6

2.2.3 Etiologi4

1. Robekan retina

2. Tarikan dari jaringan di badan kaca

3. Desakan tumor, cairan, nanah ataupun darah.

2.2.4 Klasifikasi

Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya, terdiri atas:

1. Ablasio retina regmatogenosa

Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio retina regmatogenosa. Pada

ablasio retina regmatogenosa dimana ablasio terjadi akibat adanya robekan pada retina

sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi

pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan

atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas

dari lapis epitel pigmen koroid.3,5,10,11,12,13

Karakteristik ablasio regmatogenosa adalah pemutusan total (full-thickness) di retina

sensorik, traksi korpus vitreum dengan derajat bervariasi, dan mengalirnya korpus

vitreum cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang subretina. Ablasio retina

regmatogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus vitreum.

Miopia, afakia, degenerasi lattice, dan trauma mata biasanya berkaitan dengan ablasio

retina jenis ini.2

Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang-

6

Page 7: Ablasio Retina Word

kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya pijaran api

(fotopsia) pada lapangan penglihatan.3,11

Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya karena dapat

mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila

dilepasnya retina mengenai makula lutea.3

Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan

pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

Pemeriksaan yang teliti biasanya memperlihatkan satu atau lebih pemutusan retina total

misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik bundar, atau robekan

sirkumferensial anterior (dialisis retina). Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan

jenis; robekan tapal kuda paling sering terjadi di kuadran superotemporal, lubang atrofik

di kuadran temporal, dan dialisis retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat

robekan retina multipel, maka defek biasanya terletak dalam 90 derajat satu sama lain.2,3

Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-

kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek aferen

pupil akaibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila

telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah lama.3

2.2.5 Patogenesis

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel

optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar pada mata yang matur dan dapat

terpisah : 6

1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat

memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio

regmatogenosa).

2. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina (misalnya

seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional)).

3. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat

proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina

eksudatif)

Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina atau

lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia. Perubahan

yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi

kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah

7

Page 8: Ablasio Retina Word

retina tertentu, cedera, dan sebagainya.9

Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid.

Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan

berkurangnya perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena

teregangnya dan menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah

ekuator, yaitu tempat terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata

miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan kali

lebih sering terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina

terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata

fakia.9

Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih awal

daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam

hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan

sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi

dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel

pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina.

Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah

sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan kaca pada

gerkan mata bahkan akan lebih kuat lagi.Sekali terjadi robekan retina, cairan akan menyusup

di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel pigmen dan koroid.9

Gambar 5 dikutip dari kepustakaan 11

2. Ablasio retina tarikan atau traksi

Ablasio retina akibat traksi adalah jenis tersering kedua dan terutama disebabkan oleh

retinopati diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada prematuritas,

atau trauma mata.2,12,13

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan

kaca yang akan mengakibatkan ablasio retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.3

Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio regmatogenosa, ablasio retina akibat

traksi yang khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan cenderung lebih lokal,

biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya-gaya traksi yang secara aktif menarik retina

8

Page 9: Ablasio Retina Word

sensorik menjauhi epitel pigmen di bawahnya disebabkan oleh adanya membran vitreosa,

epiretina, atau subretina yang terdiri dari fibroblas dan sel glia atau sel epitel pigmen

retina. Pada ablasio retina akibat traksi pada diabetes, kontraksi korpus vitreum menarik

jaringan fibrovaskular dan retina di bawahnya ke arah anterior menuju dasar korpus

vitreum. Pada awalnya pelepasan mungkin terbatas di sepanjang arkade-arkade vaskular,

tetapi dapat terjadi perkembangan sehingga kelainan melibatkan retina midperifer dan

makula.2,10,11,12,13

Proses patologik dasar pada mata yang mengalami vitreoretinopati proliferatif adalah

pertumbuhan dan kontraksi membran selular di kedua sisi retina dan di permukaan korpus

vitreum posterior. Traksi fokal dari membran selular dapat menyebabkan robekan retina

dan menimbulkan kombinasi ablasio retina regmatogenosa-traksional.2

Gambar 6 dikutip dari kepustakaan 11

3. Ablasio retina eksudatif

Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah

retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya

cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini disebabkan penyakit

koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang

uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi

kepala. Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin. Pada ablasio tipe ini penglihatan

dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang atau menetap

bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.3,10,11,12,13

Gambar 7 dikutip dari kepustakaan 11

2.2.6 Diagnosis

9

Page 10: Ablasio Retina Word

Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,

dan pemeriksaan penunjang.

Tabel 1. Gambaran Diagnosis Dari Tiga Tipe Ablasio Retina

Regmatogenus Traksi Eksudatif

Riwayat penyakit Afakia, myopia,

trauma tumpul,

photopsia, floaters,

gangguan lapangan

pandang yang

progresif, dengan

keadaan umum baik.

Diabetes,

premature,trauma

tembus, penyakit sel

sabit, oklusi vena.

Factor-faktor

sistemik seperti

hipertensi maligna,

eklampsia, gagal

ginjal.

Kerusakan retina Terjadi pada 90-95 %

kasus

Kerusakan primer

tidak ada

Tidak ada

Perluasan ablasi Meluas dari oral ke

discus, batas dan

permukaan cembung

tergantung gravitasi

Tidak meluas menuju

ora, dapat sentral atau

perifer

Tergantung volume

dan gravitasi,

perluasan menuju

oral bervariasi, dapat

sentral atau perifer

Pergerakan retina Bergelombang atau

terlipat

Retina tegang, batas

dan permukaan

cekung, Meningkat

pada titik tarikan

Smoothly elevated

bullae, biasanya

tanpa lipatan

Bukti kronis Terdapat garis

pembatas, makrosis

intra retinal, atropik

retina

Garis pembatas Tidak ada

Pigmen pada vitreous Terlihat pada 70 %

kasus

Terlihat pada kasus

trauma

Tidak ada

Perubahan vitreous Sineretik, PVD,

tarikan pada lapisan

yang robek

Penarikan

vitreoretinal

Tidak ada, kecuali

pada uveitis

Cairan sub retinal Jernih Jernih atau tidak ada

perpindahan

Dapat keruh dan

berpindah secara

10

Page 11: Ablasio Retina Word

cepat tergantung

pada perubahan

posisi kepala.

Massa koroid Tidak ada Tidak ada Bisa ada

Tekanan intraocular Rendah Normal Bervariasi

Transluminasi Normal Normal Transluminasi

terblok apabila

ditemukan lesi

pigmen koroid

Keaadan yang

menyebabkan ablasio

Robeknya retina Retinopati

diabetikum

proliferative, post

traumatis vitreous

traction

Uveitis, metastasis

tumor, melanoma

maligna,

retinoblastoma,

hemangioma koroid,

makulopati eksudatif

senilis, ablasi

eksudatif post

cryotherapi atau

dyathermi.

1. Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah : 9,12,14

Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya

kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau

degenerasi vitreus itu sendiri. Kadang-kadang penderita merasa ada tabir atau

bayangan yang datang dari oerifer (biasanya dari sisi nasal) meluas dalam

lapangan pandang. Tabir ini bergerak bersama-sama dengan gerakan mata dan

menjadi lebih nyata. Pada stadium awal, penglihatannya membaik di malam

hari, dan memburuk di siang hari, terutama sesudah stres fisik (membungkuk,

mengangkat) atau mengendarai mobil di jalanan yang bergelombang.

Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya,

yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya

11

Page 12: Ablasio Retina Word

atau dalam keadaan gelap. Keadaan ini disebabkan oleh tarikan pada retina

dan bisa terjadi pada orang normal jika terjadi cedera tumpul pada mata.

Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian

seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang

telah lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat. Selain

itu dalam anamnesis perlu ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat

pembedahan sebelumnya (seperti : ekstraksi katarak, pengangkatan benda

asing intraokular, dsb), riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan

vireous, ambliopia, glaukoma, dan retinopati diabetik), riwayat keluarga

dengan penyakit mata, serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan

ablasio retina (diabetes, tumor, sickle cell disease, leukemia, eklamsia, dan

prematuritas) 4,13

2. Pemeriksaan oftalmologi

Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat

terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau

badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat

menurun bila makula lutea ikut terangkat.

Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup

tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio

retina, pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil

dan fotopsia.

Memeriksa apakah ada tanda-tanda trauma

Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan adanya

trauma.

Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan

vitreous untuk mencari tanda pigmen atau “tobacco dust”, ini merupakan

patognomonis dari ablasio retina pada 75 % kasus.

Periksa tekanan bola mata.

Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis

ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada

pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio retina tampak sebagai

membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika

terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan

pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang

12

Page 13: Ablasio Retina Word

terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok-kelok, dan membengkok di

tepi ablasio. Pada retina yang mengalami ablasio terlihat lipatan-lipatan halus.

Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh

koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreous yang

terdiri dari darah dan pigmen atau kelopak lubang retina (operkulum) dapat

ditemukan mengambang bebas.3,4,6,9,13,14

Gambar 8 dikutip dari kepustakaan 11

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit

penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.

Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga

digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang

menyertainya seperti proliferative vitreoretinopati, benda asing intraokuler.

Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang

menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis. 2,4,6,14

2.2.7 Diagnosis banding

Retinoschisis degeneratif

Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi vitreoretinal.

Defek lapangan pandang jarang diobservasi karena jarang terjadi penyebaran ke

daerah posterior, namun jika ada maka merupakan defek yang absolut.16,17

Elevasi yangtimbul berbentuk konveks, halus, tipis dan tidak bergerak.

Lapisan dalam yang tipis dapat disalahartikan dengan ablasio retina regmatogenosa

13

Page 14: Ablasio Retina Word

athropic long-standing, akan tetapi demarcation line dan kista sekunder tidak

ditemukan pada retinoschisis. Robekan dapat terjadi pada salah satu atau kedua

lapisan pada reticular retinoschisis.16,17

Choroidal detachment

Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi viteroretinal. Defek

lapangan pandang ada pada mata dengan pelepasan koroid yang luas.17

Tekanan intraokular dapat sangat rendah karena lepasnya badan siliar. Pelepasan

koroid memberi gambaran konveks, halus, berwarna coklat, danrelatif tidak bergerak.

Retina perifer dan ora serata dapat terlihat tanpa indentasi sklera. 16,17

2.2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan Pada pembedahan ablasio retina

dapat dilakukan dengan cara: 2,6,9,11,12,13,15

1. Scleral buckle

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama

tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi robekan retina,

menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral buckle (sabuk).

Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk

sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama-tama

dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar

dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan

pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan

retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam

waktu 1-2 hari.

14

Page 15: Ablasio Retina Word

Gambar 9 dikutip dari kepustakaan 11

2. Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakan pada ablasio retina

regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina.

Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam

rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah pasase

cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas,

cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga

dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus

mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan

gelembung terus menutupi robekan retina.

15

Page 16: Ablasio Retina Word

Gambar 10 dikutip dari kepustakaan 11

3. Vitrektomi

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat

diabetes, dan juga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus

atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada

dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum vitreous

melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter untuk

menghilangkan berkas badan kaca (vitreous strands), membran, dan perlekatan-

perlekatan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab

ablasio.

Gambar 11 dikuti dari kepustakaan 11 Gambar12 dikutip dari kepustakaan 15

Keuntungan PPV:

1. Dapat menentukan lokasi defek secara tepat

2. Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat

dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.

16

Page 17: Ablasio Retina Word

3. Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.

Kerugian PPV:

1. Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.

2. Dapat menyebabkan katarak.

3. Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil

4. Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli anterior yang

dapat meningkatkan tekanan intraokuler.

2.2.9Komplikasi

Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling

umum terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau

persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan

makula.4

Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi,

maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR).

PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.6

2.2.10Prognosis

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya

dan tindakan bedah yang dilakukan.9Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih

buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan

pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik.

Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan

sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.6

BAB III

KESIMPULAN

1. Retina adalah lapisan sel-sel syaraf di dalam mata yang berfungsi seperti film pada

kamera. Cahaya memasuki mata melalui kornea dan lensa mata yang kemudian

difokuskan pada retina. Retina mengubah cahaya tersebut menjadi signal-signal

17

Page 18: Ablasio Retina Word

penglihatan yang dikirim ke otak melalui syaraf penglihatan. Makula adalah bagian

yang paling sensitif di bagian tengah retina dan memberikan penglihatan yang paling

tajam dan jelas.

2. Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan

sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen

masih melekat erat dengan membran Brunch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel

batang retina tidak terdapat suatu perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen

epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis

3. Ablasio retina sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia.

Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer

(degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap

melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya

4. Patogenesis ablasio retina ialah ruangan potensial antara neuroretina dan epitel

pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini

melekat longgar pada mata yang matur dan dapat terpisah

Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi

dapat memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif

(ablasio regmatogenosa).

Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina

(misalnya seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio

retina traksional)).

Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina

akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan

(ablasio retina eksudatif)

4. Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi

(pemeriksaan visus, pemeriksaan lapangan pandang, pemeriksaan funduskopi) dan

pemeriksaan penunjang.

5. Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan Pada pembedahan ablasio

retina dapat dilakukan dengan cara: scleral buckle, retinopeksi pneumatik, dan

vitrektomi.

6. Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi

yang paling umum terjadi pada ablasio retina

7. Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat

prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama

18

Page 19: Ablasio Retina Word

 

                                      

DAFTAR PUSTAKA

1. Retina. [online].2008 [cited 2009 Nov 5] : [3 screen]. Available from :

http://www.klinikmatanusantara.com/index.php

2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Retina & Tumor Intraokular. In: Oftalmologi

Umum. 14th ed. Widya Medika: Jakarta; 2006:197, 207-9.

3. Ilyas S, dkk. Ablasio Retina. Dalam: Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-4. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.

19

Page 20: Ablasio Retina Word

4. Larkin GL. Retinal Detachment. [online]. 2006 Apr 11 [cited 2009 Nov 5]: [11

screens]. Available from :URL: http//www.emedecine.com/ Retinal_

detachment.html.

5. Retinal Detachment. [online] 2007 Des 24 [cited 2009 Nov 5]: [6 screens]. Available

from: URL: http//id.wikipedia.org/wiki/retinal detachment

6. James B.,dkk. Ablasi Retina. Dalam: Oftalmologi. 9th ed. Erlangga:Ciracas Jakarta;

2003: 117-121.

7. Anatomi mata dan retina. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [2 screens]. Available

from: URL :http//www.google.com/picture/anatomi mata_retina.

8. Wijana N. Retina. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. 154-6.

9. Hollwich F. Ablasi Retina. In: Oftalmologi. Binarupa Aksara: Jakarta; 1993: 263-269

10. Retinal Detachment. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [3 sreens]. Available from :

URL: http//www.revoptom.com/Retinal_detachment.html.

11. Retinal Detachment. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [5 screens]. Available from:

URL: http//www.avclinic.com/retinal detachment.

12. Friedman NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Posterior Segment. In: Review of

Ophthalmology. Elsevier Saunders. Philadelphia; 2005: 295-342.

13. Langston DP. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 5th ed. Lippicott Williams &

Wilkins. Philadelphia; 2002: 187-91.

14. Paley DA, Krachmer JH. Retinal Detachment. In: Primary Care Ophtalmology.

Elsevier Mosby. Philadelphia; 2005: 149-187

15. Retinal Detachment Repair. [online] 2008 [cited Nov 5]: [3 screens]. Available

from : URL: http//www.eyemdlink.com/retinal detachment repair.

16. The Eye MD. Association, Retina and Vitreus. In: Basic and Clinical Science Cource

2003-2004 on CD-ROM, section 12. America Academy of Ophthalmology: 2003-

2004.

17. Kanski JJ. Retinal Detachment. In: Clinical Ophthalmology. 5th ed. Butterworth

Heinemann. Philadelphia; 20

20