Upload
naomi-laura
View
246
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
1/20
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam- macam sebab, biasanya ditandai
dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat
kemerahan, meninggi di permukaan kulit sekitarnya dan dapat dikelilingi halo. 1
Urtikaria merupakan suatu erupsi kulit yang menimbul berbatas tegas berwarna merah,
lebih pucat pada bagian tengah dan memucat bila ditekan disertai rasa gatal. 2
Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai. Dapat terjadi secara akut
maupun kronik, keadaan ini merupakan masalah untuk penderita maupun untuk dokter.
Walaupun pathogenesis dan penyebab yang dicurigai telah diketahui ternyata pengobatan yang
diebrikan kadang-kadang tidak memberikan hasil yang diharapkan. Ini disebabkan mungkin oleh
keslahan dalam menentukan penyebab dari urtikaria tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa
banyak sekali factor-faktor yang dapat menyebabkan urtikaria. Baik factor dari dalam tubuh
berupa reaksi imunitas yang berlebihan ataupun factor dari luar berupa penggunaan obat-obatan,
makanan, fotosensitizer, gigitan serangga dan banyak lagi lainnya. Selain hal- hal di atas sangat
penting diketahui mekanisme terjadinya urtikaria, karena hal ini dapat membantu pemeriksaanrasional.
Berawal dari permasalahan-permasalahan ini penulis akan mencoba menguraikan
penyakit urtikaria ini mulai dari penyebab, patofisologi dan yang terpenting adalah klasifikasi
untik dapat mengetahui pengobatan yang tepat bagi penderita penyakit urtikaria.
BAB II1
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
2/20
TINJAUAN PUSTAKA
I. Epidemiologi
Umur, jenis kelamin, bangsa/ras, kebersihan, keturunan dan lingkungan dapat menjadi agen
predisposisi bagi urtikaria. Berdasarkan data dari N ational Ambulatory Medical Care Survey
dari tahun 1990 sampai dengan 1997 di USA,wanita terhitung 69% dari semua pasien urtikaria
yang datang berobat ke pusat kesehatan.Distribusi usia paling sering adalah 0-9 tahun dan 30-40 tahun.
Paling sering episode akut pada anak-anak adalah karena reaksi atau efek samping dari makanan
atau karena penyakit-penyakit virus.
Sedangkan untuk urtikaria kronik adalah urtikaria idiopatik atau urtikaria yang
disebabkan karena autoimun. 6 Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% urtikaria bersama-
sama dengan angioedema dan 11% angioedema saja. Kejadian urtikaria pada populasiumumnya
antara 1% sampai 5%. 7
II. Etiologi
Pada penelitian ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab
urtikaria bermacam-macam, di antaranya obat, makanan, gigitan atau sengatan serangga,
fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik,infeksi, dan infestasi parasit, psikis, genetic, dan penyakit sistemik.
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun
non-imunologik. Obat sistemik (penisilin, sulfonamid, analgesik dan diuretik)
menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Sedangkan obat yang secara non-
imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya kodein,opium dan
zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena meghambat sintesis prostaglandin dari asam
arakhidonat. 1
2
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
3/20
Gambar 1: Urtikaria akut dan berat yang disebabkan alergi penisilin *
2. Makanan
Makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan,kacang, udang, coklat,
tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka.Terdapat dua macam zat makanan
yang diketahui dapat menyebabkan atau memprovokasi urtikaria yaitu tartrazine,
yang ditemukan dalam minuman dan permen berwarna kuning dan jingga, dan natrium
benzoat yang digunakan secara luas sebagai bahan pengawet. 1
3. Gigitan dan sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat,hal ini lebih banyak
diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi toksin bakteri juga dapat mengaktifkan
komplemen.
Gambar 2: Reaksi urtikaria masiv akibat gigitan serangga *
*Dikutip dari kepustakaan nomor 8
4. Bahan fotosensitizer 3
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
4/20
Bahan semacam ini misalnya griseovulvin, fenotiazin, sukfonamide bahan kosmetik dan
sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga, spora jamur, debu, bulu binatang dan aerosol,
umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe 1). Reaksi ini sering dijumpai
pada atopi dan disertai gangguan pernafasan.
6. Kontaktan
Lesi terbentuk hanya di daerah asal kontak, misalnya di daerah kontak dengan air liur
anjing atau rambut, atau di bibir setelah mencerna makanan berprotein terutama pada
pasien atopik.
7. Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas, faktor tekanan, danemosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik.
Dapat timbul urtika setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai
beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena D arier .
Gambar 3: Dermografisme *
*Dikutip dari kepustakaan nomor 9
8. Infeksi dan infestasi
4
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
5/20
Bermacam-macam infeksi dapat menyebabkan urtikaria misalnya infeksi bakteri
virus, jamur, maupun infestasi parasit. Infeksi bakteri contohnya tonsillitis,infeksi
gigi dan sinusitis. Masih merupakan pertanyaan seberapa besarkah urtikaria timbul
karena toksin bakteri atau karena sensitasi. Infeksi virus hepatitis, mononucleosis dan
infeksi coxsackie pernah dilaporkan sebagai factor penyebab. Karena itu pada
urtikaria yang ideopatik harus dipikirkan adanya infeksi virus subklinis. Infeksi jamur
dan kandida dan dermatofita sering sebagai penyebab urtikaria. Infestasi cacing pita,
cacing tambang cacing gelang dapat menyebabkan urtikaria.
9. Psikis
Tekanan j iwa dapat memicu sel mas t a tau langsung menyebabkan
pen in gk atan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11,5%
penderita urtikaria menunjukkan gangguan psikis. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hypnosis dapat menghambat eritema dan urtikaria. Pada percobaan induksi
psikis ternyata suhu kulit dan mabang rangsang eritema meningkat.
10. Faktor Genetik
Faktor genetic ternyata berperan penting pada urtikaria walaupun jarang
menunjukkan penurunan autosomal dominan. Diantaranya adalah familial cold
urtikaria, familial localized heat urtikaria dan heredo familial syndrome of urtikaria
deafness and amyloidosis.
11. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih
sering disebabkan reaksi antigen-antibodi. Oenyakit vesikobulosa mislanya pemfigus
dan dermatitis herpetiformis diduga sering menimbulkan urtikaria. Sejumlah 7-9%
penderita eritomatosus sistemik dapat mengalami urtikaria. Beberapa penyakit
sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma,hipertiroid,
hepatitis, urtikaria pigmentosa, arthritis p ada d emam rhe umatic danarthritis
rheumatoid juvenilis.
III. Klasifikasi
5
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
6/20
Terdapat bermacam-macam penggolongan urtikaria, berdasarkan lamanya serangan
berlangsung dibedakan urtikaria akut dan kronik. Disebut akut apabila serangan berlangsung
kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tapi berlangsung setiap hari , bi la
melebihi waktu tersebut digolongkan sebagai urtikaria kronik. Urtikaria akut sering
terjadi pada usia muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan.
Urtikaria kronik lebih sering pada wanita usia pertengahan. Penyebab urtiakria
akut lebih mudah diketahui, sedangkan urtikaria kronik lebih sulit ditemukan. Ada
kecenderungan urtikaria lebih sering diderita oleh penderita atopic. Berdasarkan
morfologis klinis, urtikaria dibedakan menurut bentuknya yaitu:
urtikaria popular
urtikaria gutata
urtikaria girata urtikaria anular
urtikaria arsinar
Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena dapat dibedakan menjadi :
urtikaria local
urtikariageneral
angioedema
Namun yang paling menarik perhatian adalah penggolongan berdasarkan penyebaburtikaria dan mekanisme terjadinya urtikaria, maka dikenal urtikaria imunologik dan
idiopatik sebagai berikut:
A. Urtikaria atas dasar imunologik
1. Bergantung pada Ig E (reaksi alergik tipe I)
a. Pada penderita atopi
b. Antigen spesifik (pollen,obat)
2. Ikut sertanya komplemen
a. Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II)
b. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
c. Defisiensi C esterase inhibitor (genetic)
B. Urtikaria atas dasar reaksi non imunologik
6
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
7/20
1. Langsung memacu sel mast sehingga terjadi pelepasan mediator- mediator alergi
(misalnya obat golongan opiate dan bahan kontras)
2. Bahan yang menybabkan perubahan metabolism asam arakhidonat( misalnya aspirin dan
obat anti-inflamasi non steroid.
3. Trauma fisik
Urtikaria solar : karena paparan cahaya
Urtikaria dingin : karena udara dingin
Urtikaria dermatografisme : karena gesekan atau tekanan
Urtikaria kolinergik : karena pengeluaran keringat
C. Urtikaria Idiopatik
Urtikaria yang tidak dikeetahui penyebabnya dimasukkan dalam golongan urtikaria idiopatik.
IV. Patofisiologi
Sangat penting sekali diketahui mekanisme terjadinya urtikaria, karena hal ini akan
membantu pemeriksaan yang rasional. Hal yang mendasari terjadinya urtikaria adalah triple
respon dari Lewis yaitu eritema akibat dilatasi dari kapiler, timbulnya flare akibat dilatasi
yang diperantarai akson saraf dan timbul akibat ekstravasasi cairan akibat meningkatnya
permeabilitas vaskuler. 2
Secara histilogis urtikaria menunjukkan adanya dilatasi pembuluh darah dermal di bawahkulit dan edema dengan sedikit infiltrasi sel perivaskuler, diantaranya yang paling dominan
adalah eosinofil. Kelainan ini disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama histamine
akibat degranulasi sel mast kutan atau subkutan, dan leukotrin juga dapat berperan. 2
Histamine akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah kulit sehingga kulit
berwarna merah (eritem). Histamine juga menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah sehingga cairan dan sel, terutama eosinofil, keluar dari pembuluh darah dan
mengakibatkan pembengkakan kulit local, cairan serta sel yang keluar akan merangsang
ujung saraf perifer kulit sehingga timbul rasa gatal. Terjadilah bentol merah yang gatal. 2
7
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
8/20
Gambar 4: Mekanisme patofisiologi urtikaria *
Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi sel mast yang dapat terjadi melalui
mekanisme imun atau non imun. Histamine adalah mediator terpenting pada reaksi alergi
fase cepat yang diperantarai IgE pada penyakit atopic.
Histamine terikat pada reseptor histamine yang berbeda-beda. Terdapat 4 jenis resptor
histamine, yaitu receptor H1, H2, H3 dan H4 masing-masing memiliki efek fisiologi yang
berbeda.
Mekanisme Imun
Degranulasi sel mast dikatakan melalui mekanisme imun bila terdapat antigen
denga n pembentukan atau adanya yang tersensitisasi. Degranulasi sel mast melalui
mekanisme imun dapat melalui reaksi hipersensitivitas tipe I atau melalui aktivasi
komplemen jalur klasik. 2,3,4
*Dikutip dari kepustakaan nomor 5
Reaksi hipersensitivitas tipe I 8
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
9/20
Reaksi ini dinamakan juga reaksi tipe cepat dan terbanyak terlihat pada urtikaria akut. Bila
individu terpajan allergen tertentu akan membentuk antibodi IgE yang bersifat homositotropik,
yaitu mudah terikat pada sel sejenis (homolog), dalam hal ini adalah sel mast. Bila individu
tersebut kemudian terpajan kembali dengan allergen serupa, makatersebut akan
berikatan dengan molekul IgE yang ada pada permukaan sel mast Bridging dari dua molekul IgE
yang ada pada permukaan sel mast oleh allergen akan mengakibatkan perubahan konfigurasi
membrane sel mast. Perubahan ini akan mengakibatkan aktivasi enzim dalam sel sehingga
terjadilah degranulasi sel mast. Akibatnya isi granula keluar dan menimbulkan efek pada sel
target, yaitu pembuluhdarah dibawah kulit. 2,4
Allergen dapat berupa allergen lingkungan sepeti debu rumah, tungau, serbuk saritumbuhan,
bulu binatang atau dapat pula allergen makanan, obat-obatan, dan bahan kimia seperti bahan
pengawet, penyedap dan zat warna.
Aktivasi komplemen jalur klasik
Adanya kompleks imun dapat mengaktivasi komplemen melalui jalur klasik dan akan
menghasilkan peptide C3a serta C5a yang dinamakan anafilaktosin.Anakfilaktosin
dapat langsung menginduksi degranulasi sel mast melalui ikatan langsung dengan
reseptor pada membrane sel mast. Akibat degranulasi terjadilah pelepasan histamine
seh ingga terben tuk urt ika ria . Aktivasi komplemen melalui jalur klasik dapat diakibatkan
oleh reaksi yipe II danIII., misalnya pada reaksi transfuse darah, penyakit sistemik keganasan
(limfoma) lupuseritomatosus sistemik, heoatitis dan sebagainya. Penglepasan histamine melalui
aktivasikomplemen ini sering dikaitkan dengan patofisiologi urtikaria kronik. Belum jelas
apakahsemua penderita yang mengalami aktivasi komplemen akan menunjukan gejala urtikaria.
Mekanisme nonimun
Liberator histamineBeberapa macam obat, makanan, atau zat kimia dapat menginduksi degranulasisel
mast . Zat i ni d inamakan l iber ato r h is tamine , con tohnya kodein, morf in ,
pol imik sin, zat kimia, tiamin, buah murbei, tomat dan lain-lain. Sampai saat ini belum jelas
mengapazat tersebut metangsang degranulasi sel mast hanya pada sebagian orang saja.
9
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
10/20
Factor fisik
Factor fisik seperti cahaya (urtikaria solar), dingin (urtikaria dingin), gesekan ataute kanan
(dermografisme), panas (urtikaria Panas), dan getaran (vibrasi)dapat langsung
menginduksi degranulasi sel mast. 2,3
Latihan jasmani
Latihan jasmani pada seseorang dapat menimbulkan urt ikaria yang dinamakan
urtikaria kolinergik. Bentuknya khas, kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm dan di
sekitarnya berwarna merah, terdapat tempat yang berkeringat. Diperkirakan yang
memegang peranan adalah asetikolin yang terbentuk yang bersifat langsung dapat
menginduksi degranulasi sel mast.
Zat penghambat siklooksigenase
Zat penghambat enzim siklooksiginase akan menghambat metabolism asam arakhidonat melalui
jalur siklooksigenase, sehingga metabolism hanya melalui jalur lipoksigenase yang akan
menghasilkan leukoyrin yang bersifat sama seperti histamine. Zat tersebut anatara lain aspirin,
obat antiinflamasi non steroid, zat warna tartrazin, dan bahan pengawet sodium benzoate. Pada
skema di bawah ini dapat dilihat jalur metabolism asam arakhidonat.
Gambar 5: Jalur metabolism asam arakhidonat *
10
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
11/20
Anafilaktosin
Fragmen komplemen anakfilaktosin (C3a,C5a) yang terbentuk melalui aktivasi komplemen jalur
alternative, misalnya oleh endotoksin dapat langsung merangsang degranulasi sel mast.
Mungkin inilah sebabnya mengapa penderita gingivitis ataupuntonsillitis dapat disertai
urtikaria.Secara singkatnya semua mekanisme diatas dapat dilihat pada skema berikut ini.
Gambar 6: mekanisme anafilaktosin *
*Dikutip dari kepustakaan nomor 2 dan 1
V. Gejala Klinis
Keluhan subjekif biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Klinis tampak eritema
dan edema setempat berbatas tegas, kadang kadang bagian tengah tampak lebih pucat.
Eritema atau kemerahan bila ditekan akan memutih. Bentuknya dapat papular seperti
pada urtikaria sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular sampai plakat. Bila
mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau
subkutan, juga beberapa alat dalam misalnya saluran cerna dan nafas, disebut
angioedema. 1,2,5
Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear di kulit yang terkena goresan benda
tumpul, timbul dalam waktu lebih kurang 30 menit. Pada urtikaria solar lesi terdapat pada
bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan panas lesi akan terlihat pada daerah
11
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
12/20
yang terkena dingin dan panas. Urtikaria akibat penyinaran biasanya pada gelombang
400-500 nm, klinis berbentuk urtikaria popular.
Lesi urtikaria kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm dikelilingi
daerah warna merah namun dapat pula nummular dan berkonfluens membentuk plakat.Biasanya terdapat pada daerah yang berkeringat. Dapat timbul pada peningkatan suhu
tubuh, emosi, makanan, yang merangsang dan pekerjaan berat. Untuk urtikaria akibat
obat atau makanan umumnya timbul secara akut dan generalisata.
VI. Pendekatan Diagnosis
Secara klinis, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis urtikaria tidaklahsulit. Penderita atau orang tua penderita sendiri pada umumnya sudah dapat menegakkan
dignosisnya. Kesulitan pada diagnose urtikaria adalah mencari etiologinya. Untuk itu
perlu pendekatan sebagai berikut:
Pendekatan umum
Diagnosis urtikaria berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis harus
dilakukan dengan lengkap dan teliti, serta lebih menekankan pada factor etiologi yang
dapat menimbulkan urtikaria. Gambaran lesi pada kulit kadang-kadang dapat pula
dipakai sebagai awal untuk melakukan diagnosis etiologi. Pada anamnesis perlu
ditanyakan mengenai factor etiologi,antara lain makanan, obat dan zat aditif
Pendekatan etiologi spesifik
Bila penyebab spesifik dapat dicurigai berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
maka tes diagnostic spesifik berupa pemeriksaan penunjang sangat bermanfaat untuk
dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
1) Reaksi hipersensitifitas tipe I
Untuk reaksi hipersensitifitas alergi dan non alergi dapat dilakukan:
Hitung eosinofil darah perifer atau nasal12
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
13/20
Pemeriksaan konsentrasi tryptase serum, apabila konsentrasi > 10 mg/ml
menunjukkan adanya aktivasi dari sel mast.
Untuk alergi yang diperantarai IgE dilakukan pemeriksaan:
IgE total serum
Untuk allergen protein (inhalan/makanan) perlu dilakukan:
Uji tusuk Radio-Allergo-Sorbent Test (RAST): IgE spesifik serum
Untuk allergen obat perlu dilakukan:
Satu tetes obat 1:100 dalam larutan garam fisiologis tanpa pengawet, harus
serta control postif dan negative
Uji intradermal
0,02 larutan obat 1:1000 dalam larutan garam fisiologis, harus disertai
control postif dan negative
Untuk reaksi anafilaksis alergi dan non alergi ini perlu dilakukan pemeriksaan
konsentrasi tryptase serum. Apabila konsentrasi >10 mg/ml menunjukkan adanya
aktivasi dari sel mast.
2) Urtikaria fisik
Kulit yang akan diuji
Kulit harus sehat/normal
Pada daerah volar lengan bawah Angioedema herediter
Uji yang dilakukan pemeriksaan C4, C2, CH30, C1INH
Dermatografisme
Gores kulit normal pada daerah volar lengan bawah dengan alat
tumpul (s tik yang keras atau tounge blade/penekan lidah atau dengan
kuku).
Suatu reaksi wheal dan kemerahan berbentuk garis akan timbul
dalam 2-3menit setelah digores. Intensitas puncak terjadi pada
6-7 menit dan hilangspontan dalam 20 menit. Tipe lambat terjadi
dalam 6-9 jam pada sisi yangsama dan menetap selama 24-48 jam.
Urtikaria yang tergantung temperature
13
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
14/20
Kulit diberi pajanan temperature ekstrim
Urtikaria kolinergik
Mandi dalam air hangat dan tidak beraktivitas hingga berkeringat.
Wheal/papula yang gatal dengan diameter 1-3 mm, dikelilingi
er itema yang luas timbul dalam 2-20 menit. Episode ini akan menetap
dalam 15-30 menit.
Selain pemeriksaan di atas juga dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk
mengetahui penyebab pasti urtikaria, ialah sebagai berikut:
Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untk mengetahui ada
tid aknya infeksiyang tersembunyi atau kelainan alat dalam
Pemeriksaan gigi, telinga hidung dan tenggorokan serta usapan vagina
untuk mengetahui adanya infeksi lokal
VII. Diagnosa Banding
1. Purpura anafilaktoid
Purpura Henoch-Schonlein (PHS) yang dinamakan juga purpuraanafilaktoid atau
purpura nontrombositopenik adalah sindrom klinis yangdisebabkan oleh vaskulitis
pembuluh darah kecil sistemik yang ditandai denganlesi kulit spesifik berupa purpura
non trombositopenik, artritis atau artralgia, nyeri abdomen atau perdarahan
gastrointestinalis, dan kadang-kadang nefritis atau hematuri . 1,10 Tanda dari penyakit
ini adalah ruam, dimulai dengan makulopapulmerah muda yang awalnya melebar pada
penekanan dan berkembang menjadi peteki atau purpura, dimana karakteristik klinisnya
adalah purpura yang dapatdipalpasi dan berkembang dari merah ke ungu hingga kecoklatan
sebelumakhirnya memudar. Lesi cenderung untuk timbul pada interval yang
bervariasidari beberapa hari hingga 3-4 bulan. Kurang dari 10% pada anak-anak, dapat
14
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
15/20
timbul kembali ruam yang mungkin tidak sembuh hingga akhir tahun,dan bisa juga
muncul setelah beberapa tahun. 10
Gambar 7: Purpura anafilaktoid berupa makulopapul berwarna kemerahan. *
2. Pitriasis Rosea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,dimulai
dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuamahalus.
Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan,lengan dan pahaatas yang
tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalamwaktu 3-8
minggu. 1
*Dikutip dari kepustakaan nomor 10
Gejala kontitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatalringan, lesi pertama ( herald patch ) umumnya di badan,soliter, berbentuk oval dan
anular, diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri ata seritema dan skuama halus di
pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama,memberi gambaranyang khas
sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil,susunannya sejajar dengankosta,hingga
menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa
hari.Tempat predileksi pada badan,lengan atas bagian proksimal dan paha
atas,sehingga seperti pakaian renang wanita jaman dahulu. 1
15
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
16/20
Gambar 8: Pitriasis rosea dengan eritem dan skuama halus *
3. Eritema Multiform
Secara klinis erythema multiforme lesinya berbentuk mulai dari makula, papul,atau
lesi urtika.Yang umumnya pertama kali menyebar didaerah ekstremitas bagian bawah, Lesi dapat juga terdapat pada telapak tangan dan punggung.Kebanyakan dari
erythema multiforme menyerang usia muda.Dari gambaran klinisnya kemungkinan
pemicunya bermacam-macam, Namun diperkirakan faktor utamanya adalah alergi,
yaitu antara lain disebabkanoleh HLA ( Human Leukocyte Agent ). Pengobatan
simtomatik dapat kita berikanuntuk bentuk papul.sedangkan untuk kasus yang berat
dapat kita gunakankortikosteroid, prednisolone dosis awal 30-60 mg/perhari yang
kemudianditurunkan selama 1 sampai 4 minggu.*Dikutip dari kepustakaan nomor 10
VIII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang paling ideal untuk pengobatan urtikaria tentu saja mengobati factor
penyebabnya atau bila mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Urtikaria akut
pada umumnya lebih mudah diatasi dan kadang-kadang sembuh dengan sendirinya tanpa
memerlukan pengobatan. Lain halnya dengan urtikaria kronik yang sulit diobati. Namun
pada prinsipnya pengobatan urtikaria dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Penanganan Umum
Eliminasi/penghindaran factor penyebab
Antihistamin
Golongan adrenergic16
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
17/20
Kortikosteroid
2. Pengobatan penyebab
3. Pengobatan topical
Pengobatan local di kulit dapat diberikan secara simptomatik misalnya anti pruritus di
dalam bedak kocok atau bedak
Antihistamin
Antihistamin bekerja menghambat histamine pada reseptor- reseptor histamine. Berdasarkan reseptor
yang dihambat digolongkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:
Antihistamin 1 (AH1)
Antihistamin 2 (AH2)
Secara klinis pengobatan urtikaria dipercayakan pada efek antagonis histamine pada
reseptor H1, namun sering menimbulkan efek samping sedasi. Golongan ini sering
disebut antihistamin klasik. Dalam perkembangan terdapat antihistamin yang tidak
menimbulkan efek sedasi disebut antihistamin non klasik.
Kelas atau nama generic Nama pabrik Antihistamin H1 klasik:
Etanolamin / difenhidramin
Etildiamin / tripelenamin
Alkilamin / klofeniramid
Piperazin / siklizin
Fenotiazin / prometazin
Hidrosizin hidrokloridSiproheptadin
Benadril
Pyrinbenzamine
Chlortrimethon
Marezine
Phenergen
AtaraxPeriactin
Antihistamin H1 non klasik:
Terfenadine
Astemizol
Loratadine17
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
18/20
MequetazinAntihistamin H2 Cimetidine
KortikosteroidPemberian kortikosteroid sistemik diperlukan pada pasien urtikaria akut dan berattapi tidak
ada manfaatnya pada urtikaria kronik. Namun dapat juga diberikan pada pasienyang tidak
berespon terhadap antihistamin klasik. Kortikosteroid akan lebih bermanfaat bi la
dikombinasikan dengan AH1. 3 Preparat yang dapat digunakan adalah prednisone
atau dengan nama d agang deltasone atau erason. Dosis yang dapat digunakan adalah
40mg/hari. 3
IX. Prognosis
Urt ikar ia akut p rognos isnya leb ih baik karena penyebabnya cepat dapat
diatasi,urt ikar ia kronik lebih suli t diatasi karena penyebabnya suli t dicar i.
Namun se ca ra gari s besa r urt ikaria me mpunyai pro gn os is yang ba ik
karen a gej ala yang timbul dapat dia tas idengan pemberian pengobatan yang tepat
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Urtikaria merupakan penyakit yang sering dijumpai. Urtikaria dapat timbul akibat
berbagai macam penyebab, diduga peneyebab urtikaria adalah obat, maknanm gigitan
atau sengatan serangga, fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi, dan
infestasi parasit, psikis, genetic dan penyakit sistemik. Urtikaria timbul didasari oleh
triple respons dari Lewis, yaitu eritema akibat dilatasi dari kapiler, timbulnya flare
akibat dilatasi yang diperantarai reflex akson saraf dan timbulnya wheal akibat
ekstravasasi cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler. 2
18
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
19/20
Secara umum urtikaria terjadi akibat adanya degranulasi sel mast yang akan
menyebabkan pengeluaran-pengeluaran mediator histamine ataupun leukotrine.
Degranulasi sel mast ini bias terjadi karena reaksi imun, non imun ataupun idopatik.
Sehingga untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan beberapa pemeriksaan yang
mendukung contohnya pemeriksaan reaksi hipersensitifitas.
Penatalaksanaan urtikaria bias dipercayakan kepada pengobatan simtomatik berupa
pemeberian preparat antihistamin, kortikosteroid, ataupun preparat golongaan
adrenergic yang bermanfaat bagi urtikaria kronik. Walaupun demikian tetap saja
pengobatan etiologi lebih baik atau menghindari penyebab contohnya pada urtikaria
karena alergi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI,2007:169-177
2. Akib A AP, Munasir Z, Kurniati N, Buku Ajar Alergi Imunologi Anak, Jakarta: Balai
Penerbit IDAI,2007:115-131,224-234
3. Wong H K, Urticaria [ home page on the internet].c2008. [update 2008 aug
20].Available from:http://www.emedicine.com/derm.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam,Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2006: 235-241
5. Siregar, Saripati Penyakit Kulit, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG, 2003:124-
126
19
7/30/2019 REFARAT URTIKARIA
20/20
6. Soter N. A, Kaplan A.P. Urticaria and Angioedema. In : Freedberg IM, EisenAZ,
Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. FitzpatricksDermatology In
Genereal Medicine 6 thed. New York :McGraw-Hill Inc; 2003. p. 1129-38.
7. Poonawalla T, Kelly B. Urticaria - A Review.Am J Clin Dermatol 2009;10 (1): 9-21
8. Hunter J, Savin J,Dahl M Reactive erythema and vasculitis. Clinical Dermatology.
3rded. Blackwell Publishing; 2002. p. 94-9.
9. Grattan C, Black AK. Urticaria and Angioedema. In : Bolognia JL, JorizzoJL, Rapini
RP, editors.Dermatology. 2 ndedition. USA:Mosby Elsevier;2008.
10. Judarwanto W, Purpura Henoch-Schonlein. Informasi dan Edukasi Alergi pada Anak.
[online]2008may16[cited2010Februari18]:Availablefrom:URL: http://childrenallergy center.
wordpress.com
20