Upload
vuongque
View
264
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
RASIONAL DAN DESKRIPSI
SINGKAT........................................................................................................ 1
RELEVANSI ….. ........................................................................................... 2
PETUNJUK BELAJAR................................................................................... 2
CAPAIAN PEMBELAJARAN ....................................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ............................................................... 3
URAIAN MATERI : FLORA DAN
FAUNA............................................................................................................. 3
RANGKUMAN ............................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 31
1
BIDANG KAJIAN :DINAMIKA ATMOSFER
MODUL 15 : FLORA DAN FAUNA
PENDAHULUAN
1. Rasional dan Deskripsi Singkat
Mata kegiatan pada modul ini diharapkan mampu membekali peserta
dengan pengetahuan tentang dinamika biosfer khususnya pada sub materi flora
dan fauna. Cakupan materi yang akan dipelajari pada modul ini meliputi : a}
pengertian dan istilah dalam biosfer, b) Unsur-unsur yang mempengaruhi
persebaran flora dan fauna, c) persebaran flora dan fauna di dunia maupun di
Indonesia,
Biosfer adalah lapisan tempat hidup (habitat) makhluk hidup, yang
meliputi litosfer, hidrosfer dan atmosfer. Ketiga lapisan tersebut saling
berinteraksi dan membentuk lapisan biosfer tempat ditemukannya kehidupan di
bumi. fitogeografi dapat diartikan sebagi ilmu yang mempelajari hubungan-
hubungan penyebaran tumbuh-tumbuhan dalam ruangan yang terdapat di
permukaan bumi. Geografi adalah studi dan deskripsi perbedaan-perbedaan
agihan fenomena di bumi mencakup semua yang mengubah atau mempengaruhi
permukaan bumi – termasuk sifat-sifat fisiknya, iklim dan hasil-hasil baik yang
bersifat hidup maupun tidak. Salah satu cabang utamanya adalah biogeografi atau
geografi biologik, untuk tujuan praktis biogeografi dibagi sesuai dengan
pembagian makhluk hidup dalam dua dunia; sehingga dengan demikian
menghasilkan pembagian dalam geografi tumbuhan (Fitogeografi) dan geografi
hewan (Zoogeografi).
Di manapun berada suatu organisme tidak dapat hidup mandiri; untuk
kelangsungan hidupnya suatu organisme bergantung pada kehadiran organisme
lain dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya untuk keperluan pangan,
lindungan, pertumbuhan perkembang-biakan, dan sebagainya. Hubungan antara
suatu individu dengan lingkungannya sangat rumit dan timbal balik sifatnya.
Suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati (organisme)
dan unsur-unsur non hayati (non organisme). Antar sesama unsur hayati di suatu
tempat maupun antara masing-masing makhluk hidup dengan lingkungan dan
antara keseluruhan makhluk hidup dengan lingkungannya terjadi hubungan timbal
balik yang melahirkan unit-unit dengan ciri-ciri tertentu disebut ekosistem.
Dengan demikian jelaslah dalam setiap ekosistem mempunyai dua komponen
utama yaitu makhluk hidup dan lingkungan. Mengingat keadaan di muka bumi ini
berbeda-beda, hal ini dapat dimengerti bahwa di muka bumi dapat ditemukan
2
bermacam-macam ekosistem. Sehingga terdapat persebaran flora dan fauna yang
beraneka ragam.
2. Relevansi
Materi yang dikembangkan pada modul ini merupakan bahan ajar untuk
menunjang penguatan kemampuan profesional guru di sekolah menengah atas
pada bidang Geografi. Pada intinya modul ini akan membahas tentang flora
dan fauna yang merupakan kopetensi penunjang dalam penguasaan bidang
geografi.
3. Petunjuk Belajar
Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam mempelajari
modul ini, langkah-langkah yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Bacalah dengan cermat apa yang menjadi capaian pembelajaran dan sub
capaian pembelajaran.
2. Bacalah dan pahami dengan seksama uraian materi yang ada pada
masing-masing kegiatan belajar. Apabila ada materi yang kurang jelas,
maka peserta dapat bertanya kepada pengajar yang mengampu kegiatan
belajar tersebut.
3. Lakukan review materi secara umum dengan cara membaca kembali
rangkuman materi untuk mendpatkan hal-hal penting yang menjadi fokus
perhatian pada kegiatan belajar ini.
4. Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa
besar pemahaman yang diserap telah dimiliki terhadap materi kegiatan
belajar ini.
5. Lihat kunci jawaban tes formatif di bagian akhir modul ini.
6. Cocokkan hasil tes formatif dengan kunci jawaban tersebut untuk
mengetahui tingkat kemampuan Anda dalam memahami materi kegiatan
belajar.
7. Apabila hasil tes kurang dari 70% maka Anda perlu kembali mempelajari
modul kegiatan belajar ini lagi atau bertanyalah kepada pengajar yang
mengampu kegiatan belajar ini. Apabila hasil tes 70% atau lebih Anda
boleh melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.
KEGIATAN BELAJAR 3 : FLORA DAN FAUNA
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu memahami
konsep dan istilah dalam Biogeografi, persebaran flora dan fauna di Indonesia
dan dunia berdasarkan karakteristik ekosistem dan region iklim.
3
2. Sub Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat menjelaskan
pengertian dalam biosfer, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
persebaran flora maupun fauna, serta menganalisis sebaran flora dan fauna
berdasarkan karakteristik ekosistem dan region iklim di dunia.
3. Pokok-pokok Materi
Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dalam modul ini meliputi a)
pengertian dan istilah dalam biosfer, b) faktor-faktor yang mempengaruhi
persebaran flora-fauna, c) distribusi, disjungsi, dispersal biosfer, d) persebaran
flora dan fauna di Indonesia dan dunia.
4. Uraian Materi
A. Pengertian dan Istilah
Beberapa istilah lain dengan konteks yang benar. Vegetasi. Istilah ini
mempunyai arti sebagai keseluruhan tumbuhan yang terdapat di suatu tempat.
Kadang didefinisikan sebagai penutup permukaan bumi yang berupa tumbuhan.
Vegetasi dapat dibedakan atas fungsinya, yaitu : Pertama vegetasi sebagai
asosiasi yaitu suatu unit vegetasi yang hanya menutupi suatu bagian dari
permukaan bumi (suatu tempat atau daerah) dengan kondisi edafik tertentu.
Kedua, vegetasi sebagai unit formasi yang berarti unit vegetasi yang lebih besar
(terdiri dari asosiasi-asosiasi) yang lebih luas dengan kondisi edafik yang dapat
berbeda-beda, tetapi dalam daerah dengan iklim tertentu. Dengan demikian, maka
komunitas tumbuhan dalam suatu ekosistem dapat sebagai asosiasi misalnya
vegetasi rawa, vegetasi sawah, dll. Atau dapat sebagai formasi, misalnya hutan
tropika basah, hutan musim sabana, dan lainnya.
Flora. Istilah ini diartikan sebagai semua jenis tumbuhan yang
merupakan kekayaan alam suatu tempat, kadang diartikan sebagai kekayaan suatu
tempat yang memuat nama-nama semua jenis tumbuhan yang tumbuh di tempat
tersebut, misalnya flora p.Jawa berarti nama-nama jenis tumbuhan yang menjadi
kekayaan di p.Jawa.
Fauna. Istilah ini digunakan untuk hewan, yaitu kekayaan yang berupa
jenis-jenis hewan yang dimiliki suatu daerah.
Suksesi. Dinamika di dalam alam adalah suatu kenyataan, maka segala
sesuatu yang sekarang ada merupakan suatu stadium dari rangkaian suatu
perubahan yang tidak ada artinya. Keadaan yang kelihatannya mantap pun bersifat
relatif, karena keadan itu segera akan berubah jika salah satu komponen
mengalami perubahan. Raangkaian perubahan yang dialami suatu komunitas di
suatu tempat mulai dari tempat itu kosong sampai terjadinya suatu keseimbangan
yanng mantap disebut suksesi. Tahapan dalam suksesi meliputi : tempat yang
4
kosong infasi oleh benih-benih makhuk hidup kolonisasi kompetensi
interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan penghuni stabilisasi.
Suatu suksesi tidak selalu dimulai dari cadas atau batuan yang gundul,
tetapi dapat juga di lingkungan yang berair, misalnya daerah paya-paya, telaga,
laut pinggir pantai dan lain-lain. Suksesi yang dimulai dari tempat yang kering
disebut xerosere. Sedangkan yang dimulai dari tempat yang berair disebut
hidrosere. Dalam keadaan yang serba menguntungkan lazimnya suatu suksesi
akan diakhiri dengan terbentuknya suatu komunitas yang berupa hutan.
Klimaks. Komunitas dengan stabilitas yang tinggi, yang tampak seakan-
akan tidak ada lagi perubahan disebut klimaks. Telah dikemukakakan bahwa
dalam keadaan yang serba menguntungkan klimaks itu berupa hutan.
Kenyataannya, walaupun suksesi sudan berjalan bertahun-tahun, bentuk hutan tak
pernah tercapai. Hal tersebut disebabkan adanya pembatasan-pembatasan dari
faktor-faktor lingkungan dan berlakunya hukum Liebiq. Misalnya daerah kutub
sebagai klimaksnya berupa komunitas tundra (faktor minimumnya suhu), gurun
(faktor minimumnya air) dan lain-lain. Klimaks dapat terjadi perubahan karena
adanya bencana alam, campur tangan manusia dan sebagainya.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran Flora dan Fauna
Telah dikemukakan bahwa mengenai luas daerah distribusi makhluk
hidup terdapat keaneka ragaman. Makhluk hidup yang daerah distribusinya amat
luas, sehingga boleh dikatakan dapat ditemukan di mana – mana, disebut
kosmopolit. Kosmopolit menurut arti kata yang sebenarnya (benar – benar hidup
di mana – mana di bumi kita ini), sukar ditemukan dan barangkali memang tidak
ada. Terlalu sulit untuk menemukan tumbuhan atau hewan yang dapat hidup
dalam segala macam lingkungan, dari lingkungan yang amat dingin dengan es dan
salju abadi (daerah kutub) sampai daerah tropik yang panas. Namun demikian,
memang ada jenis – jenis tumbuhan maupun hewan, misalnya bengok atau enceng
gondok dan burung gereja yang tersebar amat luas di muka bumi ini, sehingga
tumbuhan maupun hewan itu disebut pola kosmopolit.
Faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi makhluk hidup :
a. Kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru. Pada
tumbuhan, calon – calon individu baru itu disebut diaspora, propagul
atau disseminu, yang spora, biji atau lain dan terjadi secara seksual
(generatif) dan aseksual (vegetatif).
b. Daya tumbuh dari diaspora.
c. Cara pemencaran (dispersal) diaspora.
d. Tuntutan terhadap faktor – faktor lingkungan ; iklim, edafik, relief dan
biotik
5
e. Daya adaptasi terhadap lingkungan. Adanya kekuatan yang memacu
atau sebaliknya menghambat perkembangannya.
Penyebar luasan jenis – jenis kosmopolit tidak jarang karena adanya
campurtangan manusia, sehingga jenis – jenis itu dalam pemencarannya dapat
melampaui rintangan – rintangan yang secara normal tidak akan dapat
dilampauinnya, misalnya samudra yang luas atau pegunungan yang tinggi.
Selanjutnya kosmopolit merupakan makhluk hidup yang mudah dan cepat
berkembang biak, mempunyai daya adaptasi yang besar dan tuntutan hidup yang
tidak tinggi, sehingga dalam kompetisi dengan jenis – jenis yang lain tidak mudah
dikalahkan.
Makhluk hidup yang daerah distribusinya sangat sempit bahkan kadang –
kadang sangat terpencil seperti yang hidup di samudra yang luas (misal pulau St.
Helena di samudra Atlantik Selatan, kepulauan Kokos di samudra Hindia,
kepulauan Galapagos di Pasifik Selatan) dan di luar lingkungannya yang sangat
terbatas itu tidak ditemukan lagi disebut endemit.
Setiap ekosistem mempunyai komunitas tertentu dan dalam komunitas
terdapat suatu tipe vegetasi tertntu pula, yang merupakan komponen tumbuhan
dari komunitas itu. Tipe - tipe vegetasi secara umum adalah hutan, padang
rumput dan gurun. Tipe – tipe vegetasi diberi nama sekaligus menunjukkan
komunitas dan ekosistemnya.
Tundra. Nama tundra diberikan pada suatu formasi yang terdapat di daerah –
daerah sekitar kutub utara. Tundra sebenarnya berarti dataran tanpa pohon.
Dengan penjelasan ini dapat dibayangkan bahwa tundra merupakan suatu vegetasi
yang hanya terdiri dari tumbuhan gulma terutama berbagai tumbuhan sejenis
rumput dan lumut kerak. Keadaan vegetasi ini mirip dengan vegetasi gurun, tetapi
terdapat di daerah iklim dingin, oleh sebab itu tundra sering juga disebut gurun
dingin (cold disert). Tundra yang terdapat dibagian utara Skandinavia, Finlandia,
Rusia, Siberia dan Kanada dapat dibedakan lagi menurut jenis tumbuhan yang
dominan.
Taiga. Lebih ke Selatan dari daerah tundra terdapat suatu formasi lain yang
berupa hutan yang terutama terdiri dari anggota
dan meliputi daerah
Siberia, Alaska dan Kanada. Tipe vegetasi ini lebih ke Selatan terdapat di atas
pegunungan – pegunungan tinggi yang memp
di luar lingkungan tundra.
walaupun dalam musim dingin di berbagai tempat suhu dapat turun sampai
beberapa puluh derajat di bawah titik nol. Hutan pohon jarum inilah yang
penghasil kayu yang utama untuk pembuatan kertas, korek api, dll. Garis yang
memisahkan taiga dengan tundra yang membatasi lingkungan yang masih dapat
memungkinkan tumbuhan pohon dan yang tidak itu disebut batas pohon. Batas
pohon juga terdapat di
terdapat lagi pohon –
Gambar 1. Tundra di Siberia
. Lebih ke Selatan dari daerah tundra terdapat suatu formasi lain yang
terutama terdiri dari anggota – anggota kelompok pohon jarum,
dan meliputi daerah – daerah yang luas di semenanjung Scandinavia, Rusia,
Siberia, Alaska dan Kanada. Tipe vegetasi ini lebih ke Selatan terdapat di atas
pegunungan tinggi yang mempunyai iklim dingin di sekitar kutub
di luar lingkungan tundra. Taiga merupakan hutan yang hijau sepanjang tahun,
walaupun dalam musim dingin di berbagai tempat suhu dapat turun sampai
beberapa puluh derajat di bawah titik nol. Hutan pohon jarum inilah yang
penghasil kayu yang utama untuk pembuatan kertas, korek api, dll. Garis yang
memisahkan taiga dengan tundra yang membatasi lingkungan yang masih dapat
memungkinkan tumbuhan pohon dan yang tidak itu disebut batas pohon. Batas
pohon juga terdapat di pegunungan – pegunungan tinggi yang di atasnya tidak
pohon.
Gambar 2. Taiga di Kanada
6
. Lebih ke Selatan dari daerah tundra terdapat suatu formasi lain yang
anggota kelompok pohon jarum,
daerah yang luas di semenanjung Scandinavia, Rusia,
Siberia, Alaska dan Kanada. Tipe vegetasi ini lebih ke Selatan terdapat di atas
unyai iklim dingin di sekitar kutub
Taiga merupakan hutan yang hijau sepanjang tahun,
walaupun dalam musim dingin di berbagai tempat suhu dapat turun sampai
beberapa puluh derajat di bawah titik nol. Hutan pohon jarum inilah yang menjadi
penghasil kayu yang utama untuk pembuatan kertas, korek api, dll. Garis yang
memisahkan taiga dengan tundra yang membatasi lingkungan yang masih dapat
memungkinkan tumbuhan pohon dan yang tidak itu disebut batas pohon. Batas
pegunungan tinggi yang di atasnya tidak
7
Hutan meranggas daerah iklim sedang. Kedua contoh formasi di atas
merupakan tipe – tipe vegetasi yang terdapat di daerah iklim dingin, yang musim
saljunya lebih panjang dari tiga bulan. Di daerah iklim sedang dengan empat
musim (semi, panas, gugur dan dingin) yang bergiliran secara lebih teratur,
terdapat suatu formasi berupa hutan yang hijau dalam musim panas dan
meranggas (mengugurkan daun – daunnya) selama musim dingin. Penyusunnya
adalah jenis – jenis pohon berdaun lebar, yang berhubung dengan sifat
meranggasnya itu menyebabkan hutan tersebut tampak berbeda – beda menurut
musimnya; misal oak. Dalam musim gugur, yaitu menjelang runtuhnya daun –
daun, hutan ini memberikan pemandangan yang sangat indah yang disebabkan
oleh timbulnya warna – warni pada daun sebagai akibat proses disintegrasi kimia
yang terjadi di dalamnya. Tipe hutan ini yang semula meliputi sebagian besar dari
daerah – daerah dengan iklim sedang di Eropa, Asia, Amerika dan juga daerah –
daerah di sebelah Selatan katulistiwa mempunyai iklim yang serupa, sekarang
sudah banyak berkurang, karena pembukaan daerah – daerah tersebut menjadi
daerah – daerah pemukiman (desa – desa dan kota) maupun untuk pengembangan
usaha – usaha pertanian dan industri dari bangsa – bangsa yang tinggal di daerah
tersebut.
Gambar 3. Hutan Meranggas di daerah iklim sedang
Padang rumput. Lebih ke Selatan lagi dari daerah hutan meranggas yang curah
hujannya tidak begitu besar dengan suhu yang lebih tinggi, terdapat tipe vegetasi
tanpa pohon yang disebut padang rumput. Tipe vegetasi ini menutupi daerah –
daerah yang luas di Eropa (Hongaria, Rusia Selatan), Asia dan Amerika Utara. Di
sebelah Selatan katulistiwa yang mempunyai kondisi lingkungan yang serupa pun
terdapat tipe vegetasi ini, misalnya di Australia dan di Amerika Selatan.
Komposisi floranya dapat menunjukkan angka jumlah jenis tumbuhan bukan
rumput (non Gramineae) yang tinggi, tetapi karena biasanya rumputnya yang
dominan, maka lalu dinamakan padang rumput. Padang rumput diberi nama yang
berbeda – beda, misalnya di Rusia Selatan disebut stepa, di Hongaria pusta, di
Amerika Utara prairi, dan di Argentina
Sesuai dengan keadaannya, daerah padang rumput kemudian dikembangkan
sebagai pusat – pusat daerah peternakan (di Amerika Serikat dan Argentina),
sedang di daerah – daerah yang lain dibuka untuk pertanian, misalnya di Rusia
Selatan (gandum dan kapa
teknik pengairan yang efektif.
Vegetasi gurun dan
LU dan LS yang biasanya merupakan daerah
tahunan yang sangat rendah, terdapat daerah
miskin. Daerah – daerah tersebut disebut gurun atau setengah gurun, misalnya
gurun Gobi di RRC, gurun Arab di Asia Depan, Sahara di Afrika Utara dan Liano
Estacado di Amerika Utara.
Sepanjang garis balik Selatan kita jumpai gurun besar di Australia, Kalahari di
Afrika Selatan dan Atakama di Amerika Selatan. Vegetasi gurun dan setengah
gurun biasanya terdiri dari jenis
(xerofita), yang mudah dikenal da
dan tereduksinya daun
mengalami metamorfosis menjadi alat
tertentu di daerah gurun yang mempunyai persediaan air yang cukup,
mempunyai vegetasi yang lebih lebat dan biasa disebut oasis. Daerah
setengah gurun mempunyai vegetasi yang lebih rapat dari daerah gurun, dan di
antara penyusunannya kadang
dalam waktu yang pendek, yaitu sewaktu ada air, dapat menyelesaikan daur
hidupnya. Selagi tanah masih basah setelah turun hujan, tumbuhan ini tumbuh,
berkembang, berbunga dan berbuah dalam jangka waktu relatif sangat pendek,
dan setelah menghasilkan biji segera mati. Jenis
ini disebut tumbuh –
beda, misalnya di Rusia Selatan disebut stepa, di Hongaria pusta, di
Amerika Utara prairi, dan di Argentina pampa.
Sesuai dengan keadaannya, daerah padang rumput kemudian dikembangkan
pusat daerah peternakan (di Amerika Serikat dan Argentina),
daerah yang lain dibuka untuk pertanian, misalnya di Rusia
Selatan (gandum dan kapas) karena tanahnya cukup subur dan dibantu dengan
teknik pengairan yang efektif.
Gambar 4. Steppa
setengah gurun. Di sepanjang garis balik, yaitu garis 23½°
LU dan LS yang biasanya merupakan daerah – daerah dengan curah hujan
yang sangat rendah, terdapat daerah – daerah yang vegetasinya sangat
daerah tersebut disebut gurun atau setengah gurun, misalnya
gurun Gobi di RRC, gurun Arab di Asia Depan, Sahara di Afrika Utara dan Liano
Estacado di Amerika Utara.
jang garis balik Selatan kita jumpai gurun besar di Australia, Kalahari di
Afrika Selatan dan Atakama di Amerika Selatan. Vegetasi gurun dan setengah
gurun biasanya terdiri dari jenis – jenis tumbuhan yang tahan kurang air
(xerofita), yang mudah dikenal dari adanya jaringan – jaringan air dalam tubuhnya
dan tereduksinya daun – daun, bahkan kadang – kadang daun
mengalami metamorfosis menjadi alat – alat seperti duri. Tempat
tertentu di daerah gurun yang mempunyai persediaan air yang cukup,
mempunyai vegetasi yang lebih lebat dan biasa disebut oasis. Daerah
setengah gurun mempunyai vegetasi yang lebih rapat dari daerah gurun, dan di
antara penyusunannya kadang – kadang terdapat jenis tumbuh –
pendek, yaitu sewaktu ada air, dapat menyelesaikan daur
hidupnya. Selagi tanah masih basah setelah turun hujan, tumbuhan ini tumbuh,
berkembang, berbunga dan berbuah dalam jangka waktu relatif sangat pendek,
dan setelah menghasilkan biji segera mati. Jenis tumbuhan yang bersifat demikian
– tumbuhan efemer. Daerah gurun belum tentu terdiri dari
8
beda, misalnya di Rusia Selatan disebut stepa, di Hongaria pusta, di
Sesuai dengan keadaannya, daerah padang rumput kemudian dikembangkan
pusat daerah peternakan (di Amerika Serikat dan Argentina),
daerah yang lain dibuka untuk pertanian, misalnya di Rusia
s) karena tanahnya cukup subur dan dibantu dengan
. Di sepanjang garis balik, yaitu garis 23½°
daerah dengan curah hujan
daerah yang vegetasinya sangat
daerah tersebut disebut gurun atau setengah gurun, misalnya
gurun Gobi di RRC, gurun Arab di Asia Depan, Sahara di Afrika Utara dan Liano
jang garis balik Selatan kita jumpai gurun besar di Australia, Kalahari di
Afrika Selatan dan Atakama di Amerika Selatan. Vegetasi gurun dan setengah
jenis tumbuhan yang tahan kurang air
jaringan air dalam tubuhnya
kadang daun – daunnya
alat seperti duri. Tempat – tempat
tertentu di daerah gurun yang mempunyai persediaan air yang cukup, biasanya
mempunyai vegetasi yang lebih lebat dan biasa disebut oasis. Daerah – daerah
setengah gurun mempunyai vegetasi yang lebih rapat dari daerah gurun, dan di
– tumbuhan yang
pendek, yaitu sewaktu ada air, dapat menyelesaikan daur
hidupnya. Selagi tanah masih basah setelah turun hujan, tumbuhan ini tumbuh,
berkembang, berbunga dan berbuah dalam jangka waktu relatif sangat pendek,
tumbuhan yang bersifat demikian
. Daerah gurun belum tentu terdiri dari
tanah yang kurus. Vegetasi yang miskin terutama disebabkan karena kurangnya
air.
Sabana. Sabana adalah suatu ve
dengan di sana – sini pohon
jenis – jenis pohon yang menjadi penyusun sabana, kita dapat membedakan
menjadi sabana murni dan sabana campuran.
pohon – pohon penyusunnya terdiri dari satu jenis tumbuhan saja, misalnya pohon
pilang (Acacia leucophioca
menurut jenis pohon penyusunnya tadi, misalnya sabana gebang (
sabana Eucalyptus, dsb.
Jika pohon dalam sabana itu terdiri dari berjenis
sabana campuran. Sabana terdapat di daerah tropika maupun subtropika yang
curah hujannya tidak begitu tinggi, misalnya di Afrika, Australia dan juga
tanah yang kurus. Vegetasi yang miskin terutama disebabkan karena kurangnya
Gambar 5. Gurun di Atakama, Chili
. Sabana adalah suatu vegetasi yang tampak sebagai padang rumput
sini pohon – pohon berserakan atau bergerombol. Berdasarkan
jenis pohon yang menjadi penyusun sabana, kita dapat membedakan
menjadi sabana murni dan sabana campuran. Sabana murni adalah saba
pohon penyusunnya terdiri dari satu jenis tumbuhan saja, misalnya pohon
Acacia leucophioca). Sabana yang demikian ini sering diberi nama
menurut jenis pohon penyusunnya tadi, misalnya sabana gebang (
dsb.
Gambar 6. Sabana
Jika pohon dalam sabana itu terdiri dari berjenis – jenis pohon maka dinamakan
sabana campuran. Sabana terdapat di daerah tropika maupun subtropika yang
curah hujannya tidak begitu tinggi, misalnya di Afrika, Australia dan juga
9
tanah yang kurus. Vegetasi yang miskin terutama disebabkan karena kurangnya
getasi yang tampak sebagai padang rumput
pohon berserakan atau bergerombol. Berdasarkan
jenis pohon yang menjadi penyusun sabana, kita dapat membedakan
Sabana murni adalah sabana yang
pohon penyusunnya terdiri dari satu jenis tumbuhan saja, misalnya pohon
). Sabana yang demikian ini sering diberi nama
menurut jenis pohon penyusunnya tadi, misalnya sabana gebang (Corypha utan),
jenis pohon maka dinamakan
sabana campuran. Sabana terdapat di daerah tropika maupun subtropika yang
curah hujannya tidak begitu tinggi, misalnya di Afrika, Australia dan juga
Indonesia. Telah disebutkan di muka bahwa ada yang beranggapan bahwa sabana
terjadi dari bekas ladang yang tidak mampu menjadi hutan seperti semula. Karena
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, hanya pohon
yang dapat kembali (sebag
rumput di antaranya.
Hutan tropika basah
yaitu daerah – daerah dengan intensitas penyinaran yang tinggi, siang dan malam
hari kurang lebih sama p
maupun tahunan yang relatif kecil.
daerah ini terdapat curah hujan yang tinggi, dan hujan ini merupakan hujan zenital
yang turun sepanjang tahun. Kondisi lin
itu menyebabkan hutan tropikal basah, merupakan suatu tipe vegetasi yang hijau
sepanjang tahun (evergreen
macam jenis dan dalam hutan membentuk berbagai tingkat.
Pada pohon – pohon hutan itu banyak tumbuh berbagai epifit maupun liana yang
daun – daunnya sampai pada puncak
pohon itu pada pangkal batangnya menunjukkan struktur yang khas yaitu adanya
pembentukan akar –
rapatnya tumbuh – tumbuhan bawah (
Telah disebutkan di muka bahwa ada yang beranggapan bahwa sabana
terjadi dari bekas ladang yang tidak mampu menjadi hutan seperti semula. Karena
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, hanya pohon –
yang dapat kembali (sebagian adalah relikt dari hutan sebelumnya) dengan padang
Hutan tropika basah. Hutan tropika basah terdapat di sepanjang katulistiwa,
daerah dengan intensitas penyinaran yang tinggi, siang dan malam
hari kurang lebih sama panjang, suhu terlalu tinggi dengan amplitudo harian
maupun tahunan yang relatif kecil. Karena letaknya disepanjang katulistiwa itu di
daerah ini terdapat curah hujan yang tinggi, dan hujan ini merupakan hujan zenital
yang turun sepanjang tahun. Kondisi lingkungannya yang serba menguntungkan
itu menyebabkan hutan tropikal basah, merupakan suatu tipe vegetasi yang hijau
evergreen), terdiri dari pohon – pohon yang tinggi dari berbagai
macam jenis dan dalam hutan membentuk berbagai tingkat.
Gambar 7. Hutan hujan tropik
pohon hutan itu banyak tumbuh berbagai epifit maupun liana yang
daunnya sampai pada puncak – puncak pohon penunjangnya, dan pohon
pohon itu pada pangkal batangnya menunjukkan struktur yang khas yaitu adanya
– akar banir. Hutan ini tampak rapat dari luar, berhubung
tumbuhan bawah (undergrowth) di bagian pinggirnya, karena
10
Telah disebutkan di muka bahwa ada yang beranggapan bahwa sabana
terjadi dari bekas ladang yang tidak mampu menjadi hutan seperti semula. Karena
– pohon tertentu
ian adalah relikt dari hutan sebelumnya) dengan padang
. Hutan tropika basah terdapat di sepanjang katulistiwa,
daerah dengan intensitas penyinaran yang tinggi, siang dan malam
anjang, suhu terlalu tinggi dengan amplitudo harian
Karena letaknya disepanjang katulistiwa itu di
daerah ini terdapat curah hujan yang tinggi, dan hujan ini merupakan hujan zenital
gkungannya yang serba menguntungkan
itu menyebabkan hutan tropikal basah, merupakan suatu tipe vegetasi yang hijau
pohon yang tinggi dari berbagai
pohon hutan itu banyak tumbuh berbagai epifit maupun liana yang
puncak pohon penunjangnya, dan pohon –
pohon itu pada pangkal batangnya menunjukkan struktur yang khas yaitu adanya
akar banir. Hutan ini tampak rapat dari luar, berhubung
) di bagian pinggirnya, karena
11
di bagian pinggir tersebut sinar matahari masih dapat mencapai lantai hutan, dan
menyebabkan berkembangnya tumbuhan bawah tersebut. Untuk bagian tengah,
cahaya matahari terhalang oleh tajuk pohon yang tinggi, sehingga di bawah pohon
– pohon tersebut tidak dapat berkembang tumbuhan bawah seperti di bagian
pinggir. Hutan tropika basah di benua lama (Asia – Afrika ) mempunyai
komposisi flora yang sama sekali berbeda dengan hutan tropika basah di benua
baru (Amerika), bahkan di Indonesia saja terdapat perbedaan komposisi flora
antara lain di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Hutan tropika basah di
Amerika Selatan di namakan selva. Hutan tropika basah di mana – mana
menghadapi bahaya yang besar, terutama akibat praktek perladangan dan
pengambilan kayu untuk bermacam – macam keperluan. Walaupun lokasinya di
daerah tropika dengan kondisi lingkungan yang menguntungkan, jika
eksploitasinya tidak dilakukan dengan bijaksana maka bahaya akan datang
semakin cepat. Akibat yang lebih parah adalah terjadinya padang alang – alang,
tanah kritis bahkan kemungkinan terjadinya gurun pun bukan sesuatu yang
mustahil.
Hutan musim. Di lingkungan daerah tropis yang mempunyai iklim musim
(kemarau dan penghujan) dalam satu tahun pergantian secara teratur, terdapat
suatu formasi hutan yang disebut hutan musim. Hutan musim terdiri dari pohon –
pohon yang lebih tahan kekeringan yang tampak dari adanya lapisan pelindung
berupa kulit mati yang tebal pada kulit batangnya. Pohon – pohon hutan musim
tidak tinggi dan besar, tidak pula adanya pembentukan tingkatan – tingkatan.
Sebagian besar pohon – pohon penyusunnya tergolong dalam tropofita, yaitu
pohon – pohon yang dalam musim kemarau meranggas dan menjadi hijau kembali
dalam musim hujan, seperti kapuk hutan, mindi, mahoni, jati. Jenis pohon –
pohon tersebut dalam musim kemarau tampak seperti hutan yang terdiri dari
pohon – pohon yang mati saja. Lagipula dalam hutan musim karena pohon –
pohon tidak begitu rindang dan tajuknya tidak begitu rapat lebih – lebih dalam
musim kemarau maka sinar matahari dapat menembus sampai ke lantai hutan,
sehingga dalam hutan musim tumbuhan bawah tidak terbatas pada bagian pinggir
saja, tetapi juga terdapat di bagian tengah.
Selanjutnya tidak jarang dalam suatu hutan musim terdapat satu jenis yang
dominan dan lahirlah nama – nama hutan musim berdasarkan jenis pohon yang
mendominasinya, misalnya hutan jati, hutan kapuk, hutan angsana. Di Indonsia
hutan musim terdapat di Jawa Tengah, ke timur sampai Nusa Tenggara Timur.
Gambar 8. Hutan musim di Jawa Timur.
Hutan mangrove atau
terdapat di daerah tropik
lingkungan tersebut di dalam air dan di dalam tanahnya terdapat kekurangan O
Lingkungan itu juga mempunyai kadar garam yang tinggi, sehingga tumbuhan
menghadapi kesulitan untuk mendapatkan air yang dip
itu air berlimpah. Keadaan ini dikenal sebagai kekeringan fisiologi. Oleh sebab itu
pohon – pohon penyusun hutan mangrove umumnya mempunyai daun yang tebal,
kaku dengan lapisan kutikula yang tebal untuk mencegah penguapan air yan
berlebihan. Daerah terdapatnya hutan mangrove itu walaupun landai tetapi tetap di
bawah pengaruh air pasang naik dan surut, sehingga dalam keadaan air pasang
naik hutan itu seperti hutan yang sedang mengalami banjir. Sebaliknya dalam
waktu pasang surut,
berlumpur.
Gambar 8. Hutan musim di Jawa Timur.
atau hutan bakau. Hutan mangrove adalah suatu asosiasi yang
terdapat di daerah tropik maupun subtropik sepanjang pantai yang landai dan di
lingkungan tersebut di dalam air dan di dalam tanahnya terdapat kekurangan O
Lingkungan itu juga mempunyai kadar garam yang tinggi, sehingga tumbuhan
menghadapi kesulitan untuk mendapatkan air yang diperlukan walaupun di tempat
itu air berlimpah. Keadaan ini dikenal sebagai kekeringan fisiologi. Oleh sebab itu
pohon penyusun hutan mangrove umumnya mempunyai daun yang tebal,
kaku dengan lapisan kutikula yang tebal untuk mencegah penguapan air yan
berlebihan. Daerah terdapatnya hutan mangrove itu walaupun landai tetapi tetap di
bawah pengaruh air pasang naik dan surut, sehingga dalam keadaan air pasang
naik hutan itu seperti hutan yang sedang mengalami banjir. Sebaliknya dalam
waktu pasang surut, tampak sampai ke akarnya di atas tanah yang becek dan
12
. Hutan mangrove adalah suatu asosiasi yang
maupun subtropik sepanjang pantai yang landai dan di
lingkungan tersebut di dalam air dan di dalam tanahnya terdapat kekurangan O2.
Lingkungan itu juga mempunyai kadar garam yang tinggi, sehingga tumbuhan
erlukan walaupun di tempat
itu air berlimpah. Keadaan ini dikenal sebagai kekeringan fisiologi. Oleh sebab itu
pohon penyusun hutan mangrove umumnya mempunyai daun yang tebal,
kaku dengan lapisan kutikula yang tebal untuk mencegah penguapan air yang
berlebihan. Daerah terdapatnya hutan mangrove itu walaupun landai tetapi tetap di
bawah pengaruh air pasang naik dan surut, sehingga dalam keadaan air pasang
naik hutan itu seperti hutan yang sedang mengalami banjir. Sebaliknya dalam
tampak sampai ke akarnya di atas tanah yang becek dan
Hutan mangrove disebut juga hutan bakau, karena penyusun utamanya adalah
tanaman bakau (Rhizophora
yang masing – masing menunjukkan ciri khas sebagai akibat adanya penyesuaian
terhadap kondisi lingkungannya. Terdapat pula ciri
akar dengan bentuk dan struktur yang khusus. Hal ini memungkinkan tumbuhan
tersebut mendapat O2
tunjang, Avicennia terdapat akar
Semua jenis akar tersebut bagian yang muncul di atas lumpur atau air berguna
untuk penyerapan O2
Agar individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan
pasang surut, untuk bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama
vivipari yaitu berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, dan
jelas tampak akar yang
meter. Jika biji yang sudah berkecambah itu akhirnya lepas dari pohon induknya,
maka dengan akarnya yang panjang dapat menancap cukup dalam di lumpur,
dengan demikian tak akan terganggu oleh arus air y
dan surut.
Hutan mangrove di Indonesia terdapat di sepanjang pantai Timur Sumatra, pantai
Barat dan Selatan kalimantan, sepanjang pantai yang rendah di Papua, di Jawa
(Segara Anakan, Cilacap). Pada umumnya tempat
terdapat sungai yang bermuara.
Gambar 9. Hutan mangrove (Bakau)
Hutan mangrove disebut juga hutan bakau, karena penyusun utamanya adalah
Rhizophora) atau juga kayu api (Avicennia), bogem (
masing menunjukkan ciri khas sebagai akibat adanya penyesuaian
terhadap kondisi lingkungannya. Terdapat pula ciri – ciri yang lain yaitu akar
akar dengan bentuk dan struktur yang khusus. Hal ini memungkinkan tumbuhan
2 dari udara. Misalnya pada Rhizophora terdapat akar
terdapat akar – akar nafas, Bruguera terdapat akar
Semua jenis akar tersebut bagian yang muncul di atas lumpur atau air berguna
dari udara.
individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan
pasang surut, untuk bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama
vivipari yaitu berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, dan
jelas tampak akar yang tumbuh ke bawah, kadang – kadang sampai sepanjang satu
meter. Jika biji yang sudah berkecambah itu akhirnya lepas dari pohon induknya,
maka dengan akarnya yang panjang dapat menancap cukup dalam di lumpur,
dengan demikian tak akan terganggu oleh arus air yang terjadi pada pasang naik
Hutan mangrove di Indonesia terdapat di sepanjang pantai Timur Sumatra, pantai
Barat dan Selatan kalimantan, sepanjang pantai yang rendah di Papua, di Jawa
(Segara Anakan, Cilacap). Pada umumnya tempat – tempat terse
terdapat sungai yang bermuara.
13
Hutan mangrove disebut juga hutan bakau, karena penyusun utamanya adalah
), bogem (Bruguera)
masing menunjukkan ciri khas sebagai akibat adanya penyesuaian
ciri yang lain yaitu akar –
akar dengan bentuk dan struktur yang khusus. Hal ini memungkinkan tumbuhan
terdapat akar – akar
terdapat akar – akar lutut.
Semua jenis akar tersebut bagian yang muncul di atas lumpur atau air berguna
individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan
pasang surut, untuk bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama
vivipari yaitu berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, dan
kadang sampai sepanjang satu
meter. Jika biji yang sudah berkecambah itu akhirnya lepas dari pohon induknya,
maka dengan akarnya yang panjang dapat menancap cukup dalam di lumpur,
ang terjadi pada pasang naik
Hutan mangrove di Indonesia terdapat di sepanjang pantai Timur Sumatra, pantai
Barat dan Selatan kalimantan, sepanjang pantai yang rendah di Papua, di Jawa
tempat tersebut banyak
Hutan lumut. Hutan lumut merupakan contoh asosiasi tipe vegetasi di daerah
pegunungan disebut juga hutan kabut (
biasanya terdapat di lereng gunung pada ketinggian di atas batas k
air, sehingga seakan –
lembab dan suhu yang relatif rendah memungkinkan pertumbuhan lumut yang
baik, sehingga pohon
sampai daun – daunnya. Jadi lumut dalam hutan ini tidak hanya hidup sebagai
epifit tetapi juga sebagai epihylon (
Gambar 10. Hutan lumut di G. Butak (Malang)
Banyaknya lumut pada pohon
dinamakan hutan lumut, jadi hutan lumut bukan hutan yang terdiri dari tumbuhan
lumut tetapi hutan yang pohon
oleh lumut pohon – pohon hutan ini juga banyak ditumbuhi lumut kerak, terutama
rasuk angin atau tahi angin
sehingga air bercucuran dari daun
menyebabkan di dalam hutan seperti kehujanan.
Berdasarkan fungsinya, tipe
dapat dibedakan atas
meranggas di daerah iklim sedang, padang rumput, vegetasi gurun dan setengah
gurun, sabana, hutan tropika basah dan utan musim. Sedangkan lainnya yaitu
hutan mangrove dan hutan lumut merupakan a
. Hutan lumut merupakan contoh asosiasi tipe vegetasi di daerah
pegunungan disebut juga hutan kabut (elfin forest). Hutan pegunungan ini
biasanya terdapat di lereng gunung pada ketinggian di atas batas k
– akan selalu diselimuti oleh kabut. Lingkungan yang sangat
lembab dan suhu yang relatif rendah memungkinkan pertumbuhan lumut yang
baik, sehingga pohon – pohon hutan seringkali penuh dengan lumut, dari batang
daunnya. Jadi lumut dalam hutan ini tidak hanya hidup sebagai
epifit tetapi juga sebagai epihylon (epi = atas, phylon = daun).
Gambar 10. Hutan lumut di G. Butak (Malang)
Banyaknya lumut pada pohon – pohon itulah yang menyebabkan tipe hutan ini
akan hutan lumut, jadi hutan lumut bukan hutan yang terdiri dari tumbuhan
lumut tetapi hutan yang pohon – pohon penyusunnya di tumbuhi lumut. Selain
pohon hutan ini juga banyak ditumbuhi lumut kerak, terutama
rasuk angin atau tahi angin (Usnea = lumut janggut). Karena lembabnya udara
sehingga air bercucuran dari daun – daun pohon dan dari lumut
menyebabkan di dalam hutan seperti kehujanan.
Berdasarkan fungsinya, tipe-tipe vegetasi yang telah diuraikan di atas
dua fungsi yaitu sebagai formasi yaitu tundra, taiga, hutang
meranggas di daerah iklim sedang, padang rumput, vegetasi gurun dan setengah
gurun, sabana, hutan tropika basah dan utan musim. Sedangkan lainnya yaitu
hutan mangrove dan hutan lumut merupakan asosiasi.
14
. Hutan lumut merupakan contoh asosiasi tipe vegetasi di daerah
). Hutan pegunungan ini
biasanya terdapat di lereng gunung pada ketinggian di atas batas kondensasi uap
akan selalu diselimuti oleh kabut. Lingkungan yang sangat
lembab dan suhu yang relatif rendah memungkinkan pertumbuhan lumut yang
pohon hutan seringkali penuh dengan lumut, dari batang
daunnya. Jadi lumut dalam hutan ini tidak hanya hidup sebagai
pohon itulah yang menyebabkan tipe hutan ini
akan hutan lumut, jadi hutan lumut bukan hutan yang terdiri dari tumbuhan
pohon penyusunnya di tumbuhi lumut. Selain
pohon hutan ini juga banyak ditumbuhi lumut kerak, terutama
= lumut janggut). Karena lembabnya udara
daun pohon dan dari lumut – lumut,
tipe vegetasi yang telah diuraikan di atas
dua fungsi yaitu sebagai formasi yaitu tundra, taiga, hutang
meranggas di daerah iklim sedang, padang rumput, vegetasi gurun dan setengah
gurun, sabana, hutan tropika basah dan utan musim. Sedangkan lainnya yaitu
15
C. Distribusi, Disjungsi, Dispersal Makhluk Hidup
Telah berulangkali dikemukakan, bahwa di muka bumi kita ini terdapat
beraneka ragam ekosistem yang berarti pula terdapat beraneka ragam komunitas,
dan bahwa dalam ekosistem tertentu terdapat komunitas tertentu dengan flora dan
fauna yang tertentu pula. Ini berarti pula, bahwa di tempat yang berbeda terdapat
komunitas yang berbeda. Jadi di tempat yang berlainan terdapat flora maupun
fauna yang berlainan. Kenyataan ini sesungguhnya adalah akibat dari adanya
tuntutan hidup yang berbeda bagi setiap jenis makhluk hidup. Teratai misalnya,
untuk hidupnya memerlukan syarat – syarat yang berbeda dengan pohon jati. Rusa
untuk hidupnya memerlukan syarat – syarat yang berbeda dengan harimau.
Dengan demikian tiap jenis tumbuhan atau hewan hanya akan kita
temukan di tempat – tempat yang cocok baginya. Karena di muka bumi ini tidak
mungkin keadaannya sama di mana – mana, maka suatu jenis tumbuhan hanya
menempati bagian yang terbatas saja dari muka bumi ini. Hewan yang dapat
bergerak saja pun kenyataannya hanya menghuni daerah – daerah yang terbatas.
Mengenai hal ini akan kita peroleh gambaran yang lebih jelas lagi, jika kita
lakukan hal – hal berikut. Jika dalam penelitian mengenai flora maupun fauna,
tempat ditemukannya suatu jenis tumbuhan atau hewan diberi tanda dengan titik –
titik, yang masing – masing menunjukkan ditemukannya jenis makhluk hidup
tadi. Dan jika titik –titik yang paling pinggir dihubungkan dengan garis di peta
bumi, tergambar suatu daerah yang di dalamnya terdapat jenis hewan atau
tumbuhan tersebut. Kita katakan bahwa agihan dari jenis makhluk hidup itu
meliputi daerah tadi, jadi agihan atau distribusi berarti di mana saja semua jenis
makhluk hidup ditemukan di bumi kita ini. Distribusi pohon durian meliputi
daerah Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina), sedang distribusi
pohon kelapa meliputi semua daerah tropik. Distrbusi gajah di Asia hanya sampai
di pulau Sumatra, kalau harimau sampai pulau Jawa dan Bali.
Daerah Distribusi
Dengan membandingkan peta distribusi dari setiap makhluk hidup, dapat
kita lihat bahwa daerah distribusi dari makhluk hidup berbeda – beda luasnya, dari
yang amat sempit sampai boleh dikatakan terdapat di mana – mana, dan bahwa
daerah – daerah distribusi tersebut sebagian atau seluruhnya dapat bersamaan (ada
overlapping).
Faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi makhluk hidup.
1. Kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru. Pada
tumbuhan, calon – calon individu baru itu disebut diaspora, propagul
16
atau disseminu, yang spora, biji atau lain dan terjadi secara seksual
(generatif) dan aseksual (vegetatif).
2. Daya tumbuh dari diaspora.
3. Cara pemencara (dispersal) diaspora.
4. Tuntutan terhadap faktor – faktor lingkungan.
5. Daya adaptasi terhadap lingkungan.
6. Adanya kekuatan yang memacu atau sebaliknya menghambat
perkembangannya.
Telah dikemukakan di atas bahwa mengenai luas daerah distribusi
makhluk hidup terdapat keaneka ragaman. Makhluk hidup yang daerah
distribusinya amat luas, sehingga boleh dikatakan dapat ditemukan di mana –
mana, disebut kosmopolit.
Kosmopolit menurut arti kata yang sebenarnya (benar – benar hidup di
mana – mana di bumi kita ini), sukar ditemukan dan barangkali memang tidak
ada. Terlalu sulit untuk menemukan tumbuhan atau hewan yang dapat hidup
dalam segala macam lingkungan, dari lingkungan yang amat dingin dengan es dan
salju abadi (daerah kutub) sampai daerah tropik yang panas. Namun demikian,
memang ada jenis – jenis tumbuhan maupun hewan, misalnya bengok atau enceng
gondok dan burung gereja yang tersebar amat luas di muka bumi ini, sehingga
tumbuhan maupun hewan itu disebut pola kosmopolit.
Penyebar luasan jenis – jenis kosmopolit tidak jarang karena adanya
campurtangan manusia, sehingga jenis – jenis itu dalam pemencarannya dapat
melampaui rintangan – rintangan yang secara normal tidak akan dapat
dilampauinnya, misalnya samudra yang luas atau pegunungan yang tinggi.
Selanjutnya kosmopolit merupakan makhluk hidup yang mudah dan cepat
berkembang biak, mempunyai daya adaptasi yang besar dan tuntutan hidup yang
tidak tinggi, sehingga dalam kompetisi dengan jenis – jenis yang lain tidak mudah
dikalahkan.
Makhluk hidup yang daerah distribusinya sangat sempit bahkan kadang –
kadang sangat terpencil seperti yang hidup di samudra yang luas (misal pulau St.
Helena di samudra Atlantik Selatan, kepulauan Kokos di samudra Indonesia,
kepulauan Galapagos di Pasifik Selatan) dan di luar lingkungannya yang sangat
terbatas itu tidak ditemukan lagi disebut endemit.
Endemit pada umumnya memiliki sifat – sifat yang berlawanan dengan
kosmopolit, antara lain :
Hanya dapat mempertahankan hidupnya dalam suatu kondisi
lingkungan tertentu.
Tidak mudah dan tidak cepat berkembang biak.
17
Daya adaptasi yang rendah.
Diasporanya tidak mudah dipencarkan sampai jauh.
Daya tumbuh yang rendah dan jika sampai di tempat yang baru sudah
dikalahkan dalam kompetisi dengan jenis – jenis lain.
Sebenarnya tidak mudah untuk menarik batas yang jelas sampai seberapa
luas daerah distribusi suatu makhluk hidup, agar kepadanya masih dapat diberikan
sebutan endemit. Banyak daerah – daerah, terutama pulau – pulau yang
mempunyai jenis tumbuhan dan hewan yang hanya terbatas pada pulau itu, jadi
bersifat endemik bagi pulau itu. Contoh endemit misalnya Raflesia arnoldi yang
hidup sebagai parasit pada akar – akar liana di hutan – hutan di daerah Bengkulu,
dan tidak terdapat di tempat – tempat lain di Sumatra. Dari golongan hewan dapat
disebut anoa dan babi rusa yang hanya terdapat di Sulawesi.
Teori terjadinya endemit
Tentang terjadinya endemit ada dua teori yang bertentangan, yaitu :
Teori progresif, yang menyatakan bahwa endemit itu terjadi dari makhluk
hidup yang sejak timbulnya di tempat itu tidak pernah dapat memperluas
daerah distribusinya. Mungkin karena tidak mampu menghasilkan alat – alat
pekembangbiakan yang mempunyai daya hidup yang besar atau alat – alat
reproduksinya dapat mencapai tempat lain, tetapi dalam lanjutan
perkembangannya kalah dalam kompetisi dengan makhluk hidup lain.
Mungkin pula ada sebab – sabab lain yang sampai sekarang belum
diketahui. Endemit yang terjadinya seperti dinyatakan oleh teori progresif ini
disebut endemit progresif.
Teori konservatif, yang mengatakan bahwa endemit itu semula mempunyai
daerah distribusi yang luas, tetapi karena suatu sebab kemudian terdesak dan
hanya dapat bertahan dalam lingkungannya yang sekarang itu aja. Yang
menjadi sebabnya barangkali :
Bencana alam. Misalnya gempa bumi, letusan gunung api, dst.
Kalah dalam kompetisi dengan jenis lain.
Kegiatan manusia, seperti pembukaan hutan, konversi tanah – tanah
pertanian menjadi daerah pemukiman, dst.
Endemit yang terjadinya menurut pandangan teori ini disebut endemit
konservatif.
Untuk menjawab pertanyaan, apakah suatu endemit itu progresif atau
konservatif, bukan suatu tugas yang gampang, lebih – lebih jika jawaban itu
harus disertai bukti – bukti. Bagi endemit itu merupakan suatu bukti nyata,
bahwa endemit itu semula memang menempati darah yang luas.
18
Disjungsi
Di antara kedua ekstrim itu terdapat berjenis – jenis tumbuhan atau hewan
yang menempati daerah – daerah dengan aneka ragam luas. Daerah – daerah
distribusi yang luas dapat bersifat sinambung dapat terpisah – pisah, dan
terpisahnya itu dapat oleh suatu yang demikian jauh, yang jarak itu menurut
keadaannya sekarang tidak tidak mungkin dapat dicapai oleh alat perkembang
biakan jenis makhluk hidup yang bersangkutan dengan pemencaran alami (tanpa
campur tangan manusia). Daerah – daerah distribusi yang terpisah – pisah
demikian itu disebut suatu disjungsi atau daerah distribusi tak sinambung. Pada
daerah distribusi tak sinambung jarak yang memisahkan bagian – bagiannya dapat
begitu besar, hampir separuh lingkaran bumi. Misalnya daerah distribusi
tumbuhan Rhus toxico dendron. Tumbuhan ini terdapat di hutan – hutan di
sepanjang pantai Timur Amerika Utara dan di gutan – hutan di sepanjang pantai
Timur Asia dan Jepang yang terpisahkan oleh lebarnya daratan Amerika Utara
dan samudra Pasifik.
Anggapan terjadinya disjungsi
Untuk menerangkan terjadinya disjungsi kita dapat bertitik tolak dari tiga
anggapan, yaitu :
1) Anggapan bahwa bagian – bagian dari daerah distribusi tak sinambung
itu semula menjadi satu, baru kemudian terjadi sebab menjadi terpisah
– pisah, misalnya karena perubahan iklim yang meliputi suatu daerah
yang sangat luas, adanya gaya – gaya dalam bumi dll. Daerah
distribusi hutan pohon jarum di Eropa, Asia dan Amerika Utara
sekarang terpisah – pisah oleh samudra Atlantik dan Pasifik. Menurut
teori Wegener, semula menjadi satu kemudian terpisah oleh adanya
gaya dalam bumi yang disebut Continental Drift. Daerah distribusi
tumbuhan yang sekarang terdiri daerah pegunungan Alpina di Eropa
Selatan dan daerah Kutub Utara pernah menjadi satu yaitu pada zaman
es. Pada zaman itu seluruh Eropa yang tertutup es dari Utara sampai ke
Selatan merupakan suatu lingkungan dengan kondisi yang sama.
Setelah berakhirnya zaman es itu keadaan seperti semula hanya
terdapat di daerah pegunungan Alpina dan sekitar kutub tadi sekarang
terpisah oleh jarak yang begitu jauh.
2) Anggapan bahwa daerah tak sinambung itu salah satu bagian –
bagiannya adalah daerah asli, sedang bagian – bagian lain merupakan
perluasan – perluasan baru. Ini jelas sekali untuk beberapa jenis
tanaman pertanian / perkebunan, misalnya pala, kina, kopi dll. Pala
yang berasal dari Brasil sekarang ini tersebar luas di Indonesia,
malaysia dan negara – negara lain di Asia. Ddemikian pula halnya
19
dengan kopi yang berasal dari Afrika, tetapi sakarang banyak pula
terdapat di Brasil, Indonesia, Filipina dll. Habitat kina yang asli adalah
pegunungan Andes di Amerika Selatan, sekarang kina tersebar luas di
India, Indonesia, Srilangka. Daerah distribusi tumbuhan tersebut
terpisah – pisah amat berjauhan dan jarak pemisahnya tidak mungkin
dilampaui oleh alat – alat perkembangbiakan tumbuhan tersebut, jika
tidak ada campur tangan manusia.
3) Anggapan bahwa daerah distribusi tak sinambung itu memang telah
demikian keadaannya sejak semula, yang hanya dapat diterangkan
dengan adanya jenis tumbuhan yang bersangkutan seperti politop,
artinya muncul bersama – sama di bumu kita ini di banyak tempat.
Suatu aspek lain mengenai daerah distribusi suatu jenis tumbuhan atau
hewan ialah bahwa luasnya daeah distribusi itu tidak bersifat konstan,
jadi ada kemungkinan berkurang atau bertambah luas. Pada dasarnya
tampak adanya kecenderungan pada setiap jenis makhluk hidup dalam
memperluas darah distribusinya yang terbukti dengan adanya
kemampuan makhluk hidup dalam berkembangbiak dan adanya
penyebarluasan dari keturunannya. Namun demikian, menurut
kenyataannya banyak jenis makhluk hidup yang daerah distribusinya
justru berkurang, bahkan menjadi nol, yang berarti makhluk hidup
yang bersangkutan menjadi punah.
Dispersal
Semua makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
individu baru seperti dirinya sendiri. Calon individu baru itu adalah sebagian dari
tubuh induknya, yang terjadinya didahului dengan adanya pelaburan dua sel
khusus (gamet) atau tidak.
Calon individu baru itu juga disebut alat perkembangbiakan dan dalam
ekologi sering disebut juga dengan diaspora, propagulatau diseminul. Untuk dapat
tumbuh dan berkembang menjadi individu baru, alat perkembangbiakan itu harus
melepaskan diri dari induknya dan mencapai tempat yang kondisinya
memungkinkan kelangsungan hidupnya. Cara calon individu baru itu melepaskan
diri dari induknya itulah yang dinamakan dispersal atau penyebarluasan dari
makhluk hidup tadi. Jika calon individu baru tadi dapat mencapai lingkungan
yang cocok untuk kelangsungan hidupnya, maka itu berarti pula perluasan daerah
distribusi dari makhluk hidup tadi.
20
Berikut akan diuraikan pokok – pokok cara penyebarluasan calon – calon
individu baru, khususnya pada tumbuhan. Penyebarluasan diaspora tumbuhan
dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu :
1. Penyebarluasan diaspora tanpa bantuan faktor luar.
Berbagai jenis tumbuhan menghasilkan calon – calon individu baru, yang
penyebarluasannya terjadi sacara alami tanpa bantuan faktor luar. Bermacam –
macam rumput, misalnya ilalang dan lempuyang, dengan pembentukan
rizoma. Pisang dan bambu dengan anakannya. Nanas dan rumput teki
membentuk geragih yang ujungnya dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Cara penyebarluasan demikian ini tidak besar artinya bagi perluasan daerah
distribusi tumbuhan yang bersangkutan.Namun demikian, di dalam alam
ternyata jenis – jenis tumbuhan tersebut dapat mempunyai daerah distribusi
yang amat luas, seperti ilalang dan rumput teki yang terdapat di mana – mana.
Tidak terlalu sulit untuk menentukan bahwa di samping dispersal dengan cara
tersebut, terdapat pula penyebarluasan dengan cara lain, misalnya ilalang yang
biji atau buahnya juga disebarluaskan dengan perantara angin.
Calon – calon indiidu baru yang disebarluaskan secara alami tanpa
bantuan faktor luar itu dapat bersifat generatif maupun vegetatif. Calon –
calon individu baru yang bersifat vegetatif sampai waktu yang cukup lama
kadang – kadang masih bersambung dengan induknya. Pada rumput teki,
seringkali tumbuhan itu berbunga, berbuah dan membentuk keturunan baru
masih bersambung satu dengan yang lain. Pengalaman waktu membersihkan
rumput teki di halaman rumah merupakan bukti kebenaran hal tersebut. Selain
yang telah disebutkan, contoh – contoh tumbuhan yang mempunyai alat
perkembangbiakan vegetatif, dan penyebarluasannya tanpa bantuan faktor luar
ialah :
Berbagai jenis rumput, jahe – jahean, bunga tasbih dan kerut yang
membentuk rizoma yang kuncup ujungnya jika muncul di atas tanah
lalu tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Semua jenis bambu, pisang, tebu menghasilkan keturunan baru
dengan jalan pembentukan tunas – tunas yang tumbuh dari pangkal
batang atau bagian batang yang terdapat di dalam tanah.
Nipah, nanas, arbei, teki dengan pembentukan geragih yang pada
jarak tertentu dari tumbuhan induk dapat membentuk tumbuhan
baru.
Calon individu baru yang terbentuk secara generatif dan
penyebarluasannya terjadi tanpa bantuan faktor luar, biasanya berupa biji yang
kering. Berjenis – jenis tumbuhan yang tegolong dalam berbagai suku,
menghasilkan buah yang telah masak akan menjadi kerring dan pecah, dan
21
pada saat pecahnya buah tersebut, biji – biji yang lepas yang terkandung di
dalamnya lalu terpelanting keluar. Peristiwa pecahnya buah itu merupakan
gerak higroskopik dan terjadi karena adanya perbedaan kadar air di dalam sel
– sel buah dan di luarnya. Tumbuhan yang penyebarluasan bijinya seperti
diuraikan itu mewakili berbagai suku yang dapat dikelompokkan menurut tipe
buahnya antara lain :
Yang buahnya berupa buah kendaga, biasanya mempunyai tiga
ruang masing – masing dengan satu biji, misalnya anggota –
anggotasuku getah – getahan seperti jarak, para, bayu, racun dll.
Buahnya berupa polong yang kering, misalnya lamtoro, kembang
merak, orok – orok dsb.
Buahnya mempunyai struktur seperti buah kubis terdapat pada
anggota – anggota suku Cruciferae. Selain sendiri ialah : lobak,
mosterd dll.
Buahnya mempunyai struktur lain yang lain lagi dari yang telah
disebutkan di atas, seperti terdapat pada ceplukan, pacar air, tapak
dara dll.
Penyebaran biji karena pecahnya buah yang menjadi kering waktu masak
itu, juga disebut cara pemencaran yang mekanik. Dengan cara ini calon
individu baru baru dapat mencapai tempat yang lebih jauh dari cara yang
dikemukakan terdahulu, namun juga tidak terlalu jauh (Perhatikan banyaknya
tumbuhan lamtoro kecil – kecil di bawah pohon lamtoro yang sudah besar).
2. Penyebaran diaspora tumbuhan dengan bantuan faktor luar.
Dalam penyebarluasan calon – calon tumbuhan baru, beberapa macam
faktor luar memainkan peranan yang sangat penting. Dengan bantuan faktor
luar calon – calon individu baru itu dapat mencapai jarak yang jauh. Kadang –
kadang sampai ribuan kilometer jauhnya dari induknya, dengan melintasi
samudra atau daratan yang luas. Karena pengaruh faktor – faktor luas itulah
suatu jenis tumbuhan dalam waktu yang relatif singkat dapat tersebar ampai
ke mana – mana, dan mempunyai daerah distribusi yang amat luas. Seperti
yang terjadi dengan enceng gondok yang ke mana – mana karena adanya
bantuan manusia.
Alat – alat perkembang biakan tumbuhan yang penyebarluasannya terjadi
dengan bantuan faktor luar, mempunyai bentuk dan susunan yang sesuai
dengan cara pemencarannya tadi, oleh sebab itu alat –alat perkembang biakan
tumbuhan tadi mempunyai bentuk, struktur dan ukuran yang beraneka ragam,
masing – masing disesuaikan dengan cara pemencarannya. Bentuk, struktur
dan ukuran biji yang dipergunakan oleh angin misalnya, sama sekali berbeda
dengan bentuk, struktur dan ukuran biji yang dipencarkan dengan perantaraan
22
air, berbeda pula dengan biji yang disebarluaskan dengan perantaraan hewan.
Berhubung dengan itu, dari studi morfologi, alat – alat perkembang biakan
tumbuhan dapat diperoleh petunjuk, dengan cara bagaimana calon – calon
individu baru itu disebarluaskan.
Istilah – istilah ilmiah untuk menyebutkan cara penyebarluasan alat – alat
perkembang biakan tumbuhan dengan faktor terdiri dari kata – kata yang
bagian depannya menunjukkan nama faktor luar yang membantu
penyebarluasan itu ditambah dengan akhiran chory, misalnya : zoochory (zoon
= hewan, choryn = mengembara).
Cara – cara penyebarluasan dengan bantuan faktor luar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Dengan Perantara Faktor – Faktor Abiotik
1) Penyebaran oleh air atau hidrokori (hydrochory)
Alat – alat perkembang biakan tumbuhan yang disebarluaskan oleh air
umumnya mempunyai ciri – ciri berikut :
Mempunyai berat jenis kurang dari satu, sehingga mengapung di
air. Biasanya karena adanya jaringan atau rongga – rongga yang
terisi udara.
Nutfahnya terlindung oleh lapisan yang kuat terhadap pengaruh –
pengaruh faktor luar yang buruk.
Mempunyai daya tumbuh yang besar dan dapat mempertahankan
kemampuan ini dalam jangka waktu yang panjang.
Suatu contoh karakteristik mengenai struktur alat perkembang biakan
tumbuhan yang disebarluaskan oleh air adalah buah kelapa.
Lembaganya tersembunyi dibagian dalam buah dan dilindungi oleh
tiga lapisan buah, yaitu : Suatu lapisan kulit yang di bagian luar licin
mengkilat dan tidak mudah dibasahkan oleh air, lapisan kedua berupa
sabut yang banyak mempunyai rongga-rongga udara, dan lapisan
ketiga yang kuat dan keras yaitu tempurung, baru di dalamnya terdapat
calon individu baru yang sesungguhnya.
Sesuai denan uraian di muka bahwa pengetahuan tentang struktur alat
perkembang-biakan tumbuhan dapat dijadikan petunjuk untuk
menentukan penyebarluasannya, maka dengan mudah dapat
disimpulkan bahwa buah yang mempunyai struktur seperti buah kelapa
pun tentunya disebarluaskan oleh air pula.
23
Contoh dari tumbuhan dengan struktur seperti buah kelapa misalnya
gayam, nyamplung, ketapang dsb.Alat perkembangbiakan yang
disebar luaskan oleh air ada pula yang bersifat vegetatif misalnya tunas
pada enceng gondok, yang tangkai daunnya pada pangkal membesar
dan berisi rongga-rongga udara sehingga tumbuhan itu dapat terapung
di air.
Dalam hidrokori, termasuk pula penyebarluasan oleh sungai es/gletser
yang walaupun sangat lambat gerakannya, tetapi dengan demikian
dimungkinkan pula transportasi alat perkembang biakan tumbuhan dari
suatu tempat ke tempat lain. Penyebarluasan oleh air huja yang berupa
percikan air hujan dapat membawa serta biji-bijian kecil yang ringan
dan spora tumbuhan paku dan lumut yang jika turun hujan lebat dapat
menimbukan aliran-aliran air yang bersifat sementara dan membawa
serta apa saja yang dilakukan ; digolongkan pula dalam kategori
penyebarluasan dengan cara hidrokori.
Dengan bantuan air, calon tumbuhan baru dapat mencapai jarak yang
jauh, sampai ribuan kilometer. Hal ini dapat dimengeti mengapa
kelapa mempunyai distribusi yang begitu luas yang meliputi seluruh
daerah tropika.
2) Penyebarluasan oleh angin atau anemokori (anemochory)
Alat-alat perkembang biakan tumbuhan yang disebarluaskan oleh
angin mempunyai ciri-ciri ; kecil, ringan, bersifat seperti serbuk atau
debu, atau mempunyai kelengkapan yang memungkinkan alat-alat
tersebut diterbangkan oleh angin atau melayang-layang di udara dan
oleh hembusan angin yang kencang dapat mencapai tempat yang jauh
dari induknya.
Contoh tumbuhan yang penyebarluasannya dengan anemokori :
Tumbuhan dengan alat perkembang biakan yang bersifat serbuk
atau debu : tumbuhan lumut, paku-pakuan, jamur, anggrek.
Tumbuhan dengan biji yang berjambul : biduri
Tumbuhan dengan buah yang berjambul : wedusan, legetan,
ilalang, glagah.
Tumbuhan biji bersayap : mahoni, spatodea, pinus.
Tumbuhan buah bersayap : meranti, tengkawang.
Tumbuhan dengan bisi berambut : kapas, kapok.
Tumbuhan dengan alat berkembang biak yang berbentuk bola
sehingga dapat berguling-guling jika dihembus angin : rumput
lomba-lomba atau rumput lari-lari.
24
Penyebar luasan dengan cara anemokori dapat juga melintasi jarak
yang sangat jauh, contohnya adalah infeksi tanaman teh di Sumatera
oleh jamur cacar teh, yang semula hanya dikenal sebagai penyakit
tanaman teh. Ternyata spora jamur itu dapat melintasi Samodera
Hindia dengan perantara angin barat pada musim penghujan meniup
dari India ke arah Indonesia.
B. Penyebarluasan Diaspora dengan Perantara Faktor-faktor Biotik.
1) Penyebarluasan dengan perantara hewan atau zookori (zoochory)
Penyebarluasan diaspora dengan cara zookori dapat dibedakan atas dua
macam yaitu :
Epizookori (epizoochory) adalah penyebarluasan dengan perantara
hewan, tetapi diaspora tumbuhan hanya menempel di bagian luar
dari tubuh hewan. Seperti yang sering dilihat pada kerbau,
kamping atau sapi yang digembala di padang atau semak belukar di
mana pada badannya menempel buah-buah pulutan, salvia, rumput
jarum dsb. Diaspora tumbuhan dapat pula terbawa hewan yang
terjepit di antara kukunya tau terbawa tanah yang terinjak.
Endozookori (endozoochory) yaitu penyebarluasan tumbuhan
dengan perantara hewan yang diaspora tumbuhannya harus melalui
alat pencernakan makanan hewan yang menjadi vektor lebih dulu,
seperti buah katik yang menelan buah beringin yang kemudian
mengeluarkan biji bersama-sama dengan tinjanya.
Alat perkembangbiakan suatu jenis tumbuhan oleh hewan yang sama
dapat disebarluaskan baik dengan epizookori maupun endozookori.
Dengan mudah kita dapat mengadakan pengamatan bagaimana benalu
disebarluaskan oleh sejenis burung madu. Kadang-kadang buah ditelan
oleh burung itu dan bijinya dikeluarkan bersama tinjanya pada suatu
dahan pohon. Tetapi sering kita lihat pula bahwa buah itu tidak dapat
ditelan burung tadi, melainkan dengan zat perekatnya hanya menempel
saja pada dahan karena paruh digosok-gosokkan pada dahan tadi.
Berdasarkan jenisnya hewan yang menjadi perantara dalam cara
penyebarluasan itu, kita dapat membedakan :
Penyebarluasan dengan perantaraan serangga atau entomokory
(entemochory)
Sambil duduk di emper kita kadang-kadang dapat melihat semut
berjalan berbondong-bondong dari dan ke arah liangnya dan jika
diamati keadaan alam di sekitar kita, tidak jarang dapat disaksikan
bahwa di antara semut-semut itu ada yang membawa biji-biji kecil,
25
biasanya biji yang mengandung lemak atau zat-zat lain yang
disukai semut. Dengan cara ini biji disebarluaskan karena tidk
semua biji itu rusak oleh semut tadi. Suatu jenis cendawan
(Claviceps purpurea) yang merusak sejenis gandum (Secela
cereale) juga disebarluaskan oleh semut. Semut tertarik pada madu
yang dihasilkan cendawan pada pembantukan konidianya, dan
karena madu itu berperekat maka banyak pula konidia yang
menempel pada tubuh dan dengan cara epizookori disebarkan ke
tanaman lain.
Penyebarluasan dengan perantara burung atau ornithokori
(ornithochory).
Penyebarluasan oleh burung dapat berupa epi ataupun
endozookori, tetapi kebanyakan dengan cara endozookori.
Bermacam-macam burung mendapatkan makanan dari buah
tumbuh-tumbuhan, dimana yang biasa dimakan oleh burung adalah
bagian-bagian yang lunak yaitu kulit atau daging buahnya.
Sedangkan bijinya ikut termakan dan tidk tercernakan. Bahkan ada
anggapan bahwa biji yang termakan oleh burung tersebut akan
lebih cepat berkecambah setelah melalui alat pencernakan burung.
Mungkin karena pengaruh dari berbagai zat kimia selama dalam
pencernaan burung tadi, kulit biji lebih permeable untuk air dan
dengan demikian dapat lebih cepat berkecambah.
Tumbuhan yang disebarluaskan dengan cara ornithokori umumnya
terdiri dari pohon buah-buahan misalnya bermacam-macam jambu,
jamblang, wuni, pepaya, kelompok ficus (beringin, ambulu, lo),
kersen/keres/talok, gebang, benalu, yang biasanya seluruh buahnya
ditelan saja oleh burung dan mengeluarkan kotoran di sembarang
tempat maka tidak jarang tumbuhan tersebut tumbuh di atas talang
ataupun tembok ataupun di lekukan di antara dua cabang pohon
dsb.
Penyebarluasan dengan perantara hewan menysui atau
mamaliokori (mamaliochory).
Hewan menyusui dapat menjadi vektor (perantara) dalam
penyebarluasan tumbuhan baik secara epikori maupun endokori.
Misalnya hewan menyusui yang cukup kita kenal yaitukelompok
kelelawar (chirroptera) antara lain codot dan kalong yang dikanal
pemakan buah-buahan. Sisa buah-buahan jambu, sawo, mangga
dapat ditemukan terutama di bawah pohon di mana hewan-hewan
tersebut tidur ataupun brsembunyi pada siang hari. Sering pula
26
buah-buahan yang dibawa terbang terlepas dan jatuh di sembarang
tempat bahkan kadang-kadang di atas atap rumah. Itulah sebabnya
kita dapat menemukan di mana-mana sisa buah di tempat yang
jauh dari ohon induknya. Cara penyebarluasan oleh hewn
kelompok kalong atau codot sering disebut kiropterokori
(chirropterochory).
Hewan menyusui lainnya adalah yang hidup di daratan yang
terkenal sebagai pemakan buah-buahan adalah luak atau musang
yang terkenal pula sebagai pencuri ayam dan penyergap jenis-jenis
burung lainnya. Di antara buah-buahan yang paling disukai hewan
ini adalah kopi dan pepaya dimana biji-bijinya tidak tercerna dan
dikeluarkan bersama-sama kotorannya.
Epizookori oleh hewan menyusui merupakan cara penyebarluasan
yang tidak boleh dipandang remeh, sebab berbagai buah rumput-
rumputan, gulma dapat menempel pada tubuh hewan dan dengan
itu tersebarlah kemana-mana (rumput jarum, salvia, pulutan).
2). Penyebarluasan dengan perantara manusia atau antropokori
(anthropocory).
Bermacam-macam tumbuhan tersebar luas bahkan menjadi
kosmopolit karena adanya perantaraan manusia. Dalam hal ini harus
kita bedakan dua cara penyebarluasan, yaitu penyebarluasan dengan
sengaja dan tidak sengaja dilakukan oleh manusia. Tumbuhan yang
menghasilkan bahan-bahan kebutuhan hidup manusia sejak dulu
sudah disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia oleh manusia.
Tumbuhan penghasil pangan seperti jagung yang berasal dari Amerika
itu sekarang telah berkembang dengan baik di mana-mana bahkan
tidak terpikirkan lagi bahwa tumbuhan tersebut berasal dari tempat
lain. Tumbuhan yang lain yang kemudian diperkebunkan secara besar-
besaran di Indonesia maupun negara-negara lain seperti pala, kina,
kopi, kelapa sawit, teh, nanas sabrang pun merupakan bukti nyata
adanya penyebarluasan dengan sengaja oleh manusia. Bermacam-
macam tumbuhan pun dapat tersebar luas oleh manusia tanpa
disengaja, seperti rumput-rumputan, gulma yang disebarluaskan
bersama-sama dengan pengangkutan hasil pertanian, pupuk, bibit, dsb.
Juga kita dapat menyaksikan sendiri adanya bermacam-macam alat
perkembangbiakan yang menempel pada pakaian kita setelah sampai
di rumah dari suatu kerja di lapangan atau hanya melewati tempat-
tempat yang banyak rumput ataupun semak-semak.
27
D. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia dan di Dunia
Vegetasi Alam
Sesuai dengan iklim dan posisinya, yaitu berada di antara kontinen Asia dan
Australia, maka vegetasi yang ada di Indonesia adalah vegetasi peralihan.
Karena banyaknya curah hujan, maka pengaruh vegetasi Asia lebih dominan,
sedangkan dari Australia jumlahnya relatif sedikit dan hanya terbatas di daerah
kering, seperti NTB dan NTT.
Ciri-ciri utama vegetasi alam Indonesia adalah:
a. selalu hijau, walaupun ada di antaranya yang gugur pada musim kering,
misalnya jati;
b. jumlah spesiesnya banyak dan jumlah tipe endemiknya pun relatif besar;
c. terdapat banyak tumbuhan epifit serta tumbuhan memanjat, misalnya rotan;
dan
d. di daerah hutan hujan tropis, terdapat jenis tumbuhan yang menghasilkan getah,
misalnya getah perca.
Secara garis besar, vegetasi alam di Indonesia dapat dibagi menjadi empat
kelompok besar, yaitu sebagai berikut.:
1) Vegetasi Hutan Hujan Tropis
Ciri-cirinya:
a) merupakan hutan lebat,
b) terdiri dari berbagai jenis pohon yang variatif,
c) ketinggian pohonnya ada yang mencapai 60 m,
d) banyak terdapat jenis pohon panjat dan palem,
e) banyak pula jenis pohon pakis dan anggrek.
Hutan hujan tropis terbesar di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, serta Irian
Jaya.
2) Vegetasi Hutan Musim
Ciri-cirinya:
a) pohon-pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis,
b) daun-daunnya banyak yang gugur di musim kemarau, misalnya pohon jati,
c) jenisnya homogen.
Hutan musim terdapat di daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.
3) Vegetasi Hutan Bakau
Ciri-cirinya:
a) pohon-pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis dan
b) mempunyai akar tunjang.
28
Kalimantan dan Sumatra merupakan contoh pulau yang memiliki hutan bakau
yang luas.
4) Vegetasi Daerah Sabana dan Stepa
Ciri-cirinya:
a) terdapat di daerah yang beriklim kering,
b) sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh pohon-pohon,
terdapat di Pulau Madura dan sebagian kepulauan Nusa Tenggara,
c) stepa merupakan daerah yang seluruhnya padang rumput, misalnya di pulau
Sumba, Flores, Sumbawa, dan Timor.
Peta Pembagian Wilayah Flora di Indonesia
Fauna
Persebaran fauna di Indonesia ada hubungannya dengan sejarah Geologis
terbentuknya kepulauan Indonesia:
1. ASIATIS, meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali.
2. AUSTRAL - ASIATIS (peralihan), meliputi Sulawesi, Maluku, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Sangihe, Buru.
3. AUSTRALIS, meliputi Papua, Kepulauan Aru, Pulau Seram.
29
Garis Wallacea adalah garis khayal yang memisahkan atau menjadi
batas wilayah geografis fauna Indonesia Barat (Asiatis) dengan Fuana Indonesia
Tengah (Austral-asiatis/ Peralihan) Garis Weber adalah garis khayal yang
memisahkan atau menjadi batas wilayah geografis fauna Indonesia Timur
(Asiatis) dengan Fuana Indonesia Tengah (Austral-asiatis/ Peralihan)
Peta Pembagian Wilayah Fauna di Indonesia
Regionalisasi fauna di dunia. Menurut Wallacea; Zoogeografi terbagi
menjadi 5 region fauna di dunia, yaitu :
1. NEOTROPICAL, meliputi Mexico Selatan, Amerika Tengah dan Selatan,
Chili, Brazilia, Kepulauan Galapagos, dan Barat India.
2. ORIENTAL, meliputi Srilangka, India, China Selatan, Malaysia,
Indonesia, Singapura, Thailand, dll…
3. NEARTIC, meliputi Amerika Utara, Kanada, California, Greenland, dan
Mexico Tengah.
4. AUSTRALIAN, meliputi seluruh daratan Australia, New Zealand, dan
Papua New Guinea.
5. PALEARCTIC, meliputi Eropa, China Bagian Utara, Rusia, Afrika Utara,
Perancis.
6. ETHIOPIAN, meliputi daratan Afrika, Jazirah Arab, Madagaskar, dan
Mariatius.
30
Peta Pembagian Wilayah Fauna di Dunia (Wallace)
Konservasi flora dan fauna. Seiring dengan berjalannya waktu dan
kebutuhan manusia terus berkembang, flora dan fauna di Indonesia dan dunia
populasinya terus mengalami penurunan. Hal tersebut tentu harus menjadi
perhatian seluruh manusia di planet bumi ini, agar sumberdaya hayati tidak
mengalami kepunahan. Demikian pula di Indonesia, untuk melindungi dari
kepunahan flora dan fauna dilakukan konservasi. Konservasi dimaksudkan untuk
melindungi ekosistem yang ada di suatu wilayah dimana suatu jenis flora ataupun
fauna telah mengalami penurunan populasinya, dengan cara-cara antara lain :
a. Pengawasan ketat terhadap penebangan hutan.
b. Penanaman hutan kembali.
c. Cagar Alam dan suaka margasatwa.
5. Rangkuman
Biogeografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan penyebaran
tumbuh-tumbuhan dan hewan dalam ruangan yang terdapat di permukaan bumi.
Beberapa istilah penting di dalam mempelajari biogeografi perlu dipahami seperti
misalnya vegetasi, flora, hewan, fauna, ekosistem, habitat, dan lain sebagainya.
Biogeografi menekankan pada distribusi/agihan makhluk hidup sesuai dengan
region iklim dan karakteristik ekosistem. Faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi makhluk hidup berupa biotik dan abiotik menjadi sangat penting
diperhatikan. Hal ini untuk mendiskripsikan mengapa persebaran makhluk hidup
daerah distribusinya sempit atau terbatas dan daerah distribusinya sangat luas.
31
Persebaran flora dan fauna di Indonesia dan dunia sangat penting karena
merupakan kekayaan sumber daya hayati yang dibutuhkan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Hugget, Richard John., 2004, Fundamentals of Biogeography,Second Ed.,
Routledge & Francis Group, New York
Kuspriyanto dan Sulistinah, 1996., Geografi Tumbuhan, Surabaya : Unipress
IKIP Surabaya
Sulistinah dan Kuspriyanto, 1996, Geografi Hewan, Surabaya : Unipress IKIP
Surabaya
Suharini, Erni, dan Palangan, Abraham, 2014, Biogeografi, Penerbit Ombak,
Yogyakarta