5
1 Rangkaian Upacara Mecaru Mancasata dan Mapakelem di Gunung Batur, Kintamani, Bangli Kehidupan di alam diatur oleh hukum ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa telah mengajarkan kepada kita semua bahwa tidak ada satupun makhluk di alam ini bebas dari hukum alam karena penegakannya terus berjalan tanpa pandang bulu tanpa mengenal waktu. Pengelingsir kita yang membangun di Bali telah meletakan dirinya (Bhuwana Alit) sama dengan alam (Bhuwana Agung) yaitu sama–sama dijiwai oleh ”Jiwa Agung” dari Ida Sang Hyang Widhi, juga menempatkan tanah (Ibu Pertiwi) sebagai ”IBU” yang telah menyusui dan Matahari (Bape akase) sebagai ”AYAH” yang telah selalu bersinar menyebabkan kita dapat hidup. Pengelingsir kita telah memberikan titipan yang luar biasa kepada generasi penerusnya berupa”Deresta, sastra, Bhisama, Laknat Jagat Upedrawe serta pemastu bagi sipelanggarnya. Saat ini banyak terjadi bencana (banjir, longsor, gunung meletus, dll) keberebehan seperti anjing kena rabies menular ke manusia, kekeringan, hama dan penyakit tanaman , pencemaran tanah, sungai, danau, laut, udara, penyakit pada manusia semakin sulit diatasi (kanker, mutasi gen, ginjal dll). Mengatasi masalah saat ini tidaklah mudah, karena perlu adanya pembangunan karakter serta sistem pembangunan yang selaras terhadap alam. Berdasarkan pengalaman leluhur kita di Bali segala sesuatu yang dilakukan pasti diawali nunas ice kepada Ide Hyang Perame Kawi dengan sarana upacara, upakara secara niskala. Pengurus dan relawan Yayasan BOA bersama banyak pencinta pertanian organik serta sekeha Bakti Bali telah melaksanakan beberapa kali doa bersama. Doa itu dirangkaikan dalam upacara mecaru pekelem baik di laut, di danau, maupun di kawah gunung. Rangkaian kegiatan itu termasuk melakukan pembinaan pembangunan karakter, pendampingan terhadap masyarakat di Bali mengenai lingkungan hidup. Setelah upacara mecaru mancasata + pekelem kambing di Gunung Agung 19 -20 Juli 2015, baru- baru ini kami melanjutkan doa bersama di Pura Jati Batur untuk mecaru mancasata (Sabtu, 15 Agustus 2015), dan mepekelem kerbau, kambing, angsa, bebek dan burung-burung di kawah Gunung Batur (Minggu, 16 Agustus 2015) untuk memohon kerahayuan dan kelanduhan jagat Bali dan Nusantara. Tujuan acara dan upacara ini adalah untuk berdoa bersama bagi keselamatan krama Bali serta alam Bali dan Nusantara agar terhindar dari berbagai bencana. Dalam rangkaian acara ini pihak Yayasan BOA juga berupaya membangun kesadaran dan karakter krama Bali dan masyarakat lain yang berdiam ataupun berkunjung ke Pulau Bali, terutama ke arah cinta lingkungan hidup alami. Rangkaian acara dimulai pada Sabtu pk. 18.00 WITA di Pura Jati (tapi di Google Map sebagai Pura Ulun Danu Batur). Ida Resi Nabe, Ida Resi Istri, Sepasang Ida Resi lainnya, dan Ida Resi Alit memimpin doa bersama dari panggung suci. Upacara diakhiri dengan kegiatan Agni Hotra, yaitu duduk melingkari api dengan melemparkan beberapa yadnya sambil mengaminkan doa para resi, dengan ucapan ”svaha”.

Rangkaian Upacara Mecaru Mancasata dan Mapakelem di Gunung ... · bencana (banjir, longsor, gunung meletus, dll) keberebehan seperti anjing kena rabies menular ke manusia, kekeringan,

Embed Size (px)

Citation preview

1

Rangkaian Upacara Mecaru Mancasata dan Mapakelem

di Gunung Batur, Kintamani, Bangli

Kehidupan di alam diatur oleh hukum ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa telah

mengajarkan kepada kita semua bahwa tidak ada satupun makhluk di alam ini bebas dari hukum alam

karena penegakannya terus berjalan tanpa pandang bulu tanpa mengenal waktu. Pengelingsir kita yang

membangun di Bali telah meletakan dirinya (Bhuwana Alit) sama dengan alam (Bhuwana Agung) yaitu

sama–sama dijiwai oleh ”Jiwa Agung” dari Ida Sang Hyang Widhi, juga menempatkan tanah (Ibu

Pertiwi) sebagai ”IBU” yang telah menyusui dan Matahari (Bape akase) sebagai ”AYAH” yang telah

selalu bersinar menyebabkan kita dapat hidup.

Pengelingsir kita telah memberikan titipan yang luar biasa kepada generasi penerusnya berupa”Deresta,

sastra, Bhisama, Laknat Jagat Upedrawe serta pemastu bagi sipelanggarnya. Saat ini banyak terjadi

bencana (banjir, longsor, gunung meletus, dll) keberebehan seperti anjing kena rabies menular ke

manusia, kekeringan, hama dan penyakit tanaman , pencemaran tanah, sungai, danau, laut, udara,

penyakit pada manusia semakin sulit diatasi (kanker, mutasi gen, ginjal dll). Mengatasi masalah saat ini

tidaklah mudah, karena perlu adanya pembangunan karakter serta sistem pembangunan yang selaras

terhadap alam. Berdasarkan pengalaman leluhur kita di Bali segala sesuatu yang dilakukan pasti diawali

nunas ice kepada Ide Hyang Perame Kawi dengan sarana upacara, upakara secara niskala.

Pengurus dan relawan Yayasan BOA bersama banyak pencinta pertanian organik serta sekeha Bakti

Bali telah melaksanakan beberapa kali doa bersama. Doa itu dirangkaikan dalam upacara mecaru –

pekelem baik di laut, di danau, maupun di kawah gunung. Rangkaian kegiatan itu termasuk melakukan

pembinaan pembangunan karakter, pendampingan terhadap masyarakat di Bali mengenai lingkungan

hidup. Setelah upacara mecaru mancasata + pekelem kambing di Gunung Agung 19 -20 Juli 2015, baru-

baru ini kami melanjutkan doa bersama di Pura Jati Batur untuk mecaru mancasata (Sabtu, 15 Agustus

2015), dan mepekelem kerbau, kambing, angsa, bebek dan burung-burung di kawah Gunung Batur

(Minggu, 16 Agustus 2015) untuk memohon kerahayuan dan kelanduhan jagat Bali dan Nusantara.

Tujuan acara dan upacara ini adalah untuk berdoa bersama bagi keselamatan krama Bali serta alam Bali

dan Nusantara agar terhindar dari berbagai bencana. Dalam rangkaian acara ini pihak Yayasan BOA juga

berupaya membangun kesadaran dan karakter krama Bali dan masyarakat lain yang berdiam ataupun

berkunjung ke Pulau Bali, terutama ke arah cinta lingkungan hidup alami.

Rangkaian acara dimulai pada Sabtu pk. 18.00 WITA di Pura Jati (tapi di Google Map sebagai Pura

Ulun Danu Batur). Ida Resi Nabe, Ida Resi Istri, Sepasang Ida Resi lainnya, dan Ida Resi Alit

memimpin doa bersama dari panggung suci. Upacara diakhiri dengan kegiatan Agni Hotra, yaitu duduk

melingkari api dengan melemparkan beberapa yadnya sambil mengaminkan doa para resi, dengan ucapan

”svaha”.

2

3

Pagi hari setelah melakukan sembahyang, rombongan membawa yadnya hewan-hewan kurban dan

yadnya lainnya ke atas Gunung Batur. Gunung ini mempunyai dua kawah, Kawah Batur Kawan (barat)

dan Kawah Batur Kangin (timur). Yadnya utama berupa 1 ekor kerbau, 1 ekor kambing hitam, 1 ekor

angsa putih, 1 ekor bebek hitam, untuk masig-masing kawah. Adapun yadnya pelengkap berupa beberapa

ekor burung dan pejatian dll.

Sebelum saat puncak mecaru mapakellem, yaitu melemparkan yadnya ke dalam kawah, dilakukan

persembahan tari, Tari Baris Jojor oleh beberapa pemuda remaja, dan Tari Baris Gede oleh beberapa

4

lelaki dewasa. Juga doa bersama, dan doa pelepasan yadnya utama di hadapan panggung suci dimana Ida

Resi Nabe dan Ida Resi Istri memimpin doa. Doa diawali dan diakhiri dengan tiupan Sangkakala (Kerang

Laut) oleh kedua Ida Resi.

5

Setelah acara puncak, peserta melakukan pembersihan lokasi, terutama dari sampah non-organik, plastik

dan kertas/kardus. Sampah-sampah yang dipadatkan dalam kantong plastik bekas dan kardus bekas

dibawah turun ke kaki gunung.

Sekian ***

Laporan disusun oleh Anita S. Arif