28
RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DESA PACEKKE KECAMATAN SOPPENG RIAJA KABUPATEN BARRU Oleh: NUR AWALIYAH RESKI M111 13 088 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA

PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm)

DESA PACEKKE KECAMATAN SOPPENG RIAJA

KABUPATEN BARRU

Oleh:

NUR AWALIYAH RESKI

M111 13 088

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …
Page 3: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

iii

ABSTRAK

Nur Awaliyah Reski (M111 13 088) Rancangan Pemberdayaan Masyarakat

pada Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Desa Pacekke, Kecamatan

Soppeng Riaja, Kabupaten Barru di Bawah Bimbingan Yusran dan

Makkarennu

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan peningkatan

kapasitas masyarakat dan menyusun rancangan pemberdayaan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi dan studi literatur.

Pemiihan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria masyarakat

tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Megah Buana. Identifikasi

kebutuhan peningkatan kapasitas masyarakat melalui lima isu strategis terdiri atas

kebijakan, kelembagaan, sumberdaya hutan, sumberdaya manusia dan sosial

ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan peningkatan kapasitas

masyarakat Desa Pacekke pada isu kebijakan yaitu peningkatan akses masyarakat

terhadap sumberdaya hutan dan penguatan aspirasi masyarakat terhadap program

pemerintah. Isu kelembagaan yaitu penguatan akses masyarakat terhadap modal,

pasar dan iptek serta meningkatkan posisi tawar masyarakat dalam kemitraan. Isu

sumberdaya hutan yaitu pemanfaatan sumberdaya hutan optimal oleh masyarakat.

Isu sumberdaya manusia yaitu peningkatan kemampuan aparat pemerintah

sebagai fasilitator pemberdayaan. Isu sosial ekonomi yaitu peningkatan modal dan

infrastruktur ekonomi untuk berwirausaha. Penyusunan rancangan pemberdayaan

masyarakat yang sesuai kondisi saat ini ditetapkan melalui lima program.

Rancangan pertama yaitu pembuatan kebijakan pemberdayaan masyarakat

transparan, partisipatif, konsisten dan tepat sasaran. Rancangan kedua yaitu

peningkatan kapasitas kelembagaan berbasis kemitraan. Rancangan ketiga yaitu

pengelolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat. Rancangan keempat yaitu

pelatihan peningkatan kapasitas dan kompetensi sumberdaya manusia oleh aparat

pemerintah. Rancangan kelima yaitu peningkatan akses dan penguatan sosial

ekonomi masyarakat.

Kata Kunci: HKm, Hutan, Kebijakan, Masyarakat, Peningkatan Kapasitas

Page 4: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Kehutanan

Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Shalawat serta salam senantiasa

penyusun sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para

sahabatnya yang merupakan suri tauladan bagi kita semua.

Dengan segala kerendahan hati penyusun juga mengucapkan rasa terima

kasih khususnya kepada :

1. Prof. Dr. Yusran, S.Hut., M.Si dan Makkarennu, S.Hut., M.Si., Ph.D selaku

pembimbing yang dengan sabar telah mencurahkan tenaga, waktu dan

pikiran dalam mengarahkan dan membantu penyusun dalam menyelesaikan

skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan berkah

dan hidayah-Nya kepada beliau.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muh. Dassir, M.Si., Dr. Forest. Muhammad Alif KS,

S.Hut, M.Si. dan Emban Ibnurusyid Mas’ud, S.Hut, M.P dosen penguji

yang telah memberikan saran, bantuan, koreksi dalam penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT memberikan amal jariyah bagi ilmu yang telah

diberikan.

3. Bapak Dr. Ir. Asar Said Mahbub M.P selaku Kepala Laboratorium

Kebijakan dan Kewirausahaan Kehutanan yang telah banyak membantu

dalam menyusun skripsi ini.

4. Dahlan, S.Sos. selaku Kepala Desa Pacekke dan bapak Haudec Herrawan

Basri, S.Hut, M.P. selaku Seksi Perhutanan Rakyat Kabupaten Baru dan

Penanggung Jawab HKm Desa Pacekke serta seluruh masyarakat Desa

Pacekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi

Selatan yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.

Page 5: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

v

5. Sahabat-sahabat terbaikku Anna Cristine Mokuna, Dwi Wulandari Lukman,

Eva Musdalifa, Erich M. Tikupadang, Madinah dan Teman-teman

“GEMURUH (Generasi Muda Rimbawan Universitas Hasanuddin) 2013”

terimakasih atas segala bantuan, dukungan dan motivasi serta suka duka

bersama kalian selama masa-masa kuliah yang membangun semangat

penyusun.

6. Terkhusus, salam hormat dan kasih sayang tulus kepada kedua orangtua

ibunda tercinta Siti Sukriah dan ayahanda La izi, serta saudaraku tersayang

Muh. Fachri yang selalu menjadi inspirasi dalam mencapai cita-cita, tanpa

lelah senantiasa mendukung, mendoakan, dan kasih sayang yang tidak akan

pernah tergantikan oleh apapun di dunia ini.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam upaya

mengembangkan diri dimasa yang akan datang. Akhir kata, penyusun berharap

skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar,11 Juli 2017

Penyusun

Nur Awaliyah Reski

Page 6: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

2.1. Hutan Kemasyarakatan (HKm) ..................................................... 4

2.1.1. Kerangka Kebijakan HKm................................................... 4

2.1.2. Manfaat HKm ...................................................................... 6

2.2. Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 7

2.2.1. Defenisi Pemberdayaan Masyarakat .................................... 7

2.2.2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ..................................... 9

2.2.3. Tujuan dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat .................. 9

2.3. Peningkatan Kapasitas Masyarakat ............................................... 14

2.4. Gambaran Umum Wilayah Penelitian........................................... 14

2.4.1. Kondisi Fisik Wilayah ......................................................... 14

2.4.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarkat .................................... 15

2.5. Keadaan Lokasi HKm Desa Pacekke ............................................ 17

2.5.1. Kondisi Biofisik .................................................................. 17

2.5.2. Potensi Areal Kerja .............................................................. 18

2.5.3. Kelembagaan Kelompok...................................................... 18

Page 7: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

vii

III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 19

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 19

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 19

3.3. Metode Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 20

3.3.1. Populasi dan Sampel ............................................................ 20

3.3.2. Teknik Pengambilan Data .................................................... 20

3.4. Analisis Data ................................................................................. 21

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 22

4.1. Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Masyarakat ............................ 22

4.1.1. Kebijakan ............................................................................. 22

4.1.2. Kelembagaan ....................................................................... 24

4.1.3. Sumberdaya Hutan ............................................................... 26

4.1.4. Sumberdaya Manusia ........................................................... 28

4.1.5. Sosial Ekonomi .................................................................... 29

4.2. Skenario Rancangan Program Pemberdayaan Masyarakat ........... 30

4.2.1. Kebijakan ............................................................................. 30

4.2.2. Kelembagaan ....................................................................... 33

4.2.3. Sumberdaya Hutan ............................................................... 37

4.2.4. Sumberdaya Manusia ........................................................... 40

4.2.5. Sosial Ekonomi .................................................................... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 45

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 45

5.2. Saran ............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

LAMPIRAN ..................................................................................................... 52

Page 8: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. Tingkat Pendidikan pada Desa Pacekke .............................................. 16

2. Kondisi Kelerengan pada Areal Kerja HKm Desa Pacekke ................ 17

3. Kondisi Jenis Tanah pada Areal Kerja HKm Desa Pacekke............... 18

4. Jenis Tanaman Obat ............................................................................. 38

5. Jenis Tanaman Multi Purpose Tree Species (MPTS) .......................... 38

6. 6. Jenis Tanaman Agroforestry .......................................................... 40

Page 9: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 19

Page 10: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Daftar pertanyaan ................................................................................. 53

2. Variabel, Situasi dan Kondisi pada Pemberdayaan Masyarakat di

dalam dan sekitar HKm Pacekke ......................................................... 56

3. Rancangan Pemberdayaan Masyrakat pada Pengelolaan HKm Desa

Pacekke ................................................................................................ 57

4. Rancangan bagan struktur organisasi KTH Mega Buana .................... 58

5. Identitas Responden KTH Mega Buana ............................................... 59

6. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 60

Page 11: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan Kemasyarakatan (HKm) menjadi salah satu kebijakan yang

dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan untuk menekan laju deforestasi di

Indonesia dengan melibatkan masyarakat, di samping Hutan Desa (HD) dan

Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Abdurahim (2015) menyatakan bahwa banyak

pihak memandang kebijakan ini sebagai pengakuan negara terhadap pengelolaan

hutan oleh rakyat yang selama ini terabaikan, namun mampu menjaga kelestarian

alam dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi masyarakat, hutan tak

hanya memiliki makna ekologis, tetapi juga sosial, budaya dan ekonomi.

Pembangunan kehutanan dengan pola HKm harus lebih menitikberatkan

pada upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di dalam

dan sekitar hutan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.83/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/102016

tentang Perhutanan Sosial dinyatakan bahwa HKm merupakan hutan negara yang

pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat. Harlen

(2010) juga mengungkapkan bahwa masyarakat desa yang hidup dan bertempat

tinggal sejak lama di dalam dan di sekitar hutan mempunyai hubungan interaksi

dan ketergantungan yang sangat erat dengan hutan serta sumberdaya yang ada di

dalamnya, termasuk aspek kehidupan sosial budaya, ekonomi dan bahkan aspek

religius.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dan kemandirian melalui pendekatan partisipatif sehingga

masyarakat memiliki ruang terbuka untuk mengembangkan potensi kreasi,

mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri (Purnomo, 2013). Sedangkan

menurut Noor (2011) dalam rangka untuk memberdayakan masyarakat dapat

dikaji dari tiga aspek yaitu: (a). Enabling, menciptakan suasana yang

memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang; (b). empowering,

Page 12: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

2

memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dalam berbagai peluang yang akan

membuat masyarakat semakin berdaya; (c). Protecting, melindungi dan membela

kepentingan masyarakat lemah

Kementerian Kehutanan (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa

masalah yang perlu diperhatikan untuk penyelenggaraan pembangunan kehutanan

khususnya kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan di dalam dan sekitar

hutan. Masalah tersebut yaitu dari isu kebijakan, isu kelembagaan, isu

sumberdaya manusia, isu sumberdaya hutan dan isu sosial ekonomi. Kelima isu

tersebut akan memunculkan berbagai dampak dimasa yang akan datang apabila

tidak diminimalisir, untuk itu perlu adanya penyusunan rancangan pemberdayaan

masyarakat yang sesuai dengan realitas kondisi saat ini .

Barru adalah salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang menjalankan

program HKm. Sejak tahun 2013 terdapat beberapa desa yang juga telah

diusulkan ke pihak Kementerian Kehutanan dan telah mendapatkan Surat

Keputusan Penataan Areal Kerja (SK. PAK-HKm) Nomor:121/Menhut-II/Tahun

2014 salah satunya adalah Desa Pacekke dengan luas ±150 ha dengan kondisi

vegetasi pada areal kegiatan HKm relatif subur. Vegetasi yang dijumpai tumbuh

dengan baik di sekitar areal kawasan HKm antara lain adalah Kemiri, Mahoni,

Jabon, Aren, Cengkeh dan kayu-kayu rimba campuran lainnya. Namun jenis

vegetasi yang cukup mendominasi adalah Kemiri dan Aren dengan kondisi

topografi pada areal HKm tergolong datar, bergelombang hingga curam. (Dinas

Kehutanan Kabupaten Barru, 2014).

Penelitian ini menekankan pada penyusunan rancangan program

pemberdayaan masyarakat yang mengacu kepada kebutuhan peningkatan

kapasitas masyarakat. Penelitian ini dipandang perlu dilakukan karena fakta

bahwa adanya kegagalan berbagai program dan proyek pemberdayaan perlu

dianalisis dan sebagai pembelajaran untuk pengelolaan sektor kehutanan yang

lebih baik. Pemilihan lokasi penelitian akan dilaksanakan di Desa Pacekke,

Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru dengan dasar pertimbangan Desa

Page 13: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

3

tersebut telah diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan

(IUPHKm) sesuai pada Surat Keputusan Nomor: 1/L.13.P/P2.T/11/2016 dengan

status kawasan hutan lindung yang sampai saat ini belum terdapat program terkait

pemberdayaan masyarakat.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas masyarakat pada Desa

Pacekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru.

b. Menyusun rancangan program pemberdayaan masyarakat di Desa Pacekke,

Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru

Peneltian ini diharapkan berguna sebagai sumber informasi bagi pihak-

pihak lain yang berkepentingan dalam pemberdayaan masyarakat khususnya

untuk pengelolaan HKm di Desa Pacekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten

Barru.

Page 14: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan Kemasyarakatan (HKm)

2.1.1. Kerangka Kebijakan Hutan Kemasyarakatan

HKm merupakan terobosan yang dilakukan pemerintah dalam

mempertahankan fungsi hutan namun disisi lain bertujuan unuk mengoptimalkan

potensi sumberdaya hutan (Sopar, 2010). Program ini mulai ditetapkan melalui

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.88/Menhut-II/2014 (Hayati, dkk., 2015)

yang kemudian disempurnakan lebih lanjut melalui Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.83/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/102016 tentang Perhutanan Sosial.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Nomor P.83/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/102016 menyatakan bahwa HKm

adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk

memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan. Kementerian

Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (2010) menyatakan

bahwa proses pemberdayaan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan HKm

yakni:

a. Pendampingan masyarakat dan pendampingan teknis

b. Pelatihan (pembibitan, pemeliharaan tanaman sela dan tegakan hutan)

c. Penyuluhan

d. Bantuan teknis pembibitan, pemeliharaan tegakan, tanaman sela, rehabilitasi

hutan dan teknis pembukaan lahan

e. Bantuan informasi dan media

f. Pengembagan kelembagaan

g. Pengembangan sumberdaya manusia

h. Pengembangan jaringan kemitraan (kerja sama dan pemasaran)

i. Pendampingan sistem administrasi kelembagaan

Page 15: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

5

j. Sistem permodalan

k. Monitoring dan evaluasi

HKm hanya diberlakukan di kawasan hutan lindung dan hutan produksi

yang tidak dibebani hak atau izin dalam pemanfaatan hasil hutan dimana kawasan

tersebut menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Izin Usaha

Pemanfaatan Pengelolaan HKm (IUPHKm) diberikan untuk jangka waktu 35

tahun dan diperpanjang sesuai dengan hasil evaluasi setiap 5 tahun. HKm

diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan

hutan serta menggantungkan penghidupannya dari memanfaatkan sumberdaya

hutan (Muchtar, 2010).

Pelaksanaan HKm dapat dipilah dalam 3 tingkatan (Kumbara, 2012):

1) Penetapan yang dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian

Kehutanan);

2) Perizinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah

(Bupati/Walikota/Gubernur); dan

3) Pengelolaan di lapangan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat

pemegang izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan.

HKm diselenggarakan dengan berpedoman kepada tiga asas, yaitu (Harlen,

2010):

a) Manfaat dan lestari secara ekologi, ekonomi, sosial dan budaya,

b) Musyawarah mufakat, dan

c) Keadilan.

Sejalan dengan hal tersebut, Harlen (2010) juga menambahkan

penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan juga berpedoman kepada prinsip-prinsip

berikut:

a) Tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan,

b) Pemanfaatan hasil hutan kayu hanya dilakukan dari kegiatan

penanaman,

Page 16: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

6

c) Mempertimbangkan keanekaragaman hayati dan keanekaragaman

budaya,

d) Menumbuhkembangkan keanekaragaman komoditas dan jasa,

e) Meningkatkan kesejahtaraan masyarakat yang berkelanjutan,

f) Memerankan masyarakat sebagai pelaku utama,

g) Adanya kepastian hukum,

h) Transparansi dan akuntabilitas publik,

i) Partisipatif dalam pengambilan keputusan.

Pemegang IUPHKm dapat mengajukan permohonan memperoleh Izin

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Kemasyarakatan (IUPHHK-

HKm). Permohonan IUPHHK HKm diajukan oleh pemegang IUPHKm yang

telah berbentuk koperasi kepada Menteri. IUPHHKHKm hanya dapat dilakukan

areal kerja yang berada di kawasan hutan produksi dan diberikan untuk kegiatan

pemanfaatan hasil hutan tanaman berkayu yang merupakan hasil penanamannya

(Fitriani, 2011).

2.1.2. Manfaat HKm

Keberadaan HKm, ada beberapa manfaat yang diperoleh bagi masyarakat,

pemerintah dan terhadap fungsi hutan yaitu (Nandini,2013):

a. Bagi Masyarakat, HKm dapat :

1) Memberikan kepastian akses untuk turut mengelola kawasan hutan,

2) Menjadi sumber mata pencarian,

3) Ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk rumah tangga dan

pertanian terjaga, dan

4) Hubungan yang baik antara pemerintah dan pihak terkait lainnya.

b. Bagi pemerintah, HKm dapat :

1) Sumbangan tidak langsung oleh masyarakat melalui rehabilitasi yang

dilakukan secara swadaya dan swadana, dan

2) Kegiatan HKm berdampak kepada pengamanan hutan.

c. Bagi fungsi hutan dan restorasi habitat, HKm dapat :

Page 17: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

7

1) Mendorong terbentuknya keanekaragaman tanaman,

2) Terjaganya fungsi ekologis dan hidrologis, melalui pola tanam

campuran dan teknis konservasi lahan yang diterapkan, dan

3) Menjaga kekayaan alam flora dan fauna yang telah ada sebelumnya.

Selain itu, Harlen (2010) juga mengatakan bahwa HKm diharapkan mampu

mengubah paradigma pengelolaan hutan yang sentralistik, yang telah

menimbulkan deforestasi, marginalisasi hak-hak masyarakat, keterpinggiran

budaya dan kemiskinan. Abdurahim (2015) juga mengungkapkan bahwa HKm

diharapkan dapat menjamin keberlanjutan dan transformasi ekonomi dan budaya

masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan yang membutuhkan pengakuan

dan kepastian tenurial. Selanjutnya Nandni (2013) menyatakan bahwa keberadaan

HKm diharapkan mampu menyelesaikan konflik-konflik kehutanan dengan

memberikan akses dan hak mengelola terkait klaim masyarakat dalam penguasaan

kawasan hutan.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1. Defenisi Pemberdayaan Masyarakat

Mulyadi (2013) mendefenisikan pemberdayaan dalam Bahasa Inggris yaitu

empowerment. Kata power dalam empowerment diartikan "daya" sehingga

empowerment diartikan sebagai pemberdayaan atau memberikan daya.

Pemberdayaan masyarakat secara umum menurut Purnomo (2013) dapat

didefenisikan sebagai proses untuk memperkuat keberdayaan masyarakat lapisan

bawah untuk dapat hidup lebih baik, dengan kata lain memberdayakan adalah

memampukan dan memandirikan masyarakat.

Selanjutnya menurut Anggoro (2010) memberikan defenisi tentang

pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses pengembangan pola pikir dan

pola sikap yang mendorong timbulnya kesadaran anggota masyarakat agar mau

memperbaiki kehidupannya dengan menggunakan potensi yang dimilikinya..

Sedangkan Sumarhani (2011) menegaskan bahwa memberdayakan berarti

Page 18: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

8

memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang

sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang

bersangkutan. Oleh karena dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat

memiliki unsur-unsur, yaitu adanya upaya memberi daya/kekuatan dengan cara

mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat agar menjadi

mandiri.

Pranadji (2006) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat sebaiknya

diarahkan pada desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan,

sebagai upaya agar mereka dapat mandiri mengembangkan kesadaran,

pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan dan melindungi sistem

penyangga kehidupan serta pengawetan sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya. Begitupun dengan Mulyadi (2013) menyatakan bahwa

pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu meningkatkan peran serta

masyarakat, mengembangkan partisipasi, kemitraan dan kemandirian terhadap

peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

Sejalan dengan hal tersebut Dasmin (2006) juga mengungkapkan bahwa

keberadaan atau kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan akan sangat

menentukan keberhasilan pengelolaan kawasan hutan yang dilindungi. Jika

kawasan yang dilindungi sebagai penghalang, maka masyarakat setempat dapat

menggagalkan upaya pelestariannya. Sebaliknya bila kawasan pelestarian

dianggap sebagai sesuatu yang positif manfaatnya, maka masyarakat sendiri akan

bekerjasama dengan pengelola dalam melindungi kawasan. Selain itu, Muliyadi

(2013) berpendapat bahwa masyarakat yang berada di sekitar hutan akan menjadi

kekuatan besar dalam menjaga kelestarian hutan, jika yang menghambat

peningkatan kesejahteraan dapat diatasi dengan baik, tepat dan sesuai dengan

kebutuhan. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang khas pada masing-

masing kawasan hutan dalam menjalin hubungan partisipatif sebagai bentuk

pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan.

Page 19: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

9

2.2.2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Purnomo (2013) dapat

dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat bukan sebagai

obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemerintah,

melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak)

yang berbuat secara mandiri. Sedangkan menurut Mulyadi (2013) menyatakan

bahwa konsep pemberdayaan masyarakat dapat dipahami sebagai proses

mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar

menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di

segala bidang dan sektor kehidupan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) RI Nomor 7 Tahun 2007

tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan

masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat

sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 ayat 8). Inti konsep

pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan

dan kemandirian masyarakat (Anggoro, 2010). Sumarhani (2011) juga

menyatakan bahwa masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya

ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan

sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut

menentukan proses politik di ranah negara

2.2.3. Tujuan dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Mulyadi (2013) mengungkapkan bahwa tujuan utama pemberdayaan adalah

membantu masyarakat memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan yang akan ia lakukan, yang terkait dengan diri mereka,

termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan

tindakan. Sedangkan menurut Anggoro (2010) mengatakan bahwa tujuan akhir

pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan

membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih

Page 20: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

10

baik secara berkesinambungan. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan

oleh Purnomo, Sumarhani (2011) menyatakan bahwa tujuan pemberdayaan

masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari

kemiskinan dan keterbelakangan kesenjangan ketidakberdayaan.

Kemiskinan menurut Mulyanto (2013) dapat dilihat dari indikator

pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi atau layak. Kebutuhan dasar

itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya

manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada

sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasar lokal/tradisional

karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional.

Dengan demikian Dasmin (2006) juga menyatakan bahwa masalah

keterbelakangan menyangkut struktural (kebijakan) dan kultural.

Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan

kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu (Dasmin, 2006) :

a. Strategi 1 : Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi. Dalam

upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ;

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa

setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat

dikembangkan.

2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah

peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam

sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,

lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini

menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti

irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas

pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan

Page 21: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

11

paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan,

dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang

keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi

masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang

berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

3) Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses

pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,

oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh

karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat

mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi

tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu

justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah.

Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya

persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang

lemah.

b. Strategi 2 : Program pembangunan pedesaan pemerintah di negara-negara

berkembang termasuk Indonesia telah mencanangkan berbagai macam

program pedesaan, yaitu pembangunan pertanian, industrialisasi pedesaan,

pembangunan masyarakat desa terpadu dan strategi pusat pertumbuhan.

Penjelasan macam-macam program sebagai berikut:

1) Program pembangunan pertanian, merupakan program untuk

meningkatkan output dan pendapatan para petani. Juga untuk menjawab

keterbatasan pangan di pedesaan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan

dasar industri kecil dan kerumahtanggaan, serta untuk memenuhi

kebutuhan ekspor produk pertanian bagi negara maju.

2) Program industrialisasi pedesaan, tujuan utamanya untuk

mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Pengembangan

industrialisasi pedesaan merupakan alternative menjawab persoalan

semakin sempitnya rata-rata pemilikan dan penguasaan lahan dan

lapangan kerja dipedesaan.

Page 22: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

12

3) Program pembangunan masyarakat terpadu, tujuan utamanya untuk

meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas hidup penduduk dan

memperkuat kemandirian. Ada enam unsur dalam pembangunan

masyarakat terpadu, yaitu: pembangunan pertanian dengan padat karya,

memperluas kesempatan kerja, intensifikasi tenaga kerja dengan industri

kecil, mandiri dan meningkatkan partisipasi dalam pengambilan

keputusan, mengembangkan perkotaan yang dapat mendukung

pembangunan pedesaan, membangun kelembagaan yang dapat

melakukan koordinasi proyek multisektor.

4) program strategi pusat pertumbuhan, merupakan alternatif untuk

menentukan jarak ideal antara pedesaan dengan kota, sehingga kota

benar-benar berfungsi sebagai pasar atau saluran distribusi hasil

produksi. Cara yang ditempuh adalah membangun pasar di dekat desa.

Pasar ini difungsikan sebagai pusat penampungan hasil produksi desa,

dan pusat informasi tentang hal-hal berkaitan dengan kehendak

konsumen dan kemampuan produsen. Pusat pertumbuhan diupayakan

agar secara social tetap dekat dengan desa, tetapi secara eknomi

mempunyai fungsi dan sifat-sifat seperti kota.

Senada dengan program pembangunan pedesaan, Sumarhani (2011)

mengajukan strategi yang meliputi :

a. Strategi gotong royong, melihat masyarakat sebagai sistem sosial. Artinya

masyarakat terdiri dari atas bagian-bagian yang saling kerjasama untuk

mewujudkan tujuan bersama. Gotong royong dipercaya bahwa perubahan-

perubahan masyarakat, dapat diwujudkan melalui partisipasi luas dari

segenap komponen dalam masyarakat. Prosedur dalam gotong royong

bersifat demokratis, dilakukan diatas kekuatan sendiri dan kesukarelaan.

b. Strategi pembangunan Teknikal-Profesional, dalam memecahkan berbagai

masalah kelompok masyarakat dengan cara mengembangkan norma,

peranan, prosedur baru untuk menghadapi situasi baru yang selalu

berubah. Dalam strategi ini peranan agen-agen pembaharuan sangat

Page 23: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

13

penting. Peran yang dilakukan agen pembaharuan terutama dalam

menentukan program pembangunan, menyediakan pelayanan yang

diperlukan, dan menentukan tindakan yang diperlukan dalam

merealisasikan program pembangunan tersebut. Agen pembaharuan

merupakan kelompok kerja yang terdiri atas beberapa warga masyarakat

yang terpilih dan dipercaya untuk menemukan cara-cara yang lebih kreatif

sehingga hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program pembangunan

dapat diminimalisir.

c. Strategi Konflik, melihat dalam kehidupan masyarakat dikuasasi oleh

segelintir orang atau sejumlah kecil kelompok kepentingan tertentu. Oleh

karena itu, strategi ini menganjurkan perlunya mengorganisir lapisan

penduduk miskin untuk menyalurkan permintaan mereka atas sumberdaya

dan atas perlakuan yang lebih adil dan lebih demokratis. Strategi konflik

menaruh tekanan perhatian pada perubahan oraganisasi dan peraturan

(struktur) melalui distribusi kekuasaan, sumberdaya dan keputusan

masyarakat.

d. Strategi pembelotan kultural, menekankan pada perubahan tingkat

subyektif individual, mulai dari perubahan nilai-nilai pribadi menuju gaya

hidup baru yang manusiawi. Yaitu gaya hidup cinta kasih terhadap sesama

dan partisipasi penuh komunitas orang lain. Dalam bahasa Pancasila

adalah humanis-relegius. Strategi ini merupakan reaksi (pembelotan)

terhadap kehidupan masyarakat modern industrial yang betrkembang

berlawanan dengan pengembangan potensi kemanusiaan.

Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok menurut Dasmin

(2006) adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke

dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,

lapangan kerja, dan pasar. Selanjutnya Sumarhani (2011) juga menambahkan

bahwa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar

fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas

pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling

Page 24: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

14

bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran

di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang.

Oleh karena itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya,

karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh

lapisan masyarakat ini.

2.3. Peningkatan Kapasitas Masyarakat

Peningkatan kapasitas menurut Sugiarto (2006) adalah perubahan prilaku

individu, organisasi dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Sejalan dengan hal tersebut Soeprapto (2010) juga menambahkan

untuk meningkatkan kapasitas maka individu, kelompok, organisasi, komunitas

atau masyarakat mampu menganalisa lingkungannya, mengidentifikasi dan

mengatasi masalah-masalah, memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memanfaatkan

umpan balik sebagai pelajaran.

Peningkatan kapasits masyarakat dapat dicapai melalui pemberdayaan

(Mubarak., 2010). Hal tersebut karena keberdayaan masyarakat dikatakan berhasil

apabila adanya kemampuan dalam membuat analisis masalah, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi suatu program pemberdayaan (Widjajanti, 2011).

Serupa dengan hal tersebut Ruhimat (2014) juga menyatakan upaya yang perlu

dilakukan dalam peningkatan kapasitas yaitu optimalilsasi pelaksanaan program

pemberdayaan serta meningkatkan inovasi tekonologi, pengelolaan hutan yang

lebih komprehensif, menguntungkan dan mudah bagi petani.

2.4. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

2.4.1. Kondisi Fisik Wilayah

Letak dan Luas

Desa Paccekke salah satu dari tujuh desa/kelurahan di Kecamatan Soppeng

Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Orbitrasi (Jarak dari Pusat

Pemerintahan Desa) yaitu jarak dari ibukota Kecamatan Soppeng Riaja adalah 11

km, jarak dari ibukota Kabupaten Barru adalah 28 km serta jarak dari ibukota

Page 25: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

15

Propinsi Sulawesi Selatan adalah 130 km. Luas wilayah Desa Paccekke 24,55 km²

yang terdiri dari dua dusun dan enam RT dengan batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mallusetasi

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Balusu

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ajakkkang

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sopppeng

Topografi

Topografi Desa Pacekke terdiri atas daerah dataran dengan luas 650 ha dan

daerah perbukitan dan pegunungan seluas 1.805 ha. Desa Pacekke terletak di

daerah pegunungan dengan ketinggian 350 m dari permukaan laut sehingga Desa

Pacekke disebut daerah dingin karena dikelilingi oleh hutan dan pegunungan yang

berbentuk mangkuk besar.

2.4.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Paccekke pada tahun 2016 sebesar 849 jiwa dan

jumlah Kartu Keluarga (KK) 278 dengan perincian sebanyak 448 jiwa perempuan

dan sebanyak 401 jiwa laki-laki. Desa Pacekke terbagi atas dua Dusun yaitu

Dusun Paccekke dan Dusun Kading. Jumlah penduduk di Dusun Pacekke

sebanyak 315 jiwa perempuan dan sebanyak 283 jiwa laki-laki, sedangkan Dusun

Kading Jumlah penduduk sebanyak 133 jwa perempuan dan sebanyak 118 jiwa

laki-laki.

Pendidikan

Penyelanggaraan pembangunan di Bidang pendididkan dalam kurung waktu

2011-2016 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan, berbagai

upaya yang telah dilaksanakan diantaranya adalah pembangunan rehabilitasi fisik

gedung sekolah. Data distribusi penduduk Desa Paccekke tahun 2016 menurut

tingkat pendidikan disajikan pada tabel 1.

Page 26: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

16

Tabel 1. Tingkat Pendidikan pada Desa Pacekke

No. Tingkat pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Belum sekolah 46

2 Usia 7-45 tahun yang tidak pernah sekolah 260

3 Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 86

4 Tamat SD/sederajat 393

5 SLTP/sederajat 29

6 SLTA/sederajat 24

7 D-3 3

8 S-1 5

9 S-2 3

Total 849

Keadaan Ekonomi

Struktur ekonomi didominasi oleh bidang pertanian dan perdagangan,

dimana lebih dari 90% mata pencaharian penduduk dalam bidang pertanian.

Sektor jasa masih sangat kecil kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi desa.

Bidang keuangan desa pengelolaannya diatur dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDes) yang ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah desa

bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Struktur APBDes pendapatan

masih sangat bergantung pada bantuan Pemerintah Kabupaten melalui Alokasi

Dana Desa (ADD) sejak tahun 2011 sampai 2016. Desa Paccekke juga terdapat

program nasional yang berbasis pemberdayaan yaitu PNPM-MP. Program ini

dapat memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan pendapatan masyarakat

khususnya kegiatan baik menjadi tenaga kerja langsung maupun menjadi anggota

SPP (Simpan Pinjam Perempuan).

Page 27: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

17

2.5. Keadaan Lokasi HKm Desa Pacekke

2.5.1. Keadaan Biofisik

Penggunaan Lahan

Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan (KTHKm) Megah Buana terletak di

Desa Pacekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru. Luas lahan garapan

yang diajukan untuk IUPHKm adalah ±150 ha, dengan anggota sebanyak 60

orang (nama anggota KTH dapat dilihat pada Lampiran 5). Secara administrasi

KTHKm Megah Buana anggotanya berdomisili di Desa Pacekke.

Tutupan Lahan

Vegetasi jenis tanaman kehutanan yang dijumpai pada lokasi HKm Desa

Pacekke yaitu mahoni, jabon, kemiri dan kayu-kayu rimba campuran lainnya.

Sedangkan jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) yaitu aren, sukun,

matoa dan jambu mente.

Kelerengan

Keadaan kelerengan areal kerja HKm Desa Pacekke diuraikan pada tabel

berikut:

Tabel 2. Kondisi Kelerengan pada Areal Kerja Hkm Desa Pacekke

No. Kelerengan Luas (ha) %

1 Datar (0-8%) 9 6

2 Landai (8-15%) 21 14

3 Agak curam (15-25%) 45 30

4 Sangat curam (> 45%) 63 42

5 Curam (24-45%) 12 8

TOTAL 150 100

Page 28: RANCANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN …

18

Jenis Tanah

Keadaan jenis tanah areal kerja HKm Desa Pacekke diuraikan pada tabel

berikut:

Tabel 3. Kondisi Jenis Tanah pada Areal Kerja HKm Desa Pacekke

No. Jenis Tanah Luas (ha) %

1 Dystropepts; Humitropepts: Tropohumults 76.5 51

2 Dystropepts; Tropudults; Humitropepts 73.5 49

Total 150 100

2.5.2. Potensi Areal Kerja

Hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Barru

pada kawasan HKm Desa Pacekke seluas ±150 ha dalam status kawasan hutan

lindung, merupakan lahan yang berpotensi untuk pengembangan HKm KTH

Megah Buana diantaranya :

1. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu

2. Potensi Mata air

3. Potensi Jasa Lingkungan

2.5.3. Kelembagaan Kelompok

Nama organisasi pengelola HKm Desa Pacekke sesuai Surat Keputusan

Gubernur No : 1/L13.P/P2T/11/2016 tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan

Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) yaitu Kelompok Tani Megah Buana. Saat ini

KTH Megah Buana belum memiliki struktur kepengurusan organisasi yang

lengkap beserta fungsi internalnya dan kelengkapan administrasi seperti buku

tamu, buku kas, buku notulen rapat, AD/ART belum tersedia.