Upload
alfred-l-toruan
View
167
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Radioterapi
Citation preview
REFERAT
RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
Oleh :Alfred L Toruan
Pembimbing :dr. Budianto T, Sp.B(K) Onk.
SUB BAGIAN BEDAH ONKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKINBANDUNG
2014
1
PENDAHULUAN
Manusia telah terpapar radiasi sejak milenium, tetapi hanya sekitar 100
tahun terakhir potensi diagnostik dan terapeutik dari radiasi dimanfaatkan.
Manfaat ini pertama kali diketahui berkat eksperimen dari Wilhelm roentgen,
yang pada tahun 1895 menemukan bahwa sinar x dapat menembus material yang
tidak tembus cahaya. Roentgen dianggap sebagai bapak pencitraan diagnostik
karena menunjukkan bahwa sinar x dapat menghasilkan gambaran fotografis dari
struktur tulang padat tangan manusia. Emil Grubbe merupakan salah satu yang
menemukan penggunaan terapeutik radiasi dengan mengobati kanker payudara
stadium lanjut berulkus dengan sinar x pada Januari 1896.
Tahun 1906 Bergonie dan Tribondcau denean percobaannya menggunakan
X-ray untuk mengetahui respon terhadap penyinaran dengan menggunakan sel
germinal dari testis tikus. Ternyata didapatkan bahwa pengaruh X-ray Iebih
efektif terhadap sel yang mempunyai aktifitas reproduksi yang tinggi. Jadi mudah
dimengerti bahwa radiasi rontgen menghancurkan sel kanker jauh lebih efektif
daripada jaringan sehat.
Kurangnya metode untuk mengukur dosis yang tepat yang dipakai pada
radioterapi mengurangi penggunaan radiasi pada awal penemuannya. Salah satu
faktor penghambatnya adalah toleransi kulit.
Keadaan ini diatasi olch Coutard yang memperkenalkan pcnggunaan dari
tehnik fraksionasi, yakni membagi dosis yang besar ke dalam beberapa dosis
radiasi kecil yang akan mencegah efek samping dari dosis total yang
diimplementasikan langsung dalam satu kali pemberian. Pada waktu yang hampir
bersamaan ditemukan, alat radioterapi high voltage, bahkan mega voltage
sehingga kemajuan di bidang terapi radiasi ini semakin bertambah hingga saat ini.
Radioterapi atau penyinaran bersama dengan pembedahan dan kemoterapi
adalah salah satu bentuk tepenting dalam penanganan kanker. Kira-kira setengah
dari semua penderita kanker paling sedikit sebagai bagian dari penanganannya
harus mendapat penyinaran. Tujuan radioterapi dapat kuratif dan paliatif.
Radioterapi dapat dipakai sebagai satu-satunya bentuk penanganan atau
dapat dipakai kombinasi dengan yang lainnya. Dengan mengkombinasikan
2
berbagai cara penanganan diusahakan disatu pihak memperbesar efek terapi dan
dilain pihak mengurangi efek samping. Penanganan kasus onkologi tergantung
dari sifat biologic dan kimiawi tumor dalam aplikasinya radioterapi membutuhkan
kerjasama yang erat dari berbagai ahli antara lain ahli bedah, ahli radiologi, ahli
patologi sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
Definisi dan Dasar-dasar Radioterapi
Radioterapi adalah terapi untuk menghancurkan sel kanker dengan
menggunakan sinar ionisasi yaitu radiasi yang menyebabkan ionisasi molekul
yang mengabsorbsi sinar. Sumber radiasi dapat diperoleh dari sinar buatan atau
alamiah. Radiasi berpengaruh terhadap sel-sel kanker maupun sel-sel sehat,
dimana dosis letal dan kemampuan memperbaiki diri pada sel-sel kanker lebih
rendah daripada sel-sel normal sehingga hal ini yang dipakai sebagai dasar terapi
radiasi. Radiasi onkologi adalah eradikasi kanker lokoregional dengan preservasi
struktur dan fungsi jaringan normal.
Radiasi pada tumor ganas bertujuan membuat sel kanker menjadi tidak
layak untuk proliferasi dan mcnimbulkan kerusakan DNA sel itu sendiri sehingga
tidak mampu bereplikasi yang akan diikuti oleh kematian sel tersebut oleh karena
dipercepatnya maturasi sel.
Dasar Biologis Radioterapi
Mekanisrme pasti dari kematian sel akibat suatu radiasi hingga saat ini
masih dalam perdebatan dan penelitian. Banyak bukti yang mendukung adanya
suatu pemecahan / kcrusakan DNA sebagai efek paling penting dalam proses
kematian sel akibat radiasi. Pemecahan ini berakibat hilangnya integritas dari. sel
untuk bereproduksi yang bersifat irreversible dan berakhir pada kematian sel
tersebut.
Kerusakan akibat radioterapi ini juga dapat berupa kerusakan langsung
yang berasal dari ionisasi sel tersebut pada target molekul (DNA) yang tentunya
sangat penting bagi sel tersebut. Namun demikian pada terapi klinis, kerusakan sel
biasanya diakibatkan oleh adanya efek tidak langsung dari ionisasi sel tersebut via
3
free radical intermediaries (radikal bebas) yang terbentuk oleh karena radiolisis
dari cairan intrasel.
Radiasi juga dapat mcmpengaruhi proses siklus sel yang diperlukan oleh
sel untuk tumbuh, penuaan sel dan juga apoptosis (program kematian sel).
Sedikitnya ada 4 kemungkinan interaksi dari radiasi dengan sel yang dapat
mempengaruhi kemampuan sel tersebut bereproduksi yaitu : nekrosis, apoptosis,
peningkatan kecepataa penuaan sel, dan diffcrensiasi terminal. Kernungkinan-
kemungkinan kejadian pada sel setelah terkena suatu radiasi adalah sebagai
berikut :
1. Kematian sel yang cepat karena apoptosis
2. Sel mati saat hendak membelah diri
3. Sel dapat berubah menjadi abnormal saat mencoba membelah diri
4. Sel dapat berdiam diri, bentuk masih sama, tidak dapat membelah diri,
namun secara fisiologis masih dapat bcrfungsi untuk waktu yang cukup
lama
5. Sel masih dapat membelah diri selama beberapa kali hingga pada suatu
waktu kemampuannya menghilang samasekali
6. Sel yang terganggu baik fungsi maupun kemampuan membelah dirinya
atau hanya sedikit saja terpengaruh oleh radiasi.
Therapeutic window pada radioterapi mengambil kesempatan dari adanya
kemampuan sel secara intrinsik dalam memperbaiki suatu kerusakan, serta juga
tergantung dari kemampuan dari ahli radioterapi itu sendiri dalam memisahkan
area geometrik dari jaringan yang malignant dan nonmalignant. Pembcrian dosis
besar tunggal dapat memperbesar jumlah kerusakan sel yang sensitif, jika
dibandingkan dengan pemberian dosisi kecil dan berulang. Manipulasi dari
keadaan lingkungan sekitar sel yang diradiasi (suhu, konsentrasi oksigen) juga
dapat mempengaruhi kurva survival dari sel tersebut.
Sehubungan dengan radiosensitivitas suatu jaringan, survival sel telah
terbukti berhuhungan erat dengan konsentrasi oksigen, fase sel dalam siklus
mitosis, serta jumlah dosis radiasi yang diberikan. Hal tersebut juga berkaitan
4
dengan 4R dalam radiobiologi yakni: repair, redistribution, repopulating dan
reoxygenation.
Unsur terpenting yang berupa suatu modifier efek biologis pada radiasi
ionisasi adalah molekul oksigen. Hal ini pertama kali diketahui oleh Mottram
pada tahun1920 dan dipublikasikan lebih lanjut oleh Read dan Gray sekitar tahun
1950. Suatu terminologi yang dinamakan OER (Oxygen Enhancement Ratio)
sering digunakan dalam hal ini. OER adalah rasio dari dosis yang diperlukan
untuk membunuh sel di dalam suatu kondisi tanpa oksigen dibandingkan dengan
dosis yang diperlukan dalam kondisi adanya oksigen. Nilai OER ini berkisar
antara 2,5 – 3,5 yang berarti bahwa pada kondisi di mana sel berada dalam
suasana hipoksia, dibutuhkan sekitar 3 kali dosis radiasi yang lebih tinggi
dibandingkan kondisi oksik. Kepentingan oksigen dalam terapi radiasi ini
membawa para ahli untuk meneliti kegunaan dari terapi hiperbarik pada sel tumor
yang akan diradiasi. Terbukti adanya peningkatan kurabilitas dari fraksi dosis
radiasi yang diberikan pada kondisi hiperbarik oksigen ini.
Respon radiasi selama siklus pembelahan sel berbeda satu dengan
lainnya. Seperti kita ketahui secara umum, siklus pembelahan suatu sel dibagi
menjadi empat fase : Gl, S, G2, dan M. Terasima, Tolmach, Sinclair dan Morton
meneliti efek radioterapi terhadap masing–masing fase tersebut. Pada fase M
(mitotic) dan fase G2 adalah fase yang paling sensitif. Sedangkan fase GI secara
relatif juga sensitif pada sel-sel yang memiliki waktu fase GI yang pendek. Sel-
sel umumnya resisten pada akhir fase GI dan menjadi paling resisten pada akhir
fase S. Pada sel yang memiliki fase GI yang panjang, puncak sel menjadi resisten
tampak pada awal fase G I.
Radioaktivitas merupakan sifat alamiah dari beberapa elemen tertentu
yang ditemukan di alam bebas dan sifat radiasi spontan tersebut dimiliki karena
disintegrasi atom-atomnya yang kurang stabil. Radium merupakan elemen
radioaktif yang scring dipakai. Sinar X diperoleh dengan memberi listrik
tegangan tinggi pada satu tabung hampa udara. Suatu energi radiasi apapun
sumbernya akan menembus dan berbenturan dengan atom-atom jaringan yang
rnengakibatkan ionisasi dalan jaringan. Hidroksi dan peroksida radikal yang
terbentuk akan mengakibatkan pecahnya rangkaian DNA dan kromosom baik itu
5
pada jaringan normal maupun pada jaringan neoplastik. Kendati demikian
terdapat perbedaan kuantitatif dan toksisitas terhadap jaringan neoplasma
dibandingkan dengan jaringan normal untuk mengadakan perbaikan, perubahan
pada sel setelah mengalami radiasi, ada yang langsung, adapula yang berjalan
lambat. Perubahan langsung terjadi setelah beberapa menit mendapat radiasi,
sedang pada perubahan yang lambat, baru terjadi setelah beberapa minggu,
bahkan sampai bertahun-tahun.
Pada suatu terapi radiasi, tentunya sulit untuk melokalisir dengan pasti
sel-sel tumor yang akan diradiasi dengan sel-sel tubuh normal disekitamya.
Untuk memahami efek radiasi pada sel tubuh normal, pengetahuan tentang sel
kinetik dan pembaharuan jaringan sangat penting. Efek radiasi pada fungsi suatu
organ tertentu tergantung dari keperluan reproduktif dari organ yang teradiasi.
Jaringan-jaringan tubuh ada yang memerlukan pembaharuan sel (cell
renewal)dan ada yang tidak seperti otot dan jaringan saraf dikategorikan sebagai
jaringan yang resisten terhadap radiasi. Sedangkan sel dan jaringan tubuh yang
memerlukan proliferasi yang kontinyu untuk mempertahankan fungsinya, dan
sel / jaringan tubuh normal seperti ini berpengaruh dalam terapi radiasi.
Contohnya adalah kulit dan komponennya, mukosa gastrointestinal, sumsum
tulang dan kelenjar eksokrin. Jaringan hepar dan tulang termasuk jaringan yang
tidak memerlukan proliferasi pada kondisi steady state-nya. Namun pada kondisi
trauma (fraktur, ruptur hepar), kedua jenis sel tersebut termasuk cepat di dalam
proses cell renewalnya. Hal ini berhubungan dengan radiasi yang kadang
diperlukan pada area-area tersebut yang dapat menimbulkan kematian segera dari
sel-sel hepatosist maupun osteosit saat sel-sel tersebut berusaha untuk
memperbaiki diri. Pada keadaan tertentu perlu dipertimbangakan untuk
membiarkan proses penyembuhan dari kedua jenis sel terescbut terlebih dahulu
sebelum terapi radiasi diberikan.
Efek yang hampir selalu terjadi terutama pada radiasi dengan dosis rendah
adalah terhadap gangguan hematopoetik. Komplikasi terjadi karena elemen darah
yang selesai dibentuk tidak dapat mcmbelah diri. Limfosit turun drastis karena
mati oleh proses apoptosis dan akibat waktu hidupnya yang pendek, granulosit
akan turun sekitar hari ke 5 dan 6, trombositopenia terjadi belakangan beberapa
6
hari kemudian. Anemia terjadi biasanya bukan karena matinya sel-sel eritrosit
maupun karena gagalnya produksi eritrosit, namun biasanya karena perdarahan.
Disamping itu terapi radiasi juga dapat menimbulkan mutasi gen,
tranformasi gen menjadi kanker dan gangguan pertumbuhan. Hal ini dapat
dikurangi dengan menggunakan dosis yang tepat dan mengarahkan sinar radiasi
ke arah yang tepat.
DASAR FISIKA RADIOTERAPI
Pada prinsipnya jaringan akan menyerap energi yang dipancarkan
sehingga akan terjadi eksitasi dan ejeksi dari orbit elektron dan menciptakan
ionisasi atom dan molekul. Energi yang diserap oleh jaringan disebut radiasi
ionisasi.
Terdapat 2 macam radiasi :
Radiasi partikel : mengandung partikel sub atom seperti elektron, proton dan
neutron.
Radiasi elektromagnet : terbentuk dari kehilangan radioisotop, contohnya
sinar gamma dan dari akselerasi linier dan mesi elektrik, contoh : Sinar X.
Radiasi partikel menyebabkan ionisasi langsung atom, melalui interaksi
dengan elektron atau proton. Energi yang dipancarkan porses ionisasi
menyebabkan terjadinya disrupsi/gangguan ikatan kimia, termasuk yang didalam
7
DNA sehingga terjadi efek biologis. Elektron sering digunakan untuk target
superficial, karena fungsi energi elektron sangat berkurang pada ketebalan
tertentu. Proton mempunyai kemampuan radiasi pada bagian yang dalam
(menembus) lebih baik daripada elektron. Sedangkan neutron menghasilkan
penyebaran energi yang mirip dengan proton.
Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) merupakan radiasi ionisasi.
Pada proses ini sinar proton dilepaskan, dan ketika terkena jaringan melepaskan
energinya melalui 3 proses yaitu efek fotoelektrik, efek Compton dan produksi
elektron positron. Dalam radioterapi klinik, efek Comtpon memegang peranan
penting, dimana photon berinteraksi dengan elektron bebas.
Energi yang digunakan dalam radioterapi klinik berkisar dari kiloelektron
volts (KeV) sampai lebih dari 1 juta elektron volts (MeV). Semakin tiggi energi,
semakin tinggi tingkat penetrasi radiasi pada jaringan, dan juga efek pada kulit
semakin tinggi, karena energi harus melewati permukaan dalam dibawah kulit
dengan intensitas tinggi. Radiasi energi rendah (Orthovoltage) berguna untuk
penanganan tumor superficial, seperti tumor kulit, dan Mega voltage (diproduksi
akelerator linear) diguakan untuk tumor yang dalam. Utuk pengukuran radiasi
digunakan Dosometri, merupakan alat untuk mengukur banyaknya energi yang
diserap perunit jaringan (Rad = Radiation Absorbed Dose).
TUJUAN RADIOTERAPI
1. Terapi Kuratif :
Merupakan suatu prosedur terapi yang bertujuan menyembuhkan kanker
dengan resiko besar seperti terapi operatif. Dalam memilih terapi cara ini
diperlukan pengertian dari radiosensitivitas tumor, kemungkinan penyebaran
radiasi, dosis radiasi minimal yang dapat membunuh tumor dan margin of safety
yang pada umumnya diberikandosis berkisar 4500-6000 rad dan diberikan selama
4-6 minggu.
Indikasi radioterapi kuratif :
1. Uniuk tumor yang dibatasi letak anatomi serta retina, nervus optikus, otak,
spinal cord, kulit, rongga mulut, faring, laring, esofagus, vagina, serviks,
prostat dan sistem retikuloendotelial (Hodkin Lymphoma stadium I, II dan
8
III).
2. Dikombinasi dengan terapi bedah untuk tumor yang berekstensi di kepala
dan leher,
kanker paru, uterus, payudara, ovarium, bull-buli, testis, rektum, sarcoma
jaringan lunak dan tumor primer tulang. Terapi bedah dilakukan setelah
radiasi selesai sampai 4-6 minggu, sedangkan untuk bedah dilakukan 3-4
minggu posca operasi.
3. Sebagai radioterapi adjuvant pada kemoterapi untuk beberapa pasien
dengan limfoma, kanker paru-paru dan pada anak-anak (Neuroblastoma,
4. Wilm's tumor)
5. Untuk pasien yang menolak operasi.
b. Terapi Paliatif :
Bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala seperti rasa nyeri, perdarahan,
gangguan menelan, obstruksi saluran cerna dan lain scbagainya, biasanya
diterapkan pada tumor yang sudah inkurabel, rekurensi atau metastase dari tumor.
Indikasi radioterapi paliatif :
1. Untuk tumor lanjut yang radioresponsif dan inoperable
2. Ulkus yang besar dan berbau
3. Metastase pada tulang untuk mengurangi nycri dan mcnccgah fraktur
4. Mengatasi obstruksi
SYARAT-SYARAT RADIOTERAPI
Penderita dalam keadaan umum yang baik disertai dengan nilai :
1. Hb penderita lebih dari 10 gr%
2. Trombosit lebih dari 100.000/mm kubik
3. Test fungsi hati dalam batas normal
SINAR UNTUK RADIOTERAPI
Sinar yang dipakai untuk radioterapi :
1. Sinar Alfa adalah sinar korpuskuler atau partikel dari inti atom. Inti atom itu
terdiri dari proton dan neutron. Sinar alfa ini tidak menembus kulit dan tidak
9
banyak digunakan dalam radioterapi. Keuntungan sinar alfa ini tidak
dipengaruhi oleh oksigenisasi dalam tumor.
2. Sinar Beta adalah sinar yang dipancarkan oleh zat radioaktf yang mempunyai
energi rendah. Daya tembusnya ada kulit terbatas,3-5 mm. Digunakan untuk
terapi lesi yang superficial. Isotop yangmemancarkan sinar beta ialah
phosphor, iodium.
3. Sinar Gamma adalah sinar elektromagnetik atau photon. Sinar ini dapat
menembus tubuh. Daya tembusnya tergantung dari besarnya energi yang
menimbulkan sinar itu. Semakin tinggi energinya semakin besar daya
tembusnya dan makin dalam letak dosis maksimalnya.
PENGARUH RADIASI PADA TUBUH
Radiasi pada jaringan dapat menyebabkan ionisasi air dan elektrolit dari
jaringan tubuh, baik intra maupun ekstraseluler, sehingga timbul ion H+ dan OH-
yang sangat reaktif. Ion tersebut dapat bereaksi dengan molekul DNA dalam
kromosom, sehingga dapat terjadi:
1. Rantai ganda DNA pecah
2. Perubahan cross linkage dalam rantai DNA.
3. Perubahan base yang menyebabkan degenerasi atau kematian sel
Dosis letal dan kemampuan reparasi kerusakan pada sel-sel kanker lebih
rendah dari sel-sel normal, sehingga akibat radiasi sel-sel kanker lebih banyak
yang mati dan yang tetap rusak dibandingkan dengan sel-sel normal.
10
Sel-sel yang masih tahan hidup akan mengadakan reparasi kerusakan DNA-
nya sendiri-sendiri. Kemampuan reparasi DNA sel normal lebih baik dan lebih
cepat dari sel kanker. Keadaan ini dipakai sebagai dasar untuk radioterapi pada
kanker.
Walaupun diketahui bahwa radiasi dapat menimbulkan mutasi gen,
transformasi gen menjadi kanker, gangguan pertumbuhan, dan sebagainya.Tetapi
dengan mengendalikan dan mengarahkan radiasi ke sasaran yang diinginkan,
pengaruh jelek radiasi dapat ditekan sekecil mungkin, sehingga radiasi merupakan
alat yang ampuh untuk mengobati kanker.
Pengaruh radiasi pada jaringan tubuh ditentukan oleh radiosensitivitas
jaringan yang bersangkutan.Pada umumnya, kanker lebih sensitive dari jaringan
normal.
RADIOSENSITIVITAS
Radiosensitifitas tumor adalah tumor yang dapat dihancurkan dengan
radiasi yang tidak merusak atau ditoleransi dengan baik oleh jaringan normal di
sekitarnya. Radiosensitifitas sel tergantung pada posisi sel pada siklus sel. Sel
pada fase mitosis merupakan paling sensitif. Ada atau tidaknya molekul oksigen
mempengaruhi radiosensitifitas. Oleh karena itu radiosensitifitas juga tergantung
dari lokasi tumor terhadap kapiler yang kaya oksigen. Sel yang mengalami
hipoksia dapat terhindar dari efek radiasi ini. Selain itu tergantung pada tipe
histologi tumor, derajat defisiensi, besar tumor dll.
11
Berbagai alat yang digunakan untuk radioterapi :
1. Sinar Roentgen :
Radiasi Grenz (10-15 KV)
Radiasi Superficial (10-124 KV)
Radiasi Dalam : Orthovoltage unit (125-600 KV)
Megavoltge (supervoltge) unit (230 MeV)
2. Radioisotop
Calcium 137 unit, sinar Gamma 0,6 MeV
Cobalt 60 unit, sinar Gamma 1,3 MeV
Radium 226 unit, sinar alfa, beta, gamma 1,6 MeV
Perencanaan Radioterapi
Seiring dengan perkembangan ilmu ini herkembang dengan penggunaan
alat-alat yang lebih baik seperti high-energy photons dan electrons, sehingga
perencanaan terapi dan pelayanan radioterapi Iebih akurat dan memuaskan.
Dalam merencanakan pemberian radioterapi harus dipertimbangkan
apakah radiasi yang diberikan merupakan suatu terapi delinitif; paliatif atau suatu
adjuvan terapi, serta apakah terapi radiasi ini akan dikombinasikan dengan
pembedahan atau kemoterapi.
Setelah didapat dari penemuan klinis maupun radiologis maka ditetapkan
suatu Gross Tumor Volume (GTV) yang selanjutnya ditentukan Clinical Tumor
12
Volume (CTV) untuk mengikutsertakan ekstensi mikroskopis dari tumor tersebut
ke jaringan sekitar yang kemudian ditetapkannya penentuan Planning Treatment
Volume.
Efek paliatif radioterapi dalam pengobatan metastase maupun neoplasma
yang rekuren sudah diketahui dengan baik, yaitu sekitar 40 % penderita kanker
yang menerima terapi radiasi sepanjang pengobatannya, iradiasi dapat
menghancurkan jaringan neoplastik dan hanya dapat menimbulkan kerusakan
minimal terhadap jaringan normal sekitarnya, sehingga bila berhasil akan
memberikan dampak positif, baik terhadap fungsional maupun kosmetik.
CARA PEMBERIAN RADIOTERAPI
1. Teleterapi (radiasi eksterna)
Sumber sinarnya berupa sinar X atau radioisotop menggunakan
orthovoltage atau megavoltage, ditempatkan diluar tubuh. Sinar diarahkan ke
tumor dan tidak ada kontak langsung antara sumber radiasi dan tubuh. Dosis yang
diserap tergantung dari :
Besarnya energi yang dipancarkan
Jarak antara sumber energi dan tumor
Kepadatan massa tumor
2. Brakiterapi (radiasi interna)
Sumber radiasi diletakan didalam tumor atau berdekatan dengan tumor,
sehingga terjadi konsentrasi dosis yang tinggi pada tumor, dan membatasi
kerusakan pada organ sekitarnya
PEMBERIAN RADIOTERAPI
Indikasi Penggunaan radioterapi dalam klinik perlu kerjasama bcrbagai
disiplin ilmu, dimana setiap tindakan yang dilakukan harus mengikuti formulasi
terapi sebagai,
1. Terapi kuratif, terapi adekuat yang dilakukan dengan tujuan pasien
mempunyai kemungkinan besar bertahan hidup dalam jangka waktu yang
lama walaupun kesempatan itu kecil ("T4 tumor kepala dan leher atau
karsinoma paru).
13
2. Terapi paliatif, dimana pasien tidak mempunyai harapan untuk bertahan
hidup dalam jangka waktu lama, hanya meringankan gejala simtomatik yang
disebabkan oleh kanker tersebut., seperti rasa nyeri, perdarahan, gangguan
menelan, obstruksi saluran cema.
Sehingga indikasi dari radioterapi tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Terapi primer (utama)
Diberikan pada kasus-kasus :
Kanker yang radiosensitif
Kanker yang operasinya sangat sukar/resiko sangat tinggi bila dilakukan
pembedahan, seperti: orang yang sangat tua, dengan penyakit penyerta
yang berat, karsinoma nasofaring.
Kanker yang inoperable : Kanker otak, Ca. Mammae, Ca. Servik, Ca. Paru
Pasien yang menolak dilakukan pembedahan dapat dipertimbangkan
radioterapi
2. Terapi adjuvant (tambahan)
Tambahan untuk operasi
Radiasi pra bedah : pada tumor yang operabilitasnya diragukan dan tumor
yang sangat besar dan sukar operasinya.
Tujuannya :
Mengecilkan masa tumor dan mengurangi jumlah sel tumor
Mengurangi penyebaran sel-sel tumor ke luka eksisi operasi dan ke
dalam aliran darah.
Radiasi pasca bedah : pembersihan tumor secara bedah yang tidak
komplit dan tidak dilakukan radiasi pra bedah. Lapangan penyinaran
harus mencakup lokasi tumor termasuk tepi yang masih mengandung
tumor secara mikroskopik, drainage kelenjar, tempat yang
dipertimbangkan resiko penyebaran. Dapat diberikan setelah luka
operasi menyembuh, yaitu 1-2 minggu setelah operasi. Dari beberapa
penelitian radiasi post operatif menggunakan dosis bervariasi antara
40-60 Gy.
14
Tambahan pada kemoterapi
Contoh seperti adanya metastase pada tulang. Pada terapi kombinasi
dimana kemoterapi untuk penyebaran kanker, radioterapi untuk lesi
lokalnya.
Tambahan pada imunoterapi
Pada immunoglobulin yang diberi tambahan radioisotop atau
kemoterapi yang akan mencari sel kanker itu dimanapun letaknya yang
disebut magic bullet.
DOSIS KURATIF RADIASI
20-30 Gy Seminoma, dysgerminoma, Acut Lymphostic Leukemia
30-40 Gy Seminoma (bulky), Wilms tumor, Neuroblastoma
40-50 Gy Hodkin’s Diseases, Lymphosarcoma, Seminoma, Histiocytic cell
sarcoma, Basal and squamous cell
50-60 Gy Lymph nodes, metastatic (NO,N1),squamous cell carsinoma,
cervix cancer, Head and neck cancer, Embryonal cancer, Breast
cancer, Ovarian cancer, Medulloblastoma, retinoblastoma,
Ewings tumor, Dysgerminomas
60-65 Gy Larynx (<1cm), Breast cancer, Lumpectomy
70-75 Gy Oral Cavity (<2cm,2-4cm), Oro-Naso-Laringo-Pharyngeal
Cancers, Bladders cancer, Cervix cancer, uterine fundal cancer,
Ovarian cancer, Lymph nodes metastatic (1-3cm), Lung cancer
(<3cm)
≥ 80 Gy Head and Neck cancer (>4cm), Breast cancer (>5cm),
Glioblastoma, Osteogenic sarcoma, Melanomas, Soft tissue
sarcomas, Thyroid cancer, Lymph nodes metastatic (>6cm)
EFEK SAMPING RADIASI
Efek radiasi pada manusia sangat bervariasi tergantung dari berbagai struktur
tubuh manusia, dosis, kualitas radiasi, striktur jaringan dan reaksi individu :
Efek samping dini :
15
Dermatitis
Mukositis
Erosi-ulkus
Mual-muntah
Anoreksia
Depersi sum-sum tulang
Efek samping lambat :
Kontraktur
Perdarahan usus
Paralisis darah
Gangguan pertumbuhan
Efek samping lokal :
Organ Acute Changes Chronic Changes
16
Skin Erythema, wet dry desquamation Telengiectasis,ulseration,fibrosis
subcutaneus
GI tract Nausea,diarrhea,edema,ulceratio
n
Stricture,ulceration,perforation,hematochezi
a
Kidney Nephrophaty, renal insuficiency
Bladder Dysuria Hematuria,ulceration,perforation
Gonads Sterility Atrophy,ovarian failure
Hematopoieti
c tissue
Lymphopenia neutropenia,
thrombocytopenia
Pancytopenia
Bone Epiphyseal Growth arrest Necrosis
Lung Pneumonitis Pulmonary fibrosis
Heart Pericarditis, vascular damage
Upper
aerodigastive
tract
Mucositis,xerostomia, anosmia Xerostomia, dental caries
Eye Conjunctivitis Cataract,keratitis,opticnerve atrophy
Nervous
System
Cerebral edema Necrosis,myelitis
DAFTAR PUSTAKA
1. Susworo R. Radioterapi (dasar-dasar radioterapi dan tata laksana
radioterapi penyakit kanker). Jakarta. Universitas Indonesia-Press. 2007
2. Lawrence TS et all. Principles of Radiation Oncology, in De Vita V.T. Jr.
Hellman S, Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol
1. 8thed, Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
3. Desen W, Japaries W. OnkologiKlinis, Edisi 2. Jakarta. Balai penerbit FK-UI.
2008
4. Brunicardi FC, editor .Schwartz’s principle of surgery 9thed. Oncology.New York
The McGraw-Hill Companies;2010
17
5. Perez CA, Brady LW, Principles and Practice of Radiation Oncology, 3 th
edition, Philladelphia, JB Lippincot Co., 1999.
18