28

Click here to load reader

Quantum Teaching

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Quantum Teaching

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,

pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam

berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995).

Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu

kurang memuaskan berbagai pihak (yang berkepentingan – stakeholder). Hal tersebut

setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan kebutuhan dan

aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan proses/hasil kerja lembaga

pendidikan atau melaju lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran

sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan

kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan

kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran membuat

paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai

atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang

hasil pengajaran dan pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma,

falsafah, dan metodologi pengajaran dan pembelajaran.

Dengan demikian, diharapkan mutu dan hasil pembelajaran dapat makin baik

dan meningkat. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil

pembelajaran – di samping juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran

dengan pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di pelbagai bidang – falsafah

dan metodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan

dikembangkan oleh berbagai kalangan khususnya kalangan pendidikan-pengajaran-

pembelajaran. Oleh karena itu, falsafah dan metodologi pembelajaran silih berganti

dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalam proses pembelajaran dan

pengajaran. Lebih-lebih dalam dunia yang lepas kendali atau berlari tunggang-langgang

(runway world – istilah Anthony Giddens) sekarang, falsafah dan metodologi

pembelajaran sangat cepat berubah dan berganti, bahkan bermunculan secara serempak;

satu falsafah dan metodologi pembelajaran dengan cepat dirasakan usang dan

ditinggalkan, kemudian diganti (dengan cepat pula) dengan dan dimunculkan satu

1

Page 2: Quantum Teaching

falsafah dan metodologi pembelajaran yang lain, malahan sering diumumkan atau

dipopulerkan secara serentak beberapa falsafah dan metodologi pembelajaran.

Tidak mengherankan, dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah

berkelebatan (muncul, populer, surut, tenggelam) berbagai falsafah dan metodologi

pembelajaran yang dipandang baru-mutakhir meskipun akar-akar atau sumber-sumber

pandangannya sebenarnya sudah ada sebelumnya, malah jauh sebelumnya. Beberapa di

antaranya (yang banyak dibicarakan, didiskusikan, dan dicobakan oleh pelbagai

kalangan pembelajaran dan sekolah) dapat dikemukakan di sini, yaitu pembelajaran

konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif,

pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning, CTL), pembelajaran

berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem

based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan Quantum Teaching (quantum

learning).

Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, falsafah

dan metodologi Quantum Teaching yang disebut terakhir tampak relatif lebih populer

dan lebih banyak disambut gembira oleh pelbagai kalangan di Indonesia di samping

berkat upaya popularisasi yang dilakukan oleh perbagai pihak melalui seminar,

pelatihan, dan penerapan tentangnya. Walaupun demikian, masih banyak pihak yang

mengenali Quantum Teaching secara terbatas – terutama terbatas pada bangun

(konstruks) utamanya. Segi-segi kesejarahan, akar pandangan, dan keterbatasannya

belum banyak dibahas orang. Ini berakibat belum dikenalinya Quantum Teaching secara

utuh dan lengkap.

Sejalan dengan itu, makalah ini mencoba memaparkan tentang Quantum

Teaching secara relatif utuh dan lengkap agar kita dapat mengenalinya lebih baik dan

mampu menempatkannya secara proporsional di antara pelbagai falsafah dan

metodologi pembelajaran lainnya – yang sekarang juga berkembang dan populer di

Indonesia.

2

Page 3: Quantum Teaching

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Quantum Teaching

Tokoh utama di balik Quantum Teaching adalah Bobbi DePorter, seorang ibu

rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah

semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis,

pencetus, dan pengembang utama Quantum Teaching.

Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan

Quantum Teaching di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak

Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCamp sendiri

didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan

perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembangan potensi diri manusia. Pada

tahap awal perkembangannya, Quantum Teaching terutama dimaksudkan untuk

membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau

ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk

mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas.

Demikianlah, metode Quantum Teaching merambah berbagai tempat dan bidang

kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan

bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini

menunjukkan bahwa sebenarnya Quantum Teaching merupakan falsafah dan

metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi

pengajaran di sekolah.

Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam

buku Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau

diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah).

B. Akar-akar Landasan Quantum Teaching

Meskipun dinamakan Quantum Teaching, falsafah dan metodologi Quantum

Teaching tidaklah diturunkan atau ditransformasikan secara langsung dari fisika

kuantum yang sekarang sedang berkembang pesat. Tidak pula ditransformasikan dari

3

Page 4: Quantum Teaching

prinsip-prinsip dan pandangan-pandangan utama fisika kuantum yang dikemukakan

oleh Albert Einstein, seorang tokoh terdepan fisika kuantum.

Jika ditelaah atau dibandingkan secara cermat, istilah kuantum [quantum] yang

melekat pada istilah pembelajaran [learning] ternyata tampak berbeda dengan konsep

kuantum dalam fisika kuantum. Walaupun demikian, serba sedikit tampak juga

kemiripannya. Kemiripannya terutama terlihat dalam konsep kuantum. Dalam fisika

kuantum, istilah kuantum memang diberi konsep perubahan energi menjadi cahaya

selain diyakini adanya ketakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Sementara itu,

dalam pandangan DePorter, istilah kuantum bermakna “interaksi-interaksi yang

mengubah energi menjadi cahaya” dan istilah Quantum Teaching bermakna “interaksi-

teraksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”.

Di samping itu, dalam Quantum Teaching diyakini juga adanya keberagaman dan

intedeterminisme. Konsep dan keyakinan ini lebih merupakan analogi rumus Teori

Relativitas Einstein, bukan transformasi rumus Teori Relativitas Einstein.

Hal ini makin tampak bila disimak pernyataan DePorter bahwa “Rumus yang

terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan

energi. Mungkin Anda sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E=mc2.

Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih

sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi

cahaya” (1999:16). Jelaslah di sini bahwa prinsip-prinsip Quantum Teaching bukan

penurunan, adaptasi, modifikasi atau transformasi prinsip-prinsip fisika kuantum,

melainkan hanya sebuah analogi prinsip relativitas Einstein, bahkan analogi

term/konsep saja. Jadi, akar landasan Quantum Teaching bukan fisika kuantum.

Quantum Teaching sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai

teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik

yang jauh sebelumnya sudah ada. Di samping itu, ditambah dengan pandangan-

pandangan pribadi dan temuan-temuan empiris yang diperoleh DePorter ketika

mengembangkan konstruk awal Quantum Teaching. Hal ini diakui sendiri oleh

DePorter. Dalam Quantum Learning (1999:16) dia mengatakan sebagai berikut.

Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepartan belajar,

dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk di antaranya

konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:

4

Page 5: Quantum Teaching

·         Teori otak kanan/kiri

·         Teori otak triune (3 in 1)

·         Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)

·         Teori kecerdasan ganda

·         Pendidikan holistik (menyeluruh)

·         Belajar berdasarkan pengalaman

·         Belajar dengan symbol

·         Simulasi/permainan

Sementara itu, dalam Quantum Teaching (2000:4) dikatakannya sebagai berikut.

Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan

dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi SuperCamp. Diciptakan berdasarkan teori-

teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelegences

(Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experiential

Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan

Element of Effective Instruction (Hunter).

Dua kutipan tersebut dengan gamblang menunjukkan bahwa ada bermacam-

macam akar pandangan dan pikiran yang menjadi landasan Quantum Teaching.

Berbagai akar pandangan dan pikiran itu diramu, bahkan disatukan dalam sebuah model

teoretis yang padu dan utuh hingga tidak tampak lagi asalnya – pada gilirannya model

teoritis tersebut diujicobakan secara sistemis sampai ditemukan bukti-bukti empirisnya.

C. Pengertian Quantum Teaching

Hakikat Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang menerapkan

Quantum Learning. Acapkali dikatakan bahwa Quantum Leraning dimutakhirkan

menjadi Quantum Teaching. Membicarakan Quantum Teaching sama dengan

membicarakan Quantum Learning.

Quantum Learning adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan

bermain, antara rangsangan internal dan eksternal. Quantum merupakan kiat, petunjuk,

strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya

ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan

kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter

5

Page 6: Quantum Teaching

mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para

siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan

realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya

Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang

disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan

pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti

positif atau negatif.

Selanjutnya Porter dkk, mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-

interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan

energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus

klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang

“secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak

mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”

Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di

dalam dan di sekitar situasi belajar . Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar

efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat

alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi

orang lain. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses

belajar guru lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, pada mata

pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan metode Quantum Teaching, guru akan

menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang

akan melejitkan prestasi siswa. Selain itu guru juga akan mencintai dan lebih berhasil

dalam memberikan materi.

       Quantum Teaching dapat memaksimalkan usaha pengajaran guru melalui

perkembangan hubungan, penggubahan belajar dan penyampaian kurikulum serta

menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Quantum Teaching merupakan sebuah

program yang mengizinkan pendidik untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran

para siswa di kelas.

6

Page 7: Quantum Teaching

D. Perbedaan Quantum Learning dan Quantum Teaching

Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran

yang sama-sama dikemas Boby DePorter yang diilhami dari konsep sugestopedia, dan

belajar melalui berbuat.

Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di

kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.

Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan,

Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap

fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan

berkesan. Pola Quantum learning terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa

Manfaatnya Bagiku.

Quantum Teaching merupakan konsep yang diturunkan dari Quantum Learning

yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Dari konsep

Quantum Learning yang akan diterapkan dalam dunia bisnis, maka dibuatlah Quantum

Bisnis, begitu pula konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam interaksi

belajar mengajar, maka dirancanglah konsep Quantum Teaching.

Quantum Teaching merupakan sebuah strategi untuk mempraktekkan Quantum

learning di ruang-ruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk, dan seluruh

proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat,

membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Jadi,

Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa

atau masyarakat umum sebagai pembelajar.

E. Karakteristik Umum Quantum Teaching

Quantum Teaching memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan

menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok

Quantum Teaching sebagai berikut.

a. Quantum Teaching berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum

meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.

b. Quantum Teaching lebih bersifat humanistis.

7

Page 8: Quantum Teaching

c. Quantum Teaching lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris,

behavioristis, dan atau maturasionistis.

d. Bahwa Quantum Teaching tidak memisahkan dan tidak membedakan antara res

cogitans dan res extenza, antara apa yang di dalam dan apa yang di luar.

e. Quantum Teaching memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan

bermakna, bukan sekadar transaksi makna.

f. kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf

keberhasilan tinggi.

g. Quantum Teaching sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses

pembelajaran.

h. Quantum Teaching sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses

pembelajaran.

i. Quantum Teaching memiliki model yang memadukan konteks dan isi

pembelajaran.

j. kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis,

keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.

k. Quantum Teaching menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting

proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran

kurang bermakna.

l. Quantum Teaching mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan

keseragaman dan ketertiban.

m. Quantum Teaching mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses

pembelajaran.

F. Prinsip-prinsip Utama

Prinsip dapat berarti (1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal

dan (2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental. Quantum Teaching juga

dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan atau doktrin fundamental mengenai

dengan pembelajaran dan pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga macam prinsip utama

yang membangun sosok Quantum Teaching. Ketiga prinsip utama yang dimaksud

sebagai berikut.

8

Page 9: Quantum Teaching

a. Prinsip utama Quantum Teaching berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke

dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia

Mereka (Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan

kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama

tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai

langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun

jembatan otentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat

memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik

tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik dalam

bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan

ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik pembelajar

maupun pembelajar akan memperoleh pemahaman baru. Di samping berarti dunia

pembelajar diperluas, hal ini juga berarti dunia pengajar diperluas. Di sinilah Dunia Kita

menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia

selaku pembelajar.

b. Dalam Quantum Teaching juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan

permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini

memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip

dasar Quantum Teaching. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini.

1. Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara Dalam Quantum Teaching, segala

sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar,

penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar

sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang

pembelajaran.

2. Ketahuilah bahwa Segalanya Betujuan. Semua yang terjadi dalam proses

pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang

tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa

kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.

3. Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan. Proses pembelajaran

paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka

memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena

9

Page 10: Quantum Teaching

otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang

selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.

4. Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran. Pembelajaran atau

belajar selalu mengandung risiko besar. Dikatakan demikian karena

pembelajaran berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di

samping berarti membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar

melakukan langkah keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas

kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat

kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.

5. Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan

c. Dalam Quantum Teaching juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak

bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai

pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang

sebagai jantung fondasi Quantum Teaching. Ada delapan prinsip keunggulan – yang

juga disebut delapan kunci keunggulan – yang diyakini dalam Quantum Teaching.

Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut.

1. Terapkanlah Hidup dalam Integritas dalam pembelajaran, bersikaplah apa

adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita

menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada gilirannya

mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain, integritas dapat membuka pintu jalan

menuju prestasi puncak.

2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan dalam pembelajaran, kita

harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat

memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut

sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus

menerus dan diberi hukuman karena kegagalan merupakan tanda bahwa

seseorang telah belajar. Berbicaralah dengan Niat Baik Dalam pembelajaran,

perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung

jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik berbicara dapat

meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar pembelajar.

10

Page 11: Quantum Teaching

3. Tegaskanlah Komitmen Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar

harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.

Untuk itu, mereka perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di

sinilah perlu dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang

memang harus saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.

4. Jadilah Pemilik Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa

tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan

bermutu. Karena itu, pengajar dan pembelajar harus bertanggung jawab atas apa

yang menjadi tugas mereka. Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat

diandalkan, seseorang yang bertanggung jawab.

5. Tetaplah Lentur Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk

mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Pembelajar, lebih-lebih pengajar, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan

suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana

diperlukan. Misalnya, di kelas guru dapat saja mengubah rencana pembelajaran

bilamana diperlukan demi keberhasilan siswa-siswanya; jangan mati-matian

mempertahankan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

6. Pertahankanlah Keseimbangan Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh,

emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil

pembelajaran efektif dan optimal. Tetap dalam keseimbangan merupakan proses

berjalan yang membutuhkan penyesuaian terus-menerus sehingga diperlukan

sikap dan tindakan cermat dari pembelajar dan pengajar.

G. Kerangka Belajar Mengajar dalam Quantum Teaching

           Menurut Dobbi Deporter, kerangka belajar mengajar dalam Quantum Teaching

adalah sebagai berikut:

a. Tumbuhkan:  Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu siswa

dalam bentuk Apakah Manfaatnya BAgiKu (AMBAK). Tumbuhkan suasana yang

menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa,

masukkan ke alam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran

Anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu

kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan.

11

Page 12: Quantum Teaching

b. Alami: Ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.

Guru harus mengetahui cara terbaik agar siswa memahami informasinya, misal dalam

pembelajaran fisika, siswa diberi percobaan berjudul membuat es puter tanpa freezer.

Percobaan itu bertujuan menjelaskan konsep titik lebur es pada materi suhu dan kalor.

Alat dan bahannya mudah didapatkan. Misalnya, kaleng besar bekas biskuit, baskom, es

batu, garam dapur, dan bahan es puter (gula, susu, santan, serta essen perasa).

     Dengan petunjuk kerja dan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk membimbing,

para siswa menemukan dan membuktikan konsep mengenai titik lebur es. Mereka

akhirnya akan berpikir untuk membekukan es puter tersebut tanpa menggunakan

freezer. Untuk membekukan es puter, diperlukan air bersuhu di bawah 0 derajat celcius

yang diperoleh dari es batu yang diberi garam. Artinya, siswa akan paham, dengan

adanya pemberian garam (untuk membekukan es puter), titik lebur es akan berubah dari

0 derajat menjadi di bawah 0 derajat. Mereka jadi paham titik lebur es dipengaruhi oleh

kemurnian zat.

c. Namai: Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu,

mereka kita ajak untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh,

apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk

menempelkan nama-nama tersebut di dinding kamar tidurnya.

d. Demonstrasi: siswa mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka

untuk mendemonstrasikan kemampuannya, karena siswa akan mampu mengingat 90 %

jika siswa itu mendengar, melihat dan melakukan. Melalui pengalaman belajar siswa

akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan informasi yang

cukup.

e. Ulangi: Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu

bahwa aku tahu hari ini ”. Pengulangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan

konsep multi kecerdasan.

f. Rayakan: Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil

mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Sudah selayaknya jika siswa

sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik untuk dirayakan lewat :

bertepuk tangan atau bernyanyi bersama-sama.

12

Page 13: Quantum Teaching

Dari kerangka belajar mengajar dalam Quantum Teaching tersebut, ada empat ciri

sebagai berikut :

a. Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran. Hal ini terlihat bahwa dalam

Quantum Teaching terdapat unsur kesempatan yang luas kepada seluruh siswa

untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu

mata pelajaran.

b. Sebagai akibat dari ciri yang pertama, maka memungkinkan tergali dan

terekspresikan seluruh potensi dan bakat yang terdapat pada diri si anak.

c. Adanya kepuasan pada diri si anak. Hal ini terlihat dari adanya pengakuan

terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh si anak, sehingga

secara proporsional.

d. Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu ketrampilan yang

diajarkan. Hal ini terlihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah

dikuasai si anak.

e. Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang

dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep, teori, model, dan sebagainya pada

situasi baru.

H. Kunci Keunggulan

Kunci kesuksesan dengan menggunakan model Quantum Teaching adalah

sebagai berikut:

a. Integritas: Bersikaplah jujur, tulus, dan menyeluruh. Selaraskan nilai-nilai

dengan perilaku Anda

b. Kegagalan awal kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan

informasi yang Anda butuhkan untuk sukses

c. Bicaralah dengan niatan baik: Berbicaralah dengan pengertian positif, dan

bertanggung jawablah untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus. Hindari gosip.

d. Komitmen: Penuhi janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa yang

diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

e. Tanggung jawab: Bertanggungjawablah atas tindakan Anda.

f. Sikap Fleksibel: Bersikaplah terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru

yang dapat membantu Anda memperoleh hasil yang diinginkan.

13

Page 14: Quantum Teaching

g. Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa Anda. Sisihkan waktu

untuk membangun dan memelihara bidang-bidang ini.

I. Komunikasi Dalam Quantum Teaching

Dalam Quantum Teaching dikenal beberapa cara berkomunikasi yang baik,

antara lain sebagai berikut :

a. Antusias : menampilkan semangat untuk hidup, angkat optisme

b. Berwibawa : menggerakkan orang, kuci keteladan

c. Optimis : melihat peluang dalam saat ini dan yang akan datang

d. Look Friendly, Sound Friendly and Feel Friendly: mudah menjalin hubungan

dengan beragam peserta didik

e. Citarasa humor : selalu dalam suasana segar

f. Sarwa cara : menemukan lebih dari satu untuk mencapai hasil

g. Menerima : mencari di balik tindakan dan penampilan luar untuk menemukan

nilai-nilai inti

h. Mampu komunikasi : berkomunikasi dengan jelas, ringkas, dan jujur

i. Ikhlas : memiliki niat dan motivasi positif

j. Spontan : dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil

k. Menarik dan tertarik : mengaitkan setiap informasi dengan pengalaman hidup

peserta didik dan peduli akan diri peserta didik

l. Menganggap peserta didik “mampu” : percaya akan keberhasilan peserta didik

m. Memicu dan memacu harapan tinggi: membuat pedoman kualitas hubungan dan

kualitas kerja yang memacu dan memicu setiap peserta didik untuk berusaha

sebaik mungkin

J. Pandangan Quantum Teaching Tentang Pembelajaran dan Pembelajar

Selain memiliki karakteristik umum dan prinsip-prinsip utama seperti

dikemukakan di atas, Quantum Teaching memiliki pandangan tertentu tentang

pembelajaran dan pembelajar. Beberapa pandangan mengenai pembelajaran dan

pembelajar yang dimaksud dapat dikemukakan secara ringkas berikut.

a. Pembelajaran berlangsung secara aktif karena pembelajar itu aktif dan kreatif.

Bukti keaktifan dan kekreatifan itu dapat ditemukan dalam peranan dan fungsi

14

Page 15: Quantum Teaching

otak kanan dan otak kiri pembelajar. Pembelajaran pasif mengingkari kenyataan

bahwa pembelajar itu aktif dan kreatif, mengingkari peranan dan fungsi otak

kanan dan otak kiri.

b. Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila didasarkan pada karakteristik

gaya belajar pembelajar sehingga penting sekali pemahaman atas gaya belajar

pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga gaya belajar yang harus diperhitungkan

dalam proses pembelajaran, yaitu gaya auditoris, gaya visual, dan gaya

kinestetis.

c. Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila tercipta atau terdapat suasana

nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan sehingga

kenyamanan, kesenangan, kerileksan, dan kegairahan dalam pembelajaran perlu

diciptakan dan dipelihara. Pembelajar dapat mencapai hasil optimal bila berada

dalam suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan. Untuk

itu, baik lingkungan fisikal, lingkungan mental, dan suasana harus dirancang

sedemikian rupa agar membangkitkan kesan nyaman, rileks, menyenangkan,

sehat, dan menggairahkan.

d. Pembelajaran melibatkan lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran

atau potensi diri pembelajar secara serempak. Oleh karena itu, penciptaan dan

pemeliharaan lingkungan yang tepat sangat penting bagi tercapainya proses

pembelajaran yang efektif dan optimal. Dalam konteks inilah perlu dipelihara

suasana positif, aman, suportif, santai, dan menyenangkan; lingkungan belajar

yang nyaman, membangkitkan semangat, dan bernuansa musikal; dan

lingkungan fisik yang partisipatif, saling menolong, mengandung permainan,

dan sejenisnya.

e. Pembelajaran terutama pengajaran membutuhkan keserasian konteks dan isi.

Segala konteks pembelajaran perlu dikembangkan secara serasi dengan isi

pembelajaran. Untuk itulah harus diciptakan dan dipelihara suasana yang

memberdayakan atau menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan fisikal-

mental yang mendukung, dan rancangan pembelajaran yang dinamis. Selain itu,

perlu juga diciptakan dan dipelihara penyajian yang prima, pemfasilitasan yang

lentur, keterampilan belajar yang merangsang untuk belajar, dan keterampilan

hidup yang suportif.

15

Page 16: Quantum Teaching

f. Pembelajaran berlangsung optimal bilamana ada keragaman dan kebebasan

karena pada dasarnya pembelajar amat beragam dan memerlukan kebebasan.

Karena itu, keragaman dan kebebasan perlu diakui, dihargai, dan diakomodasi

dalam proses pembelajaran. Keseragaman dan ketertiban (dalam arti kekakuan)

harus dihindari karena mereduksi dan menyederhanakan potensi dan

karakteristik pembelajar. Potensi dan karakteristik pembelajar sangat beragam

yang memerlukan suasana bebas untuk aktualisasi atau artikulasi.

16

Page 17: Quantum Teaching

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa Quantum Teaching

merupakan sebuah falsafah dan metodologi pembelajaran yang umum yang dapat

diterapkan baik di dalam lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkungan

perusahanan, maupun di dalam lingkungan sekolah (pengajaran). Secara konseptual,

falsafah dan metodologi Quantum Teaching membawa angin segar bagi dunia

pembelajaran di Indonesia sebab karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-

pandangannya jauh lebih menyegarkan daripada falsafah dan metodologi pembelajaran

yang sudah ada (yang dominan watak behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).

Meskipun demikian, secara nyata, keterandalan dan kebaikan falsafah dan metodologi

Quantum Teaching ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih

kemungkinan penerapannya dalam lingkungan Indonesia baik lingkungan rumah,

lingkungan perusahaan, lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah (baca:

pengajaran). Khusus penerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola

berpikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan struktur

organisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahan tersebut dapat

dilakukan niscaya Quantum Teaching dapat dilaksanakan dengan hasil yang optimal.

17

Page 18: Quantum Teaching

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.

DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching:

Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit

KAIFA.

http : // kihariyadi.jogja.com/2005/05/25/metode-quantum-teaching.html (diakses 12

Oktober 2012)

http : // psychemate. blogspot.com/2007/12/quantum.teaching.html. (diakses 12

Oktober 12)

http : // roebyarto. multiply. com/ journal/ item/15.html (diakses 12 Oktober 12)

http://www.sarjanaku.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teaching-serta.html

(diakses 12 Oktober 12)

18