punya kiki

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu orang lain. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4) Pengetahuan (knowlage) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindera yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu sehinga dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007) Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seeorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut (Itiari, 2000) 2. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Cara Tradisional atau Nonilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : 1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan satu kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali kemungkinan ketiga, keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut metode trial and error. 2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan didapat dari pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otorias atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otorotas pemimpin agama, maupun ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk Universitas Sumatera Utara memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula mengunakan cara tersebut. 4) Melalui Jalan Pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikirannya. b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modrn dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut Metode Penelitian Ilmiah (Notoatmodjo, 2005) 3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : a. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretsikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadapobjek yang dipelajari. c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. d. Analisis

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dilakukan berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakkan dengan wawancara atau angket (kuisioner) yang menanyakan tentang materi yang ingi diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin diukur atau diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2007)

B. Matode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi Paskamelahirkan 1. Defenisi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas (prawirohardjo, 2005, hlm 904). Kontrasepsi paskamelahirkan adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan setelah melahirkan. Banyak kontrasepsi yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode amenorea laktasi. Metode amenorea laktasi adalah suatu teknik kontrasepsi alamiah yang didasarkan pada ibu memberikan ASI eksklusif yang akan menyebabkan tidak mendapatnya menstruasi (Erlina, 2008, kontrasepsi the lactatation amenorrhea method (LAM), 2, http://www.infoibu.com, diperoleh tanggal 20 Oktober 2008) Menurut buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI). Universitas Sumatera Utara Metode amenorea laktasi dapat digunakan sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh, belum mendapatkan haid dan umur bayi kurang dari 6 bulan. Setelah 6 bulan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lain (Saifudin, 2005). 2. Cara Kerja Metode Amenorea Laktasi

Metode amenorea laktasi ini menekan terjadinya ovulasi, sehingga tidak terjadi menstruasi. Penelitian menyatakan bahwa wanita yang memberikan bayinya ASI secara eksklusif dan belum mendapatkan menstruasinya, maka biasanya tidak akan mengalami kehamilan selama 6 bulan setelah melahirkan (Saifudin, 2005). Kontrasepsi laktasi meningkat sebagai respon terhadap stimulus pengisapan berulang pada waktu menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang cukup, kadar prolaktin akan tetap tinggi (Speroff, 2003, hlm 292) Hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI turut mengurangi kadar hormon LH yang diperlukan untuk memelihara dan melangsungkan siklus haid. Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitif terhadap perangsangan gonadotropin, sehingga mengakibatkan timbulnya inaktivitas ovarium, kadar estrogen yang rendah dan anovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mlai pulih kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang singkat dan fertilitas yang menurun.

Sehingga gambaran dari keadaan 3 minggu pertama postpartum adalah gambaran dari inaktivitas poros hypophysis-hipotalamus-ovarium yang akan bertambah lama oleh laktasi dibawah pengaruh sekresi prolaktin (Hartanto, 2004, hlm 327) Kontrasepsi prolaktin ini mengesankan karena bekerja baik pada pusat maupun pada ovarium untuk menyebabkan amenorea laktasi dan anovulasi. Meskipun demikian, efek langsung prolaktin terhadap perkembangan folikel ovarium tampaknya bukanlah hal yang utama, namun yang mendominasi adalah kerja pusat otak ( Speroff, 2003) 3. Efektifitas Metode Amenorea Laktasi

Laktasi dapat diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi. Kebanyakan ibu-ibu yang sedang menyusui tidak akan mengalami ovulasi untuk waktu 4 sampai 24 bulan setelah melahirkan, sedangkan ibu-ibu yang tidak menyusi dapat mengalami ovulasi mulai dari 1 sampai 2 bulan setelah melairkan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa laktasi dapat memberikan perlindungan yang bermakna terhadap kehamilan. Faktor-faktor yang dapat menjelaskan efektivitas kontrasepsi yang lebih besar dari laktasi antara lain : a. Kurangnya pemberian makanan dan minuman tambahan. b. Masa laktasi yang lebih lama. c. Lebih sering menyusui berdasarkan tuntutan bayinya. d. Menyusui sepanjang hari.

Bayi yang mengisap ASI sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24 jam, lama menyusu lebih dari 60 menit per 24 jam dan menysusu pada malam hari, merupakan faktor-faktor penting dalam menunda ovulasi (Hartanto, 2004, hlm 328). Efektifitas kontrasepsi laktasi, juga bergantung pada tingkat nutrisi ibu, intensitas pengisapan, dan seberapa jauh makanan tambahan diberikan kepada diet bayi (Speroff, 2003, hlm 292) 4. Keuntungan Metode Amenorea Laktasi a. Keuntungan Kontrasepsi 1) Efektivitas tinggi, keberhasilan 98 % pada enam bulan pertama paskamelahirkan. 2) Tidak mengganggu senggama. 3) Tidak ada efek samping secara sistemik. 4) Tidak perlu pengawasan medis.

5) Tidak memerlukan obat atau alat. 6) Tanpa biaya (Saifudin, 2005, hlm Mk 1).

b. Keuntungan Nonkontrasepsi 1) Untuk Bayi a) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI). b) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal. c) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai (Saifudin, 2005, hlm Mk 2). d) Menurunkan insiden otitis media, dental maloklusi, dan ada kemungkinan menurunkan insiden ISPA.

e) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi (Depkes RI, 2001)

2) Untuk Ibu a) Mengurangi perdarahan paskapersalinan dan mempercepat prose involusi uterus, yang disebabkan pelepasan oksitosin dari kelenjar hypophysis pars posterior oleh rangsangan isapan bayi, yang selanjutnya menyebabkan timbulnya kontraksi uterus dan uterus kembali ke ukuran normal. b) Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi (Saifuddin, 2005, hlm MK 2)

5. Keterbatasan Metode Amenorea Laktasi

Laktasi dapat diandalkan sebagai suatu metode kontrasepsi sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi, namun sampai sekarang masih sukar sekali menentukan kapan ovulasi akan kembali (Hartanto, 2004) Perlunya persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui 30 menit paskapersalinan dan pelaksanaan yang sulit dikarenakan kondisi sosial, juga merupakan keterbatasan dari metode amenorea laktasi. Selain itu keefektifitasan hanya sampai kembalinya haid atau sampai 6 bulan, dan tidak melindungi ibu dari penyakit menular seksual seperti hepatitis B, dan HIV. Untuk wanita

pekerja yang terpisah dari bayinya lebih lama dari 6 jam juga tidak dapat menggunakan metode ini. Untuk ibu yang memerah ASI nya dan memberikan ASI nya lewat botol susu / dot, tidak dapat menggunakan metode amenorea laktasi ini. Karena bayi tidak mengisap susu ibu langsung pada putting susu ibu, melainkan dari botol susu/dot. Sementara isapan bayi pada putting susu ibu sangat berpengaruh terhadap pengeluaran hormon prolaktin yang dapat mencegah terjadinya ovulasi (Saifudin, 2005)

undefined Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) Didesa Diposkan oleh admin ABSTRAK Program keluarga Berencana ( KB ) sebagai pilar pertama yang mendukung upaya mempercepat penurunan AKI perlu mempertajam sasaran kehamilan yang masuk dalam kategori 4T dan kehamilan yang tidak diinginkan dapt ditekan. Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.Metode ini dilakukan dalam tiga uji klinik.Yang pertama oleh Perez,Kazi,dkk,1995 dan Ramos di Philipina 1996.Menyatakan bahwa rasio kehamilan setiap 100 wanita dalam jangka waktu 6 bulan penggunaan metode tersebut adalah 0,58 diPakistan dan 0,97 di Philipina. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu primipara tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) berdasarkan pengetahuan, umur, pendidikan, dan pekerjaan. Penelitian ini dilakukan di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X-B dengan jumlah responden 35 orang dan seluruhnya dijadikan sample penelitian.Metode yang digunakan bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari ibu primipara melalui kuisioner di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X B. Dari hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi pengetahuan bahwa mayoritas pengetahuan cukup 19 responden ( 54,2 % ) dan minoritas pengetahuan kurang 2 responden ( 5,8 % ).Distribusi frekuensi berdasarkan umur mayoritas berumur 20 25 tahun 9 responden ( 47,3 % ) dan minoritas berumur 20 25 tahun 1 responden ( 50 % ) dan berumur 26-30 tahun 1 responden ( 50% ). Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan mayoritas pendidikan SLTP 11 responden ( 57,9 % ) dan minoritas pendidikan SD 1 responden ( 7,1 % ). Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan mayoritas IRT 15 responden ( 78,9 % ) dan minoritas karyawan 1 responden ( 7,1 % ), Staff pegawai 1 responden ( 7,1 % ) dan pabrik 1 responden ( 5,3 % ). Dengan demikian diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan peranannya dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya metode kontrasepsi ini. Kata kunci :Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) Daftar Pustaka :10 Referensi ( 2000 2009 ) BAB I PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang Menurut World Heald Orfganization (WHO) keefektifan Metode Amenorea Laktasi ini 98 % bagi ibu yang menyusui secara exklusif selama 6 bulan pertama pasca persalinan dan sebelum menstruasi setelah melahirkan. Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu ( ASI ) secara eksklusif,artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan dan minuman apapun lainnya( Prawirohardjo,2006 ). Pada dasarnya yang diambil oleh depkes untuk memperlancar penurunan AKI mengacuh pada intervensi strategi empat pilar Safe Mother Hood yaitu : Keluarga Berencana, Pelayanan Ante Natal

Care( ANC ),Persalinan yang aman, Pelayanan obstetri essential,Program Keluarga Berencana ( KB ),sebagai pilar pertama yang mendukung upaya mempercepat penurunan AKI perlu mempertajam sasaran kehamilan yang masuk kategori 4T dan kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan. Sehingga kehamilan yang sangat beresiko dapat dihindari dan terwujud sumber daya manusia ( SDM ) yang berkhualitas dari ibu yang merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilannya,melalui keikut sertaan keluarga sebagai aseptor KB secara rasional. Dalam mengatur jarak kehamilan yang terhindar dari 4T ( Terlalu muda,tua,sering,dan banyak ).Gerakan keluarga berencana Indonesia menawarkan berbagai macam metode kontrasepsi diantaranya : kondom,pil,IUD, dan kontrasepsi mantap dengan keuntungan dan kerugian serta efek samping masing masing yang dapat berpengaruh terhadap produksi air susu ibu menyusui menggunakan kontrasepsi tersebut. Padahal ada metode amenorea laktasi ( MAL ) yang alamiah dan dapat dipergunakan ibu selama menyusui selama 6 bulan pasca persalinan yang tidak mempengaruhi produksi asi. Keberhasilan metode amenorea laktasi ini juga didasari oleh keberhasilan ibu dalam menyusui secara eksklusif. Untuk itulah ibu menyusui harus diperlukan seorang ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang dasar dari pengetahuan menyusui secara eksklusif sehingga tercapai keefektifan MAL yang tinggi dan optimal. Penelitian yang paling cermat tentang MAL sebagai metode kontrasepsi telah dilakukan dalam tiga uji klinik. Yang pertama yang dilakukan oleh Perez seperti yang telah disebutkan diatas,Yang kedua yang dilakukan oleh Kazi dkk,1995 diPakistan dan yang ketiga dilakukan oleh Ramos di Philipina 1996. Mereka melaporkan bahwa rasio kehamilan tiap 100 wanita dalam jangka waktu 6 bulan penggunaan metode tersebut secara tepat adalah 0,58 diPakistan dan 0,97 diPhilipina( Nindya,Stepani 2001 ). Sejumlah study yang diLakukan diNegara Negara berkembang telah menguji Mal secara prospektif. Diantara wanita yang tetap amenorea selama 1 tahun ( Tanpa memandang apakah ia menyusui bayinya secara penuh atau tidak sama sekali ) Angka kehamilan adalah 1,12 %. Kemungkinan besar pada masyarakat yang biasa menyusui jangka panjang merupakan hal yang biasa. Aturan aturan MAL dapat diperluas melebihi 6 bulan pasca partum karena aktifitas ovarium mengalami penekanan jauh lebih lama ( Glasier,Anna 2006 ) Makin lama ibu menyusui bayinya,makin cenderung bahwa haid akan terjadi kembali selama masa menyusui tersebut, dan mekin cenderung timbul ovulasi yang mendahului haid pertama post partum tapi, makin sering bayi mengisap asi,makin lama kembalinya tertundanya haid ibu.Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa laktasi dapat memberikan perlindungan yang bermakna terhadap kahamilannya. Antara lain bahwa hanya 5 % dari ibu ibu yang menyusui menjadi hamil lagi dalam waktu 9 bulan setelah melahirkan dibandingkan dengan 75 % ibu ibu yang tidak menyusui ( Hartanto,Hanafi 2004 ). Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) diDusun VII dan Dusun VIII Desa X - B Kecamatan ....... Kabupaten ....... Tahun 2011.

1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakng diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana

Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) diDusun VII dan Dusun VIII Desa X- B Kecamatan Kabupaten Tahun 2011.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) di Dusun VII dan dusun VIII Desa X- B Kecamatan Kabupaten tahun 2011. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi gambaran pengetahuan ibu primipara tentang kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) di berdasarkan umur di Dusun VII dan Dusun VIII 2. Untuk mengetahui distribusi gambaran pengetahuan ibu primipara tentang kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) berdasarkan pendidikan di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X -B Kecamatan Kabupaten Tahun 2011. 3. Untuk mengetahui distribusi gambaran pengetahuan ibu primipara tentang kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) berdasarkan pekerjaan di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X- B Kecamatan Kabupaten Tahun 2011. 1.4.Ruang Lingkup Berdasarkan uaraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam karya Tulis Ilmiah dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Kontrasepsi metode Amenorea Laktasi ( MAL ) di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X- B Kecamatan Kabupaten Tahun 2011.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1.Bagi Desa Sebagai sumber informasi bagi kepala desa X B Kecamatan Kabupaten Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ). 1.5.2.Bagi Responden Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kesehatan bagi ibu primipara mengenai Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ). 1.5.3.Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan bacaan diperpustakaan Akademi Kebidanan Kabupaten 1.5.4.Bagi Peneliti Sebagai bahan masukan bagi peneliti mengenai kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) dalam meningkatkan kesehatan bagi ibu primipara.

Kontrasepsi Pasca Persalinan Mata Kuliah pelayanan KB Kebidanan Poltekkes Depkes Bandung KONTRASEPSI PASCAPERSALINAN

Jun 23, '09 12:26 AM for everyone

A.Pendahuluan Pada umumnya klien pascapersalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pascapersalinan. B.Klien Pascapersalinan Dianjurkan Memberi ASI esklusif kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berumur 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi. Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi. C.Infertilitas Pascapersalinan Pada klien pascapersalinan yang tidak menyusui,masa infertilitas rata-rata berlangsung sekitar 6 minggu. Pada klien pascapersalinan yang menyusui, masa infertilitas lebih lama. Namun, kembalinya kesuburan tidak dapat diperkirakan. D.Metode Amenore Laktasi (MAL) Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitas dapat mencapai 98%. Efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukip asupan perlaktasi. E.Saat Mulai Menggunakan Kontrasepsi Waktu mulai kontrasepsi pascapersalinan tergantung dari status menyusui. Metode yang langsung dapat digunakan adalah : 1.Spermisida 2.Kondom 3.Koitus interuptus F.Klien Menyusui Klien menyusui tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu pascapersalinan. Pada klien yang menggunakan MAL waktu tersebut dapat sampai 6 bulan. Gambar berikut menunjukkan waktu yang dianjurkan untuk mulai suatu metode kontrasepsi. Jika klien menginginkan metode selain MAL, perlu didiskusikan efek samping metode kontrasepsi tersebut terhadap laktasi dan kesehatan bayi. Sebagai contoh pil kombibasi dan suntikan kombinasi

merupakan pilihan terakhir. Pil kombinasi, meskipun dengan pil dosis rendah (30-35 g EE) akan mengurangi produksi ASI, dan secara teoritis akan berpengaruh terhadap pertumbuhan normal bayi 6-8 minggu pascapersalinan. Tunggulah 8-12 minggu pascapersalinan sebelum mulai pil kombinasi atau suntikan kombinasi. G.Klien Tidak Menyusui Klien tidak menyusui umumnya akan mendapat haid kembali dalam 4-6 minggu pascapersalinan. Kurang lebih 1/3nya berupa siklus ovulatoir. Oleh karena itu kontrasepsi harus mulai pada waktu atau sebelum hubungan seksual pertama pascapersalinan. Karena masalah pembekuan darah masih terdapat pada 2-3 minggu pascapersalinan, kontrasepsi kombinasi jangan dimulai sebelum 3 mingggu pascpersalinan. Sebaiknya kontrasepsi progestin dapat segera dimulai pascpersalinan karena metode ini tidak meningkatkan resiko masalah pembekuan darah. Metode MAL Mulai segera pascapersalinan. Efektivitas tinggi sampai 6 bulan pascapersalinan dan belum haid Manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi. Memberikan waktu untuk memilih metode kontrasepsi lain. Harus benar-benar ASI eksklusif. Efektivitas berkurang jika mulai suplementasi. Kontrasepsi kombinasi Jika menyusui : 1.Jangan dipakai sebelum 6-8 minggu pascapersalinan 2.Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu-6 bulan pasca persalinan Jika pakai MAL tunda sampai 6 bulan. Jika menyusui dapat dimulai 3 minggu pasca persalinan. Selama 6-8 minggu pascapersalinan, kontrasepsi kombinasi akan mengurangai ASI dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Selama 3 minggu pascapersalinan kontrasepsi kombinasi meningkatkan risiko masalah pembekuan darah. Jika klien tidak mendapat haid dan sudah berhubungan seksual, mulailah kontrasepsi kombinasi setelah yakin tidak ada kehamilan. Kontrasepsi kombinasi merupakan pilihan terakhir pada klien menyusui. Dapat diberikan pada klien dengan riwayat preeklampsi atau hipertensi dalam kehamilan. Sesudah 3 minggu pascapersalinan tidak meningktakan risiko pembekuan darah. Kontrasepsi progestin Sebelum 6 minggu pascapersalinan, klien menyusui jangan menggunakan kontrasepsi progestin. Jika menggunakan MAL, kontrasepsi progestin dapat ditunda sampai 6 bulan. Jika tidak menyusui, dapat segera dimulai. Jika tidak menyusui, lebih dari 6 minggu pascapersalinan, atau sudah dapat haid, kontrasepsi progestin dapat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan. Selama 6 minggu pertama

pascapersalinan, progestin mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Tidak ada pengaruh terhadap ASI. Perdarahan irregular dapat terjadi. AKDR Dapat dipasang langsung pascapersalinan, sewaktu SC, atau 48 jam pascapersalinan. Jika tidak, insersi ditunda sampai 4-6 minggu pascapersalinan. Jika laktasi atau sudah dapat haid, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan. Tidak ada pengaruh terhadap ASI. Efek samping lebih sedikit pada klien yang menyusui. Insersi postplasental memerlukan petugas terlatih khusus. Konseling perlu dilakukan sewaktu asuhan antenatal. Angka pencabutan AKDR tahun pertama lebih tinggi pada klien menyusui. Ekspulsi spontan lebih tinggi (6-10%) pada pemasangan pascaplasental. Sesudah 4-6 minggu pascapersalinan teknik sama dengan pemasangan waktu interval. Kondom/spermasida Dapat digunakan setiap saat pascapersalian. Tidak ada pengaruh terhadap laktasi. Sebagai cara semetara sambil memilih metode lain. Sebaiknya pakai kondom yang diberi pelican. diafragma Sebaiknya tunggu sampai 6 minggu pascapersalinan. Tidak ada pengaruh terhadap laktasi. Perlu pemeriksaan dalam oleh petugas. Penggunaan spermasida membantu mengatasi masalah keringnya vagina. KB alamiah Tidak dianjurkan sampai siklus haid kembali teratur Tidak ada pengaruh terhadap laktasi. Lendir serviks tidak keluar seperti haid regular lagi. Suhu basal tubuh kurang akurat jika klien sering terbangun untuk menyusui. Koitus interuptus atau abstinensia Dapat digunakan setiap waktu Tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi. Abstinensia 100% efektif. Beberapa pasangan tidak sanggup untuk abstinensia. Perlu konseling. Kontrasepsi mantap: tubektomi Dapat dilakukan dal;am 48 jam pascapersalinan. Jika tidak, tunggu sampai 6 minggu pascapersalinan. Tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.

Minilaparatomi pascapersalinan paling mudah dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan. Perlu anastesi local. Konseling sudah harus dilakukan sewaktu asuhan antenatal. vasektomi Dapat dilakukan setiap saat. Tidak segera efektif karena perlu paling sedikt 20 ejakulasi (3 bulan) sampai benar-benar steril. Merupakan salah satu KB untuk pria.