12

Publikasi - Bumi Lerstari 2012 · 294 1. Pendahuluan Sampai saat ini, Pulau Bali masih menjadi tujuan wisata utama di Indonesia. Namun, seiring dengan berkembangnya pariwisata di

  • Upload
    dinhdan

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

USER

Username

Password

Remember me

Log In

NOTIFICATIONS

ViewSubscribe /Unsubscribe

LANGUAGE

English

JOURNALCONTENT

Search

All

Search

Browse

By IssueBy AuthorBy TitleOtherJournals

FONT SIZE

INFORMATION

For ReadersFor AuthorsFor Librarians

KEY W ORDS

GIS adsorptionconservation

developmentdiversity diversity

index ecolinguistics

environmentflood food security

impact

managementmedicinal plantsperceptionpopulation

preservationspecies subak

sustainability

sustainable

water quality

HOME ABOUT LOG IN REGISTER SEARCH CURRENT

ARCHIVES CONTACT EDITORIAL BOARDS ONLINE

SUBMISSION OTHER JOURNALS CITATIONS IN GOOGLE SCHOLAR

DOAJ AJD ISJD INDEXCOPERNICUS PORTAL GARUDA

RESEARCHBIB

Home > Archives > Vol 12, No 2

Vol 12, No 2

Table of Contents

Original Research Articles

ANALISIS KEBUTUHAN LUASAN HUTAN KOTABERDASARKAN PENYERAPAN CO2 ANTROPOGENIK DIKOTA KUPANG

PDF

Philipi de Rozari, Suwari Suwari

ANALISIS KESESUAIAN PRASYARAT KAMPUNGSASARAN DENGAN KAMPUNG TERAPAN TERHADAPPROGRAM POLA PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUHPERKOTAN DI INDONESIA

PDF

Jauhari Effendi, Sudirman S Sudirman S

LINGKUNGAN KOTA LAYAK ANAK (CHILD-FRIENDLYCITY) BERDASARKAN PERSEPSI ORANGTUA DI KOTAYOGYAKARTA

PDF

Dodi Widiyanto, R. Rijanta

ANALISIS KEBERLANJUTAN PROGRAM DAERAHPERLINDUNGAN LAUT DENGAN PENDEKATANANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DI KABUPATENRAJA AMPAT

PDF

Hamid Hamid

PENILAIAN DAMPAK BIODIVERSITAS LAUT (KASUSGUGUS PULAU BATUDAKA PROVINSI SULAWESITENGAH)

PDF

Dwi Sulistiawati, Luky Adrianto, Ismudi Muchsin,Abdul Masyahoro

LANDING CHARACTERISTICS OF FISHING GEARS INSMALL-SCALE TROPICAL COASTAL FISHERIES OFPELABUHANRATU BAY, WEST JAVA AND ITSAPPLICATION FOR GEAR MANAGEMENT

PDF

Eko Sri Wiyono

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN PERSEPSI TERHADAPTINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KELOMPOKMASYARAKAT PENGAWAS (POKMASWAS) SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PDF

Ernik Yuliana, Adi Winata

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENDUKUNGPENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI WILAYAHPERBATASAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (StudiKasus di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua)

PDF

Muh. Aris Marfai, Ahmad Cahyadi

DESAIN KORIDOR VEGETASI UNTUK MENDUKUNGNILAI KONSERVASI DI KAWASAN PERKEBUNANKELAPA SAWIT

PDF

Danang Wahyu Purnomo

PENGELOLAAN LAHAN DENGAN SISTEMAGROFORESTRY OLEH MASYARAKAT BADUY DIBANTEN SELATAN

PDF

Gunggung Senoaji

KAJIAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGANAGROEKOWISATA PADA SISTEM SUBAK

PDF

Sumiyati Sumiyati, Lilik Sutiarso, Wayan Windia,Putu Sudira

Bumi Lestari Journal of Environment

Vol 12, No 2 file:///D:/!TRI DHARMA PT/Insentif Karya Ilmiah 2013/Sumiyati - FT...

1 of 2 27/09/2013 6:38

PELESTARIAN SUBAK DALAM UPAYA PEMBERDAYAANKEARIFAN LOKAL MENUJU KETAHANAN PANGAN DANHAYATI

PDF

Ni Gst.Ag.Gde Eka Martiningsih

APLIKASI POLYMERASE CHAIN REACTION-RIBOSOMALINTERGENIC SPACER ANALYSIS (PCR-RISA) UNTUKMENENTUKAN KERAGAMAN MIKROBA TANAH PADAHABITAT TANAMAN PISANG DENGAN DAN TANPAGEJALA LAYU FUSARIUM

PDF

I Made Sudarma, Dewa Ngurah Suprapta, I MadeSudana, I Gede Rai Maya Temaja

TOKSISITAS AKUT (LC50) SERBUK BOR (Cuttings)TERHADAP Daphnia sp.

PDF

Hefni Effendi, Aditya Herry Emawan, YusliWardiatno, Majariana Krisanti

JENIS MINERAL LIAT DAN PERUBAHAN SIFAT KIMIATANAH AKIBAT PROSES REDUKSI DAN OKSIDASIPADA LINGKUNGAN TANAH SULFAT MASAM

PDF

E. Dewi Yuliana

INFLUENCE OF LIGHT WAVELENGTHS ON GROWTH OFTOMATO

PDF

Hery Suyanto, Ni Nyoman Rupiasih, DewiHandayani

IDENTIFIKASI CEMARAN LOGAM Pb DAN Cd PADAKANGKUNG YANG DITANAM DI DAERAH KOTADENPASAR

PDF

Sri Mulyani, I.G.A Lani Triani, Arief Sujana E.N

PEMANFAATAN NEMATODA PATOGEN Steinernema spp.Isolat Malang Dan Nusa Tenggara Barat DALAMPENGENDALIAN Spodoptera litura L. YANG RAMAHLINGKUNGAN

PDF

Heri Prabowo

DISTRIBUSI DAN KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU(LEPIDOPTERA) DI GUNUNG MANADO TUA, KAWASANTAMAN NASIONAL LAUT BUNAKEN, SULAWESI UTARA

PDF

Roni Koneri, Saroyo Saroyo

STUDI AWAL KOMPOSISI DAN DINAMIKA VEGETASIPOHON HUTAN GUNUNG POHEN CAGAR ALAMBATUKAHU BALI

PDF

Sutomo Sutomo, N. K. Erosi Undaharta, T. M.Bangun, I.N. Lugrayasa

PEROMBAKAN AIR LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKANJAMUR PENDEGRADASI KAYU JENIS Polyporus spTERAMOBIL PADA SERBUK GERGAJI KAYU

PDF

I D.K. Sastrawidana, Siti Maryam, I N. Sukarta

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR PENGOLAHAN AIRSEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BATU BATA

PDF

Andy Mizwar, Siti Rizki Amalia

REPRESENTASI GAMBARAN ALAM PADA PERWUJUDANARSITEKTUR PADMASANA DI BALI

PDF

I Nyoman Widya Paramadhyaksa

Copyright 2000 - 2012 Bumi Lestari Journal of EnvironmentPublished by Environmental Research Center, Udayana UniversityBLJE (ISSN 1411-9668)

Vol 12, No 2 file:///D:/!TRI DHARMA PT/Insentif Karya Ilmiah 2013/Sumiyati - FT...

2 of 2 27/09/2013 6:38

294

1. PendahuluanSampai saat ini, Pulau Bali masih menjadi tujuanwisata utama di Indonesia. Namun, seiring denganberkembangnya pariwisata di Bali, salah satufenomena yang terjadi adalah alih fungsi lahan kearah non pertanian dan pencemaran. Alih fungsi lahanyang terjadi di Bali cukup besar yaitu rata-rata 750ha/tahun (Sutawan, 2005; Lorenzen and Lorenzen,2011). Berdasarkan data pada Dinas KebudayaanPropinsi Bali (2008), jumlah subak di kabupaten-kabupaten di Bali pada tahun 2003 adalah 1600.

KAJIAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGANAGROEKOWISATA PADA SISTEM SUBAKSumiyati 1)*, Lilik Sutiarso 2)*, Wayan Windia 3)* and Putu Sudira 2)*

1) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Bali.Telp/fax. (0361)701801.2) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Telp/fax. (0274)563542.3Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali. Telp./Fax. (0361)701907.*email: [email protected]; [email protected]; [email protected];[email protected] with the development of the tourism in Bali, one of the phenomena occurs was that theland conversion to the non-agricultural land and pollution, and increased water demand notonly for irrigation. These conditions affect the sustainability of the subak system.One strategy to support the sustainability of the subak system is the synergy betweenagriculture (Subak) to tourism, which developed agroecotourism on the subak system.It must consider the physical and social environment. The purpose of this study is to analyzethe existing condition of Subak in Bali and if it made the development agroecotourism on thesubak systems. This is about the quality of irrigation water, the physical condition of irrigationfacilities, subak system facilities, and socio-cultural conditions of subak system. Water qualityin Subak Anggabaya, Subak Lodtunduh, and Subak Padanggalak with the development ofKertalangu agrotourism, is in good condition. It could be argued that if made the developmentof agroecotourism on the subak systems, irrigation water quality can still be maintained ingood condition are used for agriculture. The value of physical conditions on Subak Anggabayawas 2.00 (moderate) and at the Subak Lodtunduh are 2.00. With the development ofagroecotourism on the subak systems be 2.21 on Subak Anggabaya and 2.23 on SubakLodtunduh. A Socio cultural condition on subak system management to support thedevelopment of agroecotourism area, at Subak Anggabaya was 2.00 (moderate) and at theSubak Lodtunduh are 2.23 (between moderate and good). With expected agroecotourismvisitors activities can provide positive influence (3.00) to the local community and the sociocultural conditions of subak system can increase or better.

Key words : subak; agroecotourism; fuzzy logic; study of environment aspectJumlah tersebut berkurang menjadi 1546 pada tahun2008.Di samping itu, kebutuhan air meningkatbukan saja untuk irigasi, tetapi juga untuk sektor-sektor di luar irigasi seperti hotel, villa, restoran, danbeberapa wisata alam misalnya rafting dansebagainya, serta PDAM. Kondisi tersebut dapatmempengaruhi keberlanjutan sistem subak.Salah satu strategi untuk mendukung keberlanjutansistem subak adalah dengan mensinergikan antarapertanian (subak) dengan pariwisata yaitu

295

mengembangkan agroekowisata pada sistemsubak.Perkembangan penelitian yang berkaitandengan kajian pengembangan sistem subak danagrowisata antara lain dilakukan oleh Dirawan (2003),Sembiring, dkk. (2004), Tim Peneliti Pusat PenelitianKebudayaan dan Kepariwisataan UniversitasUdayana (2005), Lubis (2006), Dawi (2006), Windia,dkk. (2007), Arif, dkk. (2007), Dalem (2008), Suradnya(2008), Delie (2008), Windia, dkk. (2008), TimPelaksana Program Ekstensi Fakultas Pertanian Unud(2008). Hasil dari penelitian di atas tersebut berupakelayakan pengembangan kawasan ekoturism,rekomendasi pengembangan ekowisata, potensiekowisata dan prospek pengembangannya, potensidikembangkan sebagai model pengelolaanekowisata, kelayakan sebagai kawasan ekowisata,deskripsi prospek pengembangan, matrik programpengembangan, prinsip-prinsip dan kriteriaekowisata Bali, faktor-faktor daya tarik Bali, danmatrik program pengembangan. Berdasarkan uraiantersebut, belum ada penelitian yang spesifikmelakukan kajian mengenai aspek lingkungan (fisikdan sosial) dalam pengembangan agroekoswisataterutama pada sistem subak.Subak adalah suatu masyarakat hukum adatyang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius,yang merupakan perkumpulan petani yang mengelolaair irigasi di lahan sawah. Oleh karena itu, dalampengembangan agroekowisata pada sistem subakuntuk mendukung keberlanjutannya perlumemperhatikan kondisi lingkungan fisik dan sosial.Kondisi lingkungan fisik diantaranya adalah kualitasair irigasi, kondisi fisik irigasi dan fasilitas subak.Sedangkan kondisi sosial budaya sistem subak dapatdilihat dari kondisi kelembagaan dan kemasyarakatansistem subak.Agroekowisata yang dikembangkan padasistem subak yang dirancang pada penelitian iniadalah suatu usaha wisata yang dikelola subakdengan obyek wisata wilayah pertanian subak.Manajemen pengelolaan pengembanganagroekowisata pada sistem subak harusmemperhatikan prinsip-prinsip ekowisata. Berkaitandengan hal tersebut, fasilitas agroekowisata dianggapbaik apabila memenuhi prinsip-prinsip ekowisata.Diantaranya adalah fasilitas jogging trackmemanfaatkan pematang sawah alami namun tertata

atau tanggul saluran air subak, akomodasi di rumah-rumah penduduk petani anggota subak, menumakanan lokal setempat dan penyediaan makanandilakukan oleh anggota subak serta tempat penyajiandapat dilakukan di rumah penduduk petani anggotasubak atau di balai subak. Pengadaan souvenir olehpenduduk petani anggota subak.Seiring dengan pengembangan agroekowisatapada sistem subak, parameter-parameter kualitas airirigasi seharusnya tetap dipertahankan berada dibawah kadar maksimum yang diperkenankan untukpertanian. Sedangkan kondisi fisik irigasi dan fasilitassubak tidak terganggu dengan adanyapengembangan agroekowisata pada sistem subak,bahkan diharapkan mengalami perbaikan untukmemenuhi rasa keindahan dan kenyamananpengunjung. Di samping itu, sistem sosial budayamasyarakat subak diharapkan kondisinya membaikdengan adanya pengaruh positif dari pengembanganagroekowisata.Tujuan dari penelitian ini adalah untukmenganalisis kualitas air irigasi, kondisi fisik irigasi,fasilitas sistem subak, dan kondisi sosial budayasistem subak pada kondisi subak yang existing diBali serta kondisi prediksi apabila dilakukanpengembangan agroekowisata berbasis sistemsubak.2. MetodologiPenelitian dilaksanakan pada Subak Lodtunduhyang berada di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud,Kabupaten Gianyar, Bali, serta Subak Anggabayayang berada di Kelurahan Penatih, KecamatanDenpasar Timur, Kota Denpasar, Bali.Data-data tentang agroekowisata diperolehdengan melakukan survei pada tempat-tempat yangmengembangkan sistem sejenis, diantaranya BanjarBeng Kaja, Tabanan dan Agrowisata Kertalangu, diSubak Padanggalak, Sanur. Diagram causal “KajianAspek Lingkungan dalam PengembanganAgroekowisata pada Sistem Subak” disajikan padaGambar 1.2.1. Analisis kualitas air irigasiParameter-parameter yang di analisis untukmengetahui kualitas air irigasi adalah BOD, COD,Phenol, Sianida, pH, Besi, Khromium, Tembaga,Timbal, Seng, dan Kadmium.

Sumiyati, dkk.: Kajian Aspek Lingkungan dalam Pengembangan Agroekowisata pada Sistem Subak

296

2.2. Analisis kondisi fisik irigasi dan fasilitas sistemsubakData yang diperlukan untuk analisis jaringanirigasi adalah kondisi dan fungsi saluran (telabah),bangunan bagi (tembuku) dan drainase(pengutangan). Kondisi dan fungsi fasilitas subakditunjukkan oleh kondisi dan fungsi dari pura subak,balai subak, dan jalan subak. Data fasilitasagroekowisata meliputi data tentang jalur tracking,data fasilitas penunjang agroekowisata sepertiakomodasi, penjualan souvenir, resto, dan toilet. Data

kondisi dan fungsi jaringan irigasi subakdiolah dengan menggunakan pendekatan logikafuzzy, untuk mengkuantifikasikan kondisikekaburan.Pendekatan logika fuzzy telah digunakan padabeberapa penelitian diantaranya untuk menentukanfaktor yang paling dominan berpengaruh padakeberlanjutan sistem irigasi (Arif, 2000),mengelompokkan dan mengurutkan kinerja DI pascaPIK (Murtiningrum, 2005), serta penilaian kinerjajaringan irigasi tersier (Murtiningrum, dkk., 2007).

Gambar 1. Diagram causal kajian aspek lingkungan dalam pengembangan agroekowisatapada sistem subak

Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 294 - 302

297

Analisis penilaian kinerja fisik sistem subakdilakukan dengan menggunakan pendekatan logikafuzzy (fuzzy logic) untuk mengkuantifikasi kondisikekaburan (Kusumadewi, 2006). Karena persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kinerja sistemirigasi subak seringkali bersifat kabur dan tidak dapatdigolongkan dengan pasti, maka pendekatan logikafuzzy secara relatif akan dapat dipakai untukmenempatkan persoalan-persoalan tersebutberdasarkan pada kepentingan menurut kondisipengamatan kondisi jaringan irigasi, fasilitas subakdan agroekowisata. Teori kekaburan menyediakanteknik sistematis untuk mengkuatifikasi tolok ukurkinerja sistem irigasi yang kabur karena batas-batasnilainya tidak tegas.Analisis data dilakukan menggunakan programfuzzy pada software Matlab. Langkah pertamapenggunaan program fuzzy tersebut adalah membukaFIS editor, kemudian merancang berapa input danoutput yang akan digunakan dalam analisa yangdilakukan sesuai dengan diagram causal padaGambar 1. Langkah selanjutnya adalah membuatrange value yang dikehendaki dan penamaan padamasing-masing membership. Tahapan berikutnyaadalah menyusun aturan (rules) sesuai dengankondisi sistem. Selanjutnya dapat diinput nilai-nilaiinput dari rules tersebut dan dapat diketahui nilaioutputnya.2.3. Analisis kondisi sosial budaya sistem subakData yang diperlukan untuk analisis kondisisosial budaya sistem subak meliputi kemasyarakatandan kelembagaan. Parameter kemasyarakatan sistemsubak meliputi kepentingan bersama terhadap pura,keamanan, pengaruh budaya wisatawan. Sedangkanparameter kelembagaan meliputi gotong royong,sistem pembagian air, kepentingan bersama terhadapair, sanksi sosial, sanksi finansial, koordinasi, dankualitas sumber daya manusia. Data kondisi sosialbudaya sistem subak kemudian diolah denganmenggunakan pendekatan logika fuzzy. Langkah-langkah analisis data menggunakan program fuzzypada software Matlab serupa dengan langkah-langkah analisis fuzzy pada kondisi fisik irigasi danfasilitas sistem subak.3. Hasil dan PembahasanDengan mengembangkan agroekowisata padasistem subak, maka lahan subak menjadi obyek yang

bersentuhan langsung dengan pengunjung. Makameskipun menerapkan prinsip-prinsip ekowisatadalam pengembangannya, terdapat beberapa halyang menjadi perhatian yang dapat menyebabkangangguan bagi lingkungan subak sebagai akibatnya.Gangguan tersebut dapat berupa sampah, gangguanpada fasilitas irigasi maupun fasilitas subak, daninteraksi dengan pengunjung yang dapat berdampaknegatif terhadap budaya masyarakat subak.Bentuk dan jenis kegiatan agroekowisata yangmungkin dilakukan di wilayah subak antara lain :tracking, kegiatan pertanian secara langsung sepertimembajak, menanam padi, memanen padi, interaksidengan penduduk setempat secara langsung, dansejenisnya.3.1. Kualitas air irigasiPenelitian kualitas air irigasi dalammengembangan agroekowisata pada sistem subakdilakukan pada subak sampel yaitu SubakAnggabaya (AGBY) dan Subak Lodtunduh (LTDH).Sedangkan untuk sampel kualitas air irigasi padasubak yang telah mendapat pengaruhpengembangan agrowisata dilakukan pada SubakPadanggalak (PDGL) sebagai benchmark. Hal inidilakukan karena belum ada subak yangmengembangkan agroekowisata di manapengelolaanya dilakukan oleh subak, lahan subakdan aktivitasnya sebagai obyek wisata,memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki subak dananggota subak, dan melibatkan masyarakat anggotasubak dalam pelaksanaannya.Hasil analisa kualitas air pada subak yang belumdikembangkan agroekowisata yaitu SubakAnggabaya (AGBY) dan Subak Lodtunduh (LTDH),serta subak yang telah dikembangkan agrowisatayaitu Subak Padanggalak (PDGL), dengan parameter-parameter BOD, COD, Phenol, Sianida, pH, Besi,Khromium, Tembaga, Timbal, Seng, dan Kadmiumdisajikan pada Tabel 1.Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa kualitasair pada subak sampel yaitu Subak Anggabaya danSubak Lodtunduh, berada pada kondisi baik. Nilai-nilai parameter kualitas air yang diukur masihmenunjukkan angka di bawah kadar maskimum yangdiijinkan untuk kegiatan pertanian.Kualitas air pada Subak Padanggalak denganpengembangan agrowisata Kertalangu yang dikelolaoleh investor, juga dalam kondisi baik. Hal tersebut

Sumiyati, dkk.: Kajian Aspek Lingkungan dalam Pengembangan Agroekowisata pada Sistem Subak

298

dilihat dari nilai-nilai parameter kualitas air yangdiukur masih menunjukkan angka di bawah kadarmaskimum yang diijinkan untuk kegiatan pertanian.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwaapabila dilakukan pengembangan agroekowisataberbasis sistem subak, kualitas air irigasi masih dapatdipertahankan dalam kondisi baik digunakan untukpertanian. Pengembangan agroekowisata diharapkandapat mendukung program Propinsi Bali yaitu BaliGreen and Clean yang di dideklarasikan olehGubernur Provinsi Bali pada 22 Februari 2010bertepatan dengan pembukaan Konferensi ke-11UNEP di Nusa Dua, Bali. Visi dari program Bali Greenand Clean adalah penciptaan lingkungan Bali yangbersih, sehat, nyaman, lestari dan indah.Pengembangan subak ke arah agroekowisatasangat mendukung program tersebut, karena dalamkegiatan agroekowisata akan memperhatikan kualitasdaripada kuantitas, serta menerapkan prinsip-prinsipdalam ekowisata yang diantaranya adalah kepedulianterhadap lingkungan (ecological friendly). Dalampengembangan agroekowisata berbasis sistem subaksalah satu tujuan yang ingin dicapai adalahkeberlanjutan sistem subak sebagai wujud kelestarianalam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat.Hal tersebut sesuai pula dengan Visi DinasPariwisata Propinsi Bali yaitu terwujudnya pariwisatabudaya yang berkualitas, berkelanjutan danmempunyai daya saing berdasarkan Tri Hita

Karana. Misi Dinas Pariwisata Propinsi Bali adalah :a. terwujudnya pariwisata budaya yang berbasiskerakyatan;b. terwujudnya profesionalisme pengelolaankepariwisataan; danc. terwujudnya pelayanan yang baik di bidangkepariwisataan.3.2. Kondisi fisik irigasi dan fasilitas sistem subakData kondisi fisik irigasi dan fasilitas sistemsubak yang diolah dengan menggunakan pendekatanlogika fuzzy, disajikan pada Tabel 2.Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwakondisi fisik sistem Subak Anggabaya adalah 2,02(sedang) dan Subak Lodtunduh adalah 2,00 (sedang).Kondisi irigasi Subak Anggabaya pada umumnyabaik, hanya saluran irigasi yang terganggu olehrumput walaupun masih dapat berfungsi dengan baik.Kondisi fasilitas Subak Anggabaya pada umumnyaagak baik (antara sedang dan baik) namun dapatberfungsi dengan baik.Pada Subak Lodtunduh, pengelolaan irigasipada umumnya baik, hanya saluran irigasi yangterganggu oleh rumput dan saluran drainasesebagian kecil mengalami kerusakan, namun masihdapat berfungsi dengan baik. Kondisi fasilitas SubakLodtunduh pada umumnya agak baik (antara sedangdan baik) namun dapat berfungsi dengan baik. Hanyajalan subak yang merupakan pematang sawah petani

Tabel 1. Hasil analisa kualitas air pada subak sampel Sebelum dikembangkan Setelah dikembangkan Kadar maksimumParameter Satuan agroekowisata agrowisata (untuk pertanian)kualitas air AGBY LTDH PDGL

BOD mg/l 2,33000 2,36000 2,9650 20COD mg/l 6,99000 7,09500 8,8950 30Phenol mg/l £0,00100 £0,00100 0,0010 0,2Sianida mg/l 0,00350 0,00870 0,0065 0,02pH - 7,25500 7,28000 7,0750 5 – 9Besi mg/l 0,10500 0,09000 0,4150 5,0Khromium mg/l £0,00100 £0,00100 0,0010 1Kadmium mg/l £0,00400 £0,00400 0,0040 0,01Timbal mg/l 0,38720 0,48265 0,6304 1 Seng mg/l 0,63035 0,17095 0,1839 2Tembaga mg/l 0,06540 0,05965 0,0507 0,2

Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 294 - 302

299

anggota subak, beberapa tempat mengalami longsordan licin sehingga agak sulit dilalui.Pengembangan agroekowisata pada sistemsubak, dapat meningkatkan kondisi fisik sistem subakseperti pada Tabel 2, yaitu Subak Anggabayameningkat menjadi 2,21 (sedang) dan SubakLodtunduh menjadi 2,23 (sedang).Agroekowisata yang dikembangkan padasistem subak yang dirancang pada penelitian iniadalah suatu usaha wisata yang dikelola subakdengan obyek wisata wilayah pertanian subak sertamanajemen pengelolaan memperhatikan prinsip-prinsip ekowisata. Berkaitan dengan hal tersebut,fasilitas agroekowisata dianggap baik apabilamemenuhi prinsip-prinsip ekowisata. Diantaranyaadalah fasilitas jogging track memanfaatkan

pematang sawah alami namun tertata, akomodasi dirumah-rumah penduduk petani anggota subak, menumakanan lokal setempat dan penyediaan makanandilakukan oleh anggota subak serta tempat penyajiandapat dilakukan di rumah penduduk petani anggotasubak atau di balai subak. Pengadaan souvenir olehpenduduk petani anggota subak.Dengan pengembangan agroekowisatatersebut, diharapkan kedepannya dapatmeningkatkan kondisi fisik sistem subak. Fasilitasirigasi dan fasilitas subak juga merupakan obyekatraksi agroekowisata, sehingga denganberkembangnya agroekowisata kondisi danfungsinya akan diadakan perbaikan-perbaikan untukdapat memenuhi keindahan dan kenyamananwisatawan.

Tabel 2. Kondisi fisik kajian aspek lingkungan dalam pengembangan agroekowisata pada sistem subakParameter/variabel Satuan Simbol Value AGBY Value LTDHKondisi Jaringan irigasi Fuzzy value KONJI 2,67 2,48Fungsi Jaringan irigasi Fuzzy value FSJI 2,74 2,74Kondisi dan fungsi Jaringan Irigasi Fuzzy value KFJI 2,53 2,5Kecukupan Air Irigasi Value KCAI 3,00 3,00Kondisi Irigasi Subak Fuzzy value KFJIS 2,21 2,18Kondisi dan Fungsi Pura Subak Fuzzy value KFPRSB 2,57 2,00Kondisi dan Fungsi Balai Subak Fuzzy value KFBLSB 2,57 2,00Kondisi dan Fungsi Jalan Subak Fuzzy value KFJLSB 2,18 1,82Kondisi dan Fungsi Fasilitas subak Fuzzy value KFFS 2,25 2,00Kondisi fisik sistem subak Fuzzy value 2,02 2,00(exsisting, belum beroerientasiagroekowisata)Fasilitas Agroekowisata Pendukung Fuzzy value FAEWP 1,26 1,26(kondisi existing)Fasilitas Agroekowisata Utama Fuzzy value FAEWU 1,82 1,82(kondisi existing)Fasilitas Agroekowisata Fuzzy value FAEW 1,45 1,45(kondisi existing)Kondisi fisik sistem subak AEW Fuzzy value KFSSB 2,00 2,00(FAEW kondisi existing)Fasilitas Agroekowisata Pendukung Fuzzy value FAEWP 2,74 2,74(kondisi ideal)Fasilitas Agroekowisata Utama Fuzzy value FAEWU 2,67 2,74(kondisi ideal)Fasilitas Agroekowisata Fuzzy value FAEW 2,53 2,55(kondisi ideal)Kondisi fisik sistem subak AEW Fuzzy value KFSSB 2,21 2,23(FAEW kondisi ideal)

Sumiyati, dkk.: Kajian Aspek Lingkungan dalam Pengembangan Agroekowisata pada Sistem Subak

300

3.3. Kondisi sosial budaya sistem subakParameter kemasyarakatan dan parameterkelembagaan yang diolah dengan menggunakanpendekatan logika fuzzy, disajikan pada Tabel 3.Penyelenggaraan ritual keagamaan pada sistemsubak sebagai suatu sistem irigasi yang bercoraksosio-agraris-religius, merupakan pengejawantahandari prinsip Tri Hita Karana (THK) dalam kaitannya

Matrik penilaian kondisi sosial budayamasyarakat subak dan analisanya menggunakanpendekatan logika fuzzy disajikan pada Tabel 3.Kegiatan-kegiatan pokok pada sistem irigasi padaumumnya seperti (i) operasi dan pemeliharaanjaringan irigasi, (ii) mobilisasi sumberdaya yangmeliputi pengerahan tenaga dan penggalian dana,dan (iii) penanganan konflik (Sutawan, 2008). Sistemirigasi subak memiliki perbedaan dengan sistemirigasi pada umumnya di tempat-tempat lain. Padasistem irigasi subak, selain kegiatan-kegiatan pokoktersebut, subak juga memiliki fungsi yang sangatpenting yaitu berkaitan dengan ritual keagamaan.Dalam penelitian ini, komponen tersebut dianalisispada point kepentingan bersama terhadap pura yangmeliputi dua variabel yaitu rutinitas upacara agamadan keaktifan anggota dalam kegiatan upacaraagama.Subak sampel yaitu Subak Anggabaya danSubak Lodtunduh memiliki nilai rutinitas upacaraagama dan keaktifan anggota dalam kegiatan upacaraagama pada kategori baik. Hal ini berarti bahwapelaksanaan ritual keagamaan pada kedua subakdidukung oleh keaktifan anggota subak.

dengan upaya membina hubungan yang harmonisdengan Sang Pencipta. Dalam upaya pengembangansubak berorientasi agroekowisata, kegiatan ritualkeagamaan dapat menjadi salah satu daya tarikwisata.Sistem subak sebagai suatu sistem yangmengelola irigasi pada lahan pertanian memilikimetode pendistribusian air yang khas. Pelaksanaansistem alokasi dan distribusi air dilakukan secarakontinyu dan bersifat proporsional. Dengan sistemalokasi dan distribusi air tersebut, anggota subakmasing-masing memiliki kepentingan terhadap airirigasi yang dialirkan.Kondisi kepentingan anggota subak terhadapair irigasi dicerminkan oleh kegiatan gotong-royongyang dapat diketahui dari rutinitas dan keaktifananggota dalam kegiatan gotong-royong. Kegiatangotong-royong dilaksanakan dalam operasi danpemeliharaan jaringan irigasi, dilaksanakan olehanggota subak yang berkepentingan terhadap airirigasi yang melalui fasilitas irigasi dimaksud.Unit ukuran air yang digunakan disebut tektek.Satu tektek air irigasi di subak, pada dasarnyabermanfaat untuk mengairi areal sawah seluas satu

Tabel 3. Matrik kondisi sosial budaya kajian aspek lingkungan dalam pengembangan agroekowisata padasistem subak Parameter/variabel Satuan Simbol Value AGBY Value LTDHKepentingan bersama terhadap pura Fuzzy value KBTPR 2,23 2,74Keamanan Value AMAN 2,75 3,00Pengaruh budaya wisatawan Value PBDWS 2,00 2,00Kemasyarakatan Fuzzy value MASYA 2,01 2,55Gotong royong Fuzzy value GORONG 2,18 2,74Kepentingan bersama terhadap air Fuzzy value KBAIR 2,00 2,60Sanksi sosial Fuzzy value SASOS 2,00 1,26Sanksi finansial Fuzzy value SAFIN 2,74 2,67Sanksi-sanksi Fuzzy value SANKSI 2,00 1,95Koordinasi Fuzzy value KOORD 2,18 2,74Kualitas SDM Fuzzy value SDM 2,18 2,00Kelembagaan Fuzzy value LMBG 2,00 2,00Kondisi Sosial Budaya Fuzzy value SOSBUD 2,00 2,23

Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 294 - 302

301

bit tenah (areal sawah yang bibitnya satu tenah/sekitar 10 kg atau dengan luas areal sawah sekitar0,30–0,35 ha). dan harus menyumbangkan tenagakerja sebanyak satu ayahan (satu unit/satu orangtenaga kerja) pada setiap aktivitas subak yangbersangkutan. Dengan demikian, kalau seoranganggota subak memiliki sawah dua bit tenah, makayang bersangkutan mendapat air irigasi dua tektek,dan harus menyumbangkan tenaga kerja sebanyakdua ayahan pada setiap aktivitas subak. Olehkarenanya, petani yang bersangkutan harusmenggunakan tenaga orang lain sebagai tenaga kerjatambahan.Sebagai suatu organisasi pengelola air irigasi,subak juga memiliki aturan-aturan (awig-awig).Dalam awig-awig subak juga mengatur tentangsanksi-sanksi bagi anggota subak yang melanggaraturan. Sanksi yang diberikan dapat berupa sanksifinansial maupun sanksi sosial, tergantung padapelanggaran yang dilakukan. Keberadaan aturantentang sanksi pada Subak Anggabaya sudahdiwujudkan dalam bentuk tertulis, sedangkan padaSubak Lodtunduh masih merupakan aturan tidaktertulis, namun ditaati oleh anggota subak.Miller dkk. (1996) dalam Windia (2006)menyatakan bahwa berkait dengan adanyaperubahan global dan dengan segala pengaruhnyapada kehidupan manusia, maka peranankelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alamakan semakin penting. Lembaga subak dalampengelolaan air irigasi mengadakan koordinasi antartempek dan subak.Dalam pelaksanaan tugas kelembagaanpembagian tugas dilakukan dengan proporsionalsesuai tugas masing-masing dan segala sesuatukeputusan dalam subak diambil dengan caramusyawarah melalui rapat subak. Pelaksanaanpengelolaan subak tidak terlepas dari kualitassumberdaya manusia pada subak yangbersangkutan. Kualitas sumberdaya manusia dapatdiketahui dari tingkat pendidikan anggota subakserta pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan padasubak yang bersangkutan.Kondisi sosial budaya pada Subak Anggabaya2,00 dan Subak Lodtunduh adalah 2,23. Kondisitersebut diperoleh dalam keadaan tidak ada pengaruhbudaya wisatawan (2,00). Dalam kegiatan

agroekowisata yang akan memperhatikan kualitasdaripada kuantitas, maka diharapkan pengunjungdapat memberikan pengaruh positif (3,00) kepadamasyarakat lokal. Dengan demikian maka indekskondisi sosial budaya masyarakat subak dapatmeningkat atau menjadi lebih baik.4. Simpulan dan SaranPengembangan agroekowisata pada sistemsubak dikaji dari aspek lingkungan (lingkungan fisikdan sosial budaya) dapat dilaksanakan dan tidakmengganggu eksistensi subak bahkan diharapkandapat mendukung keberlanjutan sistem subak. Halini dapat diwujudkan dengan menyelenggarakankegiatan agroekowisata yang memanfaatkanpematang sawah sebagai fasilitas jogging track alamisehingga menjadi tertata, kegiatan usaha tani sebagaiobyek wisata, akomodasi di rumah-rumah pendudukpetani anggota subak, menu makanan lokal setempatdan penyediaan makanan dilakukan oleh anggotasubak serta tempat penyajian dapat dilakukan dirumah penduduk petani anggota subak atau di balaisubak. Pengadaan souvenir oleh penduduk petanianggota subak.Kualitas air pada subak sampel yaitu SubakAnggabaya dan Subak Lodtunduh, serta SubakPadanggalak dengan pengembangan agrowisataKertalangu berada pada kondisi baik. Dapat dikatakanbahwa apabila dilakukan pengembanganagroekowisata pada sistem subak, kualitas air irigasimasih dapat dipertahankan dalam kondisi baikdigunakan untuk pertanian.Nilai kondisi fisik sistem subak pada SubakAnggabaya adalah 2,00 (sedang) dan pada SubakLodtunduh adalah 2,00. Dengan pengembanganagroekowisata menjadi 2,21 pada Subak Anggabayadan 2,23 pada Subak Lodtunduh.Kondisi sosial budaya pengembangan kawasanagroekowisata pada Subak Anggabaya adalah 2,00(sedang) dan pada Subak Lodtunduh adalah 2,23(antara sedang dan baik). Dengan kegiatanagroekowisata diharapkan pengunjung dapatmemberikan pengaruh positif (3,00) kepadamasyarakat lokal dan kondisi sosial budayamasyarakat subak dapat meningkat atau menjadi lebihbaik.

Sumiyati, dkk.: Kajian Aspek Lingkungan dalam Pengembangan Agroekowisata pada Sistem Subak

302

Daftar PustakaArif, S.S., S. Lilik, P. Bambang, B. Nursigit, Murtiningrum, dan Z.A. Hanim. 2007. Pengembangan SistemAgroindustri Berbasis Ekowisata di Kabupaten Gianyar, Bali. Jurusan Teknik Pertanian, FTP UGM,Yogyakarta.Arif, S.S. 2000. Keberlanjutan Sistem Irigasi Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (Studi Kasusdi Pulau Jawa dan Bali). Laporan Pelaksanaan RUT VI.1 Tahun 1999/2000. P3PK UGM. Yogyakarta.Dalem, A.A.G.R. 2008. Merumuskan Prinsip-prinsip dan Kriteria Ekowisata Daerah Bali. Jurnal Bumi Lestari,4(2). 41-48Dawi, M. 2006. Model Pengelolaan Ekowisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Mai‘ting Kabupaten TanaToraja. http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_1_1/dawi-4.pdf [Februari 2009].Delie, A.S. 2008. Pemodelan Sistem Dinamik Pengembangan Pariwisata Dalam Pengelolaan SumberdayaPesisir Berkelanjutan. www.wisatamelayu.com/id/article.php?a=Z2VlL3c%3D [Februari 2009].Dinas Kebudayaan Propinsi Bali. 2008. Data Subak dan Subakabian Kabupaten/Kota Se-Bali Tahun2006 – 2008. Dinas Kebudayaan Propinsi Bali. Denpasar.Dirawan, G.D. 2003. Analisis Sosio-ekonomi dalam Pengembangan Ekotourisme pada Kawasan SuakaMarga Satwa Mampie Lampoko. http://tumoutou.net/702_07134/gufran_dd.pdf [Februari 2009].Kusumadewi, S., H. Sri, H. Agus, dan R. Wardoyo. 2006. Fuzzy Multi-Atribute Desicion Making (FuzzyMADM). Graha Ilmu. Yogyakarta.Lorenzen, R.P. and S. Lorenzen. 2011. Changing Realities—Perspectives on Balinese Rice Cultivation. HumanEcology, 39. 29-42.Lubis, H.S. 2006. Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas Di Kawasan WisataTangkahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Tesis. Program Pascasarjana Univrsitas SumateraUtara. Medan.Murtiningrum. 2005. Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Pasca PIK di Jawa Timur dengan Teori Set Kekaburan.Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Keteknikan Pertanian (PERTETA). 15-16 November2005. Bandung.Murtiningrum, A.A. Dewi, dan R. Dadang. 2007. Penilaian Kinerja Jaringan Irigasi Tersier MenggunakanTeori Himpunan Kekaburan. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Keteknikan Pertanian(PERTETA) 2007. Yogyakarta.Sembiring, I., Hasnudi, Irfan, dan U. Sayed. 2004. Survei Potensi Ekowisata Di Kabupaten Dairi. ProgramStudi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fp/hutaniskandar2. pdf [November 2008].Suradnya, I.M. 2008. Analisis faktor-faktor daya tarik bagi wisata Bali dan implikasinya terhadap perencanaanpariwisata daerah Bali. SOCA, 6(3). 106-119.Sutawan, N. 2005. Subak Menghadapi Tantangan Globalisasi. Dalam: Revitalisasi Subak Dalam MemasukiEra Globalisasi, editor : I Gde Pitana dan I Gede Setiawan AP.). Andi Ofset. Yogyakarta.Sutawan, N. 2008. Organisasi dan Manajemen Subak di Bali. Penerbit Pustaka Bali Post, Denpasar.Tim Pelaksana Program Ekstensi Fak. Pertanian Unud. 2008. Pengembangan Laboratorium Sosial di SubakAnggabaya, Kota Denpasar, Fasilitasi Kerjasama Dengan Dunia usaha/lembaga. Kerjasama BadanPerencanaan Pembangunan Kota Denpasar dengan Program Ekstensi Fak. Pertanian Unud, Denpasar.Tim Peneliti Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kepariwisataan Universitas Udayana. 2005. IdentifikasiPotensi dan Prospek Pengembangan Ekowisata di Desa Sambangan, Kec. Sukasada, Kab. Buleleng.Kerjasama Dinas Pariwisata Provinsi Bali dengan Pusat Penelitian Kebudayaan dan KepariwisataanUniversitas Udayana, Denpasar.Windia, W. 2006. Transformasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana. PenerbitPustaka Bali Post, Denpasar.Windia, W., K. Suamba., dan M. Sarjana. 2007. Pengembangan Subak Lod Tunduh, Singakerta sebagaiKawasan Pertanian Berbasis Agrobisnis dan Agrowisata. Kerjasama Jurusan Sosial EkonomiPertanian Fak. Pertanian Unud dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pemda Kab. Gianyar,Bali.Windia, W., M. Wirartha., K. Suamba., dan M. Sarjana. 2008. Model Pengembangan Agrowisata di Bali.SOCA, 7(1). 20-32.

Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 294 - 302