Upload
lena-sinawang
View
263
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Memahami materi pembelajaran sejarah melalui pembuatan Komik oleh siswa secara berkelompok kelas XI. IPADra. Helena Asri Sinawang, M.H., SMA Negeri 1 Bandung, Jl. Ir . H. Juanda . No. 93 Bandung, [email protected] No Hp: 0818216375ABSTRAK Inovatif dalam pembelajaran sejarah diperlukan daya kreativitas yang tinggi , selain melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar, didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. Sejarah menumbuhkan apresiasi
Citation preview
Memahami materi pembelajaran sejarah melalui pembuatan Komik oleh siswa secara berkelompok kelas XI. IPA
Dra. Helena Asri Sinawang, M.H., SMA Negeri 1 Bandung, Jl. Ir . H. Juanda . No. 93 Bandung, [email protected] No Hp: 0818216375
ABSTRAK
Inovatif dalam pembelajaran sejarah diperlukan daya kreativitas yang tinggi , selain melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar, didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. Sejarah menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau, pemahaman terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. Melalui alur penelitian tindakan dalam pembelajaran sejarah ,media komik sebagai alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran dan komunikasi belajar diharapkan mencapai hasil maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Peran komik sebagai media pembelajaran dapat menimbulkan imajinasi dan mempersiapkan stimulus berfikir kreatif.Komik-sejarah dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi bermain peran menggunakan media komik dapat membuat peserta didik merasa senang, santai dan tidak merasa tegang dalam mengikuti pembelajaran.
Kata Kunci : Komik media pembelajaran sejarah
.
1
Dewasa ini remaja pada umumnya kurang memiliki kebiasaan membaca, sehingga hanya
dalam pembelajaran di sekolah yang mengharuskan peserta didik membaca, peserta didik akan
merasa bosan bahkan malas lalu merasa tidak perlu untuk mempelajarinya. Keadaan ini harus
dibenahi oleh pelaku-pelaku pendidikan. Kendati demikian, agak sulit merubah paradigma peserta
didik tentang kebiasaan membaca ini karena telah membudaya.
Oleh karena itu diperlukan adanya inovasi dalam pembelajaran yang mengharuskan peserta
didik mau membaca hal ini sangat penting, Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti mencoba
membuat komik sejarah sebagai inovasi yang dapat dikatakan PAKEM GEMBROT (Pembelajaran,
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan gembira dan berbobot). Dalam komik sejarah ini menampilkan
materi sejarah dalam bentuk cerita bergambar yang menarik bertujuan untuk lebih mudah dipahami
dan menyenangkan. Mempelajari materi sejarah dengan mengkonversi teks menjadi gambar dan
dengan disertai warna-warna yang menarik juga diselingi dengan humor-humor halus serta alur cerita
yang lucu.
Pembelajaran sejarah diantaranya adalah menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap
proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga
masa kini dan masa yang akan datang, menumbuhkan kesadaran diri peserta didik sebagai bagian
dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan
dalam berbagai bidang kehidupan, baik nasional maupun internasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peserta didik perlu mengikuti kegiatan belajar dan mengajar
yang memadai. Dari proses belajar mengajar diharapkan terjadi perubahan yang relatif permanen
terhadap kemampuan, ketrampilan, sikap dan perilaku peserta didik sebagai akibat dari pengalaman
atau pelatihan dalam kegiatan belajar. Dengan tujuan tersebut maka diperlukan metode inovatif yang
kreatif dan bervariasi seperti metode kooperatif dengan menggunakan media komik yang dibuat oleh
peserta didik sendiri. cukup menyenangkan dan memuaskan . Materi yang diberikan untuk pembuatan
komik yaitu tentang : ”Latar belakang penyebab jatuhnya kekuasaan politik pada masa Orde Lama ke
Orde Baru dikaitkan dengan peristiwa G 30 S/ PKI”. Sebagai upaya untuk memotivasi maka melalui
siklus-siklus dalam PTK dengan alur perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dapat dilakukan
peningkatan untuk belajar sejarah dengan menggunakan pembuatan media komik oleh peserta didik
secara berkelompok.
2
Setiap mata pelajaran mempunyai Karakteristik yang khas. Demikian juga halnya dengan mata
pelajaran sejarah. Adapun Karakteristik mata pelajaran sejarah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sejarah terkait dengan masa lampau
2. Sejarah bersifat kronologis
3. Dalam sejarah ada tiga unsur penting, yakni manusia, ruang dan waktu
4. Dalam sejarah ada prinsip sebab akibat
5. Sejarah pada hakikatnya adalah suatu peristiwa dan perkembangan masyarakat yang
menyangkut berbagai aspek atau dimensi kehidupan (seperti politik, ekonomi, social, budaya,
agama dan keyakinan)
6. Pelajaran sejarah di SMA adalah mata pelajaran yang mengkaji permasalahan dan
perkembangan masyarakat dari masa lampau sampai masa kini, baik di Indonesia maupun di
luar Indonesia.
Karakteristik pelajaran sejarah, menandakan bahwa betapa pentingnya belajar sejarah, namun
sangat dirasakan kurang minatnya peserta didik yang ingin belajar sungguh-sungguh tentang sejarah,
baik sejarah Indonesia maupun sejarah Dunia. Untuk itu perlu diadakan modifikasi media untuk
memotivasi agar menarik minat siswa untuk belajar sejarah. Diantaranya yaitu dengan menggunakan
media grafis komik .
Teridentifikasi masalah di kelas XI IPA .6 SMA Negeri 1 Bandung semester genap tahun ajaran
2010/2011 untuk belajar dengan maksimal apakah pembuatan dan penggunaan media komik oleh
peserta didik dapat dilakukan dan digunakan sehingga pemahaman materi sejarah dapat terserap
dengan baik.
Secara umum jika dilihat hasil jawaban dari angket yang dibagikan pada peserta didik kelas XI.
IPA. 6 SMA Negeri 1 Bandung sudah baik , dari 15 aspek yang diajukan rata-rata diatas 85%
jawaban positif . Perolehan nilai kognitif awal 79,68 artinya sudah diatas KKM (73) , namun
sebanyak 47,1 % menyatakan tidak puas dengan nilai yang diperoleh selama ini dan hanya 5,9 %
yang menyatakan pelajaran sejarah itu tidak penting
Dengan pernyataan demikian maka alternatif pemecahan masalah adalah mengupayakan
dengan penggunaan metode kooperatif dengan membuat komik dan mempresentasikan secara
3
berkelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas belajar kelompok yang teratur dan
terstruktur, dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompoknya, dirinya sendiri serta termotivasi
untuk meningkatkan pembelajaran yang lainnya.
Penerapan metode kooperatif, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi
pembelajaran sejarah melalui media komik sejarah yang dibuatnya sendiri. Selain itu juga diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik,karena didukung oleh media komik yang
benar-benar dibuatnya sendiri secara imajinatif dan sesuai dengan karakter gambar yang dibuatnya.
Komik merupakan bacaan yang sangat digemari oleh anak-anak, karena isi dari komik berupa
tulisan-tulisan yang lucu, selain itu juga didalam komik terdapat banyak gambar-gambar yang
menarik. Sehingga anak-anak sangat senang membaca komik daripada buku pelajaran (Daryanto,
2010 : 128). Will Eisner tahun 1996 dalam bukunya Graphic Storytelling, dimana ia mendefinisikan
komik sebagai “tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik.”
Sebelumnya, tahun 1986, dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan
struktur komik sebagai sequential art, “ susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu
atau mendramatisasi suatu ide.”
Buku-buku komik dapat dipergunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha
membangkitkan minat, mengembangkan pembendaharaan kata-kata dan keterampilan membaca,
serta untuk memperluas minat baca. Penggunaan komik dalam pengajaran sebaiknya dipadukan
dengan metode pembelajaran, sehingga komik dapat menjadi alat pengajaran yang efektif.
Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana anak-anak mambacanya tanpa harus dibujuk. Melalui
bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca siswa
((Nana Sudjana, Ahmad Rivai 2005:64).
4
Metode
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena
penelitian ini dilaksanakan berangkat dari permasalahan pembelajaran di kelas, kemudian ditindak
lanjuti dengan penerapan suatu tindakan pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan
penerapan kembali pada siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi berdasarkan temuan
saat refleksi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti berusaha untuk
menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.
Karena penelitian dilaksanakan dengan setting kelas, maka disebut penelitian tindakan kelas (PTK)
PTK adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan rasional dari tindakan–tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
terhadap tindakan–tindakan yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan melalui 4 tahap, yakni:
Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflective).
Pada pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat yaitu guru sejarah
SMA Negeri 1 Bandung. Membantu mengamati dan mengumpulkan data pada saat penelitian sedang
berlangsung dan juga memberikan informasi–informasi selama proses penelitian berlangsung.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus diharapkan ada
perubahan yang dicapai.
A. Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan Mc Taggart
(dalam Suranto,200:49), model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana,
tindakan (pelaksanaan) , pengamatan (observasi), refleksi, dan perencanaan kembali yang
merupakan dasar untuk suatu rancangan pemecahan masalah.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggar (dalam Suranto, 2000:49)
dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
5
B. Subjek Penelitian dan Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandung kelas XI. IPA. 6 dengan jumlah sebanyak
34 peserta didik menjadi pilihan karena penulis mengajar dikelas ini dan prestasi belajar rata-rata
dalam penilaian secara umum perlu diadakan motivasi ekstra agar belajar sejarah dapat lebih
maksimal , waktu penelitian semester genap tahun ajaran 2010/2011 1 Bulan (3 Mei – 31 Mei 2011)
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan pra tindakan yaitu mengadakan identifikasi pembelajaran di kelas
XI. IPA. 6 SMA Negeri1 Bandung ,baru dilaksanakan tindakan yang terdiri dari dua siklus. Setiap
siklus ada empat tahapan yaitu (1) persiapan/perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi
6
Refleksi RencanaAwal
Tindakan /Observasi
Rencana yangDirevisi
Refleksi
Rencana yangDirevisi
Tindakan /Observasi
Refleksi
Tindakan /Observasi
Rencana yangDirevisi
Secara rinci masing-masing siklus tindakannya sebagai berikut :
1. Perencanaa
Setiap siklus memerlukan persiapan-persiapan sebagai berikut :
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus pembahasan
yang telah dibuat oleh guru.
Menyiapkan bahan ajar
Penyusunan instrumen sebagai alat observasi
Lembar angket siswa
Membuat format penilaian
2. Pelaksanaan
Tahap Guru
Tahap 1Menentukan materi pempelajaran (”Latar belakang penyebab jatuhnya kekuasaan politik pada masa Orde Lama ke Orde Baru dikaitkan dengan peristiwa G 30 S/ PKI”.) menyampaikan metode dan tujuan yang akan dicapai serta memotivasi peserta didik
Guru menentukan materi pembelajaran, menyampaikan metode yang akan digunakan dan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut serta memotivasi peserta didik dalam belajar.
Tahap 2Menyajikan materi pembelajaran
Guru menjelaskan materi secara ringkas, peserta didik mengembangkan materi dengan mencari dari buku sumber
Tahap 3Mengorganisasikan peserta didikkedalam kelompok-kelompok belajar khususnya sejarah
Guru membagi peserta didik kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Bandung dalam kelompok-kelompok belajar khususnya pelajaran sejarah
7
Tahap Guru
Tahap 4Menginstruksikan masing-masing kelompok membuat komik tentang materi yang baru saja dijelaskan pada kertas gambar dandi beri warna
Guru memberi contoh pembuatan komik sejarah sesuai dengan materi, menggambar, dan membuat dialog yang sesuai dengan materi, diberi warna
Bahan yang digunakan : kertas gambar, alat tulis (pensil, pensil berwarna/spidol/krayon), penggaris
Tahap 5Peserta didik membuat komik secara berkelompok
Guru berkeliling memperhatikan apa yang sedang dikerjakan ole peserta didik
Tahap 6Setelah selesai pembuatan komik hasil dari masing-masing kelompok di pasang berjajar di white board sesuai dengan nomor kelompok
Guru memperhatikan hasil kerja peserta didik dengan memberikan pujian dan penguatan apa yang sudah dikerjakan oleh peserta didik
Tahap 7Memberikan kesempatan pada kelompok yang sudah siap untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dalam pembuatan komik
Guru menilai kelompok yang sedang presentasi . Nilai secara pribadi dalam kognitif, afektif dan psikomotor
Tahap 8Presentasi dilakukan dua kali pertemuan, dalam presentasi masing-masing kelompok diberi waktu hanya lima menit untuk menjelaskan komik yang dibuatnya, dan diberi kesempatan jika ada yang mau bertanya, menanggapi.
Guru memberitahu pada peserta didik aspek-aspek yang dinilai: Nilai Kognitif :
1. Kesesuaian ide dengan materi2. Keterwakilan materi dalam
komik bergambar3. Kronologis gambar yang
ditampilkan4. Kreativitas dan imajinasi
Nilai Afektif :1. Minat dalam memperhatikan
8
Tahap Guru
guru menerangkan2. Aktivitas bertanya dan
menjawab dalam pembelajaran3. Semangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran4. Menghargai kelompok lain yang
presentasi
3. Observasi
Pada setiap siklus dilakukan pengamatan dengan instrumen yang telah disediakan, yaitu :
Penilaiaan tentang : Antusiasme siswa dalam mempersiapkan diri untuk belajar sejarah,
Kesiapan dalam menguasai materi sejarah dan bekerja sama dengan teman,
Kepedulian dalam membuat tugas-tugas sejarah
Lembar Observasi Peran Guru/Peneliti
Lembar Observasi Peran Peserta Didik
4. Refleksi
Tentang apa yang harus diperbaiki untuk tindakan selanjutnya.
Setiap akhir siklus dilaksanakan refleksi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
peserta didik dalam memperoleh prestasi secara kognitif, afektif dan psikomotor, Diadakan diskusi
dengan siswa dalam proses masukan-masukan maupun tanggapan dan komentar dari siswa
sehingga dari refleksi tersebut dapat melakukan tindakan perbaikan yang tepat.
Sesuai dengan pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan
kelas, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan, karena peneliti bertindak sebagai
perencana, pelaksana dan pembuat laporan.
D. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil observasi, angket, wawancara
dan ulangan harian peserta didik,Sumber data adalah peserta didik yang menjadi subjek penelitian
yaitu kelas XI. IPA. 6 yang berjumlah 34 orang merupakan sumber data secara klasikal. Catatan-
9
catatan, silabus pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), hasil nilai siswa , dan hasil
observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan
kelas ini digunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket,
ulangan harian, dan lembar observasi.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian dianalisis. Perolehan data selama penelitian akan
dianalisis sebagai berikut:
1. Analisis data observasi pengelolaan kegiatan pembelajaran pembuatan dan penggunaan media
komik . Data observasi diperoleh dari pengelolaan kegiatan pembelajaran pembuatan dan
penggunaan media komik. Data ini digunakan untuk menganalisis kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran kooperatif dengan ketentuan sebagai berikut:
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = sangat baik
Pembelajaran dianggap telah berlangsung efektif bila guru telah mampu mengelola pembelajaran
dengan mencapai kriteria baik atau sangat baik
2. Analisis hasil ulangan harian
Data hasil ulangan harian digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar, dengan
ketentuan sebagai berikut (Depdikbud, 1994):
a. siswa secara individu telah mencapai skor minimal 65% dalam menyelesaikan soal tes;
b. secara klasikal ada 85% siswa yang telah mencapai skor 65%.
Prestasi belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya peningkatan hasil ulangan
harian dari siklus 1 ke siklus berikutnya.
Data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dianalisis dengan menghitung
rata-rata setiap aspek dari beberapa kali pertemuan yang dilaksanakan. Pembelajaran dianggap telah
berlangsung efektif bila guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan mencapai kriteria baik
atau sangat baik.
3. Analisis hasil ulangan harian
Data hasil ulangan harian digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar, dengan
ketentuan sebagai berikut (Depdikbud, 1994):
a. Secara klasikal nilai yang diperoleh pada siklus pertama rata-rata 79,68 cukup mencapai
KKM Sejarah.
10
b. Secara klasikal nilai yang diperoleh pada siklus kedua rata-rata yaitu 94,68 dengan
menggunakan media komik menunjukkan peningkatan.
Prestasi belajar siswa dikatakan sangat baik jika telah menunjukkan adanya peningkatan hasil
ulangan harian dari siklus 1 ke siklus berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan orientasi sebagai
studi pendahuluan. Dalam kegiatan ini mendiagnosis peserta didik khususnya pada pemahaman
peserta didik terhadap pembelajaran sejarah dan melihat hasil ulangan yang sudah cukup baik yaitu
79,68. Hasil pengamatan dan evalusi tersebut kemudian dijadikan bahan untuk mencari upaya untuk
lebih memaksimalkan dalam pemahaman dengan tingkat kualitas yang tinggi (tahap tindakan) pada
siklus penelitian.
Secara umum penilaian awal memperoleh nilai total 8, jadi termasuk kategori baik nilai maksimal 12
jadi masih belum mencapai kategori sangat baik.
Ni;ai total minimum : 3 x 1 = 3Nila total maksimum : 3 x 4 = 12
Kategori Nilai TotalKurang Cukup Baik Sangat
Baik1 - 3 4 - 6 7 - 9 10 - 12
Siklus I Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada kelas XI. IPA.6 SMA Negeri
1 Bandung selama proses pembelajaran. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam,
peneliti mengadakan diskusi secara khusus dengan guru-guru terutama guru yang mengajar di kelas
tersebut. Kemudian peneliti memberikan refleksi sebagai refleksi awal yang akan digunakan sebagai
dasar untuk menentukan fokus masalah pada penelitian .
Sebelumnya peneliti membagikan angket pada peserta didik sebanyak 34 dan hasil angket menunjukkan sebagai berikut :
11
NO ASPEK-ASPEK %
YA TIDAK
1 Pelajaran sejarah sangat menyenangkan 28,4% 17,6%
2 Senang dengan metode yang digunakan untuk belajar sejarah selama ini
100%
3 Kreatifitas guru sangat diharapkan dalam pembelajaran sejarah
100%
4 Saya suka dengan diskusi sejarah 85,3% 14,7%5 Sudah puas dengan nilai yang diperoleh selama ini 52,9% 47,1%6 Tugas sejarah sangat merepotkan 26,5% 73,5%7 Media yang digunakan dalam pembelajaran sejarah
sudah sesuai85,3% 14,7%
8 Kooperatif dalam belajar sejarah sangat efektif 94,1% 5,9%9 Tanya jawab membuat saya lebih memahami belajar
sejarah88,2% 11,8%
10 Teman sekelompok sangat membantu saya dalam memahami pelajaran sejarah
85,3% 14,7%
11 Tujuan pembelajaran selalu diberitahu oleh guru sebelum KBM dimulai
97,1% 2,9%
12 Pembelajaran sejarah membuat daya kreatifitas dan berpikir kritis saya berkembang
100%
13 Saya pernah belajar sejarah di kelas dengan pasangan sebangku
76,5% 23,5%
14 Belajar sejarah diLab IPS lebih konsentrasi dibanding dengan di kelas
85,3% 14,7%
15 Pelajaran sejarah mempelajari peristiwa masa lalu, yang sebenarnya tak penting
5,9% 94,1%
Hasil angket pada refleksi awal menunjukkan bahwa 100% peserta didik senang dengan
metode yang digunakan untuk belajar sejarah selama ini, kreatifitas guru sangat diharapkan dalam
pembelajaran, pembelajaran sejarah membuat daya kreatifitas dan berpikir kritis berkembang. 73, 5%
menyatakan tugas sejarah sangat merepotkan. Hamya 5,9% yang menyatakan pelajaran sejarah
tidak penting.
Peneliti menyiapkan data yang berupa nilai ulangan harian dari konsep sebelumnya. Dari nilai
ulangan harian, maka guru dan observer membagi siswa ke dalam kelompok belajar. Pembentukan
12
kelompok bertujuan untuk menciptakan masyarakat belajar atau siswa belajar dalam kelompok-
kelompok (Nurhadi dkk., 2004).
Siklus I :
Langkah pada siklus I dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah (1) menyusun lembar
observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif, (2) menyusun rencana pelajaran , (3) menyusun
materi dan instrument soal, kunci jawaban. (4) Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran seperti: media, alat tulis, dan kertas.
Sesuai jadwal pembelajaran pada SMA Negeri 1 Bandung , pengumpulan data dimulai dari 3
Mei – 31 Mei 2011. Alokasi waktu untuk tiap jam pelajaran adalah 45 menit.
1. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelajaran (RP), dan instrumen penelitian
seperti lembar observasi, instrument soal dan kunci jawabannya.
b) Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan observer. Peneliti sebagai pelaksana
tindakan. Observer pada penelitian ini adalah teman sejawat yang bertugas mengisi lembar
observasi guru dan peserta didik. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran seperti: media, alat tulis, dan kertas.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dilaksanakan 2 kali pertemuan, pertemuan pertama pada
hari Selasa tanggal 3 Mei 2011 berlangsung selama 1 X45 menit .Pada kegiatan ini dibagi dua tahap
yaitu :1) guru menentukan materi pembelajaran, menyampaikan metode yang akan digunakan dan
tujuan pelajaran yang ingin dicapai serta memotivasi peserta didik dalam belajar. 2 Guru menjelaskan
materi secara ringkas, peserta didik mengembangkan materi dengan mencari dari buku sumber.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 10 Mei 2011 dengan alokasi waktu 1
X 45 menit. Pada kegiatan ini dibagi atas dua tahap yaitu : 1) Mengorganisasikan peserta didik
kedalam kelompok –kelompok pembelajaran sejarah, 2) Menginstruksikan masing-masing kelompok
membuat komik tentang materi yang baru saja dijelaskan pada kertas gambar dan diberi warna, Guru
member contoh pembuatan komik sejarah sesuai dengan materi, menggambar, dan membuat dialog
yang sesuai dengan materi dan diberi warna. (Bahan yang digunakan : kertas gambar, alat tulis
(pensil, pensil warna, spidol warna, krayon) penggaris).
3. Observasi : Peran Guru
13
Hasil observasi yang dinilai oleh observer pada siklus 1 peran guru mendapat nilai 45 dengan
nilai maksimum 68 artinya dengan nilai 45 ada pada kategori baik, dengan keterangan sebagai
berikut :
Peserta Didik :
Hasil observasi yang dinilai oleh observer pada siklus 1 pada peserta didik mendapat nilai 26
dengan nilai maksimum 48 artinya dengan nilai 26 ada pada kategori baik, namun rata-rata rata-rata
kategori nilai yang diperoleh adalah kategori cukup dengan keterangan sebagai berikut :
Keterangan :
Ni;ai total minimum : 12 x 1 =
12
Nila total maksimum : 12 x 4 =
48
Kategori Nilai Total
Kurang Cukup Baik Sangat
Baik
1 - 12 13- 24 25 - 36 37 - 48
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus 1, yang perlu
diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Dalam kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil dengan baik dan memenuhi
seluruh aspek pembelajaran. Dari hasil observasi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada peran
guru antara lain: Ketepatan metode yang digunakan, Mencatat partisipasi peserta didik selama KBM,
Membantu kelompok untuk mengemukakan ide ketika mengalami kesulitan. Peran Siswa ada
beberapa aspek yang dinilai masih kurang kurang yaitu : Merespon pembelajaran, pemahaman
materi, Tertib dikelas selama KBM, Penggunaan waktu yang tersedia
14
Keterangan :
Ni;ai total minimum : 17 x 1 =
17
Nila total maksimum : 17 x 4 =
68
Kategori Nilai Total
Kurang Cukup Baik Sangat
Baik
1 - 17 18 - 34 35 - 51 52 - 68
Dengan hasil observasi tersebut maka perlu di lakukan perbaikan tindakan selanjutnya pada
Siklus ke II.
Siklus II
Dalam siklus kedua pun dilakukan rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi.
1. Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka rencana tindakan pada siklus II adalah sebagai
berikut:
a) Menyusun rencana pelajaran.
b) Menyiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif pada pembuatan dan
penggunaan media komik baik untuk guru maupun untuk peserta didik
c) Menyiapkan instrument contoh-contoh komik sejarah.
d) Mempersiapkan peserta didik untuk melakukan pembuatan gambar komik secara berkelompok
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan yang pertama pada hari
Selasa tanggal 24 Mei 2011 berlangsung selama 1 X 45 menit, pelaksanaan dengan tahapan sebagai
berikut: 1) peserta didik membuat komik secara berkelompok sementara guru keliling
memperhatikan , sudah sebatas mana yang telah dikerjakan oleh peserta didik sambil memberikan
pujian dan penguatan . Jjka telah selesai maka pekerjaan semua kelompok ditempel pada whiteboard
di ruangan laboratorium IPS.
Pertemuan kedua pada siklus kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 31 Mei 2011 dengan
waktu 1 X 45 menit di laboratorium IPS untuk mempersentasikan hasil komik yang dibuat.
Memberikan kesempatan pada kelompok yang sudah siap untuk presentasi , guru menilai secara
individual dalam aspek kognitif dan afektif. Setiap peserta didik mendapat kempatan
mempresentasikan komiknya masing-masing lima menit
3. Observasi
a) Penilaian Akhir secara Umum
15
Untuk penilaian secara umum pada akhir penelitian mendapat nilai total 10 artinya ada pada
kategori sangat baik. Pada awal penilaian hanya memperoleh nilai 8, nilai maksimum adalah 12
jadi banyak peningkatan.
b) Peran Guru
Hasil observasi yang dinilai oleh observer pada siklus II peran guru memperoleh nilai 56
dengan nilai maksimum 68 artinya dengan nilai 56 ada pada kategori sangat baik , jika
dibandingkan dengan siklus I yaitu memperoleh nilai 45 maka terdapat peningkatan yang baik.
c) Peserrta Didik
Hasil observasi yang dinilai oleh observer pada siklus II pada peserta didik mendapat nilai 43
dengan nilai maksimum 48 artinya dengan nilai 43 ada pada kategori sangat baik, jika
dibandingkan dengan siklus I yaitu 26 , maka terdapat peningkatan yang cukup baik.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan kedua, maka dapat dikatakan bahwa
melalui tahapan yang dilakukan pembuatan media komik dan penggunaannya lebih menyenangkan
dan mudah dipahami dan pada persentasi yang dilakukan guru memberitahu pada peserta didik
aspek-aspek yang dinilai yaitu :
Nilai Kognitif :
1. Kesesuaian ide dengan materi
2. Keterwakilan materi dalam komik bergambar
3. Kronologis gambar yang ditampilkan
4. Kreativitas dan imajinasi
Nilai Afektif :
1. Minat dalam memperhatikan guru menerangkan
2. Aktivitas bertanya dan menjawab dalam pembelajaran
3. Semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
4. Menghargai kelompok lain yang presentasi
Nilai Psikomotor :
1. Sikap saat presentasi
2. Mimik wajah saat presentasi
3. Ketrampilan menarik perhatian audiens ketika presentasi
4. Tidak melakukan aktivitas yang menganggu teman lain.
16
Dari hasil evaluasi presentasi maka dapat diperoleh nilai rata-rata 94.68. jadi jika dibanding
dengan nilai awal adalah 79,68 jadi cukup banyak peningkatan sementara KKM adalah 73.
Nampak perbedaan peningkatan perolehan antara siklus I dan siklus II :
a. Penilaian awal dan akhir secara umum
b. Observasi Guru
c. Observasi Peserta Didik
.
17
siklus I siklus II05
1015202530354045
Series1
siklus I siklus II0
10
20
30
40
50
60
Series1
siklus I siklus II0
2
4
6
8
10
Series1 Siklus I : nilai 8Siklus II : nilai 10
Siklus I : nilai 45Siklus II : nilai 56
Siklus I : nilai 26Siklus II : nilai 43
d. Evaluasi nilai ulangan Siklus I dan Siklus II
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Komik merupakan media pembelajaran yang bersifat visual. Pembuatan komik sejarah memiliki
alur cerita yang sesuai dengan materi dan dapat dipahami karena ditunjang dengan ilustrasi gambar
sehingga memberikan nilai lebih pada proses imajinasi dan daya tangkap peserta didik. Kemampuan
imajinasi seseorang dapat berkembang dengan baik jika ditunjang dengan bukti konkret.
Pembelajaran sejarah dengan melakukan pembuatan dan menjadikan sebuah media ternyata
menghasilkan kreativitas yang tinggi bagi peserta didik. Dengan pembuatan cerita bergambar sesuai
dengan materi membuat peserta didik lebih kritis bahkan antusias dalam melakukan pembuatan
komik tersebut bahkan menimbulkan emosi yang tinggi terhadap gambar yang dibuatnya sebagai
pelaku cerita tersebut dengan demikian membuat peserta didik lebih memahami akan materi sejarah
yang sedang dipelajari . Maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan dan penggunaan media komik
oleh peserta didik dapat dilakukan dan digunakan sehingga pemahaman materi sejarah dapat
terserap dengan baik. Pembuatan dan penggunaan media komik dapat membuat seseorang akan
belajar secara maksimal jika berinteraksi dengan stimulus yang cocok dengan gaya belajarnya.
Dengan demikian, komik sebagai media pembelajaran merupakan salah satu media yang dipandang
efektif untuk membelajarkan dan mengembangkan kreativitas bagi peserta didik.
Saran
Disarankan sebaiknya pihak-pihak yang terkait dapat membuat komik sebagai media belajar dalam
sesuai dengan materi itu sendiri., karena pada dasarnya masih banyak peserta didik yang malas
18
siklus I siklus II70
75
80
85
90
95
Series1
Siklus I : nilai 79,68Siklus II : nilai 94,68
membaca buku pelajaran, jadi jika dibuat komik kemungkinan minimal akan menarik minat peserta
didik untuk membaca dengan demikian materi mudah dipahami, apalagi dibuat cover yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,1997. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta
Azhar Arsyad,2005. Media Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Depdiknas. 2008. Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action esearch). IBRD OAN No 3979 – IND
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2005 Media Pengajaran, Sinar Baru Algensindo, Bandung
Moch Surya, 1999, Dalam Proses Belajar Mengajar , PT. Remaja Rorda Karya Bandung.
Rochiati Wiraatmadja, 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru
dan Dosen, Remaja Rosdakarya , Bandung.
Roestiyah N.K, 2008. Strategi Belajar Mangajar, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Syamsudi Asep. 2002. Pengantar Strategi Belajar Mengajar, FKIP UNPAS. Bandung
Syamsulbahri Asep& Ani Setiani 2003, Pengantar Profesi Pendidikan. FKIP UNPAS. Bandung
Utami Munandar.1999. Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Internet: Karpet Biru, “Komik”, Mikon Diffy 22 Desember 2001,
Hhtp://mikon.diffy.com/mikon/artikel4.htm
Heru Dwi Waluyanto , Mei, 26, 2010 Komik sebagai Media Komunikasi Pembelajaran.
Academic Writing
19
FOTO –FOTO
20