56
1 Disusun oleh : Kelompok VIII Argiati (05.13.064) Saidatur rahma (05.13.104) Bella dwi audina (05.13.069) Erlin mayang sari (05.13.077) Astride fazani (05.13.066) Resi agustin (05.13.099) Kaget asoka (05.13.119) Dosen pembimbing: Puji Setya Rini,S.kep.Ns,M.kes

PSIK 4B Kelompok 8 (Spondilitis Ankilosis)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

muskuloskletal

Citation preview

Disusun oleh:Kelompok VIII

Argiati

(05.13.064)Saidatur rahma(05.13.104)Bella dwi audina(05.13.069)

Erlin mayang sari (05.13.077)

Astride fazani (05.13.066)

Resi agustin (05.13.099)

Kaget asoka (05.13.119)Dosen pembimbing:

Puji Setya Rini,S.kep.Ns,M.kes

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2015/2016KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem muskuloskletal oleh Ibu Puji Setya Rini, S.Kep.Ns, M. Kep mengenai Spondilitis Ankilosis . Di samping itu, kami juga berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para khalayak luas tentang penyakit yang menyerang tulang tersebut. Dengan terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah sistem muskuloskletal karna memberi tugas ini sehingga menambah pengetahuan dan kami dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit Spondilitis Ankilosis ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 11 April 2015 Penyusun Kelompok VIIIDAFTAR ISIKATA PENGANTAR

1DAFTAR ISI

2BAB 1 PENDAHULUAN

31. Latar belakang

32. Rumusan masalah

43. Tujuan penulisan

41. Tujuan umum

42. Tujuan khusus

4BAB 2 PEMBAHASAN

51. Definisi

52. Etiologi

53. Anatomi patologi

74. Epidemilogi

95. Patofisiologi dan pathway

106. Gejala klinis

127. Menifestasi klinis

148. Komplikasi

159. Diagnosis

1510. Penatalaksanaan medic

2211. Prognosis

28BAB 3 RENCANA KEPERAWATAN

291. Pengkajian

292. Diagnosis keperawatan

313. Intervensi dan implementasi keperawatan

314. Evaluasi keperawatan

34BAB 4 PENUTUP

361. Kesimpulan

362. Saran

36DAFTAR PUSTAKA

37BAB I

PENDAHULUANI. Latar BelakangSpondilitis ankilosis adalah suatu penyakit inflamasi progresif dari kolumna vertebrae dan jarinagan disekitarnya yang dimulai pada pinggang dan akhirnya menyebabkan ankilosis dan deformitas keseluruhan kolumna vertebrae. Penyakit ini menyerang laki-laki dan wanita, namun biasanya yang lebih sering adalah laki-laki. Serangan umumnya terjadi pada usia 10-30 tahun, namun penyakit ini berkurang pada usia 50 tahun. Sampai saat ini penyebab penyakit spondilitis ankilosis belum diketahui. Spondilitis dapat juga timbul sebagai komplikasi TBC melalui penyebaran secara hematogen.Penyakit ini bersifat kronis dan progresif, radang biasanya mulai timbul dari seputar sendi sakrpiliaka, sendi panggul, dan sendi sinovial pada spinal. Inti kuman biasanya merusak kartilago tulang yang terserang. Proses peradangan terus berlanjut pada tulang belakang dan merusak hampir seluruh tulang belakang, sehingga menyebabkan fusi atau kekakuan atau persatuan tulang pada sendi sakroiliaka dan spinal lain melalui serviks. Proses fusi ini dapat terjadi setelah 10 hingga 20 tahun.Gejala klinis yang timbul biasanya bervariasi, dari yang paling ringan sampai berat. Gejala klinis sangat bergantung pada beratnya penyakit, kecepatan berkembang, lamanya penyakit, banyaknya vertebrae yang terkena, dan progresivitas penyakit pada tiap ruas vertebrae. Gejala dapat berupa nyeri dan kaku pada vertebrae yang menjalar ke bokong, keterbatasan mobilitas , keletihan, malaise, dan pasien merasa tidak nyaman pada daerah dada. Disamping itu, pasien mengeluh kurang nafsu makan dan kehilangan berat badan. Perubahan pada tulang belakang pada penyakit ini sangat spesifik yang disebut sebagai deformitas poker back atau kifosis pada sendi servikodorsal.

II. Rumusan Masalah:

1. Apa pengertian spondilitis ankilosis?2. Apa penyebab terjadinya spondilitis ankilosis?3. Siapa yang menjadi korban spondilitis ankilosis?4. Kapan terjadi spondilitis ankilosis?5. Dimana tempat terserang spondilitis ankilosis?6. Mengapa bisa terjadi spondilitis ankilosis?7. Bagaimana penanganan spondilitis ankilosis?8. Bagaimana gambaran umum Asuhan keperawatan dari spondilitis ankilosis?

III. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum.

Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang penyakit Spondilitis ankilosis.2.Tujuan Khusus

a. Mampu memahami pengertian tentang spondilitis ankilosis

b. Mampu memahami patofisiologi tentang spondilitis ankiosisc. Mampu memahami manifestasiklinis tentang spondilitis ankilosisd. Mampu memahami pemeriksaan penunjang tentang spondilitis ankilosis

e. Mampu memahami penatalaksanaan medis tentang spondilitis ankilosisf. Mampu memahami komlikasi spondilitis ankilosisg. Mampu merancang rencana Keperawatan yang benar bagi pasien dengan spondilitis ankilosisBAB II PEMBAHASAN

Spondilitis Ankilosis

I. Definisi

Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit jaringan ikat yang ditandai dengan peradangan pada tulang belakang dan sendi-sendi yang besar, menyebabkan kekakuan progresif, nyeri dan dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovial, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell Disease atau Becterews DiseaseII. Etiologi

Penyebabnya spondilitis ankilosis belum diketahui, merupakan komplikasi TBC poon melalui penyebaran secara hematogen. Terdapat hubungan antara HLA-B 27 dan triger (infeksi) yang menimbulkan reaksi dalam sistem imunologi dan menimbulkan respon terhadap radang. Meskipun secara tepatnya penyebab ankilosis spondilitis, faktor predisposisi genetik memegang peranan penting pada spondilitis ankilosis. Penyakit ini sering ditemukan pada kelompok keluarga dengan HLA B-27, meskipun demikian tidak setiap orang dengan HLA B-27 menderita spondilitis ankilosis sehingga diduga ada faktor pemicu lainnya. Peran HLA B-27:Antigen leukosit manusia B27-B merupakan alel HLA dari MHC kela 1 molekul dan merupakan penanda genetik kerentanan didirikan paling untuk AS. HLA B27 gen menunjuk sebuah keluarga paling sedikit 31 terkait erat alel, yang dikenal sebagai subtipe. Tidak semua subtipe yang terkait dengan AS, HLA-B 2705 ditemukan dalam semua populasi, seperti induk HLA B27-molekul. Sebagian besar subtipe adalah hasil dari satu atau lebih substitusi asam amino sebagian besar akibat dari perubahan dalam ekson 2 dan 3 yang menyandi alphha -2 domain dari rantai berat dan sepanjang pola geografis tertentu. Subtipe yang paling umum (HLA-B 2705, B2702,B2704, dan B 2707) berhubungan dengan AS. Subtipe HLA-B2706 dan B 2709, yang ditemukan di Asia Tenggara dan Sardinia, masing-masing ,tidak berhubungan dengan AS.Fungsi utama dari molekul Kelas 1 adalah untuk menyajikan antigen peptida ke reseptor pada sel T-sitotoksik (CD8+) T limfosit.HLA Kelas 1 molekul terdiri dari rantai 45-Kd berat polimorfik, noncovalently dikomplekskan dengan rantai cahaya larut nonpolymorphic, 12-kD unit monomorfik, 2m. Rantai berat itu sendiri terdiri dari 3 domain,, 1, 2, 3. Yang 2 pertama domain bersama-sama membentuk 2 heliks antiparalel beristirahat pada platform lembar lipit 8-terdampar ,yang itu sendiri bertumpu pada struktur 2 gentong berasal dari domain ketiga dan 2m. Beristirahat di dalam platform merupaka peptida antigenik yang biasanya 8-11 asam amino panjang. Peptida ini berasal dari protein endogen dan dari protein dari virus dan bakteri yang telah menginvasi sel. Peptida antigenik yang bersentuhan dengan rantai berat di beberapa lokasi yang dikenal sebagaikantong. Saku ini ditunjukan AF sepanjang platform. Filtur yang membedakan HLA-B27 dari HLA Kelas lain yang paling aku alel adalah residu yang disebut B-jadi dari rantai berat. Ini saku B menampung residu kedua peptida antigenik. Residu asam glutamat lapisan ini saku HLA-B27 sangat penting, mendiktekan bahwa B HLA-B27 dapat menampung hanya residu arginin dari peptida. Sebagai akibatnya, residu peptida yang paling cocok adalah arginin. Memang , urutan peptida HLA-B27 endogen menunjukan bahwa peptide entigenik paing terkait dengan HLA-B27 memiliki arginin sebagai residu kedua. Dalam sel-antigen penyajian, molekul MHC menyajikan peptida yang berasal dari antigen kel sel T CD8. Para peptida terbentuk dari degradasi protein dalam sitoplasma oleh proteasomes.Peptida terbentuk dari degradasi dalam sitoplasma oleh proteasomes. Peptida pendek ini diangkut ke ER dimana mereka bertemu MHC kelas 1 molekul. Molekul MHC kelas 1 melipat dengan peptida yang kemudian diangkut ke permukaan sel melalui aparatus Golgi. Pengakuan kompleks MHC peptida oleh reseptor T-sel dari limfosit T antigen-spesisifik melengkapai presentasi antigen.III. ANATOMI PATOLOGILesi yang terjadi adalah sinovitis pada sendi-sendi tulang belakang kemudian terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang mengakibatkan ankilosis.a. Gambaran Klinis Daerah yang Terkena1. Diskus Intervertebralis Ketika orang menua terjadi perubahan biokimiawi tertentu yang mempengaruhi jaringan di seluruh tubuh. Pada tulang belakang, struktur dari diskus intervertebralis (annulus fibrosus, lamellae, dan nucleus pulposus) mungkin dapat mengalami perubahan biokimiawi tersebut. Annulus fibrosus tersusun dari 60 atau lebih pita yang konsentris dari serabut kolagen yang dinamakn lamellae. Nucleus pulposus adalah suatu bahan seperti gel didalam diskus intervertebralis yang dibungkus oleh annulus fibrosus. Serabut kolagen nmembentuk nukleus bersama dengan air dan proteoglikan. Efek degeneratif dari penuaan dapat melemahkan struktur dari annulus fibrosus yang menyebabkan bantalan melebar dan robek. Isi cairan didalam nucleus menurum sesuai dengan usia, mempengaruhi kemampuannya untuk melawan efek kompresi , dan dapat mengurangi ketinggian diskus dan meningktakan risiko herniasi diskus.2. Facet JointSendi facet disebut juga dengan zygapophyseal joints. Masing-masing korpus vertebrae memiliki empat sendi yang bekerja seperti engsel. Ini adalah persendian tulang belakang yang dapat menyebabkan ekstensi, fleksi, dan rotasi. Seperti sendi lainnya, permukaan sendi dari tulang memilki lapisan yang tersusun dari kartilago. Degenerasi facet joint menyebabkan hilangnya kartilago dan pembentukan osteofit. Perubahan ini menyebabkan hipertrofi atau osteoarthiritis atau sebagai degenerasi joint disease3. Tulang dan ligamentOsteofit dapat terbentuk berdekatan dengan lempeng pertumbuhan tulang, sehingga dapat mengurangi aliran darah ke vertebra.Kemudian permukaan pertumbuhan tulang dapat kaku, terjadi suatu penebalan atau pengerasan tulang dibawah lempeng pertumbuhan. Ligament adalah pita dari jaringan ikat yang menghubungkan struktur tulang belakang dan melindungi dari hiperekstensi. Namun demikian,perubahan degeneratif dapat menyebabkan ligament kehilangan kekuatannya.4. Tulang CervicalKompleksitas anatomi dan pergerakan yang luas membuat segmen ini rentan terhadap gangguan yang berkaitan dengan perubahan degeneratif. Nyeri leher sering terjadi .Nyeri dapat menjalar j ke bahu atau ke lengan kanan. Ketika suatu osteofit dapat mengakibatkan kompresiakar syaraf, kelemahan tangan mungkin tidak disadari. Pada kasus yang jarang , osteofit pada dada dapat mengakibatkan susah menelan (disfagia)5. Vertebra ThorakalisNyeri yang berkaitan dengan penyakit degeneratif sering dipicu oleh fleksi kedepan dan hiperekstensi. Pada diskus vertebrae torakalis nyeri dapat disebabkan oleh fleksi facet join yang hiperekstensi.6. Vertebra LumbalisVertebrae lumbalis menopang sebagian besar berat badan. Oleh karenanya, gerakan dapat merangsang serabut saraf nyeri pada annulus fibrosus dan facet joint. Pergerakan berulang seperti mengangkat dan membungkuk dapat meningkatkan nyeri.

IV. EpidemiologiSpondilitia ankilosis menyerang 0,1-0,2 % populasi Di Amerika Serikat, prevalensi spondilitis ankilosis sebesar 100-200 per 100.000 penduduk, yang merupaka penyakit spondiloartritis terbanyak. Namun, prevalensi spondilitis ankilosia di Jerman mencapai 1% hingga 5% sedangkan di Prancis 0,49 %.Spondilitis ankilosis biasanya mulai sejak dekade kedua hingga ketiga kehidupan dengan median usia 23 tahun. Pada 5 % pasien , gejala timbul pada usia lebih lebih dari 40 tahun. Usia yang rinci sulit ditentukan karena diagnosis seringkali tidak dikenali selama bertahun-tahun. Prevalensi spondilitis ankilosis antara pria dan wanita berbanding 2 : 1, hingga 3:1. Spondilitis ankilosis pada wanita seringkali timbul lebih ringan gejalanya. a. Faktor ResikoPenyakit ini sering dimulai pada usia antara 20-40 tahun, tapi dapat pula dimulai sebelum usia 10 tahun.Pada umumnya pria lebih banyak menderita daripada wanita dengan perbandingan laki-laki : wanita kurang lebih 5 : 1, bahkan ada yang menyebutkan 2-10:1. Faktor-faktor risiko ini meliputi riwayat keluarga dengan spondilitis ankilosis dan jenis kelamin laki-laki.b. InsidensAnkilosis spondilitis dianggap sebagai penyakit rematik yang relatif jarang terjadi. Sering terjadi pada laki-laki muda.

Umur 15-25 tahun. Dapat terjadi dengan riwayat anggota keluarga dengan ankilosis spondilitis.V. Patofisiologi dan Pathway

Patologi utama dari Spondilitis ankilosis adalah proses peradangan kronis, termasuk CD4, CD8, limfosit T dan makrofag. Sitokin, terutama tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha) dan Transforming Group Factor- Betha, juga penting dalam proses inflamasi dengan menyebabkan fibrosis dan pengerasan ditempat terjadinya peradangan. Berbeda dengan rheumatoid yang menyerang membran sinovial, ankilosis spondilitis menyerang bagian dari insersi tendon, fascia dan jaringan fibrosa kapsul sendi dan dinamakan entheses.Proses patologis adalah salah satu proses fibrosis progresif dan pengerasanndalam jaringan lunak periaticular. Yang dinamakan proses enthesopathy. Penyakit ini secara perlahan menyebar sepanjang tulang belakang yang mempengaruhi capsul posterior facet join. Lumbal vertebra mungkin dapat terkena pada stadium dini. Tulang vertebra juga dapat menjadi rigid atau kaku. Elemen sistemik yang terlibat meliputi mata, paru, jantung dan kelenjar prostat.

IV. Pathway Spondilitis Ankilosis

VI. Gejala KlinisGejala awal adalah LBP atau gatal, sakit dan bengkak pada panggul, lutut atau bahu, sedikit panas dan kurang nafsu makan, sakit pinggang kadang-kadang tidak terasa dan hilang timbul.Gejala klinis biasanya timbul perlahan-lahan dimulai dengan rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang belakang, bawah dan panggul, kekakuan di pagi hari yang dapat hilang dengan sedikit olahraga. Gejalanya dapat sedemikian ringan dan tidak progresif sehingga banyak penderita penyakit ini yang tidak terdiagnosis. Selain itu gejala spondilitis ankilosis bisa dikacaukan dengan gangguan mekanik pada tulang belakang. Gejala-gejala ekstra spinal meliputi :

1. Pleuritik seperti chest pain

2. Tendonitis achiles atau radang sendi tumit 3. Arthropathy perifer (khususnya panggul)

4. Gejala non spesitif :

BB menurun Malaise

Lemah Mood berubah5.Perubahan tulang yang spesifik disebut poker back ( deformitas atau kifosis pada sendi dorsal)Peradangan ringan sampai menengah biasanya bergantian dengan periode tanpa gejala. Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri punggung, yang intensitasnya bervariasi dari satu episode ke episode lainnya dan bervariasi pada setiap penderita. Nyeri sering memburuk di malam hari. Kekakuan di pagi hari yang akan hilang jika penderita melakukan aktivitas,juga sering ditemukan. Nyeri punggung dan kejang otot-ototnya seringkali bisa berkurang jika penderita membungkukkan badannya ke depan. Karena itu penderita sering mengambil posisi membungkuk, yang bisa menyebabkan bungkuk menetap bila tidak diobati.

Pada penderita lainnya, tulang belakang dengan jelas tampak lurus dan kaku. Nyeri punggung bisa disertai dengan hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kelemahan dan anemia.

Jika sendi yang menghubungkan tulang iga dan tulang belakang meradang, rasa nyeri akan membatasi kemampuan dada untuk mengembang dan untuk menarik nafas dalam. Kadang-kadang nyeri dimulai di sendi yang besar, seperti panggul, lutut dan bahu. Sepertiga penderita mengalami serangan berulang dari peradangan mata (iritisakut),yang biasanya tidak mengganggu penglihatan. Pada penderita lainnya, peradangan bisa menyerang katup jantung. Jika kerusakan tulang belakang menekan saraf atau urat saraf tulang belakang, bisa timbul mati rasa, kelemahan atau nyeri di daerah yang dipersyarafinya. Sindroma kauda equina (Sindroma Ekor Kuda)merupakan komplikasi yang jarang , berupa gejala yang timbul jika kolumna tulang belakang yang meradang , menekan sejumlah saraf yang berjalan dibawah ujung urat saraf tulang belakang. Gejalanya berupa impotensi, inkontinensia uri di malamhari, sensasi yang berkurang pada kandung kemih dan rektum dan hilangnya refleks mata kaki.VII. Manifestasi KlinisGejala klinik spondilitis ankilosis (SA) dapat dibagi dala manifestasi skeletal dan eksraskeletal. Manifestasi skeletal berupa artritis sendi panggul dan bahu, artritis perifer, entensopati osterporosis, dan fraktur vertebra. Manifestasi ekstraskeletal berupa iritis akut, fibrosis paru, dan amiloidosis.Gejala utama SA adalah sakroilitis. Perlangsungannya secra gradual dengan nyeri hilang timbul pada pinggang bawah dan menyebar ke bawah pada daerah paha. Keluhan kontitusional biasanya terjadi pada awal penyakit.a. Manifestasi pada Tulang.Keluhan yang umum dan karakteristik awal penyakit ialah nyeri pinggang dan sering menjalar ke paha. Nyeri biasanya menetap lebih dari 3 bulan, disertai dengan kaku pinggang pada pagi hari, dan membaik dengan aktivitas fisik atau bila dikompres air panas. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat unilateral atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama akan menambah gejala nyeri dan kaku. Keluhan nyeri dan kaku pinggang merupakan keluhan dari 75% kasus di klinik. Nyeri tulang juksta-artikular dapat menjadi keluhan utama, misalnya entesis yang dapat menyebabkan nyeri di sambungan kostosternal, prosesus spinosus, krista iliaka, trokanter mayor, tuberositas tibia atau tumit. Keluhan lain dapat berasal dari sendi kostovertebra dan manubriosternal yang menyebabkan keluhan nyeri dada, sering disalahdiagnosiskan sebagai angina. b. Manifestasi di Luar Tulang Manifestasi di luar tulang terjadi pada mata, jantung, paru, dan sindroma kauda ekuina. Manifestasi di luar tulang yang paling sering adalah uveitis anterior akut, biasanya unilateral, dan ditemukan 25--30% pada penderita SA dengan gejala nyeri, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan kabur. Manifestasi pada jantung dapat berupa aorta insufisiensi, dilatasi pangkal aorta, jantung membesar, dan gangguan konduksi. Pada paru dapat terjadi fibrosis, umumnya setelah 20 tahun menderita SA, dengan lokasi pada bagian atas, biasanya bilateral, dan tampak bercak-bercak linier pada pemeriksaan radiologis, menyerupai tuberculosis.VIII. KomplikasiKomplikasi utama adalah peradangan mata, yang terjadi pada sekitar 25% orang yang menderita spondilitis ankilosis. Membrane-membran di bagian depan mata menjadi merah dan terasa nyeri. Keadaan ini berlangsung beberapa hari kalau di terapi dengan tepat dan jarang merusakan mata, tetapi sangat lah penting untuk mendapatkan perhatian medis yang tepat kalu hal ini terjadi.

Selain kemungkinan sendi-sendi di luar tulang belakang ikut terserang, komplikasi lain jarang terjadi. Spondilitis ankilosis kadang kala mengenai katup aorta di jantung atau menyebabkan pemarutan di bagian atas paru-paru. Kalau penyakit spinalnya sangat buruk sehingga membengkok berat mungkin ada komplikasi tambahan antara lain fraktur-fraktur kecil dan tekanan pada saraf-saraf, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.

IX. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan pola gejala-gejalanya dan foto rontgen dari tulang belakang dan sendi yang terkena, dimana bisa dilihat adanya erosi pada persendian antara tulang belakang dan tulang panggul (sendi sakroiliaka) dan pembentukan jembatan antara tulang belakang, yang menyebabkan kekakuan pada tulang belakang. Laju endap darah cenderung meningkat. Pada 90% penderita ditemukan gen spesifik HLA-B27. 1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik menyeluruh mengungkapkan banyak tentang kesehatan dan keadaan umum pasien. Pemeriksaan termasuk ulasan terhadap riwayat medis dan keluarga pasien. Palpasi untuk menentgukan kelainan tulang belakang, daerah dengan nyeri.Pada pemeriksaan fisik spondilitis ankilosis dapat ditemukan :a. Sikap/postur tubuhSelama perjalanan penyakitnya, sikap tubuh yang normal akan hilang. Lordosis lumbal yang menghilang umumnya merupakan tanda awal. Apabila vertebra cervical terserang, maka pergerakan leher akan terbatas serta menimbulkan rasa nyeri. Leher penderita mengalami pergeseran ke depan dan hal ini dapat dibuktikan dengan cara : penderita diminta berdiri tegak, apabila terjadi pergeseran maka occiput tidak dapat menempel pada dinding. b. Mobilitas tulang belakangPertama kali yang diperiksa adalah apakah ada keterbatasan gerak. Biasanya ditemukan adanya keterbatasan gerak pada tulang vertebra lumbal, yang dapat dilihat dengan cara melakukan gerakan fleksi badan ke depan, ke samping dan ekstensi. Tes Schober atau modifikasinya, berguna untuk mendeteksi keterbatasan gerak fleksi badan ke depan. Caranya : penderita diminta untuk berdiri tegak, pada prosesus spinosus lumbal V diberi tanda (titik), kemudian 10 cm lurus di atasnya diberi tanda ke dua. Kemudian penderita diminta melakukan gerakan membungkuk (lutut tidak boleh dibengkokkan). Pada orang normal jarak kedua titik tersebut akan bertambah jauh; bila jarak kedua titik tersebut tidak mencapai 15 cm, hal ini menandakan bahwa mobilitas tulang vertebra lumbal telah menurun (pergerakan vertebra lumbal mulai terbatas). Di samping itu fleksi lateral juga akan menurun dan gerak putar pada tulang belakang akan menimbulkan rasa sakit. c. Ekspansi dada

Penurunan ekspansi dada dari yang ringan sampai sedang, sering dijumpai pada kasus ankylosing spondylitis stadium dini dan jangan dianggap sebagai stadium lanjut. Pada pengukuran ini perlu dilihat bahwa nilai normalnya sangat bervariasi dan tergantung pada umur dan jenis kelamin. Sebagai pedoman yang dipakai adalah : ekspansi dada kurang dari 5 cm pada penderita muda disertai dengan nyeri pinggang yang dimulai secara perlahan-lahan, harus dicurigai mengarah ke adanya ankylosing spondylitis. Pengukuran ekspansi dada ini diukur dari inspirasi maksimal sesudah melakukan ekspirasi maksimal. d.EnthesitisAdanya enthesitis dapat dilihat dengan cara menekan pada tempat-tempat tertentu antara lain : ischial tuberositas, troc-hanter mayor, processus spinosus, costochondral dan manu-briosternal junctions serta pada iliac fasciitis plantaris juga merupakan manifestasi dari enthesitis. e. SacroilitisPada sacroiliitis penekanan sendi ini akan memberikan rasa sakit, akan tetapi hal ini tidak spesifik karena pada awal penyakit atau pada stadium lanjut sering kali tanda-tanda ini tidak ditemukan. Pada stadium lanjut tidak ditemukan nyeri tekan pada sendi sacroiliaca oleh karena telah terjadi fibrosis atau, bony Ankylosis2. Pemeriksaan NeurologisPemeriksaan neurologis dengan memeriksa gejala-gejala pasien termasuk nyeri, kebas, paresthesias , sensasi, motoris, spasme otot, kelemahan, gangguan perut, dan kandung kemih.Pemeriksaan range of motion, mengukur tingkatan samoai sejauh mana pasien dapat melakukan gerak fleksi, ekstensi, miring ke lateral, dan rotasi tulang belakang.3. PencitraanRadiografi (x-rays) dapat memperlihatkan berkurangnya diskus vertebralis dan osteofit. Namun tidak sejelas CT-scan atau MRI. CT-scan dapat digunakan untuk mengungkap adanya perubahan tulang yang berhubungan dengan spondilitis .MRI mampu memperlihatkan kelainan diskus, ligament, dan nervus. Pemeriksaan radiologi Perubahan yang karakteristik terlihat pada sendi aksial, terutama pada sendi sakroiliaka. Pada bulan-bulan pertama perubahan hanya dapat dideteksi dengan tomografi komputer. Perubahan yang terjadi bersifat bilateral dan simetris, dimulai dengan kaburnya gambaran tulang subkondral diikuti erosi. Selanjutnya terjadi penyempitan celah sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osifikasi. Beberapa tahun kemudian terjadi ankilosis komplit. Pemeriksaan anteroposterior sederhana sudah cukup untuk mandeteksi sakroilitis yang merupakan awal perubahan. Terlihat pengapuran ligamen-ligamen spina anterior dan posterior disertai demineralisasi korpus vertebra membentuk gambaran bamboo spine.

Gambar Ankilosis spondilitis pada bahu

Gambar anilosis spondilitis tulang vertebrae

Bilateralsakroilitis.Aksial CT scanmenunjukkanerosidaniliakasclerosissisisubchondralsendi-sendisacroiliac Ektasia dural. Aksial postmyelographis CT scan menunjukan dural menonjol ektasia dengan scalloping dari vertebrae yang berdekatan.

A BA. Pseudoarthrosis. Sagital T1-tertimbang MRI menunjukkan lesi T11-T12 diskovertebral menonjol (panah) dengan keterlibatan elemen posterior (kepala panah).B. Pseudoarthrosis(pasien yang samaseperti padagambar sebelumnya). Kuantitatifskintigrafi4. Kriteria DiagnosisUntuk memudahkan menegakkan diagnosis telah dibuat kriteria-kriteria tertentu, umumnya berdasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan radiologis, seperti : Roma, 1961

a. Kriteria Klinik1. Nyeri pinggang dan kekakuan > 3 bulan , yang tidak reda dengan istirahat .2. Nyeri dan kekakuan pada regio thorax. 3. Gerak terbatas pada vertebra lumbalis4. Expansi dada terbatas5. Riwayat atau adanya bukti dari iritasi atau akibatnya. b. Kriteria RadiologikTampak adanya perubahan sacroiliac bilateral merupakan ciri SA (ini harus disingkirkan OA bilateral dan sendi sacroiliac) : New York 1966

a. Kriteria Klinik1. Terbatasnya gerak dari vertebra lumbalis, dalam semua tiga bidang flexi, anterior, flexi lateral dan extensi.2. Nyeri pada sendi dorsolumbj atau pada vertebra lumbalis.

3. Terbatasnya expansi dada = 2,5 cm, diukur pada ketinggian spatium intercostale ke 4 Kualitas (grading) radiologik: Normal = 0; suggestive = 1; minimal saroilitis = 2; moderat sacroilitis= 3; Ankilosis = 4.

Diagnosis definitif ditegakkan berdasarkan:

1. Gambaran radiografi sakmilitis bilateral derajat 3-4 ditambah 1 atau lebih kriteria diatas atau2. Gambaran radiografi sakroilitis unilateral derajat 3-4 atau sakroilitis bilateral derajta 2 ditambah kriteria 1 atau kriteria 2+3.Diagnosis kemungkinan SA (probable)ditegakkan berdasarkan : Gambaran radiografi sacroilitis derajat 3-4, tanpa disertai kriteria tersebut diatas .

X. Penatalaksanaan Medik Pengobatan dengan Anti Inflamasi Non-Steroid ( AINS) untuk mengurangi nyeri ,mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Indometasin 75-150 mg perhari memegang rekor terbaik. Apabila pasien tidak mampu mentoerir efek samping seperti gangguan lambung atau gangguan SSP berupa sakit kepala dan pusing maka AINS yang lain dapat dicoba. Pasien yang tidak responsif dengan indometasin atau AINS yang baru lainnya dapat dicoba dengan fenibutazon 100-300 mg perhari . Tingginya insiden agranulositosis atau anemia aplastik akibat efek samping obat ini dibandingkan dengan AINS yang lain perlu disampingkan pada pasien dengan jumlah eritrosit dari leukosit harus selalu dimonitor.Preparat emas dan penisilamin telah digunakan pada pasien dengan poliartritis perifer. Publikasi studi klinik terakhir dari Sulfasalzin 2-3 gram perhari. Baik nyeri maupun kelainan spinal. Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat dipertimbangkan untuk dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas spinal. Tindakan ini sangat berguna untuk mengurangi keluhan akibat deformitas tersebut.Pengobatan lain dapat digunakan Biologic Response Modifiers (Remicade = Infliximab; Enbrel= Etanercept; Kineret = Anakinra; Humira= Adalimumab; Mabtera = Rituximab). AS yang tidak responsif dengan AINS dapat digunakan protokol Step-down Bridge menggunakan kombinasi 6 imunosupresan intravena dan oral (SBP-6-IMNs). AS yang refrakter terhadap AINS adalah AS yang laju endap darah (LED), C-Reactive Protein (CRP) dan Skor BASDAI-nya tidak membaik atau memburuk secara bermakna meskipun telah diterapi dengan paling sedikit 2 AINS yang berbeda dalam kurun waktu sedikitnya 2 bulan. Pada AS dengan LED, CRP, dan BASDAI skor tinggi (> 4), inflamasi autoimun harus ditekan seluruhnya sesegera mungkin.Metode terapi standar protokol Step-down Bridge menggunakan kombinasi 6 imunosupresan intravena dan oral harian intravena 5 kali per minggu yang terdiri dari :

Sikolofofamid + Metilprednisolon + 5 Fluro Urasil harian + Metrotrksat mingguan + Tanpa kortikosteroid oral (metilprednisolon atau prednisol).

Jumlah maksimum sesi intra vena harian adalah 5 kali per minggu untuk mencegah dosis kumulatif mingguan yang tinggi dan efek samping. Pada AS refrakter siklofosfamid adalah suatu analog yang menggantikan siklofosfamid. Pada kasus-kasus resisten, pasien tidak lagi imuno-naif terhadap Siklofosfamid + Metilprednison + Metrotreksat mingguan. Walau demikian pasien-pasien ini masih imuno-naif terhadap kombinasi baru Ifosfamide + 5 flourourasil intravena. Ini dapat kembali menimbulkan remisi pada AS yang refrakter terhadap Siklofosfamid + Metilprednison + Metrotreksat mingguan.Dosis Intravena

1. Siklofosfamid 25-100 mg per sesi +2. Metilprednison 0-125 mg per sesi +3. Metrotreksat 5-15 mg per sesi sekali seminggu +4. 5 Flurourasil 25 100 mg persesi + Dosis minimum perlu digunakan pada pasien yang sensitif atau pada mereka dengan berat badan yang sangat rendah ( < 35 Kg). Pasien yang sensitif mungkin menderita efek samping dengan dosis 100 mg siklofosfamid dan 5 flurourasil, 15 mg metrotreksat, dan 125 mg metilprednison, tapi tidak pada dosis 75, 50 atau 25 mg siklofosfamid, 5 flurourasil atau dosis 5 mg metrotreksat. Dan kombinasi CyC+ S FU + MPS + MTX mingguan (SBP-6-IMNs) memberikan : efikasi yang lebih cepat, mengurangi jumlah total frekuensi sesi intravena : mengurangi ketergantungan pada kortikosteroid yang masih diminum pasien saat datang.Penurunan kadar terapi IV secara bertahap (Tapering Off) Jika LED turun menjadi < 40,< 30 dan < 25 mm/ 1 jam (pria 2004: 144-77. Wilfred CG Peh, MD, MBBS, FRCP. Imaging in Ankylosing Spondylitis.8. Lawrence H Brent, MD. Ankylosing Spondylitis and Undifferentiated Spondyloarthropathyhttp://emedicine.medscape.com/article/332945-overview9. http://emedicine.medscape.com/article/386639-overview#showall.10. http://www.medicinenet.com/ankylosing_spondylitis/article.htm11. http://www.kesimpulan.com/2009/05/spondilitis-ankilosa-sa.html12. http://medicafarma.blogspot.com/2009/04/spondilitis-ankilosa.html13. http://emedicine.medscape.com/article/1263287-overview14. http://www.thirdage.com/health-wellness/ankylosing-spondylitis-marie-strumpell-diseasePasien dengan ankilosis spondilitis mempengaruhi tulang punggung, tulang belakang leher dan dada atas.Tulang punggung pasien telah menyatu dalam posisi tertekuk.