13
Ilmu Ukur Tanah Ringkasan Materi Pertemuan ke-2 A. Proyeksi Polyeder Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian standarnya (λ 0). Penerapan Proyeksi Polyeder di Indonesia Sistem penomoran bagian derajat proyeksi polyeder Peta dengan proyeksi polyeder dibuat di Indonesia sejak sebelum perang dunia II, meliputi peta-peta di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi. Wilayah Indonesia dengan 94° 40’ BT – 141 o BT dan 6 o LU - 11 o LS dibagi dalam 139 x LI bagian derajat, masing-masing 20 o x 20 o . Tergantung pada skala peta, tiap lembar bisa dibagi lagi dalam bagian yang lebih kecil. Nama : Bo Zein Phuty NIM : 111.130.140 Kelas : A Page 1

Proyeksi Polyeder

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ilmu ukur tanah

Citation preview

Page 1: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

Ringkasan Materi Pertemuan ke-2

A. Proyeksi Polyeder

Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada

proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis

meridian yang masing-masing berjarak 20 . Diantara kedua paralel tersebut′

terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis

meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis

paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian

derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama

yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis sedangkan digit kedua

yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian standarnya (λ 0).

Penerapan Proyeksi Polyeder di Indonesia Sistem penomoran bagian

derajat proyeksi polyeder Peta dengan proyeksi polyeder dibuat di Indonesia

sejak sebelum perang dunia II, meliputi peta-peta di pulau Jawa, Bali dan

Sulawesi. Wilayah Indonesia dengan 94° 40’ BT – 141oBT dan 6o LU - 11o LS dibagi

dalam 139 x LI bagian derajat, masing-masing 20o x 20o . Tergantung pada skala

peta, tiap lembar bisa dibagi lagi dalam bagian yang lebih kecil.

Cara menghitung pojok lembar peta proyeksi polyeder:

1. Setiap bagian derajat mempunyai sistem koordinat masing-

masing. Sumbu X berimpit dengan meridian tengah dan sumbu Y tegak lurus

sumbu X di titik tengah bagian derajatnya. Sehingga titik tengah setiap bagian

derajat mempunyai koordinat 0.

2. Koordinat titik-titik lain seperti titik triangulasi dan titik pojok

lembar peta dihitung dari titik pusat bagian derajat masing-masing bagian

derajat. Koordinat titik-titik sudut (titik pojok) geografis lembar peta dihitung

berdasarkan skala peta, misal 1 : 100.000, 1 : 50.000, 1 : 25.000 dan 1 : 5.000.

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 1

Page 2: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

3. Pada skala 1 : 50.000, satu bagian derajat proyeksi polyeder (20o x

20o ) tergambar dalam 4 lembar peta dengan penomoran lembar A, B, C dan D.

Sumbu Y adalah meridian tengah dan sumbu X adalah garis tegak lurus sumbu Y

yang melalui perpotongan meridian tengah dan paralel tengah. Setiap lembar

peta mempunyai sistem sumbu koordinat yang melalui titik tengah lembar dan

sejajar sumbu (X,Y) dari sistem koordinat bagian derajat.

Keuntungan sistem proyeksi polyeder

Keuntungan proyeksi polyeder: karena perubahan jarak dan sudut pada

satu bagian derajat 20o x 20o , sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka

proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar

Kerugian proyeksi polyeder:

Untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat,

memerlukan tranformasi koordinat.

Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif.

Tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas.

Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.

B. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

1) Pengertian Universal Transverse Mercator (UTM)

Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator dengan sifat-sifat

khusus. UTM merupakan sistem proyeksi silinder,konform, secant, transversal.

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 2

Page 3: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

Gambar 1.1 Pembagian Zona UTM dalam koordinat

2) Ketentuan UTM

Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian

yang disebut meridian standar dengan faktor skala 1.

Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga

ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah

sendiri.

Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.

Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS.

3) Ciri Proyeksi UTM

Ciri proyeksi UTM adalah :

a) Proyeksi bekerja pada setiap bidang Ellipshoid yang dibatasi cakupan

garis meridian dengan lebar yang disebut zone.

b) Proyeksi garis meridian pusat (MC) merupakan garis vertikal pada

bidang tengah poyeksi.

c) Proyeksi garis lingkar equator merupakan garis lurus horizontal di

tengah bidang proyeksi.

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 3

Page 4: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

d) Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua

garis proyeksi pada butir dua dan tiga dengan interval sama. Jadi garis

pembentukan gridn bukan hasil dari garis Bujur atau Lintang Ellipshoide (kecuali

garis Meridian Pusat dan Equator).

e) Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara grid di

Meridian Pusat = , atau garis arah meridian yang melalui titik luar Meridian Pusat

tidak sama dengan garis arah Utara Grid Peta yang disebut Konvegerensi

Meridian. Dalam luasan dan skala tertentu tampilan simpangan ini dapat

diabaikan karena kecil.

4) UTM digunakan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan Nasional

Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang

digunakan secara nasional di wilayah Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan lasan

mengapa sistem UTM dipakai :

a. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar garis

khatulistiwa atau garis lintang equator dari barat sampai ke timur yang relative

seimbang.

b. Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/

Silinder Melintang Mecator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan

distorsi mnimal).

c. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih sisatem

proyeksi Universal Transverse Mecator yang memberikan batasan luasan

bidang antara dua garis bujur dan ellipsoide yang dinyatakan sebagai zone.

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 4

Page 5: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

Gambar 1.2 Pembagian Zona UTM di Indonesia

5) Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan:

a. Proyeksi simetris selebar 6° untuk setiap zone.

b. Transformasi koordinat dari zone ke zone dapat dikerjakan dengan

rumus yang sama untuk setiap zone di seluruh dunia.

c. Distorsi berkisar antara - 40 cm/ 1.000 m dan 70 cm/ 1.000 m.

Kerugian :

a. Karena pembesaran jarak dan konvergensi meridian, maka unsur ini

harus diperhatikan dalam perhitungan.

b. Walaupun satu derajat bagian meliputi daerah luas akan tetapi masih

dibutuhkan hitungan-hitungan pemindahan bagian derajat, menjadi tidak

praktis.

c. Konvergensi meridian pada jarak 15 km maksimum dapat mencapai

lebih kurang 150 meter.

Konvergensi adalah serangkaian garis searah yang menuju suatu titik

pertemuan dan Konvergensi Meridian adalah ukuran lembar peta dan

cara menghitung titik sudut lembar peta UTM.

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 5

Page 6: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

Konvergensi Meridian

- Ukuran lembar peta dan cara menghitung titik sudut lembar peta

UTM Susunan sistem koordinat Ukuran satu lembar bagian derajat

adalah 6° arah meridian 8° arah paralel (6° x 8°) atau sekitar (665 km x

885 km).

- Pusat koordinat tiap bagian lembar derajat adalah perpotongan

meridian tengah dengan "paralel" tengah.

- Absis dan ordinat semu di (0,0) adalah + 500.000 m, dan + 0 m untuk

wilayah di sebelah utara ekuator atau +10.000.000 m untuk wilayah di

sebelah selatan ekuator.

C. Peta Rupa Bumi

Peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota,

jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung, dsb)

pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu.

Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan

sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah Indonesi

Peta Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut sebagai Topographic

Map. Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan Peta Rupabumi

Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional disingkat

BAKOSURTANAL.

Pada dasarnya dalam sebuah Peta Rupabumi Indonesia akan ditemui 2 (dua)

informasi, yaitu :

1. Muka peta, merupakan bagian pokok peta yang menunjukkan sejumlah

obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk informasi tersebut.

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 6

Page 7: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

2. Informasi tepi peta, merupakan bagian peta yang berisi penjelasan secara

detil, yang dapat membantu menggunakan peta.

Desain Peta Rupabumi Indonesia dibuat sedemikian rupa dan dituangkan

dalam suatu spesifikasi teknis. Spesifikasi ini selanjutnya diterbitkan dalam

bentuk buku dan telah merupakan produk SNI (Standar Nasional Indonesia).

Tata letak seri Peta Rupabumi Indonesia produksi BAKOSURTANAL dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Judul peta

1. Judul Peta : Peta Rupabumi Indonesia

2. Skala : 1:25.000

3. Nomor Lembar : 1209-143

4. Nama Lembar : Bogor

5. Edisi (Tahun Penerbitan / Pencetakan) : I-199

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 7

Page 8: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi

Informasi Sistem Referensi

Informasi Pembuat dan Penerbit Peta

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 8

Page 9: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta

Legenda

Legenda adalah suatu daftar atau tabel yang menunjukkan tanda-tanda atau

simbol-simbol konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan

deskripsinya ditampilkan di sebelah kanan tengah dari peta. Daftar ini lazim

disebut dengan keterangan atau legenda.

Keterangan Riwayat Peta

Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi dan UTM

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 9

Page 10: Proyeksi Polyeder

Ilmu Ukur Tanah

Skala Grafis

Terdapat 2 (dua) tipe skala, yaitu skala numerik dan skala grafis. Skala

numerik adalah skala yang dinyatakan dengan angka, misalnya 1:25.000,

diletakkan secara jelas di bagian kanan atas peta dan juga di bagian tengah

bawah, biasanya di atas skala grafis. Skala grafis diletakkan di bagian tengah

bawah dan umumnya dinyatakan dalam kilometer. Skala grafis digambarkan

dalam bentuk unit batang disertai nilai per unit. Contoh: satu unit batang

mempunyai satuan panjang 2 km; satuan ini dapat dibagi lagi menjadi 10 bagian.

Singkatan atau Kesamaan Arti (Glosari)

Peta umumnya menampilkan sejumlah singkatan atau kesamaan arti

(glossary).

Singkatan atau nama-nama geografi antara satu daerah dengan daerah lainnya

tidak selalu sama. Glosari diletakkan di bagian bawah, sebelah kanan/kiri skala

grafis.

Sebagai contoh, sebutan sungai di daerah Jawa barat (Ci) tidak sama dengan di

Pulau Bali (Tukad, Yeh, Pangkung). Contoh singkatan, Tel = Teluk; Tg = Tanjung,

dan sebagainya.

Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG)

dan Utara Magnetik (UM)

Nama : Bo Zein PhutyNIM : 111.130.140Kelas : A Page 10