Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROYEK AKHIR
FILOSOFI PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR DALAM
MANAJEMEN KELAS
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NAMA : JUANA ADELHEITH BALANTUKANG
NPM : 00000028206
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019
iv
ABSTRAK
Juana Adelheith Balantukang (00000028206)
FILOSOFI PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR DALAM
MANAJEMEN KELAS
(vii + 24 halaman: 0 gambar; 0 tabel; 0 lampiran)
Pendidikan memampukan siswa untuk dapat memperoleh ilmu yang akan
digunakan untuk mengembangkan talentanya. Guru dan siswa sama-sama saling
membantu dalam mencapai tujuan tersebut. Guru memiliki peran yang penting
selama proses pembelajaran sehingga guru dituntut untuk menjadi pribadi yang
lebih baik. Salah satu peran guru adalah sebagai fasilitator dalam kelas.
Memanajemen kelas salah satu aspek yang harus dipersiapkan oleh guru karena
manajemen kelas membantu siswa selama proses pembelajaran. Akan tetapi, yang
terjadi banyak guru yang melalaikan tugasnya sebagai seorang fasilitator dalam
memanajemen kelas sehingga siswa tidak terbantu saat proses pembelajaran. Tidak
semua guru yang memandang manajemen kelas sebagai hal yang tidak penting ada
juga guru yang memandang kelas sebagai sesuatu yang penting bagi siswa. Oleh
sebab itu paper ini akan melihat dasar pemikiran seorang guru dalam peran sebagai
fasilitator dalam memanajemen kelas. Guru melihat bahwa siswa merupakan
pribadi yang dapat berkembang dengan sarana yang memadai. Saran yang dapat
diterapakan adalah sebagai seorang guru melihat dan mengkaji dasar pemikirannya
sendiri sehingga mampu melihat pembelajaan secara utuh dan menyeluruh.
Kata Kunci: Siswa, Manajemen kelas, Fasilitator
Referensi: 30 (1999-2019)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah
diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
Tugas Akhir dengan judul “FILOSOFI PERAN GURU SEBAGAI
FASILITATOR DALAM MANAJEMEN KELAS” ini ditujukan untuk memenuhi
sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pelita Harapan, Tangerang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai
pihak, Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, yaitu kepada:
1. Connie Rasilim, S.S., B.Ed., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan.
2. Drs. Dylmoon Hidayat, M.S., M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika
3. Oce Datu Appulembang, M.Pd. , selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan banyak memberikan masukan kepada
penulis.
4. Orang tua dan keluarga besar, selaku pemberi semangat dan juga
penopang dalam doa
5. Sahabat dan teman, selaku pemberi semangat dan doa
vi
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Tangerang, November 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
LATAR BELAKANG ........................................................................................... 2
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR ....................................................... 4
HAKEKAT SISWA .............................................................................................. 6
MANAJEMEN KELAS ........................................................................................ 8
PEMBELAJARAN ............................................................................................. 11
SISWA DAN GURU DALAM PANDANGAN HUMANISTIK ..................... 12
PEMBAHASAN .................................................................................................. 14
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21
Filosofi Peran Guru sebagai Fasilitator dalam Manajemen Kelas Juana Adelheith Balantukang
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Pendidikan memampukan siswa untuk dapat memperoleh ilmu yang akan
digunakan untuk mengembangkan talentanya. Guru memiliki peran yang penting
selama proses pembelajaran. Salah satu peran yang harus dilaksanakan guru adalah
menyediakan tempat belajar yang baik untuk siswa. Manajemen kelas dilakukan
oleh guru untuk menunjang pembelajaran dalam membantu siswa belajar di kelas.
Fakta yang terjadi beberapa guru yang mengabaikan perannya sebagai seorang
fasilitator dalam memanajemen kelas sehingga siswa tidak terbantu saat proses
pembelajaran. Beberapa guru memandang manajemen kelas sebagai hal yang tidak
penting, tetapi ada juga guru yang memandang kelas sebagai sesuatu yang penting
bagi siswa. Tujuan paper ini yaitu mengkaji dasar pemikiran seorang guru
menjalankan peran sebagai fasilitator dalam manajemen kelas. Berdasarkan
pembahasan terlihat bahwa guru sebagai fasilitator memandang siswa sebagai
pribadi yang mampu mengembangkan dirinya sendiri melalui sarana yang telah
disediakan oleh guru. Guru Kristen tidak hanya melihat demikian guru Kristen
melihat bahwa setiap anak memiliki talenta yang disediakan Tuhan untuk setiap
pribadi siswa. Saran yang dapat diberikan adalah sebagai seorang guru sebaiknya
melihat dan mengkaji dasar pemikirannya sendiri sehingga mampu melihat
pembelajaran secara utuh dan menyeluruh.
Kata Kunci: Siswa, Manajemen kelas, Fasilitator
ABSTRACT
Education enables students to gain knowledge that will be used to develop their
talents. Teachers and students alike help each other in achieving these goals. The
teacher has an important role during the learning process so the teacher is required
to be a better person. One of the roles of the teacher is as a facilitator in the class.
Managing class is one aspect that must be prepared by the teacher because class
management helps students during the learning process. However, what happens is
that many teachers neglect their duties as a facilitator in managing the classroom so
students are not helped during the learning process. Not all teachers see class
management as unimportant, there are also teachers who view class as important to
students. Therefore this paper will look at the rationale of a teacher in his role as a
facilitator in managing the class. The teacher sees that students are individuals who
can develop with adequate facilities. Suggestions that can be applied are as a teacher
to see and study the basis of his own thinking so that he can see the learning as a
whole and overall.
Keywords: Students, class management, facilitators
2
LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah hal yang penting bagi kehidupan setiap manusia di
zaman sekarang ini. Hal ini, membuat semua orang dapat memiliki peran yang aktif
dalam pendidikan untuk kepentingan bersama baik itu pemerintah pengusaha,
lembaga agama, masyarakat dan institusi pendidikan itu sendiri (Sinamo, 2010, hal.
231). Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari suatu lembaga. Sekolah adalah salah
satu lembaga pendidikan yang memiliki tujuan untuk mencapai setiap target yang
telah dirancang (Van Brummelen, 2006, hal. 26). Sekolah menjadi tempat bagi
siswa untuk dapat menemukan serta mempelajari hal baru, yang diharapkan dapat
berguna bagi masa depannya. Sekolah sendiri memiliki peran penting dalam
perkembangan siswa karena hampir sebagian waktu pada masa perkembangan akan
dilaluinya di sekolah. Guru, ruang kelas dan siswa adalah hal yang dapat
mendefinisikan sekolah secara sempit.
Siswa sebagai penerima ilmu, guru sebagai pemberi ilmu, dan ruang kelas
sebagai tempat pertukaran ilmu tersebut, baik dari guru ke siswa, siswa ke guru
maupun siswa ke siswa. Kegiatan interaksi yang terjadi ini disebut sebagai
pembelajaran. Pengertian belajar itu sendiri secara lebih luas adalah “suatu proses
yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak
dia masih bayi hingga keliang lahat nanti” (Bey & Asriani, 2013, hal. 225). Guru
memiliki peran penting dalam keberlangsungan proses belajar mengajar di dalam
3
kelas. Guru mengatur segala sesuatu yang ada dalam ruang kelas, sehingga mampu
membantu siswa dalam mengembangkan setiap bakat yang ada dalam dirinya.
Siswa dapat melalui banyak cara untuk mengembangkan bakatnya, karena
belajar tidak hanya dalam ruangan kelas. Belajar dapat berlangsung dimana saja,
kapan saja dan dengan siapa saja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi siswa
dalam mengembangkan bakatnya, yang dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Dari semua faktor yang mungkin terjadi di
dalam sekolah, salah satu faktor yang dapat dikontrol seorang guru adalah
lingkungan belajar dalam kelas. Cara seorang guru mengelola kelasnya akan
berdampak pada siswa.
Dampak serius yang dapat terjadi ketika guru tidak mampu mengelola kelas
siswa tidak lagi menghormati gurunya seperti yang terjadi di salah satu sekolah di
Gresik. TribunNews memberitakan bahwa seorang siswa telah melakukan tindak
kekerasan terhadap gurunya, menurut Komisaris KPAI Bidang Pendidikan Retno
Listyarti bahwa ada dua faktor penyebab kejadian tersebut. Salah satunya yang
berasal dari pihak guru yaitu kurangnya penguasaan manajemen kelas sehingga
tidak dapat mengontrol keadaan kelas (News, 2019). Tindakan yang tidak baik ini
seharusnya tidak terjadi, siswa seharusnya fokus pada pengembangan talenta dan
bakat yang telah Tuhan berikan. Sangat miris jika tindakan siswa seperti ini terus
berlanjut, seharusnya siswa lebih fokus pada pengembangan talenta serta mengasah
karakter yang telah diberikan kepadanya.
4
Meskipun masih ada guru yang tidak melihat bahwa manajemen kelas itu
penting tetapi masih ada guru-guru yang melihat itu sebagai hal yang perlu
diperhatikan. Manajemen kelas yang baik dapat memberikan dampak besar bagi
siswa contohnya meningkatnya motivasi belajar siswa dan peningkatan prestasi
siswa. Hal ini terbukti dari kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Misyanto
bahwa terdapat pengaruh langsung yang positif antara manajemen kelas dan
motivasi siswa serta prestasi siswa (Misyanto, 2015, hal. 192). Berdasarkan hal
tersebut manajemen kelas yang baik sangat dibutuhkan di sekolah untuk menunjang
siswa dalam proses pembelajaran dari berbagai aspek yang ada dalam kelas.
Seorang guru Kristen dituntut untuk dapat menjalankan peranya dalam sekolah
untuk membantu siswa dalam mengembangkan talentanya. Guru diharapkan dapat
memfasilitasi siswa dalam segala ranah pembelajaran. Berdasarkan latar belakang
di atas, tujuan penulisan paper ini mengkaji dasar pemikiran guru sebagai fasilitator
dalam manajemen kelas.
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR
Proses belajar mengajar menjadi suatu titik balik bagi seorang guru, dimana
guru dituntut untuk mampu menciptakan peluang agar siswa mampu melihat peran
guru yang sesungguhnya. Proses belajar-mengajar sendiri adalah suatu proses yang
sangat mendasar bagi keseluruhan proses dalam pendidikan, dimana guru
memegang peranan utama, yang menyatukan setiap aspek timbal balik antara guru
5
dan siswa yang ada dalam situasi edukatif demi tercapainya target-target yang telah
ditetapkan (Husein, 2017, hal. 42).
Guru memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran di dalam
kelas, karena guru yang akan merancang proses pembelajaran dalam kelas. Guru
memiliki banyak peran dalam melaksanakan tugasnya. Salah satu perannya adalah
sebagai fasilitator. Peran guru sebagai fasilitator bertugas dalam hal memfasilitasi
setiap murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat serta
memastikan kelas dalam suasana hidup dan bergairah (Darmadi, 2019). Peran guru
sebagai fasilitator diharapkan dapat menunjang pembelajaran di dalam kelas
dengan membuat kelas memiliki fasilitas dan kemudahan-kemudahan saat proses
pembelajaran (Sadirman, 2014). Sejalan dengan yang dikatakan oleh Djamarah
(2010) bahwa peran guru sebagai fasilitator adalah untuk memberikan kepada siswa
suatu keadaan yang memudahkan dalam pembelajaran sehingga lingkungan belajar
dapat menjadi nyaman dan menyenangkan. Mulyasa berpendapat bahwa peran guru
sebagai fasilitator di dalam kelas haruslah memiliki sikap terpuji, memiliki
pengetahuan tentang siswa saat pembelajaran serta memiliki kompetensi untuk
melihat keberagaman yang ada pada siswa (Esi, Purwaningsih, & Okianna, 2016).
Guru harus memperhatikan beberapa hal dalam menjalankan perannya
sebagai fasilitator yaitu (Darmadi, 2019) :
1. Memiliki pemahaman yang kuat akan peserta didik sehingga mampu
memberikan dukungan fasilitas bagi siswa.
6
2. Memiliki kepedulian kepada seluruh peserta didik, memberikan rasa
aman dalam pembelajaran.
3. Memiliki kesadaran penuh bahwa setiap siswa memiliki dan
mempunyai minat yang berbeda-beda dan mempunyai gaya dan cara
belajar yang berbeda-beda juga.
4. Memahami bahwa setiap peserta didik memiliki hak yang sama untuk
dapat mengembangkan diri.
5. Memiliki jiwa kepemimpinan yang baik agar dapat memanajemen
dengan baik
6. Memiliki tugas untuk menilai, mengevaluasi, melakukan perencanaan
pembelajaran secara baik dan mengubah sesuai kondisi yang ada di saat
pembelajaran berlangsung
Berdasarkan pemaparan di atas guru sebagai fasilitator adalah guru yang
berperan sebagai penyedia lingkungan belajar untuk siswa. Lingkungan belajar
tersebut haruslah mampu membantu siswa selama proses pembelajaran sehingga
siswa mampu memahami materi pelajaran.
HAKEKAT SISWA
Siswa yang merupakan salah satu bagian penting di sekolah. Tanpa siswa
dalam sekolah maka tidak ada gunanya sekolah didirikan. Tujuan sekolah ialah
mempersiapkan siswa masuk dalam dunia kenyataan ketika dewasa. Siswa adalah
7
aspek terpenting dalam pembelajaran, karena merupakan subjek dari pembelajaran
itu sendiri.
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu
(Badrudin, 2014, hal. 20). Menurut Kirom peserta didik merupakan pribadi yang
mendapatkan pelayanan pendidikan sejalan dengan bakat, minat, kemampuan dan
keahlian sehingga mampu mengembangkan diri dengan baik dan terpuaskan
dengan pembelajaran yang disampaikan oleh pendidiknya (Kirom, 2017, hal. 69).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa adalah individu yang ingin potensi dirinya
dengan melalui suatu proses pengembangan dirinya.
Kekristenan memandang siswa adalah pribadi yang diciptakan Allah
menurut rupaNya, namun karena dosa keserupaan yang dimiliki telah rusak tetapi
tidak hilang (Rasilim, 2019). Manusia diciptakan serupa denganNya dalam aspek
mental, spiritual dan jasmani. Manusia juga merupakan ciptaan yang unik dan
memiliki kuasa untuk menggunakan akal budi dengan pemikiran internal dan
verbalisasi eksternal (Knight, 2009). “Siswa merupakan makhluk satu, integral,
dengan “hati” religius yang mengatur semua dimensi kehidupannya (Van
Brummelen, 2006, hal. 91). Jadi, dalam kekristenan siswa adalah ciptaan Allah
yang serupa denganNya, memiliki tanggung jawab terhadap akal pikirannya yang
unik, tetapi tetap terbatas dalam berbagai aspek karena dosa.
8
Berdasarkan pemaparan yang ada maka dapat dinyatakan bahwa siswa
adalah individu yang ingin selalu mengembangkan setiap kemampuan yang ada
dalam dirinya dengan berbagai cara yang ada. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
siswa juga merupakan manusia yang telah jatuh kedalam dosa, sehingga memiliki
keterbatasan dalam berbagai aspek kehidupannya. bers mencapai tujuan yang ada
siswa dan guru harus menyadari hakekatnya sebagai umat ciptaan yang telah jatuh
kedalam dosa.
MANAJEMEN KELAS
Segala sesuatu yang ada dalam dunia pasti tidak luput dari manajemen atau
lebih dikenal dengan pengaturan ataupun pengelolaan. Ruangan kelas pun tak luput
dari manajemen itu sendiri. Manajemen kelas terdiri dari 2 suku kata yaitu
manajemen dan kelas, sehingga pembahasan ini akan memulai dengan mengetahui
pengertian dari masing-masing suku kata tersebut. Menurut (Scanlan dan Key 1979
dikutip dalam Djabidi, 2016, hal. 36) manajemen merupakan “proses
pengoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas
maupun sumber daya teknikal lain untuk mencapai suatu tujuan khusus yang
ditetapkan”. Manajemen juga dapat diartikan sebagai serangkaian proses yang akan
mengarahkan pada tercapainya suatu target yang telah ditentukan dengan berbagai
usaha dan memanfaatkan orang lain (Karwati & Priansa, 2014, hal. 42).
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
9
usaha yang dilakukan dengan melibatkan orang lain dalam mencapai suatu tujuan
yang terstruktur dengan pengawasan.
Secara luas kelas dapat diartikan sebagai suatu sistem yang terancang
dengan tujuan yang dibantu oleh latihan-latihan dan diarahkan sepenuhnya oleh
guru (Karwati & Priansa, 2014, hal. 35). Berdasarkan pengertian manajemen dan
kelas yang sudah dipaparkan maka dapat disimpulkan manajemen kelas adalah
suatu rangkaian proses yang dirancang untuk mencapai tujuan dalam kelas dengan
menggunakan segala upaya yang dipimpin oleh guru. Sejalan dengan pendapat
Karwati dan Doni (2015) dalam (Minsih & Aninda, 2018, hal. 20) bahwa
manajemen kelas adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan melaksanakan
pengawasan terhadap program kegiatan yang terlaksana di kelas agar proses belajar
dan mengajar dapat dilakukan dengan baik. Menurut Erwin tujuan manajemen
kelas adalah siswa mampu mengembangkan sikap disiplin yang ada dalam dirinya
sendiri secara mandiri (Widiasworo, 2018). Menurut Ramayulis (2008) dalam
(Djabidi, 2016, hal. 20) tujuan umum dari manajemen kelas adalah:
1) Agar pengajaran yang dilakukan oleh guru dapat terlaksana dengan
maksimal, sehingga tujuan pengajaran yang telah ditargetkan dapat
dicapai oleh siswa secara efektif dan efisien
2) Memberikan kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya.
10
3) Memberikan kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting
untuk dibicarakan di kelas demi perbaikan pengajaran pada masa
mendatang.
Tujuan manajemen kelas lebih spesifik adalah penyediaan fasilitas bagi
macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas, di mana fasilitas-fasilitas yang disediakan mampu
menunjang dan memungkinkan siswa belajar dan bekerja sehingga terciptanya
suasana yang memberikan kepuasan dalam ranah kedisiplinan, pengembangan
intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (Cucun dkk, 2017, hal.
16). Manajemen kelas bertujuan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran
di kelas, agar dapat membantu mengembangkan setiap aspek yang ada dalam diri
siswa seperti intelektual, emosi, sosial, dan spiritual, serta membantu guru dalam
melihat perkembangan kemampuan siswa sehingga mampu melakukan yang lebih
baik.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas
adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah disusun secara
terstruktur dengan sebuah pengawasan. Manajemen kelas bertujuan untuk
mengembangkan diri siswa dalam segala aspek yang ada dalam kehidupannya,
sehingga siswa mampu berkembang ke arah yang lebih baik.
11
PEMBELAJARAN
Salah satu hal yang penting di sekolah adalah pembelajaran. Hal ini sangat
perlu diperhatikan oleh setiap aspek yang ada dalam sekolah. Guru dan siswa sama-
sama memiliki tujuan untuk pengembangan pembelajaran sehingga dapat berjalan
dengan baik. Guru dan siswa seharusnya saling membantu dalam mewujudkan
pembelajaran yang baik.
Menurut Djamarah (2010, hal. 324), “pembelajaran merupakan terjemahan
dari kata “instruction” yang dalam Bahasa Yunani disebut “instructus” atau
“intruere” yang berarti menyampaikan pikiran”. Pembelajaran dilakukan untuk
menyampaikan suatu buah pemikiran. Pembelajaran adalah proses membantu
peserta didik dalam menerima setiap materi pelajaran dengan baik (Nai, 2017).
Pembelajaran yang dilakukan dalam kelas membuat siswa memahami apa yang
akan dipelajari. Pembelajaran yang berlangsung dalam kelas dipengaruhi oleh
peran guru. Guru berperan untuk merancang setiap pembelajaran di dalam kelas.
Proses pembelajaran ini memungkinkan guru dan siswa bertukar pikiran.
Pembelajaran juga memerlukan fasilitas dalam pelakasanaannya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013) pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang memajukan potensi-potensi yang ada pada siswa baik secara kognitif,
afektif, dan psikomotor, melalui pengalaman saat proses belajar mengajar
berlangsung secara deduktif, induktif serta yang lain. Pembelajaran yang terjadi
dalam kelas haruslah menunjang segala aspek perkembangan dalam diri siswa.
12
Pembelajaran yang terjadi harus mampu membuat siswa mengerti dan memahami
setiap aspek dalam belajar. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dirangkum bahwa
pembelajaran adalah penyampaian informasi yang pada pelaksanaannya haruslah
menunjang setiap aspek perkembangan siswa.
SISWA DAN GURU DALAM PANDANGAN HUMANISTIK
Banyak pandangan mengenai siapa guru dan siapa siswa dalam dunia
pendidikan. Salah satunya adalah pandangan dari kaum penganut teori pendidikan
humanistik. Teori pendidikan humanistik adalah pendekatan pendidikan yang lebih
mengutamakan aspek potensi manusia sebagai makhluk sosial dan berkebutuhan
dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya (Kensiwi, Surarso,
& Hardi, 2013, hal. 159). Teori pendidikan ini lebih berfokus kepada kemampuan
dasar yang telah dimiliki oleh siswa. Sejalan dengan pengertian teori humanistik
yang dikemukakan Aradea dan Harapan (2019, hal. 90) yaitu proses belajar yang
dimulai dan memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia, seperti aktualisasi diri,
pemahaman diri, realisasi diri peserta pendidik agar dapat belajar secara optimal.
Pendidikan humanis tidak hanya berfokus kepada humanisme siswa tetapi
juga kepada humanisme guru-guru. Pusat dari gerakan humanisme adalah
terciptanya lingkungan belajar yang bebas dari kompetisi antara siswa, disiplin
keras, rasa takut mencoba, dan menghindari hubungan sebagai lawan antara siswa
13
dan murid, sehingga terciptanya rasa saling percaya antara satu dengan yang lain
(Knight, 2009, hal. 137).
Teori pendidikan humanistik memandang siswa sebagai fokus utama atau
pusat dalam pendidikan. Siswa memiliki kebebasan akan dirinya sehingga siswa
mampu memilih apa yang ingin mereka pelajari, siswa bertanggung jawab penuh
atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain, siswa harus mampu
termotivasi dan merangsang diri pribadi untuk belajar sendiri, dan siswa berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya (Qodir,
2017, hal. 192). Berdasarkan pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa siswa
dituntut menjadi pribadi yang mandiri dalam melaksanakan setiap tugasnya.
Sejalan dengan hal itu menurut pandangan Kolb, siswa dapat memperoleh semua
keinginannya ketika mampu melewati empat tahaantaranya tahapan pertama yaitu
tahap pengalaman konkret di mana siswa harus mengalami sendiri suatu peristiwa
sebagaimana adanya; tahapan kedua yaitu tahap pengamatan aktif dan reflektif
dimana siswa mulai berupaya memikirkan jawaban atas kejadian yang telah terjadi;
tahapan ketiga yaitu tahap konseptualisasi di mana siswa sudah mulai membuat
konsep abstrak akan kejadian tersebut; tahapan keempat yaitu tahap eksperimentasi
aktif di mana pada tahap ini siswa mampu mengaktualisasikan setiap apa yang
telah dimilikinya (Budiningsih, 2005, hal. 70-71).
Pengajaran humanis menghendaki guru mengajar dengan model
pembelajaran konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang membuat siswa
14
mempelajari konteks dari suatu materi dan merekonstruksi kembali konteks materi
yang telah diberikan (Nurbaiti, 2019). Menurut Hurbermas dalam pandangan
humanis guru berperan sebagai fasilitator dan rekan komunikasi siswa dalam
pembelajaran (Akhmadi, 2018). Berdasarkan pendapat tersebut pandangan
humanis melihat guru sebagai fasilitator dan rekan berdialog dalam menuntun siswa
untuk dapat merekonstruksi pemahamannya sendiri terhadap materi yang dipelajari.
Berdasarkan pemaparan di atas, pandangan humanistik memandang siswa
sebagai pribadi yang dapat berkembang dan mengembangkan kemampuannya
secara mandiri. Siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri melalui
pembelajaran dan interaksi dengan siswa lain. Kelas menjadi tempat untuk siswa
saling melengkapi untuk memperoleh pengetahuan dan bukan tempat untuk ajang
persaingan. Guru menjadi pribadi yang mendukung usaha siswa dalam memperoleh
pengetahuan. Guru menyediakan semua fasilitas yang diharapkan dapat membantu
siswa dalam membangun pengetahuannya.
PEMBAHASAN
Guru memiliki peran aktif dalam kehidupan siswa di sekolah. Salah satunya
adalah dalam manajemen kelas. Banyak guru yang tidak mengerti perannya sebagai
fasilitator dalam kelas sehingga melalaikan tugasnya dalam manajemen kelas.
Manajemen kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah dirancang secara terstruktur. Manajemen kelas dilakukan guru untuk
15
dapat menjadikan kelas sebagai tempat untuk siswa mampu berkembang dalam
segala sisi kehidupannya. Guru seharusnya mampu menjalankan peranya agar
mampu mengembangkan setiap talenta yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa
mampu berkembang dalam setiap aspek kehidupannya.
Siswa adalah pemeran penting dalam sekolah. Tanpa siswa tidak mungkin
ada sekolah. Siswa yang merupakan anggota masyarakat sekolah yang
mengembangkan dirinya melalui proses belajar yang ada dalam kelas (Badrudin,
2014). Beberapa siswa mampu melihat pembelajaran sebagai hal yang penting,
sedangkan yang lain hanya melihat pembelajaran sebagai hal yang biasa atau hanya
sebagai paksaan dari orang tua. Pandangan siswa akan pembelajaran akan
mempengaruhi sikap dan tingkah laku siswa dalam kelas.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang diharapkan dapat memajukan
potensi-potensi yang ada dalam diri siswa melalui penyampaian informasi serta
buah pemikiran yang dapat berlangsung secara deduktif, induktif serta yang
lainnya. Pembelajaran yang berlangsung dalam kelas melibatkan kerja sama antara
siswa dan guru. Guru menyiapkan pembelajaran bagi siswa sehingga siswa mampu
memperoleh informasi yang baru atau mengembangkan informasi yang telah
dimilikinya.
Guru bertugas untuk merancang pembelajaran yang berlangsung dalam
kelas. Pembelajaran yang telah dirancang diharapkan mampu menunjang siswa
selama proses belajar berlangsung. Manajemen kelas merupakan cara guru untuk
16
merancang pembelajaran secara sadar dengan merencanakan, mengorganisasikan,
mengaktualisasikan dan melaksanakan pengawasan terhadap program kegiatan
yang berlangsung di kelas sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana
dengan baik (Minsih & Aninda, 2018).
Guru sebagai fasilitator merancang kelas agar siswa mampu belajar dengan
baik. Manajemen kelas mengarah pada setiap hal yang dilakukan guru untuk
mengorganisasi siswa, tempat, waktu dan bahan ajar sehingga siswa mampu belajar
dengan baik (Wong & Wong, 2009). Peran guru sebagai fasilitator dibutuhkan
untuk dapat memberikan rasa aman kepada siswa dalam kelas, menyediakan
fasilitas yang memadai untuk siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus
memahami peran sebagai fasilitator agar dapat memberikan rasa aman kepada
siswa dalam pembelajaran.
Fakta yang ada beberapa guru tidak melaksanakan perannya sebagai
fasilitator untuk manajemen kelas. Guru tidak melihat bahwa manajemen kelas
yang baik dapat menunjang pembelajaran pada siswa. Guru dalam melaksanakan
perannya harus memiliki landasan yang kuat mengapa melakukan hal tersebut.
Guru harus memiliki pandangan yang benar tentang perannya menjadi fasilitator
dalam melakukan tugasnya. Di samping itu guru juga harus mampu melihat
kebutuhan siswa. Belajar dengan keadaan nyaman sangat dibutuhkan oleh siswa,
yaitu keadaan yang dapat mendukungnya saat belajar. Keadaan kelas yang dapat
membantunya berkembang baik dari segi pengetahuan, emosi, sosial, dan spiritual.
17
Manajemen kelas yang dilakukan oleh guru, haruslah berdasarkan kepada
siswa bukan hanya karena keinginan guru semata-mata, seperti bagaimana
mengatur agar siswa dapat bersosialisasi dengan siswa lain. Guru sebagai
fasilitator menyediakan segala sesuatu untuk proses pembelajaran sehingga sebagai
guru seharusnya dapat melihat bahwa potensi anak akan berkembang saat fasilitas
yang disediakan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Guru sebagai fasilitator memandang manajemen kelas sebagai tempat untuk
menyiapkan segala sesuatunya demi membantu siswa belajar dan berkembang.
Guru sebagai fasilitator melihat bahwa manajemen kelas adalah suatu bentuk usaha
yang mampu mengembangkan siswa dengan menyediakan setiap fasilitas yang
dapat membantu siswa berkembang. Guru sebagai fasilitator memandang
pembelajaran sebagai suatu proses siswa dapat mengembangkan dirinya sendiri
melalui sarana yang telah disediakan. Pembelajaran menjadikan siswa mandiri
dengan membangun sendiri setiap pemikiran yang ada pada siswa. Pada saat
pembelajaran siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan diri dengan setiap
proses yang ada dalam pembelajaran.
Guru sebagai fasilitator memiliki prinsip yang hampir sama dengan
pandangan humanistik. Prinsip yang sama tersebut tersebut terlihat dari cara
pandang kepada siswa, dimana siswa dilihat sebagai pribadi yang mandiri yang
mampu mengembangkan dirinya sendiri. Pendidik humanis percaya bahwa siswa
akan semangat dan termotivasi ketika apa yang sedang digelutinya tersebut
18
merupakan hal yang sangat disukai oleh siswa dan merupakan kebutuhannya
(Qodir, 2017). Guru dituntut untuk dapat menyediakan fasilitas yang memadai bagi
siswa sehingga siswa menyukai pembelajaran melalui fasilitas yang disediakan oleh
guru. Pendekatan pembelajaran yang humanistik melihat manusia sebagai pribadi
yang merdeka dalam hal menentukan mau kemana arah hidupnya diarahkan
(Sanusi, 2013). Guru yang menjalankan peran sebagai fasilitator tidak dapat
membiarkan siswanya bebas dengan pikiran mereka sendiri. Guru juga harus
membimbing serta menuntun siswa dan tidak membiarkan siswa. Pandangan
humanis yang melihat bahwa siswa adalah orang bebas tanpa ada batasan, hal ini
bertentangan dengan apa yang dianut oleh pendidik Kristen. Guru Kristen
mempercayai bahwa siswa telah memiliki arah dan tujuan dalam kehidupannya
yaitu hidup kekal bersama Tuhan.
Seorang guru Kristen haruslah memandang pengelolaan kelas bukan hanya
sebagai sarana untuk membantu siswa mengembangkan talenta yang diberikan
Tuhan kepadanya tetapi juga suatu sarana untuk mengenalkan Tuhan melalui kelas.
Peran seorang guru Kristen dalam kelas tidak hanya sebagai pemberi materi tetapi
juga sebagai pengabar injil dan agen rekonsiliasi di dalam kelas (Knight, 2009).
Guru Kristen membantu siswa agar mampu melihat dirinya sebagai gambar dan
rupa Allah. Siswa haruslah menyadari bahwa dirinya adalah gambar dan rupa Allah
yang berarti siswa harus memperbaiki dirinya sehingga sesuai dengan kehendak
Allah Pencipta manusia (Tong, 1995). Guru perlu menyadari bahwa setiap hal yang
19
terjadi dalam diri siswa merupakan penyertaan dari Roh Kudus, sehingga guru tidak
memegahkan diri ketika siswa berhasil.
Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa peran guru sebagai fasilitator
dalam manajemen kelas dibutuhkan untuk pembelajaran. Manajemen kelas yang
baik dan adanya fasilitas yang memadai membantu siswa dalam mengetahui materi.
Oleh sebab itu, seorang guru haruslah memiliki pandangan yang benar akan
perannya sebagai fasilitator dalam mengelolah kelas. Pandangan inilah yang akan
menuntun guru untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Guru dalam memanajemen kelas sebagai fasilitator melihat bahwa siswa adalah
pribadi yang dapat mengembangkan dirinya sendiri dengan bantuan fasilitas yang
memadai yang disediakan oleh guru. Pandangan ini tidaklah cukup untuk guru
Kristen. Guru Kristen yang berperan sebagai fasilitator dalam memanajemen kelas
haruslah memiliki pandangan bahwa siswa adalah makhluk ciptaan Allah yang
memiliki talenta dan kemampuan yang harus dikembangkan dalam kelas melalui
fasilitas yang ada dan dari hal tersebut siswa mampu melihat Kristus di setiap
pembelajaran yang diterapkan. Pada dasarnya guru Kristen yang berperan sebagai
fasilitator melihat manajemen kelas sebagai sarana untuk mengenalkan Yesus dan
memberitakan Injil.
Seorang guru dalam melakukan tindakan haruslah melihat secara lebih luas,
di mana setiap tindakan yang dilakukan oleh guru adalah untuk kemuliaan Allah
20
bukan untuk memamerkan diri sendiri. Ketika siswa mampu melakukan sesuai
dengan yang diinginkan hal tersebut hanya karena Roh Kudus yang memampukan
bukan karena kehebatan manusia.
b. Saran
Guru dalam melaksanakan perannya melihat dan mengkaji terlebih dahulu dasar
pemikiran yang dimiliki sehingga mampu untuk tetap berada apa jalur yang tepat.
Peneliti yang ingin melanjutkan atau melakukan penelitian dengan
menggunakan dasar pemikiran yang sama dapat mengkaji lebih dalam lagi dasar
seorang guru berperan sebagai fasilitator dalam manajemen kelas. Dapat juga dikaji
dalam pandangan-pandangan lain seperti konstruktivisme dan beberapa lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi. (2018). Humansitik ; dari teori hngga implementasinya dalam
pembelajaran. Islamic Akademika, 9(1), 1-16. Dipetik November 16, 2019,
dari
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/islamicakademika/arti
cle/view/3242
Aradea, R., & Harapan, E. (2019). Pengaruh penerapan teori belajar humanistik
terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah kewirausahaan. Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, 90-96.
doi:http://dx.doi.org/10.31851/jmksp.v4i1.2479
Badrudin. (2014). Manajemen peserta didik. Jakarta Barat: PT Indeks.
Bey, A., & Asriani. (2013, Juli). Penerapan pembelajaran problem solving untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi spldv.
Jurnal Pendidikan Matematika, IV(2), 224-239. Dipetik September 10,
2019, dari http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPM/article/view/2035/pdf
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Cucun dkk, S. (2017). Buku ajar pengelolaan pendidikan. Sumedang: UPI
Sumedang Press.
Darmadi, H. (2019). Pengantar era globalisasi: konsep dasar, teori, strategi dan
implementasi dalam pendidikan globalisasi. Jakarta: An1mage.
Dimyati, & Mudjiono. (2013). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djabidi, F. (2016). Manajemen pengelolaan kelas. Malang: Madani.
22
Djamarah, S. B. (2010). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif: Suatu
pendekatan teoritis psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
Esi, Purwaningsih, E., & Okianna. (2016). Peran guru sebagai fasilitator dan
motivator dalam meningkatkan hasil belajar dikelas xi smk. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(10), 1-14. Dipetik
September 25, 2019, dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/17132
Husein, L. (2017). Profesi keguruan menjadi guru profesional (1st ed.).
Yugyakarta: Pustaka Baru Press.
Karwati, E., & Priansa, D. J. (2014). Manajemen kelas (classroom management)
guru profesional yang inspiratif, kreatif, menyenangkan, dan berprestasi.
Bandung: Alfabeta.
Kensiwi, F., Surarso, B., & Hardi, S. (2013). Pembelajaran model kooperatif tipe
tsts dengan pendekatan humanistik bermuatan pendidikan karakter materi
bilangan kompleks. Unnes Journal of Mathematics Education Research,
2(1), 158-163. Dipetik September 18, 2019, dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer/article/view/1239
Kirom, A. (2017). Peran guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
berbasis multikultural. Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Islam, III(1), 69-
80. Dipetik September 13, 2019, dari
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/pai/article/view/893
Knight, G. R. (2009). Filsafat dan pendidikan: sebuah pendahuluan dari
perspektif kristen. Tangerang: UPH Press.
23
Minsih, & Aninda, G. D. (2018, Juli). Peran guru dalam pengelolaan kelas. Jurnal
Profesi Pendidikan Dasar, 20-27.
doi:https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.6144
Misyanto. (2015, Juni). Pengaruh manajemen kelas dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar matematika. Anterior Jurnal, XIV, 186-193.
doi:https://doi.org/10.33084/anterior.v14i2.184
Nai, F. A. (2017). Teori belajar dan pembelajaran implementasinya dalam
pembelajaran bahasa indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
News, T. (2019). Viral Video Siswa Lecehkan Gurunya Di Gresik, KPAI:
Mungkin Dampak Game Online. Jakarta: TribunNews.
Nurbaiti. (2019). Pendidikan humanistik islami melalui pembelajran aplikatif.
KORDINAT, XVIII(1), 159-193. doi:10.15408/kordinat.v18i1.11480
Qodir, A. (2017). Teori belajar humanistik dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa. Jurnal Pedagogik, 188-202.
doi:http://dx.doi.org/10.19166/pji.v15i1.1075
Rasilim, C. (2019). Studi pengalaman mahasiswa calon guru dalam
mempraktekan pendidikan Kristen [a field experience study of pre-service
teachers in putting the Christian education philosophy into practice.
POLYGLOT: Jurnal Ilmiah, 15(1), 36-57.
doi:dx.doi.org/10.19166/pji.v15i1.1075
Sadirman. (2014). Interaksi dan motiavasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali
Press.
24
Sanusi, U. (2013). Pembelajaran dengan pendekatan humanistik (penelitian pada
mts negeri model cigugur kuningan). Jurnal Pendidikan Agama Islam-
Ta'lim, XI(2), 123-142.
Sinamo, J. (2010). 8 etos keguruan (1st ed.). Jakarta: Institut Darma Mahardika.
Tong, S. (1995). Peta dan teladan Allah. Jakarta: Lembaga Reformed Injili
Indonesia.
Van Brummelen, H. (2006). Berjalan dengan Tuhan di dalam kelas: pendekatan
Kristiani untuk pembelajaran. Jakarta: Universitas Pelita Harapan Press.
Widiasworo, E. (2018). Cerdas pengelolaan kelas. Yogyakarta: DIVA Press.
Wong, H. K., & Wong, R. T. (2009). The first days of school. California: Harry K.
Wong Publication, Inc.