Upload
windari-apple
View
58
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PROSPEK PENERAPAN KONSEP PENJAMINAN MUTU
(QUALITY ASSURANCE)
A. PENDAHULUAN
Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu
pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan dibangun dari unit satuan pendidikan di mana kelompok
pendidik dan tenaga kependidikan profesional menunjukkan komitmen dan praktek-praktek
yang terbaik (akuntabilitas profesional). Paradigma penjaminan mutu telah bergeser dari
praktek quality control ke quality assurance and development.
Hasil-hasil kajian menunjukkan bahwa peningkatan mutu tidak selalu berkaitan dengan
peningkatan anggaran pendidikan dan ketersediaan guru dalam jumlah dan kualifikasi.
Peningkatan mutu terjadi dalam perwujudan budaya mutu yang menunjukkan perubahan cara
berfikir dan budaya kerja yang mengutamakan mutu. Perhatian pemerintah (Indonesia)
terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional direfleksikan dalam berbagai kebijakan
pembangunan pendidikan yang secara sistematik telah lama dilakukan sejak rencana
pembangunan lima tahun pertama. Berbagai program inovasi pendidikan baik yang
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan proyek maupun rutin pada kenyataannya belum
menunjukkan hasil pencapaian mutu pendidikan yang mampu membangun daya saing
bangsa.
Indikator-indikator kajian internasional maupun regional dalam banyak aspek selalu
menunjukkan bahwa daya saing Indonesia menduduki peringkat yang belum memberikan
kebanggaan sebagai bangsa. Dengan mempertimbangkan peranan strategis pendidikan dalam
investasi sumber daya manusia, diyakini bahwa penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
akan mampu secara bertahap membangun martabat dan daya saing bangsa Indonesia. Satu
sistem penjaminan dan peningkatan mutu diperlukan untuk menghindari pelaksanaan
program-program pendidikan yang parsial, tidak berkelanjutan, serta belum kuatnya tata
kerja akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.
Sebagaimana yang diketahui mutu Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di Indonesia
saat ini baru sebagian kecil saja yang tergolong baik. Banyak fakta yang membuktikan bahwa
sebagian besar mutu PTAI di negeri ini masih belum menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Masih banyak aspek-aspek penting sistem dan kelembagaan PTAI yang belum
memenuhi standar-standar nasional pendidikan sebagaimana tuntutan undang-undang dan
peraturan pemerintah, apalagi standar-standar mutu perguruan tinggi internasional. Dengan
kondisi semacam ini akan sangat sulit untuk bersaing secara internasional, bahkan pada
tingkat nasional sendiri PTAI masih harus berbenah diri agar mampu berkompetisi dengan
perguruan tinggi umum (PTU) negeri maupun swasta yang lebin maju. Salah satu upaya terus
menerus yang harus dilakukan oleh manajemen PTAI adalah melakukan apa yang disebut
sebagai program penjaminan mutu (quality assurance). Inilah tema pokok yang akan
dijelaskan dalam tulisan ini.
B. PEMBAHASAN
Pendidikan transnasional. Transnational education adalah keniscayaan dari globalisasi
dan kemajuan TI. Keterbukaan informasi dan kemudahan komunikasi dan transportasi telah
membuka peluang pendidikan antar Negara. Oleh karena itu adalah arif untuk membicarakan
masalah transnational education secara terbuka sehingga dapat dihindari berbagai dampak
negatif yang mungkin terjadi. Misalnya masuknya berbagai PT yang tidak berkualitas dan
tidak bertanggung jawab ke Indonesia. Transnational education hendaknya dilakukan secara
sadar, bertanggung jawab dan dalam posisi yang saling menguntungkan.
Transnational education ini sebagai bentuk kerjasama antar perguruan tinggi antar negara
yang diawali dengan saling mempercayai, saling memahami, saling mengetahui system
pendidikan tinggi di negara masing-masing termasuk dasar hukum dan civil efeknya serta
system akreditasi di negara masing-masing. Dengan kata lain langkah untuk saling mengakui
didasari oleh, Mutual understanding of accreditation organizations,Mutual recognition of
accreditation procedures, Mutual recognition of accreditation results, Mutual recognition of
accreditation decisions.
Keinginan untuk saling mengakui antar perguruan tinggi antar negara di Eropa telah
menjadi kesadaran bersama masyarakat ekonomi Eropa, terbukti dengan dikeluarkannya
rekomendasi Perlemen Eropa tahun 2005 yang mendorong dilakukannya transnational
education, untuk saling mengakui antar perguruan tinggi di kawasan Eropa. Keputusan
politik ini kemudian menjadi dasar erjasama yang dibangun antar perguruan tinggi Eropa
melalui ECA (European Consortium for Accreditation). ECA kemudian menindak lanjutinya
melalui pertemuan-pertemuan antar badan akreditasi Negara Eropa yang menjadi
anggotanya. Untuk Kawasan ASEAN tengah dijajaki yangdiawali dengan pertemuan antar
badan akreditasi Indonesia dan Malaysia setahun terakhir ini.
Globalisasi telah berpengaruh luas terhadap system dan institusi pendidikan tinggi dunia.
Dengan adanya globalisasi ini maka lulusan PT Indonesia harus bersaing dengan seluruh PT
di dunia. Untuk itu pemerintah perlu mendorong, memfasilitasi dan memberikan otonomi
kepada PT untu siap bersaing secara global. Pada level institusi, globalisasi telah memaksa
PT untuk lebih berkualitas dan lebih berani bersaing. Dan untuk menjamin mutu tersebut PT
perlu membentuk unit jaminan mutu di PT nya sendiri. Di sisi lain masyarakat dan pengguna
lulusan PT semakin sadar untuk mencari dan memilih PT berkualitas.
Realitas Kualitas PTAI. Kualitas PTAI pada kenyataannya memang masih rendah
dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya. Indicator masih rendahnya mutu PTI tersebut
adalah:
1. Akreditasi PS pada PTI hasilnya kebanyakan pada level B dan C dan hanya 10%
terakreditasi A.
2. Masih sangat sedikit PTI yang mahasiswa orang asing. Kebanyakan
mahasiswanya domestic. Kalaupun ada mahasiswa asing, mereka itu adalah
mahasiswa dengan beasiswa Indonesia.
3. Belum tampaknya PTI yang menawaran PS nya di luar negeri.
4. Masih sedikitnya forum-forum kerjasama antar PTI baik dalam penyelenggaraan
seminar-seminar bersama, tukar-menukar dosen termasuk saling mengirim
penguji dalam ujian disertasi doctor (external examinizer)
5. Masih sedikitnya kerjasama program pendidikan dalam bentuk Twinning
Program, kelas bersaa ataupun franchising antar PTI ataupun program mutual
recognition antar PTI
Peran dan posisi Akreditasi dalam peningkatan mutu pendidikan tinggi. Dalam UU
RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 60 dan pasal 61. Akreditasi
lembaga pendidikan tinggi merupakan penjaminan mutu eksternal terhadap institusi pendidikan
tinggi dan program studi. Ijazah, gelar, dan sertifikat kompetensi hanya diberikan oleh satuan
pendidikan yang telah terakreditasi. Sesuai dengan peran akreditasi dalam peningkatan mutu
pendidikan tinggi, maka BAN-PT sebagai satu-satunya lembaga akreditasi pada tingkat nasional,
mempunyai posisi penting. Untuk dapat memberikan ijazah, gelar dan sertifikat kompetensi,
setiap perguruan tinggi dan program studi harus terakreditasi. Ini berarti bahwa BAN-PT harus
melayani semua perguruan tinggi dan program studi untuk memperoleh akreditasi. Manfaat
utama dari akreditasi adalah: terwujudnya pola tunggal pengelolaan perguruan tinggi (negeri,
swasta, umum, agama, dan kedinasan, dan tidak ada lagi diskriminasi perlauan dan pengakuan
status antar perguruan tinggi). Dampak positif ini tidak hanya diterima perguruan tinggi, tetapi
juga oleh masyarakat dan pengguna lulusan perguruan seperti berikut ini:
Manfaat Akreditasi bagi perguruan tinggi negeri ;
a. Meningkatnya komitmen perguruan tinggi terhadap mutu pendidikan tinggi.
b. Lebih terarahnya peningkatan mutu pendidikan tinggi.
c. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya penilaian internal perguruan tinggi
terhadap mutu pendidikan tinggi.
d. Berkembangnya unit penjaminan mutu diperguruan tinggi.
e. Kesiapan dan kesediaan perguruan tinggi untuk dinilai secara eksternal
(diakreditasi).
f. Perguruan tinggi dan program studi yang terakreditasi memperoleh kepercayaan
yang lebih besar dari masyarakat.
g. Hasil akreditasi BAN-PT digunakan sebagai prasyarat untuk berbagai bantuan
hibah kompetitif atau hibah bersaing.
h. Peringkat akreditasi BAN-PT seringkali dijadikan salah satu prasyarat untuk
memasuki perguruan tinggi di luar negeri.
i. Hasil akreditasi BAN-PT mulai diakuioleh badan akreditasi internasional,
terutama APEC Engineer Register.
Manfaat Akreditasi bagi masyarakat dan pengguna Lulusan program studi.
a. Calon mahasiswa memiliki panduan dan informasi yang kuat untuk memilih
program sudi.
b. Calon mashasiswa memiliki pilihan perguruan tinggi negeri yang lagih kuat dan
bervariasi.
c. Orang tua memiliki dasar arahan yang lebih rasional tentang pilihan program
studi putra/putrinya.
d. Instansi pengguna lulusan perguruan tinggi memiliki dasar seleksi calon
karyawan secara lebih rasional dan obyektif.
e. Perguruan tinggi internasional memiliki dasar seleksi calon mahasiswa Indonesia
secara lebih rasional dan obyektif.
Prosedur Akreditasi. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Akreditasi merupakan suatu proses sinambung yang keseluruhannya mencakup tiga
tahap kegiatan yaitu:
1. Evaluasi diri yang berkelanjutan.
2. Penetapan tingkat akreditasi.
3. Pembinaan program studi berdasarkan hasil akreditasi.
Hasil evaluasi-diri dijadikan balikan untuk memperbaiki kelemahan-kelamahan yang terdapat
dalam program studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi sendiri. Hasil akreditasi digunakan
untuk dua tujuan pokok, yaitu untuk menetapkan keputusan akreditasi, dan untuk memberikan
rekomendasi mengenai perlakuan atau pembinaan terhadap program studi yang telah
diakreditasi. Berikut siklus penjaminan mutu ;
Evaluasi diri
Perbaikan internal
Evaluasi eksternal/ Akreditasi
Keputusan akreditasi
Perbaikan Internal dan pembinaan
Prosedur Akreditasi Program studi.
Pemeringkatan hasil akreditasi. Hasil akreditasi dinyatakan dalam peringkat akreditasi yang
ditetapkan berdasarkan besarnya jumlah nilai terbobot. Pembobotan dilakukan oleh BAN-PT
dengan menggunakan program komputer. Untuk program diploma dan sarjana jumlah nilai
terbobot merentang dari nol sampai 400, sedangkan untuk program Magister dan Doktor,
merentang dari 0 sampai 5. Peringkat akreditasi tersebut dibagi dalam empat level yaitu
peringkat A setara dengan standar internasional/regional. Peringkat B setara dengan standar
nasional. Peringkat C setara dengan standar minimum yang ditetapkan oleh dikti dan peringkat D
adalah tidak terakreditasi.
Peringka
t
Skor terbobot Setiap Tingkat Program studi Masa Berlaku
Diploma S1 S2 S3
A 361-400 361-400 4,5-5,0 4,6-5,0 5 th
B 301-360 301-360 4,1-4,5 4,1-4,5 5th
C 200-300 200-300 3,0-4,0 3,0-4,0 3th*
D <200 <200 <3,0 <3,0 -
Sekarang telah menjadi 5 tahun
Kesimpulan
Disamping keberhasilannya, BAN-PT seringkali menghadapi kendala yang cukup berat dan
mengganggu kelancaran penyelenggaraan akreditasi. Kendala itu terutama berkenaan dengan
hal-hal berikut:
1. Jumlah program studi / perguruan tinggi yang harus diakreditasi sangat besar (lebih
kurang 17.800 program studi) dan tersebar diseluruh Indonesia.
2. Sistem Pendanaan yang tidak mendukung penyelenggaraan akreditasi program studi
mengakibatkan layanan akreditasi menjadi terbatas,
3. Masih ada sikap dan persepsi sebagian perguruan tinggi yang kurang tepat mengenai
makna dan manfaat akreditasi sebagai upaya penjaminan mutu perguruan tinggi.
4. Masih kesulitan mencari asesor yang profesional dan “amanah”.
5. Masih kesulitan dalam merekrut dan menyeleksi asesor yang memiliki kepakaran yang
banyak dibutuhkan namun jumlah pakarnya sedikit.
Belajar dari pengalaman tersebut maka dirasa perlu menyempurnakan sistem akreditasi, dengan
memberikan kemungkinan pengembangan sistem akreditasi dari akreditasi program studi ke
akreditasi institusi perguruan tinggi. Mengingat akreditasi ini merupakan suatu konsep
penjaminan mutu yang menjadi suatu ukuran kualitas program studi maupun perguruan tinggi.
Sehingga perguruan tinggi maupun program studi yang telah diakreditasi dapat meningkatkan
daya saing tidak hanya secara kuantitas tetapi juga kualitas, sehingga dapat mengembangkan
sayap tidak hanya dalam kapasitas akademis tetapi juga membuka profit investment yang pada
akhirnya dapat menuju persaingan secara global.
DAFTAR PUSTAKA:
Rahim, Husni. Pendidikan Tinggi Islam dalam Sorotan. Tunas Gemilang Press : Palembang.
http://gurupembaharu.com/home//?author/=1
http://ban-pt.depdiknas.go.id