774

Click here to load reader

Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/001-SEMREGIONALWILAYAHSU… · Kelompok Makalah Hortikultura . Evaluasi Daya Hasil dan Pertumbuhan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    i

    Prosiding

    SEMINAR REGIONAL WILAYAH SUMATERA

    Tema : Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi Melalui Pemanfaatan

    Sumberdaya Lokal Menuju Pertanian Ramah Lingkungan

    Banda Aceh, 2 3 September 2014

    Penanggung Jawab : Basri A.Bakar

    Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh

    Penyunting :

    T.Iskandar

    Iskandar Mirza

    Achmad Subaidi

    Yenni Yusriani

    Effendi

    Syafruddin

    Ema Alemina

    Cut Nina Herlina

    Fenty Ferayanti

    Diterbitkan oleh :

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh

    Jl.P. Nyak Makam No.27, Lampineung B. Aceh 23125

    Telp. : (0651) 7551811

    Fax. : (0651) 7552077

    E-mail : [email protected]

    Website : nad.litbang.pertanian.go.id

    ISBN 978-602-17249-1-0

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

    Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Banda Aceh, 2014

    mailto:[email protected]

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    ii

    Prosiding

    SEMINAR REGIONAL WILAYAH SUMATERA

    Tema : Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi Melalui Pemanfaatan

    Sumberdaya Lokal Menuju Pertanian Ramah Lingkungan

    Banda Aceh, 2 3 September 2014

    Hak Cipta @ 2014. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

    Jl.P. Nyak Makam No.27, Lampineung B. Aceh 23125

    Telp. : (0651) 7551811

    Fax. : (0651) 7552077

    E-mail : [email protected]

    Website : nad.litbang.pertanian.go.id

    Isi prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya

    Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera/I/Iskandar, dkk.

    Banda Aceh : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh,2014

    ISBN 978-602-17249-1-0

    1.Tanaman Pangan 2. Hortikultura 3.Perkebunan 4.Peternakan 5.Diseminasi 6.Lain-

    lain

    Dicetak di Banda Aceh, Indonesia

    mailto:[email protected]

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    iii

    KATA PENGANTAR

    Kementerian Pertanian telah menetapkan sistem pertanian industrial unggul

    berkelanjutan berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai

    tambah, ekspor dan kesejahteraan petani sebagai visi pembangunan pertanian. Adanya

    keberagaman sumberdaya lokal spesifik lokasi merupakan potensi dalam percepatan

    pencapaian target pembangunan pertanian nasional sebagaimana sudah ditetapkan empat

    target sukses Kementerian Pertanian. Untuk menggali potensi tersebut, dukungan

    penerapan teknologi spesifik lokasi yang ramah lingkungan sangat menentukan.

    Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan)

    melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang berada di tiap provinsi,

    melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam menghasilkan inovasi pertanian spesifik

    lokasi dalam optimasi pemanfaatan sumberdaya lokal di masing-masing provinsi dengan

    dukungan dari Balit/Puslit/Balai Besar serta bersinergi dengan berbagai stakeholders terkait

    baik di pusat maupun di daerah.

    Dalam rangka memperingati ulang tahun yang ke 40 Badan Litbang Pertanian tahun

    2014, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melaksanakan kegiatan Seminar

    Regional Pekan Agroinovasi wilayah Sumatera dengan tema Pengembangan Teknologi

    Spesifik Lokasi Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Menuju Pertanian Ramah

    Lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2-3 September 2014 yang dihadiri

    narasumber dan peserta dari berbagai instansi dari Kementerian Pertanian,

    Universitas/Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, Swasta, LSM dan petani.

    Kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelenggaraan seminar

    hingga penyelesaian prosiding kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

    Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan, untuk itu

    kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

    Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

    Aceh

    Ir. Basri A. Bakar, M.Si

    NIP. 19600811 198503 1 001

    Banda Aceh, September 2014

    DiseminasiTypewritten textBanda Aceh, Januari 2015

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    iv

    DAFTAR ISI

    Hal

    Kata Pengantar iii

    Daftar Isi iv

    Kelompok Makalah Tanaman Pangan

    Adaptabilitas Tanaman Jagung Varietas Bima pada Tiga Lokasi di Lampung

    Utara

    Dewi Rumbaina Mustikawati dan Ratna Wylis Arief 1

    Analisis Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung di Kecamatan Penengahan

    Kabupaten Lampung Selatan

    Zahara dan Yulia Pujiharti. 7

    Kajian Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Varietas Padi Gogo (Oryza sativa

    L.) terhadap Pemupukan Majemuk NPK di Aceh Utara

    Laila Nazirah, SP.MP.. 15

    Penampilan Varietas Unggul Baru Padi Sawah pada Dua Lingkungan Tumbuh

    Rr. Ernawati, Dian Meithasari, dan Junita Barus 23

    Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L) yang Diinokulasi VA Mikoriza

    pada Tumpangsari dengan Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.)

    Wahid dan A. Arivin Rivaie.. 31

    Prospek Pengembangan Budidaya Koro Pedang (Canavalia sp.) Mendukung

    Kecukupan Pangan dan Gizi Serta Kesuburan Tanah di Kepulauan Maluku

    A. Arivin Rivaie............................................................................................ 41

    Uji Beberapa Rekomendasi Pemupukan Terhadap Hasil Dua Varietas Padi

    Sawah di Lampung

    Junita Barus dan Rr. Ernawati 51

    Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah pada Sentra

    Produksi Padi di Tanjung Bintang, Lampung Selatan

    Nina Mulyanti, Yulia Pujiharti dan Endriani. 57

    Karakter Agronomi Padi Toleran terhadap Cekaman Kekeringan pada Sistem

    Sawah

    Maisura, Muhamad Ahmad Chozin, Iskandar Lubis, Ahmad Junaedi, Hiroshi

    Ehara 63

    Pemanfaatan Mulsa Jerami dan Inokulasi Iletrisoy pada Tanaman Kedelai di

    Desa Bumi Setia, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah

    Dewi Rumbaina Mustikawati, Nina Mulyanti dan Endriani..

    72

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    v

    Teknologi Pengendalian Hama Pengisap Polong Kedelai dengan Penggunaan

    Insektisida Nabati dan Tanaman Penghalang

    Hendrival, Alfiatun Nisa, dan Nurfitriana. 77

    Uji Efektivitas Pupuk Organik Berbahan Baku Lokal terhadap Hasil Kedelai

    pada Lahan Kering

    Junita Barus............................................................................................... 85

    Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik dari Limbah Kulit Mete terhadap

    Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.) pada Lahan Kering Sub-

    Optimal di Sulawesi Tenggara

    Asmin dan Mehran...................................................................................... 91

    Kajian Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Tanah pada

    Lahan Tadah Hujan di Kabupaten Blora Jawa Tengah

    Forita Dyah Arianti, Sodiq Jauhari dan Moh. Ismail Wahab. 99

    Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Sawah Irigasi di

    Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh

    Basri A. Bakar dan Husaini Yusuf 106

    Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Empat Varietas Unggul Kedelai di

    Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh

    Chairunnas 114

    Pengaruh Pemberian Biochar dan Pupuk NPK terhadap Pertrumbuhan dan

    Hasil Kedelai Varietas Anjasmoro di Lahan Sawah Kabupaten Pidie

    Chairunnas 120

    Pengaruh Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas

    Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt)

    Idawanni dan Fenty Ferayanti 130

    Produktivitas Kedelai (Glysine max L) dengan Penambahan Pembenah Tanah

    Procal pada Lahan Sawah Irigasi

    Q.D. Ernawanto dan T. Sudaryono 139

    Peningkatan Produktivitas Padi dengan Penambahan Pembenah Tanah Procal

    pada Lahan Sawah Irigasi

    Q.D. Ernawanto dan T. Sudaryono 148

    Uji Adaptasi Sistem Olah Tanah dan Pemberian Kompos terhadap Produksi

    Jagung Manis di Kebun Percobaan

    Abdul Azis..................................................................................................

    158

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    vi

    Kelompok Makalah Hortikultura

    Evaluasi Daya Hasil dan Pertumbuhan 7 Varietas Bawang Merah (Allium Cepa)

    pada Dataran Tinggi Basah Berastagi

    Agustina E Marpaung, Bina Br Karo, Shorta Simatupang dan Rini Rosliani.. 168

    Induksi Tunas In Vitro dari Eksplan Mata Tunas Bibit Tanaman Manggis

    Wanayasa dan Malinau

    Rd. Selvy Handayani, Ismadi.. 176

    Keragaan Budidaya Nanas Var Pakpak Bharat dan Upaya Perbaikannya

    Sarman Tobing dan Sortha Simatupang. 185

    Pengkajian Introduksi Teknologi Perbanyakan Benih Kentang Bermutu di

    Kelompok Tani Kabupaten Karo

    Sortha Simatupang 197

    Produktivitas dan Kinerja Sebaran Varietas Pisang di Kabupaten Pesawaran

    Zahara dan Nina Mulyanti. 211

    Teknologi Budidaya Mendukung Standar Mutu Jeruk Siem Madu (Citrus sp)

    di Kabupaten Karo

    Lukas Sebayang dan Lermansius Haloho. 218

    Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang

    Merah (Allium ascalonicum L)

    Marlina. 228

    Kelompok Makalah Pasca Panen

    Kajian Optimasi Produksi Tepung Ubi Kayu dengan Proses Fermentasi dalam

    Pembuatan Mi Basah di Sumaterta Utara

    Besman Napitupulu ,Nurmalia N.D.M.Romauli Hutabarat dan Hendri F.

    Purba 235

    Kajian Pembuatan Roti Tawar dari Beberapa Jenis Tepung Komposit Ubi

    Kayu dengan Terigu

    Besman Napitupulu, Nurmalia N.D. M. Romauli Hutabarat dan Hendri

    F. Purba. 245

    Teknologi Penanganan Pascapanen Primer Beberapa Komoditas Buah-Buahan

    (Review)

    Ratna Wylis Arief 254

    Kajian Penanganan Pascapanen Padi untuk Mengurangi Susut Mutu Beras

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    vii

    Desy Nofriati dan Yenni Yusriani.. 264

    Pengembangan Roti Manis Berbahan Tepung Pangan Lokal

    Andi Dalapati dan Jonni Firdaus

    272

    Kajian Porositas Kemasan terhadap Penyimpanan Benih

    Vivi Aryati dan Abdul Azis. 278

    Kelompok Makalah Peternakan

    Pemberian Pakan Metode Flushing untuk Peningkatan Skor Kondisi Tubuh

    (SKT) pada Ternak Sapi Betina di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

    Yayu Zurriyati dan Dahono.. 285

    Potensi Limbah Jagung Sebagai Pakan Ternak di Kabupaten Muna Sulawesi

    Tenggara

    Wa Ode Aljumiati dan Yenni Yusriani 293

    Implementasi Demonstrasi Urea Molases Blok (UMB) untuk Meningkatkan

    Produksi Susu Sapi Perah di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat

    Titiek Maryati S. dan Nandang Sunandar 299

    Kemampuan Peternak dalam Memahami Sifat Kualitatif Itik Kerinci

    Sari Yanti Hayanti, Masito dan Rini Anggraini 305

    Kelompok Makalah Diseminasi/Sosek

    Adopsi Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit pada Peternakan Rakyat di

    Provinsi Riau

    Sri Haryani Sitindaon dan Nasri Joni.. 313

    Analisa Usahatani Cabe Merah (Capsicum Anuum L) Organik Studi Kasus Desa

    Aur Sati Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar Provinsi Riau

    Syuryati dan Rizqi Sari Anggraini. 316

    Analisis Keuntungan dan Nilai Tukar Penerimaan Usahatani Kedelai pada

    Lahan Sawah Tadah Hujan di Sulawesi Tenggara (Studi Kasus Di Kab.

    Konawe Selatan)

    Rusdin, Zainal Abidin dan Cut Nina Herlina................................................... 326

    Analisis Struktur Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung di

    Kecamatan Penengahan

    Yulia Pujiharti dan Zahara 334

    Dampak Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari terhadap

    Pemanfaatan Pekarangan di Kabupaten Kolaka Utara

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    viii

    Dahya dan Nurbaiti.. 341

    Demonstrasi Pemanfaatan Pekarangan Rumah dalam Peningkatan

    Pendapatan Petani di Kabupaten Labuhan Batu Selatan Sumatera Utara

    Tristiana Handayani, Vivi Aryati dan Sri Haryani Sitindaon 349

    Pengkajian Sistim Penyediaan Benih Unggul Bermutu Padi Secara

    Berkelanjutan di Tingkat Penangkar Benih Sumatera Utara

    Sortha Simatupang dan Didik H 355

    Implementasi Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi

    di Sulawesi Tenggara

    Sri Bananiek, Zainal Abidin dan Muh. Taufiq Ratule.. 369

    Kajian Persepsi Petani dan Tingkat Adopsi terhadap Teknologi Pengelolaan

    Tanaman Terpadu Padi Sawah di Sulawesi Tenggara

    Sri Bananiek dan Muh. Taufiq Ratule. 378

    Karakteristik Kelompok Tani dalam Pembangunan Pertanian di Kabupaten

    Rokan Hulu Provinsi Riau

    Sri Haryani Sitindaon, Empersi dan Winda Syafitri. 385

    Keragaan Implementasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)

    dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Kolaka Timur

    Edi Tando dan Elviwirda 393

    Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Langsung (Atabela) Jajar Legowo 4:1

    pada Padi Sawah (Design And Testing Legowo 4:1 Paddy Direct Seeder).

    Jonni Firdaus dan Cecep Saepul Rahman 400

    Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Model Kawasan Rumah Pangan

    Lestari dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Buton Utara

    Edi Tando, Bungati dan Elviwirda 411

    Pemanfatan Lahan Pekarangan dalam Pemenuhan Konsumsi Pangan di Kota

    Baubau

    Rusdin, M.A. Mustaha dan Fenty Ferayanti.................................................... 418

    Peningkatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Melalui Program M-KRPL di Desa

    Tomoahi, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara

    Bungati dan Idawanni 426

    Penyelamatan Sumberdaya Genetik Pangan Lokal pada Kawasan Rumah

    Pangan Lestari di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

    Muhammad Alwi Mustaha, Rusdin dan Iskandar Mirza 432

    Potensi Pengembangan Diversifikasi Pangan Melalui Pemanfaatan Bahan

    Pangan Lokal di Lokasi M-KRPL Kabupaten Pesawaran

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    ix

    Ratna Wylis Arief dan Robet Asnawi.. 442

    Analisis Usahatani Kedelai (Glycine max L Merril) di Lahan Kering Kabupaten

    Bireuen

    Chairunnas, Emlan Fauzi, Husaini Yusuf..

    451

    Peningkatan Produksi Melalui Pendampingan SL-PTT Kedelai di Kabupaten

    Tanjung Jabung Timur

    Yardha, Erwan Wahyudi dan Adri 457

    Inovasi Teknologi Budidaya Mendukung Program Kawasan Rumah Pangan

    Lestari Mitra dengan TNI-AD Di Provinsi Jambi

    Syafri Edi, Defira Suci Gusfarina dan Endrizal 470

    Model Saluran Tata Niaga Sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti - Riau

    Mendukung Empat Sukses Kementerian Pertanian

    Rizqi Sari Anggraini dan Syuryati. 480

    Analisis Usahatani dan Produktivitas Lahan Kopi Rakyat Di Kabupaten

    Kepahiang Provinsi Bengkulu

    Dedi Sugandi, Emlan Fauzi dan Herlena Bidi Astuti 487

    Perbenihan Padi Sawah Mendukung P2BN di Sulawesi Tenggara

    Samrin dan Muhammad Taufiq Ratule.. 492

    Introduksi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dalam Meningkatkan

    Produksi Padi Mendukung Program P2BN di Kabupaten Buton Sulawesi

    Tenggara

    Asmin dan Yufniati ZA 497

    Penataan Pekarangan untuk Meningkatkan Penganekaragaman Konsumsi

    Pangan dan Pendapatan Masyarakat

    (Studi Kasus KRPL Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi)

    Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina dan Syafri Edi 507

    Respon Petani terhadap Display Varietas Unggul Baru Padi di Kecamatan

    Cangkuang Kabupaten Bandung

    Ratima Sianipar, Sukmaya dan Anna Sinaga. 515

    Keragaan Produktivitas Vub Padi Rawa Lebak di Kabupaten Muaro Jambi

    Firdaus, Adri dan Cut Nina Herlina 523

    Keragaan Penerapan Model Usahatani Integrasi Tanaman Sorgum dan Ternak

    Sapi Ramah Lingkungan pada Lahan Sub-optimal di Jawa Barat

    Nandang Sunandar, Nana Sutrisna, dan Yanto Surdianto

    529

    Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Sistem Tanam Jajar

    Legowo pada Lokasi SL-PTT Di Provinsi Jambi

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    x

    Endrizal, Adri dan Julistia Bobihoe.. 543

    Kajian Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis pada Pengembangan

    Usaha Produktif Gapoktan di Provinsi Aceh

    Yufniati ZA, Rini Andriani dan Cut Hilda Rahmi

    553

    Potensi dan Kebutuhan Teknologi Guna Mendukung Swasembada Kedelai di

    Jawa Tengah

    Renie Oelviani, Moh. Ismail Wahab, Ratih Kurnia J 563

    Analisa Usahatani Empat Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering di

    Kabupaten Aceh Timur

    Mehran 572

    Karakteristik Responden Petani Kedelai terhadap Tingkat Adopsi Pengelolaan

    Tanaman Terpadu (Ptt) di 2 Kabupaten Propinsi Aceh

    Cut Hilda dan Nazariah . 577

    Kajian Peran Perempuan dalam Rumah Tangga Petani Mendukung Program

    Strategis Kementerian Pertanian di Propinsi Aceh

    Nazariah 585

    Desain Model Komunikasi dan Metode Percepatan Adopsi Teknologi Ptt

    Kedelai di Provinsi Aceh

    Nazariah. 597

    Lain lain

    Deskripsi dan Identifikasi Efek Gas Rumah Kaca terhadap Keamanan Pangan

    di Jambi

    Lutfi Izhar, Lindawati dan Salwati 606

    Hama Kumbang Tanaman Sagu di Perkebunan Rakyat Kepulauan Meranti

    Rustam 616

    Mutu Fisik Biji Kakao Hasil Sambung Samping Tanpa Fermentasi

    Imran, Rubiyo, Idawanni.. 624

    Prospek Pengembangan Sorgum di Aceh

    Elvira Sari Dewi.. 631

    Replanting pada Perkebunan Karet Rakyat dengan Klon Bermutu di Lokasi

    M-P3mi Desa Sungai Ungar, Karimun, Kepri.

    Misbah, Dahono dan Supriadi. 637

    Teknik Pemenuhan Kebutuhan Air dan Neraca Air Lahan Kelapa Sawit (Elaeis

    guineensis Jacq.)

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    xi

    Salwati, Wahyu Suprapto dan Lutfi Izhar. 636

    Kajian Kelimpahan dan Keanekaragaman Artropoda pada Ekosistem Kedelai di

    Kabupaten Sarmi

    Petrus A Beding dan Fenty Ferayanti.

    655

    Putting Theories into Practices: Community Based Biodiversity Management

    on Local Mangoes (Mangifera Casturi Delmiana) Supporting Environmental

    Services in South Kalimantan

    Idha Widi Arsanti dan Dian Kurniasih. 662

    Karakteristik Habitat Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) di Kepulauan Meranti,

    Riau

    Empersi dan Rustam 670

    Pemuliaan Ketahanan Tanaman Wijen Terhadap Hama Tunga

    (Polyphagotarsonemus Latus Banks)

    Sri Adikadarsih dan Abdul Aziz.. 676

    Peluang Usaha Hasil Usaha Tani Virgin Coconut Oil di Indonesia

    Erwan Wahyudi dan Yardha 687

    Dukungan Mekanisasi dan Pasca Panen terhadap Peningkatan Produksi Padi

    di Lahan Sub-optimal Pasang Surut Provinsi Sumatera Selatan (Studi Kasus

    Kabupaten Banyuasin)

    Budi Raharjo, Yeni E Maryana dan Wiratno

    696

    Bioassay Pengendalian Nilaparvata lugens Menggunakan Pestisida Nabati dan

    Peluang Pemanfaatannya di Lahan Pasang Surut

    Wiratno 707

    Pengkajian Penggunaan Perangkap Cahaya (Light Traps) dalam

    Mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di Lahan Sawah

    Agus Nurawan dan Basri AB 714

    Perlakuan Autoklaf dan Pengukusan Sebelum Fermentasi terhadap

    Kandungan Nutrisi dan Antinutrisi Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP)

    Yenni Yusriani, T. Toharmat, Sumiati, E. Wina, A. Setyono 721

    Pengaruh Media Tanam dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Anggrek Dendrobium (Dendropbium sp)

    Elly Kesumawati , Mardhiah Hayati dan Deviani. 731

    Peran Wanita Tani Dalam Pengembangan M-Krpl Untuk Mendukung Ketersediaan Pangan Keluarga Di Desa Deyah Aceh Besar Cut Nina Herlina.

    742

    Notulensi........ 750

    Daftar Peserta. 758

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    1

    ADAPTABILITAS TANAMAN JAGUNG VARIETAS BIMA

    PADA TIGA LOKASI DI LAMPUNG UTARA

    Dewi Rumbaina Mustikawati dan Ratna Wylis Arief

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung

    Jl. ZA. Pagar Alam No.IA Rajabasa, Bandar Lampung

    Email: [email protected]

    Abstrak

    Varietas unggul yang ideal adalah berdaya hasil tinggi, tahan hama penyakit utama,

    dan stabil di berbagai target lingkungan. Dalam rangka pengembangan varietas unggul baru

    perlu diketahui sampai seberapa jauh interaksi antara varietas dengan lingkungannya.

    Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi dan stabilitas hasil jagung hibrida

    varietas Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 pada tiga lokasi di daerah Lampung Utara.

    Pengkajian dilakukan di lahan kering pada tiga lokasi yaitu Desa Jagang Kecamatan

    Blambangan Pagar, Desa Penagan Ratu Kecamatan Abung Timur dan Desa Abung Jayo

    Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara dari bulan Nopember 2011 sampai

    Maret 2012. Varietas jagung hibrida yang dikaji adalah varietas Bima 3 Bantimurung dan

    varieats Bima 4 berasal dari Balit Sereal Maros. Pada setiap lokasi kedua varietas tersebut

    ditanam dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Jarak tanam 75 cm x 25 cm,

    satu biji per lubang. Pupuk yang diaplikasikan adalah 3500 kg pupuk kandang, 550 kg Urea

    dan 100 kg NPK per hektar. Pengamatan dilakukan dalam ubinan seluas 3 m x 2,5 m. Data

    yang dianalisis adalah data hasil per hektar. Adaptabilitas dan stabilitas hasil dianalisa

    mengikuti metode Eberhart dan Russel. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jagung

    hibrida varietas Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 dapat beradaptasi baik pada

    lingkungan kurang subur. Rata-rata hasil varietas Bima 3 Bantimurung mencapai 9,96

    ton/ha, sedangkan varietas Bima 4 mencapai 8,48 ton/ha.

    Kata Kunci: Jagung, hibrida, adaptabilitas, lokasi

    Abstract

    The ideal superior varieties are high yielding, pest-resistant major diseases, and

    stable in various target environments. In order to develop new varieties need to know to

    what extent the interaction between varieties with the environment. This study aims to

    determine the adaptability and yield stability of hybrid maize varieties of Bima 3

    Bantimurung and Bima 4 at three locations in North Lampung. The assessment carried out

    on dry land at three locations ie: The assessment carried out on dry land at three locations

    ie: Jagang Village, Blambangan Pagar Sub-district, Penagan Ratu Village, East Abung Sub-

    district and Abung Jayo Village, South Abung Subdistrict, North Lampung regency from

    November 2011 to March 2012. Hybrid maize varieties studied were Bima 3 Bantimurung

    and Bima 4 from Balit Cereals Maros. At each location two varieties were planted in a

    randomized block design with three replications. Spacing was 75 cm x 25 cm, one seed per

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    2

    hole. Fertilizer is applied were 3500 kg of manure, 550 kg of Urea and 100 kg of NPK per

    hectare. Observations made in the plot area was 3 m x 2.5 m. The data analyzed were the

    data yield per hectare. Adaptability and yield stability were analyzed following the method of

    Eberhart and Russel. The results showed that the hybrid maize varieties of Bima 3

    Bantimurung and Bima 4 can adapt well to the environment are less fertile. The average

    yield of varieties of Bima 3 Bantimurung reached 9.96 t/ha, whereas Bima 4 reached 8.48

    t/ha.

    Keywords: Corn, hybrids, adaptability, location

    PENDAHULUAN

    Di Propinsi Lampung komoditi jagung menempati urutan ketiga jika dilihat dari

    jumlah produksi setelah ubikayu dan padi. Produksi ubikayu 7.569.178 ton, padi 2.673.844

    ton dan jagung 2.067.710 ton. Tanaman jagung di Propinsi Lampung didominasi dengan

    jagung hibrida dengan produktivitas 4,8 ton/ha (Lampung Dalam Angka, 2010). Penggunaan

    jagung hibrida di Propinsi Lampung umumnya berasal dari Perusahaan Swasta Nasional.

    Upaya peningkatan produksi jagung dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan

    perluasan areal tanam yang berlangsung pada berbagai lingkungan ekositem yang beragam

    mulai dari lingkungan berproduktivitas tinggi (lahan subur) sampai yang berproduktivitas

    rendah (lahan marginal). Pertumbuhan dan produksi jagung sangat dipengaruhi oleh faktor

    iklim (cahaya matahari dan curah hujan), kondisi lahan dan jenis jagung (varietas) yang

    ditanam (Sutoro et al., 1988 dalam Sija et al., 2010).

    Penampilan suatu genotip/varietas pada lingkungan yang berbeda dapat berbeda

    pula, sehingga sampai seberapa jauh interaksi antara genotip/varietas dengan

    lingkungannya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui dalam rangka

    pengembangannya (Mangoendidjojo, 2000).

    Balai Penelitian tanaman Serealia telah melepas beberapa varietas jagung hibrida

    antara lain varietas Bima 3 Bantimurung yang memiliki potensi hasil 10,0 t/ha dan varieats

    Bima 4 yang memiliki potensi hasil 11,7 t/ha (Novia dan M.Aqil, 2011). Kedua varietas ini

    mulai diperkenalkan kepada petani jagung di daerah Lampung utara. Varietas unggul yang

    ideal adalah berdaya hasil tinggi, tahan hama penyakit utama, dan stabil di berbagai target

    lingkungan (Sija et al., 2010).

    Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi dan stabilitas hasil jagung

    hibrida varietas Bima 3 Bantimurung dan varieats Bima 4 pada tiga lokasi di daerah

    Lampung Utara.

    BAHAN DAN METODE

    Pengkajian dilakukan di lahan kering pada tiga lokasi yaitu Desa Jagang Kecamatan

    Blambangan Pagar, Desa Penagan Ratu Kecamatan Abung Timur dan Desa Abung Jayo

    Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung dari bulan

    Nopember 2011 sampai Maret 2012. Varietas jagung hibrida yang dikaji adalah varietas

    Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 berasal dari Balit Sereal Maros. Pada setiap lokasi

    kedua varietas tersebut ditanam dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    3

    Jarak tanam 75 cm x 25 cm, satu biji per lubang. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk

    kandang = 3500 kg, Urea I = 250 kg, Urea II = 300 kg, NPK = 100 kg per hektar, pupuk

    kandang diaplikasikan 1 minggu sebelum tanam, urea I umur 15 hari, urea II umur 40-45

    hari. NPK umur 15 hari. Pengamatan dilakukan dalam ubinan seluas 3 m x 2,5 m. Data yang

    dianalisis adalah data hasil per hektar. Adaptabilitas dan stabilitas hasil dianalisa mengikuti

    metode Eberhart dan Russel (1966) berdasarkan metode regresi. Menurut metode ini suatu

    varietas dinyatakan stabil bila koefisien regresi linier terhadap lingkungan mendekati nilai

    satu (b 1) dan standar deviasi dari koefisien regresi mendekati nilai nol (Sb 0) (Baihaki

    dan Wicaksana, 2005). Untuk memperoleh informasi ada tidaknya interaksi antara varietas

    dengan lingkungan (lokasi) digunakan analisis gabungan.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa varietas juga lokasi berpengaruh

    nyata terhadap variabel yang diamati, tetapi interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata

    (Tabel 1).

    Tabel 1. Analisis ragam gabungan karakter hasil jagung di 3 lokasi

    Sumber keragaman Df MS F F.05 F.01

    Varietas (A) 1 9,946 17,689* 4,96 10,04

    Lokasi (B) 2 8,126 14,452* 4,10 7,56

    A x B 2 1,731 3,07 4,10 7,56

    Galat 10 0,562

    * Berpengaruh nyata pada taraf 0,05 KK (%) = 8,13.

    Tidak adanya interaksi antara varietas dengan lingkungan menunjukkan tanggapan

    jagung varietas Bima terhadap perubahan lingkungan sangat konsisten artinya tidak

    terdapat perubahan tanggapan varietas jagung Bima dari satu lokasi ke lokasi lain, dengan

    kata lain interaksi varietas (linier) dengan lokasi yang tidak nyata menunjukkan bahwa

    peningkatan hasil tidak sejalan dengan meningkatnya produktivitas lingkungan (kristamtini,

    2010). Varietas demikian dapat dikatakan memiliki daya adaptasi yang luas karena interaksi

    antara varietas dengan lingkungan sangat kecil. Varietas demikian sangat sesuai dengan

    semua lokasi, namun potensi hasil yang diperoleh kemungkinan tidak sama. Hasil percobaan

    multilokasi pada populasi jagung sering menunjukkan adanya perbedaan daya hasil di

    masing-masing lokasi. Suatu populasi yang memberikan hasil tertinggi di suatu lokasi sering

    tidak konsisten di lokasi yang lain (Sutresna, 2010).

    Penggunaan varietas unggul dan beradaptasi luas sangat penting untuk mengurangi

    resiko petani yang mungkin timbul akibat pengaruh lingkungan yang tidak dapat diramalkan

    (Subandi 1979 dalam Yusuf et al. 2002). Walau demikian menurut Hartono et al. (2008),

    penampilan suatu tanaman dimungkinkan akan berfluktuasi pada lingkungan yang berbeda,

    sebaliknya dimungkinkan pula diperoleh penampilan tanaman dengan fluktuasi yang kecil

    jika lingkungan berubah. Hasil jagung varietas Bima 3 Bantimurung lebih tinggi dan

    berbeda nyata dibanding varietas Bima 4 pada setiap lokasi (Tabel 2).

    Tabel 2. Hasil jagung varietas Bima pada tiga lokasi (ton/ha).

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    4

    Varietas Desa Jagang Desa Penagan

    Ratu

    Desa Abung

    Jayo

    Bima 3 Bantimurung 8,04 a 10,67 a 11,18 a

    Bima 4 7,79 b 8,53 b 9,11 b

    Analisis stabilitas memperlihatkan bahwa koefisien regresi (b) varietas Bima 3

    Bantimurung adalah 0,4262 dan varietas Bima 4 adalah 0,2088 (Tabel 3).

    Tabel 3. Hasil koefisien regresi (b) dan deviasi dari koefisien regresi (Sb) pada varietas

    jagung di 3 lokasi.

    Varietas Rata-rata

    hasil (t/ha)

    b Sb

    Bima 3 Bantimurung 9,96 0,4262 1,55

    Bima 4 8,48 0,2088 0,90

    Menurut Eberhart dan Russel (1966), varietas yang mempunyai koefisien regresi

    lebih dari 1,0 akan beradaptasi baik pada lingkungan yang subur, sedangkan varietas yang

    mempunyai koefisien regresi kurang dari 1,0 akan beradaptasi baik pada lingkungan kurang

    subur. Jagung hibrida varietas Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 termasuk varietas

    yang dapat beradaptasi baik pada lingkungan kurang subur karena keduanya memiliki nilai

    koefisien regresi kurang dari 1,0. Tanah yang subur adalah tanah yang mampu

    menyediakan unsur hara secara cukup dan seimbang untuk dapat diserap oleh tanaman

    (Yamani, 2010). Sedangkan tanah yang kurang subur adalah tanah yang kurang unsur hara

    dan air (http://dyahayumutiara.blogspot.com/2012). Menurut Madjid (2007), salah satu sifat

    kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator

    kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK). Hasil analisa tanah menunjukkan

    KTK rendah di ketiga lokasi (Tabel 4).

    Tabel 4. Hasil analisa tanah di lokasi kegiatan

    Jenis Analisis Hasil Analisis

    Desa Jagang Desa Penagan Ratu Desa Abung

    Jayo

    pH HO 4,64 (Msm) 4,27

    (S msm)

    4,13

    (S msm)

    C-organik (%) 1,28 (R) 1,33 (R) 1,28 (R)

    Nitrogen (%) 0,10 (R) 0,08 (SR) 0,08 (SR)

    P Tersedia Bray I (ppm PO) 44,47 (ST) 20,69 (ST) 25,69 (ST)

    P Potensial (mg PO/100 gr) 52,01 (T) 22,36 (S) 35,36 (S)

    K Potensial (mg KO/100 gr) 34,67 (S) 27,98 (S) 30,59 (S)

    KTK (cmol/Kg) 9,24 (R) 9,79 (R) 10,45 (R)

    Keterangan: Di analisis di Laboratorium BPTP Lampung

    Msm = masam; S msm = sangat masam; R = rendah; SR = sangat rendah; ST = sangat tinggi; T = tinggi; S = sedang

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    5

    Kedua varietas jagung yang diuji termasuk tidak stabil terhadap perubahan kondisi

    lingkungan tumbuh karena standar deviasi dari koefisien regresinya tidak mendekati nilai nol

    (Tabel 3). Penyebab stabilitas hasil belum diketahui secara jelas, perlu pertimbangan

    faktor-faktor lingkungan seperti curah hujan, ketinggian tempat, jenis tanah dan lokasi

    percobaan (Sutresna, 2010).

    KESIMPULAN

    1. Koefisien regresi varietas Bima 3 Bantimurung adalah 0,4262 dan varietas Bima 4

    adalah 0,2088. Standar deviasi dari koefisien regresi varietas Bima 3 Bantimurung

    adalah 1,55 dan varietas Bima 4 adalah 0,90.

    2. Jagung hibrida varietas Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 dapat beradaptasi baik

    pada lingkungan kurang subur seperti kekurangan unsur hara dan air.

    3. Kedua varietas jagung yang diuji memberikan respon yang tidak stabil terhadap

    perubahan kondisi lingkungan tumbuh.

    4. Rata-rata hasil varietas Bima 3 Bantimurung mencapai 9,96 ton/ha, sedangkan varietas

    Bima 4 mencapai 8,48 ton/ha.

    DAFTAR PUSTAKA

    Baihaki, A. dan N. Wicaksana. 2005. Interaksi genotip x lingkungan, adaptabilitas, dan

    stabilitas hasil, dalam pengembangan tanaman varietas unggul di indonesia. Zuriat.

    Vol. 16. No. 1. JanuariJuni 2005: 18.

    Eberhart, S.A. and E.M. Russel. 1966. Stability parameters for comparing varieties. Crop Sci.

    6: 3640.

    Hartono, A., Anggia E.P., A. Ismail, E. Suryadi, dan D. Ruswandi. 2008. Stabilitas dan

    adaptabilitas hibrida potensial di beberapa ketinggian tempat di Jawa Barat dan

    Jawa Tengah. Zuriat 19 (2): 140152.

    http://dyahayumutiara.blogspot.com/. 2012. Jenis-Jenis Tanah, Ciri-Ciri Tanah Subur dan

    Tidak Subur, Manfaat Tanah.

    Kristamtini. 2010. Stabilitas dan Adaptabilitas Varietas Padi Merah Lokal Daerah Istimewa

    Yogyakarta. Buletin Plasma Nutfah. Vol. 16 (2): 103-106.

    Lampung Dalam Angka. 2010. Pertanian. Kerjasama BPS dan Bappeda Propinsi Lampung.

    Mangoendidjojo, W. 2000. Analisis Interaksi Genotip x Lingkungan Tanaman Perkebunan

    (Studi Kasus Pada Tanaman Teh). Zuriat. Vol. 11 (1), Januari-Juni: 15-21.

    Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation (KTK). Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah

    Online Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

    http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/kapasitas-tukar-kation-ktk.html

    Novia dan M. Aqil. 2011. Bima 3 Bantimurung dan Bima 4. Leflet. Balai Penelitian Tanaman

    Serealia.

    http://dyahayumutiara.blogspot.com/

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    6

    Sija, P. dan Syafruddin. 2010. Uji Adaptasi Jagung Varietas Bima di Lahan Kering. Prosiding

    Pekan Serealia Nasional. p: 220-223.

    Sutresna, I. W. 2010. Adaptasi dan Stabilitas Hasil Genotipe Jagung (Zea Mays L.) di Pulau

    Lombok. Agroteksos Vol. 20 No. 1, April 2010: 19-22.

    Yamani, A. 2010. Analisis Kadar Hara Makro Dalam Tanah Pada Tanaman Agroforestri di

    Desa Tambun Raya Kalimantan Tengah. Jurnal Hutan Tropis Vol. 11 (30), Edisi

    September: 37-46.

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    7

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG

    DI KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

    Zahara dan Yulia Pujiharti

    Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Lampung

    Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No. 1a Rajabasa Bandar Lampung

    Email : [email protected]

    Abstrak

    Pengkajian ini bertujuan untu kmengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

    usahatani jagung di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi

    pengkajian terletak di Desa Banjarmasin dan Klaten Kecamatan Penengahan Kabupaten

    Lampung Selatan. Pengkajian dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai dengan Nopember

    2011. Sampel dipilih secara acak (random sampling) sebanyak 26 orang terdiri atas 16

    petani di Desa Banjarmasin dan 10 petani di Desa Klaten. Faktor-faktor produksi yang dikaji

    adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska (X5), pestisida (X6),

    herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8). Data yang dikumpulkan adalah data primer yang

    terdiri dari : karakteristik petani, input dan output usahatani jagung. Faktor-faktor produksi

    dianalisis menggunakan regresi linier berganda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil

    uji statistik regeresi linier berganda diperoleh persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas : Y=

    -4394,115 + 3457,310 X1 + 201,778X2 + 8,119X3 +2,386X4 2,150X5 203,056X6 +

    284,619X7 2,292X8. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Secara bersama-sama variabel

    luas lahan, benih, urea, SP36, phonska, pestisida, herbisida dan tenaga kerja berpengaruh

    positif dan signifikan terhadap produksi jagung pada tingkat kepercayaan sampai dengan

    99%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan F 0,000 yang lebih kecil dari

    0,01 ( =1%). Secara parsial variabel luas lahan, benih, pestisida dan herbisida

    berpengaruh signifikan terhadap usahatani jagung sedangkan urea, SP36, phonska dan

    tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap usahatani jagung.

    Kata kunci : fungsi produksi, usahatani, jagung

    Abstract

    This assessment aims to determine the factors that influence the production of maize

    farming in the Penengahan sub-district of South Lampung regency. The location of

    assesment is situated in the village of Banjarmasin and Klaten sub-district of South Lampung

    regency. The assessment was carried out from August to November 2011. Samples were

    randomly selected (random sampling) of 26 people consist of 16 farmers in the village of

    Banjarmasin and 10 farmers in the village of Klaten. The factors of production assessed are

    land area (X1), seeds (X2), urea (X3), SP36 (X4), Phonska (X5), pesticides (X6), herbicides

    (X7) and labor (X8). The data collected is primary data that consists of: the characteristics

    of the farmer, maize farming inputs and outputs. Production factors were analyzed using

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    8

    multiple linear regression with the Cobb-Douglas production function. Regeresi statistical

    test results obtained linear equation Cobb-Douglas production function Y= -4394,115 +

    3457,310 X1 + 201,778X2 + 8,119X3 +2,386X4 2,150X5 203,056X6 + 284,619X7

    2,292X8. The assessment showed that the variables taken together land, seeds, urea, SP36,

    Phonska, pesticides, herbicides and labor significant positive effect on maize at a rate of

    confidence up to 99%. This is indicated by the significant probability value F 0,000 smaller

    than 0.01 ( =1%). In partial area of land, seed, pesticides and herbicides significant effect

    on maize farming, while urea, SP36, phonska and labor no significant effect on maize

    farming.

    Key words : production function, farming, maize

    PENDAHULUAN

    Jagung termasuk komoditas utama yang ditanam cukup luas di Indonesia. sebagai

    pengganti beras dan ubi kayu. Sebagian masyarakat memanfaatkan jagung sebagai

    makanan pokok sehari-hari. Selain itu, jagung dimanfaatkan juga sebagai bahan olahan

    tepung, gula jagung, minyak goring dan pakan ternak. Semakin luasnya pemanfatan jagung

    menyebabkan kebutuhan akan jagung meningkat. Pemenuhan kebutuhan jagung tidak

    hanya dari dalam negeri tetapi pemerintah mengimpor dari luar negeri. Pada 2011 impor

    mencapai 3,1 juta ton dan pada 2012 hanya 1,6 juta ton. Peningkatan impor itu tejadi

    karena penurunan produksi jagung dan meningkatnya kebutuhan jagung untuk industri

    pakan ternak (Mustaidah, 2013).

    Berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS tahun 2014, Produksi jagung pada tahun

    2013 (ASEM) sebesar 18,51 juta ton pipilan kering atau turun sebesar 0,88 juta ton (4,54

    persen) dibanding tahun 2012. Penurunan produksi ini terjadi di Jawa sebesar 0,62 juta ton

    dan di luar Jawa sebesar 0,26 juta ton. Penurunan produksi terjadi karena adanya

    penurunan luas panen seluas 137,43 ribu hektar (3,47 persen) dan penurunan produktivitas

    sebesar 0,55 kuintal/hektar (1,12 persen). Penurunan produksi jagung pada tahun 2013

    yang relative besar terjadi di Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa

    Tengah dan DI Yogyakarta. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung

    di Indonesia. Produksi jagung di Lampung tahun 2013 (Angka Ramalan II) diperkirakan

    sebesar 1,72 juta ton pipilan kering, turun 149 juta ton (0,01 persen persen) dibanding

    produksi tahun 2012. Upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung adalah

    melalui PTT jagung di daerah-daerah penghasil jagung, salah satunya Lampung.

    Beberapa permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan jagung di antaranya

    adalah fluktuasi produksi dan harga, penanganan pascapanen pada saat panen raya dan

    alsin prossesing dan pengolahannya (dryer dan corn sheller) termasuk silo, masih terbatas

    sehingga berpengaruh terhadap kualitas hasil, terbatasnya modal usahatani, dan kemitraan

    usaha belum berkembang (Purwanto, 2007). Mubyarto, (1989) dan Soekartawi, (1990)

    dalam Suryana, 2007 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan

    menjadi dua kelompok yakni : (1) faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam dan

    tingkat kesuburannya, varietas bibit, jenis pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya, (2)

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    9

    faktor-faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, biaya tenaga kerja, tingkat

    pendidikan, tingkat pendapatan, tersedianya kelembagaan kredit, ketidakpastian dan

    sebagainya.

    Faktor-faktor produksi seperti luas lahan, pupuk, benih dan tenaga kerja penting

    untuk dikaji mengingat faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi fluktuasi produksi

    jagung.Hasil penelitian Riyadi (2007) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh

    terhadap produksi jagung secara signifikan adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk,

    dan pestisida. Penggunaan pupuk tunggal NPK yang dikombinasikan dengan pupuk kandang

    memberikan hasil pipilan jagung lebih tinggi dari rata-rata hasil jagung nasional dan Maluku

    (Sirappa dan Razak, 2010). Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

    produksi yang terdiri dari luas lahan, benih, pupuk, pestisida, herbisida dan tenaga kerja

    yang mempengaruhi produksi jagung di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung

    Selatan.

    METODE PENGKAJIAN

    Lokasi pengkajian terletak di Desa Banjarmasin dan Klaten Kecamatan Penengahan

    Kabupaten Lampung Selatan. Pengkajian dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai dengan

    Nopember 2011. Sampel dipilih secara acak (random sampling) sebanyak 26 orang terdiri

    atas 16 petani di Banjarmasin dan 10 petani di Klaten. Faktor-faktor yang dikaji adalah luas

    lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4) Phonska (X5), pestisida (X6), herbisida (X7)

    dan tenaga kerja (X8). Data yang dikumpulkan adalah data primer yang terdiri dari :

    karakteristik petani, input dan output usahatani jagung. Faktor-faktor produksi dianalisis

    menggunakan regresi linier berganda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas menggunakan

    program SPSS 16. Persamaan Cobb-Douglas (Prastito, 2004) adalah sebagai berikut :

    Y = a X1b1 X2

    b2 X3b3X4

    b4 e

    Dimana :

    Y : Produksi jagung X5 : Phonska (kg/ha) a : Konstanta X6 : Pestisida (lt/ha) X1 : Luas lahan (ha) X7 : Herbisida (kg/ha) X2 : Benih (kg/ha) X8 : Tenaga Kerja (HOK) X3 : Urea (kg/ha) E : Standar Errors X4 : SP36 (kg/ha) b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8 : Koefisien regresi parsialX1,

    X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8

    Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara luas luas lahan (X1), benih (X2), urea

    (X3), SP36 (X4), phonska (X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8)

    terhadap produksi digunakan rumus koefisien korelasi dengan menggunakan program SPSS

    16 for windows. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :

    b1X1Y+b2X2Y+b3X3Y

    R =

    Y2

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    10

    Dimana :

    R = Koefisien korelasi

    b1, b2, b3 = Koefisien regresi parsialX1, X2, X3, X4

    X1,X2,X3,X4 = Luas lahan, pupuk, benih dan tenaga kerja

    Y = Produksi

    Untuk mengetahui pengaruh luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4),

    phonska (X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8)terhadap produksi secara

    parsial dilakukan uji signifikansi koefisien parsial ( Uji t).

    r n-3

    t hitung =

    1-r2

    Keterangan =

    r = Koefisien korelasi sederhana

    n = Jumlah data

    Hipotesis sebagai berikut :

    - Ho ditolak, jika t hitung lebih besar ( ) dari t tabel pada signifikan 5% berarti

    Variabel bebas (Xi) yaitu luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska

    (X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) terhadap produksi jagung

    (Y).

    - Ho diterima, Jika t hitung lebih kecil ( ) dari t tabel pada signifikan 5% berarti

    Variabel bebas (Xi) yaitu luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska

    (X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) terhadap produksi jagung

    (Y).

    Untuk mengetahui apakah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4),

    phonska (X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) secara bersama-sama

    berpengaruh secara signifikan terhadap produksi menggunakan Uji F (Uji Koefisiensi Regresi

    secara bersama-sama).

    R2/k

    F hitung =

    (1-R2)/(n-k-1)

    Keterangan :

    R2 = Koefisien determinasi

    n = Jumlah data

    k = Jumlah variabel independen

    Hipotesis sebagai berikut :

    - Ho ditolak, jika F hitung lebih besar ( ) dari F tabel pada signifikan level 5% berarti

    Variabel (Xi) bebas yaitu luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska (X5),

    pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) terhadap produksi jagung (Y).

    - Ho diterima, jika F hitung lebih kecil ( ) dari F tabel pada signifikan level 5% berarti

    Variabel (Xi) bebas yaitu luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska (X5),

    pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) terhadap produksi jagung (Y).

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    11

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Karakteristik Responden

    Tabel 1. Karakteristik Petani Padi di Kabupaten Lampung Selatan

    Uraian Umur (th) Anggota Keluarga (jiwa)

    Pendidikan (th)

    Mean 39.46 3 8

    Median 38 3 6

    Standard Deviation 10.97 1.39 4.03

    Minimum 25 0 0

    Maximum 63 6 17 Sumber : data diolah

    Umur petani yang dijadikan responden rata-rata mencapai 39 tahun, umur ini

    tergolong usia produktif. Secara fisik usia produktif akan meningkatkan etos kerja yang

    tinggi bagi petani untuk menjalankan usahatani jagung. Selain itu, hal ini menunjukkan

    bahwa pekerjaan sebagai petani tidak saja didominasi oleh orang yang berusia tua namun

    juga yang berusia muda. Pendidikan petani responden rata-rata 8 tahun, ini menunjukkan

    bahwa petani lulus sekolah dasar (SD). Jumlah anggota keluarga petani rata-rata 3 orang,

    hal ini menunjukkan petani keluarga kecil. Petani responden ada yang tidak memiliki

    anggota keluarga karena masih membujang dan ada yang tidak sekolah.

    Faktor-faktor Produksi

    Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di Kecamatan

    Penengahan Kabupaten Lampung Selatan digunakan model regresi dengan

    persamaan sebagai berikut :

    Y = a X1b1 X2

    b2 X3b3X4

    b4 e

    Hasil regresi dari model diatas dengan bantuan software SPSS 16 dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Regresi

    Variabel Penelitian Koefisien Regresi t hitung Prob

    Luas Lahan (X1) 3457,310 3,112*** 0,006

    Benih (X2) 201,778 5,458*** 0,000

    Urea (X3) 8,119 1,829* 0,085

    SP36 (X4) 2,386 0,483 0,635

    Phonska (X5) -2,150 -0,462 0,65

    Pestisida (X6) -203,056 -4,18*** 0,001

    Herbisida (X7) 284,169 3,094*** 0,007

    Tenaga Kerja (X8) -2,292 -0,262 0,796

    Fhitung 9,362

    Prob. Sig 0,000***

    R 0,903

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    12

    R2 Square 0,815

    Adjust R Square 0,728

    Constanta -4394,115

    *** : Nyata pada derajat kepercayaan 99% ( = 0,01)

    ** : Nyata pada derajat kepercayaan 95% ( = 0,05)

    * : Nyata pada derajat kepercayaan 90% ( = 0,10)

    Berdasarkan hasil regresi seperti pada Tabel 2, maka kondisi produksi jagung di

    Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan dapat diformulasikan dengan

    persamaan berikut :

    Y = -4394,115 + 3457,310 X1 + 201,778 X2 + 8,119 X3 + 2,386 X4 2,150 X5 203,056 X6

    + 284,169 X7 2,292 X8

    Hasil uji statistik menunjukkan bahwa secara bersama-sama (uji F) variabel bebas

    yang terdiri dari luas lahan, benih, urea, SP36, phonska, pestisida, herbisida dan tenaga

    kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi jagung sampai pada tingkat

    kepercayaan 99% ( = 0,01). Hal ini terlihat dari nilai probabilitas signifikansi F sebesar

    0,000 yang lebih kecil dari 0,01. Uji ketepatan model berdasarkan nilai koofisien determinasi

    (r2) sebesar 0,815 menunjukkan bahwa variabel luas lahan, benih, urea, SP36, phonska,

    pestisida, herbisida dan tenaga kerja secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel

    produksi padi sebesar 81,5% dan sisanya 18,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar

    persamaan ini. Secara parsial (uji t) variabel bebas yang terdiri dari luas lahan, benih, urea,

    pestisida dan herbisida memberikan nilai kooefisien yang positif dan signifikan terhadap

    produksi jagung. Hal ini terlihat dari nilai t hitung yang memiliki nilai probabilitas signifikansi

    lebih kecil dari 0,05.

    Nilai t hitung variabel luas lahan mempunyai probabilitas signifikansi 0,006 lebih kecil

    dari 0,01, dengan demikian variabel luas lahan (X1) berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap produksi jagung di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini

    berarti apabila lahan semakin luas maka produksi jagung juga semakin tinggi. Nilai

    kooefisien regresi luas lahan (X1) 3457,310 artinya bila ada penambahan luas lahan sebesar

    1% maka produksi akan naik 3457,310%. Luas kepemilikan lahan petani tidak terlalu luas

    berkisar antara 0,251,5 ha. Adiwilaga (1982) dalam Muzdalifah (2011) menyatakan bahwa

    sukses usahatani tergantung dari bentangan tanah usahanya sehingga luas lahan tanah

    garapan menjadi sangat penting untuk meningkatkan suatu produksi usahatani. Semakin

    luas lahan yang dimiliki maka semakin tinggi pula produksi yang diperoleh.

    Variabel benih memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,01 yang

    berarti bahwa benih mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi

    jagung. Nilai koofisien regresi benih (X2) 201,778, ini berarti bahwa dengan penambahan

    benih sebesar 1% maka produksi jagung akan naik 201,778%. Rata-rata benih yang

    digunakan oleh petani berkisar antara 15-25 kg/ha. Varietas yang digunakan petani di

    Kecamatan Penengahan adalah Pacific, DK, Bisi 2 yang merupakan jagung hibrida yang

    memiliki potensi produksi cukup tinggi.

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    13

    Variabel pupuk urea (X3) memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,085 lebih kecil dari

    0,1 yang berarti mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi jagung.

    Semakin tinggi pupuk urea yang digunakan maka semakin tinggi pula produksi jagung yang

    dihasilkan. Nilai koofisien regresi variabel pupuk urea 8,119, artinya bila ada penambahan

    urea 1% maka akan meningkatkan produksi jagung sebesar 8,119%. Petani menggunakan

    dosis urea rata-rata 264 kg/ha. Hal ini sesuai dengan penelitian Saragih, dkk (2013)

    menunjukkan bahwa pemberian dosis 285 kg urea/ha mampu meningkatkan bobot kering

    berangkasan. Pemberian dosis 100 kg urea/ha dengan aplikasi 2 kali (1 MST dan awal

    berbunga) sudah meningkatkan hasil jagung sebesar 10,65 t ha-1. Variabel pupuk SP36 (X4)

    dan phonska (X5) memiliki nilai probabilitas signifikansi masing-masing 0,635 dan 0,65 lebih

    besar dari 0,05. Artinya SP36 (X4) dan phonska (X5) tidak berpengaruh positif dan tidak

    signifikan terhadap produksi jagung.

    Variabel pestisida (X6) dan herbisida (X7) memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,001

    dan 0,007 lebih kecil dari 0,01. Artinya pestisida (X6) dan herbisida (X7) mempunyai

    pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi jagung. Nilai kooefisien variabel

    pestisida (X6) -203,056, artinya bila ada penambahan pestisida 1% maka akan menurunkan

    produksi jagung 203,056%. Sedangkan herbisida (X7) memiliki nilai koofisien 284,169,

    artinya bila ada penambahan herbisida 1% maka akan meningkatkan produksi jagung

    284,269%. Hal ini dimungkinkan petani sangat memperhatikan pencegahan terhadap hama

    dan penyakit yang akan menyerang. Penggunaan pestisida dan herbisida sudah sesuai

    dengan anjuran dalam kemasan.

    Variabel tenaga kerja (X8) memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,796 lebih besar

    dari 0,05. Artinya tenaga kerja (X8) tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi di

    Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Nilai kooefisien regresi tenaga kerja

    (X8) -2,292, artinya apabila ada penambahan tenaga kerja 1% maka akan menurunkan

    produksi padi sebesar 2,292%.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan :

    1. Secara simultan variabel luas lahan, benih, urea, SP36, phonska, pestisida, herbisida

    dan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi

    padi di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan.

    2. Secara parsial variabel luas lahan, benih, urea, pestisida dan herbisida mempunyai

    pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Penengahan

    Kabupaten Lampung Selatan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Mustaidah, A. Impor Jagung 2013 Capai 3,2 Juta Ton. 20 Juni 2014.

    http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php

    Berita Resmi Statistik BPS. Produksi Padi, Jagung, Dan Kedelai (Angka Sementara Tahun

    2013). No. 22/03/ Th. XVII, 3 Maret 2014.

    http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    14

    Purwanto, S. 2007. Jagung : Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Tanaman Pangan. Departemen Pertanian.

    Suryana, S. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten

    Blora. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.

    Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

    Sirappa, M.P. dan N. Razak. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pemberian

    Pupuk N, P, K dan pupuk Kandang pada Lahan Kering di Maluku. Prosiding Pekan

    Serealia Nasional 2010.

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    15

    KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BERBAGAI VARIETAS PADI GOGO

    (Oryza sativa L.) TERHADAP PEMUPUKAN MAJEMUK NPK

    DI ACEH UTARA

    Laila Nazirah SP, MP

    Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh

    Jl. Cot Teungku Nie Reuleut Kecamatan Muara batu Aceh Utara

    [email protected]

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk menkaji dan mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi

    beberapa varietas padi gogo terhadap pemupukan majemuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan

    di Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Penelitian di laksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai

    Oktober 2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk Rancangan Petak Terpisah (RPT)

    terdiri dari tiga varietas padi gogo dan tiga taraf pemupukan pupuk majemuk NPK. Petak

    Utama adalah tiga varietas padi gogo yaitu Inpago 4 (V1), Inpago 5 (V2) dan Ipago 8(V3).

    Anak petak terdiri dari Pemupukan pupuk majemuk NPK dengan dosis 0 kg/ha (P0), 150

    kg/ha (P1) dan 250 kg/ha (P2). Ukuran plot 4 m x 4 m. Tolok ukur yang diamati pada

    percobaan ini terdiri dari tinggi tanaman (cm), jumlah anakan / rumpun, jumlah anakan

    produktif, panjang malai/rumpun, bobot 1000 butir gabah dan produksi gabah kering per

    rumpun (gr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas memberikan berpengaruh nyata

    terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan panjang malai pada

    setiap waktu pengamatan. Berat 1000 butir dan produksi gabah kering tidak memberikan

    berpengaruh nyata. Perlakuan Varietas Inpago 4 (V1) yang terbaik untuk tinggi tanaman,

    Inpago 5 (V2) untuk jumlah anakan dan inpago 8 (V3) untuk komponen produksi.

    Perlakuan pemupukan majemuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi

    tanaman 3 MST dan jumlah anakan umur 3 MST, dan tidak berpengaruh nyata pada variable

    jumlah anakan produktif, panjang malai, 1000 butir dan produksi gabah kering. Perlakuan

    pemupukan NPK yang terbaik untuk semua variable pengamatan terdapat pada taraf 250

    kg/ha (P2). Interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap

    parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, berat

    1000 butir dan produksi gabah.

    Kata kunci : varietas padi gogo,pupuk majemuk

    Abstrac

    This study aims to understand the response menkaji and growth and production of some

    upland rice varieties to NPK fertilization. This study was conducted in North Aceh Regency

    Lhoksukon. The research carried out from June 2013 to October 2013. Study was conducted

    in the form of plots Draft Separated (RPT) consists of three upland rice varieties and three

    levels of NPK compound fertilizer fertilizing. Main plots were three upland rice varieties

    namely Inpago 4 (V1), Inpago 5 (V2) and Ipago 8 (V3). Subplot consisted of NPK compound

    fertilizer fertilizing with a dose of 0 kg / ha (P0), 150 kg / ha (P1) and 250 kg / ha (P2). Plot

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    16

    size 4 m x 4 m. The benchmarks were observed in this experiment consisted of plant height

    (cm), number of tillers / clump, number of productive tillers, panicle length / clump, 1000

    grain weight and grain production of dry grain per hill (g). The results showed that the

    varieties gave significantly affect plant height, number of tillers, number of productive tillers

    and panicle length at each observation time. 1000 grain weight and dry grain production

    does not give a significant effect. Varieties of Treatment Inpago 4 (V1) is best for plant

    height, Inpago 5 (V2) for the number of tillers and inpago 8 (V3) for component production.

    NPK compound fertilizer treatment significantly affect the parameters of plant height and

    number of tillers 3 MST MST age 3, and no significant effect on the variable number of

    productive tillers, panicle length, 1000 grain and dry grain production. NPK fertilizer

    treatment is best for all variables contained observations on the level of 250 kg / ha (P2).

    The interaction of the two treatments were not significant effect on the parameters of plant

    height, number of tillers, number of productive tillers, panicle length, 1000 grain weight and

    grain production

    Keywords : varieties of upland rice, compound fertile

    PENDAHULUAN

    Tantangan pengadaan pangan khususnya beras ke depan akan semakin sulit

    mengingat penduduk terus bertambah, tetapi di lain pihak luas sawah irigasi banyak yang

    terkonversi untuk kepentingan non pertanian. Hal ini yang menambah sulitnya pemenuhan

    kebutuhan beras adalah tingkat produktivitas lahan sawah sudah mengalami kejenuhan dan

    cenderung menurun serta adanya perubahan pola makan penduduk dari beberapa daerah

    dari non beras ke beras. Kalau dalam waktu dekat tidak ada terobosan baru untuk

    memenuhi kebutuhan pangan penduduk ke depan kita akan tergantung beras impor, yang

    sudah barang tentu akan memerlukan devisa yang juga terus meningkat (Toha, 2005).

    Menurut data BPS 2011 menunjukkan angka produksi padi mencapai 67.31 juta ton

    gabah kering atau setara dengan 37.8 juta ton beras. diperkirakan surplus pada akhir tahun

    karena volumenya melebihi kebutuhan beras nasional. Produksi beras nasional menurut

    angka ramalan pertama sebanyak 37,8 juta ton sedang kebutuhan nasional, dengan asumsi

    jumlah penduduk 241,1 juta orang dan konsumsi 139,15 kilogram per kapita per tahun

    sebanyak 33,5 juta ton. Jadi meskipun produksinya tidak banyak meningkat, diperkirakan

    masih surplus 4,29 juta ton sepanjang tahun 2011. (Rusman 2011) menjelaskan bahwa

    angka surplus produksi itu terjadi pada waktu tertentu atau akhir tahun sehingga tidak bisa

    menjadi jaminan bahwa sepanjang tahun persediaan beras tak berfluktuasi. Akan tetapi,

    produksi tersebut masih belum mampu memenuhi kebutuhan beras nasional. Indonesia

    dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,4 persen per tahun dan areal panen 11,8 juta

    hektar dihadapkan pada ancaman rawan pangan pada tahun 2030 (Yuwanda, 2008). Untuk

    mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan usaha meningkatkan produktivitas padi.

    Padi gogo merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk dikembangkan pada

    lahan kering. Pengembangan padi gogo kurang mendapat perhatian karena produktivitasnya

    rendah dan padi gogo baru menyumbang sekitar 6% dari total produksi nasional

    (Puslitbangtan, 1994).

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    17

    Varietas inpago 4, inpago 5 dan inpago 8 merupakan varietas unggul padi gogo

    baru yang termasuk dalam golongan care dengan umur genjah dan memiliki potensi hasil

    tinggi. Selain itu, lingkungan merupakan faktor pendukung dari kemampuan suatu varietas

    untuk meningkatkan produktivitasnya. Menurut Sri Setyati (1993) bahwa interaksi antara

    padi dengan faktor lingkungan bisa mempengaruhi pertumbuhan padi.

    Penurunan kesuburan tanah akan berdampak kepada produksi tanaman padi.

    Pemupukan secara anorganik secara terus menerus secara berlebihan menyebabkan

    penurunan unsur hara. Menurut Setyorini (2005). Djaka kirana dan Sabihan, (2007)

    menyatakan bahwa, rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh

    ketidakseimbangan antara penggunaan bahan organik dan hilangnya bahan organik dari

    tanah utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah.

    Salah satu cara untuk meningkatkan produksi padi gogo adalah pemupukan dengan

    dosis yang tepat. Pupuk yang umum digunakan dalam budidaya padi gogo adalah pupuk

    majemuk NPK. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kurangnya

    unsur hara tersebut adalah pemberian pupuk anorganik seperti Urea, TSP/SP-36 dan KCI,

    yang sangat nyata pengaruhnya terhadap tanaman, utamanya pupuk urea, sehingga petani

    lebih cenderung menggunakan pupuk Urea dibandingkan dengan TSP dan KCI. Dengan

    cara seperti demikian produksi padi secara optimal sulit dicapai, karena kondisi lahan tetap

    kekurangan unsur P dan K terus berlanjut. Khususnya K disamping mudah terurai dalam

    tanah juga banyak terangkut oleh tanaman waktu panen, sehingga mutlak adanya

    penambahan unsur ini setiap saat atau setiap musim tanam. Pemupukan secara berimbang

    utamanya keseimbangan antar pupuk Urea, TSP/ SP- 36 dan KCL pada sentra

    pengembangan padi di Aceh Utara, perlu dilaksanakan dan diinformasikan kepada petani,

    karena umumnya petani hanya menggunakan Urea saja, dengan alasan atau pertimbangan

    ekonomis tanpa memperhatikan aspek produktivitas tanaman dan aspek produksi.

    Rekomendasi pemupukan berimbang harus didasarkan atas penilaian status dan

    dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan efisien.

    BAHAN DAN ALAT

    Bahan yang di gunakan adalah : benih padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5 dan

    Inpago 8. Pupuk NPK dosis sesuai perlakuan, pestisida, cangkul, garu, parang dan alat-alat

    lainnya yang mendukung penelitian.

    METODOLOGI

    Metode yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada pola RPT dengan 3

    ulangan. Ukuran plot 4 x 4 di tanam dengan cara jajar legowo{(20x25)x30}. Petak Utama

    adalah varietas (V) terdiri dari 3 taraf yaitu: V1 = Inpago 4 , V2 = Inpago 5,V3 = Inpago 8.

    Anak Petak adalah Pemupukan majemuk NPK (P) terdiri dari 4 taraf yaitu: P0 = 0

    kg/ha , P1= 150 kg/ha, P2 = 250 kg/ha.

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    18

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tinggi Tanaman (cm)

    Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata

    terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST dan 6 MST. Berpengaruh nyata umur 9 MST.

    Perlakuan pupuk majemuk NPK berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada

    umur 3 MST dan tidak memberikan pengaruh pada umur 6 dan 9 MST.

    Tabel 1. Tinggi Tanaman pada Percobaan Tanggap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa

    Varietas Padi Gogo Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk NPK Umur 3, 6 dan 9 MST

    Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

    3 MST 6 MST 9 MST

    Varietas V1 (Varietas Inpago 4) 41.32 a 67.20 a 83.33

    b V2 (Varietas Inpago 5) 38.32 b 56.54 ab 75.23

    a V3 (Varietas Inpago 8) 37.32 b 55.77 b 72.11

    a Pupuk Majemuk NPK P0 ( 0 kg/ha) 37.01 b 58.36 a 72.33a P1 (150 kg/ha) 40.58 a 60.04 a 78.11a P2 (250 kg/ha) 39.42 a 61.43 a 81.68a

    Keterangan : Angka-angka dalam kolom sama yang diikuti oleh huruf sama menunjukkan berbeda

    tidak nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) berdasarkan Uji DMRT

    Pada Tabel 1 terlihat bahwa tanaman tertinggi umur 3 , 6 dan 9 MST diperoleh pada

    Perlakuan (V1) Varietas Inpago 4 yaitu masing-masing 41.32, 67.20 dan 83.33 dan

    terendah terdapat pada (V3) Varietas Inpago 8 yaitu 37.32, 56.54 dan 72, 11. Perlakuan

    Pupuk Majemuk NPK tertinggi umur 3 MST di jumpai pada P1 (150 kg/ha) yaitu 40.58 umur

    6 dan 9 MST yang tertinggi terdapat pada P2 (250 kg/ha) yaitu 61.43 dan 81.68, sedangkan

    terendah dijumpai pada P0 (0 kg/ha) dengan nilai masing-masing 37.01 58.36 dan 72.33.

    Jumlah Anakan (batang)

    Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan Varietas berpengaruh nyata pada umur

    3 MST dan sangat nyata pada umur 6 dan 9 MST. Perlakuan pupuk majemuk NPK

    berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada umur 3 MST dan tidak memberikan

    pengaruh pada umur 6 dan 9 MST.

    Tabel 2. Perkembangan Jumlah Anakan pada Perlakuan Varietas dan pemupukan Majemuk

    NPK Umur 3, 6 dan 9 MST

    Perlakuan Jumlah Anakan (Batang)

    ------------------------------------------------------

    3 MST 6 MST 9 MST

    Varietas

    V1 (Varietas Inpago 4) 6.83 ab 10.50 c 14.11 b

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    19

    V2 (Varietas Inpago 5) 7.39 a 13.75 a 18.51 a

    V3 (Varietas Inpago 8) 6.54 b 12.50 b 15.45 b

    Pupuk Majemuk NPK

    P0 ( 0 kg/ha) 6.13 b 11.81 a 14.76 a

    P1 (150 kg/ha) 7.10 a 12.19 a 16.24 a

    P2 (250 kg/ha) 7.53 a 12.82 a 17.07 a

    Keterangan : Angka-angka dalam kolom sama yang diikuti oleh huruf sama menunjukkan berbeda tidak

    nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) berdasarkan Uji DMRT

    Tabel 2 diatas terlihat bahwa jumlah anakan tertinggi umur 3 , 6 dan 9 MST

    diperoleh pada Perlakuan (V2) Varietas Inpago 5 yaitu masing-masing 7.39, 13.75 dan

    18.51 dan jumlah anakan terendah pada umur 3 MST terdapat pada (V3) Varietas Inpago 8

    yaitu 6.54 sedang umur 6 dan 9 MST terdapat pada Inpago 4 (V1) 10.50 dan 14.11.

    Perlakuan Pupuk Majemuk NPK pada umur 3 MST memberikan pengaruh sangat nyata dan

    terbanyak jumlah anakan terdapat pada P2 (250 kg/ha) yaitu 7.53. Pada umur 6 dan 9 MST

    walau tidak berbeda nyata tetapi dengan kasat mata terlihat jumlah anakan tertinggi di

    jumpai pada P2( 250 kg/ha) yaitu, 12.82 dan 17.07 sedangkan yang terendah terdapat

    pada P0 (0 kg/ha) yaitu 11.81 dan 14.76.

    Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Berat 1000 Butir dan produksi Gabah

    Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada jumlah

    anakan produktif dan sangat nyata pada panjang malai tapi berpengaruh tidak nyata

    terhadap 1000 butir dan produksi gabah. Perlakuan pupuk Majemuk NPK berpengaruh tidak

    nyata terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai berat 1000 butir dan produksi

    gabah Serta tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan varietas dan pemberian

    pupuk majemuk NPK.

    Tabel 3. Rata-rata Jumlah Malai, Panjang Malai, Berat 1000 Butir dan Produksi Gabah pada

    perlakuan Varietas dan pemupukan

    Perlakuan Jumlah Malai Panjang Malai (cm)

    Berat 1000 Produksi Gabah

    Varietas

    V1 (Varietas Inpago 4)

    6.32 b 22.62 a 24.59 a 6.92 a

    V2 (Varietas Inpago 5)

    6.63 ab 19.27 c 24.81 a 6.15 a

    V3 (Varietas Inpago 8)

    8.01 a 20.27 b 24.96 a 6.47 a

    Pupuk Majemuk NPK

    P0 ( 0 kg/ha) 6.38 a 20.63 a 23.78 a 5.53 a

    P1 (150 kg/ha) 7.20 a 20.74 a 24.70 a 6.84 a

    P2 (250 kg/ha) 7.39 a 21.21 a 25.88 a 5.53 a Keterangan : Angka-angka dalam kolom sama yang diikuti oleh huruf sama menunjukkan berbeda

    tidak nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) berdasarkan UjiDMRT

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    20

    Pada Tabel 3 terlihat bahwa jumlah anakan produktif tertinggi dan berat 1000 butir

    tertinggi diperoleh pada varietas Inpago 8 (V3) yaitu 8.01 dan 24.96 serta terendah pada

    varietas Inpago 4 (V1) yaitu 6.322 dan 4.59. Pada panjang malai dan produksi gabah

    varietas Inpago 4 (V1) memiliki jumlah tertinggi pada varietas Inpago 4 (V1) memiliki

    jumlah malai tertinggi yaitu 22.62 dan 6.92 dan terendah di temukan pada varietas Inpago

    5 (V2) yaitu 19.27 dan 6.15. Perlakuan Pupuk Majemuk NPK pada jumlah anakan produktif,

    panjang malai, berat 1000 butir dan produksi gabah tidak berpengaruh nyata tapi secara

    kasat mata menunjukkan dosis 250 kg/ha (P2) terbaik yaitu masing 7.39, 21.21, 25.88 dan

    5.53 serta terendah terdapat pada 0 kg/ha yaitu masing-masing 6.38, 20.63, 23.78 dan 5.53.

    PEMBAHASAN

    Tinggi tanaman padi gogo varietas inpago 4 lebih tinggi dan berbeda sangat nyata di

    bandingkan varietas lainnya. Varietas padi gogo dengan performance tinggi tanaman yang

    rendah adalah varietas inpago 5 dan inpago 8. Varietas Inpago 4 sangat rensponsif

    terhadap pemupukan. Dalam deskripsi varietas inpago 4 ini memang mempunyai vigor

    pertumbuhan yang lebih tinggi dari Inpago 5 dan Inpago 8 (BPTP 2010). Hal ini di duga di

    pengaruhi oleh sifat genetik tanaman. Faktor genetik merupakan faktor yang ada dalam

    tanaman tersebut. Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab

    keragaman penampilan tanaman dalam hal ini tinggi tanaman. Sesuai dengan pendapat

    Mildaerizanti, (2008) bahwa perbedaan tinggi tanaman lebih di tentukan oleh faktor genetik.

    Di samping di pengaruhi oleh faktor genetik juga di pengaruhi oleh kondisi lingkungan

    tumbuh tanaman. Apabila lingkungan tumbuh sesuai bagi pertumbuhan tanaman maka

    dapat meningkatkan produksi tanaman. Keadaan yang bervariasi dari suatu tempat ke

    tempat lain dan kebutuhan tanaman akan keadaan lingkungan yang khusus akan

    mengakibatkan keragaman pertumbuhan tanaman. (Saragih, 2010) Menyatakan bahwa

    varietas inpago 4 sangat adaptif terhadap lingkungan yang kurang baik seperti kekurangan

    air waktu budidaya tidak akan mengganggu pembentukan dan pertumbuhan padi.

    Pertambahan ukuran tanaman cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya

    umur tanaman. Pemupukan pupuk majemuk NPK secara rata-rata tertinggi mencapai 81 cm

    di capai pada perlakuan P2 (250 kg/ha).

    Jumlah anakan padi gogo varietas inpago 5 lebih banyak dan berbeda sangat nyata

    di bandingkan varietas lainnya. Varietas padi gogo dengan jumlah anakan yang rendah

    adalah varietas inpago 4 dan inpago 8. Pemupukan NPK meningkatkan jumlah anakan pada

    tiga fase pertumbuhan. Jumlah anakan paling banyak di capai pada perlakuan pemupukan

    P2 (250 kg/ha) pada dosis pupuk majemuk NPK yang semakin tinggi pertumbuhan jumlah

    anakan semakin bertambah karena seperti telah diketahui bahwa nutrisi sangat dibutuhkan

    oleh tanaman untuk masa pertumbuhan vegetatif seperti pembentukan jumlah anakan, dan

    yang terendah pada P0 (0 kg/ha).

    Adanya perbedaan pembentukan jumlah anakan diduga akibat perbedaan

    ketersediaan hara didalam tanah yang mempengaruhi ketersediaan hara didalam tanaman.

    Hal ini terbukti dengan makin rendah dosis pupuk NPK majemuk yang diberikan maka

    pembentukan jumlah anakan makin rendah. Pupuk majemuk NPK bagi tanaman padi

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    21

    berperan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan

    jumlah anakan, meningkatkan jumlah bulir/ rumpun. Kekurangan unsur hara makro

    menyebabkan pertumbuhan menjadi kerdil, daun tampak kekuning-kuningan dan sistem

    perakaran terbatas.

    Jumlah anakan produktif varietas Inpago 8 mempunyai pertumbuhan jumlah anakan

    produktif lebih banyak di banding varietas inpago 4 dan inpago 5. Pada deskripsi terlihat

    bahwa jumlah anakan produktif untuk inpago 8 lebih rendah dari inpago 5 dan hampir

    setara dengan Inpago 4, kemungkinan faktor genetik dari varietas yang mempunyai fungsi

    lebih baik untuk adaptasi pada kondisi tanah tersebut. Hasil ini bertolak belakang dengan

    data pertumbuhan tanaman. Tampaknya tanaman yang pertumbuhannya tinggi hanya

    mampu menghasilkan jumlah anakan produktif yang lebih sedikit.

    Panjang malai tertinggi di jumpai pada varietas Inpago 4 dan terendah di capai di

    Inpago 5 dan inpago 8. Panjang malai biasanya berhubungan dengan hasil tanaman padi

    dimana semakin panjang malai diharapkan semakin banyak jumlah gabah total sebagaimana

    disampaikan oleh Khairullah et al (2001) yang melaporkan adanya kecenderungan

    peningkatan hasil gabah pada malai yang lebih panjang. Pupuk NPK berpengaruh terhadap

    pertumbuhan dan komponen hasil padi, menurut Krismawati (2007), penggunaan pupuk

    NPK dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, berat gabah, bobot

    1000 butir dan hasil varietas Situ Patenggang. Tingginya produksi kultivar mungkin

    disebabkan oleh faktor genetik dari kultivar tersebut yang memang mempunyai potensi

    hasil yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mildaerizanti,

    (2008) yang mencatat bahwa dilihat dari segi hasil varietas Limboto mampu mencapai hasil

    3,6 ton ha-1 dan Seratus Malam 2,08 ton ha-1 di daerah aliran sungai (DAS).

    Berat 1000 butir walau tidak memberikan pengararuh yang nyata tetapi secara kasat

    mata terlihat varietas Inpago 8 mempunyai berat 1000 butir terberat di banding kedua

    varietas inpago 5 dan inpago 4. Berdasarkan deskripsi varietas Inpago 8 terlihat memiliki

    berat terbanyak di banding kedua varietas lainnya kemungkinan faktor genetik dari varietas

    ini yang mempunyai fungsi lebih baik untuk adaptasi pada kondisi tanah tersebut.

    Sedangkan Produksi gabah tertinggi di jumpai pada varietas Inpago 4 dan terendah di capai

    pada Inpago 5, hal ini membuktikan bahwa panjang malai sinergis dengan produksi

    tanaman padi gogo yaitu di peroleh pada Inpago 4. Walau tidak berbeda nyata Namun

    secara kasat mata memberikan produksi tertinggi sedangkan pada deskripsi varietas

    tersebut tidak setinggi produksi Inpago 8. Dengan pemupukan pupuk majemuk NPK pada

    dosis (250 kg/ha) mampu meningkatkan berat 1000 butir dan produksi gabah.

    Setara dengan hasil percontohan yang di lakukan di Aceh Timur terhadap bebrapa

    varietas padi gogo inpago 8 (5,9 ton/ha) inpago 6 (5,5 ton/ha) inpago 5 (4,5 ton/ha) dan

    Inpago 4 (6.0 ton/ha). Inpago 4 berada pada urutan tertinggi dikarenakan adaptif terhadap

    lingkungan setempat (BPTP Aceh, 2013).

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    22

    KESIMPULAN

    Varietas memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan,

    jumlah anakan produktif dan panjang malai terhadap setiap waktu pengamatan. Sedangkan

    berat 1000 butir dan produksi gabah kering tidak memberikan pengaruh nyata. Perlakuan

    Varietas Inpago 4 (V1) yang terbaik untuk tinggi tanaman dan untuk komponen produksi

    sedangkan untuk jumlah anakan yang terbanyak diperoleh pada Inpago 5 (V2) .

    Perlakuan pemupukan NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman

    3 MST dan jumlah anakan umur 3 MST, dan tidak berpengaruh nyata pada variable jumlah

    anakan produktif, panjang malai, 1000 butir dan produksi gabah kering. Perlakuan

    pemupukan majemuk NPK yang terbaik untuk semua variable pengamatan terdapat pada

    taraf 250 kg/ha (P2).

    Interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap parameter

    tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, berat 1000 butir

    dan produksi gabah.

    DAFTAR PUSTAKA

    BPTP 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Aceh

    BPTP. 2011. Padi. Pusat penelitian Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Bogor.

    Khairullah , I, S. Subowo, dan S. Sulaiman. 2001. Daya hasil dan penampilan fenotipik galur-

    galur harapan padi lahan pasang surut di Kalimantan Selatan. Prosiding Kongres IV

    dan Simposium Nasional Perhipi. Peran Pemuliaan dalam Memakmurkan Bangsa.

    Peripi Komda DIY dan Fak. Pertanian Universitas Gajah Mada. p. 169- 174

    Puslitbangtan. 1994. Perkembangan Perbenihan Padi dan Palawija di Indonesia. Direktorat

    Bina Produksi Padi dan Palawija. Jakarta.

    Rusman, 2011. Produksi Beras 2011 Diperkirakan 37 Juta Ton. Jakarta (Antara News)

    Selasa, 1 Maret 2011.

    Toha, H.M,. 2005. Padi Gogo dan Pola Pengembangannya. Balai Penelitian Tanaman Padi.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

    Sri Setyati Harjadi. (1993). Pengantar Agronomi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

    Setyorini, D., S. Rasti, dan K.A. Ea. 2006. Kompas: Pupuk organik dan pupuk hayati.

    Seminar sehari penggunaan pupuk organik BPTP. Yogyakarta.h: 11 40.

    Saragih, I,. 2010. Penyuluhan pertanian (Materi spesifik Lokalita) Badan Penyuluhan dan

    Pengembangan Sumber Daya Manusia pertanian. Kementrian pertanian.

    Sutanto, A., B. Hadisutrisno, dan Tjokrosoedarsono, A. 1995. Peranan Anasir Cuaca

    Terhadap Perkembangan Penyakit Cacar The Di Perkebunan The NV. Tambi

    Wonosobo. Di Dalam Prosiding Kongres Nasional PFI Mataram.

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    23

    PENAMPILAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH

    PADA DUA LINGKUNGAN TUMBUH

    Rr. Ernawati, Dian Meithasari, dan Junita Barus

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung

    Jl. Z.A Pagar Alam No. 1a. Rajabasa. BandarLampung

    Email: [email protected]

    Abstrak

    Pengujian varietas unggul baru padi sawah untuk mengevaluasi penampilan pertumbuhan

    tanaman dan hasil telah dilakukan pada dua lingkungan tumbuh yaitu wilayah sektor

    perbenihan formal(SPF) dan wilayah sektor perbenihan informal(SPI) di Kabupaten

    Pringsewu-Lampung pada MK 2013. Perlakuan Varietas Unggul Baru padi yang dikaji adalah

    Inpari 10, Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16, serta Ciherang dan Mekongga sebagai

    pembanding. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 ulangan, petani

    kooperator sebagai ulangan. Pertanaman dipupuk Urea, SP36, dan KCl dengan dosis

    berturut-turut 250 kg, 100 kg dan 50 kg/ha. Hasil kajian menunjukkan bahwa penampilan

    pertumbuhan tanaman Varietas Unggul Baru padi hampir sama pada kedua lingkungan

    tumbuh baik di wilayah SPF maupun SPI,namun terhadap penampilan hasil, rata-rata

    tanaman yang di wilayah SPI menghasilkan lebih tinggi dibanding yang ada di wilayah SPF,

    tertinggi ditunjukkan oleh varietas Inpari 10.

    Kata kunci : keragaan,varietas, unggul, baru,beda, lingkungan,tumbuh

    Abstract

    The test of new lowland rice varieties to evaluate the performance of plant growth and yield

    have been conducted on two environments, namely the region of formal seed sector and the

    region of informal seed sector in the District of Pringsewu, Province of Lampung on dry

    season of 2013. The treatment of new rice varieties that studied were Inpari 10, Inpari 14,

    Inpari 15, Inpari 16, as well as a comparison Ciherang and Mekongga. The design was

    Randomized Block Design with five replications, farmer cooperators as replicates. The

    plantation was fertilized by urea, SP36 and KCl with doses of 250 kg, 100 kg and 50 kg/ha,

    respectively. The result indicated that the appearance of new lowland rice varieties was

    almost the same in both environments, the region of formal seed sector and the region of

    informal seed sector, but the appearance of the yields, the average yield in the region of

    informal seed sector was higher than in the region of formal seed sector, indicated by the

    highest Inpari 10.

    Key words : performance, new varieties, different environment, grow

    mailto:[email protected]

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    24

    PENDAHULUAN

    Produksi padi terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang

    terus bertambah. Kebutuhan beras nasional dewasa ini telah menyentuh angka lebih dari

    30 juta ton per tahun. Disisi lain, tantangan yang dihadapi dalam pengadaan produksi padi

    semakin berat. Laju pertumbuhan penduduk dan tingkat konsumsi beras yang relatif masih

    tinggi menuntut peningkatan produksi yang sinambung, sementara sebagian lahan sawah

    yang subur telah beralih fungsi untuk usaha lainnya. Perubahan iklim global juga menjadi

    ancaman bagi upaya peningkatan produksi pangan, khususnya padi. Ancaman kekeringan

    dimusim kemarau dan kebanjiran dimusim hujan sudah semakin sering melanda

    pertanaman petani. Naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global telah

    menyebabkan semakin meluasnya lahan salin yang mengancam produksi padi (Departemen

    Pertanian, 2009).

    Dari masalah tersebut di atas, salah satu solusinya adalah menggunakan varietas

    yang sesuai dengan kondisi lokasi dan alam setempat. Penggunaan varietas unggul yang

    cocok dan adaptif merupakan salah satu komponen teknologi yang nyata kontribusinya

    terhadap peningkatan produktivitas tanaman dan dapat dengan cepat diadopsi petani

    karena murah dan penggunaannya lebih praktis. Karena keterbatasan pengetahuan petani

    akan varietas yang cocok ditanam, menyebabkan petani menggunakan varietas-varietas

    yang seadanya. Padahal, Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan varietas-

    varietas unggul, namun penyebarannya dirasakan sangat lambat. Untuk itu diperlukan

    upaya percepatan diseminasi agar penyebarannya langsung sampai ke pengguna.,sehingga

    masyarakat petani dapat lebih mengenal dan dapat memilih varietas sesuai kemampuan

    adaptasinya. Adopsi varietas unggul telah terbukti mampu meningkatkan produksi padi dan

    pendapatan petani. Agar dapat tersebar dan teradopsinya VUB padi kepada petani dilakukan

    display dalam bentuk kajian di wilayah sentra padi.

    Sejak dimulainya penelitian padi sampai tahun 2008, pemerintah telah melepas

    sekitar 234 varietas unggul padi, 71 varietas diantaranya adalah merupakan Varietas

    Unggul Baru (VUB), 54 VUB dilepas pada periode tahun 1985 2003, dan selanjutnya pada

    tahun 2004-2008 dilepas 17 varietas, terdiri dari 14 varietas padi sawah irigasi dan 3

    varietas padi rawa. (Suprihatno et al,2009).

    Dalam rangka introduksi dan penyebaran varietas unggul baru, keberadaan Balai

    Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di tiap provinsi sangat berkontribusi terhadap

    percepatan dan penyebarluasan varietas unggul baru (Badan Litbang Pertanian, 2007).

    Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi pertumbuhan dan hasil

    beberapa VUB padi yang ditanam pada dua lingkungan tumbuh,yaitu di wilayah sektor

    perbenihan formal (SPF) dan di wilayah sektor perbenihan informal (SPI) di Lampung.

    BAHAN DAN METODA

    Kegiatan Display Varietas Unggul Baru Padi perlu dilakukan di wilayah sentra padi ,

    sebaiknya sekaligus pada wilayah yang biasa memproduksi benih unggul bersertifikat

    ( Sektor Perbenihan Formal) maupun wilayah yang pada umumnya belum pernah

  • Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014

    25

    menangkarkan dan memproduksi benih bersertifikat, yaitu disebut sebagai Sektor

    Perbenihan Informal (Kementerian Pertanian, 2012). Kegiatan Kajian dilakukan di Wilayah

    Sektor Perbenihan Formal dan Informal dilaksanakan di Kabupaten Pringsewu merupakan

    salah satu Kabupaten sentra padi di Lampung, mulai bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014

    . Pelaksana tanam di wilayah sektor perbenihan informal (SPI) adalah Kelompok tani Tunas

    Makmur di Desa Tanjung Dalam Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, sedangkan di

    wilayah sektor perbenihan formal (SPF) adalah petani penangkar benih yang masuk sebagai

    produsen benih Dewi Sri di Desa Wates Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

    Pertanaman dipupuk Urea, SP36, dan KCl dengan dosis berturut-turut 250 kg, 100 kg dan

    50 kg/ha. Pengkajian ini di laksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

    dengan enam perlakuan varietas padi (Tabel 1), yaitu: 4 (empat) varietas unggul baru

    (Inpari 10, Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16) dan 2 (dua) varietas pembanding (Ciherang dan

    Mekongga) adalah varietas yang biasa digunakan petani setempat yang dikaji pada dua

    lingkungan tumbuh, di sektor perbenihan formal (SPF) dan di secktor perbenihan informal

    (SPI).dengan 5 (lima) ulangan ,petani sebagai ulangan.

    Tabel 1. Perlakuan