12
64 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/04/...Keberhasilan suatu program pemuliaan tanaman pada hakekatnya sangat

Embed Size (px)

Citation preview

64 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 65

PENAMPILAN FENOTIPIK POPULASI ARTEMISIA(Artemisia annua L. ) HASIL IRRADIASI SINAR GAMMA

S. Purwiyanti dan MelatiBalai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor

ABSTRAK

Artemisia annua L merupakan tanaman yang menghasilkan senyawa artemisinin yang digunakansebagai bahan baku obat penyakit malaria. Sampai saat ini senyawa artemisinin masih diimpor. Untukmemenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah bermaksud mengembangkan komoditas ini.Pengembangan tanaman secara komersial memerlukan dukungan teknologi terutama dalampenyediaan bahan baku tanaman dan teknologi budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuisifat-sifat tanaman A.annua dan potensinya untuk dikembangkan di dalam negeri. Penelitiandilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Juli 2007 di KP Manoko, Lembang, Jawa Barat.Percobaan dirancang secara acak kelompok dengan susunan faktorial dalam 3 ulangan. Perlakuan yangdi uji berupa 12 populasi tanaman yang merupakan kombinasi dari 3 dosis irradiasi pada 4 genotipArtemisia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan dosis irradiasidengan populasi terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang sekunder dan bobot keringbatang. Setiap populasi memberikan respon yang berbeda terhadap dosis iradiasi dalam parametertersebut. Pada parameter lainnya seperti jumlah cabang primer, jumlah daun pada cabang primer, bobotsegar total, bobot segar batang, bobot segar daun, bobot kering total dan bobot kering daun, hanyapopulasi yang berbeda nyata. Populasi yang menghasilkan pertumbuhan tertinggi adalah populasiAann 003. Perlakuan irradiasi tidak berpengaruh nyata pada semua populasi terhadap kadarartemisinin. Kadar artemisinin bervariasi antara 0.5 - 0.7%. Kadar tersebut masih relatif rendahdibandingkan dengan negara lain.

Kata kunci : Artemisia, Artemisia annua L, artemisinin , fenotip, irradiasi

PENDAHULUAN

Penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles sp. Penyakit inimerupakan salah satu penyakit yang masih sangat sulit ditangani. Malaria kronis di Indonesiasampai saat ini telah menyebabkan 15 juta kasus kematian. Penggunaan pil kina (quinine)pada pengobatan malaria secara terus menerus selama lebih dari 20 tahun telah menyebabkanPlasmodium falciparum (penyebab penyakit) menjadi resisten. Perkiraan WHO, pada tahun2004 tersedia 32 juta dosis obat anti malaria berbahan dasar artemisinin dan jumlah tersebuttelah ditingkatkan pada tahun 2005 (Fereira et al., 2005).

Artemisia annua L. merupakan salah satu tanaman alternatif untuk obat malaria yangtelah digunakan di berbagai negara di dunia terutama di Afrika dan Asia. Hasil penelitiantahun 1972 di Cina menunjukkan bahwa A. annua mengandung bahan aktif artemisinin yangsangat efektif terhadap Plasmodium falciparum (Ebadi, 2002). Genus Artemisia mempunyai200 – 400 species dan Artemisia annua merupakan satu satu jenis yang mengandungartemisinin dengan kadar yang cukup tinggi. Kadar artemisinin di alam bervariasi antar 0.1 -1.8%.

66 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor artemisinin untuk penyediaan bahanbaku obat malaria. Mengingat besarnya kebutuhan bahan tersebut, pemerintah bermaksudmengembangkan tanaman Artemisia dalam skala luas. Pengembangan tanaman baru perludidukung oleh teknologi yang sesuai dengan lingkungan setempat, terutama bahan tanamanyang unggul.

Delabays et al., (1993), menyatakan perakitan varietas unggul A. annua melaluihibridisasi telah berhasil meningkatkan kadar artemisinin yang mencapai 0.64 - 0.95%,sedangkan menurut Magalhaes et al., (1996), di Brazil telah diperoleh hibrida (F1) denganproduksi artemisinin 15.38-25.38 kg/ha. India telah menghasilkan genotip “Jeevanraksha”yang berumur genjah dan mengandung kadar artemisinin lebih dari 1 % (Anonim, 2006).Menurut Fereira et al., (2005) untuk mendapatkan varietas yang murni terdapat masalahdalam hal viabilitas benih pada keturunan F2 clan F3. Viabilitas benih biasanya menurunsejak F2 dan makin jauh generasinya, viabilitas akan makin menurun, benihnya makin lemahdan pada akhirnya mati.

Keberhasilan suatu program pemuliaan tanaman pada hakekatnya sangat tergantungkepada variasi genetik yang diturunkan. Apabila suatu sifat memiliki variasi genetik kecil,maka setiap individu dalam populasi tersebut secara teoritis sama, sehingga tidak akandidapatkan perbaikan sifat melalui seleksi. Poehlman (1979) dalam Rachmadi et al., (1990)menyatakan usaha perluasan variasi genetik suatu sifat diperlukan. dalam programpemuliaan. Peningkatan variasi genetik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lainmelalui pengumpulan berbagai genotip di alam, hibridisasi, mutasi dan variasi somaklonal.Diantara cara -cara tersebut, peningkatan variasi genetik melalui mutasi merupakan cara yangrelatif mudah dan murah, terutama untuk tanaman artemisia yang merupakan tanamanintroduksi.

Pemuliaan mutasi telah banyak dikenal dengan penggunaan zat-zat kimia mutagenikdan sinar-sinar radioaktif. Salah satu sinar radioaktif yang dapat menyebabkan mutasi padatanaman adalah sinar Gamma. Hasil-hasil positif yang telah diperoleh berupa kultivar-kultivar unggul sebagai hasil bermacam-macam teknik irradiasi. Murdaningsih et al., 1990amenyatakan bahwa irradiasi sinar gamma lebih efektif dalam menghasilkan varian yangmaksimum dengan spektrum yang luas dibanding dengan mutagen kimia. Murdaningsih et al.1990b menyatakan bahwa variasi fenotipik, sifat-sifat morfologi atau sifat pada populasiyang diirradiasi ternyata lebih besar dibandingkan dengan populasi tanpa irradiasi. Mutasidengan irradiasi sinar gamma juga mampu meningkatkan kadar senyawa metabolit sekunderdan produktivitas tanaman (Banerji dan Datta 1992 dalam Herison et al., 2008).

Irradiasi telah menghasilkan genotip-genotip yang berbeda dengan perlakuan kontrololeh karena itu perlu dilakukan kegiatan identifikasi sifat-sifat kuantitatif dan kualitatifsumber genetik melalui karakterisasi fenotip tanaman. Karakterisasi karakter fenotip tanamanditujukan untuk mengetahui sifat-sifat morfologi dan agronomi tanaman (Arsyad dan Asadi(1996) dalam Suryadi et al., (2004)). Karakterisasi bertujuan untuk menghasilkan deskripsitanaman yang bermanfaat untuk pemberdayaan genetik dalam program pemuliaan(Setiamiharja (1990) dalam Suryadi et al., (2004)).

Karena pentingnya peranan plasma nutfah dalam program pemuliaan, maka kegiatankarakterisasi perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter-karaktertanaman A. Annua

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 67

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di laboratorium benih Balittro, Bogor dan di KebunPercobaan Manoko, Lembang, Jawa Barat (1000 mdpl) mulai bulan Oktober 2006 sampaidengan Juli 2007. Bahan tanaman yang digunakan adalah 4 genotipe A. annua yang diirradiasi dengan 2 dosis irradiasi yaitu 30 dan 40 Gy, sebagai kontrol adalah tanaman tanpairradiasi. Keempat populasi tersebut berasal dari Tawangmangu (Aann 001, Aann 002 danAann 003) serta dari PT Kimia Farma (Aann 004).

Benih dari masing-masing populasi diirradiasi dengan sinar Gamma menggunakan 2taraf yaitu 30 dan 40 Gy serta kontrol (tanpa irradiasi), sehingga terbentuk 12 populasi yangdianggap berbeda ragamnya. Benih yang telah diirradiasi disemai dalam bak plastik denganmedia pasir. Benih berkecambah umur 2 minggu setelah tanam (BST), kecambah-kecambahyang tumbuh normal dipindahkan ke dalam polibag dengan media tanah dan pupuk kandang(2:1) yang telah dihaluskan dan dipelihara di rumah kaca. Pada umur 1 bulan setelahpenanaman dalam polibag, tanaman dipindahkan ke lapang. Pupuk kandang diberikan 1minggu sebelum tanam dengan dosis 0.5 kg/lubang tanam. Pemupukan anorganik denganmenggunakan urea, TSP dan KCl dilakukan pada saat tanam dengan dosis masing-masing350g, 150g, 150g tiap petak. Pemupukan urea dilakukan 2 kali, pemupukan kedua dilakukan2 bulan sebelum panen dengan dosis 350 g/petak.

Rancangan lingkungan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengansusunan faktorial, diulang 3 kali. Faktor pertama adalah genotip (Aann 001, Aann 002, Aann003 dan Aann 004) dan faktor kedua adalah dosis irradiasi (0, 30 dan 40 Gy). Pada setiappetak ditanam 100 bibit. Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm x 100 cm.

Sampel yang diamati berjumlah 10 % (10 tanaman) dari total populasi (100 tanaman)yang diambil secara acak. Pengamatan karakter morfologi kualitatif tanaman dilakukan saattanaman berumur 2 bulan setelah tanam yaitu pada karakter warna batang, habitus, ukuranbatang, ukuran daun, sifat pembungaan, persentase variasi dan varian dominan yangterbentuk akibat irradiasi. Tanaman yang termasuk pada kelompok pembungaan cepatdipanen saat berumur 3 BST, sedangkan yang termasuk kelompok pembungaan larnbatdipanen saat berumur 6 BST. Karakter kuantitatif yang diamati yaitu tinggi tanaman,diameter batang, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, jumlah daun pada cabangprimer, jumlah daun pada cabang sekunder, berat segar biomas, berat segar batang, beratsegar daun, berat kering biomas, berat kering batang, berat kering daun. Kadar artemisinindianalisis di Laboratorium Pasca Panen Balittro dengan menggunakan metode KLT(Kromatografi Lapis Tipis). Data hasil pengamatan karakter kuantitatif dianalisis denganmenggunakan analisis sidik ragam faktorial, jika terdapat beda nyata maka dilanjutkandengan menggunakan uji jarak berganda duncan (DMRT) dengan taraf 5%.

68 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi yang diuji berasal dari Tawangmangu (Aann 001, Aann 002, Aann 004) danKimia Farma (Aann 003). Populasi Aann 001, Aann 002, Aann 004 berasal dari 1 pohonyang diseleksi dari 1 hamparan pertanaman. Seleksi dilakukan berdasarkan fenotip tanaman.Populasi Aann 003 diperoleh dalam bentuk sampel benih sehingga tidak diketahui apakahberasal dari 1 pohon induk ataukah dari populasi. Fenotipe 4 populasi A. annua hasilirradiasi dengan dosis 30 Gy yang ditanam di KP Manoko dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Populasi A. annua (A) Aann 001 (B) Aann 003 (C) Aann 002 (D) Aann004

A B

C D

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 69

Hasil pengamatan secara kualitatif menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman cukupbervariasi, akibat perlakuan irradiasi. Irradiasi dapat berdampak pada pertumbuhan tanamanmenjadi abnormal seperti rosset, bulai dan kelainan bentuk pertumbuhan (Gambar 2). Variasisifat- sifat morfologi tersebut terlihat pada tanaman hasil irradiasi maupun pada tanamanyang tidak diirradiasi. Terjadinya variasi pada populasi yang diiradiasi menunjukkan bahwatelah terjadi perubahan pada tingkat genom, kromosom dan DNA atau gen yang sangat besarsehingga proses fisiologis yang dikendalikan secara genetik di dalam tanaman menjadi tidaknormal dan menimbulkan variasi-variasi yang baru (Soeranto, 2003). Abnormalitas hinggakematian tanaman yang diiradiasi disebabkan oleh terbentuknya radikal bebas seperti H+

yaitu ion yang sangat labil dalam proses reaksi akibat radiasi, sehingga banyak menghasilkanbenturan ke berbagai arah yang akibatnya akan membuat perubahan atau mutasi baik padatingkat DNA, sel maupun jaringan bahkan sampai mengakibatkan kematian pada tanaman(Ahnstroem, 1977 cit., Datta, 2001). Timbulnya keragaman disebabkan oleh berubahnyajumlah dan struktur kromosom dalam sel. Induksi mutasi bersifat resesif, namun teknik initelah berperan sangat nyata dalam perbaikan tanaman di dunia dan dalam beberapa hal telahmemberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan produktivitas tanaman (Malusyuski,1995).

Gambar 2. Tipe-tipe simpangan A. annua chimera (A), roset (B), daun kecil (C), dan daunjarang (D)

A

DC

B

70 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Variasi pada sifat morfologi kualitatif terjadi pada warna batang, habitus, tipepercabangan dan waktu berbunga. Segregasi umumnya terlihat pada warna batang. PopulasiAann 001, Aann 002 dan Aann 003, masing-masing berasal dari satu pohon induk namunsetelah ditanam ternyata manghasilkan keturunan yang warna batangnya bervariasi, begitujuga pada sifat-sifat lainnya (Tabel 1 dan 2).

Hasil pengamatan pada penampilan tanaman (habitus), warna batang, fisik batang,bentuk daun, ukuran daun serta umur berbunga (lambat > 3 bulan dan cepat ≤ 3 bulan)terdapat 21 variasi sifat (Tabel 1).

Tabel 1. Variasi sifat-sifat pada tanaman A. annua

No Warna batang Habitus Ukuran PembungaanBatang Daun

1 hijau roset besar lebar lambat2 hijau roset besar sempit lambat3 hijau roset kecil lebar lambat4 hijau roset kecil sempit lambat5 hijau tegak besar lebar cepat6 hijau tegak besar lebar lambat7 hijau tegak besar sempit cepat8 hijau tegak besar sempit lambat9 hijau tegak kecil lebar cepat10 hijau tegak kecil lebar lambat11 hijau tegak kecil sempit cepat12 hijau tegak kecil sempit lambat13 ungu roset besar sempit cepat14 ungu tegak besar lebar cepat15 ungu tegak besar lebar lambat16 ungu tegak besar sempit cepat17 ungu tegak besar sempit lambat18 ungu tegak kecil lebar cepat19 ungu tegak kecil sempit cepat20 ungu tegak kecil sempit larnbat21 ungu tegak kecil lebar larnbat

Tidak semua sitat yang disajikan pada Tabel 1 dapat dijumpai pada 1 populasi.Jumlah sifat yang dapat ditemui serta sifat dominan pada masing-masing populasi dapatdilihat pada Tabel 2. Hampir seluruh populasi memiliki varian dominan yang sama yaitutanaman dengan sifat hijau, tegak, batang besar, daun lebar, cepat berbunga denganpersentase yang cukup tinggi. Pada populasi Aann 003 yang diirradiasi dengan dosis 0, 30dan 40 Gy sifat-sifat tersebut hampir mendominasi 1 petakan dengan persentase diatas 70 %.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 71

Tabel 2. Jumlah variasi sifat dan varian dominan per populasi A. annua

Populasi dandosis irradiasi

Jumlah variasidalam 1populasi Varian dominan

Persentase variandominan dalamsatu populasi (%)

Aann 001 0 12 hijau, tegak, batang besar, 34.00daun lebar, cepat herbunga

30 10 hijau, tegak, batang gemuk, 32.37daun lebar, cepat berbunga

40 12 hijau, tegak, batang gemuk, 29.50daun lebar, cepat berbunga

Aann 002 0 13 hijau, tegak, batang gemuk, 23.80daun lebar, cepat berbunga

30 14 hijau, tegak, batang gemuk, 31.53daun lebar, cepat berbunga

40 13 hijau, tegak, batang gemuk, 22.50daun lebar, cepat berbunga

Aann 003 0 5 hijau, tegak, batang gemuk, 72.00daun febar, cepat berbunga

30 2 hijau, tegak, batang gemuk, 97.33daun lebar, cepat berbunga

40 3 hijau, tegak, batang gemuk, 93.00daun lebar, cepat berbunga

Aann 004 0 10 ungu, tegak, batang kurus, 23.03daun sempit, cepat berbunga

30 13 hijau, tegak, batang gemuk, 26.52daun lebar, cepat berbunga

40 8 ungu, tegak, batang gemuk, 31.62daun lebar, cepat berbunga

Hasil analisis sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan padataraf 5 %, menunjukkan adanya interaksi antara dosis irradiasi dengan populasi terhadapkarakter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang sekunder dan bobot kering batang(Tabel 3). Pada populasi Aann 003, perlakuan irradiasi 30 dan 40 Gy nyata meningkatkantinggi tanaman, pada dosis 40 Gy menurunkan tinggi tanaman. Dosis irradiasi 30 dan 40 Gypada populasi Aann 004 meningkatkan tinggi tanaman, sedangkan pada populasi Aann 001dan Aann 002, irradiasi sampai dosis 40 Gy tidak memberikan pengaruh yang nyata.Keberhasilan teknik irradiasi untuk meningkatkan keragaman populasi sangat ditentukanoleh radiosensitivitas tanaman (Banerji dan Datta, 1992 dalam Herison et al., 2008).Sensitivitas populasi Aann 004 lebih besar dibandingkan populasi Aann 001 dan Aann 002,sehingga mengakibatkan adanya respon pada karakter tinggi tanaman.

72 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Tabel 3. Pengaruh interaksi antara dosis irradiasi dengan populasi terhadap karakter tinggitanaman dan diameter batang 4 populasi A. Annua

PopulasiDosis (Gy)

Tinggi Tanaman (cm) Diameter batang (cm)0 30 40 0 30 40

Aann 001 77.8d 75.2d 75.9d 0.96c 0.87d 0.82deAann 002 73.1d 75.0d 73.6d 0.84d 0.88cd 0.87dAann 003 146.9b 162.40a 142.81c 2.10a 2.12a 1.96bAann 004 57.2e 73.3d 142.81c 0.76e 0.87d 0.99cKK (%) 18.23 6.55

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tarafkepercayaan 5%

Karakter diameter batang dipengaruhi pula oleh interaksi antara dosis irradiasidengan populasi. Pada populasi Aann 001, irradiasi rnenurunkan ukuran diameter batang,sedangkan pada populasi Aann 002 irradiasi tidak berpengaruh nyata. Pada populasi Aann003, irradiasi sampai 30 Gy tidak berpengaruh nyata sedangkan dosis 40 Gy irradiasi nyatamenurunkan ukuran diameter batang. Pada populasi Aann 004 irradiasi dengan dosis 30 dan40 Gy nyata meningkatkan diameter batang (Tabel 3).

Perlakuan irradiasi hanya berpengaruh nyata pada jumlah cabang sekunder populasiAann 004. Pada populasi tersebut irradiasi nyata meningkatkan jumlah cabang sekunder padadosis 40 Gy (Tabel 4). Perlakuan irradiasi berpengaruh nyata terhadap bobot kering batangpada populasi Aann 003, dimana bobot kering batang nyata meningkat pada dosis 30 Gy danmenurun lagi pada dosis 40 Gy, sedangkan pada populasi Aann 004, perlakuan irradiasi nyatameningkatkan bobot kering batang pada dosis 40 Gy (Tabel 4).

Tabel 4 Pengaruh Pengaruh interaksi antara dosis irradiasi dengan populasi terhadap karakterjumlah cabang sekunder dan bobot kering batang 4 populasi A. annua

PopulasiDosis (Gy)

Jumlah Cabang Sekunder Bobot Kering Batang (g)0 30 40 0 30 40

Aann 001 274.8 bc 266.4 bc 315.3 b 12.5 c 14,9 c 16.4 cAann 002 292.6 b 296.5 b 283.1 bc 13.4 c 15,1 c 13.1 cAann 003 247.3 bc 287.1 bc 184.4 c 591.3 b

621.4 a

621,4 a 558.7 bAann 004 281.4 bc 282.2 bc 445 a 11.5 c 11,9 c 27.1 bCV (%) 20,05 13,02

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tarafkepercayaan 5%

Tidak terdapat pengaruh interaksi antara dosis irradiasi dengan populasi serta dosisirradiasi terhadap karakter jumlah cabang primer, jumlah daun pada cabang primer, bobotsegar total, bobot segar batang, bobot segar daun, bobot kering total dan bobot kering daun.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 73

Pengaruh nyata hanya ditunjukkan oleh pengaruh populasi. Populasi yang menghasilkanpertumbuhan tertinggi adalah populasi Aann 003 (Tabel 5.)

Tabel 5. Pengaruh populasi terhadap karakter pertumbuhan, produksi dan kadar artemisinin4 populasi A. annua

PopulasiJumlahCabangPrimer

JumlahDaunpadaCabangPrimer

BobotSegarTotal(g)

BobotSegarBatang(g)

BobotSegarDaun

BobotKeringTotal

BobotKeringDaun

KadarArtemisinin(%)

Aann 001 28,8 b 14,0 b 191,2 b 36,4 b 157,6 b 37,9 b 23,1 b 0,57 aAann 002 29,8 b 13,8 b 178,8 b 30,8 b 144,6 b 36,8 b 23,1 b 0,63 aAann 003 37,3 a 17,7 a 2207 a 1659,5 a 547,6 a 733,5 a 157,3 a 0,58 aAann 004 29,5 b 14,0 b 194,8 b 33,3 b 163,2 b 45,5 b 28,9 b 0,58 aCV (%) 11,62 12,01 20,47 24,55 30,21 14,17 21,94 16,38

Perlakuan irradiasi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar artemisinin semuapopulasi (Tabel 5). Kadar artemisinin bervariasi antara 0.5 - 0.7 %. Kadar tersebut masihrelatif rendah dibandingkan dengan kadar artemisinin dari artemisia asal negara lain.

Hasil pengamatan pada berbagai komponen pertumbuhan dan produksi diperolehbahwa dosis irradiasi tidah berpengaruh nyata terhadap parameter tersebut, namun padaumumnya pada dosis 30 Gy, komponen pertumbuhan meningkat. Peningkatan pertumbuhanselain oleh perubahan genetik dapat juga disebabkan oleh meningkatnya vigor benih akibattereliminasinya mikroba pada benih. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwasampai dosis 30 Gy umumnya perkecambahan benih meningkat (Hobir et al. 2006).Peningkatan pertumbuhan atau produktivitas tanaman akibat irradiasi pada dosis tertentu,dijumpai pada beberapa tanaman misalnya pada kacang tanah dan jagung (Mokobia et al.2006), pada tanaman jati (Bhargava & Khalatkar, 2006) serta tanaman mentimun (Cholakovet a1. 2006).

Hasil pengamatan komponen pertumbuhan (jumlah cabang primer, jumlah daun padacabang primer dan sekunder) dan komponen produksi (bobot biomas, bobot batang, bobotdaun) menunjukan bahwa dari 4 populasi yang dicoba terdapat 1 populasi yang menonjol,yaitu populasi yang Aann 003. Potensi produksi dari populasi tersebut mencapai 157.3g/tanaman (± 3 ton/ha). Kadar artemisinin tidak berbeda nyata antar populasi, berkisar antara0.5 - 0.7 %. Dengan diperolehnya populasi yang berproduksi tinggi, produksi artemisinin persatuan luas cukup tinggi (± 17 kg/ha). Di negara produsen, produksi artemisinin berkisarantara 10 - 25 kg/ha.

Walaupun pengaruh irradiasi tidak nyata terhadap semua parameter yang digunakan,variasi fenotipik pada sebagian besar parameter pada masing-masing populasi lebih besarpada perlakuan yang di irradiasi dari pada yang tidak di irradiasi.

74 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

KESIMPULAN

Terdapat interaksi antara perlakuan dosis irradiasi dengan populasi terhadap tinggitanaman, diameter batang, jumlah cabang sekunder dan bobot kering batang. Setiap populasimemberikan respon yang berbeda terhadap dosis irradiasi dalam parameter tersebut. Padaparameter lainnya seperti jumlah cabang primer, jumlah daun pada cabang primer, bobotsegar total, bobot segar batang, bobot segar daun, bobot kering total dan bobot kering daun,perlakuan dosis irradiasi tidak berpengaruh nyata sedangkan populasi berpengaruh nyata.Populasi yang menghasilkan pertumbuhan tertinggi adalah populasi Aann 003. Perlakuanirradiasi, tidak berpengaruh nyata terhadap kadar artemisinin pada semua populasi. Kadarartemisinin bervariasi antara 0.5 - 0.7 %.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. High Artemisinin Yielding Plant Genotype 'cim-arogya'. www. FreshPatent.com

Bhargava YR and A.S. Khalatkar. 2006. Improved Performance of Tectona grandis SeedsWith Gamma Irradiation Abstract. Australian Journal of Botany. 39(5) : 467-474.www. Actahort.org.

Cholakov, D., N. Uzunow and R. Meranzova. 2006. The Influence of Pre-sowing Laser andGamma Irradiation Upon The Yield and Quality of Cucumber Seeds. Abstract. www.Actahort.org

Delabays, N., G Collet and A. Benakis. 1993. Selection and Breeding for High Artemisinin(Qinghaosu) Yielding Strains of Artemisia annua. Abstract.

Ebadi, N. 2002. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine. CRC Press. London- NewYork- Washington D.C.

Fereira, J.F.S., J.C. Laughlin, N. Delabays and P.M. de Magalhaes. 2005. Cultivation andGenetics of Artemisia annua L. for Increase Production of the AntimalarialArtemisinin. Plant Genetic Resources. 111 (2) : 206-229.

Herison, C., Rustikawati, S.H. Sutjahjo dan S.I. Aisyah. 2008. Induksi mutasi melaluiirradiasi sinar gamma terhadap benih untuk meningkatkan keragaman populasi dasarjagung. J Akta Agrosia. XI (1) : 56-62.

Hobir, N. Bermawie, Melati, S. Purwiyanti, E. Sudiadi, R. Bakti dan Suryatna. 2006.Peningkatan Kadar Artemisinin Melalui Perbaikan Genetik Artemisia annua.Laporan Teknis Balittro 2006.

Magalhaes, P.M. N. Delabays. 1996. The Selection of Artemisia annua L. for Cultivation inTropical Region. Proc Internal Plants Symphosium on Breeding Research onMedicinal and Aromatic Plants. Quedlinburg-Germany : 185-188.

Maluszynski, M., B.S. Ahloowalia and B. Sigurbjornsson. 1995. Application of in vivo and invitro mutation for crop improvement. Euphytica 85:303-315

Mokobia, C.E., E.M. Okpakorese, C. Analogbei and J. Agbonwanegbe. 2006. Effect ofGamma Irradiation on The Grain Yield of Nigerian Zea mays and Arachis hypogaea.Abstract. J. Radiol. Prot. 26 : 423-427. www. lop.org/EJ/Abstract.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 75

Murdaningsih, K. H., A. Baihaki, G. Satari, T. Danakusuma dan A.H. Permadi. 1990a.Variasi genetik sifat-sifat tanaman bawang putih di Indonesia. Zuriat. Vol 1 (1) : 32-36.

Murdaningsih, K. H., A. Baihaki, G. Satari, T. Danakusuma dan A.H. Permadi. 1990b.Penampilan bawang putih generasi VM2 irradiasi sinar gamma dan neutron cepat.Zuriat. Vol 1 (1) : 41-42.

Rachmadi, M., N. Hermiati, A. Bahaki dan R. Setiamihardja. 1990. Variasi genetik danheritabilicas komponen hasil dan hasil galur harapan kedelai. Zuriat . Vol 1 (1) : 48-51.

Suryadi, Luthfy, Y. Kusandriani dan Gunawan. 2004. Karakterisasi Plasma NutfahMentimun. Bull Plasma Nutfah. Vol 10 (1): 28-31