Upload
radius-advendra
View
788
Download
32
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia
sosial. Sosialisasi ialah hubungan interaktif yang dengannya seseorang
mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural yang menjadikan
seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat dua ahli tersebut sama-sama
menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu menjadi anggota
masyarakat.
Secara nyata pengaruh tersebut berada pada diri guru yang
bertanggungjawab terhadap pengembangan kurikulum dan pada siswa yang
menjalani kurikulum. Dengan perkataan lain, pengaruh tersebut berada pada
tataran yang tak boleh diabaikan sama sekali di mana studi kurikulum
memperlihatkan kerentanan, dan kemungkinan besar kurikulum berubah atau
bahkan berbeda sama sekali dengan apa yang telah direncanakan dan
diputuskan
Oleh karena itu, keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan aspirasi
politik harus menjadi faktor yang diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam
penentuan filsafat, teori, visi, pengembangan dokumen, sosialisasi kurikulum,
dan pembinaan kurikulum.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Pengembangan
Kurikulum Pada Jurusan PAI, STIT YAPTIP Kampus II Ujung Gading.
2. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai teori-teori yang berhubungan
dengan proses sosialisasi dan pembinaan kurikulum
i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sosialisasi Kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi
kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi
dan dipertimbangkan pada pengembangn kurikulum pada setiap
jenjangpendidikan. Munculnya peraturan perundang-undangan yang baru telah
membawa implikasi terhadap paradigma baru dalam proses pengembangan
kurikulum. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan yang akan terjadi pada
masa yang akan datang memerlukan persiapan dari generasi muda dan peserta
didik yang memiliki kompetensi multidimensional. Mengacu pada hal-hal
tersebut, pengembangan kurikulum harus mampu mengantisipasi segala
persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan datang.
Proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik
didalam maupun diluar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh
siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan
teman- temannya secara baik dan bijak.
Masyarakat dewasa ini senantiasa berubah dan terus menerus akan
berubah. Masyarakat kita sekarang jauh berlainan daripada masyarakat nenek
moyang kita dan berlainan pula dengan masyarakat yang dihadapi oleh anak
cucu kita besok. Segala perubahan itu sedikit banyak mempengaruhi cara
hidup dan cara berpikir manusia. Pada prinsipnya masyarakat selalu dinamai
dan senantiasa akan berubah. Dehingga Kurikulum harus disesuaikan dengan
gerak-gerak dan perubahan masyarakat. Isi kurikulum harus senantiasa dapat
berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bentuk kurikulum harus
fleksibel, yakni dapat terbuka terbuka kesempatan untuk memberikan bahan
pelajaran yang penting yang perlu bagi murid-murid pada saat dan tempat
tertentu. Hanya dengan jalan demikian sekolah dapat memberikan pendidikan
i
yang fungsional , sehinnga anak-anak benar-benar dipersiapkan untuk
menghadapi masalah-masalah di dalam masyarakat tempat dia hidup.
Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna
mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea,
suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk.
Kurikulum ini lazim mengandung harapan-harapan yang sering berbunyi
muluk-muluk.
Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita
dan kebutuhan masyarakat. Dalam kaitannya dengan asas sosiologi, dalam
mengambil keputusan tentang kurikulum para pengembang kurikulum
hendaknya merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka tinggal,
merespon terhadap berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan oleh
beragam golongan dalam masyarakat. Sangat banyak kebutuhan masyarakat
yang harus dipilah-pilah, disaring dan diseleksi agar menjadi suatu keputusan
dalam pengembangan kurikulum. Asas sosiologi ini, berkenaan dengan
penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu, dan rekonstruksi
masyarakat. Landasan social budaya, tidak semata – mata hanya digunakan
dalam pengembangan kurikulum dalam tingkat nasional, melainkan juga bagi
guru dalam pembinaan kurikulum tingkat sekolah, atau bahkan tingkat
pengajaran.
Sistem sosialisasi kurikulum dengan cara berantai dilakukan terhadap
pendekatan pengembangan kurikulum yang menganut sistam sentralisasi atau
terpusat, di mana kurikulum dikembangkan dan diputuskan oleh tingkat pusat,
dalam hal ini Pusat Badan penelitian dan Pengembangan. Dengan adanya
kebijakan otonomi daerah dan otonomi atau desentralisasi pendidikan maka
biasa saja pada saatnya nanti sosialisasi kurikulum itu lebih banyak dilakukan
di daerah masing – masing.
Dalam proses sosialisasi kurikulum, pada dasarnya yang terpenting
adalah bagaimana kurikulum itu dapat dipahami oleh kepala sekolah dan guru
selengkap dan sejelas mungkin sebab kepala sekolah dan guru merupakan
i
pelaksana kurikulum pada tingkat yang paling dasar, mereka ada di garis
depan, yang menentukan berhasil tidaknya kurikulum itu dilaksanakan.
Dalam kenyataan lain, sebenarnya pihak masyarakat dan orang tua
juga berhak mengetahui menenai tujuan dan isi kurikulum yang diajarkan
kepada putra – putrinya di sekolah. Karena tanggung jawab pendidikan bukan
hanya diemban oleh pemerintah saja dalam hal ini sekolah, namun juga
menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat dan keluarga/orang tua
sehingga dengan demikain, kurikulum ini pun perlu juga disosialisasikan
kepada masyarakat dan orang tua agar mereka pun turut membantu
memberikan dukungan dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan kurikulum.1
Proses sosialisasi ini tampaknya seperti sesuatu yang sederhana terapi
pengalaman menunjukkan bahwa apa yang ingin dicapai suatu lembaga
pendidikan melalui kurikulum sering tidak dipahami oleh para pelaksana
(kepala sekolah dan terutama guru). Kenyataan ini terjadi karena para
pelaksana sering atau tidak pernah mendapatkan informasi mengenai apa yang
diinginkan lembaga, atau memiliki pandangan lain yang tidak sesuai dengan
keinginan lembaga.
Proses sosialisasi kurikulum biasanya dikelola melalui pertemuan –
pertemuan antara pengambil kebijakan pendidikan dengan para pengembang
dan pelaksana kurikulum. Pertemuan tersebut dirancang dengan tujuan agar
para pelaksana memahami ide baru kurikulum, bersikap positif terhadap ide
itu dan mau mengubah pandangan lamanya dengan ide baru. Secara formal,
teknik yang sering digunakan dalam sosialisasi kurikulum pada umumnya
dalam bentuk kegiatan penataran, baik tatap muka maupun jarak jauh, namun
ada juga dalam bentuk brosur, buku petunjuk, dan surat edaran.
1 Ibid. h. 263
i
Adapun materi yang dijadikan bahan sosialisasi kurikulum,
diantaranya menyangkut hal – hal sebagai berikut.
1. Landasan kurikulum yang biasanya berisi kebijakan – kebijakan yang
berkaitan erat dengan penerapan kurikulum pada lembaga – lembaga
pendidikan, seperti Undang – undang Sistem Pendidikan, peraturan –
peraturan pemerintah, dan keputusan – keputusan menteri.
2. Tujuan yang diharapkan dapat disapai setelah para siswa menyelesaikan
pendidikannya di sekolah. Hal ini penting disosialisasikan karena
pendidikan kita sangat berorientasi pada tujuan, jika tujuan tidak tercapai
maka pendidikan dan kurikulum tersebut dapat dikatakan mengalami
kegagalan. Di samping itu, tujuan iini pun menjadi indikator utama dalam
menentukan tingkat keberhasilan dan efektivitas pendidikan dan
kurikulum sekolah. Selain itu, hal yang perlu disosialisasikan mengenai
tujuan ini termasuk juga istilah – istilah yang digunakan.
3. Sifat dan pola yang digunakan dalam kurikulum sekolah dasar. Kurikulum
sekolah itu ada yang sifatnya uniformitas dalam arti mengutamakan
keseragaman untuk semua sekolah dasar dimanapun berada, ada juga yang
besifat difersitas yang menghargai keberagaman atau perbedaan –
perbedaan yang dimiliki masing – masing daerah/sekolah.
4. Penjabaran dan proporsi materi kurikulum sekolah.
5. Struktur program yang menyangkut berapa bidang studi atau mata
pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar, berapa jam pelajaran, dan
hari efektif pembelajaran di sekolah, termasuk system pembagian waktu
belajar, apakah menggunakan system semester atau caturwulan hal
itu semua menjadi bagian dalam proses sosialisasi kurikulum sekolah.
6. Kegiatan kurikuler, seperti kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler.
7. Perangkat kurikulum, seperti landasan pengembang program, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan pedoman – pedoman yang
digunakan, seperti pedoman umum, pedoman kegiatan pembelajaran,
pedoman layanan bimbingan dan konseling, pedoman administrasi dan
i
supervise, pedoman evaluasi, termasuk teknik – teknik penghitungan nilai
rapor, serta criteria kenaikan kelas dan tamat belajar.
8. Administrasi kurikulum, seperti istilah program tahunan, program
semester, satuan pelajaran atau persiapan mengajar, dan sebagainya.
9. Hari belajar dan libur sekolah, misalnya jumlah minggu yang
dipergunakan untuk menyajikan isi kurikulum, hari – hari libur dalam satu
tahu ajaran, seperti libur semester, libur awal puasa dan idul fitri, dan hari
libur nasional2
B. Pembinaan Kurikulum
Pembinaan ini penting mengingat dalam pelaksanaan kurikulum tidak
mustahil dihadapkan dengan sejumlah kendala yang mengakibatkan apa yang
dilaksanakan secara nyata tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Artinya
terdapat kesenjangan antara yang dilaksanakan dengan konsep idealnya.
Dengan demikian tujuan pembinaan kurikulum adalah meniadakan/
memperkecil kesenjangan antara kurikulum potensial dengan kurikulum
aktual.3
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial
dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Sebenarnya, kurikulum untuk suatu
lembaga pendidikan tertentu pada umumnya sudah ada, artinya telah disusun
sebelumnya oleh para perencana kurikulum (curriculum planner). Biasanya,
tugas para pelaksana kurikulum (guru), yaitu melaksanakan, membina, dan
dalam batas – batas tertentu mengembangkannya. Melaksanakan kurikulum
itu maksudnya adalah mentransformasikan program pendidikan kepada
peserta didik dalam proses pembelajaran. Membina kurikulum dimaksudkan
menjaga dan mempertahankan agar pelaksanaan kurikulum sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum ideal/potensial atau dengan
kata lain mengupayakan kesesuaian kurikulum aktual dengan kurikulum
2 Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2008), h. 243
3 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 95
i
potensial sehingga tidak terjadi kesenjangan. Adapun pengembangan
kurikulum adalah tahap lanjutan dari kegiatan pembinaan kurikulum, yaitu
upaya meningkatkan dalam bentuk nilai tambah dari apa yang telah
dilaksanakan sesuai dengan kurikulum potensial. Upaya ini bisa dilakukan
apabila diadakan penilaian terhadap apa yang telah dilaksanakan. Dengan
melakukan penilaian dapat diketahui kekurangan dalam pelaksanaan dan
pembinaan kurikulum yang sedapat mungkin diatasi, dicarikan upaya lain
yang lebih baik, sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal.
Secara sederhana, pembinaan kurikulum ini merupakan suatu upaya
yang dilakukan oleh staf sekolah (kepala sekolah dan guru) untuk menjaga dan
mempertahankan agar kurikulum tetap berjalan sebagaimana seharusnya.
Dengan demikian, pembinaan kurikulum tidak lain mengusahakan agar
pelaksanaan kurikulum sesuai dengan program dan ketentuan yang telah
ditetapkan (kurikulum ideal/potensial). Upaya pembinaan ini menjadi penting
mengingat dalam pelaksanaan kurikulum tidak mustahil dihadapkan dengan
sejumlah kendala yang mengakibatkan apa yang dilaksanakan secara nyata
tidak sesuai dengan apa yang seharusnya, artinya ada kesenjangan antara yang
dilaksanakan dengan yang seharusnya dilaksanakan. Kendala tersebut,
misalnya kemampuan guru, terbatasnya fasilitas belajar, lemahnya
pengelolaan sekolah.
Tujuan pembinaan kurikulum ini adalah diperolehnya pelaksanaan
kurikulum yang mantap, lebih ringkasnya lagi, tujuannya adalah memperkecil
atau meniadakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dilaksanakan
(kurikulum ideal) dengan apa yang dapat dilaksanakan (kurikulum aktual).4
4 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2008), h. 85-87
i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem sosialisasi kurikulum dengan cara berantai dilakukan terhadap
pendekatan pengembangan kurikulum yang menganut sistam sentralisasi atau
terpusat, di mana kurikulum dikembangkan dan diputuskan oleh tingkat pusat,
dalam hal ini Pusat Badan penelitian dan Pengembangan. Dengan adanya
kebijakan otonomi daerah dan otonomi atau desentralisasi pendidikan maka
biasa saja pada saatnya nanti sosialisasi kurikulum itu lebih banyak dilakukan
di daerah masing – masing
Tujuan pembinaan kurikulum ini adalah diperolehnya pelaksanaan
kurikulum yang mantap, lebih ringkasnya lagi, tujuannya adalah memperkecil
atau meniadakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dilaksanakan
(kurikulum ideal) dengan apa yang dapat dilaksanakan (kurikulum aktual).
.
B. Saran
Demikianlah penulisan makalah ini, namun penyajian makalah ini
masih banyak kelemahannya, karena kami masih dalam tahap pembelajaran,
kami selaku penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari teman-teman mahasiswa sekalian demi kesempurnaan isi makalah ini.
i
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, Yogyakarta : Arruz Media, 2007
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009
Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2008
i
KATA PENGANTAR
Puji sukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmad dan karunianya kepada kita semua dan dengan rahmad-Nya jualah
pemakalah dapat menyusun makalah ini dengan sedemikian rupa.
Salawat berangkai salam penulis mohon kepada Allah untuk rasulnya
muhammad SAW, semoga dengan adanya uswatun hasanah, makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran kepada kita
semua dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis sudah membuatnya dengan baik,
namun apabila masih ada kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran guna
kesempurnaan makalah ini
Ujung Gading Juni 2012
Penulis
(Kelompok IX)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sosialisasi Kurikulum.............................................................. 2
B. Pembinaan Kurikulum............................................................. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 8
B. Saran.......................................................................................... 8
DAFTAR KEPUSTAKAAN
i