Upload
achmad-rial-harmain
View
262
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
TUGAS MATA KULIAH ENDAPAN LATERIT
LATERIT DAN REAKSI KIMIA DALAM PROSES
PEMBENTUKANNYA
OLEH :
ANDI ATHYRA AYU MERINA D611 08 280BUDIMAN D611 08 257ST. FAUZIAH P. D611 08 251
MAKASSAR2011
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 1
LATERIT DAN REAKSI KIMIA DALAM PROSES
PEMBENTUKANNYA
“Laterite” (Latin; brick rock), pertama kali istilah ini digunakan pada
tahun 1807 oleh Major Francis Hamilton Buchanan untuk tanah yang berwarna
merah (pelapukan dari basalt) yang memotong batuan di India bagian selatan.
Materialnya relative lunak, menggumpal lunak dikarenakan pengaruh musim.
Sekarang istilah ini dipakai untuk menggambarkan range profil pelapukan:
termasuk ore Alumina (bauxite) dan juga sebagai indikasi adanya sumber Ni, Co,
Cr dan logam-logam mulia lainnya.
Proses pelapukan pada ini terjadinya reaksi kimia di dalamnya. Batuan
pun yang dimaksud dapat mengalami pelapukan akibat perubahan reaksi. Di
dalam batuan terdiri atas mineral-mineral yang mengalami proses disintegrasi
fisik dan dekomposisi kimia material batuan yang ada di permukaan atau dekat
permukaan bumi (Parker, 1997 dalam Waheed, 2002). Sehingga pada batuan
terdapat ikatan-ikatan kimia dalam interaksi gayanya yang saling tarik menarik
antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau
poliatomik menjadi stabil.
Ikatan kimia yang dimaksud ini adalah logam dan non logam. Dalam
kimia, sebuah logam (bahasa Yunani: Metallon) adalah sebuah unsur kimia yang
siap membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan logam, dan kadangkala
dikatakan bahwa ia mirip dengan kation di awan elektron. Beberapa logam
terkenal adalah aluminium (Al), tembaga (Cu), emas (Au), besi (Fe), timah(Pb),
perak (Ag), titanium (Ti), uranium, dan zink (Zn). Selain itu pada non logam,
kelompok unsur kimia yang bersifat elektronegatif, yaitu lebih mudah menarik
elektron valensi dari atom lain dari pada melepaskannya. Yang termasuk dalam
nonlogam adalah halogen, gas mulia, dan 7 unsur berikut: hidrogen (H), karbon
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 2
(C), nitrogen (N), oksigen (O), fosfor (P), belerang (S), dan selenium (Se).
Unsur-unsur kimia ini juga bersifat ekonomis. Sehingga dalam pembahasan kali
ini mengenai laterit yang termasuk kandungan pada mineral-mineral (dalam hal
ini unsur kimia) bersifat ekonomis. Yang akan dibahas kali ini adalah laterit
nikel.
Inti bumi diperkirakan terdiri atas besi dengan kandungan nikel sekitar
7%. Zone di antara kerak bumi dan inti bumi, yaitu yang disebut mantel (mantle)
diperkirakan tebalnya 2.898 km dan mengandung 0,1% - 0,9% nikel. Deposit Ni
pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu Nickel copper
sulfide, Nickel Silicate, dan Nickel Laterites-Serpentines.
Dipermukaan, secara umum profil-profil zona pelapukan (oksidasi)
terbentuk secara exclusive dari batuan dasar Ultrabasa, di mana selalu :
Dunite dan peridotites, turunan batuan-batuan terserpentinkan
Batuan Ultrabasa rata-rata mengandung Nikel sebesar 0,2%. Unsur Ni
tersebut terdapat pada kisi-kisi kristal Olivin dan Ortopiroksen.
Mineral olivin dan ortopiroksen sebagai sumber nikel utama merupakan
penyusun utama dari batuan ultramafik mungkin berasal dari bagian kompleks
ofiolit obduksi atau berupa intrusi mafik. Alterasi olivin terjadi karena proses
hidrasi dari silika, serpentinit, dan limonit . Pada tanah laterit, keasaman air tanah
semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman dan bikabornat
bertindak sebagai anion utama dalam proses pelarutan ini. Olivin bereaksi pada
kondisi ini, diikuti dengan ortopiroksen, serpentin, klorit, dan talk. Berikut ini
merupakan contoh reaksi pada olivin.
4(Fe2,Mg3)SiO4 + 8H+ + 4O2 → (Fe2,Mg3)Si4O10(OH)2 + 6FeO(OH) + 5Mg2+
olivin smektit goetit
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 3
Konsentrasi nikel dipengaruhi oleh pertukaran kation, kemungkinan oleh Mg2+.
Hasilnya adalah suatu jenis mineral pilosilikat yang kaya nikel seperti kerolit (Ni-
talk), nepouit (Ni-serpentin), dan pimelit (Ni-smektit). Salah satu contoh dari
reaksi pertukaran kation adalah sebagai berikut :
Mg2Si2O5(OH)4 + 3Ni2+(aq) → Ni3Si2O5(OH)4 + 3Mg2+
(aq)
serpentin nepouit
Konsentrasi dari nikel juga sering berasosiasi dengan goetit, sekalipun
mekanismenya belum diketahui. Kemungkinan absorbs dari nikel pada koloid
goetit terjadi pada alam karena pH yang agak basa. Zona limonit yang ada pada
bagian atas dari profil laterit pada umumnya tidak mengandung nikel.
Laterit yang sangat tebal dan sangat kaya dengan garnierit terjadi pada
batuan dasar yang mengalami sirkulasi air tanah maksimum dan peran dari
interaksi air antar batuan. Konsentrasi nikel juga dikontrol oleh keadaan topografi
dan cenderung terjadi dibawah perbukitan atau pinggiran plato atau teras. Hal ini
dikarenakan deposit sensitif untuk mengalami erosi permukaan dan fluktuasi
muka air dikonrol oleh distribusi zona eluviasi dan iluviasi.
Adapun proses awal yang dialami oleh batuan induk ini adalah “Proses
Serpentenisasi” di mana akibat dari pengaruh larutan Hydrothermal yang terjadi
pada masa akhir pembekuan magma telah mengubah batuan beku Ultrabasa
tersebut (Peridotit) menjadi batuan-batuan yang Serpentinit atau “Peridotit
Serpentinized” – batuan peridotit terserpentinkan sebagian.
Hal ini memperlihatkan beberapa reaksi kimia pada proses serpentinasi sebagai
berikut: :
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 4
1. Larutan yang mengandung CO2 mengubah mineral Olivin menjadi Serpentin
dan Magnesit:
Mg2Si4 + CO2 + 2H2O H4Mg3Si2O9 + MgCO3
2. Proses Hidrasi yang megubah Olivin dan Piroksen menjadi mineral
Serpentin:
Mg2SiO4 + MgSiO3 + 2H2O H4Mg3Si2O9
Unsur Ni tidak terdapat pada proses ini karena hanya sebagai “impurities”
yang tidak mengalami reaksi. Unsur Ni tersebut hanya mengalami pemisahan
dan pengumpulan akibat proses Hydrothermal. Proses ini berlangsung dalam
waktu relatif lama.
Sedangkan proses selanjutnya adalah proses Laterisasi. Ini condong kepada
pelapukan yang bercirikan adanya akumulasi dari Oksida Besi dan Alumina,
sedangkan Silica dan komponen lain mengalami “Leaching”. Proses kimia dan
fisika dari udara, air dan pergantian panas dingin yang bekerja continyu,
menyebabkan dekomposisi dan desintegrasi pada batuan menjadi tanah Laterite.
Stabilitas mineral pembentuk batuan terhadap pelapukan merupakan kebalikan
dari seri reaksi BOWEN, mineral Olivin dan Piroksen sebagai mineral utama
pembentuk batuan Peridotit sangat tidak stabil terhadap proses pelapukan.
Pada pelapukan kimia khususnya, air merupakan pelarut supergen yang baik,
disebabkan karena struktur molekul “Dipol”. Air tanah kaya akan CO2 berasal dari
udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan yang menguraikan mineral-mineral
yang tidak stabil (Piroksen, Olivin) pada batuan Ultrabasa, menghasilkan Fe, Mg,
Nikel yang larut, Silica cenderung membentuk suspensi kolloid dan lain-lain. Di
dalam larutan Fe teroksidasi dan mengendap sebagai Ferri-Hydroksida, akhirnya
membentuk mineral-mineral seperti Geotuit, Limonit dan Hematit di dekat
permukaan. Nikel tidak semuanya larut tetapi ada juga yang tertinggal sebagai
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 5
Residu.
Larutan yang mengandung Mg, Ni dan Si meresap ke bawah selama
larutannya bersifat asam, sehingga pada suatu kondisi di mana suasananya cukup
netral akibat adanya reaksi air tanah dengan batuan, maka ada kecenderungan
untuk membentuk endapan Hydrasilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai
Silikat atau Hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan
mengendap pada celah-celah atau pada rekahan-rekahan sebagaimana dikenal
dengan urat-urat Garnerit dan Crysopras.
Sedangkan larutan residunya akan membentuk senyawa menjadi Saprolit
yang berwarna coklat kuning kemerahan. Berdasarkan kekerasan relatifnya, maka
saprolite tersebut pada umumnya dibedakan atas “Soft Brown Ore” untuk yang
lunak dan “Hard Brown Ore” untuk yang keras. Term ini biasanya bervariasi
tergantung perusahaan yang menggunakannya. Unsur-unsur lainnya seperti Ca
dan Mg yang terlarut sebagai karbonat-karbonat akan terbawa ke bawah sampai
batas pelapukan dan diendapkan sebagai Dolomit, Magnesit dan Kalsit yang
biasanya mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan asal. Di lapangan,
unsur ini dikenal dengan batas petunjuk antara zone pelapukan dan zone batuan
segar yang sering disebut dengan akar pelapukan (weathering root).
Kelompok Olivine
Mineral yang termasuk kelompok olivine :
1. Forsterite (FO) → Mg2SiO4
2. Olivine (FO.Fa) → (Mg,Fe)2SiO4
3. Fayalite (Fa) → Fe2SiO4
4. Monticielite → CaMgSiO4
Kelompok Piroksen
Dibagi menjadi dua orthopiroksen (enstatit (MgSiO3) dan hyperten
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 6
(Mg,Fe)SiO3) ) dan Klinopiroksen (augit, iopsit, pigeonit, aegirin, hedengergit,
jadeit, spodemen, aegirin-augit, wolastanit)
Emas pada laterit
Telah diketahui dengan baik bahwa emas dapat terbentuk pada bagian pedolitik
atas pada zona pelapukan laterit. Bentuk emas yang dihasikan bermacam-macam
dari yang berukuran besar, partikel membundar seperti nugget, dan dendritus
emas pada celah dan retakan, sampai kristal-kristal kecil pada pori-pori tanah.
Sebenarnya sumber emas secara primer adalah pada lingkungan yang juga kaya
akan perak. Emas dapat berada pada profil laterit karena proses kimiawi.
Berbedadengan proses mobilisasi dan penghilangan perak, dimana Ag berperan
sebagai air meteorik pada zona pelapukan. Proses perpindahan Au dan Ag hanya
terjadi pada kondisi spesifik tertentu. Mungkin perpindahan tersebut berhubungan
dengan asamnya air tanah dekat permukaan pada lingkungan laterit. Kedua reaksi
berikut merupakan contoh dari proses pengasaman yang berlangsung pada profil
laterit.
2FeS2 + 2H2O +7O2 → 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+
2Fe2+ + 3H2O + O2 → 2 FeOOH + 4H+
Percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa pada keadaan pH rendah, Eh
tinggi, dan keberadan ion Cl-, emas yang berada di dekat permukaan dapat
menjadi AuCl4-. Hal ini dikontrol oleh oksidasi dari Fe2+ yang berhubungan
dengan ketersedian oksigen. Sebagai perbandingan, perak akan bereaksi dengan
lebih cepat, pada daerah reduksi, sebagai AgCl, AgCl2-, dan AgCl32-. Reaksi
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 7
berikut mengasilkan Au murni pada kondisi reduksi yang terjadi pada bagian yang
kaya akan ion Fe2+ dan Mg2+ .
AuCl4- + 3Fe+ + 6H2O → Au + 3FeOOH + 4Cl - +9H+
Perlu diketahui bahwa mikroorganisme juga berhubungan dengan konsentrasi
emas pada tanah laterit. Emas sekunden yang berbentuk nugget dapat ditemukan
pada lingkungan yang berbeda dari tempat deposit emas terjadi. Hal ini
disebabkan oleh bakteri pada tanah yang memiliki kemampuan untuk
mengakumulasi emas melaluiproses difusi melewati dinding selnya dan masuk
ke dalam cytoplasmanya. Diagenesis subsekuen dari sedimen yang mengandung
mikroorganisme yang kaya akan emas akan menyebabkan terjadinya rekristalisasi
dari emas menjadi bentuk seperti nugget.
Proses Kimia Pembentukan Nikel
Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex;olivin).
Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung.
Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20%
fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar,
saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya
gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal
weathering sepanjang joints dan fractures ( boulder saprolite). Selama
pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama groundwater. Ini
menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 8
hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas
saprolite yang sekarang kita kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel
berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite. Rata-rata nikel
berjumlah 1.2 %.
LATERIT DAN UNSUR-UNSUR KIMIA DALAM PROSES PEMBENTUKANNYA 9