Upload
hoangthu
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Sejak tahun 2002, Serikat Kayawan PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk mengikat perjanjian kerja bersama (PKB) dengan PT Telekomunikasi
Indonesia yang ditetapkan dalam kontrak Nomor PKB. 100/ORG/DPP-
SEKAR/2002 dan Nomor Tel. 94/PS000/UTA/-00/2002 yang ditanda
tangani pada tanggal 3 Juni 2002 untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
Perjanjian ini diamandemen beberapa kali, terakhir ditetapkan dalam
kontrak Nomor tanggal 24 Agustus 2013 yang berlaku sampai dengan 24
Agustus 2015.
Pelaksanaan perjanjian kerja bersama tersebut dan empat kali
amandemennya sejak 2002 sampai dengan 2013 mengalami pasang surut
yang dinamis yang meliputi proses perundingan, luasnya perjanjian, jumlah
hak dan kewajiban, serta jumlah pasal-pasal di dalamnya. Dinamika
peristiwa hukum tersebut menarik untuk didalami karena hal tersebut
merupakan indikasi dari realitas hukum yang terjadi dalam hubungan
industrial antara sebuah Perusahaan Perseroan yang dimiliki negara
dengan karyawannya.
Proses perundingan dalam rangka mengamandemen perjanjian
kadang disertai dengan aksi demontrasi karyawan juga mengindikasikan
bahwa upaya menemukan kesepakatan tidak berjalan mudah. Di samping
itu, dalam setiap perpanjangan perjanjian selalu terjadi perpanjangan waktu
tanpa perubahan substansi isi, sehingga beberpa PKB diberlakukan total
waktu 3 tahun, bukan dua tahun sebagaimana disepakati sebelumnya.
Perpanjangan masa laku tersebut disepakati untuk menghindari
1
kekosongan hukum. Penyebabnya adalah karena kesepakatan substansi
isi perjanjian berikutnya belum dapat disepakati.
Menarik untuk diteliti, guna menemukan jawaban apakah asas-asas
hukum perjanjian yang berlaku universal itu telah diterapkan dalam
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Karyawan Telkom yang diwakili
oleh Serikat Karyawan Telkom dengan PT Telekomunikasi Indonesia.
Mencari jawaban atas pertanyaan ini penting, karena di Indonesia terdapat
ratusan BUMN dan ribuan Perusahaan swasta yang mempekerjakan
berjuta-juta tenaga kerja baik dalam status karyawan tetap maupun
karyawan tidak tetap (outsoursing). Apabila perusahaan-perusahaan
tersebut dapat membuat sebuah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan
isi dan proses perundingan yang baik maka dampak sosial dan
ekonominya akan sangat penting dikarenanakan para pekerja
mendapatkan kepastian hukum dalam pemenuhan hak dan kewajibannya.
Penulis mengambil obyek PKB di PT Telkom karena perusahaan
Perseroan milik Negara ini adalah salah satu BUMN yang memiliki kinerja
relatif baik, sudah berstatus Terbuka (Tbk) dan mendominasi pasar jasa
telekomunikasi dalam negeri bahkan telah berkembang sampai ke
beberapa negara (international ekspansion). Karyawan Telkom Grup pada
Desember 2013 tercatat sekitar 25 ribu orang. Jumlah Anak Perusahaan
Telkom dengan kepemilikan saham mayoritas sebanyak 12 Perusahaan
yang umumnya bergerak di bidang industri TIMES (Telecommunication –
Information – Media – Edutainment – Services). PT Telkom mempunyai visi
“to become a dominant player in the region dan salah satu misinya adalah
menjadi role model pengelolaan BUMN di Indonesia. Jumlah pelanggan
Telkom Grup tidak kurang dari 137 juta yang terdiri dari pelanggan telepon
rumah, pelanggan GSM (Telkomsel), Internet Speedy, Televisi Berbayar,
Pelanggan jaringan (whole sale), transponder satelit, ViSAT. (sumber
2
Laporan Tahunan 2013). Skala bisnis yang besar tersebut cukup
menantang untuk didalami, karena di balik bisnis yang besar tersebut pasti
terdapat sebuah sistem tata kelola Perusahaan yang didalamnya ada
aspek hubungan industrial karyawan dengan perusahaan.
Sebuah operasi bisnis kelas besar seperti PT Telkom membutuhkan
sistim hubungan industrial yang harmonis. Keharmonisan hubungan
industrial ditentukan oleh dua pihak yaitu Manajemen Perusahaan dan
karyawan. Bagi Karyawan konsep hubungan yang harmonis dicapai
dengan sendirinya apabila hak-hak yang harus mereka terima dapat
diterima sesuai dengan yang seharusnya mereka terima. Di sisi lain,
Perusahaan memaknai konsep keharmonisan hubungan apabbila
karyawan dapat memenuhi target-target perusahaan yang ditetapkan
dalam Kontrak Manajemen (KM). Hubungan timbal balik yang menyangkut
konsekwensi financial yang besar dan melibakan jumlah manusia yang
banyak sudah barang tentu melahirkan dinamika yang tinggi.
Latar belakang dinamika yang tinggi tersebut antara lain adalah misi
profitabilitas yang diemban sebuah BUMN sebagaimana yang diamanatkan
Undang Undang Perseroan. Atas dasar misi tersebut manajemen korporasi
PT Telkom menerapkan apa yang dinamakan Performance Management
System (PMS). Sistem ini diciptakan untuk memotivasi karyawan dalam
meningkatkan kinerjanya (performance) yang dikaitkan dengan sistim
promosi dan pengembangan karir karyawan.
Di PT Telkom kinerja diukur dalam satuan-satuan penjuanlan, index
operasi dan pemeliharaan, pendapatan usaha, beban usaha dan laba.
Kewajiban pencapaian kinerja tersebut didistribusikan ke semua Direktoran
dan Unit Bisnis yang selanjutkan didistribusikan lagi ke satuan organisasi di
bawahnya yaitu Divisi Regional, Wilayah, Daerah, Cabang sampai akhirnya
ke karyawan secara individual. Pencapaian kinerja secara unit dinilai setiap
3
triwulan, apabila performance unit mencapai ambang batas tertentu
(threshold) maka unit tersebut mendapatkan uang incentif yang dibagikan
kepada karyawan. Adapun kinerja individu dinilai secara tahunan
berdasarkan kinerja yang dicapainya dikaitkan dengan kinerja unit dimana
karyawan tersebut ditempatkan. Nilai Kinerja Individu (NKI) karyawan akan
menentukan berapa besar kenaikan Gaji Dasar yang akan diterima
karyawan pada tahun anggaran berikutnya.
Kinerja tahunan PT Telkom secara keseluruhan dinilai setahun sekali
dan ditetapkan dalam sebuah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Apabila pemegang saham menilai Telkom telkom mencapai prestasi
tertentu atau bahkan melampauinya, maka kepada seluruh karyawan
Telkom diberikan uang Jasa Produksi.
Penetapan parameter, syarat dan ketentuan yang akan diterapkan
dalam PSM ini bagian yang paling penting dalam proses kesepakatan
Perjanjian Kerja Bersama. Karyawan melalui Serikat Karyawan (Sekar)
bersama-sama tim yang mewakili Direksi Telkom duduk bersama
membahas parameter dan syarat-syarat tersebut dalam suatu negosiasi
atau forum perundingan. Upaya masing-masing pihak dalam menggoalkan
kepentingannya berlangsung sangat dinamis. Sebagaimana kelaziman
sebuah negosiasi, pihak Serikat Karyawan ingin mendapatkan imbal jasa
atau kompensasi setinggi-tingginya dengan persyaratan seringan-
ringannya, sementara pihak manajemen Telkom menginginkan kinerja
sebagaik-baiknya dengan kompensasi serendah-rendahnya.
Untuk memenuhi target, masing-masing pihak menerapkan strategi
yang berbeda. Serikat karyawan dengan hak-hak mereka untuk melakukan
demontrasi atau mogok yang dijamin oleh Undang-Undang Nomor .......
berupaya menggunakan strategi “menekan” manajemen. Sementara pihak
manajemen berupaya menerapkan strategi “buying time”, mengulur-ulur
4
waktu dan lain sebagainya sehingga dalam beberapa kali perundingan
mereka berhasil memperpanjang masa laku PKB. Perpanjangan masa laku
diperbolehkan oleh Undang Undang Nomor ........
Strategi lain yang diterapkan pihak manajemen Telkom adalah
menciptakan sebuah kesepakatan bersyarat, sehingga pasal yang telah
disepakati dalam PKB tidak serta merta dapat dilaksanakan sebelum
dipenuhi syarat-syarat tertentu. Pemenuhan syarat tersebut menuntut
adanya kesepakatan baru yang dirundingkan melalui Lembaga Kerja Sama
Bipartit (LKS) antara Serikat Karyawan dengan Manajemen Telkom. LKS
tidak dilaksanakan secara terjadwal sehingga banyak pasal yang daluarsa.
Apabila kesepakatan dalam PKB merupakan standar keadilan
minimum yang diperoleh karyawan Telkom, maka kegagalan
mengimplementasikan pasal tersebut merupakan reduksi atau
pengurangan atas keadilan yang seharusnya mereka dapatkan. Hal inilah
yang akan diungkap dan menjadi motivasi dalam penelitian ini.
2. Rumusan Masalah
Hukum lahir dalam rangka menjaga keseimbangan hak dan
kewajiban masyarakat. Dominasi kelompok-kelompok dominan yang lebih
kuat terhadap kelompok minoritas yang lebih lemah masih sering terjadi,
tidak terkecuali dalam hubungan hukum antara karyawan dan majikan,
atau dalam istilah modern disebut hubungan industrial. Kecenderungan
pihak majikan untuk menerapkan prinsip-prinsip ekonomi kapitalis dimana
manusia dipandang sebagai faktor produksi melahirkan realitas mengenai
eksploitasi tenaga manausia. Dalam prakteknya, eksploitasi tenaga
manusia tersebut terlaksana dalam bentuk pemberian upah yang minimum
yang dikenal dalam konsep Upah Minimum Regional (UMR). Hampir setiap
tahun terjadi gelombang demontrasi kaum buruh untuk memerjuangkan
kenaikan UMR, demikian pula sebaliknya, perlawanan dari kaum majikan
5
untuk melawan upaya pemerintah menaikkan UMR tersebut ada yang
sampai masuk ke meja pengadilan.
Sejalan dengan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan
semakin kuatnya perlindungan hukum yang diberikan pemerintah kepada
kaum buruh melalui seperangkat perundang-undangan, maka peluang
kaum buruh untuk mendapatkan keadilan ekonomi semakin terbuka.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
......... adalah bentuk dari perlindungan hukum tersebut. Namun dalam
praktiknya, pembuatan PKB tidak mudah dilakukan karena masih banyak
pengusaha atau majikan yang enggan membuat PKB. Di samping itu,
untuk PKB yang sudah ada belum tentu pula telah memenuhi rasa keadilan
baik dalam aspek normatif pasal-pasal maupun dalam aspek praktisnya.
Berdasarkan hal tersebut, Penelitian dalam disertasi ini akan fokus
pada dua hal yaitu :
a. Bagaimana penerapan asas-asas hukum perjanjian dalam Perjanjian
Kerja Bersama antara Serikat Karyawan PT Telkom dengan
Manajemen PT Telkom.
b. Bagaimana implementasi pasal-pasal dari Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) antara Serikat Karyawan PT Telkom dengan Manajemen PT
Telkom.
Kedua pertanyaan di atas penting untuk diungkap lebih dalam untuk
mengetahui apa penyebab dari kegagalan dalam melaksanakan suatu
perjanjian yang secara formil maupun materiil sudah disepakati dan
memiliki kepastian hukum. Apakah kegagalan tersebut bersumber dari
ketidak jelasan pasal-pasal dalam Perjanjian, ketidak mampuan salah satu
pihak, tidak adanya itikad baik atau penyebab lainnya.
6
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui apakah asas-asas hukum
perjanjian sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata digunakan dalam pembuatan PKB antara Serikat
Karyawan PT Telkom dengan Manajemen PT Telkom.
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis dari Penelitian ini adalah untuk menjadi referensi
kaum pekerja/Serikat Pekerja dalam menyusun Perjanjian Kerja
Bersama dengan pihak Pengusaha/Majikan.
b. Manfaat Akademis dari Peneltian ini adalah untuk menambah dan
memperkaya bahan kajian hukum untuk penelitian-penelitian
berikutnya dan untuk pengembangan teori-teori hukum.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA / KERANGKA DASAR TEORITIK (10-20 HAL)
1. Penelitian Terdahulu
2. Landasan Teori
a. Tenaga Kerja belum memperoleh keadilan
Demontrasi kaum buruh yang rutin terjadi di eluruh dunia
adalah pada hari Mayday 1 Mei. Segenap keprihatinan disampaikan
ke publik, ke Pemerintah, ke Pengusaha, kepada Wakil Rakyat dan
kepada Media Massa. Untuk Indonesia, agenda rutin demontrasi para
buruh biasanya dilakukan menjelang ditetapkannya Peraturan
Daerah (Perda) mengenai Upah Minimum Regional (UMR). Tuntutan
kaum buruh itu adalah hak yang dijamin oleh konstitusi Republik
Indonesia. Indonesia juga telah meratifikasi Piagam PBB tentang Hak
asasi manusia (HAM) sehingga kebebasan untuk menyampaikan
pendapat di muka umum, kebebasan berserikat, hak berdemontrasi
dan hak untuk mogok diberikan kepada tenaga kerja. Partisipasi
masyarakat dalam penetapan regulasi negara merupakan ciri negara
demokrasi. Ketentuan tersebut telah diatur dengan baik oleh Negara
melalui seperangkat undang-undang yang menjamin terlaksananya
penyampaian aspirasi rakyat. Kelompok-kelompok dominan dalam
masyarakat adalah kekuatan yang senantiasa ingin mempertahankan
dominasinya (hegemoni). Mereka melakukan upaya-upaya
pencegahan apabila ada indikasi munculnya kekuatan lain yang
dapat merugikan mereka. Buruh dan Pengusaha adalah dua
kelompok yang sebenarnya mempunyai kepentingan yang sama.
8
Hubungan mutual kedua kelompok itu bertemu dalam mekanisme
imbal jasa. Satu pihak membutuhkan jasa yang lain, pihak yang lain
punya kompetensi untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya,
sehingga terjadi hubungan industrial. Namun hubungan tersebut
bukan hubungan yang setara atau dikenal dengan istilah hubungan
subordinatif. Dalam konstruksi hubungan ini subordinatif ini, salah
satu pihak menjadi superior (dominan) sedangkan pihak lainnya
berada di sisi yang lemah (inferior).
Keadilan distributif yang menurut Aristoteles adalah keadilan
yang memberikan kepada setiap orang seimbang dengan jasa
(kualitas)nya. Namun upaya pemerintah untuk memberikan jalan agar
tercapai keadilan distributif itu tidak dapat dilaksanakan dengan
mudah karena kuatnya pengaruh kelompok dominan yang akan
merasa dirugikan apabila keadilan distributif itu dijalankan.
Ukuran keadilan tidak pernah sama, stiap orang mempunyai
takaran masing-masing. Pemerintah sebagai pemegang kekuasan
eksekutif memberikan patokan keadilan upah bagi buruh dalam
mekanisme UMR. Itulah standar keadilan distributif yang harus
dipatuhi oleh para subyek hukum agar tercapai kehidupan
masyarakat yang sejahtera dan adil.
Selama Pemerintah tidak dapat menetapkan garis tengah yang
dapat diterima kedua kelompok itu dan hubungan industrial antara
pekerja dan pengusaha masih bersifat subordinatf maka keadilan
bagi kaum buruh/pekerja sulit didapatkan, Sehingga demontrasi pada
Hari Buruh Internasional pada tiap 1 Mei dan demontrasi buruh pada
setiap kali DPRD akan menetapkan UMR akan tetap menjadi agenda
tetap yang mengindikasikan bahwa keadilan belum berpihak kepada
tenaga kerja.
9
b. Perlindungan Hukum Kaum Pekerja dalam Konstitusi sebatas
normatif.
Menurut Jeremy Bentham hukum bertujuan mewujudkan
kebahagiaan sebanyak-banyaknya kepada jumlah orang sebanyak-
banyaknya (the gratest happiness for the greatest number)
sedangkan menurut Prof. DR. LJ Van Apeldoorn tujuan hukum itu
mengatur tata tertib masyarakat secara damai dan adil (pengantar
ilmu hukum Samijo dan Sahal, 1988, Hal 37-38 . Tujuan hukum yang
dijelaskan oleh kedua ahli ini merupakan upaya untuk mempengaruhi
kelompok-kelompok atau individu-individu dalam masyarakat bahwa
kedamaian dapat dicapai hanya apabila keadilan dapat ditegakkan
dan dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 yang melahirkan negara Republik Indonesia dan
konstitusi negara adalah pedoman hidup bangsa dalam mencapai
keadilan. Semua unsur yang menjadi bagian dari NKRI mendapat
perlindungan dalam konstitusi. Dalam pembukaan Undang Undang
Dasar 1945 maupun pasal-pasal dalam batang tubuhnya masyarakat
lemah dalam hal ini kaum pekerja mendapat tempat yang sesuai.
Berdasarkan konstitusi tersebut, negara membentuk sistim
pemerintahan dan mendirikan lembaga-lembaga untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan kepada rakyat agar
amanah konstitusi dapat diwujudkan.
Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) tertulis
“Tiap tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”. Cukup jelas disini bahwa pekerjaan
merupakan hak tiap warga negara. Pemerintah berkewajiban
menciptakan sebuah kondisi agar lapangan pekerjaan itu tersedia.
10
Kemudian “Penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” yang ada
dalam pasal 27 ayat (2) tersebut merupakan parameter konstitusi
untuk memberikan perlindungan minimal kepada warga negara.
Pasal 27 ayat (2) tersebut dipertegas lagi dalam Pasal 28D ayat
(2) yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja”
Pasal 28D ini kemudian diturunkan ke dalam sejumlah Undang-
Undang yang terkait dengan kesejahteraan rakyat antara lain Undang
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dalam UU
ini perlindungan terhadap tenaga kerja cukup kuat melalui ancaman
pidana kepada Pengusaha tidak tidak melaksanakan ketentuan Upah
Minimum Propinsi (UMP). Namun proteksi tersebut hanya sampai
pada batas normatif. Ketika masuk ke ranah hukum praktis,
pertempuran terjadi secara real antara kelompok pekerja melawan
kelompok pengusaha di tengah independensi lembaga peradilan.
Kelompok pengusaha yang menggugat UMP Propinsi ..... tahun
2013 mendapat kemenangan di Pengadilan Perdata ...... kemudian
berbuntut pada demontrasi besar-besaran oleh kaum buruh. Terbukti
apa yang dikemukanan oleh kedua ahli tersebut di atas bahwa
keadilan menjadi prasyarat adanya kedamaian.
c. Hukum Ketenagakerjaan
Hukum Ketenagakerjaan yang diatur dalam Undang Undang
Nomor 13 Tahun 2003 merupakan perangkat hukum yang diturunkan
dari Undang Undang Dasar 1945 sebagai pedoman dalam
pembangunan ketenaga kerjaan untuk mewujudkan cita-cita bangsa
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ada empat tujuan
11
pembangunan ketenagakerjaan yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Nomor 13 Tahun 2003, yaitu :
Pertama, memberdayaan dan mendayagunakan tenaga kerja
secara optimal dan manusiawi. Kedua, mewujudkan pemerataan
kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah. Ketiga, memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.
Keempat meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja beserta
keluarganya.
Tujuan ini mengandung maksud yang jelas bahwa tenaga kerja
harus mendapatkan pendidikan keterampilan kemudian digunakan
secara optimal sesuai dengan batas-batas kewajaran tenaga
manusia dan diberi imbalan yang setimpal. Untuk melindungi tenaga
kerja dari persaingan dan kemudahan akses ke pusat-pusat industri,
pemerintah membuka lebar peluang dalam konsep pemerataan
kesempatan. Tenaga juga dilindungi secara konstitusional di saat
mereka harus berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan, walaupun
Undang-Undang sudah mengamanatkan bahwa kesejahteraan
tenaga kerja beserta keluarganya harus ditingkatkan dari waktu ke
waktu.
d. Kebebasan Berserikat dan Ekonomi Kapitalis
Kebebasan yang dimiliki Warga Negara Indonesia (WNI)
dijamin oleh Undang Udang Dasar 1945 pasal 28E yaitu (1) Setiap
orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali. (2) Setiap orang berhak
atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
12
sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (3) Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Ketiga ayat dalam pasal 28E UUD45 ini merupakan jembatan emas
kaum pekerja dalam mencapai cita-cita kesejahteraan. Melihat
menyataan bahwa kesejahteraan tersebut tidak diberikan dengan
otomatis oleh Negara melainkan harus ditempuh melalui hubungan-
hubungan sosial dan ekonomi dalam suatu sistem perekonomian.
Menurut Pasal 33 UUD 1945 ayat (1) Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat. (4)
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Keempat ayat dalam pasal 33 UUD 45 ini adalah jaminan bagi
warga negara Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam sistem
perkonomian. Namun dalam praktiknya, hampir semua sektor industri
telah dimasuki oleh kekuatan modal asing. Sektor telekomunikasi,
sektor media massa, dan sektor perbankan. Meskipun ada
pembatasan-pembatasan dalam proposi kepemilikan saham, namun
praktik sistim kapitalis yang dibawa oleh kekuatan asing tersebut
cukup kuat. Contoh yang terjadi di PT Telkom pada Anak
Perusahaan Telkomsel. Kepemilihan saham Singapura di Telkomsel
sebanyak 35%, (minoritas), namun dalam kontrak disepakati ternyata
13
Singapura mempunyai hak veto atas kebijakan-kebijakan Direksi
Telkomsel.
Pengaruh kapitalisme sangat terasa dalam kehidupan
perdagangan, industri, perikatan-perikatan bisnis yang ada di tanah
air. Salah satu ciri ekonomi kapitalis adalah difinisi ekonomi yang
dinyatakan Adam Smith. Tenaga kerja manusia adalah faktor
produksi yang dipandang sebagai mesin yang dapat dieksploitasi
untuk menghasilkan produk sebanyak-banyaknya dengan biaya
sekecil-kecilnya. Tenaga kerja manusia tidak dipandang sebagai
subyek yang mempunyai harkat dan martabat yang harus
ditingkatkan.
Kekuatan ideologi kapitalisme itulah yang dihadapi oleh kaum
pekerja di Indonesia. Untuk menghadapi kekuatan tersebut, UUD 45
menyediakan ruang yang cukup pada pasal 28E yaitu sejumlah
kebebasan yang dijamin UU antara lain kebebasan memilih
pekerjaan (ayat 1), kebebasan menyatakan fikiran dan sikap (ayat 2),
kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (ayat
3). Atas dasar konstitusi inilah para pekerja mendirikan serikat
pekerja dengan berpedoman kepada Undang Undang Nomor 21
Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh.
Melalui Serikat Pekerja/Serikat Buruh para tenaga kerja dapat
menghimpun kekuatan posisi tawar di hadapan Pengusaha dalam
proses penyusunan kesepakatan hak dan kewajiban dalam
hubungan industrial.
e. Asas Hukum Perikatan
Hukum Perikatan bersumber dari Buku Ketiga Kitab Undang
Undang Hukum Pidana janjian adalah hukum yang mengatur
mengenai perikatan antara dua pihak dalam lapangan harta benda
14
dan kekayaan. Hukum perikatan mempunyai beberapa asas yang
berfungsi menjadi jembatan (interface) antara peristiwa hukum
dengan ideologi yang abstrak. Asas hukum akan menjadi payung
bagi dispute hukum di bawahnya. Asas-asas hukum perjanjian yang
terdapat dalam KUH Perdata adalah sebagai berikut :
1. Asas Kebebasan Berkontrak (the freedom on making contract),
terdapat dalam BW Pasal 1338 ayat (1). Asas ini memberikan
koridor yang sangat flexible bagi para pihak yang ingin
berkontrak untuk hal apapun sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang, norma susila, dan kepentingan
umum. Walau demikian asas ini sebenarnya diambil dari
paham liberalisme,
2. Asas Konsensual, artinya suatu perjanjian terjadi atau ada
disaat tercapainya kata sepakat para pihak, artinya ketika
kesepakatan terjadi meskipun hanya secara lisan, sebuah
perjanjian sudah mempunyai kekuatan hukum. Kecuali untuk
hal-hal tertentu dituntut adanya akta tertulis.
3. Asas itikad baik, adalah asas yang mengharus setiap orang
yang membuat perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik,
Ada itikad baik subyektif, yaitu kejujuran seseorang dalam
melakukan perbuatan hukum yang terletak pada sikap batin.
Ada pula itikad baik obyektif, yaitu suatu perjanjian yang
didasarkan pada norma kepatutan dan kewajaran yang berlaku
dalam masyarakat.
4. Asas Pacta Sunt Servanda, artinya setiap perjanjian yang
dibuat secara sah oleh para pihak adalah mengikat bagi
mereka yang membuat seperti undang undang. Asas pacta sun
15
servanda ini memberikan kepastian hukum kepada mereka
yang berkontrak.
5. Asas Berlakukan Suatu Perjanjian, artinya bahwa suatu
perjanjian itu hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya,
tak ada pengaruhnya bagi pihak ketiga. Asas ini terdapat dalam
Kitab Undang Undang Hukum Perdata pasal 1315 dan 1340.
6. Asas Obligatory, artinya perjanjian yang dibuat para pihak itu
baru dalam tarap menimbulkan hak dan kewajiban, belum
memindahkan hak milik. Hak milik baru berpindah apabila
diperjanjian tersendiri, yang disebut perjanjian yang berifat
kebendaan.
7. Asas Bersifat Pelengkap, artinya pasal undang undang boleh
disingkirkan, apabila para pihak menghendaki membuat
ketentuan sendiri yang menyimpang dari undang undang.
Tetapi apabila dalam perjanjian yang dibuat tidak ditentukan
maka yang berlaku adalah ketentuan dalam undang undang.
16
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN (rangkuman dari tinjauan pustaka)
1. Kerangka Pikir
Tenaga kerja sebagai manusia yang mempunyai hak asasi manusia
(HAM) berupaya memenuhi kebutuhan hidupnya melalui usaha menjual
jasa kompetensi yang dimiliki kepada pihak lain yaitu Perusahaan atau
Pengusaha atau badan hukum private yang membutuhkan jasa tenaga
kerja, sehingga antara kedua belah pihak terjalin suatu hubungan timbal
balik yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yang
diatur dalam sebuah perjanjian kerja (kontrak) yang dibuat berdasarkan
ketentuan asas-asas hukum yang berlaku dalam lapangan hukum
perikatan.
Di samping asas-asas hukum perikatan yang menjadi dasar suatu
perjanjian terdapat perundang-undangan yang terkait secara langsung
dengan perjanjian yang dibuat oleh tenaga kerja melalui Serikat Pekerja
dan Badan Usaha Milik Negara yaitu hukum Perusahaan dan Hukum
Ketenagkerjaan beserta aturan-aturan pelaksanaan yang ada dibawahnya.
Bagian terpenting dari suatu hubungan hukum adalah peristiwa
hukum, yaitu hasil dari pelaksanaan hak dan kewajiban yang telah
diperjanjikan sebelumnya. Pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut tidak
selamanya sama dengan maksud pembuat perjanjian karena ketidak
sempurnaan redaksi pasal-pasal, kekhilafan-kekhilafan dalam menyusun
materi perjanjian maupun disebabkan oleh perbedaan penapsiran pasal.
17
Keadaan ini menimbulkan ketidak adilan yang dirasakan baik oleh
Pengusaha maupun oleh pihak tenaga kerja. Namun walaupun demikian,
sebuah Perjanjian pada dasarnya dapat berjalan dengan adil bagi kedua
belah pihak apabila asas-asas yang berlaku pada hukum perikatan
diterapkan.
Kerangka pikir tersebut di atas apabila digambarkan dalam
sebuah diagram adalah sebagai berikut :
2. Hipodisertasi
Bertitik tolak dari kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat yang
dapat dijadikan sebagai indikator suatu ketidak adilan dalam lapangan
ketenagakerjaan seerta uraian pada teori-teori di atas, Penulis membuat
hipodisertasi sebagai berikut :
a. Asas kebebasan berkontrak tidak dijalankan sepenuhnya karena
pihak perusahaan terikat pada kewajiban lain yaitu tekanan dari
pemerintah selaku pemilik saham mayoritas. Pihak perusahaan bukan
pemilik tetapi hanya mewakili kepentingan pemilik. Mereka diberi
kewenangan untuk membuat kontrak secara formal namun subtansi
atau isi kontrak ditentukan oleh pihak lain (Dewan Komisaris)
sehingga Perusahaan tidak bisa bebas dalam menentukan kontrak.
b. Asas konsensual sudah dilaksanakan.
c. Asas Itikad baik, belum dilaksanakan karena pihak perusahaan
memegang ketat isi perjanjian secara formil. Pasal-pasal yang sumir
dimanfaatkan untuk tidak melaksanakan perjanjian agar tidak
menimbulkan konsekwensi kewajiban.
d. Asas Pacta Sun Servanda belum dilaksanakan sepenuhnya karena
masih banyak pasal-pasal yang tidak dilaksanakan. Pihak perusahaan
merasa tidak terikat sepenuhnya pada perjanjian yang dibuat.
18
e. Asas Berlakuan sebuah Perjanjian tidak sepenuhnya dilaksanakan
karena perjanjian kerja bersama yang ada kemungkinan diberlakukan
bagi seluruh karyawan meskipun karyawan tersebut bukan anggota
Serikat Karyawan.
f. Asas Obligatory belum sepenuhnya dilaksanakan, karena banyak
pasal dalam Perjanjian yang tidak dibuat perjanjian turunannya.
g. Asas Bersifat Pelengkap (Optional) tidak sepenuhnya diberlakukan
karena pihak birokrasi Perusahaan tidak mau menggunakan Undang
Undang yang lebih tinggi untuk menjalankan hal-hal yang harusnya
dilaksanakan namun tidak tercantum dalam perjanjian.
3. Definisi Operasional Variable
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian hukum dalam disertasi ini adalah Penelitian Hukum empiris
dengan pendekatan pendekatan yuridis-sosiologis. Bahan hukum yang
digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
bahan hukum tersier yang diperoleh dengan cara :
a. Memperlajari perundang-undangan yang relevan diperoleh dengan
cara mempelajari secara langsung dokumen/naskah yang tersedia di
perpustakaan (data sekunder)
b. Mempelajari dokumen-dokumen yang relevan yang ada pada institusi
obyek penelitian yaitu Depnaker, PT TELKOM, Serikat Karyawan
Telkom. Yaitu dokumen berupa naskah Surat Keputusan Direksi,
Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja Bersama yang dibuat dalam
kurun waktu 2002 sampai dengan 2013. (data sekunder)
c. Menebar angket kepada nara sumber yaitu karyawan Telkom,
pejabat Telkom, Pengurus Serikat Karyawan, Anggota Serikat
Karyawan, Pejabat Depnaker RI.(data primer)
20
d. Mewawancarai nara sumber yang berkompeten yaitu Direksi PT
Telkom, Ketua Umum Serikat Karyawan, Komisaris PT Telkom.
Teknik wawancara yang digunakan adalah Wawancara Terstruktur.
Bahan-bahan hukum tersebut dianalisis dan diinterpretasikan dengan
cara membandingkan dengan norma-norma, teori, konsep, filsafat hukum
yang ada di atasnya.
Lokasi penelitian adalah Kantor Pusat (Corporate Office) PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang beralamat di Jl. Japati No 1 Bandung
dengan alasan sebagai berikut :
a. PT Telkom adalah salah satu BUMN yang kuat dan luas karena
memiliki jaringan usaha di seluruh Indonesia dan sampai ke manca
negara. Memiliki karyawan yang jumlahnya sekitar 25 ribu orang,
berstatus Persero dan telah go public serta mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek New York, London, Tokyo dan Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya.
b. PT Telkom memiliki sebuah Serikat Karyawan (Sekar) yang berdiri
sudah lebih dari 14 tahun dan memiliki Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) dengan Telkom sejak tahun 2002 hingga kini (2014) yang telah
mengalami 4 kali amandemen.
Setelah data primer maupun data sekunder terkumpul, kemudian
data diorganisasikan, diinterpretasikan, dan dianalisis. Cara
menginterpretasikan data tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Display data, yaitu proses penampilan data, pengklasifikasian,
pengelompokan data yang relevan.
21
b. Reduksi data, pengurangan, penghapusan atau eliminasi data yang
tidak dibutuhkan atau tidak relevan dengan tema utama penelitian.
c. Kategorisasi, yaitu proses intersubyektivitas data yang telah
dikelompokkan untuk melihat hubungan-hubungan satu sama lain,
pengaruh, dan hubungan sebab-akibat terkait dengan tema
penelitian.
d. Menyimpulkan.
2. Paradigma Penelitian
Dalam disertasi ini, paradigman yang digunakan adalah Paradigma
Empiris. Dengan menggunakan kajian kuantitatif. Paradigma empiris
adalah ....... Kajian kuantitatif digunakan karena masalah yang diteliti
menyangkut dokumen-dokumen hukum.
3. Pendekatan yang Digunakan dalam Penelitian
Conceptual approach (pendekatan konseptual).
4. Konsep-konsep yang Digunakan
Dalam kerangka konsep diungkapkan beberapa konsepsi atau
pengertian yang akan digunakan sebagai dasar penelitian hukum, subyek
hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, gabungan hukum dan objek
hukum. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Konsep Keadilan
2. Konsep kesetaraan
22
3. Konsep kesejahteraan masyarakat.
4. Konsep perekonomian negara.
5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan/Pengumpulan Bahan Hukum.
1. Penjelasan mengenai lokasi penelitian, populasi, teknik pengambilan
sampel, jenis-jenis data dalam penelitian, penjelasan pengumpulan-
pengumpulan data, dan alat yang digunakan untuk mengambil atau
mengumpulkan data dalam penelitian (penelitian hukum empiris).
2. Perlu diungkapkan kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan selama
penelitian dan bagaimana cara pemecahannya.
3. Model analisis data atau bahan hukum, disesuaikan dengan jenis atau tipe
penelitian.
23