23
I. JUDUL PRAKTIKUM Injeksi Papaverin HCl Dalam Vial 5 ml II. PENDAHULUAN Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi/serbuk yang harus dilarutkan/disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit/selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam sejumlah pelarut/dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal / wadah dosis ganda. Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih. Sediaan steril yg akan dibuat adalah injeksi Papaverin HCl yang dapat diberikan dengan rute intramuskular ataupun intravena, dimana zat aktif yang digunakan adalah Papaverin HCl. Kegunaan dari Papaverin HCl adalah untuk mengobati cerebral dan peripheral iskemia yang berhubungan dengan kejang arteri dan iskemia myocardial karena aritmia. Adapun syarat – syarat larutan injeksi adalah : a. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam

Proposal steril

Embed Size (px)

DESCRIPTION

steril teknologi

Citation preview

Page 1: Proposal steril

I. JUDUL PRAKTIKUM

Injeksi Papaverin HCl Dalam Vial 5 ml

II. PENDAHULUAN

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi/serbuk yang harus

dilarutkan/disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara

merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit/selaput lendir. Injeksi diracik dengan

melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam sejumlah

pelarut/dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal / wadah dosis ganda.

Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah

satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas

atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda

dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume

sebanyak 5 mL atau pun lebih.

Sediaan steril yg akan dibuat adalah injeksi Papaverin HCl yang dapat diberikan dengan

rute intramuskular ataupun intravena, dimana zat aktif yang digunakan adalah Papaverin HCl.

Kegunaan dari Papaverin HCl adalah untuk mengobati cerebral dan peripheral iskemia yang

berhubungan dengan kejang arteri dan iskemia myocardial karena aritmia. Adapun syarat –

syarat larutan injeksi adalah :

a. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam

sediaan, tidak terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara

kimia.

b. Pengunaan wadah yang cocok yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi

juga mencegah terjadinya reaksi antara bahan obat dengan material dinding wadah.

c. Tersatukan tanpa terjadi reaksi, untuk itu beberapa faktor yang paling menentukan adalah :

Bebas kuman

Bebas pirogen

Terdapat dua jenis pembawa dalam sediaan steril, yaitu pembawa berupa air dan

pembawa bukan air. Pada sediaan injeksi papaverin HCl ini, digunakan pembawa berupa air

karena papaverin HCl memiliki sifat larut dalam air, selain itu air merupakan pembawa yang

paling umum digunakan karena larutan tersebut secara fisiologis dapat bercampur dengan

jaringan tubuh sehingga tidak mengiritasi.

Zat antibakteri dalam konsentrasi bakteriostatik harus dimasukan dalam formulasi

produk yang dikemas dalam vial dosis ganda, dan seringkali dimasukan dalam formulasi

Page 2: Proposal steril

yang akan disterilkan dengan proses marginal atau dibuat secara aseptis. Zat anti bakteri yang

digunakan untuk sediaan ini adalah benzalkoniom klorida karena memiliki pH yang

mendekati pH zat aktif.

Wadah yang digunakan untuk produk steril salah satunya adalah vial. Vial adalah

wadah gelas, umumnya digunakan untuk dosis ganda dengan kapasitas 0,5 – 100 ml. Isi dapat

diambil sebagian dan sisanya harus steril, oleh karena itu pada formulanya perlu ditambahkan

pengawet. Syarat dari sediaan vial antara lain, steril karena sebagai sediaan injeksi parenteral,

jernih, tidak harus isotonis karena vial memiliki volume kecil yang tidak diberikan secara

terus menerus seperti infus.

Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan.

Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar dibawah ini : (FI ed.IV, halaman

1044)

Volume tertera pada etiketVolume tambahan yang dianjurkan

Cairan encer Cairan kental

0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml

1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml

2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml

5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml

10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml

20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml

30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml

50,0 ml atau lebih 2% 3%

III.ZAT AKTIF : Papaverin HCl

IV. DATA PREFORMULASI

Nama zat

aktif

Sifat fisika,

kimia,

stabilitas

Cara

sterilitasKhasiat / dosis Cara pengunaan

Papaverin HCl Pemerian:

Hablur putih

atau serbuk

hablur putih;

Larutan

papaverin

HCl:

Autoklaf

Khasiat:

Untuk mengobati

cerebral dan

peripheral

Injeksi secara

intramuskular atau

intravena

Page 3: Proposal steril

tidak berbau;

rasa agak pahit;

tidak memutar

bidang

polarisasi;

larutannya

bereaksi asam

terhadap kertas

lakmus; melebur

pada suhu

kurang 2200

disertai

penguraian. (FI

ed. IV hal. 647)

Kelarutan:

Larut dalam air

dan dalam

kloroform; sukar

larut dalam

etanol; praktis

tidak larut dalam

eter. (FI ed. IV

hal. 647)

pH:

Antara 3,0 dan

4,5. (FI ed. IV

hal. 647)

pH Injeksi

Papaverin

Hidroklorida

tidak kurang

dari 3,0 (FI ed

iskemia yang

berhubungan

dengan kejang

arteri dan iskemia

myocardial

karena aritmia.

(DI 88 hal. 963)

Dosis:

Untuk dewasa

pemberian secara

parenteral

biasanya

digunakan dosis

30 mg. Dosis 30-

120 mg dapat

diulangi setiap 3

jam sesuai

kebutuhan. (DI 88

hal. 564)

Page 4: Proposal steril

IV hal. 648)

OTT:

Bromida, iodin

dan iodida,

alkali dan tanin.

(Martindale 28

hal. 1059)

Stabilitas:

Hindari

pembekuan atau

suhu sangat

dingin pada

sediaan injeksi

karena dapat

terbentuk

endapan atau

kristal. Sediaan

injeksi

papaverin HCl

sebaiknya tidak

ditambahkan ke

injeksi ringer

laktat karena

akan terbentuk

endapan.(DI 88

hal. 963)

V. DATA PREFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Page 5: Proposal steril

Nama

ZatKegunaan Sifat fisika kimia

Konsentrasi/

dosisSterilisasi

Alasan

pemilihan

Aqua pro

injeksi

Pelarut atau

pembawa

dalam injeksi

Pemerian:

cairan jernih,

tidak berwarna;

tidak berbau;

tidak mempunyai

rasa (FI III hal

97)

Stabilitas: uji

yang tertera pada

uji keamanan

hayati (FI ed. III

hal.97)

Dididihkan

selama 30

menit.

Zat aktif larut

dalam air,

secara

fisiologis dapat

bercampur

dengan dengan

jaringan tubuh.

Benzalko

nium

Klorida

Pengawet Pemerian: gel

kental atau

potongan seperti

gelatin, putih atau

puih kekuningan.

Biasanya berbau

aromatik lemah.

Larutan di air

berasa pahit, jika

dikocok sangat

berbusa dan

biasanya sedikit

alkali. (FI IV, hal

130)

Kelarutan:

sangat mudah

0.01 %

(Handbook

of

Pharmaceuti

cal

Excipients

6th hal 56)

Larutan

benzalkoniu

m klorida:

Autoklaf

Sediaan

dengan takaran

ganda

membutuhkan

pengawet. pH

mendekati pH

zat aktif.

Page 6: Proposal steril

larut dalam air

dan etanol (FI IV,

hal 130)

pH: 5-8

(Handbook of

Pharmaceutical

Excipients 6th hal

56)

OTT:

Aluminum,

surfaktan anionik,

sitrat, kapas,

fluorescein,

hidrogen

peroksida,

hypromellose,

iodida, kaolin,

lanolin, nitrat,

surfaktan

nonionik pada

konsentrasi

tinggi,

permanganat,

protein, salisilat,

garam perak,

sulfonamida,

tartrat, zinc

oksida, zinc

sulfat.

(Handbook of

Pharmaceutical

Excipients 6th hal

Page 7: Proposal steril

56)

Stabilitas:

Benzalkonium

klorida bersifat

higroskopik dan

mungkin

terpengaruh oleh

cahaya, udara,

dan logam.

Larutannya stabil

pada rentang pH

dan temperatur

yang luas serta

dapat disterilisasi

dengan autoklaf

tanpa kehilangan

efektivitasnya.

(Handbook of

Pharmaceutical

Excipients 6th hal

56)

VI. FORMULA

Tiap 1 mL mengandung: Papaverin HCl 30 mg

Benzalkonium Klorida 0,01%

Aqua p.i. ad 1 ml

Latar belakang pemilihan formula:

Papaverin HCl dibuat dalam sediaan vial, karena Papaverin HCl tidak mudah teroksidasi,

dan dapat digunakan sebagai dosis ganda. Papaverin HCl dapat diberikan sebanyak tiga

Page 8: Proposal steril

jam sekali untuk pengulangan dosis sesuai kebutuhan pada penyakit iskemia, karena dosis

yang diberikan dapat lebih dari satu kali sehari, maka sediaan vial lebih cocok digunakan

untuk Papaverin HCl dibandingkan dengan sediaan ampul, karena dianggap lebih praktis.

Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet untuk mencegah kontaminasi bakteri

selama penyimpanan obat terutama setelah dibuka, karena vial merupakan wadah dosis

ganda, sehingga memerlukan pengawet. Benzalkonium klorida dipilih sebagai pengawet

karena Benzalkonium Klorida memiliki stabilitas yang baik, dan kompatibel dengan

Papaverin HCl.

Aqua pro injeksi dipilih sebagai pembawa karena Papaverin HCl memiliki kelarutan yang

cukup terhadap Aqua p.i. Papaverin HCl bersifat larut dalam air (1:10-30), dosis yang

digunakan adalah 30mg/ml, sehingga 30 mg Papaverin HCl dapat larut dalam 0,3-0,9 ml

air, yang dapat dimasukkan dalam wadah vial.

VII. PERHITUNGAN

Rumus = {(n.v) + (30%.(n.v))}ml

Keterangan :

n = jumlah vial yang akan dibuat

v = vol. Injeksi tiap vial (ml)

Vol total 5 vial = [5 x (5 ml + 0,3 ml)] + (30% x [5 x (5 ml + 0,3 ml)])

= 26,5 + 7,95

= 34,45 ml ~ 35 ml

Total Papaverin HCl = 30 mg. 5 ml. 5 vial

= 750 mg

= 0,75 g

Total Benzalkonium Klorida = 0,01% x 35 ml

= 0,0035 g

= 3,5 mg

Pengenceran benzalkonium klorida = (3,5 mg/10 mg) x 10 ml = 3,5 ml (70 tetes)

Total Aqua p.i = 35,0 ml – (0,75 g + 3,5 ml)

Page 9: Proposal steril

= 30,75 ml

Tabel Penimbangan

Bahan Penimbangan teoritis (mg) Penimbangan di laboratorium (mg)

Papaverin HCl 750

Benzakonium klorida 10

VIII. ALAT DAN CARA SERILISASI

NOAlat yang

digunakanCara sterilisasi

Paraf asisten

w.mulai Paraf w.akhir Paraf

1. Beaker glass,

Erlenmeyer,

Corong glass,

Vial injeksi,

Pipet tetes.

- Oven 150oC selama

1 jam (FI ed. III hal

18)

2.Gelas ukur,

Kertas saring.

- Autoklaf 121oC

selama 15 menit (FI

ed. III hal 18)

3. Batang

pengaduk,

spatula,

Pinset,

Kaca arloji,

Penjepit besi,

Direndam alkohol

selama 30 menit

4. Karet tutup

vial

Karet tutup

pipet tetes

Direbus dalam air

suling 30 menit

5.Aqua p.i.

Didihkan 30 menit (FI

ed. III hal 14)

6. Sterilisasi

sediaan vial

(sterilisasi

-Autoklaf 121°C, 15

menit

Page 10: Proposal steril

akhir)

IX. CARA KERJA (Sterilisasi akhir)

1. Alat–alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2. Vial 5 ml dikalibrasi.

3. Alat-alat dan wadah yang akan digunakan disterilkan.

4. Aqua pro injeksi dibuat dengan cara mendidihkan aqua selama 30 menit, lalu

didinginkan.

5. Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang.

6. Papaverin HCl dilarutkan dengan sebagian aqua pro injeksi didalam beaker glass.

7. Dibuat pengenceran benzalkonium klorida dengan cara: sejumlah 10 mg

benzalkonium klorida ditimbang, kemudian diencerkan dengan aqua pro injeksi

hingga 10 ml.

8. Sebanyak 3,5 ml benzalkonium klorida yang telah diencerkan dimasukkan ke

dalam larutan papaverin HCl, kemudian diaduk homogen.

9. Aqua pro injeksi ditambahkan hingga sebelum tanda kalibrasi.

10. Dilakukan pemeriksaan pH, hingga pH memenuhi antara 3-4

11. Aqua pro injeksi ditambahkan ad tanda.

12. Larutan kemudian disaring.

13. Larutan obat dimasukan ke dalam vial sampai tanda kalibrasi.

14. Ditutup dengan karet penutup, lakukan sterilisasi akhir dengan otoklaf dengan

suhu 121C selama 15menit.

15. Dilakukan evaluasi.

16. Diberi etiket, brosur, lalu dikemas dan diserahkan

X. EVALUASI

In Process Control

1. Uji kejernihan (Lachman III, hal. 1356)

Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang

terhadap reflex dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih dengan rangkaian isi

dijalankan dengan suatu aksi memutar.

Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang

dari infus volume besar, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel ≥25 ųm/ml

Page 11: Proposal steril

2. Uji pH

Cek pH larutan menggunakan pH meter atau pH indikator universal

Quality Control

1. Uji Sterilitas (FI ed. IV hal 861)

Menggunakan teknik penyaringan membran :

Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi yang

sesuai, ambil isi secara aseptik.

Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap

penyaring dari 2 rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring

dengan bantuan pompa vakum/tekanan.

Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong menjadi setengah

bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan membran atau setengah bagian

membran ke dalam 100 ml media inkubasi selama tidak kurang dari 7 hari.

Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.

2. Uji Keseragaman Volume (FI ed. IV hal. 1044)

Pilih 1 atau lebih wadah bila volume 1m. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik

hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan

dilengkapi dengan jarum suntik no. 21 dengan panjang tidak kurang dari 2,5 µm.

Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.

Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum ke dalam gelas

ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur

memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.

3. Uji kadar (FI IV, hal 648)

Pipet 1ml injeksi ke dalam labu tentukur 200ml, encerkan dengan air sampai tanda.

Pipet 3ml larutan ini ke dalam corong pisah, tambahkan 10ml air, basakan dengan

ammonium hidroksida 6N. Ekstraksi beberapa kali, tiap kali dengan 5ml kloroform P,

dan uapkan ekstrak hingga kering. Larutkan residu dalam asam klorida 0.1N,

encerkan dengan pelarut yang sama hingga 100.0ml (larutan uji).ukur serapan larutan

uji dan larutan baku dalam papaverin hidroksida BPFI dengan kadar lebih kurang

4.5µg per ml dalam asam klorida 0.1N. hitung jumlah dalam mg, C20H21NO4.HCl,

dalam injeksi yang digunakan dengan rumus:

Page 12: Proposal steril

6.67 C (Au/As)

C adalah kadar papaverin HCl BPFI dalam µg per ml larutan baku; Au dan As

berturut-turut adalah serapan larutan uji dan larutan baku.

Syarat: mengandung C20H21NO4.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari

105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

4. Uji pirogenitas (FI IV, hal 908)

Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan

kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan , bebas dari keributan yang

menyebabkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian.

Minum dibolehkan pada setiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila

pengujian menggunakan termistor, masukan kelinci ke dalam kotak penyekap

sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga

dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji,

tentukan “suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk

menentukan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh

lebih dari 1o dan suhu awal setiap kelinci tiak boleh lebih dari 39,8o.

Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikan 10ml per kg bobot

badan, melalui vena tepi telingga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam

waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu dikonstitusi seperti yang

tertera pada etiket maupun bahan uji yang diperlakukan seperti yang tertera pada

masing-masing monografi dan disuntikan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji

pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau

bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral,

tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas dari

kontaminasi, hangatkan larutan pada suhu 37O ± 20 sebelum penyuntikan. Rekam suhu

berturut-turut antara jam kesatu dan jam ketiga setelah penyuntikan dengan selang

waktu 30 menit.

Syarat:sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelincipun menunjukan kenaikan

suhu 0,5O atau lebih. Jika ada kelinci menunjukan kenaikan suhu 0,5O atau lebih,

lanjutkan pengujian dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor

dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukan kenaikan suhu 0,5O atau lebih dan

jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3OC sediaan

dinyatakan bebas dari pirogen.

Page 13: Proposal steril

5. Uji Kebocoran (Lachman Hal. 1354)

Letakkan ampul didalam zat warna (biru metilen 0,5 – 1,0 %) di dalam ruang vakum.

Tekanan atmosfer berikutnya menyebabkan zt warna berpenetrasi kedalam lubang

dapat dilihat setelah ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya. Masing-masing

ampul diletakkan dalam keadaan terbalik. Dilihat apakah ada larutan obat yang

merembes keluar ampul.

6. Uji Kejernihan (Lachman III Hal. 1358)

Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang

terhadap reflex dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih dengan rangkaian isi

dijalankan dengan suatu aksi memutar.

Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang

dari infus volume besar, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel ≥25 ųm/ml

XI. DAFTAR PUSTAKA

1. Turco S, King RE. Sterile Dosage Forms. Second edition. Philadelphia: Lea &

Febiger; 1979.

2. Sprowls JB. Prescription Pharmacy. Second edition. Philadelphia: J.B. Lippincott

Company; 1970.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1979.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.

5. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi

ketiga. Jakarta: UI-press; 1994.

6. Reynolds JEF, Martindale The Extra Pharmacopoeia. 28th edition. London: The

Pharmaceutical Press; 1982.

7. Evory MC, Gerald K. Drug Information 88. USA: American Society of Health-

System Pharmacist.

PROPOSAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERILINJEKSI PAPAVERIN HCL DALAM WADAH VIAL

Page 14: Proposal steril

Kelompok B.1.21. Claudia Tiffani (2012210064)2. Destia Kusumastuti (2012210076)3. Dinda Permatasari (2012210089)4. Dwita Merlina Putri Mantoro (2012210095)5. Enrico Yuwono (2012210101)6. Faisal Kurniawan Hidayat (2012210106)*7. Fernaldo Sagala (2012210113)

Tanggal Praktikum:Kamis, 12 Maret 2015

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA2015