40
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI NON STERIL PEMBUATAN TABLET METODE KEMPA LANGSUNG Disusun oleh: Rida Rufaidah (260110080075) Aulia Assari (260110080077) Rimadani Pratiwi (260110080078) Furqan Ridha (260110080079) Valdis Reinaldo A (260110080081)

FTS Steril

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: FTS Steril

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI NON STERIL

PEMBUATAN TABLET

METODE KEMPA LANGSUNG

Disusun oleh:

Rida Rufaidah (260110080075)

Aulia Assari (260110080077)

Rimadani Pratiwi (260110080078)

Furqan Ridha (260110080079)

Valdis Reinaldo A (260110080081)

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI NON STERIL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2011

Page 2: FTS Steril

PEMBUATAN TABLET

METODE KEMPA LANGSUNG

I. TUJUAN

1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode kempa langsung

2. Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet

II. PRINSIP

1. Metode kempa langsung

2. Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC)

Kekerasan tablet

Waktu hancur

Keseragaman bobot dan bentuk

Keseragaman ukuran

Friabilitas

Sifat aliran

III. TEORI

Tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dalam

peracikan obat karena terbukti sangat menguntungkan dari massanya yang

dapat dibuat secara masinel dan harganya murah. Selain itu, takarannya tepat,

dikemas dengan baik, praktis dalam transportasi dan penyimpanannya, serta

mudah ditelan. Tablet yang merupakan sediaan obat padat takaran tunggal,

dicetak atau dikempa dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya

dengan penambahan bahan pembantu,seperti pengencer, zat penghancur,

penyalut, pemberi warna, dan zat pembantu lainnya. Bentuk tablet biasanya

silinder, kubus, cakram, telur, atau ada juga yang berbentuk peluru (Ansel,

1989).

Kompresi langsung

Beberapa granul bahan kimia seperti Kalium klorida, kalium iodida,

ammonium klorida dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir

Page 3: FTS Steril

sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung

dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering

(Anief, 1997).

Dahulu jumlah bahan obat yang dapat dijadikan tablet tanpa melalui

granulasi lebih dahulu sangat sedikit. Pada waktu sekarang ini penggunaan

pengencer yang dikeringkan dengan penyemprotan, meluas kepada formula-

formula tablet tertentu daripada dengan serbuk pengisi biasa, kualitas yang

diinginkan untuk tablet dengan kompresi langsung dan sejumlah produk-

produk lainnya sekarang banyak di produksi dengan cara ini. Tambahan lagi

pengisi yang didorong atau dipaksa yang telah dikembangkan memungkinkan

pembuatan tablet-tablet tambahan tertentu dengan kompresi langsung, sebab

kerja mengeluarkan udara dari pengisi pada serbuk curah ringan membuatnya

menjadi lebih rapat, dan memungkinkan mengalir dengan tetap serta

sempurna ke dalam rongga cetakan (die) di bawah tekanan sedang-sedang

saja. Pengeluaran udara ini juga mengurangi adanya udara yang terkurung

dalam cetakan ketika tablet dikompresi sehingga mengurangi penyebab

terjadinya capping ( terlepasnya bagian atas ) atau keretakan dari tablet

segera setelah di kompresi (Anief, 1997).

Capping atau keretakan tablet dapat disebabkan oleh beberapa faktor

dan tidak terbatas pada tablet yang dibuat dengan pengompresian langsung.

Misalnya bila punch tidak bersih dan halus dapat menghasilkan tablet yang

terlepas bagian atasnya sebagaimana juga dengan cetakan (die) yang sudah

tua dan tidak sempurna. Tekanan yang terlalu besar pada pengempaan dapat

menyebabkan capping seperti yang terjadi bila granulat terlalu lunak.

Kelebihan “fines” atau serbuk halus dapat juga berperan untuk menjadi

capping bila sejumlah besar udara terperangkap dalam tablet, keadaan seperti

itu disebut hasil laminating. Tablet menjadi retak dan pecah sekitar tepi

disebabkan oleh pembengkakan ketika tekanan mesin tablet dilepaskan

(Anief, 1997).

Page 4: FTS Steril

Bahan Pembantu Tabletasi

Bahan-bahan pembantu dalam pembuatan tablet, antara lain bahan

pengisi, bahan pengikat, dan bahan pelincir. Bahan pengisi digunakan untuk

pembuatan tablet obat yang jumlah zat aktifnya sedikit, seperti alkaloida,

hormone, vitamin dan sebagainya. Bahan pengisi diperlukan untuk

memungkinkan pencetakan dan menjamin tablet memiliki ukuran atau massa

yang dibutuhkan (0,1-0,8 g). Bahan pengisi yang umum digunakan antara

lain jenis pati dari kentang, gandum, dan jagung. Selain itu, bisa juga

digunakan laktosa, kalsium fosfat dibasa; manitol (untuk tablet sublingual,

tablet hisap, tablet vaginal); sukrosa dan sorbitol (untuk tablet kunyah);

glukosa dan levulosa (pada tablet untuk penderita diabetes); serta

mikrokristalin selulosa (Avicel) yang sangat dianjurkan untuk tabletasi

langsung. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan

ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya. Obat hidrofobik yang

kelarutannya dalam air kecil harus menggunakan bahan pengisi yang larut

dalam air (Wade & Weller, 1994).

Bahan pembantu yang kedua adalah bahan pengikat, yang

diperlukan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet; menjamin

bersatunya beberapa partikel serbuk dalam butiran granul. Bahan pengikat

dapat ditambahkan dalam bentuk kering dengan jumlah tertentu akan tetapi

lebih efektif melalui bentuk larutan bahan perekat pada saat granulasi. Bahan

pengikat yang biasanya digunakan, antara lain gula dan jenis pati, gelatin,

turunan selulosa, gom akasia, sukrosa, povidon, metil selulosa,

karboksimetilselulosa, pasta pati terhidrolisis dan tragakan. Dalam metode

kempa langsung bahan pengikat paling efektif ditambahkan dalam bentuk

kering. Bahan pengikat kering yang terefektif adalah selulosa mikrokristal

(Ansel, 1989).

Bahan pembantu yang ketiga adalah bahan pelincir. Umumnya

bersifat hidrofobik, sehingga cenderung untuk menurunkan kecepatan

disintegrasi dan disolusi tablet.oleh karena itu kadar yang berlebihan harus

dihindarkan. Bahan pelincir ini digunakan untuk berbagai fungsi yang

Page 5: FTS Steril

berbeda, sehingga akan lebih bermanfaat lagi apabila diklasifikasikan lebih

lanjut menjadi bahan pengatur aliran, bahan pelincir, dan bahan pemisah hasil

cetakan. Contoh : polietilenglikol dan beberapa garam lauril sulfat, keduanya

bersifat larut, tetapi tidak memberikan hasil akhir yang optimal sehingga

harus digunakan dalam kadar yang lebih tinggi (Ansel, 1989).

Uji tablet

Tablet yang telah dicetak harus diuji terlebih dahulu untuk mengukur

kualitas, untuk memastikan bahwa tablet telah memenuhi syarat dan untuk

mengembangkan formulasi tablet secara optimal. Pengujian ini meliputi uji

kekerasan, uji friabilitas, uji disolusi dan uji waktu hancur (Ansel, 1989).

Uji kekerasan dilakukan dengan alat, dimana bagian bawah torak

yang berbentuk kerucut akan menekan tablet yang dipasang secara vertical,

dan diletakkan di atas sebuah landasan, dimana landasan tersebut dapat

diatur. Tablet diletakkan pada posisi awal (titik nol) dari ujung pasak

pengetes. Dengan gaya motorik, sebuah beban peluncur yang tergantung

bebas, bergerak pada sebuah sel, sehingga perubahan tekanan yang terjadi

dipindahkan seluruhnya pada torak uji. Pada saat tablet pecah, motor akan

segera dihentikan oleh pemutus mikro. Tekanan ini dapat ditunjukkan oleh

jarum jam yang dikoneksikan pada penunjuk skala, dimana skala tersebut

ditera untuk daerah pengukuran tertentu yaitu 0 sampai 15 kg dan untuk

pembacaan yang lebih baik, dibagi dalam skala 250 gram (Wade & Weller,

1994).

Selanjutnya, dilakukan uji friabilitas dengan alat friabilator yang

terdiri dari drum pleksiglas yang berputar dan bilah melengkung radial yang

berfungsi untuk mengambil tablet-tablet, kemudian membawanya sampai

melewati sumbu, menggulirkan atau meluncurkan tablet jatuh pada sisi drum.

Tablet-tablet akan bergulir, sampai putaran berikutnya diangkut kembali oleh

bilah melengkung tersebut. Kecepatan drum dapat divariasikan, umumnya 25

putaran per menit dan friabilitas tablet sebaiknya tidak lebih dari 0,8 %

(Wade & Weller, 1994).

Page 6: FTS Steril

Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan

persyaratan disolusi yang tertera pada masing-masing monografi sediaan

tablet, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Karena

absorbsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh sangat besar tergantung

pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasanya

merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan. Laju

disolusi merupakan tahap yang menentukan laju, apa pun yang

mempengaruhinya akan mempengaruhi absorbsi. Akibatnya laju disolusi

dapat mempengaruhi onset, intensitas, lama respons, serta kontrol

bioavailabilitas obat tersebut keseluruhan dari bentuk sediannya. Pada tiap

pengujian, volume dari media disolusi ditempatkan dalam bejana dan

dibiarkan mencapai temperatur 37 0C + 0,5 0C. Kemudian satu tablet yang

diuji ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan

seperti yang ditetapkan dalam monografi. Tablet harus memenuhi

persyaratan seperti yang terdapat pada monografi untuk kecepatan disolusi

(Wade & Weller, 1994).

Uji tablet selanjutnya adalah uji waktu hancur. Supaya komponen

obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorbsi dalam saluran pencernaan, maka

tablet harus hancur melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk

dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung

bahan obat yang tidak dimaksudkan untuk diabsorbsi tetapi lebih banyak

bekerja setempat pada saluran cerna. Daya hancur tablet memungkinkan

partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh (Avis

et al., 1986).

Untuk uji ini digunakan alat yang terdiri dari sebuah keranjang tes

dengan enam pipa gelas yang masing-masing diisi dengan sebuah tablet.

Keranjang tes dicelupkan ke dalam gelas piala dengan cairan pengetes

bersuhu 37°C yang berada dalam sebuah penangas air yang dilengkapi

dengan thermostat. Pada saat alat dioperasikan, keranjang tes akan bergerak

ke atas dan ke bawah sebanyak 30 kali dalam satu menit. Pada titik terbawah

gerakannya, ayakan berada 25 mm jauhnya dari dasar gelas piala, sedangkan

Page 7: FTS Steril

titik gerak teratasnya cairan tes masih tepat menyentuh ayakan atau terbenam

sekitar 25 mm. Pada akhir pengujian waktu hancur, sebaiknya semua bagian

tablet lolos melalui ayakan. Lempengan pleksiglas digunakan untuk

memperberat hasil cetakan (Avis et al., 1986).

Vitamin C

( Jim, 2009)

Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam

air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga

kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari

bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin c termasuk

golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh

panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu penggunaaan

vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai

(Rani,2008).

vitamin C atau asam askorbat memiliki peran dalam menjaga dan

memperkuat imunitas terhadap infeksi serta berperan penting dalam fungsi

otak, karena otak banyak mengandung vitamin C. Dua peneliti di Texas

Woman's University menemukan, murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya

dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada

yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah. Vitamin C juga diperlukan untuk

menjaga struktur kolagen, sejenis protein yang menghubungkan semua

jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia.

Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan luka, patah tulang, memar,

perdarahan kecil dan luka ringan. Selai itu, juga berperan penting dalam

membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai

antioksidan ia mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui

Page 8: FTS Steril

pengaruh pencahar, ia dapat meningkatkan pembuangan faeses atau kotoran.

Tak heran bila berlebihan, vitamin ini dapat mengakibatkan diare. Untuk

pencegahan kurangi konsumsinya, atau ganti dengan natrium askorbat

(Rani,2008).

IV. ALAT DAN BAHAN Bahan :

1. Aerosil

2. Avicel PH101

3. Mg Stearat

4. Talk

5. Vitamin C

Alat :

1. Alat pencampur

2. Alat uji friabilitas tipe Friabilator-Roche

3. Alat uji kecepatan alir

4. Alat uji kekerasan tipe TBT-tablet-Erweka

5. Alat uji kompressibilitas

6. Alat uji waktu hancur tipe ZT 2-Erweka

7. Ayakan

8. Baskom plastik

9. Beaker glass

10. Mesin pencetak tablet

11. Neraca analitik

12. Sendok plastik

V. PROSEDUR

Serbuk bahan-bahan (zat) obat diayak, kemudian masing-masing zat

ditimbang secara tepat sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Vitamin C

dan avicel dicampurkan di dalam plastik (alat pencampur), kemudian

dimasukkan Mg stearat, talk, dan aerosil lalu dikocok selama 15 menit

Page 9: FTS Steril

hingga kedua zat tersebut homogen. Sebanyak 20 g campuran fasa dalam

ditimbang lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dilakukan uji

kompressibilitas. Volume awal dan akhir dicatat untuk penentuan

kompressibilitas. Sebanyak 20 g campuran serbuk ditimbang untuk uji

kecepatan alir. Serbuk dimasukkan ke dalam corong yang bagian lubangnya

ditutup. Tutup bagian bawah corong lalu dibuka kemudian diamati waktu

yang diperlukan sampai semua serbuk mengalir. Diameter timbunan serbuk

diukur, diambil nilai rata-rata diameter, dan tinggi puncak timbunan serbuk

diukur untuk menghitung sudut istirahatnya.

Campuran serbuk dicetak menjadi tablet dengan range berat 5%

dari berat teoritis dan kekerasan 7-10% dari 70N. Tiap tablet yang dicetak

diambil 1 tablet untuk uji berat tablet & kekerasan. Jika tidak sesuai dengan

rencana formulasi, punch pada alat pencetak tablet diatur lagi hingga

diperoleh berat dan kekerasan yang sesuai. Setelah sesuai, maka diambil 20

tablet dari seluruh tablet yang telah dicetak sebagai sampling untuk

mengukur berat tablet, diameter dan ketebalannya, serta diuji kekerasannya.

Setelah itu dihitung nilai rata-rata dari setiap pengukuran. Kemudian diambil

20 tablet lalu dilakukan uji friabilitas. Diambil 6 tablet lalu dilakukan uji

waktu hancur. Tablet kemudian dihitung lalu dikemas dalam bentuk strip

dan diberikan etiket yang sesuai.

VI. DATA PENGAMATAN

A. EVALUASI CAMPURAN SERBUK

- Density:

o Massa = 25 gram

o t0 = 63,5 ml ( volume nyata )

o t 1 = 47,5 ml ( volume mampat)

- Kerapatan nyata

o m/t0 = 25/63,5 = 0,3937 g/ml

- Kerapatan mampat

Page 10: FTS Steril

o m/t1 = 25/47,5 = 0,5263 g/ml

- Laju alir

o Massa = 25 gram

o Waktu = 3 detik

o Tinggi = 2,4 cm

o Diameter = 9,8 cm

o Jari-jari = 4,9

- Sudut istirahat

o Tan θ = t/r

= 2,4/4,9

= 0,4897

θ = 26,090 °

B. EVALUASI TABLET

No

tablet

Keseragaman

bobot

(mg)

Diameter

tablet

(mm)

Tebal

Tablet

(mm)

Kekerasan

Tablet

(N)

1 204,2 8,06 3,55 45

2 208,8 8,05 3,56 45

3 206,9 8,06 3,58 45

4 206,7 8,06 3,56 48

5 206,5 8,05 3,61 40

6 204,6 8,06 3,54 43

7 204,5 8,04 3,53 40

8 205,3 8,04 3,58 42

9 207,0 8,05 3,59 45

10 209,5 8,04 3,59 48

11 203,8 8,04 3,59 42

12 204,7 8,04 3,53 42

13 209,0 8,04 3,55 47

14 209,0 8,05 3,58 48

Page 11: FTS Steril

15 208,0 8,06 3,59 45

16 207,7 8,06 3,58 45

17 206,1 8,07 3,60 42

18 204,4 8,05 3,56 42

19 210,7 8,05 3,59 50

20 207,4 8,07 3,60 45

- Friabilitas

o Berat awal 10 tablet = 2,0739 gram

o Berat akhir 10 tablet = 2,0736 gram

o Friabilitas = (2,0739 – 2,0736) x 100 % 2,0739= 0,014 %

- Waktu hancur = 18 detik

C. PERHITUNGAN

Berat Teoritis:

o Vitamin C 50 mg x 300 = 15 gram

o Avicel PH 102 150 mg x 300 = 45 gram +

60 gram (97,5%)

o Mg. Stearat

1 x 60 gram = 0,615 gram

97,5

o Talc

1 x 60 gram = 0,615 gram

97,5

o Aerosil

0,5 x 60 gram = 0,307 gram

97,5 +

61,537 gram

Berat per tablet :

o 61,537 = 205,123 mg

Page 12: FTS Steril

300

o Rentang berat per tablet : +/- 5%

194,867 < … < 215,379

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini tablet yang akan dibuat berisi zat aktif

Vitamin C 50 mg / tablet dengan menggunakan metode kempa langsung yang

merupakan metode dari pembuatan dan pencetakan tablet. Tablet Vitamin C

dikenal sebagai salah satu vitamin yang memiliki banyak manfaat. Selain

bersifat antioksidan yang mampu melawan radikal bebas, vitamin C juga

berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Lestari, 2008).

Tujuan dari metode kempa langsung ini untuk menghindari berbagai

masalah yang timbul pada granulasi basah maupun granulasi kering.

Pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi memerlukan eksipien yang

memungkinkan pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu.

Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik khusus yang mempunyai sifat

aliran dan kempa yang diinginkan. Sedikit perubahan pada sifat fisik dapat

mengubah sifat alir dan sifat kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk

dikempa langsung. Metode Kempa Langsung biasanya dilakukan untuk

bahan-bahan obat yang mempunyai daya kompresibilitas tinggi dan daya alir

yang tinggi.

Massa tablet yang dibuat dalam praktikum ini adalah ±205,123 mg

(dalam 300 tablet) dengan mempertimbangkan alat pencetak tablet yang

tersedia dengan komposisi zat aktif (Vitamin C) 50 mg, zat pengisi-pengikat

(Avicel PH 102) 150 mg, dan zat pelincir Mg stearat dan Talc masing-masing

0,615 mg dan 0,307 mg hingga memenuhi massa ±205,123 mg/tablet.

Bahan pembantu (eksipien) yang digunakan pada pembuatan tablet

Vitamin C kali ini adalah Avicel PH 102, Mg stearat dan Talc. Avicel

berfungsi sebagai bahan pengisi-pengikat dalam bentuk kering karena dari

percobaan sebelumnya telah diketahui bahwa penggunaan avicel PH 102

sebagai pengisi cetak langsung memberikan hasil yang baik. Kemampuan

Page 13: FTS Steril

avicel sebagai zat pengisi cukup tinggi karena partikel mikrokristalnya yang

berasal dari alam disatukan oleh ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen antara

hidrogen pada molekul selulosa yang berdekatan membuat padatan

partikelnya lebih kuat dan lebih kohesif. Ketika dicetak avicel akan

membentuk lapisan seperti plastik sehingga menghasilkan tablet yang

kompak. Kerapatan curah avicel PH 102 rendah sehingga kemampuannya

sebagai zat pengisi sangat baik. Luas permukaannya besar sehingga

kemampuan untuk menutupi bahan lain atau sebagai pengikat dalam sediaan

tinggi. Avicel PH 102 menghasilkan kerapatan mampat yang optimal

sehingga pencetakan dapat menghasilkan tablet yang memenuhi standar yang

diharapkan.

Penggunaan avicel PH 102 memberikan banyak keuntungan karena

selain fungsinya sebagai pengisi pada granulasi basah maupun cetak

langsung, juga dapat berfungsi sebagai self-lubrikan, adsorben, anti adheren,

dan mampu memberikan daya integrasi yang lebih tinggi sehingga

memungkinkan produksi skala besar dengan metode kempa langsung dalam

industri farmasi. Bahan ini memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik dalam

pembuatan tablet secara komersial. Rentang konsentrasi avicel PH 102

sebagai pengisi adalah 20 – 90% dari berat total tablet, sebagai disintegran 5

– 15%, sebagai adsorben 20 – 90% dan sebagai anti adheren 5 – 20%. Pada

percobaan dipakai avicel PH 102 sebanyak 75 % (sebanyak 45g/300 tablet

dalam bobot total 60g/300 tablet), jadi memenuhi syarat sebagai pengisi.

Disamping itu juga memenuhi sebagai disintegran, adsorben, dan anti

adheren.

Pemilihan Avicel mampu memberikan daya adhesi pada massa serbuk

pada tablet kempa serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Bila

bahan pengikat yang ditambahkan terlalu sedikit, dapat menyebabkan tablet

terlalu rapuh. Namun bila bahan pengikat terlalu banyak akan membentuk

tablet yang keras dan susah hancur. Avicel selain berfungsi sebagai zat

pengikat juga sebagai disintegran yang membantu hancurnya tablet setelah

Page 14: FTS Steril

ditelan. Kandungan disintegran, cara penambahan, dan derajat kepadatan

berperan dalam efektivitas daya hancur tablet.

Saat ini semakin banyak Avicel PH modern yang tersedia di pasaran.

Misalnya Avicel PH-200 dengan partikel besar yang memungkinkan

produksi untuk memaksimalkan kecepatan tekanan tablet karena memiliki

daya flowabilitas yang tinggi, memberikan variasi berat minimum dan

keseragaman isi sempurna. Kemudian Avicel PH-301 dan Avicel PH-302

yang memiliki densitas tinggi, keduanya tidak hanya meningkatkan arus dan

nilai produksi tetapi juga memungkinkan ukuran batch yang lebih besar

karena menempati volume yang lebih sedikit dalam peralatan produksi.

Kemudian saat produksi menggunakan bahan yang bersifat kasar, granular,

kristalin atau yang sukar untuk dikempa, dapat dipertimbangkan penggunaan

Avicel PH-105, dengan ukuran partikel dan peningkatan resultannya yang

baik pada daerah permukaan tablet sehingga memberikan daya

kompresibilitas yang tinggi.

Talc dalam formulasi digunakan sebagai glidan, sebanyak 0,5%

dimana rentang konsentrasi sebagai glidan adalah 0,5 – 1%. Namun demikian

Talc juga berfungsi sebagai adsorben, disintegran, dan zat untuk

meningkatkan viskositas. Talc memiliki ukuran partikel yang kecil dengan

luas permukaan spesifik yang besar sehingga memberikan karakteristik sifat

alir yang baik dari serbuk kering untuk dicetak langsung.

Mg stearat digunakan sebagai lubrikan sebanyak 1 % sedangkan

rentang penggunaannya sebagai lubrikan adalah 1 – 10%. Penggunaan Mg

stearat ini dalam jumlah yang cukup kecil karena zat tambahan lain juga

mempunyai sifat lubrikan. Tujuan penambahan adalah untuk mempercepat

aliran bahan dalam corong ke dalam rongga cetakan sehingga mengurangi

gesekan selama proses pengempaan tablet, selain itu juga berguna untuk

mencegah melekatnya massa tablet pada punch dan cetakan. Penambahan

lubrikan yang berlebihan akan menurunkan kecepatan disintegrasi dan

disolusi tablet.

Page 15: FTS Steril

Sebelum ditimbang bahan-bahan diayak terlebih dahulu untuk

menyeragamkan ukuran partikel karena selama penyimpanan ada

kemungkinan terjadinya penggumpalan. Distribusi ukuran partikel

berpengaruh pada sifat fisika dan kimia serbuk, sehingga mempengaruhi

homogenitas tablet akhir dan kestabilan produk.

Setelah diayak dan ditimbang, bahan – bahan tersebut dicampurkan

dalam kantong plastik. Penambahan Mg stearat diberikan terakhir agar dapat

melapisi semua bahan. Ukuran yang relatif seragam memudahkan proses

pencampuran karena antara partikel yang satu dengan partikel yang lain akan

memiliki peluang yang sama untuk bercampur. Pencampuran harus

berlangsung secara diffusive mixing, yaitu perpindahan yang terjadi bukan

perpindahan secara kelompok tetapi perpindahan masing – masing partikel

secara difusi. Jika yang terjadi perpindahan secara berkelompok, campuran

akan sulit menjadi homogen. Sifat fisik masing-masing bahan dalam obat

tersebut merupakan hal yang sangat kritis, adanya perubahan sedikit atau

kesalahan perbandingan komposisi dapat mengubah sifat alir dan kegagalan

proses pengempaan. Vitamin C sangat peka terhadap cahaya dan

kelembaban, maka jika disimpan dalam ruangan dengan kelembaban tinggi

zat tersebut akan menjadi basah. Zat yang basah mempunyai daya alir yang

buruk, sehingga akan mengganggu dalam proses pencetakkan dalam mesin

tablet bahkan dapat merusak mesin tablet (Astuti, 2010).

Serbuk yang telah homogen siap untuk dicetak. Sebelumnya

disisihkan sejumlah serbuk untuk uji kemampatan dan laju alir. Serbuk ini

tidak perlu dilakukan uji LOD karena pada metode kempa langsung,

pemilihan bahan sudah disesuaikan dengan bahan baku yang memiliki kadar

air yang rendah. Jika bahan baku yang ada memiliki kadar air yang tinggi,

maka bahan tersebut tidak bisa digunakan untuk metode kempa langsung

karena serbuk akan menempel pada alat pencetak dan menghasilkan laju alir

yang buruk.

Sebanyak 25 g serbuk diuji laju alir dan sudut istirahat, dimana

diperoleh laju alir 8,33 g/s dan sudut istirahat 26,090 °. Dengan sudut

Page 16: FTS Steril

istirahat demikian, serbuk digolongkan mempunyai sifat alir yang baik.

Sedangkan dari uji kompresibilitas diperoleh volume nyata = 63,5 ml dan

volume mampat = 47,5 ml . Sifat alir ini akan mempengaruhi dapat tidaknya

tablet dikempa. Pada saat pencetakan terbukti bahwa tablet dapat dicetak

dengan baik.

Serbuk kemudian dicetak menggunakan alat single punch tablet press.

Terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan tablet

cetak langsung, antara lain pemilihan eksipien pengisi-pengikat, dimana

eksipien yang dipilih harus sesuai dengan zat aktif, memiliki kemampuan

kompresibilitas, daya alir, dan kemampuan sebagai pelincir yang baik dan

sesuai. Faktor lain adalah homogenitas ukuran serbuk yang akan berpengaruh

terhadap proses pencampuran.

Pada proses pencetakan, berat dan kekerasan tablet yang akan dicetak

diperhitungkan dengan mengatur punch atas dan punch bawah dari alat

pencetak. Untuk menentukan berat tablet yang akan dicetak, diatur dengan

punch bawah. Sedangkan untuk mengatur kekerasan tablet, digunakan punch

atas. Volume bahan yang diisikan yang mungkin masuk ke dalam cetakan

harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih dahulu dicetak.

Penyesuaian ini diperlukan karena formula tablet tergantung pada berat tablet

yang akan dibuat.

Selama pencetakan, beberapa tablet yang dicetak diambil untuk

pengontrolan berat dan kekerasan tablet. Jika berat atau kekerasannya berada

diluar rentang yang diinginkan, alat pencetak dapat diatur kembali.

Setelah semua serbuk dicetak, dilakukan evaluasi terhadap tablet yang

dihasilkan. Berat tablet yang diperoleh adalah 194,867 mg sampai 215,379

mg, dengan berat rata – rata 206,74 mg. Berat tablet ini dinyatakan masih

memenuhi syarat keseragaman bobot tablet, dimana penyimpangan berat

yang diizinkan adalah 5%. Tebal dan diameter rata – rata tablet yang dicetak

masing – masing 3.573 mm dan 8,052 mm. Hal ini sudah memenuhi

persyaratan farmakope bahwa diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak

kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

Page 17: FTS Steril

Uji kekerasan dimaksudkan agar tablet cukup keras untuk tahan pecah

dan tahan terhadap goncangan pada saat pengemasan dan proses distribusi.

Akan tetapi harus cukup lunak untuk melarut dan akan menghancur

sempurna begitu digunakan konsumen atau dapat dipatahkan di antara jari-

jari bila tablet perlu dibagi untuk pemakaiannya. Kekerasan tablet yang ideal

± 70 N. Sedangkan pada pengujian waktu hancur, tablet harus hancur dalam

waktu ± 15 menit. Kekerasan rata – rata tablet yang didapat adalah 44.45 N,

dinilai cukup baik untuk tablet dengan berat lebih kurang 200 mg.

Untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap benturan dan gesekan,

dilakukan uji friabilitas dan abrasi. Hal ini sangat penting terutama pada saat

pengemasan dan pendistribusian. Sesuai persyaratan untuk tablet dengan

berat kurang dari 650 mg, dilakukan uji terhadap sejumlah tablet yang

beratnya setara dengan 6,5 g. Friabilitas tablet diperoleh sebesar 0,014 %,

memenuhi syarat friabilitas tablet yaitu kurang dari 1%. Jadi dapat dikatakan

bahwa tablet memiliki ketahanan yang baik terhadap benturan dan gesekan

dan menunjukkan bahwa tablet tersebut cukup baik stabilitasnya dalam

pengemasan dan penyimpanan..

Uji waktu hancur diperoleh selama 18 detik. Waktu hancur ini lebih

cepat daripada persyaratan waktu hancur di farmakope bahwa waktu hancur

tablet tidak bersalut tidak kurang dari 15 menit, hal tersebut dinilai terlalu

cepat sehingga dikhawatirkan akan segera hancur sebelum waktunya. Hal ini

mungkin disebabkan oleh terlalu banyak disintegran, dimana avicell PH 102

dan Talc sama – sama memiliki sifat sebagai disintegran

Tablet Vitamin C sebagai antioksidan kuat memiliki farmakokinetik

yang baik pada pemberian peroral. Dari beberapa penelitian diperoleh t ½

dari vitamin C yaitu 10 jam pada orang dewasa normal (Putri, 2010). Maka

dalam hal ini waktu hancur tablet sangat mempengaruhi. Perbandingan

komposisi zat pengisi-pengikat dan zat pelincir harus benar-benar tepat untuk

menghasilkan tablet yang laju disintegrasi yang baik dalam saluran cerna,

juga tidak mudah rapuh pada penyimpanan. Perlu diperhatikan bahwa

penambahan zat pelincir yang berlebihan akan menurunkan laju disintegrasi

Page 18: FTS Steril

dan disolusi tablet. Dalam penggunaan avicel perlu ditambahkan zat pelincir

agar daya alirnya baik karena serbuk tidak mengalir, daya alir ini

mempengaruhi keseragaman bobot sehingga dapat mempengaruhi dosis dan

juga efek terapi

Uji-uji yang dilakukan terhadap tablet berguna untuk pengawasan

mutu. Hal ini dilakukan selama proses produksi secara periodik karena akan

melibatkan biaya yang sangat besar apabila pada akhir produksi ternyata

menghasilkan tablet yang tidak memenuhi persyaratan.

Syarat-syarat tablet yang baik, adalah sebagai berikut :

o Tablet harus kuat, tahan terhadap goncangan dan tahan abrasi pada saat

pengemasan dan distribusi.

o Memiliki keseragaman bobot dan kandungan obat.

o Tablet dapat terbioavailable.

o Memiliki karakteristik warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk.

o Memiliki kestabilan yang baik dan dapat tereffikasi.

VIII.KESIMPULAN

Dari percobaan dapat diketahui bahwa tablet dapat dibuat dengan

metode kempa langsung.

Dari hasil percobaan, diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Berat Tablet Teoritis = 205,123 mg

b. Rentang Berat Tablet = 194,867mg< … < 215,379 mg

c. Berat rata-rata tablet = 206,74 mg

d. Diameter rata-rata tablet = 8,052 mm

e. Ketebalan rata-rata tablet = 3.573 mm

f. Kekerasan rata-rat tablet = 44.45 N

g. Uji Friabilitas = 0,014 %

h. Uji Waktu Hancur = 18 detik

Page 19: FTS Steril

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Ansel, HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.

Astuti , Ari Puji. 2010. Stabilitas Vitamin C.

http://www.scribd.com/doc/30329778/Stabilitas-Vitamin-C. [diakses: 16

April 2011].

Avis, KE.,Lachman L.,Lieberman HA. 1986. Pharmaceutical Dossage Forms:

Tablet. Volume 1. New York: Marcel Dekker, INC.

Lachman, L., Lieberman, L., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jilid 2. Edisi III. Jakarta : UI Press

Lestari, Maya. 2008. Manfaat Vitamin C.

http://maeya.blogspot.com/2008/11/manfaat-vitamin-c.html. [diakses: 16

April 2011].

Putri ,Maretta . 2010. Berapa Dosis vitamin C yang ideal.

http://yosefw.wordpress.com/author/yosefw/page/3/. [diakses: 16 April

2011].

Rani. 2008. Asam askorbat. Available online at:

http://www.scribd.com/doc/24685735/Asam-askorbat.

[ diakses tanggal 16 april 2011].

Wade, Ainley., Weller., Paul J. 1994. Handbook Of Excipients. 2nd edition.

London: The Pharmaceutical Press.

Page 20: FTS Steril

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN NON STERILFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

Produk: Vitamin C

Nama Praktikan:Rida Rufaidah 260110080075Aulia Assari 260110080077Rimadani P 260110080078Furqan Ridha 260110080079Valdis Reinaldo 260110080081

Produk Disahkan Oleh:

Tablet

Tanggal: 11 April 2011

Nama Produk: Vitamin C Tablet

Kadar: mg

Batch No: 11-3-08-SNPB-003

Proses No:

Ruangan: Tablet

Berlaku tanpa perubahanSampai :

Tablet

Batch: gr

Recoveries: gr

Jumlah:

Page 21: FTS Steril

Tanggal mulai proses 11 April 2011

I. FORMULASI

Bahan Dasar No Code Jumlah Berat per

Batch

Jumlah yang diperlukan

Paraf Cek

Vitamin C 50 mg 15 g

Avicel PH 102 150 mg 45 g

Mg. Stearat 0,615 g 0,615 g

Talc 0,615 g 0,615 g

Aerosil 0,307 g 0,307 g

Semua bahan-bahan tersebut dinyatakan baik untuk dipakai:

(tanda tangan)

Batch Sheet disahkan oleh:

(tanda tangan)

Hasil Granulasi: .............................................. %

Hasil Kompresi: .............................................. %

Hal.1 dari 8 halaman

Page 22: FTS Steril

Batch No: 11-3-08-SNPB-001 Tanggal mulai proses 11 April 2011

PERHITUNGAN BERAT TABLET TEORITIS

o Vitamin C 50 mg x 300 = 15 gram

o Avicel PH 102 150 mg x 300 = 45 gram +

60 gram (97,5%)

o Mg. Stearat

1 x 60 gram = 0,615 gram

97,5

o Talc

1 x 60 gram = 0,615 gram

97,5

o Aerosil

0,5 x 60 gram = 0,307 gram

97,5 +

61,537 gram

Berat per tablet :

o 61,537 = 205,123 mg

300

o Rentang berat per tablet : +/- 5%

194,867 < … < 215,379

Hal.2 dari 8 halaman

Page 23: FTS Steril

Proses Paraf Cek

2. Pencampuran dan peracikan

Campur homogen Aerosil, Mg.stearat dan

Talcum dalam wadah selama 2 menit, tambahkan

Vitamin C dan Avicel sedikit demi sedikit sampai

tercampur rata dan homogen

Waktu : Jam ................ s/d jam ................

3. Granulasi BasahTdk

dilakukan

Lalukan massa yang dapat dikepal tersebut pada

ayakan mesh no. 14.

Waktu : Jam ................. s/d jam ................

4. Pengeringan Tdk

dilakukan

Granul basah ditebarkan di atas baki dengan

merata.

Keringkan di dalam lemari pengering pada

temperatur 50oC selama 24 jam

5. Kadar Air GranulTdk

dilakukan

Ditentukan sbb : Timbang lima gram granul di atas

alat ukur kadar air, baca hasilnya. Granul

Hal.3 dari 8 halaman

Page 24: FTS Steril

Halaman 4 dari 8 halaman

Halaman 5 dari 8 halaman

dinyatakan kering bila kadar airnya antara 1-2 %.

Kadar air granul = -

Proses Paraf Cek

6. Granulasi KeringTdk

dilakukan

Granul …………….. hasil pengeringan

dilalukan pada ayakan mesh 16, berat =

……………

Waktu : Jam .................... s/d

jam .......................

7. Hitung Kadar lines (serbuk halus)Tdk

dilakukan

Timbang 100 gram granul

Ayak hati-hati melalui mesh no. 60

Timbang yang lolos ayakan =

……........ %

8. PengadukanTdk

dilakukan

Waktu : Jam ................... s/d

jam ..........

Page 25: FTS Steril

Tabel Kontrol Kekerasan TabletNama Produk : Vitamin C

No

tablet

Kekerasan Tablet

(N)

1 45

2 45

3 45

4 48

5 40

6 43

7 40

8 42

9 45

10 48

11 42

12 42

13 47

14 48

15 45

16 45

17 42

Page 26: FTS Steril

Halaman 6 dari 8 halaman

18 42

19 50

20 45

Tabel Kontrol Berat TabletNama Produk : Vitamin C

No

tablet

Keseragaman bobot

(mg)

1 204,2

2 208,8

3 206,9

4 206,7

5 206,5

6 204,6

7 204,5

8 205,3

9 207,0

10 209,5

11 203,8

12 204,7

13 209,0

14 209,0

15 208,0

16 207,7

17 206,1

Page 27: FTS Steril

Halaman 7 dari 8 halaman

18 204,4

19 210,7

20 207,4

Batch No : 11-3-08-SNPB-001 Tanggal mulai proses : 11 April 2011

Evaluasi Spesifikasi : Teoritis/kenyataan Prosedur

Identifikasi

Penentuan kadar

Keseragaman kadar

Berat tablet (mg) 5%194,867 < .... < 215,37 Timbang 20 tablet,

hitung rata-ratanya

Kekerasan rata-rata (Newton),

(Erweka) :45 10

Ambil 20 tablet secara

acak, kekerasan rata-

ratanya

Waktu hancur rata-rata (menit),

(Erweka) :18 detik

Enam tablet : kerjakan

dua kali, hitung rata-

ratanya

Kecepatan melarut : Metoda

Tebal tablet (mm) :

Ukur 20 tablet dengan

alat Mitutoyo. Rata-

ratanya dihitung

Warna, bau, dan rasa tablet :

Pemakaian Mesin :

Tanggal :

Page 28: FTS Steril

Halaman 8 dari 8 halaman

Waktu kompresi :

Operator :