32
PENERAPAN METODE PERMAINAN WHAT’S MY LINE PADA PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16 Bandung) PROPOSAL Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Penelitian Karya Ilmiah Oleh: Muhammad Fithrah 0906734

proposal ptk.docx

  • Upload
    fith91

  • View
    29

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: proposal ptk.docx

PENERAPAN METODE PERMAINAN WHAT’S MY LINE

PADA PEMBELAJARAN SEJARAH

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16 Bandung)

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Seminar Penelitian Karya Ilmiah

Oleh:

Muhammad Fithrah 0906734

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013

Page 2: proposal ptk.docx

A. Judul

“Penerapan Metode Permainan What’s My Line pada Pembelajaran Sejarah untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16

Bandung)”

B. Latar Belakang

Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung ditemukan

permasalahan-permasalahan yang membuat pembelajaran sejarah kurang efektif. Salah satu

permasalahan tersebut yakni rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran

sejarah. Ini dapat dilihat ketika guru beberapa kali memberikan pertanyaan kepada siswa,

namun sedikit sekali siswa yang mencoba untuk menjawab, adapun yang menjawab

jawabannya masih keliru dan cenderung asal-asalan. Ketidakmampuan siswa dalam

menjawab tersebut menggambarkan rendahnya pemahaman konsep siswa.

Pembelajaran di kelas yang masih berorientasi teacher centered menjadi salah satu

penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. Guru

masih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas dengan metode yang paling sering

digunakan yakni metode ceramah. Dengan pembelajaran yang masih teacher centered seperti

itu proses pembelajaran menjadi kurang efektif, karena siswa hanya duduk, mendengar, dan

sesekali mencatat saja. Pembelajaran bersifat searah dan partisipasi aktif dari siswa kurang,

yang mana pada akhirnya mengakibatkan materi yang disampaikan oleh guru tidak bisa

diterima dengan baik oleh siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak benar-benar paham

konsep yang dipelajarinya. Selain itu, penggunaan metode yang kurang variatif dan

cenderung monoton menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang tertarik belajar sejarah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep pada siswa adalah dengan

pemilihan metode yang mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Page 3: proposal ptk.docx

Karena untuk dapat melatih pemahaman konsep pada siswa, dibutuhkan keterlibatan aktif

siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam

pembelajaran, maka peluang sebuah materi pelajaran untuk diserap dengan optimal oleh

siswa pun lebih besar.

Pentingnya pemahaman konsep dalam suatu pembelajaran ini diungkapkan oleh Dahar

(1996) dalam Nuraeni (2012), sebagai berikut:

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-

batu pembangun (building block) berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi

proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan

generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui

aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang

diperolehnya.

Untuk mengatasi permasalahan di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung, peneliti

menawarkan solusi yakni dengan penerapan metode permainan What’s My Line. Adishifa

(2012), mengungkapkan bahwa metode permainan What’s My Line merupakan sebuah

metode yang membantu siswa untuk mempelajari materi kognitif secara mandiri dan aktif.

Adishifa (2012) juga mengungkapkan bahwa metode permainan What’s My Line merupakan

metode belajar yang menginginkan siswa selama proses pembelajaran untuk melakukan

pencarian aktif dan mandiri mengenai sebuah konsep atau fakta.

Dengan diterapkannya metode permainan What’s My Line ini diharapkan dapat

memperbaiki pemahaman konsep siswa yang rendah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung,

khususnya pada mata pelajaran sejarah. Judul yang dirasa cocok oleh peneliti pada penelitian

ini adalah “Penerapan Metode Permainan What’s My Line pada Pembelajaran Sejarah untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16

Bandung)”.

Page 4: proposal ptk.docx

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan utama penelitian

ini yaitu bagaimana penerapan metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung.

Selain itu, agar permasalahan di atas lebih terarah, akan dijabarkan ke dalam beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah merencanakan metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16

Bandung?

2. Bagaimanakah melaksanakan metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16

Bandung?

3. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya metode permainan

What’s My Line dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung?

4. Bagaimana mengatasi kendala-kendala yang ditemukan saat diterapkannya metode

permainan What’s My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam

pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang penerapan metode

permainan What’s My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam

pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung.

Page 5: proposal ptk.docx

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Membuat perencanaan penerapan metode permainan What’s My Line untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2

SMAN 16 Bandung.

2. Melaksanakan dan mengkaji metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16

Bandung.

3. Menganalisis pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya penerapan metode

permainan What’s My Line dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16

Bandung.

4. Memberikan solusi-solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada saat

pelaksanaan metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan pemahaman

konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diambil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan wawasan dan juga pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan metode

permainan What’s My Line dalam pembelajaran sejarah di sekolah.

2. Memberikan suatu pengalaman belajar yang baru bagi siswa kelas XI IPS 2 SMAN 16

Bandung.

3. Memberikan suatu alternatif bagi guru dalam upaya mengatasi masalah rendahnya

pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran sejarah.

Page 6: proposal ptk.docx

F. Definisi Operasional

1. Metode Permainan What’s My Line

Metode Permainan What’s My Line merupakan salah satu pembelajaran aktif yang

dikembangkan oleh Mel Silberman. Metode permainan What’s My Line diadaptasi dari

sebuah acara televisi sekitar tahun 50-an di Amerika Serikat dengan nama yang sama yakni

What’s My Line.

Acara What’s My Line adalah sebuah acara game show. Dalam tiap acaranya What’s

My Line akan mendatangkan seorang tamu misteri. Tamu misteri tersebut biasanya adalah

seorang tokoh terkenal yang mempunyai nama. Kemudian empat orang panelis yang ditutup

matanya harus menebak siapakah tamu misteri yang didatangkan tersebut. Tamu misteri akan

memberikan sebuah clue mengenai dirinya, kemudian keempat panelis dipersilahkan

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan tamu misteri. Pertanyaan yang diajukan

adalah pertanyaan yang sifatnya jawaban tertutup, yang hanya bisa dijawab “ya” atau “tidak”

oleh sang tamu misteri. Contohnya adalah “Apakah hobby anda adalah memancing?”,

kemudian dijawab oleh tamu misteri “ya” atau “tidak”. Begitu seterusnya hingga salah satu

dari panelis dapat menebak siapa tamu misteri tersebut.

Silberman mengadaptasi permainan tersebut ke dalam pembelajaran di kelas, tentunya

terdapat sedikit perubahan dari permainan aslinya. Perbedaan yang paling mencolok yakni

posisi tamu misteri. Jika tamu misteri pada acara televisi adalah benar-benar tamu misteri

yakni seorang tokoh ternama, maka pada permainan What’s My Line yang dikembangkan

Silbeman dalam pembelajaran di kelas posisi tamu misteri tersebut digantikan oleh kartu.

Kartu tersebut dapat bertuliskan nama tokoh, kejadian, ataupun suatu konsep. Para siswa

yang bertindak sebagai panelis harus menebak isi kartu tersebut.

Page 7: proposal ptk.docx

Adapun permainan What’s My Line yang akan dikembangkan pada penelitian ini tidak

akan jauh berbeda dari yang telah dikembangkan Silberman. Secara rinci langkah-langkah

permainan What’s My Line yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1) Siswa di kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok yang beranggotakan 11

orang sebanyak tiga kelompok, dan yang beranggotakan 10 orang sebanyak satu

kelompok. (Jumlah total siswa di kelas: 43 orang)

2) Guru menentukan topik dari suatu materi pelajaran yang akan dimainkan dalam

permainan What’s My Line nanti.

3) Para siswa diminta untuk melakukan pencarian sumber berdasarkan topik yang telah

ditentukan tersebut. Setelah siswa mendapatkan sumber yang berkaitan dengan topik,

siswa juga diminta untuk membaca sumber tersebut dengan seksama.

4) Guru kemudian menunjuk empat orang perwakilan dari tiap kelompok untuk membantu

memeragakan dan memberikan kata kunci tentang “tamu misteri” yang dipegangnya di

depan kelas kepada teman-temannya.

5) Keempat orang yang ditunjuk tersebut kemudian melemparkan kata kunci tentang “tamu

misteri” yang mereka pegang masing-masing kepada temannya secara bergiliran seorang

demi seorang. Jika satu tamu misteri telah berhasil ditebak, barulah si pemegang kartu

misteri selanjutnya maju ke depan.

6) Setelah semua kartu berhasil tertebak, guru mengadakan tes untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang baru saja dipelajari.

Page 8: proposal ptk.docx

Aturan main:

1) Seluruh siswa yang tidak diberi tugas untuk memperagakan “tamu misteri” adalah

panelis. Panelis dibagi menjadi 4 kelompok.

2) Seluruh anggota panelis boleh mengajukan pertanyaan “ya” atau “tidak” yang berkaitan

dengan tamu misteri. Setiap kelompok panelis secara bergiliran mengajukan 1

pertanyaan kepada tamu misteri.

3) Siswa dalam kelompok panelis yang telah mengajukan pertanyaan, tidak dibolehkan

untuk kembali bertanya. Pertanyaan harus diajukan teman dalam kelompoknya yang

belum berkesempatan untuk bertanya.

4) Setiap kelompok panelis secara bergiliran mengajukan 1 pertanyaan kepada tamu

misteri. Namun apabila jawaban dari tamu misteri adalah “ya”, maka kelompok panelis

boleh mengajukan pertanyaan kembali. Tentunya yang bertanya haruslah siswa yang

berbeda dalam kelompok tersebut.

5) Panelis baru diperbolehkan menebak siapa tamu misteri, setelah panelis bertanya kepada

tamu misteri dan mendapatkan jawaban “ya”. Hal ini diterapkan untuk mencegah

terjadinya guessing atau asal tebak pada permainan ini.

2. Pemahaman Konsep

Secara bahasa pemahaman mempunyai kata dasar paham. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, paham adalah mengerti dengan tepat. Sementara konsep mempunyai arti

suatu ide atau pengertian yang diabstrakkan dari dari peristiwa konkret. Jadi, dapat

disimpulkan pemahaman konsep adalah mengerti dengan tepat tentang suatu ide.

Page 9: proposal ptk.docx

Bloom dalam Sagala (2003: 157), mengungkapkan bahwa pemahaman adalah tingkatan

kedua dalam ranah kognitif. Sementara Fadillah (2012) menjelaskan bahwa aspek

pemahaman merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan untuk mengerti atau

memahami suatu konsep dan memaknai arti suatu materi. Lebih lanjut lagi Fadillah (2012)

berpendapat bahwa aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan seseorang dalam

menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.

Sementara itu Bloom (1978) mengkategorikan pemahaman menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Menerjemahkan (Translation)

Kategori yang pertama adalah menerjemahkan. Menerjemahkan di sini memiliki

arti bukan selalu mengalih-bahasakan dari satu bahasa ke satu bahasa lain, tetapi juga

dapat dari konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik sehingga mudah untuk

dipelajari.

2) Menafsirkan (Interpretation)

Kategori ini lebih luas lagi dari menerjemahkan. Menafsirkan adalah kemampuan

untuk mengerti dan memahami pokok ide dari suatu komunikasi.

3) Ekstrapolasi (extrapolation)

Kemampuan kategori ini tingkatannya lebih tinggi daripada dua sebelumnya.

Kemampuan ekstrapolasi ini menuntut tingkat intelektual yang lebih tinggi. Contoh dari

kemampuan ekstrapolasi ini adalah membuat semacam prediksi akan sebuah

kemungkinan yang akan muncul dari sejumlah data.

Page 10: proposal ptk.docx

Adapun dalam penelitian kali ini, kategori pemahaman yang akan dipakai yakni

menerjemahkan (translation) dan menginterpretasi (interpretation). Secara lebih rinci,

sebagai berikut:

1) Menerjemahkan (translation)

Dalam kategori ini yang akan diamati adalah:

a. Kemampuan siswa dalam menerjemahkan sumber-sumber yang berkaitan dengan

topik yang ditentukan guru dalam permainan What’s My Line.

b. Kemampuan siswa menerjemahkan setiap kata kunci yang diberikan oleh temannya

saat permainan What’s My Line berlangsung.

c. Kemampuan siswa menerjemahkan setiap pertanyaan dan jawaban yang diberikan

selama berlangsungnya permainan What’s My Line hingga dapat menebak konsep

apa yang tertera dalam kartu.

2) Menginterpretasi (interpretation)

Dalam kategori ini, kemampuan yang akan diamati adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan memahami dan menginterpretasikan berbagai sumber yang telah siswa

cari secara benar.

b. Kemampuan untuk membenarkan atau menyangkal pertanyaan yang diajukan

kelompok panelis berdasarkan sumber yang telah ia baca.

c. Kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal tes yang diberikan oleh guru.

Page 11: proposal ptk.docx

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Arifin (2012: 97) mengutip beberapa pengertian mengenai PTK, di antaranya:

1. Ebutt dalam Hopkins (1993), menjelaskan penelitian tindakan adalah suatu studi

percobaan yang sistematis untuk memperbaiki praktik pendidikan dengan melibatkan

kelompok partisipan (guru) melalui tindakan pembelajaran dan refleksi mereka sebagai

akibat dari tindakan tersebut.

2. Rapoport dalam Hopkins (1993), menyatakan penelitian kelas digunakan untuk

membantu seseorang mengatasi masalah-masalah praktis dalam situasi darurat dan

membantu pancapaian tujuan social sciece secara kolaboratif sesuai dengan norma atau

aturan yang disepakati.

3. Hopkins (1993) sendii menjelaskan secara singkat, bahwa penelitian tindakan kelas

adalah penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas. Dalam

uraian selanjutnya, ia mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

menggabungkan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, yaitu tindakan yang

dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang

terjadi dengan melibatkan diri dalam proses perbaikan.

4. Elliot (1991), menjelaskan penelitian tindakan merupakan kajian tentang situasi sosial

dengan suatu tindakan agar dapat memperbaiki mutu situasi yang ada di dalamnya.

5. Kemmis (1992) menyatakan, action research as a form of self-reflective inquiry

undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to

improve the rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b)

Page 12: proposal ptk.docx

their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are

carried out.

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah suatu proses penelitan ilmiah yang bertujuan untuk memperbaiki proses

pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan dan refleksi diri yang dilakukan oleh guru

secara mandiri ataupun kelompok.

Seperti penelitian pendidikan lainnya, PTK juga memiliki beberapa karakteristik,

diungkapkan Sukardi (2004: 211) di antaranya:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam

kehidupan pofesi sehari-hari.

2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana

untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat

dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.

3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan

atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara

intensif.

4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah

maupun sebelum tindakan.

Kemudian lebih rinci lagi mengenai tujuan penelitian tindakan kelas dijelaskan Arifin

(2012: 100), sebagai berikut:

1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan

pembelajaran di sekolah dan LPTK.

Page 13: proposal ptk.docx

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pendidikan dan

pembelajaran di dalam kelas.

3. Meningkatkan kemampuan dan layanan professional guru dan tenaga kependidikan.

4. Mengembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta

sikap proaktif untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan (sustainable).

5. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga kependidikan

khususnya di sekolah dalam melakukan PTK.

6. Meningkatkan kerja sama professional di antara guru dan tenaga kependidikan di sekolah

dan LPTK.

Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan mengenai PTK di atas, maka peneliti

memutuskan untuk memilih PTK sebagai metode penelitian. Alasan peneliti memilihnya

sebagai metode yakni karena tujuan dari PTK dan peneliti sejalan yakni ingin memperbaiki

pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran sejarah. Berangkat dari permasalahan yang

ditemukan di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung yakni berkaitan dengan rendahnya

pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran sejarah, peneliti mencoba memberikan sebuah

solusi dengan penerapan metode permainan What’s My Line melalui suatu penelitian

tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas tersebut diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa pada saat pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran

sejarah.

Setelah memutuskan untuk memilih PTK, selanjutnya peneliti menentukan desain dari

penelitian tersebut. Desain penelitian yang dipilih adalah model dari Kemmis dan Taggart.

Desain model Kemmis dan Taggart ini dipilih karena dirasakan cocok dengan metode

Page 14: proposal ptk.docx

permainan What’s My Line yang akan peneliti kembangkan, yakni dalam satu siklus terdapat

satu tindakan. Model dari Kemmis dan Taggart ini dalam satu siklus terdapat empat tahapan,

yakni perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Secara

sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Perencanaan (plan)

Tahapan ini meliputi segala persiapan yang dibutuhkan dalam penelitian, mulai dari

pra-penelitian, identifikasi masalah, menentukan solusi atas masalah tersebut, merancang

RPP yang akan digunakan pada saat penelitian, hingga menyusun instrument penelitian.

b. Tindakan (act)

Tahapan ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dirancang

sebelumnya. Tindakan dilakukan dalam beberapa siklus dan akan dihentikan ketika telah

mencapai titik jenuh.

Page 15: proposal ptk.docx

c. Pengamatan (observe)

Tahapan ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan sesuai

dengan perencanaan atau tidak. Tahapan ini dilaksanakan dengan bantuan dari mitra sebagai

observer. Nantinya hasil dari tahap pengamatan ini akan menjadi masukan untuk siklus-siklus

selanjutnya.

d. Refleksi (reflect)

Tahapan ini merupakan tahap perenungan kembali atas apa yang telah dilakukan.

Perenungan tersebut dilakukan dengan diskusi bersama mitra atau kolaborator berdasarkan

hasil pengamatan di kelas. Dari hasil refleksi kemudian diputuskan hal-hal apa saja yang akan

dilakukan untuk siklus selanjutnya.

H. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kelas SMA Negeri 16 Bandung, yang beralamat di

Jalan Mekarsari No.81, Babakan Sari Kiaracondong. Adapun kelas yang dipilih untuk

penelitian kali ini yakni kelas XI IPS 2. Kelas XI IPS 2 terdiri dari 43 siswa, dengan

komposisi 20 orang siswa dan 23 orang siswi. Dipilihnya kelas XI IPS 2 dikarenakan peneliti

menemukan adanya permasalahan pemahaman konsep yang rendah pada mata pelajaran

sejarah.

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kali ini, teknik pengumpulan data yang direncanakan adalah sebagai

berikut:

Page 16: proposal ptk.docx

1. Observasi

Dalam Sukmadinata (2005: 220), disebutkan bahwa observasi atau pengamatan

merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Senada dengan Sukmadinata,

Arifin (2012: 231) juga mengungkapkan bahwa observasi merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi

sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Adapun dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan yakni untuk

mengamati guru dan siswa. Mengamati guru yakni untuk mengetahui apakah yang

dilakukan guru di kelas sesuai dengan rencana atau tidak. Kemudian pengamatan kepada

siswa bertujuan untuk mengamati aktivitas belajar siswa di kelas berkaitan dengan

diterapkannya metode permainan What’s My Line. Observasi yang dilakukan dalam

penelitian ini, adalah observasi terbuka. Hopkins dalam Rochiati (2005) menjelaskan

yang disebut observasi terbuka ialah apabila pengamat atau observer melakukan

pengamatannya dengan mengambil kertas, pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu

yang tejadi di kelas (Wiriaatmadja, 2005 : 110).

2. Wawancara

Menurut Kunandar (2011: 157), wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan

yang dilakukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan

informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki dan memiliki

relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas. Sementara itu menurut

Hopkins (1993) dalam Kunandar (2011: 157), wawancara adalah suatu cara untuk

mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.

Page 17: proposal ptk.docx

Dalam penelitian kali ini, wawancara yang dilakukan akan ditujukan kepada siswa.

Beberapa siswa sebagai perwakilan akan diwawancarai tentang tanggapannya mengenai

penerapan metode What’s My Line dalam pembelajaran sejarah.

3. Studi Dokumentasi

Dalam Arifin (2012: 243) dijelaskan bahwa studi dokumentasi adalah teknik untuk

mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti: silabus,

program tahunan, program bulanan, program mingguan, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), catatan pribadi peserta didik, buku raport, kisi-kisi, daftar nilai,

lembar soal/tugas, lembar jawaban, dan lain-lain.

Untuk penelitian kali ini, dokumen yang akan dipakai disesuaikan dengan

keperluan penelitian yaitu meliputi RPP, daftar hadir siswa, laporan tugas siswa, dan

hasil tes siswa.

4. Tes

Menurut Arifin (2012: 226), tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya

terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan

atau dijawab oleh responden. Dalam penelitian kali ini, tes digunakan untuk mengukur

tingkat pemahaman konsep pada siswa dalam pembelajaran sejarah.

J. Instrumen Penelitian

Adapun instrument penelitian yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan dibantu oleh

mitra untuk melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Pedoman

Page 18: proposal ptk.docx

observasi ini dibuat menjadi dua macam, yakni pedoman observasi untuk mengamati

guru dan pedoman observasi untuk mengamati siswa.

Tujuan dari penggunaan pedoman observasi ini yaitu untuk mengetahui apakah

tindakan yang guru lakukan sudah sesuai dengan rencana dan juga bagaimana respon

aktivitas siswa dengan diterapkannya metode permainan What’s My Line.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan mencatat segala sesuatu yang terjadi di kelas pada saat

pembelajaran. Catatan lapangan ini sifatnya detil karena mencatat segala sesuatu yang

terjadi di kelas mulai awal hingga akhir pembelajaran, mulai dari kegiatan

pendahuluan, inti hingga kegiatan penutup pembelajaran. Catatan lapangan

mencatatkan hal-hal sekecil apapun yang terjadi di kelas menjadi sebuah jalinan cerita

yang dapat menggambarkan secara keseluruhan tentang apa saja yang terjadi di kelas

kepada pembacanya.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan

berkaitan dengan tanggapan siswa mengenai diterapkannya metode permainan What’s

My Line dalam pembelajaran di kelas. Pertanyaan tersebut tentunya dijawab siswa

secara lisan. Dari 43 orang siswa, dipilih 10 orang siswa yang dianggap dapat

mewakili pandangan kelas secara keseluruhan.

4. Pedoman Tes

Tes diberikan setelah permainan What’s My Line berakhir, yakni menjelang

akhir pembelajaran. Dalam penelitian kali ini, tes digunakan untuk mengukur tingkat

pemahaman konsep pada siswa dalam pembelajaran sejarah.

Page 19: proposal ptk.docx

K. Analisis Data

a. Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang digunakan selama

penelitian berlangsung. Data-data tersebut di antaranya, hasil observasi, catatan

lapangan, hasil wawancara, dan juga daftar ceklis aktivitas siswa.

b. Validasi Data

Validasi data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kebenaran dari

penelitian. Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2005: 168-170) langkah-langkah

yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1) Member Check

Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber

yang relevan dengan PTK apakah keterangan atas informasi atau penjelasan itu

tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data

itu terperiksa kebenarannya.

2) Audit trail

Audit trail yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau

prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan. Selain

itu, peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra

peneliti. Audit trail dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama

seperti peneliti.

Page 20: proposal ptk.docx

3) Expert Opinion

Expert opinion yakni dengan meminta pendapat kepada orang yang

dianggap ahli atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar di bidang studi

untukmemeriksa semua tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan

arahan atau judgements terhadap masalah-masalah penelitian yang dikaji. Dalam

penelitian ini yang dimintai pendapat yakni dosen pembimbing.

c. Interpretasi

Berdasarkan semua data dan hasil temuan peneliti, maka tahap selanjutnya yaitu

interpretasi. Interpretasi merupakan penafsiran dari semua data dan hasil temuan

selama penelitian di lapangan. Penafsiran tersebut dapat berupa kesimpulan, saran

ataupun rekomendasi untuk menjadi bahan pertimbangan ke depannya.

L. Struktur Organisasi

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan.

Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah penelitian,

rumusan masalah dan pertanyaan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II: Landasan Teoritis

Dalam bab ini dijabarkan landasan-landasan teoritis yang digunakan sebagai fondasi

dalam melaksanakan penelitian.

Page 21: proposal ptk.docx

BAB III: Metodologi Penelitian

Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh oleh peneliti. Tahapan

tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian berikut dengan penjelasannya berkenaan

dengan temuan di lapangan.

BAB V: Kesimpulan

Bab ini merupakan jawaban peneliti atas permasalahan yang diteliti.

M. Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Pengembangan

Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Silberman, M. (2012). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Page 22: proposal ptk.docx

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.

Zaini, H et al. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sumber Skripsi:

Adishifa, KS. (2012). Penerapan Metode Permainan Tipe What’s My Line untuk

Meningkatkan Aktivitas Siswa: Sebuah Penelitian Tindakan Kelas Dalam

Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 1 SMA Puragabaya Bandung. Skripsi Sarjana

pada Pendidikan Sejarah UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fadillah, R.A. (2012). Penerapan Model Pembeajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam

Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa.

Nuraeni, A. (2012). Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Think Talk

Write (TTW) Terhadap Pemahaman Konsep Pada Siswa Dalam Mata Pelajaran

Ekonomi (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung).