Upload
fith91
View
29
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN METODE PERMAINAN WHAT’S MY LINE
PADA PEMBELAJARAN SEJARAH
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16 Bandung)
PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Seminar Penelitian Karya Ilmiah
Oleh:
Muhammad Fithrah 0906734
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
A. Judul
“Penerapan Metode Permainan What’s My Line pada Pembelajaran Sejarah untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16
Bandung)”
B. Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung ditemukan
permasalahan-permasalahan yang membuat pembelajaran sejarah kurang efektif. Salah satu
permasalahan tersebut yakni rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
sejarah. Ini dapat dilihat ketika guru beberapa kali memberikan pertanyaan kepada siswa,
namun sedikit sekali siswa yang mencoba untuk menjawab, adapun yang menjawab
jawabannya masih keliru dan cenderung asal-asalan. Ketidakmampuan siswa dalam
menjawab tersebut menggambarkan rendahnya pemahaman konsep siswa.
Pembelajaran di kelas yang masih berorientasi teacher centered menjadi salah satu
penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung. Guru
masih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas dengan metode yang paling sering
digunakan yakni metode ceramah. Dengan pembelajaran yang masih teacher centered seperti
itu proses pembelajaran menjadi kurang efektif, karena siswa hanya duduk, mendengar, dan
sesekali mencatat saja. Pembelajaran bersifat searah dan partisipasi aktif dari siswa kurang,
yang mana pada akhirnya mengakibatkan materi yang disampaikan oleh guru tidak bisa
diterima dengan baik oleh siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak benar-benar paham
konsep yang dipelajarinya. Selain itu, penggunaan metode yang kurang variatif dan
cenderung monoton menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang tertarik belajar sejarah.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep pada siswa adalah dengan
pemilihan metode yang mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Karena untuk dapat melatih pemahaman konsep pada siswa, dibutuhkan keterlibatan aktif
siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran, maka peluang sebuah materi pelajaran untuk diserap dengan optimal oleh
siswa pun lebih besar.
Pentingnya pemahaman konsep dalam suatu pembelajaran ini diungkapkan oleh Dahar
(1996) dalam Nuraeni (2012), sebagai berikut:
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-
batu pembangun (building block) berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi
proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan
generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui
aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang
diperolehnya.
Untuk mengatasi permasalahan di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung, peneliti
menawarkan solusi yakni dengan penerapan metode permainan What’s My Line. Adishifa
(2012), mengungkapkan bahwa metode permainan What’s My Line merupakan sebuah
metode yang membantu siswa untuk mempelajari materi kognitif secara mandiri dan aktif.
Adishifa (2012) juga mengungkapkan bahwa metode permainan What’s My Line merupakan
metode belajar yang menginginkan siswa selama proses pembelajaran untuk melakukan
pencarian aktif dan mandiri mengenai sebuah konsep atau fakta.
Dengan diterapkannya metode permainan What’s My Line ini diharapkan dapat
memperbaiki pemahaman konsep siswa yang rendah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung,
khususnya pada mata pelajaran sejarah. Judul yang dirasa cocok oleh peneliti pada penelitian
ini adalah “Penerapan Metode Permainan What’s My Line pada Pembelajaran Sejarah untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMAN 16
Bandung)”.
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan utama penelitian
ini yaitu bagaimana penerapan metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung.
Selain itu, agar permasalahan di atas lebih terarah, akan dijabarkan ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah merencanakan metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16
Bandung?
2. Bagaimanakah melaksanakan metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16
Bandung?
3. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya metode permainan
What’s My Line dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung?
4. Bagaimana mengatasi kendala-kendala yang ditemukan saat diterapkannya metode
permainan What’s My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang penerapan metode
permainan What’s My Line untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membuat perencanaan penerapan metode permainan What’s My Line untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2
SMAN 16 Bandung.
2. Melaksanakan dan mengkaji metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16
Bandung.
3. Menganalisis pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya penerapan metode
permainan What’s My Line dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16
Bandung.
4. Memberikan solusi-solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada saat
pelaksanaan metode permainan What’s My Line untuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diambil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan wawasan dan juga pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan metode
permainan What’s My Line dalam pembelajaran sejarah di sekolah.
2. Memberikan suatu pengalaman belajar yang baru bagi siswa kelas XI IPS 2 SMAN 16
Bandung.
3. Memberikan suatu alternatif bagi guru dalam upaya mengatasi masalah rendahnya
pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran sejarah.
F. Definisi Operasional
1. Metode Permainan What’s My Line
Metode Permainan What’s My Line merupakan salah satu pembelajaran aktif yang
dikembangkan oleh Mel Silberman. Metode permainan What’s My Line diadaptasi dari
sebuah acara televisi sekitar tahun 50-an di Amerika Serikat dengan nama yang sama yakni
What’s My Line.
Acara What’s My Line adalah sebuah acara game show. Dalam tiap acaranya What’s
My Line akan mendatangkan seorang tamu misteri. Tamu misteri tersebut biasanya adalah
seorang tokoh terkenal yang mempunyai nama. Kemudian empat orang panelis yang ditutup
matanya harus menebak siapakah tamu misteri yang didatangkan tersebut. Tamu misteri akan
memberikan sebuah clue mengenai dirinya, kemudian keempat panelis dipersilahkan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan tamu misteri. Pertanyaan yang diajukan
adalah pertanyaan yang sifatnya jawaban tertutup, yang hanya bisa dijawab “ya” atau “tidak”
oleh sang tamu misteri. Contohnya adalah “Apakah hobby anda adalah memancing?”,
kemudian dijawab oleh tamu misteri “ya” atau “tidak”. Begitu seterusnya hingga salah satu
dari panelis dapat menebak siapa tamu misteri tersebut.
Silberman mengadaptasi permainan tersebut ke dalam pembelajaran di kelas, tentunya
terdapat sedikit perubahan dari permainan aslinya. Perbedaan yang paling mencolok yakni
posisi tamu misteri. Jika tamu misteri pada acara televisi adalah benar-benar tamu misteri
yakni seorang tokoh ternama, maka pada permainan What’s My Line yang dikembangkan
Silbeman dalam pembelajaran di kelas posisi tamu misteri tersebut digantikan oleh kartu.
Kartu tersebut dapat bertuliskan nama tokoh, kejadian, ataupun suatu konsep. Para siswa
yang bertindak sebagai panelis harus menebak isi kartu tersebut.
Adapun permainan What’s My Line yang akan dikembangkan pada penelitian ini tidak
akan jauh berbeda dari yang telah dikembangkan Silberman. Secara rinci langkah-langkah
permainan What’s My Line yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1) Siswa di kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok yang beranggotakan 11
orang sebanyak tiga kelompok, dan yang beranggotakan 10 orang sebanyak satu
kelompok. (Jumlah total siswa di kelas: 43 orang)
2) Guru menentukan topik dari suatu materi pelajaran yang akan dimainkan dalam
permainan What’s My Line nanti.
3) Para siswa diminta untuk melakukan pencarian sumber berdasarkan topik yang telah
ditentukan tersebut. Setelah siswa mendapatkan sumber yang berkaitan dengan topik,
siswa juga diminta untuk membaca sumber tersebut dengan seksama.
4) Guru kemudian menunjuk empat orang perwakilan dari tiap kelompok untuk membantu
memeragakan dan memberikan kata kunci tentang “tamu misteri” yang dipegangnya di
depan kelas kepada teman-temannya.
5) Keempat orang yang ditunjuk tersebut kemudian melemparkan kata kunci tentang “tamu
misteri” yang mereka pegang masing-masing kepada temannya secara bergiliran seorang
demi seorang. Jika satu tamu misteri telah berhasil ditebak, barulah si pemegang kartu
misteri selanjutnya maju ke depan.
6) Setelah semua kartu berhasil tertebak, guru mengadakan tes untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang baru saja dipelajari.
Aturan main:
1) Seluruh siswa yang tidak diberi tugas untuk memperagakan “tamu misteri” adalah
panelis. Panelis dibagi menjadi 4 kelompok.
2) Seluruh anggota panelis boleh mengajukan pertanyaan “ya” atau “tidak” yang berkaitan
dengan tamu misteri. Setiap kelompok panelis secara bergiliran mengajukan 1
pertanyaan kepada tamu misteri.
3) Siswa dalam kelompok panelis yang telah mengajukan pertanyaan, tidak dibolehkan
untuk kembali bertanya. Pertanyaan harus diajukan teman dalam kelompoknya yang
belum berkesempatan untuk bertanya.
4) Setiap kelompok panelis secara bergiliran mengajukan 1 pertanyaan kepada tamu
misteri. Namun apabila jawaban dari tamu misteri adalah “ya”, maka kelompok panelis
boleh mengajukan pertanyaan kembali. Tentunya yang bertanya haruslah siswa yang
berbeda dalam kelompok tersebut.
5) Panelis baru diperbolehkan menebak siapa tamu misteri, setelah panelis bertanya kepada
tamu misteri dan mendapatkan jawaban “ya”. Hal ini diterapkan untuk mencegah
terjadinya guessing atau asal tebak pada permainan ini.
2. Pemahaman Konsep
Secara bahasa pemahaman mempunyai kata dasar paham. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, paham adalah mengerti dengan tepat. Sementara konsep mempunyai arti
suatu ide atau pengertian yang diabstrakkan dari dari peristiwa konkret. Jadi, dapat
disimpulkan pemahaman konsep adalah mengerti dengan tepat tentang suatu ide.
Bloom dalam Sagala (2003: 157), mengungkapkan bahwa pemahaman adalah tingkatan
kedua dalam ranah kognitif. Sementara Fadillah (2012) menjelaskan bahwa aspek
pemahaman merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan untuk mengerti atau
memahami suatu konsep dan memaknai arti suatu materi. Lebih lanjut lagi Fadillah (2012)
berpendapat bahwa aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan seseorang dalam
menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.
Sementara itu Bloom (1978) mengkategorikan pemahaman menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Menerjemahkan (Translation)
Kategori yang pertama adalah menerjemahkan. Menerjemahkan di sini memiliki
arti bukan selalu mengalih-bahasakan dari satu bahasa ke satu bahasa lain, tetapi juga
dapat dari konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik sehingga mudah untuk
dipelajari.
2) Menafsirkan (Interpretation)
Kategori ini lebih luas lagi dari menerjemahkan. Menafsirkan adalah kemampuan
untuk mengerti dan memahami pokok ide dari suatu komunikasi.
3) Ekstrapolasi (extrapolation)
Kemampuan kategori ini tingkatannya lebih tinggi daripada dua sebelumnya.
Kemampuan ekstrapolasi ini menuntut tingkat intelektual yang lebih tinggi. Contoh dari
kemampuan ekstrapolasi ini adalah membuat semacam prediksi akan sebuah
kemungkinan yang akan muncul dari sejumlah data.
Adapun dalam penelitian kali ini, kategori pemahaman yang akan dipakai yakni
menerjemahkan (translation) dan menginterpretasi (interpretation). Secara lebih rinci,
sebagai berikut:
1) Menerjemahkan (translation)
Dalam kategori ini yang akan diamati adalah:
a. Kemampuan siswa dalam menerjemahkan sumber-sumber yang berkaitan dengan
topik yang ditentukan guru dalam permainan What’s My Line.
b. Kemampuan siswa menerjemahkan setiap kata kunci yang diberikan oleh temannya
saat permainan What’s My Line berlangsung.
c. Kemampuan siswa menerjemahkan setiap pertanyaan dan jawaban yang diberikan
selama berlangsungnya permainan What’s My Line hingga dapat menebak konsep
apa yang tertera dalam kartu.
2) Menginterpretasi (interpretation)
Dalam kategori ini, kemampuan yang akan diamati adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan memahami dan menginterpretasikan berbagai sumber yang telah siswa
cari secara benar.
b. Kemampuan untuk membenarkan atau menyangkal pertanyaan yang diajukan
kelompok panelis berdasarkan sumber yang telah ia baca.
c. Kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal tes yang diberikan oleh guru.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Arifin (2012: 97) mengutip beberapa pengertian mengenai PTK, di antaranya:
1. Ebutt dalam Hopkins (1993), menjelaskan penelitian tindakan adalah suatu studi
percobaan yang sistematis untuk memperbaiki praktik pendidikan dengan melibatkan
kelompok partisipan (guru) melalui tindakan pembelajaran dan refleksi mereka sebagai
akibat dari tindakan tersebut.
2. Rapoport dalam Hopkins (1993), menyatakan penelitian kelas digunakan untuk
membantu seseorang mengatasi masalah-masalah praktis dalam situasi darurat dan
membantu pancapaian tujuan social sciece secara kolaboratif sesuai dengan norma atau
aturan yang disepakati.
3. Hopkins (1993) sendii menjelaskan secara singkat, bahwa penelitian tindakan kelas
adalah penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas. Dalam
uraian selanjutnya, ia mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
menggabungkan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, yaitu tindakan yang
dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang
terjadi dengan melibatkan diri dalam proses perbaikan.
4. Elliot (1991), menjelaskan penelitian tindakan merupakan kajian tentang situasi sosial
dengan suatu tindakan agar dapat memperbaiki mutu situasi yang ada di dalamnya.
5. Kemmis (1992) menyatakan, action research as a form of self-reflective inquiry
undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to
improve the rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b)
their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are
carried out.
Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah suatu proses penelitan ilmiah yang bertujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan dan refleksi diri yang dilakukan oleh guru
secara mandiri ataupun kelompok.
Seperti penelitian pendidikan lainnya, PTK juga memiliki beberapa karakteristik,
diungkapkan Sukardi (2004: 211) di antaranya:
1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam
kehidupan pofesi sehari-hari.
2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana
untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat
dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.
3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan
atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara
intensif.
4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah
maupun sebelum tindakan.
Kemudian lebih rinci lagi mengenai tujuan penelitian tindakan kelas dijelaskan Arifin
(2012: 100), sebagai berikut:
1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah dan LPTK.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pendidikan dan
pembelajaran di dalam kelas.
3. Meningkatkan kemampuan dan layanan professional guru dan tenaga kependidikan.
4. Mengembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta
sikap proaktif untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan (sustainable).
5. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga kependidikan
khususnya di sekolah dalam melakukan PTK.
6. Meningkatkan kerja sama professional di antara guru dan tenaga kependidikan di sekolah
dan LPTK.
Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan mengenai PTK di atas, maka peneliti
memutuskan untuk memilih PTK sebagai metode penelitian. Alasan peneliti memilihnya
sebagai metode yakni karena tujuan dari PTK dan peneliti sejalan yakni ingin memperbaiki
pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran sejarah. Berangkat dari permasalahan yang
ditemukan di kelas XI IPS 2 SMAN 16 Bandung yakni berkaitan dengan rendahnya
pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran sejarah, peneliti mencoba memberikan sebuah
solusi dengan penerapan metode permainan What’s My Line melalui suatu penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas tersebut diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada saat pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran
sejarah.
Setelah memutuskan untuk memilih PTK, selanjutnya peneliti menentukan desain dari
penelitian tersebut. Desain penelitian yang dipilih adalah model dari Kemmis dan Taggart.
Desain model Kemmis dan Taggart ini dipilih karena dirasakan cocok dengan metode
permainan What’s My Line yang akan peneliti kembangkan, yakni dalam satu siklus terdapat
satu tindakan. Model dari Kemmis dan Taggart ini dalam satu siklus terdapat empat tahapan,
yakni perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Perencanaan (plan)
Tahapan ini meliputi segala persiapan yang dibutuhkan dalam penelitian, mulai dari
pra-penelitian, identifikasi masalah, menentukan solusi atas masalah tersebut, merancang
RPP yang akan digunakan pada saat penelitian, hingga menyusun instrument penelitian.
b. Tindakan (act)
Tahapan ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dirancang
sebelumnya. Tindakan dilakukan dalam beberapa siklus dan akan dihentikan ketika telah
mencapai titik jenuh.
c. Pengamatan (observe)
Tahapan ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan sesuai
dengan perencanaan atau tidak. Tahapan ini dilaksanakan dengan bantuan dari mitra sebagai
observer. Nantinya hasil dari tahap pengamatan ini akan menjadi masukan untuk siklus-siklus
selanjutnya.
d. Refleksi (reflect)
Tahapan ini merupakan tahap perenungan kembali atas apa yang telah dilakukan.
Perenungan tersebut dilakukan dengan diskusi bersama mitra atau kolaborator berdasarkan
hasil pengamatan di kelas. Dari hasil refleksi kemudian diputuskan hal-hal apa saja yang akan
dilakukan untuk siklus selanjutnya.
H. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kelas SMA Negeri 16 Bandung, yang beralamat di
Jalan Mekarsari No.81, Babakan Sari Kiaracondong. Adapun kelas yang dipilih untuk
penelitian kali ini yakni kelas XI IPS 2. Kelas XI IPS 2 terdiri dari 43 siswa, dengan
komposisi 20 orang siswa dan 23 orang siswi. Dipilihnya kelas XI IPS 2 dikarenakan peneliti
menemukan adanya permasalahan pemahaman konsep yang rendah pada mata pelajaran
sejarah.
I. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kali ini, teknik pengumpulan data yang direncanakan adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Dalam Sukmadinata (2005: 220), disebutkan bahwa observasi atau pengamatan
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Senada dengan Sukmadinata,
Arifin (2012: 231) juga mengungkapkan bahwa observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan yakni untuk
mengamati guru dan siswa. Mengamati guru yakni untuk mengetahui apakah yang
dilakukan guru di kelas sesuai dengan rencana atau tidak. Kemudian pengamatan kepada
siswa bertujuan untuk mengamati aktivitas belajar siswa di kelas berkaitan dengan
diterapkannya metode permainan What’s My Line. Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini, adalah observasi terbuka. Hopkins dalam Rochiati (2005) menjelaskan
yang disebut observasi terbuka ialah apabila pengamat atau observer melakukan
pengamatannya dengan mengambil kertas, pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu
yang tejadi di kelas (Wiriaatmadja, 2005 : 110).
2. Wawancara
Menurut Kunandar (2011: 157), wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan
yang dilakukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan
informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki dan memiliki
relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas. Sementara itu menurut
Hopkins (1993) dalam Kunandar (2011: 157), wawancara adalah suatu cara untuk
mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.
Dalam penelitian kali ini, wawancara yang dilakukan akan ditujukan kepada siswa.
Beberapa siswa sebagai perwakilan akan diwawancarai tentang tanggapannya mengenai
penerapan metode What’s My Line dalam pembelajaran sejarah.
3. Studi Dokumentasi
Dalam Arifin (2012: 243) dijelaskan bahwa studi dokumentasi adalah teknik untuk
mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti: silabus,
program tahunan, program bulanan, program mingguan, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), catatan pribadi peserta didik, buku raport, kisi-kisi, daftar nilai,
lembar soal/tugas, lembar jawaban, dan lain-lain.
Untuk penelitian kali ini, dokumen yang akan dipakai disesuaikan dengan
keperluan penelitian yaitu meliputi RPP, daftar hadir siswa, laporan tugas siswa, dan
hasil tes siswa.
4. Tes
Menurut Arifin (2012: 226), tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya
terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
atau dijawab oleh responden. Dalam penelitian kali ini, tes digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman konsep pada siswa dalam pembelajaran sejarah.
J. Instrumen Penelitian
Adapun instrument penelitian yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan dibantu oleh
mitra untuk melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Pedoman
observasi ini dibuat menjadi dua macam, yakni pedoman observasi untuk mengamati
guru dan pedoman observasi untuk mengamati siswa.
Tujuan dari penggunaan pedoman observasi ini yaitu untuk mengetahui apakah
tindakan yang guru lakukan sudah sesuai dengan rencana dan juga bagaimana respon
aktivitas siswa dengan diterapkannya metode permainan What’s My Line.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan mencatat segala sesuatu yang terjadi di kelas pada saat
pembelajaran. Catatan lapangan ini sifatnya detil karena mencatat segala sesuatu yang
terjadi di kelas mulai awal hingga akhir pembelajaran, mulai dari kegiatan
pendahuluan, inti hingga kegiatan penutup pembelajaran. Catatan lapangan
mencatatkan hal-hal sekecil apapun yang terjadi di kelas menjadi sebuah jalinan cerita
yang dapat menggambarkan secara keseluruhan tentang apa saja yang terjadi di kelas
kepada pembacanya.
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan tanggapan siswa mengenai diterapkannya metode permainan What’s
My Line dalam pembelajaran di kelas. Pertanyaan tersebut tentunya dijawab siswa
secara lisan. Dari 43 orang siswa, dipilih 10 orang siswa yang dianggap dapat
mewakili pandangan kelas secara keseluruhan.
4. Pedoman Tes
Tes diberikan setelah permainan What’s My Line berakhir, yakni menjelang
akhir pembelajaran. Dalam penelitian kali ini, tes digunakan untuk mengukur tingkat
pemahaman konsep pada siswa dalam pembelajaran sejarah.
K. Analisis Data
a. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang digunakan selama
penelitian berlangsung. Data-data tersebut di antaranya, hasil observasi, catatan
lapangan, hasil wawancara, dan juga daftar ceklis aktivitas siswa.
b. Validasi Data
Validasi data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kebenaran dari
penelitian. Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2005: 168-170) langkah-langkah
yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1) Member Check
Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber
yang relevan dengan PTK apakah keterangan atas informasi atau penjelasan itu
tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data
itu terperiksa kebenarannya.
2) Audit trail
Audit trail yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau
prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan. Selain
itu, peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra
peneliti. Audit trail dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama
seperti peneliti.
3) Expert Opinion
Expert opinion yakni dengan meminta pendapat kepada orang yang
dianggap ahli atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar di bidang studi
untukmemeriksa semua tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan
arahan atau judgements terhadap masalah-masalah penelitian yang dikaji. Dalam
penelitian ini yang dimintai pendapat yakni dosen pembimbing.
c. Interpretasi
Berdasarkan semua data dan hasil temuan peneliti, maka tahap selanjutnya yaitu
interpretasi. Interpretasi merupakan penafsiran dari semua data dan hasil temuan
selama penelitian di lapangan. Penafsiran tersebut dapat berupa kesimpulan, saran
ataupun rekomendasi untuk menjadi bahan pertimbangan ke depannya.
L. Struktur Organisasi
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan.
Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah penelitian,
rumusan masalah dan pertanyaan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II: Landasan Teoritis
Dalam bab ini dijabarkan landasan-landasan teoritis yang digunakan sebagai fondasi
dalam melaksanakan penelitian.
BAB III: Metodologi Penelitian
Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh oleh peneliti. Tahapan
tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian berikut dengan penjelasannya berkenaan
dengan temuan di lapangan.
BAB V: Kesimpulan
Bab ini merupakan jawaban peneliti atas permasalahan yang diteliti.
M. Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Silberman, M. (2012). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.
Zaini, H et al. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Sumber Skripsi:
Adishifa, KS. (2012). Penerapan Metode Permainan Tipe What’s My Line untuk
Meningkatkan Aktivitas Siswa: Sebuah Penelitian Tindakan Kelas Dalam
Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 1 SMA Puragabaya Bandung. Skripsi Sarjana
pada Pendidikan Sejarah UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Fadillah, R.A. (2012). Penerapan Model Pembeajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa.
Nuraeni, A. (2012). Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Think Talk
Write (TTW) Terhadap Pemahaman Konsep Pada Siswa Dalam Mata Pelajaran
Ekonomi (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung).