39
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput bergizi rendah yang dapat diubah menjadi bahan bergizi tiggi, selanjutnya diteruskan kepda manusia dalam bentuk daging (Sugeng, 2001). Ternak sapi memunyai prospek yang besar sebagai salah satu sumber pendapatan peternak, permintaan kebutuhan dagng terutama sapi potong cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan gizi. Pembangunan agribisnis di Indonesia didukung oleh sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang secara kuantitas sangat cukup namun dari segi kualitas masih kurang memadai, karena pelaku agribisnis yang didominasi oleh petani dan berdomisili dipedesaan masih memiliki tingkat pendidikan yang reatif rendah, dengan ketermpilan dan kemampuan mengakses teknologi yang juga masih rendah.

Proposal Lgkp

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput bergizi rendah yang dapat diubah menjadi bahan bergizi tiggi, selanjutnya diteruskan kepda manusia dalam bentuk daging (Sugeng, 2001). Ternak sapi memunyai prospek yang besar sebagai salah satu sumber pendapatan peternak, permintaan kebutuhan dagng terutama sapi potong cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan gizi.22

Pembangunan agribisnis di Indonesia didukung oleh sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang secara kuantitas sangat cukup namun dari segi kualitas masih kurang memadai, karena pelaku agribisnis yang didominasi oleh petani dan berdomisili dipedesaan masih memiliki tingkat pendidikan yang reatif rendah, dengan ketermpilan dan kemampuan mengakses teknologi yang juga masih rendah. Hal itu menjadi salah satu faktor penghambat dalam pembangunan agribisnis di Indonesia, dalam kaitan ini sangat dibutuhkan komitmen yang kuat yang ditunagkan dalam bentuk program atau kegiatan yang melibatkan pihak pemerintah sebagai penentu kebijakan dan swasta serta motivasi dari semua pelaku agribisnis untuk mengembangkan SDM yang tersedia agar dapat berperan dalam pembangunan agribisnis yang pada akhirnya dapat menghasilkan produk yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Saragih (1997) menyatakan, bahwa kondisi agribisnis di Indonesia saat ini masih memiliki bebeapa kelemahan system agribisnis yang dipraktekkan masih banyak menampilakn ciri struktur dispersal, integrasi horizontal dan asimetris. Struktur agribisnis yang dispersal dicirikan oleh tidak adanya hubungan organisasi fungsional antara subsistem off-farm hulu dan on-farm, antara on-farm hilir dan off-farm hulu terhadap subsistem penunjang. Hal ini yang merupakan kelemahan system agribisnis Indonesia anatara lain terhadinya ketimpangan kekuatan antara subsistem agibisnis pengelolaan usaha pada subsistem on-farm (usahatani) yang kuat tidak di dukung oleh penyediaan bibit atau benih yang cukup pada subsistem off farm hulu. Kekuatan pengelolaan pada subsistem on-farm (produktivitas) yang tinggi atau tidak disukung dengan kekuatan yang cukup pada subsistem off-farm hilr (pengolahan dan pemasaran hasil). Struktur sgribisnis yang dispersal dan asimetris tersebut diperparah oleh asosiasi pengusaha yang cenderung berintegrasi secara horizontal hanya pada masing-masing subsistem dalam agribisnis.Percepatan pembangunan agribisnis dapat dilaksanakan melalui program atau kegiatan mempercepat peningkatan kualitas tenaga kerja (SDM) yang ada di sektor pertanian dan industri perdesaan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, pembinaan, pendampingan, pelatihan atau kursus dan pendidikan formal, mempercepat pembangunan IPTEK yang dapat member nilai tambah yang cukup tinggi di sektor pertanian dari hulu sampai hilir dan memperkecil gap antar pelaku agribisnis yang ada di subsistem hulu dan hilir dengan membentuk asosiasi pelaku agribisnis yng berintegrasi secara vertikal. Pembangunan agroindustri di Indonesia perlu terus ditingkatkan mengingat kondisi kehidupan masyarakat Indonesia yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, sehingga untuk meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan petani, maka sektor agroindustri sangat berperan penting untuk member nilai tambah pada hasil pertanian primer agar nilai jual meningkat sehingga Indonesia tidak perlu lagi untuk mengespor hasil pertanian primer melainkan beralih ke produk sekunder, dengan demikian dapat meningkatkan devisa Negara, membuka lapangan kerja dan member kesejahteraan bagi masyarakat petani sehingga kehidupan mereka lebih layak. Kegiatan agribisnis umumnya bersifat Resource Based Inolustry, tidak ada satupun negara di dunia seperti indonesia yang kaya dan beraneka sumberdaya pertanian secara alami. Kenyataan menunjukkan bahwa dipasar internasional hanya industry yang berbasis sumberdaya yang memiliki keungglan komperatif dan member konstribusi terhadap ekspor terbesar, sehingga pengembangan agribisnis di Indonesia lebih menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.Subsektor dalam sektor pertanian yang cukup berpotensi untuk dikembangkan dalam agribisnis dan agoindustri adalah subsektor peternakan. Sapi potong adalah salah satu dari ternak besar dalam subsektor peternakan memiliki potensi yang sangat menjanjikan bila dikembangkan secara maksimal dengan melihat tingkat konsumsi daging sapi oleh masyarakat Indonesia yang sangat besar seta manfaat daging sapi yang cukup besar bagi tubuh manusia.Dunia perdagangan berada dalam suatu iklim persaingan yang semakin ketat dan kompetitif, sehingga semua produk dituntut untuk senantiasa melakukan perbaikan, penyempurnaan dan terobosan. Pelaku bisnis baik kecil maupun besar harus terus berupaya agar produk yang mereka hasilkan dan tawarkan selalu diinginkan, diterima dan dibeli untuk onsumen dalam jumlah besar. Upaya yang dilakukan industri sebagai cara memenangkan persaingan dalam menarik konsumen untuk membeli barang yang dihasilkan ternyata tidak hanya ragam produknya tetapi juga dari desain kemasan yang ditampilkan menyertai produk tersebut.Manfaat daging sapi bagi tubuh manusia adalah setiap 100 gram daging sapi mengandung protein 18,8 gram. Protein dari daging sapi ini disebut protein hewani yang mempunyai struktur asam amino yang mirip dengan manusia, tidak dapat dibuat oleh tubuh (essensial), susunan asam aminonya relative lebih lengkap dan seimbang, daya cerna protein hewani lebih baik disbanding dengan protein nabati (dari tumbuh-tumbuhan). Pada tubuh mahluk hidup seperti manusia, protein merupakan penyusun bagian besar organ tubuh seperti otot, kulit, rambut, jantung, paru-paru, otak dan lain-lain (Astuti, 2012). Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah (2012) berkoordinasi dengan kementerian pertanian (Ditjennakeswan) yang melakukan sensus peternakan menyatakan bahwa per tanggal 1 Juli 2011, ada sebanyak 16 juta ekor ternak ruminansia lebih (yang terdiri dari 14 juta ekor sapi potong; 500.000 lebih sapi perah dan 1,2 juta lebih kerbau), dengan jumlah tersebut, sebetulnya Indonesia telah memenuhi kebutuhan sapi potong dalam negeri. Jika diasumsikan konsumsi daging sapi nasional 1,7 kg per kapita per tahun dan jumlah penduduk Indonesia sebesar 240 juta jiwa, maka kebutuhan sapi potong diperkirakan hanya sekitar 2,3 juta ekor (dengan perkiraan hanya sekitar 2,3 juta ekor (dengan perkiraan bahwa satu ekor sapi sentra dengan 160 kg daging). Produksi daging sapi di Indonesia meningkat dari Tahun 2006-2007 yang mencapai 395.840 ton menjadi 418.210 ton. Propinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah penghasil ternak sapi, perkembangan dan peningkatan populasi ternak besar, khususnya sapi di daerah Sulawesi tengah pada Tahun 2006 sampai Tahun 2010 dicantumkan pada Tabel 1.Tabel 1. Populasi ternak besar di Sulawesi Tengah Tahun 2006-2010 (ekor)

TahunKerbau

Sapi

Kuda

200620072008200920104.4914.1654.2344.2774.202189.145197.794203.893201.536211.7963.3153.2273.6974.2334.296

Jumlah4.2021.004.16418.768

Sumber : Sulawesi Tengah dalam angka 2011Data pada Tabel 1 menunjukkan, bahwa populasi terbanyak kategori jenis ternak besar yaitu sapi terus meningkat dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Kebutuhan daging sapi untuk konsumsi masyarakat Sulawesi tengah setiap tahun mencapai 29.00 ekor.Lebih jauh sebagaimana diketahui produk utama dari ternak besar tersebut adalah dagingnya. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan propinsi Sulawesi Tengah yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah Tahun 2011 diketahui perkembangan produksi daging di Sulawesi Tengah dari Tahun 2006 sampai tahun 2010 seperti yang tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi daging (ton) di Sulawesi Tengah menurut jenis ternak Tahun 2006- 2010.

TahunKerbau

Sapi

Kuda

2006200720082009201038,1939,9227,6224,7443,613.218,23.263,052.752,393.154,743.671,544,415,6711,7620,5815,96

Jumlah174,0816,05558,38

Sumber: Sulawesi Tengah dalam angka 2011Data pada Tabel 2 menunjukkan, bahwa produksi daging sapi lebih besar dibandingkan produksi trenak besar lainnya walaupun dari tahun ketahun produksi daging cenderung berfluktusi, namun pada Tahun 2010 produksi daging sapi meningkat cukup besar dibandingkan dengan tanaman sebelumnya. Kondisi demikian juga terjadi di Kota Palu yang merupakan salah satu daerah penghasil daging sapi Sulawesi Tengah. Data perkembangan produksi daging di Kota Palu dari tahun 2006-201 dicantumkan pada Tabel 3.Tabel 3. Produksi daging (ton) di Kota Palu menurut jenis ternak Tahun 2006- 2010.

TahunKerbau

Sapi

Kuda

200620072008200920101,920,430,653,641,461.121,231.175,65208,92374,73714,801,881,264,2013,12111,72

Jumlah8,103.595,33132,18

Sumber : Sulawesi Tengah dalam angka 2011

Data pada Tabel 3 menunjukkan, bahwa produksi daging di Kota Palu dari Tahun 2006-2010 terlihat sangat berfluktuasi, khususnya produksi daging sapi menunjukkan kecenderungan yang menurun dibanding Tahun 2006-2008 selanjutnya meningkat pada Tahun 2009 dan Tahun 2010.Pemanfaatan daging sapi untuk masyarakat, dikonsumi dalam berbagai bentuk bahan makanan sesuai selera konsumen salah satu diantaranya dikonsumsi dalam bentuk abon. Abon sapi ini merupakan jenis makanan yang terbuat dari suwiran daging sapi dengan dicampurkan bumbu-bumbu yang disantap oleh konsumen dalam segala usia. Pembuatan abon tidak terlalu sulit dan tidak membutuhkan peralatan khusus, bahan baku tersedia melimpah dipasaran hanya memerlukan kejelian dalam memilih bahan baku yang berkualitas baik dengan harga terjangkau, akhir-akhir ini banyak bermunculan jenis makanan yang memakai abon sebagai bahan pelengkap misalnya saja berbagai macam backery (toko kue) memunculkan jenis-jenis roti yang bahannya terbuat dari campuran abon sapi dan banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini membuat peluang usaha abon semakin terbuka terutama jika pandai memanfaatkan peluag pasar yang ada (Maju Bersama UKM, 2011).Peluang pasar yag cukup baik juga dimanfaatkan oleh pemilik industri rumah tangga yang ada di Kota Palu, hal ini terbukti dari banyaknya industri rumah tangga yang turut mengembangkan usaha abon sapi dengan memanfaatkan potensi produksi daging sapi di Sulawes Tengah dan Kota Palu.

Gambaran beberapa industri rumah tangga yang memproduksi abon sapi di Kota Palu, dapat dikemukakan data mengenai nama industry rumah tangga, tahun pendirian usaha, jumlah kemasan dan kapasitas produksi abon sapi, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.Tabel 4. Industri Rumah Tangga di Kota Palu, Tahun Pendirian Usaha, Jumlah Kemasan dan Kapasitas Produksi Abon Sapi.

NoNama IndustriTahunBerdiriJumlahKemasanKapasitasProduksi

1234567SofieMahkota PaluRiski JayaDeaRaja BawangUD. Bintang SorayaCitra Lestari Production2005200420062008200819972008

2423242

620400240600240600240

Jumlah192940

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Palu tahun 2012Tabel 4. Menunjukkan bahwa industri ruah tangga Sofie merupakan industri rumah tangga (UKM) di Kota Palu yang sudah cukup menjalankan usaha abon sapi yakni sejak Tahun 2005 dengan skala usaha yang cukup yaitu 620 kg/tahun.Berdasarkan hasil survei awal pada berbagai industi rumah tangga memproduksi abon sapi, khususnya mengenai tingkat keuntungan yang diperoleh dalam usaha abon sapi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya industri rumah tangga yang ada di Kota Palu tidak pernah menghitung besar tingkat keuntungan yang diperoleh secara khusus dari usaha abon sapi, karena itu eneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan Analisis Titik Pulang Pokok khususnya dalam usaha abon sapi pada Industri Rumah Tangga Sofie. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian tersebut maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :1. Berapa besar total biaya produksi2. Apakah usaha abon Sofie mencapai titik pulang pokok atau mengalami kerugian 1.3 Tujuan dan KegunaanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya total biaya produksi, produksi fisik, harga jual dan besarnya penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga Sofie dalam usaha abon sapi di Kota Palu, sehingga usaha yang dijalankan mencapai titik pulang pokok atau tidak mengalami kerugian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut :1. Sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan tentang analisis titik pulang pokok2. Sebagai bahan informasi bagi penentu kebijakan, dalam menentukan kebijakan peningkatan produksi usaha abon sapi di Kota Palu3. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian dalam bidang yang sama.

BAB 2KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Penelitian TerdahuluPenelitian Lahay (2011), tentang analisis titik pulang pokok usaha bawang goreng pada UD. Sri Rejeki Palu, juga menyatakan bahwa permasaahan yang sering dihadapi oleh pengusaha bawang goreng di kota palu, antara lain kurangnya pasokan bahan baku yang menyebabkan kapsitas produksi menjadi tidak terpenuhi. Hal ini telah menyebabkan para pengusaha bawang goreng mengalami kesulitan dalam menentukan tingkat produksi optimal yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan agar tidak mengalami kerugian.Penelitian yang dilakukan Lahay (2011), lebih jauh menunjukkan bahwa usaha bawang goreng yang dilakukan oleh UD. Sri Rejeki tersebut ternyata telah beroperasi di atas titik pulang pokok, dengan tingkat keuntungan yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukan oleh hasil analisis, bahwa UD. Sri Rejeki akan mencapai titik pulang pokok dalam usaha bawang goreng, jika penerimaan yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel 5. Tabel 5. Penerimaan, Produksi, Harga Jual dan Keuntungan UD. Sri RejekiNoNama IndustriPenerimaan(Rp/bln)Produksi(Kg/bln)Harga Jual(Kg)Keuntungan(bln)Tingkat Keuntungan

1Sri Rejeki34.776.000244,5180.00095.920.40347,70

.

Penelitian Pareira (2013), indutri rumah tangga Mutiara Hj. Mbok Sri merupakan industri rumah tangga di Kota Palu yang sudah lama menjalankan usaha abon sapi yakni sejak tahun 1980, dengan kapasitas produksi 3.654 kg/tahun, dan memiliki 5 bentuk kemasan produk abon sapi berdasarkan berat yaitu : 100 gram, 200 gram, 250 gram dan 400 gram dan 500 gram. Melihat belum adanya penelitian terdahulu mengenai analisis titik pulang pokok usaha abon sapi pada industri rumah tangga Mutiara Hj.Mbok Sri, maka dianggap perlu untuk segera diteliti agar dapat memberi gambaran kepada perusahaan mengenai pada volume berapa unit atau berapa kilo gram serta berapa harga perunit atau kilo gram produk tersebut dipasarkan, sehingga produsen bersangkutan tidak mengalami kerugian namun juga tidak memperoleh laba.2.2 Kajian Teori2.2.1 AgribisnisKonsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan pertanian (Soekartawi, 2003). Dewasa ini pandangan tentang agrbisnis yang secara umum dianggap tepat sudah semakin luas dan menurut pandangan ini agribisnis menakup semua kegiatan mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian (farm supplies) sampai dengan tataniaga produk pertanian yang dihasilkan oleh usahatani dan olahannya sehingga dengan demikian agribisnis digmbarkan sebagai sebuah system yang terdiri atas beberapa subsistem yaitu :a) Subsistem hulu atau subsistem pembuatan, pengadaan dan penyaluran berbagai sarana produksi prtanian (farm supplier), seperti bibit, benih, puuk, obat-obatan alat dan mesin pertanian, bahan bakar dan kredit.b) Subsistem on farm atau subsistem kegiatan produksi dalam usahatani yang menghasilkan berbagai produk pertanian sperti bahan pangan, hasil perkebnan, daging, telur, ikan dan lain sebainya.c) Subsistem hilir atau subsistem pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyaluran berbagai produk yang dihasilkan usahatani atau olahannya ke konsumen (Firdaus, 2007).Agroindustri merupakan industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dan merupakan suatu tahap pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industry. Pentingnya agroindustri sebagai suatu pendekatan pembangunan pertanian dapat dilihat dari konstribusinya terhadap kemampuan kegiatan agroindustri untuk meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatnya devisa dan mendorong tumbuhnya industry lain (Soekartawi, 2001). Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagi bahan baku, merncang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Secara ekplisit pengertian agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industry lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oeh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan antara produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran, dan distribusi produk (Piumkm, 2010).2.2.2ProduksiProduksi adalah sutu proses dimana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang dan jasa yang disebut output. Jenis aktivitas yang terjadi dalam proses produksi meliputi perubaha bentuk, tepat, waktu, dan penggunaan hasil produksi (Soekartawi, 2003).Kegiatan produksi akan meibatkan pengubahan dan pengolahan berbagai macam sumber menjadi barang dan jasa untuk dijual. Produksi dalam arti luas merupakan setiap kegiatan yang dapat menciptakan nilai. Dalam menggambarkan kegiatan ekonomi, definisi dari ahli ekonomi mengenai produksi juga luas meliputi semua fungsi perusahaan seperti peasaran, pembelian dan pembelanjaan (Reksohadiprodjo, dkk, 1990).Biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang dilakukan dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang melalui tukar menukar, maupun melalui pembelian jasa sedangkan pada peengertian lain tentang biaya atau cost ini dinyatakan sebagai pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa yang mempunyai manfaat bagi pengusaha untk satu atau lebih dari satu periode operasi (Roni Helmi, 1990).Hoingren dan Foster (1990) menyatakan bahwa biaya adalah sumberdaya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Ukuran dari pembagian biaya dalam hubungannya dengan volume produksi adalah biaya tetap yaitu biaya yang jumlahnya tetap selama periode tertentu sedangkan biaya variable jumlahnya berubah secara proposional dengan volume produksi yang terkait dengan biaya tersebut.2.2.3PenerimaanPenerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dari produksi yang bersangkutan. Produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, berupa tanah, modal, tenaga kerja yang terangkai dalam proses produksi (Mubyarto, 1997).Pendapatan suatu usaha adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam bentuk matematis dapat dituliskan : = TR TCketerangan = PendapatanTR = Total Revenue (Total Penerimaan)TC = Total Cost (Total Biaya)

Poduksi yang dicapai dalam suatu usaha mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat pendapatan. Apabila produksi mningkat, maka pendapatan dari hasil usaha tersebut cenderung akan meningkat. Secara singkat (Soekartawi, 2001) menyatakan, bahwa pendapatan merupakan hasil akhir dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi, sedangkan total peneriman adalah produksi dikalikan dengan harga produksi dari usaha yang bersangkutan.2.3 Analisis Titik Pulang Pokok Analisis titik pulang pokok yang sering juga dinyatakan sebagai titik impas atau break even point, merupakan metode yang sangat sederhana didalam menginvestigasi nilai potensial dari investasi yang ditanamkan.Dalam analisis ekonomi, titik pulang pokok merupakan suatu titik yang menunjukan keadaan total penerimaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain dapat dinyatkan, bahwa titik pulang pokok ini merupakan titik dimana perusahaan atau suatu usahatani tidak mengalami kerugian dan juga tidak mengalami keuntungan. Dalam keadaan ini, seluruh penerimaan dan pendapatan dari usaha tersebut hanya akan dipergunakan untuk menutup biaya yang harus ditanggung oleh petani atau pengusaha yang bersagkutan, tanpa memperoleh keuntungan.Menurut wasis (1992) analisis Titik Pulang Pokok adalah suatu metode untuk mempelajari biaya dan laba. Pulang Pokok adalah keadaan tanpa laba dan tanpa rugi atau jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya. Lebih jauh dinyatakan oleh Suratiyah (2006), bahwa analisis titik pulang pokok ini sangat bermanfaat untuk pengendalian biaya dalam suatu kegiatan usaha, sehingga penerimaan yang diperoleh sama dengan total biaya yang dikeluarkan.

Secara grafis analisis titik pulang pokok adalah titik perpotongan TR dan TC (Gambar 1). Sebelum mencapai titik pulang pokok, maka produsen akan mengalami kerugian dan sesudah melewati titik pulang pokok baru terdapat laba seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 sebegai berikut :TR. TCTRTCVCTPPFCQ Gambar 1. Titik Pulang Pokok (Ahyari, 1986)Keterangan :TR: Total RevenueTC: Total CostFC: Fixed CostC: CostR: RevenueVC: Variabel CostTPP: Titik Pulang PokokTitik pulang pokok adalah suatu skala usaha dimana total revenue sama dengan total cost (TR TC) atau dengan kata lain bahwa titik pulang pokok pada dasarnya analisis pulang pokok bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan, pendapatan, biaya dan tingkat produksi (Ahyari, 1986).2.4 Kerangka PemikiranSecara umum tujuan suatu usaha adalah memperoleh keuntungan seoptimal mungkin, sesuai dengan sumberdaya (input produksi) yang telah digunakan, berupa biaya produksi. Total biaya produksi (TC) merupakan jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variable (VC) atau dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :TC = FC + VCKeterangan :TC = Total Cost, atau total biaya produksiFC = Fixed Cost, atau biaya tetapVC = Variable Cost, atau biaya variableSuatu usaha dapat dinyatakan menguntungkan, jika penerimaan (TR) yang merupakan hasil kali antara produksi fisik dengan harga jual produk tersebut, lebih besar dibandingkan dengan total biaya produksi (TC). Sebaiknya jika penerimaan (TR) lebih kecil dari total produksi (TC), maka usaha tersebut dinyatakan todak menguntungkan atau rugi, sedangkan jika TR = TC maka usaha ini berada pada titik pulang pokok atau tidak untung dan juga tidk rugi. Dalam hubungan ini untuk mengetahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak dapat diketahui melalui alat analisis sederhana yang sering dinyatakan sebagai Analisis Titik Pulang Pokok. Indicator yang perlu diketahui adalah penerimaan, biaya produksi, pendapatan, produksi fisik dihasilkan serta harga jual produk yang bersangkutan. Satu hal yang perlu dipahami bahwa dalam satu periode analisis tingkat harga yang mempengaruhi semua indikator tersebut harus diasumsikan konstan atau asumsi citeris paribus.Mulyadi (1989) menyatakan bahwa analisis titik pulang pokok ini adalah suatu cara untuk mengetahui berapa volume penjualan minimum agar suatu usaha yang dijalnkan tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba atau dengan kata lain laba dri usaha tersebut sama dengan nol. Hal ini terutama didasarkan atas asumsi bahwa tingkat harga selama periode analisis adalah tetap.Bertolak dari teori tersebut, maka untuk mengetahui apakah abon sapi yang diusahakan oleh suatu industry kecil di Kota palu, menguntungkan atau merugikan pada tingkat produksi berapa dan harga jual berapa usaha abon sapi tersebut berada pada posisi titik pulang pokok dapat dilakukan dengan analisis titik pulang pokok.

USAHAABON SAPISecara ringkas kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2.

ANALISIS TITIKPULANG POKOKINDIKATOR :Biaya ProduksiPenerimaanPendapatanProduksi FisikHarga Jual Produk

RUGIPULANGPOKOKUNTUNG

Gambar 2. Kerangka PemikiranBAB 3METODE PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan studi kasus, jenis penelitian ini adalah deskriptif yang akan memberi gambaran tentang fakta-fakta yang diperoleh di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dilapangan. Data yang dikumpulkan adalah data faktual. Data yang terkumpul dari responden, ditabulasi, dan dianalisis serta dijelaskan secara diskriptif. 3.2 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian akan dilaksanakan pada industri rumah tangga Sofie jl. Zebra Kota Palu, Provinsi Sulawsi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2014. Tempat penelitian dipilih secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa industri rumah tangga Sofie merupakan salah satu industri rumah tangga yang menjalankan usaha abon sapi dan memiliki kapasitas produksi yang tinggi.3.3 Penentuan RespondenData yang dikumpulkan dalam penelitian adalah terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan observasi dan wawancara langsung dengan pengusaha industri.

3.4 Pengumpulan DataData yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan observasi dan wawancara langsung dengan pengusaha industri rumah tangga Sofie dengan menggunakan daftar pertanyaan atau (questionere).Data sekunder merupakan data baku pelengkap yang diperoleh dari instani terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulawesi tengah, Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kota Palu, dan literature lainnya3.5 Analisis DataAnalisis data yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu Analisis Titik Pulang Pokok yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut :TR = TCTR = P x QTC = TFC + TVCTC = TFC + (AVC x Q)Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :P x Q = TFC + (AVC x Q)P x Q = (AVC x Q) = TFCQ (P-AVC) = TFC

Maka dapat diperoleh rumus titik pulang pokok dalam satuan unit produk sebagai berikut : Q = TFC P - AVC Selanjutnya untuk menghitung titik pulang pokok dalam satuan rupiah, maka satuan unit (Q) dikalikan dengan harga jual perunit (P) dengan persamaan sebagai berikut :Q.P = TFC.P P . AVC

Q.P = TFC.P ( P AVC) P

Maka diperoleh rumus titik pulang pokok dalam satuan rupiah sebagai berikut:Q.P = TFC.P 1 AVC P

Keterangan :TR = Total Penerimaan (Total Reveneu) (Rp)TC = Total Biaya (Total Cost) (Rp)TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp)TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) (Rp)AVC = Rata-rata Biaya Variabel Perunit (Average Variable Cost) (Rp)Q = Total Produksi dalam Usaha (Quantiti) (unit)P = Harga Jual Perunit (Price) (Rp)

3.6 Konsep OperasionalKonsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Responden adalah pemilik/pimpinan industry Sofie jln. Zebra Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang mengusahakan abon sapi telah berproduksi serta terpilih sebagai sumber informasi dalam penelitian ini.2. Produksi adalah hasil fisik abon sapi dalam beberapa bentuk/jenis kemasan, yang diperhitungkan selama satu bulan, dinyatakan dalam satuan kilogram.3. Harga adalah nilai jual per gram/kemasan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).4. Biaya Produksi adalah semua pengeluaran yang digunakan untuk melakukan usaha abon sapi, yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variable dinyatakan dalam rupiah (Rp).5. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak dipengaruhi atau mengikuti volume produksi abon sapi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).6. Biaya Variabel adalahbiaya-biaya yang dikeluarkan yang sejumlahnya berubah-rubah sesuai dengan perubahan volume produksi abon sapi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).7. Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima oleh responden yang merupakan hasil perkalian antara produksi dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).8. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

9. Analisis Titik Pulang Pokok merupakan suatu cara untuk mengetahui pada berapa besar pengeluaran, berapa besar penerimaan, volume berapa unit serta berapa harga perunit produk tersebut dipasarkan, sehingga produsen bersangkutan tidak mengalami kerugian namun juga tidak memperoleh laba.10. Data Primer yang dikumpulkan dan diolah adalah data dalam periode 1 bulan (semua biaya produksi, penerimaan dan pendapatan hanya dihitung perbulan).

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari. A,, 1986. Analisis Pulang Pokok, BPFE, Yogyakarta.Astuty. S., 2012. Manfaat Daging Sapi Bagi Tubuh Manusia, Melalui http://cybex.depta.go.id. Diakses pada tanggal 20 April 2012 .BPS. Provinsi Sulawesi Tengah, 2012. Sulawesi Tengah dalam Angka 2011. Melalui http://sulteng.bps.go.id. Diakses pada tanggal 20 April 2012.BPS. Kota Palu, 2012. Kota Palu dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Kota Palu.Firdaus, M. 2007. Manajemen Agribisnis, PT. Bumi Aksara, Jakarta.Hoingren dan Foster, 1996. Cost Accounting, Terjemahan Marianaga Sinaga, Erlangga, Jakarta. Lahay, B., 2011. Analisis Titik Pulang Pokok Usaha Bawang Goreng (Studi Kasus pada UD. Sri Rejeki di Kota Palu). Tesis. Program Studi Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Tadulako, Palu. (tidak dipublikasikan). Mulyadi, 1989. Akuntansi Biaya untuk Manajemen, Edisi IV BPFE, Yogjakarta.Mubyarto, 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.Maju Bersama UKM, 2011. Peluang Usaha Membuat Abon. Melalui http://binaukm.com. Diakses pada tanggal 28 Desember 2012.Piumkm, 2010. Agroindustri. Melalui http://piumkm.blogdetik.com. Diakses pada tanggal 23 Desember 2012.Pareira, EF., Antara, M., Alam, NM., 2013. Analisis Titik Pulang Pokok Usaha Abon Sapi pada Industri Rumah Tangga Mutiara. Jurnal/Index.Php/Agrotekbis/Titles Vol. 1 No 2. Reksohadiprodjo, S., Ranupandojo, H., dan Irawan, 1990. Pengantar Ekonomi Perusahaan, BPFE, Yogyakarta.Saragih, B., 1997. Peningkatan Keunggulan Daya Saing Agribisnis Memasuki Era Persaingan, Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor, Bogor.Soekartawi, 2001. Pengantar Agroindustri, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.--------------, 2002. Analisis Usahatani, Universitas Indonesia Press, Jakarta.--------------, 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.Sumarni, M., dan Soeprihanto J., 1999. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan), Liberty, Yogyakarta.Wasis, 1992. Pengantar Ekonomi Perusahaan, Tarsito, Bandung