Upload
dedhy-aditya-pradana
View
98
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
MAHASISWA UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
BERSAMA MASYARAKAT MENUMBUHKAN KESADARAN
TENTANG BENCANA TANAH LONGSOR
Lokasi studi di Dusun Ploso, Desa Wonolelo Kecamatan Pleret, Kabupaten
Bantul
Mahasiswa KKN
Angkatan 55
I. Analisis Situasi
Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa
batuan, bahan timbunan, tanah atau material campuran yang bergerak ke arah
bawah dan keluar lereng (Varnes, D.J., 1978). Terjadinya gerakan tanah dapat
menimbulkan bencana, terutama di daerah pemukiman atau adanya aktivitas
manusia. Bencana gerakan tanah adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Hal ini
dapat disebabkan, baik oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia,
sehingga dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, sarana dan prasarana, serta dampak psikologis.
Kerugian jangka panjang dalam bentuk kehancuran lahan dengan berkurangnya
tanah pucuk yang subur yang semakin meluas. Berkurangnya tanah pucuk yang
subur berarti pula berkurangnya produktivitas tanah. Penggundulan hutan,
pembukaan lahan usaha di lereng perbukitan terjal, pembuatan sawah basah pada
daerah lereng lembah yang curam, merupakan tindakan memacu gerakan tanah.
II. Kondisi Umum Lokasi KKN
II.1. Fisiografi Wilayah Kabupaten Bantul
Pegunungan selatan Jawa merupakan pegunungan kapur dengan gejala karst
dan dibeberapa tempat bagian bawah dari formasi kapur ini didasari oleh endapan
vulkanik andesit tua seperti dapat dilihat di Batur Agung (Formasi Nglanggran)
1
dan di Merawan. Pegunungan Selatan Jawa memanjang arah Barat-Timur yang
dimulai dari bagian Barat Teluk Tjiletuh di Jawa Barat sampai ke bagian Timur
Segara Anakan. Dari Segara Anakan sampai ke Parangtritis, Zona Selatan
(Pegunungan Selatan) mengalami penenggelaman dengan sisa-sisa dibeberapa
tempat yang masih berada di beberapa di atas permukaan air laut yaitu di Pulau
Nusakambangan dan Karangbolong. Pada bagian yang mengalami
penenggelaman ini untuk Jawa Tengah terisi oleh endapan-endapan yang berasal
dari pengunungan Serayu Selatan. (Gambar 1).
Gambar 1. Peta tatanan fisiografi regional (Bemmelen, 1949).
Secara morfografi dan morfogenesa, wilayah Kabupaten Bantul dapat dibagi
menjadi tujuh satuan bentuklahan (Gambar 2), yaitu:
1. Dataran Aluvial: pedataran yang membentang dari timur-selatan.
Ketinggiannya antara 0 dan 50 m di atas permukaan laut. Dataran ini dilalui
aliran sungai-sungai besar yang bermuara ke Samudera Hindia.
2. Kaki Gunungapi: berada pada tekuk lereng Gunung Merapi menuju daerah
selatan yang berupa dataran aluvial sedangkan daerah tenggara merupakan
rangkaian pegunungan selatan yan berupa bentuk karst.
2
Gambar 2. Peta geomorfologi Kecamatam Piyungan Kabupaten Bantul.
3. Lereng Gunungapi: tersebar menempati tubuh Merapi dan Lamongan atau
berada antara tekuk lereng kaki gunungapi dan puncak gunung api, memiliki
morfologi positif dengan lereng curam.
4. Kaki gunungapi, tepatnya tekuk lereng Merapi berbatasan dengan dataran
aluvial. Satuan ini umumnya memiliki kelas lereng agak terjal-terjal dengan
kemiringan lereng berkisar antara 20’-30’, daerah ini membujur dari puncak
merapi sampai kabupaten sleman yang berupa kaki gunung berbatasan
dengan kabupaten bantul tepatnya kecamatan Piyungan yang berupa dataran
aluvial
5. Perbukitan Struktural: menempati bagian baratdaya yang dikendalikan oleh
struktur lipatan dan sesar. Tersebar di sekitar daerah kabupaten bantul yang
berbatasan dengan Kabupaten Gunung kidul dengan berupa gawir sesar yang
tersebar secara regional namun telah mengalami pelarutan yang intensif.
6. Bukit Sisa: bukit-bukit kecil dengan ketinggian < 200 m, merupakan sisa-sisa
dari perbukitan disekitarnya yang mengalami erosi. Satuan batuanya sama
dengan perbukitan disekitarnya.
3
Proses terbentuknya satuan-satuan bentuklahan di daerah ini, didominasi
oleh proses fluvial dan struktural. Proses fluvial terjadi akibat adanya tenaga
pembentuk satuan bentuklahan dari tenaga air, sedangkan proses struktural terjadi
karena adanya tenaga endogen sehingga membentuk Graben Bantul.
II..2. Morfometri Wilayah Kabupaten Bantul
Menurut Santosa dan Adji (2006); Morfologi Perbukitan Baturagung terbagi
atas 3 bagian, yaitu lereng kaki, lereng tengah, dan lereng atas. Topografi
perbukitan ini mempunyai lereng yang miring di bagian bawah, yaitu 15-30%
hingga terjal di bagian atas 30-45%, terdapat igir memanjang dari barat ke timur
di bagian utara dengan lereng sangat curam, yaitu >45% mengarah ke utara yang
merupakan bidang patahan (horst) batas sisi timur dari Graben Bantul di daerah
penelitian.
Gambar 3 Peta Kelerengan Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul
II..3. Sungai dan Pola Pengaliran
Kabupaten Bantul terdapat tiga daerah aliran sungai ( DAS ) yaitu DAS
Progo, DAS Opak, dan DAS Oya. DAS Oya mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-
4
DAS Oya. Untuk DAS Opak mempunyai 12 sub-DAS yaitu sub-DAS Opak,
Gawe, Buntung, Tepus, Kuning, Mruwe, Kedung Semerengan, Code, Gajah
Wong, Winongo, Bulus, Belik, dan Plilan. DAS Progo mempunyai satu sub-DAS
yaitu sub-DAS Bedog. Secara keseluruhan DAS di wilayah Kabupaten Bantul
menempati lahan seluas 45.387,00 Ha. Sungai sungai tersebut merupakan sungai
yang berair sepanjang tahun (permanen), meskipun untuk sungai yang kecil pada
musim kemarau debit airnya relatif sedikit. Salah satu fungsi dari masing masing
DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Untuk DAS Opak luas lahan yang
diairi adalah 3.380,30 Ha dan untuk DAS Progo luas lahan yang diairi adalah
4.595,29 Ha. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari.
Tabel 1. Daerah aliran sungai dan panjang sungai (2006).
No Nama Sub-DAS Nama Sub-DAS Luas (Ha) Luas Lahan
yang diairi (Ha)
1. Oya Oya 57,00 15
2. Opak Kali Opak 3,380,30
Kali Gawe 178,00 178,00
Kali Buntung 108,18 119,70
Kali Kuning 68,14 74,10
Kali Mruwe 642,51 653,90
Kali Kedung Semerengan 278,25 382,60
Kali Code 277,96 865,40
Kali Gajah Wong 287,00 246,80
Kali Winongo 910,58 2110,50
Kali Bulus 185,30 96,30
Kali Belik 133,82 117,40
Kali Plilan 97,58 97,34
3. Progo Kali Bedog 1455,40 1528,44
Jumlah 14 Sub Das 4819,83 6617,58
Sumber : Dinas SDA Kabupaten Bantul 2010
Secara umum dijumpai dua jenis pola pengaliran utama, yaitu radial yang
memancar dari puncak Gunung Merapi yaitu radial sentrifugal, namun pada
daerah selatan pada daerah muara sungai pola aliran sungai pola radial
5
berkembang pola pengaliran sub-paralel, alirannya cepat, erosi kuat, lembah
sempit dan dalam, serta berpotensi terjadinya gerakan tanah, pada batang sungai-
sungai besar berpotensi untuk terjadinya banjir. Sungai
II.2. Stratigrafi Wilayah Kabupaten Bantul
Stratigrafi daerah Bantul dan sekitarnya tersusun oleh batuan Tersier yang
terdiri dari batuan sedimen klastik vulkanik, batuan gunung api, dan sedimen
klastik karbonatan, serta endapan permukaan yang berumur Kuarter. Berdasarkan
sifat-sifat batuan dapat diperinci menjadi tujuh formasi yaitu Formasi Sentolo,
Formasi Sambipitu, Formasi Semilir Nglanggran, Formasi Wonosari, dan gumuk
pasir. Struktur geologi yang berkembang di daerah Opak Pleret adalah sesar geser
dan sesar normal. Di sepanjang Sungai Opak terdapat sesar normal yang berada di
sepanjang hampir 40 km dari pantai selatan Jawa di mulut sungai ke arah
Prambanan Kabupaten Klaten dengan arah 30 sampai 40 derajat ke timur laut.
Sesar Opak memotong Yogya Low dan Wonosari High dengan batuan andesit tua
(OAF) sebagai penyusun struktur pemotongan sesar, sedangkan di timur Opak
masih terdapat Formasi Semilir dan Nglanggran yang juga terlibat dalam sistem
sesar.
Batuan sedimen terdiri dari dua formasi.
1. Formasi Gamping Wungkal
Formasi ini tersusun dengan arah timur laut dan merupakan formasi dengan
presentasi nilai terkecil. Batuan ini tersusun atas perselingan batupasir,
batulanau, dan lensa batugamping pada bagian atasnya sedangkan dibagian
bawah napal pasiran dengan lensa batugamping,
2. Formasi Semilir
Formasi ini memiliki struktur sedimen berlapis baik, perairan, silangsiur
berskala menengah dan permukaan erosi pada bagian bawahnya. Tediri dari
tuff, breksi batuapung dasitan, batupasir tuffaan dan serpih batuan ini
menempati bagian utara. Lignit yang berasosiasi dengan batupasir tufa
gampingan dan kepingan koral pada breksi gunung api terdapat pada satuan
ini di bagian tengah. Bagian atas satuan ini terdapat batulempung dan serpih,
6
mempunyai struktur longsoran bawah laut. Secara keseluruhan ketebalan
satuan ini diperkirakan 460 meter.
II.3 Kondisi Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar D.I.Yogyakarta, skala 1:100.000, Tahun
1995 (Gambar 4) dan laporan penelitian penyelidikan potensi airtanah, Kabupaten
Bantul, Tahun 2006. Daerah penelitian Memiliki variasi dari berbagai formasi
geologi dengan material penyusun yang berbeda-beda.
Gambar 4. Peta geologi wilayah Kabupaten Bantul
Daerah penelitian merupakan lingkungan yang terbentuk dari proses
pengangkatan yang mengakibatkan adanya jalur patahan pada sebelah barat
Sungai Opak-Oyo. Satuan bentuklahan yang didominasi oleh perbukitan
struktural pada sebelah timur yang disebut Perbukitan Baturagung. Perbukitan
Baturagung secara umum merupakan bentuklahan asal proses strukturisasi, yang
secara genesis merupakan dataran tinggi(plato) selatan Pulau Jawa yang telah
mengalami pengangkatan dan patahan (Santosa dan Adji, 2006).
7
Proses terbentuknya satuan-satuan bentuklahan di daerah penelitian,
didominasi oleh proses fluvial dan proses struktural. Proses fluvial terjadi akibat
adanya tenaga pembentuk satuan bentuklahan dari tenaga air, sedangkan proses
struktural terjadi karena adanya tenaga endogen yang bergerak dari selatan
menuju utara yang mengakibatkan patahan dan pengangkatan. Akibat adanya
tenaga tersebut, maka terbentuk satuan bentanglahan yang sering disebut sebagai
Graben Bantul.
Proses tenaga yang mempengaruhi terbentuknya lingkungan pengendapan
fluvial, terjadi karena adanya proses aliran air sungai yaitu Sungai Opak dan
Sungai Oyo. Materi penyusun tersebut bersatu dengan endapan merapi muda yang
berada di lapisan bawah dan endapan aluvial diatasnya. Satuan bentuklahan ini
disebut dataran aluvial, memiliki morfologi yang datar hingga landai. Proses erosi
dan sedimentasi dari Perbukitan Baturagung yang mengisi cekungan menempati
lembah-lembah antar perbukitan.
II.4 Penyebaran Daerah rawan bencana Geologi
Pegunungan Selatan umumnya merupakan perbukitan yang terangkat dan
mempunyai kemiringan ke selatan. Batas utara ditandai oleh gawir yang
memanjang dan komplek, baik gawir tunggal atau beberapa yang sejajar satu
sama lain. Berdasarkan tafsiran citra Landsat-1 dan anomali gaya berat (Untung
dkk., 1975), telah dihasilkan peta struktur Pegunungan Selatan yang
memperlihatkan sesar-sesar dengan pola huruf V yang diduga merupakan deep
seated fault yang sampal ke permukaan (Gambar 5).
8
Gambar 5. Peta rawan bencana kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 sebesar 5,9 skala Richter telah
menimpa daerah Yogyakarta dan sekitarnya termasuk daerah lokasi KKN. Kurang
lebih 5500 jiwa kehilangan nyawa, ribuan warga luka-luka, dan kehilangan harta
benda. Sumber gempa tersebut berpusat pada kedalaman 33 km, tepatnya terletak
37 km dari garis pantai dengan episentrum di dasar samudera Hindia pada
koordinat 8.260 LS 110.310 BT ). Aktifitas gempa tersebut telah memicu
pergerakan sesar di wilayah Bantul dan sekitarnya. Sesar (patahan) aktif tersebut
diidentifikasi membentuk garis lurus di mulai dari pusat gempa pada koordinat
8,007 LS-110, 286 BT (1 kilometer dari garis pantai Parangtritis) ke arah timur
laut sampai ke Prambanan. Daerah yang dilewati sesar itu yakni Depok,
Tritohargo, Ngambangan, dan Gondowulung di Yogyakarta. Studi kasus
mengenai sesar (patahan) menjadi penting mengingat korban parah (korban jiwa
maupun materil) akibat gempa Yogyakarta 27 Mei 2005 adalah daerah yang
kondisi bawah permukaannya diperkirakan berupa sesar Opak. Pada penelitian ini
dicoba memodelkan struktur bawah permukaan dari zona sesar Opak di daerah
Pleret, Bantul.
9
III. Permasalahan Daerah Sasaran KKN
Sejak lama beberapa lokasi Dusun Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan
Pleret, Kabupaten Bantul, sering dilanda bencana gerakan tanah, jumlah dan
luasannya pun tampak meningkat dari tahun ke tahun. Secara geografis kondisi
wilayah KKN memang memiliki variasi dalam hal morfologi, geologi, dan curah
hujan. Secara morfologi, berupa perbukitan berelief sangat kasar hingga dataran,
berlereng sangat curam hingga tegak (Gambar 6).
Gambar 6. Foto Udara daerah KKN
Secara morfologi, berupa perbukitan berelief sangat kasar hingga dataran,
berlereng sangat curam hingga tegak (Gambar 2). Di daerah perbukitan disusun
oleh batuan volkanik, sedangkan di dataran rendah disusun endapan aluvial.
Curah hujan yang tinggi di daerah perbukitan mengakibatkan aliran air permukaan
menjadi cepat dan besar. Di sisi lain, wilayah KKN dilalui zona sesar regional,
yaitu Sesar Opak (Gambar 3). Akibat interaksi dari seluruh kondisi tersebut, maka
dapat menimbulkan kerawanan terhadap terjadinya bencana gerakan tanah di
daerah KKN.
10
Gambar 7. Peta Citra Landsat daerah KKN
Gambar 8. Peta Geologi daerah KKN
11
Masyarakat di sekitar daerah rawan bencana sangat menginginkan
dilakukannya inventarisasi kebencanaan di daerahnya. Hal ini sesuai dengan surat
persetujuan dari pihak kepala desa, Oleh karena itu, perlu adanya informasi
mengenai tanda-tanda bencana gerakan tanah, tingkat kerentanan gerakan tanah
atau zonasi kerentanan, upaya mitigasi bencana, ketahanan masyarakat terhadap
bencana, hingga analisis risiko bencana gerakan tanah. Informasi keberadaan
tanda-tanda bencana gerakan tanah merupakan informasi awal tentang bencana
gerakan tanah di lokasi KKN. Selanjutnya dapat sebagai acuan pengembangan
wilayah bagi Pemerintah Kabupaten Bantul maupun masyarakat sekitar. Sekaligus
mewaspadai dan memperkecil kerugian harta-benda dan jiwa terhadap
kemungkinan terjadinya bencana gerakan tanah. Pada akhirnya diharapkan
perencanaan dan pembangunan wilayah di daerah KKN dapat dilaksanakan secara
terpadu, terencana, dan berkesinambungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dianggap perlu untuk dilakukan
inventarisasi tanda-tanda gerakan tanah di Dusun Ploso, Desa Wonolelo,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul tingkat kerentanan gerakan tanah atau zonasi
kerentanan, upaya mitigasi bencana, ketahanan masyarakat terhadap bencana,
hingga analisis resiko bencana gerakan tanah secara bertahap.
Gambar 9. Lokasi rawan terjadinya bahaya gerakan tanah di darah Dusun Ploso,
Desa Wonolelo Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
IV. Solusi Yang Ditawarkan
12
Untuk memecahkan permasalahan masyarakat yang bermukim di daerah
rawan bencana, maka diperlukan upaya-upaya nyata, yaitu melalui gerakan
bersama antara mahasiswa KKN UPN “Veteran” Yogyakarta Angkatan 55 dan
masyarakat di daerah rawan bencana:
1. Menentukan lokasi rawan bencana yang diwujudkan dalam bentuk peta
titik-titik rawan bencana skala 1: 25.000.
2. Mengenali tanda-tanda bencana di daerah sekitar Desa Wonolelo,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
3. Menentukan arahan atau upaya penanggulangan
4. Membangun ketahanan karakter masyarakat terhadap bencana melalui
program gerakan sadar bencana di daerah rawan bencana.
Strategi yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi
mempelajari karakterisasi lokasi KKN
2. Observasi dan pendataan langsung dilakukan di lapangan dengan cara
mengumpulkan data primer.
3. Sosialisasi ditujukan kepada masyarakat di sekitar wilayah KKN mengenai
tanda-tanda rawan bencana.
4. Pengembangan program dilaksanakan bersama-sama masyarakat di Dusun
Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Evaluasi
kegiatan dilakukan sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya tujuan KKN.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai wujud upaya nyata mahasiswa
KKN UPN “Veteran” Yogyakarta Angkatan 55 adalah sebagai berikut:
1. Memberi dasar-dasar mengenali tanda-tanda bencana
2. Memberi penjelasan mengenai peta titik-titik rawan bencana dan zonasi
kerentanan gerakan tanah skala 1: 25.000.
3. Memberi pelatihan mitigasi dan praktek langsung di lapangan
4. Membangun tanda-tanda evakuasi di lapangan seperti pembuatan patok
petunjuk jalur evakuasi ketika terjadi bencana.
13
Partisipasi mitra aparat desa/dukuh dan masyarakat ditunjukkan (Tabel 1):
1. Sejak tahap persiapan, melalui keterlibatan dan partisipasi aktif masyarakat:
a. Menyelesaikan masalah administrasi
b. Bersama masyarakat merumuskan rencana kegiatan atau membahas
usulan rencana kerja mahasiswa KKN.
2. Tahap pelaksanaan kegiatan, melalui keterlibatan dan partisipasi aktif
masyarakat:
a. Mencari dan menemukan tanda-tanda bencana di lapangan.
b. Mendatakan ketahanan ekonomi dan kearifan lokal masyarakat
menghadapi bencana.
3. Tahap evaluasi, melalui keterlibatan dan partisipasi aktif masyarakat:
a. Merumuskan langkah-langkah sosialisasi.
b. Menyiapkan materi sosialisasi.
c. Melaksanakan sosialisasi secara terpadu.
Tabel 2. Waktu pelaksanaan dan tahapan pekerjaan secara bersama antara
mahasiswa dan masyarakat.
BULAN- MINGGU
KEGIATAN
SEPT OKT NOV
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Administrasi
Kompilasi data sekunder
Pelepasan/kedatangan
Survai tinjau
Pengumpulan data primer
Olah data
Sosialisasi antar dukuh
Presentasi di kelurahan
Penarikan/pamitan
Lingkup data terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer adalah data yang langsung diambil, diamati, diperoleh oleh tim
mahasiswa KKN secara langsung dari lapangan, yaitu:
14
a. Data lokasi titik-titik gerakan tanah.
b. Data aspek-aspek bentuklahan yang terdiri atas aspek morfologi
(morfografi dan morfometri) serta aspek morfogenesa (morfostruktur
aktif, morfostruktur pasif, dan morfodinamis).
c. Data penggunaan lahan dan aktivitas manusia.
d. Data geologi (litologi, stratigrafi dan struktur geologi) di lokasi gerakan
tanah/indikasi gerakan tanah, baik lama maupun baru.
e. Data geohidrologi di lapangan.
2. Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, berdasarkan
laporan sebelumnya atau menggunakan data instansional, yaitu:
a. Peta geologi regional dari Badan Geologi Bandung, peta rupabumi dari
Bakosurtanal Cibinong.
b. Data fisik regional yang meliputi iklim, curah hujan, tanah, hidrologi,
penggunaan lahan yang diperoleh dari data Kabupaten Bantul Dalam
Angka.
Obyek KKN adalah titik-titik kejadian gerakan tanah dan masyarakat di Dusun
Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, sedangkan obyek
pengamatannya terdiri atas:
1. Karakteristik morfologi, terutama kelerengan dan pola pengaliran.
2. Karakteristik litologi dan struktur geologi.
3. Kondisi penggunaan lahan saat pengamatan.
4. Kondisi tebal tanah.
5. Kondisi curah hujan.
6. Bencana geologi lain yang ada: gempabumi, erosi, dan banjir bandang.
V. Target Luaran
Diperolehnya:
1. Peta dan data tanda-tanda bencana
2. Dokumen langkah-langkah evakuasi bila terjadi bencana.
3. Petunjuk nyata di lapangan untuk langkah-langkah evakuasi bila terjadi
bencana.
15
4. Terbangunnya kesadaran masyarakat akan bencana, sehingga dapat
meningkatkan kewaspadaan dan dapat hidup secara aman dan nyaman di
daerah rawan bencana.
VI Rincian Kegiatan
VI.1 Pemetaan Daerah Rawan Bencana Longsor
Daerah Dusun Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten
Bantul berada di daerah zona rawan akan bencana tanah longsor yang dapat
merugikan masyarakat baik secara moril maupun materiil. Kurangnya kesadaran
masyarakt akan hal itu yang melatarbelakangi pembuatan peta rawan bencana
tanah longsor didaerah ini. Kegiatan ini bertujuan sebagai berikut :
1. Membangun kesadaran masyarakat Dusun Ploso, Desa Wonolelo akan
pentingnya keselamatan karena hidup di daerah rawan bencana.
2. Melakukan sosialisasi secara terpadu kepada masyarakat mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan karakteristik terjadinya bencana serta bagaimana
usaha dini untuk menanggulangi datangya bencana tersebut.
3. Memetakan lokasi-lokasi yang menjadi titik-titik potensi terjadinya bencana
tanah longsor di Dusun Ploso, Desa Wonolelo.
4. Membuat tanda serta petunjuk evakuasi di Dusun Ploso, Desa Wonolelo,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantulketika terjadi bencana tanah longsor
(Gambar 9)
5. Melengkapi fasilitas masyarakat mengenai pentingnya mengenai dampak
lingkungan hidup dalam kehidupan bermasyarakat.
VI.2 Bentuk Kegiatan Utama
Kegiatan pemetaan daerah rawan bencana longsor ini dilakukan dengan cara
peninjauan langsung di lapangan pada daerah Dusun Ploso, Desa Wonolelo,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Pemetaan dilakukan secara kontinu dengan
melakukan perekaman data pada lokasi – lokasi yang dianggap berpotensi sebagai
rawan bencana longsor seperti jembatan retak, lereng yang miring, tiang listrik
miring, pohon – pohon yang mulai bergeser karena gerekan tanah dan lainya
Dimana dilakukan dokumentasi pada titik-titik yang berpotensi mengalami
16
gerakan tanah dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kemudian setelah
semua data dikumpulkan akan diplot pada peta rupa bumi daerah penelitian
sebagai sarana bagi masyarakat dalam mengenali lokasi yang berpotensi
terjadinya gerakan tanah.
VI.3 Bentuk Kegiatan Tambahan
VI.3.1 Bimbingan Belajar (Sekolah Dasar)
Di Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul masih termasuk
desa dengan pendidikan yang masih tertinggal dari daerah perkotaan seperti di
daerah kota Yogyakarta. Melihat kondisi tersebut juga membangun ide untuk
memberikan bimbingan belajar terhadap siswa Sekolah dasar pada khususnya
mengenai pelajaran – pelajaran akademik maupun ekstrakulikuler. Hal ini juga
akan membangun semangat dan rasa peduli anak-anak terhadap pentingnya ilmu
pengetahuan. Kegiatan ini bertujuan sebagai berikut :
1. Membangun kesadaran siswa Sekolah Dasar Desa Wonolelo, Kecamatan
Pleret, Kabupaten Bantuluntuk pentingnya ilmu pengetahuan.
2. Mencerdaskan siswa - siswi Sekolah Dasar baik dalam bidang akademik
maupun ekstrakulikuler.
3. Menumbuhkan semangat belajar bagi siswa-siswi Sekolah Dasar di Desa
Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
4. Mensosialisasikan kepada siswa – siswi Sekolah Dasar di Desa Wonolelo,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul akan pentingnya keselamatan karena
hidup di daerah rawan bencana longsor.
Kegiatan bimbingan belajar ini ditujukan untuk siswa – siswi Sekolah
dasar di Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul yang akan di
adakan diluar jam Sekolah. Bentuk kegiatan adalah dengan memberikan materi
tambahan berupa akdemik dan ekstrakulikuler diluar jam belajar. Kegiatan ini
sebagai tambahan dalam kegiatan KKN angkatan 55 yang berlandaskan
pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pendidikan.
17
VI.3.2 Pengembangan Wawasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Pada Masa sekarang ini telah ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
berkembang pesat. Baik melalui media cetak maupun elektronik. Salah satunya
adalah akses internet, dimana internet dapat dijadikan sebagai sarana koomunikasi
dan pengembangan ilmu pengetahuan yang terbilang cepat. Dengan penggunaan
internet pengguna dapat mengakses informasi secara universal dalam berbagai
bidang dan keperluan. Di daerah Dusun Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul yang terletak di kabupaten Bantul masih kurangnya akses
internet bagi masyarakat pada umumnya. Untuk mengatasi hal tersebut dalam
kegiatan KKN 55 ini melakukan kegiatan pengembangan wawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat denga tujuan sebagai berikut :
1. Menjadikan masyarakat Dusun Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantulyang terletak di kabupaten Bantul tanggap terhadap
perkembangan teknologi.
2. Memudahkan masyarakat dalam melakukan akses internet
3. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat Dusun
Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
4. Membuat sarana kamunikasi elektronik (internet) untuk memenuhi keperluan
masyarakat.
Bentuk kegiatan ini adalah dengan memeberikan pelatihan kepada
masyarakat tentang penggunaan internet sebagai sarana akses informasi global
yang ditujukan kepada seluruh masyarakat Dusun Ploso, Desa Wonolelo,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk
sosialisasi dan akhirnya akan diserahkan bantuan berupa modem internet untuk
kantor kecamatan dan desa yang dapat digunakan untuk mengakses informasi
yang dapat diberikan kepada masyarakat.
VI.3.3 Donor Darah
Bila mendengar kata "Donor Darah", tentunya sudah tidak asing dengan
PMI (Palang Merah Indonesia). PMI merupakan salah satu organisasi yang
melayani kegiatan donor darah di Indonesia yang mulai terbentuk pada tanggal 3
September 1945, yang juga kemudian ditetapkan sebagai Hari PMI.
18
Semakin meningkatnya permintaan darah terkadang menyebabkan PMI
mengalami kekurangan stok darah, terutama di bulan ramadhan dan setelah
lebaran. Hal ini disebabkan antara lain karena masih banyak masyarakat yang
terkontaminasi dengan mitos donor darah (penularan penyakit, donor darah
menyebabkan tekanan darah menjadi rendah, dan lain sebagainya), sehingga calon
pendonor pun menjadi takut untuk melakukan donor darah. Tujuan di adakannya
kegiatan donor darah selain bermanfaat bagi orang lain juga bermanfaat bagi diri
sendiri antara lain :
1. Warga dapat mengetahui golongan darahnya
2. Memeriksakan kesehatan secara teratur (donor darah dilakukan 3 bulan
sekali) meliputi : tekanan darah, nadi, suhu, tinggi dan berat badan,
hemoglobin, penyakit dalam, penyakit hepatitis A dan C, Penyakit HIV /
AIDS
3. Mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh
4. Pendonor yang rutin mendonorkan darahnya setiap 3 bulan sekali dapat
menurunkan resiko terkena penyakit jantung, terutama pada laki - laki sebesar
30% (British Journal Heart) seperti serangan jantung koroner dan stroke
karena memungkinkan terjadinya pergantian sel darah baru, dan badan
merasa sehat
5. Membakar kalori dalam tubuh
6. Terciptanya kesadaran masyarakat dalam hal kesehatan
Pada kegiatan ini akan bekerjasama dengan PMI sekitar yang ditujukan
kepada seluruh masyarakat Dusun Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul.
VI.3.4 Kerja Bakti
Dusun Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
merupakan daerah dengan lingkungan yang sangat kental dengan suasana
pedesaan. Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama antara mahasiswa dan warga
untuk melakukan kerja bakti guna terciptanya suatu lingkungan yang nyaman dan
bersih.
19
VI.3.5 Pelatihan Kewirausahaan Sejak Dini
Salah satu faktor yang menentukan sebuah pengembangan msayarakat
adalah kegiatan ekonominya. Kegiatan ekonomi meliputi, usaha masyarakat
dalam memproduksi suatu barang atau jasa yang diperjual belikan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan pelaku ekonominya.
Pelaku ekonomi biasa disebut dengan produsen, sedangakan pengkonsumsi
disebut dengan konsumen.
Pada sekarang ini kebanyakan anak-anak usia dini mempunyai ke kreatifitasan
yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu wadah penyaluran agar ke
kreatifitasan mereka bisa berguna untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Perlunya pengembangan kreatifitas dan inovasi merupakan upaya Tim KKN
dalam memperbesar dan memperluas usaha masyarakat khususnya anak usia
sekolah dasar dan remaja dengan pelatihan kewirausahaan sejak dini di Dusun
Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.
Kegiatan yang akan dilaksanakan berupa pelatihan kerajinan tangan. Sebagian
kerajinan tangan bisa dipakai sendiri dan sebagian kerajianan yang unik bisa di
jual. Hasil dari penjualan kerajinan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
VII. Biaya Program
Rincian biaya di dalam pelaksanaan KKN 55 ini adalah sebagai berikut :
VII.1. Acara Pemetaan Daerah Rawan Bencana Longsor
No. Barang Satuan Jumlah Harga Satuan Biaya
1 Peta Geologi Lembar 1 Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
2 Peta Rupabumi Lembar 1 Rp 50.000,00 Rp 50.000,00
3
Alat Tulis dan Buku
Lapangan Set 16 Rp 15.000,00 Rp 240.000,00
4 Kertas HVS Rim 5 Rp 34.000,00 Rp 170.000,00
5 Kompas Geologi Buah 8 Rp 20.000,00 Rp 160.000,00
20
6 GPS Buah 8 Rp 20.000,00 Rp 160.000,00
7 Palu Geologi Buah 8 Rp 15.000,00 Rp 120.000,00
8
Print Backdrop 5 X
2 meter Lembar 2 Rp 150.000,00 Rp 300.000,00
9 Papan Kayu dan Cat Set 8 Rp 20.000,00 Rp 120.000,00
10 Kuas Cat Buah 8 Rp 5.000,00 Rp 40.000,00
11
Peminjaman
Proyektor LCD Hari 10 Rp 20.0000,00 Rp 200.000,00
12 Akomodasi Survey Rp 300.000,00
Jumlah Total Biaya Rp 1.960.000,00
VII.2. Acara Bimbingan Belajar (Sekolah Dasar)
No. Barang Satuan Jumlah Harga Satuan Biaya
1
Alat Tulis dan
Blocknote Set 1 Rp 200.000,00 Rp 200.000,00
2
snack
Pertemuan (6 X
Pertemuan) Orang 50 Rp 3.000,00 Rp 900.000,00
3 Whiteboard Buah 1 Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
4
Peminjaman
Proyektor LCD Hari 6 Rp 20.000,00 Rp 120.000,00
Jumlah Total Biaya Rp 1.520.000,00
VII.3. Pengembangan Wawasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
No. Barang Satuan Jumlah Harga Satuan Biaya
1 Modem Internet Buah 4 Rp 300.000,00 Rp 1.200.000,00
2 Pulsa Modem Paket 4 Rp 50.000,00 Rp 200.000,00
Jumlah Total Biaya Rp 1.400.000,00
21
VII.4. Donor Darah
No
.
Barang Satuan Jumlah Harga Satuan Biaya
1 Akomodasi Buah 1 Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
Jumlah Total Biaya Rp 100.000,00
VII.5. Kerja Bakti
No. Barang Satuan Jumlah Harga Satuan Biaya
1 Alat kebersihan Set 1 Rp 200.000,00 Rp 200.000,00
2 Snack Orang 50 Rp 3.000,00 Rp 150.000,00
Jumlah Total Biaya Rp 350.000,00
VII.6. Kerajinan Tangan
No
.
Barang Jumlah
1. Perlengkapan kerajinan Rp 300.000,00
2. Peralatan kerajinan Rp 200.000,00
Jumlah Total Biaya Rp 500.000,00
Dusun Ploso, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
Total biaya keseluruhan adalah sebagai berikut :
1. Acara Pemetaan Daerah Rawan Bencana Longsor Rp 1.960.000,00
2. Acara Bimbingan Belajar (Sekolah Dasar) Rp 1.520.000.00
3. Pengembangan Wawasan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi Rp 1.400.000,00
4. Donor Darah Rp 100.000,00
5. Kerja Bakti Rp 350.000,00
6. Kerajinan tangan Rp 500.000,00
Total Biaya Keseluruhan Rp 5.830.000,00
22
VIII. Surat Pernyataan Kesediaan Masyarakat (Dukuh dan Desa)
(Lampiran 1)
IX. Peserta KKN
Mahasiswa KKN Tematik Angkatan 55 terdiri atas mahasiswa Program
Studi Geofisika, Geologi, Akuntansi dan Teknik Industri.
1. 24 orang Mahasiswa Prodi Teknik geofisika
2. 6 orang Mahasiswa Prodi Teknik Geologi
3. 2 orang Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional
4. 6 orang Mahasiswa Prodi Akuntansi
5. 2 orang Mahasiswa Prodi Teknik Industri
(Nama Peserta KKN Tematik angkatan 55 Lampiran )
X. Penutup
Demikian proposal ini kami ajukan kepada LPPM UPN “Veteran”
Yogyakarta. Besar harapan kami proposal ini dapat dikabulkan dan menjadi bahan
pertimbangan.
Yogyakarta, 30 Juli 2013
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Lapangan Ketua,
Ir. Firdaus Maskuri, M.T . Adi Wijayanto
NIP. 19580822.1992.031.001 NIM. 115.100.014
23