proposal judul

Embed Size (px)

Citation preview

Proposal Skripsi Tuliskan judul skripsi yang telah diajukan ke Dosen Pembimbing misalkan judulnya yaitu: Analisis Makna Implisit Pada Novel Harry Potter and The Prisoner Of Azkaban Karya J. K. Rowling Dan Terjemahannya diajukan untuk dipertahankan dalam Sidang Ujian Sarjana Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Aldo Elam M H1D96210 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA INGGRIS BANDUNG 2001 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Analisis Makna Implisit pada Novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban Karya J. K. Rowling dan Terjemahannya. Objek penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung makna implisit pada novel tersebut. Kalimat yang mengandung makna implisit diambil sebagai data dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif komparatif. Novel yang berjudul Harry Potter and the Prisoner of Azkaban ini ditulis oleh J. K. Rowling dan dialihbahasakan oleh Listiana Srisanti ke bahasa Indonesia dengan judul Harry Potter Dan Tawanan Azkaban. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penerjemahan makna implicit dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem dalam bahasa sasaran mengharuskannya, namun (2) makna implisit dapat juga diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem bahasa sasaran memungkinkannya, yang terakhir adalah (3) makna implicit harus diterjemahkan eksplisit jika menyebabkan ketaksaan atau ketidakjelasan makna dalam hasil terjemahannya. Untuk mempermudah dalam persetujuan dari dosen mengenai skripsi yang akan kita bahas lebih baik dalam pengajuan proposal skripsi ditunjukan sistematikanya seperti contoh dibawah ini: DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian 1.5 Kerangka Pemikiran 1.6 Metode Penelitian 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makna 2.1.1 Perubahan Makna 2.1.2 Jenis Makna 2.2 Makna Implisit 2.2.1 Makna Referensial Implisit 2.2.1.1 Referen Persona 2.2.1.2 Referen Demonstratif 2.2.1.3 Referen Komparatif 2.2.2 Makna Organisasional Implisit 2.2.2.1 Kata Substitusi 2.2.2.2 Kalimat Elipsis 2.2.2.3 Kalimat Pasif 2.2.3 Makna Situasional Implisit 2.2.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya 2.2.3.2 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran 2.2.3.3 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Terjadinya Komunikasi 2.2.3.4 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap 2.3 Penerjemahan 2.3.1 Metode Penerjemahan

2.3.2 Penerjemahan Makna Implisit BAB III OBJEK PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Makna Referensial Implisit 4.1.1 Referen Persona Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.1.2 Referen Persona Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Persona 4.1.3 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.1.4 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Demonstratif 4.1.5 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.1.6 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Komparatif 4.2 Makna Organisasional Implisit 4.2.1 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.2.2 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Menjadi Kalimat Elipsis 4.2.3 Kalimat Pasif Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.2.4 Kalimat Pasif Diterjemahkan Menjadi Kalimat Pasif 4.2.5 Kata Substitusi Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.2.6 Kata Substitusi Diterjemahkan Menjadi Kata Substitusi 4.3 Makna Situasional Implisit 4.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Menjadi Makna tuasional Akibat Faktor Budaya 4.3.2 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Secara Eksplisit 65 4.3.3 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional karena Gerakan Isyarat saat Ujaran 4.3.4 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi diterjemahkan Menjadi Makna Situasional yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi 4.3.5 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi diterjemahkan Secara Ekplisit 4.3.6 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap BAB V SIMPULAN

SYNOPSIS DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA Pada tahap selanjutnya yaitu penulisan pada bab pertama, penulisan proposal skripsi dalam bab ini lebih mengutamakan dari garis beras yang tertera dalam skripsi yang akan diajukan sehingga persetujuan itu akan lebih cepat terealisasi adapun sistematikan penulisannya seperti contoh dibawah ini yaitu berisikan antara lain: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan sangat mutlak diperlukan dalam era informasi dan komunikasi yang bergerak cepat seperti saat ini. Proses penerjemahan dan hasil-hasilnya dapat dilihat tersebar dalam segala bidang, mulai dari bidang pendidikan sampai hiburan. Buku, film dan berbagai media pembawa informasi lainnya yang dibuat tidak dalam bahasa asli memerlukan suatu proses penerjemahan. Penerjemahan sendiri merupakan suatu proses penyampaian informasi dari bahasa sumber ke dalam padanan yang sesuai pada bahasa sasaran. Suatu hasil penerjemahan dapat dianggap berhasil apabila pesan, pikiran, gagasan, dan konsep yang ada dalam bahasa sumber dapat disampaikan ke dalam bahasa sasaran secara utuh. Hal ini akan sulit dilakukan karena adanya perbedaan pada sistem bahasa dan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Seorang penerjemah yang baik tidak hanya harus dapat mengatasi perbedaan sistem bahasa dan budaya, tetapi ia juga harus dapat menangkap pesan implisit atau amanat yang ada di bahasa sumber dan menyampaikannya kembali ke dalam bahasa sasaran. Hal ini menjadi penting karena keutuhan suatu teks sedikit banyak dipengaruhi oleh adanya pesan atau makna implicit yang terdapat didalamnya. Untuk dapat menangkap pesan implisit dengan baik, diperlukan kemampuan untuk mengenali berbagai macam makna dan cara-cara menerjemahkannya. Di dalam teks, ada kalanya makna tidak disampaikan secara eksplisit. Makna-makna yang seperti ini disebut dengan makna implisit atau tersirat. Berikut adalah contoh makna implisit: So when you told her, you were actually face to face with her? Yes In a position to see her reaction to the news? Yes Jawaban dari kedua kalimat pertanyaan di atas adalah Yes. Kedua kata tersebut persis sama, tetapi apabila dilakukan pengkajian lebih lanjut lagi ternyata makna implicit yang terkandung dalam kedua Yes tadi berbeda satu dengan lainnya. Penerjemah yang baik harus terampil dalam menangkap berbagai makna implicit yang terdapat pada sebuah teks. Kemampuan ini mutlak diperlukan agar tidak terjadi ketaksaan sehingga pembaca yang membaca hasil terjemahan berupa novel ini tidak mengalami kebingungan dalam memahami pesan novel

tersebut. Penyampaian makna implisit tadi ke dalam bahasa sasaran juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Hal-hal inilah yang telah memotivasi penulis untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai masalah makna implisit dalam terjemahan. I.2 Identifikasi Masalah Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah baik tidaknya penerjemahan makna implisit pada novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban karya J.K. Rowling. Dalam analisis akan dibahas penerjemahan makna implisit dari bahasa sumber (bahasa Inggris) ke terjemahannya dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Juga yang akan dilihat adalah upaya-upaya yang dilakukan penerjemah dalam mengalihbahasakan berbagai bentuk makna implisit sehingga keutuhan teks dan makna yang ingin disampaikan tetap terjaga. Sebagai landasan penelitian, penulis mengambil teori mengenai makna implicit milik Larson yang dikutip dari buku MeaningBased Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence. Dalam buku ini Larson membagi makna implisit menjadi makna implisit referensial, makna implisit organisasional dan makna implisit situasional. Dalam menerjemahkan ketiga jenis makna implisit tadi dibutuhkan keterampilan untuk mencari padanannya dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan apakah makna tadi akan diekplisitkan atau tidak. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga masalah yang dikaji dalam skripsi ini: Menerjemahkan makna implisit referensial. Dalam menerjemahkan makna implicit referensial penerjemah harus mengetahui referen yang dimaksud terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah penerjemahan ini harus dieksplisitkan atau tidak. Menerjemahkan makna implisit organisasional. Dalam menerjemahkan makna implisit organisasional struktur bahasa yang dipakai harus diperhatikan. Apabila struktur bahasa tersebut mengimplisitkan sesuatu maka harus dipertimbangkan mengenai perlu tidaknya untuk mengeksplisitkan hal tersebut ke dalam bahasa sasaran. Menerjemahkan makna implisit situasional. Situasi yang terjadi pada saat ujaran merupakan kunci dalam menerjemahkan makna implisit situasional. Apabila dirasakan situasi yang dimaksud sudah cukup jelas maka makna implisit tersebut tidak perlu dieksplisitkan. I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna implisit referensial, makna implisit organisasional dan makna implisit situasional yang ada di novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban dan terjemahannya, juga untuk mengetahui bagaimana ketiga makna tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta untuk mengetahui penyesuaian yang diperlukan oleh penerjemah dalam menyampaikan makna-makna implisit tadi ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya sehingga dapat ditarik simpulan secara umum mengenai penerjemahan makna implisit dalam novel tersebut. I.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk memahami mengenai penerjemahan makna implicit sehingga seorang penerjemah dapat belajar lebih banyak mengenai makna implisit dan berbagai teknik untuk menerjemahkan makna implisit dengan baik tanpa menimbulkan ambiguitas atau kerancuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu terbentuknya penerjemahan yang lebih baik, khususnya untuk penerjemahan yang berhubungan dengan makna implisit. I.5 Kerangka Pemikiran Seorang penerjemah harus dapat menjaga keutuhan teks yang diterjemahkannya. Salah satu cara untuk tetap menjaga keutuhan teks adalah dengan memperhatikan benar-benar berbagai penggunaan makna implisit pada teks yang dibuat oleh pengarang. Penerjemah juga harus dapat memindahkan makna-makna implisit yang ada pada suatu teks dengan piawai sehingga apa

yang dimaksudkan oleh pengarang dapat disampaikan tanpa distorsi kepada pembaca dalam bahasa sasaran. Larson membagi makna implisit menjadi tiga macam yaitu: makna referensial implisit, makna organisasional implisit dan makna implisit situasional (1984: 34-37). Analisis akan dibagi berdasarkan ketiga macam makna implisit ini. Makna referensial implisit dapat ditemukan dalam kalimat yang memiliki pronomina persona, pronomina posesif, dan pronomina refleksif terutama yang dalam kata-kata seperti it, he, she, they,. Juga ditemukan dalam kata demonstratif seperti this atau that. Artikel the juga merupakan salah satu kata yang memiliki makna implisit, demikian pula halnya dengan kata-kata komparatif seperti some, most, different, dan more. Kalimat yang mengandung makna implisit organisasional dapat ditemukan dalam susunan kalimat elipsis dan kalimat pasif sistem bahasa sumber. Selain itu dapat juga ditemukan dalam kalimat yang memiliki kata substitusi seperti one, did, so, do, dan not. Sedangkan makna situasional implisit ditemukan dalam situasi percakapan. Situasi yang dimaksud adalah hubungan antara penutur dan penanggap, latar belakang budaya, tempat berlakunya proses komunikasi, waktu terjadinya ujaran, usia dan jenis kelamin, situasi sosial penutur dan penanggap, praduga yang muncul dalam situasi berkomunikasi dan gerakan isyarat yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Dalam skripsi ini faktor-faktor yang cukup banyak tadi akan dibatasi sehingga analisis makna situasional implisit terdiri dari empat bagian, yaitu makna implisit yang timbul akibat faktor budaya, gerakan isyarat, waktu dan tempat komunikasi, serta hubungan penutur dan penanggap. Untuk menganalisis penerjemahan makna implisit, penulis mengumpulkan berbagai data dan membahasnya sesuai dengan aturan yang berlaku pada bahasa sasaran sehingga dapat diketahui apakah penerjemahan tersebut telah sesuai dengan aturan yang berlaku pada bahasa sasaran, timbul tidaknya kerancuan dan terjaga tidaknya keutuhan teks asli. I.6 Metode Penelitian Metode yang diambil dalam peneltian ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Masalah yang terkumpul pada data akan diklasifikasikan untuk kemudian dibahas secara objektif. Lalu dibandingkan dan dianalisis berdasarkan teori-teori yang diuraikan pada Bab II. Analisis akan menjelaskan apakah cara penerjemahan makna implisit pada data tidak menimbulkan kerancuan makna, cukup jelas untuk dipahami, telah sesuai dengan aturan pada bahasa sasaran dan juga tidak menyimpang dari teori-teori yang berlaku. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian studi pustaka, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang erat kaitannya dengan pembahasan masalah sehingga diperoleh berbagai teori dan referensi yang mendukung penganalisisan data. Penelitian ini banyak dilakukan di perpustakaan yang ada di kota Bandung. Perpustakaan-perpustakaan tersebut antara lain perpustakaan Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra UNPAD, perpustakaan Ekstensi Fakultas Sastra UNPAD dan koleksi umum UPT perpustakaan ITB. Sedangkan waktu yang diperlukan dalam membuat penelitian ini kurang lebih empat bulan. Memasuki pada bab selanjutnya yaitu bab ketiga, penulisan proposal skripsi itu dibuat inti permasalahan yang akan diangkat saja tidak mengutamakan atau membuat garis berasanya tetapi hanya berisikan apa saja yang akan dibahas serta hal tersebut akan mempermudah kita dalam penyususnannya, seperti contoh dibawah ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan tentang: Pengertian Makna

Perubahan Makna Jenis Makna 2. Makna Implisit Makna Referensial Implisit Referen Persona Referen Demonstratif Refere n Komparatif Makna Organisasional Implisit Kata Substitusi Kalimat Elipsis Kalimat Pasif Makna Situasional Implisit Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap 3. Penerjemahan Metode Penerjemahan Penerjemahan Makna Implisit Pada bab ketiga lebih mengedepankan tentang objek penelitian yang akan dilakukan sehingga bisa diketahui oleh dosen pembimbing yang nantinya akan dilihat lebih jauh lagi. seperti contoh dibawah ini: BAB III OBJEK PENELITIAN Pada bab ini akan membahas tentang objek penelitian. Pada bab yang bisa dikatakan merupakan bab isi yang terakhir, disini yang akan dibahas merupakan hal yang menujuk atau mendukung dari skripsi yang diajukan sehingga penguatan ataupun referensi dari skripsi itu dapat dipertahankan. Seperti contoh dibawah ini dan sekali lagi hanya berisikan pada hal hal yang akan dibahas: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan penelitian dan pembahasan mengenai penerjemahan makna implisit. Makna Referensial Implisit Referen Persona Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit Referen Persona Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Persona Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Demonstratif

Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Komparatif 2. Makna Organisasional Implisit Kalimat Elipsis Diterjemahkan Secara Eksplisit Kalimat Elipsis Diterjemahkan Menjadi Kalimat Elipsis Kalimat Pasif Diterjemahkan Secara Eksplisit Kalimat Pasif Diterjemahkan Menjadi Kalimat Pasif Kata Substitusi Diterjemahkan Secara Eksplisit Kata Substitusi Diterjemahkan Menjadi Kata Substitusi 3. Makna Situasional Implisit Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional Akibat Faktor Budaya Makna Situasional Implisit akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Secara Eksplisit Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat UjaranDiterjemahkan Menjadi Makna Situasional karena Gerakan Isyarat saatUjaran Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat KomunikasiDiterjemahkan Menjadi Makna Siuasional yang Disebabkan Waktu danTempat Komunikasi Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat KomunikasiDiterjemahkan Secara Eksplisit Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap. Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap Yups akhirnya selesai juga, inilah bab terakhir yaitu bab kelima, tentunya berisikan kesimpulan dari yang sudah dibahas semuannya, disini juga berisikan bagian lainnya seperti contoh dibawah ini: BAB V KESIMPULAN Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab lainnya Kesimpulan yang didapat mengenai penerjemahan makna implisit dalam sebuah novel adalah sebagai berikut : Makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem dari bahasa target mengharuskannya. Makna implisit dapat diterjemahkan secara eksplisit jika sistem dari bahasa target memperbolehkannya. Makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila menimbulkan ketaksaan atau kekaburan makna pada bahasa target. Selain itu pada bab ini juga berisikan antara lain: SYNOPSIS DAFTAR PUSTAKA KUMPULAN DATA I. Makna Referensial Implisit

I.1 Referen Persona I. 2 Referen Demonstratif I.3 Referen Komparatif II. Makna Organisasional Implisit II. 1 Kalimat Elipsis II. 2 Kalimat Pasif II. 3 Kata Substitusi III. Makna Implisit III.1 Makna Implisit Situasional (Budaya) III.2 Makna Impilisit Situasional (Gerakan Isyarat) III.3 Makna Implisit Situasional (Waktu dan Tempat Komunikasi) III.4 Makna Implisit Situasional (Hubungan Penutur dan Penanggap, Usia dan Jenis Kelamin) BIODATA Informasi Umum Berisikan; Tempat / Tanggal Lahir Jenis Kelamin Berat / Tinggi Agama Kebangsaan / Suku Status Alamat Telp Pendidikan Pendidikan Informal Aktivitas : : : : : : : :

LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) FAKULTAS TARBIYAH INISNU JEPARA 2009 DI MTs AL-MUTTAQIN RENGGING PECANGAAN JEPARA Oleh teraskita OLEH: AHMAD SAEFUDIN (225.001) HALAMAN PENGESAHAN Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara Di Tempat Assalamualaikum Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikan bahwa setelah meneliti dan memeriksa laporan hasil Praktek Pengalaman Lapangan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Islam Nahdlatul Ulama (INSNU) Jepara pada tanggal 6 Pebruari 7 Maret 2009 di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara yang disusun oleh: 1. AHMAD SAEFUDIN (225.001) 2. HESTI WIDYASTUTI (225.015) 3. SRI ENI (225.051) 4. ALI SYAHID (225.006) 5. M. QOMARUDDIN (225.022) 6. MINHATUL MILLAH (225.028) 7. ULFAH NUR KHASANAH (225.053) 8. ARIYANTI (225.010) 9. MUJAHIDIN (225.032) 10. MUKHAYATI (225.033) Maka, dapat Kami terima dan disetujui. Karena itu, mohon dengan hormat kepada Dekan Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara berkenan menerima hasil laporan PPL ini sebagai persyaratan menyelesaikan program studi S. 1 INISNU Jepara. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jepara, 10 Maret 2009 Dosen Pembimbing Lapangan Kepala MTs Al Muttaqin Saifur Rohman, S. Ag., M. Pd. Ridwan, S. PdI. KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala pujian bagi Allah Yang Maha Dipuji atas limpahan nikmat kasih sayang-Nya Kami masih mampu menimba sedikit ilmu yang telah menetes ke dunia ini. Semoga Kami termasuk ke dalam firman-Nya; yarfaillahu al-ladzina amanu minkum walladzina utul ilma darajat. Amin. Muara rahmat kasih-Nya mudah-mudahan senantiasa tercurah ke pangkuan Nabi Muhammad SAW -Sang Pembebas Kebodohan-. Dengan selalu mengikuti dan menjalankan ajaran beliau, semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafaatul udzma fi yaum al makhsyar. Dalam pengantar sederhana ini ijinkanlah kami berterima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara;

2. Dosen Pembimbing Lapangan; 3. Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara beserta dewan guru dan staf karyawan; 4. Siswa-siswi MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara. Paling tidak, nama-nama yang kami sebut di atas sangat berperan penting dalam mendukung terselesaikannya laporan ini. Kelemahan dan kekurangan pembuatan laporan PPL ini sekaligus mengundang berbagai pihak untuk memberikan saran kritik konstruktif kepada kami. Akhir kata, semoga apa yang kami susun ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi dunia pendidikan. Amin. Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thariq Wassalamualaikum Wr. Wb. Jepara, 10 Maret 2009 Tim Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv BAB I PENDAHULUAN 1 A. NAMA KEGIATAN 1 B. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN 1 C. TUJUAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN 2 D. PERSONAL PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN 2 E. WAKTU, TEMPAT DAN DOSEN PEMBIMBING 3 F. MATERI PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN 4 G. SASARAN PPL 4 H. ORGANISASI PELAKSANA PPL 4 BAB II ORIENTASI DAN PEMBEKALAN 5 A. PENGARAHAN 5 B. PENILAIAN DAN LAPORAN 6 C. KODE ETIK PPL 7 D. PEMBUATAN RPP 8 BAB III LAPORAN HASIL PPL 10 A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 10 1. TINJAUAN HISTORIS MTs AL MUTTAQIN 10 2. STRUKTUR ORGANISASI MTs AL MUTTAQIN 11 B. BIDANG KURIKULUM MTs AL MUTTAQIN 11 1. PENGERTIAN KURIKULUM 11 2. PRINSIP PENGEMBANGAN KTSP 11 3. ACUAN OPERASIONAL PENYUSUNAN KTSP 12 C. BIDANG KESISWAAN 12 D. BIDANG SARANA PRASARANA 12 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PPL 13 A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PPL 13 B. FAKTOR PENDUKUNG 15 C. FAKTOR PENGHAMBAT 16 D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH 17

BAB V PENUTUP 19 A. KESIMPULAN 19 B. SARAN 19 C. KATA PENUTUP 20 BAB I PENDAHULUAN A. NAMA KEGIATAN Kegiatan ini bernama : Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Fakultas Tarbiyah Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara Tahun Akademik 2008/2009. B. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi mendatang, yang diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa menstimulir dan menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan umat manusia dan berupaya untuk senantiasa mengantar dan membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan manusia. Pendidikan juga dipandang sebagai agen tunggal yang bukan hanya untuk melatih generasi muda akan peranan-peranan orang dewasa yang lebih mapan, tetapi lebih penting lagi sebagaimana pandangan John C. Bock adalah : for socializing them to the new competencies required by the emergent role needs, of changing societies. (John C. Bock, Education and Development: Conflict of Meaning, New York, 1982), yakni : untuk mensosialisasikan kompetensi-kompetensi baru kepada mereka yang dituntut oleh kebutuhan-kebutuhan peranan yang timbul dari masyarakat yang berubah. Menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab lewat upaya pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan. Senada dengan pesan Ilahi : Dan hendaklah takut kepada Allah seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak (generasi) yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka (nasibnya). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mengucapkan perkataan (mendidik) yang benar. (QS. 4 : 9). Pada satu sisi, profesionalisme guru keberadaannya dalam pembangunan sangat dibutuhkan, di mana pengejawantahannya membutuhkan proses yang berkesinambungan dengan latihanlatihan dan pengamatan-pengamatan secara langsung. Hal ini tidak semata-mata untuk dimiliki dan diketahui, tetapi sekaligus sebagai dasar pijakan awal untuk pembelajaran pendidikan dan pengajaran berikutnya (sebagai calon pendidik profesional). Fakultas Tarbiyah Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara telah memberikan bekal yang cukup dan memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengkaji dan mendalami ilmu pengetahuan (teori dan praktek) yang telah diterimanya. C. TUJUAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN 1. Membentuk kepribadian mahasiswa sebagai calon pendidik/guru agama yang berkualitas, setia kepada profesinya, menguasai dan mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmu keguruan dan keislaman selaras dengan arah pembangunan. 2. Membimbing mahasiswa ke arah terbentuknya pribadi yang memiliki nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam pembentukan profesi sebagai Tenaga Pendidik. D. PERSONAL PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN 1. Mahasiswa PPL a. Mahasiswa PPL adalah mahasiswa sekurang-kurangnya semester V danb teklah lulus mata

kuliah sekurang-kurangnya 100 sks, dan telah mendaftarkan diri sebagai peserta dan telah memenuhi persyaratan. b. Mahasiswa PPL mempunyai beberapa tugas, antara lain : - Mengikuti Orientasi Kampus - Mengikuti upacara penyerahan dan penarikan (perpisahan) - Mengikuti Pengajaran Model yang dijadwalkan - Mengikuti Ujian PPL - Membantu kelancaran informasi dari Fakultas ke Sekolah Latihan dan sebaliknya. - Mentaati semua peraturan yang berlaku. Adapun daftar nama Mahasiswa yang melaksanakan PPL di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara sebagaimana terlampir. 2. Dosen Pembimbing a. Dosen Pembimbing adalah para dosen fakultas Tarbiyah yang telah ditunjuk dan diberi tugas oleh pimpinan Fakultas. b. Tugas dosen pembimbing PPL adalah : a. Mengenalkan lokasi pada saat Orientasi Kampus (jadwal menyusul) b. Mengikuti upacara penyerahan dan penarikan (perpisahan) c. Menghadiri rapat-rapat koordinasi pelaksanaan PPL d. Bersama guru pamong memberikan bimbingan kepada mahasiswa e. Melaksanakan ujian PPL pada mahasiswa f. Menyerahkan nilai PPL kepada Panitia selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah ujian PPL. g. Dalam menjalankan tugasnya, dosen pembimbing bertangung jawab kepada Dekan. Dosen pembimbing lapangan bagi peserta PPL di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara yaitu Bapak Saifurrohman, S. Ag., M. Pd. 3. Guru Pamong a. Guru Pamong adalah guru-guru bidang studi pada sekolah latihan yang diusulkan oleh Kepala Madrasah. b. Tugas guru pamong meliputi : a. Mengikuti rapat-rapat koordinasi PPL bersama Kepala Madrasah b. Bersama dosen pembimbing membimbing kepada mahasiswa PPL c. Mengikuti upacara penyerahan dan penarikan (perpisahan) d. Bersama dosen pembimbing mengadakan ujian pada mahasiswa e. Menyerahkan hasil/ nilai ujian kepada Dekan melalui dosen pembimbing PPL selambatlambatnya 3 (tiga) hari setelah ujian. Guru pamong bagi peserta PPL di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara adalah sebagaimana terlampir. E. WAKTU, TEMPAT, DAN DOSEN PEMBIMBING a. Waktu Pelaksanaan : a. Tanggal, 5 Des 08 s/d 30 Jan 09: Pendaftaran b. Tanggal, 2 3 Peb 2009 : Pembekalan c. Tanggal, 4/5 Peb 2009 : Penyerahan mahasiswa ke lokasi d. Tanggal, 6 8 Peb 2009 : Observasi/Penyesuaian jadwal e. Tanggal, 9 22 Peb 2009 : Micro Teaching / Real Teaching f. Tanggal, 23 Peb s/d 2 Mar 09 : Ujian PPL g. Tanggal, 8 Maret 2009 : Batas akhir pengiriman nilai h. Tanggal, 9/10 Maret 2009 : Penarikan/Perpisahan mahasiswa i. Tanggal, 14 Maret 2009 : Batas akhir penyerahan Laporan j. Tanggal, 28 Maret 2009 : Yudisium b. Tempat Pelaksanaan PPL dan Dosen Pembimbing a. MTs. Al Islam Jepara : Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag. b. MTs. Matholiul Huda Bugel : Drs. Abdurrozaq Assowy, M.MPd. c. MTs. Al Muttaqin Rengging : Saifurrohman, S.Ag., M.Pd. d. MTs. Matholibul Huda Mlonggo: Drs. Maswan

e. MTs. Zumrotul Wildan Ngabul : Nur Khoiri, M.Ag. F. MATERI PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN Materi yang disajikan oleh mahasiswa PPL adalah sesuai dengan penempatan pada masingmasing Madrasah/Sekolah dengan ketentuan sebagai berikut : 1. MTs/MTsN : Al Quran Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqh dan Bahasa Arab. 2. MA/MAN : Al Quran Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqh dan Bahasa Arab. G. SASARAN PPL Sasaran Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah siswa/wi kelas I dan II (kelas VII dan VIII untuk MTs.; serta kelas X dan XI untuk MA.) atau mengikuti petunjuk dari Madrasah tempat PPL. H. ORGANISASI PELAKSANA PPL 1. Pelindung : Pembantu Rektor I INISNU Jepara 2. Penanggung jawab : Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag. (Dekan Fakultas Tarbiyah) 3. K e t u a : Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag. (Pembantu Dekan I) 4. Sekretaris : Jamal Abd. Wahab, S.Ag. (Kabag TU) 5. Bendahara : Saifurrohman, S. Ag., M.Pd. (Pembantu Dekan II) BAB II ORIENTASI DAN PEMBEKALAN A. PENGARAHAN a) Gambaran Umum Dekan Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara (Drs. H. Akhirin Ali, M. Ag.) Dalam pengarahan yang beliau paparkan lebih menitik beratkan pada materi persiapan yang seyogyanya dipelajari oleh calon guru praktikan (peserta PPL) seperti: a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetesi Lulusan (SKL). d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Drs. Abdul Rozak Alkam. Beliau menyampaikan materi kode etik peserta PPL. Saifurrohman, S. Ag., M.pd. Beliau menyampaikan materi keadministrasian yang harus dipersiapkan peserta PPL. Nur Khoiri, M. Ag. Beliau menyampaikan tentang teknik dasar pembuatan RPP. b) Evaluasi Umum 1. Pemateri dan Materi. Akibat dari tidak adanya modul atau buku panduan yang baku pada PPL tahun ini, maka banyak peserta kebingungan. Idealnya, dari pihak Institut membuat modul panduan agar arah dan tujuan PPL mampu dipahami semua pihak. Bukan hanya mengalokasikan waktu dan tempat an sich, tetapi operasional teknis di lapangan terkonsep secara gamblang.

2. Metode. Dalam menyampaikan materi pembekalan, para pemateri lebih banyak berceramah sehingga membuat peserta PPL merasa jenuh. Bahkan bisa dikatakan, capaian pemahaman peserta terhadap materi sangat minim. 3. Fasilitas. Sebelum melaksanakan PPL, setiap peserta berkewajiban memenuhi syarat administratif dalam bentuk uang sebesar seratus Sembilan puluh ribu rupiah. Anggaran tersebut disiapkan untuk memenuhi kebutuhan selama PPL berlangsung. Namun, pada pelaksanaannya, alokasi dana tersebut masih dipertanyakan terutama terkait dengan fasilitas yang sewajarnya diterima oleh peserta PPL. Menganut asas keterbukaan, maka rekomendasi untuk pihak institut adalah perlunya trnasparansi pengeluaran dana PPL. B. PENILAIAN DAN LAPORAN 1. Penilaian kegiatan PPL dilaksanakan secara terarah dan terpadu oleh dosen pembimbing dan guru pamong. 2. Komponen-komponen yang dinilai meliputi : komponen persiapan, profesional, personal dan kemasyarakatan. 3. Nilai masing-masing komponen di atur sebagai berikut : a. Komponen Persiapan (N.1) dengan bobot nilai : 20 b. Komponen Profesional (N.2) dengan bobot nilai : 50 c. Komponen Personal (N.3) dengan bobot nilai : 20 d. Komponen Kemasyarakatan (N.4) dengan bobot nilai : 10 4. Rumus Nilai Akhir (NA) penilaian PPL adalah NA : N.1 + N.2 + N.3 + N.4 = 10 5. Mahasiswa PPL dinyatakan LULUS apabila mencapai Nilai Akhir (NA) sekurang-kurangnya 5,6 (lima koma enam) 6. Bagi mahasiswa yang TIDAK LULUS dapat mengulang pada semester berikutnya. B. KODE ETIK PPL Agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar, maka mahasiswa PPL diharapkan memenuhi aturan-aturan atau kode etik dalam praktek belajar mengajar di sekolah latihan yang meliputi : 1. Kode etik dalam berbicara 2. Kode etik dalam bersikap dan bertindak 3. Kode etik dalam berpakaian Masyarakat mahami bahwa IQ bukanlah segala-galanya. Sebagai mahasiswa kita harus membawa nama baik INISNU. Kepandaian teori-teori keguruan harus lebih dimatangkan melalui praktek pengalaman lapangan dengan menghadapi siswa-siswa yang berbeda tingkah laku, latar belakang dan emosionalnya secara langsung. Selama PPL, mahasiswa diharapkan dapat menempatkan diri sesuai aturan yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Peran kita sebai mahasiswa PPL adalah : 1. Sebagai tamu Sebagai tamu hendaknya kita harus bisa mengikuti aturan-aturan tuan rumah 2. Sebagai guru praktek Sebagai guru praktek kita memerlukan yaitu : Bimbingan dari para guru pamong dan pembimbing Dicoba untuk mengajar Dinilai 3. Belajar mengajar Diharapkan dengan belajar mengajar tersebut ada perubahan yang kita bawa, tentunya

perubahan menjadi yang lebih baik. 4. Kehati-hatian Mahasiswa PPL INISNU Jepara harus menjunjung tinggi kedisiplinan waktu, berpakaian dan mengikuti tata tertib yang ada. 5. Sebagai partner ( mitra ) Dalam berkomunikasi mahasiswa diharapkan dapat menciptakan suasana yang harmonis antara: Team PPL dengan Kepala Madrasah Team PPL dengan dewan guru, baik guru pamong maupun guru secara umum Team PPL dengan peserta didik Madrasah Team PPL dengan lingkungan masyarakat sekitar. Selain berkomunikasi, dalam pelaksanaan PPL mahasiswa diharuskan berpakaian rapi, sopan dan yang terpenting mahasiswa PPL harus mampu mengaplikasikan dasar-dasar ilmu keguruan seperti sabar, adil, bijaksana dan teliti. C. PEMBUATAN RPP Untuk mencapai tujuan ideal dalam pendidikan, setiap pendidik (baca: guru) dituntut untuk menyiapkan pembelajaran seefektif mungkin. Dalam dunia pendidikan, istilah tersebut dunamakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 1. Pengertian RPP Dalam buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan Implementasinya di Madrasah karya Drs. H. Khaerudin, M. A. dkk. menyebutkan bahwa RPP pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi dasar, indikator hasil belajar, dan penilaian. 2. Fungsi RPP Paling tidak ada dua fungsi yang sangat penting dalam penyusunan RPP, yaitu: a. Fungsi perencanaan. b. Fungsi pelaksanaan. 3. Prinsip Pengembangan RPP. Dalam menyusun RPP, hendaknya pendidik memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, semakin konkrit kompetensi, semakin mudah diamati, dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. b. RPP harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik. c. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan. d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. e. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain. 4. Langkah-langkah Pengembangan RPP. a. Mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran. b. Mengembangkan materi standar. c. Menentukan metode dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. d. Merencanakan penilaian. 5. Cara Penyusunan RPP. a. Mengisi kolom identitas.

b. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan yang telah ditetapkan. c. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun. d. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan. e. Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok. f. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. g. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dar: kegiatan awal, inti dan akhir. h. Menentukan sumber belajar yang digunakan. i. Menyusun kriteria penilaian, contoh soal dan teknik penskoran. Adapun RPP yang telah disusun guru praktikan di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara sebagaimana terlampir. BAB III LAPORAN HASIL PPL A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Tinjauan Historis MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara Pada awalnya, para tokoh masyarakat muslim desa Rengging bagian barat bermaksud membangun tempat peribadatan (masjid), yang berlokasi di Dukuh Krajan Desa Rengging. Hasil musyawarah para ulama setempat yang didukung oleh Kepala Desa dan Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) Rengging, mengajukan permohonan bantuan kepada Bupati Jepara. Hal tersebut mendapat tanggapan positif oleh Bupati, dan selanjutnya akan diajukan dan diusulkan ke tingkat pusat. Kebetulan saat ada kunjungan ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat yakni Bapak K.H.E.Z Muttaqin ke Kabupaten Jepara, akhirnya Bapak Bupati Jepara (Bapak H. Hisom Prasetyo, SH.) mengusulkan aspirasi masyarakat Desa Rengging tersebut kepada beliau. Selanjutnya diadakan peninjauan ke lokasi yang akan dibangun masjid tersebut, kemudian atas saran dan petunjuk Bapak K.H.M. Busro seorang ulama di Kabupaten Jepara segera dibuat permohonan tertulis kepada Ketua Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP) di Jakarta. Dengan mendapat rekomendasi dari yang berwenang, usulan baik itu mendapat tanggapan dan sangat diperhatikan dengan positif dengan wujud nyata berupa paket bangunan masjid senilai Rp. 92.740.000,- (Sembilan puluh dua Juta Tujuh Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah) dengan ukuran masjid seluas 17 x 17 m 2. Selanjutnya pada tanggal 7 November 1985 diadakan peletakan batu pertama oleh Bupati Jepara a/n. Provinsi Jawa Tengah. Untuk melengkapi kegiatan bidang pendidikan, Bupati memberi satu paket bangunan sekolah, lengkap dengan meubelairnya yang sampai sekarang digunakan untuk pendidikan Madrasah Diniyah dan Madrasah Tsanawiyah. Kurang lebih 1 tahun, pembangunan masjid dan gedung sekolah telah selesai tepat pada tanggal 13 November 1986, masjid diresmikan oleh Bapak H. Ismail Saleh, SH. Selaku Pengurus Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila. Untuk mengenang nama Bapak K.H.EZ. Muttaqin, maka masjid diberi nama masjid Al Muttaqin demikian juga untuk Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Diniyah Awwaliyah yang bernaung pada Yayasan Al Muttaqin dengan akta notaris no : 53 tanggal 25 / VII / Tahun 1985 atas nama H. HISOM PRASETYO, SH dan Bapak WAHYUDI B.A. dan sebagai ketua adalah K.H.M. BUSRO. Demikian sejarah singkat berdirinya Yayasan Al Muttaqin Desa Rengging Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara yang menaungi MTs Al Muttaqin.

B. Struktur Organisasi MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara Adapun struktur organisasi MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara sebagaimana terlampir. C. Bidang Kurikulum Salah satu kunci sukses tujuan pendidikan adalah terkonsepnya kurikulum pembelajaran dengan apik. Tahun 2009 ini, pendidikan nasional mengacu kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 1. Pengertian Kurikulum Dalam Buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan Implementasinya di Madrasah menyebutkan bahwa yang dimaksud kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat ajar. 2. Prinsip Pengembangan KTSP Prinsipi-prinsip utama dalam mengembangkan KTSP ialah: a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. b. Beragam dan terpadu yang meliputi substansi komponen muatan wajib, muatan local, dan pengembangan diri secara terpadu. c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. e. Menyeluruh dan berkesinambungan. f. Belajar sepanjang hayat. g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. 3. Acuan Operasional Penyusunan KTSP KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. e. Tuntutan dunia kerja. f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. g. Agama, yaitu mendukung peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. h. Dinamika perkembangan global. i. Persatuam nasional dan nilai-nilai kebangsaan. j. Kondisi social budaya masyarakat setempat. k. Kesetaraan jender. l. Karakteristik satuan pendidikan. Adapun kurikulum yang berlaku di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara adalah sebagaimana terlampir. D. Bidang Kesiswaan Program Waka Kesiswaan MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara sebagaimana terlampir. E. Bidang Sarana dan Prasarana Program kerja Waka Sarana dan Prasarana MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara adalah sebagaimana terlampir.

F. Bidang Hubungan Masyarakat Program kerja Waka Humas MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara adalah sebagaimana terlampir. BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PPL A. Waktu, Tempat, dan Pelaksanaan PPL Setelah mendapat pembekalan dari Kampus, observasi PPL di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara dilaksanakan pada Jumat, 6 Pebruari 2009. Hari pertama yang kami lakukan adalah penyerahan secara resmi dari pihak Institut yang diwakili Bapak Saifur Rohman, S. Ag., M. Pd. sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kepada pihak madrasah oleh Bapak Ridwan, S. PdI. yang juga menjabat sebagai Kepala Madrasah. Susunan acara penyerahan peserta PPL yaitu: Pembukaan, dipimpin oleh peserta PPL yaitu Hesti Widyastuti. Sambutan-sambutan. 1. Dari Ketua Kelompok PPL (Ahmad Saefudin). Dalam sambutannya, beliau memaparkan bahwa pelaksanaan PPL diharapkan bukan hanya sebagai formalitas tuntutan akademik belaka, melainkan benar-benar mampu dimanfaatkan oleh semua pihak terutama peserta PPL untuk mengaplikasikan teori-teori pendidikan yang selama ini diperoleh di kampus. Selanjutnya, beliau menambahkan ucapan terima kasih dan permohonan saran, arahan, bimbingan, dan kritikan dari berbagai pihak kerangka mencapai tujuan ideal yang didambakan. Beliau juga minta maaf apabila kelak dalam pelaksanaan, terdapat kesalahan dan selalu merepotkan. 2. Dari DPL (Bapak Saifur Rohman, M. Ag., M. Pd.) Setelah mengucapkan salam, syukur, dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, beliau berterima kasih kepada Kepala MTs Al Muttaqin atas kesediannya menerima tim PPL dari INISNU Jepara. Karena momen ini merupakan perdana, beliau mengharapkan agar kerja sama ini bisa berkesinambungan. Dosen yang juga tenaga pendidik di SMA Wali Songo Pecangaan ini kemudian meneruskan sanbutannya dengan memohon timbal balik, arahan, serta catatan dari pihak madrasah sebagai upaya perbaikan pelaksanaan PPL di tahun mendatang. Pesan khusus bagi peserta PPL adalah menjadikan civitas madrasah sebagai keluarga sendiri. 3. Dari Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Muttaqin Rengging Pecangaan (Bapak Ridwan, S. PdI.) Tahap awal pasca mukadimah sambutan dari beliau adalah menceritakan sekilas historisitas dan sistem kurikulum madrasah. Di MTs yang diampu alumni INISNU ini, telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam sistem pembelajarannya. Selain itu, aspek kedisiplinan menurut beliau menjadi faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap tenaga pendidik. Sebagai penutup, beliau berpesan agar PPL ini dijadikan sebagai rekreasi mahasiswa. Kepenatan dan kesibukan di kampus mudah-mudahan sedikit terobati dengan adanya PPL di MTs ini. Pasca PPL, harapan beliau terhadap mahasiswa adalah mampu membawa oleh-oleh yang bermanfaat. Pada hari berikutnya, Sabtu, 7 Pebruari 2009, kami melakukan penyesuaian dan pembagian jadwal. Selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

Proses kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai jadwal yang telah disepakati sebelumnya. Guru praktikan diminta pihak madrasah untuk mengkonsultasikan RPP yang dibuat kepada guru pamong masing-masing sebelum interaksi pembelajaran. Adapun mata pelajaran yang kami ampu antara lain: 1. Al quran Hadits. 2. Akidah Akhlak. 3. Sejarah Kebudayaan Islam. 4. Fiqih. Lebih jelas dapat dibaca dalam lampiran. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, hambatan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas PPL, kami juga rutin mengadakan evaluasi pada hari senin. Adapun hasil-hasil evaluasi akan kami jabarkan dalam sub bab di bawah ini. Upacara pelepasan PPL bersamaan dengan peringatan mauled Nabi Muhammad SAW pada Sabtu,7 Maret 2009 di Masjid Al Muttaqin. Rangkaian acara meliputi: 1. Pembukaan. 2. Pembacaan ayat suci Al Quran. 3. Pembacaan kitab Al Barzanji. 4. Sambutan-sambutan. Ketua kelompok PPL INISNU Jepara Dosen Pembimbing Lapangan Kepala MTs Al Muttaqin 5. Pemberian Kenang-kenangan dari peserta PPL kepada pihak MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara. 6. Mauidoh Hasanah. 7. Doa/penutup. MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara mempunyai beberapa pilihan yang ditawarkan kepada anak didiknya untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, dan skill. Madrasah ini memasukkan kegiatan khusus (takhassus) dalam kurikulum pembelajaran. Di antara pelaksanaan program takhassus di lembaga ini adalah: 1. Seni membaca Al quran. Program tiap hai Jumat yang bertempat di Masjid Al Muttaqin ini dipandu oleh Bapak Zaenal Arifin. Tujuannya adalah guna menggali bakat anak didik dalam bidang seni membaca Al Quran. 2. Seni Musik. Sebagaimana seni membaca Al Quran, program seni musik juga diadakan untuk menampung potensi anak didik yang gemar bermain musik. Pembimbingnya adalah Bapak Juwarno, S. Pd. 3. Menjahit. Bagi anak didik yang tidak menyukai seni baca Al Quran dan music, bisa memilih opsi yang ketiga yaitu menjahit. Karena keterbatasan alat (mesin jahit), program ini lebih menekankan pada teori-teori menjahit. Dra. Hartini menjadi pemandunya. 4. Olahraga Taekwondo. Untuk program yang terakhir ini ditujukan kepada anak didik yang gemar olahraga keras. Mereka

diajarkan teori dan jurus-jurus tertentu yang berguna untuk menjaga diri. Pemandu olahraga ini yaitu Bapak Nurul Huda. B. Faktor Pendukung PPL di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara Evaluasi rutinan yang kami adakan membuahkan beberapa keputusan yang kami anggap sebagai faktor pendukung pelaksanaan PPL, antara lain: a. Koordinasi dan komunikasi dengan pihak madrasah terutama guru pamong berjalan baik sehingga mempermudah peserta PPL dalam menjalankan tugasnya sebagai guru praktikan. b. Keterbukaan guru pamong dalam memberikan arahan, bimbingan, saran, dan kritik membuat guru praktikan terbantu. c. Letak geografis MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara yang setrategis (pinggir jalan raya) secara otomatis memperlancar proses PPL karena tidak terkendala dengan jarak. d. Tenaga pendidik MTs Al Muttaqin banyak yang alumnus INISNU sehingga terjalin hubungan ideologis dan emosional yang berimbas pada kelancaran PPL. e. Penempatan peserta PPL di lembaga madrasah yang akan dijadikan praktek pembelajaran sudah diatur pihak akademik, sehingga guru praktikan bisa langsung fokus di lapangan. f. Adanya peran DPL yang membantu proses koordinasi antara pihak Kampus dan madrasah. g. Di MTs Al Muttaqin, guru praktikan disediakan ruang khusus sehingga mendukung kelancaran PPL tanpa mengganggu aktivitas tenaga pendidik madrasah. C. Faktor Penghambat PPL di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara Dalam aktivitas PPL di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara menemui hambatanhambatan, di antaranya: a. Kesulitan dalam pengkondisian kelas (peserta didik) Variasi metode dan teori pembelajaran yang selama ini dipelajari mahasiswa pada kenyataan di lapangan sulit dipraktekkan. Selain skill guru praktikan yang lemah (karena belum banyak jam terbang), faktor lain yang menyebabkan sulitnya menguasai kelas adalah adanya pengelompokan anak didik antara yang pintar dan yang kurang pintar. Saat guru praktikan menghadapi golongan ke dua tersebut (kurang pintar), maka kecenderungan kesulitan penguasaan kelas semakin besar. Indikator dari hambatan ini yaitu: 1. Banyak peserta didik yang kurang memperhatikan dan mendengarkan ketika guru praktikan menyampaikan materi pembelajaran. 2. Banyak peserta didik yang keluar masuk kelas (baik meminta ijin kepada guru praktikan maupun tidak). 3. Banyak peserta didik yang membuat forum tersendiri saat forum pembelajaran berlangsung. b. Guru praktikan dianggap bukan pendidik yang sebenarnya. Peserta didik menganggap guru praktikan bukanlah pendidik yang sebenarnya (meremehkan). Sugesti ini secara kejiwaan telah membentuk mindset peserta didik yang berpengaruh pada kekuranghormatan kepada guru praktikan. c. Sumber pembelajaran terbatas. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan menuntut semua pihak untuk selalu meng-up date referensi agar tidak gagap dalm menghadapi ilmu baru. Secara umum kurikulum MTs Al Muttaqin menerapkan sistem KTSP. Karena itu, logis jika aneka sumber pembelajaran berbasis sekolah dipersiapkan. Namun, pada kenyataannya buku atau pun modul yang tersedia masih sangat terbatas dan masih mengacu pada buku panduan dari Depag maupun Depdiknas. d. Belum tertanamnya budaya kedisiplinan. Disiplin dalam hal ini bukan saja bagi siswa-siswi MTs Al Muttaqin, termasuk juga tenaga pendidik, staf karyawan dan guru praktikan. Hal ini dapat dilihat dari seringnya keterlambatan yang terjadi baik saat datang di madrasah

maupun pergantian jam pembelajaran. e. Silabus pembelajaran tidak lengkap. Tidak semua guru praktikan menerima silabus pembelajaran sehingga guru praktikan sedikit kesulitan dalam merumuskan RPP. D. Alternatif Pemecahan Masalah Dari problematika hambatan di atas, maka kami menawarkan beberapa alternatif pemecahannya, yaitu: a. Bagi guru praktikan hendaknya melakukan variasi metode pembelajaran. Pelajari berbagai teori-teori mengajar seperti bagaimana kiat-kiat untuk mengkondisikan kelas. Bangunlah hubungan emosional dengan peserta didik dengan cara pendekatan indivual (di dalam maupun di luar kelas). b. Mengubahmindset peserta didik tentang devinisi pendidik. Buka cakrawala mereka dan yakinkan bahwa yang dimaksud guru bukanlah hanya seseorang yang biasa berdiri di depan kelas dan selalu menceramahi mereka. Sebagai contoh, kutipkan pandangan Sayyidina Ali bin Abi Tholib yang mengatakan bahwa guru adalah setiap orang yang telah berhasil memberikan informasi kepada kita, meskipun sedikit (satu huruf). Dengan demikian, sugesti mereka tentang guru praktikan yang dianggap bukanlah guru sebenarnya akan mengikis. c. Guru praktikan mencari referensi dari sumber-sumber lain yang mendukung materi pembelajaran. Bisa dari buku, modul, media cetak (Koran, tabloid, majalah, dll.), dan media elektronik (televise, radio, internet, dll). d. Menanamkan budaya disiplin dimulai dari diri sendiri. Pembelajaran dengan metode uswatun khasanah sangat tepat dalam hal ini. Teknisnya adalah datang tepat waktu, jam pembelajaran tidak dikorupsi (ditambah maupun dikurangi), dan pulang juga tepat waktu. e. Tidak terpaku pada silabus. Pada dasarnya silabus hanya sebagai acuan perencanaan pembelajaran. Karena itu, guru praktikan bebas merumuskan perencanaan pembelajarannya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak didik. Tetapi, elemen penting dalam pengembangan silabus seperti ilmiah, relevan, konsisten, sistematis, memadai, actual, kontekstual, fleksibel dan menyeluruh harus tetap diperhatikan. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: a. PPL merupakan media bagi para calon pendidik untuk mengaplikasikan teori-teori pembelajaran yang didapat dari kampus dalam realita yang sebenarnya. b. PPL Mahasiswa Fakultas Tarbiyah INISNU tahun 2009 di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara mendapat dukungan dan hambatan sebagaimana dalam bab IV laporan ini. c. RPP yang matang merupakan elemen penting dalam mendukung kelancaran proses pembelajaran. d. Guru praktikan dituntut untuk selalu siap untuk memberikan materi pembelajaran meskipun bukan dalam bidang keilmuannya. Hal ini untuk mengantisipasi kekosongan jam pelajaran. B. SARAN

1. Saran untuk Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara. a. Hendaknya PPL dipersiapkan dengan matang, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. b. Pembekalan kepada peserta PPL harus dimaksimalkan agar tercapai tujuan yang diharapkan. Terutama terkait dengan materi, pemateri, metode penyampaian dan fasilitas. c. Hendaknya peserta PPL dibekali modul atau buku panduan yang berfungsi mengarahkan mereka pada tujuan ideal pelaksanaan PPL. d. Sasaran PPL (lembaga yang akan dijadikan praktek) hendaknya disurvei terlebih dahulu mengenai kesiapannya, meliputi letak geografis, jumlah siswa, kurikulum pembelajaran, maupun kualitas institusi. e. Dosen Pembimbing Lapangan hendaknya aktif mengontrol proses PPL sehingga tidak terkesan posisinya hanya sebagai formalitas tanpa fungsi. f. Transparansi dana dari pihak fakultas kepada peserta PPL wajib dilakukan untuk menghindari ketidaktepatan penggunaan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak (Fakultas, Mahasiswa, dan lembaga yang ditempati). 2. Saran bagi peserta PPL (guru praktikan). a. Peserta PPL hendaknya menyiapkan pembelajaran secara matang dengan pembuatan RPP. b. Berusaha memenuhi standar kompetensi dan kecakapan sebagai pendidik mencakup kompetensi paedagogik, kepribadian, professional, dan social. c. Interaksi kepada anak didik hendaknya bukan saja dilakukan di dalam ruang kelas, tetapi juga di luar jam pembelajaran. Hal ini untuk membangun hubungan emosional kepada mereka. d. Peserta PPL seyogyanya menguasai berbagai metode agar tidak terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran. e. Berusaha menjadi suri tauladan bagi anak didik. f. Memberikan motivasi positif kepada anak didik supaya mereka sadar arti penting pendidikan. 3. Saran untuk MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara. a. Hendaknya memenuhi standar isi yang telah ditetapkan pemerintah dengan menyusun kalender pendidikan untuk menentukan ketepatan permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. b. Seyogyanya menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tepat. Madrasah bukan hanya berfungsi mwngalihkan pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga transver of value (pemindahan nilai-nilai keteladanan). c. Seyogyanya MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara memenuhi standar kompetensi lulusan. d. MTs Al Muttaqin sebaiknya memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan. e. MTs Al Muttaqin harus berusaha memiliki standar sarana dan prasarana pendidikan. f. Seyoyanya menerapkan standar pengelolaan manajemen berbasis madrasah dengan berasas kemandirian, kemitraan, dan keterbukaan. g. Berusaha memenuhi standar pembiayaan. h. Memenuhi standar penilaian pendidikan. C. KATA PENUTUP Demikian laporan PPL ini kami susun. Terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah membantu terlaksananya PPL di MTs Al Muttaqin Rengging Pecangaan Jepara. Saran kritik tetap kami harapkan sebagai bahan perbaikan laporan ini. Mohon maaf dan semoga bermanfaat. Amin. Rengging, 12 Maret 2009 TIM PENYUSUN