97
JUDUL : PENGEMBANGAN MODEL INTERVENSI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH PAREPARE I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan individu secara sistematis untuk mengembangkan seluruh potensi akademik dan mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki oleh individu baik secara akademik ataupun non akademik. Secara umum, tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa melalui kegiatan pembelajaran di sekolah secara optimal sehingga siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa dan siswa dapat mencapai hasil kegiatan pembelajaran dengan sangat baik di sekolah. Pada kenyataannya di lapangan, hasil belajar siswa di sekolah tidak selalu sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Masih ditemukan siswa-siswa yang 1

PROPOSAL Edit Terbaru

Embed Size (px)

Citation preview

JUDUL : PENGEMBANGAN MODEL INTERVENSI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH PAREPARE

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses

pembentukan individu secara sistematis untuk mengembangkan

seluruh potensi akademik dan mengembangkan seluruh

kemampuan yang dimiliki oleh individu baik secara akademik

ataupun non akademik. Secara umum, tujuan pendidikan adalah

mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa

melalui kegiatan pembelajaran di sekolah secara optimal sehingga

siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa

dan siswa dapat mencapai hasil kegiatan pembelajaran dengan

sangat baik di sekolah.

Pada kenyataannya di lapangan, hasil belajar siswa di sekolah

tidak selalu sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Masih ditemukan siswa-siswa yang menunjukkan tidak dapat

mencapai hasil belajar dengan baik. Beberapa diantaranya

berkenaan dengan motivasi belajar siswa yang rendah. Fenomena

yang sering terjadi ialah banyak siswa yang merasa malas belajar,

1

2

tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak

mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, dan sering menunda-

nunda pekerjaan atau tugas yang diberikan guru.

Fenomena yang serupa dijumpai di SMP Muhammadiyah

Parepare. Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada tanggal 26

September 2012 dengan mengadakan wawancara langsung dengan koordinator BK

dan guru mata pelajaran di SMP Muhammadiyah Parepare terdapat

adanya permasalahan belajar yang muncul yaitu rendahnya

motivasi belajar siswa. Permasalahan belajar yang terjadi terlihat

dari perilaku siswa yang menampakkan kurang semangat, cepat

merasa bosan, jenuh, kurang mengertinya siswa terhadap materi

yang diajarkan oleh guru di kelas dan rendahnya motivasi siswa

pada kegiatan belajar di sekolah. Keterangan permasalahan belajar

di sekolah diperoleh dari informasi yang menjelaskan kurangnya

perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh

guru di kelas, rendahnya keinginan menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru dan masalah-masalah belajar yang mungkin

dialami oleh siswa, kurangnya ketekunan dan keuletan siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar, dan rendahnya keinginan dan semangat

siswa untuk belajar di rumah.. Kurangnya semangat belajar siswa

berdampak pada kegiatan belajar siswa di sekolah. Siswa Smp

3

Muhammadiyah mengalami kejenuhan dalam belajar, jarang

mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan nilai

mata pelajaran hampir turun drastis dari semester sebelumnya.

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting yang

dapat mempengaruhi dan menentukan hasil dari proses kegiatan

belajar siswa di sekolah. Motivasi muncul karena adanya dorongan

atau keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar di sekolah.

Motivasi belajar memegang peranan untuk memunculkan semangat

belajar yang ditunjukkan siswa ketika mengikuti proses kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Siswa yang memiliki dorongan atau

keinginan yang kuat dalam dirinya akan memiliki semangat untuk

melakukan kegiatan belajar di kelas.

Seperti yang dikatakan oleh Mc Clelland dan Atkinson

(Siregar, 2006: 18-19) “motivasi yang paling penting untuk

pendidikan adalah motivasi berprestasi, di mana seseorang

cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu

kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal”.

Sebagai siswa, motivasi yang dimaksudkan adalah motivasi belajar

untuk berprestasi agar siswa dapat mengembangkan seluruh

potensi yang dimiliki dan mengembangkan keterampilan belajar

siswa agar siswa dapat meningkatkan potensi akademik di masa

4

yang akan datang agar berguna bagi diri siswa sendiri maupun

berguna bagi orang lain. Dengan demikian, dalam skripsi

penggunaan istilah motivasi berprestasi dan motivasi belajar

dipergunakan dalam arti yang sama.

Motivasi belajar merupakan salah satu bentuk permasalahan

belajar yang dianggap klasik sebagai gejala yang muncul di

sekolah, namun merupakan salah satu faktor yang sangat penting

untuk ditangani secara bersama oleh pihak sekolah. bimbingan dan

konseling di sekolah memegang peranan dalam menangani

permasalahan belajar dan memiliki prinsip layanan bimbingan

untuk semua siswa yang mempunyai permasalahan ataupun tidak

di sekolah. Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab utama

guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah untuk memberikan

arahan dan membimbing proses kegiatan belajar siswa. Dengan

demikian, motivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang

harus diberikan dalam pelayanan bimbingan dan konseling

khususnya bimbingan belajar.

Terdapat beragam intervensi bimbingan belajar untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa. Intervensi yang dapat

dilakukan dengan menggunakan pendekatan teori-teori belajar.

Siswa yang memiliki motivasi rendah salah satunya karena tidak

5

mempunyai keterampilan belajar. Salah satu teori belajar yang

menjelaskan mengenai keterampilan belajar adalah teori belajar

Robert Gange dengan menggunakan metode belajar yang mampu

mengembangkan keterampilan belajar siswa yaitu dengan metode

SQ3R, metode PQRST atau dengan metode quantum learning.

Hasil penelitian Jeannette Vos-Groenendal (DePorter dan

Hernacki, 2006:19) menyatakan: metode quantum learning

dipandang efektif karena quantum learning berhasil meningkatkan

motivasi belajar sebesar 68%, yang dipengaruhi dengan

memperbesar keyakinan diri sebesar 81%, melanjutkan dan

memanfaatkan keterampilan belajar sebesar 81%, dan nilai belajar

sebesar 73%. Penggunaan metode quantum learning diprediksi

dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar karena

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah dengan

adanya keyakinan diri, memiliki keterampilan belajar dan nilai

belajar.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Pengembangan model

intervensi bimbingan belajar quantum learning untuk

meningkatkann motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah

Parepare”.

6

B. Batasan Masalah

Dengan luasnya permasalahan dalam latar belakang penelitian ini yang telah

didentifikasi, maka peneliti membatasi penelitian pengembangan ini dengan batasan

sebagai berikut:

1. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada siswa SMP Muhammadiyah

Parepare

2. Model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa yang akan diterapkan berdasarkan layanan bimbingan

belajar

3. Materi yang akan disampaikan dalam bimbingan belajar Quantum learning

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sesuai dengan layanan

bimbingan belajar yang sesuai dengan kebutuhan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan realita, permasalahan dan batasan masalah yang dipaparkan maka

rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah dikembangkannya model intervensi

bimbingan belajar Quantum Learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

untuk menjadi pedoman guru pembimbing untuk memberikan layanan bimbingan

beajar terhadap siswa SMP Muhammadiyah Parepare.

D. Tujuan Penelitian Pengembangan

Mengembangkan suatu model intervensi bimbingan belajar Quantum Learning

7

dimana di dalamnya terdapat beberapa sesi area keterampilan belajar yang sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang tepat sehingga diharapkan dapat membantu

meningkatkan motivasi belajar siswa.

E. Spesifikasi Produk yang diharapkan

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah model

intervensi bimbingan belajar Quantum learning yang didalamnya terdapat tugas-tugas

perkembangan belajar dan disesuaikan dengan tujuan bimbingan belajar di SMP

sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan efektif sesuai tujuan dan sasaran

pemberian bimbingan.

F. Pentingnya Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan ini dilaksanakan untuk :

1. Menunjukkan eksistensi bidang Bimbingan dan Konseling dalam kemajuan

teknologi informasi.

2. Memberikan jawaban atas pemenuhan kebutuhan dari permasalahan belajar

siswa terhadap bimbingan dan konseling dalam bidang belajar di SMP

Muhammadiyah Parepare.

3. Mengembangkan Program Bimbingan dan Konseling bidang belajar

berdasarkan kebutuhan belajar siswa.

G.Asumsi Dan Keterbatasan Penelitian

1. Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebuah

Model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

8

motivasi belajar siswa.

Isi program dimasukkan dalam produk ini adala belajar dari teori yang

disesuaikan dengan perkembangan individu pada umumnya namun tetap dalam

konteks bimbingan belajar.

H. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian dapat dilihat dari dua aspek yaitu :

a) Manfaat secara teoritis

1. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan informasi dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

2. Bagi Peneliti, menjadi masukan dan bahan acuan dalam mengembangkan

penelitian dimasa mendatang dan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian

yang sejenis.

b) Manfaat secara Praktis

1. Bagi sekolah : Memberikan inovasi baru dalam layanan BK khususnya

bimbingan belajar di sekolah

2. Bagi guru pembimbing (konselor sekolah) : Memudahkan tugas guru

pembimbing untuk menyelesaikan masalah belajar siswa.

Bagi siswa : Membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi

khususnya siswa yang mengalami masalah belajar

9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Intervensi Bimbingan belajar

a. Pengertian bimbingan belajar

Pengertian bimbingan belajar yaitu proses bantuan yang diberikan pada

individu (siswa) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar,

sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil

belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya, bakat dan minat yang dimiliki.

Tugas guru pembimbing adalah membantu siswa dalam mengenal dan

mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar baik untuk menguasai

pengetahuan, keterampilan serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan pendidikan di

jenjang yang lebih tinggi. Layanan bimbingan belajar dilakukan untuk menunjang

program pendidikan di sekolah:

Kartadinata (1998:70) mengemukakan bimbingan belajar sebagai berikut:

Bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.

Hal senada dikemukakan Abdullah (Mashuri, 2007: 21) bahwa: “bimbingan

belajar adalah bantuan yang diberikan kepada invidu/kelompok yang mengalami

10

problem belajar”. Ahmadi dan Rohani (1991: 107) mengemukakan “bimbingan

belajar adalah seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat

memecahkan masalah-masalah belajar dan masalah-masalah akademis yang

dihadapinya”.

Sementara Prayitno (2001: 85) mengemukakan:

Bimbingan belajar merupakan layanan yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta aspek tujuan kegiatan belajar lainnya.

Amti dan Marjohan (1991: 66) mengemukakan:

Bimbingan belajar adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar, sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya, bakat dan minat yang dimilikinya masing-masing.

Berdasarkan pendapat di atas, maka bimbingan belajar merupakan proses

pemberian bantuan kepada siswa oleh guru pembimbing agar siswa dapat mengatasi

masalah belajarnya yang berkaitan dengan proses belajar, ataupun membantu siswa

agar lebih mengembangkan kebiasaan disiplin dalam belajar. Melalui pemberian

bimbingan belajar, siswa diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah belajarnya

serta memiliki kemampuan dalam mengelolah kegiatannya dalam belajar baik

disekolah atau dirumah.

b. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar

Layanan bimbingan belajar kepada siswa memiliki tujuan dan orientasi

tertentu. Oleh karena itu, perencanaannya harus terencana dan mempunyai tujuan

11

yang jelas sehingga kegiatan tersebut dapat berlangsung secara efektif dengan

memberi dampak positif terhadap objek layanan bimbingan belajar.

Gunarsah (1998: 34), tujuan bimbingan belajar yaitu:

1) Mencarikan cara belajar yang efisien bagi seorang anak atas sekolompok anak.

2) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran.

3) Memberikan saran dan petunjuk bagaimana memanfaatkan perpustakaan. 4) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri untuk ulangan tiba-tiba

atau ulangan biasa dan ujian. 5) Memilih suatu pekerjaan (mayor dan minor) sesuai dengan minat, bakat,

kepandaian, angan-angan dan kondisi kesehatan) fisiknya. 6) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam mata pelajaran

tertentu. 7) Menetukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajar. 8) Memilih pelajaran tambahan, baik yang berhubungan dengan pelajaran di

sekolah maupun untuk pengembangan bakat anak.

Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa tujuan bimbingan belajar di sekolah

berorientasi pada upaya pemecahan masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam

upaya meningkatkan kemampuannya dalam melakukan aktivitas belajar atau

mengatasi masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa sehingga dapat

mengembangkan kemampuan belajarnya di sekolah yang dilakukan oleh guru

pembimbing yang diberikan kepada siswa.

c. Orientasi Layanan Bimbingan Belajar

Kegiatan layanan bimbingan belajar memiliki orientasi tertentu yang ingin

dicapai, khususnya berkaitan dalam pemecahan masalah belajar siswa atau membantu

meningkatkan kemampuan belajar siswa.

Menurut Gunarsah (1998: 58), orientasi bimbingan belajar disekolah yaitu;

12

1) Cara belajar, baik belajar kelompok ataupun individu 2) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar. 3) Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.4) Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran

tertentu. 5) Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.

Prayitno (2001: 79) mengklasifikasikan orientasi kegiatan bimbingan belajar di sekolah khususnya ditingkat SMA yaitu:

1) Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produksi, baik dalain mencafl informasi dan berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengembangkan ketrampilan belajar, mengeijakantugas-tugas pelajarn, dan menjalani program pemlaian hasil belajar.

2) Pemantapan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun kelompok.

3) Pemantapan penguasaan materi program belajar di SMA atau kejuruan sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, kesenian, dan tuntutan dimia kerja.

4) Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan, pengembangan pribadi, serta pengembangan ketrampilan kejuruan.

5) Orientasi belajar di perguruan tinggi, dan atau pendidikan tambahan pendidikan lebih tinggi.

Agar dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal, maka setiap siswa perlu

menerapkan cara-cara belajar yang baik karena banyak siswa yang gagal dalam

belajarnya tidak memiliki cara belajar yang baik sehingga hasil belajar rendah atau

gagal di sekolah.

Slameto (1998: 76) mengemukakan “cara belajar merupakan belajar yang

digunakan untuk dapat mencapai hasil yang semaksismal mungkin”. Lebih lanjut

Slameto mengemukakan “cara belajar merupakan jalan yang dilalui untuk mencapai

tujuan belajar. Belajar untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan

13

keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan”. Berdasarkan

pendapat di atas, maka jelaslah bahwa layanan bimbingan belajar yang dilakukan

oleh guru pembimbing berkaitan dengan upaya pengembangan dan kebiasaan belajar

matematika yang efektif dan efisien, menumbuhkan sikap disiplin dalam

merencanakan waktu dan kegiatan belajar dengan membuat jadwal kegiatan belajar

dalam upaya untuk menaati jadwal belajar di rumah, serta permantapan penguasaan

materi belajar.

d. Prosedur Layanan Bimbingan Belajar

Layanan bimbingan belajar dilakukan dengan berbagai tahapan agar

pelaksanaanya dapat berlangsung dengan maksimal. Menurut Amti dan Marjohan

(1991: 66), tahapan layanan bimbingan belajar yaitu:

1) Menentukan siswa yang mengalami masalah 2) Mengungkapkan sebab-sebab terjadinya masalah 3) Membantu siswa mengatasi masalah yang dialaminya dalam belajar 4) Melaksanakan penilaian untuk membantu sejauh mana layanan

bantuan yang diberikan mencapai hasil yang diharapkan. 5) Melaksanakan tindak lanjut dan layanan-layanan sebelumnya. .

Tahapan-tahapan layanan bimbingan belajar di atas diuraikan satu persatu

seperti berikut ini:

1) Menentukan siswa yang mengalami masalah belajar.

Sesuai dengan pungsi layanan bimbingan dan konseling, maka yang pertama

dilakukan dalam rangkaian kegiatan bimbingan belajar adalah menentukan siapa saja

14

siswa yang mengalami masalah belajar. Penentuan siswa yang mengalami masalah

belajar dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian hasil belajar. Bisa juga

dengan menggunakan tes intelegensi yang merupakan tes kemampuan dasar yang

sudah baku. Selain itu, informasi dan guru mata pelajaran atau guru BK juga bisa

dijadikan acuan dalam menentukan siswa yang mengalami masalah belajar.

2) Mengungkapkan sebab-sebab terjadinya masalah belajar

Setelah guru mengetahui siapa siswa yang mengalami masalah belajar dan

jenis masalahnya, selanjutnya guru perlu mengungkapkan mengapa masalah itu

terjadi. Kegiatan mengungkapkan sebab-sebab masalah belajar siswa dapat dilakukan

dengan menentukan letak masalah yang dihadapi siswa dan memperkirakan sebab-

sebab terjadinya masalah dalam belajar. Sebab-sebab terjadinya masalah siswa dalam

belajar biasanya bersumber dan siswa itu sendiri, seperti: tingkat kecerdasan yang

rendah, kesehatan yang sering terganggu, alat indra yang kurang berfungsi dengan

baik dan biasanya karena tidak mengetahui cara belajar yang baik dan efisien. Faktor

lain adalah factor lingkungan. Berupa lingkungan keluarga yang kurang harmonis,

lingkungan sekolah dan masyarakat yang juga kurang mendukung.

3) Membantu siswa mengatasi masalah belajarnya

Berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam belajarnya,

berbagai hal yang dapat dilakukan oleh guru antara lain dapat melaksanakan

15

pengajaran perbaikan, pengajaran pengayaan, pembinaan sikap dan kebiasaan belajar

yang baik serta melakukan bimbingan belajar yang meliputi cara merencanakan

waktu belajar yang baik, cara membaca buku pelajaran dan cara mengikuti pelajaran

yang baik.

4) Melaksanakan penilaian untuk membantu sejauh mana layanan bantuan yang telah

diberikan mencapai hasil yang diharapkan.

Penilaian layanan bimbingan belajar merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dan program layanan bimbingan belajar secara keseluruhan. Melalui

penilaian tersebut, guru dapat mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai kegiatan

layanan bimbingan belajar tersebut.

5) Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dan layanan-layanan sebelumnya

Tidak lanjut dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan hasil

maksimal yang diperlihatkan oleh siswa yang tadinya mengalami masalah dalam

belajarnya. Selain hal itu, hal yang lebih penting dan tindak lanjut ini adalah

pelaksanaan tindak lanjut pada siswa masih menunjukkan masalah dalam belajarnya.

Kegiatan Iayanan lanjutan tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan orang ma

siswa guru mata pelajaran sekaligus membenikan pengawasan terhadap

perkembangan siswa tersebut baik di sekolah ataupun di rumah.

16

2. Konsep Dasar Quantum Learning

a. Pengertian Quantum Learning.

Quantum Learning adalah keseluruhan model yang mencakup kedua teori

pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat. Ini menggambarkan praktek dasar

penelitian terpadu yang terbaik dalam pendidikan ke dalam keseluruhan, yang

membuat isi lebih bermakna dan relevan bagi kehidupan siswa. DePorter dan

Hernacki ( 2006:14) menyatakan quantum learning ialah, kiat petunjuk, strategi, dan

seluruh proses yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat

belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat

Metode quantum leraning adalah metode dan falsafah belajar yang terbukti

efektif untuk semua umur. quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik

pemercepatan belajar (accelerated learning) dan teori Neurolinguistik Program

(NLP).

DePorter dan Hernacki ( 2006:17) menyatakan:

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lazanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria dengan bereksperimen dengan yang disebutnya yang disebutnya “sugestologi” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar., dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif dan negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan.Para siswa didalam kelas dibuat menjadi nyaman, musik dipasang partisipasi siswa didorong lebih jauh.Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi ditempel.Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan. Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan sugestologi adalah “segala sesuatu yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan upaya yang normal disertai dengan kegembiraan”. Suasana belajar yang efektif

17

diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan cara berfikir positif, dan emosi yang sehat.

Quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya.” DePorter dan Henacki memaksimalkan kekuatan energi sebagai bagian

penting dari tiap interaksi manusia. “Sebagai siswa tujuan belajar adalah meraih

sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi

cahaya”. quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program

Neurolinguistik, yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.

program ini meneliti hubungan antara bahasa dan prilaku dan dapat digunakan untuk

menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. pada kaitan inilah, quatum learnig

menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan NLP dengan teori

keyakinan dan metode tertentu.

b. Ciri-Ciri Pembelajaran Quantum Learning

Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai

berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. ditegaskan

bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh

Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang

memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global

Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-

7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan

bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. bagaimana

faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi

18

yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam

belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat

pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap

keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan”.

c. Tahapan Metode Quantum Learning

DePorter dan Henacki (2006:19) mengemukakan tahap quantum learning

sebagai berikut.

a. Tahap Interaksi (proses siswa tidak hanya diajar banyak tentang teori dan praktek, tetapi mereka juga membangun rasa percaya diri siswa, merasa berhasil dalam hidup dan bergembira dalam waktu yang bersamaan)

b. Tahap hubungan (proses hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pegertian antara siswa dan guru)

c. Tahap Inspirasi (proses menciptakan gaya belajar, mengoptimalkan cara belajar untuk menjadi pegangan mencapai keberhasilan).

DePorter dan Henacki (2006:20) menyatakan:

Proses quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang dipelajari untuk keuntungan, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan”. Gambaran kegiatan disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan”.

d. Faktor-faktor yang Terlibat Dalam Proses Belajar Quantum Learning

Dimensi faktor yang terlibat dalam belajar berkenaan dengan

pengembangan sejumlah keterampilan belajar meliputi teknik kekuatan pikiran, gaya

belajar, pengkondisian lingkungan belajar, keterampilan mecatat dan menulis,

keterampilan membaca, berfikir kreatif dan sebagainya.

19

e. Teknik Belajar Quantum Learning

Teknik-teknik yang digunakan metode quantum learning untuk memberikan

sugesti positif adalah membuat siswa menjadi nyaman, memasang musik latar di

dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk

member kesan sambil menonjolkan informasi, menyediakan guru-guru yang baik

dalam seni pengajaran sugestif.

Pada dasarnya quatum learning mencakup aspek-aspek penting dalam

program Neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang cara otak mengatur

informasi. Program Neurolinguistik meneliti hubungan antara bahasa dan prilaku, dan

dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para

pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui cara menggunakan bahasa yang

positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif factor penting untuk

merangsang otak yang paling efektif. Program Neurolinguistik dapat pula

menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang dan

menciptakan keberhasilan yang meyakinkan.

f. Penggunaan Model Intervensi Bimbingan Belajar Quantum Learning Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Salah satu prinsip yang penting dalam belajar adalah adanya motivasi.

Motivasi merupakan sesuatu yang mendesak atau mendorong individu kearah suatu

kegiatan guna mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang

tinggi menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap kegiatan

20

belajar. siswa memusatkan sebanyak mungkin energi fisik dan psikis terhadap

kegiatan belajar tanpa perasaan bosan apalagi menyerah. Motivasi belajar merupakan

tenaga pendorong yang dapat menggerakkan atau mengarahkan siswa untuk

melakukan aktivitas belajar dalam mencapai tujuan belajar sehingga kebutuhan

belajarnya terpenuhi. apabila motivasi belajar siswa tinggi, siswa akan mempunyai

prestasi belajar yang tinggi.

Salah satu bentuk layanan bimbingan belajar yang di gunakan dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan penerapan bimbingan belajar

quantum learning. quantum learning adalah pengembangan keterampilan belajar

(learning skills). keterampilan belajar menjadi aspek yang penting dalam mendukun

peningkatan motivasi belajar yang dipengaruhi oleh keterampilan belajar siswa di

sekolah.

Menurut Maher dan Zins (Nuranisah, 2006: 8) mengungkapkan:

“hasil belajar pada kegiatan belajar di sekolah tidak selalu ditentukan oleh aspek keterampilan belajar yang dimiliki oleh siswa, tetapi dengan menguasai keterampilan belajar siswa akan menyadari bagaimana cara belajar yang baik sehingga siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya di kelas. Dengan kata lain, penguasaan siswa terhadap keterampilan belajar (learning skill) dapat meminimalkan hambatan belajar yang mungkin di hadapi siswa”.

Dengan demikian, siswa mampu memperoleh insentif atas perubahan yang

terjadi akibat adanya peningkatan motivasi. Pada akhirnya quantum learning dapat

menjadi metode belajar dan pengatur proses belajar siswa dalam meningkatkan

motivasi belajar.

21

Bentuk bimbingan belajar quantum learning untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, dilakukan melalui 11 pertemuan. Setiap pertemuan konselor

memberikan bimbingan belajar melalui pemberian metode belajar untuk

mengembangkan keterampilan belajar serta meningkatkan keyakinan diri dan

motivasi belajar siswa.

Beberapa sesi area keterampilan belajar yang dikembangkan dalam metode

belajar quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sebagai

berikut.

a. Sesi ke-1

Belajar kembali tentang beajar (learning how to learn) mengevaluasi tujuan

belajar dan berkomitmen untuk mengikuti seluruh sesi intervensi.

b. Sesi ke-2

Kekuatan ambak ( Apa Manfaat bagiKu). Menumbuhkan keinginan dan

harapan untuk belajar dengan mengetahui manfaat yang akan didapatkan

c. Sesi ke-3

Memupuk sikap juara. Mengantisipasi pencapaian tujuan yang telah

ditentukan dengan mengharapkan /memperkirakan keberhasilan

d. Sesi ke-4

Menemukan gaya belajar. Menemukan cara-cara belajar yang sesuai dengan

dirinya sebagai usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan

e. Sesi ke-5

22

Melaju dengan kekuatan membaca. Mengembangkan kecepatan membaca

yang disertai dengan memahami isi bacaan sebagai usaha yang dilakukan untuk

mencapai tujuan.

f. Sesi ke-6

Menggunakan teknik mencatat tingkat tinggi. Membuat sebuah catatan

tentang materi pelajaran secara mudah dan menyenangkan sebagai cara-cara yang

dilakukan untuk mencapai tujuan.

g. Sesi ke-7

Melatih daya ingat. Mengoptimalkan kekuatan kognitif untuk mengingat

fakta-fakta dan hal-hal yang detil dalam belajar sebagai cara-cara yang dilakukan

untuk mencapai tujuan.

h. Sesi ke-8

Berfikir kreatif. Menggambarrkan rintangan-rintangan yang harus diatasi

dalam usaha mencapai tujuan dengan cara memaksimalkan proses pemecahan

masalah secara kreatif

i. Sesi ke-9

Menulis dengan penuh percaya diri.Menulis dengan menggunakan teknik

yang dapat mempermudah untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya.

j. Sesi ke-10

Menata pentas belajar.Memahami pentingnya menata dan menempatkan

lingkungan secara tepat untuk mendukung belajar secara efektif.

k. Sesi ke-11

23

Merayakan keberhasilan. Menunjukkan gambaran keseluruhan usaha yang

telah dilakukan dan menghargai hasil yang telah dicapai dengan cara merayakan

keberhasilan sebagai upaya mempertahankan motivasi belajar.

3. Pengertian Motivasi Belajar

a) Pengertian motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual,

peranannya yang khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat

untuk belajar. Adanya motivasi dalam diri siswa akan membangkitkan semangat

belajar bagi siswa itu sendiri. Artinya bahwa bila seorang siswa mempunyai motivasi

sukses yang lebih kuat, maka ia akan mencari jalan keluar dari kesulitan yang

dihadapinya. Akan tetapi bila motivasi suksesnya itu lemah, maka ia cenderung untuk

mencari jalan pintas dan bahkan menempuh jalan yang sulit sebagai bentuk pelarian

dari masalah yang dihadapinya itu. Sementara itu, Daruma, dkk (2002: 29)

menjelaskan bahwa:

Manifestasi dari siswa yang kurang motivasi belajar dapat dilihat pada

sejumlah gejala, yaitu: (a) kelesuan dan ketidakberdayaan: malas, segan, lambat

bekerja, mengulur waktu, pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh,

apatis, keadaan jasmani kurang baik, mudah lupa, pusing-pusing, mual dan

mengantuk, (b) penghindaraan atau pelarian diri: absen dari sekolah, suka bolos dan

datang terlambat, tidak mencatat pelajaran, dan sebagainya, (c) penentangan:

kenakalan, suka menganggu atau merusak, tidak menyukai pelajaran atau kegiatan

tertentu, mengeritik dan berdalih, (d) mencari kompensasi: mencari kesibukan lain di

24

luar pelajaran, mengerjakan tugas lain pada saat belajar, mendahulukan pelajaran

yang tidak penting.

Menurut M. Ngalim Purwanto (1992:73) dalam Psikologi Pendidikan

motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakan, mengarahkan dan

menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan

sesuatu, sehingga mencapi hasil atau tujuan tertentu Apa saja yang diperbuat

manusia, yang penting maupun yang tidak penting yang berbahaya maupun yang

tidak mengandung resiko selalu ada motivasinya. Begitu juga dalam masalah belajar

motivasi sangat diperlukan untuk tercapainya tujuan. Banyak bakat anak tidak dapat

berkembang karena tidak diperoleh motivasi yang tepat, padahal apabila mendapat

motivasi yang tepat akan keluar tenaga yang luar biasa sehingga tercapai hasil yang

luar biasa pula dan bahkan tidak berdaya sebelumnya. Mengingat berapa besar

pengaruh motivasi terhadap tercapainya hasil belajar maka hendaknya guru senatiasa

mamotivasi anak didiknya sehingga anak anaknya termotivasi untuk belajar yang

baik.

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa disekolah, kegiatan belajar

tersebut ada yang dilakukan disekolah, dirumah dan tempat lain seperti di mesium,

perpustakaan, kebun binatang, sawah, sungai, atau hutan. Di tinjau dari segi guru,

kegiatan belajar siswa tersebut ada yang tergolong dirancang dalam disain

instruksional, disamping itu ada juga kegiatan belajar siswa yang tidak tidak termasuk

dalam rancangan guru, artinya siswa belajar dengan keinginan sendiri. Pengetahuan

tentang belajar, karena di tugasi dan belajar, karena motivasi belajar penting bagi

25

guru dan calon guru. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi

penggerak belajar, kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber,

kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan

mental yang mendorong terjadinya belajar disebut motivasi belajar. Dalam motivasi

terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan

mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Dimiyati,1999)

Lebih jauh Dimiyati (1999) menyebutkan : Ada tiga komponen utama dalam

motivasi yaitu, kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Koeswara, Dkk (1989)

mengemukakan bahwa kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak

seimbangan antara apa yang ia dimiliki dan apa yang diharapkan sedangkan dorongan

merupakan kekuatan untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan,

dorongan, berorientasi pada tujuan yang merupakan inti dari motivasi.

(1) Kebutuhan

Menurut Maslow “Kebutuhan dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu: (a) kebutuhan

fisiologis; (b) kebutuhan akan perasaan aman; (c) kebutuhan social; (d) kebutuhan

akan penghargaan diri; (e) kebutuhan untuk aktualisasi diri “Dimiyati (1999 : 81)”.

Kebutuhan fisiologis berkenan dengan kebutuhan pokok manusia seperti pangan,

sandang, perumahan, kebutuhan rasa aman berkenaan dengan perwujudan berupa di

terima oleh orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikut

sertakan dan pemilikan harga diri, kebutruhan aktualisasi diri berkenaan kebutuhan

individu untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya.

(2) Dorongan

26

Menurut Hull bahwa dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi

kebutuhan organisme. Di samping itu juga merupakan system yang memungkinkan

organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan

mengaktifkan tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respon dari organisme,

dorongan merupakan motivasi sebagai penggerak utama perilaku tetapi kemudian

juga tidak menolak adanya pengaruh faktor-faktor yang bersifat eksternal. Dimiyati

( 1999 : 82 )

(3) Tujuan

Dimiyati berpendapat bahwa “tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku,

secara psikologis, tujuan merupakan titik sementara pencapaian kebutuhan-kebutuhan

(Koeswara,1989). Jika tujuan tercapai, maka kebutuhan terpenuhi untuk sementara.

Jika kebutuhan tercapai maka orang menjadi puas, dengan dorongan mental untuk

berbuat berhenti sementara.

b). Jenis – jenis Motivasi

Koeswara (1989:86) menyebutkan beberapa jenis motivasi sebagi berikut:

(1) Motivasi primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar

umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah mahluk

berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh insting atau kebutuhan jasmaninya.

(2) Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, hal ini berbeda dengan

motivasi primer, sebagai ilustrasi orang yang lapar akan tertarik pada makanan.

27

Tanpa belajar untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih

dahulu, agar dapat bekerja dengan baik orang harus belajar, bekerja dengan baik

merupakan motivasi sekunder

(3) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari diri dalam dirinya sendiri.

Contoh: anak mau melakukan shalat karena dia ingin mendapat pahala yang banyak

sehingga bisa masuk surga.

(4) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul karena dorongan dari luar

dirinya. Contoh : anak mau belajar supaya nilainya baik sehingga tidak dimarahi oleh

ayahnya. Motivasi instrinsik anak lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Namun

biasanya kebanyakan anak akan memiliki motivasi intrinsik dengan melalui adanya

dengan motivasi ekstrinsik. Jadi motivasi ekstrinsik mempunyai peranan yang

penting untuk menimbulkan motivasi instrinsik.

Adapun penjelasan tentang motivasi intrinsik dan ekstrinsik yaitu sebagai

berikut :

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar tumbuh dari dorongan dan

kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya

sendiri. Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibatkan oleh dorongan dari luar diri

seseorang seperti dorongan dari orang dan sebagainya, atau seorang siswa yang

28

meminta dibelikan sebuah komputer agar terlaksana kegiatan belajarnya. Hubungan

seperti ini tidak ada kaitannya dengan antara komputer dan kegiatan belajar,

pembelian komputer mungkin mereka dapat belajar, mungkin saja juga tidak. Sebab

computer dilihat dari azas manfaat kedua kemungkinan dapat dilakukan manakala

seseorang dituntut menyelesaikan tugas dengan cepat. Computer merupakan alat

bantu, akan tetapi computer juga dapat menggangu kegiatan belajar manakala tidak

dimanfaatkan sesuai kebutuhan belajar. Pembelian computer tersebut merupakan

alasan yang dibuat-buat. Manakala siswa belajar dengan sungguh-sungguh untuk

mengharap naik kelas, dapat hadiah ini merupakan motivasi yang tambah sesuai

dengan kebutuhannya yang tidak secara mutlak berkaitan dengan dengan kegiatan

belajar.

Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak

berkaitan dengan aktifitas belajar. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu

permasalahan, kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi dengan perasaan

senang, dorongan tersebut mengalir dari dalam diri seseorang akan kebutuhan belajar,

percaya bahwa belajar yang keras hasilnya akan maksimal.

Adapun ciri-ciri motivasi instrinsik menurut Winkel (1989:4) diantaranya

sebagai berikut :

(1) Keseriusan dalam belajar.(2) Belajar karena ingin memecahkan masalah.(3) Belajar untuk mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan

rumus.

29

(4) Belajar demi mencapai cita-cita dan impian pada intinya motivasi adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan.

Dapat diketahui dengan satu jalan adalah belajar, dorongan itu tumbuh dari

dalam diri seseorang. Adapun beberapa ciri motivasi ekstrinsik menurut Winkel

(1989:94) adalah:

(a) Belajar demi memenuhi kewajiban.(b) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan(c) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan (d) Belajar demi meningkatkan gengsi(e) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua

dan guru.(f) Belajar demi memperoleh tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi

memenuhi persyaratan kenaikan pangkat atau golongan administrasi.

c). Ciri motivasi dalam pembelajaran

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini

dapat melalui proses belajar mengajar di kelas, seperti:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa).

3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

4) Lebih senang kerja mandiri.

30

5) Dapat memperthanankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

6) Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya.

7) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

d) Pentingnya Motivasi dalam belajar

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja, belajar

menimbulkan perubahan mental pada diri manusia. Bekerja menghasilkan sesuatu

yang bermanfaat bagi diri perilaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi

bekerja merupakan kemajuan penggerak masyarakat.

Motivasi belajar sangat penting bagi siswa, seperti yang dikemukakan oleh

E.Mulyasa ( 2002 : 5) bahwa pentingnya motivasi disebabkan karena sebagi berikut:

(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.(2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan

dengan teman sebaya.(3) Mengarahkan kegiatan belajarnya.(4) Membesarkan semangat belajarnya.(5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemungkinan bekerja

yang berkesinambungan.

e) Faktor-faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar.

Terkadang motivasi belajar dapat pula terpengaruh oleh beberapa sebab,

berikut dijabarkan berbagai sebab / faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar

peserta didik. Diantaranya adalah:

(1) Kehilangan harga diri.

31

Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi siswa sangat besar pengaruhnya.

Tanpa harga diri, siswa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan

motivasi belajarnya. Penting bagi guru untuk menyadari hal ini. Berhati-hati dengan

latar belakang dan tidak menyinggung perasaan siswa merupakan hal yang harus

diperhatikan guru. Contohnya: jika seorang siswa dihukum dengan cara maju

kedepan dan memutar kupingnya sendiri dan kakinya diangkat satu, niscaya ia tidak

akan respek lagi terhadap guru dan mungkin materi serta keseluruhan proses

belajarnya. Bahkan dia dapat seketika keluar kelas tanpa kembali lagi selamanya

(2) Ketidaknyamanan fisik.

Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk

meningkatkan motivasi belajar. Seorang siswa biasanya selalu memperhatikan

penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun

akan menurun. Contoh: seorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami

penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint dilapangan.

(3) Frustasi

Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh orang merupakan hal yang

harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami

masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Siswa seperti ini

tentu fokus utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu.

Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya. Guru

seharusnya dapat memahami apa yang dihadapi siswanya. Guru harus dapat

32

menyampingkan rasa frustasi siswanya dengan menjadikan proses pembelajaran

sebagai sesuatu yang menyenangkan dan refreshing.

(4) Teguran yang tidak dimengerti.

Siswa tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan pengalaman yang

luas tetapi juga prasangka yang besar pula. Jika guru menegur tanpa dia mengerti,

siswa itupun akan merasa bingung dan berprasangka yang macam-macam yang pada

akhirnya menjadi faktor penurunan motivasi belajarnya. Contohnya : guru yang kesal

dengan siswanya yang terlambat menacung-acungkan jari dengan cepat kepada siswa

tersebut. Siswa tersebut tentu bingung dan berpikir apa yang salah dengannya, dan

dia berinisiatif untuk tidak menghadiri kelas tersebut, mungkin untuk selamanya.

(5) Menguji yang belum diajarkan .

Guru yang tidak memahami siswanya dan mempunyai jam terbang rendah,

nampaknya kesulitan dan dapat saja dia lupa atau sengaja untuk menampilkan soal-

soal ujian yang sulit atau belum diajarkanya karena berbagai sebab. Siswa yang

mengikuti pembelajarannya akan tidak dapat menjawab atau menjawab dengan

kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa dipermainkan gurunya. Hal

ini menjadi kontra produktif terhadap proses pembelajaran tersebut.

(6) Menguji yang belum diajarkan .

Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan

pengidentifikasian sasaran peserta didik. Terkadang hal ini tidak diperhatikan guru

33

sehingga materi yang diajarkan terlalu sulit/mudah. Bagi siswa mereka tentu sangat

bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang

terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar siswa ketingkat terendah.

(7) Persaingan yang tidak sehat.

Setiap siswa mempunyai perbedaan satu sama lainya. Kadang-kadang dalam

ujian ada saja yang berbuat curang. Siswa yang berbuat jujur merasa tidak adil

kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya

bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan

motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.

(8) Presentasi yang membosankan .

Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus dapat

menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi

menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak belakang,

siswa akan cepat bosan dan menurunkan motivasinya untuk belajar. Contohnya,

presentasi disajikan dengan huruf yang terlampau kecil sehinga sulit untuk dibaca, ,

atau penyaji hanya menggunakan metode ceramah saja, dan lain lain.

(9) Pelatih atau fasilitator tidak menaruh minat.

Guru dalam perannya sebagai fasilitator di kelas sangat penting untuk

memperlihatkan minatnya pada materi yang diajarkan. Jika tidak, siswa akan berfikir

34

bahwa materi tersebut tidak penting dan membosankan. Hal itu akan sangat

berdampak pada penurunan motivasi belajar mereka.

(10) Tidak mendapatkan umpan balik.

Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada komponen

komunikasi antar individu. Siswa dan guru selayaknya mendapatkan umpan balik

satu dan lainnya. Jika hal ini tidak terjadi, siswa dan guru akan mengarah pada

komunikasi searah saja. Hal ini berkebalikan dengan proses pembelajaran yang

seharusnya. Siswa tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan dan begitu juga guru

tidak mendapatkan respon dari siswa. Penurunan motivasi belajar tentu terjadi karena

hal tersebut. Contohnya: guru yang mengajar dengan hanya metode ceramah tanpa

melakukan diskusi dan melontarkan pertanyaan, juga tidak memperhatikan siswanya

(mengacuhkan) akan tidak mendapat umpan balik yang diperlukan untuk melihat

sejauh mana siswa menguasai materi. Begitu juga siswa yang melihat tidak adanya

kesempatan bertanya dan berpendapat dan mengkritisi materi, akan merasa bosan dan

menganggap umpan balik dari guru tidak ada. Mereka dapat segera keluar dari kelas

tanpa mempedulikan gurunya.

(11) Harus belajar dengan kecepatan yang sama.

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa memiliki perbedaan baik

dalam hal kecepatan daya serap atau pengalaman dan kemampuan lainnya. Jika guru

memberikan pola pengajaran yang kecepatannya sama tiap-tiap siswa, dikhawatirkan

35

akan terjadi kebosanan pada siswa yang lebih cepat penyerapannya dan terjadi rasa

frusrtasi yang sangat bagi siswa yang proses penyerapannya lambat. Kedua hal ini

dapat menurunkan motivsi belajar siswa.

(12) Berkelompok dengan peserta yang sama-sama kurang.

Metode pembelajaran kelompok merupakan suatu metode stratgis untuk guru

agar siswa dapat saling mengisi dan menanggulangi masalah yang disampaikan guru.

Jika dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan

kelompok tidak akan berjalan baik. Proses yang diharapkan guru agar saling mengisi

dan bertukar pendapat akan tidak berjalan dikarenakan seluruh anggotanya

berkemampuan rendah. Siswa pun akan merasa tidak mencapai proses yang baik dan

tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya.

(13) Harus bertingkah yang tidak sesuai dengan pembimbingnya.

Tingkah laku siswa dipengaruhi oleh pemahamannya. Siswa mempunyai

karakter yang khas satu sama lainnya. Pembimbing tidak dapat memaksakan

kehendaknya kepada siswanya agar sesuai dengannya. Jika hal ini terjadi, siswa akan

bertindak tidak sesuai denga pribadinya dan hal ini menimbulkan gejolak didalam

hatinya dan mungkin mereka akan keluar kelas untuk selamanya.

f) Teknik – teknik meningkatkan motivasi belajar siswa.

(1) Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata.

36

Seperti ucapan bagus sekali, hebat dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan

dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif karena akan

menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri.

(2) Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat.

Dengan mengetahui hasil yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi

untuk belajar lebih giat lagi.

(3) Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa

ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan dan tiba-tiba.

(4) Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi. Mengemas

pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses

pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat melibatkan afektif dan psikomotorik

siswa. Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan

mengingat apa yang disampaikan.

(5) Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru

memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam

melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian

siswa dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa

lainnya.

(6) Memberikan contoh positif Artinya dalam memberikan pekerjaan kepada

siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaan

lainnya.

37

(7) Penampilan guru Penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan

tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum

dan menyapa siswa dengan ramah akan membuat siswa merasa nyaman dan senang

mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung

(8) Saingan/kompetisi persaingan dapat juga digunakan sebagai motivasi,

baik persaingan individual atau persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. 

(9) Keterlibatan diri keterlibatan diri ini menumbuhkan kesadaran pada siswa

agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga kerja

keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi

yang sangat penting.   

(10) Memberi ulangan, para siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan

adanya ulangan 

(11) Mengetahui hasil, dengan mengetahui hasil apalagi terjadi kemajuan akan

mendorong siswa untuk giat belajar. 

(12) Pujian, sebagai hadiah yang positif yang sekaligus memberikan motivasi

yang baik 

(13) Hukuman, sebagai hadiah yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat

dan bijak bisa menjadi alat motivasi.  

Salah satu upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan

melalui intervensi bimbingan belajar quantum learning. Dengan bimbingan belajar

38

quantum learning akan terjadi perubahan prilaku siswa yang diharapkan. Perubahan

prilaku siswa yang diharapkan itu adalah siswa mampu mengembangkan sebelas

keterampilan belajar, selain itu juga siswa dapat menemukan gaya belajar yang

efektif, dan menemukan lingkungan belajar yang tepat sehingga bisa membantu siswa

meningkatkan motivasi belajarnya.

B. KERANGKA PIKIR

Berkaitan dengan model Intervensi bimbingan belajar Quantum learning

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, selama ini dalam pelaksanaan program

bimbingan belajar di sekolah, khususnya di SMP Muhammadiyah Parepare belum

terlaksana dengan baik dan secara keseluruhan bimbingan belajar, sehingga kadang

dalam pelaksanaannya bimbingan konseling luput dari kebutuhan akan terpenuhinya

apa yang seharunya mereka terima. Pelaksanaan layanan bimbingan belajar masih

integral dengan program bimbingan dan konseling, layanan yang diberikan oleh guru

pembimbing masih bersifat secara umum. Padahal sudah ada prinsip yang telah

mengatur dalam penyelenggaraannya, yaitu program bimbingan belajar hendaknya

direncanakan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan terintegrasi sesuai

dengan kebutuhan belajarnya, serta program bimbingan belajar hendaknya disusun

dengan melibatkan diri siswa dalam proses perkembanganya.

Dari beberapa hal di atas, Pemberian bimbingan belajar yang tepat sesuai

dengan kebutuhan belajar siswa yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

sehingga dapat memudahkan para siswa untuk lebih bisa mengembangkan potensi

PRODUK:

Program Bimbingan belajar

39

diri serta mampu mengatasi permasalahan yang dialami. Untuk lebih jelasnya

perhatikan kerangka pikir berikut:

BIMBINGAN BELAJAR

Model Intervensi Bimbingan belajar Quantum learning:

1. membuat ruangan kelas/tempat belajar menjadi nyaman dan kondusif dengan cara menempelkan poster-poster menarik dan juga memutarkan musik (bila memungkinkan)

2. membuat siswa mengubah strategi belajar yang tadinya monoton menjadi lebih bervariasi, menyenangkan dan bermanfaat.

3. memberikan bimbingan belajar kepada siswa tentang 11 sesi area keterampilan belajar yang dikembangkan dalam metode belajar quantum learning

Peningkatan motivasi belajar siswa

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa).3. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya4. Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Kesesuaian layanan ( SATLAN ) dengan materi dan tujuan Intervensi bimbingan belajar.

40

Gambar Skema Kerangka Pikir

Ket:- - - - - = Hubungan tidak langsung

= Hubungan langsung

BAB III METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan model

pengembangan prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif dimana dalam

penelitian ini peneliti membuat langkah-langkah yang harus diikuti untuk

menghasilkan produk.

Menurut Sugiyono (2010:407), bahwa:

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya research and development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tertentu. Untuk dapat mengahasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapar berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian pengembangan bersifat longitudinal (bertahap, bisa multy years).

Penelitian pengembangan (Research and Development) menurut Asim

(Mukhodi, 2009:46) bahwa:

Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk, melalui penelitian dan pengembangan diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara penelitian yang

41

lebih banyak berorientasi pada pengujian teori kearah penelitian yang berorientasi pada hasil berupa produk-produk yang dapat digunakan langsung oleh pengguna. Produk-produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan menjadikan para pengguna tinggal mengimplementasikan produk hasil penelitian dalam aktivitas pendidikan.

Selanjutnya Setyosari (2012) penelitian pendidikan dan pengembangan, yang

lebih kita kenal dengan istilah Research & Development (R&D). Strategi untuk

mengembangkan suatu produk pendidikan oleh Brog & Gall (Setyosari, 2012)

disebut sebagai penelitian pengembangan. Penelitian dan pengembangan ini kadang

kala disebut juga suatu pengembangan berbasis pada penelitian atau juga disebut

research-based development.

Penelitian pengembangan ini memang hadir belakangan dan merupakan tipe

atau jenis penelitian yang relatif baru. Penelitian pengembangan adalah suatu proses

yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian

ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau

proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang

akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut,

melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan

dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.

Model pengembangan disini mengacu pada strategi pengembangan yang

dikemukakan oleh Borg and Gall (Setyosari, 2012) karena model ini mempunyai

langkah-langkah yang dianggap paling sesuai dengan penelitian ini. Strategi ini

42

dinamakan penelitian dan pengembangan (research and development). R&D

merupakan siklus pengembangan yang terdiri dari 7 langkah pengembangan, yaitu:

1. Penelitian awal dan pengumpulan informasi.

2. Perencanaan pengembangan.

3. Pengembangan produk awal.

4. Uji lapangan awal (validasi ahli).

5. Revisi I.

6. Uji kelompok kecil.

7. Revisi II (produk akhir)

Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram alur siklus pengembangan

berikut ini:

Diagram alur siklus pengembangan

Penelitian Awal dan Pengumpulan Informasi

Perencanaan pengembangan Pengembangan produk awal

Revisi I

Uji validasiUji kelompok kecil

Revisi II Produk Akhir

43

Gambar 3.1. Alur siklus pengembangan (Borg & Gall)

B. Prosedur pengembangan

Agar model pengembangan dengan mengacu pada strategi di atas relevan

dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti merumuskan langkah-langkah

pengembangan menjadi seperti berikut ini:

1. Penelitian awal dan pengumpulan informasi.

a) Analisis kebutuhan.

b) Studi literatur.

c) Merumuskan masalah.

2. Perencanaan pengembangan: merumuskan tujuan pengembangan dan

menentukan materi yang akan dikembangkan.

3. Pengembangan produk awal: desain produk, menyusun materi atau sumber

bahan, pembuatan produk.

4. Uji lapangan awal (validasi ahli).

5. Revisi I.

6. Uji kelompok kecil.

7. Revisi II (Produk akhir)

Adapun dalam penelitian pengembangan ini, peneliti mengembangkan produk

berupa model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah Parepare. Produk yang dihasilkan ini

berupa pemaparan model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk

44

meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga memudahkan guru pembimbing untuk

melaksanakan bimbingan belajar karena telah tersusun dengan sistematis.

Secara rinci prosedur yang akan dilalui dalam penelitian pengembangan

model intervensi bimbingan belajar Quantum learning adalah sebagai berikut:

1. Penelitian awal dan pengumpulan informasi (need assesment).

a) Karakteristik siswa. Sebelum membuat produk, peneliti melakukan penelitian

awal di sekolah yang akan dijadikan uji kelompok agar peneliti mengetahui

karakteristik siswa yang menjadi sasaran. Hal itu dapat berupa keterampilan

awal dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelum menggunakan produk, serta

kebutuhan mereka akan produk yang akan dibuat.

b) Analisis kebutuhan, peneliti melakukan penelitian awal yang bertujuan untuk

mengetahui kebutuhan subyek terhadap produk yang akan dikembangkan.

Dengan demikian diharapkan produk yang dihasilkan benar-benar produk yang

sesuai dengan kebutuhan (based on need), dan menunjukkan bahwa kebutuhan

pada hakekatnya merupakan kesenjangan (gap), dan menunjukkan keadaan

yang seharusnya (ideal) dengan kenyataan yang ada.

c) Studi literatur, peneliti melakukan studi literatur dengan mempelajari literatur-

literatur bacaan yang relevan dengan variabel penelitian, yaitu literatur yang

berhubungan dengan bimbingan belajar, perkembangan belajar siswa dan

perkembangan program bimbingan belajar.

d) Merumuskan masalah, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini

adalah perlu dikembangkannya model intervensi bimbingan belajar Quantum

45

learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah

Parepare

2. Perencanaan pengembangan: meliputi merumuskan tujuan langkah-langkah dalam

pengembangan yaitu penyusunan program model Intervensi bimbingan belajar

Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun yang akan

direncanakan adalah studi kelayakan, materi program bimbingan belajar

disesuaikan dengan masalah siswa, tujuan materi program, dan jenis layanan

bimbingan.

3. Pengembangan produk awal: dalam pengembangan program model Intervensi

bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

ini peneliti melaksanakan rencana-rencana yang telah ditetapkan dalam tahap

perencanaan di atas diantaranya adalah: merancang konsep program, merancang

isi, merancang materi, serta merancang penyesuaian materi dengan layanan

bimbingan yang dilakukan.

4. Uji lapangan awal (validasi ahli), setelah mengembangkan program model

Intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, langkah selanjutnya adalah langkah uji coba pertama. Uji coba

pertama melibatkan ahli bimbingan belajar dan Guru BK. Hasil uji coba pertama

atau validitas ahli akan dijadikan dasar dalam revisi produk awal.

5. Revisi I, revisi produk awal ini dilakukan berdasarkan data hasil uji coba pertama.

Data yang masuk dari para ahli nantinya akan dianalisis dan hasil analisisnya

dijadikan bahan utama dalam melakukan revisi.

46

6. Uji kelompok kecil, dalam uji coba kelompok kecil melibatkan kelompok kecil.

Hasil uji coba kelompok kecil ini dijadikan sebagai dasar dalam revisi ke dua.

7. Revisi II, revisi produk dua ini dilakukan berdasarkan data hasil uji coba

kelompok kecil. Data yang masuk dianalisis dan dijadikan bahan utama dalam

melakukan revisi akhir. Data yang masuk dijadikan bahan dalam melakukan revisi

akhir program bimbingan belajar dan merupakan hasil akhir pada pengembangan

model Intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa. Produk akhir, merupakan hasil akhir dari pada

pengembangan program bimbingan belajar yaitu model intervensi bimbingan

belajar Quantum learning tersusun secara sistematis untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Penelitian pengembangan ini, diterapkan model penelitian pengembangan

Borg and Gall yang telah dimodivikasi oleh peneliti. Modifikasi tersebut dibuat

supaya dalam penelitian pengembangan program bimbingan belajar ini, dapat

berjalan sistematis sesuai dengan metode penelitian dan pengembangan tersebut

akan disajikan dalam gambar berikut:

2. Perencanaan

1. Penelitian dan pengumpulan informasi

3. Pengembangan produk awal (draf 1)

5. Revisi produk awal

Hasilkan draft 2

6. Uji kelompok kecil

• Desain : ujicoba

• Subyek : 6 siswa

• Analisis : deskriptif

4. Validasi ahli

• Desain : uji ahli

• Subyek : 2 ahli

• Analisis : analisis isi

47

Gambar 3.2 Model pengembangan program bimbingan belajar

C. Fokus dan Deskripsi Fokus Masalah Penelitian

1. Fokus Masalah

Fokus permasalahan dalam penelitian pengembangan ini adalah belum

tersusunnya model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa secara sistematis dan tidak terlaksananya

program bimbingan belajar yang sangat dibutuhkan oleh siswa. Program

bimbingan belajar harusnya memiliki sistem pengelolaan (manajemen) yang

bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Sehingga

penelitian ini akan menghasilkan model intervensi bimbingan belajar Quantum

learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang bermutu , dalam arti

dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.

2. Deskripsi Fokus Masalah.

7. Revisi produk dua

Produk akhir program bimbingan Belajar untuk meningkatkan cara

belajar efektif

48

a. Pengembangan program merupakan salah satu penyusunan program

bimbingan. Pengembangan program ini disusun dengan maksud

menyediakan panduan praktis bagi konselor sekolah dalam melaksanakan

layanan bimbingan belajar dan pendidikan bagi siswanya. Penyusunan

pengembangan ini dilakukan dengan melakukan need assesment.

b. Model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu

para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah

akademik serta membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

Masalah-masalah akademik meliputi : pengenalan kurikulum, pemilihan

jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas dan latihan, pencarian dan

penggunaan sumber-sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan

lain-lain.

c. Bimbingan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dalam

lingkungan.

d. Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang

penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa

kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu

disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Seringkali

kegagalan itu terjadi disebabkan karena mereka tidak mendapat layanan

49

bimbingan yang memadai. Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang

diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan

memcahkan masalah-masalah akademik.

e. Bimbingan dalam hal ini diartikan sebagai proses pemberian bantuan

kepada seseorang atau beberapa orang individu agar dapat mengembangkan

kemampuan dan kemandiriaannya berdasarkan norma-norma yang berlaku.

f. Cara mengatur tempat belajar yang baik

1) Tentukan tempat belajar tetap

2) Hindari hal-hal yang dapat mengganggu belajar

3) Pengaturan cahaya ruangan

4) Aturlah meja dan kursi belajar

5) Mengatur semua bahan pelajaran

6) Ventilasi yang cukup

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilakukan pada siswa SMP Muhammadiyah Parepare, setelah

terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk memperoleh data informasi awal.

Alasan dipilihnya siswa di SMP Muhammadiyah Parepare karena dari hasil observasi

awal dengan melakukan wawancara dengan guru pembimbing tanggal 26 September

2012 di SMP Muhammadiyah Parepare diketahui bahwa program bimbingan belajar

hanya mengikuti program secara nasional, pelaksanaannya hanya didasarkan pada

keterampilan siswa dalam mengambil keputusan untuk memilih studinya demi masa

depannya, tanpa mempertimbangkan perkembangan belajar siswa pada umumnya

50

serta tidak adanya alokasi waktu khusus. Adapun waktu pengembangan model

intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa akan dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2013.

E. Subyek uji ahli (Validasi ahli)

Pada tahap uji ahli atau validasi ahli ini peneliti mengujikan produk kepada

akademisi dan praktisi pendidikan yang bergerak dibidang ahli pengembangan

program bimbingan belajar dan guru pembimbing (konselor) di SMP

Muhammadiyah. Kedua ahli tersebut adalah dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan FIP UNM yang mengampu mata kuliah bimbingan Belajar di sekolah dan

guru pembimbing yang merupakan salah satu guru pembimbing di SMP

Muhammadiyah Parepare. Kedua ahli tersebut dipilih karena memiliki keahlian

masing-masing dan bertujuan untuk memberikan validasi produk berupa program

model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa di SMP Muhammadiyah Parepare.

F. Uji coba produk

1. Desain uji coba

Pada pengembangan program model intervensi bimbingan belajar Quantum

learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dilakukan uji coba. Uji coba

dilakukan pada uji kelompok kecil, pada uji coba ini melibatkan 6 siswa dari di SMP

Muhammadiyah Parepare. Uji dimaksudkan untuk memperoleh data yang hasilnya

akan dijadikan sebagai dasar merevisi produk, sehingga produk yang dihasilkan

benar-benar layak untuk digunakan. dan berdasarkan hasil dari focus group

51

discussion program bimbingan belajar maka dari enam siswa yang mengekuti focus

group discussion mendapat penilaian skala 100% dan maka model intervensi

bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

memberikan pengaruh kepada kebiasaan belajar siswa

2. Subyek uji coba

Subyek uji kelompok kecil merupakan sekelompok kecil siswa kelas VII dan

VIII yaitu 6 orang. Kelas VII sebanyak 3 siswa kelas VIII sebanyak 3 siswa. Sampel

tersebut diambil menggunakan stratified random sampling, dimana sampel tersebut

diacak berdasarkan tingkatan kelas.

3. Jenis data

Data yang diperoleh dalam pengembangan model intervensi bimbingan

belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa berupa data

kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil tanggapan, kritik dan

saran dari para ahli dan kelompok kecil terhadap rencana pengembangan program

bimbingan belajar untuk meningkatkan cara belajar efektif siswa.

Data kuantitatif diperoleh dari uji kelompok kecil yang berupa penilaian

secara umum mengenai program bimbingan belajar. Data yang didapatkan kemudian

diolah guna menunjukkan taraf kelayakan dan pada akhirnya, seluruh data baik data

kuantitatif maupun kualitatif yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar merevisi

produk program bimbingan belajar tersebut.

4. Instrumen pengumpulan data

52

a) Interview

Menurut Bungin (2010:130) “metode wawancara juga biasa disebut dengan

metode interviu atau disebut sebagai metode wawancara”. Metode wawancara adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Selanjutnya menurut Basrowi dan Suwandi (2008:141) “wawancara adalah

semacam dialog atau tanya jawab antara pewawancara dengan responden dengan

tujuan memperoleh jawaban-jawaban yang dikehendaki”. Pengumpulan data dengan

cara wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data berupa tanggapan atau

penilaian dari para ahli pada pengembangan program bimbingan belajar untuk

meningkatkan cara belajar efektif siswa. Proses wawancara melalui wawancara bebas

terpimpin, dengan membuat garir-garis besar informasi yang ingin diperoleh.

Masing-masing ahli mengevaluasi bidang berdasarkan bidang

keterampilannya masing-masing. Ahli Bimbingan dan Konseling serta Guru

pembimbing (konselor) menekankan evaluasi dari segi materi dan kelayakan program

yang dihasilkan serta komentar tertulis berupa format penilaian uji kelayakan

(terlampir).

b) Angket

Arikunto (2002:140) menjelaskan bahwa “angket adalah seperangkat

pertanyaan tertulis yang ditujuakan kepada responden untuk mengungkap pendapat,

keadaan dan kesan yang ada pada responden sendiri maupun keadaan di luar dirinya”.

53

Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010:194) mengemukakan alasan pemilihan angket adalah

berdasarkan asumsi berikut:

(1) Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

(2) Bahwa apa yang dinyatakan subyek pada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya.

(3) Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Alat pengumpul data berupa angket digunakan untuk mengumpulkan data

berupa tanggapan atau penilaian siswa SMP NEG. 2 Sedana Kabupaten Majene

Sulawesi Barat. Bentuk angket yang digunakan oleh peneliti adalah bentuk angket

tertutup dengan pilihan jawaban ” ya” dan ‘tidak”. Data yang diperoleh dari angket

tersebut adalah kuantitatif.

c) Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang

umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan

makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini

digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan

hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga

dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti

terhadap focus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006: 73). Adapun tujan

dari Focus group Discussion adalah untuk memperoleh masukan maupun

informasi mengenai permasalahan.

5. Validitas instrumen

54

Validitas instrumen dalam penelitian pengembangan ini khususnya berupa

angket dilakukan dengan cara validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan

memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah

sesuai dengan isi dan aspek yang diungkap, dan untuk memperoleh instrumen

yang memiliki validitas logis baik dari isi maupun aspeknya, peneliti melakukan

perencanaan penyusunan instrumen dengan memebuat kisi-kisi instrumen.

Selanjutnya, peneliti meminta pendapat ahli dalam mencermati kesesuaian

instrumen yang telah disusun dengan hal-hal yang ingin diungkap.

6. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dalam

pengembangan program ini adalah dengan menggunakan analisis isi dan analisis

deskriptif.

a) Analisis data kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis isi, yaitu

dengan mengelompokkan informasi-informasi data kualitatif berupa

tanggapan, masukan, serta kritik dan saran yang didapat dari para ahli, ini

digunakan untuk merevisi program bimbingan belajar untuk meningkatkan

cara belajar efektif siswa pada revisi tahap 1.

b) Analisis data kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif yaitu

untuk menganalisis data kuantitatif diperoleh dari angket lembar evaluasi

55

yang diperoleh dari uji kelompok kecil. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:

246) bahwa:

Data kuantitatif berupa angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlah, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh presentase. Kadang-kadang presentase dimaksudkan untuk mengetahui status sesuatu yang dipresentasikan dan disajikan tetap berupa presentase. Sesudah sampai ke presentase lalu ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, misalnya baik (76%-100%), cukup baik (56%-75%), kurang baik (40%-55%), tidak baik (kurang dari 40%).

Jawaban yang diperoleh melalui angket atau checklist dijumlahkan atau

dikelompokkan sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan bentuk jawaban” ya” dan “

tidak”, maka sebelum dilakukan analisa peneliti menjumlahkan seberapa banyak

jawaban “ya” dan seberapa jawaban “tidak” kemudian kemudian peneliti

mempresentasekan dengan menggunakan rumus berikut ini:

P = ∑ x∑ y

x 100

Keterangan : p = presentase∑x = jumlah skor yang diperoleh∑y = jumlah responden

Setelah diperoleh presentase dengan rumus tersebut di atas, kemudian peneliti

menafsirkan hasil presentase tersebut ke dalam lima kriteria keefektifan, yaitu: sangat

baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik. Selanjutnya data-data yang

diperoleh sesuai kriteria keefektifan. Lebar interval peneliti tentukan dengan

56

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2001:12) sebagai

berikut:

i =jarak pengukuran (R)

jumlahinterval(k)

Keterangan:

i : Lebar interval yang ingin digunakanR : Jarak pengukuran (presentase jawaban tertinggi angket dikurangi

presentase jawaban rendah)K : jumlah interval yang diinginkan

Berdasarkan rumus di atas maka dalam penelitian pengembangan ini akan

menggunakan interval keefektifan sebagai berikut:

90,1% - 100% = Sangat baik

80,1% - 90% = Baik

70,1% - 80 % = Cukup baik

60,1 % - 70 % = Kurang baik

<60% = Tidak baik

57

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli. (1983). Teknik Pemahaman Individu. Ujung Pandang: FIP IKIP

Amti, E. & Marjohan. (1991). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti

Arikunto, S, (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Biolla. 1994. Pengaruh Pemberian Motivasi dan Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matriks. Ujung Pandang: SKRIPSI IKIP Ujung Pandang

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.

Djamarah Bahri Syaiful, Zain Aswin, (2006). Strategi Belajar Mengajar, (Edisi Revisi), Bandung: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2008).Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan, ABKIN: Bandung.

58

DePoter dan Henarcki, (2006).Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Ahli Bahasa: Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Mizan Media Utama.

Hattip, M, (1997).Kontribusi Motivasi Belajar Terhadap Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana IKIP, Bandung: Tidak diterbitkan.

Makmun, AS. (2000).Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nuranisah D.N. (2006). Program Bimbingan Keterampilan Belajar Bagi Siswa Berbakat. Tesis Pada Prodi Bimbingan dan Konseling PPs UPI: tidak diterbitkan.

Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebuyaan.

Sahabuddin. 1996. Mengajar dan belajar. Ujung Pandang. bagian Penerbitan FIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP

Sinring A, Amri A.L, Pattaufi dan Amir R. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi Program S-1 Fakultas Ilmu Pendidikan UNM. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan UNM.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

----------. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, D.K. (2002). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konselinh di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata , N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surya, M. (1992). Psikologi Pendidikan Cetakan Ke 5 (Revisi). Bandung: Jurusan PBB FIP UPI.

Surya, M. 1993. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

59

Tiro, M. A. 2004. Dasar-Dasar Statistik. Makassar: UNM.

Yusuf, S. (2009). program Bimbingan dan konseling Di Sekolah Bandung: PT. Remaja Rosa karya.

--------, S dan Nurihsan, J. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR

Variabel Aspek IndikatorItem Jumlah

Positif Negatif

Motivasi Belajar

1. Pilihan - Tertarik pada mata pelajaran tertentu

1,7 12,10 4

- Rajin mencari informasi tentang pelajaran tertentu

5,3 4, 6 4

2. Keyakianan untuk sukses

- Gambaran Keberhasilan

27, 25 8, 2 4

- Membuat Rencana 13, 25 26, 22 4

- Kemandirian bertindak

17, 21 24, 28 4

- Menyediakan waktu 19, 15 16,10 4

- Berusaha memperkirakan hasil berbagai strategi

11, 9 14, 20 4

- Kemampuan membuang strategi yang tidak

35, 33 40, 44 4

60

menjanjikan3. Keuletan

dalam berusaha

- Keberanian menghadapi kegagalan

29, 31 42, 38 4

- Kemampuan bangkit dari kegagalan

43, 41 32, 30 4

- Gigih terus berusaha kalau usaha pertama gagal

37, 39 34, 36 4

Jumlah 22 22 44

ANGKET MOTIVASI BELAJAR SEBELUM UJI COBA

Identitas Responden :

Nama :

Jenis Kelamin :

Petunjuk :

Angket ini berisi 44 item pernyataan tentang motivasi belajar. Bacalah dengan

cermat setiap pernyataan tersebut. Kemudian, berikanlah jawaban dengan cara

memberi tanda cek (√) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan

tingkat persetujuan Anda, dengan pilihan jawaban sebagai berikut :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

CS : Cukup Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

61

Jawaban Anda, tidak menuntut jawaban benar atau salah dan tidak

berhubungan dengan penentuan kelulusan atau hal lain yang akan merugikan Anda di

sekolah ini. Kesungguhan dan kejujuran Anda dalam menjawab merupakan bantuan

yang amat berguna. Karena itu diharapkan Anda menjawab semua soal yang tersedia.

Atas bantuan dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih.

Peneliti,

AHMAD MIFTAHANGKET MOTIVASI BELAJAR

NO PERNYATAANSKOR

SS S CS KS TS

1. Saya rajin ke sekolah terutama mata pelajaran yang saya sukai.

2. Saya ragu dengan kemampuan yang saya miliki dalam memahami penjelasan guru

3. Saya senang mencari informasi yang berhubungan dengan pelajaran, karena bisa memperkaya ilmu kita.

4. Saya merasa tidak mampu menyelesaikan setiap tugas mata pelajaran yang diberikan

5. Saya suka mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca buku pelajaran.

6. Saya kurang memperhatikan pelajaran yang saya tidak senangi

7. Saya hadir tepat waktu ketika belajar pada mata pelajaran yang saya anggap gampang.

62

8. Saya malas bertanya kepada guru kalau ada pelajaran yang tidak saya mengerti.

9. Bila menghadapi kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran, saya berusaha menemukan alternatif pemecahannya.

10. Saya lebih suka pergi ke kantin sekolah dibanding pergi ke perpustakaan

11. Saya memandang bahwa hasil belajar yang saya dapatkan adalah kemampuan saya sendiri.

12. Saya menghindari pelajaran yang saya anggap sulit.

13. Saya telah membuat jadwal kegiatan di rumah, sehingga saya mengetahui kapan saya harus belajar

14. Saya merasa putus asa bila menghadapi kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran

15. Saya menghabiskan banyak waktu untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang terkait dengan pelajaran di sekolah.

16. Sebagian besar waktu saya habis untuk bermain dan nonton TV.

17. Ketika ada pelajaran yang saya kurang pahami, saya bertanya pada orang yang lebih mengerti.

18. Saya menghabiskan sebagian besar waktu belajar untuk bergosip dengan teman.

19. Saya mengisi waktu luang dengan cara mengulangi pelajaran sekolah

20. Saya merasa tidak mampu dalam menghadapi pelajaran yang sulit

21. Jadwal belajar yang telah saya buat akan kuikuti dengan perasaan senang.

22. Saya lebih suka nonton TV dibanding belajar.

63

23. Saya telah merencanakan kegiatan belajar setiap hari.

24. Saya merasa tidak mampu menyelesaikan setiap tugas mata pelajaran yang diberikan

25. Saya yakin bisa memahami setiap pelajaran yang diajarkan oleh guru.

26. Saya tidak memiliki jadwal belajar dirumah

27. Saya percaya bisa mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru.

28. Meskipun saya telah merencanakan untuk belajar sesuai jadwal belajar, saya tetap malas untuk belajar

29. Meskipun saya tahu resiko kegagalan itu ada, saya tidak takut memperjuangkan cita-cita saya.

30. Bila saya ditegur oleh guru saya tidak menghiraukannya.

31. Meskipun saya tahu tidak akan mendapat prestasi yang baik, saya akan tetap berusaha dan belajar.

32. Bila saya gagal menyelesaikan tugas dari guru, saya akan mengabaikan tugas-tugas tersebut dan akan mengerjakan aktivitas lain.

33. Bila ada PR yang diberikan oleh guru, saya tidak akan menunda mengerjakannya

34 Ketika sayatidak mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh guru di depan, saya akan bertanya

35. Jika seseorang menghambat aktivitas belajar saya, maka saya akan mencari alternatif untuk mengatasi hambatan itu.

36. Bila saya mendapat kritikan dari teman, saya merasa putus asa

37. Bila saya diberi tugas sekolah oleh guru, saya akan mengabaikannya

38. Bila ada tugas yang tidak saya ketahui jawabannya, saya menyimpan tugas itu dan memilih bermain.

64

39 Bila saya tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas mata pelajaran pada kesempatan pertama, saya akan mengerjakan tugas-tugas itu sampai berhasil.

40. Jika menghadapi PR yang sulit, maka saya memilih untuk melihat pekerjaan teman

41. Ketika saya keliru dan dikritik oleh guru, saya sangat senang karena itu menambah ilmu saya.

42 Saya merasa sangat malu jika mendapat nilai jelek, karena bagi saya itu hal yang sangat memalukan.

43. Jika saya mendapat nilai jelek, saya yakin akan mampu memperbaikinya.

44. Saya takut mencoba sesuatu karena pikiran saya dibayang-bayangi oleh kegagalan.