23

Click here to load reader

PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

  • Upload
    hahanh

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

SUATU KAJIAN BUKU ENDE HKBP:PROBLEMATIKA CARA MENYANYIKAN LAGU PUJIAN

DALAM KEBAKTIAN MINGGU PADA GEREJA HKBP DI MEDAN

Emmi Simangunsong

ABSTRACT

Buku Ende is still the main source which is still used in Sunday Service of the HKBP Churches. Beside from the Buku Ende, other sources are from Kidung Jemaat. During the Sunday Service, the singing together is sung in the form of unison. Eventhough the character is unison, however the hymn will be sung beautifully, in spirit and vigor. However, when singing a hymn from the Buku Ende, we will face a problem in the way they sing. The problem will make the hymn to be not melodious to hear, and can make our heart to become emotional because it was sung wrongly. The problems or the mistakes in the way they sing the hymn during Sunday Service are they way they pronounce and articulate, the breathing technique, mistake in sentence parsing and using the wrong tempo. In coping with the problem of singing the hymn during Sunday Service, the priests and elderlies of the church have tried to do their best efforts by using the congregation who are capable of singing hymns (appointing song leaders) and who are capable of playing the organ. It is done in order that the notation and the tempo of the hymn can be sung well. Before Sunday Service, the player of the organ and the song leaders will practice together in singing the hymn, so that during the Sunday Service, the song leaders will be able to lead the congregation in singing the hymn appropriately._________Key words: Hymn, Buku Ende, Congregation, Song Leaders, Tempo, Church.

I. PENDAHULUAN

Dalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata ibadah itu terdiri dari dua bagian yaitu bagian tetap dan bagian tidak tetap. Berdasarkan agenda HKBP bagian tetap adalah susunan tata ibadah dan bagian yang tidak tetap adalah ayat-ayat Alkitab dan lagu-lagu yang diubah sesuai dengan kalender liturgi mingguan.

Dalam kebaktian tersebut, menyanyikan lagu pujian sangat penting dalam tata ibadah setiap minggunya. Lagu-lagu yang dipilih disesuaikan dengan tema kebaktian minggu. Dalam kalender liturgi, tema kebaktian minggu telah disusun dalam setahun dan ini menjadi pedoman bagi seluruh gereja HKBP. Dalam buku Almanak HKBP berisi nama-nama minggu, ayat-ayat Alkitab sesuai dengan topik minggu selama satu tahun. dan lagu-lagu yang dinyanyikan setiap minggunya

Cara menyanyikan lagu-lagu pujian dalam kebaktian minggu, masih banyak dinyanyikan dengan cara yang kurang tepat sesuai dengan makna lagu yang terkandung di dalamnya. Cara menghayati lagu dan membaca notasi dari

1100_____________ISSN 0853-0203

Page 2: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

lagu masih banyak yang kurang tepat. Mimik wajah sangat minimalis. Hal ini bukan saja dilakukan oleh jemaat, tetapi pendeta, guru jemaat, sintua dan pemain musik pun masih ada yang tidak menguasai cara menyanyikan lagu-lagu pujian dari Buku Ende.

Lagu-lagu pujian (hymn) dari Buku Ende dinyanyikan dengan cara yang kaku, nampak kurang bersemangat sehingga spirit dari lagu tidak begitu jelas. Dalam hal ini bukan berarti penulis mengatakan jemaat tidak memuji Tuhan dengan tulus tapi jika lagu-lagu dinyanyikan dengan tepat, jiwa atau spirit dari lagu akan jelas terdengar. Seperti yang dikatakan oleh Pendeta Martonggo Sitinjak: “Lagu-lagu himne dalam Buku Ende dapat menghantar jemaat ke pergumulan dengan Tuhan. Oleh karena itu, lagu-lagu pujian harus dinyanyikan dengan tepat sehingga spirit lagu tidak hilang.” Satu contoh yang dikatakan beliau adalah lagu pujian Aut Na Saribu Hali Ganda. Lagu ini temponya cepat tapi sering sekali lagu ini dinyanyikan dengan tempo lambat sehingga spirit lagu menjadi hilang. Masih banyak contoh lagu pujian Buku Ende yang dinyanyikan dengan cara yang kurang tepat di gereja-gereja HKBP. Untuk mengatasi problematika cara menyanyikan lagu pujian tersebut, pendeta bersama penetua gereja telah melakukan usaha dengan cara memberdayakan jemaat yang mampu memainkan alat musik organ/keyboard dan yang mampu bernyanyi dengan baik dan benar. Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang dibahas adalah: 1. Bagaimanakah cara jemaat Gereja HKBP di kota Medan menyanyikan lagu- lagu pujian dari Buku Ende dalam kebaktian setiap minggunya? 2. Bagaimanakah usaha penetua gereja untuk memperbaiki cara menyanyikan lagu-lagu pujian dari Buku Ende di Gereja HKBP Medan?

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara jemaat Gereja HKBP Medan dalam menyanyikan lagu-lagu Buku Ende HKBP dalam Kebaktian Minggu. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha apa yang dilakukan penetua gereja untuk memperbaiki cara jemaat menyanyikan lagu-lagu Buku Ende di Gereja HKBP Medan.

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat kepada penetua gereja dan jemaat Gereja HKBP di Medan untuk mengatasi problematika cara menyanyikan lagu-lagu Buku Ende HKBP. Selain itu penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi peneliti lagu-lagu pujian Buku Ende HKBP, khususnya dalam cara menyanyikan lagu-lagu pujian secara benar.

Halim (2005: 13-16) mengemukakan bahwa pujian adalah suatu tindakan memuji yang diekspressikan secara sungguh-sungguh yang berdasarkan keadaan suatu objek. Pujian itu adalah sebuah tindakan. Pujian bukan hanya teori, tetapi pujian merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Pujian yang diberikan haruslah secara sungguh-sungguh. Bukan pujian yang basa-basi. Pujian yang keluar dari hati yang tahu akan kebenaran ucapannya, merupakan dupa yang sangat harum bagi Allah

Halim juga menjelaskan bahwa penyembahan adalah suatu tanggapan atas anugerah Allah yang diekspresikan melalui penghormatan dengan kesetiaan

1101_____________ISSN 0853-0203

Page 3: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

dan ketaatan (penundukan diri), yang diberikan kepada Allah karena kasih kita kepada Allah. Penyembahan adalah sebuah tanggapan (response) kepada apa yang terjadi. Tanggapan harus bersifat positif dan keluar dari hati yang tersentuh dan tergerak untuk memberikan suatu reaksi terhadap suatu aksi. Allah telah melakukan sesuatu dan kita sebagai umat-Nya sudah selayaknya memberikan suatu tanggapan hati kepada Allah. Penyembahan melibatkan ketaatan atau penundukkan diri.. Dalam penyembahan ada kasih…yang mengasihi Allah (2005: 29).

Musik dapat membantu proses ibadah karena bersifat ekspresif daripada berbicara. Dengan musik segala perasaan dapat disampaikan dengan intensitas yang lebih tinggi dan diekspressikan melalui nada-nada, tempo dan irama.

Buku Ende adalah buku yang berisi lagu pujian untuk menyembah Tuhan Allah. Buku Ende ini disebut juga Buku Logu. Buku Ende ini berisikan lagu-lagu pujian yang ditulis dalam bahasa Batak. Di dalam Buku Ende, teks lagu atau syair lagu lebih diutamakan daripada melodinya, sehingga dalam satu lagu pujian bisa terdiri dari beberapa ayat sementara melodinya tetap sama (disebut bentuk strophic).

Buku Ende HKBP pada awalnya terdiri dari 373 buah lagu. Kemudian ditambah lagi dengan 183 buah lagu yang disebut dengan Ende taringot tu Haluaon na gok sehingga jumlahnya menjadi 556 buah lagu. Semua lagu ini disusun berdasarkan tema lagu dan dikelompokkan menjadi 39 bagian lagu yang disebut dengan bagian ni angka ende.

Buku Ende kemudian berkembang sehingga lagu-lagu pujian di dalamnya bertambah jumlahnya. Tim Buku Ende Suplemen mengumpulkan lagu-lagu pujian yang sudah biasa dinyanyikan oleh Parende Ama (Paduan Suara Bapak-bapak), Parende Ina (Paduan Suara Ibu-ibu), Parende Naposobulung (Paduan Suara Muda-mudi) dan Parsingkola Minggu (Anak-anak sekolah minggu) yang dianggap sesuai dinyanyikan oleh jemaat di gereja. Lagu yang dikumpulkan terdiri dari 308 buah lagu pujian. Lagu-lagu pujian ini kemudian disusun dalam Buku Ende “Sangap di Jahowa”. Lagu-lagu Suplemen tersebut kemudian disatukan dalam Buku Ende sebelumnya dan disebutlah buku ende itu menjadi Buku Ende HKBP: Marhaluaon Na Gok dohot Sangap di Jahowa.

II. METODOLOGI PENELITIANMetode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kwalitatif

yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati (Moleong 2007: 3). Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara lengkap, faktual dan teliti mengenai fakta-fakta, sifat hubungan dan hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nasir 1999: 63). Metode ini akan mendasari penelitian ini khususnya di dalam pengumpulan data maupun penganalisaan data.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, skripsi, agenda gereja, majalah atau

1102_____________ISSN 0853-0203

Page 4: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

buletin yang berkaitan dengan lagu-lagu Buku Ende HKBP dan jemaat HKBP di Medan. Data primer diperoleh dari narasumber dengan teknik wawancara kepada Penatua Gereja dan pengamatan secara langsung dalam kebaktian gereja pada hari minggu di beberapa Gereja HKBP di kota Medan.

Metode Analisis Data yang pertama dilakukan adalah seleksi data untuk memilih dan merangkum data sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang lagu-lagu pujian Buku Ende HKBP. Kemudian dilakukan pengklasifikasian data untuk menyususn data dan pembagiannya. Selanjutnya data diuraikan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan terperinci tentang data khususnya yang relevan dengan fokus penelitian. Setelah itu, dilakukan interpretasi data untuk mencari hubungan antara fakta-fakta yang ditemukan dan memberikan pemahaman yang jelas tentang faktor-faktor yang menjelaskan usaha memperbaiki cara menyanyikan lagu-lagu pujian Buku Ende dalam kebaktian hari Minggu pada Gereja HKBP di Medan. Langkah akhir adalah menyimpulkan hasil analisis secara ringkas dan padat tentang apa yang ditemukan dalam penelitian ini.

III. HASIL DAN PEMBAHASANMusik merupakan media untuk menyampaikan sesuatu hal. Dalam ibadah

Kristiani ada dua hal yang penting yaitu 1) pujian dan penyembahan; 2) pelayanan firman. Musik dan pujian sudah menjadi syarat mutlak. Hal ini dikarenakan kekristenan meyakini bahwa Allah bertakhta di atas pujian umat-Nya. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 66: 17, “Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidah-lidahku aku menyanyikan pujian.” Selanjutnya dalam Efesus 5: 19 ditulis demikian: “…dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam Mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.”

Dalam Alkitab jelas tertulis orang-orang memuji Tuhan dan mengucap syukur kepada-Nya. Tuhan menekankan pentingnya penyembahan, puji-pujian dan ucapan syukur. Sebabya bukan karena Ia pribadi egois yang mementingkan diri sendiri, tetapi karena Ia menghendaki yang terbaik bagi kepentingan kita. Puji-pujian dan ucapan syukur dapat menolong kita mengatasi pandangan hidup yang terpusat kepada diri sendiri menjadi pandangan hidup yang terpusat kepada Tuhan Yesus.

Oleh karena itu, puji-pujian akan mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Kalau kita mengabaikan puji-pujian dan pengucapan syukur, kita merugikan diri sendiri. Karena kedua hal itu ibarat vitamin yang akan membangkitkan sukacita dan gairah rohani kita. Di samping memberi pengaruh positif pada kehidupan batiniah, puji-pujian membuka jalan bagi Tuhan untuk melimpahkan berkat jasmaniah. Pada gilirannya, ini akan menggerakkan kita untuk memuji-Nya lagi (Warren 2004: 6).

Warren (2004: 128) lagi menjelaskan bahwa puji-pujian dan pengucapan syukur tidak membebaskan kita dari berbagai persoalan dan ketegangan atau tekanan. Namun, kalau kita memadukannya dengan doa yang tulus, maka puji-

1103_____________ISSN 0853-0203

Page 5: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

pujian dan pengucapan syukur akan mengurangi tekanan yang kita alami. Kedua hal itu dapat menolong kita mengurangi ketegangan yang diakibatkan oleh sikap kita sendiri. Puji-pujian dan pengucapan syukur memberi peluang kepada keajaiban kuasa Allah untuk menyalurkan damai sejahtera ke dalam hati kita. Lebih dari itu, puji-pujian dan pengucapan syukur juga memberi kita kekuatan baru.

Puji-pujian meredakan rasa kecewa yang disebabkan orang lain tidak mau menyesuaikan diri dengan keadaan kita. Puji-pujian juga menyelaraskan kita dengan hikmat Allah sehingga kita mengetahui kapan harus bertindak dengan bijaksana dan dengan kasih atau kapan harus berdiam diri serta mempercayakan semuanya kepada kebijaksanaan Tuhan. Oleh karena itu menyanyikan lagu-lagu pujian hendaknya dinyanyikan dengan benar sehingga Allah menyukainya.

3.1. Problematika Cara Menyanyikan Lagu PujianNyanyian atau lagu pujian dalam Gereja HKBP sangat erat hubungannya

dengan pembacaan ayat-ayat Alkitab yang disesuaikan dengan tema Minggu. Pada umumnya nyanyian jemaat bersumber dari Buku Ende. Hingga saat ini, Buku Ende merupakan sumber utama yang masih tetap dipakai dalam kebaktian Minggu. Selain dari Buku Ende, ada kalanya diambil dari buku Kidung Jemaat.

Dalam kebaktian gereja, dari awal sampai akhir kebaktian, menyanyikan lagu pujian merupakan kegiatan yang penting dilakukan oleh jemaat, sintua, guru jemaat, pendeta dan juga pengiring lagu. Bernyanyi bersama dalam kebaktian minggu dinyanyikan dalam bentuk unisono atau satu suara. Walau sifatnya satu suara tetapi lagu pujian harus dinyanyikan dengan indah, semangat dan tegas.

Namun pada kenyataannya, dalam kebaktian minggu yang penulis amati di beberapa gereja HKBP di kota Medan, masih terdapat problematika atau kesalahan-kesalahan cara menyanyikan lagu-lagu pujian dari Buku Ende. Problematika tersebut misalnya sebagai berikut:

1. Jemaat bernyanyi dengan sikap badan/tubuh yang salah2. Jemaat bernyanyi dengan pengucapan atau artikulasi yang salah3. Jemaat bernyanyi dengan pernafasan dan frasering/pemenggalan kalimat

yang salah4. Jemaat kurang mampu membaca notasi lagu pujian sehingga salah

menyanyikan nada, melodi dan ritem serta tanda legato. Nada yang seharusnya empat ketuk tapi dinyanyikan menjadi dua atau satu ketuk. Dua ketuk dinyanyikan menjadi satu ketuk. Ketukan 6/8 dinyanyikan menjadi 5 ketukan. Kebanyakan jemaat hanya mengandalkan hafalan melodi dan irama nyanyian.

5. Jemaat bernyanyi dengan tempo dan ritem yang salah sehingga lagu diseret-seret dan kurang penghayatan. Tempo lagu yang cepat seringkali dinyanyikan dengan tempo lambat.

6. Jemaat bernyanyi dengan tempo lagu lebih lambat dari suara organ sehingga terdengar kejar-kejaran dan akhirnya pemain organ mengikuti

1104_____________ISSN 0853-0203

Page 6: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

tempo jemaat. Organis kurang mampu mempengaruhi jemaat mengikuti tempo yang sebenarnya tetapi cenderung mengikuti tempo yang melambat. Namun demikian, kadang-kadang ada organis yang tetap bertahan dengan tempo yang sebenarnya.

7. Jemaat kurang memperhatikan atau tidak dapat mengikuti suara organ pada saat kebaktian minggu berlangsung.

8. Jemaat kurang perduli terhadap musik pengiring padahal pemain organ berkualitas. Walaupun organis memainkan irama dan tempo lagu dengan benar, jemaat kadang tidak mengikutinya.

9. Jemaat pada saat memulai lagu kadang-kadang tidak serempak dengan organ, walaupun lama kelamaan jemaat menyesuaikan diri dengan irama suara organ maupun song leaders.

10. Jemaat bernyanyi dengan vibrato yang berlebihan.

3.1.1. Sikap Badan/TubuhDalam kebaktian minggu di gereja HKBP, semua jemaat duduk kecuali

penetua gereja yang sedang bertugas atau pendeta yang sedang berkhotbah. Jemaat duduk untuk mendengar khotbah dan juga bernyanyi, walaupun di bagian tertentu jemaat diundang berdiri untuk berdoa dan bernyanyi misalnya menyanyikan lagu di antara bagian responsoria dan lagu Haleluya. Ketika duduk, sikap badan/tubuh jemaat bermacam-macam: ada yang duduk tegak, sedikit yang duduk agak tegak, dan mayoritas duduk dengan sikap badan yang nampak seperti santai dan bermalas-malasan. Untuk menyanyikan lagu-lagu pujian, sikap badan agak tegak dan duduk seperti bermalas-malasan ini akan sangat mempengaruhi hasil suara yang dikeluarkan ketika bernyanyi.

Satu contoh adalah lagu nomor urut 48. Ria Ma Hita Sasude, Logu No 16, dengan teks sebagai berikut:

Riama ma hita sasude, Mamuji Debata Girgir ma parendenta be , Ai ido na tama Ai ido na tamaKetika menyanyikan lagu tersebut, jika dinyanyikan dengan sikap badan

yang tegak, lagu itu dapat dinyanyikan dengan baik sehingga makna lagu pujian ini akan jelas terdengar. Inti lagu ini mengajak jemaat agar memuji Allah dengan hati yang gembira. Duduk bernyanyi dengan sikap badan yang bermalas-malasan sudah tentu tidak dapat menyanyikan lagu ini dengan gembira. Sikap duduk yang bermalas-malasan tidak dapat memproduksi suara dengan baik, karena suara tidak akan keluar dengan benar justru suara akan tertahan karena kepala tenggelam di dalam dada atau sangat dekat dengan dada. Walaupun kita mempunyai suara yang bagus, tetapi ketika bernyanyi posisi atau sikap badan salah, suara tidak akan dapat diproduksi dengan baik.

Pada prinsipnya, bukan hanya menyanyikan lagu gembira memerlukan sikap badan tegak, tetapi menyanyikan semua lagu pujian di kebaktian minggu harus duduk dengan sikap badan yang tegak untuk menghasilkan suara yang baik.

1105_____________ISSN 0853-0203

Page 7: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

3.1.2. Pernafasan dan Pemenggalan KalimatPernafasan merupakan unsur utama dalam bernyanyi. Dengan pernafasan

yang baik dan teratur, lagu pujian dapat dinyanyikan dengan benar. Sistem pernafasan dalam bernyanyi adalah sistem pernafasan diafragma. Diafragma merupakan sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut yang berfungsi sebagai pengatur pernafasan. Sistem pernafasan diafragma adalah ketika bernyanyi menghirup udara, dapat menimbulkan gejala baik pada perut dan terutama sisi-sisi tubuh mengembang keluar. Dengan mengembangnya perut dan sisi-sisi tubuh tersebut, menunjukkan berkembangnya secara maksimal sekat rongga badan yang disebabkan paru-paru dapat terisi udara dengan sempurna di seluruh rongga.

Dalam sistem pernafasan ini, saat menghirup udara, diusahakan untuk menghirup udara dengan penuh dan dalam persiapan waktu yang cukup memadai. Saat menahan nafas, diusahakan udara tersebut berada dalam paru-paru untuk waktu yang cukup. Usahakan agar udara tersebut keluar sehemat mungkin dan pusatkan pengaturan udara sebagai penggetar pita suara secara efektif.

Dengan pernafasan yang baik dan teratur, pemenggalan kalimat atau frasering akan dapat dilakukan dengan benar. Pemenggalan kalimat merupakan bagian dari teknik ekspressi. Satu lagu pujian jika dinyanyikan dengan frasering yang benar, maka kita dapat mengekspressikan lagu dengan baik.

Suatu lagu pujian terdiri dari beberapa frasa, dan setiap satu frasa dinyanyikan, kita dapat mengambil nafas sehingga untuk menyanyikan frasa berikutnya kita tidak merasa kehabisan nafas. Misalnya untuk menyanyikan lagu pujian Ria Ma Hita Sasude, Logu No 16, dalam notasi tertulis untuk mengambil nafas hanya empat (4) kali namun mayoritas jemaat mengambil nafas dengan sesuka hati. Untuk jelasnya lihat cara mengambil nafas dan pemenggalan kalimat lagu pujian tersebut di bawah ini.

48. Logu No 16: Ria Ma Hita SasudeF = 1 Birama 4/4Notasinya 1 | 5 5 5 5 | 6 5 4 3’ 2 | 3 5 6 4* | 5’ 3 5 5 | Ri a ma hi ta sa su de, ma mu ji De ba ta, Gir gir ma | 5 3 4 5 3 | 2’ 5 4 3 | 2 2 1 2 3 4 | 5’ 3 4 3 | 2 2 1 || par en den ta be, ai i do na ta ma ai i do na ta ma

Cara pemenggalan kalimat atau frasering-nya adalah sebagai berikut: setelah selesai menyanyikan Ria ma hita sasude, kita mengambil nafas, baru menyanyikan mamuji Debata. Demikian dengan frasa berikutnya, selesai menyanyikan Girgir ma parendenta be mengambil nafas baru menyanyikan Ai ido na tama, mengambil nafas lagi dan dilanjutkan Ai ido na tama.

Kesalahan lain untuk menyanyikan lagu ini juga sering ada nada sambung yang seharusnya hanya untuk mengambil nafas tapi nada ditahan sampai tiga

1106_____________ISSN 0853-0203

Page 8: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

ketuk yaitu pada kata Debata. Selain itu pada kata Debata itu notasinya juga berubah menjadi : ___ 6 5 4* | 5 . . yang seharusnya 6 4* | 5’ De ba ta De ba ta

3.1.3. Pengucapan dan PenjiwaanDalam bernyanyi, teknik pengucapan disebut dengan istilah artikulasi.

Artikulasi yang baik dan jelas akan memberi pengertian dan makna yang jelas bagi pendengar. Lagu pujian jika dinyanyikan dengan artikulasi yang baik akan merupakan dupa yang harum bagi Allah. Setiap kata harus dinyanyikan dengan artikulasi yang jelas sehingga memberi makna yang jelas. Dengan artikulasi yang baik, lagu dapat dinyanyikan dengan penuh penjiwaan. Kalau lagu pujian dinyanyikan dengan artikulasi yang salah, dapat merubah makna atau maksud lagu dan penjiwaan lagu sudah pasti kurang tepat.

Misalnya lagu nomor urut 182. Haholongan na badia/Tu joloM o Debatangku, Logu No. 24, kata tu harus dinyanyikan dengan ucapan tu yang jelas, bukan menjadi cu atau ju yang mungkin terpengaruh dengan kata berikutnya yaitu joloM yang diawali huruf j. Contoh lain adalah lagu Riama ma hita sasude. Menyanyikan ma harus diucapkan dengan jelas ma, bukan menjadi me. Dengan pengucapan/artikulasi yang benar, secara otomatis lagu pujian dapat dinyanyikan dengan penuh penjiwaan.

3.1.4. Notasi dan Tempo Lagu PujianJemaat banyak yang tidak dapat membaca notasi demikian juga penetua

gereja dan pendeta. Kelemahan ini mengakibatkan lagu-lagu pujian tidak dinyanyikan dengan semestinya. Banyak lagu pujian dinyanyikan dengan notasi dan tempo yang salah. Tempo lagu seharusnya cepat tapi sering dinyanyikan dengan tempo lambat sehingga jiwa atau spirit lagu menjadi hilang. Berikut ini penulis memberi beberapa contoh lagu untuk menunjukkan kesalahan jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian.

15. Lagu No 103. Aut Na Saribu Hali GandaF = 1 Birama 4/4Notasinya | 0 5 3 5 | 6 5 4 3 | 2 . 1’ 3 | 2 1 2 3 | 4 3 2 . : || Aut na sa ri bu ha li gan da, sa ri ngar ni so a rang ki, Naeng na sa go go ba he non ku, ma mu De ba tan ta i,

| 0 2 2 2 | 3 5 5 4* | 5 . 0 5 | 3 1 6 4 | 3 2 1 . || Pa bo a las ni ro hang ki hi nor hon ni panbaen Na i

1107_____________ISSN 0853-0203

Page 9: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

Dinyanyikan | 0 5 3 5 | 6 5 4 3 | 2 . 1 . 3 | 2 1 2 3 | 4 3 2 . : || Aut na sa ri bu ha li gan da, sa ri ngar ni so a rang ki, Naeng na sa go go ba he non ku, ma mu De ba tan ta i,

| 0 2 2 2 | 3 5 5 4* | 5 . 0 5 | 3 1 6 4 | 3 2 1 . || Pa bo a las ni ro hang ki hi nor hon ni panbaen Na i

Lagu pujian Aut na Saribu Hali Ganda ini temponya cepat tetapi jemaat menyanyikannya dengan lambat sehingga semangat atau spirit dari lagu ini menjadi hilang. Dari teksnya sudah jelas berisi kegembiraan hati untuk memuji Tuhan atas berkat yang diberikanNya namun jemaat tetap menyanyikannya dengan tempo lambat. Selain tempo yang salah, kesalahan lain terdapat pada kata ganda dan non-ku, yang seharusnya pada akhir kata itu mengambil nafas tapi dinyanyikan dengan memperpanjang nada sehingga pada birama itu seharusnya 4 ketuk tapi berubah menjadi 5 ketuk; seperti berikut ini. | 2 . 1 . 3 | yang seharusnya | 2 . 1’ 3 | gan da sa gan da sa non ku ma non ku ma

Contoh lain adalah lagu Sonang ni Borngin na i. Jemaat menyanyikan lagu tersebut dengan tempo yang lambat dan nilai nada yang salah. Lagu ini seharusnya dinyanyikan dengan irama walz. Karena dinyanyikan dengan lambat, dan tanda ambil nafas dinyanyikan dengan menahan nada satu ketuk sehingga lagu ini yang seharusnya dinyanyikan dengan ketukan 6/8 berubah menjadi 6/4, dengan catatan bahwa pada birama terakhir jemaat hanya menyanyikan 3 ketuk tapi pemain organ memainkan 6 ketuk perdelapan.

Pada lagu Na Lao do Biru-biru i, jemaat juga menyanyikan dengan salah, karena banyak nada yang seharusnya dinyanyikan dua ketuk tapi dinyanyikan menjadi satu ketuk; yang satu ketuk dinyanyikan menjadi setengah ketuk. Selain itu, tanda mengambil nafas di akhir frasa dinyanyikan dengan memperpanjang nada. Kemudian ada juga nada yang dihilangkan yaitu nada 7 dari kata hosa. Dengan perubahan ketukan, birama 4/4 berobah menjadi 2/4.

Lagu lain adalah lagu Hatuaon do. Jemaat menyanyikan lagu tersebut dengan notasi yang salah. Lagu ini seharusnya dinyanyikan dengan ketukan 4/4 namun jemaat menyanyikannya dengan ketukan 2/4. Pada lagu Jesus hami ro dison jemaat juga menyanyikannya dengan ritem yang salah. Tanda mengambil nafas ( ‘ ) pada kata Tuhan ta menjadi memperpanjang nilai nada ( 5’ menjadi 5 . ); empat ketuk menjadi dua ketuk (nada 1 . . . menjadi 1 . ); ketukan setengah menjadi satu ketuk ( . 7 menjadi 7 dan . 5 menjadi 5 ).

Selain itu, lagu Nunga Talu Hamatean jemaat juga menyanyikannya dengan ritem yang salah. Setiap not perenambelas dinyanyikan menjadi not perdelapan. Pada lagu Dung Tuhan Jesus juga dinyanyikan dengan ketukan notasi yang salah. Ketukan lagu Dung Tuhan Jesus adalah 9/8, namun jemaat menyanyikannya dengan ketukan berubah yaitu menjadi 4/4. Sudah tentu ini

1108_____________ISSN 0853-0203

Page 10: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

merupakan kesalahan yang sangat fatal. Walaupun pemain organ sudah memainkannya sesuai dengan notasi yang tertulis dan tempo yang benar, namun jemaat tidak mengikutinya. Jemaat bernyanyi hanya mengikuti kata hatinya sedangkan pemain organ ada yang mau mengikuti kesalahan jemaat tetapi ada juga yang tetap bertahan dengan cara memainkan notasi dan tempo yang benar.

Pada saat memulai lagu, kadang-kadang jemaat tidak serempak dengan suara organ, walaupun lama kelamaan jemaat menyesuaikan diri dengan irama suara organ maupun song leaders. Selain itu, jemaat sering melakukan kesalahan menyanyikan ritem dan nilai nada karena dalam kertas acara yang disediakan gereja tidak menuliskan melodi melainkan hanya teks lagu. Dengan adanya kertas acara dari gereja, banyak jemaat yang tidak membawa Buku Ende sehingga mereka bernyanyi hanya mengandalkan hafalan melodi dan irama nyanyian. Akibatnya jemaat menyanyikan lagu pujian dengan menghilangkan beberapa nada dan menggantikannya dengan nada lain dan terjadi penambahan nada.

Tempo lagu pujian yang dinyanyikan jemaat kadang-kadang tidak stabil sedangkan pemain organ berusaha dengan tempo stabil sehingga lagu pujian terdengar diseret-seret sehingga suasana kebaktian tidak hikmat lagi. Ada juga . tempo lagu jemaat lebih lambat dari suara organ sehingga terdengar kejar-kejaran sepanjang dua frasa dan akhirnya organis mengikuti tempo jemaat. Pemain organ kurang mampu mempengaruhi jemaat dalam hal tempo nyanyian, dan cenderung mengikuti tempo yang melambat.

3.1.5. Vibrato yang berlebihan.Vibrato adalah suara yang bergelombang. Vibrato bagus digunakan

karena lagu bisa menjadi lebih hidup. Namun vibrato yang berlebihan dapat mengubah nada dan vokal, dan vibrato yang dibuat-buat akan membuat suara bergetar dan menonjol sendiri sehingga membuat lagu pujian menjadi tidak indah. Misalnya nyanyian nomor urut 54. Logu No. 64 Sonang ni Bornginna i, jika dinyanyikan dengan vibrato yang berlebihan maka lagu ini tidak menjadi indah tetapi menjadi suara gemuruh yang bergetar-getar. Dengan demikian makna lagu ini jelas tidak tergambar ketika dinyanyikan oleh jemaat. Contoh lain adalah nyanyian nomor urut 443. Logu no. 393: Dung Tuhan Jesus. Jika lagu ini dinyanyikan dengan vibrato yang berlebihan, lagu ini benar-benar menjadi lagu yang buruk dan tidak enak didengar karena lagu ini yang seharusnya dinyanyikan dengan ringan tapi dinyanyikan dengan berat akibat vibrato yang berlebihan.

3.2. Usaha Memperbaiki Kesalahan Cara Menyanyikan Lagu PujianMelihat banyaknya kesalahan-kesalahan cara menyanyikan lagu pujian

dari Buku Ende HKBP, maka sangat perlu dilakukan usaha untuk memperbaikinya. Usaha yang telah dilakukan penetua gereja di beberapa gereja HKBP di kota Medan adalah sebagai berikut.

1. Memberdayakan anggota jemaat yang mampu memainkan organ dengan benar untuk mengiringi lagu-lagu pujian dalam kebaktian minggu. Hal ini

1109_____________ISSN 0853-0203

Page 11: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

dilakukan agar notasi dan tempo lagu-lagu pujian dapat dimainkan dengan benar.

2. Memberdayakan anggota jemaat yang mampu bernyanyi dengan baik dan benar, dengan cara membentuk song leaders dari anggota jemaat.Song leaders adalah satu kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 orang penyanyi sebagai pemandu lagu pujian di kebaktian minggu. Fungsi song leaders akan sangat membantu jemaat untuk dapat mengikuti cara menyanyikan lagu pujian dengan benar. Untuk itu, song leaders harus belajar lagu-lagu pujian bersama dengan pemain organ sebelum hari minggu. Dengan belajar bersama, di kebaktian minggu song leaders dan pemain organ dapat memandu jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian dengan benar.

3. Song leaders dan pemain organ mengajarkan lagu-lagu pujian sebelum kebaktian minggu dimulai. Hal ini akan sangat membantu jemaat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan cara menyanyikan lagu-lagu pujian.

4. Pada saat sermon (rapat penatua gereja), penatua gereja belajar lagu-lagu pujian. Hal ini juga akan sangat membantu song leaders karena orang yang sedang bertugas sebagai par-agenda (peminpin kebaktian) juga berfungsi memimpin jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian.

5. Mengajarkan lagu-lagu pujian pada acara partangiangan (kebaktian) wijk/sektor. Penatua gereja atau pengajar koor di setiap sektor dapat melakukannya dan hasilnya lebih maksimal karena jumlah anggota jemaat setiap sektor jauh lebih sedikit dibanding pada kebaktian minggu.

Semua usaha ini dilakukan penetua gereja dengan harapan problematika atau kesalahan-kesalahan cara menyanyikan lagu-lagu pujian dari Buku Ende dapat diatasi secara bertahap.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah menjelaskan uraian tentang problematika cara menyanyikan lagu-lagu pujian dari Buku Ende HKBP di gereja HKBP di Medan, maka diadakan analisa dan evaluasi antara uraian teoritis dan hasil penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat kesimpulan tentang problematika cara menyanyikan lagu-lagu pujian dari Buku Ende HKBP dan usaha penetua gereja untuk memperbaikinya dan memberikan saran-saran yang diharapkan berguna untuk pembaca dan peneliti berikutnya yang tertarik dengan topik penelitian ini.

4.1. KesimpulanDalam kebaktian minggu pada gereja-gereja HKBP, menyanyikan lagu

pujian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tata ibadah setiap minggunya. Namun ketika menyanyikan lagu-lagu pujian, mayoritas jemaat belum dapat menyanyikannya dengan benar. Jemaat masih banyak bernyanyi sesuai dengan hafalan melodi dan ritem lagu tanpa melihat bagaimana sebenarnya notasi dari setiap lagu pujian. Kelemahan membaca notasi juga menyebabkan

1110_____________ISSN 0853-0203

Page 12: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

jemaat kurang perduli dengan notasi lagu yang tertulis. Walaupun jemaat membawa Buku Ende, sebenarnya mayoritas jemaat memerlukannya hanya untuk membaca teks atau syair lagu pujian.

Sikap duduk jemaat di gereja juga mempengaruhi cara menyanyikan lagu pujian. Duduk dengan sikap badan/tubuh yang santai atau bermalas-malas sudah pasti tidak akan dapat memproduksi suara dengan baik. Selain itu, pernafasan juga akan terpengaruh sehingga dapat mengakibatkan kesalahan pemenggalan kalimat. Jemaat kurang menyadari pentingnya sikap duduk yang tegak ketika bernyanyi sehingga lagu-lagu pujian dapat dinyanyikan dengan indah dan bermakna di kebaktian minggu.

Untuk memandu menyanyikan lagu-lagu pujian, gereja-gereja HKBP di kota Medan sudah memberdayakan anggota jemaat yang mampu memainkan organ dan membentuk song leaders. Namun berdasarkan pengamatan penulis, hasilnya belum memadai. Kadang-kadang pemain organ, song leaders dan jemaat bernyanyi dengan kejar-kejaran dan terseret-seret karena jemaat tidak mampu mengikuti tempo lagu. Sebagian pemain organ dan song leaders ada yang mengalah dengan mengikuti tempo lagu jemaat. Namun ada juga pemain organ dan song leaders yang bertahan dengan tempo dan notasi yang sebenarnya tanpa mengikuti tempo jemaat dengan harapan jemaat akan belajar dari keadaan itu. Dengan cara ini, problematika cara menyanyikan lagu pujian dari Buku Ende HKBP dapat diatasi dengan baik.

4.2 SaranBerdasarkan kesimpulan tentang problematika cara menyanyikan lagu-

lagu pujian dari Buku Ende HKBP di gereja HKBP di Medan, dapat disampaikan saran sebagai berikut.

1. Untuk memperbaiki cara menyanyikan lagu pujian dari Buku Ende HKBP, hendaknya penatua gereja harus memiliki komitmen dan konsep yang matang tentang cara mengatasi problematika yang terdapat di masing-masing gereja. Sebaiknya pengajaran lagu-lagu pujian dari Buku Ende dan Kidung Jemaat dilakukan secara rutin.

2. Untuk pembinaan pemain organ dan song leaders, sebaiknya dana yang ada di gereja dianggarkan dalam rencana belanja atau dana pengeluaran tahunan.

3. Dalam rangka pembinaan di bidang musik, pihak gereja sebaiknya bekerja sama dengan Jurusan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas HKBP Nommensen Medan.

4. Penelitian ini dilakukan hanya dalam waktu singkat di beberapa gereja HKBP di kota Medan, sehingga belum dapat disimpulkan secara menyeluruh di kota Medan. Oleh karena itu bagi yang berminat tentang topik penelitian ini, masih sangat dibutuhkan penelitian lanjutan. Banyak hal yang menarik untuk diteliti lagi misalnya tentang persepsi tempo lagu pujian yang dimainkan pemain organ dan tempo lagu yang dinyanyikan

1111_____________ISSN 0853-0203

Page 13: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

song leaders. Apakah mungkin dalam Buku Ende HKBP dapat dicantumkan kecepatan tempo dan dinamika setiap lagu sehingga di setiap gereja HKBP ada panduan yang sama bagi pemain organ, song leaders dan jemaat?

DAFTAR PUSTAKAChrist, William dan Delone Richard. 1975. Introduction to Materials and

Structure of Music. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.Kantor Pusat HKBP. 1985. Buku Ende HKBP. Rongkoman 17. Pematang Siantar:

Percetakan HKBP. _________________ 2000. Buku Ende HKBP. Rongkoman 2. Pematang Siantar:

Percetakan HKBP. __________________ 2004. Buku Ende HKBP: Mar Haluaon Na Gok dohot

Sangap di Jahowa. Cetakan I. Pematang Siantar: Percetakan HKBP. Halim, John. 2005. Pujian dan Penyembahan 24 Jam. Malang: Gandum Mas.

Handol, John ML. 2002. Nyanyian Lucifer: Ikhwal Penciptaan dan Pengaruh Musik Terhadap Kerohanian, Kesehatan Dan Kejiwaan. Yogyakarta: Andi Offset.

Hibert, Viv dan Mike. 2001. Pelayanan Musik. Yogyakarta: Andi Offset.

Hutauruk, J.R. 1993. Kemandirian Gereja: Penelitian Historis-sistematis tentang Gerakan Kemandirian Gereja di Sumatera Utara dalam kancah Pergolakan Kolonialisme dan Gerakan Kebangsaan di Indonesia, 1899-1942. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Moleong, Lexy. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mucci, Richard dan Kate. 2002. The Healing Sound of Music. Jakarta: PT Gramedia. Myers, Ruth dan Warrwn. 2004. Pujian dan Penyembahan: Tuhan Bertakhta di Atas Puji-Pujian Umat-Nya. Bandung: Lembaga Literatur Baptis.

Nasir, Mohd. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.Pusat Musik Liturgi Yogyakarta, 2000. Membina Paduan Suara. Yogyakarta:

Pusat Musik Liturgi..Saragih, Winnardo. 2008. Misi Musik: Menyembah Atau Menghujat Allah?

Yogyakarta: Andi Offset.

1112_____________ISSN 0853-0203

Page 14: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Emmi Simangunsong adalah dosen tetap pada Program Studi Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas HKBP Nommensen sejak tahun 1990. Menyelesaikan S1 bidang Etnomusikologi dari Universitas Sumatera Utara dan S2 Etnomusikologi dari University Sains Malaysia.

__ __ __ __ ___ ____ ___ ___ _ ---- __

1113_____________ISSN 0853-0203

Page 15: PROPOSAL BUKU ENDEakademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/VISI-UHN/... · Web viewDalam kebaktian setiap minggu di Gereja HKBP terdapat tata ibadah yang telah diatur urutan-urutannya.Tata

VISI (2012) 20 (3) 1100-1112

1114_____________ISSN 0853-0203