Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERJEMAHAN PUISI-PUISI NASIONALISME
KARYA ABDUL WAHAB AL-BAYATI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora
(S. Hum)
Oleh:
Khusnul Ma’arif
NIM: 11150240000020
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
ABSTRAK
Khusnul Ma‟arif, 11150240000020 “Penerjemahan
Puisi-Puisi Nasionalisme Karya Abdul Wahab Al-Bayati”.
Skirpsi Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk menghadirkan
penerjemahan adaptasi terhadap empat antologi puisi karya
Abdul Wahab al-Bayati dengan tema nasionalisme, yaitu al-
Majdu li al-`Atfâl wa al-Zaitûn, Alladzî Ya`tî wa lâ ya‘tî, Abârîq
Muhassyamah, dan Kitâb al-Bahr. Proses penerjemahan puisi
melalui identifikasi pemarkah budaya bahasa sumber (BSu) pada
tataran kata dan frasa, kemudian dituliskan dalam kartu data dan
diklasifikasikan berdasarkan kategori. Kemudian pemarkah
budaya tersebut dipadankan dengan pemarkah budaya dalam
bahasa sasaran (BSa).
Hasil penelitian ini mengungkapkan dua hal terkait penerjemahan
adaptasi puisi Abdul Wahab al-Bayati. Pertama, metode
penerjemahan adaptasi sangat efektif diterapkan dalam teks
sastra. Kedua, penerjemahan menggunakan strategi domestikasi
budaya (domestication) sangat memudahkan pembaca karena
pemarkah budaya BSu dipadankan dengan pemarkah budaya BSa
sedekat mungkin sehingga mempunyai tingkat keterbacaan yang
tinggi, serta penggunaan bahasa asing (foreignization) yang
membantu pembaca menemukan wawasan baru terkait pemarkah
budaya dalam BSu ketika membaca teks terjemahan. Hasil
penelitian ini juga menemukan pemarkah budaya yang terdiri dari
kata dan frasa serta terklasifikasi dalam 19 kategori ekologi, 17
kategori budaya materi dan teknologi, 9 kategori organisasi
sosial, dan 10 kategori pola mitos.
Kata kunci: Penerjemahan adaptasi, pemarkah budaya,
domestication dan foreignization.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Swt. yang telah
memberikan kenikmatan yang tak terhingga dan senantiasa
mencurahkan kasih sayang-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini. Salawat beriring salam senantiasa
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. sang
pemberi syafaat bagi umat yang senantiasa bersalawat kepadanya
dan memberi suri tauladan kepada umatnya.
Adapun tujuan penelitian ini diajukan untuk memenuhi
syarat mendapatkan gelar di Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Berbagai hambatan dalam
penyusunan skripsi ini telah peneliti lalui. Tentunya semua itu
tidak akan mudah tercapai tanpa ada do‟a dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti ucapkan terima kasih tak
terhingga kepada
1. Saiful Umam, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Darsita Suparno, M.Hum dan Dr. Ulil Abshar,
M.Hum, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Tarjamah,
serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Tarjamah yang
telah memberikan banyak masukan, bimbingan, semangat,
serta motivasi bagi peneliti.
3. Dr. Rizqi Handayani, M.A, selaku Dosen Pembimbing
skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk
viii
memberikan bimbingan, nasihat, pengetahuan, serta
teman diskusi yang sangat bermanfaat bagi peneliti.
4. Prof. Dr. Achmad Satori, M.A, selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan arahan kepada peneliti
selama menjadi mahasiswa.
5. Dr. Ulil Abshar, M.Hum, selaku penguji 1 dan Dr.
Zamzam Nurhuda, M.Hum, selaku penguji 2 yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan berbagai arahan
terhadap penelitian ini.
6. Orang tua tercinta Bapak Sumarno dan Ibu Siti Jamilatun
yang selalu memberikan do‟a dan dukungan kepada
peneliti sehingga peneliti sampai di titik ini. kakak Taufiq
Masykur dan adik Dzawil Abshor yang selalu menghibur
peneliti. Serta segenap keluarga yang telah yang
mendoakan dan tak henti memberikan semangat pada
peneliti.
7. Para sahabat yang selalu hangat mendampingi peneliti dan
senatiasa memberikan dukungan Andhika Tiara,
Khairunnisa, Lisa Aminatus S, Dede Laila, dan Rosa
Amalia.
8. keluarga besar Tarjamah 2015, keluarga besar Asrama
Rumah 71, serta teman-teman Pesantren Luhur
Sabilussalam 2015 dan keluarga IKANUHA Jakarta
sebagai keluarga di tanah rantau yang juga selalu memberi
dukungan kepada peneliti.
Semoga ketulusan, kebaikan yang telah dicurahkan
kepada peneliti selama ini dibalas oleh Allah Swt. Peneliti
ix
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
di manapun berada, khususnya bagi peneliti serta orang-orang
yang bergelut di bidang penerjemahan.
Ciputat, September 2019
Khusnul Ma‟arif
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah..................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .......................................................... 6
F. Metodologi Penelitian .................................................. 9
1. Metode Penelitian .................................................. 9
2. Fokus Penelitian ..................................................... 9
3. Sumber data ....................................................... 9
4. Teknik Pengumpulan Data .................................. 10
5. Teknik Analisis Data ......................................... 12
6. Teknik Penulisan .................................................. 13
G. Sistematika Penulisan ................................................ 14
BAB II SYI’IR HURR DAN PENERJEMAHAN ADAPTASI
A. Syi’r Hurr: Definisi dan Aliran-alirannya .............. 16
xi
1. Definisi ............................................................... 16
2. Aliran-aliran dalam Puisi Modern ..................... 20
B. Nasionalisme dalam Puisi Hurr ............................. 22
C. Penerjemahan Teks Sastra ...................................... 25
D. Metode Adaptasi .................................................... 28
E. Metode Semantik.................................................... 31
1. Pemarkah Budaya ............................................... 32
2. Kategori Pemarkah Budaya ................................ 33
F. Strategi Adaptasi/Kultural ...................................... 35
1. Domestikasi Budaya (domestication) ................. 36
2. Penggunaan Bahasa Asing (foreignization) ....... 38
3. Penghilangan (zero translation) ......................... 40
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PUISI-PUISI
NASIONALISME ABDUL WAHHAB AL-BAYATI
A. Antologi Puisi-Puisi Nasionalisme Abdul Wahhab
al-Bayati ................................................................ 43
1. al-Majdu li al-`Atfâl wa al-Zaitûn .................... 43
2. Alladzi Ya`ti wa lâ ya‘ti .................................... 44
3. Abârîq Muhassyamah ....................................... 44
4. Kitâb al-Bahr.................................................... 46
B. Sekilas Tentang Pengarang .................................... 46
1. Biografi Abdul Wahhab al-Bayati.................... 47
2. Karya Abdul Wahhab al-Bayati ....................... 51
xii
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN AKADEMIK
PENERJEMAHAN PUISI-PUISI NASIONALISME
ABDUL WAHHAB AL-BAYATI
A. Pengantar ................................................................ 53
B. Pertanggungjawaban Penerjemah .......................... 57
1. Domestikasi Budaya (domestication) ................ 57
2. Penggunaan Bahasa Asing (foreignization) ...... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 95
B. Saran ........................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................... 105
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Serigala ........................................................ 59
Gambar 2 : Anjing hutan ................................................ 59
Gambar 3 : Skylark ......................................................... 62
Gambar 4 : Burung branjangan ...................................... 62
Gambar 5 : Burung dara ................................................. 54
Gambar 6 : Goldfinch ..................................................... 66
Gambar 7 : Burung kenari .............................................. 66
Gambar 8 : Burung bulbul .............................................. 69
Gambar 9 : Burung kutilang ........................................... 69
Gambar 10: Mantel .......................................................... 71
Gambar 11: Jilbab ........................................................... 73
Gambar 12: Sarung dalam konsep BSa ........................... 87
Gambar 13: Sarung dalam konsep BSu ........................... 87
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu tulisan ke
dalam aksara lain. Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin.
Transliterasi yang peneliti gunakan dalam penelitian skripsi
ini merujuk pada pedoman transliterasi pada Keputusan Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017
Tentang “Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut daftar aksara
Arab dan padanannya dalam aksara latin:
A. Konsonan
Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
xv
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
D de dengan garis di bawah ض
Ṯ te dengan garis dibawah ط
Z zet dengan garis bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof ` ء
Y Ye ي
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa
Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan
vokal rangkaf atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan
alih aksaranya adalah sebagai berikut:
xvi
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U Dammah
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya
adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
Ai a dan i ي
Au a dan u و
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang
dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan
huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
Ȃ a dengan topi di atas ا
Ȋ i dengan topi di atas ي
xvii
Ȗ u dengan topi di atas و
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab
dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan
menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân
bukan ad- dîwân.
E. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan
Arab dilambangkan dengan tanda (), dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan
huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu
terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya kata “الضرورة” tidak ditulis ad-darûrah
melainkan al-darûrah. Demikian seterusnya.
F. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta
marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta
marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh
2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata
benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
xviii
huruf /t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
No. Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah طريقة 1
al-jâmi‟ah al-islâmiyyah الجامعة الإسلامية 2
Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
G. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga
digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku
dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa
Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat,
huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-
lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh
kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Al-
Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga
dapat diterapkan dalamalih aksara ini, misalnya ketentuan
mengenai huruf cetak miringn (italic) atau cetak tebal
(bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan
cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya.
Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penelitian nama, untuk nama-nama
xix
tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan
tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari
bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri,
tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
H. Cara Penelitian Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism),
maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah
beberapa contoh alih aksara atas kalimat- kalimat dalam
bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan
di atas:
Kata Arab Alih Aksara
Dau'u al-Misbâh ضوء المصباح
A‟lamu bi al-Sawâb أعلم بالصواب
Fî al-Jâmi‟ah الجامعةفي
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Puisi merupakan karya sastra yang memberikan sumbangsih
besar dalam masyarakat karena berfungsi sebagai refleksi atau
cerminan kondisi masyarakat pada waktu karya sastra tersebut
diciptakan.1 Desakan zaman dan situasi kehidupan sangat
memengaruhi gambaran masyarakat dalam karya sastra yang
disampaikan oleh penyair.2 Tema puisi sendiri sering kali diangkat
sebagai representasi sikap sosial suatu kelompok tertentu.3 Senada
dengan hal tersebut, Plato dalam Faruk menyatakan bahwa dunia
dalam karya sastra merupakan tiruan terhadap dunia kenyataan
yang sebenarnya juga merupakan tiruan dunia ide.4
Pada konteks ini penerjemahan berperan penting sebagai
media transfer wawasan dan informasi terbaik. Puisi sebagai karya
imajinatif menampilkan berbagai problematika kemanusiaan serta
interaksi lingkungan yang dimunculkan oleh pengarang sebagai
model kehidupan yang diidealkan sebagai sarana untuk
mengetahui dan memahami keadaan sosial dan budaya suatu
1 Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 5. 2 Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, h. 5; lihat juga Warsiman,
Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis (Malang: Universitas
Brawijaya Press, 2016), h. 19. 3 Juwati, Sastra Lisan Bumi Silampari: Teori, Metode, dan
Penerapannya (Sleman: Penerbit Deepublish, 2018), h. 142. 4 Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, h. 47; lihat juga Partini Sardjono
Pradotokusumo, Pengkajian Sastra (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 5.
2
masyarakat. Artinya, pemahaman antarbudaya dapat dilakukan
lewat karya sastra.5 Dalam hal ini terjemahan sebagai produk yang
memapankan nilai-nilai puisi di tengah masyarakat, menyebarkan
gagasan, kebudayaan, serta informasi-informasi baru.6
Menurut Newmark dalam Sayogi “reading the meaning of a
text into another language in the way that the author intenced the
text” dalam proses mengalihkan bahasa, penerjemah diberi
kebebasan dalam penguasaan teks.7 Dengan kata lain, kebebasan
tersebut merupakan peleburan antara pengalaman penerjemah dan
teks yang dihadapinya sehingga muncul gaya selingkung
penerjemah yang khas.8 Kebebasan penerjemah dalam konteks
upaya penerjemahan teks sastra tentu saja sangat terbatasi oleh
keberterimaan dan kesepadanan.9
Berkenaan dengan penerjemahan puisi, Benny Hoed
mengungkapkan bahwa penerjemahan jenis teks sastra merupakan
suatu seni yang tidak hanya sebagai proses pengalihan pesan,
melainkan juga sebagai penciptaan.10 Saat ini penerjemahan puisi
Arab memang tengah mengalami degradasi. Hal ini karena
5 Burhan Nurgiyantoro, “Sastra sebagai Pemahaman antarbudaya”,
Jurnal Cakrawala Pendidikan, No. 1, November 1995, h. 3. 6 Rini Heriwati, Strategi Penerjemahan Metafora Bahasa Inggris ke
dalam Bahasa Indonesia dalam Novel Life of Pi (Tesis S2 Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Semarang, 2018), h. 13. 7 Frans Sayogi, Teori dan Praktik Penerjemahan Inggris-Indonesia
(Jakarta, Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008), h. 7. 8 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer (Pamulang: Alkitabah, 2014), h. 31. 9 Emzir, Teori dan Pengajaran Penerjemahan (Depok: Raja Grasindo
Persada, 2015), h. 14. 10 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta:
Pustaka Jaya, 2006), h. 16.
3
kurangnya ketertarikan penerjemah pada puisi. Penerjemahan teks
sastra khususnya puisi harus ditingkatkan kembali sebagaimana
penerjemahan naskah non sastra pada umumnya. Sedikitnya
produksi terjemahan teks puisi memang tak dipungkiri
dikarenakan puisi yang memiliki karakteristik yang berbeda
dengan teks lain. Mengingat puisi sebagai teks estetis, sehingga
penerjemahannya juga cenderung rumit dan sulit untuk memahami
makna kata yang ada di dalamnya.11 Kesulitan penerjemahan pada
teks sastra karena aturan-aturan baku dalam teks-teks tersebut tetap
mengalami proses kanonis (mendapatkan prestis) untuk memenuhi
kebutuhan estetika atau afektif.12
Banyak metode yang bisa digunakan penerjemah dalam
proses mengalihkan bahasa. Namun, dalam konteks penerjemahan
puisi tidak semua dapat diterapkan karena pada dasarnya puisi
bersifat estetis. Artinya dalam penerjemahan puisi selain menjaga
gagasan dalam teks tersebut nilai estetika teks sumber juga terjaga
dalam bahasa sasaran. Adapun metode yang sesuai dengan tujuan
tersebut adalah metode adaptasi. Keunikan metode adaptasi
sangatlah tepat untuk diterapkan pada penerjemahan sejenis
puisi.13 Penerjemahan ini mengupayakan padanan pada pemarkah
budaya yang terdeteksi dalam dua situasi tertentu.14 Dalam
11 Akmaliyah, Teori dan Praktik Terjemah Indonesia-Arab (Depok:
Kencana, 2017), h.18. 12 Rini Heriwati, Strategi Penerjemahan Metafora Bahasa Inggris ke
dalam Bahasa Indonesia dalam Novel Life of Pi, h. 38. 13 Polce Aryanto Bessie, Metode Penelitian Linguistik Terjemahan,
h.15. 14 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer, h. 91.
4
penerjemahan adaptasi pula penerjemah akan mengembangkan
dan merepresentasikan ide dalam teks sumber.15
Sehubungan dengan hadirnya sastra sebagai realita sosial pada
masyarakat tertentu, maka puisi juga lahir dalam rangka
mengartikulasikannya. Penerjemahan puisi tentunya tidak hanya
mengalihkan bahasa, tetapi juga budaya. Banyak sekali kata-kata
yang membuat penerjemah kesulitan memadankan pemarkah
budaya dalam bahasa sasaran. Menurut Venuti setidaknya ada tiga
strategi dalam menanggulanginya. Seperti bait puisi berikut
Signifikansi penerjemahan bait-bait puisi tersebut dilakukan
secara adaptasi menggunakan strategi foreignization agar
pemarkah budaya dari bahasa sumber tidak tereduksi dalam bahasa
sasaran. Penerjemahan puisi dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia tentu saja tidaklah mudah karena adanya perbedaan
struktur bahasa dan budaya dari kedua bahasa.
Di era awal abad ke 20, isu tentang nasionalisme tengah
berkembang pesat di kalangan penyair Timur Tengah kala itu.
Abdul Wahab al-Bayati sebagai penyair Irak turut menyuarakan
15 Emzir, Teori dan Pengajaran Penerjemahan, h. 74.
Rembulanku yang bersedih
Lautan telah mati
dan ombaknya
yang kehitaman sirna,
Sinbad terjatuh.
قمري الحزين
البحر مات وغيبت أمواجه السوداء
قلع السندباد
5
perlawanannya terhadap kolonialisme Perancis lewat puisi-
puisinya. Karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat skripsi
dengan judul “Penerjemahan Puisi-Puisi Nasionalisme Karya
Abdul Wahab Al-Bayati”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Antologi puisi yang dikarang oleh Abdul Wahab al-Bayati
sangatlah banyak. Pada penelitian ini peneliti mengambil empat
antologi, yaitu al-Majdu li al-`Atfâl wa al-Zaitûn, Alladzî Ya`tî wa
lâ ya‘tî, Abârîq Muhassyamah, dan Kitâb al-Bahr karya Abdul
Wahab al-Bayati sebagai korpus penelitian dan diterjemahkan
menggunakan metode adaptasi dan semantik. Namun keempat
antologi tersebut masih membicarakan tema yang beragam,
sehingga dalam hal ini peneliti memfokuskan pada puisi-puisi
yang bertema nasionalisme berkenaan dengan kondisi politik di
Irak kala itu.
Peneliti merumuskan permasalahan penelitian dalam bentuk
pertanyaan sehingga mempermudah pembahasan dalam penelitian
ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana penerjemahan adaptasi terhadap puisi-puisi
nasionalisme Abdul Wahab al-Bayati ?
2. Bagaimana penerapan strategi penerjemahan adaptasi
terhadap puisi-puisi Abdul Wahab al-Bayati dengan
menggunakan metode adaptasi?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode penerjemahan
adaptasi terhadap puisi-puisi nasionalisme Abdul Wahab
al-Bayati
2. Untuk mengetahui proses penerjemahan adaptasi terhadap
puisi-puisi Abdul Wahab al-Bayati dengan metode adaptasi
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan tambahan pengetahuan tentang penerjemahan
adaptasi
2. Penelitian ini nantinya akan menambah strategi dan metode
dalam penerjemahan teks sastra khususnya teks berbahasa
Arab
Serta kontribusi penulis secara praktis diantaranya,
1. Mengembangkan penerjemahan puisi Arab sebagai
kekayaan dunia penerjemahan
E. Tinjauan Pustaka
Peneliti telah melakukan pencarian terhadap beberapa
literatur terkait yang dapat digunakan sebagai rujukan penelitian
ini. Pertama, skripsi “Metode Penerjemahan Adaptasi Cerita Anak
al-Sultan al-Manshur Karya Muhammad ‘Atiyyah al-Ibrasy” karya
Siti Fauziyyah Turrohmah, Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
skripsi tersebut, penerjemahan dilakukan menggunakan metode
adaptasi yang diterapkan dalam karya sastra cerita anak berbahasa
Arab. Sementara penelitian ini juga menggunakan strategi yang
7
sama dengan korpus yang berbeda yaitu teks sastra berupa puisi
Abdul Wahab al-Bayati berbahasa Arab.
Kedua, skripsi Hasin Abdullah “Upaya Penerjemahan
Estetis Puisi-pusi Umar Abu Risyah” Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2018. Skripsi ini mengupayakan hasil penerjemahannya
untuk menemukan unsur estetika pada teks puisi yang
diterjemahkan dengan mengedepankan diksi dan mempertahankan
rima pada teks sumber ke teks sasaran. Perbedaannya, penelitian
ini menggunakan metode adaptasi dengan korpus penelitian puisi
Abdul Wahab al-Bayati yang tergolong asy-syi’r al-hurr yang
tidak terikat prosodi, wazan dan qafiyah dengan mengedepankan
unsur pemadanan pemarkah budaya.
Ketiga adalah skripsi “Penerjemahan Metafora Antologi
Puisi Asy’ar Kharijah ‘Ala al Qanun Karya Nizar Qabbani” oleh
Salma Hafizh Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta 2018.
Penelitian tersebut mengkaji bentuk kiasan yang ada pada teks
puisi bertema feminisme yang ia terjemahkan dengan menerapkan
metode adaptasi dan strategi metafora serta pendekatan balaghah.
Sementara penelitian ini menggunakan metode penerjemahan yang
sama dengan tema yang berbeda. Pada penelitian ini penulis
mengangkat tema nasionalisme dan menggunakan strategi
penerjemahan kultural.
Keempat, adalah Jurnal Studies in English Language and
Education, Zulfadli A. Aziz 2015 “Theorical and Practical
Reviews of the Indonesian Translated ‘Harry Potter and the
Sorcerer’s Stone’ Novel”. Merupakan jurnal yang menjabarkan
8
strategi penerjemahan yang diterapkan pada penerjemahan novel
‘Harry Potter and the Sorcerer’s Stone’. Penerjemahan pada novel
tersebut sangat mempertimbangkan pemadanan kedua bahasa
menggunakan strategi penerjemahan domestikasi budaya
(domestication), penggunaan bahasa asing (foreignization), dan
pembuangan (zero translation). Perbedaan dengan penelitian ini
adalah korpus pada penelitian ini adalah puisi berbahasa Arab dan
hanya menerapkan dua strategi, yaitu domestication,
foreignization, karena kelas kata pemarkah budaya yang diambil
adalah kata dan frasa.
Kelima, jurnal linguistik Anita Rahma dkk “Analisis
Teknik Penerjemahan Adaptasi dan Varian pada Subtitle Film
Batman Versi Bahasa Jawa Mataram”. Penelitian tersebut
mengindentifikasi dan mendeskripsikan unsur kebudayaan dalam
penerjemahan adaptasi subtitle. Sementara penelitian ini
menggunakan metode yang sama dengan korpus yang berbeda
yakni objek penelitian berupa puisi.
Dari beberapa penelitian di atas, penulis menemukan beberapa
kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang
diangkat peneliti yakni terletak pada objek kajian dan tujuan
penelitian. Penelitian yang akan peneliti lakukan yakni dengan
melakukan penerjemahan puisi nasionalisme karya Abdul Wahab
al-Bayati dengan menggunakan metode adaptasi.
9
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode kualitatif. Metode
kualitatif yaitu penelitian dengan cara memahami makna
dibalik teks yang dikaji secara mendalam pada penelitian ini,
kemudian berusaha menjelaskan data deskriptif tersebut dengan
menggunakan ungkapan kata-kata secara tertulis dalam
menggambarkan sebuah data. Metodologi penelitian ini akan
membahas hal-hal sebagai berikut.
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menerjemahkan puisi-puisi
nasionalisme Abdul Wahab al-Bayati dari bahasa Arab ke
dalam Bahasa Indonesia menggunakan metode adaptasi.
3. Sumber Data
Penelitian ini merupakan studi kepustakaan atau library
research. Adapun sumber data yang digunakan diperoleh dari
berbagai literatur yang terdapat dari dua jenis sumber, yaitu:
a. Sumber primer, yaitu data utama langsung yang
digunakan oleh penulis. Dalam hal ini
kumpulan puisi dalam tema nasionalisme yang
diambil dari empat antologi puisi, yaitu al-
Majdu li al-`Atfâl wa al-Zaitûn, Alladzî Ya`tî wa
lâ ya‘tî, Abârîq Muhassyamah, dan Kitâb al-
10
Bahr, dan Kitâb al-Bahr karya Abdul Wahab
al-Bayati sebagai teks sumber.
b. Sumber sekunder, yaitu data yang
dikumpulkan penulis dalam melakukan
penelitian menurut sumber yang telah ada,
sebagai penyokong dari sumber primer yaitu
beberapa literatur seperti buku dan jurnal terkait
dengan teori penerjemahan teks sastra, dan teori
kebudayaan, kamus berbahasa Arab seperti al-
Munawwir, al-Munjid fi al-Lughah wa al-
A’lam, kamus android al-Ma’ani, serta al-
Ma’ani daring Arab-Indonesia, Arab-Inggris
dan Arab-Arab, Tesaurus, juga internet.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun langkah peneliti yang dilakukan dalam
pengumpulan data adalah:
a. Menentukan objek penelitian, yaitu kumpulan
puisi Abdul Wahab al-Bayati
b. Membaca dan memahami tema-tema puisi
Abdul Wahab al-Bayati yang terdapat dalam
keempat antologi puisinya yaitu al-Majdu li al-
`Atfâl wa al-Zaitûn, Alladzî Ya`tî wa lâ ya‘tî,
Abârîq Muhassyamah, dan Kitâb al-Bahr,
11
sekaligus memperhatikan pemarkah budaya
yang terdapat di dalam puisi tersebut
c. Mengidentifikasi pemarkah budaya yang
terdapat di dalam puisi
d. Menginventarisasi pemarkah budaya baik yang
berupa kata dan frasa
Tahap 1
Menentukan objek
penelitian
Tahap 2
Membaca dan
memahami tema
puisi
Tahap 3
Mengidentifikasi
pemarkah
budaya
Langkah 4
Menginventarisasi
pemarkah budaya
yang berupa kata
dan frasa
12
5. Teknik Analisis Data
Beberapa proses yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberikan harakat (lambang fonetik) pada objek
penelitian
b. Memulai dengan menerjemahkan puisi Abdul
Wahab al Bayati dengan penerjemahan harfiah
c. Mengklasifikasikan pemarkah budaya sesuai
dengan kategori dan kelas kata
d. Menerjemahkan puisi dengan pendekatan adaptasi
e. Memberikan padanan terjemahan
f. Menerapkan strategi penerjemahan adaptasi
g. Rekonstruksi, yaitu tahap penyusunan kembali
h. Evaluasi
disimpulkan sebagai berikut:
Memberikan lambang fonetik
Menerjemahkan secara harfiah
Klasifikasi pemarkah budaya
berdasarkan kategori
13
6. Teknik Penulisan
Secara teknis skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman
Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta berdasarkan keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini tersusun atas lima bab, yang akan diperinci
sebagai berikut:
Penerjemahan adaptasi
BSu BSa
Pemadanan konsep dan makna
Penerapan strategi adaptasi
Rekonstruksi
Evalusi
14
Bab I adalah pendahuluan. Pada bab ini penulis akan
menyajikan latar belakang penelitian, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II merupakan kerangka teori. Kerangka teori ini terdiri
dari lima sub-bab. Sub-bab yang pertama tentang syi’ir hurr dan
aliran-aliran puisi modern. Sub-bab yang kedua menguraikan
tentang nasionalisme. Adapun sub-bab yang ketiga memaparkan
tentang penerjemahan teks sastra. Sub-bab yang keempat tentang
metode adaptasi yang berisikan tentang pemarkah budaya dan
kategori pemarkah budaya. Sub-bab kelima menguraikan tentang
strategi penerjemahan kultural.
Bab III adalah pemaparan korpus penelitian, serta
penyajian biografi Abdul Wahab al Bayati sebagai sastrawan serta
beberapa karya terkait.
Bab IV berisi penyampain temuan tentang penerjemahan
adaptasi dan pertanggungjawaban akademik penerjemahan puisi-
puisi nasionalisme Abdul Wahab al Bayati
Bab V berupa penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh
pembahasan dan rekomendasi.
16
BAB II
SYI’IR HURR DAN PENERJEMAHAN ADAPTASI
A. Syi’ir Hurr: Definisi dan Aliran-alirannya
1. Definisi
Syi’ir secara bahasa berarti syair, puisi, atau sajak.16 Secara
istilah pengertian syi’ir dikutip dari asy-Sayyab yaitu ucapan atau
tulisan yang memiliki wazan atau bahr dan qafiyah (rima) serta
memiliki unsur ekspresif rasa dan imajinasi yang harus lebih
dominan dibanding prosa.17 Definisi syi’ir juga banyak
didefinisikan oleh berbagai ahli. Kalangan ahli arudh
mendefinisikan syi’ir sebagai tuturan yang terikat oleh wazan dan
qafiyah. Qudamah bin Ja’far menambahkan ‘tuturan yang
menunjukkan pada makna tertentu’. Dalam definisi yang lain, ahli
filsafat Ibnu Sina dalam asy-Sayyab mendefinisikan sy’ir sebagai
berikut:
ة على متفقة, متساوية, متكرر الشعر كلام مخيل مؤلف من أقوال ذوات إيقاعات
وزنها, متشابهة حروف الخواتيم.
Syi’ir merupakan Imajinasi penulis dari kata-kata disertai irama
yang konsisten, selaras, mengulang-ulang wazannya, serta serupa
16 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia
(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), h. 724. 17 Ahmad as-Syayyab, Usul an-Naqd al-Adabi (Kairo: Maktabah an-
Nahdah al-Misriyyah, 1964), h. 44.
17
huruf-huruf akhirnya.18 Dalam definisi yang lain, Abu Hayyan
dalam asy-Sayyab mendefinisikan sy’ir sebagai berikut:
موزون مقفى, يدل على معنى تنتخبه الشعراء من كثرة التخييل وتزويق هو كلام
الكلام
Ungkapan yang tersusun bersajak, yang menunjukkan pada makna
yang dipilih oleh penyair dari banyaknya imajinasi dan keindahan
suatu ungkapan.19 Senada dengan hal tersebut, Stedmand dalam
asy-Syayyab juga sependapat bahwa puisi sebagai ungkapan
imajinatif yang berwazan yang mengekspresikan makna estetis
dari perasaan-perasaan, gagasan dan rahasia ruhani manusia.20
Salah satu genre syi’ir Arab adalah syi’ir hurr (puisi
bebas). Syi’ir hurr berkembang setelah perang dunia II dan
mendapat pengaruh serta interaksi dari kebudayaan Barat.21
Munculnya puisi bebas merupakan suatu pola perpuisian yang
mencoba lepas dari tradisi dan konvensi perpuisian Arab lama.
Pergeseran ini umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal.22 Faktor internal yang memengaruhinya
antara lain kesadaran masyarakat dengan kondisi yang ada.
Umumnya kondisi Arab sedang mengalami perkembangan
18 Diterjemahkan secara bebas oleh peneliti 19 Diterjemahkan secara bebas oleh peneliti 20 Ahmad as-Syayyab, Usul an-Naqd al-Adabi, h. 297. 21 Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Junal
Adabiyyat Vol. X, No. 2 , Desember 2011, h. 304; Lihat juga Betty Mauli Rosa
Bustam, Sejarah Sastra Arab dari Beragam Perspektif (Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2015), h. 119. 22 Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Jurnal
Adabiyyat Vol. X, No. 2 , Desember 2011, h. 6.
18
gagasan dalam segi kehidupan politik, sosial, termasuk sastra.23
Adapun faktor eksternal dikarenakan adanya persentuhan dengan
kebudayaan bangsa lain.24
Puisi merupakan suatu genre sastra yang paling tua dan
paling kuat sebagai suatu media kesadaran estetis bangsa Arab.
Puisi bebas (asy-syi’r al-hurr) adalah puisi yang tidak terikat
prosodi gaya lama atau arudh (wazan/bahr) dan qafiyah.25 Tradisi
genre puisi membentuk konvensi yang begitu kuat yang membuat
puisi bebas mendapatkan banyak tantangan. Konvensi yang
dimaksud adalah ‘adad al-bait (jumlah bait), aqsam al-bait
(bagian-bagian bait), al-‘arudh: al wahdah al-sautiyah (kesatuan
bunyi), taf’ilah (struktur pengulangan bunyi dalam bait), dan
qafiyah (rima).26
Bentuk puisi bebas dibuat tidak mematuhi atau keluar dari
aturan baku penulisan puisi pada umumnya, seperti rima, sajak,
dan pemilihan kata.27 Dalam bentuk terjemahan, puisi bebas
mendapat ketepatan padanan dalam bahasa sasaran dengan baik.
Namun, rima dan irama cenderung diabaikan sebuah puisi. Bentuk
puisi bebas tertuang seperti puisi Abdul Wahab al-Bayati:
23 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik & Modern, h. 29. 24 Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, h. 6. 25 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik & Modern, h. 16. 26 Zuchridin Suryawinata - Sugeng Hariyanto, Translation Bahasa dan
Teori Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003),
h. 161 27 Kelasindonesia.com, Pengertian dan Contoh Puisi Bebas, diakses
pada 08 April 2019 pukul 21.26 WIB >https://www.kelasindonesia.com/ <.
19
Aku bermimpi
Diriku seorang buronan yang
melarikan diri
Di dalam hutan
Di negeri yang jauh
Anjing-anjing hutan
mengikutiku melewati padang
pasir yang kehitaman dan
berbukit
Aku bermimpi
Perpisahan merupakan
kepedihan wahai kekasihku
Diriku tanpa tanah air
Aku mati di kota yang tak
bertuan
Aku mati
Duhai kekasihku
sendiri tanpa tanah air
حلمت
أني هارب طريد
في غابة
في وطن بعيد
تتبعني الذئاب
عبر البراري السود والهضاب
حلمت
والفراق يا حبيبتي عذاب
أني بلا وطن
أموت في مدينة مجهولة
أموت
يا حبيبتي
وحدي بلا وطن
20
2. Aliran-aliran dalam Puisi Modern
Pergeseran tema-tema puisi modern terjadi secara
perlahan. Tema-tema lama tidak serta merta ditinggalkan, akan
tetapi diadaptasi dengan suasana yang baru.28 Sesuai dengan
perlawanan daerah Timur pada abad ke 20, tema puisi yang
diangkat oleh para penyair kala itu beriringan dengan suasana
nasionalisme dan persatuan dibungkus menjadi tema patriotik. Tak
hanya itu, puisi Arab modern juga terinspirasi dari tiga tokoh
revolution and conflict abad 20 yang bertransisi dan memberikan
arah puisi baru pada puisi-puisi Arab.29 Selain tema-tema
nasionalisme, para penyair kala itu juga menyuarakan Arabisme
dan Islamisme.30 Pada masa modern, perkembangan puisi Arab
dapat dibedakan menjadi tiga aliran, meskipun waktunya tidak
dapat ditentukan secara jelas. Diantara aliran tersebut yaitu:
Aliran al-Muhafidzun, merupakan aliran yang memelihara
kaidah puisi Arab sangat kuat seperti halnya keharusan
menggunakan wazan (pola) dan qafiyah (rima), jumlahnya kata
yang sangat banyak, uslubnya kuat, tema-temanya masih
mengikuti tema sebelumnya seperti madah (puji-pujian), ritsa
(ratapan), ghazal (percintaan), fakhr (membanggakan diri atau
kelompok), juga adanya perpindahan dari satu topik ke topik yang
28 Bahrudin Achmad, Sastrawan Arab Modern dalam Lintasan Sejarah
Kesusastraan Arab, h. 38. 29 Wahed Athamneh, Arabic Poetry Revolution and Conflict (Notre
Dame, Indiana: University of Notre Dame Press, 2017), h. 2. 30 Abdul Wahab al-Bayati dialih bahasakan oleh Abdul Basith AW,
Cinta, Kematian, dan Keterasingan, (Yogyakarta: Penerbit Putera Langit,
2001), 17.
21
lain dalam satu qasîdah. Aliran ini juga disebut sebagai aliran Neo
klasik.31
Aliran al-Mujaddidun, merupakan aliran yang muncul
karena adanya perubahan situasi politik, sosial, dan pemikiran kala
itu. Senada dengan hal tersebut, tema-tema puisi pada aliran kedua
ini sedikit bergeser menjadi naqa’id (kritikan), kepahlawanan,
ritsa (ratapan), dan ghazal (percintaan). Pada masa ini pula adanya
keinginan untuk lepas dari hal yang berkaitan dengan tradisional,
adanya pengaruh aliran romantik dari sastrawan Barat. Di antara
pengaruh tersebut munculnya penelitian modern tentang jiwa yang
menjadikan sastra, khususnya puisi untuk mengungkapkan jiwa
dan realita dalam masyarakat. Dalam aliran ini terdapat
pembaharuan topik terkait kehidupan masyarakat. Pembaharuan
ini ditandai dengan penggunaan simbol-simbol sebagai sarana
pengungkapan perasaan penyair.32
Aliran al-Mughaaliinu, merupakan aliran yang mengikuti
aliran sastra yang ada di Eropa setelah perang dunia I. Suasana
inilah yang kemudian menjadikan aliran ini terikat pada situasi dan
kondisi politik, sosial, ekonomi, serta permikiran yang ada pada
masyarakat Eropa. Puisi Arab mengalami perkembangan setelah
perang dunia kedua. Hal ini ditandai dengan perubahan teknik
penulisan dan tema-tema yang diangkat.33 Di berbagai wilayah
31 Bahrudin Achmad, Sastrawan Arab Modern dalam Lintasan Sejarah
Kesusastraan Arab, h. 38. 32 Bahrudin Achmad, Sastrawan Arab Modern dalam Lintasan Sejarah
Kesusastraan Arab, h. 39. 33 Betty Mauli Rosa Bustam, Sejarah Sastra Arab dari Berbagai
Perspektif, h. 119.
22
Timur Tengah misalnya banyak terpengaruh oleh perkembangan
politik kala itu. Pengenalan sajak bebas ‘free verse’ dalam puisi
Arab modern menghancurkan ketidakleluasaan dalam penggunaan
pola-pola rima klasik yang juga menghilangkan aturan lama
digubah menjadi pola-pola yang variatif tidak berirama sama
sekali.34 Tema-tema baru yang diangkat dalam aliran ini antara lain
tema patriotik (kebebasan, kemerdekaan, persatuan), penderitaan
rakyat dan kaum wanita, serta nasionalisme.
Badr Syakir As-Sayyab sebagai salah seorang pionir
penyair modern di wilayah Irak bagian Selatan. Karya-karyanya
banyak terpengaruh dari Inggris dan Perancis. Puisi-puisi As-
Sayyab didominasi dengan tema cinta dan alam. Jejak As-Sayyab
kemudian banyak diikuti oleh sastrawan Arab lainnya seperti
`Abdul Wahab Al-Bayati, Nizar Qabbaniy, Adonis, dan Mahmud
Darwisy yang puisi-puisinya banyak bertemakan kondisi politik
dan nasionalisme.35
A. Nasionalisme dalam Puisi Hurr
Setelah Perang Dunia I, berdasarkan kesepakatan pasukan
sekutu dalam masalah pembagian wilayah Ottoman, kekuasaan
atas Irak, Palestina, dan Yordania diserahkan kepada Inggris.
Nasionalisme di Irak mulai dikenal sejak rakyat Irak memulai
perjuangan mereka melawan penjajahan Inggris di bawah
pimpinan Ayatullah Mirza Muhammad Taqi Shirazi. Saat
34 Betty Mauli Rosa Bustam, Sejarah Sastra Arab dari Berbagai
Perspektif, h. 120. 35 Betty Mauli Rosa Bustam, Sejarah Sastra Arab dari Berbagai
Perspektif, h. 120.
23
menanggapi kesepakatan imperialis itu, Ayatullah Mirza
Muhammad Taqi Shirazi mengeluarkan fatwa jihad dan dimulailah
revolusi rakyat Irak untuk mengusir penjajah dari tanah air
mereka.36
Nasionalisme sebuah bangsa merupakan adalah sikap atau
perilaku yang diwujudkan atau diaktualisasikan dalam bentuk
tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas dan terus
berjuang untuk memajukan bangsa dan negara, dengan membasmi
setiap kendala yang menghalangi di jalan kemajuan.37
Munculnya perlawanan terhadap kolonialisme dimulai dari
beberapa daerah yang memotori perlawanan terhadap komunis,
seperti Mesir, Aljazair dan Libya.38 Irak disebut-sebut sebagai
pusat perkembangan neo-klasik setelah Mesir. Tradisi penulisan
puisi berkembang pesat di Irak. Kondisi sosial dan politik pada
abad ke 19 berhasil melahirkan penyair yang karya-karyanya
sangat membangun perkembangan neo klasik kala itu. Dua tokoh
pelopor penyair di Irak kala itu, yakni Abdul Ghani Al-Jamel dan
36 Media Indonesia, 1920: Revolusi Irak Dimulai,
https://mediaindonesia.com/read/detail/110878-1920-revolusi-irak-dimulai
diakses pada 21 Juli 2019 pukul 12.03 WIB. 37 Dad Murniah, Nasionalisme dalam Sastra Indonesia, dipublikasikan
oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/313
diakses pada 20 Juli 2019 pada pukul 22.24 WIB. 38 A. Atho’illah Fathoni Alkhalil, “Puisi Arab Modern: Dari Abad Ke-
19 Hingga Abad Ke-21 (Bagian II)”, diakses pada 13 Maret 2019, pukul 19.55
WIB.
24
abdul Ghaffar Al-Akhras (Al-Akhras) yang karyanya berhasil
membumikan nasionalisme di bumi Irak.39
Perkembangan perpuisian di Irak dilanjutkan oleh dua
tokoh yang disebut menjembatani penyair abad 19 ke abad 20.
Tokoh tersebut adalah Abdul Musin Al-Kazami dan Muhammad
Rida Ash-Shabibi. Meskipun puisi keduanya dianggap konservatif,
tetapi karya mereka menggambarkan sejumlah tren berbau
kontemporer dan banyak mendasari rasa nasionalisme keduanya
hingga menjadi pencetus tema nasionalisme di perpuisian Irak.40
Nama Az-Zahwi muncul sebagai sosok yang memiliki interaksi
karya sastra dengan kegiatan politik yang berhubungan erat dengan
kondisi Irak. Tema-tema puisinya juga mengembangkan penyair
sebelumnya, tentang berbagai persoalan filosofis, politik,
emansipasi wanita dan nasionalisme. Berikut merupakan tokoh-
tokoh penyair nasionalis Irak:
1. Badr Syakir As-Sayyab
As-Sayyab merupakan salah seorang pionir penyair
modern di wilayah Jaykur, Irak bagian Selatan. Karya-karyanya
banyak terpengaruh dari Inggris dan Perancis. Jaykur merupakan
tempat paling banyak ia menuliskan puisi-puisinya. As-Sayyab
seorang pionir penyaor modern yang masih terikat masa romatik.
Puisi-puisi As-Sayyab didominasi dengan tema cinta tanah air dan
alam.
39 Pusat Studi Timur Tengah, “Jurnal Masalah Agama, Budaya,
Sosial, dan Politik Timur Tengah”, Junal CMES Vol. V, No. 1 , Juli 2011. 40 Betty Mauli Rosa Bustam, Sejarah Sastra Arab dari Berbagai
Perspektif (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2015), h. 98.
25
2. Nazik Al-Mala’ikah
Nazik adalah putera dari salah seorang saudagar kaya di
Baghdad. Latar belakang pendidikannya yang tak jauh berbeda
dengan As-Sayyab, yaitu Teacher’s Trainning Collage dan lulus
pada tahun 1944 dan melanjutkan master di Amerika Serikat,
membuat dirinya dirinya mempunyai ketertarikan yang sama
dengan As-Sayyab. Nazik mengadopsi tema kecintaan dalam
puisinya yang terus berkembang tentang pesismisme dan
ketakutan kematian di tengah penjajahan.
3. Abdul Wahab Al-Bayati
Seperti halnya As-Sayyab, Al-Bayati memulai menulis
puisinya dengan karakteristik romantik hal ini terlihat di beberapa
antologi puisinya Mala`ikah wa Syayatin. Al-Bayati adalah sosok
pembaharu yang mengembangkan perpuisian di era modern.
Selanjutnya ia banyak mengangkat tema politik. Ia banyak
mengangkat tentang kesengsaraan pengasingan, tanah
kelahirannya di Baghdad yang biasa disebut nasionalisme.
B. Penerjemahan Teks Sastra
Penerjemahan merupakan suatu keahlian atau seni yang
berusaha untuk menyampaikan pesan dari suatu bahasa ke dalam
bahasa lain.41 Pada dasarnya penerjemahan merupakan kegiatan
praktis yang didasari oleh kiat dan estetika.42 Dalam praktiknya,
penerjemahan puisi menghadapai banyak permasalahan,
diantaranya menjaga agar isi atau pesan puisi karya asli tidak
41 Moh. Supardi, “Dinamika Penerjemahan Sastra”, Buletin Al-Turas,
h. 22. 42 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 27.
26
berubah dan harus mempertahakan pada keindahan itu sendiri.43
Hal ini selaras dengan pernyataan Bassnett dan Levefere
bahwa‘Translation is, of course, a rewriting of an original text. All
rewriting whatever their intention, reflect a certain ideology and a
poetics and as such manipulate literature to function in a given
society in a given way’, dengan kata lain penerjemahan merupakan
kegiatan menuliskan kembali dan memanipulasi karya sastra agar
dapat berguna dan berterima di kalangan pembacanya.44
Wasiman mengutip Teeuw mengatakan bahwa berkaitan
dengan teks sastra dalam konteks pembaca, harusnya pembaca
mampu menangkap kode-kode teks secara menyeluruh, sehingga
terdapat kolerasi yang indah antara teks dan pembaca dalam upaya
berkomunikasi dengan teks sastra (puisi).45 Dengan kata lain teks
sastra yang fungsi utamanya sebagai teks ekspresif, yaitu
mengungkapkan perasaan dan pesan dari pengarang harus
tersampaikan dengan baik kepada pembaca.46 Sebuah karya sastra
mengandung unsur ekspresi sastrawan dan kesan khusus yang
ingin disampaikan terhadap pembaca. Selain itu, karya sastra juga
mengandung unsur-unsur emosional dan efek keindahan kata,
inilah yang disebut sebagai fungsi estetis.
43 Frans Sayogi, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa
Indonesia (Ciputat, Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 201. 44 Retno W. Setyaningsih-Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan (Surabaya:Airlangga University Press, 2017), h. 85. 45 Warsiman, Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis, h. 88. 46 Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra (Jakarta: PT
Gramedia, 2008 Cetakan kedua), h. 45.
27
Teks sastra adalah karya-karya sastra yang diciptakan
sastrawan dengan judul sebuah teks.47 Lander dalam Dinamika
Penerjemahan Sastra mengatakan bahwa penerjemahan karya
sastra adalah kemampuan mengalihbahasakan pesan untuk
mengapresiasi nilai estetika/keindahan yang terdapat dalam karya
sastra bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran melalui rangkain
pilihan kata yang dapat memberikan kesenangan pembaca dalam
menggambarkan suasana batin, emosi, pikiran, imajinasi, gaya,
rasa, nada, fleksibilitas, pengetahuan, dan kebaruan/inovatif.48
Berdasarkan nilai keindahannya, jenis teks dibedakan teks sastra
ekspresif dan teks nonsastra yang bersifat informatif. Teks sastra
antara lain mencakup roman, novel dan puisi.49
Menurut Casagrande, penerjemahan puisi merupakan
penerjemahan estetis puitis yang bertujuan mengalihkan pesan
serta bentuk estetis yang ada di dalam bahasa sumber
kepadanannya di dalam bahasa sasaran.50 Dalam penerjemahan
puisi pengalihan isi (pesan) dan bentuk sama-sama penting.
Berdasarkan hal ini, sebenarnya penerjemahan puisi memiliki
tuntutan ganda, yaitu pengalihan isi dan bentuk harus baik.51
47 Surastina, Pengantar Teori Sastra (Yogyakarta: Elmatera, 2018
Cetakan kedua), h.3. 48 Moh. Supardi, “Dinamika Penerjemahan Sastra”, Buletin Al-Turas,
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017, diakses pada 18 Maret 2019 pukul 09.35 WIB.
>http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/download/5415/3923< 49 Frans Sayogi, Teori dan Praktik Penerjemahan Inggris-Indonesia
(Pamulang: Transpustaka, 2014), h. 83. 50 Frans Sayogi, Teori dan Praktik Penerjemahan Inggris-Indonesia,
h. 164. 51 Frans Sayogi, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa
Indonesia, h. 201.
28
Kendala dalam menerjemahkan puisi disebabkan oleh sifat ganda
yang kompleks dari penerjemahan puisi. Penerjemahan ini selalu
melibatkan dua faktor, yakni dua orang (penyair dan penerjemah),
dan dua bahasa serta dua situasi susastra. Perbedaan tersebut
dikarenakan perbedaan latar sosial dan budaya.52
C. Metode Adaptasi
Benny Hoed menyimpulkan dua masalah praktis yang
dihadapi seorang penerjemah. Pertama, ketidakpahaman makna
kata atau kalimat bahkan paragraf sehingga tidak memahami
pesannya. Kedua, Kesulitan penerjemah dalam menerjemahkan
meskipun sudah memahami teks sumber.53 Dalam mengatasi
permasalahan tersebut, Nida dan Taber dalam Penerjemahan dan
Kebudayaan mengemukakan bahwa penerjemah harus berhati-hati
dalam menempuh tiga langkah, yaitu analisis (memahami teks
sumber), transfer (mengalihbahasakan dalam pikiran), dan
merekonstruksi (menerjemahkan).54
Proses penerjemah memilih salah satu metode yang sesuai
dengan untuk siapa dan untuk tujuan apa penerjemahan
dilakukan.55 Metode penerjemahan adalah teknik yang
dipergunakan oleh seorang penerjemah saat memutuskan untuk
menerjemahkan suatu teks. Newmark dalam A Text book of
Translation menawarkan delapan metode penerjemahan, dimana 4
diantaranya berorientasi pada keakuratan teks sumber, yaitu
52 Frans Sayogi, Teori dan Praktik Penerjemahan Inggris-Indonesia,
h. 164. 53 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 68. 54 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 68. 55 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 55.
29
metode kata demi kata, harfiah, setia dan semantik. Sementara
lainnya berorientasi pada teks sasaran yaitu metode penerjemahan
adaptasi, bebas, idiomatis, dan komunikatif.56
Adaptasi merupakan metode yang paling bebas serta paling
dekat dengan bahasa sasaran. Pada dasarnya metode penerjemahan
ini memang diperuntukkan untuk penerjemahan drama atau puisi
dengan tujuan mempertahankan tema, karakter dan alur.57 Dalam
penerjemahan terjadi peralihan budaya dari Bsu ke Bsa, dan teks
asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Tsa. Sebagai
contoh penerjemahan (penyaduran) drama yang dilakukan oleh
penyair WS Rendra. Rendra mempertahankan semua karakter
dalam naskah asli juga alur cerita, akan tetapi dialognya sudah
disadur dan disesuaikan dengan budaya Indonesia.
Dalam penelitian ini, metode penerjemahan adaptasi lebih
cenderung melihat budaya berbahasa yang hidup dalam bahasa
sumber dan bahasa sasaran.58 This is ‘freest’ form of translation. It
is used mainly for plays (comedies) and poetry; the themes,
characters, plots are usually preserved, the SL (source language)
culture converted to the TL (target language) culture and the text
rewritten. The deporable practice of having a play or poem
literally translated and then rewritten an etablished dramatist or
56 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer, h. 57. 57 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Jakarta: PT
Grasindo, 2000), h. 53. 58 Polce Aryanto Bessie, Metode Penelitian Linguistik Terjemahan,
h.12.
30
port has produced many poor adaptation, but other adaptations
have ‘rescued’ period plays.
Diantara keunikan metode adaptasi sangatlah tepat untuk
diterapkan pada penerjemahan sejenis puisi. Metode penerjemahan
adaptasi mencoba tetap mempertahankan budaya dari bahasa
sumber yang kemudian dikonversi ke dalam budaya bahasa
sasaran. Tipe penerjemahan ini menitikberatkan pada penyesuaian
ragam bahasa atau istilah yang lazim digunakan oleh masyarakat
penutur bahasa sehingga ketika penerjemah menerjemahkan teks
dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, ia cenderung menulis
ulang istilah atau kata bahasa sumber di dalam produk terjemahan
yakni bahasa sasaran. Hal ini dilakukan demi mempertahankan
makna teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.59 Bassnett
dalam Kajian Penerjemahan Terkait Kajian Budaya membuat
terobosan dalam bidang penerjemahan. Terobosan ini dengan
tujuan adanya penekanan yang menggabungkan unsur budaya
dalam kajian penerjemahan.60
D. Metode Semantik
Metode penerjemahan semantik merupakan salah satu
metode penerjemahan yang berusaha menciptakan rasa yang tepat
dan asli. Metode penerjemahan semantik sangat memerhatikan
nilai estetis, yaitu aspek keindahan dan kealamian dari BSu.61 Saat
seorang penerjemah menerjemahkan menggunakan metode
59 Polce Aryanto Bessie, Metode Penelitian Linguistik Terjemahan,
h.15. 60 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan, h. 118. 61 Emzir, Teori dan Pengajaran Penerjemahan, h. 61.
31
tersebut teks terjemahan akan terasa lebih luwes dan fleksibel
daripada menggunakan metode penerjemahan setia. Metode
semantik memadankan pemarkah budaya dalam bahasa sumber
secara wajar. Kata-kata yang terdapat di dalam teks yang hanya
sedikit bermuatan budaya akan dipadankan dengan kata yang
netral atau istilah fungsional.62 Selaras dengan hal tersebut, Hatim
dalam Bessie mengungkapkan ‘ modulation is a variation of the
form of the message obtained by a change in the point of view. In
other words, modulation is restructing a message of source
language text in a target text in different structure but the meaning
is not different’, bahwa semantik menjadi faktor utama hadirnya
prosedur terjemahan secara modulasi (modulation).63 Seperti
dalam contoh:
الوجهين أمام الفصلرأيت ذا
Aku meluhat si muka dua di depan kelas
Terjemahan sematik pada frasa الوجهينذا diterjemahkan
dengan “si muka dua” yang kebetulan juga dikenali dalam budaya
Bsa. Meskipun secara idiomatis frasa tersebut bisa diterjemahkan
dengan “si munafik”. Bentuk penerjemahan sematik ini dapat
dikatakan sebagai metode penerjemahan yang sempurna untuk
mempertahankan makna yang terkandung dalam teks bahasa
sumber. Peran penerjemah pada metode ini hanya
mempresentasikan makna BSu secara sematis, namun tidak hanya
62 Moch. Syarif Hidayatullah, h. 60 63 Polce Aryanto Bessie, Metode Penelitian Linguistik Terjemahan,
h. 17.
32
memperhatikan makna budaya yang terdapat dalam BSu untuk
disajikan dalam produk terjemahan.64
1. Pemarkah Budaya
Kebudayaan dianggap sebagai sebuah sistem tanda
(pemarkah) yang berfungsi sebagai sarana penataan.65 Suatu
masyarakat menggunakan sistem tanda sebagai pengatur
kehidupannya dalam bermasyarakat, baik dalam perilaku, bahasa,
maupun benda-benda yang dibuatnya merupakan pemarkah yang
mengatur pola-pola interaksi sosial dalam bermasyarakat.66
Senada dengan hal tersebut, Putu Oka Ngakan mengatakan
pemarkah budaya sebagai tata nilai atau perilaku hidup masyarakat
lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup
secara arif. Frans Wahono dalam definisi yang lain menyatakan
bahwa pemarkah budaya merupakan kearifan lokal yang
mencakup kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam
semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis meliputi etika,
norma, tindakan serta tingkah laku.67 Budaya merupakan suatu
sistem terpadu dalam pola-pola prilaku yang menjadi ciri anggota
masyarakat.68 Artinya aspek budaya menjadi perhatian penuh
dalam proses mengalihkan bahasa. Tentunya bukanlah hal yang
64 Polce Aryanto Bessie, Metode Penelitian Linguistik Terjemahan, h.
17.
65 Masinambow, Semiotik Mengkaji Tanda dalam Artifak (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), h. 27. 66 Masinambow, Semiotik Mengkaji Tanda dalam Artifak, h. 28. 67 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan, h. 84. 68 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan, h. 122.
33
mudah bagi penerjemah untuk mencapai ‘total of life’ di setiap
kegiatannya.
2. Kategori Pemarkah Budaya
Newmark dalam A Textbook of Translation merangkum
beberapa komponen budaya yang digolongkan menjadi lima
kategori. Diantara jenis kategori tersebut, pertama adalah ekologi
yang meliputi iklim, tanah, flora, fauna serta pola eksploitasi hasil
alam.69 Contoh pemarkah budaya kategori ekologi ini adalah
musim gugur, musim semi, pasir, gambut, bunga lili, bunga
mawar, pohon jati, kelinci, unta, buaya, padang pasir serta bukit.
Jenis pemarkah kebudayaan yang kedua adalah kategori
budaya materi dan teknologi yang mencakup beberapa kategori,
yaitu benda-benda rumah tangga, jenis tempat tinggal, bangunan,
pakaian, alat transportasi, dan jenis obat. Contoh pemarkah budaya
kategori budaya materi dan teknologi ini adalah televisi, sofa,
meja, kampung, kota, candi, menara, kereta, sepeda, dokar, sepatu,
jilbab, gamis dan temu lawak. Newmark juga menyebutkan
kategori ini sebagai pemarkah budaya berbentuk artefak.70
Kategori yang ketiga adalah organisasi sosial yang ada di
dalam masyarakat, yang meliputi tataran sosial, sistem
kekerabatan, peranan sosial laki-laki dan perempuan dalam suatu
masyarakat, sistem hukum, dan politik. Contoh pemarkah budaya
kategori ini adalah polisi, kepala daerah, dokter, kakak, sepupu,
bibi, emansipasi wanita, pernikahan, jual-beli, revolusi, demokrasi.
69 Peter Newmark, A Textbook of Translation (New York: Sanghai
Foreign Language Education Press, 1988), h. 95. 70 Peter Newmark, A Textbook of Translation, h. 95.
34
Adapun kategori pemarkah kebudayaan yang keempat
adalah pola mitos meliputi kosmologi, hal-hal yang tabu (termasuk
tokoh-tokoh mitologi), dan konsep ghaib. Contoh pemarkah
budaya kategori ini adalah gerhana bulan, gerhana matahari,
tokoh-tokoh mitologi seperti Aladin, phoenix, putri duyung, buto
ijo, dan sihir. Kategori yang kelima adalah struktur linguistik yang
meliputi sistem bunyi, bentuk kata, makna kata dan sintaksis.
E. Strategi Kultural
Para peneliti dan penerjemah tentunya sepakat bahwa
kegiatan penerjemahan tak pernah lepas dari pertimbangan
budaya.71 Tidak ada dua bahasa yang diterjemahkan secara
sempurna dalam realita sosialnya. Hal ini senada dengan pendapat
Sapir,“No two languages are ever sufficiently similar to be
considered as representing the same social reality. The worlds in
which different societies live are distict worlds, not merely the
same world with different labels attached”
Penerjemah merupakan pelaku utama dalam setiap proses
penerjemahan. Dalam hal ini penerjemahan dituntut memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas tentang konteks budaya
penulis BSu karena keberhasilannya dalam menyampaikan pesan
sepenuhnya bergantung pada pengetahuan penerjemah tentang
konteks budaya kedua bahasa.72 Seperti yang dilakukan seorang
penerjemah dalam melakukan penerjemahan teks kuliner pada
suatu negara yang melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa Prancis dan
71 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, h. 118. 72 Rudolf Nabahan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), h. 88.
35
bahasa Indonesia. Salah satu contoh dalam budaya kuliner Prancis
mengenal istilah ‘cuillere a cafe’ secara literal diterjemahkan
sebagai ‘sendok kopi’. Akan tetapi penerjemah mencoba
mendekatkannya dengan budaya bahasa sasaran (bahasa
Indonesia) sehingga menjadi ‘sendok teh’. Hal ini sangat
memudahkan pembaca teks sasaran. Penerjemah tidak serta-merta
menerjemahkan sebuah teks bahasa sumber ke bahasa sasaran
tanpa mempertimbangkan budaya bahasa sasaran. Seperti budaya
bahasa barat dan Indonesia pada ungkapan ‘different pond different
fish’ dengan mempertimbangkan aspek budaya dipadankan dengan
‘lain ladang lain belalang’.73 Proses yang dilakukan penerjemah
merupakan strategi yang baik dengan penguasaan pengetahuan
yang baik terhadap kedua budaya.74
Toury menyebutkan bahwa penerjemahan adalah kegiatan
yang selalu melibatkan setidaknya dua bahasa dan dua budaya.
Seorang penerjemah harus mempertimbangkan budaya kedua
bahasa sebelum memulai proses penerjemahan. Selain itu yang
dimaksud dengan strategi penerjemahan adalah usaha yang
dilakukan penerjemah dalam tingkat kata hingga kalimat sehingga
menghasilkan penerjemahan yang berterima.75
73 Polce Aryanto Bessie, Metode Penelitian Linguistik Terjemahan,
h.7. 74 Muhammad Hasyim, Persfektif Semiotika atas Budaya dalam
Penerjemahan Teks Kuliner Prancis, Fakultas Sastra Universitas Hasanudin. 75 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan, h. 86.
36
Lawrence Venuti dalam Translation Invisibility
mengaitkan penerjemahan dengan budaya. Hal ini bertujuan agar
penerjemahan tidak hanya menjadi translation as text (terjemahan
sebagai teks), melainkan translation as culture (terjemahan
sebagai budaya). Oleh karena itu ia menawarkan tiga strategi
dalam penerjemahan kebudayaan (adaptasi), yaitu pemarkah
budaya diwujudkan melalui domestikasi makna (domestication),
penggunaan kata asing (foreignization), atau penghilangan (zero
translation).76
1. Domestikasi Budaya (domestication)
Domestikasi budaya (domestication) merupakan strategi
penerjemahan yang bertujuan untuk menghasilkan terjemahan
yang mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi sehingga
pembaca mudah memahami teks.77 Strategi ini digunakan pada
penerapan metode adaptasi. Dengan kata lain domestikasi budaya
merupakan strategi penerjemahan yang berusaha mendekatkan
terjemahan dengan budaya bahasa sasaran. Hal ini selaras dengan
ungkapan Hidayatullah, dalam penerjemahan adaptasi bahwa
dalam prosesnya penerjemah sangat memperhatikan agar teks
dapat dipahami dengan baik oleh penutur bahasa sasaran.78
Hoed dalam Penerjemahan dan Kebudayaan menyatakan
bahwa dalam adaptasi biasanya tokoh, latar belakang, dan konteks
76 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan, h. 123. 77 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan,h. 124. 78 Moch. Syarif Hidayatullah, h. 61.
37
sosial disesuaikan dengan kebudayaan bahasa sasaran.79 Hal ini
dilakukan dalam penerjemahan adaptasi teks cerita binatang dari
Eropa ke dalam bahasa Indonesia. Binatang dari Eropa diganti
dengan binatang di Indonesia. Sesuai dengan strategi domestikasi
budaya, dalam hal ini ‘rubah’ didomestikasi dengan ‘kancil’.
Demikian juga yang terjadi dalam penerjemahan ‘cuillere a cafe’
ke dalam bahasa Indonesia menjadi sendok teh.80 Hal yang serupa
juga dilakukan oleh peneliti dalam penerjemahan yang dilakukan
Yani’ah Wardani memadankan ‘serigala’ dengan ‘anjing hutan’.81
أحذر من ذئب
Lebih penakut dari anjing hutan
Penerapan metode domestication dalam proses
penerjemahan tentu saja memerlukan pertimbangan yang matang
dari penerjemah melalui informasi terkait pemarkah kebudayaan
yang hendak dipadankan. Dalam Translation Invisibility strategi
domestikasi budaya memandang pemarkah budaya sebagai objek
yang fokus kegiatannya hanya untuk kepentingan pemahaman di
kalangan pembaca bahasa sasaran. Venuti dalam Hoed
menambahkan bahwa terjemahan yang baik adalah terjemahan
yang tidak dirasakan sebagai terjemahan.82 Disengaja ataupun
79 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 56. 80 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 56. 81 Yani’ah Wardani dan Cahya Buana, Pengaruh Unsur Ekstrinsik
terhadap Diksi Peribahasa Arab dan Indonesia (Analisis Satra Bandingan),
(Tangerang: Trans pustaka, 2013), h. 76. 82 Benny H. Hoed, “Tansparansi dalam Penerjemahan” (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2007), Cet. 1 Edisi 1, h. 25.
38
tidak, penerjemah telah melakukan reduksi, khususnya reduksi
budaya.83
Pada proses pemadanan antar dua budaya yang saling
terkait melalui penerjemahan, budaya yang dominan lebih
mempunyai kuasa untuk menetapkan makna. Seperti pada contoh
“Terbayang, kalian mendampingi penganten jejer-jejer ngagem
sinjang” diterjemahkan menjadi sekedar objek “I can see u all,
flanking the bride and groom - tintinnabulation of gongs”. Hal
yang dianggap ‘kebersamaan’ yang diwujudkan melalui frase
jejer-jejer ngagem sinjang sebagai pemarkah budaya
diterjemahkan sebagai objek.84
2. Penggunaan Bahasa Asing (foreignization)
Penggunaan bahasa asing (foreignization) merupakan
strategi penerjemahan yang berusahan mempertahankan beberapa
unsur bahasa sumber sehingga tidak tereduksi setelah
diterjemahkan dalam bahasa sasaran.85 Pemadanan yang dimaksud
adalah mengambil konsep dari bahasa asing. Strategi ini
diterapkan dalam metode semantik. Zulfadli menjelaskan bahwa
strategi ini merupakan strategi yang setia pada kata yang berasal
dari bahasa sumber hingga disampaikan pada pembaca bahasa
83 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan, h. 125. 84 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan, h. 125. 85 Zulfadli, “Theoretical and Practical Reviews of Indonesian
Translated Harry Potter and Sorcerer’s Stone Novel”, Jurnal Siele, Fakultas
Adab dan Humaniora, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2017, diakses pada
12 April 2019 pukul 07.17 WIB
>http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/SiELE/article/view/2695/2541 <, h. 122.
39
sasaran dengan bentuk yang sama.86 Hal ini senada dengan
Hidayatullah bahwa strategi penerjemahan setia ini terkesan kaku
dan asing di kalangan pembaca.87 Strategi ini bertujuan untuk
menjaga nilai-nilai kultural bahasa sumber dengan
memperthankan pemarkah budaya yang ada di dalam teks. Seperti
yang dilakukan Anisah Sarah dalam kitab Min Mukhalafat al-Nisa’
pemadanan kata الحناء tetap dengan hena:
ها بالحناء .... لايخ تضب النساء في
..... Ia tidak boleh memakai hena.
Venuti lebih menekankan strategi tersebut dalam
penerjemahan karya sastra karena dinilai lebih efektif mengatasi
munculnya konsep-konsep yang bertentangan sebagaimana
banyak ditemukan di teks sastra. Saat strategi penerjemahan
foreignization dilakukan dengan membiarkan pemarkah budaya
dalam bahasa aslinya, artinya pembaca diberikan ruang untuk
memandang kegiatan membaca sebagai langkah penemuan
(voyage of discovery).88 Meskipun tidak memudahkan pembaca,
strategi ini sangat menjaga nilai kebudayaan bahasa sumber secara
utuh. Seperti contoh pada penerjemahan Harry Potter, pemarkah
budaya ‘Bonfire night’ yang mencoba dipadankan menggunakan
86 Zulfadli, “Theoretical and Practical Reviews of Indonesian
Translated Harry Potter and Sorcerer’s Stone Novel”, h. 120. 87 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer, h. 59. 88 Retno W. Setyaningsih - Rochayah Machali, Topik-topik dalam
Kajian Penerjemahan,h. 125.
40
strategi domestikasi budaya, karena di bahasa sasaran mempunyai
padanan yang mirip yaitu “api unggun”. Api unggun memang
menjadi pemarkah budaya yang terkenal khususnya di kalangan
pramuka. Akan tetapi pemadanan tersebut tidak dapat dilakukan
karena sangat mereduksi budaya bahasa sumber.‘Bonfire night’
dulunya merujuk pada ‘bonfire’ yang merupakan festival api yang
terkenal dalam bahasa sumber.
Hoed dalam strategi ini juga beranggapan bahwa hadirnya
kebudayaan bahasa sumber atau kebudayaan asing bermanfaat
bagi masyarakat. Dalam sebuah diskusi di Jakarta tahun 2005 yang
diselenggarakan oleh HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia)
panelis beranggapan bahwa dalam mengalihkan bahasa
penerjemah harus tetap mempertahankan sapaan seperti Mr., Mrs.,
dan Uncle., Auntie dengan tujuan agar pembaca tetap merasakan
kebudayaan bahasa sumber dalam terjemahan.
3. Penghilangan (zero translation)
Penghilangan (zero translation) merupakan strategi yang
digunakan saat ada kata atau ungkapan dalam bahasa sumber tidak
diperlukan dan tidak memberi pengaruh dalam terjemahan bahkan
menimbulkan kerancuan dalam teks jika diterjemahkan.
Membuang (hadzf) harus dilakukan oleh penerjemah karena kata
atau ungkapan tersebut tidak diperlukan, dan jika dimunculkan
dikhawatirkan akan menyimpang dari pesan bahasa sumber.89
Strategi ini harus banyak pertimbangan mengenai prihal
89 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer, h. 56.
41
pembuangannya baik partikel, kata maupun frasa. Terlebih karya
sastra, bentuk sekecil apapun akan mempunyai makna.
Pada penelitian ini penulis hanya menerapkan dua strategi
saja yaitu domestikasi budaya (domestication) dan penggunaan
istilah asing (foreignization) untuk memberi padanan pada
pemarkah budaya yang terdapat di dalam korpus yang terbatasi
dalam kata dan frasa.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG PUISI-PUISI
NASIONALISME
ABDUL WAHAB AL-BAYATI
A. Antologi Puisi-Puisi Nasionalisme Abdul Wahab al-
Bayati
1. al-Majdu li al-`Atfâl wa al-Zaitûn
Antologi puisi al-Majdu li al-`Atfâl wa al-Zaitûn ditulis
oleh Abdul Wahab al-Bayati pada tahun 1956 di Kairo. Antologi
ini merupakan antologi ketiga Abdul Wahab al-Bayati yang
diterbitkan oleh penerbit Dar al-Fikr. Di dalam antologi ini al-
Bayati menuliskan sebanyak 68 halaman dan terdapat 30 judul
puisi di dalamnya.
Puisi-puisi di dalam antologi ini banyak mengangkat tema
tentang kehidupan anak-anak dan kemiskinan di Irak. Antologi al-
Majdu li al-`Atfâl wa al-Zaitûn ditulisnya setelah ia terbebas dari
penjara dan sebagai bentuk perlawanannya terhadap rezim kala itu.
2. Alladzî Ya`tî wa lâ ya‘tî
Alladzi Ya`ti wa lâ ya‘ti merupakan antologi ke 14 karya
Abdul Wahab al-Bayati yang ditulis pada tahun 1966 di Beirut.
Cetakan keempat antologi ini diterbitkan pada tahun 1985 oleh
penerbit Dar asy-Syurûq. Pada antologi ini terdapat sedikitnya 18
judul puisi di dalam 72 halaman.
Antologi puisi ini banyak mengangkat tema ratapan dan
penghianatan. Beberapa puisi di dalamnya juga mengisahkan
44
perjuangan masyarakat Irak. Di dalam antologi ini al-Bayati juga
bercerita tentang ratapanya lewat puisinya, saat beberapa kali
diasingkan.
3. Abârîq Muhassyamah
Al-Bayati menuliskan antologi kedua yang berjudul Abârîq
Muhassyamah pada tahun 1954. Antologi ini memuat 5 judul puisi
di dalam 128 halaman. Antologi puisi ini merupakan cetakan
keempat yang diterbitkan pada bulan April tahun 1969 oleh
penerbit Dar al-Adab di Beirut. Antologi Puisi-puisi yang ada di
dalam antologi ini lebih banyak mengangkat tema tentang kondisi
kota-kota yang ada di Irak, kematian, dan ratapan-ratapan.
4. Kitâb al-Bahr
Abdul Wahab al-Bayati menuliskan antologi Kitâb al-Bahr
pada tahun 1972 di Beirut. Antologi puisi al-Bayati yang ke dua
puluh dua ini diterbitkan oleh Dar asy-Syurûq cetakan kedua pada
tahun 1985. Antologi ini terdapat 9 judul puisi dalam 120 halaman.
Antologi puisi ini al-Bayati banyak mengisahkan tentang
kerinduan, kematian dan tokoh-tokoh revolusi kala itu.
B. Sekilas Tentang Pengarang
1. Biografi Abdul Wahab al-Bayati
Di awal abad ke-20 hingga masa pertengahan isu tentang
nasionalisme berkembang pesat di berbagai wilayah Timur
Tengah. Hal ini ditandai dengan munculnya perlawanan terhadap
kolonialisme. Beberapa daerah yang memotori perlawanan ini
seperti Mesir, Aljazair dan Libya. Angkatan muda Mesir juga turut
45
menyempurnakan perlawanan bersenjata dalam pertempuran Suez
pada tahun 1951 hingga sampailah pada masa kemerdekaannya.90
Demikian pula yang dilakukan tentara Aljazair. Para
pendukung Gubernur Abdul Qadir melakukan perlawanan
terhadap tentara Perancis. Perlawanan terhadap tentara Italia juga
dilakukan oleh Umar Mukhtar dan pasukan Libya. Hal yang serupa
juga dilakukakan di Maroko dan Palestina. Mereka semua telah
menorehkan sejarah dalam upaya melawan kolonialisme.91
Semangat perlawanan selanjutnya juga dirasakan oleh para
penyair. Dengan menyuarakan kebebasan dan kemerdekaan, para
penulis dan sastrawan Arab mengungkapkan suara hati mereka
dengan tinta darahnya. Semangat ini ditularkan untuk mencapai
misi yang sama yaitu kebebasan atas penjajahan itu sendiri.
Tak jauh berbeda dengan Mesir, para penyair di Irak pada
masa itu juga turut menyuarakan keinginan masyarakatnya untuk
bebas dari kekuasaan Turki dan Inggris kala itu. Selain tema
nasionalisme sebagai bentuk perlawanan, tema ekonomi,
emansipasi wanita, pendidikan, serta kemiskinan turut mewarnai
euforia perlawanan para penulis kala itu.
Sosok Abdul Wahab al-Bayati selain dikenal sebagai salah
satu penyair Arab yang masyhur dan seorang pemimpin, al-Bayati
90 A. Atho’illah Fathoni Alkhalil, “Puisi Arab Modern: Dari Abad Ke-
19 Hingga Abad Ke-21 (Bagian II)”, (https://sastraarab.com/2018/11/17/puisi-
arab-modern-dari-abad-ke-19-hingga-abad-ke-21-bagian-ii/ , diakses pada 13
Maret 2019, pukul 19.54WIB). 91 A. Atho’illah Fathoni Alkhalil, “Puisi Arab Modern: Dari Abad Ke-
19 Hingga Abad Ke-21 (Bagian II)”, diakses pada 13 Maret 2019, pukul 19.55
WIB).
46
juga banyak melahirkan dobrakan terhadap ketidakleluasaan puisi-
puisi Arab klasik. Al-Bayati merupakan pelopor puisi bebas dari
bentuk puisi klasik kala itu.92 Hal ini disepakati oleh para ahli
sastrawan bahwa puisi bebas lahir di Irak. Hanya saja mereka
berbeda pendapat dalam menentukan orang pertama yang
memperkenalkannya.93 Tak heran kemudian sosoknya digandrungi
banyak kalangan hingga mancanegara. Al-Bayati mengukir
karyanya sebagai seorang penyair Irak yang lahir pada 19
Desesmber 1926 di Baghdad, Irak dan wafat pada tanggal 3
Agustus 1999 di Damaskus, Suriah.94 Kemudian ia melanjutkan
studi di salah satu Institut Keguruan Baghdad dan menyandang
gelar sarjana di bidang bahasa dan sastra Arab di usia nya yang ke
24 tahun.95
Al-Bayati melanjutkan titahnya dengan mengabdikan diri
sebagai seorang guru di sebuah madrasah sembari menyelesaikan
antologi puisi pertamanya pada tahun 1950 dengan judul
‘Malaikah wa Shayatin’. Tak berhenti di situ, Al-Bayati mulai
menjajaki ranah jurnalistik sebagai seorang editor lepas di majalah
Al- Thaqafa al Jadida juga tetap produktif meneruskan beberapa
karyanya.
92 Encyclopaedia Britanica, “Abdul Wahab al-Bayati, Iraqi Poet” ,
diakses pada 21 April 2019, pukul 20.11 WIB,
https://www.britannica.com/biography/Abd-al-Wahab-al-Bayati. 93 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik & Modern, h.18. 94 Encyclopaedia Britanica, “Abdul Wahab al-Bayati, Iraqi Poet” ,
diakses pada 21 April 2019, pukul 20.11 WIB,
https://www.britannica.com/biography/Abd-al-Wahab-al-Bayati. 95 Adab.com al-mausu’ah al-`alamiyyah li al-Syi’ri al-`arabiy,
“Nubdatu haul Abdul Wahab al-Bayati”, diakses pada 15 Maret 2019, pukul
21.41 WIB).
47
Di beberapa puisi berikutnya, Al-Bayati juga mengkritik
tentang sistem monarkhi di Irak kala itu. Sayangnya hal tersebut
justru membuat dirinya kehilangan pekerjaan yang ia sukai yakni
sebagai seorang editor dan seorang guru. Bukan hal yang mudah
untuk Al-Bayati menerima semua ini, bahkan ia sempat
dipenjarakan. Selama tinggal di jeruji besi, Al-Bayati tetap
produktif melanjutkan puisi-puisi terbarunya hingga karyanya
pada saat itu mampu memberi sumbangsih yang besar dalam puisi
Arab modern dengan unsur keberanian dalam menentang
pergulatan politik. Karyanya ini diberi judul Abariq Muhasabah
pada tahun 1954. Atas karya keduanya ia dibebaskan dari penjara
dan diasingkan untuk kali pertama di Syiria pada tahun 1955 dan
ia dipaksa meninggalkan isteri serta keluarganya di Irak. Tak
berhenti sampai di situ, pengasiangan al-Bayati terus berlanjut
hingga ke Lebanon dan Mesir.96
Buah dari kekonsistenannya, al-Bayati terus berkarya
hingga bermunculan antologi puisi selanjutnya. Kali ini ia beri
judul Al Majid lil Athfal wa al Zaitun dan karyanya yang keempat
Ash’ar fi al-Manfa. Ia juga mulai membenahi karirnya pada tahun
1958 sesaat setelah terjadinya Revolusi yang menggeser sistem
Monarkhi Inggris. al-Bayati kembali ke Bagdad dan diangkat
sebagai direktur bidang penerjemahan dan penelitian oleh
96 Abdul Wahab al-Bayati dialih bahasakan oleh Abdul Basith AW ,
Cinta, Kematian, dan Keterasingan ( Yogyakarta: Penerbit Putera Langit,
2001), 15.
48
kementerian pendidikan. Kesusksesannya ini tak lepas dari
kegiatan sosial yang ia lakukan semasa di pengasingan.97
Al-Bayati kerap kali mendapatkan undangan dari berbagai
organisasi kepenulisan setelah karyanya diakui oleh beberapa
lembaga kepenulisan. Namanya yang mulai dikenal khalayak serta
karyanya yang banyak digandrungi membuat ia semakin keras
untuk fokus menggeluti hobinya sebagai seorang penyair. Tak
hanya itu, puisi-puisinya juga mulai banyak digandrungi.
Dua tahun berikutnya ia melepaskan jabatannya sebagai
penerjemah dan mengajar di Asian People University yang berada
di Moskow hingga tahun 1964, kemudian ia dipindah tugaskan ke
Kairo dan kembali menjadi atase kebudayaan di Madrid. Semua
pengalaman pahit yang ia alami justru membuatnya semakin
kokoh memperjuangkan misinya. meskipun al-Bayati
menghabiskan satu dekade (1980-1990) sebagai atase budaya Irak
ke Spanyol, pandangan politik kirinya dan oposisi blak-blakan
kepada pemerintah Irak. Hal ini menyebabkan dia menghabiskan
sebagian besar hidupnya di pengasingan yang dilakukan sendiri.98
Al-Bayati juga banyak terinspirasi pesan kehidupan dari
beberapa tempat yang ia kunjungi sebelumnya sebagai tema-tema
dalam puisi-puisinya. Keterpaksaan untuk berpindah-pindah tak
mengurangi produktivitas al-Bayati dalam kesehariannya.
97 Abdul Wahab al-Bayati, Cinta, Kematian, dan Keterasingan, h. 17. 98 Encyclopaedia Britanica, “Abdul Wahab al-Bayati, Iraqi Poet” ,
diakses pada 21 April 2019, pukul 20.11 WIB,
https://www.britannica.com/biography/Abd-al-Wahab-al-Bayati
49
Setidaknya 20 naskah puisi dan beberapa naskah pertunjukan
mampu ia selesaikan. Al-Bayati meramu ide-ide tulisan dengan
pengalaman pribadinya. Ia beranggapan bahwa perubahan
pemikiran yang dialaminya tak lain merupakan bentuk
keterasingan. Sosoknya yang haus akan kebebasan membuatnya
tertarik melahab buku-buku sejarah guna mempelajari masa lalu.
Puisi yang dituliskan Al-Bayati merupakan suatu wujud
semangat perlawanan dan menyadari sepenuh hati bahwa melawan
penindasan, memperjuangkan kebebasan dan keadilan sosial
merupakan tugasnya sebagai seorang penyair.
2. Karya Abdul Wahab al-Bayati
Abdul Wahab al-Bayati seorang sastrawan asal Irak yang
mengabdikan hampir di seluruh usianya di bidang sosial dan sastra.
Semasa hidupnya ia telah memproduksi hingga 24 antologi puisi
dan 3 naskah skenario. Tak hanya itu, al-Bayati juga aktif
menerjemahkan puisi seperti puisi Paul Eluard dan Louis Erogan.99
Selain tema nasionalisme, beberapa puisi karya Abdul
Wahab al-Bayati juga bertemakan ghazal (puisi cinta) seperti puisi
Turjuman al-Aswaq (Terjemahan atas keinginan-keinginan) yang
bercerita tentang orang yang dikasihinya.100 Berikut merupakan
karya-karya Abdul Wahab al-Bayati:
a) Kumpulan puisi yang berjudul Malâikah wa
Syayâtîn, Beirut pada tahun 1950.
99 Abdul Wahab al-Bayati dialih bahasakan oleh Abdul Basith AW ,
Cinta, Kematian, dan Keterasingan, h. 29. 100 Abdul Wahab al-Bayati dialih bahasakan oleh Abdul Basith AW ,
Cinta, Kematian, dan Keterasingan, h. 30.
50
b) Kumpulan puisi yang berjudul Abârîq
Muhassyamah, Baghdad pada tahun 1954.
c) Kumpulan puisi yang berjudul al-Majdu li al-`Atfâl
wa al-Zaitûn, Kairo pada tahun 1956.
d) Kumpulan puisi yang berjudul Risâlah ila Nizâm
hakamta wa qasâid al-ukhra, Beirut 1956
e) Kumpulan puisi yang berjudul Asy’ar fi al-manfi,
Kairo 1957
f) Penerjemahan puisi yang berjudul Paul Éluard
mughanniy al-hubb wa al-huriyyah diterjemahkan
bersama Ahmed Morsi, Beirut 1957
g) Penerjemahan puisi yang berjudul Arâjûn Syâir al-
Muqâwamah diterjemahkan bersama Ahmed Morsi,
Beirut 1959
h) Kumpulan puisi yang berjudul ‘Isyrûna Qasîdah
min Birlîn, Baghdad 1959
i) Kumpulan puisi yang berjudul Kalimât lâ Tamût,
Beirut 1960
j) Naskah drama yang berjudul Muhâkamah fi
Naisabur, Beirut 1963
k) Kumpulan puisi yang berjudul an-Nâr wa al-
Kalimât, Beirut 1964
l) Kumpulan puisi yang berjudul Qasâid, Beirut 1965
m) Kumpulan puisi yang berjudul Safara al-faqri wa al-
Tsaurah, Beirut 1965
n) Kumpulan puisi yang berjudul Alladzi Ya`ti wa lâ
ya‘ti, Beirut 1966
51
o) Kumpulan puisi yang berjudul al-Maut fi al-Hayah,
Beirut 1968
p) Kumpulan puisi yang berjudul `Uyûn al-Kilâb al-
Maitah, Beirut 1969
q) Kumpulan puisi yang berjudul Bukâiyyatu ilâ
Syamsi Hazîrân wa alMurtaziqah, Beirut pada
tahun 1969
r) Kumpulan puisi yang berjudul al-Kitâbah ‘alâ Tîn,
Beirut pada tahun 1970
s) Kumpulan puisi yang berjudul Yaumiyât Siyâsiy
Muhtarif, Beirut tahun 1970
t) Kumpulan puisi yang berjudul Tajrîbati al-
Syi’riyyah, Beirut tahun 1968
u) Kumpulan puisi yang berjudul Fasâid Hubb
Bawâbât al-‘âlam Subu’, Baghdad tahun 1971
v) Kumpulan puisi yang berjudul Kitâb al-Bahr,
Beirut pada tahun 1972
w) Kumpulan puisi yang berjudul Sîratu al-dzâtiyah li
sâriq an-Nâr, Beirut pada tahun 1974
x) Kumpulan puisi yang berjudul Qamâr Syirâz,
Beirut pada tahun 1978
53
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN AKADEMIK
PENERJEMAHAN PUISI-PUISI NASIONALISME
KARYA ABDUL WAHAB AL-BAYATI
A. Pengantar
Pada bab ini peneliti akan menyampaikan temuan data dan
memberikan pertanggungjawaban terhadap hasil terjemahan puisi-
puisi nasionalisme karya Abdul Wahab al-Bayati serta akan
menampilkan beberapa sajak puisi sebagai gambaran penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti.
Pada penerjemahan ini peneliti menggunakan metode
adaptasi dan pokok bahasan penerjemahan pemarkah kebudayaan.
Peneliti fokus pada strategi khusus penerjemahan adaptasi yang
diperkenalkan oleh Lawrence Venuti dengan mempertimbangkan
padanan pemarkah kebudayaan. Berikut merupakan pemarkah
kebudayaan yang peneliti temukan sejumlah 46 kata dan 9 frasa
dalam puisi-puisi nasionalisme karya Abdul Wahab al-Bayati serta
terklasifikasi dalam 19 kategori ekologi, 18 kategori budaya materi
dan teknologi, 9 kategori organisasi sosial dan 10 kategori pola
mitos.
No. Pemarkah
Budaya
Kelas Kata Padanan
Kategori Ekologi
1. ب Kata Anjing hutan ذئ
2. ة Kata Padang pasir بري
3. ق
ة بر Kata Burung branjangan
54
ع .4 ور صف Kata Burung merpati/dara
يدنس .5 ان Kata Pohon oak
6. ون Kata Burung kenari حس
ء .7
ربل Kata Padang karbala ك
وز .8 الفير حيرة Frasa Danau turquoise ب
ور جبال .9 الن Frasa Jabal nur
Kata Burung kutilang عندليب .10
Kata Katak ضفادع .11
12. كل ب Kata Anjing
13. رغ اب Kata Burung gagak
ون .14 ز Kata Siput حل
15. Kata Bukit هضبة
16. Kata Lautan بحر
17. وارس Kata Burung camar/dara laut ن
18. بق Kata Bunga lili زن
19. Kata Ayam ديك
Kategori Budaya Materi dan Teknologi
20. بوة الحمراء الر Frasa Istana Alhambra
ار مخ .21 Kata Jilbab
ل يلج .22 Kata Galilea
وبا .23 ور Kata Eropa أ
د .24 ار ث Kata Mantel
55
بر .25سين ق الح Frasa Makam Husein
Kata Orang Irak عراقي .26
27. ة
اط
رن
Kata Granada غ
28. سينك
ة Kata Gereja
وت .29 Kata Beirut بير
ام .30
Kata Syam ش
ور .31 Kata Naisabur نيساب
بز .32 Kata Roti خ
33. ار Kata Kereta قط
Kata Jubah إزار .34
نيفس .35 ة Kata Perahu
36. ائرة
Kata Pesawat ط
Kategori Organisasi Sosial
ار حب .37 Kata Pelaut
38. اق Kata Pengembara الأف
ي .39 نغ Kata Penyanyi م
40. س ل
اان ط Kata Sultan
ور .41ث
ة Kata Revolusi
42. Kata Salib صليب
43. وب ع
رض شالأ Frasa Penduduk bumi
هيد .44
Kata Pahlawan الش
45. اج Kata Mahkota ت
56
Kategori Pola Mitos
بادسند .46 Kata Sinbad
وع .47 Kata Yesus يس
ون الرش .48 ديهر Frasa Harun al Rasyid
رحس .49 Kata Sihir
ف .50
سلوح الأ Frasa Ruh leluhur ر
وري .51 سط
ور الأ
Frasa Benteng legendaris الث
نج .52 سودرالفة Frasa Surga firdaus
53. ال أ
مث Kata Perumpamaan
Kata Puisi شعري .54
ون .55 وان د Kata Don Juan ج
Pada pertanggungjawaban ini peneliti hanya menampilkan
beberapa penerjemahan pemarkah kebudayaan yang mewakili
jenis pemarkah yang lainnya dalam tiap kategori menggunakan
strategi yang sesuai.
57
B. Pertanggungjawaban Penerjemah
1. Domestikasi Budaya (domestication)
a) Kategori Ekologi
Teks 1
Aku bermimpi
Diriku seorang buronan yang
melarikan diri
Di dalam hutan
Di negeri yang jauh
Anjing-anjing hutan mengikutiku
melewati padang pasir yang
kehitaman dan berbukit
ت ح لم
أني هارب طري د
في غابة
في وطن بعي د
الذئاب ت تبع ني
د واله س ال عب ر الب راري ضاب و
(puisi د ري
(bait 1-6 :الط
Kata ئاب الذ merupakan bentuk jamak dari الذئ ب. Pada
penerjemahan ini peneliti menggunakan strategi domestikasi
budaya (domestication). Kata الذئ ب merupakan pemarkah budaya
58
kategori ekologi yang mempunyai arti ‘serigala’.101 Pada budaya
bahasa sasaran (BSa) serigala memang dikenali, akan tetapi
keberadaannya hampir tidak ditemukan di Indonesia karena pada
umumnya serigala hidup di daerah Afrika.102 Sesuai dengan
strategi penerjemahan domestication, peneliti memadankan
‘serigala’ dengan pemarkah budaya kategori ekologi berupa hewan
lokal yang hidup di hutan. Peneliti memilih padanan ‘anjing hutan’
karena keduanya termasuk ke dalam jenis yang sama, yaitu genus
canis.103 hal ini juga selaras dengan keterangan di dalam kamus al-
Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam الذئب: حيوان يشبه الكلب جري جدا
Serigala: Seekor hewan diserupakan seperti anjing yang عند الجوع
berlari saat lapar.104 Pemadanan serigala dengan anjing hutan juga
dilakukan oleh Yani’ah Wardani dan Cahya Buana dalam
‘Pengaruh Unsur Ekstrinsik terhadap Diksi Peribahasa Arab dan
Indonesia’.105
dalam kamus alma’ani daring Arab-Indonesia juga memiliki الذئب 101
arti serigala. 102 Hewan Serigala, Sumber, diakses pada 12 April 2019 pukul 22.10
WIB .>https://sumber.com/edukasi/pengetahuan-umum/sumber/serigala.html < 103 Pas Berita.com, Jenis Anjing yang Mirip Serigala diakses pada 21
Juli 2019 pukul 16.40 WIB, https://pasberita.com/jenis-anjing/; lihat juga KBBI:
serigala adalah binatang liar yang bentuk badannya seperti anjing dan warna
bulunya kuning kelabu atau anjing hutan. 104 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam (Beirut: Dar al-
Masyriq, 1986), h. 233. Diterjemahkan secara bebas oleh peneliti. 105 Yani’ah Wardani dan Cahya Buana, Pengaruh Unsur Ekstrinsik
terhadap Diksi Peribahasa Arab dan Indonesia (Analisis Satra Bandingan)
(Tangerang: Transpustaka, 2013), h. 76.
59
أحذر من ذئب
Lebih penakut dari anjing hutan
استنعج ذئبAnjing hutan telah menjadi kambing
Gambar 1. Serigala
Gambar 2. Anjing hutan
60
Teks 2
Burung-burung branjangan
beterbangan, maka
rembulanku bersedih
Di ujung taman, di bawah
pohon lemon,
Menutupi Sinbad di sana
Namun hampa, di sana hanya
abu
ت ق ب را
طارت ، ف يا قمري الحزين
تان ، ت ت شجي في آخ رة ر البس
اللي مو ن ،
خبأه هناك السن دباد
لكنه خاو ، وها أن الرماد
(puisi ن مري الحزي
(bait 12-16 : ق
Kata ات ر ق ب merupakan bentuk jamak dari ب رة ق yang
mempunyai arti ‘jenis burung’.106 Kemudian karakteristik burung
tersebut dijelaskan di dalam al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam.
ب رة ق merupakan jenis burung yang senantiasa berkicau, pemakan
106 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia
(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997). h, 1048.
61
biji-bijian, dan burung yang mencari makanan pada siang hari di
jalan.107 Dalam bahasa Inggris burung tersebut ( ق ب رة) dikenal
dengan burung Skylark/lark yang banyak terdapat di daerah Afrika
dan Amerika Utara.108 Kemudian peneliti menerapkan strategi
domestikasi budaya (domestication) dan memadankan burung
Skylark/lark dengan jenis burung lokal sebagai pemarkah budaya
yang ada di Indonesia. Peneliti pun memadankannya dengan
burung branjangan. Burung branjangan hidup di Nusa Tenggara
dan Sumatera.109 keduanya memiliki karakteristik yang sama
seperti pada gambar, yaitu berwarna kusam abu-abu bercampur
cokelat, ukuran tubuhnya cukup mungil antara 16-18 cm, dan
Kicauan burung Skylark dan branjangan juga sangat tajam dan
keras.110
107 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 605. 108 Al-ma’ani daring Inggris-Arab diakses pada 23 April 2019 pukul
20.31WIB. 109 Karakteristik burung branjangan, diakses pada 17 Juli 2019 pukul
22.43 WIB. https://www.jalaksuren.net/karakteristik-burung-branjangan/ 110 Jitunews, Menangkar Skylark, diakses pada 16 Juni 2019 pukul
05.41 WIB. https://www.jitunews.com/read/11836/langkah-dasar-menangkar-
skylark-bagian-1
62
Gambar 3. Skylark
Gambar 4. Burung Branjangan
Teks 3
Burung-burung dara
meninggalkan gerejanya di musim
semi
Lalu, untuk siapa
disenandungkan? Kafe yang
pintu-pintunya tertutup
ر هجرت كنائسها لربيع ا عصافي
و صدت ي أ مقاه فلمن ت غني ؟ وال
هاأب واب
63
Dan pada siapa berdoa? Duhai
hati yang retak
ولمن تصلي ؟ أي ها القل ب الصدي ع
(puisi ن مري الحزي
(bait 30-32 :ق
Peneliti juga menerapkan strategi yang sama yaitu
domestikasi budaya (domestication) pada kata عصافي. Kata عصافي
merupakan jamak dari عص فو ر yang mempunyai arti ‘jenis burung
kecil’.111 Kata عص فو ر memang lebih umum digunakan dalam
penyebutan nama burung dalam bahasa Arab. Selanjutnya peneliti
menggunakan strategi domestikasi budaya (domestication)
terhadap kata فو ر dengan ‘ burung dara’. Hal ini mengacu pada عص
penjelasan di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam
: طائر, وهو يطلق على ما دون الحمام من طريق قاطبةعصفور . Bahwa عص فو ر
adalah burung yang juga disebut merpati/burung dara.
111 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h, 938.
64
Gambar 5. Burung merpati/dara
Teks 4
duhai teman pagi, dari
keselamatan
Hei yang bisu, pohon oak yang
pucat tercambuk angin
Dan temanmu si burung kenari,
telah menjatuhkan senjata
Yang penuh darah luka
anaknya,
ر من س يا رفي ق ر, فج لام الفج
احب الش يا صامتا, والسن ديان
ت لده الرياح
قى , قد أل الحسو ن وصدي قك
السلاح
ل,ج راح الن خضبا بدم الج مت
(puisi المو ت في الخري ف: bait 10-13)
65
Selanjutnya peneliti melakukan strategi domestikasi
budaya (domestication) pada kata الحسو ن. Kata الحسو ن merupakan
pemarkah budaya kategori ekologi yang mempunyai arti sejenis
burung kecil atau Goldfinch.112 Jenis burung Goldfinch sering
dijuluki sebagai ‘biduan Eropa’ karena suaranya yang merdu.113
Selain warnanya yang cantik, burung Goldfinch atau bisa disebut
dengan burung Eastern goldfinch adalah burung asli Amerika
Utara juga memiliki suara yang melengking seperti kenari.114 Kata
peneliti padankan dengan pemarkah budaya berupa burung الحسون
lokal yang memiliki karakteristik yang sama dengan burung
Goldfinch, kemudian peneliti memadankannya dengan ‘burung
kenari’ karena memiliki jenis dan karakter yang sangat mirip, yaitu
pemakan biji-bijian dan bersuara merdu.
112 Al-ma’ani Arab- Indonesia, diakses pada 18 juni 2019 pukul 22.30
WIB. 113 Burung Goldfinch, diakses pada 24 April 2019 pukul 23.18
WIB.https://juraganmumut.com/burung-goldfinch-amerika/ 114 Media Ronggolawe, https://mediaronggolawe.id/gold-finch-sang-
biduan-dari-eropa/ ; baca juga Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-
A’lam, ( Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 134.
66
Gambar 6. Goldfinch
Gambar 7. Burung Kenari
Teks 5
Malaikat- malaikat tersenyum
Dan lenyap di balik dinding
duhai kutilang sang pecinta
yang buta
لاك م واب تسم ال
ار وغاب في الجد
, العاشق الأع مى ن دلي ب يا ع -
67
duhai bendaharawan segala
rahasia
perahu itu telah berlayar
رار ويا خزائن الأس
نة أب رت السفي
(puisi
ة
ول ف
(bait 20-23 : الط
Pada puisi ini peneliti menerapkan strategi penerjemahan
domestikasi budaya (domestication) pada kata عن دلي ب. Kata عن دلي ب
merupakan pemarkah budaya kategori ekologi yang mempunyai
arti burung Bulbul.115 Selanjutnya peneliti mencari informasi
terkait karakteristik burung Bulbul dan menemukan ciri-cirinya,
diantaranya berleher pendek, bersayap pendek, dan berekor
panjang.116 Hal ini selaras dengan cerita populer tentang ‘Si Bulbul
Kecil’. Burung itu berparuh kecil, Badannya juga mungil.
Namanya Bulbul. Tetapi, meski kecil, ia burung yang tidak mudah
putus asa. Ia terbang mencari air ke lautan. Dari ketinggian, ia
menyiramkan air itu ke api yang berkobar – yang di dalamnya
ada Ibrahim, sang Khalilullah, itu. Secuil air dari paruh mungil
hendak memadamkan api yang tengah menyala-nyala? Karuan
115 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h. 977. 116 Pemahaman alkitab jilid 1, “Bulbul”, diakses pada 18 Juni 2019.
https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1200000837
68
saja berbagai hewan, pohon dan tetumbuhan menertawakan ulah
Bulbul kecil.117
Burung bulbul hidup di daerah Asia, Eropa, Afrika dan
Mediterania. Dalam bahasa Inggris burung Bulbul disebut dengan
Nightingale atau juga digelar sebagai “penyanyi malam”.118
Burung Bulbul termasuk burung yang berkicau. Ukuran tubuh
serta kicauannya menyerupai burung kutilang119 hal ini sesuai
dengan keterangan dalam al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam
merupakan jenis burung yang bertubuh kecil dan bersuara عن دلي ب
indah.120
Nama resmi burung kutilang di Indonesia adalah Cucak
Kutilang. Dengan menerapkan strategi domestication, peneliti
memadankan kata عن دلي ب dengan jenis hewan lokal yang
mempunyai ciri yang sama dengan jambul khas di kepala
keduanya, peneliti memberi padanan dengan ‘burung kutilang’.
117 Kabar news, “Falsafah Zuhud: Belajar Dari Kisah Nabi Ibrahim dan
Burung Bul-Bul”,https://kabar.news/falsafah-zuhud-belajar-dari-kisah-nabi-
ibrahim-dan-burung-bul-bul diakses pada 23 April 2019 pukul 14.30 WIB. 118 Kicau Burung Paling Merdu, diakses pada 27 April 2019 pukul
17.21 WIB. https://www.wongunik.com/jenis-burung-kicau-dengan-suara-
paling-merdu-di-dunia/ 119 Kompas.com, “spesies bulbul”, diakses pada 23 April 2019,
https://sains.kompas.com/read/2009/07/30/15223047/spesies.baru.burung.bulb
ul.kepala.botak diakses pada 18 Mei 2019 pukul 11.45 WIB. 120 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 533.
69
Gambar 8. Burung bulbul
Gambar 9. Burung kutilang
b) Kategori Budaya Materi dan Teknologi
Teks 1
خلفها القطار عاهرة
با بلا ر ثاد في لي ل أو رو
Kereta itu telah meninggalkan
pelacur
Di malam Eropa tanpa mantel
70
تو ت ت ت الب ر د والأم طار
(puisi رب
الغ
(bait 5-7 :حضارة
Ia akan mati di bawah dingin
dan hujan
Kata دثار di dalam kamus al-Munawwir mempunyai konsep
yang sama dengan kata غطاء yaitu selimut.121 Menurut al-Munjid
fi al-Lughah wa al-A’lam دثار diartikan sebagai jenis pakaian yang
menghangatkan dan menutupi tubuh dari bagian kepala.122 Peneliti
menerapkan strategi domestikasi budaya (domestication) dengan
memadankan kata دثار dengan jenis pakaian yang ada di budaya
Bsu dengan konsep yang ada, yaitu hangat dan menutupi dari
bagaian kepala. Kemudian peneliti memadankannya dengan
‘mantel’. Sesuai dengan konsepnya ‘mantel’ dalam KBBI yang
berarti baju panjang, biasanya dari bahan kain tebal berlengan atau
tidak berlengan untuk menyelubungi tubuh.123
121 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h. 388. 122 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 206. 123 KBBI
71
Gambar 10. mantel
Teks 2
Kenikmatan mendengar
Pada syi’irnya yang omong
kosong
Dengan senyuman sinis
Menghasut pengikutnya
ketika dibacakan syi’ir-syi’ir
mengikuti peribahasa
dan membenamkan jilbab
نع مة الإص غاء
لشع ره الهراء
راء مة صف ببس
عار في ه إذا ما قرأ الأش ي هز رد
ثال تثل الأم وام
الخمار وي غ مز
72
Mudah mudahan akan datang
malam berikutnya untuk
membayar dendam
فع ى بقادم لعله اللي ل أت ليد
الحساب
(puisi صغير لبرجوازي تقريبية صور
الشعر يقرض : bait 6-12)
Kata خار mempunyai arti penutup kepala wanita.124
Peneliti juga menerapkan strategi domestikasi budaya dalam
memberi padanan kata خار. Penutup kepada wanita dalam budaya
BSa mempunyai banyak variasi, seperti topi, kupluk, kerudung dan
lainnya. Sementara konsep خار yang dimaksud dalam BSu adalah
penutup kepala yang desainnya menutupi kepala, leher dan
menjulur hingga menutupi dada wanita.125 Oleh sebab itu peneliti
menerapkan strategi domestikasi dengan tetap memadankan خار
dengan ‘jilbab’ karena kesesuaian dalam BSa konsep jilbab
dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher hingga
dada.126
124 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h. 368; lihat juga Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 195. 125 Sindonews.com, “Pengertian Hijab, Jilbab, Khimar, Kerudung,
Niqab dan Burqa”, diakses pada 13 Juni 2019 pukul 02.33 WIB.
https://lifestyle.sindonews.com/read/1313462/186/pengertian-hijab-jilbab-
khimar-kerudung-niqab-dan-burqa-1528701581 126 KBBI
73
Gambar 11. Jilbab
c) Kategori Organisasi Sosial
Teks 1
...
Lalu untuk siapa? apa yang
akan ia tuliskan?
duhai siput yang
mengingatkan pada penyanyi
dan pahlawan
...
تب عن ؟ وماذا سو ف تك ه؟فلمن
ن ذاكرة ال الشهي د و مغني يا حلزو
(puisi ون ز
(bait 6-7 :الحل
Kata الشهي د mempunyai arti saksi atau orang yang gugur di
jalan Allah.127 Istilah tersebut sangat sesuai dengan konsep ‘martir’
127 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h. 747.
74
dalam KBBI. Orang yang gugur di jalan Allah (fi sabilillah) tidak
hanya sebagai pejuang, akan tetapi dalam konteks ini peneliti
menggunakan strategi domestikasi budaya dengan membatasi
konsep kata الشهي د dalam tema nasionalisme. Sehingga kata الشهي د
dipadankan dengan ‘pahlawan’.
d) Kategori Pola Mitos
Teks 1
Kenikmatan mendengar
Pada syairnya yang omong
kosong
Dengan senyuman sinis
Menghasut pengikutnya saat
dibacakan syi’ir-syi’ir
mengikuti peribahasa
dan membenamkan jilbab
Mudah mudahan akan
datang malam berikutnya
untuk membayarkan dendam
نع مة الإص غاء
لشع ره الهراء
مة راء ببس صف
عار في ه إذا ما قرأ الأش ي هز رد
تثل ثال وام الأم
وي غ مز الخمار
ف ع الحساب لعله اللي ل أتى بقادم ليد
75
(puisi صغير لبرجوازي تقريبية صور
الشعر يقرض : bait 6-12)
Kata ثالأ م merupakan bentuk jamak dari kata مث ل dan مث ل
yang artinya perumpamaan, pepatah, dan parabel.128 Peneliti
menerapkan strategi domestikasi budaya (domestication) dengan
memberi padanan ثال dengan ‘peribahasa’. Strategi domestikasi أم
budaya ini dilakukan oleh peneliti karena kata amtsal memang
sebetulnya tidak dapat dipadankan secara sempurna dalam BSa.
Meskipun demikian, keduanya seringkali disamakan. Perbedaan
budaya menjadi faktor utama yang memengaruhinya.
Berikut beberapa perbedaan amtsal dan peribahasa.
Pertama amtsal harus berbentuk kalimat, sementara peribahasa
dapat berupa kata. Kedua, peribahasa merupakan induk dari kata
kiasan yang lain, seperti perumpamaan, pepatah, dan lainnya.
Sedangkan amtsal lebih independen sebagai genre prosa Arab.
Ketiga, amtsal dalam budaya Arab lahir dari sebuah kronologi
cerita, sehingga penggunaannya terbatas. Sementara peribahasa
dalam bahasa Indonesia tidak lahir dari sebuah kronologi cerita dan
keberadaanya tidak diketahui dari beberapa referensi serta
penggunaannya lebih fleksibel.129 Akan tetapi, peneliti mencoba
128 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h. 1309. 129 Muflihah, “Peribahasa di dalam Bahasa Arab” (Studi Komparasi
Peribahasa Arab dengan Peribahasa Indonesia, Arabia, Vol. 6 No. 2 Juli –
Desember 2014, diakses pada 25 April 2019 pukul 23.09 WIB.
76
mendomestikasi amtsal tanpa mereduksi budaya bahasa sumber
dengan menarik tujuan yang sama dari amtsal dan peribahasa.
Pada larik puisi di atas ... Menghasut pengikutnya saat dibacakan
syi’ir-syi’ir, mengikuti amtsal... konsep amtsal untuk
memengaruhi orang lain dengan suatu tujuan. Senada dengan hal
tersebut peribahasa hadir untuk mengiaskan maksud tertentu.130
2. Penggunaan Bahasa Asing (foreignization)
a) Kategori Ekologi
Teks 1
ناك في لي ل الخري ف إل ال د م عي
تط لعان
ر راء؟ غي ماذا وراء الرب وة الحم
السن ديان
خنة وحان وسحائب ت ب كى ومد
: bait 1-3) ف ري
وت في الخ ) الم
Sepasang bola matamu di
malam musim semi menatap
ke sepanjang pemandangan
Apa yang ada di belakang
istana Alhambra? selain
pohon oak
Awan-awan menangis dan
asap telah mendekat
130 KBBI: Peribahasa merupakan kata atau kalimat yang tetap
susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu.
77
Peneliti menerapkan strategi penggunaan istilah asing
(foreignization) pada kata السن ديان. Secara literal السن ديان
mempunyai arti pohon ek atau oak.131 Kata سن ديان juga dijelaskan
dalam al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam yaitu pohon dari genus
pohon ek yang menghasilkan buah dan dikelilingi oleh
cerobong.132 Pohon oak banyak tumbuh di daerah Portugis,
Maroko dan Spanyol dan digunakan sebagai bahan pembuatan
kapal dan perabot rumah tangga sebagaimana kegunaan pohon jati
atau mahoni di Indonesia.133 Akan tetapi, di daerah tumbuhnya
beberapa pohon oak mendapat keistimewaan lebih dibandingkan
pohon-pohon lain karena usianya yang lebih dari 1.500 tahun
sehingga dijuluki dengan pohon malaikat.134 Hal inilah yang
menjadikan alasan peneliti mempertahankan ‘pohon oak’ untuk
padanan kata السنديان agar konsepnya di dalam BSu tidak tereduksi
saat diterjemahkan. Sehingga peneliti tetap memberi padanan
.’dengan ‘pohon oak السنديان
131 Al-ma’ani Arab-Indonesia diakses pada 23 April 2019 132 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 355. 133 Kayu pohon oak banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat
perabot rumah tangga sebagaimana pemanfaatan pohon jati dan mahoni di
Indonesia, diakses pada 24 April 2019 pukul 21.12 WIB.
https://asyraafahmadi.com/in/pengetahuan/material/alami/nontambang/kayu/oa
k/ 134 Tanaman Terunik di Dunia, diakses pada 24 April 2019 pukul 21.39
WIB.https://satujam.com/untuk-kamu-pecinta-tanaman-inilah-5-pohon-
terunik-di-dunia/
78
Teks 2
Aku melihatnya menangisi
Hussein
Hussein tertikam
Di padang Karbala tikaman
pengecut di kedua bola
matanya
Menciumi tangan yang
menghantamnya
Dengan harta lain yang mulia
dan benar benar sepadan
رأي ته ي ب كي على الحسين
ط عن الحسين وي
الجب طع نة كر بلاء في ن ين ان في العي
فعه ي قبل اليد التي تص
ه كري وحفي مث ل ما بال غي
(puisi)لبرجوازي قريبية ت صور
الشعر صغيريقرض
:bait 6-12
79
Hal serupa juga dilakukan peneliti dalam memadankan
kata كر بلاء. Kata كر بلاء mempunyai arti Karbela (nama kota).135
Peneliti menerapkan strategi foreignization dengan memunculkan
pemarkah budaya dalam konteks peristiwa Karbala, yaitu
pembunuhan Hussein yang terjadi di ‘padang Karbala’.136
Pemadanan tersebut dipertimbangkan oleh peneliti agar tidak
mereduksi pemarkah budaya dalam BSu ketika dipadankan dalam
BSa.
Teks 3
Kelinci pengecut
Sultan yang berpura-pura
Kedua matanya berlinang air
mata saat membangunkan
“Turquoise”
Danau Turquoise dalam
nyanyiannya memercikan isyarat
وأر ن با جبان
نافق السل طان ي
ناه إذا ما أي قظت مع عي تد
رو ز " "ف ي
رو ز في غنائها ورشت رة الفي بي
الرمو ز
135 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h. 1198. 136Wikishia.net, “Tragedi Padang Karbala”, diakses pada 25 April 2019
pukul 23.44 WIB.http://id.wikishia.net/view/Tragedi_Karbala
80
(puisi لبرجوازي تقريبية صور
الشعر يقرض صغير : bait 29-32)
Pada frasa رو ز رة الفي mempunyai arti الفيوز kata ,بي
Turquoise137 atau warna perpaduan antara biru yang sedikit
kehijau-hijauan. Warna ini merupakan warna lautan atau
samudera. Turquoise merupakan sebutan untuk Danau Turquoise
yang berada di Jiuzhaigou National Park sebagai pemarkah
budaya yang ada di China.138 Karena keindahannya Danau
Turquoise dapat dikatakan sebagai tempat yang berada dalam
negeri dongeng. Peneliti menggunakan strategi penerjemahan
foreignization untuk mempertahankan budaya BSu dalam dalam
terjemahan.
Teks 4
Di atas jabal Nur
جبال الن و ر ف و ق
137 Al-ma’ani Arab-Inggris daring diakses pada 26 April 2019 pukul
9.06 WIB. 138 Lazone, “Danau Jernih di China”,
https://www.lazone.id/inspiration /inspiring-place/bro-china-punya-danau-
sejernih-kristal-3~c75725 diakses pada 27 April 2019 pukul 23.65 WIB.
81
Tapi ia terjatuh setelah sesaat
dalam lumuran
Ternodai dan berselimut dalam
rasa malu
Aku melihatnya pada tahun-tahun
kematian dan pengepungan
قط ب ع د لح ظة في ل لكنه يس وح
ياء الأش
ارقا في العار خا وغ ط مل
و ت والح صار رأي ته في سن وات الم
(puisi لبرجوازي تقريبية صور
الشعر يقرض صغير : bait 33-36)
Peneliti menerapkan strategi penerjemahan foreignization
atau mempertahankan pemarkah budaya dalam BSu pada جبال
Peneliti tidak menerjemahkannya secara harfiah menjadi .الن و ر
‘gunung yang bercahaya’, karena جبال الن و ر merupakan salah satu
pemarkah budaya kategori ekologi yang berada di kota Mekah,
Arab Saudi. kota Makkah memilik tempat-tempat bersejarah,
diantara nya Jabal Nur. jama’ah haji dan umrah datang ke makkah
dan berkunjung ke tempat tersebut. Jabal Nur merupakan awal bagi
82
Baginda Nabi Muhammad SAW dilantik sebagai nabi terakhir.139
Jabal Nur yang terletak sekitar 7 km dari Masjidil Haram di daerah
Hejaz. Jama’ah haji dan umroh selalu menyempatkan berkunjung
ke Jabal Nur, karena disinilah pertama kali Baginda Nabi
Muhmammad menerima wahyu yang pertama.140 Istilah ‘Jabal
Nur’ sangat populer untuk menyebut gunung tersebut. Karena itu
peneliti tetap memadankan جبال الن و ر dengan ‘Jabal Nur’.
Teks 5
Rembulanku yang bersedih
Lautan telah mati dan
ombaknya yang kehitaman sirna
Sinbad terjatuh
Anak-anaknya tak lagi saling
bersorak
قمري الحزي ن
ر واجه البح مات وغيبت أم
داء السو
ق لع السن دباد
و ن أب ناؤه ي تصاي ول يعد
139 Republika, “Dunia Islam Haji dan Umroh”, diakses pada 28 April
2019 pukul 13.14 WIB. https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-
haji/12/10/08/mbkf2v-jabal-nur-dan-gua-hira-saksi-kenabian-muhammad-saw, 140 Kompasiana, diakses pada 26 Juli 2019 pukul 17.19 WIB.
https://www.kompasiana.com/birotravelumroh/57bbcd0aa723bd2c4bb1c105/k
enali-gunung-bercahaya-di-makkah-jabal-nur diakses pada 18 Juni 2019 pada
pukul 14.42 WIB
83
Bersama burung-burung camar
dan gema
مع الن وارس والصد
(puisi ن مري الحزي
(bait 1-5 :ق
Pada sajak ini peneliti memadankan ب ر dengan lautan. Kata
memiliki arti laut dan lautan.141 Laut dan lautan memiliki ب ر
konsep yang berbeda. Laut adalah kumpulan air asin yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau.
Sedangkan lautan merupakan laut yang luas sekali atau samudra.
Pada konteks ini ب ر yang dimaksud dalam penggalan puisi tersebut
merupakan perairan yang dihuni oleh ikan paus. Sehingga peneliti
memadankannya dengan lautan karena paus hidup di tengah
samudra.142
b) Kategori Budaya Materi dan Teknologi
Teks 1
ناك في لي ل الخري ف إل ال د م عي
تط لعان
Sepasang bola matamu di
malam musim semi menatap
ke sepanjang pemandangan
141 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h. 60. 142 BBC, Menghitung Paus dari Luar Angkasa, diakses pada 26 Juni
2019 pukul 08.29 WIB.
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/02/140213_hitungpaus_iptek.
84
راء ماذا وراء ر ؟ غ الرب وة الحم ي
السن ديان
خنة وحان وسحائب ت ب كى ومد
(puisi ف ري
وت في الخ (bait 1-4 : الم
Apa yang ada di belakang
istana Alhambra? Selain pohon
oak
Awan-awan menangis dan asap
telah mendekat
Secara literal راء dalam رب وة .’berarti ‘bukit merah الرب وة الحم
al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam mempunyai arti bagian bumi
yang tinggi atau bukit.143 Kemudian peneliti menggunakan strategi
foreignization atau penggunaan istilah bahasa asing pada frasa
tersebut. Setelah peneliti mencari informasi tentang راء ,الرب وة الحم
peneliti mendapati bahwa istilah tersebut digunakan untuk
menyebut suatu pemarkah budaya yang ada di BSu. راء الرب وة الحم
terletak di Granada, Spanyol. Yang dimaksud dengan راء الرب وة الحم
yaitu ‘istana Alhambra’ yang letaknya di bukit La Sabica.144
143 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 247. 144 Istana Alhambra didirikan oleh kerajaan Bani Ahmar atau bangsa
Moor dari daerah Afrika Utara. Bani Ahmar adalah penguasa kerajaan Islam
terakhir yang berkuasa di Andalusia (Spanyol). Istana Alhambra berdiri kokoh
di bukit La Sabica, Granada, Spanyol. Nama Alhambra berasal dari bahasa
Arab, hamra’, bentuk jamak dari ahmar yang berarti “merah”. Dinamakan Istana
85
Sehingga tidak tepat jika diberi padanan bukit Alhambra. Oleh
karena itu peneliti memberi padanan yang populer digunakan yaitu
‘istana Alhambra’.
Teks 2
....
jika saja kau meneriakinya
Duhai jubah yang terkoyak
Kereta itu telah melewatimu
... بها ت لو صح
الإزار يا هتي كة
قد فاتك القطار
(puisi
ربحضارة
الغ : bait 10-
11)
Kata إزار memang sudah sering digunakan dalam budaya
BSu yang identik dengan kalangan pesantren. Kata إزار digunakan
untuk menunjuk pada ‘kain sarung’ atau sesuai dengan cara
mengenakannya sebagai pakaian yang dililitkan.145 Kain sarung
merupakan pemarkah budaya yang sudah dikenal pada abad 18 dan
Alhambra–yang berarti Istana Merah–karena bangunan ini banyak dihiasi ubin-
ubin dan bata-bata berwarna merah, serta penghias dinding yang agak kemerah-
merahan dengan keramik yang bernuansa seni Islami, di samping marmer-
marmer yang putih dan indah. https://www.salam-online.com/2012/07/istana-
alhambra-di-spanyol-warisan-kejayaan-masa-silam-kini-adzan-mulai-kembali-
berkumandang.html , diakses pada 23 April 2019 pukul 23.14 WIB. 145 Al-ma’ani Arab-Indonesia daring diakses pada 14 Juli 2019 pukul
10.15 WIB.
86
awal abad 19 di Indonesia. Penggunaan sarung di Indonesia tidak
hanya identik dengan hal keagamaan seperti sholat dan mengaji
saja. Bahkan budaya mengenakan sarung oleh masyarakat
Indonesia menjadi simbol perlawanan penjajah kala itu.146 Sarung
sendiri berasal dari bahasa melayu, yakni Sarong yang artinya kain
yang pemakaiannya dililitkan di pinggang dan hanya menutupi
bagian pinggang ke bawah. Sebagai bukti Indonesia sangat
melestarikan pemarkah budayanya, sarung diproduksi beraneka
ragam dari daerah Sabang hingga Merauke seperti sarung ulos dari
Sumatera Utara, sarung tenun poleng dari Bali, sarung samarinda
dari Kalimantan dan sarung goyor dari Jawa Tengah dan masih
banyak lagi.147
Namun konsep kata إزار dijelaskan di dalam al-Munjid fi al-
Lughah wa al-A’lam sebagai kain penutup badan, pakaian sejenis
jubah, dan pakaian kesalehan. Hal ini tentu saja berbeda dengan
konsep إزار dalam budaya BSa. Peneliti memadankan kata إزار
dengan menggunakan strategi foreignization atau sesuai konsep
penggunaan bahasa asing sehingga diterjemahkan menjadi ‘jubah’.
Pemadanan ini tentunya sesuai dengan konteks bait puisi
146 Kompas.com, Nasionalisme Selembar Sarung, diakses pada 14 Juni
2019.
https://regional.kompas.com/read/2012/03/04/02192913/nasionalisme.dalam.s
elembar.sarung 147 Tribunnews, Sarung, diakses pada 18 Juli 2019.
https://video.tribunnews.com/view/86172/sarung-darimana-sarung-berasal
87
sebelumnya أي ت ها العجو ز duhai wanita tua, menunjukkan kata رإزا
sebagai pakaian yang digunakan oleh perempuan.
Gambar 12. Konsep إزار dalam Bsa
Gambar 13. Konsep إزار dalam BSu
88
c) Kategori Pola Mitos
Teks 1
قمري الحزي ن
واجه السو ر مات وغيبت أم داء البح
ق لع السن دباد
ول يعد أب ناؤه ي تصايو ن
مع الن وارس والصد
(puisi ن مري الحزي
(bait 1-4 :ق
Rembulanku yang bersedih
Lautan telah mati dan
ombaknya yang kehitaman
sirna
Sinbad terjatuh
Anak-anaknya tak lagi saling
bersorak
Bersama burung-burung
camar dan gema
pada kalimat لع ق dalam السندباد قلع mempunyai arti
mencabut atau memindahkan.148 Namun peneliti memberi padanan
-dengan ‘terjatuh’. Menurut al-Munjid fi al-Lughah wa al ق لع
A’lam, kata ق لع mempunyai makna tidak menetap di pelana149 hal
148 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia,
h, 1149. 149 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 650.
89
ini sesuai dengan cerita rakyat ‘Petualangan Sinbad’, bahwa
Sinbad dan anak buahnya jatuh ke laut saat tanah yang mereka
injak bergoyang keras.150
Kemudian peneliti menggunakan strategi foreignization
dengan mempertahankan kata السن دباد dengan ‘Sinbad’ di dalam
teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena cerita rakyat
‘Petualangan Sinbad’ yang berkembang dan populer di daerah
Irak.151 ‘Sinbad si Pelaut’ merupakan tokoh mitologi sebagai salah
satu pemarkah budaya dalam BSu yang harus disampaikan dalam
BSa. Dikhawatirkan apabila memberi padanan yang lain budaya
BSu akan tereduksi.
Teks 2
Di atas jabal Nur
بال الن و ر ف و ق ج
150 Pada cerita Sinbad Si Pelaut diceritakan saat Sinbad dan anak
buahnya asik berpesta dan membakar daging tanah pulau yang mereka injak
bergerak dan mereka terjatuh. ternyata tanah tersebut adalah ikan paus yang
telah lama tak bergerak dan ia merasakan panas dari tungku api yang ada di
badannya.https://dongengceritarakyat.com/cerita-dongeng-1001-malam-
sinbad/ diakses pada 23 April 2019 pukul 20.10 WIB; Lihat Dongeng Animasi
Sinbad, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer), h. 16. 151 Cerita Dongeng 1001 Malam, diakses pada 23 April 2019 pukul
20.17 WIB. https://dongengceritarakyat.com/cerita-dongeng-1001-malam-
sinbad/ .
90
Tetapi ia terjatuh setelah
beberapa saat dalam lumuran
Ternodai dan berselimut dalam
rasa malu
Aku melihatnya pada tahun-
tahun kematian dan
pengepungan
mewakili kondisi di Syam.
Don Juan ... peran yang
dipuja para wanita
قط ب ع د لح ظة في ل لكنه يس وح
ياء الأش
ارقا في العار خا وغ ط مل
و ت والح صار رأي ته في سن وات الم
.مثلا في الشام
دو ر الذي ت ع بده النساء.. دو ن
جو ان
(puisi لبرجوازي تقريبية صور
الشعر يقرض صغير : bait 32-
38)
atau Don Juan152 adalah sebuah tokoh fiksi دون جوان
flamboyan yang pertama kali diangkat dalam sebuah cerita
Spanyol dikarang oleh pujangga Tirso de Molina dalam El
152 Al-ma’ani Arab-Inggris daring diakses pada 26 April 2019 pukul
10.06 WIB.
91
burlador de Sevilla y convidado de piedra tahun 1630. Don Juan
merupakan tokoh mitologi romantisme yang terkenal sebagai laki-
laki penggoda. Hobinya gonta-ganti pacar. Sayangnya terkadang
sebutan Don Juan diberikan pada pria atau laki-laki yang suka
menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat153
karakter Don Juan sebagai pemarkah budaya digambarkan sebagai
sosok yang memesona, penggoda wanita dengan tatapannya, dan
memiliki sifat kesatria. Keterangan tentang دون جوان tersebut juga
terdapat di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam.154
Penyebutan orang di dalam kesusastraan Arab memang sering
digunakan sebagai simbol perumpamaan.
Pada konteks ini Al-Bayati ingin menggambarkan sosok
yang diidolakan oleh banyak perempuan. sebetulnya di kalangan
Arab sendiri memiliki tokoh romantisme, seperti Qays dalam
cerita “Layla Majnun”. Sosok Qays digambarkan sebagai sosok
yang tampan, berambut hitam, menjadi pusat perhatian dan
kekaguman.155 Sosok Qays sangatlah mirip dengan Don Juan.
Akan tetapi peneliti menerapkan strategi penerjemahan
foreignization dengan tetap memberi padanan ‘Don Juan’ karena
pada masanya penyair mendapat pengaruh dari aliran romantik
dari sastrawan Barat.
153 Don Juan, diakses pada 13 Juni 2019 pukul 19.30
WIB.https://joeybangun.com/2008/03/27/bercinta-ala-don-juan/ 154 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 250. 155 Nizami, Laila Majnun Sebuah Mahakarya Sastra Islam (Jakarta:
Kompasiana), h.34.
92
Teks 3
Aku kembali ke masa kecil
Sebagai pengembala domba
kabilah
Seperti Harun al-Rasyid
Seorang Raja dan Sultan
لة د إل الطفو أعو
لة راعيا غ نم القبي
ن الرشيدمث ل هارو
ملكاوسل طان
ن الرشيد merupakan tokoh yang populer pada budaya هارو
BSu. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam
dijelaskan bahwa Harun ar-Rasyid merupakan Khalifah
Abbasiyyah pada tahun 170-193 H. Harun ar-Rasyid juga
merupakan Khalifah Abbasiyah yang terkenal. Salah satu
kiprahnya ia mampu mengembangkan perdagangan, sastra dan
berbagai keilmuan pada masa pemerintahannya.156 Hal inilah yang
membuat peneliti menerapkan strategi penerjemahan
foreignization.
Penyebutan orang di dalam kesusastraan Arab memang
sering digunakan sebagai simbol perumpamaan. Seperti
penyebutan beberapa nama populer dalam amtsal bahasa Arab
156 Lewis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, h. 596.
93
misalnya ‘Hatim Thay’ sebagai simbol kedermawanan dalam
amtsal أكرم من حاتم طي, ‘si Madir’ sebagai simbol manusia kikir
dalam amtsal أبخل من مادر, Sinimmar sebagai simbol manusia sial
dalam amtsal Harun ar-Rasyid’ di dalam sajak puisi‘ . جزاء سنمار
oleh Albayati digambarkan sebagai simbol seorang raja yang kaya
raya dan mengayomi.157
157 Kisah Muslim, “Harun al-Rayid, Khalifah Terbaik Dinasti
Abbasiyah” diakses pada 12 Juli 2019 pukul 21.36 WIB.
https://kisahmuslim.com/5656-harun-al-rasyid-khalifah-terbaik-dinasti-
abbasiyah.html diakses pada 12 Juli 2019 pukul 21.36 WIB.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kesimpulan ini peneliti akan menyampaikan dua hal
terkait penerjemahan adaptasi, yaitu penerapan metode
adaptasi dan strategi penerjemahan adaptasi. Pertama, terkait
dengan proses penerjemahan teks sastra memang memiliki
tingkat kesulitan yang lebih tinggi akan tetapi, pengaplikasian
metode adaptasi dengan mempertimbangkan budaya kedua
sumber sangat efektif mendekatkan makna kepada pembaca.
Kedua, strategi penerjemahan adaptasi/kultural yang
ditawarkan oleh Lawrence Venuti dalam proses penerjemahan
adaptasi sangat membantu peneliti. Setelah pengaplikasian
strategi tersebut, peneliti menarik kesimpulan:
1.Strategi domestikasi budaya (domestication)
memadankan objek pemarkah budaya dari BSu ke dalam BSa
dengan mengenali karakteristik pemarkah budaya lewat kamus
serta didukung dengan sumber informasi lainnya. Kemudian
padanan tersebut disesuaikan kembali dengan konteks,
sehingga mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi di
kalangan pembaca.
2. Strategi penerapan bahasa asing (foreignization)
memang ditujukan agar tidak ada reduksi dalam pemarkah
budaya pada bahasa sumber. Peran penerjemah pada strategi
ini sebaiknya tidak serta merta menyalin secara utuh pemarkah
budaya dari BSu, akan tetapi penerjemah harus memahami
96
konsep pemarkah budaya dan menyeseuaikan kembali istilah
populer yang digunakan dalam penyebutannya sehingga
mengurangi kesulitan pembaca saat memahami teks.
B. Rekomendasi
Peneliti menyadari bahwa penelitian tentang pemarkah
budaya mempunyai banyak manfaat khususnya menopang
khazanah keilmuan penerjemahan. Namun penelitian ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti
merekomendasikan untuk melanjutkan penelitian dengan
memadankan pemarkah kebudayaan dua bahasa pada korpus
teks sastra puisi-puisi Abdul Wahab al-Bayati dalam tema yang
lainnya, ataupun karangan fiksi dalam bentuk novel, maupun
cerpen berbahasa Arab.
98
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Achmad, Bahrudin. Sastrawan Arab Modern dalam Lintasan
Sejarah Kesusastraan Arab. Jakarta: Guepedia Publisher,
2019.
Akmaliyah. Teori dan Praktik Terjemah Indonesia-Arab. Depok:
Kencana, 2017.
Basit, Abdul. Cinta, Kematian, Keterasingan. Yogyakarta: Putera
Langit, 2001.
Bessie, Polce Aryanto. Metode Penelitian Linguistik Terjemahan.
Jakarta: Penerbit Indeks Jakarta, 2017.
Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta, 2011.
Effendi, S. Tata Bahasa Dasar Bahasa Indonesia. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2015.
Emzir. Teori dan Pengajaran Penerjemahan. Depok: PT. Raja
Grafindo Persada, 2015.
Ganie, Tajuddin Noor. Buku Induk Bahasa Indonesia Pantun,
Puisi, Syair, Peribahasa, Gurindam, dan Majas.
Yogyakarya: Araska Publisher, 2009.
Ghoni, M. Djunaidi & Fauzan Almansur. Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Ar-ruz Media, 2012.
Hidayatullah, Moch. Syarif. Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer. Pamulang: Alkitabah, 2014.
99
Hoed, Benny Hoedoro. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta:
Pustaka Jaya, 2006.
Juwati. Sastra Lisan Bumi Silampari: Teori, Metode, dan
Penerapannya. Sleman: Penerbit Deepublish, 2018.
Kamil, Sukron. Teori Kritik Sastra Arab Klasik & Modern.
Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2012.
George Lakoff, dan Mark Jonshen. Metaphors We Live. London:
Universitas Chicago Press, 2003.
Machali, Rochayah. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: PT
Grasindo, 2000.
Mahayana, S. Maman. Kitab Kritik Satra. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indoesia, 2015.
Mahmud, Qahtan. Asâsiyyât as-Syu’ur wa Taqniyâtihi. Alukah.
Nida, E. Language Structure and Translation. Standford,
California: Standford University Press, 1975.
Peter, Newmark. A Textbook of Translator. Hong Kong: Shanghai
Foreign Language Education Press, 1989.
Rauf, Fathurrahman. Syair-syair Cinta Rasulullah. Jakarta:
Puspita Press, 2009.
Sayogi, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa
Indonesia. Ciputat: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Sayogi, Frans. Teori dan Praktik Penerjemahan Inggris-
Indonesia. Pamulang: Transpustaka, 2014.
Surastina. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: Elmatera.
100
Lawrence, Venuti. (1995). The Translator’s Invisibility. A History
of Translation. London: Routledge, 2018.
Wahed, Athamneh. Arabic Poetry Revolution and Conflict. Notre
Dame. Indiana: University of Notre Dame Press, 2017.
Waridah, Ernawati. Kumpulan Majas, Pantun & Peribahasa
Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Kawah Media, 2014.
Warsiman. Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis.
Malang: Universitas Brawijaya Press, 2016.
Warsiman. Pengantar Pemberlajaran Sastra Sajian dan Kajian
Hasil Riset. Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017.
Sumber Jurnal:
Dardiri, Taufik A. “Perkembangan Arab Modern”. Adabiyayat
Jurnal Bahasa dan Sastra 10, no. 2. (2011).
Massi, Grace. “Analisis Unsur-unsur Struktur Batin Beberapa
Puisi dalam Antologi Puisi”. Jurnal Skripsi 3, no. 4. (2014).
Munip, Abdul. “Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke
Bahasa Indonesia, Suatu Pendekatan Error Analysis”
Jurnal Al-Arabiyah, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga 1.1, no. 2. (2005).
Nurgiyantoro, Burhan. “Sastra sebagai Pemahaman antarbudaya”,
Jurnal Cakrawala Pendidikan 4, no. 1, (1995).
Rahma, Anita. “Analisis Teknik Penerjemahan Adaptasi dan
Variasi Pada Subtitle Film Batman Versi Bahasa Jawa
Mataram”. Journal of Linguistics 3, no. 1. (2018).
Supardi, “Moh Dinamika Penerjemahan Sastra: South of The Slot”,
Buletin Al-Turas, Fakultas Adab dan Humaniora,
101
Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 23, no. 2.
(2017).
Zulfadli, “Theoretical and Practical Reviews of Indonesian
Translated Harry Potter and Sorcerer’s Stone Novel”,
Jurnal Siele, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh 2, no.2. (2015).
Sumber Kamus:
Ali, Kamus Mutarjim Versi 1.2 (luring)
KBBI (luring). Edisi Kelima Versi 0.1.4. Beta (14). Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.
Ma’luf, Lewis. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Beirut: Dar
al-Masyriq, 1986.
Mu’jam Al-Ma’ani ‘Arab-‘Arab versi 2.9.2. Al-ma’ani.com
Dictionary, 2014.
Munawwir, Ahmad Warson al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997.
Sumber Internet:
A. Atho’illah Fathoni Alkhalil. Puisi Arab Modern: Dari Abad Ke-
19 Hingga Abad Ke-21 (Bagian II), dalam
https://sastraarab.com/2018/11/17/puisi-arab-modern-dari-
abad-ke-19-hingga-abad-ke-21-bagian-ii/, diakses pada 13
Maret 2019.
Adab.com. Nubdah haul: Abdul Wahab al-Bayati, dalam
http://adab.com/modules.php?name=Sh3er&doWhat=ssd
&shid=15 diakses pada 13 Juni 2019.
102
Dad Murniah, Nasionalisme dalam Sastra Indonesia,
dipublikasikan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/31
3 diakses pada 20 Juli 2019.
Jitunews.com, Menangkar skylark, dalam
https://www.jitunews.com/read/11836/langkah-dasar-
menangkar-skylark-bagian-1 diakses pada 18 Juni 2019.
Kabar news, Falsafah Zuhud: Belajar Dari Kisah Nabi Ibrahim
dan Burung Bul-Bul, dalam https://kabar.news/falsafah-
zuhud-belajar-dari-kisah-nabi-ibrahim-dan-burung-bul-bul
diakses pada 28 Juni 2019.
Maudhu’. Farq bayna al-qasidah wa al-Syi’r, dalam
(https://mawdoo3.com/%D8%A7%D9%84%D9%81%D8
%B1%D9%82_%D8%A8%D9%8A%D9%86_%D8%A7
%D9%84%D8%B4%D8%B9%D8%B1_%D9%88%D8%
A7%D9%84%D9%82%D8%B5%D9%8A%D8%AF%D8
%A9 diakses pada 14 Maret 2019.
Sindonews, Pengertian Jilbab. Khimar, Kerudung, Niqab dan
Burqa, dalam .
https://lifestyle.sindonews.coma/read/1313462/186/penger
tian-hijab-jilbab-khimar-kerudung-niqab-dan-burqa-
1528701581 diakses pada 28 Juli 2019.
103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Penerjemahan Adaptasi
حضارة الغر ب
Peradaban Barat
Peradaban hancur
Hati pertiwi
Dan sepasang bola mata tanpa
kepastian
siang mengering di kedua
ceruknya
kereta itu telah meninggalkan
pelacur
di malam Eropa tanpa mantel
Ia akan mati di bawah dingin
dan hujan
Aku menginginkan
Bila saja kau meneriakinya
: duhai jubah yang terkoyak
ار ه ن ت ة ار ض ح
الط ن م ب ل ق ين
ار ر ق لا ب ان ن ي ع و
ار ه ا الن م ه ي ر ئ ب في ف ي
ار ط ا الق ه ف ل خ ة ر اه ع
ار ث د لا ا ب ب و ر و أ ل ي ل في
ار ط م الأ و د ر الب ت ت ت و ت
ت د د و
ابه ت ح ص و ل
الإزار يا هتي كة :
Kereta itu telah melewatimu
ار ط الق ك ات ف د ق
ة اد ع الس ن ع ء ي ش
Secercah kebahagiaan
Mereka berbohong
hai Muhammad!
Kebahagiaan
Tak pernah dijual
Lalu koran-koran pun
Bertuliskan : bahwa langit
telah menghujani katak-katak
malam kemarin
Sahabatku, mereka telah
mencuri kebahagiaan darimu
Mereka menipumu
Menyiksamu,
Menyalibmu,
Dalam ikatan kata-kata
ة اد ع الس ن ا , ا و ب ذ ك
د م ا م ي
اع ب ت لا
د ائ ر الج ف
اء م الس ن : ا ت ب ت ك
ع اد ف ض س م الأ ة ل ي ل في ت ر ط م أ
ة اد ع الس ك ن ا م و ق ر , س ي ق ي د ا ص ي
ك و ع د خ
ك و ب ذ ع
ك و ب ل ص
ات م ل الك ال ب ح في
ت : م ك ن وا ع ل و ق ي ل
Agar mereka dapat mengatakan
tentangmu
“dia telah mati”
untuk menjualmu di bilik langit
Oh, betapa sia-sia tangisan itu
Aku malu Muhammad
Kemudian katak-katak itu
Telah mencuri kebahagiaan
kami
Walaupun aku dalam belenggu
kepedihan
melangkah di jalan matahari
Mereka menuai malam dengan
belati dan anjing-anjing
Atap malam akan hancur oleh
mereka
Maka lawanlah!
اء م الس انا في ك م ك و ع ي ب ي ل
اء ك الب و د ا ج آه م
دم ن م لا ج ا خ ن أ
ع اد ف الض ف
ة اد ع ا الس ن م ت ق ر س
اب ذ الع م غ ا ر ن أ و
ر ائ س س م الش ق ي ر ط في
ر اج ن خ ل ي ا الل و ع ر ز
ب لا ك و
م ه ي ل ع ار ه ن ي ل ي الل ف ق س ن ا
در م ت ف !
Muhammad!
Lawan!
Dan waspada Jangan sampai
kau berkhianat
! دم ا م ي
در م ت ف !
ن و ت ن أ ار ذ ح و
مج هو ل رجل مذكرات Memoar Pria tak Dikenal
Delapan April
Aku berusaha, menggugat
kebahagiaan
dari arah selatan
Orang tuaku mati di
perjalanannya menuju makam
Hussein
Usiaku terus berlalu
Dua tahun, betapa kerasnya
hidup ini
Betapa mengerikan malam
yang panjang
Dan kematian di pedesaan Irak
yang pedih
Saat itu kakek masih bertahan
Bagai bintang yang lapuk
ان س ي ن 8
د ي ع ى س ع د , ا ل ام ا ع ن أ
ب و ن الج ن م
بر ق ل ا إ م ه ق ي ر ط ا في ات م اي و ب أ س الح ين
آنذاك ي ر م ع ان ك و
ت ن س اة ي ى الح س ق ا أ م - ين
ل ي و الط ل ي الل ع ش ب أ و
ن ي ز الح ي اق ر الع ف ي الر في ت و م ال و
ال ز ي لا ي د ج ان ك و
,ي او الخ ب ك و الك ك
Dalam belenggu kehidupan
Tiga belas Maret
Kau tahu Apa yang akan
terjadi?
Pengemis, telanjang
dalam harapan alam yang besar!
kurasakan inikah menjadi yatim
seperti tak berguna?
Kau tahu apa yang akan terjadi
?
kegelapan yang memburu
pencuri
dan rasa takut menyeberangi
pemakaman desa yang
menyedihkan
اة ي الح د ي ى ق ل ع
13 س ار م
؟ ن و ك ت ن أ نى ع م ت ف ر ع أ
,ا اني ر , ع لا و س ت م
ي ب ا الك ن م ال ع اء ج ر أ في !
؟ اع ي ض ى و ل ث م م ت الي م ع ط ت ق ذ و
؟ ن و ك ت ن أ نى ع م ت ف ر ع أ
م لا الظ ه د ار ط ا ت ص ل
ن ي ز الح ف ي الر ر اب ق م ر ب ع ف و الخ و
enam belas Juni
aku akan telanjang supaya
merasa malu, begitulah
penderitaanku
aku akan melihat pengemis,
orang telanjang,
dalam harapan alam yang besar
kan kugulung memoriku dalam
debu
inilah kami, wahai tuan, orang-
orang baik
sederhana, rendah hati
selamanya di hamparan pintu
istana,
menahan rasa lapar
tiga belas Juli
انر ي ز ح 16
اذ ك , ه ي ر ع أ ن أ ل ج خ لأ ني إ , ي س ؤ ب
, في ان ي ر لا , ع و س ت م ر أ ن أ و ي ب ا الك ن م ال ع اء ج ر أ
اب ر الت في ات ي ر ك ذ غ ر م أ ن أ و
ن و ب ي ط م و , ق ي لا و ا م , ي ن ح ن ف
ف و ق لو ا ن م اء ي ا الح ن ع ن , ي اء ط س ب
ع ائ , ج ك ر ص ق اب و ب ى أ ل ا ع د ب أ ين
ز و ت 13
kakek telah berpulang, bagai
seekor gagak, mati bersamaan
musim gugur
bagai seekor tikus dan lipas
yang mati bersama musim
gugur
lalu aku menguburkannya dalam
bayang-bayang yang mengayak
kami dan keselamatan hidup
inilah kami tuan, kami para
pekerja keras
kami lupakan, seperti tuan yang
melupakan
bagaikan ulat bulu yang mampir
di ladang yang luas
aku tinggalkan desa ini
dan ibu pertiwi mengimpikan
musim semi
ع , م اب ر غ ال , ك ي د ج ات م و ف ي ر الخ
ع م ات , م ر و ص ر ص ال , ك ذ ر الج ك ف ي ر الخ
ت ك ار ب ا و ن ت ل ن ل ظ في ه ت ن ف د ف اة ي الح
ن , ن ي لا و م ا, ي ن ح ن ف ح اد ك ال ين
ة د و د ك ن أ ى , ب س ن ا ت م ى , ك س ن ن ي ب ك ا ال ن م ال ع ل ق ح في
ض ر ي الأ م أ ا , و ن ت ي ر ق ت ر ج ه و ع ي ب الر ب م ل ت
د ي ر الط Buronan
Aku bermimpi
Diriku seorang buronan yang
melarikan diri
Di dalam hutan
Di negeri yang jauh
Anjing-anjing hutan
mengikutiku
melewati padang pasir yang
kehitaman dan berbukit
Aku bermimpi
Perpisahan merupakan
kepedihan wahai kekasihku
Diriku tanpa tanah air
Aku mati di kota yang tak
bertuan
Aku mati
ت م ل ح
د ي ر ط ب ار ه ني أ
ة اب غ في
د ي ع ب ن ط و في
اب ئ الذ ني ع ب ت ت
ب اض اله و د و الس ي ار ر الب ر ب ع
ت م ل ح
اب ذ ع تي ب ي ب ا ح ي اق ر الف و
ن ط و لا ب ني أ
ة ل و ه مج ة ن ي د م في ت و م أ
ت و م أ
تي ب ي ب ا ح ي
Duhai kekasihku
sendiri tanpa tanah air
ن ط و لا ب ي د ح و
ن و ز ل الح Seekor siput
Lelaki yang bersenjatakan
ramalan dan nyala api
Tertawan api
Dan mati di pengasingan yang
sepi
Kata-katanya telah menembus
dinding kesunyian
Melelehkan es
Lalu ntuk siapa? apa yang akan
engkau tuliskan?
Oh.... siput mengingatkan pada
penyanyi dan pahlawan
ب ي ه ل الو ة ء و ب الن ب ح ل س ت ل ج ر
ار ن ب ر س أ
د ي ح الو ي ف ن م ال في ات م و
ت م الص ار د ج ت ق ر ت خ ا ه ات م ل ك
د ي ل الج ت ب و ذ
؟ه ن ع ب ت ك ت ف و ا س اذ م ؟ و ن م ل ف
ة ر اك ذ ن و ز ل ا ح ي د ي ه ش الو ني غ الم
ع ي اب ن الي Mata air
Aku akan mati dengan penuh
cinta di bawah tendanya
Aku kembali ke masa kecil
Sebagai pengembala domba
kabilah
Seperti Harun al-Rasyid
Seorang Raja juga Sultan
Dan suku-suku hujan di semua
musim
Emasku: Menjual kehidupan
Kekayaanku: kecemasan wujud
اه ت م ي خ ت ا ت ب ح ت و م أ س
لة إل أعو د الطفو
ة ل ي ب الق م ن ا غ ي اع ر
د يش الر ن و ر اه ل ث م
اان ط ل س كاو ل م
ل و ص الف ل ك في ار ط م الأ ل ئ ا ب ق و
اة ي الح ع ي اب : ي ب ه ذ
د و ج ق الو ل : ق ت و ر ث و
د ل و ت ل ن د م في ة د لا الو Kelahiran di kota yang tak pernah terlahirkan
Aku terlahir di kota yang tak
pernah terlahirkan
Tetapi aku di malam musim
semi di kota-kota Arab
-Hati yang terkoyak-, aku akan
mati
Aku dimakamkan di Granada
cintaku
dan kukatakan
aku hanya terkalahkan oleh
cinta
ku bakar puisiku, lalu mati
dan di trotoar pengasingan
aku bangkit setelah kematian
د ل و ت ل ن د م في د ل و أ
ف ي ر خ ل ي ل في ني ك ل ة ي ب ر الع ن د الم
ت و م أ -ب ل الق ر و س ك م -
ب ح ة اط ن ر غ في ن ف د أ
ل و ق أ و
ب الح لا إ ب ال غ لا
ت و م أ و ي ر ع ش ق ر ح أ و
ة ف ص ر ى أ ل ع و ي ف ن الم
د ع ب ن م ض ه ن أ ت و الم
د ي ه الش Pahlawan
bersinar dalam ceruk cahaya
Menyatu pada dzat Allah
Jangan binasa, seperti
penduduk peribumi
Menentang dalam revolusi
kematian
اة ك ش م ال ر و ن في ج ه و ت ي
الل ات ذ دا في ح ت م
ض ر الأ ب و ع ش ل ث , م ني ف ي لا
ت و م ال ة ر و ث في د ح ت ي
اق الأف Pengembara
Aku terdiam dan fajar
menemuinya
Dan kembali pada warung kopi
yang menyedihkan
Bak pengemis lunglai,
bagaikan seekor siput
menantikan petang
Esok pintu akan tertutup
dihadapannya,
Dan kembali pada warung kopi
yang menyedihkan
Jangan kembali
Bagaikan pengemis lunglai
yang mendambakan petang
Mungkin ia akan mengatakan
pada yang lain –
Para pengejek
، اح ب ا الص ه ك ر د أ و ت ت ك س
ن ي ز ى الح ه ق م ل ل اد ع و
ل ائ الس ك ن و ز ل الح ، ك م و ر ح الم
ر ظ ت ن ي اء س الم
، ه ه ج و ا في ه اب ب د ص و ت ا س د غ و
ن ي ز ى الح ه ق م ل ل د و ع ي و
د و ع ي لا و
ل ائ الس ك ر ظ ت ن ي م و ر ح الم
اء س الم
- ن و ر الآخ ه ن ع ل و ق ي ا س ب ر ل و ن و أ ز ه ي و
ه ر س ن م ن و ف د الم :
" مي ئ ل اق ف أ !"
Tentang sebuah rahasianya
yang terkubur
“pengembara yang hina!”
Mereka tertawa
Dan menutup pintu di
hadapannya, lalu kembali ke
warung kopi yang meyedihkan
Bagai seorang prajurit yang
lemah
Bagai Seekor siput yang
bermimpi di rerumputan
Dengan matahari yang condong
ke tepian langit
Budaknya menyusui dengan
lembut
Dan kembali terbangun
Oleh gema radio di warung
kopi kepedihan
ن و ك ح ض ي و
د و ع ي ، و ه ه ج و في م ابه و ب أ ن و د ص و ي و ن ي ز ى الح ه ق م ل ل
الب ك ل و ذ خ يذق الم
ب م ل ي ن و ز ل الح ك ل و ق الح ي و اع ر الم
ق ف ل ل ح ن ت س م الش ب
عي د الو ه ت ار ج ع ي ض ر و
ق ي ف ت س ي و
ن ي ز الح اه ه ق م اع ي ذ م د ى ص ل ع
ن ي ر خ الا ت و ص ق و ف و ل ع ي و و ل ع ي :
Berulang dan semakin kencang
“dari ujung di taman, bahkan di
ujung dunia”
Di tengah perjalanan
Dingin, kereta-kereta, dan
malam yang panjang
Rumah-rumah yang mati, dan
pengemis yang kurus
Jendela-jendela putih, kaca, dan
ribuan bintang gemintang
memudar yang
dan pesawat yang mengitari
dan kembali bermimpi di
padang rumput
Bagai pengemis yang hina,
bagaikan siput
Mengimpikan padang rumput
Kembali terbangun
Oleh gema radio di warung
kopi yang menyedihkan
ر آخ ن م ل ب ان ت س الب ر آخ ن م "اي ن الد
ق ي ر الط في و
ل ي و الط ل ي الل و ات ب ر الع ، و د ر الب
ل از ن م و ل ي ز ه اذ ح ش ى، و ت و الم
مو ج آلاف الن و ة ر و ن ض، م ي ذ ب اف و ن و
م و ت ة ر ائ ط و و ب ت
ب م ل ي د و ع ي و ل و ق الح و ي اع ر الم
ق ذ ي الب ك نو ز ل الح ، ك ل و ذ خ الم
لو ق الح ب م ل ي
قي ف ت س ي و
ني ز الح اه ه ق اع م ي ذ م د ى ص ل ع
Malam, orang-orang Arab, dan
fajar yang semakin mendekat
Kembali bermimpi padang
rumput
dan langit
di sore hari pada sebuah
pertemuan
Dan keributan-kributan yang
lain
Pintu-pintu yang tertutup
Dingin dan warung kopi yang
menyedihkan
Batuk, membasahi paru-
parunya
Darah dan bayang-bayang
Orang-orang yang hilang
Saling berkelahi dan tertawa
Menutup pintu-pintu
dihadapannya
بي ر الق ر ج الف و ات ب ر الع و ل ي الل
اء م الس و افي ي الف ب م ل ي د و ع ي و
ب و اء ق الل ب و اء س الم
ن ي ر الآخ ات ه ق ه ق ب و
د ص و ي اب الب و
و د ر الب و ني ز ى الح ه ق الم
اه ت ئ ر سحهت ال ع الس ب و
ل لا الظ و م والد
ع ائ الض ال ج الر ب و ين
ن و د ص و ي و ن و ك ح ض ي و ن و ر اج ش ت ي
ى ه ق م ل ل د و ع ي ، و ه ه ج و في م ه اب و ب أ ن ي ز الح
Kembali pada warung kopi
yang menyedihkan
Dan jangan pernah kembali lagi
Bagai pengemis lunglai yang
mendambakan sore
د و ع ي لا و
ل ائ الس ك ر ظ ت ن ي م و ر ح الم
اء س الم
ف ي ر الخ في ت و الم
Kematian di Musim Semi
Sepasang bola matamu di
malam musim semi menatap
ke sepanjang pemandangan
Apa yang ada di belakang istana
Alhambra? selain pohon oak
Awan-awan menangis dan asap
telah mendekat
Sebagai kumpulan darah dan
asap
Dan engkau bagaikan mimpi
yang tenang, lemah, hati yang
berdarah
Hai yang bisu, angin
menganiaya dalam kegelapan
ucapkan walaupun hanya satu
huruf, apa gunanya bicara?
ناك في لي ل الخري ف إل ال مد عي
تط لعان
راء؟ غي ر ماذا وراء الرب وة الحم
السن ديان
خنة وحان وسحائب ت ب كى ومد
عشا من الدم والدخان
جى, ذابل, س وأن ت كالحل م الم
الجنان دامى
لام ياصامتا, والري ح ت عو ل في الظ
و إن طق ولو حر فا, ما جد
الكلام؟
Getar lonceng kamar mandi
saling bersahutan
Di celah keabadian yang dalam,
sedang engkau tersenyum dalam
lelap
duhai teman pagi, fajar dari
kedamaian
Hei yang bisu, pohon oak yang
pucat tercambuk angin
temanmu burung kenari, telah
melempar senjata
berlumuran darah luka anaknya,
memangkas sayap
ucapkan walaupun hanya satu
huruf, semoga ruh di dalam
cangkir ini berpijar
راس الحمام وتاوبت دقات أج
ن ت د السحي ق, وأ ة الأب و في ه
مب تسما ت نام
ر من س يا رفي ق ر, فج لام الفج
يا صامتا, والسن ديان الشاحب
ت لده الرياح
وصدي قك الحسو ن, قد أل قى
السلاح
, م الجراح النجل متخضبا بد
ص الجناح مق صو
ل مع إن طق ولو حر فا, لعل الكأ س ت
ح و في ه ر
dan semoga kematian
menyembuhkan, saat melihat
luka ini
sembuhkan dan jangan kau obati
kerinduan di kedua matamu
pada pagi hari
matahari terbit, dan musim semi
di anak bebukitan
mengumpulkan ekor-ekor awan
ikal pohon oak berserakan di
atas tanah
kicauan burung branjangan,
bagaikan nyanyian hati
yang tertulis seribu macam
telah menguasai malam musim
semi, dan kembali ke bumi
untuk negeri
هذه يشفق أن ي ر مو ت ال ولعل
الجراح
فى حنين في ع فى ولا يش نك تش ي و
للصباح
رق, والخري ف س تش لى ع الشم
هضاب
ي لم أذ يال السحاب
و ق والسن ديان ت ناث رت خص لاته ف
الت راب
ق ل ب وصداح ق ب رة كأن قي ثارة في
غاب
وكأن ت طت أل ف باب
, قد ملك في لي ل الخري ف, وعاد
ر ض لل
ر ال جرة م ن ه Sungai gugusan bintang
Di sungai gugusan bintang
puisiku ini bersemai
Dihuni oleh ruh leluhur
Keduanya bak belibis tak
bertunas,
Berenang melawan arus
bertenggang siang dan malam
memburu banteng legendaris
untuk kami korbankan pada
dewa puisi
dalam pengaruh sihir
kami menentang
usia senja dan masa kehancuran
dengan guruh-guruh api
kami anak-anak
tapi cinta kami sangat besar
ر ن الشع جرة م ال في ن ه ري هذا الكو
كو ن ال برو ح الأس لاف مس
، ث ل فراخ ل ت ن بت كنا م
بح ضد التيار نس
وناول لي ل ون هار
طو ري أن نص طاد الث و ر الأس
تج له الشع ر الم ليلنذبه ق ر بانا لإ
حار في غبش الأس
كان ن تحد
هار أز منة شاخت وعصو را ت ن
من نار بصواعق
كنا أط فالا
لكنا في الحب كبار
ة ل و ف الط masa kecil
Aku terlahir di neraka Naisabur
aku bunuh diri berkali-kali,
benang dan merpati-merpati
lenyap dariku
Dengan seharga roti, aku
membeli sekuntum bunga lili
Dengan seharga obat
Kurangkai mahkota untuk yang
kota luhur nan jauh
Untuk ibu pertiwi, tanah yang
melahirkan setiap kenangan
baru
Kami mati di trotoar bumi
Aku berburu kupu-kupu, dan
aku terjatuh ke perangkap
cahaya
Menarik musim gugur, hutan-
hutan dan bebungaan
Bintang fajar bercakap-cakap,
aku menyapa: hei teman
ت في جحي م ر ني ساب و ولد
, ضاع مني ق ت ل ت ن ف سي مرت ين الخي ط والعص فو ر
ت ري ت زن ب ق ابثمن الخب ز, اش
بثمن الدواء
صن ع ت تاجا لل مدي نة الفاضلة البعي دة
لد كل لح ظة لأمنا الأر ض التي ت و جدي دة
راء نت على الأر صفة الغب
ت الفراشات, وق ع ت في اص طد شراك الن و ر
روسحب الخري ف والغابات والزهو
كلم ت ن مة الصباح, ق ل ت: يا صدي قة
أت ز هر الحدي قة؟
Apakah taman ini berbunga?
Dan melahirkan kebenaran?
Dari kebohongan ini
Masa kecilku yang tak bahagia
dan dungu
Kupu-kupu buta
Manusia biasa di kota yang
keras dan bebatuan
Mereka memanjat pagar
Mereka bersusah payah di dalam
perangkap
-dia berkata sambil
mengulurkan tangannya: aku
mencintaimu
Malaikat-malaikat itu tersenyum
Dan lenyap di dinding
duhai kutilang sang pecinta
yang buta
لد الحقي قة؟ وت و
بة من ذو هذه الأك
قاء لتي الشقية الحم طفو
ياءف راشة عم
دي د البشر الفان و ن في مدي نة الح -جار والأح
وار تسلقو ا الأس
ونصب و ا الشراك
واك- , ومدت يدها: أه قالت
ملاك واب تسم ال
اب في الجدار وغ
wahai bendaharawan segala
rahasia
Kapal itu telah berlayar
Mencari sebuah kota pada suatu
wilayah
Pengemis itu tidak berhenti di
pintunya sehari pun dan tak
bersandar
Pada trotoar di hadapannya
Tetapi kapal itu
Kembali bersama petangnya
kota
Menggendong pengemis di atas
punggungnya
Membungkukkan punggung,
tanpa peduli
Mayat yang terkubur dalam
perut
Menutup jalan sialan ini
Kapan? Kapan kalian beruban?
Langit akan hujan!
يا ن دلي ب العاشق الأع مى, و يا ع -رار خزائن الأس
نة أب رت السفي
قاع عن مدي نة ت ب حث في الأص
ما ل ي قف الشحاذ في أب وابها ي و ند ول يس
على رصي فها جبي نه
نة لكنما السفي
ساء لل مدي نة عادت مع الم
رها الشحاذ ت مل ف و ق ظه
ر, بلا عي و ن مقوس الظه
قو رة البطو ن ب الجثث الم
ل عو ن تسد هذا الشارع الم
طاء؟ مت؟ مت أي ت ها الشم
طر السماء!ستم
قة؟ لد الحقي وت و
من هذه النفاية الغري قة!
Dan melahirkan kebenaran?
Dari kotoran raksasa ini!
الحزي ن قمري Rembulanku yang bersedih
Rembulanku yang bersedih
Lautan telah mati dan
melenyapkan ombaknya yang
kehitaman
Sinbad terjatuh
Anak-anaknya tak kembali lagi
saling bersorak
Bersama burung-burung camar
dan gema
Parau suara kembali
Dan daerah tertutupi abu
Lalu untuk siapa sihir-sihir itu
disenandungkan?
Rerumputan mengapung di atas
keningnya dan mengambangkan
kenikmatan
الحزي ن قمري
ر واجه وغيبت مات البح أم داء السن دباد ق لع السو
ي تصايو ن أب ناؤه يعد ول
الصد و الن وارس مع
ب حو ح عاد الم
الرماد كفنه والأفق
؟ الساحرات ت غني فلمن
وتط فو يط فو جبي نه ف و ق والعش ب دنيوية
Kita berada di sana, saat
penyanyi bersenandung,
kenangan
Pulau kami tenggelam dan tak
kembali bernyanyi
Selain ratapan
Burung-burung pipit
beterbangan, rembulanku pun
bersedih
Harta terpendam di jalan
tersembunyi
Di ujung taman, di bawah
semak lemon,
Menutupi Sinbad di sana
Tetapi kosong, di sana hanya
terak
Salju, kegelapan dan dedaunan
menguburnya
Mengubur dengan awan-awan
semesta
ها لنا كانت غني غنى إذا ، في ، الم
ريات ذك
ناء الغ عاد وما جزي رت نا غرقت
بكاء إلا
والقب رات
الحزين قمري ف يا ، طارت
ز ر في الكن ج الم دف ين
تان آخر في رة ش ت ت ، البس جي ، اللي مو ن
السن دباد هناك خبأه
الرماد أن وها ، خاو لكنه
تط مره والأو راق والظلمات والث ل ج الكائنات بالضباب وتط مر
Apakah kita akan mati di tanah
kehancuran ini?
Dan lilin kecil mengering dalam
debu?
Begitukah mentari di siang hari
Mereka padamkan bukankah
tungku api yang malang?
-2-
Kota-kota tanpa fajar yang
terlelap
Kupanggil-panggil namamu di
sepanjang jalannya,
namun kemuraman menjawabku
Aku menanyaimu tentang angin
yang merintih di hati yang
tenang
؟ اب الخر الأر ض بهذه نو ت أكذا
لة قن دي ل ويف ؟ الت راب في الطفو
الن هار ش س أهكذا
قد ولي س ت ب و ؟ نار اء الفقر بو
-2-
ر بلا مدن ت نام فج
ك نادي ت ، شوارعها في باس الظلام فجاوبني
في ئن ت وهي الري ح عن ك وسأل ت
السكو ن ق ل ب
هك ورأي ت رايا في وج لعي و ن وا الم
ر ن وافذ زجاج وفي عي د الب الفج
Kulihat wajahmu dalam cermin-
cermin dan mata air
Dan di kaca-kaca jendela fajar
nan jauh
di dalam surat
Kota-kota tanpa fajar yang
terbenamkan oleh es
burung-burung merpati di
musim semi
meninggalkan Gerejanya
Lalu, untuk siapa
disenandungkan? Kafe yang
menutup pintu-pintunya
Untuk siapa menyembah? Duhai
hati yang retak
Malam telah mati
Kendaraan
kembali tanpa kuda tertutupi
salju
البري د بطاقات وفي
ر بلا مدن ها فج لي د الج ي غطي
ر كنائسها هجرت لربيع ا عصافي
قاهي ؟ ت غني فلمن دت أو ص والم
هاأب واب
لصدي عا القل ب أي ها ؟ تصلي ولمن
مات واللي ل
بات رك والم
قيعالص ي غطيها خي ل بلا عادت
dikendarai orang-orang mati
Begitukah tahun-tahun
terlewati?
Kami berangkat dari
pengasingan ke pengasingan
dari pintu ke pintu
Melayu, bagaikan layunya
bunga lili dalam debu
Orang-orang fakir, duhai
rembulanku, kita akan mati
Kereta kita selamanya akan
berlalu
ميت و ن وسائقو ها
؟ السن و ن ت ضي أهكذا
ىمن ف إل ىمن ف من ون ن
لباب باب ومن
وي وي كما نذ في الزنابق تذ الت راب
نوت ، قمري يا ، ف قراء
ي فوت أبدا وقطارنا
القر ية و ق س Pasar kampung
Mentari, keledai kering, dan
lalat
sepatu tua prajurit yang usang
saling berdiskusi, seorang
petani saling nego dalam ruang
kosong
Di permulaan tahun yang baru
Kedua tanganku menggenggam
uang
Dan aku akan kubeli sepatu ini
teriakan ayam jantan yang
berlari dari sangkar,
Jalan menuju neraka
Dari surga firdaus “lebih dekat”
Sang lalat
: Para pemanen yang lelah
س، باب والذ الهزي لة، والحمر الشم
قدي جن دي وحذاء
الفراغ في يدق وفلاح ، ي تداول :
" الجدي د العام مط لع في
د بالن قو حت ما ت تلئان يداي
تي الحذاء هذا وسأش "
ق ف ص، من ف ر دي ك وصياح "
الجحي م إل الطري ق " و
س جنة من "أق رب " الفر دو
والذباب
تعبون والحاصدو ن الم :
Mereka menanam, dan tidak
makan
Mentari di hati langit
Para penjual dermawan yang
mengumpulkan keranjang
Kedua mata kekasihku
bagaikan sepasang bintang
Dan dadanya menolak musim
semi
" نأ كل ول زرعو ا،
السماء كب د في والشم س
لال الس ي مع ن ال كرم وبائعات :
ناع كو كبان حبي ب ي "
الربي ع ورد ه ر د ص و "
دة العو Datang kembali
Malam terusir oleh pelita-pelita
mata air
Kepedulian untuk kalian, hai
saudaraku yang bertebaran
kelaparan
Di bawah bintang gemintang.
Seolah aku membawakan
mawar bercabang dan air mata
kepada kalian.
bagai Yesus
Ia kembali bersama Anda ke
Galilea tanpa salib
و ن العي اللي ل تط رده ق نادي ل
ت ناث رو ن وت الم نكم , يا إخ عي و
الجائعين
ت ت النجو م.
وكأن حل ت بأنني بالور د أف رش والدمو ع طري قكم .
وكأن يسو ع
د ال )الجلي ل( بلا معكم ي عو صلي ب
رسالة Surat
Wahai saudaraku yang terbakar
hingga hari esok, di bawah
bintang-bintang
Hai penggubah cinta yang
agung, roti dan bunga,
Hai anak-anak yang
kebingungan
Terhadap batasan
Bangsaku yang agung
Aku masih di sini, memberi
teriknya matahari, terbakar,
masih yang terkaya
Angin, burung dara yang saling
berdebat di rumahku,
Dan bayang-bayang hitam,
yang menutupi wajahku dengan
darah.
ال الغد, ت ت تحرقين وت الم يا إخ
النجو م
,يا صانعى الحب العظي م
ز والأز هار, والخب
يا أط فال الهائمين
م على تو
وطنى الكبي
س , أنا لا أزال , هنا , أغ نى الشم م تقا,
أغ نى لا أزال,
ع, والري ح, والعص فو ر في ب ي تي ي ناز داء, والظلال سو
هى بالدماء. ت جب عن كمو وج
مدي نتيوالفجر kotaku dan fajar
Kotaku ternodai oleh fajar
Kotaku terbinasakan oleh rasa
jemu
Kotaku, rembulan
Ketakutan dari rumah-
rumahnya, membengkakan
perut
Ketakutan dari mata
Penguasanya yang keji
Mati nurani
Tapi ia menyukai dalam
kehidupannya yang fakir,
menghitam
kegelapan gadis buta
Kotaku: kepedihan yang
bungkam
Ketakutan pada penguasa yang
keji
ر تباحها الفج مدي نتي اس
لكها الضجر مدي نتي أه
مدي نتي , القمر
فو خة البط ن ون يخاف من ب ي و تا, الم
من عي و ن يخاف
حاكمها الشري ر
ر يت الضمي الم
ر يائها الفقي في أح ة, لكنه يب داء السو
ياء صبية عم
مدي نتي : الحزي نة الصماء
يخاف من حاكمها الشري ر
ر يت الضمي الم
Mati nurani
Tetapi rembulan
Senang dalam kehidupan fakir,
Menghitam
kegelapan gadis buta
Keyakinan bersama fajar, dan
orang-orang
Menentang kebaikan
Dari kekasih yang fakir
لكنما القمر
رة, السو د يائها الفقي اء يب في أح
ياء صبية عم
ن سان ر, وبالإ مؤ من بال فج
سان وت ر فض الإح
من عاشق فقي
لو ل مذاكرات رجل مس Memoar lelaki yang terhunus
Puisi dalam kesunyian
sanatorium tanpa air mata
Dan tanpa lentera
Mati dalam kedua pelupuk
mataku, sebagai seorang martir
yang berjuang
Berselimut dipan berdarah,
bersinar
Dari mentari di bulan
september, berkilauan bagai
layar
di mata pelaut:
duhai pintu malam yang
mustahil
jangan jauhkan aku oh.... dari
cintaku yang baru
lalu lumpur di dalam
penglihatanku, dan nanah
dalam mulutku
ت ال م مو ع صح بلا د الشع ر في صم
وبلا شو ع
يو ت في عي ني , كقدي س شهي د
وعلى غطاء ف راشى الدامي, شعاع
من ش س اي لو ل,
كالشراع تللأ
بار: في عين
تحي ل أيا أب واب لي ل ال مس
لات نزعي ني اه من حب الجدي د
في لصدي د رئني, وفي فمي ا فالطين
غة داء وعلى الوسادة مض سو
من جسدي القتي ل
sepotong daging hitam di atas
bantal
dari bagian tubuhku yang
terbunuh
ر ح الب ر ائ ط ت و م ن ع Tentang kematian burung laut
Di zaman terbongkarnya rahasia
di kota-kota pemberontak
revolusi
pengagum Guevara di halaman-
halaman buku yang
mencurigakan
dirinya berkata sambil meneguk
secangkir kopi dengan tamak
cangkir terjatuh di dasar sumur
yang usang
kulihat camar laut itu kembali
untuk berpindah seperti
perjalanan kepiting
bagaikan siang yang panjang
di kolom lembaran-lembaran
kuning
ن م ز في ة ي ر الس ات ر و ش ن الم
ات ر و الث ن د م في ة ر و د غ الم
ات ح ف ص في ق اش ا الع ار ف ي ج ب ت الك
ة ه و ب ش الم
في ة و ه الق ان ج ن ف ت ف ش ت ار و ت ال ق م نه
ر ائ الب اع ق ل ان ج ن الف ط ق س رو ج ه لم
د و ع ت ر ب س ار و ن ت ي أ ر
ان ط ر الس ار د م و ن ل ح ر ت ل
دع ب الأ ار ه ن الأ و ن و
اء ر ف الص ف ح الص ة د م ع أ في
اء ر ع الش م و لح ن و ار ز الج ع ي ب ي ي ف ن الم ين
pulau-pulau yang menjual
daging para penyair-penyair di
pengasingan
ربعة
اء الأ
صدق
الأ
Empat Sekawan
kawanku!
Hak-hak kalian, kawanku
Bagaikan merpati-merpati yang
terbang bebas
Laksana mata air yang sangat
dalam
Aku mencari kalian kawan
Hak-hak kalian kawan, dalam
penantianku
Bagaikan orang buta, bintang
itu menuntunku ke arah pintu
yang terang
Lalu kita bertemu
Dan kita
mulai embun subuh
Sedikit berbincang,
lalu kita berpisah
! الأص دقائي
دقائي في حقو ق الن و ر كن تم , أص
قة كا العصافي الطلي
قة كالي نابي ع العمي
دقائي وأنا أب ث عن كم , أص
ي في حقو ق الن و ر كن تم , في ان تظار
وكأع مى قادني النجم إل الباب ضاء
الم
نا فالتقي
نا وعلي
من ند الصب ح
قلي لا,وتدث نا
Malam, Pertemuan kita....
Jutaan firasat mati
Hak-hak kalian, buta, mati
Dan langkah kaki kita
mengetuk tanah menuju ke
pintu yang terang
Kawanku
dalam takdir yang pahit
ucapkan perpisahan sekarang
jam terus berdetak, kawanku!
واف ت رق نا
نا, والليال.... والتقي
الفرشات تو ت وملايين
ياء, تو ت في حقو ل الن و ر, عم
وخطانا ت ق رع الأر ض إل الباب ضاء
الم
أص دقائي
ري رصي الم
في الم
داع الانالو
!فالسا دقائي , أص عة دقت
رسالة Surat
Wahai saudaraku yang terbakar
hingga hari esok, di bawah
bintang-gemintang
Hai penggubah cinta yang
agung,
Roti dan bunga,
Hai anak-anak yang
kebingungan
Terhadap batasan
Bangsaku yang agung
Aku masih di sini, memberi
kekayaan matahari, terbakar,
masih yang terkaya
Angin, burung dara yang saling
berdebat di rumahku,
ال الغد, ت ت تحرقين وت الم يا إخ
و م النج
,يا صانع ى الحب العظي م
ز والأز هار, والخب
يا أط فال الهائمين
م على تو
وطنى الكبي
س , أنا لا أزال , هنا , أغ نى الشم م تقا,
أغ نى لا أزال,
ع, والري ح, والعص فو ر في ب ي تي ي ناز
bayang-bayang hitam, yang
menutupi wajahku dengan
darah.
داء, ت جب عن كمو والظلال سو هى المخضب بالدماء. وج
اللجئ ونالعرب Bangsa Arab yang Meminta Perlindungan
Hei siapa yang melihat bani
Adnan di kayu Salib yang
kecoklatan
Semut memakan daging
mereka
Dan burung-burung yang
tubuhnya bertahun-tahun
Hei yang melihat mereka
mengemis
Pada malam pengasingan di
stasiun kereta tanpa peduli
Menangis di bawah topi-topi,
Mereka lesu,
Dan menua
Siapa yang melihat " di negara-
negara lain
فاد رأ من يا نان أح على عد مسمري ن الصلي ب خشب
ل م لح مه يأ كل النم
جارحة وطي و ر السنين
حذو ن يش رآهم من يا
نافي لي ل بلا طار الق مطات في الم عي و ن
عات ت ت ي ب كو ن ، القب
ب لو ن وي ، ذ
رمو ن وي ه
الآخرين بلاد في رأ من يا
(2)
(2)
Duhai seseorang yang
membanting pintu,
Kami para pengungsi
Kami mati
Jangan khawatirkan tulang
orang mati
(3)
“mereka adalah neraka”
“mereka adalah neraka”
(4)
Mereka menjual Salahuddin,
Mereka menjual perisai dan
kudanya,
Mereka menjual makam para
pengungsi
، الباب يدق من يا
ن ن اللاجئين
نا مت
لق فلا عظام ت ق يتين الم
(3)
" الجحي م هم الآخرو ن "
" الجحي م هم الآخرو ن "
(4)
، الدي ن صلاح باعو ا
، وحصانه در عه باعو ا
اللاجئين ق ب و ر باعو ا
(5)
تي ن م ي ر حكم الل - ؟ يش
(5)
Siapa yang mau membeli? –
Allah
Yang menyayangi kalian dan
semuanya
Para pengungsi Arab
Dengan adonan roti kering
Jika warga Irak mengering dan
mereka tertawa
Aku Sinbad
Sinbad adalah seorang
pengemis yang sedih
Seorang pengungsi Arab
mengemis di depan pintumu
Malu yang menusuk
Semut memakan dagingnya
Dan burung-burung yang
tubuhnya bertahun-tahun
Siapa yang akan membeli?
duhai orang-orang baik!
وي ر حم أج عين
العرب اللاجئ
خب ز برغي ف
وتض حكو ن تف أع راقي إن
أنا السن دباد
حزي ن شحاذ السن دباد
ب وابكم أ على شحاذ العرب اللاجئ
عار طعين
ل ، لح مه يأ كل النم
جارحة وطي و ر السنين
تي من ! م سن و ن يا ؟ يش
(6)
“mereka adalah neraka”
“mereka adalah neraka”
(7)
Malu pada para pengecut,
Pada para penonton
Untuk para pecandu
Untuk tipu daya rakyat mereka
Untuk para penjual
makanlah, ini liburan terakhir,
dagingku
Dan minumlah , hei para
penghianat!
(6)
" الجحي م هم رو ن الآخ "
" الجحي م هم الآخرو ن "
(7)
ناء العار ، لل جب
لل مت فرجين
لل زاعمين
شعو بهم لل خادعين
لل بائعين
مي لح الأع ياد، آخر ف هذا ، كلو اف
! رب و ا خائن و ن يا ، واش
الشعر يقرض صغير لبرجوازي تقريبية صور
Ilustrasi untuk Burjois Kecil yang Meminjamkan Syair Minum dengan cuma-cuma dan
berhutang -jangan membayar-
di Beirut
Jika telah sadar, pergilah ke
Syam
Budak miliknya, kencing di
telapak kaki budaknya
Dua puluh tahun, dirinya dalam
catatan hitam
Mengemis pada pemabuk
Nikmatnya mendengar
Pada syairnya yang omong
kosong
Dengan senyuman sinis
Menghasut pasukannya saat
dibacakan syi’ir-syi’ir
Mengikuti perumpamaan
Membenamkan jilbab
رب بال مجان والدي ن –يش
فع رو ت -ولا يد في بي
صحا، فالشام فإن
جارية له، على أق دامها ي ب و ل
رو ن عاما، وهو في دف ته عش ود الأس
دي السكار تج يس
نع مة الإص غاء
لشع ره الهراء
راء مة صف ببس
عار في ه إذا ما قرأ الأش ي هز رد
ثال تثل الأم وام
وي غ مز الخمار
Mudah mudahan malam yang
datang berikutnya akan
membalaskan dendam
Aku melihatnya menangisi
Hussein
Hussein tertikam
Di padang Karbala satu kali
tikaman pengecut di kedua bola
mata
Mencium tangan yang
menghantamnya
Dengan harta lain yang mulia
dan benar benar sepadan
Pelacuran itu gratis
Bercinta dengan para lelaki
Dia berhutang budi di semua
kaleng malam dan di kedai-
kedai minum
Untuk pelacur dan wanita-
wanita setengah perawan
ف ع لعله اللي ل أتى بقادم ليد الحساب
رأي ته ي ب كي على الحسين
ط عن الحسين وي
الجبان في كر بلاء طع نة ن ين في العي
فعه ب ق ي ل اليد التي تص
ه كري وحفي مث لم ابال غي
جان و مس بالم
الم
تضاجع الرجال
ي ع ع اللي ل ب ل ف هو مدي ن في ج وفي البارات
لل عاهرات ولأن صاف العذار ياد سيدات خدم الأس
Para nona pelayan tuan-tuan
Jika telah sadar, pergilah ke
Syam
Menjual darah pejuang di Beirut
Dan tercatat kekal di
perhitungan
Dia takut menyebutkan lalat dan
pencuri
Karena dia hidup dalam
naungan mereka yang mabuk
Dengan cuma-cuma
Lalat yang mencari remah-
remah
Kelinci pengecut
Sultan berbohong
Kedua matanya berlinang air
mata saat membangunkan
“Turquoise”
فإن صحا في الشام
رو ت باع دم الشهي د في بي
وسجل الباقي على الحساب
ص يخاف من ذكر الذباب ولصو ر نافهم سك ان لأنه يعي ش في أك
جان بالم
ذبابة ت ل تمس الفتات
وأر ن با جبان
نافق السل طان ي
ناه إذ مع عي رو زا ما أي قظت تد " "ف ي
رو ز في رة الفي ائها ورشت غن بي الرمو ز
Danau Turquoise dalam
nyanyiannya dan memercikan
isyarat
Di atas jabal Nour
Tapi ia terjatuh setelah beberapa
saat dalam lumuran benda-
benda
Ternodai dan berselimut dalam
rasa malu
Aku melihatnya pada tahun-
tahun kematian dan
pengepungan
potret di Syam.
Don Juan ...... Peran yang dipuja
para wanita
Peran teman pemegang kendali
besar
bergantung pada ekornya
bagaikan burung beo bermata
satu yang mabuk
Minum dengan Cuma-Cuma
بال الن و ر ف و ق ج
قط ب ع د لح ظة في و ل لكنه يس ح ياء الأش
ارقا في العار ملطخا وغ
و ت والحص ار رأي ته في سن وات الم
.مثلا في الشام
دو ن ده النساء..ب الذي ت ع دو ر جو ان
.قائد الأر كان صدي ق دو ر
غاء الأع ور معلقا من ذي له كال بب ران السك
جان رب بالم يش
ص الث و رة ي نشد شع را للصو يان الخص
هي ئة الأر كان في
Bersenandung syi’ir untuk
pencuri revolusi
Yang dikebiri
Dalam institusi besar
suatu hari Jika telah lapar maka
dia akan mengibarkan bendera
untuk musuh
serta memberikan dengan tulus
pipi pada penampar dan
punggung hingga sepatu
dan menjilat sepatu
atau tersesat di jejalanan kota
aku menemukannya mencari
pendengar di asap kedai
minuman
ع داء ل جاع ي و ما رفع الراية إن ل
ل وجاد بالخد إل الصافع والقفا إ الحذاء
ولعق الحذاء
دي نة أو ضاع في شوارع الم
تمعين ته ي ب حث عن مس يف وجد
انخ البار د
Abdul Wahab al-Bayati