112
PERILAKU KONSUMSI DAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY (STUDI KASUS PADA NAULI LAUNDRY DI PONDOK CABE V TANGERANG SELATAN) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) oleh Aam Syamsiah NIM: 111111000003 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40929...Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik untuk Memenuhi Persyaratan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERILAKU KONSUMSI

DAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY

(STUDI KASUS PADA NAULI LAUNDRY DI PONDOK CABE V

TANGERANG SELATAN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Aam Syamsiah

NIM: 111111000003

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

PERILAKU KONSTIMSI

DAI\ KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY

(sruDr KAsus rffixffij:#;x PoNDoK CABE v

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ihnu Sosial dan Ilmu politik untuk Memenuhi Persyaratan

Mernperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh

Aam Svamsiah

NIM: 111111000003

PROGRAM STUDI SOSIOLOGIF'AKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF IIIDAYATULLAII

JAKARTA2017

M.Si.,M.Pd

e.:l"&:;e:-?i '-

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PERtr,AKU KONSUMSIDAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY

(STUDI KASUS PADA NAULI LAUNDRY DI PONDOK CABE VTANGERANG SELATAI9

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (satu) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari tulisan terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya

saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi yang sesuai ketentuan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, B Apnl20l7

\l

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PERILAKU KONSUMSI DAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASALATINDRY (STUDI KASUS PADA NAULT LAUNDRY DI PONDOK CABE VTANGERANG SELATAN)

dan telah memenuhi persayaratan untuk diuji.

Jakarta, 13 April2017

Nama

Nirn

Program Studi

Mengetahui,Ketua Program Studi

: Aam Syamsiah

: llllll1000003

: Sosiologi

Menyetujui,Pembimbing

Dr. Cubu Nurhavati. M.SiNIP. 1 97 60 9 | 82003 I 22003 NrP. 1 9730927200501 1008

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSIPERILAKU KONSUMSI

DAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY(STUDI KASUS PADA NAULI LAUNDRY DI PONDOK CABE V

raNcpnaNc SELATAN)

oleh

Aam Syamsiah1111111000003

telah dipertahankan dalam. sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 April2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaSosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketu4 /

ntu^lOr. C[cilNurhayati, M.SiNIP. I 9760 9 I 82003 I 22003

Penguji I, Penguji II,

Muhammad Ismail, M.SiNrP. 19680308 199703 I 002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan padatanggal 13 Arpril20l7.

Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta

Dr. Jo

NIP. I 976091 82003 122003

i

ABSTRAK

Fokus penelitian ini adalah studi perilaku konsumtif, yang memuat

mengenai objek konsumsi (komoditas) dan subjek konsumsi (perilaku konsumsi).

Maka penelitian ini akan fokus pada aktor yang mengkomodifikasi komoditas dan

aktor yang berperilaku konsumtif. Objek konsumsi dapat dibedakan sebagai

komoditas barang dan jasa. Pada studi ini, objek penelitian adalah komoditas jasa.

Komoditas jasa yang dimaksud adalah komoditas jasa laundry. Dengan demikian,

tujuan studi ini untuk menelaah perilaku konsumtif pengguna jasa laundry dan

Naaktek-Naaktek komodifikasi jasa laundry oleh pemilik usaha. Secara teoritis,

penelitian ini menggunakan teori Marx tentang komodifikasi komoditas dan

Baudrillard tentang simulakra.

Studi ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi

kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.

Wawancara dilakukan terhadap dua kelompok informan, yakni empat orang dari

pihak Nauli Laundry dan 10 orang informan dari konsumen Nauli Laundry.

Selanjuntya, observasi dilakukan untuk melihat proses-proses komodifikasi jasa

laundry.

Hasil penelitian menunjukkan, Pertama, praktek-praktek komodifikasi

dilakukan untuk menciptakan nilai simbolik terhadap komoditas jasa laundry,

yang terlihat dari komodifikasi ragam jenis layanan jasa dan tarif, seperti jasa

laundry kiloan, satuan, dan paket bulanan. Selanjutnya, Naaktek-Naaktek

mempertahankan konsumen dengan layanan antar-jemput dan hutang. Terakhir,

Naaktek strategi pemasaran dengan iklan dan pembentukan agen-agen laundry.

Kedua, perilaku konsumtif terlihat dari ketertarikan pada komoditas laundry dan

layanan antar-jemput gratis. Selanjutnya, perilaku konsumtif dengan memilih

jenis layanan dengan tarif tinggi dan layanan laundry kiloan. Terakhir,

menggunakan jasa laundry demi menjaga gengsi dan status sosial terhadap

penampilan kebersihan pakaian.

Kata Kunci: Komodifikasi, Simulakra, Laundry

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5

F. Kajian Teori ............................................................................. 8

1. Gaya Hidup Masyarakat Kota ........................................... 8

2. Komoditas Jasa ................................................................. 11

3. Konsep Simulakra: Teori Sosial Konsumsi ...................... 12

4. Konsep Komodifikasi Komoditas ..................................... 14

G. Defenisi Konsep ....................................................................... 17

H. Metode Penelitian ..................................................................... 18

1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 18

2. Jenis Penelitian .................................................................. 20

3. Sumber Data ...................................................................... 20

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 21

5. Teknik Pengambilan Informan .......................................... 22

6. Validitas Data .................................................................... 23

7. Teknis Analisis Data ......................................................... 24

I. Sistematika Penulisan .............................................................. 24

BAB II GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

A. Latar Belakang Nauli Laundry ................................................. 26

B. Permasalahan Laundry ............................................................. 31

C. Layanan dan Tarif Jasa Laundry .............................................. 33

D. Naoses Pengerjaan Laundry ..................................................... 36

BAB III ANALISA TEMUAN LAPANGAN

A. Naaktek Komodifikasi Jasa Laundry ....................................... 39

1. Komodifikasi: Jenis Ragam Jasa Laundry ......................... 39

2. Komodifikasi: Mempertahankan Konsumen .................... 43

3. Komodifikasi: Strategi Pemasaran .................................... 47

B. Perilaku Konsumtif Pengguna Jasa Laundry ........................... 54

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 64

B. Saran .......................................................................................... 65

Daftar Pustaka .....................................................................................................

Lampiran – Lampiran

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

berkah, rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul Perilaku

Konsumsi dan Komodofikasi Komoditas Jasa Laundry (Studi Kasus Pada Nauli

Laundry di Pondok Cabe V, Tangerang Selatan) dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa terselesikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari

“jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat

adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Bapak Naof. Dr. Zulkifli, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Sosiologi

3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si. selaku Seketaris Program Studi Sosiologi

dan penguji dalam sidang skripsi.

4. Bapak Muhamad Ismail, M.Si. selaku penguji dalam sidang skripsi

5. Bapak Dr. M. Guntur Alting, M.Si., M.Pd. selaku pembimbing skripsi,

terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas bimbingan dan

pengarahannya yang diberikan dengan sangat sabar, teliti, ikhlas, dan

tulus.

6. Untuk kedua orangtuaku, Abah dan Ema yang penulis cintai dan sayangi

terima kasih banyak atas dukungannya selama ini, selalu memberikan doa

yang tanpa putus-putus untuk penulis, selalu memberikan semangat dan

iv

motivasi ketika penulis lelah dan selalu memberikan dukungannya agar

penulis cepat menyelesaikan skripsinya. Terima kasih juga untuk tetehku,

Ida Rosida S.P., serta adik-adikku tersayang Didin Samsudin, M. Yunus

Yuspiani, Ahmad Irfan Rifani, Samsul Fajri, Deni Maulana, Laila

Nurfadilah, M. Yusuf Jamaludin, dan Nisa Nurfajriah yang selalu

memberikan semangat.

7. Terima kasih kepada Pemilik Nauli Laundry, yang telah memberikan izin

kepada penulis dalam melakukan penelitian ini dan memberikan informasi

yang dibutuhkan oleh peneliti.

8. Terima kasih juga kepada semua karyawan Nauli Laundry yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang penulis

butuhkan, dan terima kasih juga kepada semua konsumen Nauli laundry

yang telah bersedia penulis wawancara.

9. Semua teman-teman Sosiologi angkatan 2011 khususnya kelas A, Muth,

Lisa, Elsa, Klara, Mei, Qinoy, Uji, Lulu, Ifah, Nida, Dita, Gita, Imam,

Rico, Sante, Hendi, Nanung, Rizky, Pebi, Zem, Noldi, Fathur, Riza terima

kasih untuk pertemanan kita selama ini.

10. Keluarga baruku teman kos-kosan bintang kejora, Dini, Listiani, Hana,

Elsa, Puput, Lia, susah senang, tawa canda dan air mata kita lewatin

bersama. Terima kasih telah mengajariku hidup sederhana, saling menjaga

dan saling peduli terhadap sesama.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima

kasih banyak dan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian.

v

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak

terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik

yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, 13 April 2017

Aam Syamsiah

NIM: 1111111000003

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan Penelitian dengan Kajian Pustaka ............................ 8

Tabel 2 Daftar Informan Berdasarkan Waktu Wawancara .......................... 19

Tabel 3 Daftar Waktu Observasi .................................................................. 19

Tabel 4 Daftar Informan Berdasarkan Tanggung Jawab

dan Pilihan Jasa Laundry ................................................................. 22

Tabel 5 Daftar Informan Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 23

Tabel 6 Daftar Jenis dan Peralatan Kerja ..................................................... 30

Tabel 7 Daftar Tarif Laundry Kiloan ........................................................... 34

Tabel 8 Daftar Tarif Laundry Paket Bulanan ............................................... 34

Tabel 9 Daftar Tarif Laundry Satuan ........................................................... 35

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Informan .......................................................................... vii

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ................................................................. xiii

Lampiran 3 Catatan Observasi ....................................................................... xiv

Lampiran 4 Transkrip Wawancara ................................................................. xviii

Lampiran 5 Dokumen Transkrip SMS Laundry ............................................ xlii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Penelitian

Skripsi ini memfokuskan penelitian mengenai perilaku konsumtif.

Penelitian ini secara sosiologis, menggunakan konsep simulakra dan

komodifikasi komoditas. Kemudian, subjek penelitian ini dibagi kedalam

dua kategori, yakni subjek yang melakukan komodifikasi dan subjek yang

berperilaku konsumtif. Dengan kata lain, penelitian ini akan menjelaskan

proses-proses penciptaan komoditas melalui konsep komodifikasi dan

menjelaskan perilaku konsumtif dalam pergeseran nilai guna menjadi nilai

simbolik pada konsep simulakra.

Pokok studi ini dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa pemenuhan atas

objek konsumsi (pangan, sandang, dan papan) merupakan kebutuhan pokok

manusia. Subiyatko (1997:17) menjelaskan bahwa aktivitas konsumsi

merupakan suatu cara pemenuhan kebutuhan konsumsi. Lebih lanjut, secara

sosial manusia membutuhkan manusia lainnya untuk mencukupi

kebutuhannya, sehingga secara sosiologis aktivitas ini terjadi dalam arena

pertukaran sosial-ekonomi, baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Selanjutnya, arena pertukaran sosial ini bermetamorfosis menjadi nilai-nilai

simbolik yang memuat selera, hasrat, dan kepuasan.

Objek konsumsi simbolik menjadi seperangkat pengakuan, prestise,

kelas sosial, status sosial, dan penghargaan. Dengan demikian, realitas ini

menjadi instrument dalam mengklasifikasian aktor atau sekelompok orang

berperilaku konsumtif. Penggunaan objek konsumsi simbolik ini, dapat

2

dijumpai, khususnya pada masyarakat perkotaan. Perilaku konsumtif

masyarakat kota telah menjadi budaya dan gaya hidup (hiper-realitas). Kota

sebagai arena pertukaran ekonomi menciptakan masyarakat untuk berperilaku

konsumtif. Kemudian, masyarakat perkotaan dikonstruksikan dalam wacana

rasionalitas, efisiensi, dan modernitas. Pada sisi lain, realitas ini dimanfaatkan

pelaku usaha, untuk menghasilkan laba (akumulasi kapital). Oleh karena itu,

di perkotaan muncul berbagai bentuk usaha dan bisnis, yang

mengkomodifikasi komoditas dengan menciptakan simbol-simbol kepuasan.

Praktek komodifikasi terlihat dari fenomena usaha jasa laundry yang

terjadi saat ini merupakan bentuk pertukaran antara sejumlah uang dengan

jasa. Bila merujuk pada kerangka berpikir dari konsep simulakra bahwa

pada awalnya penggunaan jasa laundry, banyak diperuntukkan bagi

kalangan masyarakat yang memiliki aktivitas dengan intensitas tinggi.

Artinya, para pengguna jasa laundry lebih dominan berlatarbelakang

ekonomi menengah ke atas. Akan tetapi, pengguna jasa laundry pada

gilirannya juga dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai latar belakang

sosial-ekonomi. Fenomena inilah menjadi tanda bahwa produk budaya

konsumtif disebarluaskan kepada masyarakat secara umum. Meminjam

persepktif Bourdieu (Featherstone, 2005) menegaskan bahwa konsepsi baru

mengenai gaya hidup dapat dipahami dalam hubungannya dengan kebiasaan

pada anggota kelas menengah baru.

Budaya konsumtif ini berkerja dalam konteks kehidupan masyarakat

kota, selain dipengaruhi oleh kepribadian aktor konsumsi, perilaku

konsumen juga dipengaruhi oleh lingkungan perkotaan dan media masa

3

(Subandi, 2005:141). Lingkungan perkotaan yang dimaksud adalah semakin

banyaknya penyebaran pusat-pusat dan tempat-tempat untuk malakukan

transaksi pertukaran komoditas barang maupun jasa, sehingga keberadaan

tempat tersebut mendorong aktor untuk mengunjungi dan melakukan

transaksi pertukaran uang dengan jasa atau barang.

Maka, perdagangan jasa merupakan fokus studi dalam penelitian ini.

Oleh karena itu, perdagangan jasa merupakan sektor ekonomi yang

memiliki kecenderungan pertumbuhan yang sangat pesat. Dialektika

pertumbuhan disektor ini setidaknya diakibatkan oleh pertumbuhan jenis

jasa yang sudah ada sebelumnya, ditambah dengan munculnya berbagai

jenis perdagangan jasa baru. Data mengenai tingkat pertumbuhan dalam

bidang jasa di kawasan Tangerang Selatan yaitu dari tahun 2009 sampai

2013 mencapai 14,46 persen yang menempati posisi kedua setelah

perdagangan dan hotel yaitu mencapai 35,12 persen, dan di peringkat ketiga

yaitu di tempati oleh industri dan pengolahan mencapai 14,37 persen (Data

BKPM Tangerang Selatan 2013). Data tersebut menunjukan bahwa indsutri

dalam bidang jasa mempunyai sumbangsih yang besar dalam pertumbuhan

kota, khususnya di Tangerang Selatan.

Dalam logika kapitalisme modern, upaya hegemoni budaya konsumtif

berlangsung tanpa disadari oleh pihak yang terhegemon. Maka, seiring

dengan perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, upaya

mengkonstruksi masyarakat konsumtif bisa terjadi melalui budaya dan

media. Logika ini setidaknya dapat ditemui melalui media dan aktor-aktor

yang terlibat dibalik prosesi pengkonstruksian budaya konsumtif, menjadi

4

medium yang sangat berperan dalam mempertahankan dan melanggengkan

masyarakat konsumtif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melihat praktek-praktek

komodifikasi komoditas yang dilakukan oleh pelaku usaha jasa laundry.

Selanjutnya, penulis meneliti perilaku konsumtif konsumen dengan menelaah

nilai guna (kebutuhan) dan nilai simbolik (budaya) jasa laundry, terkait

dengan pergeseran perilaku konsumtif dari nilai guna menjadi nilai tanda.

Realitas perilaku konsumtif disamping dilatarbelakangi oleh sebab-sebab

kultural, juga disebabkan praktek-pratek komodifikasi komoditas, sehinga

komoditas memiliki nilai simbolik. Maka peneliti merasa perlu untuk meneliti

perilaku konsumtif konsumen pengguna jasa laundry pada Nauli Laundry.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan penelitian di atas, maka studi ini akan mencoba

mendeskripsikan praktek-praktek komodifikasi pemilik usaha dan perilaku

konsumtif pengguna jasa Nauli Laundry. Maka, pertanyaan penelitian ini

didasarkan oleh asumsi bahwa objek konsumsi jasa merupakan hasil dari

praktek-praktek komodifikasi. Selanjutnya, perilaku konsumtif dalam

penggunaan jasa laundry dimaknai dalam bentuk kebutuhan (nilai guna) dan

ketertarikan pada komoditas (nilai simbolik). Maka pertanyaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktek-praktek komodifikasi komoditas yang dilakukan

pelaku usaha, sehingga komoditas jasa laundry menarik minat (nilai

simbolik) konsumen?

5

2. Bagaimana proses bergesernya kebutuhan (nilai guna) menjadi

ketertarikan (nilai simbolik) terhadap objek konsumsi jasa laundry,

sehingga membentuk perilaku konsumtif pada konsumen Nauli

Laundry?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan mengenai

praktek-praktek komodifikasi komoditas oleh pemilik usaha laundry dan

menjelaskan fenomena perilaku konsumtif dengan bergesernya nilai guna

(kebutuhan) komoditas jasa menjadi nilai simbolik (budaya).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan wawasan akademik terhadap fenomena budaya konsumtif. Kemudian,

sebagai salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan program Strata Satu

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, belum ada penelitian yang membahas

tentang perilaku konsumsi pada objek jasa laundry. Adapun penelitian

tentang perilaku konsumsi yaitu;

Pertama, penelitian Galih Ika Pratiwi (2014) mengenai Perilaku

Konsumtif dan Bentuk Gaya Hidup, Studi Fenomenologi pada Komunitas

Motor Bike of Kawasaki Riders Club (BKRC) Chapter Malang. Penelitian

ini mengkaji tentang pandangan dan pendapat informan mengenai aktivitas

dan hobinya. Penelitian Galih menunjukan bahwa bergesernya nilai

6

komoditas dari nilai guna ke nilai tanda yang menghasilkan simulasi. Nilai

guna dalam penelitian ini meliputi fungsi dari komoditas yang digunakan

oleh informan dalam menunjang hobi. Sedangkan nilai tanda merupakan

penanda yang melekat pada suatu komoditas yang digunakan oleh informan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Galih mengenai perilaku

konsumsi, menggunakan teori Baurdrillard sebagai pisau analisa dalam

melihat realitas sosial perilaku konsumsi. Maka, penelitian ini

menghantarkan suatu pemahaman penulis dalam melihat perilaku konsumtif

pengguna jasa Nauli Laundry terhadap proses bergesernya nilai guna

menjadi nilai tanda.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Alfitri (2007) dengan judul

Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan. Budaya konsumerisme

mempengaruhi seseorang untuk memutuskan pembelian pada satu produk,

yang dikendalikan oleh kekuatan media masa. Perubahan budaya

konsumerisme ini merupakan konsekuensi logis yang dipicu oleh

lingkungan kota, dengan fasilitas perbelanjaan modern. Budaya

konsumersime membuat orang tidak bisa mengatur keuangan, tidak

produktif dan hanya memberikan realisasi palsu kepada masyarakat. Pada

masyarakat kelas bawah, budaya konsumersime ini bisa memicu

menurunnya kualitas hidup dan juga menciptakan tindakan kriminalitas dan

menghancurkan hidup keluarga. Pada penelitian ini, peneliti dapat

menggambarkan bahwa perilaku konsumtif masyarakat perkotaan yang

banyak dikendalikan media massa. Hasil penelitian ini mengarahkan penulis

7

melihat proses pemilik usaha Nauli Laundry menggunakan media massa

dalam membentuk perilaku konsumtif .

Ketiga, penelitian oleh Regina, dkk (2015) dengan judul Hubungan

Antara Self-Control Dengan Perilaku Konsumtif Online Shopping Produk

Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat hubungan antara self-control dengan perilaku

konsumtif melalui online shopping produk fashion pada mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Semakin tinggi self-

control maka semakin rendah perilaku konsumtif online shopping produk

fashion, sebaliknya semakin rendah self-control maka semakin tinggi

perilaku konsumtif online shopping produk fashion. Dengan menelaah hasil

penelitian Regina memberikan suatu gambaran tentang perilaku konsumtif

yang memiliki kecenderungan bahwa aktor akan melakukan konsumsi tanpa

batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak terencana. Dengan

kata lain, hasil penelitian ini mampu memberikan gambaran dalam melihat

perilaku konsumtif dari konsumen Nauli Laundry berdasarkan faktor emosi.

Terakhir, Dwi Astuti (2013). Penelitian ini berjudul Perilaku

Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah Tangga di Kota

Samarinda. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari empat orang subjek

penelitian, aktivitas berbelanja dilatarbelakangi pada ketertarikan aktor

konsumsi tidak dapat mengontrol dirinya dalam berbelanja. Perilaku ini

terlihat dari praktek berbelanja tidak berdasarkan kebutuhan (nilai guna),

melainkan hanya karena rasa ketertarikan (nilai simbolik) terhadap objek

konsumsi. Selanjutnya, aktor konsumsi tidak mempertimbangkan fungsi dan

8

manfaat (nilai guna) dari objek konsumsi tersebut. Dalam hal penelitian ini

bahwa perilaku konsumtif disebabkan ketertarikan pada objek konsumsi

merupakan bentuk praktek komodifikasi komoditas.

Tabel 1

Perbandingan Penelitian dengan Kajian Pustaka

Peneliti Pratiwi

(2014)

Regina

(2015)

Alfitri

(2007)

Astuti

(2013)

Peneliti

(2017)

Fokus

Penelitian

Perilaku

konsumtif

Perilaku

konsumtif

Perilaku

konsumtif

Perilaku

konsumtif

Perilaku

konsumtif

Objek

Konsumsi

Komoditas

barang

Komoditas

barang

Komoditas

barang

Komoditas

barang

Komoditas

jasa

Subjek

Konsumsi

Komunitas

Motor

Mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Masyarakat

Kota

Ibu

Rumah

Tangga

Konsumen

Nauli

Laundry

Aspek yang

membentuk

perilaku

konsumtif

Jaringan

komunitas

Media

online

Media

Masa

Group

referens

Iklan, agen

pemasaran,

komodifikasi

objek

konsumsi

Metode

penelitian

Kualitatif

Pendekatan

Fenomenologi

Kuantitatif

Pendekatan

Deskriptif

Kualitatif

Pendekatan

Studi

Literatur

Kualitatif

Pendekatan

Deskriptif

Kualitatif

Pendekatan

Studi Kasus

F. Kajian Teori

1. Gaya Hidup Masyarakaat Kota

Sistem kapitalisme di negara berkembang akan dipandang

sebagai bagian pasar tunggal. Secara dialektis, keadaan ini melahirkan

perilaku konsumtif. Sebagai konsekuensi logis akan hal ini,

mengakibatkan melimpahnya komoditas produksi sebagai wujud

globalisasi pasar (Baudrillard, 2009:46–47). Masyarakat Kota

Tengarang Selatan mengalami praktek kapitalisme global ini, yang

menjelma dalam aktor-aktor pengusaha lokal. Sependapat dengan

9

Baudrillard bahwa munculnya kekuatan-kekautan produksi baru dan

restukturasi monopolistik pada sistem ekonomi pada produktifitas

yang tinggi, atau kelimpahan barang, atau jasa konsumsi memicu

budaya konsumerisme (Baudrillard, 2004:92).

Arus informasi menyebar ke dalam kelompok elit sebuah

negara, berakibat dari yang dinamai Galtung (1971) sebagai

pengambilalihan kebudayaan (cultural takeover). Dengan cultural

takeover ini banyak masyarakat mengikuti gaya hidup elitis tanpa

diimbangi oleh kemampuannya, sehingga budaya konsumerisme

menjadi fenomena lazim yang didapati dalam masyarakat perkotaan.

Dengan logika tersebut, maka lahirlah pengusaha lokal untuk

memainkan perannya dalam memanfaatkan budaya konsumtif

masyarakat, dengan mendirikan usaha baik pada sektor barang

maupun jasa.

Berdasarkan pengamatan penulis, hampir disetiap pelosok di

Kota Tengarang Selatan, terdapat banyak tempat perbelanjaan, baik di

pinggiran jalan besar, kecil, maupun di gang-gang. Misalanya, pada

tahun 1993 berdiri Bintaro Trade Center, tahun 2002 berdiri Plaza

Serpong, WTC Matahari, dan Giant Melati Mas. Kemudian, tahun 2004

berdiri ITC BSD, tahun 2005 berdiri BSD Junction, dan Pamulang Square.

Tahun 2006 berdiri Sumarecon Mal Serpong I, tahun 2009 berdiri Teras

Kota, tahun 2010 berdiri Giant BSD City dan BSD Square, tahun 2011

berdiri Living World dan Lotte Mart Bintaro. Selanjutnya, tahun 2012

berdiri Mal Alam Sutera, tahun 2013 berdiri The Breeze, dan terakhir

10

tahun 2014 berdiri Lifestyle Center Bintaro (Eneng Siti Saidah, dalam

Jurnal perencanaan Wilayah dan kota A SAPPK V1N1). Data tersebut

telah menunjukan bahwa pertumbuhan pusat-pusat perbelanjaan di

Tangerang Selatan yaitu dari tahun 1993 sampai dengan 2014 sebanyak 16

pusat perbelanjaan dengan kurun waktu 11 tahun, yang menyebar di

seluruh wilayah Tangerang selatan.

Perilaku konsumtif ini berkerja dalam konteks kehidupan

masyarakat kota, selain dipengaruhi oleh kepribadian aktor konsumsi,

perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh lingkungan perkotaan dan

media massa (Subandi, 2005:141). Perilaku konsumtif masyarakat

kota tidak terlepas dari konstruksi media massa. Hal inilah yang ikut

menambah tingginya minat masyarakat menjadi berperilaku

konsumtif.

Akan tetapi, bagaimanapun juga konsumsi merupakan perilaku

aktif dan kolektif dari masyarakat yang tercermin dari gaya hidup

seseorang. Gaya hidup ini telah menghantarkan wajah baru dari

perilaku konsumsi yang tidak lagi sekedar bersifat fungsional. Dengan

kata lain, bahwa pemenuhan kebutuhan dasar manusia telah bergeser

menjadi bersifat simbolik. Gaya hidup juga dapat dimaknai sebagai

tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya

hidup diasumsikan merupakan ciri sebuah dunia modern (Chaney,

2003:40), atau disebut modernitas, maksudnya adalah siapa pun yang

hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang

gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang

11

lain. Gaya hidup pribadi menimbulkan permintaan akan pencarian

barang, jasa, ataupun aktivitas secara pribadi yang membentuk

pergaulan yang dirasakan,

2. Komoditas Jasa

Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output

selain produk dalam pengertian fisik, yang memberikan nilai tambah dan

secara prinsip tidak berwujud bagi pembelinya. Kotler berpendapat bahwa

jasa sebagai suatu tindakan yang diberikan oleh seseorang kepada orang

lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan

kepemilikan (Ratih, 2005:28). Dinamika yang terjadi pada sektor jasa

terlihat dari perkembangan berbagai industri seperti, perbankan, asuransi,

transportasi, rumah sakit, pendidikan, lembaga pemerintahan,

telekomunikasi, konsultan, dan bantuan hukum. Dengan kata lain,

perdagangan jasa telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam

dunia industri. Data mengenai tingkat pertumbuhan dalam bidang jasa

di kawasan Tangerang Selatan dari tahun 2009 sampai 2013 mencapai

14,46 persen yang menempati posisi kedua setelah perdagangan dan

hotel, mencapai 35,12 persen, dan diperingkat ketiga ditempati

industri dan pengolahan mencapai 14,37 persen (Data BKPM

Tangerang Selatan, 2013). Data tersebut menunjukan bahwa indsutri

dalam bidang jasa mempunyai sumbangsih yang lumayan besar dalam

pertumbuhan kota, khususnya di Tangerang Selatan.

Selanjutnya, dalam konteks pemasaran jasa Zeithaml dan Bitner

(2003:319) menyatakan bahwa pemasaran jasa adalah mengenai janji-

12

janji yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga. Dengan

demikian, pemasaran harus dikelola secara profesional, sehingga

kebutuhan dan keinginan konsumen akan terpenuhi dan terpuaskan.

Kasmir (2004:63) menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu

proses untuk menciptakan dan mempertukarkan produk jasa yang

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

dengan cara memberikan kepuasan.

3. Konsep Simulasi: Teori Sosial Konsumsi

Baudrillard (Nanang, 2012:134), rasionalitas konsumsi dalam

sistem masyarakat konsumen telah jauh berubah, karena saat ini

masyarakat membeli barang bukan untuk memenuhi kebutuhan

(needs) namun lebih sebagai pemenuhan hasrat (desire). Masyarakat

konsumsi akan ”membeli” simbol-simbol yang melekat pada suatu

objek, sehingga objek konsumsi banyak yang terkikis nilai gunanya.

Nilai simbolis kemudian menjadi sebuah komoditas. Komoditas

simbolik menjadi objek konsumsi, jika suatu objek menjadi tanda

(sign), karena hanya dengan cara demikian, objek tersebut dapat

dipersonalisasi dan dikonsumsi.

Konsumsi meliputi kebutuhan dan keinginan individu maupun

kolektif terhadap satu komoditas. Logika dasar konsumsi yang berdasarkan

akan nilai kebutuhan terdapat pada kenyataan bahwa masyarakat akan

membutuhakan konsumsi melalui konsep kebutuhan (Aziz, 2001:6-7). Di

samping nilai guna tersebut, nilai simbolik yang melekat pada objek

konsumsi, menjadikan objek konsumsi dimaknai sebagai prestise,

13

efisiensi, rasional, dan bahkan mencerminkan kelas sosial aktor konsumsi.

Dengan kata lain, perilaku konsumsi telah menjadi kebudayaan

masyarakat dan terlihat dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Baudrillard (2011:74) menjelaskan bahwa perilaku konsumsi

saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang murni

ekonomis dan berdasarkan pilihan rasional saja, akan tetapi terdapat

faktor budaya dan gengsi sosial yang mampu mengarahkan pilihan

individu atas suatu komoditas. Piliang (2004:138) mengemukakan

bahwa satu-satunya objek yang dapat memenuhi hasrat adalah objek

konsumsi yang muncul secara imajiner. Kemudian, objek konsumsi

ini menghilang dan hanya mampu mencari substitusinya dalam dunia

objek dari simbol-simbol yang dikonsumsi.

Konsep Baudrillard mengenai simulasi adalah tentang

penciptaan kenyataan melalui model konseptual atau sesuatu yang

berhubungan dengan “mitos” yang tidak dapat dilihat kebenarannya

dalam kenyataan. Model ini menjadi faktor penentu pandangan aktor

tentang kenyataan. Segala yang dapat menarik minat manusia, seperti

seni, rumah, kebutuhan rumah tangga dan lain sebagainya,

ditayangkan melalui berbagai media dengan model-model yang

ideal, disinilah batas antara simulasi dan kenyataan menjadi

tercampur aduk sehingga menciptakan hyper-reality dimana yang

nyata dan yang tidak nyata menjadi tidak jelas.

Lebih lanjut, Baudrillard menyatakan, bahwa dunia didominasi

oleh simulacrum, dengan memberikan contoh Disneyland.

14

Disneyland adalah suatu dunia imajiner dimana segala sesuatunya

bersifat futuristik. Disneyland telah menjadi bius bagi sebagian besar

konsumen kelas menengah, sehingga selalu dijejali orang sepanjang

tahunnya (Adian, 2002:5-16).

Menurut pemahaman Baudrillard terdapat keajaiban konsumsi,

bahwa mentalitas konsumen bersifat individu dan kolektif

(Baudrillard, 2009:13). Hal ini sesuai dengan eksistensi diri aktor,

yaitu sebagai mahluk individu dan kolektif. Berdasarkan fakta inilah

konsumen sebagai aktor konsumsi menjadi dasar pertimbangan dalam

berkonsumsi. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa hakekat

konsumsi bukan hanya merupakan objek pemuas dan kesenangan

aktor, melainkan seluruh arena kehidupan manusia sehari-hari

(Baudrillard, 2009:18).

Berdasarkan uraian singkat konsep simulasi ini, peneliti akan

menggunakan teori ini untuk mendeskripsikan perubahan dari nilai

guna ke nilai tanda dalam konteks penggunaan jasa laundry. Alhasil,

dapat dijelaskan secara teoritis terhadap perilaku konsumen Nauli

Laundry.

4. Konsep Komodifikasi Komoditas

Dalam kajian sosiologi kritis, komodifikasi mengacu pada

konsep yang dikembangkan oleh Karl Marx, ketika menganalisis

individu yang terhegemoni dan menerima kepercayaan yang dapat

mendukung dan mereproduksi status quo kapitalisme. Dalam

pengertian ini, Marx memberinya makna sebagai seluruh jenis objek

15

konsumsi yang diproduksi dan untuk diperjual-belikan. Sebagai

konsekuensi logis, objek konsumsi yang diproduksi sebagai

kebutuhan (nilai guna), dikomodifikasi menjadi nilai simbolik yang

diperjualbelikan. Dengan kata lain, komodifikasi menggambarkan

proses dimana komoditas (barang atau jasa) yang tidak memiliki nilai

ekonomis diberi nilai dan karenanya pasar dapat menggantikan nilai-

nilai sosial lainnya. Sebagai komoditas, objek konsumsi tidak hanya

penting, tetapi juga berdaya jual (Marx dalam Evans, 2004:16).

Pemikiran Marx ini selajutnya dikembangkan menjadi

operasionalisasi berbagai komoditas yang dihasilkan kapitalis dalam

membentuk kepercayaan individu. Bagi Marx, cara seorang individu

menerima dan mengalami dominasi kapitalis, berbeda dari cara

bagaimana sistem kapitalisme itu bekerja (Marx, dalam Lloyd, 2008).

Secara teknis, komodifikasi merupakan kata kunci yang dikemukakan

Marx sebagai „ideologi‟ yang bersemayam di balik media.

Menurutnya, kata itu bisa dimaknai sebagai upaya mendahulukan

peraihan keuntungan dibandingkan dengan tujuan-tujuan lain (Burton,

2008:198). Dengan demikian, konsep komodifikasi komoditas yang

menjadi fokus adalah praktek kapitalisme, dalam hal ini pemilik usaha

laundry bekerja membentuk kepercayaan pada tataran individu,

melalui komodifikasi komoditas.

Secara operasional, komodifikasi komoditas bekerja dengan cara

bagaimana produsen menunjukkan, bahwa asas pertukaran dapat

memaksakan kekuatannya secara khusus dalam komoditas. Dalam

16

kapitalisme, asas pertukaran akan selalu mendominasi asas manfaat

karena roda eksistensi kapitalis selalu berputar di sekitar produksi

objek konsumsi dan pemasaran komoditas. Konsekuensinya,

diperlukan suatu kondisi masyarakat merasa bahwa konsumsi yang

dilakukan merupakan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya (Adorno,

dalam Strinati, 2007).

Kemudian, komodifikasi ini diperkuat oleh serangkaian proses

komodifikasi atas komoditas. Komodifikasi menurut Pialang adalah

sebuah proses menjadikan sesuatu yang sebelumnya bukan komoditi

menjadi komoditi. Barker mendefinisikan komodifikasi sebagai proses

asosiasi terhadap kapitalisme, yaitu objek kualitas dan tanda dijadikan

sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tujuan utamanya

adalah untuk perjualbelikan di pasar (Pradjnaparamita, 2012:16-35).

Menurut Barker (2004:14), komoditas adalah produk yang

memiliki unsur nilai guna dan nilai tukar. Selanjunya, komodifikasi

merupakan proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme, yaitu objek,

kualitas, dan tanda berubah menjadi komoditas. Lebih lanjut, Harris

(dalam Mulyanto, 2011:20) mempertegas dengan mengatakan bahwa

komodifikasi adalah satu ciri mendasar dari kapitalisme yang hampir

menjadikan semua barang dan jasa, termasuk tenaga kerja, yang

sebetulnya bukan komoditas menjadi komoditas.

Sebagai kebutuhan operasional dalam penelitian ini,

komodifikasi ditekankan kepada aspek-aspek yang berkaitan dengan

praktek pemilik usaha laundry untuk menjadikan jasa sebagai sebuah

17

komoditas yang menghasilkan laba. Meskipun sebenarnya perwujudan

komoditas tersebut hanyalah pendefinisian manusia yang mengambil

wujud fantastis dari suatu hubungan hasil produksi. Inilah yang

disebut Marx sebagai komodifikasi, yang merekatkan manusia pada

hasil-hasil kerja ketika diproduksi sebagai komoditas (Marx, dalam

Strinati, 2007:63).

G. Definisi Konsep

Berdasarkan tinjauan literatur dan kajian teori, yang telah diurai di

atas, maka penelitian ini menjelaskan definisi konsep yang dipergunakan

dalam penelitian ini. Adapun definisi konsep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah, nilai guna, nilai tanda, komoditas, perilaku, konsumsi,

objek konsumsi, subjek konsumsi, komodifikasi, simulakra, rasionalitas,

efesiensi, dan efektif, sebagai berikut;

Nilai guna merupakan nilai pada komoditas, yang berdasarkan atas

kebutuhan dan manfaat dari penggunaan jasa laundry. Nilai tanda atau

simbolik merupakan nilai pada komoditas, yang berdasarkan atas keinginan

dan ketertarikan, dari pengguna jasa laundry.

Komodifikasi merupakan serangkaian praktek-praktek pemilik usaha

laundry untuk memberikan nilai simbolik pada sebuah komoditas.

Komoditas merupakan segala bentuk jenis-jenis layanan laundry, yang

diproduksi oleh pemilik usaha untuk diperdagangkan.

Perilaku merupakan aktivitas yang dilakukan oleh konsumen dalam

menggunakan jasa laundry. Konsumtif merupakan aktivitas yang dilakukan

18

oleh konsumen dalam menggunakan jasa laundry yang didasari pada

kertertarikan dan keinginan (nilai simbolik).

Objek konsumsi merupakan komoditas yang dikonsumsi oleh

pengguna jasa laundry. Subjek konsumsi merupakan orang atau aktor yang

menggunakan jasa laundry.

Simulakra merupakan proses-proses bergeser atau berubahnya

perilaku aktor konsumsi dalam menggunakan jasa laundry, yang secara

teoritis dimaknai sebagai pergeseran dari nilai guna kepada nilai simbolik.

Rasionalitas merupakan perilaku yang dinilai aktor konsumsi, bahwa

menggunakan jasa laundry adalah bentuk dari kecerdasan, penuh

pertimbangan, dan kebahagian. Efesiensi merupakan perilaku aktor

konsumsi yang memandang bahwa menggunakan jasa laundry dapat

mengurangi beban aktivitas kerja sehari-hari dalam rumah tangga. Efektif

merupakan perilaku aktor konsumsi yang memandang bahwa menggunakan

jasa laundry lebih cepat diselesaikan dibanding mengerjakan sendiri di

rumah. Definisi konsep ini dimaksudkan sebagai operasionalisasi dalam

penelitian ini, sehingga dengan mendefinisikan konsep ini sekaligus sebagai

pembatasan atas studi dalam penelitian ini.

H. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada objek laundry, yaitu pemilik usaha,

pekerja, dan konsumen Nauli Laundry, dengan pertimbangan untuk

mempermudah melakukan penelitian dan mengakses data bagi

penulis, mengingat lokasi penelitian berada di Kota Tangerang

19

Selatan. Selanjutnya, penelitian ini telah dilakukan mulai bulan Mei

2016 sampai dengan Januari 2017. Waktu wawancara sebagai beikut:

Tabel 2

Daftar Informan Berdasarkan Waktu Wawancara

No. Informan WaktuWawancara

1 PA 12 Juni, 25 Juli, dan 10 Agustus 2016

2 NA 15 Juni, 24 Juli 2016

3 RA 17 Juni dan22 Juli 2016

4 AM 14 Juni, 21 Juli, dan 8 Agustus 2016

5 Fah 02 Juni 2016

6 Eyang 10 Juli 2016

7 Rar 02 Juli 2016

8 Sas 12 Juli 2016

9 Par 13 Juli 2016

10 Pr 18 Juli 2016

11 Buf 18 Juli 2016

12 Tas 15 Juli 2016

13 Sem 09 Juli 2016

14 Pak Haji 15 Juli 2016

Sedangkan, waktu observasi penelitian sebagai berikut:

Tabel 3

Daftar Waktu Observasi

Waktu Observasi Fokus Observasi

16 Juni 2016 Proses Mencuci

17 Juni 2016 Proses Mencuci

21 Juni 2016 Proses Mensetrika

22 Juni 2016 Proses Mensetrika

27 Juni 2016 Proses Pengepakan

29 Juni 2016 Proses Pengepakan

01 Juli 2016 Proses Antar-Jemput

04 Juli 2016 Proses Antar-Jemput

06 Juli 2016 Proses Penjemuran

07 Juli 2016 Proses Pengeringan

10 Juli 2016 Proses Sortir

12 Juli 2016 Proses Sortir

14 Juli 2016 Proses Iklan

20

17 Juli 2016 Proses Iklan

18 Juli 2016 Proses di Agen

19 Juli 2016 Proses di Agen

21 Juli 2016 Proses Mencucian

23 Juli 2016 Proses Mensetrika

24 Juli 2016 Proses Pengepakan

03 Agustus 2016 Proses Pembukuan

04 Agustus 2016 Proses Pembukuan

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang

bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa mengenai perilaku

konsumtif para konsumen Nauli Laundry dan untuk mengkaji secara

mendalam penyebab mengapa lahirnya budaya konsumtif yang

ditelaah dari konsep komodifikasi komoditas yang dilakukan oleh

pemilik usaha Nauli Laundry.

3. Sumber Data

Penelitian ini memiliki sumber data primer dan sekunder. Data

primer adalah data yang merupakan sumber utama untuk dijadikan

landasan dalam penulisan penelitian ini, yang terdiri atas informasi

dari pemilik usaha, pekerja, konsumen, dan data-data pembukuan

Nauli Laundry. Selanjutnya, data sekunder adalah data yang

mendukung, menjelaskan serta mempunyai hubungan yang erat

dengan data primer, yang terdiri dari, buku-buku, jurnal, hasil

penelitian tentang ilmu sosial yang menyangkut perilaku konsumtif,

kemudian arsip, dokumentasi dan berbagai data yang memuat tentang

perkembangan pusat-pusat perbelanjaan, tingkat konsumsi,

21

karakteristik masyarakat Kota Tangerang Selatan, yang relevan bagi

pemecahan permasalahan dalam penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penggumpulan data dilakukan dengan wawancara

mendalam (indept interviewing), dengan tidak menggunakan struktur

yang ketat dan formal, namun dengan strategi untuk menggiring

pertanyaan yang makin membesar, sehingga informasi yang

dikumpulkan cukup memadai. Pada prakteknya, proses wawancara ini

selain panca indera peneliti yang digunakan sebagai pengumpul data,

didukung pula dengan penggunaan alat rekam tape recorder yang

telah dikemas sedemikian rupa, agar tidak mengganggu proses

wawancara. Disamping itu, demi lancaranya proses wawancara

digunakan petunjuk umum wawancara yang berupa daftar pertanyaan

yang telah disusun sebelum terjun ke lapangan. Wawancara ini

bertujuan untuk mengungkap proses-proses mengkonstruksian nilai-

nilai simbolik konsumsi jasa dalam praktek komodifikasi komoditas.

Selanjutnya, observasi langsung. Observasi ini dilakukan secara

informal sehingga mampu mengarahkan peneliti untuk mendapatkan

sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan masalah

penelitian. Terakhir, dokumentasi untuk pengumpulan data agar

memperoleh data sekunder dengan cara melihat kembali berbagai

litelatur, foto dokumentasi yang relevan dengan penelitian ini

(Moleong, 2009:186).

22

5. Teknik Pengambilan Informan

Jenis teknik pengambilan informan yang dipergunakan adalah

puposive sampling. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka yang

termasuk sebagai informan, yakni satu orang pemilik usaha, tiga

orang pekerja dan 10 orang konsumen Nauli Laundry. Sehingga, total

jumlah informan sebanyak 14 orang (Sugiono, 2007). Karakteristik

informan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok pihak Nauli

Laundry (pemilik usaha, petugas cuci, petugas setrika, dan kordinator)

dan kelompok konsumen Nauli Laundry, sebagai berikut;

Tabel 4

Daftar Informan Berdasarkan Tanggung Jawab

dan Pilihan Layanan Jasa Laundry

No. Informan Kelompok/Jenis

1 PA Pemilik Nauli Laundry

2 NA Pekerja Bagian Setrika

3 RA Pekerja Bagian Cuci

4 AM Penanggung Jawab

5 Fah Konsumen Paket Bulanan

6 Eyang Konsumen Paket Bulanan

7 Rar Konsumen Reguler/Kiloan

8 Sas Konsumen Reguler/Kiloan

9 Par Konsumen Reguler/Kiloan

10 Pr Konsumen Reguler/Kiloan

11 Buf Konsumen Reguler/Kiloan

12 Tas Konsumen Jasa Satuan

13 Sem Konsumen Jasa Satuan

14 Pak Haji Konsumen Jasa Satuan

Adapun karakteristik informan dilihat dari gender adalah enam

orang laki-laki dan delapan orang perempuan. Tetapi bila dirinci pada

pihak Nauli Laundry dua orang laki-laki (PA dan RA) dan dua orang

perempuan (NA dan AM). Sementara untuk kelompok konsumen

Nauli Laundry terbagi atas empat orang laki-laki (Fah, Pr, Tas, Pak.

23

Haji) dan enam orang perempuan (Eyang, Rar, Sas, Par, Buf, Sem),

sebagai berikut;

Tabel 5

Daftar Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Informan Jenis Kelamin

1 PA Laki-Laki

2 NA Perempuan

3 RA Laki-Laki

4 AM Perempuan

5 Fah Laki-Laki

6 Eyang Perempuan

7 Rar Perempuan

8 Sas Perempuan

9 Par Perempuan

10 Pr Laki-Laki

11 Buf Perempuan

12 Tas Laki-Laki

13 Sem Perempuan

14 Pak Haji Laki-Laki

6. Validitas Data

Dengan menggunakan teknik triangulasi (Sugiyono 2008:274)

teknik ini merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut, untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Dalam

prakteknya, fungsi triangulasi dalam penelitian ini untuk

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan

cara, yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, membandingkan apa yang disampaikan antara pemilik

usaha, pekerja dan konsumen.

24

7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa interaktif, yaitu bahwa ketiga komponen aktivitasnya

berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data berbagai proses

siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak diantara tiga

komponen analisis, yaitu data reduction (reduksi data), data display

(sajian data) dan data conclusion drawing (penarikan kesimpulan).

Reduksi suatu bentuk analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang ha-hal yang tidak penting

dan mengatur data sedemikian rupa. Proses ini berlangsung sampai

penelitian selesai. Data Display menyajikan data yang disusun dengan

baik dan jelas supaya peneliti mendapatkan gambaran yang jelas,

tentang data keseluruhan, guna menyusun kesimpulan studi. Terakhir,

Conclusion Drawing dilakukan dari awal pengumpulan, sehingga

peneliti mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dan melakukan

pencatatan pola-pola (Sutopo, 1988:34).

I. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari empat bab, meliputi pendahuluan, gambaran

umum, hasil penelitian, terakhir penutup.

BAB I Pendahuluan, yang meliputi pernyataan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjaun pustaka, kajian

teori, defenisi konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

25

BAB II Gambaran Umum, Latar Belakang Nauli Laundry,

Permasalahan Laundry, Layanan dan Tarif Jasa Laundry, Proses

Pengerjaan Laundry.

BAB III Hasil Penelitian mengenai Komodifikasi Jasa Laundry

dan Perilaku Konsumtif Pengguna Jasa Laundry.

BAB IV Penutup, Kesimpulan dan Saran.

26

BAB II

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha Nauli Laundry, jika dilihat

dari segi jumlah tenaga kerja, maka industri ini dapat diklasifikasikan

sebagai industri kecil, yaitu industri dengan tenaga kerjanya berjumlah

sekitar lima sampai 19 orang (BPS Nasional, 2016). Selanjutnya, pernyataan

ini juga didukung oleh temuan bahwa ciri-ciri industri kecil adalah memiliki

modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar

atau masih adahubungan saudara (Wulandari, 2016). Merujuk pada data

observasi dan wawancara, bahwa para pekerja pada Nauli Laundry adanya

hubungan saudara dengan pemilik usaha, disamping itu juga beberapa

pekerja merupakan tetangga di lingkungan Nauli Laundry. Setidaknya, hasil

penelitian ini menunjukkan terdapat empat orang pekerja yang masih

memiliki hubungan kekeluargaan dengan pemilik usaha dan tiga orang

merupakan tetangga, dan tiga orang berasal dari luar daerah Tangerang

Selatan.

Pada bagian ini, penulis akan mendeskripsikan latar belakang Nauli

Laundry, permasalahan laundry, layanan dan tarif jasa laundry, dan proses

pengerjaan.

A. Latar Belakang Nauli Laundry

Nauli Laundry merupakan salah satu jasa laundry yang berkembang di

Kota Tangerang Selatan. Pada umumnya, setiap hal ihwal memiliki aspek

kesejarahanya yang khas. Perlunya penelusuran kesejarahan dalam kajian

ilmiah menjadi bagian yang tidak terpisahakan dari pisau analisis untuk

27

melihat perubahan. Nauli Laundry juga memiliki apsek kesejarahan dalam

mendirikan dan menjalakan usahanya, yang meliputi dinamika suka dan

duka. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan bahwa laundry ini berdiri sejak

11 Juni 2014 di Jurangmangu Timur, Pondok Aren - Tangerang Selatan.

Berdasarkan pengakuan pemilik usaha, bahwa inisiatif untuk

mendirikan usaha ini bermula dari sulitnya mecari pekerjaan diberbagai

instansi, baik swasta maupun pemerintah. Padahal pemilik usaha adalah

seorang sarjana, dengan modal inilah informan mencoba melamar pekerjaan

diberbagai tempat, tetapi tidak mendapatkan satupun pekerjaan.

Sebagaimana yang dituturkan oleh pemilik usaha;

Ya, awalnya sih enggak terpikir buat usaha, karena kan saya ini

lulusan perguruan tinggi, dan juga saya tidak memiliki modal yang

cukup untuk membuat usaha, lagian juga saya belum ada pengalaman

membuat usaha. Ya, awalnya hanya terpikir memanfaatkan

pendidikan saya untuk melamar pekerjaan, tapi setelah dicoba

kesana-kesini ya gak dapat-dapat, bahkan saya juga pernah mencoba

melamar cpns juga gak keterima. (Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016).

Berdasarkan hal itu, informan mencoba mencari pengalaman baru

untuk membentuk satu usaha dengan ikut bersama salah seorang teman

informan, semasa kuliahnya dulu. Inisiatif informan ini, menjadi modal

untuk mendirikan usaha, informan mengikuti temannya yang telah

membuka usaha laundry di daerah Pondok Pinang - Jakarta Selatan. Pemilik

usaha ini, ikut dan terlibat dalam seluruh porses kerja di laundry temannya

selama kurang lebih enam bulan. Hingga pada akhirnya, setelah memahami

metode kerja laundry, informan berencana untuk mendidirkan usahanya

sendiri.

nah, setelah itu saya mengikuti teman yang sedang menggeluti

usaha ini, ya teman semasa kuliah dulu, dia itu sudah punya usaha di

28

Pondok Pinang, kurang lebih saya ikut enam bulanan, saya ikut untuk

mencari pengalaman, ya lama-lama kan saya jadi tahu gimana buat

buka usaha, setelah sekian lama saya ikut, ya saya dirikan usaha saya

sendiri, teman itupun sangat mendukung niat saya, bahkan membantu

saya, akhirnya berdiri juga laundry saya sendiri. (Wawancara

Pribadi, 12 Juni 2016).

Selanjutnya, informan mendirikan usaha di Jalan Pondok Pesantren,

Jurangmangu Timur, Pondok Aren - Tangerang Selatan, dengan modal

terbatas. Pemilihan tempat ini juga didasari olah keterbatasan modal,

sehingga harus mensiasatinya dengan mencari tempat di daerah pinggiran.

Hal ini dikarenakan, di daerah pinggiran harga sewa tempat usaha terbilang

lebih murah dibanding dibeberapa tempat seperti di Jakarta. Informan

menuturkan bahwa harga sewa kontrakan seharga Rp. 6.000.000 per tahun,

dengan fasilitas listrik 2200 Watt dan memiliki pompa air tersendiri. Daya

listrik tinggi dan ketersediaan air yang cukup menjadi prasyarat untuk

mendirikan usaha laundry. Fakta inilah menjadi pertimbangan bagi

informan untuk mengambil tempat di daerah tersebut, kerena dibeberapa

tempat, masih menurut penuturan informan bahwa fasilitas listrik dan air

tersebut belum tentu ada, kalaupun ada pemakaiannya sangat dibatasi oleh

pemilik kontrakan. (Wawamcara Pribadi, 12 Juni 2016).

Setelah mendapatkan tempat usaha tersebut, kemudian pemilik usaha

membuat rak pakaian dan hanya membeli satu unit mensin cuci. Padahal

untuk mendirikan usaha laundry, sangat tidak memungkinkan untuk

mendirikan usaha ini, hanya dengan modal satu unit mesin cuci, satu unit

setrika listrik, dan rak pakaian. Tetapi, karena telah memiliki pengalaman

dan relasi dengan pengusaha laundry lainnya, informan merasa tidak

29

khawatir akan kualitas dan layanan yang diberikan oleh laundry-nya kepada

konsumen. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh pemilik usaha bahwa;

Jadi gini, pada dasarnya saya tidak memiliki modal yang cukup

untuk mendirikan usaha laundry, kalau hitung-hitung modal untuk

membuka laundry ya minimalah 30 sampai 40 jutaan, diluar harga

sewa kontrakan ya, tapi saya pada masa itu hanya memiliki uang

sekitar 12-jutaan, jadi bagaimanapun itu gak cukup. Maka, saya

harus mencari kontrakan yang murah, enam juta per tahun, dan

kebetulan yang punya kontrakan mau memasangin listrik 2200 watt,

kan harus dayanya tinggi, juga airnya sendiri ada. Nah, lalu saya kan

masih punya sisa uang, maka saya beli mesin cuci yang kecil, kalau

tidak salah harganya tidak sampe dua jutaan dah, juga saya beli kayu

dan triplek untuk buat rak, ya saya buat sendiri, namanya juga

modalnya terbatas. Ya itulah yang bisa saya miliki diawal dulu, ya

saya taulah bagaimana triknya agar bisa menjalankan laundry ini

hanya modal mesin cuci satu, kan saya juga sudah ada pengalaman,

juga punya teman yang usaha laundry itu, kalau ada apa-apa tinggal

saya bawa pakaian kotor dari tempat saya ketempat teman saya untuk

diproses, gitu aja. (Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016).

Dengan modal seadanya ini, pemilik usaha mendirikan dan

menjalankan usahanya, hingga setelah dua bulan menjalakan usaha, satu per

satu fasilitas laundry dilengkapi, mulai dari mesin cuci, mesin pengering

dan setrika uap. Kemudian, pada Desember 2015 pemilik usaha menambah

cabang laundry di daerah Pondok Cabe Ilir V, Tangerang Selatan. Dengan

bertambahnya cabang laundry ini semakin menguntungkan akan

perkembangan usahanya, di samping semakin bertambahnya mesin-mesin

produksi. Hingga akhirnya, dipertengahan bulan November 2016, Nauli

Laundry menambah cabang barunya di daerah Sandratex-Rempoa,

Tangerang Selatan. Artinya, informan memiliki tiga cabang laundry dengan

jumlah karyawan delapan orang dan memiliki agen-agen mitra sebanyak 50

agen.

30

Selanjuntya, pembagian kerja di laundry ini dibagi atas beberapa

bidang pekerjaan, yaitu tiga orang bertugas mencuci, tiga orang bertugas

mensetrika, dua orang bertugas sebagai pekerja lapangan, yang melakukan

pekerjaan antar-jemput pakaian laundry, baik kepelanggan, cabang laundry,

maupun agen-agen Nauli Laundry. Kemudian, satu orang bertanggung

jawab dalam transaksi keuangan dan pencatatan laporan penghasilan dan

pengeluran laundry. Terakhir, satu orang bertugas untuk mengontrol

pekerja, kualitas layanan, dan memastikan selesainya pekerjaan sesuai

dengan waktu pengerjaan, yang dimuat pada nota laundry.

Kemudian, terkait dengan peralatan kerja, hasil observasi

menunjukkan bahwa Nauli Laundry memiliki mensin cuci, mesin

pengering, setrika uap, vacum claner, vacum tabel, kenderaan pengangkut,

dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 6

Daftar Jenis dan Jumlah Peralatan Kerja

Jenis Peralatan Kerja Jumlah

(Unit) Kapasitas

Mesin Cuci 2 12 Kilogram

Mesin Cuci 2 10 Kilogram

Mesin Cuci 1 8 Kilogram

Mesin Cuci 1 7 Kilogram

Dryer (Pengering) 2 10 Kilogram

Dryer (Pengering) 1 7 Kilogram

Boyler (Setrika Uap) 1 25 Liter

Boyler (Setrika Uap) 1 15 Liter

Boyler (Setrika Uap) 1 5 Liter

Vacum Cleaner 1 2 PK

Vacum Table 3 -

Sepeda Motor 2 100 CC

Mobil 1 1000 CC

31

B. Permasalahan Laundry

Berdasarkan observasi dan wawancara, peneliti mendapatkan data

mengenai kualitas laundry, yang terkandang masih kurang memuaskan

konsumen diantaranya adalah;

Pertama, kurang bersihnya cucian. Kualitas kebersihan hasil cucian

merupakan hal yang sangat pokok untuk diperhatikan oleh para karyawan

laundry. Hal ini sangat menentukan kepuasan pelanggan, sehingga jika

kurang bersih akan berdampak pada protes (complain) dari pelanggan.

Berdasarkan pengamatan penulis di Nauli Laundry menunjukan bahwa

untuk kebersihan dan hasil cucian yang kurang memuaskan dikarenakan

masih kurang bersih, hal ini diakibatkan karena kurang telitinya para pekerja

dalam hal mencuci dan tidak mengunakan proses pencucian yang sesuai

dengan prosedurnya. Permasalahan ini sebagaimana yang tuturkan oleh

informan:

gimana ya, ya namanya juga mereka banyak yang dikerjakan

mungkin ya, kadang juga kita kecewa, lihat baju saya masih kotor tuh,

di bagian kerah kemejanya. (Wawancara Pribadi dengan Pr pada 18

Juli 2016)

sementara Fah juga menuturkan;

nah kalau yang ini ya adalah yah, pernah tuh benar-benar kotor

banget lagi, kayak belum dicuci gitu, terus saya datangi saja langsung

kesana, nanya saja udah dicuci apa belum, kok masih kotor gini.

(Wawancara Pribadi, 2 Juni 2016).

Kelalaian terhadap prosedur ini meliputi kurangnya ketelitian dari

pekerja laundry, dimana mereka tidak memerika dengan teliti noda dan

kotoran-kotoran. Akan tetapi, hal ini lazimnya akan diselesaikan dengan

cara mencuci ulang terhadap pakaian yang masih kotor tersebut, tanpa

dipungut biaya. Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh pemilik usaha;

32

Terkait masalah ini, jujur memang harus saya akui itu ada, lagi-

lagi ini hanya persoalan kurang telitinya anggota kami dalam

bekerja. Kalau saya langsung tau laporan ini, baik dari pelanggan

maupun dari petugas yang mencek ini, biasanya langsung saya tegur

pekerja bagian pencucian, karena bagaimanapun kitakan usaha ini

jasa ya, yang kita jual itu kualitas layanan, jadi kalau kualitasnya

jelek, siapa ya mau gunain layanan kita, sederhanya gitu. Tapi saya

sudah tekankan jika ada pelanggan yang protes terhdap layanan yang

kurang bersih, wajib dicuci ulang, dan tidak perlu dia bayar lagi. Itu

selalu saya tekankan. (Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016)

Terhadap pernyataan dari informan tersebut, peneliti mencoba mewawancari

pelanggan Nauli Laundry terkait masalah ini sebagaimana yang dituturkan

oleh Sem:

Kalau bisa dibilang ya, memang mereka bertanggung jawab ya,

kadang hal itu yang membuat saya suka, jika kita komplain ya

didengarin, dan mereka memang mencuci ulang pakaian yang masih

kotor itu, dan besoknya mereka sudah menghantarkan langsung

kerumah saya. Ya itulah namanya juga usaha ya, kadangkala

namanya manusia kan khilaf atau salah gitu. (Wawancara Pribadi, 9

Juni 2016).

Informasi informan di atas, menjelaskan bagaimana kepuasan pelanggan

terhadap penanganan keluhan yang dilakukan perusahaan bergantung pada

bagaimana persepsi keadilan yang dirasakan oleh pelanggan ketika

keluhannya ditangani (Charles, 2001:37).

Kedua, hasil cucian masih kurang wangi karena proses pengerjaan

tidak sesuai prosedur yang seharusnya dilakukan. Hasil wawancara dari

pemilik laundry bahwa pekerja kurang memperhatikan tugas dan tanggung

jawab pekerja. Hal ini terlihat dalam proses pencucian kadang para pekerja

mencampurkan terhadap seluruh jenis-jenis noda dan kualitas pakaian kotor,

antara satu pakaian dengan lainnya. Kemudian, cara pengerjaannya juga

seharusnya diproses berbeda, tetapi dikerjakan sekaligus. Disamping itu

juga, terkadang pakaian yang sudah diproses tidak sempat dijemur atau

33

dikeringkan dengan menggunakan mesin dryer, sehingga pekerja tersebut

menumpukkan sejumlah pakaian yang telah dicuci di dalam ember selama

satu malam.

Selanjutnya, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masalah yang

paling berbahaya adalah terkait dengan tertukarnya pakaian pelanggan. Hal

ini harusnya biasa ditangani saat proses pengemasan. Proses pengemasan

adalah proses akhir dari pengerjaan laundry, dimana hal ini menetukan

brand image perusahaan jasa laundry tersebut. Para pekerja laundry harus

mengelompokan berdasarkan kepemilikan konsumen, tetapi masih ada saja

kesalahan.

C. Layanan dan Tarif Jasa

Nauli Laundry menyediakan beberapa layanan, seperti jasa hanya

cuci, setrika, dan cuci-setrika untuk jasa laundry kiloan. Kepuasan pelanggan

terhadap jasa dipengaruhi oleh kualitas jasa yang berasal dari penilaian

terhadap kualitas hasil, kualitas interaksi dan kualitas lingkungan fisik

(Zethaml, 2006:33). Kemudian, jasa laundry satuan terhadap pakaian atau

barang, yang membutuhkan pelayanan khusus (seperti jas, kebaya, baju

pengantin, karpet, boneka, kasur, bantal) atau terhadap permintaan

konsumen untuk menggunakan jasa laundry satuan.

Jasa cuci, setrika, dan cuci-setrika tersebut, dalam pengamatan penulis

memiliki pilihan waktu penyelesaian mulai dari satu sampai dengan tiga

hari. Jasa laundry kiloan dan satuan seperti ini lazim dinamai jasa laundry

reguler. Sementara, disamping menyediakan jasa laundry reguler, Nauli

34

Laundry menyediakan jasa paket bulanan. Paket ini meliputi jasa cuci dan

setrika.

Nauli Laundry menerapkan ragam tarif, tergantung pilihan konsumen

terhadap jasa laundry. Berdasarkan hasil observasi, paket reguler ditarif

mulai dengan Rp. 4000 sampai dengan Rp. 10.000 per kilogram.

Tabel 7

Daftar Tarif Laundry Kiloan

Jenis Layanan Tarif

1 Hari 2 Hari 3 Hari

Cuci dan Setrika Rp. 10000 Rp. 8000 Rp. 5000

Hanya Setrika Rp. 8000 Rp. 6500 Rp. 4000

Hanya Cuci Rp. 9000 Rp. 7500 Rp. 4500

Sementara jasa paket bulanan diberikan dengan kuota 30 kilogram

selama satu bulan dengan tarif mulai dari Rp. 110.000 sampai dengan Rp.

260.000. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha,

bahwa terdapat beberapa konsumen tidak menghabiskan kuota sebesar 30

kilogram tersebut selama satu bulan. Nauli Laundry masih memberikan

perpanjangan waktu hingga kuota tersebut habis, untuk dilanjutkan kembali

dengan membayar sejumlah uang, yang disesuaikan dengan jenis layanan

paket bulanan yang dipilih.

Tabel 8

Daftar Tarif Laundry Paket Bulanan Keluarga

Jenis Layanan Tarif

1 Hari 2 Hari 3 Hari

Cuci dan Setrika Rp. 260.000 Rp. 210.000 Rp. 135.000

Hanya Setrika Rp. 210.000 Rp. 180.000 Rp. 110.000

Hanya Cuci Rp. 240.000 Rp. 195.000 Rp. 120.000

Selanjutnya, Nauli Laundry juga menawarkan jenis layanan pencucian

satuan (per potong pakaian atau barang). Tarif pengguna jasa laundry satuan

35

tergantung atas jenis dan ukuran pakaian atau barang, setidaknya dimulai

dengan tarif Rp. 8000 sampai Rp. 50.000 per potong pakaian/barang.

Tabel 9

Daftar Tarif Laundry Satuan

Dari data ini dapat dijelaskan, bahwa beragamnya jenis-jenis pakaian atau

barang, juga menentukan tarif jasa. Jenis layanan laundry satuan ini

merupakan produk yang dinilai memiliki keistimewaan, hal ini terlihat dari

bentuk pengepakannya. Data observasi menunjukkan bahwa pengepakan

Jenis Pakaian Tarif (Rp) Jenis Pakaian Tarif (Rp)

Baju tidur wanita 8000 Baju muslim 15000

Baju panas 7000 Baju anak 7000

Baju kurung 8000 Blazer 10000

Blouse 8000 Boneka jumbo 50000

Boneka besar 30.000 Kain jok mobil 40000

Boneka sedang 20000 Korset 8000

Boneka kecil 15000 Kasur kecil 25000

Boneka mini 8000 Kasur besar 30000

Bedcover tebal 20000 Kasur jumbo 40000

Bedcover tipis 17000 Koper 20000

Bulu domba 20000 Koper besar 30000

Bantal 10000 Long dress 15000

Celana panjang 10000 Mantel 10000

Celana pendek 8000 Mukena stelan 15000

Dasi 8000 Napkin 8000

Gordyn/kg 10000 Baju pengantin 30000

Handuk besar 10000 Baju adat 20000

Handuk kecil 8000 Piyama satu stel 15000

Jas 20000 Rok pendek 8000

Jas stelan 30000 Rok panjang 10000

Jaket 14000 Rompi 8000

Jaket kulit 15000 Selimut 10000

Jeans 9000 Seprei satu set 15000

Kimono 15000 Sajadah 10000

Kebaya 15000 Safari 10000

Kemeja 15000 Sarung 8000

Karpet tebal/M2 12000 Selendang 8000

Karpet tipis/M2 10000 Sepatu 15000

Keset 8000 Tas 10000

Kaos kaki 8000 Topi 8000

36

pada pakaian (seperti baju, jaket, jas, dan lain-lain) menggunakan hanger,

sehingga tampak lebih rapih dibanding dengan jasa laundry kiloan.

D. Proses Pengerjaan Laundry

Sebagai sebuah usaha jasa, Nauli Laundry berupaya menjaga dan

meningkatkan mutu kualitas layanan dan hasil produk dari proses

pengerjaan laundry. Dalam hal ini, pemilik usaha selalu memperhatikan

kinerja para pekerja. Secara teknis, petugas (kordinator) selalu

memperhatikan proses pencucian sampai pengepakan, untuk mendapatkan

hasil maksimal. Proses ketelitian ini merupakan cara untuk menghindari

keluhan-keluhan konsumen, agar tetap loyal dalam menggunakan jasa

laundry.

Pertama, penerimaan dengan bertemu dengan konsumen. Pekerjaan

ini meliputi menghitung jumlah dan berat (kilogram) pakaian, jenis pakaian,

jenis layanan, harga dan atas nama yang akan dituliskan pada nota. Hasil

observasi peneliti saat penerimaan cucian kotor secara operasional terlihat

dari menimbang pakaian pada alat timbangan, penghitungan jumlah potong

pakaian, baik kemeja, baju, celana, dan lain-laian. Proses ini bertujuan untuk

menghindari perselisihan atas jumlah pakaian dengan konsumen laundry

kiloan. Sementara, untuk laundry satuan mencatat dengan jelas jenis dan

jumlah pakaian/barang.

Kedua, pemilahan jenis pakaian. Proses ini terlihat dari teknik

mengenali tanda/label pada pakaian. Pemilahan pakaian berdasarkan

instruksi pencucian, yang memperhatikan jenis bahan pakaian. Kemudian,

petugas akan memisahkan pakaian yang sesuai dengan jenis bahannya,

37

memisahkan pakaian luntur atau tidak luntur, memisahkan pakaian putih

dan bukan, dan memisahkan pakaian bernoda berat yang memerlukan

proses penghilangan noda khusus.

Ketiga, pencucian. Beberapa tahap dalam proses menyuci sebagai

berikut, perendaman jika pakaian bernoda berat. Pada kasus ini, perendaman

dilakukan lebih dari satu kali. Hal ini dikarenakan, proses perendaman

untuk menghilangkan noda dengan menggunakan air panas. Berdasarkan

hasil observasi, perendaman biasanya dilakukan antara tiga hingga lima

menit. Perendaman pakaian bisa juga dilakukan dengan sabun atau deterjen.

Namun pekerjaan ini, biasanya dilakukan pada pakaian untuk noda berat.

Kemudian, penyabunan. Tahap ini merupakan tahap inti dari proses

pencucian. Umumnya dilakukan selama delapan hinggga 15 menit.

Selanjutnya, pembersihan akhir dilakukan untuk perawatan kain agar tidak

cepat rusak atau warnanya cepat pudar. Terakhir, pemerasan dilakukan

untuk mengurangi kadar air dipakaian sebelum akhirnya memasuki proses

pengeringan.

Keempat, proses pengeringan. Bagian ini dilakuan dengan dua cara,

yaitu pengeringan menggunakan mesin dryer. Penggunaan mesin dryer ini

lazimnya diperuntukkan untuk jasa laundry ekspres (satu hari). Proses

pengeringan dengan menggunakan mesein dryer ini sekirat 15 sampai 25

menit hingga kering 100 persen. Disamping itu, pengeringan dengan cara

menjemur pakaian di tempat yang telah disediakan. Proses pengeringan

dengan menjemur membutuhkan waktu relatif lama, sekitar tiga sampai

delapan jam.

38

Kelima, proses penyetrikaan. Pada proses ini, alat yang digunakan

adalah setrika uap (boiler). Alat setrika ini tidak menggunakan daya listrik,

tetapi menggunakan gas elpiji, untuk merebus air, kemudian dengan uap air

yang mengalir kesetrika itulah yang menjadi bahan untuk mensetrika

pakaian. Jadi, hasil observasi menunjukkan bahwa alat ini sangat aman

untuk seluruh jenis pakaian, dibanding dengan menggunakan setrika listrik.

Hasil observasi juga memperlihatkan, bahwa proses ini dikerjakan secara

bertahap. Dengan kata lain, setiap pakaian konsumen disetrika satu persatu,

hingga selesai, baru kemudian dilanjutnya dengan pakaian konsumen

berikutnya, demikian seterusnya.

Keenam, proses finishing. Pada usaha laundry tahapan finishing ini

sangat penting. Proses ini harus memahami karakter konsumen, yang

umumnya menyukai wewangian. Maka, teknis kerja dalam tahapan ini

dengan memberikan pewangi pada pakaian, dengan menggunakan parfum

khusus laundry, yang disemprotkan sebelum di-packing.

39

BAB III

ANALISA TEMUAN LAPANGAN

A. Pratek Komodifikasi Jasa Laundry

Pada pembahasan mengenai landasan teori sebelumnya, telah dijelaskan

bahwa komodifikasii komoditas merupakan rangkaian dari proses konsumsi

pada produk setelah perilaku konsumsi menjadi bersifat konsumtif dan pada

gilirannya berkembang menjadi gaya hidup. Dalam hal ini, komodifikasii

dimaknai sebagai operasionalisasi berbagai komoditas dari jasa laundry, yang

dihasilkan pemilik usaha dalam membentuk ketertarikan dan keinginan

konsumen. Dengan kata lain, proses ini ditujuan untuk membentuk semacam

dominasi pikiran konsumen, agar objek jasa yang ditawarkan mampu

menciptakan pangsa pasar atau permintaan atas jasa laundry tersebut.

Maka, fokus analisa dalam pembahasan ini adalah mengenai praktek-

praktek pemilik usaha mengkomodifikasi komoditas jasa laundry, sehingga

membentuk ketertarikan dan keinginan konsumen. Dalam penelitian ini akan

menjelaskan praktek komodifikasi komoditas melalui beragam jenis layanan

jasa laundry, komodifikasi jasa laundry melalui strategi mempertahankan

konsumen, dan komodifikasi jasa laundry melalui pemasaran.

1. Praktek Komodifikasi: Ragam Jenis Layanan Jasa Laundry

Berkembangnya jenis-jenis penawaran jasa laundry, didasarkan

oleh kepetingan pasar. Hal ini terlihat, bahwa pada awalnya Nauli

Laundry hanya menyajikan layanan jasa cuci dan setrika pakaian secara

regular (kiloan), dengan proses pengerjaan selama tiga hari. Kemudian,

berdasarkan dialektika permintaan konsumen, jenis jasa yang ditawarkan

40

mengalami inovasi, yaitu layanan jasa cuci dan setrika secara ekspres

(proses satu hari), dan layanan proses dua hari. Perbedaan proses lama

pengerjaan sekaligus menandakan perbedaan tarif. Pada layanan jasa

ekspres dibandrol dengan tarif Rp. 10.000 per kilogram, sedangakan

layanan untuk proses dua hari dengan tarif Rp. 8000 per kilogram, dan

layanan regular untuk proses tiga hari dengan tarif Rp. 5000 per

kilogram.

Perkembangan layanan ini juga dilakukan atas dasar permintaan

konsumen terhadap jenis layanan, khusus jasa setrika atau cuci. Dengan

proses-proses pengerjaan satu, dua, atau tiga hari dengan tarif yang

bervariasi. Layanan jasa setrika untuk proses satu hari dikenai tarif Rp.

8000 per kilogram, Rp. 6000 per kilogram untuk proses dua hari,

sedangkan untuk proses tiga hari dikenakan tarif Rp. 4500 per kilo gram.

Kemudian, jasa cuci dikenakan tarif Rp. 4000 per kilogram untuk proses

tiga hari, Rp. 5000 per kilogram untuk proses dua hari, dan proses satu

hari dikenakan tarif Rp. 7000 per kilogram.

Selanjutnya, Nauli Laundry menyediakan jasa laundry satuan. Jenis

laundry ini merupakan jasa cuci dan setrika, yang tarif jasanya dihitung

per satuan/helai pakaian. Penamaan jenis laundry ini juga dapat disebut

sebagai laundry profesional. Hal ini, dikarenakan proses pencuciannya

secara satuan. Dengan demikian, jenis jasa laundry satuan ini memiliki

nilai tambah dibanding dengan laundry kiloan. Secara praktis, proses

kerja jenis jasa ini memerlukan kecermatan, ketelitian, dan penanganan,

secara professional terhadap pakaian/barang, karena tarif jasa yang

41

dibandrol jauh lebih tinggi dibanding jasa laundry kiloan. Dengan kata

lain, laundry satuan menuntut hasil cucian lebih sempurna dari aspek

kebersihan noda dan perawatan serat bahan. Disamping itu, proses setrika

harus lebih rapih dibanding laundry kiloan, dan kenyamanan pamakaian

setelah selesai dikerjakan.

Laundry satuan sering juga diidentikan dengan istilah Dry

Cleaning. Peralatan, perlengkapan, dan metode kerja untuk jenis jasa

laundry satuan inipun dituntut lebih lengkap dan tingkat ketelitian yang

tinggi. Dengan ketelitian ini dapat memberikan hasil pelayanan yang

terbaik kepada konsumen. Hal inilah yang membedakan sistem laundry

kiloan lebih murah, dibandingkan dengan laundry satuan. Pada

prakteknya, sistem laundry kiloan tidak dilakukan perhitungan satu-

persatu pakaian, lalu dikalikan dengan harga satuan, melainkan dengan

menimbang jumlah berat (kilogram). Kemudian, berat pakaian tersebut

dikalikan dengan tarif jas laundry kiloan. Apabila dibandingkan dengan

laundry satuan untuk berat yang sama menjadi lebih murah.

Terakhir, paket bulanan keluarga merupakan salah satu bentuk dari

layanan jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Nauli Laundry

menghadirkan paket ini untuk layanan jasa cuci dan setrika, jasa cuci,

atau jasa setrika dalam tempo satu bulan dan dengan kuota sebanya 30

kilogram per bulan. Secara teknis, bagi konsumen yang memiliki paket

ini diwajibkan untuk membayar diawal, sebelum menggunakan jasa

laundry ini. Nauli Laundry memberikan tarif dari paket ini beragam,

42

yakni jasa cuci dan setrika sebesar Rp. 135.000, jasa cuci Rp. 120.000,

dan jasa setrika sebesar Rp. 110.000.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, bahwa paket

bulanan lebih hemat dibanding dengan tarif reguler. Sebagai

perbandingan, jika Rp. 5000 per kilogram untuk jasa cuci dan setrika,

maka angka Rp. 5000 jika dikalikan dengan 30 kilogram (kuota selama

satu bulan), maka seharusnya tarifnya adalah Rp. 150.000. Artinya, paket

bulanan ini lebih hemat sebanyak Rp. 15.000 dari tarif reguler. Demikian

juga untuk tarif jasa setrika bulanan lebih hemat sekitar Rp. 10.000, dan

layanan jasa cuci bulanan dapat menghemat sekitar Rp. 15.000.

Dengan data di atas, dapat dianalisis bahwa cara yang dilakukan

oleh pemilik usaha tersebut adalah untuk mempertahankan eksistensinya

dengan mengikat hubungan secara berkelanjutan pada konsumen.

Setidaknya, ketergantungan konsumen selama rentang kuota 30 kilogram

atau satu bulan. Maka praktek komodifikasi komoditas ini mampu

mendominasi kebutuhan-kebutuhan nyata konsumen dengan kebutuhan

semu untuk melakukan pertukuran. Alhasil, asas pertukaran ini

berlangsung dengan mengkaburkan, sekaligus menghegemoni asas

manfaat dengan cara menyamarkan objek konsumsi simbolik sebagai

objek kepuasan dalam bentuk kepraktisan (Striniti, 2007).

Lebih lanjut, bagi konsumen hal ini direpsentasikan sebagai bentuk

kemudahan dalam bertransaksi. Para konsumen memilih jenis layanan ini

merasa tidak perlu khawatir untuk menganggarkan keuangan setiap hari

43

untuk keperluan laundry. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh Pak

Fah;

Benar memang paket ini lebih murah dibanding yang biasa

itu ya, tapi kita kan namannya juga manusia ya, kerja juga kan

gajiannya sebulan tuh, kan lebih aman kita pakai paket ini, mana

tau gak ada uang, kan tinggal diambil saja, gak perlu lagi bayar,

bayar laundry kan bulanan. Ya kita ambil gampangnya saja, biar

lebih tenang saja sih. (Wawancara Pribadi, 2 Juni 2016).

2. Komodifikasi: Strategi Mempertahankan Konsumen

Nauli Laundry menerapkan praktek mempertahankan konsumen,

dengan menghubungi konsumen melalui media elektronik (sort massage

service/sms, menelepon, dan menggunakan aplikasi WhatsUp/WA),

memberikan tenggang waktu pembayaran (hutang), memberikan

potongan harga dan bonus, sampai kepada memberikan jaminan atas

kerusakan dan kehilangan pakaian dari penggunaan jasa laundry.

Dalam prakteknya, laundry ini memiliki kegiatan rutin untuk

menghubungi para pelanggannya baik melalui sms, telepon, maupun

whatsup. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengingatkan pelanggan

terhadap pakaian yang belum diambil. Disamping itu, praktek ini juga

ditujukan bagi konsumen yang tidak lagi menggunakan jasa Nauli

Laundry dalam beberapa waktu. Hal ini terlihat dari data transaksi

percakapan pada handphone milik Nauli Laundry, 15 Mei 2016 Pukul

18.48 Wib, konsumen menyampaikan melalui sms;

Boss tolong ambil cucian dirmh saya ya, atas nama Ryan

yang ditempat biasa, Jalan Kubis ...... ditunggu ya, makasih.

Selanjutnya, pada 13 Juni 2016 Pukul 20.07 Wib, konsumen yang

bernama Ibu Fitri menyampaikan pesan melalui sms;

44

Assalamualaikum, mba, bsk pagi2 anter baju sy yah ke Lebak

Bulus, sekalian ambil baju kotornya supaya mggu malam baju sklh

nya bs dianter lagi.

Disamping dihubungi oleh konsumen, Nauli Laundry juga menghubungi

para pelanggannya sebagaimana dalam transkip yang terlihat dalam

ponsel milik laundry pada 10 Juli 2016, Pukul 17.30 Wib;

Salamat sore Ibu, ini dari laundry, sepertinya sudah lama

kami tidak mendapatkan informasi untuk mengambil pakaian ibu.

Jika ada masalah tentang kualitas pelayanan kami, mohon

disampaikan ya bu, terima kasih. Salam.

Selanjutnya, yang bersangkutan membalas pesan tersebut pada 11 Juli

2016, Pukul 11.30 Wib.

Oy iya mba, maaf ya. saya mah tidak ada masalah dengan

pelayanan laundry situ, tapi memang lagi ada urusan di luar kota

dalam dua bulan ini, jadi mungkin sepulang saya, nanti saya

kabari lagi, makasih ya sebelumnya. Salam.

Selain itu juga, Nauli Laundry memberikan layanan untuk

penundaan pembayaran atas tarif jasa laundry, kepada pelanggan yang

belum memiliki uang untuk mengambil pakaiannya. Hal ini sebagaimana

yang dituturkan oleh Pemilik Usaha;

Ya, gimana ya, namanya juga usaha, kita tidak terlapas dari

hutang-piutang, kayaknya masalah ini tidak dapat terlepaskan

dalam setiap bisnis apapun. Awalnya sih, gak pernah ada tuh

hutang-hutangan untuk laundry, tapi ke sini-sini sudah jadi

pelanggan kan gak enak juga gak dikasih, sementara baju itu mau

dipakai, dan mereka belum punya uang tuk tebus, ya kita punya

perasaan juga, kita kasih saja. Ya ada beberapa pelanggan yang

seperti itu, tapi mereka tetap bayar kok. (Wawancara Pribada, 12

Juni 2016).

Berdasarkan informasi di atas, hal ini membuktikan bahwa salah satu

strategi informan untuk mempertahankan konsumen adalah dengan

memberikan hutang kepada pelanggan.

45

Selain hal tersebut, salah satu yang menjadi keutamaan laundry ini

adalah terdapatnya layanan antar-jemput secara gratis. Layanan ini sangat

menarik perhatian konsumen Nauli Laundry. Berdasarkan hasil

wawancara bahwa layanan ini menggiring konsumen untuk tidak perlu

repot untuk menghantar dan mengambil pakaian ke tempat Nauli

Laundry. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh seorang informan, Buf;

Gini mba ya, dulu saya melaundry bukan di sini ya, Nauli

laundry, ada di sana tuh, tapi kadang waktu saya untuk

menghantar pakaian kotor itu gak ada, ya gimana saya kadang

nyampe ke rumah sudah malam, pas mau ngambil laundrian sudah

tutup, padahal besok pakaian mau dipakai lagi, kan jadi

ngerepotin. Ya dari situlah saya gak mau melaundry lagi. Eh pas

kebetulan saya lihat ada tempelan-templan iklan tuh di dinding

dekat rumah, ada laundry yang menawarkan layanan antar jemput,

ya saya hubungi, pas ada waktu saya datangi tuh ke tempat

laundry, ya mereka bersedia, ya saya melaundry lagi gitu

(Wawancara Pribadi 18 Juli 2016).

Dalam menerapkan layanan antar-jemput, Nauli Laundry selalu

menjalankan praktek ini setiap hari. Berdasarkan hasil wawancara

dengan pemilik usaha, bahwa layanan ini menjadi faktor penting dalam

mempengaruhi kenyamanan konsumen, sebagaimana yang dituturkan

oleh Petugas Kordinator:

Layanan dengan mengantar pakaian ke tempat pelanggan

kan lebih memudahkan mereka, sehingga mereka tak perlu repot-

repot mengantar atau mengambilnya. Ya, kami menggunakan cara

ini sejak semula laundry ini ada, dan cara ini sangat

menguntungkan bagi kami, karena pelanggan kami tidak pada lari,

juga menguntungkan bagi pelanggan kami, karena kami tidak

memberikan biaya tambahan terhadap layanan ini, gitu. Ya, sama-

sama enak lah. Kan gak perlu repot lagi. Kita langsung ke

tempatnya. (Wawancara Pribadi, 14 Juni 2016).

Dengan adanya layanan ini, semakin membentuk ketertarikan dan

keinginan konsumen dalam berperilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan

46

konsumen tidak disibukkan dengan mengantar pakaian ke tempat Nauli

Laundry. Demikian juga setelah pakaian selesai diproses, konsumen

tidak direpotkan untuk mengambil pakaian tersebut. Hal ini juga

sebagaimana dituturkan oleh informan Rar:

Kan saya sudah lama langganan, mereka juga sudah tau rumah

ini, kadang juga saya gak sempat untuk membawa laundryan ke sana,

ya gimana pagi-pagi udah kerja, laundry belum buka, pulang kerja

juga sering malam, pas lewat di laundry sudah tutup. Jadi diantarin

saja, mereka juga nawarin gitu. Biasanya ya, pakaian kotor saya

letakin di depan pintu, dan pakaian yang sudah jadi diletakin juga di

situ, kan beres. (Wawancara Pribadi, 2 Juli 2016).

Dari data lapangan yang teleh diurai di atas, praktek-praktek

komodifikasi ini merupakan cerminan hegemoni dari pemilik usaha.

Praktek komodifikasi bekerja melalui subyek yang melebur kedalam

obyek konsumsi sebagai simbol, yang dibaca dan dipertukarkan. Seperti

halnya dengan konsumen laundry, yang terbentuk dari upaya-upaya

pemilik usaha membentuk keinginan konsumen untuk berperilaku

konsumtif. Menurut Martono (2012:83) fenomena modernisasi dalam

kehidupan sehari-hari salah satunya di bidang ekonomi, ditandai dengan

semakin kompleksnya kebutuhan manusia terhadap objek konsumsi

(barang dan jasa). Pada gilirannya, sektor industri dibangun secara besar-

besaran untuk memproduksi komoditas.

Dengan pergeseran perilaku konsumtif, maka gaya hidup

merupakan salah satu bentuk dari budaya konsumen. Hal ini dikarenakan

gaya hidup aktor konsumsi, menyangkut soal konsumsi barang maupun

jasa, yang lebih didasari pada konsumsi simbol. Dengan adanya praktek

komodifikasi, yang kadangkala tidak disadari membuat kesalafahaman

47

dalam memandang objek konsumsi. Dalam konteks ini tercermin dari

objek layanan jasa laundry. Pada gilirannya, aktor konsumsi akan merasa

percaya diri setelah mengkonsumsi komoditas jasa laundry. Hal ini

sejalan dengan pendapat Baudrillard (dalam Ritzer, 2006), bahwa

kapitalis menciptakan objek konsumsi secara massal, yang dalam hal ini

berbagai bentuk jenis layanan jasa laundry.

Secara operasioanl, komodifikasi bekerja dengan membangun kelas

atas atau pemilik usaha untuk merencanakan komodifikasi komoditas

konsumsi dan menciptakan kelas menengah dalam jumlah massif untuk

mengikuti pola konsumsi kelas atas. Maka, praktek komodifikasi

sebenarnya merupakan bentuk differensiasi sosial antara kelas atas dan

kelas menengah, serta jarak sosial antara keduanya yang selamanya

dikendalikan oleh pihak yang berkuasa, yaitu kelas atas (Featherstone,

2008:42).

3. Komodifikasi : Strategi Pemasaran Laundry

Strategi pemasaran Nauli Laundry, menciptakan konsumsi individu

terhadap produk jasa laundry tidak berada pada konsumsi yang

dibutuhkan (nilai guna). Akan tetapi, praktek komodifikasi pemilik

usaha, dimana aktor konsumsi tidak mengetahui fungsi utama produk

jasa laundry tersebut. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh Pr:

Pada awalnya sih, saya melaundry karena baru pulang dari

kampung, ada urusan tuh di sana, jadi saat pulang pakaian kotor

tuh jadi pada numpuk, ya gimana lagi, capek, ya laundry saja,

tinggal bayar, ya sudah rapih. Kebetulan tuh tetangga saya juga

melaundry jadi dia yang ngasih tau ada tempat laundry dekat sisni.

Terus kesini-kesininya jadi keterusan, ya itulah. Jadi kebiasaan

gitu, padahal di sini ada mesin cuci juga. Ya gitulah kan lebih

praktis. (Wawancara Pribadi, 18 Juli 2016).

48

Dengan melihat pernyataaan dari informan tersebut, menunjukkan

bentuk dari komodifikasi komoditas laundry. Jika dianalisis lahirnya

perilaku konsumtif ini merupakan rangkaian dari strategi-strategi

pemasaran pemilik usaha mulai dari periklanan, ragam jasa laundry,

layanan antar jemput, dan membentuk agen-agen sebagai bentuk

ekspansi pasar Nauli Laundry.

Dalam hasil wawancara dan observasi menunjukkan, bahwa Nauli

Laundry menggunakan berbagai bentuk iklan, tetapi ikalan ini tidak

sampai kepada iklan yang bersifat komersil, seperti televisi, radio, surat

kabar, dan majalah. Oleh karena itu, iklan ini lebih kepada bentuk

spanduk, brosur, media online dan pamflet.

Spanduk dipasang di tempat laundry, juga spanduk berukuran kecil

dipasang di lingkungan pemukiman penduduk, dengan ukuran 20 x 30

centimeter. Lazimnya, spanduk kecil ini dipasang di tiang-tiang listrik

dan pohon dengan menggunakan kawat atau tali sebagai pengikatnya. Isi

pesan yang disampaikan dalam spanduk tersebut mengenai jenis jasa

laundry, tarif, jaminan atas kualitas, alamat dan nomor ponsel, dan nama

usaha. Spanduk ini didesain dengan perpaduan warna seperti warna hijau,

merah dan hitam. Hal ini sebagaimana yang diungkakpan pemilik usaha;

.... Ya, kita secara reguler selalu memasang spanduk-

spanduk itu di pemukiman penduduk, bisa saja kita memasang di

tempat-tempat yang berbeda dari yang kita pasang sebelumnya, ya

melihat keadaanya. Kadang kita pasang di tempat dimana spanduk

kita sudah rusak atau dicopot orang ya.

.... Kita menyebarnya, ya dengan memasang di pohon atau

tiang listrik, tapi ya kita tidak merusak pohon, kita hanya

mengikatnya dengan kawat atau tali gitu, agar pohonnya gak

49

rusak, lagian kita kan takut juga nanti dimarahin warga atau pak

RT setempat, karena telah merusak.

.... memang ya, kita sengaja untuk memadukan berbagai

warna dalam spanduk itu, ya supaya terlihat menarik saja, kan

kalau satu warna kan monoton gitu ya. Ya itulah supaya menarik

saja, lagian harga untuk cetaknya juga sama mau berapa warna

juga tulisannya. (Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016)

Disamping spanduk, laundry ini juga mengunakan pamflet yang

ditempel di dinding-dinding sekitar perumahan penduduk, hal ini sama

seperti penyebaran spanduk. Hanya saja pamflet ini lebih cepat rusak

ketimbang spanduk, karena terbuat dari kertas ukuran A4. Pamflet ini

juga hanya dicetak dengan menggunakan jasa fotocopy, sehingga warna

yang tampil pada pamflet tersebut hanya hitam, sementara untuk isi

tulisan sama persih seperti di dalam spanduk.

Selanjutnya, iklan dengan menggunakan brosur lazimnya dilakukan

dengan dua cara yakni, memasukkan brosur tersebut pada pakaian

pelanggan, seperti brosur untuk penawaran paket bulanan dan

menyebarkannya ke rumah-rumah penduduk. Dengan menggunakan

brosur ini lebih dapat menyentuh secara langsung kepada calon

konsumen. Dengan ukuran brosur setengah kertas A4 sangat mudah

disimpan dan mudah untuk dibaca, karena penjelasan di brosur tersebut

lebih detail dibanding dengan spanduk maupun pamflet.

Selanjutnya, dengan menggunakan media online dapat

memperbesar jangkauan pemasaran Nauli Laundry. Pada dasaranya

sasaran utama dalam media online ini lebih difokuskan untuk menjaring

masyarakat untuk bergabung menjadi agen-agen laundry dan mencari

tenaga kerja baru, baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Dari

50

fakta ini, dapat dideskripsikan bahawa Nauli Laundry memadukan

pemasaran secara luas melalui media online dan pemasaran solid melalui

brosur dan pamflet. Media ini akan lebih mudah mendapatkan respon

masyarakat untuk menggunakan suatu komoditas (Saeng, 2012:259).

Dari uraian di atas, komoditas jasa laundry yang ditawarkan

tersebut menciptkan daya tarik bagi yang melihat. Hal ini menunjukkan

bahwa spanduk memiliki sifat yang dapat ditangkap oleh kemampuan

indrawi. Meskipun pada dasarnya perwujudan komoditas tersebut

hanyalah hasil refleksi atau pendefenisian manusiadalam berbentuk

fantastis dari hubungan diantara produk-produk hasil produksi tersebut.

(Marx, 1963 dalam Strinati, 2007:63).

Praktek komodifikasi melalui iklan, bila dianalisis dengen

pemikiran Baudrillard, bahwa fenomena iklan ini tidak dapat

menyalahkan si pembuat iklan. Hal ini dikarenakan persuasi dan

mistifikasi bukan datang dari rasa tak bersalah pembuat iklan, namun

lahir dari rasa senang pembaca iklan untuk “ditipu”, bukan juga dari

hasrat operator iklan untuk merayu, tetapi datang dari hasrat pembaca

iklan untuk “dirayu”. Oleh karena itu, dalam terminologi sosiologi

budaya iklan tidak mendorong aktor atau masyarakat untuk belajar atau

mengerti, tetapi mengajak untuk berharap. Maka, dalam praktek iklan

yang dilakukan Nauli Laundry dalam kerangka komodifikasi komoditas,

mensyaratkan ihwal yang besifat nyata (nilai guna) akan berubah menjadi

ihwal yang bersifat semu (simbolik). Praktek komodifikasi ini didukung

51

oleh kepatuhan konsumen, yang tercermin dalam perilaku konsmumtif,

untuk mematuhi iklan.

Kemudian, pengetahuan dalam memahami pasar, menuntut pelaku

usaha laundry, bahwa bisnis ini mulai marak di Kota Tangerang Selatan,

karena keinginan untuk mencuci tanpa harus mengeluarkan banyak

tenaga dan mengganggu aktifitas kerja sehari-hari membuat para

pengguna jasa tersebut lebih memilih menitipkan pakaian kotor mereka

untuk dicuci penyedia pelayanan jasa. Bisnis ini berkembang di daerah

kos-kosan atau rumah kontrakan.

Oleh karena itu, luasnya minat masyarakat dalam menggunakan

jasa laundry, menjadi daya tarik tersendiri dalam mengembangkan usaha

diberbagai tempat di Tangerang Selatan. Akan tetapi, untuk

mengembangkan usaha dengan medirikan cabang-cabang laundry

diberbagai tempat, khususnya di Tengarang Selatan, bukanlah perkara

mudah. Dengan membuka cabang laundry tentu memerlukan modal yang

tidak sedikit.

Dengan melihat tingginya minat masyarakat akan jasa laundry dan

dengan mempertimbangakan modal dalam mendirikan cabang laundry.

Maka, pemilik usaha memiliki strategi merekrut agen-agen laundry yang

mau diajak berkerja-sama. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Nauli

Laundry menggunakan sistem agen yang bisa memberikan layanan

dengan harga lebih terjangkau. Layanan yang tadinya hanya

diperuntukkan bagi masyarakat disekitar lingkungan Nauli Laundry, kini

bias dinikmati masyarakat di berbagai tempat.

52

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa secara teknis sistem agen

laundry ini dibentuk untuk memperluas jaungkauan pangsa pasar laundry

ini. Dengan perhitungan sistem bagi hasil, yakni pihak Nauli Laundry

sebesar 75 persen sedangakan hak agen sebesar 25 persen. Kemudian,

setiap agen difasilitasi nota asli laundry dan spanduk. Dengan

terdapatnya layanan keagenan ini, berdampak pada meningkatnya

pendapatan laundry secara umum. Akan tetapi, pada agen hanya

diberikan bentuk layanan laundry satuan. Walaupun ada beberapa

tempat, dengan pengecualian diberikan layanan cuci dan setrika secara

kiloan.

Pemilik usaha menjelaskan, bahwa sistem kerja ini merupakan

bentuk usaha, dimana para agen-agen tersebut tidak bekerja dalam proses

cuci maupun setrika. Tugas para agen ini hanya sebatas menerima

sejumlah pakaian kotor pelanggan. Kemudian, petugas Nauli Laundry

secara rutin menjemput pakaian kotor tersebut ke tempat para agen untuk

diproses di tempat laundry. Setelah proses pengerjaan selesai dilakukan,

petugas ini akan menghantarkan kembali pakaian ketempat agen.

Selanjutnya, agen inilah kemudian yang memberikan pakaian tersebut

kembali kepada konsumen. Artinya, tugas agen hanya menerima dan

mengembalikan sejumlah pakaian kepada pelanggan.

Adapun sasaran agen oleh Nauli Laundry, lebih diprioritas bagi

individu yang memiliki usaha, seperti salon, counter pulsa, fotocopy,

pedagang dan para penjaga kost-kostan/kontrakan. Pada prakteknya,

usaha keagenan ini bersifat sampingan, dengan kata lain hanya sebagai

53

penghasilan tambahan. Lebih lanjut, informan menuturkan bahwa

kerjsama ini tidak memiliki target penghasilan.

Kita tidak membebani para agen-agen itu untuk mengejar

target, harus sekian gitu, tidak, itu tidak ada. Kan kasihan kalau

tidak terpenuhi targetnya. Ya pokoknya, berapapun penghasilan

yang didapatkan itu yang kita bagi, agen ya 25 persen.

(Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016)

Disamping itu, sistem pembayaran berlangsung sebulan dua kali,

yakni setiap tanggal 10 dan 28 setiap bulannya. Sementara untuk

konsumen agen Nauli Laundry menyimpan uangnya sampai dengan

tanggal kesepakatan untuk disetor dan dibagi antara agen dan Nauli

Laundry. Kemudian informan juga menyampaikan bahwa saat ini Nauli

Laundry telah memiliki 50.

Data di atas menjukkann suatu analisa sebagaimana yang

dinyatakan oleh Mulyanto (2012: xviii) bahwa komoditas adalah hasil

kerja manusia (layanan jasa) yang sengaja diproduksi untuk

dipertukarkan melalui mekanisme pasar dengan membentuk jejaring

keagenan. Komodifikasi inilah yang bekerja menjadikan sesuatu yang

bukan komoditas menjadi (diperlakukan) komoditas yang diperjual

belikan demi laba. Dapat dilihat bahwa, keberadaan agen seolah seperti

komoditas. Marvin Harris (dalam Mulyanto, 2011: 20), mengatakan

komodifikasi adalah satu ciri mendasar dari kapitalisme yang hampir

menjadikan semua barang dan jasa, termasuk tanah, dan tenaga kerja,

yang sebetulnya bukan komoditas menjadi komoditas.

Lebih lanjut, objek konsumsi yang dikomodifikasi tidak hanya

terbatas pada hasil kerja manusia berupa jasa, yang mengandung nilai

54

guna dan nilai tukar, tetapi juga tenaga kerja dalam bentuk agen.

Kemudian, untuk menguatkan pendapat ini penulis meminjam

pernyataan Foucault bahwa kekuasaan, merupakan suatu jaringan seluas

masyarakat atas hubungan power produktif yang bergantung pada operasi

dan perluasan bentuk-bentuk yang jauh lebih terspesialisasikan atas

pengetahuan.

Dengan demikian, power tidak hanya dimiliki, tetapi juga

dipraktekkan. Hal ini bukan sekadar sarana represi atau pemaksaan,

tetapi mengalir dengan sendirinya diseluruh masyarakat dalam jaringan

(Edkins-Williams, 2010:217). Dengan demikian, penelitian ini

menunjukkan bahwa pemilik usaha memiliki kekuasaan untuk menjaring

para agen. Kuasa pemilik usaha terhadap agen merupakan bentuk relasi-

relasi yang bekerja pembagian laba.

B. Perilaku Konsumtif Pengguna Jasa Laundry

Setiap individu mempunyai kebutuhan tersendiri terhadap objek

konsumsi. Kebutuhan tersebut memiliki nilai guna dan manfaat tersendiri.

Aktivitas sehari-hari manusia dalam mengurus kebutuhan rumah tangga,

tidak akan pernah lepas dari aktivitas konsumsi. Konsumsi dilakukan

manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik berupa kebutuhan primer

maupun sekunder. Oleh karena itu, aktor dalam mengkonsumsi objek

konsumsi banyak dipengaruhi oleh makna-makna simbolik, seperti hasrat,

keinginan, dan rasa ketertarikan. Hal ini bukan tidak beralasan, munculnya

pusat-pusat perbelanjaan dan praktek komodifikasi, sehingga membuat para

aktor konsumsi berperilaku konsumtif.

55

Perilaku konsumtif tercermin dari pembelian objek konsumsi

berdasarkan nilai simbolik yang terdapat pada objek konsumsi tersebut.

Pada umumnya konsumsi ini dilakukan oleh aktor hanya untuk memenuhi

keinginan dan meningkatkan status pada diri mereka. Dengan tercapainya

keinginan dan status tersebut, diharapkan akan memperoleh pengakuan dari

lingkungan sosialnya. Dengan kata lain, dengan cara menggunakan jasa

laundry (kiloan, satuan dan paket bulanan) dapat memberikan simbol status,

agar terlihat oleh lingkungan sekitar. Salah satu nilai yang ditawarkan oleh

pemilik usaha kepada konsumen adalah nilai simbolis dari praktek

komodifikasi.

Bagian ini, peneliti mendeskripsikan ulasan dari informasi informan.

Informan menceritakan bahwa, menggunakan jasa laundry, tidak hanya

semata-mata disebabkan oleh ketiadaan waktu untuk melakukan aktivitas

mencuci pakaian. Sebagai konsekuensi logisnya, fenomena ini merupakan

suatu simbol gaya hidup masyarakat kota. Chaney (2004:40) mengatakan

bahwa gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku aktor dan menentukan

pilihan konsumsi seseorang. Dengan demikian, gaya hidup adalah

seperangkat praktik dan sikap yang dianggap masuk akal dalam

menggunakan jasa laundry. Hal inilah fokus studi dalam pembahasan

berdasarkan hasil penelitian pada beberapa konsumen Nauli Laundry.

Masyarakat perkotaan saat ini, dapat dikatakan hidup dalam budaya

konsumtif. Fakta ini terjadi sebagai konsekuensi logis dari efek industri dan

globalisasi. Fenomena globalisasi saat ini, menjadikan manusia sebagai

aktor sosial, tidak hanya bertindak sekedar sebagai pelaku ekonomi. Namun

56

lebih dari itu, hampir seluruh kebutuhan tersebut, manusia sebagai aktor

harus mengontrol setiap perilaku konsumsinya.

Pengguna jasa laundry juga memiliki kontrol atas aktivitas

pengeluaran biaya untuk menggunakan jasa laundry. Setidaknya, pernyataan

ini tercermin dari terdapatnya konsumen Nauli Laundry yang menggunakan

jasa laundry paket bulanan, sebagai bentuk nyata dari perencanaan anggaran

pengeluaran konsumen. Akan tetapi, disisi lain terjadi praktek dimana

individu mengkonsumsi secara berlebihan, yang tidak sesuai dengan

kebutuhannya. Data penelitian membuktikan, bahwa tidak seluruhnya

konsumen Nauli Laundry menggunakan jasa ini dikarenakan suatu

kesibukan, sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan pekerjaan

mencuci pakaian. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh Rar:

Jujur saja, saya menggunakan jasa laundry ini, bukan karena

tidak ada waktu ya, karena ya memang saya tidak kerja, cuma suami

yang kerja. Tapi ya gimana ya, seperti mbak tahu rata-rata di sinikan

pada laundry, jadi ya ikut saja. Kadang ya namanya juga ibu-ibu ya

suka ngerumpi, terus suka ngomongin laundry, ya itulah jadi ikut.

Padahal suami juga nanya kok sekarang suka melaundry, ya kadang

suami saya nanya gitu. (wawancara Pribadi, 2 Juli 2016).

Dengan melihat temuan tersebut, fenomena masyarakat konsumtif

tidak lepas sebagai aktor konsumsi yang berperilaku konsumtif. Hal ini

menguatkan anggapan bahwa manusia merupakan aktor konsumsi yang

terus berkembang secara dialektis, dalam pemenuhan keinginannya. Dengan

kata lain, aktor sebagai konsumen mengalami perubahan perilaku, yang

disebabkan oleh komodifikasi komoditas. Konsumsi telah masuk ke dalam

rasionalitas berpikir masyarakat dan teraplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari (Ulfa, 2014:34).

57

Setidaknya pernyataan ini sependapat dengan Engel, Blackwell dan

Miniard (Tatik, 2008:5), bahwa hal tersebut merupakan perilaku konsumen

secara langsung melakukan tindakan dalam hal mendapatkan,

mengkonsumsi dan menghabiskan komoditas jasa. Kumudian juga, sikap

membuat keputusan untuk membeli objek konsumsi, telah mendahuli dan

mengikuti tindakan tersebut. Lebih jelasnya, Baudrillard menyatakan bahwa

dunia saat ini penuh dengan simbol. Pendapat ini sesuai dengan yang

dialami oleh Sas:

Gimana coba mba, disini orang kan pada laundry juga tuh.

Kadang sih saya merasa gak enak, kan disini jarang gitu orang ada

jemur-jemur pakaian, dulunya sih masih mau nyuci sendiri, kesini-sini

kan jadi gak enak aja, jadi ikutan tuh nge-laundry. Tapi ya sih, gak

dilarang juga sih kalo mau nyuci. (Wawancara Pribadi, 12 Juli 2016).

Selanjutnya, pada informan berikutnya, lebih memilih menggunakan

jasa laundry pada jenis pakaian tertentu, sebagai suatu gaya hidup. Gaya

hidup mempengaruhi keinginan seseorang untuk berperilaku konsumtif.

Pada gilirannya, perilaku ini menentukan pilihan aktor konsumsi terhadap

simbol komoditas (Kasali, 1998:225). Simbol ini bekerja ketika aktor

mengkonsumsi, sehingga yang dikonsumsi sebenarnya bukan nilai guna

komoditas, namun simbol komoditas. Simbol komoditas adalah keberadaan

komoditas dapat mempengaruhi diri individu atau kelompok ketika

menggunakannya. Dengan kata lain, simbol-simbol ini membawa status

sosial tertentu terhadap aktor yang mengkonsumsi komoditas.

Oleh sebab itulah, peneliti menggunakan teori masyarakat konsumsi

yang dikemukakan oleh Baudrillard. Pada masyarakat medern keberadaan

objek konsumsi karena diciptakan oleh praktek-praktek komodifikasi oleh

58

pemilik usaha. Artinya, komodifikasi objek konsumsi dimaknai sebagai

suatu tindakan sistematis untuk memanipulasi simbol-simbol.

Maraknya, fenomena masyarakat konsumsi saat ini bisa dilihat

melalui objek konsumsi, dimana mayoritas masyarakat modern saat ini lebih

mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan. Disamping itu juga, perilaku

ini mengabaikan nilai guna komoditas. Sebagai bentuk nyata, data lapangan

menunjukkan bahwa terdapat konsumen yang ingin mencuci pakaian

dengan menggunakan jasa laundry, padahal konsumen tersebut memiliki

peralatan mencuci dan waktu kerja. Fakta ini menunjukkan bahwa

konsumen lebih memperlihatkan perilaku konsumtif dalam penggunaan jasa

laundry. Fakta ini, menjelaskan perilaku konsumtif yang mengedepankan

nilai simbolik, ketimbang fungsi atas kebersihan pakaiannya. Lebih lanjut

Piliang menyatakan:

Di dalam kebudayaan konsumer dewasa ini, konsumsi tidak lagi

bersifat fungsional, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kini

lebih dari itu, konsumsi bersifat materi sekaligus simbolik. Konsumsi

dalam pengertian yang sesungguhnya, mengekspresikan “posisi” dan

“identitas” seseorang di dunia (Piliang, 1998:203).

Dengan menganalisa lebih jauh fakta lapangan tersebut, teori

Budrillard ini mampu menjelaskan fenomena mengenai konsumsi.

Baudrillard berusaha menunjukkan bahwa telah lahir nilai baru, yaitu nilai

simbolik. Temuan data lapangan tersebut memberikan makna bahwa

aktivitas mencuci pakaian mempunyai fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan

manusia atas kebersihan dan kesehatan tubuhnya. Aktivitas mencuci dapat

diartikan sebagai nilai guna, yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

tersebut.

59

Akan tetapi, penting untuk diamati adalah suatu fenomena dibalik

aktivitas mencuci sebagai pemenuhan kebutuhan. Pada sisi lain, pemenuhan

aktivitas ini dengan menggunakan jasa laundry, menunjukkan bahwa

aktivitas mencuci yang dilakukan melebihi dari fungsi mencuci pakaian

untuk memenuhi kebutuhan. Aktivitas ini dapat menunjukkan suatu nilai

simbolis pada aktor konsumsi. Lebih lanjut, Tas menuturkan;

Kalau saya mba, gak begitu tertarik ya, menggunakan cuci

kiloan itu, ya namanya juga kiloan ya, kan khawatir, entar hilang atau

tertukar di sana, kan jadi repot. Yang saya gunakan, ya cuci yang

satuan, gak apa-apa lebih mahal, kan lebih bagus juga hasilnya. Ya

kita taulah, harga kan menentukan kualitas. (Wawancara Pribadi, 15

Juli 2016).

Demikian juga, yang disampaikan oleh Pr;

.... setahu saya ya, di laundry itu kan banyak layanannya, paket-

paketnya lah, jadi dulu awalnya saya gunakan yang kiloan itu, yang

tiga hari baru selesai, sekarang ini lebih suka yang ekspres kan cepat

satu hari saja, sekarang diantar, besoknya sudah rapi tuh. Terus,

kalau untuk nyuci kayak jaket, nah itu saya pakai yang satuan, ya

lumayan sih bedanya banding yang kiloan. Tapi wajarlah, kan itu kan

dikasih pake gantungan, gantungan baju, jadi jaket saya gak kusut,

kan gak dilipat, yang satuan itu kan digantung. (Wawancara Pribadi,

18 Juli 2016)

Sementara, Bapak Fah menuturkan;

.... kalau aku mah butuh. Gak ada yang nyuciin di rumah,

pulang kerja kan capek, jadi dari dulu pun sudah melaundry sebelum

di sini. Gimana gak butuh mba, kan kebayang tuh, waduh gak

sempatlah. Jadi kalau di laundry kan sudah rapih tuh, disetrika,

dikasih pewangi gitu juga dah. Jadinya kan tinggal dipake doang.

(Wawancara Pribadi, 2 Juni 2016).

Fakta ini lebih mempertegas proses bergesernya nilai guna menjadi

nilai simbolik. Data ini membuktikan juga, bahwa dalam mengkonsumsi

nilai tanda pada jenis layanan laundry satuan, menunjukkan kepuasan bagi

informan. Jika dibandingkan, antara pengguna layanan laundry satuan

60

dengan laundry kiloan, tampak bahwa jasa laundry satuan lebih

menunjukkan status sosial aktor konsumsi. Secara umum pernyataan itu,

menunjukkan antara kebutuhan sebagai nilai guna dan keinginan sebagai

nilai simbolik. Pernyataan informan juga menunjukkan mengenai fungsi

dari jasa laundry, yang digunakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan.

Fungsi itu menunjukkan terdapatnya nilai guna dari jasa laundry sebagai

objek konsumsi pemenuhan atas kebersihan pakaian.

Dengan demikain, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pergeseran dari nilai guna ke nilai tanda, dimana informan harus

mengkonsumsi simbol yang terdapat pada komoditas jasa laundry. Dalam

posisi sedemikian ini, teori Baudrillard (2011:74) menjelaskan perilaku

konsumsi yang terjadi saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang

murni ekonomis dan pilihan rasional. Akan tetapi, jauh lebih dari itu adalah

adanya pengaruh sistem budaya dan sistem pemaknaan sosial yang mampu

mengarahkan pilihan individu atas suatu komoditi tertentu.

Selanjutnya, melihat data lapangan tersebut juga dapat dianalisa,

bahwa perilaku konsumsi seringkali didefinisikan sebagai kelesuan, yang

berarti sebagai pemborosan yang bersifat tidak produktif. Suatu makna

terbalik dari makna ekonomis, yang didasarkan atas kebutuhan. Konsumsi

merupakan penimbunan dan perhitungan atas kelebihan melampaui

keperluan, atau pengeluaran melampaui batas. Padahal, perilaku konsumtif

terkait dengan objek konsumsi jasa laundry bukanlah suatu objek yang

diproduksi dengan menggunakan tingkat kecerdasan dan kemahiran

tertentu.

61

Dengan kata lain, aktor dalam berperilaku konsumtif, salah satunya

dipengaruhi oleh ketidakmampuannya dalam memproduksi objek-objek

konsumsi. Maka, keadaan ini menimbulkan aktivitas konsumsi dengan

membeli objek-objek konsumsi. Misalnya, seorang aktor tidak mampu

memproduksi baju, dengan keadaan ini, aktor membeli baju untuk

kebutuhannya. Sementara dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa

aktivitas mencuci dan mensetrika pakaian bukanlah suatu pekerjaan yang

sulit dilakukan oleh manusia pada umumnya. Artinya, informan dalam

penelitian ini sebenarnya produktif dalam menghasilkan pakaian bersih

untuk keperluannya sehari-hari.

Kembali pada pernyataan informan sebelumnya dan penjelasan

Baudrillard. Pemilihan layanan jasa laundry satuan dengan tarif lebih mahal

dibanding jasa laundry kiloan, agar informan bisa tampil berbeda dan hal ini

termasuk dalam pengeluaran yang melampaui batas (Baudrillard, 2011: 33).

Lebih jelasnya, Fah mengutarakan;

... melaundry juga kan kita kan, suami, saya kan kerja. ... kalau

dihitung-hitung yang boros sih, saya kan menggunakan paket bulanan

itu, yang 135.000 rupiah, itu sebulan saya bayar dua kali lho, kan

terbayang berapa tuh, belum lagi saya cuci yang satuan, ya badcover

lah, ya boneka lah, tapi itu untungnya kita gak capek lagi, ya intinya

lebih praktis saja. (Wawancara Pribadi, 2 Juni 2016)

Pernyataan informan ini menunjukkan pilihannya terhadap layanan

laundry paket bulanan. Pilihan informan tersebut mempunyai fungsi sebagai

kebutuhan, karena tidak memiliki waktu untuk mencuci sendiri. Dalam

konteks ini dapat dikategorikan sebagai nilai guna komoditas. Akan tetapi,

disisi lain pernyataan informan juga menunjukkan bahwa pemilihan jenis

layanan laundry mengandung nilai simbolik. Hal ini terlihat dari pengguna

62

jasa laundry satuan dan paket bulanan keluarga. Padahal terdapat pilihan

jasa laundry kiloan, dengan biaya lebih hemat dibanding jasa laundry

satuan. Akan tetapi, pilihan jasa laundry ini lebih menekankan nilai

simbolik, sehingga informan tampil berbeda dengan konsumen lainnya.

Soebiyakto (1988:17) juga menegaskan bahwa perilaku konsumtif

merupakan perilaku konsumen dalam membeli komoditi, demi sebuah

pengakuan maupun penghargaan. Padahal secara nyata komoditas tersebut

kurang dibutuhkan, bahkan tidak dibutuhkan. Praktek konsumsi dalam

menggunakan jasa laundry merupakan hal yang seringkali tidak disadari

oleh pelakunya, karena alasan sebagai pemenuhan kebutuhan.

Perilaku aktor konsumsi tanpa pertimbangan akan memunculkan suatu

keinginan. Pada gilirannya, pemenuhan kebutuhan yang berlebihan

memunculkan perilaku konsumtif. Pernyataan ini sependapat seperti yang

dikemukakan Kotler (2002:192), bahwa gaya hidup merupakan pola hidup

seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya

hidup menggambarkan “keseluruhan diri aktor” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Berdasarkan uraian-uraian dari analisa penelitian ini, diketahui bahwa

diskursus pengetahuan melalaui saluran-saluran media dan komodifikasi

layanan laundry telah menciptakan makna-makna simbolik. Makna

simbolik ini diinterpretasikan oleh konsumen pada sebuah komoditas. Pada

gilirannya memiliki konsekuensi mendefenisikan posisi dirinya sebagai

aktor konsumsi. Pertama, menurut pengguna jasa laundry berbeda posisinya

dalam hirarki sosial dengan yang tidak menggunakan jasa laundry.

63

Selanjutnya, aktor yang menggunakan jasa laundry satuan berbeda

posisisnya dengan yang menggunakan jasa laundry satuan. Terakhir, aktor

yang menggunakan jasa laundry regular berbeda posisinya dengan yang

menggunakan jasa laundry paket keluarga.

64

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai

hasil penelitian, yaitu:

Pertama, subjek penelitian yang melakukan komodifikasi komoditas

dapat diketahui bahwa mereka melakukan praktek-praktek komodifikasi

untuk memberikan nilai simbolik pada komoditas jasa laundry. Praktek

komodifikasi komoditas terjadi dalam bentuk komodifikasi penciptaan

beragam jenis layanan dan tarif jasa laundry, seperti laundry kiloan, satuan,

dan paket bulanan. Selanjutnya, praktek-praktek mempertahankan

konsumen yang terlihat dari layanan antar-jemput gratis, menghubungi

konsumen, dan memberikan hutang. Terakhir, praktek-praktek strategi

pemasaran jasa laundry, seperti pemasaran dengan menggunakan iklan

(spanduk, pamflet, brosur) dan membentuk agen-agen pemasaran laundry.

Kedua, subjek penelitian berperilaku konsumtif dapat diketahui

bahwa mereka menggunakan jasa laundry ditempat yang sama, namun

berbeda jenis pilihan komoditasnya. Maka, penelitian ini menunjukkan

bahwa mereka menggunakan jasa laundry berdasarkan atas dasar

rasionalitas, sehingga tertarik pada komoditas dan layanan antar-jemput

gratis yang dianggap efesien. Selanjutnya, perilaku konsumtif memilih

komoditas jasa dengan harga mahal dan cepat (misal jasa laundry satuan

dan ekspres), akan menimbulkan rasa percaya dan terkesan efektif.

Kemudian, menggunakan jasa demi menjaga gengsi dari penampilan

65

kebersihan. Terakhir, menggunakan komoditas jasa untuk menjaga simbol

status sosial.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran yang diajukan

oleh peneliti yaitu :

1. Bagi konsumen disarankan agar dapat meningkatkan produktivitas

dengan mempertimbangan pengeluaran keuangan keluarga, untuk

jenis pakaian harian lebih baik dikerjakan sendiri. Jasa laundry lebih

tepat untuk jenis pakaian kerja atau jenis dan bahan cucian yang

memerlukan penangan khusus seperti karpet, kasur, gordyn, dan lain-

lain.

2. Bagi pemilik usaha disarankan agar dapat memberikan pemahaman

kepada konsumen atas jenis dan bahan pakaian, yang memiliki

dampak buruk terhadap pakaian, jika menggunakan jasa laundry

tertentu (misalnya, laundry kiloan atau satuan).

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih mendalam

mengenai aspek kebudayaan yang membentuk perilaku konsumtif,

relasi pemilik usaha dengan media, dan dampak dari perilaku

konsumtif dalam komoditas jasa.

viii

DAFTAR PUSTAKA

Adian, D. G. (2002). Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Teraju

Adlin, A. (2006). Resistensi Gaya Hidup Teori Dan Realitas. Bandung: Jalasutra

______, (2006). Menggeledah Hasrat. Yogyakarta: Jalasutra

Arikunto, S. (1990). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta

Aziz, M., Imam, (2001).Galaksi Simulacra (Esai-Esai Jean Baudrillard),

Yogyakarta: LKIS

Baudrillard, (2004). Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

______, (2009). La Societe de Consommation, penerj. Wahyunto, dalam

Masyarakat Konsumsi, cet. ke-3, Yogyakarta : Kreasi Wacana

______,(2009). Masyarakat Konsumsi (La Societe de Consommation).

Terjemahan, Yogyakarta : Kreasi Wacana

______, (2010). Arena Produksi Kultural (The Field of Cultural

Production):Sebuah Kajian Sosiologi Budaya (Essays on Art and

Literature).(Terjemahan),Yogyakarta : Kreasi Wacana

Barker, C. (2004). The Sage Dictionary of Cultural Studies. London: SAGE

Publications Ltd

Chaney, D. (1996). Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta:

Jalasutra

______, (2003). Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta.

Jalasutra

Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel (2001). Pemasaran. Jakarta.

Dharmesta, Basu Swastha.

Evans, D. S. & P., (2004).Das Kapital untuk Pemula, Yogjakarta: Resist Book

Fairclough, N., (1995).Critical Discourse Analysis. London and New York:

Longman

Featherstone, Mike, (2008) Consumer Culture and Postmodernism, penerj.

Misbah Zulfa Elizabeth, dalamPosmodernisme dan Budaya Konsumen, cet.

ke-3, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

ix

Graeme Burton, (2008). Pengantar untuk Memahami: Meida dan Budaya

Populer, Yogjakarta: Jalasutra

Kasali, R. (1998). Membidik Pasar Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Kasmir (2004).Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam, Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada

Koentjaraningrat. (1993). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Umum

_____, (1979). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Kootler, P. (2001). Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jilid 2.

TerjemahanTeguh dkk. Jakarta: Prenhallindo

Kurnia, S. S. (2007). Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia

Martono, Nanang, (2012). Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik,

Modern,Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Moleong,(1995). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdata Karya

______, (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdaKarya

Mulyanto, Dede, Stanley Khu (ed.),(2014). Pengantar Pemikiran Tokoh-tokoh

Antropologi Marxis. Tangerang: Marjin Kiri

Piliang, Yasraf Amir, (2004). Dunia yang Berlari: Mencari Tuhan-tuhan Digital,

Jakarta : Grasindo

_____, (1998). Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang

Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme, Bandung : Mizan

_____, (1999). Hiper-realitas Kebudayaan: Semiotika, Estetika, Posmodernisme,

Yogyakarta : LKIS

_____, (2001). Sebuah Dunia Yang Menakutkan: Realitas Kekerasan dan

Hiperkriminalitas, Bandung : Mizan

_____, (2003). Hiper-moralitas: Mengadili Bayang-bayang, Yogyakarta : Belukar

Budaya

_____, (1998).Sebuah Dunia yang Dilipat, Realitas Kebudayaan

MenjelangMalenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme, Bandung:Mizan

x

Ratih,Hurriyati (2010). Bauran Pemasaran danLoyalitas Konsumen. Jakarta:

Alfabeta

Ritzer, George, (2003). Teori Sosial Postmodern.Yogyakarta : Kreasi Wacana

Robbie, Angela Mc, (2011). Posmodernisme dan Budaya Pop (Posmodernism

andPopular Culture). Terjemahan, Yogyakarta :Kreasi Wacana

Strinati, Dominic. (2007). Popular Culture : Pengantar Menuju Teori Budaya

Populer. Terjemahan. Yogyakarta : Jejak

Subandi, Ibrahim, (2005). Lifestyle Ecstasy, Kebudayaan Pop dalam Masyarakat

Komuditas Indonesia. Yogyakarta : Jalasutra

Sukmana, O. (2005). Sosiologi Politik dan Ekonomi. Malang : UMM Press

Sugiyono, 2007, Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta : Gramedia

Sutisna, (2003). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Sutopo(1988). Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS. Press

Zeithaml, Bitner, Gremler (2013). Services Marketing: Integrating Customer

Focus Across the Firm 6thed. Boston :Mc.Graw-Hill

Jurnal/Penelitian:

Alfitri (2007) Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan. Majalah Empirika,

Volume XI, No : 01

Dwi Astuti (2013). Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah

Tangga Di Kota Samarinda. eJournal Psikologi, ejournal.psikologi.fisip-

unmul.ac.id

Lloyd, Gareth. (2008). Thesis. Commodity Fetishism and Domination: The

Contributions of Marx, Lukacs, Horkheimer, Adorno and Bourdieu. Rhodes

University : School of Humanity

Pratiwi, Galih Ika (2014), Prilaku Konsumtif dan Bentuk Gaya Hidup, Studi

Kasus Fenomenologi pada Komunitas Motor Bike of Kawasaki Riders Club

(BKRC) Chapter Malang

Regina, dkk (2015). Hubungan Antara Self-Control Dengan Perilaku Konsumtif

Online Shopping Produk Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Zebrina Pradjnaparamita, (2012) Tesis, Komodifikasi tas belanja bermerek:

Motivasi dan Identitas Kaum ShopaholicGolongan Sosial Menengah

xi

Surabaya, Program Magister Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Airlangga

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan PA pada 12 Juni, 25 Juli, dan 10 Agustus 2016

Wawancara Pribadi dengan NA pada 15 Juni, 24 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan RA pada 17 Juni dan22 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan AM pada 14 Juni, 21 Juli, dan 8 Agustus 2016

Wawancara Pribadi dengan Fah pada 2 Juni 2016

Wawancara Pribadi dengan Eyang pada 10 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Rar pada 2 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Sas pada 12 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Par pada 13 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Pr pada 18 Juli 20156

Wawancara Pribadi dengan Buf pada 18 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Tas pada 15 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Sem pada 9 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Pak Haji pada 15 Juli 2016

xii

Lampiran 1 Daftar Informan

No. Informan JenisKelamin Keterangan

1 PA Laki-Laki Pemilik Nauli Laundry

2 NA Perempuan Pekerja Bagian Setrika

3 RA Laki-Laki Pekerja Bagian Cuci

4 AM Perempuan Penanggung Jawab

5 Fah Laki-Laki Konsumen Paket Bulanan

6 Eyang Perempuan Konsumen Paket Bulanan

7 Rar Perempuan Konsumen Reguler/Kiloan

8 Sas Perempuan Konsumen Reguler/kiloan

9 Par Perempuan Konsumen Reguler/Kiloan

10 Na Laki-Laki Konsumen Reguler/Kiloan

11 Buf Perempuan Konsumen Reguler/Kiloan

12 Tas Laki-Laki Konsumen Jasa Satuan

13 Sem Perempuan Konsumen Jasa Satuan

14 Pak Haji Laki-Laki Konsumen Jasa Satuan

xiii

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Konsumen Nauli Laundry

1. Siapa nama Bapak/Ibu?

2. Sudah berapa usia Bapak/Ibu saat ini?

3. Selain Bapak/Ibu siapa lagi yang tinggal di rumah ini?

4. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menggunakan jasa laundry?

5. Mengapa Bapak/Ibu menggunakan jasa laundry?

6. Dari mana Bapak/Ibu tahu tentang Nauli Laundry?

7. Jenis layanan apa yang Bapak/Ibu gunakan?

8. Mengapa Bapak/Ibu memilih jenis layanan tersebut?

9. Berapa banyak Bapak/Ibu menghabisakan uang untuk laundry dalam satu

beluan?

10. Apakah Bapak/Ibu pernah kehilangan pakaian/barang dalam dalam

menggnuakan jasa laundry tersebut?

11. Apakah Bapak/Ibu pernah kerusakan pakaian/barang dalam menggunakan

jasa laundry tersebut?

12. Kalau pernah mengalami kerusakan atau kehilangan, bagaimana sikap

Bapak/Ibu?

13. Bagaimana penilayan Bapak/Ibu terhadap layanan Nauli Laundry?

Pemilik Usaha Nauli Laundry

1. Siapa nama Bapak?

2. Sudah berapa lama Bapak menjalankan usaha ini?

3. Mengapa Bapak memilih untuk menjalankan usaha ini?

4. Berapa anggaran modal usaha untuk mendirikan usaha ini?

5. Apa saja layanan yang terdapap pada laundry ini?

6. Mengapa banyak sekali jenis layanan pada laundry ini?

7. Apa saja yang menjadi tantangan dalam menjalankan usaha ini?

8. Bagaimana Naoses-Naoses pengerjaan laundry?

9. Bagaiman strategi Bapak dalam mengembangkan usaha ini?

10. Bagaimana cara Bapak untuk mempertahankan konsumen?

11. Bagaimana Naoses pembagian kerja disini?

12. Bagaiaman cara Bapak menyelesaikan perselisihan dengan konsumen?

13. Bagaimana cara Bapak mengontrol kualitas dari layanan jasa laundry ini?

Pekerja Nauli Laundry

1. Siapa nama Ibu?

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu bekerja disini?

3. Mengapa Bapak/Ibu memilih untuk bekerja disini?

4. Apa saja menjadi tugas dan tanggung jawab Bapak/Ibu dalam usaha ini?

5. Apa saja layanan yang terdapat pada laundry ini?

6. Mengapa banyak sekali jenis layanan pada laundry ini?

7. Apa saja yang menjadi tantangan dalam menjalankan usaha ini?

8. Bagaimana Naoses-Naoses pengerjaan laundry?

9. Bagaiman strategi Bapak/Ibu dalam mengembangkan usaha ini?

10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk mempertahankan konsumen?

11. Bagaimana proses pembagian kerja disini?

12. Bagaiaman cara Bapak/Ibu menyelesaikan perselisihan dengan konsumen?

13. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengontrol kualitas dari layanan jasa laundry ini?

xiv

Lampiran 3 Catatan Observasi

Waktu Fokus

dan Tempat Catatan Observasi

16 Juni 2016

Fokus: Naoses

Mencuci

Lokasi Jalan

Sandartex, Rempoa

– Tangerang

Selatan

Peneliti melihat pekerja melakukan penyikatan terhadap

beberapa bagian pakaian yang bernoda berat, seperti di bagian

kerah baju, bagian belakang dan bawah celana.

Sebelum penyikatan tersebut peneliti mendapati bahwa,

pakaian-pakaian yang kotorter sebut diambil dari dalam

plastik. Satu bungkus pakaian yang didalam plastik

menunjukkan satu orang pemilik atas pakaian tersebut.

Selanjutnya, peneliti melihat pekerja tersebut membuka

sejumlah pakaian didalam plastic tersebut, kemudian memilah-

milah pakaian untuk diskiat pada bagian yang bernoda berat.

Setelah disikat, mereka memasukkan pakaian tersebut kedalam

mesin cuci. Hingga selesai pakaian tersebut dikeluarkan dari

mesin cuci, dan dimasukkan kedalam keranjang pakaian.

Disini juga peneliti menyaksikan tidak ada Naoses

pencampuran pakaian dari setiap pelanggan. Artinya, pakaian

konsumen tersebut tidak dicampur dengan konsumen yang

lainnya. Sehingga Naoses kerja ini dilakukan satu per satu. Jika

sudah menyelesaikan pakaian satu orang konsumen,

kemudiandilanjutkan pada konsumen lainnya.

17 Juni 2016

Fokus: Naoses

Mencuci

Lokasi Jalan

Sandartex, Rempoa

– Tangerang Selatan

Pada kesempatan ini peneliti mencoba untuk ikut serta

melakukan pekerjaan mencuci ini, yang langsung ditemani

oleh petugas cuci laundry dan seorang kordinator pekerja.

Peneliti merasa, bahwa pekerjaan ini tidak begitu sulit, hanya

menyikat beberapa bagian yang bernoda berat saja, kemudian

langsung dimasukin kedalam mensin cuci. Disini juga peneliti

mendapatkan pengalaman bahwa tidak semua pakaian seorang

disikat, hal ini terjadi apabila pakaian konsumen tidak bernoda

yang berat. Maka saya diajarkan oleh kordinator terseb untuk

langsung memasukkan pakaian kedalam mesin cuci, tapi

sebelumnya sudah direndam sekitar 15 menit.

21 Juni 2016

Fokus: Naoses

Mensetrika

Lokasi Jalan

Sandartex, Rempoa

– Tangerang Selatan

Naoses mensetrika, menggunakan setrika uap. Peneliti

menyaksikan bahwa setrika ini tidak membutuhkan dayalistrik,

tapi hanya mengandalkan gas elpigi. Setrika ini mengeluarkan

uap. Setrika ini juga dapat melakukan pekerjaan dengan cepat

dibandinkang dengan menggunakan setrika listrik. Disamping

itu juga, setrika ini tidak berbahaya pada pakian, sebagaimana

setrika listrik yang dapat membahaya kanpakaian, seperti

terbakar karena setrikanya terlalu panas. Tapi setrika uap ini

tidak.

22 Juni 2016

Fokus: Naoses

Mensetrika

Lokasi Jalan Pondok

Cabe V, Tangerang

Selatan

Pada kesempatan ini peneliti, mendapatkan ijin untuk

menggunakan setrika ini. Peneliti mencoba mengosok

sejumlah pakaian. Peneliti merasa setrikanya jauh lebih berat

disbanding setrika listrik yang peneliti miliki dirumah. Tetapi,

dengan menggunakan setrika ini pakaianv lebih rapih dan

pekerjaan lebih cepat.

Dalam Naoses pensetrikaan ini juga dikerjaan secara bertahap-

tahap, artinya setelah selesai satu orang pakaian konsumen,

maka akan dilanjutkan dengan pakaian konsumen berikutnya,

demikian selanjutnya.

xv

27 Juni 2016

Fokus Naoses

Pengepakan

Lokasi Jalan Pondok

Cabe V, Tangerang

Selatan

Naoses ini adalah pekerjaan untuk membungkus sejumlah

pakaian kedalam plastic bewarna bening (istilahnya pelastik

PP). Sebelum membungkus pakaian tersebut terlebih dahulu

memberikan parfum yang disemNaotkan pada setiap helai

pakaian. Dan menghitung jumlah dan mencek jenis pakaian

yang telah dijumlah dan di tuliskan saat penerimaan pakaian

kotor.

29 Juni 2016

Fokus: Naoses

Pengepakan

Lokasi Jalan

Sandartex, Rempoa

– Tangerang Selatan

Peneliti mencoba melakukan pekerjaan ini, akan tetapi peneliti

kesulitan untuk membungkus pakaian tersebut dengan rapih

dan peneliti juga mengalami kesulitan saat mencek pakaian

berdasarkan jenisnya seperti membedakan antara bajukurung,

daster, kaos dan lain-lain.

01 Juli 2016

Fokus:Naoses Antar-

Jemput

Lokasi Jalan Pondok

Cabe IV, Tangerang

Selatan

Ini adalah pekerjaan yang dilakukan dari pukul 16.00 sampai

dengan 20.30 WIB, dimana petugas laundry mengantarkan

pakaian yang sudah terbungkus dengan rapih kerumah-rumah

konsumen, mereka menggunakan sepeda motor. Setelah

mengantarkan pakaian bersih itu, konsumen jugamemberikan

sejumlah pakaian yang kotor lagi untuk di laundry.

04 Juli 2016

Fokus: Naoses

Antar-Jemput

Lokasi Jalan

Lombok, Tangerang

Selatan

Pada kesempatan ini, peneliti ikut untuk mengantarkan pakaian

dan mengambil kan pakaian ketempat konsumen. Disini

peneliti mendapati bahwa konsumen telah mempersiapkan

sejumlah pakian kotornya untuk di laundry kembali. Dan ada

jugakonsumen yang

tidakberadadirumahsaatpengantaranpakaian, tetapi kami tetap

meninggalkan pakaian tersebut didepan pintu rumah

konsumen. Kemudian petugas mengkonfirmasi kepada

konsumen tersebut bahwapakaiannyasudahdiletakkan di

depanpinturumahnya.

06 Juli 2016

Fokus:Naoses

Penjemuran

Lokasi Jalan

Sandartex, Rempoa

– Tangerang Selatan

Pakaian yang telah dicuci, peneliti dan pekerja menjemur

pakaian tersebut, dengan cara setiap pakaian digantung dengan

menggunakan hanger, kemudian hanger tersebut digantungkan

pada jemuran yang terbuat dari bambu, setiap pakaian

konsumen yang satu dengan yang lainnya diberikan tanda

pembatas seperti nota ataupun plastik.

07 Juli 2016

Fokus: Naoses

Pengeringan

Lokasi Jalan

Sandartex, Rempoa

– Tangerang Selatan

Naoses pengeringan ini menggunakan mesin pengering atau

dryer. Mesin ini digunakan untukpakaian yang menggunakan

jasa eksNaess (satuhari), atau juga karena cuaca kurang baik,

sehingga Naoses penjemuran tidak kering, maka mesin ini

digunakan. Dan hasil dari Naoses pengeringan ini 100 persen

kering, bahkan pakaian bias jadi hangat. Mesin ini

menggunakan daya listrik dan gas elpigi. Waktu yang

digunakan untuk mengeringkan pakaian dalam satu kali

Naoses adalah sekitar 20 menit, dengankapasitas 10 kilogram.

10 Juli 2016

Fokus: Naoses Sortir

Lokasi Pondok Cabe

V- Tangerang

Selatan

Naoses ini dilakukan setalah menerima pakaian kotor dari

pelanggan dan sebelum melakukan Naoses mencuci. Pakaian

ini disortir untuk membedakan pakaian yang bernoda berat,

bewarna putih dan juga untuk melist satu persatu jenis-jenis

pakaian.

12 Juli 2016

Fokus: Naoses Sortir

Lokasi Jalan

Sandartex, Rempoa

– Tangerang Selatan

Pada kesempatan ini peneliti mencoba untuk melakukan

pekerjaan ini, disini peneliti merasakan bahwa pekerjaan ini

butuh keteliatian agar tidak salah dalam menuliskan jenis-jenis

pakaian pada buku yang telah dipersiapkan. Kemudian juga,

dalam Naoses mensortir ini tidak terhindarkan bau busuk dari

xvi

sejumlah pakaian pelanggan yang sangat kotor.

14 Juli 2016

Fokus: Naoses Iklan

Lokasi Jalan Pondok

Cabe I, II, III, IV,

VI, - Tangerang

Selatan

Pekerjaan ini tidak rutin dilakukan, kebetulan peneliti

mendapatkan kesempatan ini bahwa pekerjaan ini merupakan

aktivitas untuk membagi-bagikan brosur kerumah-rumah

warga, menempel pamplet didinding-dinging, juga spanduk

berukuran kecil.

17 Juli 2016

Naoses Iklan

Lokasi Jalan Slada I

dan II, Jalan

Lombok- Tangerang

Selatan

Naoses ini peneliti lakukan saat memasukkan brosur kedalam

pakaian konsumen yang telah bersih, kemudian juga peneliti

mencoba memberikan brosur kerumah-rumah warga.

18 Juli 2016

Naoses di Agen

Lokasi Jalan Mawar,

Pondok Pinang,

Jaksel, Jalan Gunung

Raya, Cirendeu, dan

Jalan Kemeri,

Pondok Cabe –

Tangerang Selatan

Naoses di agen laundry, merupakan pekerjaan rutin yang

dilakukan setiap sore hari dengan mengantar dan mengambil

sejumlah pakaian kotor. Petugas lazimnya berkeliling dari satu

agen keagen lainnya.

19 Juli 2016

Naoses di Agen

Lokasi Jalan Sasak,

Limo, Jalan Cinere

Raya, Jalan

Meruyung – Depok

Peneliti ikut terlibat dalam Naoses antar – jemput pakaian

ketempat agen dengan menggunakan mobil milik laundry

tersebut. Peneliti menyaksikan bahwa pakaian tersebut diambil

dalam keadaan kotor untuk diNaoses, dan kemudian setelah

besih dan terbungkus, kami mengantarkannya kembali

ketempat agen. Untuk transaksi pembayaran mereka

melakukannya dua kali sebulan yaitu pada setiap tanggal 15

dan 30 setiap bulannya.

21 Juli 2016

Naoses Pencucian

Lokasi Jalan

Sandratex, Rempoa

– Tangerang Selatan

Pada Naoses ini peneliti lebih memfokuskan pada pakaian

yang dicuci ulang, karena dinailai kurang bersih oleh

kordinator, kemudian juga Naoses pencucian karpet, badcover,

dan jas.

23 Juli 2016

Naoses Setrika

Lokasi Jalan Pondok

Cabe V, Tangerang

Selatan

Disini juga peneliti mengkonfirmasi kembali, bahwa setrikaan

yang kurang rapih akan diNaoses ulang kembali.

24 Juli 2016

Naoses Pengepakan

Lokasi, Jalan

Sandratex, Rempoa

– Tangerang Selatan

Pada Naoses pengepakan kali ini peneliti melihat bagaimana

pemilik usaha membuka pakaian yang sudah terbungkus

dengan rapih, untuk mencek kualitas cucian dan setrika, jika

kurang memuaskan maka akan dicuci ulang dan disetrika

ulang. Dan juga peneliti melihat bahwa ternyata Naoses

pengepakan ini ditandai dengan nota dan ditulis dengan

menggukan marker pada setiap satu orang pelanggan.

03 Agustus 2016

Naoses Pembukuan

Lokasi, Jalan

Pondok Cabe V,

Tangerang Selatan

Naose pembukuan yang peneliti lihat adalah pembukan yang

terkait dengan sejumlah catatan-catatan yang berisi data-data

jenis dan jumlah pakaian konsumen, sebagai arsip laundry.

Sehingga menjadi acuan bagi laundry ketika ada sengketa atas

laundry dan konsumen terkait jumlah dan jenis pakaian

04 Agustus 2016

Naoses Pembukuan

Pada kesempatan ini peneliti di izinkan untuk melihat sejumlah

data-data pemasukan kas laundry, dan pengeluaran. Pada

xvii

Lokasi, Jalan

Sandratex, Rempoa

– Tangerang Selatan

pembukuan ini setiap transaksi harus dicatat. Peneliti melihat

berbagai buku catatan laundry, seperti jumlah dan nama-nama

konsumen setiaphari, jumlah pengeluaran dan pemasukan, dan

buka catatan paket keluarga, buku catatan transaksi dengan

agen-agen laundry

xviii

Lampiran 4 Transkrip Wawancara

1. Informan PA

Pemilik Usaha

Wawancara Pertama 12 Juni 2016

Lokasi Jalan Pondok Cabe V, Tangerang Selatan

P (Peneliti): Hal apa yang melatarbelakangi kakak membuka usaha ini?

PA: Ya, awalnya sih enggak terpikir buat usaha, karena kan saya ini lulusan perguruan tinggi, dan

juga saya tidak memiliki modal yang cukup untuk membuat usaha, lagian juga saya belum ada

pengalaman membuat usaha. Ya, awalnya hanya terpikir memanfaatkan pendidikan saya untuk

melamar pekerjaan, tapi setelah dicoba kesana-kesini ya gak dapat-dapat, bahkan saya juga pernah

mencoba melamar cpns juga gak keterima

P: oh, stelah itu kakak membuka usaha ya?

PA: nah, setelah itu saya mengikuti teman yang sedang menggeluti usaha ini, ya teman semasa kuliah

dulu, dia itu sudah punya usaha di Pondok Pinang, kurang lebih saya ikut enam bulanan, saya ikut

untuk mencari pengalaman, ya lama-lama kan saya jadi tau gimana buat buka usaha, setelah sekian

lama saya ikut, ya saya dirikan usaha saya sendiri, teman itupun sangat mendukung niat saya, bahkan

membantu saya, akhirnya berdiri juga laundry saya sendiri.

P: berapa banyak modal yang dibutuhkan untuk membuat usaha ini, kak?

PA: Jadi gini, pada dasarnya saya tidak memiliki modal yang cukup untuk mendirikan usaha laundry,

kalau hitung-hitung modal untuk membuka laundry ya minimalah 30 sampe 40 jutaa diluar harga

sewa kontrakan ya, tapi saya pada masa itu hanya memiliki uang sekitar 12-jutaan, jadi

bagaiamanapun itu gak cukup. Maka saya harus mencari kontrakan yang murah, enam juta per tahun,

dan kebetulan yang punya kontrakan mau memasangin listrik 2200 watt, kan harus dayanya tinggi,

juga airnya sendiri ada. Nah, lalu sayakan masih punya sisa uang, maka saya beli mesin cuci yang

kecil, kalu tidak salah harganya tidak sampe dua jutaan dah, juga saya beli kayu dan triplek untuk

buat rak, ya saya buat sendiri, namanya juga modalnya terbatas. Ya itulah yang bisa saya miliki diwal

dulu, ya saya taulah bagaimana triknya agar bisa menjalankan laundry ini hanya modal mesin cuci

satu, kan saya juga sudah ada pengalaman, juga punya teman yang usaha laundry itu, kalau ada apa-

apa tinggal saya bawa pakaian kotor dari tempat saya ketempat teman saya untuk diNaoses, gitu aja.

P: Bagaimana tanggapan kakak, terhadap hasil cucian yang masih kotor?

PA: Terkait masalah ini, jujur memeng harus saya akui itu ada, lagi-lagi ini hanya persoalan kurang

telitinya anggota kami dalam bekerja. Kalau saya langsung tau laporan ini, baik dari pelanggan

maupun dari petugas yang mencek ini, biasanya langsung saya tegur pekerja bagian pencucian,

karena bagaimanapun kitakan usaha ini jasa ya, yang kita jual itu kualitas layanan, jadi kalau

kualitasnya jelek, siapa ya mau gunain layanan kita, sederhanya gitu. Tapi saya sudah tekankan jika

ada pelnggan yang Naotes terhadap layanan yang kurang bersih, wajib dicuci ulang, dan ndak perlu

dia bayar lagi. Itu selalu saya tekankan.

P: Bagaimana emangnya secara teknis pekerjaan mencuci itu kaka?

PA: Pada dasarnya, pekerjaan mencuci itu, kita sudah ajarkan bahwa adanya Naoses-Naoses kerja

yang wajib dilakukan, setidaknya ya tidak boleh pakaian itu langsung dari pelastik dituang kedalam

mesin cuci, itu enggak boleh

P: oh, berarti harus teliti ya?

PA: Artinya apa, bahwa pakaian-pakian yang kotor itu harus dicek kualitas kotornya, apakah ada

noda yang harus dihilangkan dengan cara menyikat. Jadi mesin cuci itu tidak semuanya mampu

dibersihkannya, harus dengan cara menyikatlah yang menurut pengalaman

P: hal apa yang paling menentukan kenyamanan pelanggan?

PA: Kalau kita memberikan gambaran umum, hasil cucian inilah yang paling menentukan

ketertarikan palanggan, itu poin utamanaya

P: adakah hal ini, yang menurut kakak perlu ketelitian yang penting?

PA: Nah, setelah itu baru urusan mensetrika, disini kita tidak menggunakan setrika listrik, tapi setrika

uap

P: oh, ini ya kak setrikanya?

PA: Setrika uap ini mengugunakan daya gas elpigi, tidak listrik, hal ini saya rasa kamu bisa pelajari

sendiri, itu saya izinkan, agar lebih memahaminya ya.

xix

P: bagaimana ya cara menggunakannya?

PA: Secara teknis, penggunaaan sterika uap ini mampu menimalisir Naoses kerja, lebih Naaktis,

efesien dan tentunya jauh lebih rapih dibanding dengan sentrika rumah tangga itu, ya setrika listrik

P: apa yang membedakan sentrika ini dengan setrika listrik?

PA: Kelebihannya juga terkait resiko kerja, setrika itu boleh dikatakan tidak memiliki resiko atas

terbakranya pakaian saat menggosok, nanti hal ini juga dapat kamu lihat sendiri ya, silahkan lihat

atau gunakan setrika listrik, itu ada petugasnya, silahkan konfirmasih ke mbak itu.

P: setelah disetrika, apa pekerjaan berikutnya?

PA: Selanjutnya, adalah Naoses mempacking, disini kita wajib mencek baik dari segi kualitas cucian

dan setrikaan, jumlah pakaian yang tertera dinota harus sama, juga jenis-jenis pakaian yang ditulis

dibuku juga harus pas, tidak boleh kurang dan tidak boleh juga berlebih

P: oh ini catatan pakaian pelanggan ya?

PA: Catatan-catatan ini didapat, sewaktu penerimaan pakaian dari pelanggan, disana kita menuliskan

jumlah pakaian di nota, kemudian kita juga merinci secara detail jenis-jenis pakaian sebagai acuan

kita saat Naoses finishing.

P: bagaimana cara kakak untuk memNaomosikan usaha ini, agar diketahui masyarakat?

PA: Ya, kita secara reguler selalu memasang spanduk-spanduk itu dipemukiman penduduk, bisa saja

kita memasang ditempat-tempat yang berbeda dari yang kita pasang sebelumnya, ya melihat

keadaanya. Kadang kita pasang ditempat dimana spanduk kita sudah rusak atau dicopot orang ya....

P: terus bagaimana cara kerjanya?

PA: Kita menyebarnya, ya dengan memasang dipohon atau tiang listrik, tapi ya kita tidak merusak

pohon kita hanya mengikatnya dengan kawat atau tali gitu, agar pohonnya gak rusak, lagian kita kan

takut juga nanti dimarahin warga atau pak RT setempat, karena telah merusak.

P: apakah desaian warna atau tulisan yang ada dispanduk itu memang memiliki motivasi tertentu?

PA: memang ya, kita sengaja untuk memadukan berbagai warna dalam spanduk itu, ya supaya

terlihat menarik saja, kan kalau satu warna kan monotong gitu ya. Ya itulah supaya menarik saja,

lagian harga untuk cetaknya juga sama mau berapa warna juga tulisannya.

P: selain spandukk, apalagi kak?

PA: Ya buat brosur, kita bagi-bagikan kerumah-rumah warga, atau juga kita masuk-masukkan ke

pakaian pelanggan yang sudah rapi, nah untuk lebih detailnya nanti hal ini bisa ditanyakan sama

kordinator kerja sini, ya

P: oh, iya disinikan tertulis ada layanan antar-jemput gratis, itu maksudnya seperti apa?

PA: Layanan dengan mengantar pakaian ketempat pelanggan kan lebih memudahkan mereka,

sehingga mereka tak perlu repot-repot mengantar atau mengambilnya. Ya, kami menggunakan cara

ini sejak semula laundry ini ada, dan cara ini sangat menguntungkan bagi kami, karena pelanggan

kami tidak pada lari, juga menguntungkan bagi pelanggan kami, karena kami tidak memberikan

biaya tambahan terhadap layanan ini, gitu. Ya, sama-sama enak lah. Kan gak perlu repot lagi. Kita

langsung ketempatnya

P: kemudian juga ada agen-agen laundrynya juga ya kak, klo itu bagaimana ya sistem kerjasamanya?

PA: Kita tidak membebani para agen-agen itu untuk mengejar target, harus sekian gitu, tidak, itu

tidak ada. Kan kasihan kalau tidak terpenuhi targetnya. Ya pokoknya, berapapun penghasilan yang

didapatkan itu yang kita bagi, agen ya 25 persen

P: oh,,, berarti kerja sama saling menguntungkan ya kak?

PA: Agen-agen ini intinya adalah kerja sama, sama-sama menguntungkan kedua belah pihak

P: teurs siapa yang mendatangi agen-agen itu setiap hari?

PA: Ya, ada petugas yang ngantar setiap hari, keliling ketempat-temapt agen

P: sudang berapa banyak agennya kak?

PA: Data terakahir jumlah agen ada 50 agen

P: bagaiamana dalam usaha ini, ada enggak ya hutang-hutangan gitu?

PA: Ya, gimana ya, namanya juga usaha, kita tidak terlapas dari hutang-piutang, kayaknya masalah

ini tidak dapat terlepaskan dalam setiap bisnis apapun. Awalnya sih, gak pernah ada tuh hutang-

hutangan untuklaundry, tapi kesini-sini sudah jadi pelanggan kan gak enak juga gak dikasih,

sementara baju itu mau dipakai, dan mereka belum punya uang tuk tebus, ya kita punya perasaan

juga, kita kasih saja. Ya ada beberapa pelanggan yang seperti itu, tapi mereka tetap bayar kok

P: berapa banyak layanan laundry disini kak?

PA: Banyak ya bermacam-macam, mulai dari jasa cuci saja, setrika, saja, dan cuci setrika. Ada lagi

xx

paket bulanan, ada lagi eksNaess, ya bermacam—macam lah

P: terus bagaiamana dengan tarifnya?

PA: Oh tentu saja, setiap layanan berbeda-beda tarif yang dikenakan, misalanya cuci dan setrika

selama tiga hari 5000 rupiah tuh, kalau satu hari 10000 rupiah, kan beda. Nanti hal ini bisa di pelajari

lagi ya, karena ada daftar list harga kita kok, silahkan ya.

P: mengapa ya harus banyak jenis layanannya?

PA: Alasannya ya, ya ini pake logika bisnis saja mba, semakin banyak tawaran kan semakin banyak

peluang. Makanya saya banyak menawarkan jenis-jenis layanan, agar peluang rezekinya juga

banyak, sederhanya gitu”

Wawancara Kedua 25 Juli 2016

Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan

P: dari beberapa informasi yang saya dapat, bahwa ada juga hasil cucuan yang masih kotor lho kak?

PA: Bentul, itu benar. Usaha ini juga tidak terlepas dari berbagai bentuk kelalaian kami, kadang

belum bersih dicuci sudah disetrika, kadang hilang baju pelanggan

P: terus bagaiamana penyesaiannya itu kak?

PA: Tapikan sepanjang konsumen kita komplein ya kita bertanggung jawab

P: apa-apa saja ya kak, yang biasanya dikomplein?

PA: Apakah itu kurang bersih, kurang rapih, tidak tepat waktu, hilang, rusak, itukan semua ada

resikonya, lagi-lagi konsument itu kan perlu pertanggung jawaban dari kita

P: terus untuk pakaian yang hilang itu gimana kak?

PA: Pakaian yang hilang ya harus diganti, berapa kali saya mengganti pakaian orang, mauali dari

yang 50.000, 100.000, 2000.000 bahkan 500.000, ya itulah resiko

P: siapa yang ganti?

PA: Yang mengganti saya lah, bukan anggota

P: terus bagaimana dengan tanggung jawab para petugas itu kak?

PA: Memang perjanjian kerjanya mereka harus mengganti, tapi ya gimana yah, kebayang enggak

kalau mereka mengganti misal 500.000 kan kasihan gitu, mereka juga punya keperluan, ya enggak

tega lah

P: berarti rugi dong kak?

PA: Ya sudalah, anggap saja biaya – biaya tak terduga

P: bukan itu mengilangkan tanggung jawab mereka, kan nanti terulang lagi?

PA: Benar, kalau saya ganti memang seakan-akan enggak memiloiki efek jera kepada mereka, tapi

saya dalam Nainsip saya, maaf ya agak keluar dari konteks penelitiannya, hukuman itu belum tentu

berbanding lurus dengan rasa jera seseorang, lihat saja berapa banyak yang yang dipenjara gara-gara

korupsi, apakah korupsi semakin sedikit? Tidakkan.

P: mengapa kakak mau mengganti, kan sudah tanggung jawab mereka?

Ya intinya itu, saya pun dulu kerja dilaundry kawan, saya paham bentul posisi itu, jadi dengan

katalain saya pernah berada diposisi mereka sekarang ini. Mereka itu saudara saya juga, karena

mereka juga usaha ini berjalan. Kalau kita pake teori Karl Marx, kan mereka uth kelas yang sangat

menentukan berjalannya Naoses Naoduksi, ya hormati dong. Emang tanpa mereka saya bisa

menjalankan usaha ini, enggak, saya pastikan sekali lagi tidak bisa

2. Informan AM

Kordinator/Penanggung Jawab Nauli Laundry

Wawancara Pertama 14 Juni 2016

Lokasi Jalan Pondok Cabe V, Tangerang Selatan

P (Peneliti) : berapa usia mbak?

Am: Usai saya 24 tahun

P: Mbak tugasnya sebagai apa di laundry ini?

Am: Pekerjaan bagian kordinator, pengecekan kualitas laundry dan pencatatan, juga pemasaran

P: sudah berapa lama kerja disini mbak?

Am: Ya, saya disini udah sekitar dua tahunanlah

xxi

P: bagaimana Naoses-Naoses kerja disini mbak?

Am: Naoses kerja yang ada di Nauli Laundry yaitu yang terdiri dari penerimaan pakaian kotor dari

pelanggan, menghitung jumlah pakaian di depan pelanggan. Kemudian menuliskannya pada nota

yaitu nama pelanggan, jumlah kilo, harga, waktu, jumlah ptong serta tarif.

P: selanjutnya, diapain lagi ya?

Am: Kemudian setelah itu mensortir pakaian dengan memisahkan antara pakaian yang kotor dan

pakaian yang tidak kotor.

P: oh, setelah disortir ketahuan ya mana yang kotor, terus pakaian yang kotor tadi dicuci?

Am: Setelah itu memasukan pakaian yang sudah di sortir tadi kedalam, kedalam mesin cuci,

kemudian mensikat bagian- bagian yang kotor nya dan dimasukan kembali kedalam mesin cuci.

P: oh gitu

Am: Setelah pakaian selesai di cuci maka Naoses kerja selanjutnya yaitu mengeringkan pakaian,

Naoses mengeringkan menjemur pakaian. Naoses penjemuran menggunakan dua cara yaitu

pengeringan menggunakan mesin pengering atau dryer dan Naoses pengeringan dengan cara di

jemur.

P: dijemur ya

Am: Nah setelah itu pakaian yang sudah kering kemudian diangkat satu persatu dan dimasukan

kembali kedalam kantong plastik untuk di setrika.

P: iya ya,Naoses kerja selanjutnya baru lah disetrika?

Am: Kemudian Naoses kerja selanjutnya yaitu Naoses pensetrikaan pakaian, disini kita

menggunakan setrika uap, dengaan menggunakan setrika uap, Naoses kerja lebih cepat dan lebh rapih

sehingga dengan menggunakan setrika uap dapat mengefisienkan waktu kerja.

Dan Naoses kerja yang terakhir yaitu diakhiri dengan Naoses pemakingan pakaian dan

pengembalian pakaian kepada konsumen,

P: oke baik mbak. Terus kalau layanannya apa saja ya?

Am: Ya kita banyak ya, mulai dari jasa cuci gosok, cuci saja, atau setrika saja. Kalau dari waktu

penyelesaiannya ada yang tiga hari atau reguler, ada yang dua hari, dan juga da yang satu hari atau

eksNaes. Ada lagi, ya seperti laundry kiloan dan satuan, juga paket bulanan, jadi cukup banyak ya

Pada dasarnya layanan-layanan ini, diNaogramkan bertahap-tahap, jadi gak langsung ada semunya.

P: bertahap-tahap maksudnya apa ya mbak?

Am: Maksudnya, dulu awalnya kita Cuma melayani laundry klioan yang sehari, dua hari, dan juga

tiga hari. Kemudian, setelah beberapa lama ada permintaan konsumen untuk jasa satuan, terus kita

mempelajari di berbagai laundry yang ada, sehingga kita pertimbangkan dann kesimpulannaya ya

kita adakan itu.

P: inikan ada tulisannya dispanduk paket bulanan, bagaimana tuh mbak?

Am: Ya, nah ini paket bulanan itu layanan kia yang terbilang baru ya dibanding ya lain, ya sekitar

delapan bulanan lah. Pemikiran itu lahir ketika kita coba melihat beberapa laundry, terus kita

mempelajari konsep laundry bulanan itu, dan akhirnya kita gunakan juga

Paket bulanan ini, dikenai tarif 135.000 rupiah per 30 kilo untuk jasa cuci dan setrika dengan lama

pengerjaan tiga hari.

P: terus apa yang membedakan jasa ini dengan yang lainnya?

Am: Yang membedakannya, pertama pembayarannya diawal ya, artinya ketika ada pelanggan kita

yang menggunakan paket ini mereka diharuskan membayar dulu, baru kemudian mereka

mengunakannya.

P: terus pelanggan-pelanggan itu harus melaundry sebulan?

Am: Ya, secara operasionalnya, kan kuotanya ada 30 kilo, terus pertama melaundry dia bawa misal 5

kilo, terus tinggal kita kurang-kurangi saja 30 dikurang 5 kilo ya sisanya 25 kilo lagi, terus besoknya

lagi mau melaundry katakan 4 kilo yang dikurang-kuangi saja, sampai habis. Klau sudah habis, ya

tinggal bayar lagi. Eh, bisa saja ada pelanggan yang sebulan sampe dua kali bayar, ya tergantung

pemakainnya juga.

P: terus kalau dengna yang reguler itu apa bedanya mba?

Am: Oh, iya yang membedakannya lagi dengan yang reguler ya lebih hemat paket keluarga ini, misal

ni, kan sekilo itu dihargai 5000 rupiah jika dikali 30 kilo kan udah ketahuan berapa, 150.000, nah

sementara mereka hanya bayar 135.000 kan lebih hemat 15.000.

P: paket bulanan ini hanya cuci gosok saja ya mba?

xxii

Am: masih banyak jenis paket bulananya, ada yang tiga hari, seperti yang sudah saya katakan, ada

juga yang Naosesnya dua hari dan satu hari, ada lagi yang peket bulanan hanya cuci atau hanya

setrika saja, yang tadikan paket bulanan cuci dan setrika selama tiga hari pengerjaan. Eh, supaya

lebih jelas nanti boleh deh dilihat daftar harganya ya.

P: oh gitu mbakya, terus kalau yang laundry satuan itu gimana mbak?

Am: Kalau jasa satuan ini, ya pakaian atau barang ya tidak lagi dikiloin tapi dihargai berdasarkan

jumlah potong pakaian, jadi persatu jenis dan potong, beda dengan kiloan

P: terus ada juga jasa cuci atau gosok saja?

Am: Oh, iya enggak ada tuh, untuk jasa satuan itu enggak terima hanya cuci atau gosok, layanan ini

hanya diperentukkan untuk jasa cuci dan setrika

P: berapa lama Naoses pengerjaannya untuk laundry kiloan ini mbak?

Am: Waktu pengerjaannya tiga hari, tapi khususnya seperti karpet ya 10 hari, kan agak susah

keringnya, boneka, dan bantal 5 hari

P: apa-apa saja ya mbak yang masuk jenis jasa cuci satuan ini?

Am: Waduh, kalau ditanya apa saja jenis pakaian yang masuk satuan, ya seluruhnya baju, celana,

jaket, bedcover, boneka tadi, ya kalau ini biar lebih jelasnya nanti saya tunjukin daftra pakaian

sekalian harganya ya.

P: oh iya mbak, kalai yang reguler tadi harga nya beda-beda ya satu hari, dua hari, atau tiga hari?

Am: Kalau yang reguler tadi ya itu dikiloin pokoknya sekilo 5000, kalau yang duhari juga dikiloin

sekilonya 8000, dan yang eksNaess itu juga dikiloin sekilonya 10000

P: ada batas sekilo harus berapa potong gitu pakainnya?

Am: Oh, kita enggak, pokoknya dikiloin, ditimbang mau berapa potong pun yang itu gak acuan, yang

acuan kitakan jumlah kilonya berapa gitu. Saya enggak tau ya ada batasannya sekilo itu harus berapa

potong, boleh juga tuh sebagai masukan, heheheh

Eh, ini lagi, nah kalau untuk kiloan ini ya, jika pelanggan kita pakaiannya kurang dari sekilo kita

anggap sekilo, jadi melaundry tempat kita itu minimal satu kilo.

P: apa pelanggan enggak keberatan digituan mbak?

Am: Ya, pelanggan kita tau, kan kita tulis juga pengumumannya, dan jika belum tahu ya kita kasih

tau. Kan kebayang kalau setengah kilo kalau dihargai ya 2500 dong, ya rugilah.

P: itu berlaku untuk seluruh jasa kiloan ya mbak?

Am: Ya, semua yang kiloan digituan, mau reguler maupun eksNaess, minimal satu kilo.

P: kalau yang satuan, ada batas minimalnya harus berapa potong gitu?

Am: Hehe, teliti banget ya pertanyaanya, tapi gak apa-apa saya juga senang kok, soalnya ini baru

pertama saya diwawancarai tentang laundry, ok mba kalau untuk satuan enggak ada minimalnya

harus berapa potong, satu botong boleh, dua boleh, berapa pun boleh.

P: ok, kalau iklan pernah ditelevisi mbak?

Am: Kalau iklan, kita enggak ada tuh iklan di televesi, kan laundry kita masih kecil mba, belum

mampu bayar iklan seperti itu, Radio, koran juga belum pernah ya paling kita iklanya di OLX, kan

gratis tuh

P: suka buat spanduk, brosur gitu mba ya?

Am: Oh, itu ya ada, kita buat spanduk, buat brosur terus kita bagi-bagian ke masyarakat

P: isinya tentang apa ya mbak?

Am: Isi iklannya, ya intinya menawarkan jasa laundry. Ada da kita juga tulis disitu layanan-layanan

laundry kita, harga, alamat, nomer hp, ya semuanya lah, biar masyarakat tau.

P: apakah iklan itu efektif untuk memNaomosikan laundry ini mbak?

Am: Kalau dibilang efektif, ya boleh dikatan efektif ya, contohnya enggak sedikit langganan kita tau

dari iklan itu, mereka menelpon kita, mereka tanya iklan itu, terus kita benarkan, ya banyaklah yang

kayak gitu. Apalagi yang ikut paket bulanan itu, rata-rata mereka tau dari iklan, eh juga yang mau

jadi agen laundry kita itu juga kebayakan tau dari iklan, ya efektif kan.

P: ada ya layanan antar jemput?

Am: Ya, kita ada layanan antar-jemput, itu gratis

P: mengapa mau mbak ngatarin, kan gak nambah penghasilan, gratis?

xxiii

Am: Layanan dengan mengantar pakaian ketempat pelanggan kan lebih memudahkan mereka,

sehingga mereka tak perlu repot-repot mengantar atau mengambilnya. Ya, kami menggunakan cara

ini sejak semulalaundry ini ada, dan cara ini sangat menguntungkan bagi kami, karena pelanggan

kami tidak pada lari, juga menguntungkan bagi pelanggan kami, karena kami tidak memberikan

biaya tambahan terhadap layanan ini, gitu. Ya, sama-sama enak lah. Kan gak perlu repot lagi. Kita

langsung ketempatnya

Kan pelanggan kita ini kadang ada pakaiannya yang banyak benar sampe dua karung, jadi mereka

kewalahan untuk bawanya, ya untuk memudahkan pelanggan itukan kita jemput saja.

P: cukup banyak ya pelanggan yang menggunakan layanan ini?

Am: Lagian juga, jika dipersentasikan pelanggan kami itu hampir 80 persen dilayani dengan antar-

jemput ini, apa lagi yang paket bulanan 100 persen itu diantar semua

P: Naogram andalan dong?

Am: Ya, Naogram ini andalan kami lho mba, disinikan banyak juga usaha laundry, setahu saya cuma

kami yang melayani antar-jemput gratis

P: apa perhitungan bisnis dengan layanan antar jemput ini mbak?

Am: Kalau diperhitungkan alasan antar-jemput ini, ya dengan diantarnya pakaian-pakaian pelanggan

kita ini, kan mereka jadi pelanggan tetap kita, kalau ada pakaiannya yang kotor mereka telepon terus

kita jemput, begitu juga kalau pakaiannya undah rapi langsung kita antarin kerumahnya.

P: oh gitu. Terus agen laundry itu maksudnya gimana mbak?

Am: Agen laundry itu kita buat dalam bentuk kerja sama ya, kerja samanya yang kita sistem bagi

hasil, mereka mendapatkan hak 25 persen dari harga laundry, jadi kita 75 persennya.

P: agen laundry ini difasilitasi apa mba dari laundry ini?

Am: Oh iya, agen laundry itu kita fasilitasi, ya spanduk, nota, juga brosur, iklan tadi

P: bagaimana ya teknis kerjasama ini?

Am: Secara teknis kerja sama ini, ya mereka hanya menerima pakaian dari pelanggan, dituliskan

pada nota yang telah kita berikan itu, kemudian ada petugas kita yang setiap hari mendatangi agen-

agen ini, baik untuk ngantarin pakaian yang sudah rapih, juga sekalian ngambil pakaian yang kotor

dari agen

P: sudah berapa banyak agen laundry mbak?

Am: Agen kita hari ini, sekitar 50, yang tersebar di wilayah cinere, ciputat, pondok piang, kampung

gunung, lebak-bulus, rempoa, ya tersebar la mba, kalau mba ada waktu silahkan mba ikut sekali

waktu, kita mengantarnya pake mobil kok, jadi enggak ngerepotin kok. Silahkan mba ya.

P: kapan datang ketempat agen?

Am: Oh, iya kita keliling agen, itu kalau tidak pagi jam sembilan-nan, ya sore sam tiga-an

P: agen tugasnya pa ya mba, gosok, atau nyuci gitu?

Am: Enggak mba, agen itu tidak menggosok, nyuci, hanya nerima pakaian saja dari pelanggan, terus

mereka yang kembalikan lagi

P: gimana transaksi keuangan dengan agen?

Am: Pembayaran, kita itu adakan sebulan dua kali setiap tanggal lima sama tanggal 25 setiap

bulannya.

P: oh, enggak tiap hari ya

Am: Enggak, itu tidak tiap hari, jadi konsumen membayarnya ya sama agen dulu, agen yang nyimpan

uangnya, terus kalau waktu pembayaran, setoran sama kita baru kita terima uangnya, jadi kita itu gak

terima uang dari konsumennya agen, tapi itu kerjanya agen, kita hanya urusan dengan agen.

P: itu tentang hutang gimana ya mba kok ada?

Am: Pada awalnya sih kita enggak terima hutang-hutangan ini. Tapi kesini-sini namaya juga udah

banyak pelanggan jadi ini enggak terelakkan ya, ya kayaknya ini udah jadi resiko setiap usaha ya,

mau gimana lagi kan

P: menurut mbak apa manfaatnya dengan kelonggaran seperti itu?

Am; Ya ada positifnya, ada juga negatifnya, kalau positifnya ya pelanggan kita lebih nyaman, kan

kadang mereka belum ada uang mau bayar, sementara pakaiannya mau di pakai, ya kita kasih saja

dulu, dari pada nanti mau kerja gak ada pakainnya ya jadi gak enak juga, kasihan gitu. Nah besoknya

kalau mau bayar mereka jadi bawa lagi pakaian kotornya, kan kita jadi dapat rezeki tuh. Kalau

negatifnya sih, jadi keterusan ngutang, teurs ada juga pelanggan kita yang belum-belum bayar

hutangnya, kita tagih ada saja alasannya. Ya udalah enggak rejeki.

xxiv

P: terkait soal pencatatan, emang apa yang dicatat mba?

Am: Oh, catatan disini banyak sekali mba, mulai dari catatan pemasukan laundry berapa kilo sehari,

catatan pengambilan pakaian dari pelanggan berapa rupiah per hari, catatan paket bulanan, catatan

list pakaian, catatan pengeluaran, catatan pemasukan, belum lagi catatan laporan keuangan dan

pendapat per minggu, itu harus dilaporkan ka abang, yang punya usaha

Seluruh catatan itu sangat penting sekali, kalau enggak ada waduh kita bisa kerepotan

P: oh seperti catatan pakaian pelanggan.

Am: Misal catatan list pakaian pelanggan, itu harus kita lakukan, maaf ya enggak sedikit orang

berbuat curang dengan kita, katanya ada pakaiannya yang hilang, setelah kita periksa catatan ternyata

pakaian yang dia sebut itu mamang gak dia laundry

P: kan repot benar itu mbak, emang apa ya fungsinya?

Am: Pernah tuh kejadian, pas ada konsumen kita nanyakan kemejanya yang berbahan levis, kok

enggak ada katnaya gitu, terus kita cek catatan pakaiannya, pas ditemukan mamang pada saat itu dia

engak ada nyuci kemeja apapun, apa lagi kemeja berbahan levis, terus dia pergi, ya banyaklah modus

yang kayak gitu, makanya kita harus hati-hati

P: kalau catatan keuangan?

Am: Kalau catatan keuangan juga perlu, kan untuk laporin keuangan sama abang nanti, gimana kalau

enggak ada catatannya, kan entar dituduh kita bohong, gak jujur. Pokoknya catatan itu pentinglah

mba, nanti saya tanya abang dulu boleh enggak saya tunjukin catatan-catatan itu sama mba. Tapi

setahu saya bagi abang itu enggak ada yang rahasia, kayaknya boleh sih, tapi saya ijin dulu ya, entar

mba saya kabarin

P: menurut mbak bagaiamna pengalamnnya dilaundry ini, biar konsumen tertarik?

Am: Banyak cara, membuat usaha kita ini menarik, seperti penysusnan dirak pakaian harus kelihatan

rapi, tertata, ya tidak berantakanlah

Juga waktu pemekingan pakaian harus rapih, benbentuk segi empat, kotak gitu, jadi kelihatan rapih

P: kalau untak pakaiannya biar menarik biasanya diapain mbak?

Am: Ya, kita berikan wangi-wangingan, kita semNaotin parfum sebelum di packing, terus kita

susuan pakaian itu dengan rapih

Sewaktu menggosok juga kita enggak sembarangan, ya bagaiamana melipat kemeja, kaos, celana,

celana berbahan levis, itu semua harus rapih, tidak bisa sembarang

Belum lagi saat mencuci kita pastikan noda-noda yang berat disikat, yang intinya gimana pakaian

mereka jadi terliaht bersih, rapih, dan wangi.

Wawancara Kedua 21 Juli 2016

Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan

P: ngomong-ngomong gimana ya mbak, terhadap pakain pelanggan yang masih kotor?

Am: Betul mba, kadang memang ada kekhilafan kita disii ya, ada pakaian yang masih kotor sampai

sama pelanggan.

P: tapikan seluruh Naoses kerja ii diperikasa mba?

Am: Seperti yang saya sampaikan tempo hari yang lalu bahwa pada dasarnya kita cek, hanya saja

terkadang ada noda itu sulit untuk kita hilangkan, ya mau gimana lagi. Tapi jika pelanggan komplen

kita tetap layani ya, kita coba cuci lagi.

P: terus untuk pakaian yang hilang gimana?

Am: Untuk pakaian hilang, ya memang tentu enggak semua pelanggan komplein, ada yang diam,

dak tau kenapa, ya kita kan jadi gak tau

Kalau pun ada yang komplein kita cek kapan waktu hilang itu berdasarkan catatan kita, kalau benar

ya kita ganti, atau kita cari dulu. Tapi masalahnya yang membuat repot itukan sudah sebulan

kehilangan baru sekarang disampaikan, itu membuat repot, padahal di nota itu kita telah tuliskan

komplein hanya berlaku 1 kali 24 jam.

P: kalau yang lama ketahuan hilang, terus dilaporin pelnggan enggak ya mba?

Am: Kan kalau sudah lama, kita kan repot untuk nyarinya, belum lagi pembukuan kita sudha baru,

jadi itu memang ada Naobelem tersendiri

xxv

Wawancara Ketiga 8 Agustus 2016

Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan

P: bagaiamana cara memastikan pekerjaan para petugas itu mbak?

Am: Kita terus mengontrol kerjaan petugas cuci dan setrika, kalau menurut pertimbangannya

mereka lalai, ya kita tegur dong

P: terkait dengan mengganti pakaian yang hilang, siapa yang ganti?

Am: Kalau masalah penggantian pakaian yang hilang, memang awalnya mereka itu diperingatkan

bahwa kalau ada pakaian yang hilang mereka harus ganti sendiri

Tapikan semuanya juga harus perlu pertimbangan, biasanya kalau ada maslah ini saya langsung

berkonsultasi dengan abang, gimana solusinya. Dan belum pernah memang pekerja itu yang ganti,

selalu abang yang ganti

P: lah, nanti mereka engak jera dong mbak?

Am: Memang iya, disatu sisi tidak memberikan efek jera ya, tapi disini lain juga kan kasihan juga

mereka harus ganti misal seratus ribu atu tigaratus tibu, kasihanlah mba, gak tega. Tapi itu tetap

diperingatkan supaya janga menglami kelalaian itu.

3. Informan NA

Petugas Bidang Setrika Nauli Laundry

Wawancara Pertama 15 Juni 2016

Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan

P (Peneliti): sudah berapa lama kerja disini mbak?

Na: aku udah sekitar satu tahun kerja disini mba

P: tugasnya apa-apa saja mbak dari awal sampe sekarang?

Na: ya memang dari awal sudah bagian setrika, sampai sekarang

P: selain itu ada lagi mbak, tugasnya yang lain?

Na: kalau pekerjaan aku kan bagian setrika sama mempacking

P: dari jam berapa mulai kerja?

Na: dari jam 8 pagi, terus istirahan dari jam 12 sampe jam 1 siang, terus masuk lagi, selesainya

sampe jam lima sore

P: apa yang mbak gosok disini mba?

Na: kalau kerjaan gosok inikan, ya menggosok pakaian yang sudah bersih, udah dicuci, terus saya

menggosok satu persatu

P: oh maaf, maksud saya, cara kerja gosoknya mbak gimana gitu?

Na: oh.., gosoknya satu orang dulu, satu pelastik itukan satu pelanggan, jadi kalau sudah selesai

satu orang baru dilanjutnya kepelanggan berikutnya, gitu seterusnya mba

contoh, inikan satu pelastik ini ada notanya didalam, nah satu nota inikan berarti milik satu orang

pelanggan, nah ini dulu yang aku setrika sampe selesai, kalau udah kelar, baru aku lanjutin lagi

dengan yang lainnya

P: terus klau sudah selasai, diapain lagi ya mbak?

Na: kalau satu orang ini sudah aku selesaikan, aku letakin dulu dibawah, untuk ngelanjutin yang

lain, yang nanti kalau ditumpukin diatas meja inikan nanti malah kecampur ama milik orang yang

lain

P: enggak langsung dibungkus kedalam plastik ya mba?

Na: oh enggak, gak bisa mba langsung dibungkus, kan ini pake setrika uap, nah kalau baru selesai

disetrika uapnya masih nempel di pakaian, jadi rada-rada anget dan agak basah gara-gara uap itu

P: nunggu kering, maksudnya?

Na: biasanya didiamin saja, dulu nunggu uapnya kering, sambil menggosok pakaian yang lain,

yang ditumpuk-tumpukin dulu, di baris-bariskan, pokoknya jangan sampai kecampur dengan

pakaian orang lain, entar jadi repot

P: oh, bedaya ya sama setrika listrik?

xxvi

Na: iya, ini setrika uap, beda dengan setrika listrik

bedanya ya, pertama lebih cepat rapih, sekali gosok sudah langsung rapih, kalau setrika listrik kan

kita gosokknya harus berulang-ulang dulu baru rapih, ini mah enggak

P: terus apa lagi yang membedakan setrika ini dengan yang biasa itu?

Na: lebih cepat juga, kebayang kalau pake setrika listrik, wah 70 kilo itu bisa lama, ngerjainnya

ini cepat mba, pokoknya satu kali ngisi bisa mensetrika 30 kilo, selama dua jam

P: sekali ngisi 30 kilo, maksudnya apa ya mbak?

Na: oh, maksudnya, sekali ngisi itu, inikan disetrika uap ini ada tabung tempat ngisi air. Jadi sekali

isi ini lima liter air, kan kapasitas setrika ini lima liter, terus air ini direbus, kan setrika ini dibawah

tabungnya ada kompornya mba, ya seperti ngerubus air saja

P: ditunggu sampai panas ya mbak?

Na: nunggu panas, agar ada uapnya sekitar kurang dari setengah jam lah, baru uapnya ada

P: terus kalau dah panas nie baru bisa digunai ya mbak?

Na; nah kalau sudah panas, ada uapnya, baru mulai menggosok, nah sampai habis air, uapnya itu

sekitar dua jam pemakaian, ya dapat 30 kiloanlah sampai habis

nah kalau udah habis diisi lagi, kayak tadi

P: oh gitu ya

Na: nah inikah, aku nunggu nie, baru ngisi air lagi, nunggu panas, pas saat nunggu ini saya

mempacking pakaian yang sudah kering

ya gitulah mba, cara kerjanya

P: berarti sehari berapa kali ngisi ini mbak?

Na: rata-rata sehari aku ngisi air itu tiga kali, mba

P: pakain ini dicek lagi enggak mbak?

Na: sewaktu menggosok aku enggak ada cek pakaian satu persatu, tapi waktu terakhir tuh pas mau

packing baru aku cek, sesuai dengan catatan yang ada dibuku

P: enggak gunain pelicin pakaian mba?

Na: oh enggak, kita enggak pakai krisNaei untuk disemNaotkan saat mensetrika, kan ini setrika

uap, jadi gak perlu itu, udah rapih kok, licin

P: enggak wangi donk mbak?

Na; biar wangi itu, kita semNaotin parfum laundry mba, sebelum dipacking, satu persatu

P: kapan di parfumin mbak?

Na: kan tadi udah selesai ni digosok, nah kita mau bungkus pakaian, tapi sebelumnya kita parfumin

dulu biar wangi, sebelum di packing

Wawancara Kedua 24 Juli 2016

Lokasi Jalan Pondok Cabe V - Tangerang Selatan

P: mbak pernah tau enggak ada pelangga yang komplein karena pakainnya masih kotor?

Na: iya mba, ada juga pelanggan yang komplein masih kotor

P: kan mbak juga bisa cek pakaian kotor sewaktu gosok?

Na: iya benar, memang Naoses disetrika ini juga aku ditugasi untuk memeriksa pakaian yang

masih kotor, kalau masih kotor biasaya aku enggak gosok, dibalikin lagi sama tukang cuci untuk

dicuci ulang

P: tapi kenapa ya mbak masih ada saja yang gitu/

Na: iya, seharusnya memang enggak ada pelanggan yang komplen, kan sudah dicek, tapi kan ada

juga lho mba noda itu menurut saya sulit untuk dihilangkan, jadi aku gosok saja

P: terus gimana dengan pelanggan ya mbak?

Na: yang namanya juga pelanggan, ya mba, adakan mau sempurna, bersih total seperti baru, ya

enggak bisalah

P: emangnya mengapa seperti itu mbak?

Na: sering juga yang dikomplein itu, yang memang sebelumnya aku udah minta dicuci ulang, terus

setelah dicuci ulang masih belum hilang juga nodanya, ya kan artinya memang enggak bisa hilang,

terus mau diapain lagi ya, tapi jarang sih penglanggan yang gitu

P: terus biasanya, kalau masih kotor mbak enggak gosok?

xxvii

Na: bukannya aku merasa sudah benar ya mba, aku juga harus akui terkadang juga lalai, ada

pakaian yang masih kotor yang aku setrika, itu tadi perasaannya sih kalaupun dicuci ulang, sama

saja hasilnya, kadang itu aku salah, seharunya kan dicba dulu, kalau enggak baru gosok saja

langsung

P: terus klo sudah gitu ditegur enggap mba?

Na; pastilah mba, ditegur, kan kalau kita ditegur ya aku jelasin dulu masalahnya

yang sering negur ya, si mba itu, yang tukang catet

P: oh kordinator, bukan bosnya ya mbak?

Na: iya, kordinator kerja, kan dia yang dipercaya sama bos untuk ngecek kerjaan kita

P: kalau bos nya pernah marah atau negur gitu?

Na: enggak, si mba sama aku gak pernah marah-marah, Cuma nanya doang, kenapa masih kotor

disetrika, ya aku jelasin saja,dia ngerti kok. Tapi kalau aku salah yang memang aku minta maaf,

kan kalau kita yang salah, terus si bos tau, kan yang ditegur kordinatornya mba

P: oh berarti bos negurnya kordinator ya mba?

Na: iya, kalau kita bertanggung jawab sama kordinator, terus kordinator bertanggung jawab sama

si bos

P: kalau bos nya pernah nanya-nannya pa gitu tentang kerjaan?

Na: kalau si bos si pernah juga nanya-nanya kenapa ini, kenapa itu, tapi orangnya kan lucu, suka

bercanda, kadang pun kita jawabnya bercanda juga

pokoknya maslahnya jagan pakaian orang sampai hilang saja, oh itu dia biasanya langsung marah-

marah sama kordinator

P: terus kalau hilang gimana mbak?

Na: kalau hilang, jarang sih saya yang ditanya, paling-paling bagian cuci atau sama bagian

penerimaan

saya kan Cuma gosok doang, mba

P: maaf ni mbak, tadikan mba juga bilang, mba ngelist juga?

Na: iya, saja juga ngelist pas packing pakaian, pokoknya yang ada yang di list, kalau enggak ada

enggak saya ceklist, terus aku sampaikan sama kordinator ini kurang, misalnya kaosnya, atau ini

berlebih kaosnya, gitu mba

ya sederhanya, masing-masih petugas ada tanggung jawabnya masing-amasing saja

4. Informan RA

Petugas Bidang Pencucian Nauli Laundry

Wawancara Pertama 17 Juni 2016

Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan

P (Peneliti): sudah berapa lama kerja disini bang?

Ra: bekerja diini sudah delapan bulan

P: tugasnya apa bang?

Ra: tugas saya nyuci sama sama jemur

P: bagaimana cara kerja nyuci disini bang?

Ra: cara kerjanya ya, pertama-tama kita ambil pakaian dalam pelastik yang kotor, itukan satu

pelastik satu orang, jadi kita keluarkan terus kita pilih-pilih mana yang harus disikat mana yang

enggak

P: dari mana abang tau pakaian-pakaian yang mana harus disikat?

Ra: taunya yang diskiat dari pakaiannya, ya kotor, misalnya ini bagian kerahnya kan pake mesih

noda inikan enggak hilang, harus disikat dulu, supaya nodanya ilang

P: setelah itu diapain lagi ya bang?

Ra: terus setelah disikat bagian-bagian yang kotor tadi dimasukin deh kedalam mesin cuci

P: pakai mesin cuci juga ya bang, terus gimana tuh kerjanya?

Ra: oh iya itu, mesinnya merendam dulu sekitar 10 menitan, kemudian mesinnya mutar, maulai

nyuci

P: berapa lama Naosesnya?

Ra: kira-kira sekitar 27 menit, karena dimesin itu ada tulisan 27

xxviii

P: terus dikeluarin dari mesin, kemudian dibilas diember itu ya bang?

Ra: enggak, enggak dibilas di ember, kan mesinnya langsung otomatis ngebilasnya

P: terus airnya enggak diganti-ganti dong?

Na: airnya, itu tiga kali ngisi, otomatis, ya pertama tadi ngerendam sekalian nyuci, terus mesinnya

ngeluarin, buang air kotornya, terus air bersih masuk lagi untuk pembilasan pertama, terus lagi air

bilasan itu dibuang lagi, sampe terakhir air masuk lagu untuk membilas yang terakhirnya, nah

dipembilasan

terakhir inikan, kita masukin pelembut, softener, udah tinggal nunggu di spin

P: oh gitu.

Na: nah setelah selesai, terus pakaian itu dimasukin ke ember untuk dijemur, mba

P: pake diterjen apa bang?

Na: kalau diterjennya kan sudah dibeliin, ya diterjen laundry, satu jerigen

P: gimana nakar ukuran diterjennya?

Na: ya ada alat penakarnyanya berapa banyak dituang ke dalam mesin cucu, itu seperti gelas kecil

alat menakarnya, disana ada ukuran-ukurannya

P: ngomong-ngomong ada target enggak berapa banyak yang di cuci ?

Na: iya ada lah mba, kita maksimal sehari nyuci 80 kilo per orang, itu targetnya

P: emang jam berapa mulai kerjanya?

Na: ya mulai kerja jam delapan pagi sampai jam lima sore

P: ada waktu istirahat?

Na: ya, istirahatlah, dari jam 12 sampe jam satu siang, mau makanlah, solatlah, istirahat

P: makannya dimana bang?

Na: kalau makan kita disini, kadang juga kalau kita pengen makan apa itu, kita yang masak, gak

apa-apa

P: dibatasin enggak berapa banyak makannya?

Na: enggak dibatasi makan mau berapa banyak, amau sepering kek, mau nambah kek, gak apa-apa,

gak pernah dilarang

P: eh iya, tadi bedain pakaian orang maksudnya napa ya?

Ra: ya cara bedaian pakaian orang ya, jangan dicapur, entar jadi kewalahan

P: lumayan repot juga ya bang?

Ra: tapi kadang kita juga jadi kenal tuh baju pelanggan, kan tiap hari dicuci, ya lama-lama jadi

kenal, tapi enggak semua ya, hanya beberapa pelanggan saja

P: terus setelah dicuci, kan dijemur tuh?

Ra: nah kalau menjemur, kita kan misahinnya, itu dipakaian ada notanya, jadi kalo jemur itu kita

susun berbaris dijemuran

P: digantung pake henger ya, gimana tuh caranya bedaiinya?

Ra: iya, digantung pake henger, tiap-tiap potong pakaian, terus dijemur deh, itu jemuran bambu,

terus dari satu pelanggan kita pisahin pake notanya, kita gantung nota itu dihenger

P: berapa lama keringgnya itu bang?

Ra: nah kalau sekarng nie, kita jemur, besok sudah diangkat, kadangkan ada bebrapa pakaian yang

enggak kering, terus kita masukin ke mesin pengering

P: terus klau pakaian yang gak kering, nunggu kering lagi dijemuran, atau pakai mesin?

Ra: iya itu mesin pengering yang dibawah, yang gede itu, itu untuk ngeringin pakaian

P: itu dayanya pake apa ya?

Ra: itu menggunakan gas sama listrik

P: berapa lama ngeringinnya pake mesin itu bang?

Ra: ya, waktunya sekitar 15 menit langsung kering, hangat lagi

P: selain pakaian yang enggak kering tasi, digunain untuk apa lagi itu ya?

Ra: iya, itu juga digunain untuk pakaian yang eksNaess, kan eksNaess satu hari tuh, jadi enggak

sempat kalau di jemur, makanyasetelah dicuci langsung dimasukin ke dalam mesin pengering

P: gimana ya pakaian ini biar enggak ketukar sama pelanggan yang lain?

Ra: pokoknya kita harus teliti, gak boleh ketukar, hilang, rusak, kena luntur, super hati-hatilah mba

P: kan kadang kita lupa atau apa gitu?

Ra: kan ada catatannya, berapa jumlah pakaian dan apa-apa saja jenisnya

jadi kalau sudah bersih, kita masukin kepelastik biar digosok, ama tukang setrika

xxix

P: kapan angan mencek pakaian yagn sudah selsai di cuci itu?

Ra: nah waktu memasukkan kepelastik itu, kita hitung dan list jenis-jenis pakaiannya, pas apa

enggak dengan catatan, juga disana kita periksa kualitas cucian, bersih atau masih ada yang kotor

Wawancara Kedua 22 Juli 2016

Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan

P: menurut pengalaman abang kenapa ya masih ada pakaian yang kotor sampai ketangan pelangan?

Ra: iya memang mba, kadang itu salah kita, kadang juga ya pakaian itu kalau sudah basah, pas

nyucinya, kan susah juga dibedaian mana yang masih ada nodanya juga, jadi itu saya benarkan ada

kekhilafan kita

P: kan sudah abang cek?

Ra: benar memang kita sudah cek kualitasnya, seperti yang dulu pernah mba tanyain

P: terus kok bisa terjadi gitu ya bang?

Ra: ya kadang kalau kerjaan numpuk, kita jadi terburu-buru, jadi enggak teliti waktu ngeceknya

P: ditegur enggak klau seperti itu?

Ra: ya ditegur la, apalagi yang bagian ngecek kerjaan kita, itu mba yang satu itu, dia

kordinatornya, kadang juga ya dimarahin, tapi wajarlah supaya kita jadi teliti kerjanya, yang

pentingkan enggak marah-marah terus, kalau salah ya kita akui salah, kita minta maaf

P: terus apa hukumannya?

Ra: kalau hukumannya, ya enggak ada sich, Cuma saja kalau yang dicuci ulang itu enggak masuk

dalam target kita yang 80 kilo, lagian juga kan yang dicuci ulang kan gak banyak, Cuma satu atau

dua potong saja, enggak sampai beberapa kilo kok

P: oh enggak dipotong gaji gitu?

Ra: disini intinya kekeluargaan saja

P: kalau yang punya laundry, mau negir klau gini?

Ra: kalau yang punya, abang itu mah, jarang negur. Kalau pakaian hilang baru dia negur kita, kalau

sebatas kurang bersihkan bisa dicuci ulang, terus kalau hilang kan harus diganti, ya otomatis

diakan jadi rugi, lagian juga nanti pelanggan jadi enggak percaya

P: siapa yang bertanggung jawab mengganti?

Ra: perjanjian awal sewaktu kerja memang, kalau ada pakaian hilang kita yang disuruh ganti, tapi

enggak pernah kita dimanta untuk ganti baju orang

P: setahu abang pernah pakaian orang hilang?

Ra: pernah lah, setahu saya pernah pakaian orang hilang gitu, gaktu kemana, apa tertukar, atau

salah jumlah, atau salah ngelistnya, saat penerimaan, gak tau masalahnya dimana, tapi iya pernah

kehilangan

P: sudah berapa kali bang kehilangan, seingat abang?

Ra: selama kerja disini, seingat saya ada mungkin sekitar tiga kali kehilangan, tapi gau tau juga

persisnya berapa banyak

P: tau engak bang, kenapa enggak minta ganti sama abang atau sama pekerja lainnya?

Ra: alasannya, enggak minta ganti sama kita yang enggak tau ya, apa, mungkin abang itu ngerti,

keadaan keuangan kita

P: kalau diganti gitu, gimaman perasaan abang?

Ra; ya tetaplah ngerasa enggak enak, kan gara-gara kesilafan kita abang itu jadi ngeluarin uang

untuk ganti, seharusnya kan kita yang ganti

1. Informan Fah

Pengguna Jasa Laundry Paket Bulanan

Wawancara Pertama 2 Juni 2016

Lokasi Jalan cabe V No 52

xxx

P: Berapa usia abang?

Fah: Kalau umur, ya 30 tahuan the

P: udah berapa lama agang menglaundry? Dan tahu darimana kalau ada laundry?

Fah: Saya mah teh ngelaundry udah hampir setahunan kayanya, tahu laundry ini kan ada

spanduknya teh, pernah sih kayanya pernah liat bentuk brosur gitu teh warna hijau kalau gk salah

warnanya ada dimasukin pakaian, tapi sekarang gak tahu dimana brosurnya.

P: kenapa menglaundry bang?

Fah: Yaaa teh namanya juga masih sendiri, kadang pulang malam, nyampe rumah capek gk

sempat lagi saya nyuci, lebih simple teh dibawa ke laundry gk perlu ribet,

P: apakah menurut abang lebih murah paket bulanan dibandingkan dengan yang kiloan?

Fah: Benar memang paket ini lebih murah dibanding yang biasa itu ya, tapi kita kan namannya

juga manusia ya, kerja juga kan gajiannya sebulan tuh, kan lebih aman kita pakai paket ini, mana

tau gak ada uang, kan tinggal diambil saja, gak perlu lagi bayar, bayar laundry kan bulanan. Ya

kita ambil gampangnya saja, biar lebih tenang saja sih

P: dari mana abang tahu tentang paket bulanan?

Fah: saya pakai laundry yang 5 ribu apaa itu namaanya, tapi kadang kalau baju seragam saya,

sayaa ekpresin, tapi sekarang saya pake paket bulan teh, ditawarin sama yang jaga laundrynya

P: menurut abang bagaimana mengenai pelayanan laundry ini?

Fah: Menurut saya teh pelayanannya udah cukup lumayan bagus bisa antar jemput gratis lagi,

Petugas yang jaga nya juga sopan- sopan, suka senyum.

P: apakah abang pernah komplain?

Fah: Pernah teh saya komplain, waktu itu saya nguci seragam kerja tapi masih keliatan kotor gitu

saya bilang aja sama yang jaga laundrynya, trus mereka cuci ulang lagi

P: harus bayar lagi gak kalau dicuci ulang bang? Terus berapa hari kalau dicuci ulang bang?

Fah: Kalau cuci ulang, ya gak bayar, gratis teh waktu itu petuags laundrynya bilang sih Cuma 1

hari kalau dicuci ulang.

P: pernah gak selama menglaundry baju abang ada yang hilang?

Fah: Kalau kehilangan, saya enggak pernah tuh teh. Paling juga kurang bersih tadi. Setahu saya

mereka itu kan mencatat jumlah pakaian, dan juga saya pernah lihat tuh mereka juga punya buku

catatan jenis-jenis pakaian orang yang melaundry.

P: pernah gak bang komplain sama pemilik laundrynya?

Fah: gimana ya teh, saya juga cukup kenal dengan pemilik usaha itu, kita pernah ada kerja sama

dalam satu ya bisnis kecil-kecilanlah. Ya, kalaupun ada pelayanan yang kurang, jujur saya enggak

segan ngomongin sama dia, kan untuk kebaikan apa salahnya, kecuali saya ngejelekin

laundrynya, ya itu baru salah

P: menurut abang apakah pemilik laundry ini bertanggung jawab?

Fah: dan setahu saya, orang nya asik kok, bertangung-jawab. Ya kadangkan, namanya juga

karyawan, kan dia punya tuh beberapa karyawan, jadi secara tidak langsung dia kan gak ikut

dalam proses-proses kerja di laundry

P: menurut abang hal apa yang membuat laundry ini menarik?

Fah: kalau pertanyaanya, hal apa yang membuat laundry itu menarik, ini ya, jujur saja nie,

sepanjang yang saya tahu disekitar daerah pondok cabe ini, Cuma laundry dia tuh yang ngadaian

layanan antar jempu secara gratis, yang lain mah enggak teh, dan juga kan disini rasa kan

masyarakatnya banyak pekerja, karyawan, jadi tau saja Jakarta, kan macet tuh, kadang nyampe

sudah jam delapan, belum lagi mandi, makan malam, istirahan, jadi laundry yang lain cepat

tutupnya, nah di laundry ini kan tutup sampe jam 10 malam, jadi orang-orang pada bisa ngambil

atau bawa pakaian kotor gitu, sepulang kerja. teteh, boleh deh lihat sepanjang pondok cabe lima

ini ada tiga laundry, perhatiin saja, jam delapan sudah pada tutup. apalagi saya, saya kan kalau

sudah sabtu atau minggu sering pulang tuh kerumah yang di serang, nah baliknya lagi kesini ya

senin pagi, jam enam atau jam tujuah pagi sudah disini, kan pakaian kerja saya sudah rapih tuh,

biasanya kalau saya enggak dirumah, mereke letakin tuh depan pintu, ini yang membuat saya

merasa sangat nyaman. kebayang coba teh, mana ada laundry yang buka jam enam pagi, tapi

itulah laundry ini mereka sudah persiapkan dimalam hari, jadi paginya enggak kewalahan

P: menurut abang menglaundry ini prilaku konsumtif gk?

Fah: prilaku konsumtif, saya rasa teh, kalau hanya sekedar menggunakan jasa laundry enggalah

ya, tapi kalau foya-foya membeli barang-barang yang enggak ada gunanya ya boleh jadi. Atau

juga boros semuanya mau dibeli, apa yang dimiliki orang, dia juga harus miliki. Itu dah teh setahu

xxxi

2. Informan Eyang

Pengguna Jasa Laundry Paket Bulanan

Wawancara Pertama 10 Juli 2016

Lokasi Jalan lombok No 126

saya orang yang konsumtif hehehe, tapi enggak tau juga sih gimana teori-teorinya. bagaimanapun

sekarang ini serbah canggih, serba praktis, orang kan lebih tertarik dengan yang praktis, cepat,

siapa sih orang mau ribet. Jadi wajarlah ya orang yang tidak memiliki banyak waktu untuk

menggunakan jasa laundry, tapi iya juga sih ada juga memang karena malas

P: berapa usia eyang?

Eyang: Umur Eyang mah, sudah ada 65 tahuan

P: udah berapa lama eyang

Eyang: kalau eyang, sudah lebih dari setahunan langganan di Nauli Laundry, mbak

P: bagaimana pengalaman eyang menglaundry di sana?

Eyang: ya sudah banyak pengalamanlah ngelondry disana, mulai dari pakaian rusaklah,

hilanglah, enggak bersihlah, pokoknya banyaklah

P: kenapa eyang menglaundry?

Eyang: Menurut eyang kalau ngelondry itu gak bikin eyang pusing, kalau eyang nyuci sendiri itu

belum beli sabunnya, belum beli pewanginya, belum listriknya, trus kalau hujan eyang lari-lari

ngangkatin, eyang kan udah tua kaadang capek sendiri gitu kalau harus nyuci di rumah,

P: kenapa eyang gak pakai jasa pembantu rumah tangga?

Eyang: Ada sih yang bantu- bantu dirumah, tapi diakan pulang pergi, jadi datang pagi pulang

siang trus tugas dia itu hanya masak sama beres-beres rumah aja.

Eyang: Jadi kalau urusan baju eyang mah mending laundr aja gak ribet gitu,

P: udah berapa lama eyang mnggunakan jasa laundry?

Eyang: Eyang udah lama langgangan laundry, udah hampir empatan tahunan, tapi eyang sering

pindah-pindah laundry, kadang kalau kurang nyaman eyang pindah lagi.

Tapi semenjak eyang laundry disini, ini yang agak lama nih, menurut eyang lebih nyaman

laundry disini, karena diantar jemput jadi eyang gak perlu ribet- ribet lagi datang ke laundry

Eyang: Ngantar yang bersih sekalian ngambil yang kotor, trus kadang kalau Vito lagi butuh

bajunya buat sekolah, eyang udah tua, jadi eyang suka lupa besok Vito pakai baju apa.

Teyang: rus eyang minta bundanya(anak eyang) suruh nelpon laundry minta diantar pakaiannya

buat besok, nah biasanya langsung dianter,

Eyang: Trus lagi kadang-kadang Vito bajunya itu di simpan di dalam tas, jadi eyang gak tahu

kalau bajunya masih kotor, Kan kalau udah pulang mbaknya, jadi harus minta balik lagi untuk

ngambil pakaian yang masih ketinggalan di dalam tas, menurut eyang jadi kita sama enak gitu,

ketika eyang butuh mereka cepet responnya

P: pernah gak eyang kommplain sama mereka kalau ada pakaian yang msh kurang beersih?

Eyang: Kalau eyang sama bundanya sih udah ngewajarin aja, kalau masih ada kotor-kotor dikit

mah namanya juga laundry banyak yang mereka kerjain.

P: eyang tahu gak berapa rata-rata eyang menglaundry dala sebulan?

Eyang: Gak tahu yah berapa kg eyang laundry dalam sebulan gk pernah ngitungin, tapi Tanya aja

sama orang laundrynya biasanya mereka punya catatatan, soalnya eyang kan ikut paket jadi bayar

aja, nanti tinggal di kurang kurangin, kalau udah habis bayar lagi, tapi biasanya eyang dalam

sebulan itu bisa 2 kali bayar.

Jadi mungkin sekitar kurang lebih 60 kilo kayanya, tapi gak tahu juga yah,

P: setiap laundry pakaian siapa yang paling banyak?

Eyang: Paling banyak itu pakaian Vito, dia ganti bajunya sering- sering banget mau maen lain

lagi pakaiannnya,

Trus itu baju untuk tidurnya itu, gak mau di pakai 2 kali, pokoknnya tiap hari ganti baju untuk

tidur, jadi numpuk pakaian kotornya, tapi kalau eyang kalau belum bau eyang pakai terus, supaya

ngurangin cucian juga

xxxii

3. Informan Rar

Pengguna Jasa Laundry Kiloan

Wawancara pertama 02 juli

Lokasi Jalan Sawi No 128, Pondok Cabe – Tangerang Selatan

P: sejak kapan ibu menglaundry?

Rar: aku ya gunain laundry ini sejak laundry ini ada di sini, ya sekitar satu tahunan

P: kenapa ibu memilih Nauli Laundry?

Rar; ya, laundry inikan dekat dari rumah, tetangga aku, kalau ada apa-apa kan dekat

P: apa biasanya yang ibu laundrykan?

Rar: oh, sebelumnya aku belum pernah melaundrykan pakaian, paling juga dulu karpet saja ya,

kesana, yang dekat Indomaret itu

P: dari mana ibu tahu tentang laundry ini?

tau laundry ini, ya arena memang tetanggga aku, ya jadi taulahkan namanya juga tetangga

Rar: Jujur saja, saya menggunakanjasa laundry ini, bukan karena tidak ada waktu ya, karena ya

memang saya tidak kerja, cuma suami yang kerja. Tapi ya gimana ya, seperti mbak tahu rata-

rata disinikan padalaundry, jadi ya ikut saja. Kadang ya namanya juga ibu-ibu ya suka

ngerumpi, terus suka ngomongin laundry, ya itulah jadi ikut. Padahal suami juga nanya kok

sekarang suka melaundry, ya kadang suami saya nanya gitu.

Rar: ya awalnya sih, Cuma ngelaundry pakaian kerja, tapi lama-kelamaan jadi males nyuci

pakaian hari-hari. ya pikirannya sekalian saja, kan beres, enggak usah tangung-tanggung

P: berapa rata-rata biaya yang ibu keluarkan untuk kebutuhan laundry?

Rar: kalau biaya untuk melaundry ya sekitar seratusan ribu deh setiap bulannya, ya itungan

kasarnya saja

P: pernah selama ibu menglaundry ada pakaian ibu yang rusak atau hilang?

Rar: oh, itu pernah aku alamin, ada baju kaos ku yang hilang, padahal baru aku beli satu

mingguan

P: apakah pihak mengganti atas pakaian ibu yang hiolang itu?

Rar: ya, memang mereka ganti, kalau enggak salah 150.000 deh, ya itukan bentuk tanggung

jawab mereka

P: berapa lama proses pengganti pakaian tersebut?

Rar: enggak lama kok, tapi ka awalnya mereka janji mau nyari dulu, mana tau keslip, mereka

janji semingguan, ya setelah itu enggak ketemu juga, mereka langsung ganti

P: berapa ibu membeli baju itu? apakah mereka mengganti 100% dari harga baju ibu?

Rar: aku beli kaos itu ya segitu 150.000 di Mall Cinere, awalnya sih enggak nyangka mereka

ganti sepenuhnya, setahu aku kan awalnya mereka Tanya berapa dulu beli aku bilang segitu, eh

ternyata mereka ganti segitu

P: apakah setelah kejadian pakian ibu yang hilang ibu kapok menglaundry di tempat itu lagi?

Rar : enggaklah, enggak kapok kok, biasalah khilaf, lagian mereka kan tanggung jawab juga,

sepanjang pelayanannya baik dan tanggung jawab, ya tetap jadi langgangn, contohnya saja aku

udah lebih setahuanan melaundry kesana

P: kenapa ibu tidak memilih untuk mencuci sendiri?

Rar: aku mah orangnya simpel saja, lagian kalaupun aku nyuci sendiri kanyaknya kerepotan

juga, disinikan tempat jemurnya, kecil. Banyak penghuni kontrakan lagi, kadang yang rebutan

ngejemur, ah malas lah ribut gara-gara itu

P: menurut ibu bagaimana dengan kualitas pelayanan mereka?

Rar: ya rapih la, mereka bungkus, wangi diparfumi, setrikanya juga licin, rapih

P: layanan laundry apa yang ibu gunakan dalam menglaundry?

Rar: kalau aku menggunakan yang regular 5000 per kilo, tiga hari

P: apakah ibu menggunakan jasa antar jemput gratis?

Rar: Kan saya sudah lama langganan, mereka juga sudah tau rumah ini, kadang juga saya gak

sempat untuk membawa laundryan ke sana, ya gimana pagi-pagi udah kerja,laundry belum

buka, pulang kerja juga sering malam, pas lewat dilaundry sudah tutup. Jadi diantarin saja,

mereka juga nawarin gitu. Biasanya ya, pakaian kotor saya letakin di depan pintu, dan pakaian

xxxiii

yang sudah jadi letakin juga disitu, kan beres

4. Informan Sas

Pengguna Jasa Laundry Kiloan

Wawancara Pertama 12 Juli 2016

Lokasi jalan Slada II No 3, Pondok Cabe – Tangerang Selatan

P: berapa usia ibu?

Sas: Usia 29 Tahun, Agama Islam

P: sejak kapan ibu menggunakan jasa laundry?

Sas: aku menggunakan laundry ini ya sudah sekitar enam bulanan deh sepertinya

P: jenis layanan apa yang ibu gunakan?

Sas: aku pake jenis layanan laundry yang tiga hari itu, ya yang biasa saja kalo gak salah, namanya

reguler ya

P: kenapa ibu menggunakan jasa laundry?

Sas: Gimana coba mba, disini orang kan pada laundry juga tuh. Kadang sih saya merasa gak enak,

kan disini jarang gitu orang ada jemur-jemur pakaian, dulunya sih masih mau nyuci sendiri,

kesini-sini kan jadi gak enak aja, jadi ikutan tuh nge-laundry. Tapi ya sih, gak dilarang juga sih

kalo mau nyuci. soalnya tetangga sini kan gunain laundry, terus aku coba cocok saja.

Sas: tadinya sih, cuci sendiri, terus kerena aku ada kesibukan beberapa minggu jadi gak

kesempatan nyuci, ya pakaian kotor jadi numpuk, itulah tetangga, ibu disamping ini ngasih tau

tuh laundry, ya udah aku caba, ya cocok lah

Sas: melaundry kan kita jadi enggak repot tuh, gak perlu nyuci, nyikat, gosok, ya simpel saja, tau-

tau bersih, tinggal pakai

P: pakain apa yang biasanya ibu laundry?

Sas: kalau kita melaundry ya, kan semuanya disetrika juga, baju anak-anak, baju hari-hari, kalau

nyuci sendiri ya paling yang disetrika baju sekolah sama baju kerja

P: siapa yang menyarankan ibu untuk menglaundry?

Sas: sebenarnya, ya enggak siapa-siapa yang nyuruh ya, tapi memang tetangga aku itu yang

saranin, karena memang aku curhat sama Dia masalah pakaianku yang numpuk

P: apa pendapat suami ibu terkait ibu menglaundry?

Sas: suami sih awalnya enggak koment apa-apa, tapi kesini-sini Dia malah nyuruh, hehehe. Ya

Dia taulah aku juga kan capek

P: apakah ibu pernah menggunakan jasa laundry lain selain disini?

Sas: pernah sih pindah ke tempat yang lain, itupun karena laundry, di Nauli itu lagi tutup, gak tau

ya kenapa tutup

Sas: tapi Cuma sekali doang aku pindah, gara –gara itu saja, kan udah enakan disitu saja, kalau

aku datang kan sudah kenal, ya itulah

P: berapa yang ibu anggarkan setiap bulannya untuk menglaundry?

Sas: kalau ditanya sudah menganggarkan, ya enggak juga sih mba, pokoknya kalau aku

melaundry, ya selasai bayar saja, jadi enggak pernah tuh, ada anggaran-anggaran spesial

P: berapa yang ibu bayarkan setiap laundrynya?

Sas: ya, kalau bayarannya sih tergantung ya, setahu aku kan sekilonya 5000, ya udah berapa kilo

dibayar

Sas: nah ini contohnya mba (sambil menunjukkan nota laundry) disinikan ada 5.6 kilo kan, ya

bayarnya 28000

kalau dirata-ratakan sih, pengeluaran ya sekitar 50000 ya perminggu, jadi sebulan tinggal

dikalikan saja ya, udah ketahuan tuh,n ya 200.000, lumayan juga sih

P: menurut ibu apa dampak negatif dari menglaundry?

Sas: dampak ya, apa yah, kalau dampak yang negatif ya enggak lah ya, paling ya lebih boros saja

mungkin

P: apa dampaok positifya dengan menglaundry?

xxxiv

Sas: kalau positifnya, ya bisa dibilang ya lebih simpel saja pekerjaan rumah tangga, terus pakaian

anak-anak, pakaian harian kan lebih rapih dari pada sebelumnya, kan semuanya disetrika, ya

mendingan saja mba

P: gimana pendapat ibu tentang kualitas layanan laundry ini?

Sas: baguslah ya, setrikaannya juga rapih kok

5. Informan Par

Pengguan Jasa Laundry Kiloan

Wawancara pertama 13 Juli 2016

Lokasi Jalan Kubis IV Pondok Cabe-Tangerang Selatan

Uraian

P: berapa usia ibu?

Par: Usia ya 35 tahun

P: Layanan apa yang ibu gunakan dalam menglaundry?

Par: yang kita gunakan yang biasa saja, mba. Yang harga 5000 per kilo itu

P: owh yang layanan laundry reguler yah?

Par: ya yang tiga hari selesai itu, tapi kita jarang mengambil tiga hari, biasanya empat hari,

pokoknya saya mengambil itu hari minggu sama rabu, ya itu

P : kenapa ibu menglaundry?

Par: kita menggunakan laundry, memang karena kita sibuk, mba. Jadi agar lebih gampang ya

kita menggunakan jasa laundry

Par: lagian juga kan, harganya gak mahal-mahal banget mba ya, ya hitung-hitung nyuci sendiri

kan dah ketahuan juga tuh berapa untuk ditergen, listrik, belum lagi waktu ngerjainnya

P: bagaimana tentang kualitas layanan laundry?

Par : ini juga loh mba, kalau laundrykan pakaian tuh wangi, mungkin dikasih parfum ya, jadi ya

kan lumayan juga, sudah tinggal pake, wangi lagi. Soalnya jujur ya, kita baju harian itu jarang

dikasih parfum

Par: ada lagi ini mba, dilaundry itukan boleh juga dipesan untuk kesini ngambil pakaian, kan

kadang juga gak sempat. bagi-bagi rejekilah, intinya sih senang menggunakan laundry, enggak

repot, enggak perlu nyuci, jemur, setrika, ya itulah. Apalagi tuh mensetrik, itu pekerjaan yang

melelahka

P: sejak kapan ibu menggunakan jasa laundry?

Par: kalau menggunakan jasa laundry, ya dari dulu kita sudah gunain, dari sebelum tinggal

disini, ya udah kebiasaanlah

P : dari mana ibu tahu tentang laundry ini?

Par: terus kita tahu laundry itu, ya Nauli Laundry maksudnya, dari apa, yang kayak iklan yang

ditempel-tempel itu, kebetulan ditempelnya dekat rumah, pas baca, terus langsung deh kita

telepon, ya di iklannya itu ada nomor handphone nya

P: sudah berapa kali pindah laundry sejak disini?

Par: kita enggak pernah pindah-pindah laundry sejak tinggal disini

P: kenapa ibu lebih memilih laundry ini?

Par: karena ya, kan kalau ditelefon mereka kan datang jemput pakaian, coba kalo kita pindah-

pindah kan jadi bingung

ya intinya langganan saja, lagian juga mereka layanannya bagus kok, kalo kurang bersih mereka

bilang kurang bersih

P: apakah ibu pernah komplain soal pakaian ibu yang kurang bersih atau rusak?

Par: maksudnya gini mba, kadang kan ada satu atau dua potong pakaian kita tuh enggak dikasih,

mereka minta waktu untuk membersihkannya lagi, karena masih kotor katanya, ya kita kan

senang juga, artinya mereka menjaga kualitas

P: berapa rata-rata yang ibu keluarkan untuk menglaundry?

Par: kalau kita sebulan mungkin ya sekitar 150.000sampai 200.000 rupiah ya

P: berapa kali rata-rata ibu menglaundry dalam seminggu?

xxxv

Par: rata-rata menggunakan laundry satu minggu, dua kali. Tapi kadang juga mau sekali, juga

mau tiga kali, tapi itu tadi rata-ratanya dua kali, mba

P: berapa setiap bulannyan ibu anggarkan untuk menglaundry?

Par: enggak, enggak ada tuh dianggarkan segala, ya ngalir saja, datang pakain langsung bayar,

kadang juga pakaian yang masih baru dijemput nih, yang kotor sudah kita bayar duluan

P: kalau untuk keperluan yang lainnya ada gak ibu anggarkan?

Par: ya intinya sih, biasa saja, enggak ada tuh di kita, untuk laundry sekian, untuk jajan sekian,

enggak-enggak ada mba

P: menurut ibu apa dampak dari menglaundry?

Par: dampak ya, ya dampaknya pakaian bersih kalinya, hehehe

gimana ya, kan kita enggak kewalahan lagi sih intinya, sudah ada yang bereskan pakaian kotor

P: dengan menglaundry bukannya tambah mahal bu?

Par:kalau dari segi pengeluaran, wajarlah segitu, gak mahal juga lah mba

P: dengan adanya laundry membuat orang jadi malas mencuci benar gk bu?

Par: tapi iya juga sih ya, jadi malas nyuci, karena sudah keenakah laundry, kadang kan pernah

juga lho mba, saya nyuci seragam anak-anak tuh, baru dikit saja nyuci, langsung capek rasanya,

itu sih yang dirasa ya

P: apakah mereka membungkus pakaian dengan rapih?

Par: Ya, mereka membungkus pakaian itu rapih, pakai plastik

P: apakah menurut ibu cukup wangi pakaian ibu di laundry?

Par: wangi juga tuh, kan dikasih parfum itu sepertinya

P: gimana menurut ibu tentang pelayanan mereka?

Par: terus mereka juga responsif ya, kalau mau ngantar mengkonfirmasi dulu, kita ada atau

enggak

kalau ditelefon juga mereka datang, ya responlah sama pelangganya

6. Informan PR

Pengguna Jasa Laundry Kiloan

Wawancara Pertama 18 Juli 2016

Lokasi Jalan Kubis IV, Pondok Cabe - Tangerang Selatan

P (Peneliti):

Pr: Usia 46 Tahun

P: kenapa bapak menggunakan jasa laundry?

kan kemarin banyak yang ikut melaundry disitukan kan, terus nyoba dulu disitu yang regular saja,

siapa tahu hasilnya bagus ya

P: Apa alasan bapak menggunakan jasa laundry?

Pr: Pada awalnya sih, saya melaundry karena baru pulang dari kampung ada urusan tuh disana, jadi

saat pulang pakaian kotor tuh jadi pada numpuk, ya gimana lagi, capek, ya laundry saja, tinggal

bayar, ya sudah rapih. Kebetulan tuh tetangga saya juga melaundry jadi dia yang ngasih tau ada

tempat laundry dekat sisni. Terus kesini-kesininya jadi keterusan, ya itulah. Jadi kebiasaan gitu,

padahal disini ada mesin cuci juga. Ya gitulah kan lebih praktis

P: layanan jasa laundry apa yang bapak gunakan?

Pr: jadi kan rutin menggunakannya, yang yang regular saja sih

P: apakah bapak pernah menggunakan jasa laundry satuan?

Pr: tapi kadang nyoba juga yang satuan, karena memang untuk nyuci badcover disana enggak

kiloan, harus satuan

P: apakah bapak tahu harga jasa laundry satuan?

Pr: kalau badcover 20.000

P: apakah bapak alasan bedcover menggunakan jasa satuan?

Pr: enggak tau ya persis alasannya apa, kok bedcover harus laundry satuan, mungkin berbeda

penangannya ya, tapi wajarlah bedcover kan besar, enggak seperti pakaian, ya kalau hitung-

hitungan yah gak mahal lah ya

xxxvi

P : kenapa bapak menggunakan jasa laundry?

Pr: Jujur saja ya, alasan utamanya ya alas saja

P: apakah bapak sibuk bekerja?

Pr: kalau dikatakan sibuk, ya enggak juga sih. Kalau dipikir-pikir bisa saja saya nyuci, tapi itu tadi

masalahnya, ya yang malas lah

P: apakah bapak tahu mengenai jenis layanan jasa yang ada di Nauli Laundry?

Pr: setahu saya ya, dilaundry itukan banyak layanannya, paket-paketnyalah, jadi dulu awalnya saya

gunakan yang kiloan itu, yang tiga hari baru selesai, sekarang ini lebih suka yang ekspres kan cepat

satu hari saja, sekarang diantar, besoknya sudah rapi tuh. Terus, kalu untuk nyuci kayak jaket, nah

itu saya pakai yang satuan, ya lumayan sih bedanya dibanding yang kiloan. Tapi wajarlah, kan

itukan dikasih pake gantungan, gantungan baju, jadi jaket saya gak kusut, kan gak dilipat, yang

satuan itu kan digantung

yang kedua mungkin, ya ngambil simpelnya saja, itu saja sih mbak

oh iya, satu lagi mungkin ya murah, kalau mahal mah saya mikir-mikir juga tuh

P: sudah berapa lama bapak menglaundry?

Pr: ikut nyuci di laundry ya da sekitar delapan bulanan ada kali ya, pokok sudah lama lah mbak

P: dari mana bapak tahu mengenai Nauli Laundry?

Pr: saya tau Nauli Laundry itu awalnya, kan saya makan tuh disamping laundry itukan ada warung

makan, terus saya lihat-lihat, saya nanya, ya sudah jadi tertarik mau nyoba

P: dalam sebulan berapa uang yang harus bapak keluarkan untuk menglaundry?

Pr: kalau dengan biaya untuk melaundry, saya enggak terlalu banyak ya, ya kalau di total-total

sekitar 100.000 per bulan adalah

P: menurut bapak bagaimana dengan pelayanan yang ada di Nauli Laundry?

Pr:simpelnya saja begini, namanya juga orang kan usaha kan, tentu saja mereka mengutamakan

pelayanannya kepada pelanggan

Pr: makanya dulu saya pernah protes tuh, ada celana saya yang kurang bersih, masih kotor banget

tuh bagian belakang, terus saya lapor kesana, ya mereka menerima untuk mencuci ulang kembali

P: apakah dikenakan biaya lagi ketika dicuci ulang?

Pr: oh enggak bayar lah, kan kita protes, dan itulah senangnya kita ya mereka menerima kalau kita

protes

P: menurut bapak apakah mereka kurang teliti saat bekerja?

Pr: ya namanya juga manusia ya, kitakan masih punya perasaan, mungkin mereka lagi kecapean,

sehingga kurang teliti, ya intinya maklum saja, sepanjang mau bertanggung jawab

Pr: tambahan lagi, bahkan mereka mau mengantarkan celana saya itu, kesini, kan kita jadi, apa yah,

ya terima kasih lah

P: apakah bapak tidak merasa takut ada pakaian bapak yang hilang atau rusak?

Pr: memang ada sajalah ya, tantangan-tantangan kalau kita menggunakan jasa, pun juga mereka

yang punya usaha juga ada jugalah tantang-tantangannya, yang pentingkan kita sama-sama

mengerti, maklum, dan tanggung jawab

P: apakah bapak mengetahui laundry ini dari iklan?

Pr: kalau tentang iklan ya, saya tau tentang laundry itu tidak dari iklan, seperti yang saya katakan

tadi saya taunya pas mau makan di warung makan itu, tapi iya saya pernah melihat sekilah ada

iklan-iklan yang dipajang di gang dekat sini, ya itu pernah deh, klau gak salah saya lihat, tapi

sekilas saja, saya gak begitu teliti ya apa isi iklannya, hehehe

P: apakah bapak pernah melihat atau pernah dapat semacam brosur dari laundry ini?

Pr: oh… iya mbak, saya jadi ingat, dulu saya pernah dapat semacam kertas ukuran kecil yang

bisalah ya dikategorikan iklan, iya saya baca itu, ada seperti paket bulanan dah iya, seperti itu

P: kenapa bapak tidak menggunakan paket bulanan?

Pr: belum tertarik ya, hehehhe, karena kan kalau paket itu dibayarnya di awal, dan lumayan juga

harganya kan, kalau enggak salah sekitar seratus-ribuan ya

P: menurut bapak bagaimana dampak dari adanya laundry?

Pr: kalau dari segi dampak, saya rasa enggak ada dampaknya ya, inikan enggak dilarang sama

hukum, agama, masyarakat disini, hehehe

P: apakah bapak pernah kecewa mengenai pelayanan yang ada di laundry ini?

Pr: gimana ya, ya namanya juga mereka banyak yang dikerjakan mungkin ya, kadang juga kita

kecewa, lihat baju saya masih kotor tuh, di bagian kerah kemejanya

xxxvii

P: dengan adanya laundry membuat orang menjadi malas untuk mencuci, apakah bapak setuju

dengan pendapat saya?

Pr: oh.. gitu ya, ya memang jadi malas nyuci saja sih. Selebihnya enggak, atau bisa juga semakin

banyak pengeluaran.

7. Informan Baf

Waktu wawancara 18 juli 2016

Lokasi Jalan Cabe V No 58

P: berapa usia bapak?

Baf : Kalau umur, ya sudah bisa dibilang tua bapak ya, sudah 49 mau 50 nie

P: sudah berapa lama bapak menglaundry disana?

Baf: kalau bapak dek, ya sudang ada dah bangsa 10 bulanan melaundry disana

P: sebelum disini dimana lagi bapak pernah menglaundry?

Baf: ya memang sebelumnya bapak melaundry, yang di cabe empat itu, tapi maaf ya bukan mau

jelekin, disana bapak sering kehilangan pakaian, jadi bapak pindah, mau minta ganti ya gak tega,

harga laundry berapa, gantinya berapa

Baf: Gini mba ya, dulu saya melaundry bukan disini ya (Nauli laundry) ada disana tuh, tapi kadang

waktu saya untuk menghantar pakaian kotor itu gak ada, ya gimana saya kadang nyampe kerumah

sudah malam, pas mau ngambil laundrian sudah tutup, padahal besok pakaian mau dipakai lagi, kan

jadi ngerepotin. Ya dari situlah saya gak mau melaundry lagi. Eh pas kebetulan saya lihat ada

tempelan-templan iklan tuh didinding dekat rumah, adalaundry yang menawarkan layanan antar

jemput, ya saya hubungi, pas ada waktu saya datangi tuh ketempatlaundry, ya mereka bersedia, ya

saya melaundry lagi gitu.

Baf: terus bapak coba datang ke laundry ini, tapi sebelumnya bapak Tanya-tanya dulu seperti apa

kerjanya, bagaimana kalau pakaian hilang atau tertukar

nah yang jaga disana itu, jelasin sama bapak, bagaimana mereka mencatat jumlah pakaian, jenis-

jenis pakaian, bisa juga antar jemput, ada juga paket bulanan, ya banyaklah yang mereka ceritakan,

dan mereka kasih tuh daftar-daftar layanannya

P: Kenapa bapak tidak menggunakan jasa pembantu saja?

Baf: padahal sih, setelah dari laundry yang di cabe empat tadi, sudah enggak minat lagi gunai jasa

laundry.sudah kepikiran nyari orang yang kerja dirumah saja gitu

Baf: ya dipikir-pikir lagi, terus ibu juga nyaranin laundry ini, kan bapak bawa tuh daftar-daftar

layanan, terus bapak cerita juga bagaiman cara kerja mereka, ya akhirnya melaundry lagi deh

sampai sekaran, padahal dek ya sudah hampir saja ada orang yang mau bantu-bantu dirumah ini,

jadi bapak batalin saja

P: Menurut bapak bagaimana tentang laundry ini?

Baf : ya gitulah ya, orang pandai saja merayu pelanggan, tapi lumayan lah dek dibanding laundry

yang lama itu

P : menurut bapak bagaimana tentang layanan antar jemput?

Baf : ya lumayannya, kalau bapak pikir-pikir, yang awalnya bapak harus bolak-balaik ketempat

laundry itu, sekarang tinggal ditelepon atau sms, mereka datang, beres

P : harus bayar lagi gak pak kalau minta diantar atau dijemput?

Baf: enggak, enggak dek, ngantar itu enggak ada bayarannya, itu gratis, tapi Cuma bapak ya

namanya juga manusia kan, kadang kalau ada rejeki bapak kasih dah jajan-jajan beli permen lah

istilahnya. Pernah tuh, waktu ngantarin pakaian kesini, eh mereka mau pulang hujan deras benar,

kan kasihan mereka jadi kebasahan, terus kebetulan bapak punya jas hujan, ya bapak pinjamin saja,

terus bapak bungkusin makanan, kebetulan ada makanan ya lumayan enak dirumah, ya

kekeluargaan lah

P : Menurut bapak bagaimana tentang pelayanan mereka?

Baf: layanan yang lainnya ya, ini, kadang kan nanya juga lupa ya, kadang ada pakaian mau dipakai

besok misalnya, padahal waktu jatuh tempo selsainya lusanya, kalau kita minta tolong mereka bisa

selesaikan tuh satu potong pakaian untuk dipakai besok, itu paling enak tuh, dan lagi-lagi enggak

ada biaya tambahan, kitanya saja dong yang perasaan gitu, ya bapak kasihlah berapa, ala kadarnya

P: menurut bapak bagaimana tentang kualitas layanan mereka?

xxxviii

Baf: ya tetaplah dek, ada kekurangannya, ya kurang bersih lah, tapi kalau wajar enggap apa apalah,

tapi kalau terlalu kotor ya bapak bilangin, mereka rapikan lagi kok

Baf: juga kadang nganternya telat, tapi kalau enggak ada pakaian yang penting ya gak apa-apa,

sama-sama pengertian saja, kan tadi bapak da bilang kalau bapak minta tolong mereka tolongin

kok, kan enggak ada salahnya juga bapak memaklumi itu

8. Informan Tas

Wawancara 15 Juli 2016

Lokasi Jalan Slada I Pondok Cabe- Tangerang Selatan

P: berapa usia bapak:

Tas: Usia 34 tahun

P: Berapa kali rata-rata bapak menglaundry dalam seminggu?

Tas: oh ya, kalau saya melaundry itu, boleh dikatakan rutinlah yah, ya dalam seminggu ada saja

P: sudah berapa lama bapak menglaundry?

Tas: kalau gunain laundry ya sudah bisa dikatakan, udah lama banget, adalah setahunan lebih

P: jasa apa yang bapak gunakan dalam menglaundry?

Tas: iya, jasa yang saya gunakan disana itu cuci sama setrika juga

P : jasa kiloan ya pak?

Tas: oh, enggak, saya itu yang perpotong, satuan, enggak yang kiloan itu

P: kenapa bapak lebih memilih jasa cuci satuan?

Tas: alasannya, ya kan, gimanaya lebih bersih saja, karena yang saya laundryin itukan baju-baju

kerja saja, ya paling dua sampe 4 potong

Tas: Kalau saya mba, gak begitu tertarik ya, menggunakan cuci kiloan itu, ya namanya juga kiloan

ya, kan khawatir, entar hilang atau tertukar disana, kan jadi repot. Yang saya gunakan, ya cuci yang

satuan, gak apa-apa lebih mahal, kan lebih bagus juga hasilnya. Ya kita taulah, hargakan

menentukan kualitas

P: apakah bapak hanya menglaundry pakaain kerja saja?

Tas: iya betul, pakaian harian saya yang nyuci sendiri, itu tadi saya hanya mengunakan jasa itu

untuk pakaian kerja

P: bukannya laundry satuan lebih mahal pak dibandingkan laundry kiloan?

Tas: kan satuan, beda dengan kiloan, kalo gak salah kiloan itu lebih murah

Tas: ya bisa dikatakan, harga menentukan kualitaslah, hehehehe

P: menurut bapak bagaimana dengan kualitas landry satuan?

Tas: gini ya, misalanya kalau yang satuan itu, pakaian kita kan dihitung berapa banyaknya, terus

ditulis juga tuh dinotanya apa jenis-jenisnya, ya kemeja, celana, ya gitulah. Kemudian juga tuh,

kalau udah rapih tuh, pakaian saya enggak dilipat, digantung, mereka kasih gantungan baju, mereka

pelastikin satu per satu, jadi enggek lecek lagi, kalau dilipat kan, bisa saja jadi kusut bagian yang

terlipat, juga apa kelihatannya lebih rapih kan diplastikin

P: dari mana bapak tahu tentang laundry ini?

Tas: awalnya saya enggak melaundry disana dulu, saya melaundry setelah ada saudara pindah dari

sini, biasanya dia yang ngurusin baju kerja saya, nah kesini-sininya, setelah saudara saya enggak

ada lagi, ya saya lihat ada seperti toko pakaian sih sebelumnya, kirain itu jual baju, eh ternyata

laundry

Tas: ya, langsung saja saya datangi, saya tanya-tanya, terus dikasih daftar harga, nomer hendphone,

ya enggak beberapa lama, saya langsung coba saja, ya jadi keterusan sampai sekarang

P: berarti bapak tahu ada laundry ini karena bapak liat sendiri?

Tas: bukan, saya enggak ada yang nyaranin, ngasih tau disana ada Nauli Laundry, saya langsung

datang saja

P: kenapa bapak percaya pada laundry?

Tas: mengapa saya percaya, ya mungkin mereka kan usaha, enggak mungkinlah ngecewain

pelanggan, mereka kan membutuhkan pelanggan

P: selama bapak menglaundry pernah gak pakaian bapak hilang?

Tas: enggak, saya enggak pernah tuh kehilangan pakaian, dari sejak awal melaundry sampai

xxxix

sekarang, kan sudah saya katakan mereka mencatat jumlah dan jenis pakaian, nah waktu ngambil

kan kita lihat catatan yang aa di nota itu, pas atau enggak, ya sederhananya seperti itu, jadi kita

sama-sama menjagalah

P: selama bapak menglaundry pernah gak bapak mendapati pakaian bapak kena luntur atau rusak?

Tas: kalau rusak sama luntur, enggak juga, kan mereka itu katanya enggak nyampurin baju orang,

misal ni, baju saya enggak dicampuran sama baju pelanggan yang lain, jadi saya percaya baju saya

enggak ada yang luntur, jadi mustahil ada kelunturan

P: waktu pertama laundry apakah bapak menanyakan pakainnya di campur atau tidak?

Tas: iya dulu nanya, pas diawal-awal, pakaian dicampur enggak, mereka bilang enggak, alasannya

gini, bukan karena takut luntur katanya, kasihan saja kalau ada penyakit yang dapat menular, ya

masuk akal juga, bahkan disitu saya jadi tambah percaya, iya juga sih mba, namanya banyak orang

yang melaundry tuh, kan ada-ada saja mungkin yang kena penyakit menular

P: selama bapak laundry pernah ada yang rusaak gak pakaian bapak? Bagaimana bentuk tanggung

jawab mereka?

Tas: kalau rusak ya, sebentar saya ingat dulu, oh iya ya, pernah mba, iya dulu gini tapi enggak

parah ya, Cuma kacancing baju saja yang copot satu, itu pun bagian bawahnya, tapi saya enggak

komplein, besoknya saya laundry lagi tuh baju yang copot kancingnya, pas diambil lagi sudah

terpasang lagi, kayaknya mereka pasang deh

Tas: Ya itukan kita terima-kasih ya, mereka tanggung jawab walaupun masalah kecil, ya namanya

juga usahakan, harus jaga perasaan pelanggannya juga

P: apakah selama bapak laundry bapak pernah berhutang soal pembayarannya?

Tas: ya engga lah mba, untuk bayarnya, masak kita melaundry enggak bayar, hehehe, mereka kan

capek juga ngerjian baju kotor kita

P: apakah bapak sudah menganggarkan untuk laundry?

Tas: oh..., kalau itu ya sudah diperhitungkanlah lah, sekian untuk laundry, tapi enggak juga ya

dipersiapkan dengan matang segini untuk laundry, oh itu enggak ya berapa saja dibayar, jadi

enggak ada patokannya harus berapa

P: berapa rata-rata yang harus bapak keluarkan tiap laundry?

Tas: kalau biaya laundry saya, perpotong 15.000 kalau dua yang 30.000 sekali melaundry, kalu tiga

atau empat yang tinggal dikalikan saja kan berpaanya

P: setiap hari apa bapak menglaundry?

Tas: rata-rata saya yang banyak itu hari kamis, itu mau empat potong, untuk dipakai hari senin, kan

ngerjainnya tiga hari, hari minggu uda rapih, terus biasanya hari senin malam tuh dua potong,

kamis saya ambil, sambil letekin baju kotor lagi, gitulah seterusnya

P: menurut bapak apa dampak dari menglaundry?

Tas: apa ya dampaknya, saya rasa enggak ada, kalau dari pengeluaran biasa saja, enggak rugi-rugi

banget

P: apakah dengan menglaundry bapak berprilaku konsumtif?

Tas: berperilaku konsumtif? Enggaklah kan Cuma laundry doang, enggak beli mesin-mesinnya,

hehehe

P: dengan adanya laundry membuat bapak malas mencuci?

Tas: kalau saya enggaklah, enggak bikin malas tuh, misalnya untuk pakaian hari-hari saya masih

nyuci sendiri loh, hanya pakaian kerja saja, biar lebih rapi, kan baju kerja mba

Tas: kan saya rasa, saya ada pertimbangan, tapi enggak tau ya yang lain mungkin bisa jadi sih, jadi

menimbulkan malas, ya. Enggak perlu repot-repot lagi, pakai, kotor, tinggal di laundry, beres

P: menurut bapak bagaimana dengan pelaayanannya?

Tas: kalau respon saya sudah baik, pelayanannya tepat waktu, bersih, wangi juga

P:apa saran bapak tentang pelayannanya?

Tas: kalau sarannya, apa yah, ya mungkin pelayanannya saja lebih dimaksimalkan lagi

dari segi harga udah standar lah, enggak mahal-mahal amat

saya rasa sudah baik sih

xl

13. Informan Sem

Waktu wawancara 09 Juli 2016

Lokasi Jalan Kubis IV Pondok Cabe-Tangerang Selatan

P: berapa usia ibu?

Sem: Saya sudah lima puluan lebih, sudah nenek-nenek

P: sudah berapa lama ibu menglaundry?

Sem: Sudah lama dek, ada deh sekitar 10 bulanan ya melaundry disana

P; jenis layanan apa yang ibu gunakan?

Sem: ya saya khusus satuan

P: jenis pakaian apa yang biasanya ibu menglaundry?

Sem : ibu itu hanya menucuci bedcover, bantal, selimut, boneka cucu, ya itu-itu saja, jadi nyuci itukan

harus satuan, gak boleh dikiloin

P: kenapa ibu menggunakan jasa laundry?

Sem: kan kalau ibu sendiri yang nyuci, itukan repot benar, bedcover misalnya kan besar, mesin cuci

juga enggak masuk, belum lagi ngejermunya dimana, kan itu dek

Sem: kalau boneka, bantal kan susah keringnya, klau dilaundrykan mereka punya mesinnya jadi cepat

kering

simpel nya gini dek, pokoknya yang besar-besar, yang lama kering, sudah dikerjain di rumah ibu

bawak kelaundry

P: dari mana ibu tahu tentang laundry?

Sem: oh, awalnya sih kebetulan, sewaktu mereka ngantarin laundry kalo enggak salah ke warung

depan itu, iya depan rumah ibu ini, itukan ada warung pulsa, terus ibu tanya laundry ya, gitu

Sem : udah sekalian saja ibu suruh bawa, kalau enggak salah ingat pertama banget bedcover, mereka

langsung bawa, terus ibu dikasih nota, ya udah rapih langsung dibawa kemari lagi

P: kenapa ibu mau berlanggann di laundry ini?

Sem: kenapa lama langgan disitu, ya mungkin karena enak saja ya, cepat, biasaya dilaundry lain kan

badcover mau tuh sampe seminggu, disitu tiga hari sudah jadi

Sem: satu lagi ni, kadang kan ibu belum minta uang ke anak ibu, jadi belum bisa bayar, mereka enggak

apa-apa, ditunda dulu bayarnya, terus besoknya ibu hubungi untuk ngambil bayarnya, udah mereka

datang

jadi udah sama-sama percaya saja

P: apakah ibu pernah berhutang soal pembayaran laundry?

Sem: nah itu tadi dek, kadang kalau belum ada anggarannya ibu ngutang dulu lah istilahnya

P: dari ibu mendapatkan uang untuk laundry?

Sem: ibu kalau dikasih uang ama nak, ya dikasih saja, bukan khusus untuk bayar laundry, ya banyaklah

kebutuhan yang lain

P: apakah ibu menganggarkan untuk pembayaran laundry?

Sem: untuk bayar laundry, ya berapa dibayar saja, enggak ada tuh direncankan sekian harus berapa,

atau sekali melaundry harus berapa, itu enggak dek

P: menurut ibu apa dampak dari laundry?

Sem: belum kepikiran itu apa dampaknya, tapi yang ibu rasakan kan lebih gampang saja, enggak perlu

repot-repot

P: bukannya dengan menglaudnry lebih boros bu?

Sem: kalau boros, enggak lah dek, kan enggak tiap hari paling juga dua minggu sekali, ibu melaundry

masih wajar-wajar sajalah pengeluaran untuk laundry

P: bagaimana tentang kualitas pelayananya?

Sem: ya pastinya sudah baik, bedcover kan dimasukin ke pelastik, itu sangat baik, dubungkus rapi,

kuat disteplesnya, jadi kan gini kadang badcover yang sudah dilaundry enggak langsung dipakai, tapi

disimpan dulu, kalau sudha kotor yang dipakai baru lah ibu pakai yang udah bersih tadi

P: bagaiman tentang kualitas wanginya?

Sem: kan mau lama tuh baru dipakai, tetap masih ada aroma laundry, jadi baguslahkan

P: bagaiman bnetuk pertanggung jawaban mereka?

Sem: Kalau bisa dibilang ya, memang mereka bertanggung jawab ya, kadang hal itu yang membuat

saya suka, jika kita komplain ya didengarin, dan mereka memang mencuci ulang pakaian yang masih

kotor itu, dan besoknya mereka sudah menghantarkan langsung kerumah saya. Ya itulah namanya juga

xli

usaha ya, kadangkala namanya manusia kan khilaf atau salah gitu

14 Informan Pak. Haji

Pengguna Jasa Laundry Satuan

Wawancara 15 Juli 2016

Lokasi Jalan Pondok Cabe II Tangerang Selatan

P: berapa usia pak haji?

Pak Haji: alhamdulillah, usia pak haji mah udah mau kepala enam, ya 59 lah, udah tua

P: sudah berapa lama pak haji menglaundry?

Pak haji: udah lama, uda lama banget, mereka saja udah hafal tuh baju pak haji yang mana-mana saja

kalau dihitung-itung ni yak, lebih setengah tahuanan dah

P: apa biasanya yang pak haji laundry?

Pak haji: Kalau pak haji mah nyuci baju solat saja, baju gamis, dua kali pakai langsung cuci ke laundry

P: pak haji gunain yang kiloan apa yang satuan?

Pak haji: enggaklah ah, sayang dikiloan, hehehe, kan beli juga dulu satu, bukan kilo, nyucinya juga

satuan, hehehe

gini neng ya, baju solat pak haji itu kan besar-besar, panjang, warna putih lagi, kadang kalu cucu atau

yang bantu-bantu disini yang nyuci pada kagak persih dah

baju itukan dipakai solat, ya wajib bersih, menghadap Allah kita, harus bersih lahir batin

P: kenapa bapak memilih laundry ini?

Pak haji: nah itu neng, kalo pake laundry nie, bersih yang putih-putih enak dah ngeliatnya

P: kalau yang satuan digantung ya?

Pak haji: iya, digantung tuh baju pake henger, kan enggak lecek-lecek, rapi dari bawah sampe atas

P: pak haji tahu gak tentang iklan yang digunakan laundry ini?

Pak haji: waduh itu mah, pak haji enggak tau, ada iklan-iklannya, tapi pak haji tau dari sananya saja,

ditempat laundry

mungkin saja sih ada iklan-iklan itu, tapi pak hasi taunya itu dari laundrynya langsung

P: apakah pak haji pernah liat atau tahu ada spanduk yang di pasang di laundrynya?

Pak haji: ya taulah, kan di tokonya ada tuh tertulis besar-besar Nauli Laundry

P: bagaimana dengan pelayanan mereka?

Pak haji: alhamdullih yak, mereka itu kalau dimintai jangan dikasih wangi-wangin yang mengandung

alkohol mereka enggak kasih tuh, kan baju solah

ya gimana neng, kita inikan antara penyedia jasa sama yang gunain jasa mah harus saling percaya,

yang situ ngerjain dengan amanah, yang kita juga harus percaya, kalu saling curiga ya gimana

urusannya

P: apakah pak haji menganggarkan untuk pembayaran laundry?

Pak haji: alhamdulillah, adalah untuk anggaran, enggak sombong ni ya, maaf ni neng, bukan pak haji

mau ria, pak haji selalu lebihin bayarnya, ya itung-itung amal, kan mereka juga udah mau nyucian baju

pak haji

P: berapa yang pak haji anggarkan tiap bulannya?

Pak haji: enggak kepikiran tuh, harus berapa anggaran, berapa ya bayar, engak harus ditekankan segini,

segitu, enggaklah, pakaian untuk ibadah kok itung-itungan

P: menurut pak haji dengan mneglaundry menjadi malas?

Pak haji: oh itu, ya itu tadi neng, kalau melaundry, karena malas, kan udah jelek tuh niatnya, tapi kalau

enggak sempat atau lagi sibuk, ya bisa dibantu sama laundry, atau pengen hasil yang maksimal yang

insyaallah laundry bisa bantu

P: menurut pak haji bagaimana dengan kualitas pelayanannya?

Pak haji: Alhamdulillah, baik, bagus, bersih

1 Timbangan gantung 13 Model packing satuan 2 Meja setrika 14 Model setrika uap 3 Hasil setrika 15 Proses memparfumi 4 Pakaian yang sudah disetrika 16 Spanduk laundry 5 Penyusunan pakaian di rak 17 Timbangan laundry 6 Model jemuran 18 Model packing bedcover 7 Model jemuran 19 Baner laundry 8 Proses pensortiran 20 Mesin cuci laundry 9 Proses mentag un 21 Mesin pengering laundry 10 Proses pensortiran pakaian 22 Buku pemasukan laundry 11 Tampak luar tempat laundry 23 Papan informasi 12 Spanduk iklan