252
POLA PEMBINAAN MANTAN NARAPIDANA KASUS TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT DI YAYASAN PRASASTI PERDAMAIAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Mutiah Robiah Al Adawiyah NIM 11150520000008 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2020 M

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

POLA PEMBINAAN MANTAN NARAPIDANA KASUS TERORISME

MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT DI

YAYASAN PRASASTI PERDAMAIAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Mutiah Robiah Al Adawiyah

NIM 11150520000008

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/ 2020 M

Page 2: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

ii

POLA PEMBINAAN MANTAN NARAPIDANA KASUS TERORISME

MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT DI

YAYASAN PRASASTI PERDAMAIAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh

Mutiah Robiah Al Adawiyah

NIM 11150520000008

Pembimbing

Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW

NIP: 19740101 200112 2 003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/ 2020 M

Page 3: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pola Pembinaan Mantan Narapidana Kasus

Terorisme melalui Program Disengagement Di Yayasan Prasasti

Perdamaian (YPP)” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Pogram

Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Februari 2020. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 09 Maret 2020

Sidang Munaqosyah

Ketua Sekretaris

Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si Ahmad Fatoni, M.Sos

NIP. 19650301 199903 1 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Muhtar Mochamad Solihin, M.Si Tasman, M.Si

NUPN. 9920113247 NIP. 197 30201 201411 1 003

Pembimbing

Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW

NIP: 19740101 200112 2 003

Page 4: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

LEMBAR PERNYATAAN

Yang Bertanda Tangan di bawah ini:

Nama : Mutiah Robiah Al Adawiyah

NIM : 11150520000008

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul POLA

PEMBINAAN MANTAN NARAPIDANA KASUS

TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT

DI YAYASAN PRASASTI PERDAMAIAN (YPP) adalah

benar karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat

dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam

penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya

dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata

skripsi ini sebagianatau keselutuhan merupakan plagiat dari orang

lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 13 Februari 2019

Mutiah Robiah Al Adawiyah

NIM 11150520000008

Page 5: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

5

ABSTRAK

Mutiah Robiah Al Adawiyah, NIM 11150520000008, Pola

Pembinaan Mantan Narapidana Kasus Terorisme melalui

Program Disengagement di Yayasan Prasasti Perdamaian

(YPP), Di bawah Bimbingan Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW,

MSW.

Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak

terbatas oleh ruang dan waktu sehingga dibutuhkan berbagai

upaya untuk menanggulanginya. Salah satu upaya tersebut adalah

program disengagement. Penelitian ini bertujuan untuk 1)

menganalisis pola pembinaan mantan narapidana kasus terorisme

(napiter) melalui program disengagement dan 2) menganalisis

dampak program disengagement dalam pembinaan mantan napiter

di Yayasan Prasasti Perdamaian, Jakarta Selatan.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif dengan metode fenomenologi. Informan dalam

penelitian ini berjumlah 3 orang mantan narapidana kasus

terorisme dan Direktur Pendampingan Yayasan Prasasti

Perdamaian yang ditentukan melalui purposive sampling. Analisis

data menggunakan deskriptif naratif Miles and Huberman yang

terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pola pembinaan

mantan napiter menggunakan pendekatan heart, hand, and head

dan pendekatan humanisasi. Dalam pelaksanaannya, tidak hanya

mantan naraidana kasus terorisme, tapi juga istri dan anaknya 2)

dampak dari program disengagement adalah melunaknya hasrat

teror seorang mantan narapidana kasus terorisme dan terciptanya

lingkungan baru sehingga mampu mengembangkan interaksi

napiter tersebut. Selain itu, mantan napiter juga aktif dalam

membantu program YPP, membantu mantan napiter lainnya, dan

juga memilih untuk bekerja.

Kata Kunci :Pola Pembinaan Mantan Napiter, Program

Disengagement, Mantan Narapidana Kasus

Terorisme, Yayasan Prasasti Perdamaian.

Page 6: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

vi

KATA PENGANTAR

الرحيمحمن ر بسم هللا ال

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

memberikan kita rahmat tanpa diminta, mengasihi dengan cinta

yang tak terbatas, dan menjadikan kita memperoleh nikmat dengan

memeluk agama Islam. Shalawat serta salam tetap tercurahkan

kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Pribadi yang

sempurna, personal yang mempesona, yang patut dijadikan idola,

dan semoga kita menjadi ummatnya yang terbaik, sehingga pantas

mendapat syafaatnya di haqi kiamat. Amiin.

Merupakan pengalaman yang berharga bagi penulis yang

tidak mudah untuk dilupakan di kemudian hari, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pola Pembinaan

Mantan Narapidana Kasus Terorisme melalui Program

Disengagement di Yayasan Prasasti Perdamaian. Perjalanan

dalam penulisan skripsi ini tidak dapat dikatakan mudah, karena

harus melalui berbagai proses yang membutuhkan banyak tenaga,

tantangan, dan kesabaran. Namun, karena kegigihan dan

kesabaran, dan dukungan dari banyak pihak, alhamdulillah,

penulisan skripsi ini bisa selesai dan menjadi penutup di jenjang

sarjana sebelum wisuda.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari terdapat

banyak kekurangan, semua itu merupakan keterbatasan penulis

dalam hal pengetahuan yang dimiliki. Dan sangat mengharapkan

Page 7: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

vii

kritik dan saran untuk mengkoreksi dan melalukan perbaikan di

kemudian hari.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak semata-mata

hasil kerja sendiri, melainkan juga berkat adanya motivasi,

bimbingan dan dorongan, dari berbagai pihak. Dan dalam

kesempatan ini, dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terimakasih kepada berbagai pihak, terutama kepada orang tua,

Almh Lathifah Mahfudz, BA, Ibunda yang telah mendidik agar

menjadi insan mandiri, dan Ayahanda Alm Badawi Umar, SQ,

yang diakhir hidupnya terus mengingatkan kewajiban

menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya, penulis ingin

menyampaikan terimakasih pada pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini,

diantaranya:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr.

Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW selaku Wakil Dekan

bidang akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA. Selaku Wakil

Dekan bidang Administrasi Umum, dan Cecep

Castrawijaya. MA. Selaku Wakil dekan Bidang

Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.

2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si dan Artiarini Puspita

Arwan, M.Psi selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan

Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah memotivasi agar menyelesaikan skripsi tepat waktu.

Page 8: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

viii

3. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW, selaku dosen

pembimbing yang senantiasa mengarahkan dan

membimbing penulis dengan rinci dan telaten dalam

penyusunan skripsi ini ditengah-tengah kesibukannya.

4. Dra Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan

Bimbingan Penyuluhan Islam periode 2010-2019.

5. Bapak dan ibu dosen jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan selama 4

tahun ini dan civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama,

serta Perpustakaan Paska Sarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Seluruh informan penulis, Mbak Khariroh Maknunah,

perwakilan dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Mas Riki

Rianto, Pak Echo Ibrahim, dan Pak Machmudi Hariono

yang memberikan informasi berharga dan membuka

cakrawala pemikiran penulis lebih luas lagi.

8. Seluruh keluarga penulis, Bulik Anisah Mahfudz, Paklik

Imron Rosyadi Hamid, Mas Ahmadi Fathul Wahab, Ahsani

Fathur Rahman, Mbak Amiliah Alfa Nuri, Mbak

Wahidatus Sholihah, Mbak Nafisatul Qoyyimah atas

dukungan dan motivasi-motivasinya.

9. Dr. Lutfi Zuhdi, Bapak Syauqillah, Mbak Ajeng yang telah

menghubungkan penulis dengan informan

Page 9: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

ix

10. Seluruh teman-teman terdekat penulis, Silmi Sholihah, Nur

Aisyah Firdausy, Sa’dullah Amin, Nadia Khanza, segenap

keluarga BPI angkatan 2015 dan keluarga BPI secara

keseluruhan.

11. Angkatan Ihna Darus Sunnah atas motivasi dan masukan-

masukannya.

12. Aya, Kembang, Kartika, dan teman-teman lainnya dari

Titik Nol English Course yang memberikan pengarahan

dan motivasi.

13. Teman-teman Himabi Jakarta, JHF Jakarta yang

memberikan motivasi kepada penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara

terperinci. Terimakasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala dorongan, nasihat, motivasi yang

diberikan kepada penulis diberikan balasan oleh Allah

SWT. Jazākumullahu Ahsana al-Jazā’. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk

skripsi ini penulis harapan. Semoga skripsi ini dapat

menjadi penelitian yang bermanfaat.

Jakarta, 18 Januari 2019

Penulis

Mutiah Robiah Al Adawiyah

Page 10: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................... 9

D. Metodologi Penelitian ......................................... 9

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................... 16

F. Sistematika Penulisan ....................................... 20

G. Kerangka Berpikir ............................................. 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Dasar Hukum .................................................... 24

B. Pola Pembinaan ................................................. 27

C. Disengagement .................................................. 30

D. Mantan Narapidana ........................................... 34

E. Terorisme .......................................................... 35

F. Teori Pendekatan Islam Humanistik dan Teori Life

Skill .................................................................... 50

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN PRASASTI

PERDAMAIAN

A. Sejarah Yayasan Prasasti Perdamaian ............... 56

B. Lokasi ................................................................ 56

C. Visi dan Misi ..................................................... 57

D. Program Yayasan Prasasti Perdamaian ............. 57

Page 11: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

xi

E. Struktur Organisasi ........................................... 68

BAB IV DATA DAN TEMUAN LAPANGAN

A. Deskripsi Informan............................................ 72

B. Kerjasama Yayasan Prasasti Perdamaian.......... 76

C. Peran Staf Yayasan Prasast Perdamaian ........... 77

D. Pola pembinaan mantan narapidana kasus

terorisme yang dilakukan Yayasan Prasasti

Perdamaian ........................................................ 78

E. Pendekatan Heart, Hand and Head (3H) dan

Pendekatan Humanis ......................................... 81

F. Dampak Program Disengagement bagi Mantan

Narapidana Kasus Terorisme ............................ 82

G. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ..... 78

H. Solusi Pola Pembinaan Mantan Narapidana Kasus

Terorisme .......................................................... 87

I. Harapan Penanggulangan Kasus Terorisme ..... 91

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek .......................................... 98

B. Analisis Pola Pembinaan Mantan Narapidana

Kasus Terorisme melalui di Yayasan Prasasti

Perdamaian ........................................................ 99

C. Analisis Pendekatan Heart, Hand and Head (3H)

Humanisasi ...................................................... 106

D. Analisis Dampak Program Disengagement yang

dilakukan Yayasan Prasasti Perdamaian kepada

Mantan Narapidana Kasus Terorisme. ........... 112

Page 12: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

xii

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................... 122

B. Implikasi .......................................................... 123

C. Saran ................................................................ 124

DAFTAR PUSTAKA ................................................... 126

LAMPIRAN .................................................................. 131

Page 13: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Informan Penelitian .................................................... 14

Tabel 1.2 Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................... 16

Tabel 5.1 Tabel Identitas Subjek ................................................. 99

Tabel 5.1 Tabel Analisis Pendekatan Heart, Hand and Head ... 109

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Teknik Analisis Data ............................................. 15

Gambar 1.2 Kerangka Berpikir .................................................. 23

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Yayasan Prasasti

Perdamaian ................................................................................ 68

Gambar 4.1 Program Yayasan Prasasti Perdamaian untuk Mantan

Narapidana Kasus Terorisme ..................................................... 79

Gambar 5.1 Proses pola Pembinaan mantan narapidana kasus

terorisme Yayasan Prasasti Perdamaian ................................... 100

Page 14: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terorisme menjadi peristiwa yang merisaukan seluruh

bangsa. Tidak hanya terjadi di Indonesia, kasus terorisme telah

menjadi kejahatan lintas negara yang terorganisir. Artinya,

terorisme adalah sebuah kejahatan yang berkolaborasi antara

pelaku yang ada di dalam dan di luar negeri. Menurut Ali Masyar,

terorisme adalah hostes humanis generis, yaitu musuh umat

manusia. Sehingga, diperlukan tindakan yang luar biasa untuk

menanggulangi dan mencegah perkara tersebut.1

Selain itu, Terorisme adalah kejahatan yang mendapatkan

bantahan dari seluruh bangsa di dunia karena merusak nilai-nilai

kemanusiaan dan dampak yang dihasilkannya, yaitu terganggunya

keselamatan masyarakat, militer, dan instalasi negara, rawannya

keamanan pemerintah atau kepala negara, dan rusaknya fasilitas

umum yang disebabkan oleh terorisme.2

Sebagaimana yang disampaikan oleh Hamidin, terorisme

terjadi diawali oleh kelompok terorisme Al-Qaeda di Afganistan

dan Pakistan. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa Indonesia juga

tidak luput dari kasus terorisme, hal itu dapat dibuktikan dengan

adanya kelompok Jamaah Al Islamiyah, yang melakukan tindakan

1 Ali Masyar. 2009. Gaya Indonesia Menghadapi Terorisme: Sebuah

Kritik Kebijakan Hukum Pidana Terorisme di Indonesia, Bandung: Mandar

Maju h 6.

2 Muhammad Ali Zaidan. 2017. Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme (Pendekatan Kajian Kriminal). Seminar Nasional Hukum Universitas

Negeri Semarang 3:1 h 2

Page 15: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

2

terorisme dengan serangan bom. Jenis bomnya juga beragam, yaitu

bom bunuh diri atau bom timer.3

Mengetahui betapa merugikannya terorisme, tentu penting

pula mengetahui apa yang melatarbelakangi tindakan tersebut.

Terorisme kadang mengatasnamakan agama tertentu untuk

melancarkan aksinya. Padahal, agama yang seharusnya

mengajarkan cinta dan kasih, tidaklah pantas dinyatakan dalam

bentuk teror. Anggapan kaum radikalis hanyalah agamanya yang

benar. Sedangkan agama lain hanyalah agama buatan manusia

yang banyak dirubah dan dirombak oleh kaumnya sendiri. Mereka

mendasari pemkiran tersebut dengan ayat-ayat Al-Qur’an, salah

satunya sebagai berikut:

غ ت ب ي ن م و ر ي غ

ل ا

س

د م ل ن ي

ا ف م ل ب ق ي ن ل

ف و ه و ه ن ى ا ة ر خ ل

م ن

ال ر س اخ

ن ي Artinya: “Barang siapa mencari agama selain

agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan

diterima (agama itu) daripadanya, dan dia

diakhirat termasuk orang- orang yang rugi”.

(QS. Ali Imran:85)4

Demikian juga pernyataan dalam QS Ali Imran ayat

19:

إ ن

ع ن ي الد هللا د ن

ل ا

س

م ل م و

ت ا اخ

ل

ف

ذ ال

ن ي و أ

و ت

ك ا ال

اب ت

إ

م ه اء ا ج م د ع ب ن م ل ع ال

ب م ل

ي ن م و م ه ن ي ا ب ي غ

أيت ب ر ف ك

هللا إ ف

ر س هللا ن ع ي

اب س ح ال

3Hamidin. 2007. Wajah Baru Terorisme: Transformasi Jaringan,

Gerakan, dan Modus Kelompok Terorisme Domestik dan Global. Bogor: Pusat

Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme h 2

4 Departemen Agama. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya.

Bandung; Sygma Examedia hal 61

Page 16: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

3

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai)

disisi Allah hanyalah Islam., tiada berselisih

orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali

sesudah datang pengetahuan kepada mereka,

karena kedengkian (yang ada) di antara

mereka, barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat

Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat

hisab-Nya”. (QS. Ali Imran:19)5

Menurut pemahaman aliran Wahabi, para radikalis

beranggapan bahwa beragama tidak cukup hanya beribadah saja.

Agama juga harus diterapkan dalam wujud kenegaraan. Hal itu

yang mendorong mereka bersungguh-sungguh ingin mendirikan

negara yang menurut mereka akan memberlakukan hukum agama.

Namun, ada beberapa faktor lain yang membuat terorisme

berkembang secara pesat, yaitu faktor ekonomi dan faktor

heroisme. Keterlibatan remaja dalam terorisme juga dikarenakan

adanya ketertarikan mereka mengikuti kelompok teror dan

mengagumi betapa gagahnya para kelompok teror tersebut. Faktor

lain yang dapat memicu terorisme adalah dendam, seperti halnya

yang terjadi di Poso.

Pada perkembangannya, kelompok teroris adalah

kelompok yang berbahaya karena kemampuan mengorganisir

dengan baik. pembagian tugas dilakukan dengan jelas. Hirarki

disusun dengan jelas. Dan kelompok mereka adalah kelompok

yang solid.

Menyadari akan hal tersebut, pemerintah melakukan

berbagai upaya, antara lain dengan mengganti Undang-Undang

5 Departemen Agama. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya.

Bandung; Sygma Examedia hal 52

Page 17: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

4

Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme disahkan oleh DPR RI menjadi Undang-undang Nomor

15 Tahun 2003.

Dalam upaya institusional, pemerintah Indonesia

membentuk institusi primer yang terdiri dari Polri, Departemen

Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan,

Tentara Nasional Republik Indonesia, Badan Intelijen Negara.

Departemen Kesehatan, dan instansi lainnya.

Upaya lain yang dilakukan pemerintah dalam penegakan

hukum yaitu dibentuknya Satuan Tugas Bom dan Detasemen

Khusus 88. Kedua badan ini adalah bagian dari kepolisian yang

berfokus pada kasus terorisme. Lebih jauh lagi, pemerintah

membentuk badan khusus untuk menanggulangi kasus terorisme,

yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Terorisme adalah kasus yang terjadi karena beberapa

faktor, tentunya pelibatan berbagai institusi sangat diperlukan.

Sehingga pendekatan yang tepat dalam menanggulangi terorisme

bisa dilakukan dengan baik. Dalam pelaksanaannya, Indonesia

melakukan dua pendekatan untuk menanggulangi terorisme, yaitu

hard approach dan lebih ditekankan pada soft approach. Hal ini

dikarenakan penggunaan hard approach pada teroris tidak akan

menyelesaikan masalah terorisme hingga ke akarnya.

Penanggulangan yang dilakukan oleh Polri dan Densus 88 akan

berlanjut pada proses deradikalisasi.

Proses deradikalisasi dilakukan di Lembaga

Pemasyarakatan. Di dalamnya, narapidana teroris mendapat

pembinaan agar tidak mengulangi aksi terornya kembali. Namun,

Page 18: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

5

berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme,

pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan belum cukup efektif.

Sejumlah 15 persen dari 600 mantan narapidana terorisme kembali

melakukan aksi teror kembali.6 Hal itu berbanding lurus dengan

yang disampaikan oleh Insan Firdaus, bahwa salah satu indikator

keberhasilan deradikalisasi adalah sadarnya mantan narapidana

kasus terorisme agar tidak melakukan teror setelah bebas dari

Lembaga Pemasyarakatan.7

Namun, terdapat masalah baru akan keberadaan narapidana

kasus terorisme di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana kasus

terorisme cenderung menyendiri dan tidak mau berbaur dengan

narapidana lainnya. Selain itu, narapidana kasus terorisme juga

tidak kooperatif dengan petugas lembaga pemasyarakatan. Bahkan

mereka juga dapat menyebarkan paham radikalisme kepada

narapidana lainnya atau kepada petugas Lembaga

Pemasyarakatan. Oleh karena itu, pembinaan khusus kepada

narapidana terorisme tentu diperlukan.

Di sisi lain, penempatan narapidana teroris di Lembaga

Pemasyarakatan harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu

memperhatikan individu narapidana kasus terorisme, pelaksanaan

program pembinaan, dan juga kemampuan Lembaga

Pemasyarakatan dalam membina narapidana kasus terorisme.

6 Balitbang Hukum dan HAM. 2016. Pembinaan Narapidana Teroris

dalam Upaya Deradikalisasi. Jakarta.

7Insan Firdaus. Penempatan Narapidana Teroris di Lembaga

Pemasyarakatan. Jurnal Penelitaian Hukum De Jure Vol 17 h 430.

Page 19: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

6

Aspek-aspek tersebut akan berpengaruh terhadap pelaksanaan

deradikalisasi bagi narapidana kasus teroris di kemudian hari.8

Program deradikalisasi di Indonesia telah dijalankan

melalui tahapan-tahapan. Tahap yang pertama yaitu observasi.

Narapidana kasus terorisme akan diberi pertanyaan tentang latar

belakang dan alasan keterlibatan dengan jaringan terorisme. Tahap

kedua yaitu pemberian kebebasan untuk memilih pengurangan

durasi hukuman jika perperilaku baik dan telah menyelesaikan

sepertiga masa hukuman. Tahap ketiga yaitu pemberian kebebasan

untuk bekerja di sekitar Lembaga Pemasyarakatan dengan

pengawasan bagi narapidana yang telah menyelesaikan setengah

dari masa hukumannya. Dan tahap terakhir yaitu pemberian

kebebasan bersyarat bagi narapidana kasus terorisme yang

berperilaku baik dan telah menyelesaikan dua-pertiga masa

hukumannya.9

Dalam penanggulangan terorisme, selain deradikalisasi

yang berfokus pada ideologi seseorang, terdapat metode lain, yaitu

disengagement, yaitu upaya untuk menjauhkan seseorang dari

perilaku ekstrim tanpa harus merubah pandangan orang tersebut.

Perbedaan diantara keduanya adalah, deradikalisasi memiliki

tujuan untuk merubah pola pikir ektrimis dan radikal menuju pola

8Insan Firdaus. 2017. Penempatan Narapidana Teroris di Lembaga

pemayarakatan. Jurnal De Jure: Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Hukum Badan Penelitian dan Pengembangan Hukm Hak Asasi

Manusia Vol 7 h. 431

9Insan Firdaus. 2017. Penempatan Narapidana Teroris di Lembaga

pemayarakatan. Jurnal De Jure: Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Hukum Badan Penelitian dan Pengembangan Hukm Hak Asasi

Manusia Vol 7 h. 435

Page 20: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

7

pikir yang tidak membenarkan tindak kekerasan, yaitu

memberikan nilai-nilai kemanusiaan sesuai hukum yang berlaku di

Indonesia. Sedangkan contoh disengagement adalah pengalihan

perhatian teroris terhadap hal lain sehingga mengurangi interaksi

dengan jaringan teror kembali.

Dari kedua cara penanggulangan terorisme tersebut,

menurut John Morgan, seorang peneliti dan direktur International

Center for The Study of Terrorism di Pennsylvania State

University, dalam bukunya Leaving Terrorism Behind,

menyebutkan bahwa disengagement lebih realitistis daripada

deradikalisasi. Menurutnya, strategi sebuah negara seharusnya

lebih berfokus pada disengagement, yaitu memutus hubungan

dengan jaringan terorisme. Karena, mengatasi pemikiran radikal

dan mengetahui seberapa besar kadar radikal adalah hal yang

sulit.10

Penegakan hukum yang dilakukan di Lembaga

Pemasyarakatan juga termasuk upaya disengagement. Narapidana

kasus terorisme telah terpisah secara fisik dari kelompoknya di

Lembaga Pemasyarakatan. Namun faktanya, narapidana kasus

terorisme di Indonesia masih bisa mengatur jejaring,

berkonsolidasi, dan bahkan merekrut anggota baru di Lembaga

Pemasyarakatan. Metode disengagement masih bisa menimbulkan

10 Bjorgo, Tore, dan Horgan. 2008. Leaving Terrorism Behind:

Disengagement from Political Violence. New York: Taylor & Francis.

Page 21: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

8

celah Apalagi deradikalisasi yang menanggulangi pola pikir

radikal narapidana kasus terorisme.11

Terlebih lagi istilah deradikalisasi dinilai masih ambigu.

Orang yang memiliki ideologi yang radikal dianggap sebagai

orang yang tidak normal dan ideologinya harus diganti. Padahal,

yang seharusnya diadili bukanlah ideologi seseorang, namun lebih

tertuju kepada tindakan terornya.

Disengagement dinilai lebih efektif karena target

disengagement disibukkan dengan perkara yang membuatnya lalai

dengan ideologi radikalnya.

Saat program yang dilakukan oleh pemerintah

mendapatkan berbagai penolakan, ada beberapa organisasi non

pemerintah (Non Governmnet Organization) yang fokus

menangani isu terorisme. Antara lain Yayasan Lingkar Perdamaian

yang didirikan oleh Ali Fauzi, mantan narapidana kasus terorisme

di Lamongan. Selanjutnya, Lazuardi Birru, yang didirikan pada 5

September 2009 oleh Suryadarma, yang juga menjadi pembina.

Lazuardi Birru didirikan sebagai lembaga yang melakukan

deradikalisasi terhadap mantan narapidana kasus terorisme.

Tujuannya adalah menunjukkan wajah Islam yang damai, jauh dari

kekerasan. Yang ketiga terdapat Aliansi Damai Indonesia, adalah

lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan dan perdamaian.

Lembaga ini konsen dan konsisten untuk menggugah masyarakat

agar dapat membantu korban terorisme. Dan yang terakhir, yang

11 Fakhri Usmita. 2012. Disengagement; Strategi Penanggulangan

Terorisme di Indonesia. Tesis Program Studi Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Page 22: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

9

menjadi fokus penelitian dari peneliti adalah Yayasan Prasasti

Perdamaian, yaitu sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam

isu perdamaian dan melakukan pembinaan kepada mantan

narapidana kasus terorisme.

Pendekatan Yayasan Prasasti Perdamaian kepada mantan

narapidana terorisme yang dilakukan dengan cara berbeda.

Yayasan Prasasti Perdamaian memilih term disengagement.

Program-program yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian dilakukan untuk memberdayakan potensi mantan

narapidana kasus terorisme dan menciptakan ruang interaksi sosial

yang baru. Tujuannya agar tercipta kemandirian ekonomi melalui

dukungan berupa pengelolaan bisnis skala kecil. Contoh dari

program ini adalah didirikannya unit-unit usaha yang dikelola oleh

mantan narapidana kasus terorisme. Unit-unit usaha ini tersebar di

Semarang, Solo, dan Poso. Dengan terlaksananya program

tersebut, harapannya mantan narapidana kasus terorisme dapat

memulai kehidupan dan interaksi sosial baru tanpa harus terjerat

lagi kedalam kelompok teror. Hal ini sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh Noor Huda Ismail, pendiri Yayasan Prasasti

Perdamaian, bahwa setiap orang layak untuk mendapatkan

kesempatan kedua untuk hidup lebih baik.

Sehingga, Berdasarkan latar belakang di atas peneliti

mengkaji lebih dalam lagi mengenai pola pembinaan yang

dilakukan Yayasan Prasasti Perdamaian bagi mantan narapidana

kasus terorisme. Selain itu, peneliti juga ingin memperdalam

mengenai program disengagement yang dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian.

Page 23: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

10

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan

Penelitian ini hanya dibatasi pada pola pembinaan mantan

narapidana teroris yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian dan dampak dari salah satu program Yayasan Prasasti

Perdamaian, yaitu dampak dari program disengagement.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pola pembinaan bagi mantan

narapidana kasus terorisme yang dilakukan oleh

Yayasan Prasasti Perdamaian?

b. Bagaimana dampak program disengangement bagi

mantan narapidana kasus terorisme di Yayasan

Prasasti Perdamaian?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini sebagai berikut:

a. Mengetahui pola pembinaan mantan narapidana kasus

terorisme yang dilakukan Yayasan Prasasti Perdamaian

b. Mengetahui dampak program disengagement yang

dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian bagi

mantan narapidana kasus terorisme.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dalam secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Page 24: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

11

Secara teoritis, manfaat penelitian ini antara lain:

i. Memberikan pemahaman tentang pola pembinaan

Yayasan Prasasti Perdamaian kepada mantan

narapidana kasus terorisme melalui program

disengagement

ii. Sebagai referensi atau pijakan untuk penelitian

selanjutnya yang berhubungan disengagement mantan

narapidana kasus terorisme serta menjadi kajian lebih

lanjut.

b. Manfaat praktis

Bertambahnya wawasan dan pengalaman tentang

pola pembinaan mantan narapidana kasus terorisme yang

mendapatkan program disengagement, khususnya di

Yayasan Prasasti Perdamaian.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu ketertarikan spesifik pada studi hubungan sosial

yang berhubungan dengan fakta pluralisasi dunia kehidupan.

Metode ini dilakukan untuk melihat dan menilai baik subjek

maupun objek penelitian yang terdiri dari orang, lembaga

berdasarkan pada fakta secara apa adanya. Dengan metode ini akan

terungkap gambaran mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan

persepsi target penelitian. Penelitian kualitatif dilaksanakan

dengan tujuan memahami perilaku manusia, dan acuan pelaku

sendiri. Yakni bagaimana pelaku memandang, menilai, dan

menggambarkan aktivitas dari pandangannya. Peneliti dalam hal

Page 25: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

12

ini berusaha memahami dan menafsirkan apa yang dipahami dan

digambarkan subjek peneilitian.12

Secara harfiah, Penelitian kualitatif berarti sesuai dengan

namanya, yaitu penelitian yang diperoleh bukan berasal dari

hitungan-hitungan atau statistik. Kualitatif berkaitan dengan aspek

kualitas, nilai atau makna yang ada dibalik fakta. Kualitas, nilai

atau makna hanya dapat diucapkan dengan bahasa atau kata-kata.13

Lebih lanjut, Creswell (2019) mengatakan bahwa

pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk membangun

pernyataan atau pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif

(misalnya makna-makna yang berasal dari pengalaman seseorang,

nilai sosial dan sejarah, tujuannya adalah untuk membangun teori

atau pengetahuan tertentu) atau berdasarkan pada perspektif

partisipatori. Contohnya adalah orientasi terhadap politik, isu,

kolaborasi, atau perubahan, maupun keduanya.14

Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah

sebagai sumber informasinya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi

dalam lingkungan tersebut menjadi kajian yang utama dalam

penelitian kualitatif. (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008:22).

Peneliti pergi ke lokasi tersebut memahami dan menganalisis

situasi. Studi dilakukan di tempat kejadian ketika berinteraksi.

Peneliti mengamati, bertanya, mencatat, dan menggali sumber

yang lebih jauh yang terkait dengan penelitian ini. Hasil-hasil yang

12Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualititatif: Teori dan

Praktik. PT Jakarta.: Bumi Aksara: h 82 13Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualititatif: Teori dan

Praktik. PT Jakarta.: Bumi Aksara: h 82 14Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualititatif: Teori dan

Praktik. PT Jakarta.: Bumi Aksarah 83

Page 26: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

13

diperoleh segera disusun dalam waktu singkat. Apa yang diamati

pada dasarnya tidak lepas dari konteks dimana peristiwa itu

berlangsung.15

Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif analitik. Data

yang diperoleh yang berupa pengamatan, hasil wawancara, hasil

pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti

di lokasi penelitian. Dan tidak dijabarkan dalam bentuk angka.

Peneliti melakukan analisis data dengan memperkaya informasi,

mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola dasar data

aslinya. Hasil analisis data berupa penjelasan yang dipaparkan

dalam uraian naratif.16

Dengan demikian, format deskriptif kualitatif lebih tepat

apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang

membutuhkan studi mendalam, seperti halnya permasalahan

tingkah laku konsumen suatu produk, masalah-masalah efek media

terhadap pandangan pemirsa terhadap suatu tayangan media,

permasalahan implementasi kebijakan publik di masyarakat, dan

sebagainya.17

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Prasasasti Perdamaian

yang beralamat di Jalan Tebet Timur Dalam III E, RT 6/RW 3

Tebet Timur Kecamatan Tebet Jakarta Selatan 12829. Adapun

penelitian ini dimulai pada Bulan September 2019, dimulai dengan

15Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualititatif: Teori dan

Praktik. PT Jakarta.: Bumi Aksarah h 86 16Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualititatif: Teori dan

Praktik. PT Jakarta.: Bumi Aksarah h 87 17Burhan Bungsin. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media Grup h. 69

Page 27: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

14

penelitian sebelum dilaksanakannya seminar proposal hingga

penelitian terakhir di Bulan Januari 2020.

3. Subjek, Informan, Objek

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pelaku yang memberi informasi

atau data dalam suatu penelitian. Mereka yaitu individu yang atau

tempat pengumpulan informasi atau data. Adapun subjek dalam

penelitian ini adalah mantan narapidana teroris yang didampingi

oleh Yayasan Prasasti Perdamaian.

b. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami

objek penelitian.18 Adapun yang menjadi informan penelitian ini

adalah Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian dan

Direktur pendampingan Yayasan Prasasti Perdamaian, yaitu Ibu

Khariroh Maknunah dan mantan narapidana teroris yang

didampingi oleh Yayasan Prasasti Perdamaian.

c. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah apa yang menjadi sasaran

penelitian. Sasaran penelitian adalah apa yang ada dalam rumusan

masalah.19 Objek penelitian adalah fokus, kata-kata kunci atau

topik penelitian.20

18Burhan Bungsin. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media Grup h. 78

19Burhan Bungsin. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media Grup h. 78

20 Hamidi. 2010. Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press h 74

Page 28: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

15

Objek pada penelitian ini adalah pola pembinaan bagi

mantan narapidana kasus terorisme yang dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian.

4. Penentuan Sumber Data

Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subjek dari

data yang dimaksud.21 Sumber data adalah unsur utama dalam

sebuah penelitian untuk memperoleh data-data yang konkret dan

dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

informan dalam bentuk wawancara

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-

sumber tertulis yang terdapat dari buku, jurnal,website, leaflet,

atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Merupakan suatu alat pengumpulan data informasi

langsung berupa jenis data wawancara, merupakan bentuk

komunikasi antara dua orang, melibatkan orang yang ingin

mendapatkan informasi dengan seorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.22

21M. Subana. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung:Pustaka

Setia h 115.

22Dedy Mulyana. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Rosda h 180.

Page 29: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

16

Wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan penelitian

yang disusun untuk mempermudah melakukan pertanyaan-

pertanyaan kepada informan. Adapun pertanyaan penelitian dalam

dijabarkan dalam lampiran. Berikut adalah informan penelitian

yang diwawancarai oleh peneliti:

Tabel 1.1 Informan Penelitian

No. Nama Jabatan Keterangan

1. Khariroh

Maknunah

Direktur

Pendampingan

2. Echo Ibrahim (Eko

Ibrahim)

Mantan

Narapidana

Kasus

Terorisme

Lapas

Nusakambangan

3. Riki Riyanto

(Ibenk)

Mantan

Narapidana

Kasus

Terorisme

Lapas Pondok

Rajek

4.

Yusuf Adirima

(Machmudi

Haryono)

Mantan

Narapidana

Kasus

Terorisme

Lapas

Nusakambangan

b. Observasi

Observasi adalah upaya mengamati dan

mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan

berlangsung.23 Guna memperoleh gambaran jelas tentang pola

pembinaan disengagement mantan narapidana terorisme di

Yayasan Prasasti Perdamaian. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan kunjungan langsung ke kantor Yayasan Prasasti

Perdamaian. Peneliti mengamati kantor Yayasan Prasasti

Perdamaian. Peneliti juga menyaksikan sarana prasarana yang

23Suryana. 2010. Metode Penelitian Model Praktis Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Padjajaran. Hal 51

Page 30: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

17

dimiliki oleh Yayasan Prasasti Perdamaian. Peneliti ingin

mengetahui secara langsung bagaimana proses pembinaan yang

dilakukan Yayasan Prasasti Perdamaian kepada mantan

narapidana terorisme melalui program disengagement sehingga

mantan narapidana kasus terorisme terlepas dari jaringan terornya.

Dalam melakukan pencatatan lapangan terhadap pengamatan,

penulis menuangkannya dalam bentuk catatan lapangan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen.24 Dalam hal ini peneliti

mengumpulkan, membaca, memperoleh dan mempelajari berbagai

macam bentuk data melalui pengumpulan dokumen-dokumen

yang ada di Yayasan Prasasti Perdamaian. Serta data-data lain

yang dapat dijadikan bahan analisa untuk penelitian ini. Teknik ini

digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan

dalam buku dan majalah sesuai dengan masalah yang diteliti.

Peneliti juga mendokumentasikan foto yang bisa mendukung

terkait penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan

mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan suatu uraian

dasar kemudian dianalisa agar mendapatkan hasil yang ada. Hal ini

disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu analisis deskriptif.25

24 Husaini Husman. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi

Aksara h 73.

25 Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Ilmiah: Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta:Bulan Bintang Cetakan ke-9 h 11

Page 31: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

18

Strategi data kualitatif deskriptif formatnya menggunakan

analisis permukaan data, hanya memperhatikan proses-proses

kejadian suatu fenomena dan kedalaman data. Hal ini juga yang

dilakukan dalam penelitian sosial dengan berbagai format

penelitian kualitatif. Walaupun begitu, kualitatif deskriptif

mengadopsi cara berpikir induktif26

Gambar 1.1 Teknik Analisis Data

7. Teknik Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis berpedoman dan

mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,

Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang merupakan

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507

Tahun 2017.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Tabel 1.2 Tinjauan Kajian Terdahulu

No.

Nama Peneliti

dan Judul

Penelitian

Identitas Tulisan

(Skripsi/Tesis,

Jurusan,

Metode Penelitian dan

Hasil Penelitian

26Burhan Bungsin. 2011. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

h 151

Kesimpulan

Kategorisasi

Kesimpulan

Ciri-ciri

umum

Dalil

Hukum

Teori

Klasifikasi

Data

Induktif

Analisis

Data

Data

Data

Data

Page 32: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

19

Fakultas/Jurnal,

Vol, No. Tahun

1.

Agasti Prior,

“Peran Badan

Nasional

Penanggulangan

Terorisme dalam

Penindakan dan

Pencegahan

Tindak Pidana

Terorisme”

(Analisis

Peraturan

Presiden Nomor

46 Tahun 2010

BNPT),

Skripsi

mahasiswa

Konsentrasi

Hukum

Kelembagaan

Negara Fakultas

Syariah dan

Hukum UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta tahun

2012

Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian kualitatif

dan menggunakakan

penelitian normatif empiris

untuk menguji implementasi

ketentuan hukum normatif.

Di dalam skripsi ini

membahas tentang peran

Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme

dalam Penindakan dan

Pencegahan Ancaman

terorisme dengan

mengetahui kewenangan

BNPT dan juga dasar

hukumnya.

2.

Brian

Muhammad,

“Hirarki Pengaruh

Media dalam

Pemberitaan Aksi

Terorisme di

Sarinah pada

Harian Umum

Republika”

Skripsi

mahasiswa

jurusan

Komunikasi

Penyiaran Islam

Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN

Syarif

Skripsi ini menggunakan

metode kualitatif deskriptif

yang membahas pengaruh

secara langsung dari level

individu yang diwakili oleh

reporter dan pada pengaruh

rutinitas media yang

direpresentasikan melalui

Page 33: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

20

Hidayatullah

Jakarta 2017

rapat dewan redaksi di

Harian Umum Republika. .

3.

M. Khamdan,

dengan Judul

“Deradikalisasi

Pelaku Tindak

Pidana Terorisme

di Indonesia”

Tesis Mahasiswa

Sekolah Paska

Sarjana Jurusan

Kajian Agama

dan Studi

Perdamaian UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta tahun

2015

Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dan

menyimpulkan bahwa

program deradikalisasi

pelaku tindak pidana

terorisme yang dilakukan di

dalam Lembaga

Pemasyarakatan dan di luar

lapas belum optimal

dikarenakan adanya

kekerasan senjata untuk

mengungkap aksi terorisme

sehingga memungkinkan

rasa solidaritas beserta balas

dendam.

4.

Siti Nurmalita

Sari, “Strategi

Badan Nasional

Penanggulangan

Terorisme dalam

Upaya

Deradikalisasi

Pemahaman

Agama

Skripsi

mahasiswa

Konsentrasi

Manajemen

Ziswaf Fakultas

Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi

UIN Syarif

Hidayatullah

Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Hasil

dari penelitian ini tentang

kebijakan BNPT yang

menekankan pendekatan

soft approach dalam konsep

menangani deradikalisasi

untuk menanggulangi

Page 34: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

21

Narapidana

Terorisme di

Lembaga

Pemasyarakatan

(LP) Cipinang.”

Jakarta tahun

2016

terorisme adalah strategi

yang mengutamakan dialog

secara komprehensif,

persuasif, dan penuh kasih

sayang.

5.

Khariroh

Maknunah,

“Analisis Framing

Pemberitahuan

Deradikalisasi di

Koran Harian

Kompas”

Skripsi

Mahasiswa

Konsentrasi

Jurnalistik

Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta. 2011.

Penelitian ini menggunakan

paradigma konstruktivis

dengan pendekatan

kualitatif. Hasil dari

penelitian ini adalah ada dua

pembingkaian yang terjadi

dalam dua pemberitaan

tersebut. Pada pemberitaan

deradikalisasi 31 Mei 2016,

bingkai pemberitaan berupa

dukungan terhadap

pentingnya pelaksanaan

deradikalisasi. Pemberitaan

kedua terbit tanggal 1 Juni

2016 berupa kritik terhadap

pelaksanaan

deradikalisasiyang dianggap

belum memasukkan unsur

kemanusiaan dan lebih pada

proyek belaka.

Page 35: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

22

6.

Fakhri Usmita,

“Disengagement;

Strategi

Penanggulangan

Terorisme di

Indonesia”.

Tesis Mahasiswa

Program Studi

Kriminologi

Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu

Politik

Universitas

Indonesia, 2012.

Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif yang

membahas tentang peluang

dan hambatan penerapan

disengagement sebagai

strategi penanggulangan

terorisme di Indonesia.

Hasil dari penelitian ini

menjelaskan bahwa

penerapan disengagement di

Indonesia sangat mungkin

dilakukan karena sebagian

muslim di Indonesia

moderat.

7.

Rudianto,

“Manajemen

Pondok Pesantren

At-Taibin Bogor

dalam Membina

Para Mantan

Narapidana

Terorisme

Skripsi

mahasiswa

jurusan

Manajemen

Dakwah,

Fakuktas Ilmu

Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta tahun

2008

Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif deskriptif.

Hasil dari penelitian ini

adalah proses pembinaan

dinilai berjalan baik dalam

hal pendanaan dan sarana

prasarana, namun kendala

lain ditemukan adalah

tentang materi yang tidak

tersampaikan dengan baik

kepada mantan narapidana

teroris dan juga

Page 36: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

23

menganggap pesantren

sebagai pelarian sesaat.

Berbeda dengan penelitian diatas, penelitian ini membahas

tentang pola pembinaan mantan narapidana kasus terorisme yang

dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian melalui program

disengagement dan kedua tentang program-program yang

dijalankan untuk memberdayakan mantan narapidana kasus

terorisme, diantaranya adalah program disengagement, yaitu

program yang mendorong seorang mantan narapidana kasus

teorisme terlepas dari kelompok atau jaringan terorisme yang dulu

pernah terlibat di dalamnya.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini mengunakan kerangka yang

biasanya dipaparkan oleh skripsi lainnya yang dimulai dengan kata

pengantar,daftar isi, dan dibagi menjadi 6 (enam) bab dengan

sistematika sebagaimana berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat Latar Belakang, Pembatasan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, Kajian Pustaka, dan Sistematika

Penulisan Bab ini diakhiri dengan kerangka

berpikir. Selanjutnya dalam metodologi penelitian

dijelaskan mengenai jenis dan pendekatan

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek,

objek, dan informan penelitian, penentuan sumber

data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data,

dan teknik penulisan.

Page 37: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

24

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi materi secara jelas tentang dasar

hukum penanggulangan terorisme dan dasar hukum

LSM, teori pola pembinaan, teori disengagement

dan jenis-jenis serta faktor yang mendorong

seseorang melakukan disengagement. Selanjutnya

dijelaskan juga tentang pengertian mantan

narapidana teori tentang mantan narapidana, serta

pengertian, jenis-jenis, tipologi dan karakter

terorisme, faktor penyebab menjadi teroris,

bagaimana penanganan terorisme sejauh ini di

Indonesia, teori pendekatan Islam humanistik, dan

Teori Life Skil

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN

PRASASTI PERDAMAIAN

Sejarah Yayasan Prasasti Perdamaian, Lokasi

Yayasan Prasasti Perdamian, Visi dan Misi

Yayasan Prasasti Perdamaian, Struktur organisasi.

BAB IV POLA PEMBINAAN DISENGAGEMENT

MANTAN NARAPIDANA TERORIS DI

YAYASAN PRASASTI PERDAMAIAN

Pada bab ini akan membahas data dan temuan

penelitian, yang di dalamnya membahasa tentang

deskripsi informan dan mantan narapidana

terorisme yang pernah didampingi Yayasan

Prasasti Nasional, kerjasama yang dilakukan oleh

Yayasan Prasasti Perdamaian. Peran Staf Yayasan

Page 38: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

25

Prasast Perdamaian, Pola pembinaan mantan

narapidana kasus terorisme yang dilakukan

Yayasan Prasasti Perdamaian, Pendekatan Heart,

Hand and Head (3H) dan Pendekatan Humanis,

Dampak Program Disengagement bagi Mantan

Narapidana Kasus Terorisme, Faktor Pendukung

dan Faktor Penghambat Solusi Pola Pembinaan

Mantan Narapidana Kasus Terorisme, dan

Harapan Penanggulangan Kasus Terorisme

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang karakteristik

subjek, hasil dari analisa data yang mengungkap

secara detail tentang pola pembinaan mantan

narapidana kasus terorisme, Analisis Pendekatan

Heart, Hand and Head (3H) dan Pendekatan

Humanis, serta analisis Dampak Program

Disengagement bagi Mantan Narapidana Kasus

Terorisme yang dilakukan Yayasan Prasasti

Perdamaian.

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

Pada penutup ini, berisi simpulan dari rumusan

masalah implikasi, serta saran yang berkaitan

dengan permasalahan tersebut yang didapatkan

penulis dari proses analisis pola pembinaan mantan

narapidana dan dampak program disengagement di

Yayasan Prasasti Perdamaian yang mudah-

mudahan bAermanfaat bagi penulis.

Page 39: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

26

G. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dibuat peneliti secara spesifik untuk

menjawab permasalahandalam rumusan masalah, yaitu bagaimana

pola pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian

melalui program-program diantaranya program disengagement

dan bagaimana dampak program disengangement bagi mantan

narapidana. Berikut adalah kerangka berpikir:

Gambar 1.2 Kerangka Berpikir

Narapidana kasus

terorisme yang masih

berhubungan erat

dengan kelompoknya

Narapidana kasus

terorisme yang masih

radikal dan menilai jika

jihad dilaksanakan

dengan jalan teror

Aksi terorisme terjadi

karena solidnya kelompok teror.

Pembinaan dan

Program YPP

dilakukan kepada narapidana kasus

terorisme

Staf YPP melakukan program

disengagement

YPP melakukan

pembinaan kepada

narapidana kasus terorisme

Mantan napiter terlepas dari jaringan terornya dan hidup dengan

normal serta memahami bahwa

agama dan negara tidak membenarkan tindakan teror.

Mantan narapidana kasus

terorisme teralihkan dengan

kegiatan positif.

Kondis

i A

wal

T

indak

an Y

PP

K

ondis

i A

khir

Page 40: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Dasar Hukum

1. Dasar Hukum Penanggulangan Kasus Terorisme

Dasar hukum kasus terorisme dan penanggulangannya

antara lain:

a. Pasal 1 tentang Definisi Terorisme

Terorisme didefinisikan sebagai perbuatan yang

menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang

menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas,

menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan

kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis,

lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional

dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

b. Pasal 12 A tentang Organisasi Teroris

Setiap orang yang dengan sengaja menjadi anggota atau

merekrut orang untuk menjadi anggota korporasi yang ditetapkan

pengadilan sebagai organisasi terorisme dipidana paling singkat 2

tahun dan paling lama 7 tahun.

Pendiri, pemimpin, pengurus, atau orang yang

mengendalikan kegiatan korporasi juga bisa dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 12 tahun.

c. Pasal 12 B tentang Pelatihan Militer

Pasal ini mengatur setiap orang yang dengan sengaja

menyelenggarakan, memberikan, atau mengikuti pelatihan militer,

pelatihan paramiliter, atau pelatihan lain, baik di dalam negeri

Page 41: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

28

maupun di luar negeri, dengan maksud merencanakan,

mempersiapkan, atau melakukan tindak pidana terorisme atau ikut

berperang di luar negeri untuk tindak pidana terorisme, dipidana

paling singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun.

a. Pasal 13 A tentang Penghasutan terorisme

Pasal ini mengatur, setiap orang yang memiliki hubungan

dengan organisasi Terorisme dan dengan sengaja menyebarkan

ucapan, sikap atau perilaku, tulisan, atau tampilan dengan tujuan

untuk menghasut orang atau kelompok orang untuk melakukan

kekerasan atau ancaman kekerasan yang dapat mengakibatkan

tindak pidana terorisme, dipidana paling lama 5 tahun.

b. Pasal 16 A tentang Pelibatan Anak

Pasal ini mengatur, setiap orang yang melakukan tindak

pidana terorisme dengan melibatkan anak, ancaman pidananya

ditambah sepertiga. Pasal ini dibuat dengan berkaca pada

banyaknya aksi teror yang melibatkan anak di luar negeri. Namun,

belakangan teror dengan melibatkan anak juga terjadi saat aksi

bom bunuh diri di tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya.

c. Pasal 25 tentang Waktu Penahanan Pelaku Terorisme

Pasal ini mengatur tersangka teroris bisa ditahan dalam

waktu yang lebih lama. Jika sebelumnya penahanan seorang

tersangka untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan hanya

bisa dilakukan dalam waktu 180 hari atau 6 bulan, kini menjadi

270 hari atau 9 bulan

Page 42: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

d. Pasal 28 tentang Penangkapan kasus terorisme

Pasal ini mengatur polisi memiliki waktu yang lebih lama

untuk melakukan penangkapan terhadap terduga teroris sebelum

menetapkannya sebagai tersangka atau membebaskannya. Jika

sebelumnya polisi hanya memiliki waktu 7 hari, kini bisa

diperpanjang sampai 21 hari.

e. Pasal 31 dan 31 A tentang Penyadapan

Pasal ini mengatur, dalam keadaan mendesak penyidik

kepolisian bisa langsung melakukan penyadapan kepada terduga

teroris. Setelah penyadapan dilakukan, dalam waktu paling lama

tiga hari baru lah penyidik wajib meminta penetapan kepada ketua

pengadilan negeri setempat.

Izin penyadapan dari ketua pengadilan negeri kini dapat

diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 tahun dan dapat

diperpanjang satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.

f. Pasal 33 dan 34 tentang Perlindungan

Pasal ini mengatur penyidik, penuntut umum, hakim,

advokat, pelapor, ahli, saksi, dan petugas pemasyarakatan beserta

keluarganya dalam perkara terorisme wajib diberi perlindungan

oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri,

jiwa, dan atau hartanya. Perlindungan diberikan baik sebelum,

selama, maupun sesudah proses pemeriksaan perkara.

g. Pasal 35A-B dan 36 A-B tentang Hak Korban

Empat tambahan pasal baru ini mengatur secara lebih

komprehensif hak korban terorisme. Ada enam hak korban yang

diatur, yakni berupa bantuan medis, rehabilitasi psikologis,

Page 43: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

30

rehabilitasi psikososial, santunan bagi korban meninggal dunia,

pemberian restitusi dan kompensasi.

h. Pasal 43 C tentang Pencegahan.

Pasal ini mengatur bahwa pemerintah wajib melakukan

pencegahan tindak pidana terorisme. Dalam upaya pencegahan ini,

pemerintah melakukan langkah antisipasi secara terus menerus

yang dilandasi dengan prinsip perlindungan hak asasi manusia dan

prinsip kehati-hatian.

i. Pasal 43 E-H tentang BNPT.

Keempat pasal mengatur mengenai Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT). Disebutkan bahwa BNPT

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

BNPT betugas merumuskan, mengoordinasikan, dan

melaksanakan kebijakan, strategi, dan program nasional

penanggulangan terorisme di bidang kesiapsiagaan nasional,

kontra radikalisasi, dan deradikalisasi.

j. Pasal 43 I tentang TNI untuk Membantu

Penanggulangan Terorisme

Tambahan satu pasal ini mengatur tugas TNI dalam

mengatasi aksi terorisme merupakan bagian dari operasi militer

selain perang.

2. Badan Hukum LSM

LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat atau

yang sering disebut sebagai NGO (Non Governmnet

Organization) memiliki dasar hukum sebagai berikut,

yaitu:

Page 44: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

31

a. UU No 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan

(UU Ormas)

b. UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004

c. UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Bentuk Yayasan

ini pulalah yang dinilai cocok sebagai bentuk badan hukum

bagi LSM karena ditujukan untuk kepentingan sosial

kemasyarakatan.

B. Pola Pembinaan

1. Definisi Pola Pembinaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti

gambar contoh, dan model.27 Pembinaan merupakan suatu proses

untuk membantu individu dalam rangka menemukan dan

mengembangkan kemampuan agar dapat memperoleh rasa

kemanfaatan sosial dan kebahagiaan pribadi. Pembinaan lebih

menekankan pengembangan manusia pada segi praktis, yaitu

mengenai pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan.

Menurut Mangunhardjana, pembinaan merupakan terjemahan dari

Bahasa Inggris training yang artinya adalah latihan, pendidikan,

pembinaan. Di dalam pembinaan itu, terdapat tiga fungsi pokok,

yaitu penyampaian informasi dan pengetahuan, perubahan dan

pengembangan sikap, serta latihan dan pengembangan kecakapan

dan keterampilan.28

27Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa h 1197 28Mangunhardjana. A.M 1986. Pembinaan: Arti dan Metodenya.

Yogyakarta: Kanisisus h 11

Page 45: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

32

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

pembinaan adalah:

a. Proses, cara, perbuatan membina (negara dan sebagainya)

b. Pembaharuan; Penyempurnaan

c. Usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara

efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih

baik29

Pembinaan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar,

terencana, teratur, terarah, dan bertanggungjawab untuk

mengembangkan kepribadian dalam segala aspeknya. Pembinaan

juga dapat berwujud sebagai bimbingan, pemberian informasi,

stimulasi, persuasi, pengawasan, dan juga pengendalian yang pada

hakikatnya adalah menciptakan suasana yang membantu

pengembangan bakat-bakat positif dan juga pengendalian naluri

yang rendah.30

Menurut Mangunhardja, untuk melakukan pembinaan ada

beberapa pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang

pembina, antara lain:

a. Pendekatan informatif, yaitu cara menjalankan program

dengan memberikan informasi kepada sasaran. Dalam hal

ini sasaran dianggap belum tahu dan tidak punya

pengalaman.

29Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Bahasa h 202. 30Departemen Agama. 1983. Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN.

Jakarta: Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan

Perguruan Tinggi Agama Islam

Page 46: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

33

b. Pendekatan partisipatif, yaitu sasaran sebagai sumber

utama, pengalaman dan pengetahuan sasaran dimanfaatkan

sehingga kondisi lebih seperti belajar bersama

c. Pendekatan eksperensial, dalam pendekatan ini,

menempatkan sasaran langsung terlibat pada proses

pembinaan. Dan ini disebut sebagai belajar yang sejati

karena keterlibatan langsung dalam situasi tersebut.31

Pola Pembinaan pada dasarnya diciptakan untuk menjalin

hubungan sehari-hari dengan sasaran. Pola pembinaan disertai

tindakan dari lembaga atau pembina di dalam membimbing

sasarannya adalah untuk membentuk suatu perilaku tertentu.

Menurut Ibnu Maskawaih, di dalam buku Sudarsono, berpendapat

bahwa pembinaan akhlak dititik beratkan kepada pembentukan

mental agar sasaran agar tidak melakukan perilaku menyimpang.32

C. Disengagement

1. Pengertian Disengagement

Teori tentang disengagement pertama kali dikemukakan

oleh Cumming et al tahun 1960 yang tertulis dalam artikel Elaine

Cumming dan William Henry. Teori ini menggunakan pendekatan

psikologis yang mana bertujuan untuk mengungkapkan fenomena

berubahnya seseorang menjadi penyendiri dan hidup terpisah dari

lingkungan sosialnya.

31Mangunhardjana. A.M 1986. Pembinaan: Arti dan Metodenya.

Yogyakarta: Kanisisus h 17 32Sudarsono. 1989. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta:

Bina Aksara h 148.

Page 47: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

Cumming dan Henry menyusun teori ini berdasarkan

asumsi adanya hubungan saling mempengaruhi antara individu

dengan lingkungannya, maupun sebaliknya, kemudian

menafsirkan tentang penarikan diri seseorang terhadap

lingkungannya seiring dengan bertambahnya usia.33

Teori disengagement kemudian diperbarui oleh Bandura

menjadi teori moral disengagement. Teori kognisi sosial

menawarkan sebuah perspektif dalam tingkah laku manusia

dimana individu berlatih untuk mengontrol pikiran dan perilaku

melalui proses regulasi diri yang di dalamnya mencakup

mengontrol diri dan tindakannya dan mengontrol reaksi diri untuk

melakukan sebuah aktifitas yang beradasarkan standar moral

internal. Banyak orang yang membuat standar personal dari

tingkah laku moralnya. Perilaku tersebut adalah untuk

memperlihatkan adanya bentuk dari regulasi diri. Standar ini akan

menuntun untuk bertingkah laku dan menghindari perilaku buruk

dan melakukan antisipasi, mengontrol dan menilai tindakan diri

sendiri. Regulasi ini berfungsi dan akan beroperasi jika diaktifkan.

Selanjutnya, Bandura mengemukakan bahwa regulasi moral dapat

diaktifkan dan di non-aktifkan sesuai keinginan. Moral

disengagement adalah kunci proses tidak diaktifkan, individu

membebaskan diri dari sangsi dan perasaan bersalah yang terjadi

saat tindakan melanggar standar internal.34

33Arlie Russel Hochschild. 1975. The Sociology of Feeling and

Emotion : Selected Possibilities h 555 34Bandura. 1999. Sosial Cognitive Theory of Personality. New York:

Academc Press h 65

Page 48: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

35

Disengagement adalah keputusan individu untuk tidak lagi

terlibat dalam sebuah aksi kekerasan ataupun teror yang dilakukan

oleh sekelompok radikal teroris. Hal ini merupakan sebuah opsi

yang didapatkan oleh individu tersebut karena telah menimbang

keuntungan dan kerugian dalam keterikatannya dengan organisasi

radikal teroris. Disengagement kemudian dapat menjadi awal dari

perubahan ideologi (deradikalisasi) dari seorang narapidana

teroris. Sedangkan, menurut Risse, disengagement adalah

kemauan individu untuk mengikuti sebuah program secara

instrumental dalam suatu periode tertentu, dapat mengarah pada

perubahan identitas. Dalam konteks deradikalisasi hal itu bisa

terjadi karena, satu, individu akan taat dan patuh pada peraturan

dan norma yang berlaku karena ia sudah terbiasa dan menganggap

itu adalah rutinitas baginya. Dalam kondisi seperti ini, individu

dapat dikatakan disengaged atau terlepas dari ada atau tidak

adanya saksi di sekitarnya. Dua, dalam melakukan rutinitas

tersebut, individu akan dihadapkan pada lingkup perilaku tertentu,

sehingga mungkin akan sulit menghadapi konflik psikologis yang

ada dalam dirinya, sehingga ia akan menyesuaikan perilaku, nilai,

dan norma yang ia yakini sebagai bentuk rasionalisasi keadaan.

Tiga, sebagai pembenaran atas perilaku yang dia lakukan, bahwa

secara sadar dan perlahan dapat menerima bentuk keyakinan baru

yang berwujud perilaku, norma, dan nilai.35

35Saella Fitriana. 2016. Upaya BNPT dalam Melaksanakan Program

Deradikalisasi di Indonesia. Journal of International Relation Universitas

Diponegoro. 2:3.h 192

Page 49: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

36

Hasil dari teori ini digunakan untuk membuat kebijakan

penanggulangan terorisme. Menurut Horgan, terorisme adalah

sebuah hasil dari proses interaksi kelompok teror dan dapat

membangun interaksi dan hubungan baru serta komitmen bagi

calon anggotanya. Oleh karena itu, aksi teror harus dicegah

dengan menarik keluar orang-orang yang melakukannya.36

Upaya disengagement dan reintegrasi sosial dilakukan oleh

Yayasan Prasasti Perdamaian melalui terapi penyembuhan trauma,

diskusi, kunjungan rutin, pelatihan soft skill, dan pelatihan dan

bantuan kewirausahaan. Melalui upaya ini Yayasan Prasasti

Perdamaian berharap mereka akan memiliki kesempatan kedua

untuk tinggal bersama keluarga dan komunitas mereka.

2. Jenis-jenis dan faktor-faktor disengagement

Fokus pendekatan disengagement adalah bagaimana

individu keluar dari kelompoknya dan tidak lagi mengulangi

kekerasan sebagai tujuannya. Selanjutnya, Horgan membagi teori

disengagement menjadi dua, yaitu disengagement secara

psikologis dan disengagement secara fisik. Horgan kemudian

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi disengagement

secara psikologis, yaitu:

a. Adanya pengaruh negatif akibat bergabungnya dengan

anggota kelompok

b. Adanya perubahan prioritas yang muncul karena penolakan

dari masyarakat

36Horgan, J. 2005. Senjakala Ilmu Pengetahuan. (Penerjemah: Dindin

Solahudin). Bandung: Penerbit Nuansa h 121

Page 50: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

37

c. Tumbuhnya rasa ketidakpercayaan terhadap keberhasilan

apa yang dicita-citakan bila menggunakan jalan yang

selama ini ditempuh37

Melalui faktor-faktor inilah, terbuka pintu masuk bagi

strategi disengagement secara fisik untuk menarik keluar anggota

teroris dari terorisme. Adanya pengalaman yang tidak

menyenangkan adalah akibat dari keterlibatan mereka dalam

kelompok teroris dan diistilahkan sebagai benih bagi

disengagement secara psikologis.38

Disengagement secara fisik lebih mudah untuk diketahui

karena telah mengalami perubahan sikap yang ditandai dengan

tidak terlibat melakukan kekerasan tanpa memandang berkurang

atau bertambahnya dukungannya terhadap kelompok. Faktor-

faktor yang mempengaruhi antara lain:

a. Ketakutan terhadap penegak hukum dan ancaman

hukuman

b. Adanya tekanan dari kelompok akibat mengabaikan

perintah, mungkin mutasi ke tugas lainnya atau bahkan di

eksekusi

c. Dipindahtugaskan ke aktifitas lainnya di kelompok,

disesuaikan dengan keahliannya, atau dipindahkan ke jalur

politik

d. Ditolak atau dijauhkan dari segala aktifitas gerakan dan

perjuangan kelompoknya

37 Horgan, J. 2005. Senjakala Ilmu Pengetahuan. (Penerjemah: Dindin

Solahudin). Bandung: Penerbit Nuansa h 129 38Horgan, J. 2005. Senjakala Ilmu Pengetahuan. (Penerjemah: Dindin

Solahudin). Bandung: Penerbit Nuansa h 124

Page 51: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

38

e. Perubahan prioritas sebagai bentuk dari disengagement

psikologis39

Horgan mengartikan disengagement sebagai “melepaskan”

atau “meninggalkan” norma sosial yang bersama, nilai, sikap, dan

aspirasi yang ditanamkan sejak menjadi kelompok teroris.40

Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono, dosen

sekaligus psikolog Universitas Indonesia, dalam rangka

deradikalisasi pelaku teroris di Indonesia, dibutuhkan

disengagement yaitu mengubah kecenderungan berperilaku dalam

tataran perilaku.41

Lantas, perbedaan antara deradikalisasi dan disengagement

berdasarkan International Centre for Study of Radicalisational and

Political Violance (ICSR) adalah upaya untuk mengantisipasi

radikalisme. Istilah disengagement menggambarkan proses ketika

individu atau kelompok menghentikan keterlibatan mereka dalam

kekerasan organisasi atau terorisme. Jika tujuan dari deradikalisasi

adalah untuk perubahan substantif pada ideologi dan sikap

individu atau kelompok, maka, disengagement berkonsent rasi

pada memfasilitasi perubahan perilaku penolakan cara-cara

39Horgan, J. 2005. Senjakala Ilmu Pengetahuan. (Penerjemah: Dindin

Solahudin). Bandung: Penerbit Nuansa h 129 40Horgan, J. 2005. Senjakala Ilmu Pengetahuan. (Penerjemah: Dindin

Solahudin). Bandung: Penerbit Nuansa h 124 41Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada dan Universitas

Pattimura Ambon. 2014. Penguatan, Sinkronisasi, Harmonisasi, Integrasi

Pelembagaan dan Pembudayaan Pancasila dalam Rangka Memperkokoh

Kedaulatan Bangsa. Ambon, 31 Mei-01 Juni 2014.

Page 52: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

39

kekerasan. Disengagement adalah proses yang tidak bisa

dipisahkan dalam pelaksanaan deradikalisasi.42

D. Mantan Narapidana

1. Pengertian Narapidana

Narapidana adalah orang hukuman (orang yang sedang

menjalani tindak pidana karena suatu perbuatan); terhukum.

Sementara itu, menurut kamus induk ilmiah menyatakan bahwa

narapidana adalah orang hukuman; orang buaian. Sedangkan

menurut kamus hukum, narapidana adalah orang yang menjalani

pidana dalam Lembaga Pemasyarakatan.43

Berdasarkan pasal 1 ayat 7 Undang-undang Nomor 12

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah orang

yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga

Pemasyarakatan. Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan terpidana adalah

seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap.44

Mantan narapidana adalah seseorang yang pernah

melakukan tindak kejahatan dan menyebabkan kerugian kepada

masyarakat. Baik itu kerugian secara ekonomi, psikologis, maupun

sosial.45

42ICSR, 2010. Prisons and Terrorism Radicalisation and De-

radicalosation in 15 Countries. King’s College London United Kingdom.

www.icsr.info. h 12. 43Joanedi Effendi, Ismu Gunadi Widodo, Fifit Fitri Lutfianingsih.

2016. Kamus Istilah Hukum Populer. Jakarta: Prenadamedia Group 44Joanedi Effendi, Ismu Gunadi Widodo, Fifit Fitri Lutfianingsih.

2016. Kamus Istilah Hukum Populer. Jakarta: Prenadamedia Group

45 Lawimatang. 1984. Hukum Penentensier Indonesia: Bandung: CV

Armico ,h 181

Page 53: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

40

E. Terorisme

1. Pengertian Terorisme

Pengertian terorisme menurut undang-undang no. 15 tahun

2003 tentang penerapan peraturan pemerintah pengganti undang-

undang no 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme menjadi undang-undang yaitu: “Terorisme adalah

penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan

suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau

menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas

kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain

atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-

objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas

publik atau fasilitas internasional.”46

Terorisme berasal dari Bahasa Latin Terrere yang berarti

menimbulkan rasa gemetar dan rasa cemas (Mark Juergensmeyer).

Sedangkan dalam Bahasa Inggris to terrorize yang artinya

menakut-nakuti. Jika ditinjau dari segi etimologi, terorisme

berakar dari kata terror yang berarti takut, kecemasan; terrorism

berarti terorisme, penggentaran; terrorist berarti teroris, pengacau;

terrorize berarti menakut-nakuti (Wojowasito & Poewadarminta

1980). Menurut Chomsky, konsep tentang terorisme masih tidak

jelas dan masih terjadi beberapa perbedaan. Istilah terorisme lebih

mengarah kepada taktik, alat untuk mencapai tujuan tertentu.

Sebagai sebuah taktik, alat untuk mencapai tujuan tertentu.

46Benny Sumardiana. 2017. Efektivitas Penanggulangan Ancaman

Penyelabaran Paham Ekstrim Kanan yang Memicu Terorisme oleh POLRI dan

BNPT RI. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang. 1 (3): 111-

112

Page 54: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

41

Sebagai sebuah taktik, terorisme selalu bisa dapat digunakan kapan

saja untuk sebuah aksi untuk sebuah kelompok. Jika terorisme

adalah sebuah taktik, maka keliru orang yang mendeklarasikan

perang terhadap teroris, karena taktik bukanlah untuk

dikalahkan.47

Dilihat dari jenisnya, terorisme ada dua, yaitu pertama state

terrorism, yakni instrumen kebijakan suatu rezim penguasa dan

negara., terorisme di dalam dunia politik seringkali kehilangan

makna aslinya dan bergeser artinya sebagai politikus yang sedang

bertikai. Seseorang yang sedang bertikai biasanya menuduh lawan

politiknya dengan melakukan teror dan apabila tujuan teror ini

berhasil, besar kemungkinan ia akan melakukan berulang tindakan

teror kepada lawan. Akibatnya, sekali orang itu dituduh menjadi

teroris maka orang yang menuduh dan yang lain memiliki

kebebasan untuk menyerang dan menghukumnya dengan tindakan

keras dan menyakitkan. Penggunaan istilah terorisme, sebagai alat

teror politik, sekarang menjadi praktik yang merajalela dan sangat

tidak menyenangkan apabila dilihat dari sudut pandang moral dan

hukum. Kedua, non-state terrorism, yakni bentuk perlawanan

terhadap perlakuan politik, sosial, maupun ekonomi yang tidak adil

dan kejam yang menimpa seseorang atau kelompok orang. 48

47 enny Sumardiana. 2017. Efektivitas Penanggulangan Ancaman

Penyelabaran Paham Ekstrim Kanan yang Memicu Terorisme oleh POLRI dan

BNPT RI. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang. 1 (3): 111-

112 48Benny Sumardiana. 2017. Efektivitas Penanggulangan Ancaman

Penyelabaran Paham Ekstrim Kanan yang Memicu Terorisme oleh POLRI dan

BNPT RI. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang. 1 (3): 111-

112

Page 55: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

42

Terorisme dan tragedi pengeboman memiliki sejarah yang

panjang di Indonesia. Tercatat beberapa kali pengeboman sejak

tahun 2000 hingga sekarang ini. Aksi terorisme dan tragedi

pengeboman tersebut biasanya ditujukan kepada objek-objek yang

selalu menjadi sasaran umum internasional seperti Amerika dan

sekutunya yang berkaitan dengannya. Tujuan dari terorisme

sendiri adalah untuk memunculkan rasa takut, maka pengeboman

kadang kala tidak menargetkan korban jiwa besar seperti bom Bali

dulu. Pengeboman saat ini bersifat simbol serta gertakan sehingga

kadang ditemukan dalam suatu pengeboman tidak ada satupun

korban sipil atau sasaran selain pelaku pengeboman itu sendiri.

Sasaran lokasi pengebomanpun tidak pada target utama

keberadaan warga Amerika atau sekutunya, kadang pada simbol

terkait negara tersebut. Contohnya seperti tahun 2016 di gerai

Starbucks. Namun, meski begitu, pesan terorisme kadang telah

tersampaikan dan berhasil.49

Karakter terorisme di Indonesia sendiri berbeda dengan

terorisme yang terjadi di negara yang cenderung merupakan

bentuk perlawanan terhadap kondisi politik yang terjadi. Di

Indonesia terorisme muncul karena perbedaan ideologi dan

pemahaman terhadap ajaran agama yang mempengaruhi pola

pemikiran masyarakat. Melihat perkembangan terorisme tersebut

di Indonesia, mengakibatkan berkembangnya hukum terkait

terorisme juga. Jika sebelumnya perilaku terorisme diibaratkan

49 Benny Sumardiana. 2017. Efektivitas Penanggulangan Ancaman

Penyelabaran Paham Ekstrim Kanan yang Memicu Terorisme oleh POLRI dan

BNPT RI. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang. 1 (3): 114

Page 56: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

43

dengan istilah crime againts humanity sehingga penanggulangan

terhadap perbuatan terorisme ini pun harus dilakukan dengan

upaya khusus pula.50

Selanjutnya adalah perkembangan terorisme yang pesat di

Indonesia, yang masyarakatnya terbiasa dengan kemajemukan dan

bertoleransi atas kemajemukan tersebut. Terorisme di Indonesia

cenderung muncul bersamaan dengan penyebaran paham ekstrem

kanan terkait agama dalam masyarakat. Pemikiran tersebut mudah

diterima di masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Penyebaran tersebut dilakukan melalui berbagai forum dan juga

media sehingga penyebarannya menjadi efektif dalam

masyarakat.51

Pemahaman ekstrim ini apabila tidak dibatasi oleh hukum

maka akan berdampak pada masyarakat sehingga diperlukan

berbagai upaya untuk mengatasi persebarannya.52

Di Indonesia, hampir setiap perbuatan terorisme dilatar

belakangi oleh agama. Fakta bahwa Indonesia adalah negara

dengan penduduk muslim terbanyak tidak diragukan lagi. Pada

50Benny Sumardiana. 2017. Efektivitas Penanggulangan Ancaman

Penyelabaran Paham Ekstrim Kanan yang Memicu Terorisme oleh POLRI dan

BNPT RI. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang. 1 (3): 114 51 Hamidin. 2007. Wajah Baru Terorisme: Transformasi Jaringan,

Gerakan, dan Modus Kelompok Terorisme Domestik dan Global. Bogor: Pusat

Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme h 19 52 Hamidin. 2007. Wajah Baru Terorisme: Transformasi Jaringan,

Gerakan, dan Modus Kelompok Terorisme Domestik dan Global. Bogor: Pusat

Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme h 19

Page 57: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

44

tahun 2010, dari jumlah penduduk 256 juta jiwa penduduk,

88.58%nya beragama Islam.53

Sebelum terbentuknya Undang-Undang No 15 tahun 2003

tentang tindak pidana terorisme, baik dalam Perpu No 1 tahun 2002

maupun dalam PNPS no 11 tahun 1963 tentang tindak pidana

subversif, terorisme telah dikelompokkan ke dalam 3 jenis:

kelompok separatis, kelompok ideologis, dan kelompok kriminal.

Dari ketiga jenis terorisme tersebut, kebanyakan besar adalah

kelompok ideologi. Misi mereka adalah untuk mengubah ideologi

pancasila menuju ideologi bersyariat Islam menurut versi mereka54

Mereka ingin mengganti dasar-dasar negara dengan

ideologi mereka. Dan cara yang digunakan untuk mewujudkan

cita-cita itu adalah dengan menciptakan situasi perang secara

konstan atau perang pembunuhan. Sementara dalam konsep

perang, membunuh memang diperbolehkan, bahkan memiliki fai’

atau harta rampasan perang juga diperbolehkan. Sekalipun pada

akhirnya gagal, bagi mereka telah melakukan jihad, dan yang mati

diberikan gelar syahid.55

2. Tipologi Kelompok-kelompok Teroris

Kelompok teroris terbagi menjadi empat golongan, yaitu:

golongan nasionalis-separatis, golongan fundamentalis agama,

53 Hamidin. 2007. Wajah Baru Terorisme: Transformasi Jaringan,

Gerakan, dan Modus Kelompok Terorisme Domestik dan Global. Bogor: Pusat

Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme h 19 54Hamidin. 2007. Wajah Baru Terorisme: Transformasi Jaringan,

Gerakan, dan Modus Kelompok Terorisme Domestik dan Global. Bogor: Pusat

Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme h 19 55Hamidin. 2007. Wajah Baru Terorisme: Transformasi Jaringan,

Gerakan, dan Modus Kelompok Terorisme Domestik dan Global. Bogor: Pusat

Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme h 19

Page 58: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

45

kelompok agama baru, dan pelaku revolusi sosial. Penggolongan

ini menggambarkan bahwa kelompok teroris dapat dikategorikan

berdasarkan latar belakang politik atau ideologinya. Kategori

revolusioner juga dinilai sebagai “idealis” karena berperang

dengan alasan yang radikal demi membela keyakinan agama atau

politik.56

Meskipun beberapa kelompok tidak dapat dimasukkan ke

kelompok tertentu, tipologi umum diperlukan karena beragamnya

aksi terorisme. Cara pandang kelompok yang masuk dalam

kategori kelompok umum cenderung mempunyai banyak

persamaan dibandingkan kelompok yang benar-benar berbeda.

Sebagai contoh Irish Republican Army (IRA), Basque Fatherland

and Liberty (Euzkadi Ta Askatuna/ETA). Kelompok Teroris di

Palestina, dan LTTE semuanya memiliki motivasi yang sama,

yaitu nasionalis yang kuat. Kelompok Islam fundamentalis dan

Aunm Shinrikyo termotivasi oleh keyakinan agama.

Pemberantasan terorisme akan lebih efektif jika mengetahui

bagaimana motivasi kelompok tersebut. Kelompok kelima, adalah

kelompok teroris sayap kanan, tidak dimasukkan pembahasan.

Bukan karena kelompok mereka tidak patut diwaspadai, karena

merekalah yang melakukan aksi pengeboman di Oklahoma, AS

pada 19 April 1995.57

3. Ciri-ciri Teroris

56Sukawarsini Djelantik. 2010. Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis,

Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional. Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor h 24 57Sukawarsini Djelantik. 2010. Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis,

Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional. Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor h 24

Page 59: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

46

Agar dapat menghindari paham terorisme dan radikalisme,

atau untuk upaya pencegahan agar tidak teribat di dalamnya, dan

agar lebih tidak menjadi bias, maka diperlukan pemahaman yang

baik untuk mengenali ciri-ciri, paham, atau sikap yang biasanya

tertanam dalam diri teroris.58

Ciri teroris sendiri dapat dilihat dari dua kategori. Pertama,

ciri radikalis atau teroris militan dan keras selalu ditemukan dalam

diri mereka. Kedua, mereka memiliki ciri-ciri potensial untuk

berkembang menjadi radikalis dan teroris. Secara garis besar, ada

sepuluh ciri yang menjadikan kaum radikalis dan teroris, pertama

tekstualis dan kaku dalam bersikap dan memahami teks-teks suci.

Pemahaman yang kaku dan tekstualis mengakibatkan kesimpulan

yang semrawut. Misalnya di dalam kitab menjelaskan tentang

pemerintahan yang dzalim dijadikan dasar bahwa pemimpin itu

tidak sesuai dengan paham yang dianutnya dan melabeli pemimpin

itu sebagai thaghut atau thughyan. Pada saat yang sama, petunjuk

kafir dalam kitab dijadikan untuk mengkafirkan orang lain.59

Ciri yang kedua yaitu ekstrem, fundamentalis, dan

eksklusif. Ekstrem yang dimaksud adalah sikap yang

berseberangan dengan orang pada umumnya, terutama pemerintah.

Sementara fundamentalis adalah orang yang berpegang teguh

secara tekstual dan kaku. Hal ini juga diberlakukan dalam

beragama sehingga sebutannya adalah fundamentalisme agama.

Ernest Gelner menyebutkan bahwa fundamentalisme sebagai

58Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26. 59Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26.

Page 60: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

47

kekuatan atau integritas yang dapat menunjukkan bahwa iman

harus dipegang dengan teguh secara penuh dan harfiah, tanpa

mengenal kompromi, interpretasi, pengurangan, ataupun

keluwesan. Doktrin adalah inti agama dan harus diterapkan secara

persis dan paripurna.60

Ketiga yaitu eksklusif, kaum teroris selalu memandang

bahwa ideologi dan sudut pandangnyalah yang paling benar.

Sementara, sudut pandang lain dianggap salah atau sesat.61

Keempat, mereka selalu bersemangat untuk mengoreksi

orang lain. Keberlanjutan dari sikap eksklusif, kaum teroris

memiliki semangat yang tinggi untuk mengoreksi, menolak dan

melawan orang lain.

Ciri yang kelima yaitu pembenaran cara-cara kekerasan

dan menakutkan dalam mengoreksi orang lain dan dalam

mengembangkan serta menegakkan ideologinya.62

Keenam, kaum teroris memiliki rasa kesetiaan yang besar,

bahkan lintas negara. Suatu tindakan terorisme di suatu negara

dapat dikendalikan dan dibalas di negara lain.63

Ketujuh, ciri lain yang dimiliki kaum radikalis adalah

rekonstruksi musuh yang sering tidak jelas. Hal itu dapat terjadi

karena orang atau kelompok yang tidak sepaham dengan mereka

60Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26. 61Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26. 62Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26. 63Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja. h 26.

Page 61: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

48

adalah seorang musuh. Sehingga meskipun berkebangsaan sama,

sering kali dianggap sebagai musuh mereka lantaran perbedaan

keyakinan, prinsip, pendapat, atau latar belakang.64

Kedelapan, karena takaran konstruksi musuh masih tidak

jelas, maka mereka berperang dengan mati-matian terhadap yang

dianggap musuh agamanya dan yang melakukan kemunkaran.

Meskipun tidak secara langsung memusuhi, membunuh, atau

mengusir mereka.65

Ciri kesembilan yaitu konsern pada isu-isu penegakan

negara agama (dalam Islam seperti kekhalifahan) karena mereka

dianggap berhasil untuk membentuk tatanan dunia yang sejahtera

dan adil karena menjadikan agama sebagai dasar negara dan dasar

hukum.66

Kesepuluh, kaum teroris sangat menjunjung tinggi

tauhidiyyah hakimiyyah dan menghukum kafir orang yang tidak

menjadikan agama sebagai sumber hukum bernegara dan

bersosial.67

Landasan yang menjadi acuan mereka adalah ayat-ayat di

bawah ini:

ن و ر ف ك م ال ك ه ئ

ول أ ف

هل للا ز

ن ا أ م ب

م ك ح م ي

ن ل م و

Artinya: “Siapa saja yang tidak berhukum

(memutuskan hukuman) dengan apa yang

64Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26. 65Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26. 66Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26. 67Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26.

Page 62: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

49

diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-

orang yang kafir”. (QS. Al-Maidah (5): 44)68 م ن و

ن و م ل هم الظ ك ه ئ

ول أ ف

هل للا ز

ن ا أ م ب

م ك ح م ي

ل

Artinya: “Barangsiapa tidak berhukum

(memutuskan) perkara menurut apa yang

diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-

orang yang dzalim”. (QS. Al-Maidah (5): 45)69

م ي ن ل م و

ا أ م ب

م ك ح

ن و ق فس م ال ك ه ئ

ول أ ف

هل للا ز

ن

Artinya: “Barangsiapa tidak berhukum

(memutuskan) perkara menurut apa yang

diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-

orang yang fasiq”. (QS. Al-Maidah (5): 46)70

Bagi sebagian orang yang sangat sederhana

pemahamannya mengenai Al-Qur’an, sering kali tertarik untuk

mengedepankan maksud ayat secara tekstualis dan atomistis

(terpisah dengan ayat lain) seperti ini karena lebih menjawab emosi

keagamaannya.71

4. Karakter Terorisme

Ada beberapa karakteristik teroris menurut Hoffman dalam

buku Deradikalisasi Terorisme, antara lain:72

a. Karakter nasionalis-etnosentris, yaitu anti terhadap

pemerintah dan melakukan tindakan penyerangan di daerah

68Al-Quran yang dikompilasi Naf’an Akhun. Al-Quran Terjemahan

Departemen Agama. Semarang: CV Toha Putra h 163 69Al-Quran yang dikompilasi Naf’an Akhun. Al-Quran Terjemahan

Departemen Agama. Semarang: CV Toha Putra h 163 70Al-Quran yang dikompilasi Naf’an Akhun. Al-Quran Terjemahan

Departemen Agama. Semarang: CV Toha Putra h 163 71Syahrin Harahap. 2017. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja h 26. 72Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Derakalisasi BNPT.

2016. Anak Muda Cerdas Mencegah Terorisme h 18

Page 63: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

50

yang aman, dengan tujuan untuk memisahkan diri dari

pemerintah (separatis)

b. Religius, teroris menganggap serangan yang dilakukan

terhadap masyarakat dan bom bunuh diri adalah hal yang

harus mereka lakukan. Contoh kelompok ini adalah Jamaah

Islamiah (JI), gerakan garis keras di Hindu seperti

kelompok Sikh di India, serta Macan Tamil di Sri Lanka.

c. Ideologi yang bertujuan untuk menyebarkan propaganda

kebencian anti terhadap imigran dan melakukan

pengeboman, contohnya gerakan Nazi di Jerman dan

gerakan Fasis di Italia.

d. Ingle Issue, yaitu dengan melakukan sabotase dan

menyebarkan ancaman pengeboman terhadap objek-objek

vital, disebabkan merasa melihat ancaman terhadap

kelangsungan lingkungannya dan orang-orang di

daerahnya.

e. Faktor negara sponsor, yaitu dengan melakukan sabotase

atau penggunaan senjata yang dilakukan oleh sebuah

kelompok pemerintahan.

f. Faktor penderita sakit jiwa, yang dilakukan oleh individu

dengan melakukan pengeboman atau perampokan.73

Tidak hanya itu saja, ada pembagian lain menurut

Departemen Penelitian dan Pengembangan Kementerian

73Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Derakalisasi BNPT.

2016. Anak Muda Cerdas Mencegah Terorisme h 18

Page 64: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

51

Pertahanan Republik Indonesia, membagi karakter terorisme

menjadi empat kelompok, yaitu:74

a. Karakteristik Organisasi yang meliputi organisasi,

rekrutmen, pendanaan, dan hubungan internasional.

b. Karakteristik terorisme yang memiliki persamaan dalam

operasi, contohnya seperti perencanaan eksekusi teror,

waktu, taktik dan kolusi.

c. Karakteristik perilaku, yang meliputi kesamaan motivasi,

dedikasi, disiplin, keinginan membunuh dan menyerah

hidup-hidup.

d. Karakteristik sumberdaya, yang meliputi kesamaan latihan,

pengalaman perorangan di bidang teknologi, persenjataan,

perlengkapan dan transportasi.75

5. Faktor Penyebab Menjadi Teroris

Penelitian oleh Fuadi Isnawan yang berjudul Program

Deradikalisasi Radikalisme dan Terorisme melalui Nilai–Nilai

Luhur Pancasila membahas mengenai faktor-faktor penyebab

gerakan radikalisme antara lain faktor internal keberagamaan,

faktor eksternal sosio-politikultural, faktor psikologis, dendam

politikultur, faktor sejarah, faktor pendidikan, faktor pemikiran,

faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor politik. Serta peran

Pancasila dalam menghalangi masuknya paham radikalisme dan

terorisme di Indonesia, karena Pancasila mengandung nilai luhur

74Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Derakalisasi BNPT.

2016. Anak Muda Cerdas Mencegah Terorisme h 20 75Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Derakalisasi BNPT.

2016. Anak Muda Cerdas Mencegah Terorisme h 20

Page 65: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

52

yang dapat membentengi diri individu maupun negara dalam

menghalau paham tersebut (Isnawan, 2018)76

Dalam kancah nasional, setidaknya ada beberapa faktor

yang menyebabkan terjadinya terorisme dan radikalisme, antara

lain:

a. Faktor kesenjangan sosial dan politik.

Contohnya seperti adanya sekat antara yang kaya dan yang

miskin.

b. Jaringan internasional

Jaringan internasional memberikan dukungan logistik

kepada kelompok-kelompok lokal. Contoh dari hal ini

adalah pendidikan kemiliteran yang diadakan di Filipina

dan Afganistan.

c. Faktor kultural

Pandangan yang sempit terhadap agama dapat memicu aksi

terorisme. Khususnya dalam konsep jihad dan khilafah

dalam Islam yang ditafsirkan secara sempit dan sektoral.

Paham ini dikembangkan oleh aliran strukturalisme yang

beranggapan bahwa akar dari terorisme adalah persamaan

hak (equal rights), perlindungan terhadap penduduk sipil

(civil protection), kebebasan (freedom). Menurut teori ini,

yang menjadi akar terorisme adalah tidak adanya keadilan,

rasa kecewa, dan ketidakpuasan terhadap pemerintah, dan

76Isnawan, F. 2018. Program Deradikalisasi Radikalisme dan

Terorisme Melalui Nilai–Nilai Luhur Pancasila. Jurnal Fikri, 3(1), h 1–28

Page 66: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

53

ketidakpedulian dari elit politik, sehingga menimbulkan

kesenjangan dalam masyarakat.77

Selain itu, dalam buku Bjorgo yang berjudul Root Causes

of Terrorism: Myths, Reality, and Ways Forward, menawarkan

sebuah tipologi faktor-faktor penyebab terorisme. Bjorgo

membagi menjadi dua kategori, yaitu precondition softerrorism

dan precipitants of terrorism. Precondition softerrorism adalah

faktor-faktor yang menjelaskan kondisi-kondisi jangka panjang

yang dapat menimbulkan terorisme. Precipitants of terrorism

adalah peristiwa atau fenomena tertentu yang memicu terjadinya

tindakan terorisme. Kedua faktor ini kemudian dibagi lagi menjadi

empat tingkatan, yaitu:

a. Faktor penyebab struktural, yaitu faktor-faktor penyebab

yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas, yang

kemungkinan tidak disadari. Faktor struktural ini antara

lain: ketidakseimbangan demografik, globalisasi,

modernisasi yang sangat cepat, transisi masyarakat,

meningkatnya individualisme, dan keterasingan dari

masyarakat, struktur kelas, dan sebagainya.

b. Faktor penyebab fasilitator, yaitu faktor yang

menyebabkan terorisme menjadi suatu pilihan yang

menarik. Contoh dari nyata dari faktor ini adalah

perkembangan media massa, perkembangan transportasi,

77Muhammad Ali Zaidan. 2017. Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme (Pendekatan Kebijakan Kriminal) Seminar Nasional Hukum

Universitas Negeri Semarang 3:1 Hal 157

Page 67: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

54

teknologi persenjataan, lemahnya kontrol negara atas

wilayahnya, dan lain-lain.

c. Faktor penyebab motivasional, yaitu ketidakpuasan yang

dialami oleh seseorang dan memotivasi seseorang untuk

bertindak .

d. Faktor pemicu, yaitu faktor langsung terjadinya terorisme.

Faktor ini dapat berupa peristiwa yang provokatif atau

peristiwa politik tertentu, atau tindakan musuh yang

menimbulkan suatu reaksi78

6. Penanganan narapidana teroris

a. Sumber daya Indonesia untuk menanggulangi terorisme

Menurut Juwono Sudarsono, ada empat fungsi

utama yang menjadi pilar dalam sistem keamanan nasional

komprehensif, yaitu:

i. Pertahanan negara, yaitu fungsi pemerintahan negara

dalam menghadapi ancaman baik dari luar negeri dalam

rangka menegakkan kedaulatan bangsa, keselamatan,

kehormatan, dan keutuhan NKRI

ii. Keamanan negara, yaitu fungsi pemerintahan negara

dalam menghadapi ancaman yang berasal dari dalam

negeri

iii. Keamanan publik, yaitu fungsi pemerintahan negara

dalam memelihara dan memulihkan keselamatan,

keamanan, dan ketertiban masyarakat melalui

78Muhammad Ali Zaidan. 2017. Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme (Pendekatan Kebijakan Kriminal) Seminar Nasional Hukum

Universitas Negeri Semarang 3:1 Hal 159

Page 68: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

55

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan masyarakat.

iv. Keamanan insani, yaitu fungsi pemerintahan untuk

menegakkan hak-hak dasar warga negara.

Berdasarkan fungsi tersebut sudah menjadi kewajiban

pemerintah untuk menjaga negara dan setiap warga negara dari

segala ancaman. Ancaman adalah hal yang dapat mengganggu

kedaulatan maupun keselamatan bangsa, hingga hal yang

mengganggu hak-hak warga negara. Kewajiban pemerintah adalah

mengatasi setiap adanya gerakan radikal dan terorisme dalam

bangsa.

Adanya sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia untuk

menanggulangi masalah terorisme sudah seharusnya ditingkatkan.

Beberapa dari sumber daya tersebut adalah finansial negara, Modal

kekuatan politik, organisasi anti terorisme Indonesia, serta

perangkat regulasi yang mengatur tentang penanganan terorisme

bahkan pencegahan terjadinya serangan teror.79

Pada tahun 2016, sumber daya anggaran pemerintah

penanganan terorisme menyiapkan anggaran hingga Rp 1,9 Triliun

untuk memperkuat pasukan anti teror, terutama Densus 88. Dana

tersebut untuk peremajaan alat persenjataan, biaya pelatihan, gaji,

dan asrama personel Densus 88. Menurut Mardigu WP, pengamat

terorisme, dana tersebut terlalu berlebihan, padahal, selain

79 Juwono Sudarsono. Materi Rapat, Cikeas Bogor 11 Februari 2007.

Page 69: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

56

pemerintah terdapat lembaga yang berfokus pada pencegahan

terorisme seperti BNPT dan BIN.80

Program lain yang perlu ditingkatkan lagi terkait dengan

pendeteksian dini gerakan teror adalah program yang telah dibuat

oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT).81

Dalam program tersebut, anggota yang tergabung dapat

mengajukan dana atas acara yang akan diselenggarakan dalam

rangka pencegahan teror. Melalui program ini, BNPT telah

menyediakan anggaran Rp 1 Milyar setiap tahun di setiap provinsi.

Namun hal tersebut belum berjalan dengan maksimal karena

BNPT hanya menerima Rp 310 Milyar yang telah termasuk

seluruh biaya operasional dan gaji personil BNPT, sehingga

kegiatan lainnya tidak bisa terlaksana.82

Selain meningkatkan penyediaan anggaran bagi

penanggulangan terorisme, pemerintah juga perlu merevisi

peraturan yang berkaitan terorisme. Undang-undang tersebut

adalah Undang-undang Nomor 15 tahun 2003 yang merupakan

tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme. Menurut Undang-Undang tersebut Terorisme

merupakan:

80Anggaran Rp. 19 T Untuk densus 88”, http://www. indopos

.co.id/2016/02/anggaran-rp-19-t-untukdensus-88.html, diakses tanggal 14

Oktober 2019

81FKPT adalah Forum yang dibentuk oleh BNPT di setiap Provinsi di

Indonesia. Sudah 32 Provinsi yang memiliki FKPT

82“BNPT Keluhkan Kekurangan Dana Untuk Deradikalisasi”,

http://nasional.kompas.com/read/2016/02/02/20122161/BNPT.Keluhkan.Keku

rangan.Dana.untuk.Deradikalisasi, tanggal 14 Oktober 2019

Page 70: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

57

Tindak pidana Terorisme adalah setiap orang yang dengan

sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan

menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara

meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan

cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau hilangnya

harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau

kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau

lingkungan hidup, atau fasilitas publik atau fasilitas

internasional”.83

Adanya undang-undang tersebut memicu pihak yang pro

dan kontra terutama terkait dengan pandangan perlindungan HAM,

Kelompok kontra tidak setuju dengan pengingkaran terhadap

perlindungan pelaku teror. Di lain pihak, kelompok pro tidak

setuju dengan pendekatan perlindungan HAM korban. Kelompok

pro menilai bahwa teror adalah ancaman bagi setiap individu,

seperti hak ingin hidup dan hak untuk terbebas dari rasa takut.

Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan Perpres No 46

Tahun 2010 yang kemudian dirubah menjadi Perpres No 12 Tahun

2012 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Dua

strategi yang dilakukan BNPT dalam melakukan pencegahan yaitu

deradikalisasi dan kontra radikalisasi atau penangkalan ideologi

teroris.84

F. Teori Pendekatan Islam Humanistik dan Teori Life

Skills

83Lihat UU No. 15 Th 2003 ttg PP pengganti UU No. 1 Th 2002 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme bab III pasal 6.

84 Agus SB. 2014. Merintis Jalan Mencegah Terorisme (Sebuah Bunga

Rampai), Jakarta: Semarak Lautan Warna h. 161-163.

Page 71: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

58

1. Teori Pendekatan Islam Humanistik

Sebagai pengantar atas temuan penelitian, akan dibahas

terlebih dahulu tentang Teori Pendekatan Islam humanistik. Teori

ini berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan. Teori ini didukung oleh

pakar psikolog yang terkenal, yaitu Carl Roger, Abraham Maslow,

dan Arthur Combs. Fokus mereka adalah pemberian bantuan

kepada peserta didik agar terhumanisasikan atau teraktualisasi diri.

Selain itu, dukungan lain juga didapat dalam teori ini berasal dari

John Holt, Jonathan Kozol, dan George Dennison, yang menilai

bahwa humanistik di barat hanya mematikan secara intelektual dan

memberikan pengaruh yang destruktif. Teori pendekatan

humanistik di Barat dilakukan hanya untuk membebaskan manusia

dari ketidakadilan dari penindas.85

Mustafa Rahma menegaskan bahwa Pendekatan

humanistik di Barat hanya berujung pada tuntutan material tanpa

diimbangi dengan nilai spiritual. Hanya membebaskan manusia

dari kebodohan dan kemiskinan.86

Lain halnya dengan pendekatan humanistik dalam Islam,

yang menurut Abdurrahman Mas’ud didefinisikan sebagai proses

pendekatan yang lebih memperhatikan manusia sebagai makhluk

85Paulo Freire, 2009. Pendidikan yang Membebaskan, Pendidikan yang

Memanusiakan, dalam Omi Intan Naomi (ed), Menggugat Pendidikan

Fundamentalisme Konservatif Liberal-Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar h

435

86Musthafa Rahman. 2009. Humanisasi Sistem Pendidikan. Jurnal

Nadwah 3, h 20

Page 72: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

59

sosial dan makhluk yang religius dan diberi kesempatan untuk

mengembangkan potensi-potensinya.87

Jadi, pendekatan Islam humanistik adalah pendekatan yang

kajiannya berdasarkan pada nilai-nilai atau ajaran Islam dengan

menjadikan humanisme Islam.88

a. Nilai-nilai Humanistik Islam

Humanisme dalam Islam memandang bahwa manusia

memiliki fitrah ketuhanan dan beberapa nilai yang mengandung

prinsip kemanusiaan (humanitas) manusia. Nilai-nilai tersebut

adalah persamaan, persaudaraan, dan kebebasan.89 Pendekatan ini

juga mengandung dua dimensi sekaligus, yaitu dimensi vertikal

dan horizontal. Sehingga proses pendekatan ini adalah proses yang

berorientasi pada aspek potensial manusia sebagai makhluk

individu dan sosial, sebagai ‘abdullah atau khalifatullah.90

Sehingga, dari uraian diatas dapat diketahui bahwa

pendekatan humanistik adalah pendekatan yang memanusiakan

manusia91 dengan cara memberikan kesempatan untuk

mengaktualisasi dan menumbuhkan potensi yang dimilikinya92

87Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan

Nondikotomik. Yogyakarta: Gama Media h 135

88Menurut Musthafa Rahman, Humanisme merupakan cara pandang

terhadap dunia yang menekankan manusia beserta sifat dasar dan peran di dunia

menurutnya humanisme Islam adalah humanisme religius yang berdasarkan

pada ajaran Islam. Musthafa Rahman. 2009. Humanisasi Sistem Pendidikan.

Jurnal Nadwah 3, 53

89Musthafa Rahman. 2009. Humanisasi Sistem Pendidikan. Jurnal

Nadwah 3, h 58

90 Abdurrahman Mas’ud. 2002. Menggagas Format Pendidikan

Nondikotomik. Yogyakarta: Gama Media h 135

91 Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Madrasah,

dan Perguruan Tinggi. Depok: Raja Grafindo Persada h 142

92 Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Madrasah,

dan Perguruan Tinggi. Depok: Raja Grafindo Persada h 143

Page 73: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

60

atau dalam prakteknya adalah mengajarkan keimanan tidak hanya

merujuk kepada kitab suci, tetapi juga melalui pengalaman hidup

dan menghadirkan Tuhan dalam mengatasi persoalan hidup, baik

di ranah pribadi atau ranah sosial.93

2. Teori Life Skills

Kecakapan hidup (life skills) diartikan sebagai suatu

keterampilan agar dapat melakukan sesuatu dengan baik.

Kecakapan hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

oleh individu agar dapat menunjang mutu kehidupan mereka.

Menurut Francis, bahwa Life Skills adalah skills that help an

individual be succesfull in living a productive and satisfying life.94

Makna kecakapan hidup adalah dengan kebiasaan bagi

tingkah laku positif dan adaptif yang memungkinkan individu

untuk memenuhi kebutuhannya dan tantangan sehari-hari. Hal itu

serupa dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas bahwa

kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk

berani dan mau menghadapi masalah hidup tanpa merasa tertekan

dan kemudian secara kreatif menemukan solusi hingga mampu

mengatasinya.95

Sebuah model kecakapan hidup yang baru-baru ini

dikembangkan adalah hidup 3H, yaitu heart, hand, and head yang

pertama kali dikembangkan di Universitas Lowa, Amerika Serikat.

Model ini dikembangkan atas sebuah pemahaman bahwa manusia

93 Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme

Teosentris. Yogyakarta: Pustaka pelajar h 202

94Francis. 2007. Life Skills Education. Diakses dari

www.changingminds.org pada tanggal 26 Januari 2020

95Depdiknas. 2003. Kecakapan Hidup. Pendidikan Kecakapan Hidup.

Jakarta: Depdiknas.

Page 74: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

61

dalam mengatasi permasalahan hidup tidak akan tercapai jika

salah satu atau keseluruhan dari kemampuan berikut terpenuhi,

yaitu:

1. Heart (hati) kecakapan hidup yang tergolong dalam aspek

ini adalah segala kemampuan yang berkaitan dengan diri

sendiri dan yang berhubungan dengan lingkungan.

Kecakapan ini meliputi kemampuan membangun relasi,

berkomunikasi, kerjasama, kemitraan, kebaikan hati,

kompetensi memahami diri sendiri dan toleransi kepada

orang lain. Yang saling menguntungan; dan kemampuan

memiliki sikap yang menggambarkan kompetensi

memahami diri sendiri, memiliki kebaikan hati, dan yang

terakhir memiliki toleransi kepada orang lain.

2. Hand (tangan). Kecakapan hidup yang masuk dalam

kategori ini adalah kemampuan teknis, memiliki

keterampilan tertentu dalam sebuah pekerjaan. Seseorang

dipandang perlu memiliki kemampuan keterampilan agar

dapat memberi manfaat kepada orang lain.

3. Head (Kepala). Kecakapan ini dikaitkan dengan segala

sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan, penalaran,

kreativitas. Termasuk juga kemampuan berpikir, membuat

gagasan serta membuat keputusan dan berkreativitas.

Selain itu, aspek ini dikategorikan kepada dua aspek, yaitu

kemampuan berpikir yang dapat melahirkan gagasan dan

juga membuat keputusan serta mencari penjelasan dan

pemanfaatan dalam pencakupan sumber daya untuk

memenuhi sebuah tujuan.

Page 75: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

62

Pada tataran pembelajaran, ciri pempelajaran

kecakapan hidup adalah:

1. Terjadinya proses identifikasi kebutuhan belajar,

2. terjadinya proses penyadaran untuk belajar bersama

3. Terjadinya keselarasan kegiatan belajar untuk

mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha

bersama

4. Terjadinya proses penguasaan kecakapan personal,

sosial, vokasional, akademik, manajerial,

kewirausahaan,

5. Terjadinya proses pemberian pengalaman dalam

melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan

produk bermutu,

6. Terjadinya proses interaksi saling belajar dari ahli,

7. Terjadinya proses penilaian kompetensi, dan

8. Terjadinya pendampingan teknis untuk bekerja dan

membentuk usaha bersama96

Metode ini menekankan pada pentingnya pengalaman

sebagai titik tolak dalam merubah perilaku positif kelompok

sasaran. Pengalaman positif (educative) menjadi penggerak

seseorang melalui perbaikan kehidupannya. Pengalaman akan

menentukan bagaimana individu belajar untuk menjalani

kehidupan, dan belajar akan menentukan pengalaman kehidupan

yang akan dijalaninya.97. Individu memperoleh sejumlah

96 Depdiknas. 2003. Kecakapan Hidup – Pendidikan Kecakapan Hidup.

Jakarta: Depdiknas

97 Fenwich, Tara J. 2001. Experiential Learning: A Theoretical

Cririque From Five Perspectives, Columbus: The Ohio State University

Page 76: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

63

pengalaman, mengakumulasinya, menginternalisaikanya &

menjadikan sebagai bagian dari dirinya. Pengalaman ini akan

menjadi instrumen yang penting di dalam menjalani proses belajar

selanjutnya. Setiap menghadapi pengalaman baru, maka individu

akan menggunakan pengalamannya untuk menginterpretasikan

dan bilamana perlu mengtransformasikanya ke dalam

pengetahuan, keterampilan dan sikap baru98 (Dewey, 1968).

Bertitik tolak dari pengalaman, proses pembelajaran dapat

dilakukan guna mengembangkan kemampuan berinovasi

seseorang. Melalui penyediaan berbagai kesempatan untuk

menemukan, mengeksplor, menganalisis dan mengevaluasi

berbagai pengalaman akan dapat menumbuhkan pemikiran-

pemikiran dan pengetahuan-pengetahuan baru

98Dewey, 1968. Experience and Education. London: Collier Macmillan

Publisher.

Page 77: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN PRASASTI

PERDAMAIAN

A. Sejarah Yayasan Prasasti Perdamaian

Institute for International Peace Building (IIPB) adalah

organisasi non-pemerintah yang didirikan pada Januari 2008

sebagai respon terhadap ancaman terorisme. Terorisme telah

menciptakan banyak korban secara langsung dan tidak langsung.

Banyak orang telah terbunuh, banyak anak yatim piatu, dan banyak

istri telah menjadi janda dan mereka sekarang menghadapi

kesulitan ekonomi dan mereka juga harus berurusan dengan stigma

sebagai teroris selama sisa hidup mereka. Di sisi lain, pendekatan

'keras' untuk mengatasi terorisme telah terbukti tidak efektif. Ini

bisa dilihat dengan munculnya ancaman baru. Diperlukan

pendekatan yang berbeda. Dibutuhkan kebijakan terpadu dan

strategi nasional untuk mengurangi tingkat ancaman yang datang

dari kelompok-kelompok kekerasan. Keberadaan Yayasan Prasasti

Perdamaian difokuskan untuk mengembangkan dan memperdalam

pemahaman tentang perdamaian dan konflik, kekerasan politik,

terorisme dan kejahatan transnasional lainnya. Tujuannya adalah

untuk mempromosikan perdamaian, termasuk melalui dialog.99

B. Lokasi

Lokasi Yayasan Prasasti Perdamaian yang beralamat di

Jalan Tebet Timur Dalam III E, RT 6/RW 3 Tebet Timur

Kecamatan Tebet Jakarta Selatan 12829.

C. Visi dan Misi

1. Visi

99Yayasan Prasasti Perdamaian. Who We Are.

https://prasasti.org/about/ diakses pada 7 Oktober 2019 10:47

Page 78: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

65

Untuk menciptakan tempat yang lebih aman bagi orang

Indonesia dari kekerasan ekstremisme dengan intervensi sosial

melalui pendekatan alternatif dan berkelanjutan.100

2. Misi

1. Untuk melakukan penelitian terkait dengan isu-isu

ekstremisme kekerasan baik secara lokal maupun

internasional

2. Untuk memfasilitasi rehabilitasi dan reintegrasi sosial para

pelaku kekerasan ekstrem (terorisme) dan keluarganya

melalui pendekatan yang manusiawi.

3. Untuk mendorong partisipasi yang lebih aktif dari aktor

dan negara non-negara (LSM, organisasi berbasis agama,

sektor swasta dan akademisi), untuk menanggulangi

kekerasan ekstrem.

4. Untuk mendorong nilai-nilai dan inisiatif berbasis lokal

yang sudah ada dan hidup di masyarakat sebagai alat dalam

menyelesaikan kekerasan ekstremisme.

5. Untuk mempromosikan peran perempuan dan anak-anak

untuk melepaskan siklus ide-ide ekstrim atau radikal.101

D. Progrram Yayasan Prasasti Perdamaian

1. Program Umum

Institute for International Peace Building atau lebih dikenal

dengan nama Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) adalah lembaga

100 Yayasan Prasasti Perdamaian. Who We Are.

https://prasasti.org/about/ diakses pada 7 Oktober 2019 10:47

101 Yayasan Prasasti Perdamaian. Who We Are.

https://prasasti.org/about/ diakses pada 7 Oktober 2019 10:47

/

Page 79: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

66

yang bergerak dalam isu perdamaian dan aktif dalam program

disengagement untuk mantan narapidana teroris.

Saat program deradikalisasi oleh pemerintah mendapat

banyak resistensi dari kalangan radikal, Yayasan Prasasti

Perdamaian melakukan inisiatif untuk menyentuh mantan

narapidana teroris dengan cara yang lain. Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak pernah melakukan deradikalisasi. Yayasan

Prasasti Perdamaian praktis menolak pendekatan dan metode

deradikalisasi yang dikembangkan pemerintah. Karena itu

Yayasan Prasasti Perdamaian memilih term disengagement,

berikut segala pendekatan, metode, strategi dan target, yang lebih

mengena dan menjadi pilihan strategis untuk diimplementasikan.

Post prison program yang belum dimiliki pemerintah

menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengambil peran dalam

deradikalisasi. Bukan dalam term agama, namun dalam

pendekatan kemanusiaan. Ada kepercayaan yang bisa diberikan

oleh masyarakat madani pada mantan narapidana teroris untuk

membantu mereka memasuki ruang interakasi sosial menuju

integrasi sosial di tengah masyarakat. Pada intinya, Yayasan

Prasasti Perdamaian mencoba membuka ruang aktualisasi diri

pada mantan narapidana teroris.102 Program-program yang

dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian selama ini berupa

upaya untuk mendorong dan memberdayakan potensi individu dan

menciptakan ruang-ruang interaksi sosial yang baru. Dukungan

102 Taufik Andrie. Deradikalisasi atau Disengagement; Kajian dan

Praktek dari Perspektif Civil Society. Dikutip dari

https://www/academia.edu/353333 /Deradikalisasi atau Disengagement pada

tanggal 8 Oktober 2019 9:39

Page 80: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

67

menuju rehabilitasi sosial diberikan dengan mendorong

terciptanya kemandirian ekonomi, dengan cara memberikan

dukungan pada mereka berupa menciptakan small scale bussines.

Disamping itu, untuk menopang disengagement yang telah

dikembangkan, Yayasan Prasasti Perdamaian juga aktif terlibat

dalam academic researches, dimana kadang bekerjasama dengan

lembaga riset international.103

Merujuk pada apa yang telah Yayasan Prasasti Perdamaian

lakukan pada beberapa mantan narapidana teroris di Semarang,

Solo, Poso dan Jakarta maka peran masyarakat dalam

disengagement bukan lagi omong kosong. Pendekatan tersebut

meminimalisir resistensi. Melahirkan kemungkinan-kemungkinan

baru melepaskan mantan narapidana teroris dari potensi terlibat

kembali dalam aksi terorisme.

Secara umum, Program yang dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian ada 3 program, yaitu:

a. Program Penelitian

Program penelitian yang dilakukan oleh divisi penelitian

yang bertujuan untuk merencanakan, melaksanakan dan

menerbitkan riset yang berkualitas yang berhubungan dengan

Countering Violent Extremism (CVE) isu dan semua yang

memiliki kapasitas untuk melakukan program intervensi yang

tepat. Penelitian yang dilakukan Yayasan Prasasti Perdamaian

dilakukan atas isu-isu tertentu dan bertujuan untuk menyampaikan

103 Taufik Andrie. Deradikalisasi atau Disengagement; Kajian dan

Praktek dari Perspektif Civil Society. Yayasan Prasasti Perdamaian Dikutip dari

https://www/academia.edu/353333 /Deradikalisasi atau Disengagement pada

tanggal 8 Oktober 2019 9:39

Page 81: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

68

pengetahuan dan bukti yang kritis dan memberitahukan kebijakan

dan tindakan. Yayasan Prasasti Perdamaian mengidentifikasi

faktor pendorong dan faktor penghambat yang menimbulkan

radikalisasi dan perekrutan kepada kekerasan yang ekstrim.104

Berikut adalah penelitian yang telah dilakukan Yayasan Prasasti

Perdamaian:

i. Penelitian tentang peran wanita dalam kelompok radikal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran wanita di

kalangan kelompok radikal akhir-akhir ini. Yayasan Prasasti

Perdamaian menemukan bahwa wanita dulunya hanyalah

pendukung yang pasif. Namun sekarang menjadi pendukung yang

aktif di kelompok radikal. Namun, pada kasus yang lain, mereka

juga memiliki peran sebagai agen radikalisasi dengan keluarga

mereka.

ii. Penelitian tentang kefektifan program deradikalisasi

Penelitian ini bertujuan untuk memahami program deradikalisasi

dan keefektifannya melalui teroris atau mantan teroris. Hasil dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

dilakukan pada program deradikalisasi yang efektif yang dapat

dilakukan oleh lembaga pemerintah atau Customer Service Officer

sebagai intervensi yang tepat.

ii. Penelitian tentang jalan menuju radikalisasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

seseorang akhirnya percaya bahwa kekerasan

104Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Research Division

https://prasasti.org/programs/research/ diakses pada 06 Oktober 2019 13.00

Page 82: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

adalah menjadi jalan yang mereka tempuh. Penelitian ini juga

mencoba memahami apa yang dapat menghambat dan

mendorong pelaku, dan orang-orang yang rentan menjadi

radikal, alasan sebenarnya, dan apa pandangan objektif

mereka ketika mendukung tindakan kekerasan dan kelompok

radikal.105

iii. Penelitian tentang peran pemerintah dalam

menyelamatkan remaja yang terpapar pada pemikiran

radikal.

Penelitian ini berfokus pada aspek psikologis dari

seorang remaja yang dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

kategori, yaitu remaja yang orang tuanya terlibat dengan

tindakan kekerasan atau aksi radikal dan yang kedua, remaja

yang menjadi pendukung atau atau pelaku kekerasan tindakan

kekerasan atau aksi radikal di Indonesia. Objektifitas dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendapat

mereka tentang kekerasan dan kelompok radikal. Dan bagi

remaja yang melakukan aksi radikal yaitu untuk mengetahui

apa faktor yang membuat mereka memutuskan melakukan

radikalisme.106

b. Program Capacity Building

Proram Capacity Building dilaksanakan berdasarkan hasil

dari berbagai riset. Program ini juga menguji hasil dari penelitian

105Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Research Division

https://prasasti .org/ programs/research/ diakses pada 06 Oktober 2019 13.00 106 Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Research Division

https://prasasti .org/ programs/research/diakses pada 06 Oktober 2019 13.00

Page 83: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

70

untuk membuat program intervensi yang sesuai dalam CVE.

Penerima manfaat yang utama dari program ini adalah pejabat

pemerintah dan direktorat hukum dan pusat layanan hak asasi

manusia untuk melatih tahanan bebas bersyarat dan tahanan

narapidana teroris serta pekerja sosial dalam pelayanan sosial

untuk menangani orang yang deportan dan returnees. Program

Capacity Building dilakukan dalam berbagai kegiatan, antara lain:

i. Penayangan film Prison and Paradise.

Film Prison and Paradise diproduksi pada tahun

2010. Prison and Paradise menceritakan bagaimana dampak

dari peristiwa pengemboman yang dapat mewujudkan anak-

anak yatim pada dua sisi, keluarga dari korban dan pelaku

pengeboman. Penayangan film ini menciptakan ruang dialog

dan percakapan yang akan menghasilkan pemikiran kritis

dalam masyarakat dan memahami bagaimana dampak nyata

dari kekerasan. Film ini sudah ditayangkan di 34 provinsi di

Indonesia.

ii. Pelatihan Jurnalistik di Pondok Pesantren

Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan

pemikiran kritis pada santri di pesantren, khususnya

santriwati. Pelatihan ini meliputi 3 tema, yaitu: Hak asasi

manusia, kebebasan berpendapat dan media sosial. Setiap

topik akan diberikan sebanyak 4 kali dan lebih

Page 84: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

71

menitikberatkan kepada praktik penulisan berita melalui

penelitian singkat dan observasi kondisi lokal di Solo.107

iii. Pelatihan pekerja sosial dalam menangani returnees

Pelatihan ini bertujuan untuk memfasilitasi

pegawai pemerintahan khususnya pegawai kementerian

dengan kapasitas dan kualitas untuk menangani returnees dan

deportan dari Syiria. Pelatihan ini ada berdasarkan fakta

bahwa pekerja sosial memiliki pengalaman yang sangat

terbatas akan orang yang berpaham radikal. Lokasi dari

pelatihan ini berada di Solo, dan harapannya akan menyebar

di masa mendatang.

iv. Penayangan film Jihad Selfie

Film jihad selfi diproduksi pada tahun 2014.

Penayangan pertama dilaksanakan di Workshop

Penanggulangan Kekerasan yang Ekstrim di Geneva tahun

2015. Film ini dibuat berdasarkan fenomena ketika kelompok

radikal, khususnya ISIS menggunakan media sosial untuk

merekrut anggota baru. Yayasan Prasasti Perdamaian

melakukan penayangan sebagai media untuk menggelar

diskusi yang sehat dan terbuka tentang fenomena radikalisasi di

Indonesia. sejak penayangan pertama, Jihad Selfie sudah

ditonton melebihi 10000 penonton yang terdiri dari beberapa

107Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Capacity Building

prasasti.org/programs/capacity-building-division/ diakses pada 07 Oktober

10.30

Page 85: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

72

rentang usia, baik remaja hingga orang dewasa, di dalam

maupun luar negeri.108

v. Pengembangan Kapasitas untuk Petugas Pemasyarakatan

(Narapidana dengan Pembebasan Bersyarat dan yang

berada di Penjara)

Petugas penjara dan narapidana pembebasan

bersyarat memainkan peran yang sangat penting dalam

melawan kekerasan ekstremisme, karena mereka terlibat

dengan teroris dan mantan narapidana teroris setiap hari. Jadi,

untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kapasitas

petugas pembebasan bersyarat dan penjara dalam menangani

teroris dan mantan narapidana teroris, Yayasan Prasasti

Perdamaian telah menciptakan program ini. Program ini juga

sebagai bagian dari pengembangan program rehabilitasi

'perusahaan sosial', sebuah konsep yang dipersiapkan para

narapidana teroris untuk memiliki perusahaan bisnis begitu

mereka selesai di penjara.109

c. Program Pendampingan

Program ini berfokus pada bantuan untuk mantan

narapidana teroris dan keluarga mereka, anak-anak dalam jaringan

terorisme, yang dideportasi dan yang kembali. Bantuan ini adalah

bagian dari proses disengagement dan reintegrasi bagi orang-orang

itu. Upaya disengagement dan reintegrasi sosial dilakukan melalui

108Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Capacity Building

prasasti.org/programs/capacity-building-division/diakses pada 07 Oktober

10.30

109 Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Capacity Building

prasasti.org/programs/capacity-building-division/diakses pada 07 Oktober

10.30

Page 86: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

73

terapi penyembuhan trauma, diskusi, kunjungan rutin, pelatihan

soft skill, dan pelatihan dan bantuan kewirausahaan. Melalui upaya

ini kami berharap mereka akan memiliki kesempatan kedua untuk

tinggal bersama keluarga dan komunitas mereka.110 Diantara

program pendampingan yang telah dilakukan Yayasan Prasasti

Perdamaian adalah sebagai berikut:

i. Program Pemberdayaan Kreatif Ekonomi untuk Mantan

Narapidana Teroris

Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan

kesempatan kepada mantan napi teroris untuk memiliki dan

memulai suatu badan usaha. Memiliki badan usaha juga

membantu mereka mengurangi stigmatisasi masyarakat dan

sebagai bagian dari proses reintegrasi kepada masyarakat.

Tidak hanya bagaimana memulai dan memilih bisnis, program

ini juga melengkapi keluarga teroris/mantan narapidana

teroris dengan kapasitas dalam menjalankan bisnis sehari-hari,

sehingga tujuan akhir untuk membuat mereka

mensejahterakan mereka bisa terwujud.s

ii. Program Pemberdayaan Ekonomi Kreatif untuk Keluarga

(Istri atau Anak-Anak) Teroris atau mantan Narapidana

Teroris

Tujuan dari program ini adalah memberi mereka

(istri atau anak-anak teroris/mantan narapidana teroris)

kesempatan untuk memiliki dan memulai suatu badan usaha.

Memiliki badan usaha juga membantu mereka mengurangi

110Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Outreach Division,

https://prasasti.org/programs/outreach-division/ diakses pada 07 Oktober 10.30

Page 87: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

74

stigmatisasi masyarakat dan sebagai bagian dari proses

reintegrasi kepada masyarakat. Tidak hanya bagaimana

memulai dan memilih bisnis, program ini juga melatih

keluarga teroris atau mantan narapidana teroris kapasitas

dalam menjalankan bisnis sehari-hari, sehingga tujuan akhir

untuk membuat mereka mempertahankan diri bisa

terwujud.111

2. Program yang Telah Dilakukan Yayasan Prasasti

Perdamaian

Diantara program yang telah berjalan di Yayasan Prasasti

Perdamaian adalah sebagai berikut:

a. Program rehabilitasi dan reintegrasi bagi mantan

narapidana teroris

Program ini menyediakan bisnis kecil yang bertujuan untuk

membuat kehidupan sosial yang kondusif bagi narapidana teroris.

Bisnis yang telah berjalan sejauh ini adalah bisnis restoran bebek

goreng, toko roti, kolam ikan, dan susu kedelai.

b. Kunjungan konsultasi reguler

Program ini bertujuan untuk mengawasi efektivitas

program Yayasan Prasasti Perdamaian, khususnya pemberdayaan

ekonomi bagi keluarga narapidana teroris atau mantan narapidana

teroris.

111 Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Outreach Division,

https://prasasti.org/programs/outreach-division/ diakses pada 07 Oktober 10.30

Page 88: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

75

c. Pembuatan film Prison and Paradise, yang disutradarai oleh

Daniel Rudi Haryanto.112

Film ini telah ditayangkan sebagai World Premiere di

Dubai International Film Festival pada November 2010.

d. Peluncuran dan penayangan film Temanku Teroris

1000 buku telah tersebar untuk banyak narapidana teroris

di penjara, mantan narapidana teroris, sekolah yang berpaham

radikal, organisasi islam radikal, dan lain-lain. Yayasan Prasasti

Perdamaian juga menggelar diskusi di dalam penjara dengan

narapidana teroris.

e. Pelatihan Jurnalistik ke beberapa pondok pesantren

Program ini dilaksanakan di tiga pondok pesantren di Solo.

Yayasan Prasasti Perdamaian bekerjasama dengan detik.com.

Program ini bertujuan untuk mamfasilitasi santri dengan

kemampuan menulis.

f. Penayangan film Prison and Paradise

Melalui film ini, Yayasan Prasasti Perdamaian mencoba

untuk membuka dialog dan diskusi publik dari hasil aksi kekerasan

teroris. Film ini telah ditayangkan di 37 kota di Indonesia

g. Program penelitian pada sistem hukuman dan sistem

deradikalisasi

Program ini adalah penelitian gabungan dengan ASPI. Ada

sekitar 33 jihadis yang telah diwawancarai.

h. Program Capacity Building pada manajemen konflik

112 Yayasan Prasasti Perdamaian, Staffs https://prasasti.org/about/

staffs/diakses pada 5 November 14.32

Page 89: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

76

Program ini mentargetkan sipir dan tahanan yang beresiko

tinggi (jumlahnya sekitar 300) termasuk teroris (sekitar 27).

Berkolaborasi dengan penelitian yang disepakati oleh lembaga

negara di Indonesia, Yayasan Prasasti Perdamaian bekerja di 8

penjara di Indonesia.113

i. Program Pemberdayan ekonomi kreatif

Program ini dibuat untuk memberdayakan ekonomi bagi

mantan kombatan di Ambon dan Poso yang berinisiatif untuk

menggabungkan duta perdamaian yang akan menanggulangi

narasi konflik.

j. Kampanye Media

Program ini bekerjasama dengan ABC, CNN, Al Jazeera

English, NHK, BBC, dan koran lokal lainnya.

k. Program Capacity Building bagi petugas pembebasan

bersyarat dan petugas penjara dalam menangani mantan pelaku

kekerasan ekstrim dan pelaku narapidana kekerasan

Program ini adalah untuk menambah peningkatan kapasitas

dari petugas pembebasan bersyarat dalam menangani dan

mendukung mantan narapidana teroris dalam proses reintegrasi

mereka kepada masyarakat dan mempromosikan sistem

standarisasi nasional dalam manajemen narapidana teroris dan

mantan narapidana teroris.

l. Program penelitian tentang tentang peran wanita dalam

menanggulangi kekerasan ekstrim di Indonesia.

113 Leaflet Yayasan Prasasti Perdamaian: Jakarta h 3

Page 90: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

77

Penelitian ini untuk menentukan bagaimana istri-istri

beradaptasi pada perubahan peran mereka ketika suami dipenjara

karena terlibat dengan kasus terorisme dan bagaimana dampak dari

sikap mereka pada kekerasan ekstrem.

m. Program disengagement untuk narapidana teroris dan

mantan narapidana teroris

Program ini bertujuan untuk mengeluarkan teroris dari

kelompoknya atau narapidana teroris dari jaringan kelompok

radikal mereka sebelumnya. Proses disengagement sangatlah

penting agar mereka bisa memulai kehidupan.

n. Program disengagement untuk teroris

Agar program ini sukses, program disengagement harus

fokus pada intervensi dini. Oleh karena itu, akan menunjang awal

dari program intervensi untuk teroris. Program ini akan belangsung

erat kaitannya dengan penjaga lapas dan petugas pembebasan

bersyarat.

o. Pembuatan film Jihad Selfie yang disutradarai oleh Noor

Huda Ismail.

Film ini menceritakan tentan kekecewaan pejuang asing

Indonesia dengan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS), dan di

film ini menyajikan narasi strategi penanggulangan penolakan

ekstrimis yang disampaikan oleh ISIL.114

p. Program penelitian pada penanggulangan kekerasan

ekstrem melalui pendirian sebuah sistem pendukung di penjara

114Leaflet Yayasan Prasasti Perdamaian: Jakarta h 3

Page 91: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

78

Ini adalah program utama yang membentuk kapasitas

pegawai dan tahanan untuk mendukung narapidana terorisme

yang telah diidentifikasi beresiko berpaham radikal untuk di

rehabilitasi

q. Program penelitian tentang peran keterlibatan wanita

dalam pergerakan jihad

Program ini dilakukan untuk memahami motif, posisi,

fungsi, dan peran serta tanggungjawab dan apa faktor pendukung

dan penghambat yang membuat wanita terlibat dengan pergerakan

jihad di Indonesia. Area dari program ini adalah Poso, Lamongan,

Solo, Serang, Jakarta, dan Bekasi

r. Penelitian tentang deportan wanita: jejak untuk hijrah

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman

menyeluruh mengapa deportan wanita (wanita deportan dari

Syiria, Turkey, dll) yang sangat tertarik dalam keterlibatan ISIS.115

E. Struktur Organisasi

Yayasan Prasasti Perdamaian memiliki 7 orang staf, yang

terdiri dari jabatan sebagai berikut:

115Leaflet Yayasan Prasasti Perdamaian: Jakarta h 3

Taufik Andrie

Direktur Eksekutif

Anita Widiastuti

Manager Keuangan dan Administrasi

Indah Maulytha

Staf Keuangan dan Administrasi

Deden Mashudi

Peneliti

Khariroh Maknunah

Direktur Pendampingan

Rifana Meika Triskaputri

Peneliti

Mohammad Rizki Maulana

Direktur Manager

Page 92: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

79

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Yayasan Prasasti

Perdamaian

Yayasan Prasasti Perdamaian memiliki staf sebagai berikut:

Taufik Andrie : Direktur Eksekutif

Mohammad Rizki Maulana : Direktur Managing

Anita Widiastuti : Manager Keuangan dan

Administrasi

Indah Maulytha : Staf Keuangan dan Administrasi

Khariroh Maknunah Direktur Pendampingan

Rifana Meika Triskaputri : Peneliti

Deden Mashudi : Peneliti116

Profil singkat staf Yayasan Prasasti Perdamaian antara lain:

Taufik Andrie adalah seorang ahli isu penanggulangan Terorisme.

Memiliki pengalaman akan concern ini. Pekerjaan dan

pengabdiannya pada isu ini telah diakui baik lokal atau

internasional.117

Anita Widiastuti Adalah kepala bagian keuangan dan

administrasi Yayasan Prasasti Perdamaian, dan tergabung sejak

2011. Tugasnya adalah mengawasi keuangan organisasi dengan

mengelola operasi akutansi untuk memenuhi persyaratan hukum.

116 Yayasan Prasasti Perdamaian, Staffs. https://prasasti.org/about/

staffs/diakses pada 5 November 14.32

117Yayasan Prasasti Perdamaian, Staffs. https://prasasti.org/about/

staffs/diakses pada 5 November 14.32

Page 93: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

80

Dia memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengelola

kegiatan akuntansi, faktur dan persiapan anggaran.118

Mohammad Rizki Maulana adalah Direktur Managing.

Yaitu seorang mantan wartawan yang memiliki gelar master dalam

studi perdamaian dan konflik. Dia juga terlibat dalam beberapa

penelitian yang berkaitan dengan isu perdamaian dan masalah

konflik dan ektremisme kekerasan juga. Saat ini berfokus pada

penguatan kapasitas pejabat pemerintah di seluruh Indonesia yang

berkaitan dengan isu kekerasan ekstremisme.

Indah Maulytha adalah Staf Keuangan dan Administrasi,

Bagian dari staf keuangan dan administrasi di Yayasan Prasasti

Perdamaian. Tugasnya adalah mencakup berbagai tugas

administrasi kantor seperti menyimpan persediaan dan faktur serta

dukungan eksekutif yang berkaitan.

Khariroh Maknunah yaitu sebagai Direktur

Pendampingan. Sebelum bergabung dengan Yayasan Prasasti

Perdamaian, Nuna telah tergabung dalam isu penanggulangan

terorisme sejak dia menjadi mahasiswa. Pekerjaannya fokus pada

memberikan bantuan bagi perempuan dan remaja yang terlibat

dengan ekstrimisme kekerasan untuk membantu mereka kembali

ke masyarakat. Selain itu, ada dua peneliti bernama Rifana Meika

Triskaputri dan Deden Mashudi yang bekerja di Yayasan Prasasti

Perdamaian.119

118 Yayasan Prasasti Perdamaian, Staffs. https://prasasti.org/about/

staffs/diakses pada 5 November 14.32

119 Yayasan Prasasti Perdamaian, Staffs. https://prasasti.org/about/

staffs/diakses pada 5 November 14.35

Page 94: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

81

Dalam memilih stafnya, Yayasan Prasasti Perdamaian

tidak ada spesifikasi khusus.Dimulai dari sang pendiri, Noor Huda

Ismail pendidikan awalnya adalah Sastra Arab UIN Sunan Kali

Jaga Yogyakarta. Kemudian double degree di UGM di

Komunikasi. Selanjutnya S2 di Inggris tentang Feminism, dan S3

International Security. Staf yang lain ada yang bergelar Hubungan

Internasional, dan Direktur Pendampingan berlatar pendidikan

komunikasi. Karena pekerjaan Yayasan Prasasti Perdamaian

adalah pekerjaan yang humanis,

pekerjaan sosial, yang bisa dikerjakan siapapun.120

120 Wawancara dengan Khariroh Maknunah, S.Sos pada tanggal 31

Oktober 2019 di Yayasan Prasasti Perdamaian

Page 95: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Informan

Sebelum penulis membahas tentang pola

pembinaan mantan narapidana terorisme melalui program

disengagement, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan

informan yang terbagi menjadi dua sumber. Pertama,

informan dari pihak mantan narapidana teroris yang pernah

melaksanakan program disengagement di Yayasan Prasasti

Perdamaian. Kedua, informan yang terdiri dari staf

Yayasan Prasasti Perdamaian yang bersinggungan secara

langsung sebagai pelaksana program-program Yayasan

Prasasti Perdamaian. Berikut adalah penjelasan mengenai

deskripsi informan:

1. Riki Rianto

Nama Riki Rianto akrab dipanggil Ibenk sejak

kecil, berusia 28 tahun. Merupakan anak pertama dari

empat bersaudara. Latar belakang pendidikannya SD dan

paket B ketika SMP. Awal mula tergabung dengan

kelompok teroris adalah ketidaktahuannya dan bergaul

dengan perakit bom handal. Ajakan dari teman yang sudah

dianggap dengan saudaranya tidak bisa ditolak olehnya.

Tergabunglah dia dalam forum pengajian dengan suguhan

ayat-ayat tentang jihad dan perang. Tidak hanya itu, video-

video jihad peperangan di Iraq dan Afghanistan juga

diberikan padanya. Sehingga lama-kelamaan, pemikiran

Page 96: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

83

untuk melawan negara akhirnya tumbuh. Riki Rianto

(Ibenk), membantu proses pembuatan bom buku menemani

rekannya (Pepi dan Hendi). Dan terjerat kasus tersebut dan

menjalani masa hukuman 3 tahun 6 bulan di Lembaga

Pemasyarakatan Pondok Rajek Cibinong.

Setelah bebas, sempat dibina oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian agar terlepas dari jaringan teroris. Pemberian

modal usaha dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian

kepada Riki dan digunakan untuk bisnis bebek petelur.

Pendampingan pembelian perlengkapan usaha juga

dilakukan oleh pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor

Huda Ismail. Pembinaan ini berjalan dari tahun 2015

hingga 2019. Pihak Yayasan Prasasti Perdamaian juga

sering melakukan kontrol kepada penerima manfaat.

2. Echo Ibrahim

Echo Ibrahim, pria yang pernah menyelesaikan

hukuman 7,5 tahun dan mendapat remisi menjadi 5,6 tahun

dulunya adalah Saya sarjana muda ekonomi. Saya di IKPN

Yogyakarta. Sejak peristiwa World Trade sudah mulai

bergabung dengan dunia jihadis Ambon dan Poso dan

berfokus pada bagian logistik dan amunisi persenjataan

untuk jihadis yang turun lapangan dan melatih penggunaan

senjata-senjata tersebut jika diperlukan. Echo pernah

tergabung dalam kelompok Afgan dan kelompok Al-

Qaeda. Baginya, seorang mantan narapidana kasus

terorisme akan dapat terpisah dari ketika di lembaga

permasyarakatan karena kelompok yang tidak lagi solid

Page 97: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

84

dan keinginan untuk hidup kembali di masyarakat.

Sekalipun bertemu dengan senior di dunia teror atau yang

sering kali dikatakan sebagai jihad, ketika di lapas mulai

selektif. Setelah menjalani masa hukuman, Echo

memutuskan untuk pindah dari rumahnya untuk

menghindari stigma masyarakat yang ada. Pada tahun

2016, tepatnya 6 bulan setelah bebas, Echo mengenal

Yayasan Prasasti Perdamaian melalui rekannya. Paska

bebas dari masa hukuman, Ia mengaku tidak memiliki

apapun dan memilih bergabung dengan Yayasan Prasasti

Perdamaian yang concern pada program-program untuk

mantan narapidana kasus terorisme dan bertemu dengan

Founder Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail.

Awalnya, Yayasan Prasasti Perdamaian memberikan

modal usaha kepada Echo dan dia menggunakan itu untuk

membangun kolam ikan sebagai penghasilannya. Selain

itu, dia juga pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan

yang diadakan Yayasan Prasasti Perdamaian. Tidak

berhenti sampai disitu, Echo juga menjadi narasumber di

beberapa forum yang mengusung isu terorisme termasuk

pada even-even yang diadakan Yayasan Prasasti

Perdamaian. Echo juga terlibat dalam pembuatan film salah

kontra narasi melawan ISIS di RTV. Yang kedua, budidaya

ikan sama yang dibuat oleh Yayasan Prasasti Perdamaian.

3. Machmudi Hariono

Page 98: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

85

Machmudi Hariono alias Yusuf Adirima yang

kerap kali dipanggil dengan nama Ucup adalah pengusaha

rental mobil serta pengelola Dapoer Bistik Solo yang

menyajikan menu utama iga bakar. Melihat masa lalu

Machmudi sendiri adalah seorang narapidana kasus

terorisme yang sempat tergabung dalam kelompok Jamaah

Islamiyah dan pernah berada di camp pelatihan militer di

Filipina. Awal mulanya, di usia 22 tahun, sudah melakukan

kaderisasi di pondok pesantren yang sama dengan Amrozi.

Machmudi tertangkap dikarenakan menyimpan 26 rakitan

bom di Semarang yang pemiliknya sudah tertangkap

terlebih dahulu di Bekasi. Setelah ‘lulus’ dari lapas,

Machmudi bekerja di sebuah warung makan di Semarang

selama dua tahun, karena alasan wajib lapor dan butuh

perjalanan Semarang-Surabaya setiap bulan, ia akhirnya

diberhentikan dari pekerjaannya. Di masa itu dia merasa

bimbang dan menceritakan perihal tersebut kepada salah

satu temannya, dan diperkenalkan dengan founder Yayasan

Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail. Bermula dengan

obrolan ringan saat makan bersama, keduanya mulai akrab.

Machmudi menceritakan bahwa ia telah mengumpulkan 4

orang yang siap bekerja namun tidak mengetahui apa yang

harus menjadi lapangan kerjanya. Noor Huda menawarkan

didirikannya rumah makan baru melihat Machmudi yang

handal dalam memasak. Yayasan Prasasti Perdamaian

merupakan menyedia modal dan peralatan rumah makan

Dapoer Bistik Semarang dan membuka cabang di Solo

Page 99: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

86

yang hingga saat ini masih berdiri. Usaha Dapoer Bistik

yang di 6 bulan pertama cukup sepi akhirnya membuahkan

hasil. Machmudi juga berinteraksi dengan banyak orang

termasuk mantan narapidana terorisme melalui bisnis

Dapoer Bistik ini. Tidak jarang juga polisi yang dulu berada

di lapas mengunjungi warung makan tersebut. Machmudi

turut serta membantu pembuatan film yang dicanangkan

oleh Yayasan Prasasti Perdamaian, antara lain Prison and

Paradise. Dia juga pernah mengikuti konferensi

internasional Google di Irlandia. Dan mempresentasikan

film yang dibuat oleh Yayasan Prasasti Perdamaian

bersamanya, Jihad Selfi di Hongkong di depan para TKW.

Machmudi selalu berusaha menjelaskan bahwa seorang

mantan narapidana teroris bisa berubah meninggalkan

kelompok radikalnya dan hidup normal di tengah-tengah

masyarakat dan dukungan dari orang-orang di sekitar

mantan narapidana teroris sangat diperlukan.

4. Khariroh Maknunah

Nama akrabnya adalah Nuna, wanita kelahiran 3

Desember 1992 yang saat ini berusia 27 tahun dan

menjabat sebagai direktur Pendampingan Yayasan Prasasti

Perdamaian dan memulai bergabung sebagai peneliti di

Yayasan Prasasti Perdamaian. Dia mulai menggeluti isu

terorisme sejak di bangku perkuliahan. Dia merupakan

lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011.

Sebagai direktur pendampingan, Khariroh

Maknunah kerap kali bersinggungan langsung dengan

Page 100: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

87

mantan narapidana teroris bahkan anak atau istrinya. Mulai

dari kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan, hingga

berdiskusi dengan mantan narapidana terorisme adalah hal

yang biasa dia lakukan. Baginya, Pendampingan dan

pembinaan dengan mengedepankan kemanusiaan adalah

kunci baginya untuk memperlakukan semua orang dengan

baik.

B. Kerjasama Yayasan Prasasti Perdamaian

Yayasan Prasasti Perdamaian membangun kerjasama

dengan beberapa pihak, misalnya dengan Direktoral Jenderal

Kemasyarakatan, di bawah Kementerian Hukum dan HAM

Yayasan Prasasti Perdamaian memiliki perjanjian kerjasama sejak

2014. Dan kerjasama ini sudah dua kali berlangsung perpanjangan.

Diantaranya adalah kerja-kerja Yayasan Prasasti Perdamaian yang

ada di bawah lapas. Lembaga Pemasyarakatan baik Lapas maupun

Bapas. Lapas itu Lembaga Pemasyarakatan dan Bapas itu Balai

Pemasyarakatan.

Diantaranya, aktifitas pendampingan di dalam lapas ini.

Meskipun kadang di lapangan kita menjalankannya tanpa

prosedural formal, tidak melaui petugas dan pakai dinas segala

macam lewat kunjungan biasa, tapi, secara program itu terdaftar

kerjasama bersama Direktoral Jenderal Kemasyarakatan.

Kemudian kerjasama dengan Akademi Ilmu Kemasyarakatan

(AKIP) punya kerjasama untuk menjadi dosen tamu, contohnya

adalah ketika direktur eksekutif YPP, Taufik Andrie memberikan

mata kuliah khusus tentang terorisme. Ada yang dikerjakan

Page 101: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

88

bersama. Seperti itu. Itu diantara bentuk kerjasamanya yang

dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian.

C. Peran Staf Yayasan Prasasti Perdamaian

Peran staf Yayasan Prasasti Perdamaian kepada mantan

narapidana kasus terorisme adalah sebagai pendamping.

Pendampingan yang dilakukan tidak hanya terjadi pada ideologi

dan religi, tapi juga pendampingan ekonomi. Karena sering kali

mantan narapidana kasus terorisme tidak memiliki penghasilan

tetap selepas keluar dari lapas. Kemandirian untuk memiliki

sumber mata pencaharian perlu dilakukan. Jika sebelumnya

mantan narapidana kasus terorisme kebutuhannya tercukupi

dengan berbaur di kelompok teror, maka dia akan terus tergabung

dengan orang-orang radikal.

Founder Yayasan Prasasti Perdamaian mendampingi Riki

Rianto ketika membeli modal usaha bebek bertelurnya,

mendampingi usaha milik Echo Ibrahim dan turut mendukung

pendirian Dapoer Bistik Semarang yang dipelopori Machmudi

Hariono.

“Bentuknya bukan barang, tapi uang. Cuma didampingi

sama Pak Khoirul waktu itu. Ya biar gak disalahgunain sih.

Takutnya disalahgunain”121

D. Pola pembinaan mantan narapidana kasus terorisme

yang dilakukan Yayasan Prasasti Perdamaian

Cakupan dari program yang dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian cukup luas. Tidak hanya melakukan program

121Wawancara pribadi dengan Riki Rianto di Ramayana Parung, 29

Desember 2019 Pukul 10:11Pukul 10:11

Page 102: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

89

untuk mantan narapidana teroris saja, tapi juga melakukan

program kepada keluarganya, yaitu istri dan anak. Bahkan

Yayasan Prasasti Perdamaian juga memberikan program pada

mantan teroris perempuan atau perempuan yang terjerat dengan

kasus terorisme. Di sisi lain, program yang dilakukan juga

merangkul banyak lapisan, pejabat pemerintah dan direktorat

hukum dan pusat layanan hak asasi manusia untuk melatih tahanan

bebas bersyarat dan tahanan narapidana teroris serta pekerja sosial

dalam pelayanan sosial dalam programnya Capacity Building.

Untuk memberikan hasil yang spesifik, yang menjadi fokus

peneliti adalah Pola Pembinaan mantan narapidana kasus

terorisme. Berikut adalah program-program yang dilakukan oleh

Yayasan Prasasti Perdamaian terhadap mantan narapidana kasus

terorisme, antara lain:

Gambar 4.1 Program Yayasan Prasasti Perdamaian untuk Mantan

Narapidana Kasus Terorisme

i. Program rehabilitasi dan reintegrasi mantan narapidana kasus

terorisme

Kunjungan konsultasi

reguler

Rehabilitasi dan

reintegrasi

Pemberdayaan Kreatif Ekonomi

Program YPP untuk Mantan

Narapidana Kasus

Terorisme

Capacity

Building

Pembuatan dan

Penayangan FIlm

Program disengagement

Page 103: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

90

Memiliki masa lalu sebagai narapidana kasus terorisme dan

mendapatkan stigma negatif dari masyarakat bagi bagi mantan

teroris bukanlah perkara yang mudah. Yayasan Prasasti

Perdamaian mengadakan berbagai pelatihan untuk mantan

narapidana kasus terorisme, yaitu pelatihan wirausaha dan

bantuan modal usaha. Dari ketiga mantan narapidana kasus

terorisme yang menjadi target penelitian, ketiganya mendapatkan

modal usaha dari Yayasan Prasasti Perdamaian, pembahasan lebih

dalam akan dipaparkan dalam bab 5.

ii. Program Kunjungan konsultasi reguler

Sebelum bebas dari Lembaga Pemasyarakatan, mantan

narapidana kasus terorisme diajak untuk berkomunikasi perihal

rencananya di masa mendatang dan pendekatan yang dilakukan

agar terbangun kepercayaan kepada Yayasan Prasasti Perdamaian

secara kuat. Namun, staf Yayasan Prasassti Perdamaian tidak

pernah memaksa untuk menjalani program ataupun pembinaan

yang akan dilaksanakan. Narapidana berhak memilih menolak atau

menerima program-program Yayasan Prasasti Perdamaian.

iii. Program pemberdayaan kreatif ekonomi

Kehidupan sosial yang kondusif bagi narapidana teroris

adalah hal yang penting. Namun, tidak kalah pentingnya yaitu

memberdayakan mereka secara finansial. Yayasan Prasasti

Perdamaian menghelat Pelatihan selama dua hari, Pak Siwi dari

Bina Swadaya Konsultan. Yang diikuti oleh Echo Ibrahim dan Riki

Rianto pada 29 Maret 2018.

iv. Program Capacity Building

Page 104: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

91

Program capacity building memiliki sasaran yang besar,

yaitu kepada petugas lapas, pelajar, dan juga keterlibatan mantan

narapidana kasus terorisme. contoh dari program ini adalah

pelatihan menulis untuk santri di pondok pesantren, workshop

kepada anak-anak muda untuk menangkal isu-isu ekstrimisme, dan

penayangan film-film yang dibuat oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian. Keterlibatan mantan narapidana kasus terorisme

adalah dalam proses pembuatan dan ketika film-film tersebut

dipresentasikan.

v. Program disengagement

Program ini bertujuan untuk mengeluarkan teroris dari

kelompoknya atau narapidana teroris dari jaringan kelompok

radikal mereka sebelumnya. Proses disengagement sangatlah

penting agar mereka bisa memulai kehidupan. Agar program ini

sukses, program disengagement harus fokus pada intervensi dini.

Program disengagement yang dilakukan Yayasan Prasasti

Perdamaian mengajarkan eksperimen sosial dan mengadopsi nilai-

nilai keragaman dalam praktik sehari-hari, dengan tetap

menganggap mereka sebagai manusia normal.122

vi. Pembuatan dan penayangan film terkait isu-isu terorisme

Pembuatan dan penayangan film dilakukan untuk

memberikan pemahaman kepada masyarakat atau lembaga baik di

luar negeri atau di dalam negeri. Film-film yang telah diproduksi

oleh Yayasan Prasasti Perdamaian antara lain Jihad Selfie, Prison

122Ada bistik, Teror Tiada. Kompas 22 Januari 2016

Page 105: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

92

and Paradise, Pengantin, The battle of Radicalsm, dan lain-lain.

Dalam pembuatan serta presentasi yang digelar oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian, kerap kali melibatkan mantan narapidana

kasus terorisme dalam pelaksanaannya.

E. Pendekatan Heart, Hand and Head (3H) dan

Pendekatan Humanis

1. Pendekatan Heart, Hand, and Head

Pendekatan yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian adalah pendekatan yang mengusung prinsip heart,

hand, and head. Pertama, pendekatan heart untuk memenangkan

hatinya mendapatkan kepercayaannya. Dalam hal ini, staf Yayasan

Prasasti Perdamaian membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

mendapatkan trust building. Bahkan bisa mencapai 1-2 tahun.

Setelah mendapatkan kepercayaan, langkah selanjutnya adalah

hand, yaitu mengulurkan tangan. Apa yang dibutuhkan mereka,

dibantu oleh Yayasan Prasasti Perdamaian, termasuk pemberian

modal usaha, karena sebagai mantan narapidana kasus terorisme

mereka memulai kehidupannya kembali di masyarakat. Hand juga

bisa berbentuk pemberian keterampilan. Informan diberikan

keterampilan melalui pelatihan kewirausahaan di Yayasan Prasasti

Perdamaian. Ketika selesai dalam unsur heart dan hand,

selanjutnya adalah head, yaitu mempengaruhi ideologi langsung

dengan realitas sosial yang ada. Hal ini bisa dilakukan dalam

bentuk deradikalisasi, yaitu memberi pemahaman baru bagi

mantan narapidana kasus terorisme

2. Pendekatan Humanis

Page 106: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

93

Pendekatan selanjutnya yang dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian adalah pendekatan humanis. Fokus Yayasan

Prasasti Perdamaian adalah bukan pada pendekatan agama, tapi

lebih tertuju kepada pendekatan sosial dan humanis. Jarang

dilakukan diskusi dengan tema tertentu atau menyuguhi bacaan

dengan tema tertentu, jika dilakukanpun, tidak akan dibatasi dalam

pemahaman agama saja. Hal itu dilakukan karena Yayasan Prasasti

Perdamaian lebih menekankan pada emosi mantan narapidana

kasus terorisme.

Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan Direktur

Pendampingan Yayasan Prasasti Perdamaian:

“Yayasan Prasasti Perdamaian tidak pernah memaksakan

bahwa buku itu tentang agama atau tentang jihad. Karena

view Yayasan Prasasti Perdamaian adalah bukan

mendekatan agama. Tapi menggunakan pendekatan sosial,

pendekatan humanis, kita mencoba menawarkan alternatif

pengetahuan baru bagi mereka. Apapun pengetahuan itu

tidak hanya dibatasi oleh pengetahuan agama, wawasan

kebangsaan, misalnya. Karena orang-orang pada

umumnya beranggapan bahwa teroris itu bermasalah

dalam wawasan beragama dan wawasan kebangsaan.”123

F. Dampak Program Disengagement bagi Mantan

Narapidana Kasus Terorisme

Upaya Yayasan Prasasti Perdamaian dalam mengeluarkan

seorang mantan narapidana kasus terorisme, baik melalui

wirausaha, pelatihan skill, memunculkan dampak-dampak tertentu,

yaitu menggiring mantan narapidana kasus terorisme untuk

123Wawancara pribadi dengan Kharirotul Maknunah di Yayasan

Prasasti Perdamaian, 31 Oktober 2019 Pukul 13.15

Page 107: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

94

melunakkan hasrat terornya. Padahal, seorang mantan narapidana

kasus terorisme cukup dilema, memilih menjadi pahlawan di dunia

lamanya atau menjadi sampah di dunia barunya.124

Dampak selanjutnya yaitu terciptanya lingkungan baru

hingga mantan narapidana kasus terorisme dapat mengembangkan

interaksinya, memiliki pergaulan yang lebih luas tanpa harus

mendengarkan ceramah Bhinneka Tunggal Ika, apalagi soal

Pancasila.

G. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program

Disengagement

Berikut adalah faktor pendukung dalam pelaksanaan

program disengagement baik dari faktor internal (pihak staf

Yayasan Prasasti Perdamaian ataupun dari pihak mantan

narapidana penerima manfaat) serta dukungan dari faktor

eksternal:

1. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program

disengagement dari faktor internal

Pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak hanya dilaksanakan kepada mantan narapidana

kasus terorisme, namun juga kepada keluarga yang terdiri dari istri

dan anak. Melalui dukungan-dukungan tersebut, mantan

narapidana kasus terorisme harapannya akan memotivasi dirinya

agar hidup di tengah-masyarakat kembali. Kerjasama tim antar staf

yang sedikit namun solid dan saling mendukung akan

124Kompas, 22 Januari 2016

Page 108: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

95

memudahkan program yang telah dicanangkan Yayasan Prasasti

Perdamaian.

2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program

disengagement dari faktor eksternal

Kerjasama yang dibangun oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian tentunya menjadi faktor pendukung dalam program

disengagement, kerjasama itu adalah kerjasama di Lembaga

Pemasyarakatan untuk mengetahui bagaimana kondisi narapidana

teroris, hingga dinyatakan bebas, Direktorat Jenderal Lembaga

Pemasyarakatan untuk mengetahui bagaimana pembinaan

narapidana teroris di lapas, agar tidak mengulangi tindak kejahatan

kembali. Kerjasama dengan Densus untuk dilakukan identifikasi

dan assesment bagi narapidana teroris. Dan Kementerian Hukum

dan HAM adalah memberi hukum yang setimpal berdasarkan

kasus perkasus terhadap setiap mantan narapidana terorisme.

Hal itu sejalan dengan jawaban Direktur Pendampingan

Yayasan Prasasti Perdamaian, Kharirotul Maknunah:

“Yang mendukung adalah kerjasama dari lapas,

Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan, dibawah

Kementerian Hukum dan HAM, tim yang solid, tim yang

mendukung, rekan-rekan di Densus, rekan-rekan di

lembaga terkait, nah termasuk juga dukungan dari

keluarga mereka. Karena Yayasan Prasasti Perdamaian

tidak hanya melakukan approach atau pendampingan

mantan narapidana terorisnya tapi juga dengan keluarga

mantan narapidana teroris. Minimal istrinya, anaknya,

orang tuanya juga. Spirit dari mereka itu yang menjadikan

kekuatan Yayasan Prasasti Perdamaian untuk melakukan

program jangka panjang itu.“125

125Wawancara pribadi dengan Kharirotul Maknunah di Yayasan

Prasasti Perdamaian, 31 Oktober 2019 Pukul 13.15

Page 109: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

96

3. Faktor Penghambat dalam pelaksanaan program

disengagement dari faktor internal

Kendala yang didapat dalam melaksanakan program

disengagement yang berasal dari mantan narapidana kasus

terorisme cukup beragam. Dimulai dari respon yang diberikan oleh

mantan narapidana teroris yang masih menutup diri, tidak

kooperatif, dan bersikap dingin, bahkan ada juga penolakan dalam

menjalankan program. Ancaman juga pernah di dapat dalam

menjalankan program tersebut. Ada juga permasalahan finansial,

dimana mantan narapidana teroris belum memiliki penghasilan

yang membuat dirinya mandiri, sementara Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak mampu mengcover seluruh kebutuhan yang

diperlukan oleh mantan narapidana terorisme. kendala selanjutnya

adalah karena permasalahan kasus terorisme ini begitu kompleks,

kadang kala, Yayasan Prasasti Perdamaian belum menjadi

penghantar bagi mantan narapidana kasus terorisme kepada

masyarakat yang ideal. Contoh konkretnya adalah pemberian

pekerjaan kepada mantan narapidana kasus terorisme, misal

dihantarkan ke private sector, sayangnya, pekerjaan tersebut tidak

berlangsung lama karena kurang cocok pada diri mereka ataupun

pemberian solusi yang kurang cocok diaplikasikan kepada mantan

narapidana kasus terorisme oleh Yayasan Prasasti Perdamaian

meskipun telah melalui proses identifikasi, assesment dan

wawancara kepada mantan narapidana kasus terorisme tentang

pekerjaan apa yang ingin mereka lakukan disaat bebas. Contohnya

saja, wirausaha, sepertinya hal tersebut adalah pilihan yang tepat.

Yang ketika dijalankan di lapangan memang kenyataannya tidak

Page 110: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

97

mudah. Kendala lainnya adalah bahwa program disengagement

yang digagas oleh Yayasan Prasasti Perdamaian bukanlah program

yang bisa direncanakan dengan tenggat waktu tertentu. Seperti

program baksos satu bulan selesai, misalnya. Butuh waktu cukup

lama untuk membangun trust building. Agar program diterima

biasanya membutuhkan waktu 1-2 tahun bagi staf Yayasan Prasasti

Perdamaian kepada mantan narapidana kasus terorisme. Karena

membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah over-

lap, yaitu penanganan mantan narapidana kasus terorisme yang

satu belum selesai, sementara penangkapan narapidana terorisme

baru telah dilakukan. Kesanggupan Yayasan Prasasti Perdamaian

dalam menangani mantan narapidana kasus teroris hanya berkisar

10-20, sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan, masih ada ratusan

orang dan yang belum disidangkan juga ratusan orang.

Sebagaimana jawaban Direktur Pendampingan Yayasan

Prasasti Perdamaian, Kharirotul Maknunah:

Spesifiknya misalnya kendala orang yang kita dampingi

berpotensi tidak kooperatif. Respon awal yang mereka

berikan kepada Yayasan Prasasti Perdamaian yang

menemui mereka itu dingin, kurang bagus. Atau bahkan

ditolak. Ada anak yang gak mau ketemu. Kemudian ada

beberapa resiko ancaman, tapi itu resiko, atau kendala

yang lain, ketika kita sudah dekat dengan mereka, dan

mereka belum bisa mandiri, terkadang Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak bisa mengcover seluruh kebutuhan

mereka, dan kendalanya adalah Yayasan Prasasti

Perdamaian belum bisa menjadi penghubung atau

penghantar yang ideal bagi mereka untuk kembali ke

masyarakat. Hal simplenya adalah pekerjaan yang khusus

kita sediakan kepada mereka, kita hanya sebagai

penghubung atau kadang solusi yang berikan kepada

mereka tidak tepat. Meskipun itu sudah melalui proses

Page 111: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

98

assesment atau pencarian. Identifikasi, dia maunya apa,

bekerja apa setelah dari lapas, atau juga misalnya,

program ini tidak bisa kita programkan seperti program

baksos yang satu bulan, atau misalnya capacity building

yang dilakukan dua kali tiga kali. Ini adalah program

panjang untuk kita membangun trust building. Juga

terkendala dengan waktu, kita harus melakukan pekerjaan

lain, kita dampingi belum selesai sudah ada penangkapan

baru, sudah ada narapidana-narapidana baru.”126

H. Solusi Pola Pembinaan Mantan Narapidana Kasus

Kasus terorisme bukanlah kasus yang sederhana dan

penanggulangannya menggunakan satu penanganan. Kasus ini

membutuhkan banyak elemen masyarakat untuk

penanggulangannya. Yayasan Prasasti Perdamaian sebagai

Lembaga Swadaya Masyarakat telah melakukan perannya dalam

membantu mantan narapidana kasus terorisme. Pembinaan yang

dilakukan juga cukup menyeluruh, tidak hanya ditujukan kepada

mantan narapidana kasus terorisme, namun juga kepada anak dan

istri. Negara dan pemerintah semestinya juga turut berperan dalam

mengatasi isu-isu ini. Kementerian-kementerian, Kepolisian, TNI,

Detasemen Khusus 88, atau Bahkan BNPT yang memang

memiliki concern di bidang penanggulangan terorisme.

Hasil wawancara kepada 3 mantan narapidana kasus

terorisme menjelaskan bahwa masyarakat dan keluarga juga

memiliki peran besar untuk turut serta mengatasi isu-isu terorisme

sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing.

• Peran masyarakat

126Wawancara pribadi dengan Kharirotul Maknunah di Yayasan

Prasasti Perdamaian, 31 Oktober 2019 Pukul 13.15

Page 112: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

99

Masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam hal

ini. Saat mantan narapidana kasus terorisme kembali ke

masyarakat, mereka membutuhkan dukungan penuh. Pihak

keluarga juga berperan sebagai pintu pertama agar seorang mantan

narapidana kasus terorisme mau menerima paham baru. Dukungan

dan pelibatan dari masyarakat juga penting. Termasuk ketika

berada di Lembaga Pemasyarakatan, besukan dari keluarga akan

membuat mereka tergugah atas kepedulian-kepedulian yang

disampaikan. Merambah ke wilayah-wilayah dan memberdayakan

FKPT.

“Masyarakat sih. Lingkungan kita sebenarnya. Ya

sebenarnya lingkungan itulah. Nah, kalau lebih bagus lagi

kalau ingin, kalau ada narapidana teroris ditahan, lebih

bagus lagi kalau keluarganya yang mau mengunjungi

dipermudah. Kadang-kadangkan ada yang keluarga

dengan ekonomi yang kurang, kan ya. Itu dia gak bisa

berangkat ke sana. Nah. Kalau narapidana yang di dalem,

punya keluarga, dikunjungi keluarga itu senang banget.

Insyaallah itu buat meluluhkan hati dia. Yang tadinya

keras bisa jadi lunak. Ampuh banget itu. Ketika keluar, di

masyarakat ini.”127

• BNPT/ Densus

Sebagai lembaga yang berfokus menangani kasus

terorisme, harapan yang ditujukan kepada BNPT begitu besar.

Pendekatan dengan berinteraksi secara langsung dibutuhkan agar

dapat mendeteksi akar permasalahan setiap kasus. Penanganan

terhadap orang-orang yang telah terpapar paham radikal juga perlu

dilakukan. Selain itu, skala pelaksanaan program BNPT perlu

ditingkatkan kepada mantan narapidana kasus terorisme.

Pendekatan secara non-formal dan secara personal lebih

membuahkan hasil daripada seminar. Selain itu, penempatan

127 Wawancara pribadi dengan Riki Rianto di Ramayana Parung, 29

Desember 2019 Pukul 10:11Pukul 10:11

Page 113: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

100

narapidana kasus terorisme di dalam lapas sepatutnya

memudahkan keluarga untuk membesuk.

“BNPT itu ngasih bimbingan, sudah. Biasanya kita disuruh

nginep di hotel tiga sampe lima hari. Sudah seperti itu.

Seperti mau dokumentasi dan lebih kayak publikasi. Kalau

sampai menyentuh hati itu belum. Turun ke lapangan.

Turun itu lebih ngena. Daripada seminar”.128

“Sebenarnya itu tugas BNPT. Di luar itu, semua

masyarakat, lingkungan. Kepolisian juga. Jadi, kalau di

wilayah dia yang terpapar, terkena kasus seperti itu,

setelah dia bebas harusnya dibina juga, diajak untuk ikut

kegiatan dia, semacam itulah. Diperhatikan.”.129

Saya melihat kacamatanya BNPT, ya. Orang-orang yang

dianggap dijadikan klien atau mitra. Kadang masih gak

efektif. Karena mereka mengadakan kegiatan dua kali atau

tiga kali setahun. Padahalkan kita hidup 365 hari setahun.

Dan kemudian BNPT membangun FKPT di provinsi-

provinsi, tidak ada sama sekali kegiatan. Saya sempat

dengar satu tahun satu milyar, sampai kemarin, belum ada

kegiatan yang krentek. BNPT saja datang ke sini kumpul

pertemuan sehari dua hari, kurang menyentuh versi saya.

Karena bentuk-bentuknya itu semacam di LPJ kan, tapi ya

semacam gugur kewajiban. Kunjungan keliling. Keliling

mak tul dua jam. Semacam dokumentasi, buat laporan,

Media Damai, itu kadang kurang efektif, karena mereka

belum menyentuh akar persoalan di bawah.130

• Kementerian-kementerian

128 Wawancara pribadi dengan Riki Rianto di Ramayana Parung, 29

Desember 2019 Pukul 10:11Pukul 10:11

129 Wawancara pribadi dengan Echo Ibrahim di kediamannya di

Depok pada 04 Januari 2020 130 Machmudi

Page 114: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

101

Kementerian-kementerian yang bekerjasama dengan

BNPT semestinya lebih memaksimalkan upaya untuk membantu

narapidana kasus terorisme. Dimulai dari pemberian lapangan

kerja, pengakuan identitas, dan Kementerian Agama yang

mendukung mantan narapidana kasus terorisme untuk

mengentaskan paham radikalnya.

Kalau lembaga, Departemen Agama seharusnya

bertanggungjawab, karena pemahaman itukan membawa-

bawa agama. Kayak departemen sosial harusnya

bertanggungjawab, itu termasuk masalah sosial. Karena

sekelompok yang cukup besar jika mengalami sesuatu yang

berbeda itu masalah sosial juga kan. Ketenagakerjaan

juga ketiga kenapa? Orang-orang yang keluar inikan

adalah orang-orang yang berpendidikan atau kuliah, atau

tidak,kan. Sekolah ataupun dari pesantren. Tidak semua

punya keahlian yang sama. Dinas tenaga kerja juga

seharusnya terlibat. Karena mereka itu, kalau gak dikasih

kerjaan, gak dikasih kegiatan, bisa menjadi masalah juga

di masyarakat, gitu.. Makanya, kayak sosial, kepolisian,

tenaga kerja, atau lembaga-lembaga yang terkait

pemerintah, harus bekerjasama. Karena masalahnya itu

saling berkait. Jadi Departemen Agamapun cukup setelah

kepolisian itu harus nempel. Karena itu masalah

pemahaman. Jadi harus terlibat juga, harus

bertanggungjawab. Karena kalau pemahaman itu bisa

nyampai, harus bisa untuk meredakannya juga 131

“Kalau membuat Dapoer Bistik di setiap provinsi bisa,

daripada FKTP, yakan 1 milyar. Dapoer Bistik 100-150

juta sudah jadi, tinggal di copy saja” 132

131Wawancara pribadi dengan Echo Ibrahim di kediamannya di

Depok pada 04 Januari 2020 132 Wawancara pribadi dengan Machmudi Hariono di Donkin Donut,

Gramedia Semarang pada 08 Januari 2020

Page 115: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

102

I. Harapan Staf Yayasan Prasasti Perdamaian dan Mantan

Narapidana Kasus Terorisme pada program

penanggulangan kasus terorisme yang dilakukan Yayasan

Prasasti Perdamaian dan yang perlu dilakukan

pemerintah

Dalam penanggulangan kasus terorisme, tentunya

dibutuhkan evaluasi dan strategi yang jitu karena terorisme adalah

kasus yang kompleks. Sehingga tidak dapat disamaratakan satu

sama lain.

Direktur pendampingan Yayasan Prasasti Perdamaian

menyampaikan harapannya bahwa Yayasan Prasasti Perdamaian

sebagai jembatan tanpa memiliki prasangka apapun. Sehingga,

dalam menjalankan programnya, tidak terbentuk persepsi-persepsi

tertentu kepada mantan narapidana kasus terorisme. Melalui

bantuan-bantuan yang telah diberikan oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian, harapannya mantan narapidana kasus terorisme dapat

hidup kembali di masyarakat dengan baik terlepas dari stigma

negatif yang terbentuk dikarenakan pernah menjalani hukuman

sebagai mantan narapidana kasus terorisme. Menjadi keluarga

yang baik dan warga negara yang baik dan tidak tergabung dengan

kelompok radikalnya tersebut.

“Harapan akan bisa kembali ke masyarakat. Mereka

punya kesempatan kedua untuk hidup bersama

masyarakat. Mimpi Yayasan Prasasti Perdamaian

sederhana, untuk mendampingi mereka, mereka berhak

mendapatkan kesempatan kedua hidup kembali di

masyarakat bersama keluarga mereka, setelah mereka

mendapatkan atau menjalani fase yang tidak dialami orang

pada umumnya yaitu tindak pidana, terlebih tindak pidana

Page 116: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

103

terorisme, yang penuh dengan stigma, tentu bukan hal yang

mudah, Mereka bisa lepas atau disengaged dari

kelompoknya. Mereka bisa hidup bersama keluarga yang

baik. menjadi warga negara yang baik. Makanya, Yayasan

Prasasti Perdamaian adalah jembatan tanpa

berprasangka. Kalau kita berprasangka, kita tidak akan

bisa terus membantu mereka. memberikan kesempatan

kedua mereka hidup di masyarakat.”133

Sedangkan menurut Riki Rianto, penanggulangan yang

baik adalah penanggulangan dengan terjun langsung ke lapangan.

Menyentuh secara langsung mantan narapidana kasus terorisme.

Tidak sebatas pertemuan dalam sebuah forum lantas hanya

mementingkan publikasi.

Pernyataan Riki Rianto dalam wawamncara sebagai

berikut:

“Lebih baik lagi. Jangan bikin program seperti proyek.

Kita sebenarnya tahu. Tapi setidaknya jangan hanya

publikasi, tapi realisasi. Toh kita yang merasakan.

Mending langsung turun dan ada penindaklanjutan”.134

Sementara itu, Echo Ibrahim berpendapat dengan lebih

untuk penanggulangan kasus terorisme, yaitu diperlukan adanya

klasifikasi tiap kasus terorisme karena diperlukan metode yang

berbeda untuk mengatasinya. Untuk orang-orang yang sebenarnya

hanya ikut-ikut saja, atau kebetulan berada di lokasi saat

penyergapan, atau hanya karena tidak melaporkan aksi terorisme,

tidak pantas mendapatkan hukuman yang berat. Pemisahan tingkat

radikal seorang teroris juga sangat penting. Yang memiliki

pemahaman sangat radikal, tidak patut dicampur dengan yang

133 Wawancara pribadi dengan Kharirotul Maknunah di Yayasan

Prasasti Perdamaian, 31 Oktober 2019 Pukul 13.15

Page 117: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

104

memiliki pemahaman agak moderat. Tapi pemerintah sudah

mengupayakan hal tersebut. Untuk kategori narapidana kasus

terorisme yang radikal, ditempatkan di Nusakambangan. Ketika

telah terjadi perubahan perilaku narapidana kasus terorisme, dia

mau menerima paham NKRI dan mau bekerjasama dengan

petugas, perlu mendapat perlakuan berbeda dari sebelumnya.

Ketika dia telah berubah, perizinan untuk bertemu dengan orang

terdekat dan keluarga akan menunjang narapidana kasus terorisme

ke arah yang lebih baik lagi. Dukungan dari segala lapisan

masyarakat bagi mantan narapidana yang memiliki keinginan kuat

untuk kembali kemasyarakat juga esensial. Pemerintah perlu

meneruskan pola-pola penanggulangan kasus terorisme yang

sudah baik. Support untuk keluarga juga mestinya dibantu, bukan

diberi stigma atau difitnah. Pemerintah juga memiliki andil yang

cukup besar kepada masyarakat bahwa mantan narapidana kasus

terorisme yang telah menjalankan hukumannya telah baik,

sehingga tidak ada keraguan lagi dari keluarga atau masyarakat.

Untuk perihal administrasi kependudukan juga mestinya

dipermudah, pembuatan KTP di RT-RW, agar mereka merasa

diakui dan tidak kembali ke kelompok radikal yang dulu

dianutnya.

Sedikit berbeda dengan Riki Rianto, Echo Ibrahim

memaparkan harapan-harapannya dalam penanganan kasus

terorisme, berikut pernyataannya:

“Untuk saat ini, kalau menurut pendapat saya,

penanggulangan untuk kelompok teror ini harusnya dibuat

grade-grade atau dispesifikasi perorang perkasus. Karena

penanggulangan untuk mengatasi setiap orang kan

Page 118: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

105

berbeda.. Kalau sudah enteng, sudah mau NKRI itu ditaruh

di Kembang Kuning, di Lapas Besi. Terus perlakuannya

juga beda. Ketika sudah mau bekerjasama dengan petugas,

diajak ngomong sudah baik, gak mengkafirkan orang, terus

sudah berbuat baik, gak masalah dipertemukan sama istri,

sama keluarganya atau orang tuanya. Biasanya kalau

sudah mau bebas, dijanji-janjiin pemerintah, BNPT

datang, atau lembaga datang, mereka butuh disupport

kenapa? Bentuk keseriusan orang ingin kembali kan

negara harus serius. Karena dana yang dikucurkan itu kan

gak sedikit untuk deradikalisasi sama radikalisme itu

besar. Makanya saya bilang, pola yang sudah cukup bagus

diteruskan, terus keseriusan pemerintah untuk menangani

orang-orang yang sudah NKRI dan kembali ke masyarakat

disupport maksimal, ketiga, keluarga, istri atau anaknya

harus dibantu. Tugas pemerintah adalah sebelum dia

bebas sebulan atau dua bulan memberi penjelasan bahwa

dia baik. nanti kalau gak begitu, masyarakat sama

keluarganya meresahkan, “dia sudah baik belum ya?”,.

KTP harus buat. Karena syarat kalau gak didukung ini,

saya didustain. Ngapain saya berbuat baik, harusnya

negara berperan maksimal, dan mensupport

keluarganya.”135

Sementara itu, penanggulangan kasus terorisme yang perlu

dilakukan menurut Machmudi Hariono, mengutamakan upaya

pencegahan daripada penanggulangan. BNPT semestinya

membuat wadah-wadah kepada mantan narapidana kasus

terorisme atau membuat kebijakan lokal. Tidak disamakan antara

satu daerah dengan daerah lain. Perlu menggunakan pendekatan

soft kepada mantan narapidana kasus terorisme. Contoh nyata

yang bisa dilakukan adalah pembuatan SIM C yang memang

diperlukan oleh mantan narapidana kasus terorisme. Adanya

135 Wawancara pribadi dengan Echo Ibrahim di kediamannya di Depok

pada 04 Januari 2020

Page 119: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

106

pengeboman atau teror dikarenakan kurang tahunya fungsi tempat

tersebut bagi teroris. Realisasi dari sebuah janji-janji juga perlu

ditindaklanjuti hingga terlaksana. Setiap orang bisa mengambil

peran dalam menanggulangi isu-isu terorisme, dia menceritakan

bahwa dirinya pernah membuatkan SIM C kepada mantan

narapidana kasus terorisme dan juga pernah mengajak anak-anak

dari mantan narapidana kasus terorisme berkunjung ke lapas

Nusakambangan. Pendekatan secara langsung dan menyentuh akar

dinilainya lebih mengena.

“Pertama ya jelas preventif, Mbak. Lebih baik mencegah

daripada mengobati Dan menurut saya, BNPT juga

memberi porsi tentang eks dan teman-teman yang sudah

terpapar itu dibuatkan semacam wadah, ya mungkin

yayasan-yayasan itu yang tidak mesti dengan

kurikulumnya BNPT. Jadi kebijakan lokal. Kebijakan

lokalpun juga berpengaruh dalam jaringan ini. Saya tahu

itu. tapi bagaimana BNPT itu membuat wadah yang soft

ke saya dan ke orang-orang yang notabenenya terpapar,

Mbak. Saya pernah bilang Pak Huda. Pak Huda, saya mau

ngajak anak-anak liburan ke Nusakambangan. Biar ketemu

Bapaknya. Terus dikasih uang bensin 500 ribu. Itu hanya

sekali setahun sangat efektif. Itu bisa dilakukan

perorangan. Nah, gak perlu nyebut ini BNPT. Kalau

simbol-simbol saja, percuma.136

136Wawancara pribadi dengan Machmudi Hariono di Donkin Donut,

Gramedia Semarang pada 08 Januari 2020

Page 120: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas
Page 121: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek

Subjek Penelitian ini adalah mantan narapidana yang

secara khusus terpilih menjadi informan melalui snowball method

dengan beberapa kriteria, yaitu:

1. Mantan narapidana kasus terorisme yang kooperatif

Tidak ada jaminan bagi mantan narapidana kasus

teroris, keluar dari Lembaga Pemasyarakatan dapat menerima

interaksi dengan orang-orang baru. Terkadang, membutuhkan

waktu yang cukup lama. Dari ketiga informan yang pernah

menjadi mantan narapidana kasus terorisme, seluruhnya telah

kooperatif.

2. Mantan narapidana kasus terorisme yang mau

menerima pemahaman baru.

Paham radikal yang dianut oleh mantan narapidana kasus

terorisme setelah menjalankan masa hukuman memungkinkan

masih melekat atau sudah pudar dari dalam dirinya. Pada

penelitian ini, peneliti memilih narasumber yang mau menerima

pemahaman baru. Contohnya adalah, yang dulunya menolak

negara NKRI atau sistem pemerintahan, kini mau mengakui NKRI.

Sehingga, dari karakteristik tersebut, terpilihlah beberapa

informan yang persepsinya mewakili judul skripsi ini. Berikut

adalah tabel identitas Subjek, yaitu:

Page 122: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

109

Tabel 5.1 Tabel Identitas Subjek

Staf Yayasan Prasasti Perdamaian

Kode Asal Usia Jabatan

Y1 Jepara 27 Tahun Direktur Pendampingan

Mantan Narapidana Kasus Terorisme

Kode Asal Usia Kasus Lama

Hukuman Program YPP

N1 Bogor 28

tahun Bom Buku

3 tahun 6

bulan

Pemberian modal

(Sociopreneurship)

N2 Depok 47

tahun

Bom

Masjid

Cirebon

7 tahun 5

bulan

Pemberian modal

(Sociopreneurship),

Syuting Film

N3 Semarang 43

tahun

Bom Sri

Rejeki 10 tahun

Pemberian modal

(Sociopreneurship),

Syuting Film

Keterangan:

N = Kode untuk mantan narapidana teroris

Y = Kode untuk staf Yayasan Prasasti Perdamaian

B. Analisis Pola Pembinaan Mantan Narapidana

Kasus Terorisme di Yayasan Prasasti Perdamaian

1. Proses Pembinaan

Dalam penelitian ini, pola pembinaan mantan narapidana

kasus terorisme yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian

berdasarkan kondisi setiap mantan narapidana kasus terorisme

Page 123: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

110

yang bertujuan agar mantan narapidana kasus terorisme mampu

hidup normal kembali di masyarakat. Berikut adalah proses

pembinaan mantan narapidana kasus terorisme berlangsung, yang

akan digambarkan oleh skema berikut:

Gambar 5.1 Proses pola Pembinaan mantan narapidana

kasus terorisme Yayasan Prasasti Perdamaian

Yayasan Prasasti Perdamaian memulai untuk membuka

obrolan kepada mantan narapidana kasus terorisme di Lembaga

Pemasyakatan. Perihal kunjungan sifatnya seperti kunjungan

biasa, bukan termasuk kunjungan formal. Kunjungan ke lapas

dilakukan secara terus-menerus. Di mulai dari lapas, mereka

diidentifikasi apa rencana yang akan dilakukan, atau apa yang

mereka pilih sebagai pekerjaannya dikemudian hari setelah

menyelesaikan masa hukuman. Setelah sepakat atas perencanaan

tersebut, program akhirnya dilaksanakan. Tujuan dari program

Penerimaan

Program

Pelaksanan

Program

YPP

berkomunikasi di

lapas

Komunikasi

Program Kunjungan

secara regular

Mantan

napiter

teralihkan

perhatiannya.

Page 124: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

111

disengagement adalah mengentaskan mantan narapidana kasus

terorisme dari pola pikir radikal dan juga dari kelompok terornya

melalui kegiatan-kegiatannya yang dapat mengalihkan

perhatiannya.

“Ini terkait dengan program Yayasan Prasasti

Perdamaian. Yayasan Prasasti Perdamaian punya

program pendampingan. Pekerjaan awal ketika Yayasan

Prasasti Perdamaian mulai dibentuk karena itu berawal

dari pengalaman pribadi Mas Huda untuk mendampingi

orang yang terlibat dalam aksi terorisme. Berawal dari

Mas Huda ketemu temannya Mubarok dan seterusnya.

Setelah itu, secara kelembagaan terbentuk ada program-

program yang dikemaskan, dikonsepkan, selain itu ada

juga program Capacity Building dan research. Nah,

spesifikasi di program pendampingan, bagaimana proses

merangkulnya yaitu dimulai dengan Yayasan Prasasti

Perdamaian membuka komunikasi dengan mereka. Ketika

mereka masih di lapas, secara teknis yang kita lakukan

adalah mengunjungi mereka secara regular di lapas. Itu

biasanya kita lakukan bukan dengan secara formal.

Formal dalam artian melalui petugas atau minta izin

segala macam, tapi kita mengunjungi mereka seperti

halnya kunjungan biasa pada umumnya di lapas. Itu yang

secara umum kita lakukan sebagai pendekatan. Intinya

adalah komunikasi secara kontinu dan regular”.(Y1)

2. Pendekatan Pembinaan

Merujuk pada yang sampaikan oleh Mangunhardja,

pembinaan memiliki 3 pendekatan, antara lain pendekatan

informatif, pendekatan partisipatif, dan juga pendekatan

eksperensial. Namun, pendekatan yang dilakukan pada pembinaan

mantan narapidana kasus terorisme adalah perpaduan antara

pendekatan partisipatif dan ekperensial yaitu terlibatnya mantan

narapidana kasus terorisme dan ketika dia menjadi sasaran sebagai

Page 125: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

112

sumber utama, pengalaman, dan pengetahuan sasaran

dimanfaatkan. Kondisinya seperti belajar bersama.137 Dan

pendekatan Pendekatan eksperensial, dalam pendekatan ini,

menempatkan sasaran langsung terlibat pada proses pembinaan.

Dan ini disebut sebagai belajar yang sejati karena keterlibatan

langsung dalam situasi tersebut.138

Contohnya adalah ketika Riki Rianto akan memulai

wirausaha atas modal yang diberikan oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian, dia diberikan kewenangan atas pilihannya untuk

menentukan bisnis apa yang akan dia jalankan. Selanjutnya,

Founder turun langsung mendampingi untuk menyiapkan

peralatan dan berbelanja bersamaan. Pada pelaksanaan wirausaha

tersebut, mantan narapidana kasus terorisme menjalankan

usahanya secara mandiri. Kontroling juga dilakukan sebagai tindak

lanjut usaha yang telah dirintis tadi.

“Pak Huda bilang, “Nanti mau ada ini, masnya mau

nerima, gak?” “Ya mau saja, Pak.” “Nah, sekarang

dicatet, mau bisnis apa, usaha apa, dicatat mas. Nanti

datanya kasih ke saya. Nanti dananya biar dicairkan dari

atas”. Gak lama, paling dua bulan,Pak Khoirul ngabarin

lagi, “Mas, cair dananya”, “Oke pak”. Bentuknya bukan

barang, tapi uang. Cuma didampingi sama Pak Khoirul

waktu itu. Ya biar gak disalahgunain sih. Takutnya

disalahgunain.” (N1)

Begitupula dengan pembinaan yang diberikan kepada

Machmudi Hariono. Yayasan Prasasti Perdamaian kepadanya.

Pendekatan eksperensial dan partisipatif dilakukan spada pendirian

137Mangunhardjana. A.M, 1986. Pembinaan: Arti dan Metodenya,

Kanisisus: Yogyakarta h 17 138Mangunhardjana. A.M. 1986. Pembinaan: Arti dan Metodenya.

Yogyakarta Kanisisus h 17

Page 126: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

113

Dapoer Bistik setelah mengetahui pengalamannya sebagai juru

masak dua tahun dengan cita rasa yang enak. Yayasan Prasasti

Perdamaian juga turut serta menyiapkan tempat, DP untuk alat-alat

elektronik, dan kontroling.

“Berdirilah Dapoer Bistik, berdiri 3 tahun di Semarang.

Launching hari pertama, full pengunjung. Karena saya di

rumah makan pertama sudah banyak relasi. Kurang lebih

begitu, terus berinteraksi dengan Yayasan Prasasti

Perdamaian membantu untuk sewa tempat, DP alat-alat

elektronik, dan itu menjadi center di Semarang. Kemudian

tahun kedua-ketiga melirik di Solo, buka sampai sekarang.

Memang dihandle Yayasan Prasasti Perdamaian, karena

memang berat mendirikan resto. Sewa mahal, SDM, tapi

yang termahal dalam hidup saya yang termahal dalam

Dapoer Bistik dan Yayasan Prasasti Perdamaian adalah

ilmu” (N3)

3. Pelaksanaan Pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan, Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak memiliki term waktu tertentu. Karena,

membangun rasa percaya kepada mantan narapidana kasus

terorisme membutuhkan waktu yang cukup panjang. Skala rutin

atau jadwal pelaksanaan pembinaan juga tidak bisa dijadikan

paten. Sebagaimana yang disampaikan Direktur Pendampingan

Yayasan Prasasti Perdamaian:

“Program ini tidak bisa kita programkan seperti program

baksos yang satu bulan, atau misalnya capacity building

yang dilakukan dua kali tiga kali. Ini adalah program

panjang untuk kita membangun trust building. Untuk waktu

diterima saja, saya dengan dampingan saya butuh waktu

satu tahun sampai dua tahun untuk kita bisa dekat.” (Y1)

Riki Rianto mulai bergabung dengan Yayasan Prasasti

Perdamaian pada tahun 2015 awal. Dikenalkan oleh seorang

Page 127: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

114

temannya agar bergabung di Yayasan Prasasti Perdamaian. Dia

diberikan modal usaha 10 juta dan digunakan untuk usaha bebek

petelur. Selain itu, program pelatihan yang dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian yaitu Pelatihan wirausaha yang diisi oleh Pak

Siwi. Hingga 2018, komunikasi yang berbentuk kontroling juga

dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian.

“Kira-kira 2015an. Pertamanya ane dikasih bentuk

pinjaman.” (N1)

“Kalau setahun ini sudah tidak. Dulu kalau datang, sekali

datang bisa empat orang.” (N3)

Echo Ibrahim juga mengenal Yayasan Prasasti Perdamaian

dari temannya, dipertengahan tahun 2016 setelah bebas dari

Lembaga Pemasyarakatan karena belum memiliki pekerjaan tetap.

Awal mulanya dia bertemu dengan Pak Khoirul. Dia masih

tergabung dan terus berinteraksi dengan staf Yayasan Prasasti

Perdamaian dengan hingga 2019 akhir. Jika Yayasan Prasasti

Perdamaian mengundangnya untuk sebuah acara atau menjadi

narasumber, dia akan menghadirinya.

“Saya tanya teman, terus dikasih alamat Yayasan Prasasti

Perdamaian, saya kesana. Sudah lama tidak ke sana. Dulu

semacam ada pelatihan, gak ada keterusannya. Masih

ingat, tapi dua bulan gak kesana. 2019 masih kesana.

Kalau ada kegiatan dan di undang sih datang.” (N2)

“Tahun 2016 setelah bebas. Saya bebas Bulan Januari dan

baru ketemu sekitar 6 bulan setelahnya. Jadi Bulan Juni

atau Juli. Ada teman yang kenalin. Kalau mau ada

kegiatan atau support gitu, kan waktu bebas gak punya

apa-apa kan. Coba ke Yayasan Prasasti Perdamaian. Saya

ketemu Mas Khoirul. Kalau sekarang kan Pak Taufik.”

(N2)

Machmudi Hariono juga mengenal Yayasan Prasasti

Perdamaian melalui rekannya pada 2009. Temannya menelponnya

Page 128: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

115

dan memperkenalkannya pada Noor Huda Ismail, Founder

Yayasan Prasasti Perdamaian. Kemudian temannya menghubungi

Noor Huda Ismail dan akhirnya merencanakan untuk memulai

bertemu.

“Yayasan Prasasti Perdamaian itu berdiri terlebih dahulu

daripada kena saya mungkin. 2009 itu mulai kenalan

dengan foundernya, Pak Noor Huda Ismail”

Telponlah Noor Huda Ismail. “Huda, dimana, Huda?”,

“Aku di Kalimantan, Pak”. “Oh ini ada yang mau

ngobrol”. “Halo, Assalamualaikum”, “Siapa ini?”,

“Yusuf Semarang”, “Yusuf siapa?”, “Yusuf yang barusan

lulus dari Nusakambangan”, “Yusuf Semarang? Oh iya,

kapan-kapan kita kopi darat”, (N3)

Berawal dari beberapa kali pertemuan, Noor Huda Ismail

dan Machmudi akhirnya akrab. Hingga pada saat Machmudi

diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pelayan di rumah makan,

dan Huda sedang berada di Semarang, dia menceritakan hal

tersebut dan Huda menawarkan untuk membuka bisnis baru. Dari

obrolan yang disepakati akhirnya diputuskan menu iga bakar.

Hingga bulan ke tujuh rumah makan tersebut akhirnya berpindah

ke Simpang Lima Semarang.

“Pas Huda pulang, saya curhat sama Huda. “Iki

pengangguran wong 4”, “Lho ayo buka, makanan enak

kok, ya ayo buka sendiri”, “Ayam bakar”, “Wah, nyaingin

dong. Iga bakar saja yuk.” Kita buat diskusi tempat dan

lainnya. Bulan pertama, kedua, ketiga, keempat, sepi.

Bulan 6 sepi. Ya ada pemasukan, tapi sedikit. Masuk

hampir bulan ke tujuh, pindah tempat ke Simpang Lima.

“Ada duit berapa kamu, Da?”, dirembuklah. Berdirilah

Dapoer Bistik, berdiri 3 tahun di Semarang” (N3)

Meskipun berdomisili di Semarang, sesekali Machmudi

mengunjungi kantor Yayasan Prasasti Perdamaian di Jakarta

Page 129: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

116

setelah diajak oleh Huda. Dia berpartisipasi dalam pembuatan film

Prison and Paradise pada tahun 2010.

“Ayo cak kita ke Jakarta, Cak. Ke Pasar Minggu”. “Apa?

Kantor ta?”, “Iya, kantorku”. Ya sudah, main ke sana

saya. Namanya orang kampung ya, naik kereta ke sana.

2010 lah saya main ke sana”. (N3)

Hingga kini, Dapoer Bistik di Solo tetap eksis yang berawal

dari kerjasama dengan Yayasan Prasasti Perdamaian. Bisnis

tersebut adalah bisnis yang dirintis oleh para napiter.

“Iya, masih di Solo. Silakan kalau mau kesana” (N3)

C. Analisis Humanistik & Pendekatan Heart, Hand and

Head (3H)

Tabel 5.2 Analisis Pendekatan Heart, Hand and Head

(3H)

KECAKAPAN

HIDUP BENTUK APLIKASI TRANSKIP

HATI

[HEART]

Intuisi,

kepercayaan.

RELASI:

membangun

komunikasi yang

menguntungkan

semua pihak. Bagi

mantan narapidana

kasus terorisme,

untuk tempat

berbagi dan bagi

Yayasan Prasasti

Konteks pendekatan

yang dilakukan oleh

Yayasan Prasasti

Perdamaian. Teroris

yang terpapar Awal

mula mantan narapidana

teroris membuka diri

dimulai dari hatinya.

Hingga pada akhirnya,

mantan narapidana

“Untuk waktu

diterima saja, saya

dengan dampingan

saya butuh waktu

satu tahun sampai

dua tahun untuk kita

bisa dekat.” (Y1)

“Aku tahu Noor

Huda kan orang

Page 130: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

117

Perdamaian

mempejarai

perkembangan

kasus terorisme

dari aktornya dan

juga untuk

menunjang

program YPP.

PEDULI:

Pemahaman,

kebaikan hati, dan

afeksi terhadap

orang lain.

Perhatian yang

diperoleh mantan

narapidana kasus

terorisme akan

tersalurkan

menjadi

kepedulian lain

kepada orang di

sekitarnya.

kasus terorisme percaya

dan mulai terbuka

kepada staf Yayasan

Prasasti Perdamaian.

Melalui dialog yang

berlanjut yang

dilakukan sejak berada

di lapas hingga jangka

waktu tahunan antara

Yayasan Prasasti

Perdamaian dan mantan

narapidana kasus

terorisme, tujuannya

agar membangun trans-

believe.

Paska menjalani

hukuman di lapas, N3

kerapkali membantu

mantan narapidana

kasus terorisme karena

mengetahui bagaimana

stigma yang

berkembang di

masyarakat.

Amerika (Reporter

Washington Post),

saya curiga,

ngapain dia ketemu

saya, dan ngapain

saya ketemu dia.

Kurang lebh seperti

itu. Trans-

believenya masih

belum ada” (N3)

“Saya sering

membawa orang,

pernah 18 orang ke

samsat. Buat SIM

C. Sebenarnya

punya wadah kalau

itu dibuat program

tiap tahun.” (N3)

Page 131: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

118

TANGAN

[HANDS]

Tindakan, Aksi

Memberi,

menyediakan,

Bekerja,

mengupayakan,

menghasilkan

pendapatan

Ketika kepercayaan

dari hati sudah

terbentuk, menangani

terorisme dilakukan

dengan menolong

mereka, dalam hal ini

Yayasan Prasasti

Perdamaian

memberikan pinjaman

modal usaha, bagi N1

modal usaha digunakan

untuk usaha bebek

petelur, bagi N2 modal

usaha digunakan untuk

Ikan Hias dan bagi N3

modal usaha digunakan

untuk mendirikan

rumah makan. Ada juga

pelatihan wirausaha

yang digelar oleh

Yayasan Prasasti

Perdamaian kepada N1

dan N2.

Awal pemodalan,

ane dapat 10 juta.

Sekitar tiga tahunan

yang lalu. Dulu ada

tanda tangan di atas

materai sama Pak

Khoirul. Ane buat

usaha bebek sampai

3 periode.(N1)

“Dikasih pinjaman

sekitar 10 juta. Kita

cicil berapa kali.

Tapi belum selesai.

Kita gak tahu

bentuknya itu hibah

atau apa. Tapi

sampai sekarang gak

pernah ditanya-

tanya.” (N2)

“Setelah dialog

antara Noor Huda

Ismail dan

Machmudi,

berdirilah Dapoer

Bistik hingga 3 tahun

Page 132: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

119

dan terus

berinteraksi dengan

Yayasan Prasasti

Perdamaian

membantu untuk

sewa tempat, DP

alat-alat elektronik,

dan itu menjadi

senter di Semarang.”

(N3)

OTAK

[HEAD]

Pengetahuan,

penalaran,

kreatifitas

BERFIKIR:

Gagasan, membuat

keputusan.

Pemberian pemahaman

baru, contohnya

memberikan

pemahaman bahwa

tindakan teror dapat

membuat orang lain

menderita dengan

didatangkannya ustadz

dan pesan dalam film

yang dibuat oleh

Yayasan Prasasti

Perdamaian.

“Kita mencoba

menawarkan

alternatif

pengetahuan baru

bagi mereka.

Apapun

pengetahuan itu

tidak hanya dibatasi

oleh pengetahuan

agama, wawasan

kebangsaan,

misalnya. Karena

orang-orang pada

umumnya”

Page 133: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

120

beranggapan bahwa

teroris itu

bermasalah dalam

wawasan beragama

dan wawasan

kebangsaan.

Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak

pernah

menggunakan cara-

cara seperti itu.”

(Y1)

a. Pendekatan Heart, Hand, and Head

Teori Heart, Hand, Head sebenarnya adalah teori yang

berhubungan dengan kecakapan atau kepemimpinan seseorang,

namun, teori ini juga berlaku dalam konteks pendekatan yang

dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian. Awal mula mantan

narapidana teroris membuka diri dimulai dari hatinya. Hingga pada

akhirnya mantan narapidana kasus terorisme percaya dan mulai

terbuka kepada staf Yayasan Prasasti Perdamaian. Berikut adalah

pernyataan Direktur Pendampingan Yayasan Prasasti Perdamaian

bahwasanya diperlukan waktu 1-2 tahun agar seorang mantan

narapidana kasus terorisme dapat terbuka kepadanya.

“Untuk waktu diterima saja, saya dengan dampingan saya

butuh waktu satu tahun sampai dua tahun untuk kita bisa

dekat.” (Y1)

Page 134: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

121

Hal tersebut juga terjadi kepada Machmudi Hariono

memiliki pemikiran negatif kepada Noor Huda Ismail sebelum

didirikannya Dapoer Bistik karena bekerja di media Washington

Post.

“Aku tahu Noor Huda kan orang Amerika (Reporter

Washington Post), saya curiga, ngapain dia ketemu saya,

dan ngapain saya ketemu dia. Kurang lebih seperti itu.

Trans-believenya masih belum ada”

Aspek selanjutnya adalah hand. Ketika kepercayaan dari

hati sudah terbentuk, menangani terorisme dilakukan dengan

menolong mereka, dalam hal ini Yayasan Prasasti Perdamaian

memberikan pinjaman modal usaha, bagi N1 modal usaha

digunakan untuk usaha bebek petelur, bagi N2 modal usaha

digunakan untuk Ikan Hias dan bagi N3 modal usaha digunakan

untuk mendirikan rumah makan. Ada juga pelatihan wirausaha

yang digelar oleh Yayasan Prasasti Perdamaian kepada N1 dan N2.

Aspek yang terakhir yaitu head, yakni pemberian

pemahaman baru, contohnya memberikan pemahaman bahwa

tindakan teror dapat membuat orang lain menderita dengan

didatangkannya ustadz dan pesan dalam film yang dibuat oleh

Yayasan Prasasti Perdamaian.

b. Pendekatan Humanisasi

Salah satu pendekatan yang dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian adalah humanisasi, yaitu pendekatan dengan

cara kemanusiaan. Di Yayasan Prasasti Perdamaian, jarang

memberikan materi yang bertemakan agama. Staf Yayasan

Prasasti Perdamaian melakukan pembinaan dengan

mengedepankan program yang bersifat humanis. Mantan

Page 135: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

122

narapidana kasus terorisme dapat berubah pemikirannya jika diberi

pengetahuan atau dikenalkan kepada komunitas yang plural dan

multikultur. Ini akan melahirkan refleksi baru yang dapat

mengubah ideologi mantan narapidana kasus terorisme. Yang

dulunya anti Amerika, tiba-tiba menerima orang-orang bekerja di

Amerika. Hal tersebut terjadi kepada Riki Rianto dan Machmudi

Hariono. Mereka awalnya menganggap bahwa apapun yang

berhubungan dengan Amerika harus dijauhi. Humanisasi juga

menyadarkan mantan narapidana kasus terorisme berpikir bahwa

manusia yang baik adalah manusia yang memanusiakan manusia,

tidak memerangi membunuh orang lain.

Humanisasi juga bisa menghapus stereotip manusia atau

kelompok yang kurang baik. Dan mantan narapidana kasus

terorisme adalah orang yang mendapatkan banyak stigma negatif.

Mantan narapidana kasus terorisme patut dikenalkan dengan

kelompok baru agar mengenal kelompok yang berbeda dengan

mereka. kekerasan hanya mampu ditaklukan dengan kelembutan.

Humanisasi mengajarkan mantan narapidana kasus terorisme

untuk berdialog dengan ulama dan elemen-elemen masyarakat,

pelatihan-pelatihan, pemahaman baru melalui film, dan

mempertemukan pelaku teror dengan korban. Dalam hal ini,

Yayasan Prasasti Perdamaian telah memberikan pelatihan-

pelatihan, seperti pelatihan kewirausahaan, pemutaran film dan

juga partisipasi dalam pembuatan film (Jihad Selfie, Prison and

Paradise), atau dipertemukan dengan korban. Sebagaimana

pengakuan dari N3 bahwa tidak pernah terbersit dipikirannya

ketika tergabung dalam kelompok teror akan menyakiti korban.

Page 136: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

123

Yang ada di pikirannya adalah keinginan kuat untuk melakukan

jihad. Pendekatan humanisasi senantiasa dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian dan pemerintah dan masyarakat harus

membantu secara sosial-ekonomi, hingga akhirnya sesuai motto

Yayasan Prasasti Perdamaian, menjadi jembatan tanpa

berprasangka, membantu mantan narapidana kasus terorisme

dengan maksimal sehingga tersirat akan sebuah ikhtiyar Islam

Rahmatan lil ‘Alamin sebagai implementasi saling mengasihi dan

saling membantu.

D. Analisis Dampak Program Disengagement yang

dilakukan Yayasan Prasasti Perdamaian kepada

Mantan Narapidana Kasus Terorisme.

Disengagement yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian selalu melakukan pendekatan langsung kepada aktor,

baik mantan narapidana kasus terorisme atau keluarganya, jadi

tidak sekedar pada metateori, tapi lebih kepada individual. Dan

dari beberapa wawancara yang dilakukan peneliti, dapat dijelaskan

bahwa program disengagement memberikan beberapa hasil dan

dampak bagi mantan narapidana kasus terorisme.

“Berbagai macam. Dia aktif untuk melakukan program-

program Yayasan Prasasti Perdamaian, kemudian ada

yang dia sudah kembali ke masyarakat, pada umumnya

kembali ke masyarakat. Ada yang bekerja seperti pada

umumnya, ada juga yang melakukan aktifitas untuk

membantu narapidana teroris, itu dia buat semacam

lembaga, yayasan juga. Dia ingin mewadahi teman-teman

sesama mantan narapidana teroris yang ada di sekitar

Aceh dan Medan. Ada juga di Lamongan, Solo. Itu

diantaranya yang kita dampingi. Ada juga yang jadi silent

Page 137: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

124

person. Yang penting mereka gak terlibat lagi, gak

mengulangi apa yang dilakukan lagi, kembali bekerja,

kembali bersama keluarga. Seperti itu”.(Y1)

Dampak dari Program Disengagement, ada 5 berdasarkan

hasil wawancara dengan direktur pendampingan, yaitu :

1. Aktif membantu program Yayasan Prasasti Perdamaian.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Echo Ibrahim, setelah

menjadi penerima manfaat dari Yayasan Prasasti Perdamaian,

dalam beberapa kesempatan, dia membantu melaksanakan

program Yayasan Prasasti Perdamaian selanjutnya. Beberapa kali

menjadi narasumber dan turut serta pembuatan syuting film

dokumenter budidaya kolam ikan, pernah juga syuting film The

Battle Of Radicalsm yang disiarkan di Singapura.

Di Yayasan Prasasti Perdamaian, kita itu kayak mitra.

Atau kerjasama, kalau mereka ada acara, kadang saya

diundang sebagai narasumber atau pembicara di acara

mereka. Disamping itu juga Yayasan Prasasti Perdamaian

pernah bantu saya waktu saya bangun kolam ikan. Pernah

memberi pinjaman kayak bantuan. Itu saja. Pernah

beberapa kali syuting film dokumentasi melalui Yayasan

Prasasti Perdamaian. Kalau gak salah kontra narasi

melawan ISIS di RTV. Yang kedua, budidaya ikan sama,

terus dari Singapura, kayaknya Yayasan Prasasti

Perdamaian yang mengarahkan. Namanya itu Dewi,

Singapore Channel, Singapura Asia. Judulnya itu the

beattle of radicalism. Disiarkan di channel Singapura dan

bisa diakses di semua negara pakai parabola. Nah kalau

itu saja. Jadi narasumber, atau pembicara, jadi

praktisi.”(N2)

Seperti halnya yang dilakukan oleh Echo Ibrahim,

Machmudi Hariono juga membantu pembuatan syuting film, yaitu

film Prison and Paradise. Selain itu, dia juga pernah

Page 138: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

125

mempresentasikan film Jihad Selfi di depan TKW yang berada di

Hongkong.

“Di Jakarta aku dulu gak tahu mau apa, jadi buat film

waktu itu. Filmnya Prison and Paradise, sebenarnya saya

tertarik cara Noor Huda memaparkan film ini, alur cerita

dia di Ngruki, saya ikuti alurnya bagus, isinya netral,

menyikapinya, menjelaskan prosesnya . Terus kemarin

Jihad Selfi ke Hongkong, karena Akbar gak bisa, saya

disuruh. Ya, presentasi ke TKW-TKW. (N3)

2. Kembali ke masyarakat

Kembali ke masyarakat dengan menyandang status sebagai

mantan narapidana kasus terorisme tampaknya bukanlah perkara

yang mudah. Stigma masyarakat mampu menjalar kemana saja.

Tidak semua masyarakat dapat menerima mantan pelaku kasus

teror dengan mudah. Riki Rianto, mengalami kesulitan ketika

kembali ke kampung halamannya, tokoh agama juga kurang

senang dengan keberadaannya membutuhkan waktu yang cukup

lama agar diterima dalam masyarakat.

“Susah banget buat meyakinkan di masyarakat. Sampai

sekarang masih ada yang gak senang sama ane.

Kebanyakan itu ustadz-ustadz yang ada di kampung.

Tapi ane gak ambil pusing. Cuek saja. Toh kita kan mau

bener. Dulu kan kita ibaratnya juga korban. Saya saja

korban. Kalau saya nanggepinya gitu. Kenapa kalian

mikirin saya. Kadang-kadang aneh-aneh juga ucapannya.

Kadang-kadang ane tinggal pergi saja. Proses keluar dari

lapas juga bingung mau ngapain.” (N1)

Menurut Machmudi Hariono, stigma yang ada di

masyarakat tentang kasus terorisme terlalu menakutkan. Media

dan pemerintah memberitakan dengan berlebihan dan tidak seperti

yang terjadi secara nyata. Dari pemberitaan yang dibuat secara

Page 139: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

126

berlebihan, akan menimbulkan asumsi-asumsi masyarakat yang

menghubung-hubungkan kasus sat u dengan kasus yang lain.

“Saya sampaikan bahwa apa yang disampaikan oleh media

Amerika, atau kepolisian yang curiga berlebihan,

perjalanan saya di Nusakambangan itu bagaimana, itu

jelas. Media menyebut “Tersangka menyimpan bom satu

bom. Hukuman maksimal hukuman mati”, misalnya seperti

itu kan menakutkan. Keluarga dan teman-teman bilang,

“Lho, mati rek”, kadang blow-upnya negara itu menakut-

nakuti teror. Ya memang berhasil, saya akui. Akhirnya

masyarakat sekitar saya ketika ada bom Aceh, “temanmu

ya?”, bom Poso, “temanmu, ya?” begitu itu stigma yang

gak hilang hingga saat ini.” (N3)

Berbaur dengan masyarakat dan membentuk organisasi

baru dilakukan oleh Riki Rianto. Dia mendirikan organisasi tani

dan mencari dana untuk kesejahteraan masyarakat. Melalui

interaksi seperti itu, Riki Rianto yang awal mulanya dibenci atau

mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Tanpa ada rasa takut.

“Sekarang alhamdulillah, diusaha ikan yang sekarang,

bikin organisasi ane. Dari kelompok tani, ane juga jadi

penggebraknya juga. Kita bikin kelompok buat bikin

proposal, nyari dana buat ke desa. Kita lagi nyari-nyari

dana. Buat kesejahteraan masyarakat. Alhamdulillah. Di

desa juga kepala desanya sudah nerima. Sudah bisa

bergabung dengan teman-teman yang dulu, gak

ketakutan.” (N1)

3. Bekerja

Melakukan suatu usaha paska bebas dari Lembaga

Pemasyarakatan tampaknya memerlukan usaha maksimal bagi

mantan narapidana kasus terorisme. Pada penelitian ini, ketiga

penerima manfaat dari Yayasan Prasasti Perdamaian diberikan

modal usaha. Riki Rianto diberikan modal 10 juta dan memilih

Page 140: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

127

untuk ternak bebek petelur yang bertempat di Kampung Tapak.

Kelanjutan dari usaha itu adalah usaha ikan hias.

“Pertamanya ane dikasih bentuk pinjaman.Tapi ditekanin

lagi sama dia, kalau pinjaman itukan harus balikin. Nah

kalau ini, kalau ada, ya balikin. Kalau gak ada, ya jangan

dipaksa. Soalnya ini uang kesejahteraan ikhwan-ikhwan

yang lain juga. Kalau misalnya ane ganti buat ikhwan yang

ini, dipakai ikhwan yang lain. Jadi berputar uang ini. Tapi

sampai sekarang ane belum bisa ganti. Itu usaha bebek itu

yang kandas belum bisa saya ganti. Prosesnya, awal

pemodalan, ane dapat 10 juta. Sekitar tiga tahunan yang

lalu. Dulu ada tanda tangan di atas materai sama Pak

Khoirul. Ane buat usaha bebek sampai 3 periode. Tapi

usaha bebek kandas karena kandang bukan milik ane.

Sekarang ganti usaha ikan hias” (N1)

Serupa dengan Riki Rianto, Echo Ibrahim juga diberikan

modal usaha 10 juta oleh Yayasan Prasasti Perdamaian untuk

pembuatan kolam dan budidaya ikan. Kini dia bersama istrinya

berbisnis Catering makanan-makanan basah di sekitar tempat

tinggalnya di Depok.

“Dikasih pinjaman sekitar 10 juta. Kita cicil berapa kali.

Tapi belum selesai. Kita gak tahu bentuknya itu hibah atau

apa. Tapi sampai sekarang gak pernah ditanya-tanya.”

(N2)

Lain halnya dengan Machmudi Hariono, yang memiliki

bisnis rumah makan Dapoer Bistik di Solo. Setelah bebas dari

Lembaga Pemasyarakatan, Machmudi bekerja sebeagi pelayan di

rumah makan Semarang. Karena masih memiliki status bebas

bersyarat, dia wajib melapor ke Polrestabes Surabaya setiap

bulannya. Karena beberapa hari dia absen dalam pekerjaannya,

pemilik rumah makan tersebut memberhentikannya. Akhirnya

Machmudi mengumpulkan 4 orang bersama dirinya yang

Page 141: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

128

menganggur untuk membuka usaha baru. Namun dia terkendala di

modal. Melalui salah seorangnya temannya di Lamongan, dia

dihubungkan dengan Noor Huda Ismail, pendiri Yayasan Prasasti

Perdamaian setelah berdiskusi bersama, Noor Huda Ismail

menawarkan bantuan modal mengingat keahlian Machmudi dalam

memasak tidak perlu dilakukan lagi. Tidak lama kemudian,

berdirilah Dapoer Bistik di Semarang dan membuka cabang di

Solo. Dapoer Bistik tersebut dikelola oleh beberapa mantan

narapidana kasus terorisme. Tidak hanya bisnis rumah makan,

Machmudi juga memiliki usaha rental mobil. Jika dulu dia hanya

yang dia taklukan adalah senjata, kini ia menaklukan susruk dan

setir.

“Walaupun saya tidak berdomisili di Yayasan Prasasti

Perdamaian. Terus akhirnya saya bekerja, singkat cerita,

saya dipecat kena SP1, SP2, SP3 karena sering lapor ke

Surabaya. Itu menjelang dua tahun, saya sudah senior di

situ. Karena itu anak Ngruki juga, ya saya menghormati.

Tapi saya capek kalau langsung balik, tiga hari kalau bawa

motor. Sudah saya dipecat, saya pengangguran, saya

kumpulkan anak-anak nganggurnya, bekas-bekas

karyawan. Kita gak punya uang, pengangguran, gimana

caranya?, pas Huda pulang, saya curhat sama Huda. “Iki

pengangguran wong 4”, “Lho ayo buka, makanan enak

kok, ya ayo buka sendiri”, “Ayam bakar”, “Wah, nyaingin

dong. Iga bakar saja yuk.” Kita buat diskusi tempat dan

lainnya. Bulan pertama, kedua, ketiga, keempat, sepi.

Bulan 6 sepi. Ya ada pemasukan, tapi sedikit. Masuk

hampir bulan ke tujuh, pindah tempat ke Simpang Lima.

“Ada duit berapa kamu, Da?”, dirembuklah. Berdirilah

Dapoer Bistik, berdiri 3 tahun di Semarang. Launching

hari pertama, full pengunjung. Karena saya di rumah

makan pertama sudah banyak relasi. Kurang lebih begitu,

terus berinteraksi dengan Yayasan Prasasti Perdamaian

membantu untuk sewa tempat, DP alat-alat elektronik, dan

Page 142: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

129

itu menjadi center di Semarang. Kemudian tahun kedua-

ketiga melirik di Solo, buka sampai sekarang. Memang di

handle Yayasan Prasasti Perdamaian, karena memang

berat mendirikan resto. Sewa mahal, SDM, tapi yang

termahal dalam hidup saya yang termahal dalam Dapoer

Bistik dan Yayasan Prasasti Perdamaian adalah ilmu”

(N3)

4. Membantu mantan narapidana kasus terorisme lainnya.

Setelah melaksanakan program Yayasan Prasasti

Perdamaian, beberapa dari mantan narapidana kasus terorisme

turut membantu mantan narapidana kasus terorisme yang lainnya.

Bantuan yang mereka lakukan sesuai dengan kapasitas masing-

masing. Sebagai seseorang yang mengetahui dengan jelas tentang

kondisi mantan narapidana kasus terorisme paska bebas dari

Lembaga Pemasyarakatan, Machmudi Hariono turut membantu

pembuatan SIM C yang dibutuhkan oleh mantan narapidana kasus

terorisme sebanyak 18 orang ke samsat. Selain itu, dia juga pernah

mengantarkan anak-anak mantan narapidana kasus terorisme

untuk menemui orang tuanya di Nusakambangan menggunakan

mobil. Hal yang sederhana, namun membekas bagi narapidana

terorisme.

“Saya sering membawa orang, pernah 18 orang ke samsat.

Buat SIM C”,

“Saya pernah bilang Pak Huda. Pak Huda, saya mau

ngajak anak-anak liburan ke Nusakambangan. Biar ketemu

Bapaknya. Terus dikasih uang bensin 500 ribu. Itu hanya

sekali setahun. Efektif, gak? Sangat efektif. Itu bisa

dilakukan perorangan”

5. Menghindar dan berdiam diri (tidak ingin terlibat lagi)

Page 143: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

130

Tidak semua mantan narapidana teroris mau membuka diri

setelah bebas dari lapas, terdapat pula mantan narapidana kasus

terorisme yang menghindar dari masyarakat lama dan tidak ingin

terlibat lagi dengan kelompok teror. Echo Ibrahim mengganti

domisilinya agar baik mental anaknya tanpa ada stigma di

masyarakat dan menghindari fitnah dan asumsi yang mungkin

beredar di masyarakat.

“Saya waktu dulu, kejadiannya di Waru Jaya kelurahan

sana, Mekar Jaya juga, saya kan pindah, jadi gak ada yang

tahu. Jadi masyarakat rumah saya gak tahu karena saya

gak ketemu sama orang lama. Jadi saya gak tahu

masyarakat menerima atau tidak. Karena saya rasa bagus

buat anak kalau pindah. Menjaga perasaan anak. Biar gak

diomongin orang. Kalau yang lain-lain sih katanya

diomong-omongin. Tetangganya lagi, dirasanin juga. Saya

pikir perlu suasana baru.” (N2)

“Kalau sudah ketangkap itu sudah nafsi-nafsi, sudah

masing-masing. Di kelompok itu kalau sudah masuk lapas,

gak solidlah, masing-masing menyelamatkan diri. Kadang-

kadang supaya hukumannya tidak besar, jangan sebut

nama saya ya bang. Pada ketakutan juga. Karena sudah ke

gap, yasudahlah masing-masing saja. Itu sifatnya kita

keluar bubar juga masing-masing. sudah gak solidlah.

Kita juga menghindari hukum, takut ini, takut itu. Di dalam

belajarnya masing-masing saja.” (N2)

Pada poin ke 5, yaitu menghindar dan berdiam diri, selaras

dengan teori disengagement adalah pendekatan psikologis yang

mana bertujuan untuk mengungkapkan fenomena berubahnya

seseorang menjadi penyendiri dan hidup terpisah dari lingkungan

sosialnya. Cumming dan Henry menyusun teori ini berdasarkan

asumsi adanya hubungan saling mempengaruhi antara individu

dengan lingkungannya, maupun sebaliknya, kemudian

menafsirkan tentang penarikan diri seseorang terhadap

Page 144: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

131

lingkungannya seiring dengan bertambahnya usia.139 Dalam

konteks terorisme, seorang mantan teroris dapat memilih untuk

menghindar dan menjauhkan diri dari kelompok terornya setelah

melewati pertimbangan yang matang. Melihat keluarga atau

melihat korban menyadarkan mereka bahwa aksi teror yang dulu

mereka lakukan bukanlah tindakan yang benar.

139Arlie Russel Hochschild. 1975. The Sociology of Feeling and

Emotion : Selected Possibilities Sociological Inquiry: 45 h 555

Page 145: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

132

BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian skripsi yang

penulis lakukan mengenai pola Pola Pembinaaan Mantan

Narapidana Kasus Terorisme melalui Program Disengagement di

Yayasan Prasasti Perdamaian Tebet Jakarta Selatan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pola Pembinaan Mantan Narapidana Kasus Terorisme di

Yayasan Prasasti Perdamaian

Pola pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan Prasasti

Perdamaian kepada mantan narapidana kasus terorisme dimulai

dengan kunjungan yang berisi obrolan saat di Lembaga

Pemasyarakatan, kunjungan tersebut bersifat rutin, sejak di lapas

dilakukan identifikasi apa yang akan dilakukan mantan narapidana

kasus terorisme dan melaksanakan rencana tersebut. Pelaksanaan

program kemudian dilakukan yang harapannya adalah disengaged

dari kelompok teror yang sebelumnya diikuti mantan narapidana

kasus terorisme dengan pengalihan kegiatan-kegiatan yang positif

seperti wirausaha. Mengenai Jangka waktu pembinaan, informan

mendatangi Yayasan Prasasti Perdamaian dan memulai

pelaksanaan pembinaan dan melakukan program Yayasan Prasasti

Perdamaian. Pembinaan dilaksanakan paska menjalani hukuman

di Lembaga Pemasyarakatan. Pelaksanaan pembinaan yang

dilakukan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian kepada mantan

narapidana kasus terorisme tanpa ada jangkauan waktu tertentu

Page 146: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

133

dan membutuhkan waktu yang cukup lama, bisa mencapai 1-2

tahun untuk membangun trust-believe antara staf Yayasan Prasasti

Perdamaian dengan mantan Narapidana Kasus Terorisme.

Pendekatan yang dilakukan dalam pola pembinaan ini ada 3H,

yaitu Heart, Hand and Head

2. Dampak program disengagement yang dilakukan oleh

Yayasan Prasasti Perdamaian kepada mantan narapidana kasus

terorisme. Seperti halnya penamaan program disengagement,

tujuan program ini adalah untuk melepas seorang mantan

narapidana kasus terorisme dari kelompok radikal dan

membebaskannya dari aksi teror. Adapun dampak yang diberikan

oleh program ini kepada mantan narapidana adalah melunaknya

hasrat teror seorang mantan narapidana kasus terorisme, membuat

mantan narapidana kasus terorisme mandiri melalui modal usaha

yang diberikan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian dan kemudian

membuka lapangan bisnis baru. Selain itu, program disengagement

membuat mantan narapidana kasus terorisme aktif membantu

program Yayasan Prasasti Perdamaian. Selanjutnya, mantan

narapidana kasus terorisme telah lebih siap untuk kembali ke

masyarakat, terciptanya lingkungan baru hingga mantan

narapidana kasus terorisme dapat mengembangkan interaksinya,

namun ada yang lebih memilih untuk menutup diri agar terbebas

dari topik atau hal yang bersinggungan dengan unsur terorisme.

Dampak yang terakhir yaitu membantu mantan narapidana kasus

terorisme lainnya yang baru bebas dan membutuhkan uluran

tangan.

Page 147: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

134

B. Implikasi

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi gambaran nyata

bahwa disengagement adalah salah satu kegiatan yang berperan

dalam menanggulangi kasus terorisme. Masyarakat dapat memberi

kesempatan kedua kepada kepada mantan narapidana kasus

terorisme dan dapat hidup layaknya orang pada umumnya tanpa

mendapatkan stigma di dalam masyarakat. Pemerintah,

Kementerian, dan BNPT lebih menindaklanjuti pelaksanaan

penanggulangan terorisme dengan mengidentifikasi penyebabnya.

Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

rujukan baik untuk literasi bagi mahasiswa dan untuk eksekusi

bagi Yayasan Prasasti Perdamaian untuk memberikan program

kepada mantan narapidana kasus terorisme dengan lebih baik.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelian ini, peneliti memberikan saran

kepada pihak-pihak terkait yang didapat dari wawancara, yaitu:

1. Bagi BNPT yang memiliki fokus dalam menanggulangi

kasus terorisme, diharapkan mencanangkan program yang

menyentuh mantan narapidana kasus terorisme secara langsung.

Sehingga dapat terdeteksi akar permasalahan kasus terorisme.

Kasus perkasus juga perlu diterapkan menganalisis pembinaan.

2. Bagi Yayasan Prasasti Perdamaian

Penambahan kontroling keadaan mantan narapidana kasus

terorisme juga diperlukan.

3. Bagi pemerintah dalam hal ini adalah beberapa

kementerian yang bekerjasama dengan BNPT dalam

Page 148: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

135

menanggulangi kasus terorisme, Kementerian Hukum dan HAM

seharusnya mengklasifikasikan kasus perkasus dalam hukuman

dengan identifikasi yang matang. Untuk Kementerian

Ketenagakerjaan, agar menyediakan lapangan pekerjaan bagi

mantan narapidana kasus terorisme, mereka yang telah bebas dari

Lembaga Pemasyarakatan mestinya mendapatkan pekerjaan yang

membuat kebutuhan mereka tercukupi tanpa harus kembali ke

kelompok teror

4. Bagi masyarakat yang menemui mantan narapidana kasus

terorisme, seharusnya mendukung mantan narapidana kasus

terorisme untuk dapat kembali dimasyarakat, tanpa menyebarkan

stigma-stigma negatif. Dan mempermudah proses administrasi

mereka karena bagaimanapun mereka adalah WNI yang

membutuhkan identitas untuk mengurus kehidupannya.

Page 149: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

136

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme

Teosentris. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005.

A.M, Mangunhardjana. Pembinaan: Arti dan Metodenya.

Yogyakarta: Kanisisus, 1986.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Ilmiah: Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta:Bulan Bintang, 2003.

Al-Quran yang dikompilasi Naf’an Akhun. Al-Quran Terjemahan

Departemen Agama. Semarang: CV Toha Putra.

Balitbang Hukum dan HAM. Pembinaan Narapidana Teroris

dalam Upaya Deradikalisasi. Jakarta, 2016.

Bandura. Sosial Cognitive Theory of Personality. New York:

Academic Press, 1999.

Bjorgo, Tore, dan Horgan. 2008. Leaving Terrorism Behind:

Disengagement from Political Violence. New York: Taylor

& Francis, 2008.

Bungsin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta:

Prenada Media Grup, 2007.

Departemen Agama. Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN. Jakarta:

Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat

Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Depdiknas. Kecakapan Hidup. Pendidikan Kecakapan Hidup.

Jakarta: Depdiknas, 2003

Page 150: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

137

Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Derakalisasi BNPT.

Anak Muda Cerdas Mencegah Terorism, 2016

Djelantik, Sukawarsini. Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran

Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2010.

Fitriana, Saella. Upaya BNPT dalam Melaksanakan Program

Deradikalisasi di Indonesia. Journal of International

Relation Universitas Diponegoro, 2016.

Freire, Paul. Pendidikan yang Membebaskan, Pendidikan yang

Memanusiakan, dalam Omi Intan Naomi (ed), Menggugat

Pendidikan Fundamentalisme Konservatif Liberal-

Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualititatif: Teori dan

Praktik. PT Jakarta.: Bumi Aksara, 2013

Hamidi. Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press, 2010.

Hamidin. Wajah Baru Terorisme: Transformasi Jaringan,

Gerakan, dan Modus Kelompok Terorisme Domestik dan

Global. Bogor: Pusat Media Damai Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme, 2007.

Harahap, Syahrin. Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan

Terorisme. Depok: Siraja, 2017.

Husman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi

Aksara, 2000.

Hochschild, Arlie Russel. The Sociology of Feeling and Emotion:

Selected Possibilities, 1975.

J, Horgan. Senjakala Ilmu Pengetahuan. (Penerjemah: Dindin

Solahudin). Bandung: Penerbit Nuansa, 2005.

Page 151: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

138

Lawimatang. Hukum Penentensier Indonesia: Bandung: CV

Armico. Mas’ud, Abdurrahman. Menggagas Format

Pendidikan Nondikotomik. Yogyakarta: Gama Media,

1984.

Masyar, Ali. Gaya Indonesia Menghadapi Terorisme: Sebuah

Kritik Kebijakan Hukum Pidana Terorisme di Indonesia,

Bandung: Mandar Maju, 2009.

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Madrasah, dan

Perguruan Tinggi. Depok: Raja Grafindo Persada, 2005.

Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosda,

2001.Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Sudarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Bina

Aksara, 1989.

Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada dan Universitas

Pattimura Ambon. Penguatan, Sinkronisasi,

Harmonisasi, Integrasi Pelembagaan dan

Pembudayaan Pancasila dalam Rangka

Memperkokoh Kedaulatan Bangsa. Ambon, 31 Mei-01

Juni 2014

SB, Agus. Merintis Jalan Mencegah Terorisme (Sebuah Bunga

Rampai), Jakarta: Semarak Lautan Warna, 2014.

Subana, M. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka

Seti, 2005.

Sumardiana, Benny. Efektivitas Penanggulangan Ancaman

Penyelabaran Paham Ekstrim Kanan yang Memicu

Page 152: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

139

Terorisme oleh POLRI dan BNPT RI. Seminar Nasional

Hukum Universitas Negeri Semarang, 2017.

Suryana. Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif

dan Kualitatif. Universitas Padjajaran. 2010.

Usmita, Fakhri. Disengagement; Strategi Penanggulangan

Terorisme di Indonesia. Tesis Program Studi

Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia, 2012.

Widodo, Joanedi, Ismu Gunadi, Fifit Fitri Lutfianingsih. Kamus

Istilah Hukum Populer. Jakarta: Prenadamedia Group,

2016.

Zaidan, Muhammad Ali. Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme (Pendekatan Kebijakan Kriminal) Seminar

Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, 2017.

JURNAL

F, Isnawan. Program Deradikalisasi Radikalisme dan Terorisme

Melalui Nilai–Nilai Luhur Pancasila. Jurnal Fikri,

2018.

Firdaus, Insan. Penempatan Narapidana Teroris di Lembaga

Pemasyarakatan. Jurnal Penelitaian Hukum De Jure, 2017.

ICSR. Prisons and Terrorism Radicalisation and De-

radicalosation in 15 Countries. King’s College London

United Kingdom, 2010.

Rahman, Musthafa. Humanisasi Sistem Pendidikan. Jurnal

Nadwah, 2009.

Page 153: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

140

WEB

Andrie, Taufik. Deradikalisasi atau Disengagement; Kajian dan

Praktek dari Perspektif Civil Society. Dikutip dari

https://www/academia.edu/353333 /Deradikalisasi atau

Disengagement

Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Capacity Building

prasasti.org/programs/capacity-building-division/

Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Outreach Division,

https://prasasti.org/programs/outreach-division/

Yayasan Prasasti Perdamaian, Programs Research Division

https://prasasti.org/programs/research/

Yayasan Prasasti Perdamaian, Staffs https://prasasti.org/about/

zstaffs/

Yayasan Prasasti Perdamaian. Who We Are.

https://prasasti.org/about/

Page 154: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas
Page 155: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

142

Page 156: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai

oleh saudari Mutiah Robiah Al Adawiyah, Mahasiswi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang

melakukan penelitian di Yayasan Prasasti Perdamaian tentang

Pola Pembinaan Mantan Narapidana Kasus Terorisme di Yayasan

Prasasti Perdamaian, untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan

yaitu skripsi guna memenuhi pernyataan memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ricky Rianto

Usia : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Batu Tapak, Bogor

Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini sudah saya jawab

dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Bogor, 28 Desember 2019

Yang Bersangkutan Peneliti

(................................) Mutiah Robiah Al Adawiyah

Page 157: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

144

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai

oleh saudari Mutiah Robiah Al Adawiyah, Mahasiswi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang

melakukan penelitian di Yayasan Prasasti Perdamaian tentang

Pola Pembinaan Mantan Narapidana Kasus Terorisme di Yayasan

Prasasti Perdamaian, untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan

yaitu skripsi guna memenuhi pernyataan memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Echo Ibrahim

Usia : 47 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Mekar Jaya, Depok

Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini sudah saya jawab

dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Depok, 03 Januari 2020

Yang Bersangkutan Peneliti

(................................) Mutiah Robiah Al Adawiya

Page 158: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

145

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai

oleh saudari Mutiah Robiah Al Adawiyah, Mahasiswi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang

melakukan penelitian di Yayasan Prasasti Perdamaian tentang

Pola Pembinaan Mantan Narapidana Kasus Terorisme di Yayasan

Prasasti Perdamaian, untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan

yaitu skripsi guna memenuhi pernyataan memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Machmudi Hariyono

Usia : 43 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Taman Sri Rejeki Selatan, Semarang

Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini sudah saya jawab

dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Semarang, 7 Januari 2020

Yang Bersangkutan Peneliti

(................................) Mutiah Robiah Al Adawiyah

Lampiran I

Page 159: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

146

PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Informan

1. Nama Riki Rianto

2. Jenis Kelamin Laki-laki

3. Usia 28 tahun

4. Latar Belakang

Pendidikan SMP Paket C

5. Lembaga

Pemasyarakatan Pondok Rajeg Cibinong

6. Kasus/Perkara Bom Bambu

7. Tahun Bebas 2014

8. Tahun

Bergabung

dengan YPP

2015

9. Program yang

diikuti YPP

Sociopreneurship (Pemberian

modal usaha)

1. Nama Echo Ibrahim

2. Jenis Kelamin Laki-laki

3. Usia 47 tahun

4. Latar Belakang

Pendidikan IKPN Yogyakarta.

5. Lembaga

Pemasyarakatan Nusakambangan

6. Kasus/Perkara Bom Bunuh diri Masjid al-Zikra

Cirebon

Page 160: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

147

7. Tahun Bebas 2016

8. Tahun

Bergabung

dengan YPP

2016

9. Program yang

diikuti YPP

Sociopreneurship (Pemberian

modal usaha), Menjadi

narasumber, dan Pembuatan

Film bersama YPP

1. Nama Machmudi Hariono

2. Jenis Kelamin Laki-laki

3. Usia 43 tahun

4. Latar Belakang

Pendidikan

SMA Dua Jombang, dan UIN Wali

Songo Ponorogo

5. Lembaga

Pemasyarakatan Kedung Pane

6. Kasus/Perkara Bom Sri Rejeki

7. Tahun Bebas 2009

8. Tahun

Bergabung

dengan YPP

2010

9. Program yang

diikuti YPP

Sociopreneurship (Pemberian modal

usaha), Menjadi narasumber, dan

Pembuatan Film bersama YPP

Page 161: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

148

B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana anda memandang terorisme dan jihadis di

Indonesia?

2. Apa motif seseorang tergabung dengan kelompok

terorisme?

3. Kapan mulai tergabung dengan kelompok terorisme?

4. Menurut anda, siapa yang paling berperan dalam

menanggulangi terorisme di Indonesia?

5. Sudah efektifkah penanggulangan terorisme itu?

6. Apa yang harus pemerintah lakukan untuk isu terorisme?

7. Kekuatan apa yang dimiliki untuk menarik keluar Jihadis

tersebut?

8. Bagaimana tahu Yayasan Prasasti Perdamaian?

9. Mengapa memilih dibina Yayasan Prasasti Perdamaian?

10. Sudah berapa lama dibina Yayasan Prasasti Perdamaian?

11. Sejak kapan dibina oleh Yayasan Prasasti Perdamaian?

12. Apa saja bina yang dilakukan Yayasan Prasasti

Perdamaian kepada anda?

13. Apa dampak dari pembinaan tersebut?

14. Apa faktor pendukung dan kendala dari partisipasi

program Yayasan Prasasti Perdamaian?

15. Apa kendala untuk mengeluarkan diri dari kelompok

terorisme?

16. Apakah ada keberlanjutan setelah pembinaan Yayasan

Prasasti Perdamaian?

Page 162: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

149

17. Apa program yang efektif untuk menanggulangi terorisme

menurut anda?

18. Apa harapan anda terhadap penanggulangan terorisme di

Indonesia?

Page 163: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

150

C. Transkip Wawancara

1. Transkip Wawancara Staf Yayasan Prasasti

Perdamaian (Khariroh Maknunah, S.Sos)

Mutiah : Apakah sebelumnya Yayasan Prasasti

Perdamaian ini sudah pernah diteliti oleh

mahasiswa atau lembaga lain?

Khariroh : Sering. Yayasan Prasasti Perdamaian sering

mendapatkan tamu, menerima teman-teman

yang ingin melakukan research, dari teman-teman

mahasiswa tapi juga ada dari peneliti lain, baik itu

yang sifatnya komersil dari kelembagaan maupun

personal. Dari UIN Jakarta beberapa kali, bahkan

dari luar kota misalnya, dari jenjang mulai S1

sampai S3, dari dalam negeri maupun luar negeri,

ketika dia fokus di issue ini, biasanya, Yayasan

Prasasti Perdamaian diantaranya menjadi rujukan

untuk mereka melakukan penelitian.

Mutiah : Jadi sudah sering, ya?

Khariroh : Sering. Sering. Barengan kamu sekarang saja ada

beberapa yang penelitian.

Mutiah : Ada yang dari UIN Jakarta juga?

Khariroh : Ada yang dari S2 UI, S2 Brawijaya, ada juga

mahasiswa luar. Sering mahasiswa luar. Peneliti

luar.

Mutiah : Yayasan ini didirikan oleh Bapak Noor Huda

Ismail, ingin mendirikan karena pengalaman

Page 164: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

151

pribadi. Diawal pendirian itu, berapa staf yang

terlibat?

Khariroh : Sebenarnya, Yayasan Prasasti Perdamaian

berdiri memang karena inisiatif Mas Huda. Dari

pengalaman Mas Huda personal. Sejak awal, tidak

langsung terbangun staf, karena dibangun asas

pertemanan, jejaring, tidak banyak yang terlibat

orang-orangnya yang memulai pekerjaan itu. Ada

Mas Huda (Noor Huda Ismail), Mas Taufik

Andrie (Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti

Perdamaian) sejak awal itu. Dari tim kecil itu,

mungkin dibantu sekitar 3-5 orang, termasuk Mas

Huda. Tapi itu memang belum tertata secara

kelembagaan karena memang diawali dengan hal-

hal seperti bantuan ke mantan napiter, banyak

kunjungan ke lapas, memperkenalkan napiter ke

lapas dengan orang-orang baru agar agar mereka

melakukan pekerjaan, membantu dari segi

finansial dan seterusnya. Itu memang dilakukan

sejak lama bersama teman-teman ditarik untuk

melakukan pekerjaan ini termasuk Mas Taufik.

Sejak tim terbangun, Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak pernah memiliki tim yang besar

sebenarnya. Sekitar 10 orang ini kan sebenarnya

kita hanya tim kecil. Yang di Jakarta ada Mas

Taufik, saya (Mbak Nuna), Mas Rizki. Ada 10

orang termasuk yang di Solo.

Page 165: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

152

Mutiah : Bagaimana background pendidikan dari staf

Yayasan Prasasti Perdamaian?

Khariroh : Sebenarnya Yayasan Prasasti Perdamaian tidak

ada spesifikasi khusus atau segala macam. Mas

Huda sendiri pendidikan awalnya adalah Sastra

Arab UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta.

Kemudian dia double degree di UGM di

Komunikasi. Terus S2 di Inggris tentang

Feminism, dan S3 International Security. Teman-

teman yang lain ada yang dari HI, saya (Mbak

Nuna)dari Komunikasi. Beragam. Karena ini

pekerjaan yang humanis, pekerjaan sosial, yang

bisa dikerjakan siapapun

Mutiah : Berbagai program telah dijalankan. Proses

mendampingi napiter itu seperti apa? Diawali

dengan hal apa?

Khariroh : Ini terkait dengan program Yayasan Prasasti

Perdamaian. Yayasan Prasasti Perdamaian punya

program pendampingan. Pekerjaan awal ketika

Yayasan Prasasti Perdamaian mulai dibentuk

karena itu berawal dari pengalaman pribadi

Mas Huda untuk mendampingi orang yang terlibat

dalam aksi terorisme. Berawal dari Mas Huda

ketemu temannya Mubarok dan seterusnya.

Setelah itu, secara kelembagaan terbentuk ada

program-program yang diskemakan, dikonsepkan,

selain itu ada juga program Capacity Building dan

Page 166: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

153

research. Nah, spesifikasi di program

pendampingan, bagaimana proses merangkulnya

yaitu dimulai dengan Yayasan Prasasti

Perdamaian membuka komunikasi dengan

mereka. Ketika mereka masih di lapas, secara

teknis yang kita lakukan adalah mengunjungi

mereka secara regular di lapas. Itu biasanya kita

lakukan bukan dengan secara formal. Formal

dalam artian melalui petugas atau minta izin

segala macam, tapi kita mengunjungi mereka

seperti halnya kunjungan biasa pada umumnya di

lapas. Itu yang secara umum kita lakukan sebagai

pendekatan. Intinya adalah komunikasi secara

kontinu dan regular.

Mutiah : Lantas, bagaimana mereka memutuskan untuk

terlibat dengan Yayasan Prasasti Perdamaian?

Khariroh : Seperti yang saya bilang, program Yayasan

Prasasti Perdamaian tidak seperti program

santunan atau apa. Ini adalah program sosial,

program humanis. Yang berada di ranah

keamanan. Jadi memang kadang-kadang Yayasan

Prasasti Perdamaian menggunakan cara-cara semi

intelijen dalam melakukan pekerjaan ini, artinya

tidak selamanya lantas dari awal membuka kami

dari Yayasan Prasasti Perdamaian ini program

kami. Karena orang-orang ini adalah orang-orang

yang eksklusif, kemudian juga terkenal memiliki

Page 167: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

154

pemahaman yang berbeda dengan orang pada

umumnya, dan ketika ada orang baru yang datang

ada potensi resisten atau tidak kooperatif, maka

yang dilakukan adalah bagaimana kita

memperkenalkan diri kepada mereka adalah

bukan orang mengancam. Ketika kita mempunyai

konsern tertentu di isu ini, maka potensinya besar

untuk resisten. Dan itu menggunakan cara yang

mungkin jika dibahasakan adalah silence, yaitu

tidak membuka identitas dari Yayasan Prasasti

Perdamaian. Dan biasanya tidak ada cara secara

formal untuk mengajak kepada program kita. Kita

mendampingi. Atau juga by request. Biasanya

mereka sudah mengenal Mas Huda, sudah

mengenal Mas Taufik.

Mutiah : Apa saja bentuk kerjasama Yayasan Prasasti

Perdamaian dengan pihak lain?

Khariroh : Banyak. Yayasan Prasasti Perdamaian punya

banyak kerjasama, misalnya dengan Direktoral

Jenderal Kemasyarakatan, di bawah Kementerian

Hukum dan HAM Yayasan Prasasti Perdamaian

punya perjanjian kerjasama sejak 2014. Dan

kerjasama ini sudah dua kali perpanjangan.

Diantaranya adalah kerja-kerja Yayasan Prasasti

Perdamaian yang ada di bawah lapas. Lembaga

Pemasyarakatan baik Lapas maupun Bapas. Lapas

itu Lembaga Pemasyarakatan dan Bapas itu Balai

Page 168: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

155

Pemasyarakatan. Itu adalah kerjasamanya.

Diantaranya, aktifitas pendampingan di dalam

lapas ini. Meskipun kadang di lapangan kita

menjalankannya tanpa prosedural formal, tidak

melaui petugas dan pakai dinas segala macam

lewat kunjungan biasa, tapi, secara program itu

terdaftar kerjasama bersama Direktoral Jenderal

Kemasyarakatan. Kemudian kerjasama dengan

Akademi Pendidikan Kemasyarakatan (AKIP),

kami punya kerjasama untuk menjadi dosen tamu,

misalnya Mas Taufik memberikan mata kuliah

khusus tentang terorisme. Ada yang dikerjakan

bersama. Itu kayak gitu. Itu diantara bentuk

kerjasamanya yang dilakukan oleh Yayasan

Prasasti Perdamaian.

Mutiah : Metode yang digunakan untuk mendampingi itu

seperti apa?

Khariroh : Komunikasi diawal, melakukan kunjungan rutin,

komunikasi kontinu, pendampingan secara rutin,

ada juga trauma healing, diskusi, ada pelatihan-

pelatihan kecil, kemudian peminjaman modal

usaha, itu sebagai pintu masuk kita melakukan

upaya disengagement. Mereka dari kelompok dan

jaringan.

Mutiah : Untuk skala pelaksanaan programnya seperti

apa? Apakah menyesuaikan situasi kondisi?

Page 169: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

156

Khariroh : Tergantung situasi dan kondisi. Memang tidak

bisa seperti pengajian seperti hari Kamis, jadi

tergantung situasi dan kondisi.

Mutiah : Apakah ada seorang napiter yang dibina bukan

berasal dari lapas?

Khariroh : Ada. Beberapa dampingan Yayasan Prasasti

Perdamaian dari awal ada beberapa yang kita

dampingi ketika mereka sudah keluar. Termasuk

bukan hanya untuk mantan narapidana terorisnya,

tapi ada juga keluarga narapidana teroris termasuk

istri dan anaknya. Di daerah Cisauk dia di

dampingi setelah bebas, wirausaha, yang

dikendalikan oleh istrinya. Tidak hanya ke mantan

teroris, tapi juga ke istri dan anaknya.

Mutiah : Ketika mendampingi teroris, apakah ada

penggolongan?

Khariroh : Sebenarnya Yayasan Prasasti Perdamaian tidak

ada spesifikasi untuk mantan narapidana teroris.

Dalam artian tidak ada penggolongan ini baru

masuk, ini tidak. Biasanya by request, dan

biasanya ada hal-hal yang menurut Yayasan

Prasasti Perdamaian itu penting untuk kita

dampingi. Misalnya mereka sudah kooperatif

untuk didampingi sejak di lapas. Tapi, itu ada

penggolongan lagi, kepada mantan narapidana

teroris dan anak yang terlibat dengan teroris, ada

perempuan yang terlibat dengan teroris. Tapi

Page 170: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

157

untuk mantan narapidana teroris tidak ada

spesifikasi khusus.

Mutiah : Dari orang-orang yang pernah didampingi

(mantan narapidana teroris), apakah mereka turut

membantu (narapidana teroris baru) di proses

selanjutnya?

Khariroh : Ada beberapa yang seperti itu, ada yang tidak.

Karena memang pendampingan ini seperti

peminjaman modal, pelatihan wirausaha, trauma

healing, pendekatan emosional, itu hanya metode

saja supaya kita bisa masuk kepada mereka secara

dalam dan mereka bisa disengage melalui

program-program ini dari kelompoknya. Dan

sekian yang kita dampingi, sebagian besar dari

mereka tidak lagi terlibat, karena mereka sudah

beraktifitas pada umumnya, tapi memang, tidak

semua dari mereka mau melakukan hal serupa

kepada teman-temannya. Ada berbagai faktor.

Misalkan, faktor dia takut diserang balik oleh

teman-temannya. Dan mereka sudah tidak mau

berurusan dengan konteks ini. Tapi ada juga yang

turut membantu. Misalnya kami punya

dampingan, sejak awal Yayasan Prasasti

Perdamaian di Semarang, sampai sekarang masih

melakukan beberapa hal pekerjaan Yayasan

Prasasti Perdamaian. Jadi ada, tapi tidak semua.

Page 171: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

158

Mutiah : Saat pendampingan, apa yang disampaikan?

Materi-materinya?

Khariroh : Caranya tidak formal. Tidak sengaja

mengkonsepkan secara khusus. Kita menghindari

itu banget sebenarnya. Itu nantinya tidak

membangun kedekatan emosional yang kuat atau

trust building untuk masing-masing. Sedangkan

untuk kita bisa masuk ke seseorang, dalam

konteks ingin melakukan perubahan, mereka

dalam hal perilaku maupun pegangan, harus tahu

betul, harus tahu dalam. Tapi juga untuk itu juga

kadang-kadang kita lakukan. Diskusi tematik itu

kadang-kadang kita lakukan sesuai konteks. Kita

bawakan buku ke mereka, dan mereka kita

tawarkan, “tertarik tidak untuk baca?”. Setelah itu

kita kasih selang waktu baca dan setelah itu kita

diskusi. Itu contoh pembicaraan tematik. Nah

bukunya tentang apa? Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak pernah memaksakan bahwa

buku itu tentang agama atau tentang jihad. Karena

view Yayasan Prasasti Perdamaian adalah bukan

mendekatan agama. Tapi menggunakan

pendekatan sosial, pendekatan humanis, kita

mencoba menawarkan alternatif pengetahuan baru

bagi mereka. Apapun pengetahuan itu tidak hanya

dibatasi oleh pengetahuan agama, wawasan

kebangsaan, misalnya. Karena orang-orang pada

Page 172: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

159

umumnya beranggapan bahwa teroris itu

bermasalah dalam wawasan beragama dan

wawasan kebangsaan. Yayasan Prasasti

Perdamaian tidak pernah menggunakan cara-cara

seperti itu.

Mutiah : Lebih ke kedekatan masing-masing?

Khariroh : Iya, itu yang kita bangun. Kita ingin menjadi

pembisik yang baik bagi mereka.

Mutiah : Untuk yang mendampingi itu, 10 staf tadi?

Khariroh : Tidak. Itu dibagi-bagi. Mas Taufik Andrie

sebagai direktur utama, Mas Reski Maulana

sebagai managing director, Mbak Anita di di

manajemen keuangan. Mbak Anita punya dua tim

di keuangan dan administrasi, kemudian di waka

pendampingan ada saya (Mbak Nuna). Dulu Mas

Taufik dan Mas Huda yang melakukan

pendampingan. Dan ada beberapa staf yang

melakukan pendampingan. Tapi saat ini saya.

Yang lain ada yang di research, capacity building.

Mutiah : Bagaimana kondisi mantan narapidana teroris

setelah mendapatkan pendampingan?

Khariroh : Berbagai macam. Dia aktif untuk melakukan

program-program Yayasan Prasasti Perdamaian,

kemudian ada yang dia sudah kembali ke

masyarakat, pada umumnya kembali ke

masyarakat. Ada yang bekerja seperti pada

umumnya, ada juga yang melakukan aktifitas

Page 173: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

160

untukm membantu narapidana teroris, itu dia buat

semacam lembaga, yayasan juga. Dia ingin

mewadahi teman-teman sesama mantan

narapidana teroris yang ada di sekitar Aceh dan

Medan. Ada juga di Lamongan, Solo. Itu

diantaranya yang kita dampingi. Ada juga yang

jadi silence person. Yang penting mereka gak

terlibat lagi, gak mengulangi apa yang dilakukan

lagi, kembali bekerja, kembali bersama keluarga.

Seperti itu.

Mutiah : Kendala saat melakukan pendampingan kepada

mantan narapidana teroris itu seperti apa?

Khariroh : Kendala secara program, banyak sih. Dari mulai

yang kecil sampai yang besar. Resiko, tapi juga

bukan menjadi kendala dan menjadikan program

ini berhenti. Tapi itu salah satu bentuk, atau

kendala yang bisa diatasi. Spesifiknya misalnya

kendala orang yang kita dampingi berpotensi tidak

kooperatif. Respon awal yang mereka berikan

kepada Yayasan Prasasti Perdamaian yang

menemui mereka itu dingin, kurang bagus. Atau

bahkan ditolak. Ada anak yang gak mau ketemu.

Kemudian ada beberapa resiko ancaman, tapi itu

resiko, atau kendala yang lain, ketika kita sudah

dekat dengan mereka, dan mereka belum bisa

mandiri, terkadang Yayasan Prasasti Perdamaian

tidak bisa mengcover seluruh kebutuhan mereka,

Page 174: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

161

dan kendalanya adalah Yayasan Prasasti

Perdamaian belum bisa menjadi penghubung atau

penghatar yang ideal bagi mereka untuk kembali

ke masyarakat. Hal simplenya adalah pekerjaan

yang khusus kita sediakan kepada mereka, kita

hanya sebagai penghubung, kadang kita

hubungkan dengan private sector, yang akan kita

pekerjakan, tidak bertahan lama. Atau kadang

solusi yang berikan kepada mereka tidak tepat.

Meskipun itu sudah melalui proses assesment atau

pencarian. Identifikasi, dia maunya apa, bekerja

apa setelah dari lapas, setelah bebas bekerja

sebagai apa. Kadang wirausaha memang menjadi

pilihan, yang mereka tepat. Namun ketika

dijalankan, tidak mudah. Melempem juga

mentalnya. Itu kendala juga. Atau juga misalnya,

program ini tidak bisa kita programkan seperti

program baksos yang satu bulan, atau misalnya

capacity building yang dilakukan dua kali tiga

kali. Ini adalah program panjang untuk kita

membangun trust building. Untuk waktu diterima

saja, saya dengan dampingan saya butuh waktu

satu tahun sampai dua tahun untuk kita bisa dekat.

Juga terkendala dengan waktu, kita harus

melakukan pekerjaan lain, kita dampingi belum

selesai sudah ada penangkapan baru, sudah ada

narapidana-narapidana baru, atau orang-orang

Page 175: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

162

yang terlibat kasus terorisme. Yayasan Prasasti

Perdamaian paling bisa untuk mendampingi 10

atau 20. Tapi di didalam lapas, ratusan orang, yang

belum disidangkan juga ratusan orang.

Mutiah : Faktor pendukung Yayasan Prasasti Perdamaian

untuk melakukan program terkait pendampingan

mantan terorisme?

Khariroh : Yang mendukung adalah kerjasama dari lapas,

direktorat jenderal kemasyarakatan, dibawah

Kementerian Hukum dan HAM, tim yang solid,

tim yang mendukung, rekan-rekan di Densus,

rekan-rekan di lembaga terkait, nah termasuk juga

dukungan dari keluarga mereka. Karena Yayasan

Prasasti Perdamaian tidak hanya melakukan

approach atau pendampingan mantan narapidana

terorisnya tapi juga dengan keluarga mantan

narapidana teroris. Minimal istrinya, anaknya,

orang tuanya juga. Spirit dari mereka itu yang

menjadikan kekuatan Yayasan Prasasti

Perdamaian untuk melakukan program jangka

panjang itu.

Mutiah : Untuk mantan narapidana teroris yang

dinyatakan terlepas dari Yayasan Prasasti

Perdamaian itu seperti apa?

Khariroh : Yayasan Prasasti Perdamaian belum berani

menentukan indikator mereka sudah layak lepas

dan seterusnya. Satu sisi secara program, misalnya

Page 176: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

163

di program kewirausahaan ada jangka waktunya,

tapi untuk komunikasi, untuk controling, tetap kita

harus jalankan, kita jalin. Dari 2008 sampai

sekarang, masih banyak yang komunikasi dan

evaluasi. Karena perubahan perilaku yang kita

sasar pertama kali dalam tujuan disengagement

mantan narapidana teroris tidak bisa diukur sekali

ukur. Misalnya kita sudah mendampingi selama

setahun, hari ini kita lihat, bagaimana perubahan

perilakunya. Betul hari ini kamu bisa berubah

perilaku kamu, tapi besok kamu bisa berubah lagi.

Artinya, melakukan evaluasinya itu masih

berjalan. Jadi tetap kita lakukan evaluasi dan

monitoring, meskipun spesifik program tidak kita

kasih seperti trauma healing sifatnya demikian.

Kalau anak-anak yang kita dampingi dari

narapidana teroris ada lima anak kita dampingi di

lapas, setelah bebas, kita dampingi reintegrasi,

Yayasan Prasasti Perdamaian melakukan kontrol

dan komunikasi, tapi secara program kita coba

integrasikan dengan orang tua, pemerintah daerah,

lembaga seperti Yayasan Prasasti Perdamaian di

daerahnya untuk meneruskan program Yayasan

Prasasti Perdamaian.

Mutiah : Berarti, tetap ada monitoring dan evaluasi?

Khariroh : Iya. Yang jelas adalah komunikasi yang harus

kita jaga.

Page 177: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

164

Mutiah : Bentuk evaluasinya seperti apa?

Khariroh : Evaluasi bentuknya internal. Kalau monitoring

misalnya, “apa aktifitas dia saat ini?” “dengan

siapa saja mereka berkomunikasi?” “Apa mereka

masih aktif di jaringannya?” “apa masih ikut

pengajiannya atau enggak?”, “Oh atau sudah ikut

pengajian lain seperti NU, oh berarti aman”, “Atau

dia menikah, menikahnya dengan siapa? Orang

jaringan?”, “seberapa jauh pengaruh istrinya

terhadap dia? Apakah istrinya malah mendukung

atau ngomporin?”, itu yang kita pantau. Evaluasi,

tentu evaluasi untuk internal Yayasan Prasasti

Perdamaian. Oh ternyata selama ini pola

komunikasi yang kita terapkan kepada mereka

kurang tepat, untuk menghadapi satu orang

dengan orang lainnya itu berbeda. Tidak semua

kita samakan. Kadang ada orang yang suka

berkomunikasi dengan humor atau bercanda, ada

juga yang tidak suka dan mengobrol harus dengan

serius. Itu evaluasi-evaluasinya. Termasuk

program lain, pendampingan wirausaha, kita

sudah melakukan pelatihan bagi mereka, dan kita

beri mereka kesempatan untuk mengaplikasikan

pelatihan itu dalam bentuk pekerjaan atau usaha

real. Setelah itu kita dampingi mereka. setelah itu

kita evaluasi lagi, kok gak dapat modal? Seperti

itu. Itu di internal Yayasan Prasasti Perdamaian.

Page 178: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

165

Mutiah : Harapan staf Yayasan Prasasti Perdamaian untuk

narapidana terorisme yang telah didampingi?

Khariroh : Harapan akan bisa kembali ke masyarakat.

Mereka punya kesempatan kedua untuk hidup

bersama masyrakat. Mimpi Yayasan Prasasti

Perdamaian sederhana, untuk mendampingi

mereka, mereka berhak mendapatkan kesempatan

kedua hidup kembali di masyarakat bersama

keluarga mereka, setelah mereka mendapatkan

atau menjalani fase yang tidak dialami orang pada

umumnya yaitu tindak pidana, terlebih tindak

pidana terorisme, yang penuh dengan stigma,

tentu bukan hal yang mudah. Itu mimpi Yayasan

Prasasti Perdamaian. Mereka bisa lepas atau

disengage dari kelompoknya. Mereka bisa hidup

bersama keluarga yang baik. menjadi warga

negara yang baik. Kalau laki-laki sebagai kepala

keluarga yang baik, tidak lagi terlibat dalam aksi

teror, tidak terlibat dalam jaringannya. Ya, mimpi-

mimpi standar. Tapi yang jelas mimpi Yayasan

Prasasti Perdamaian adalah kita berharap mereka

bisa hidup bersama masyarakat. Makanya,

Yayasan Prasasti Perdamaian adalah jembatan

tanpa berprasangka. Kalau kita berprasangka, kita

tidak akan bisa terus membantu mereka.

memberikan kesempatan kedua mereka hidup di

masyarakat.

Page 179: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

166

2. TRANSKIP WAWANCARA DENGAN RIKI

RIANTO

Mutiah : Bagaimana awal tergabung dengan kelompok

teroris?

Riki : Awalnya gak tahu apapun. Awalnya sering

nongkrong sama Hendi. Ketua yayasan yang

kemarin nongkong dan kumpul di rumah dia. Dia

kuliah di UIN Jakarta. Terus datanglah Kang Pepi.

Mereka kuliah di UIN. Kalau Hendi jurusan

Filsafat. Ane dikasih lihat video-video tuh tentang

jihad di Iraq di Afghanistan. Ane kan masih muda,

dikasih video-video kayak gitu. Wih. Seru juga

nih. Nah yang kayak gini bener. Ayo kita lawan

negara. Namanya juga anak muda, jadi semangat-

semangatnya. Gak tahu apa-apa. Ngaji juga belum

bisa. Tahu sendiri kalau orang kampung. Main

kesana-kesini. Gak tahu apa-apa. Paling ngaji

waktu kecil. Nah, terus diadakan pengajian. Ane

heran tuh. Bahasa Arab ada pegonnya. Disitu ane

diisi dengan ayat-ayat tentang jihad dan perang

semua. Dulu dia ngajak buat melawan negara.

Lama-kelamaan, sudah ngaji berapa bulan,”

datanglah Kang Pepi ini.

Yang Bersangkutan,

Page 180: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

167

Datang ke tempat Hendi itu. Dia datang sudah

bawa-bawa bahan. Kan awalnya bom buku itu.

Ada apa ini buku disobek-sobekin. Terus disuruh

belanja ini-itu. Pas ane tanya, “ini buat apa,

Kang?” dia jawab “buat hancurin negara

Mutiah : Berarti emang gak tahu apa-apa, Mas?

Riki : Iya, gak tahu apa-apa. Tapi lama-kelamaan juga

tahu. Oh jadi ini yang disebut media sebagai

teroris itu.Perasaan takut sih ada. Tapi gak enak

buat nolaknya. Soalnya Hendi sama Kang Pepi itu

sudah kayak kakak ane. Dia baik banget sama ane.

Sampai ane susah nolaknya. Kalau dia minta ini, ya

sudah,ane turutin. Ayo bantu ini, ayo siap.

Perjalanan awalnya kayak gitu dulu.

Mutiah : Berawal dari ajakan?

Riki : Iya. Sempet ikut pengajian juga. Pengajian

diadakan di tempat Hendi. Dia baru bebas

kemarin. Baru dua tahun. Sekarang nunggu Kang

Pepi. Dia masih ditahan.

Mutiah : Itu satu kasus sama mas?

Yang Bersangkutan,

Page 181: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

168

Riki : Iya, itu satu perkara. Kan ada empat orang yang

ketahuan. Ada Adi Guntur, Hendi, Saya, sama

Fajar Sekarang Fajar sudah kerja dia. Tapi dia

gak ikut di YPP ini. Tapi Pak Khoirul kenal

sama Ade Guntur. Ane awalnya tahu YPP dari

Hendi. Malah dia yang gak ikut program ini. Oh

iya, dulu Pak Khoirul itu ngajak ke tempat temen-

temen. Dulu nyarinya kalau gak salah tujuh atau

sepuluh orang yang baru bebas. Ane kenalin deh.

Tapi Pak Khoirul pesen juga. Jangan yang terlalu

ekstrim ya. Nanti saya diapa-apain.

Mutiah : Ada yang susah untuk berubah (Terlalu ekstrim),

ya mas?

Riki : Iya. Ada juga teman perkara ane yang tinggalnya

di Subang Tapi ane sekarang lost contact sama

dia. Dulu satu kamar di Polda Metro Jaya. Satu

tahun delapan bulan. Sidang saja 1 tahun 8 bulan

baru vonis, mbak. Baru ketok palu. Setelah vonis

baru dipindah di Pondok Rajeg, Cibinong. Di

Cibinong nunggu sisa, 3 tahun 6 bulan. Oh iya, YPP

biasanya dikasih kertas. Nulis sendiri. Nulis apa

gitu. Dulu juga ketemuan disini.

Yang Bersangkutan,

Page 182: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

169

Mutiah :Jadi, motif mas karena melihat jihad sebagai

heroisme?, apakah ada faktor lain?

Riki : Soalnya masih 19 tahun. Masih muda. Cuma

karena ketutupan aja enggak sadar. Berandallah

saya dulu. Pas ane masuk tuh, banyak juga yang

lebih berandal dari ane. Ada yang preman benerlah

dia. Kebanyakan mantan preman yang ikhwan-

ikhwan itu. Ane juga heran, preman, bertato. Tapi

kalau sudah ketemu gitu, asik-asik semua. Gak ada

perasaan lebih tua lebih muda. Campur baur.. Iya

solid. Pas mulai pecahnya itu pas mulai ada ISIS itu.

Sampai di LP itu juga pecah. Berantem. Pukul-

pukulan, bahkan bunuh-bunuhan kalau bisa. Ngeri.

Awalnya alhamdulillah, keluar juga. Lolos.

Belum lama ane keluar. Lucu emang perjalanannya.

Isi-isi pesantren gitu gak ada. Jadi banyak tahu di

dalem. Banyak belajar di dalem.,

Mutiah : Kapan didampingi oleh YPP? Dan bagaimana

prosesnya?

Yang Bersangkutan,

Page 183: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

170

Riki : Kira-kira 2015an. Pertamanya ane dikasih bentuk

pinjaman.Tapi ditekanin lagi sama dia, kalau

pinjaman itu kan harus balikin. Nah kalau ini,

kalau ada, ya balikin. Kalau gak ada, ya jangan

dipaksa. Soalnya ini uang kesejahteraan

ikhwan-ikhwan yang lain juga. Kalau misalnya ane

ganti buat ikhwan yang ini, dipakai ikhwan yang

lain. Jadi berputar uang ini. Tapi sampai sekarang

ane belum bisa ganti. Itu usaha bebek itu yang

kandas belum bisa saya ganti. Prosesnya, awal

pemodalan, ane dapat 10 juta. Sekitar tiga tahunan

yang lalu. Dulu ada tanda tangan di atas materai

sama Pak Khoirul. Ane buat usaha bebek sampai 3

periode. Tapi bebek kandas karena kandang bukan

milik ane.

Mutiah : Itu bebek apa mas? Dimana usahanya?

Riki : Bebek petelur. Waktu itu di Kampung tapak.

Sekarang ganti usaha ikan hias. Di sana juga. Usaha

ikan hias dibantu sam wakadensus dari bangunan

sampai peralatan.

Mutiah : Apa saja pendampingan yang dilakukan YPP

selain peminjaman modal

Yang Bersangkutan,

Page 184: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

171

Riki : Cuma peminjaman modal. Tapi gak ada

pelatihannya. Kita dikasih modal tapi gak ada

pelatihan, paling kontrol, kontrol, kontrol. Kita kan

gak tahu.

Mutiah : Berarti kurang pengarahan mungkin.

Riki : Pengarahan. Dari BNPT juga gak ada.

Mutiah : Masih ada kontroling?

Riki : Kalau setahun ini sudah tidak. Dulu kalau datang,

sekali datang bisa empat orang.

Mutiah : Apa yang perlu ditingkatkan oleh BNPT?

Riki : Lepas banget. Kurang pengarahan.

Mutiah : Apa kendala mengeluarkan diri dari kelompok

teror?

Riki : Susah banget buat meyakinkan di masyarakat.

Sampai sekarang masih ada yang gak senang sama

ane. Kebanyakan itu ustadz-ustadz yang ada di

kampung. Tapi ane gak ambil pusing. Cuek saja.

Toh kita kan mau bener. Dulu kan kita

ibaratnya juga korban. Saya saja korban. Kalau

saya nanggepinya gitu. Kenapa kalian mikirin saya.

Kadang-kadang aneh-aneh juga ucapannya.

Yang Bersangkutan,

Page 185: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

172

Kadang-kadang ane tinggal pergi saja. Proses

keluar dari lapas juga bingung mau ngapain. Kerja

belum ada kerjaan. Teman-teman gak ada yang

ngunjungin lagi. Sekarang alhamdulillah, diusaha

ikan yang sekarang, bikin organisasi ane. Dari

kelompok tani, ane juga jadi penggebraknya juga.

Kita bikin kelompok buat bikin proposal,

nyari dana buat ke desa. Kita lagi nyari-nyari dana,

Mbak. Buat kesejahteraan masyarakat.

Alhamdulillah. Di desa juga kepala desanya sudah

nerima. Sudah bisa bergabung dengan teman-teman

yang dulu, gak ketakutan.

Mutiah : Untuk rencana bisnis? Menentukan sendiri atau

nentuin dan menyerahkan rekomendasi?

Riki : Mengajukan dulu. Pak Huda bilang, “Nanti mau

ada ini, masnya mau nerima, gak?” “Ya mau

saja, Pak.” “Nah, sekarang dicatet, mau bisnis

apa, usaha apa, dicatat mas. Nanti datanya kasih ke

saya. Nanti dananya biar dicairkan dari atas”.

Yang Bersangkutan,

Page 186: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

173

Gak lama, paling dua bulan,Pak Khoirul ngabarin

lagi, “Mas, cair dananya”, “Oke pak”. Bentuknya

bukan barang, tapi uang. Cuma didampingi sama

Pak Khoirul waktu itu. Ya biar gak disalahgunain

sih.

Mutiah : Yang paling berperan menanggulangi teroris

siapa?

Riki : Masyarakat sih. Lingkungan kita sebenarnya. Ya

sebenarnya lingkungan itulah. Nah, kalau lebih

bagus lagi kalau ingin, kalau ada narapidana teroris

ditahan, lebih bagus lagi kalau keluarganya yang

mau mengunjungi dipermudah. Kadang-kadangkan

ada yang keluarga dengan ekonomi yang kurang,

kan ya. Nah. Kalau narapidana yang di dalem,

punya keluarga, dikunjungi keluarga itu senang

banget. Insyaallah itu buat meluluhkan hati dia.

Yang tadinya keras bisa jadi lunak. Ampuh banget

itu. Ketika keluar, di masyarakat ini. Di lingkungan

kita ini sih kadang-kadang susah juga. Sekarang

alhamdulillah dari BNPT dari Wakadensus

sudah mau datang ke desa-desa. Ke desa-desa

jelasin bisa ikut ini loh.

Yang Bersangkutan,

Page 187: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

174

Mutiah : Apa yang perlu ditingkatkan dari peran

pemerintah (BNPT) dalam menanggulangi

terorisme?

Riki : BNPT itu ngasih bimbingan, sudah. Biasanya kita

di suruh nginep di hotel tiga sampe lima hari.

Sudah seperti itu. Seperti mau dokumentasi dan

lebih kayak publikasi. Kalau sampai menyentuh

hati itu belum. Yang ane rasakan malah

Wakadensus,Pak Martinus Hukom. Alhamdulillah

dia pembina yayasan kita sih. Dari awal sampai

sekarang, Pak Martinus yang dukung buat yayasan

kita. Orang Kristiani. Sekarang lagi di Palestine

baru berangkat. Asik orangnya. Itu orangnya

nyentuh. Turun ke lapangan. Turun itu lebih ngena.

Daripada seminar.

Mutiah : Tadi masnya bilang, motif mas tergabung dalam

kelompok teroris itu karena heroik dan terlihat

keren. Apa ada motif selain itu bagi teroris pada

umumnya?

Riki : Kalau ane awalnya ya karena keren. Tapi lama-

kelamaan tahu waktu di dalam. Oh, kayak gini. Tapi

kita gak bisa. Di Indonesia gak bisa. Mau dari kita

bagaimanapun tetap gak bisa.

Yang Bersangkutan,

Page 188: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

175

Kalau presiden mau ngirim kita kesana, ane mau-

mau saja. Biar dikirim melampiasin kemauan kita

ini. Tapi kan nyatanya gak boleh. Disini gak boleh.

Kan bingung kitanya. Kita semua ikhwan-ikhwan

pada kebingungan disitu. Semua yang sudah

keluar dan dia baik di mata masyarakat dan di mata

BNPT. Hati itu masih ada kadang-kadang.

Mutiah : Kalau masnya di perannya apa dulu?

Riki : Kalau ane di bom buku ini perannya membantu.

Mutiah : Kalau yang punya ide, siapa mas?

Riki : Kalau yang punya ide Pepi. Kalau saya bantuin

masang, bantuin ngerakit. Itu beratnya hampir 150

kg. Itu di Summarecon Serpong. Jadi di

parkirannya ane tuh. Kalau itu disulut,

Pamulang-Serpong habis. Katanya. Kita bom buku

nyerangnya gak banyak. Nyerangnya perorangan.

Yang dituju saja yang diserang. Sekarang kalau

yang lain, kasihan lihatnya. Ada yang

sekeluarga. Buat apa kayak gitu. Gak paham

gimana pemikirannya orang ini. Anaknya, istrinya,

semuanya dihancurin. Habis populasi.

Yang Bersangkutan,

Page 189: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

176

Mutiah : Harapan mas tentang penanggulangan terorisme di

Indonesia seperti apa?

Riki : Lebih baik lagi. Jangan bikin program seperti

proyek. Kita sebenarnya tahu. Tapi setidaknya

jangan hanya publikasi, tapi realisasi. Toh kita

yang merasakan. Mending langsung turun dan ada

penindaklanjutan.

Yang Bersangkutan,

Page 190: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

177

3. TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ECHO

IBRAHIM

Mutiah : Kapan awal mula bergabung dengan Yayasan

Prasasti Perdamaian? Dan bagaimana awal

mulanya?

Echo : Tahun 2016 setelah bebas. Saya bebas Bulan

Januari dan baru ketemu sekitar 6 bulan setelahnya.

Jadi Bulan Juni atau Juli. Ada teman yang kenalin.

Kalau mau ada kegiatan atau support gitu, kan waktu

bebas gak punya apa-apa kan. Coba ke Yayasan

Prasasti Perdamaian. Saya ketemu Mas Khoirul.

Kalau sekarang kan Pak Taufik.

Mutiah : Bagaimana relasi bapak dengan Yayasan Prasati

Perdamaian?

Echo : Di Yayasan Prasasti Perdamaian, kita itu kayak

mitra. Atau kerjasama, kalau mereka ada acara,

kadang saya diundang sebagai narasumber atau

pembicara di acara mereka. Disamping itu juga

Yayasan Prasasti Perdamaian pernah bantu saya.

Yang Bersangkutan,

Page 191: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

178

waktu saya bangun kolam ikan. Pernah memberi

pinjaman kayak bantuan. Itu saja. Pernah beberapa

kali syuting film dokumentasi melalui Yayasan

Prasasti Perdamaian.

Mutiah : Syuting film apa saja, Pak?

Echo : Kalau gak salah kontra narasi melawan ISIS di

RTV. Yang kedua, budidaya ikan sama, terus dari

Singapura, kayaknya Yayasan Prasasti Perdamaian

yang mengarahkan. Namanya itu Dewi, Singapore

Channel, Singapura Asia. Judulnya itu the beattle of

radicalism. Disiarkan di channel Singapura dan bisa

diakses di semua negara pakai parabola. Nah kalau

itu saja. Jadi narasumber, atau pembicara, jadi

praktisi.

Mutiah : Budidaya ikan itu usahanya bapak?

Echo : Iya, join sama teman. Saya ada tetangga.

Mutiah : Masa hukuman Bapak berapa tahun?

Echo : Saya awalnya 7,5 tahun. Tapi menjalaninya 5

tahun 4 bulan. Saya dapat keringanan. Bebas

bersyarat.

Yang Bersangkutan,

Page 192: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

179

Mutiah : Dulu di Lembaga Pemasyarakatan mana, Pak?

Echo : Di Nusakambangan Pasir Putih.

Mutiah : Apa bentuk pinjaman modal dari Yayasan Prasasti

Perdamaian?

Echo : Dikasih pinjaman sekitar 10 juta. Kita cicil berapa

kali. Tapi belum selesai. Kita gak tahu bentuknya

itu hibah atau apa. Tapi sampai sekarang gak pernah

ditanya-tanya.

Mutiah : Latar belakang pendidikan Bapak dimana?

Echo : Saya sarjana muda ekonomi. Saya di IKPN

Yogyakarta Di Manajemen kayak perbankan gitu.

Saya sekolah biasa, bukan pesantren.

Mutiah : Bagaimana pendapat Bapak tentang teroris di

Indonesia?

Echo : secara umum?

Mutiah : Iya, secara umum

Echo : Kalau untuk memperjuangkan kebenaran, untuk

membela, terutama bagi mereka yang belum paham

tauhid. Bahwa membela agamanya, membela Islam

itu wajib. Bagi orang yang mampu untuk memenuhi

ketentuan dalam syariat.

Yang Bersangkutan,

Page 193: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

180

Jadi, ketika orang punya kemampuan untuk

membela agamanya, baik di Indonesia atau di luar

negeri. Islam juga tidak melarang. Kalau kita ikuti

peraturan pemerintah pasti tidak nyambung. Karena

aturan jihad Islam hukumnya fardhu ‘ain

dijalankan. Ia statusnya harus dijalankan. Karena

jihad di Indonesia terdapat banyak versi kelompok,

nah itu yang perlu kita waspadai. Kalau jihad Islam

dalam kebenaran, melawan kebatilan, agama, nah

itu gak masalah. Dan inti dari hukum pidana atau di

dunia ini yang dibuat Indonesia kan ada hukum

perdata pidana Indonesia, hukum kebenaran. Cuma

ada beberapa yang kadaluarsa seperti buatan

Belanda atau apapun itu. Disini, sebagai jihad

disini, kalau patokannya biasanya acuannya ke

kelompok, terutama kelompoknya al-Qaeda,

kelompok Jamaah Islamiyah, sekarang ada ISIS,

tapi menurut saya kelompok keragaman itu karena

masing-masing kepentingan kelompoknya. Perlu

adanya kewaspadaan. Seperti yang saya katakan

tadi. Niat jihad itu bagus. Tapi begitu dia tergabung

dengan sebuah kelompok,

Yang Bersangkutan,

Page 194: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

181

sekarang kita kan semua membawa-bawa panji-

panji kebenaran, kalimatullah, bendera-bendera

Islam. Tapi apakah semuanya benar? Belum tentu.

Karena kepentingan politik. Perlu diwaspadai

kepentingan pribadi politik suatu bangsa luar, nanti

bisa menjadi ancaman Bangsa Indonesia, harus

dilihat dari kelompok mana nih? Atau siapa dibalik

semua itu? Kalau benar kita tahu dia bekas

politikusnya di Iraq atau di dari kelompok yang

memiliki kepentingan, bagusnya gak usah dikutin.

Karena kepentingan mereka itu gak sama dengan

kepentingan disini, di Indonesia. Kayak

kepentingan Asyad ada kepentingan, Al-Baghdadi

ada kepentingan, yang baru tewas ada kepentingan.

Aiman ada kepentingan, Zawira ada kepentingan,

Al-Qaeda wilayah Palestina ada kepentingan.

Pakistan ada kepentingan. Suku Arab ada

kepentingan. Semua itu kepentingan politik, dan

kebanyakan itu, maaf saya bilang, rakus kekuasaan.

Jadi wilayah kebenaran di bawah mereka itu perlu

diwaspada. Takutnya nanti dipakai untuk

kepentingan kelompok. Yang harusnya buat bela

negara akhirnya buat bela kelompok.

Yang Bersangkutan,

Page 195: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

182

Dan ada dana-dana siluman yang disitu tidak

diketahui. Akibatnya memecah belah negara,

bangsa, atau wilayah menjadi hancur. Jadi di

Indonesia itu banyak kepentingan, kayak Jamaah

Anshorud Daulah itu sangat jelas.

Itu ISIS kan sekarang, tapi sama juga orang-

orangnya. Dan yang kedua, jelas mereka sudah

keluar dari ajaran Islam. Saya ngomong seperti ini

kenapa? Faktanya banyak. Hal-hal yang tidak boleh

mereka paksakan. Menikahi wanita secara syar’i,

mereka buat pasal-pasal atau ada ayat-ayat yang

mereka cari untuk mereka nikah tapi tidak

menerapan hukum Islam seperti menghargai

wanita. Ketiga, mereka mengesahkan bom bunuh

diri baik pribadi maupun sama bayi-bayinya.

Sementar hukum Islam tidak boleh membunuh bayi

atau anak tidak berdosa untuk dibunuh. Nah itu saya

sampaikan. Belum lagi masalah muamalah mereka.

Banyak yang kita tanda tanya. Mereka boleh

merampas punya orang, tapi kalau punya sendiri

tidak terima. Seperti itu larangan Daulah, boleh

membunuh orang, asal taat pada hukum.

Yang Bersangkutan,

Page 196: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

183

Hukum qisas itu punya tandingan yaitu hukum

denda atau bayar diyat. Karena nyawa yang

terbunuh itu ada kafaratnya ada dendanya, hal-hal

seperti itu kita bandingin gak ada yang benar. Dan

mereka itu kayak memaksakan boleh-boleh, tapi

kalau ditanya siapa ulamanya gak ada yang tahu.

Mereka gak ada buku acuan yang tepat dan ulama

itu sering berganti-ganti, jihadi di Indonesia itu ada.

Ada yang baik itu ada. Ada yang berlebihan itu

banyak. Tanpa melihat takaran, di Indonesia itu

bermanfaat gak sih. Sedangkan di Indonesia tidak

bisa disamakan dengan Arab yang sedang

berperang. Dan perang disana itu banyak kelompok.

Terutama bangsa Arab itu ya suku lain-suku lain itu

berperang, ini berdebat memperebutkan kekuasaan.

Nah itu tidak bisa diterapkan di Indonesia.

manfaatnya tidak ada, malah membawa madhorot

di Indonesia kalau di Indonesia diterapkan

Yang Bersangkutan,

.

Page 197: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

184

Mutiah : Menurut Bapak, apa motif yang paling

mendominasi untuk seseorang tergabung dalam

sebuah kelompok teror?

Echo : Kalau gambaran saya, sebenarnya seseorang

bergabung itu ada tujuan. Satu dia memang ingin

merubah sistem hukum. Hukum kita ini kan

namanya jajahan Belanda, gak sempurna juga.

Begitupun pemimpin yang memang kurang adil.

Kurang bisa memahami bagaimana karakter

mayoritas orang Indonesia nih. Dia gak bisa

mengimbanginlah. Pas lalu pluralisme terus malah

membuat perpecah antar umat beragama. Di Islam

pun, akibat pluralisme itu, Islam akhirnya terpecah-

pecah. Kadang-kadang aliran yang aneh-aneh mulai

masuk akibat kebebasan beragama dan acuannya

adalah toleransi, suku. Sehinga pluralisme itu

merusak. Yang dulunya orang belajar agama,

akhinya belajar agama yang aneh-aneh. Kejawen.

Macam-macamlah dengan benda-benda yang

memang sudah banyak hal keanehan. Kayak apa

yang tidak masuk dalam ajaran Islam.

Yang Bersangkutan,

Page 198: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

185

Seperti tadi kayak sistem pemerintah kita yang

seperti ini, membuat orang ingin mencari

kebenaran. Dan kebenaran, seseorang akan mencari

dalam agamanya. Karena rasa tidak puas, biasanya

orang akan hijrah atau saya ingin sesuatu yang

membawa pada kebenaran. Dalam hatinya tidak ada

embel-embellah. Biasanya orang bergabung dengan

suatu kelompok itu tidak hanya karena kelompok

itu kuat atau tidak. Punya ulama atau tidak. Dia

menganggap apakah ada kepentingan yang sama

kalau saya bergabung dengan sebuah kepentingan.

Liat visi-misi dulu. Kalau dia lihat kelompok itu

hebat, tapi gak sevisi, gak akan mau. Kedua, dengan

bergabung di kelompok itu, dia merasa punya

kekuatan dan wewenang diseganilah. Karena dia

bisa punya power. Ketiga, dia bisa didengar. Dulu

waktu saya sendiri, melawan pemerintah, gak

pernah didengarkan. Tapi ketika saya dengan

kelompok, minimal saya didengar. Ya seperti itu dia

memiliki tentara, dia memiliki senjata, makanya dia

merasa punya power dan merasa lebih dihargai.

Keempat, tujuan yang biasanya ingin mereka capai

dalam

Yang Bersangkutan,

Page 199: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

186

tatanan beribadahnya mereka punya satu visi, misi,

tujuan, satu dalil yang memang sama-sama pengen

kesana. Karena seperti saya dulu, ada yang visinya

ingin merubah Indonesia menjadi negara Islam,

syariat Islam, dan hukum-hukum Islam. Ada juga

teman yang satu, tidak, biarkan saja Indonesia

seperti ini. Tapi kita harus merubah sistem

Indonesia ataupun di Asia tapi biar orang menjadi

tertarik. Sehingga mereka ingin merubah sistem

pemerintahan dengan cara kekerasan. Kalau kita

gak setuju pendapat mereka, mereka adalah musuh

kita, ya kita hancurin. Jadi kita tunjukkan bahwa

kita punya kekuatan. Jadi karena pemahaman

masing-masing berbeda tujuan, kalau saya sama

teman-teman seperti itu. Ada juga yang ingin

bebasin Palestina. Negeri akhir zaman yang

dijanjikan kayak Yerussalem, yang harus

dibebaskan. Jadi kalau kepentingan itu banyak,

nyampur jadi satu, tetap berdiri kelompok-

kelompok itu, tetap ada. Tapi gak solid, karena

kepentingannya beda-beda. Akhirnya karena

ketidakpuasan itu ya kayak meledakkan di Thamrin,

di Marriot, di WTC,

Yang Bersangkutan,

Page 200: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

187

ya seperti itu. Yang beda tujuan di camp militer, yang bikin stok

senjata di Bukit Dianto Aceh, melakukan persiapan

latihan atau apa. Tapi kalau dipadukan, tujuan kita

gak sama. Kemaren kan bom buku itu ya. Terus dia

ikut-ikutan saja, itu lain kondisinya. Karena saya

bilang yang solid di Indonesia itu belum ada, tapi

segala versi-versinya itu, kalau visi-misinya sama,

tentu saja ada perbedaan-perbedaan. Sehingga,

kelompok-kelompok ini tidak awet, al-Jazira, dan

wilayah-wilayah India itu solid sampai begitu kuat.

Kita gak solid.

Mutiah : Kapan mulai tergabung dengan kelompok teror?

Echo : Saya sudah cukup lama ya belajar. Saya sudah

tertarik sejak WTC 2/11 itu. Saya sudah mulai

tertarik itu sudah mulai kerja, belajar sama teman-

teman yang memang pemahamannya kuat. Ketemu

dengan jihadis Ambon, Poso. Sudah mulai

ketemulah. Sudah mulai interaksi. Terus sudah

mulai bantu-bantu. Biasanya sudah mulai bantu-

bantu. Biasanya, ada yang jihad, nih. Kita bantu-

bantu. Terus juga, biasanya saya spesifikasinya

senjata, karena saya senang senjata dan hobi

senjata,

Yang Bersangkutan,

Page 201: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

188

biasanya mempersiapkan senjata, amunisi senjata waktu itu. Jadi

saya kalau di bilang bagian penyimpanan. Logistik

saya. Jadi kalau orang mau apa, senjata saya

usahain, senjata saya simpan di rumah. Bukan saya

simpan di gua-gua, tanam, enggak. Di rumah saya

dulu, ada kayak taman anak saya, di sampingnya

ada lemari sama dapur, yasudah saya taruh disitu.

Peluru berapa kotak peti. Kalau ada yang berangkat

kemana ya saya kasih. Saya bawain. Saya kirim.

Saya logistik sama kayak gitu. Atau kadang saya

ngelatih mereka ada yang belum paham, ngajari

nembak, tapi kalau sampai turun ke lapangannya,

belum.

Mutiah : Menurut Bapak, siapa yang paling berperan dalam

menanggapi isu-isu terorisme di Indonesia?

Echo : Sebenarnya itu tugas BNPT. Di luar itu, semua

masyarakat, lingkungan. Kepolisian juga. Jadi, kalau

di wilayah dia yang terpapar, terkena kasus seperti

itu, setelah dia bebas harusnya dibina juga, diajak

untuk ikut kegiatan dia, semacam itulah.

Diperhatikan. Kalau lembaga, Departemen Agama

Yang Bersangkutan,

Page 202: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

189

seharusnya bertanggungjawab, karena pemahaman

itukan membawa-bawa agama. Kayak departemen

sosial harusnya bertanggungjawab, itu termasuk

masalah sosial. Karena sekelompok yang cukup

besar jika mengalami sesuatu yang berbeda itu

masalah sosial juga kan. Ketenagakerjaan juga

ketiga kenapa? Orang-orang yang keluar inikan

adalah orang-orang yang berpendidikan atau kuliah,

atau tidakkan?. Sekolah ataupun dari pesantren.

Tidak semua punya keahlian yang sama. Dinas

tenaga kerja juga seharusnya terlibat. Karena

mereka itu, kalau gak dikasih kerjaan, gak dikasih

kegiatan, bisa menjadi masalah juga di masyarakat,

gitu. Nah sekarang orang banyak kebutuhan tapi

gak punya uang. Posisi nganggur. Terus dia gak

dikasih pekerjaan, negara gak peduli. Kalau dia

punya anak-istri harus makan, bisa saja dia kembali

ke dalam dunia kejahatan. Kenapa? Saya Cuma bisa

buat bom. Saya Cuma bisa buat ini. Akibatnya, dia

dipengaruhi kelompok yang baru atau yang lain. Ini

saya kasih kamu uang 10 atau 5 juta buat rakit.

Yang Bersangkutan,

Page 203: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

190

Ya kan kena masalah lagi. Makanya, kayak sosial,

kepolisian, tenaga kerja, atau lembaga-lembaga

yang terkait pemerintah, harus bekerjasama. Karena

masalahnya itu saling berkait. Jadi Departemen

Agamapun cukup setelah kepolisian itu harus

nempel. Karena itu masalah pemahaman. Jadi harus

terlibat juga, harus bertanggungjawab. Karena

kalau pemahaman itu bisa nyampai, harus bisa

untuk meredakannya juga.

Mutiah : Bagaimana efektivitas upaya penanggulangan

terorisme?

Echo : Kalau BNPT saya gak begitu tahu, Cuma ada

kegiatan buat ikhwan itu ada, kayak wirausaha,

bantuan modal itu ada. Gak begitu besar sih, antara

5-10 juta. Tapi kalau efektifnya, saya belum

merasakan. Tapi, kalau dia mau tingkatin, ya semua

institusi pemerintahan ini harus kolaborasi. Saya

dengar mereka sudah ada kerjasama. Di 23

kementerian untuk menangani paham radikalisme

ini. Harusnya dengan 23 kementerian ini cukup

banyak dana, cukup banyak kesempatan, asal

mereka mau jujur pemerintahannya.

Yang Bersangkutan,

Page 204: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

191

Kedua, hal-hal yang sifatnya belum dijalanin, kita

merasakan nih, bantuan ada, tapi kayak

pengembangan usaha dibantu pemasaran

produknya, ada yang bikin makanan, kripik, kue-

kue, BNPT belum ada, mau menyalurkan produk-

produk kita.

Kan departemen-departemen itu bisa naruh di

koperasi mana, bisa kirim ke sini, membantu

mereka juga dari segi ekonomi. Yang ketiga ya

keseriusan pemerintah, karena kita bisa jadi

negarawan yang baik, penjaga NKRI yang baik, jika

negara bukan yang disini ngomong jangan begini,

tapi kenyataannya mereka juga berbuat, gitu. Ya

istilahnya jangan jadi pemimpin yang menipu.

Kalau pemimpin yang menipu, ya rakyatnya juga

bakal jadi orang bumerang buat dia. Jangan jadi

pemimpin yang pendustalah bahasa kasarnya.

Kalau pemimpinnya pendusta, kayak kita bakal

makin banyak. Karena apa? Percuma dia bilang

NKRI harga mati. Indonesia nasionalisme.

Indonesia damai. Kalau jiwa kita, petingginya, atau

orang tentaranya, kalau otak dia kolonialis-pedealis,

ya gak akan jadi. Makanya saya bilang jangan jadi

Yang Bersangkutan,

Page 205: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

192

pemimpin yang pendusta, karena kalau dia

pemimpin pendusta, di belakangnya juga yang

kayak kita makin banyak. Mungkin 20 sudah malas.

100 main. Karena ini bukan pemimpin yang baik.

Kalau pemimpin yang baik, rasa kayak gitu bisa

hilang.

Mutiah : Meminimalisir?

Echo : Betul. Karena akibat gerakan bawah tanah itu,

undergroundship radicalist itu karena pemimpin

yang gak benar juga. Pasti itu gak akan hilang.

Dimana ada kejahatan, pasti ditimpali dengan

kejatahatan. Sudah hukum alam.

Mutiah : Bagaimana awal mengetahui Yayasan Prasasti

Perdamaian itu?

Echo : Saya tanya teman, terus dikasih alamat Yayasan

Prasasti Perdamaian, saya kesana. Dulu masih di

Tebet kantor lama. Saya yang kesana.

Mutiah : Apakah berlanjut hingga saat ini?

Echo : Sudah lama tidak ke sana. Dulu semacam ada

pelatihan, gak ada keterusannya. Masih ingat, tapi

dua bulan gak kesana. 2019 masih kesana. Kalau

ada kegiatan dan di undang sih datang. Mereka kan

lagi gak ada kegiatan. Sekarang ngurus istri sama

anak yang rentan terhadap pemahaman. Di JLI

Medan.

Yang Bersangkutan,

Page 206: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

193

Ibunya Abu Hamzah, Istrinya kan bunuh diri di center itu sama

anaknya.

Mutiah : Apakah ada program pelatihan dari Yayasan

Prasasti Perdamaian?

Echo : Pelatihan sih ada. Kalau bimbingan gak ada.

Mereka lebih pengen tahu kegiatan kita. Terus

pernah ada ditanya di lapas itu ngapain aja.

Mutiah : Semacam kontroling?

Echo : Kalau kontroling gak ada. Semacam nanya-nanya

saja.

Mutiah : Dulu pelatihan berbentuk apa, Pak?

Echo : Pelatihan kewirausahaan.

Mutiah : Itu berjangka berapa kali pertemuan?

Echo : Satu kali doang.

Mutiah : Apakah ada keberlanjutan?

Echo : Gak ada. Dulu sempet ada Pak Kristiawan,

narasumbernya dari Jawa Tengah, itu satu hari

doang. Pagi sampai sore selesai.

Mutiah : Dulu waktu awal bebas, bagaimana masyarakat

menerima Bapak?

Echo : Saya waktu dulu, kejadiannya di Waru Jaya

kelurahan sana, Mekar Jaya juga, saya kan pindah,

jadi gak ada yang tahu. Jadi masyarakat rumah saya

Yang Bersangkutan,

Page 207: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

194

gak tahu karena saya gak ketemu sama orang lama.

Jadi saya gak tahu masyarakat menerima atau tidak.

Karena saya rasa bagus buat anak kalau pindah.

Menjaga perasaan anak. Biar gak diomongin orang.

Kalau yang lain-lain sih katanya diomong-

omongin. Tetangganya lagi, dirasanin juga. Saya

pikir perlu suasana baru.

Mutiah : Bagaimana Bapak mengeluarkan diri dari

kelompok teror?

Echo : Kalau mengeluarkan diri dari kelompok mulai ada

gap gitu, sudah ketangkap itu sudah nafsi-nafsi,

sudah masing-masing. Di kelompok itu kalau sudah

masuk lapas, gak solidlah, masing-masing

menyelamatkan diri. Kadang-kadang supaya

hukumannya tidak besar, jangan sebut nama saya ya

bang. Pada ketakutan juga. Karena sudah ke gap,

yasudahlah masing-masing saja.

Itu sifatnya kita keluar bubar juga masing-masing.

sudah gak solidlah. Kita juga menghindari hukum,

takut ini, takut itu. Di dalam belajarnya masing-

masing saja. Kalaupun kalau ada utusan Ba’asyir

atau Aman, atau Abu Husna yang senior-senior itu,

Yang Bersangkutan,

Page 208: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

195

yang dituakan, ya menghormati sebagai orang tua

saja. Tapi untuk pemahaman, kita sudah mulai

selektif. Kalau pengen cepat bebas, ya antum harus

menjaga. Kalau pengen cepet bebaskan syarat-

syaratnya ada. Kedua, tidak ikut-ikut lagi, karena

didalam itu ada ceramah itupun dibatasi. Abu Bakar

Ba’asyirpun, membatasi juga untuk syiar terlalu

keras, provokasi, misal kayak kelompoknya Aman

Abdurrahman itu juga. Tapi, kalau terbuka untuk

umum itu juga gak berani mereka. nanti kalau sudah

sepi,sudah mulai masuk di dalam, diam. Kalau di

umum itu, biasa saja. Tapi kalau sudah jam-jam

berapa, kita gak tahu ya. Itu sendiri-sendiri.

Melepas sendiri-sendiri saja. Acuan bacaannya juga

gak sekeras dulu bacaannya. Dulu tentang Qital

semua, tentang perang, tentang strategi, tentang

pembunuhan, tentang penghancuran. Itu diganti

yang berhubungan dengan nafs, manusia, jiwa.

Baca buku-buku yang lembut, tentang hati. Tentang

muamalah. Intinya kita menghargai nyawa orang.

Yang Bersangkutan,

Page 209: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

196

Dulukan yang dibaca buku-buku dan videonya

serem-serem. Karena kalau saya isinya sudah dua

kontainer itu. Video sama buku-buku. Jadi kejadian

di Al-Jazira Libia itu, Al-Qaeda buat membunuh,

rampok atau serangan, saya kalau operasi dikirim

video dari luar, nanti kita copy.

Mutiah : Jadi memang ada pemasok dari luar?

Echo : Iya, ada pemasok. Ini yang terbaru nih. Entah

siapa yang melakukan itu, ada spesialisnya. Khusus

bank, ada bank. Khusus penembakan aparat, ada

penembakan khususnya. Saya logistiknya saja.

Karena mereka anggap saya bisa megang logistik

itu cukup aman. Cukup lama. Tujuh tahun megang

itu. Jadi gak ke gap. Yang lain dikasih sesuai

kemampuan. Jangan dipakai di lapangan. Jangan di

pakai ke anak-anak. Jadi kira-kira kalau pisah, gak

ada yang mengkoordinir. Mempelajari agama

sendiri. Mempelajari ilmu agama sendiri. “oh gue

mau bebas”, “oh gue gak mau bebas”, kan mereka

gak ada remisi gak ada help. 10 tahun ya 10 tahun.

Nah, disitu banyak kehilangan kesempatan,

Yang Bersangkutan,

Page 210: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

197

hukuman gede-gede itu dijalanin sekarang ada yang

meninggal, ada yang sakit, ada yang gangguan jiwa.

Dia gak berfikir strategis. Karena di dalam itu gak

membuat tubuh kita sehat kok. Malah hancur.

Makan gak bergizi, kadang-kadang sudah basi.

Terus apa adanya. Vitamin gak ada. Badannya pada

hancur pada kurus. Itu juga ada ayatnya dilarang

mendzolimi diri. Kalau kita berlama-lama di

penjara hanya karena satu prinsip, tidak mau

berbaik-baik dengan pemerintah, untuk berbaik

dengan orang lain dan dianggap thoghut, setan, atau

tidak mau berhubungan dengan manusia, akibatnya

mendzolimi diri, nah itu juga berdosa. Jadi, anak-

anak ISIS itu pemahamannya payah. Untuk

membentuk suatu kelompok tentara itu, gak pantas

bertahan lama. Bakal mati di kandang sendiri. Nah

kita berinteraksi dengan manusia itu wajib.

Bermuamalah dengan orang muslim atau non-

muslim itu gakpapa, asal tidak dalam aqidah dan

ibadah. Nabi SAW saja bermuamalah dengan kafir.

Waktu damai, damai. Waktu perang, perang. Lha

kok kita gak mau

Yang Bersangkutan,

Page 211: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

198

karena prinsip dan mendekam di penjara. Nah

sekarang di Nusa Kambangan itu isinya hampir

semua ISIS. Kasihan mbak. Menghancurkan diri

sendiri gak ada manfaatnya. Sekarang muslim

gentar gak dengan kurus-kurus entar mati? Tidak.

Makanya intinya pola pikir itu harus disehatkan

juga.

Mutiah : Bapak dulu tergabung dengan kelompok apa?

Echo : Kalau saya dulu Afghan. Setelah jihad Palestina

itu saya masuknya ke Al-Qaeda. Karena gak ada

kekuatan lain dan hanya al-Qaeda yang

solid.

Mutiah : apa harapan bapak terhadap penanggulangan

kelompok-kelompok teror di Indonesia?

Echo : Untuk saat ini, kalau menurut pendapat saya,

penanggulangan untuk kelompok teror ini harusnya

dibuat grade-grade atau dispesifikasi perorang

perkasus. Karena penanggulangan untuk mengatasi

setiap orang kan berbeda. Kadang juga pas lagi ada

keributan, atau pas lagi rapat, tapi dia ada di situ,

kena juga. Pasal 13 A/C. Atau dia tidak melapor,

lalu mereka dipilah-pilah. Bagi mereka yang cuma

ikut-ikutan, terpapar cuma sedikit, itu dilakukan

Yang Bersangkutan,

Page 212: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

199

pembinaan. Dan jangan digabungkan dengan yang

pemahamannya keras dan sudah sering di lapangan.

Kedua, pemisahan pola napi. Sekarang sudah

dijalankan pemerintah, sih. Kalau pemahamannya

keras-keras, susah diatur, pasti di Pasir Putih

Nusakambangan. Kalau sudah enteng, sudah mau

NKRI itu ditaruh di Kembang Kuning, di Lapas

Besi. Terus perlakuannya juga beda. Ketika sudah

mau bekerjasama dengan petugas, diajak ngomong

sudah baik, gak mengkafirkan orang, terus sudah

berbuat baik, gak masalah dipertemukan sama istri,

sama keluarganya atau orang tuanya. Tapi di Pasir

Putih, pemahaman yang masih keras, orang-orang

kayak gitu gak bisa ketemu sama anak istri, dikasih

pembatas. Ada jeruji 5-6 meter, istrinya disana

pakai speaker. Seperti di luar. Ini ngomong sama

istri gak bisa menyentuh istrinya, itu ide bagus

pemerintah.

Tapi yang sudah mau NKRI yang sudah pas, bisa

gabung dengan napi lain. Ketemu keluarga juga

bisa makan bareng. Itu sudah bagus polanya. Nah

seperti itu. Tapi bagi mereka yang sudah mantap

dan ingin kembali ke masyarakat, disupportlah,

jangan Cuma dijanji-janjiin. Biasanya kalau sudah

mau bebas,

Yang Bersangkutan,

Page 213: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

200

dijanji-janjiin pemerintah, BNPT datang, atau

lembaga datang, mereka butuh di support kenapa?

Bentuk keseriusan orang ingin kembali kan negara

harus serius. Karena dana yang dikucurkan itu kan

gak sedikit untuk deradikalisasi sama radikalisme

itu besar. Makanya saya bilang, pola yang sudah

cukup bagus diteruskan, terus keseriusan

pemerintah untuk menangani orang-orang yang

sudah NKRI dan kembali ke masyarakat disupport

maksimal, ketiga, keluarga, istri atau anaknya harus

dibantu. Karena dibalik sebelum mereka NKRI

sudah lepas nih. Banyak fitnah-fitnah ke

keluarganya termasuk dianya, diadu domba, nanti

dibuat cerai sama istrinya. Itu pemerintah disuruh

menjelaskan bahwa dia sudah baik, tidak ikut-

ikutan. Dia sudah bersikap baik. sekarang, mana

orang tuanya mau tahu, ada di Jawa, Makassar,

sementara yang bisa nemuin dia, gak bia ketemu

tiap hari. Yang nemuin petugas. Jadi tugas

pemerintah adalah sebelum dia bebas sebulan atau

dua bulan memberi penjelasan bahwa dia baik.

Nanti kalau gak begitu, masyarakat sama

keluarganya meresahkan, “dia sudah baik belum

Yang Bersangkutan,

Page 214: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

201

ya?”, keluarga itu gak semua kepalanya sama, bisa

saja nanti ada yang menghasud. Oh ya, RT-RW

sebekum dia balik, harus dijelaskan juga, jangan

sampai dia terprovokasi. “jangan-jangan dia”,

kebanyakan gitu. Di masyarakat RT-RW nyuekin,

Pak lurah ikut campur gak bisa buat KTP, banyak

Mbak. Dulu zaman saya banyak orang yang gak

punya KTP, disupportlah orang yang sudah berbuat

baik, jangan buat fitnah-fitnah atau cerita yang gak

jelas. Umumnya seperti itu. Ini pada kesel sama

negara karena KTP gak boleh, sudah blacklist. Gak

ada. KTP harus buat. Karena syarat orang tinggal

disebuah negara kan harus ada identitas. Nah

gimana mau buat SIM sama buku tabungan kalau

dia gak punya KTP. Kalau menangani liar ke orang

luar, nanti dia dendam lagi. Karena mereka

pikirannya pendek. Kalau gak didukung ini, saya

didustain. Ngapain saya berbuat baik, harusnya

negara berperan maksimal, dan mensupport

keluarganya.

Yang Bersangkutan,

Page 215: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

202

4. TRANSKIP WAWANCARA DENGAN MACHMUDI

HARYONO

Mutiah : Bagaimana awal mula bapak mengenal Yayasan

Prasasti Perdamaian?

Machmudi : Yayasan Prasasti Perdamaian itu berdiri terlebih

dahulu daripada kena saya mungkin. 2009 itu mulai

kenalan dengan foundernya, Pak Noor Huda Ismail,

jadi saya bebas, ya biasalah, Mbak. Bebas penjara

itu menganggur. Nah, ke pondoknya Mas Amrozi

dengan maksud “teman-teman yang sudah bebas itu

ngapain?” saya datang kesana ya iseng-iseng saja.

Eh begitu datang ke sana, eh kenal semua.

“Sekarang ini dimana?”, “Oh sekarang ini

dimana?”, “Sekarang ini jadi pelayan”, “Sekarang

ini jadi ini”, “Sekarang kamu tinggal dimana?”,

“Ya. Tadz, saya tinggal di Semarang”, “Kenal Noor

Huda?”, “Oh gak kenal, pernah tahu”. Telponlah

Noor Huda Ismail. “Huda, dimana, Huda?”, “Aku

di Kalimantan, Pak”. “Oh ini ada yang mau

ngobrol”. “Halo, Assalamualaikum”, “Siapa ini?”,

“Yusuf Semarang”, “Yusuf siapa?”, “Yusuf yang

barusan

Yang Bersangkutan,

Page 216: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

203

lulus dari Nusakambangan”, “Yusuf Semarang? Oh

iya, kapan-kapan kita kopi darat”, Sudah gitu saja.

Saya dikasih nomornya, saya pulang ke Semarang.

Terus sebulan-dua bulan datang ke Semarang,

mudik, makan bakso di Simpang Lima.

Aku tahu Noor Huda kan orang Amerika (Reporter

Washington Post), saya curiga, ngapain dia ketemu

saya, dan ngapain saya ketemu dia. Kurang lebh

seperti itu. Trans-believenya masih belum ada.

Makan bakso, say hello, pulang. Ditanya rumah

saya dimana, gak perlu tahu. Terus saya bekerja di

restoran punya ikhwan di Cimahi Bandung, di

Simpang Lima, setelah kerja, sudah saya kabari

saya di rumah. “Istri saya di Undip”, “Lho, dosen?”

“Iya”. Kalau habis jemput istrinya dari kampus, dia

mampir ke warung makan saya. Saya pelayan

waktu itu. Masak-masak. “enak gak masakanku?”,

“oh enak sekali”, “Ngapain, Da kesini?”, “Jemput

istri”, akhirnya seringlah mampir. Istrinya kan

dosen ya. Dia takut. Ketika sudah melipir-melipir

tanya,

Yang Bersangkutan,

Page 217: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

204

“Santai saja, Mbak. Jadi mulai akrab. Kalau

Hudanya sih welcome, saya diajak ke rumahnya.

“Ayo cak kita ke Jakarta, Cak. Ke Pasar Minggu”.

“Apa? Kantor ta?”, “Iya, kantorku”. Ya sudah, main

ke sana saya. Namanya orang kampung ya, naik

kereta ke sana. 2010 lah saya main ke sana. Dan 29

Januari saya bebas, saya setiap bulan ke Surabaya,

karena masih wajib lapor. Belum punya mobil

waktu itu. Dulu masih motor. Terus saya ke Jawa

Timur, Ke Jombang, Tembelang, itu. Sowan ke

bapak-ibu, kalau kakak di Tambak Rejo. Karena

yang menjamin saya kakak di Tambak Rejo. Sudah

interaksi itu. Terus ke Jakarta. Di Jakarta aku dulu

gak tahu mau apa, jadi buat film waktu itu. Filmnya

Prison and Paradise, sebenarnya saya tertarik cara

Noor Huda memaparkan film ini, alur cerita dia di

Ngruki, saya ikuti alurnya bagus, isinya netral,

menyikapinya, menjelaskan prosesnya, “Piye Cak,

main ta ke kantor, ta”, “Oh iya, kapan-kapan”,

belum sempat main, eh pindah kantore ke Tebet”,

kurang lebih perkenalannya seperti itu. Di Tebet

dulu, sebelum pindah kantornya, di Pasar PSPP,

Yang Bersangkutan,

Page 218: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

205

makan tidur, aku melihat cara kerja dia, ke Lapas,

NK, cara-caranya itu ada yang mirip BNPT, tapi

lebih sipil. Saya lebih suka pendekatan seperti itu

daripada pendekatan yang dilakukan oleh BNPT.

Lebih soft, itu yang saya rasakan di Yayasan

Prasasti Perdamaian. Walaupun saya tidak

berdomisili di Yayasan Prasasti Perdamaian. Terus

akhirnya saya bekerja, singkat cerita, saya dipecat

kena SP1, SP2, SP3 karena sering lapor ke

Surabaya. Itu menjelang dua tahun, saya sudah

senior di situ. Karena itu anak Ngruki juga, ya saya

menghormati. Tapi saya capek kalau langsung

balik, tiga hari kalau bawa motor. Sudah saya

dipecat, saya pengangguran, saya kumpulkan anak-

anak nganggurnya, bekas-bekas karyawan. Kita gak

punya uang, pengangguran, gimana caranya? Pas

Huda pulang, saya curhat sama Huda. “Iki

pengangguran wong 4”, “Lho ayo buka, makanan

enak kok, ya ayo buka sendiri”, “Ayam bakar”,

“Wah, nyaingin dong. Iga bakar saja yuk.” Kita buat

diskusi tempat dan lainnya. Bulan pertama, kedua,

ketiga, keempat, sepi. Bulan 6 sepi. Ya ada

Yang Bersangkutan,

Page 219: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

206

pemasukan, tapi sedikit. Masuk hampir bulan ke

tujuh, pindah tempat ke Simpang Lima. “Ada duit

berapa kamu, Da?”, dirembuklah. Berdirilah

Dapoer Bistik, berdiri 3 tahun di Semarang.

Launching hari pertama, full pengunjung. Karena

saya di rumah makan pertama sudah banyak relasi.

Kurang lebih begitu, terus berinteraksi dengan

Yayasan Prasasti Perdamaian membantu untuk

sewa tempat, DP alat-alat elektronik, dan itu

menjadi senter di Semarang. Kemudian tahun

kedua-ketiga melirik di Solo, buka sampai

sekarang. Memang di handle Yayasan Prasasti

Perdamaian, karena memang berat mendirikan

resto. Sewa mahal, SDM, tapi yang termahal dalam

hidup saya yang termahal dalam Dapoer Bistik dan

Yayasan Prasasti Perdamaian adalah ilmu.

Termasuk saya bisa manfaatin dengan teman-teman

yang bebas dari penjara, termasuk dengan teman-

teman yang masih di lapas. Jadi hanya sebatas

ikatan emosional. Kalaupun punya sejarah di

Filipina sama, kebetulan. Itu masa lalu. Tapi sacara

perjalanan panjang, kita sudah gak sejalan lagi.

Karena beberapa kali sudah ditarik untuk jaringan.

Yang Bersangkutan,

Page 220: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

207

Mutiah : Ketika sudah bebas ditarik lagi?

Machmudi : Itu hal yang lumrah. Karena mungkin dalam track

record, dalam mengelola itu saya yang suka.

Mutiah : Jadi Dapoer Bistik itu masih buka, Pak?

Machmudi : Iya, masih di Solo. Silakan kalau mau kesana

Mutiah : Bagaimana pendapat bapak tentang jihadis di

Indonesia?

Machmudi : Jihadis orangnya atau actionnya?

Mutiah : Actionnya

Machmudi : Jadi bermula dari Bali 1, Bali 1, Marriot 1, Marriot

2, dan banyak kejadian itu, sebenarnya sejak awal

kejadian Bom Bali itu, kebetulan saya pulang dari

Filipina, merasa kaget dan heran. Kok bisa ya,

kejadian di Indonesa seperti ini. Gak tahu waktu itu

pergolajan global okelah, itu daerah konflik. Tapi

ini kok merembet sampai sini. Dan lebih kaget lagi,

pelakunya, teman-teman saya semua. Padahal dulu

saya datang itu pengen enjoy. Pulang ke Jombang,

pengen nyaman, terus adik saya dipondokkan,

kabur dari pondok di Lamongan. Ya harapannya

jadi kader saya, lah. Terus jihadisjihadis ini mereka

Yang Bersangkutan,

Page 221: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

208

mengatasnamakan Amerika, saya termasuk setuju

anti Amerika, disusul lagi bom Filipina, waduh.

Semakin kompleks. Nah, ditengah-tengah itu

karena saya berada di tengah-tengah jaringan, jadi

sulit mengelak.

Di salah satu jaringan, saya di kontrak di Semarang

dua tahun, ya mungkin antara sadar atau tidak ya,

bawa barang-barang itu, sisa-sisa itu dibawa ke

rumah saya, kurang lebih satu ton. Itu satu ton

khusus bomnya. Kalau pelurunya ya kurang lebih

20000 peluru. Sampean bisa bayangin, 10 peluru

saja sudah ngeri ya. Karena memasng bersifat

gudang. Belum lagi dokumen jihad, literatur dari

Afghanistan, pakai Bahasa Arab. Kemudian

kelompok Ambon-Poso ada di rumah saya, jadi

sulit mengelak hal-hal itu. dan Undang-Undang

Terorisme pertama kali itu 2003. Dan pertama kali

di vonis itu adalah saya. Kalau yang punya

senjataini di Jakarta, pakai Undang-Undang darurat.

Dia tahun, tapi kami 10 tahun. Kami berempat.

Mutiah : Siapa saja berempat ini, Pak?

Machmudi : Saya Jombang, Mas Heru Magetan, Mas Luluk

Magelang, Mas Siswanto, Pati. Dan semuanya 10.

Yang Bersangkutan,

Page 222: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

209

Jadi kalau melihat jihadis-jihadis itu, kami kontra

dengan kelompoknya Nurdin. Ngebom. Ketemu di

Semarang, kita diskusi. “Kenapa sih kok melakukan

jihad di Indonesia?”, “Gini mas, di Al-Qur’an itu

disebutkan, Wa haitsu fawajadtumuhum

faqtuluhum”, itu fatwa yang sebenarnya sudah lama

kita kaji. Cuma itu menjadi populer ketika sudah

mulai global, dan meman sudah menjadi rancangan

dari Amerika itu, memasukkan banyak organisasi-

organisasi sebagai teroris.

Nah itu secara otomatis mereka juga akan melawan

dimana-mana. Disatu sisi saya tidak menyalahkan

Amerika mengapa bersikap seperti itu, tapi di satu

sisi teman-teman versi saya itu terpancing. Kenapa

sih daerah seperti ini disini, dibuat konflik. Tapi

kalau konflik di Palestina sudah tegang. Apalagi

kaum muslimin di Indonesia, temapat ini saya

bilang bukan untuk konflik. Karena bentuk

pendzoliman yang nyata itu gak ada. Kalau

degradasi moral itu dakwah. Apa gunanya dakwah,

jadi iqomatul hujjah. Menegakkan hujjah atas

kemaksiatan mereka. gak ada bentuk penindasan

fisik yang sifatnya itu perlu perlawanan. Jadi

dengan dakwah itu kewajiban kita

Yang Bersangkutan,

Page 223: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

210

sudah gugur di hadapan Allah. Tapi kalau dengan

pengeboman, ini juga sudah berfikir teman-teman

ini menciptakan musuh sesama muslim. Contoh,

ketika polisi diberi tugas untuk menangkapi

mereka, mereka anteknya Amerika. Kita bom, nah

akhirnya menurun. Jadi sesuatu yang awalnya kita

benci karena Amerika, kita jadi benci kaum

muslimin.itu perbedaan. Jadi kalau di penjara itu

selalu ada diskusi, tapi sebenarnya ada dua kubu.

Memang 2014 munculnya ISIS ini berubah. Jadi

lebih kenceng. Itu fenomena. Jadi jihadis-jihadis

Syuriah ini, sebenarnya bukan fenomena baru.

Karena dibuat milenial, lebih popular, bisa selfi,

bisa disebar. Kalau dulu kita bisa nyebar.

Cuma kan tapi itulah suatu aib bagi kaum muslimin

di Indonesia kalau disebar yang seperti ini. Contoh

seperti ini. Kalau digital dulu, kita kesulitan dapat

video-video Afgan, Ambon, Poso, atau Filipina,

tapi sekarang klik saja sudah dapat. Itu saja

perbedaannya. Wong saya yang melihatnya secara

tidak langsung saja sudah terpengaruh. Apalagi

dengan klik seperti ini. Pengaruhnya bisa

signifikan,

Yang Bersangkutan,

Page 224: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

211

kita melihat, langsung kita tahu. Fakta seorang

jihadis, saya sanggup menjadi seorang simpatisan.

Siapa saja, mahasiswa, Ibu-ibu, TKW, siapa saja

bisa. Oh jihad itu fardu ‘ain, karena jihad itu wajib

dalam hukum Islam. Memang versi saya itu terlalu

gampang, terlalu dangkal. Yang penting, jihad itu

syariat yang suci, harusnya dengan cara yang suci.

Itu kan bahasa kelompok yang memberikan

penjelasannya perlu telaten.

Mutiah : Apa motif orang bergabung dengan kelompok

teror selain menonton video?

Machmudi : Ya buku-buku itu. Literasi. Dulu saya di Jombang

kan mengkonsumsi buku-buku NU. Tapi waktu

saya ke Solo, ada buku jihad Afganistan. Oh ada

bukunya, ya. Harganya Cuma 20 ribu. 10 jilid Cuma

200 ribu. Terus ada majalah. Majalah 4000. Beli

saja bulanan. Karena tetap media apapun, cetak-

online waktu itu. ada juga VCD, waktu itu kita bisa

nyetel Rusia, wah gagah sekali ya kaum muslimin

bisa mengalahkan adidaya Rusia dan Amerika. Itu

nanti muncul semangat yang sifatnya sebagai

muslim itu ada Umar ibn Khottob yang gagah yang

heroik.

Yang Bersangkutan,

Page 225: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

212

Dan itu tidak salah, Mbak. Karena dengan orang

gagah itu bisa melindungi. Tapi kalau orang shaleh,

itu hanya untuk dirinya sendiri. Makanya itu. saya

tertarik konsep itu. saya mau ke Ambon, ke Poso

lihat konflik ini, apa sih yang terjadi disana. Cuma

kadang jaringan itu sulit dikendalikan. Cuma

ternyata saya masih berusia 22, masih berpotensi

untuk jadi aset jamaah, digemblenglah di akademi

militer harapannya jadi akademi jamaah yang kuat.

Itu sudah level-level tertentu yang sudah melalui

screening tahfidz, jamaah sendiri yang punya

programnya. Jadi kalau ke Afghanistan jauh, ke

Filipina saja. Kalau sekarang ke Syuriah. Banyak di

Syuriah, kirim saja. Kejadian-kejadian teman saya

yang ketangkep kemarin, Agustus kemarin ada,

November dan Desember ada. Jadi bentuk

keterikatan sesama jihadis itu saya melihat sejarah

panjang plus perlakuan densus mungkin. Nah

kenapa mereka itu bergejolak, ya karena ingin

membalas densuslah, macam-macam. Motivasinya

banyak sekali. Teman-teman ini kan ketika Densus

represif, Siyono, ditembak ketika sholat, nah orang-

Yang Bersangkutan,

Page 226: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

213

orang ini, Siyono ini gak papa, keluarganya gak

papa. Tapi orang-orang yang satu jaringan ini

melawan Densus. Bukan dendam, tapi adalah

semacam qisos. Misalnya ada 10 Densus yang

melakukan, jadi ya harus 10. Kalau ISISkan engga.

Densus bersenjata, Polisi lalu lintas saja ditembaki.

Itu kan seperti itu. jadi agak sulit menjelaskan apa

efek negatif dari penyebaran ideologi ini yang tidak

terkontrol. Saya ke Jakarta mesti ke Yayasan

Prasasti Perdamaian. Sekarang di Pasar Minggu

ada. Studio filmnya Yayasan Prasasti Perdamaian.

Sebenanya sama.tai saya lebih suka film, karena

audio-visual.

Mutiah : Kapan bapak tergabung dengan kelompok teror?

Machmudi : Sebenarnya sejak 22 tahun sudah kaderisasi. Cuma

waktu saya sudah sering ke pondoknya Mas

Amrozi, sudah baiat istilahnya sebagai anggota

yang iltizam. Iltizam itu yang militan. Militan ala

rekrutmen, bukan militer secara ‘askari harus ke

Filipina, diklat.

Mutiah : Sudah efektifkah penanggulanga isu-isu terorisme

di Indonesia?

Machmudi : Saya melihat kacamatanya BNPT, ya. Orang-

orang

Yang Bersangkutan,

Page 227: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

214

yang dianggap dijadikan klien atau mitra. Kadang

masih gak efektif. Karena mereka mengadakan

kegiatan dua kali atau tiga kali. Padahalkan kita

hidup 365 hari setahun. Dan kemudian BNPT

membangun FKPT di provinsi-provinsi, tidak ada

sama sekali kegiatan. Saya sempat dengar satu

tahun satu milyar, sampai kemarin, belum ada

kegiatan yang krentek. BNPT saja datang ke sini

kumpul pertemuan sehari dua hari, kurang

menyentuh versi saya. Karena bentuk-bentuknya itu

semacam di LPJ kan, tapi ya semacam gugur

kewajiban. Kunjungan keliling. Keliling mak tul

dua jam. Semacam dokumentasi, buat laporan,

Media Damai, itu kadang kurang efektif, karena

mereka belum menyentuh akar persoalan di bawah.

Kemudian Yayasan Prasasti Perdamaian, itu LSM

yang bagus saya melihat, kerjasama dengan Bapas,

jadi teman-teman yang bebas dari penjara itu mulai

dari surat-surat RT-RW-Polsek sampai ke dirjen

diikuti.

Yang Bersangkutan,

Page 228: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

215

bebas dari lapas diikuti kontrol absennya

bagaimana. Itu lebih soft dan melihat telisik lebih

detail. Ya mungkin diikuti oleh LSM yang terjun.

Tapi kan mereka di Jakarta. Muncullah Pak Ali

Fauzi, Lingkar Perdamaian di Lamongan. Cukup

bagus, karena hadir di tengah-tengah mereka.

Dapoer Bistik hanya di Solo itu bagus. Tapi Dapoer

Bistik sementara itu masih simbolis, tapi belum bisa

memfungsikan bagaimana idealisnya. Jadi teman-

teman yang bebas dari penjara itu datang ya datang,

lalu buka bersama, entar sore pulang. Itu gak ngefek

juga. Karena bertindak jauh sebagai LSM yang

kadarnya jauh di bawah negara. Sementara negara

dengan anggaran sekian banyak tidak mau hadir.

Kalau membuat Dapoer Bistik di setiap provinsi

bisa, daripada FKTP, yakan 1 milyar. Dapoer Bistik

100-150 juta sudah jadi, tinggal di copy saja. Terus

saya mau jujur seperti saya tahun pertama itu. “Mau

apa, Mas?” “Laundry”, dikasih mesin cuci 5 juta.

Terus saya mikir, laundry ini masak laundry tok.

Lha airnya gimana, listriknya gimana, jemurannya

gimana, setrikanya gimana. Gak pernah terfikir,

Yang Bersangkutan,

Page 229: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

216

mbak. Usaha laundry, foto sumbangan kasih mesin

cuci. Masih seperti itu. tinggal foto terus ke Jakarta.

Enam bulan, ditanya, “sudah jalan, belum?”, “ini

mesin cuci doang, ya ngapain” jadi kurang.

Mestinya kalau ada FKPT disini di cek. Seminggu,

sebulan, “kurang apa?”, saya berfikir BNPT itu

belum. “Apakah efektif?”, ya memang ada

efektifnya, karena mungkin teman-teman yang

balik ke terorisme lagi masih 20%. Artinya tidak

mau di BNPT dan kembali ke jaringan. Mereka

aktif atau pasif. Jadi penilaian 100% efektif tidak.

Jadi kalau dipresentasekan kalau 50%, okelah.

Itupun nilai yang paling terbaik. Karena ketika

mereka memprogramkan sebelum zamannya Pak

Tito, jadi kayak lembaga ini kurang fungsional.

Terus modul pembelajaran. Ngapain modul

pembelajaran. Ayo Solo ada, Semarang ada, kita

buat Bistik-bistik yang efektif. Kalau dikatakan

BNPT gagal kan marah juga. Itu timbal balik,

Mbak. Anda butuh berhasil, tapikan ya namanya

laporan, nyatanya kan gak berhasil. Bahkan BNPT

menjadi momok, terjadi konflik yang

berkepanjangan. Ketika kita flashback, tolong

BNPT, ada menteri Pak Wiranto teman-

Yang Bersangkutan,

Page 230: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

217

teman itu ada 40 orang Jawa Tengah, 30 orang

BNPT, minta tolonglah, saudara kita yang sudah 13

tahun di penjara di Nusakambangan, dan itu

penjaranya di dekatkan dengan orang tua dan

keluarganya. “Iya, iya, iya”, tapi hanya janji manis,

seperti itu. Saya akan ngomong presiden langsung.

Saya akan ngomong menteri langsung. Itu kadang

kita singgung. Wong kita sudah kompak 40 orang,

apa kata BNPT, ngumpul, kegiatan-kegiatan, tapi

begitu timbal balik mereka merespon, negara hadir,

negara hadir, kadang kita malah ketawa, Mbak.

“Dimana?”, “Kapan?”, kalau nongol ke Semarang,

iya. Itulah fenomena. Banyak kejadian-kejadian

yang versi saya itu kurang berkenan, ya anak-anak

itu divonis. Asalnya Pekalongan, begitu divonis,

dibuang ke Blitar. Lho, alasannya apa. Kemarin

sejak divonis saja sudah pro-aktif, ada yang di

buang ke Bengkulu, loh ngapain. Ada yang dibuang

ke NTT. Akhirnya begitu pulang dia dendam. Cara

meredamnya susah. Aku sudah bilang ke BNPT,

mereka kalau gak punya potensi atau kesempatan ke

BNPT, tapi kalau yang ISIS, teror, silakan. Jangan

disamaratakan. Itu perlakuan khusus.

Yang Bersangkutan,

Page 231: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

218

Kita di luar itu memberikan penilaian, usul, tolong

direspon. Nanti begitu dia keluar, tolong dekati

anak yang dari NTT, ya susah, mereka sudah

dendamnya membara. Nah itu contoh BNPT sendiri

kurang tercereminlah efek-efek kebijakannya. Jadi

semuanya dikembalikan kepada BNPT, sudah

efektif gak.

Mutiah : Dulu awal mula bebas, bagaimana stigma

masyarakat terhadap bapak?

Machmudi : Ya tentu saya waktu itu pulang, ya senenglah adik,

keluarga. Ya biasa, di tempat saya ada pengajian

fatayat ya. Di pengajian itu saya disuruh ngomong,

katanya kan tuan rumah. “Mas sampean ngomong”,

“Waduh, iyo wes”. Setelah tahlilan itu. Ya saya

ngikut. Setelah itu, ngomong 30 menit. Saya

sampaikan bahwa apa yang disampaikan oleh

media Amerika, atau kepolisian yang curiga

berlebihan, perjalanan saya di Nusakambangan itu

bagaimana, itu jelas. Media menyebut “Tersangka

menyimpan bom satu bom. Hukuman maksimal

hukuman mati”, misalnya seperti itu kan

menakutkan. Keluarga dan teman-teman bilang,

“Lho, mati rek”, kadang blow-upnya negara itu

menakut-nakuti teror.

Yang Bersangkutan,

Page 232: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

219

Ya memang berhasil, saya akui. Akhirnya

masyarakat sekitar saya ketika ada bom Aceh,

“temanmu ya?”, bom Poso, “temanmu, ya?” begitu

itu stigma yang gak hilang hingga saat ini. Dan

kalau mau jujur,BNPT itu bisa mengambil

perannya. Kan tinggal manggil gubernur, RT-RW

dikumpulkan. Itu sangat efektif. Dan ini mungkin

ada program yang baru. Yayasan Prasasti

Perdamaian kan ada program RT-RW, karena yang

ada urusan tiap hari itu dengan RT-RW. Mulai dari

kontrakan, kartu KK,yang njlimet-njlimet itu dari

RT-RW. Yang bisa dilakukan oleh teman-teman

RT-RW, surat pindah. Sempet ditolak waktu itu.

mulai 2009, begitu kalau ada teman-teman bebas,

ya saya yang ngurusi. Lurahnya, Rtnya gak mau

tanda tangan. “Lho, alasannya ini apa, Pak?, Warga

negara ini, Pak. Mereka dipidana itu sudah

menjalani pidana diatas negara. Sudah diberikan

hak untuk kembali di masyarakat secara hukum”,

“Nah tapi dia teroris”, nah sudah. “Ya sudah, kalau

gitu saya cabut jadi warga negara sini”, “oh silakan,

cabut dari catatan sipil”. Terus saya cari tempat di

Magetan

Yang Bersangkutan,

Page 233: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

220

tempat istrinya. Terus saya buat akte lagi, KTP, KK,

waduh. Kadang, negara juga rumit seperti itu.

kadang kasus tertentu, sekecamatan. Seng nggone

sampean, Singosari iki ono teroris. Seng jogo

Karanglo, seng kono gak ono masalah. Itu lurahnya

podo ambek kono. Kadang lurahnya suruh minta

tandatangan 60 KK warga setempat. Itu istrinya

bingung. Satu rumah satu KK. Kan menyiksa.

Padahal prota hukum sudah ada. Setelah menjalin

sekian, menjalani kriteria sekian, memiliki latar

belakang baik, tidak melanggar hukum, berhak

mereka dapat remisi, seperti itu. Nah, ini tadi balik

lagi, bahwa stigma masyrakat itu, teman-teman gak

pengen sih, jadi sorotan lagi. Karena sudah insyaf.

Tapi dari TNI dan Polri, temannya dari siapa itu

dilaporkan. Itu berlebihan. Sangat berlebihan.

Karena kalau BNPT mau jeli, anak-anak yang

terlibat itu gara-gara nginepkan Nurdin M. Top,

ngasih motor, itukan bukan teroris sebenarnya. Jadi

penyakitnya itu mungkin penyakit yang dia itu gak

sadar. Karena secara hukum gak ngerti. Teman saya

di Singosari itu berangkat ke Syuriah itu 6 bulan.

Yang Bersangkutan,

Page 234: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

221

Nangis-nangis pulang. “Kok bisa pulang, dia?”,

“Ngomong ke khalifah, saya mau pulang ke Malang

jual motor dan tanah balik lagi ke sini”. Ternyata

gak balik lagi, sudah kapok. Pelanggarannya ketika

disana. Tapi dia langsung dinilai pelindung,

pengadu, terlalu berlebihan. Itu sejarah

singkatnya.tapi dia dipindah di Lapas Gempol sih,

alhamdulillah. Jadi itu dalam mempelajari kasus

terorisme itu harus perkasus. Dan itu kalau

disamaratakan negara, ya silakan. Tapi versi saya,

itu akan memelihara circle ini kalau gak mau

perkasus. Mestinya perkasus.

Mutiah : Di lapas juga seharusnya perkasus?

Machmudi : Iyalah perkasus. Jadi kita harus fair, ketika saya

menghadapi teman-teman juga serba bingungkan.

Ini masalahnya gimana, ini.

Mutiah : Untuk mengeluarkan diri dari kelompok, seperti

apa, Pak?

Machmudi : Ya seperti Noor Huda waktu itu. dengan

mendekati saya itu sebenarnya sudah mengeluarkan

saya dari jaringan. “Wah, dekat Noor Huda, dekat

Amerika. Dekat Yahudi” dekat saja sudah

mengeluarkan.

Yang Bersangkutan,

Page 235: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

222

Ada penilaian sana, jaringan, seperti saya, sudah

dicap orang umum, polisi, BNPT, macam-macam.

“wah itu sudah mendekati Yusuf itu, itu sudah

keluar dari jaringan. Laisa minna” bahasa

sederhananya seperti itu.

Tapi saya ketawa saja. Maka saya berfikir bahwa

terlibatnya kaum muslimin kita harus jujur. Bahwa

Islam bukan milikmu saja. Ya saya sendiri orang

kelahiran NU juga prihatin, ketika melihat

fenomena Islam, global maupun tidak ya seperti ini,

terpengaruh. “Lho NU kok iso kepengaruh, Mas?”,

“Lho, yok opo sih, lha wong PNS ae akeh sing

terlibat, padahal wes disumpah jabatan, TNI,

Brimop, contoh seperti itu. Oh iya, Yayasan

Prasasti pertama kali menerbangkan saya ke

Irlandia itu Yayasan Prasasti Perdamaian.

Mutiah : Terbang dalam rangka apa, Pak?

Machmudi : Terbang acara submit. Konferensi Internasional

Google di Irlandia, saya waktu itu nyoba, kira-kira

Yayasan Prasasti Perdamaian itu sakti, gak? Saya

ini gak boleh ke luar negeri mbak, dicekal visanya.

Tapi

Yang Bersangkutan,

Page 236: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

223

bisa lolos. Visanya saya itu harus terbang ke

Singapura, stempel di Singapura. Stempel di Jakarta

gak bisa, karena saya mau ke Eropa.

Mutiah : Ke Singapura ketat, kan Pak?

Machmudi : Ke Singapura saya wajib lapor, bisa lolos. Karena

yang ngurus google, Mbak. Sakti.

Mutiah : Lewat Pak Huda, Pak?

Machmudi : Heem. Terus kemarin Jihad Selfi ke Hongkong,

karena Akbar gak bisa, saya disuruh. Ya, presentasi

ke TKW-TKW. Rata-rata orang Jawa Tengah,

Orang Jombang, orang Blitar. Lha tonggo kabeh iki.

Guyonannya gitu. Jadi saya ingin membuka wacana

bahwasanya, Islam itu bahasa umumnya universal.

Tapi saya sebagai teroris yang ditakuti, apa sih yang

ditakuti?, kalau memang tidak ada sesuatu yang

menjadi sebab diberatkan. Jadi seperti itu. saya

kembali ke basic secara fitroh itu saya lahir di

Jombang. Saya lama jadi orang NU, saya kuliah di

Baitul Amin, itu dekat dengan Nur Kholis Madjid.

Memang saya termasuk orang yang tidak setuju

dengan pemikiran pak Nur Kholis Madjid ya waktu

itu. tapi karena bertetangga dan pondoknya itu

Yang Bersangkutan,

Page 237: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

224

Muhammadiyah, saya melakukan dialog,

bagaimana saya bisa sholat Jum’at di masjid Nur

Kholis. Kalau saya bikin sholat Jum’at sendiri, kan

ada takmirnya, toh. Masyarakat terbelah menjadi

dua. Ya sudah saya sholat di masjidnya Pak Nur

Kholis. Saya waktu itu jadi humasynya. Minta

tolong, pihak masjid memahami perbedaan. Mau

sholat dua kali, adzan dua kali, macam-macam, lah.

Banyak perbedaan. Cngkranglah. Itu berjalan

selama 5 tahun. Setelah 5 tahun, generasi penerus

saya itu izin. Bagaimana kalau sudah buat Jumatan

sendiri tapi sudah kondusif, sudah gak ada gesekan.

Begitu masuk tahun ke 10, teman-teman jihad Aceh

masuk ke situ merekrut simpatisan. Wah itu sudah

buyar pondok saya. Saya geser ke Mojo Agung,

yang pro jihad Aceh pindah ke Kediri. Jadi ada

semacam fenomena sejarah Fara Madinah, saya

mengakui bahwa Abu Bakar Ba’asyir pernah

mondok di Gontor bareng satu bis. Sama-sama

alumni Gontor. Jadi seperti itu. memaklumi

jalannya adanya.

Yang Bersangkutan,

Page 238: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

225

Mutiah : Kalau tadi, tentang program BNPT yang kurang

efektif, yang efektif seperti apa, Pak?

Machmudi : Ya sebetulnya efektif BNPT tadi ngasih mesin

cuci. Jadi semacam stimulus. Setelah itu istri

biarkan di rumah, saya yang beli air, tandon, untuk

air cuci kan gitu. Terinspirasi. Terus akhirnya saya

terangsang untuk membuat jemuran yang bagus.

Terus buat nota, nyebar ke tetangga. Itu istilahnya.

Sebagai titik api, baguslah. Tapi belum efektif. Jadi

begitu jalan, yaudah lepas.

Mutiah : Apa keberlanjutan dari program Yayasan Prasasti

Perdamaian?

Machmudi Yang saat ini?

Mutiah : Iya. 2019 masih kerjasama-kerjasama, terakhir

saya lihat dengan pemkot Solo. Ada diskusi tentang

Pemberdayaan di Solo Raya. Jadi sudah mulai

ngajak pemkot, lah. Kemarin November ada

kumpul Yayasan Prasasti Perdamaian dengan

pemkot Solo. Gak tahu sih. Teman-teman pemkot

yang diundang. Saya Cuma lihat pamfletnya. Terus

masalah RT-RW saya gak tahu tindak lanjutnya.

Yang Bersangkutan,

Page 239: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

226

Katanya, setiap teman-teman yang ada di daerah itu,

katanya sih, akan didatangi, dia akan dipertukan

dengan RT, hubungannya seperti apa, keluh

kesahnya apa. Kan selama ini kan hanya tahu, oh

Pak RT, tanpa tahu hubungin pak RT itu berapa

kali. Tapi saya selalu memaparkan. Pak RT kasih

saya tugas jaga, kerja bakti tiap minggu ya saya

laksanakan kalau pas masih di rumah diajak

ngobrol.

Mutiah : Apa harapan Bapak tentang isu-isu teroris dan

kaum radikalis?

Machmudi : Pertama ya jelas preventif, Mbak. Lebih baik

mencegah daripada mengobati. Itu sudah versi

umum. Dan menurut saya, BNPT juga memberi

porsi tentang eks dan teman-teman yang sudah

terpapar itu dibuatkan semacam wadah, ya mungkin

yayasan-yayasan itu yang tidak mesti dengan

kurikulumnya BNPT. Jadi kebijakan lokal.

Kebijakan lokalpun juga berpengaruh dalam

jaringan ini. Kalau teman-teman di Solo Raya

disamakan dengan orang Banten, berbeda. Dengan

orang Tangsel, beda. Kemudian orang Jawa Timur,

urakan. Ya jangan disamakan dengan gayanya

orang Semarang. Tapi teman-teman tetap dijadikan

Yang Bersangkutan,

Page 240: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

227

aspirasi bagaimana jadi seperti saya. Saya tidak

berdiri sendiri. Saya tahu misal ada 10 orang dalam

jaringan, namanya tukang kuncilah, tukang service,

lah. Saya tahu itu. Tapi bagaimana BNPT itu

membuat wadah yang soft ke saya dan ke orang-

orang yang notabenenya terpapar, Mbak. Makanya

saya sering membawa orang, pernah 18 orang ke

samsat. Buat SIM C. Sebenarnya punya wadah

kalau itu dibuat program tiap tahun. Berapa sih

harganya. Duit BNPT yang sekian trilyun gak

kelong, lah untuk buat SIM C 10 orang, 20 orang.

Tahun ini dibuatkan, tahun ini dibuatkan. Ya

mungkin pelopornya seperti saya itu salah satu

bentuk program, jadi orang-orang, “Kenapa

Polrestabes dibom”? “Karena ikhwan-ikhwan

jarang ke Polrestabes. Coba kalau diajak kayak

ngunu. Data KTP, KK, mau bayar BRI. SIMkan

bayar BRI. Karena tespun sulit., gak lolos, seorang

saya, ya kalau Yusuf. Tai kalau punya anak 7,

SIMnya kan berarti 7, jadi berfikirnya itu mbokya

yang praktis dan mengena, simple. Nuwun sewu,

Menristek Dikti yang sekarang pensiun jadi dosen

di Semarang. Catat nama anak-anak, sekolah

dimana.

Yang Bersangkutan,

Page 241: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

228

Begitu pensiun sudah gak ada program lagi. Di catat

beneran ditindaklanjuti. “SPP berapa?. Ini kita bantu sekian

dari BNPT”, contoh seperti itu misalnya, sederhana banget.

Banyak yang efektif yang teman-teman merasa dikawal.

Nah, gak perlu nyebut ini BNPT. Ibarat garam itu ya

rasanya. Kalau simbol-simbol saja, percuma. Buku-buku

BNPT. Saya di rumah buku 1 dus.

Yang Bersangkutan,

Page 242: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

229

Lampiran 2

Catatan Lapangan

September 2019 saya berkunjung ke kantor Yayasan

Prasasti Perdamaian di Tebet Timur Dalam. Awalnya saya

kesulitan menemukan lokasi tersebut, namun akhirnya gambar di

web menunjukkan saya menuju kantor tersebut untuk

berkonsultasi perihal penelitian yang saya lakukan sebelum

melalui tahap Seminar Proposal. Saya sampai disana pukul 11.00

dan bertemu dengan Pak Taufik Andrie dan Bu Anita. Saya

berkonsultasi atas judul awal saya yaitu Peran Penyuluh Agama

dalam menangani Eksklusivisme Mantan Narapidana Terorisme di

Yayasan Prasasti Perdamaian. Namun Pak Taufik dan Bu Anita

menyampaikan bahwa judul tersebut kurang cocok jika dipakai

untuk penelitian di Yayasan Prasasti Perdamaian karena

pendekatan mereka adalah dengan pendekatan humanisasi. Opsi

judul kedua akhirnya saya sampaikan bahwa saya ingin mengambil

tema Disengagement dan Bu Anita mengiyakan tema tersebut

karena sesuai dengan Yayasan Prasasti Perdamaian. Kondisi

kantor cukup lengang, hari itu tidak ada pembinaan syang

dilaksanakan. Setelah selesai konsultasi, saya meminta kontak Bu

Anita untuk penelitian lebih lanjut.

Page 243: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

230

Catatan Lapangan

Pada 31 Oktober 2019, penelitian kedua saya ajukan

setelah menyelesaikan bab 1-2 dan untuk melengkapi bab 3. Saya

menghubungi Bu Anita, yaitu manajer keuangan Yayasan Prasasti

Perdamaian, selanjutnya diarahkan menuju Mbak Kharirotul

Maknunah, Direktur Pendampingan Yayasan Prasasti Perdamaian.

Perjalanan kedua ini saya lebih paham rute, ternyata hanya

dibutuhkan jalan kaki sekitar 10 menit dari Stasiun Tebet. Saya

sampai di Kantor Yayasan Prasasti Perdamaian jam 13.30 dengan

membawa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada

Direktur Pendampingan. Selanjutnya Mbak Khariroh Maknunah

meminta waktu sebentar setelah melihat daftar pertanyaan

tersebut. Dia menjelaskan bagaimana proses pembinaan mantan

narapidana kasus terorisme dengan jelas, detail, dan terstruktur.

Penjabaran dari Mbak Nuna sangat efektif dan detail, tidak ada

bagian yang harus dipangkas karena keseluruhannya

penjelasannya berisi informasi. Saya sangat berterimakasih kepada

Mak Nuna yang telah meluangkan waktu wawancara yang berjalan

sekitar 35 menit. Di tengah kehamilan tuanya yang membuat

nafasnya tersengal. Pada hari itu kantor Yayasan Prasasti

Perdamaian terlihat sepi. Saat itu tampak pula Ibu Anita dan Pak

Taufik Andrie. Setelah menyelesaikan wawancara saya segera

pulang menuju Ciputat.

Page 244: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

231

Catatan Lapangan

18 Desember 2019 Saya mengunjungi Yayasan Prasasti

Perdamaian untuk menyampaikan permintaan surat izin penelitian

dari lembaga. Sebelumnya saya bertanya kepada Mbak Nuna,

apakah saya bisa berkonsultasi lagi untuk penelitian saya secara

lebih mendalam. Namun Mbak Nuna sedang cuti melahirkan

hingga Bulan Januari. Saya sempat bingung karena penelitian saya

sempat terhenti sebelum menemukan informan mantan narapidana

kasus terorisme yang menjadi penerima manfaat dari Yayasan

Prasasti Perdamaian. Pada hari itu saya bertemu dengan Mbak

Diana, staf bagian administrasi dan diberikan surat izin penelitian

kepada saya. Saya berada di kantor pukul 13.15 dan saya

menanyakan bagaimana kiranya penelitian saya. Dan yang

mengetahui detail mantan narapidana kasus terorisme adalah

Mbak Nuna. Sekitar 15 menit kemudian saya kembali ke Ciputat

dan mencari jalan bagaimana agar dapat wawancara dengan

mantan narapidana kasus terorisme secara langsung.

Page 245: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

232

Catatan Lapangan

23 Desember 2019, saya mengikuti bedah buku dengan

tema Hijrah dari Radikal kepada Moderat, karya Haris Amir Falah,

mantan narapidana kasus terorisme yang terlibat dengan dunia

teror selama 27 dan menjadi Ketua Dewan Pembina Lembaga

Dakwah Thoriquna. Di pikiran saya saat itu, mungkin beliau dapat

menghubungkan saya dengan mantan narapidana kasus terorisme

yang pernah terlibat dengan Yayasan Prasasti Perdamaian,

sekalipun tidak, saya akan dapat pengetahuan baru akan

radikalisme. Setelah diskusi, peserta lain sibuk dengan kupon

makanannya, saya mengantre untuk dapat berbicara kepada beliau.

Saat itu media-media banyak yang meliput, salah satunya adalah

TV One. Di dalam forum itu, ternyata saya menemui banyak

ikhwan berseragam, dan sepertinya merupakan anggota dari

organisasi yang beliau dirikan. Saya akhirnya mengajak ngobrol

salah seorang dari mereka. “Maaf mas. Apa masnya satu organisasi

dengan Ustadz Haris?”, “Iya. Satu organisasi”, “Ini mas. Penelitian

saya berhubungan dengan dengan mantan narapidana kasus

terorisme. Saya ingin bertemu dengan 3 orang ini, barangkali

masnya tahu”, “Kalau yang pernah terlibat teroris, saya sendiri

pernah, saya dulu kuliah di sini, alumni UIN Syarif Hidayatullah

Fakultas Psikologi”, “Wah Psikologi mas. Kalau nama-nama ini,

kenal gak mas?”, “Gak hafal saya kalau nama. Coba foto. Akhirnya

saya menunjukkan foto, dan salah satunya adalah orang yang dia

kenal. Dan ternyata ikut dalam acara itu juga. Setelah itu saya

bertemu dengan Mas Ibenk dan meminta untuk kesediaan

wawancara kepadanya.

Page 246: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

233

Catatan Lapangan

Setelah mendapatkan kontak Mas Ibenk dari dia secara

langsung, saya bersepakat untuk bertemu dan melakukan

wawancara pada 29 Desember 2019 di Ramayana Parung. Ini

adalah kali pertama saya bertemu dan berdialog dengan mantan

narapidana kasus terorisme secara langsung. Rasa takut pasti ada

namun inilah yang harus ditempuh untuk sebuah penelitian. Cuaca

hari itu cukup cerah, saya memilih menggunakan ojek online

karena takut terlambat, karena Parung cukup jauh. Sesampainya di

Ramayana, ternyata saya 30 menit lebih awal sebelum janji

bertemu jam 10.00. Tidak lama kemudian Mas Ibenk datang dan

kami berdialog di KFC. Di awal pembicaraan terasa sedikit kikuk,

namun lama-kelamaan, berdialog dengan mantan narapidana kasus

terorisme tidak semenyeramkan itu. Cerita masa lalu Mas Ibenk

dari tergabung ke kelompok teror hingga bebas dari lapas. Obrolan

itu berlangsung kurang lebih 60 menit, dan kemudian saya

melanjutkan makan sementara Mas Ibenk pulang terlebih dahulu.

Page 247: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

234

Catatan Lapangan

Sebelum saya bertemu dengan Pak Ibrahim, saya melihat

leaflet milik Sekolah Kajian Strategik Global Universitas

Indonesia, yang salah satu narasumbernya adalah Pak Ibrahim.

Acara telah berlangsung bulan November dan saya mencoba

mengontak Narahubung, yaitu Mbak Ajeng, menyanyakan, apakah

ada kontak Pak Ibrahim untuk memperdalam penelitian saya,

selanjutnya setelah dikomunikasikan Mbak Ajeng, saya

menghubungi Pak Ibrahim dan beliau bersedia untuk

diwawancarai pada Sabtu, 4 Januari 2020.

Pada hari itu, cuaca mendung. Saya memilih menggunakan

KRL hingga stasiun Depok Baru dan bersambung menggunakan

ojek online menuju kediaman Pak Ibrahim di Mekar Jaya.

Sesampainya di rumah saya disuguhi banyak makanan basah yang

merupakan usaha istrinya, yaitu Catering. Kami berbincang

kurang lebih 50 menit tentang keahlian beliau dalam menggunakan

dan merakit senjata, tergabung dalam organisasi hingga bebas dari

lapas dan tergabung dengan Yayasan Prasasti Perdamaian. Setelah

perbincangan selesai, saya melakukan dokumentasi dan

berpamitan kepada Pak Ibrahim dan istrinya.

Page 248: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

235

Catatan Lapangan

Untuk wawancara selanjutnya dilakukan di tempat yang

lebih jauh, yaitu di Semarang. Saya terhubung dengan Pak Yusuf

melalui Pak Lutfi Zuhdi dan Pak Syauqillah. Pak Yusuf memberi

pilihan untuk wawancara pada tanggal 8, 12, atau 13. Saya setuju

agar wawancara dilakukan pada tanggal 8. Seketika itu saya

memesan kereta api untuk perjalanan malam nanti menuju

Semarang dan tiba di Semarang pada tanggal 8 pukul 07.00. cuaca

di Semarang cukup cerah dan saya bersiap-siap di musholla

terdekat sebelum melakukan wawancara. Pukul 11.00 saya

memesan makanan di Donkin Donnut Gramedia Balai Kota

Semarang tempat saya akan bertemu Pak Yusuf. Beberapa saat

kemudian Pak Yusuf datang. Kami mengobrol dan perbincangan

kami cukup menyenangkan. Pak Yusuf adalah orang yang sangat

ramah. Perjalanan beliau di mulai di Camp Filipina, di lapas,

hingga terlibat dengan Yayasan Prasasti Perdamaian berlangsung

begitu saja. Kurang lebih 60 menit perbincangan kami. Beliau

menawarkan tumpangan menuju tempat wisata di Semarang, tapi

saya merasa merepotkan jika mengiyakan. Akhirnya beliau

melanjutkan urusannya dan saya mengunjungi tempat-tempat

wisata di Semarang.

Page 249: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

236

Lampiran 3

Dokumentasi Foto

Foto Kantor Yayasan Prasasti Perdamaian (1)

Foto Kantor Yayasan Prasasti Perdamaian (2)

Foto Kantor Yayasan Prasasti Perdamaian (3)

Page 250: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

237

Machmudi Hariono memaparkan isi film Jihad Selfie

Pelatihan Wirausaha YPP kepada Echo Ibrahim dan Riki Rianto

Machmudi Hariono bersama Founder YPP, Noor Huda Ismail

Page 251: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

238

Peneliti bersama Staf YPP

Peneliti bersama Riki Rianto

Page 252: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51080/1/MUTIA… · Kasus terorisme menjadi fenomena global yang tidak terbatas

239

Peneliti bersama Echo Ibrahim

Peneliti bersama Machmudi Hariono