Upload
others
View
42
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
1
PROFIL
YAYASAN KUSUMA BONGAS
LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT
UPAYA MENGELIMINASI EKSPLOTASI SEKSUAL ANAK
DI KABUPATEN INDRAMAYU
OLEH :
YEREMIAS WUTUN
2012
2
Daftar Isi
Halaman
BAB I. LATAR BELAKANG ……..……………………………………………………………………………………… 3
A. Situasi Kemiskinan di Indramayu ………………………………………………………………….….…… 3 1. Angka Kemiskinan ………..………………………………………………………………… 3 2. Nilai Pendidikan Yang rendah....................................……………………………………. 3
3. Indeks Pembangunan Manusia ..................…………………………………………………. 4
4. Mata Pencaharian ..............………..………………………………………………………………… 4 5. Biar Miskin Asal Kesohor .........................……………………………………………………. 5
6. Nilai Anak Sebagai Aser ..…………………………………………………............................ 5
7. Tenaga Kerja Luar Negeri ……………………………………………………………………… 6
B. Kebijakan Perlindungan Anak dari Tindakan Eksploitasi …………………………….….……...... 7
BAB II. GAMBARAN LEMBAGA DAN PROGRAM PELAYANAN ……………………..……….. 8
A. Gambaran Umum Lembaga ………………………………………………………………….….……....... 8 1. Sejarah Lembaga ………..…………………………………………………….…………… 8 2. Visi dan Misi Lembaga ………………………........................…………………………….. 10
3. Kedudukan dan Jangkauan Pelayanan ......................................................... 10
4. Maksud dan Tujuan ………………………………………………..……………………….... 11
5. Usaha-Usaha ………..……..……………………………….……………………………….. 11 6. Sasaran …...................................……….……………...……………………………………. 11
7. Fasilitas Pelayanan …………………….....…………….…………………………………………. 11
8. Sumber Daya Manusia ……………………………………………………...……………....….. 11
9. Pendanaan ..............……………………………………………………………………….… 12
10. Jaringan Kerjasama ..……………………………………………………………………….… 13
11. Struktur Organisasi ………………………………………………………………………….....…. 13
B. Program Pelayanan …………………………………………………………………………………...... 14
1. Program Pendidikan Fromal dan Informal ……………………………..........….. 14
2. Program Pelatihan dan Ketrampilan …………………………………………………..……. 16
3. Program Pencegahan dan Penangan Korban Trafiking .………………...........….. 16
4. Program Pencegahan dan Penangan HIV/AIDS............ ………………………..……. 19
5. Program Pengembangan Ekonomi ............………………………..……........... 20
6. Pengembangan Media Infromasi ............………………………..……........... 20
3
C. Strategi dan Rencana Program ..………………………………………………………………...... 20
BAB III. TINJAUAN KRITIS LEMBAGA ……………………………….……………………………………………….... 21
A. Analisis Pemahaman Visi, Misi,Nilai Lembaga dan Implementasinya .............. 21
B. Identifikasi Kebutuhan dan Pengintegrasian Dalam Masyarakat .................... 21
C. Analisis Aksesbilitas …………………..………………………....................................… 22
D. Analisis Kerahasiaan ……………….…........................................………….…..…... 22
E. Analisis Pimpinan dan Staf ………….……………………………………………………….…... 22
F. Analisis Klien ……………………………............................................…………..…..…. 23
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN …….………………………………………………………..…..…….. 24
A. Kesimpulan ……………………………………………………………..…………………..…………….. 24
B. Rekomendasi …………………………………………………………………………………….…….. 24
4
BAB I. LATAR BELAKANG
Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat dengan Ibu kotanya
Indramayu. Jarak dari pusat ibu kota Indramayu ke pusat kota Jakarta tidak kurang dari 207 km.
Jumlah penduduk kabupaten Indramayu yaitu 1.663.737, jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak
856.640 jiwa dan perempuan adalah 807.097 jiwa. Jumlah keluarga adalah 488.546. keluarga, dan
rata-rata anggota dalam keluarga adalah 3,40 jiwa/keluarga (data BPS Indramayu, 2010). Secara
umum persepsi orang luar mengenai Indramayu adalah sebagai daerah penghasil mangga (mangga
Indramayu), penghasil minyak (industri minyak di Balongan), lumbung padi nomor satu di Jawa Barat
dan kabupaten pemasok nomor satu Tenaga Kerja Indonesia seIndonesia. Selain itu streotipe
mengenai Indramayu yaitu identik dengan masyarakat yang permisif dengan pelacuran.
Berikut ini gambaran situasi kemiskinan di Indramayu dan hubungannya dengan kebijakan
perlindungan anak dari tindakan eksploitasi.
A. Situasi Kemiskinan di Indramayu.
1. Angka Kemiskinan.
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 mencapai 275.847 jiwa atau 16,58 persen. Bila
dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di wilayah propinsi Jawa Barat, kabupaten Indramayu
masih menempati urutan kedua persentasi terbesar jumlah penduduk miskin setelah kota
Tasikmalaya. Bila dibandingkan dengan persentase rata-rata jumlah penduduk miskin di propinsi
Jawa Barat yaitu 11,25 persen dan rata-rata nasional yaitu 13,33 persen, persentase penduduk
miskin di kabupaten Indramayu masih lebih tinggi.
2. Nilai Pendidikan Yang Rendah.
Menurut data Susenas 1999, kabupaten di provinsi Jawa Barat yang memiliki Ideks Pembangunan
Manusia (IPM) paling rendah adalah Kabupaten Indramayu sebesar 56,5 dan penyumbang
terbesarnya adalah indeks pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) sebesar 66,7 persen dan
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sadalah 3,9 tahun dan bila dibadingkan dengan kondisi rata rata di
Jawa Barat yaitu angka melek huruf rata-rata adalah 92,1 dan lama sekolah adalah 6,8 tahun.
Perkembangan IPM pada tahun 2010 sudah meningkat menjadi 67,75 dengan AMH sebesar 85,65
5
dan RLS adalah 5,73 tahun. Walaupun sudah ada perbaikan tetapi kondisi tersebut masih paling
rendah di propinsi Jawa Barat dengan rata-rata IPM sebesar 72,08 dengan AMH besar 95,98 dan RLS
adalah 7,95 tahun (http://www.jabarprov.go.id). Data BPS memperlihatkan bahwa mereka yang
miskin cenderung tidak berpartisipasi dalam meningkatkan SDM melalui sekolah. Data BPS pada
tahun 2010 memperlihatkan bahwa hanya sejumlah 54,53 persen penduduk miskin yang
menamatkan SD dan sejumlah 39,16 persen penduduk miskin yang mampu menamatkan SLTP dan
hanya sejumlah 6,31 persen penduduk miskin yang menamatkan SLTA. Data mengenai peningkatan
jumlah dan kualitas sarana dan prasarana sekolah, tunjangan kesejahteraan guru, serta program
akses keterjangkauan sekolah dengan dana BOS dan kebijakan WAJAR 9 tahun sudah merata
penyebarannya ke berbagai pelosok desa.
3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Data di bawah ini menunjukkan bahwa sumbangan terbesar masalah rendahnya IPM di Indramayu
karena rendahnya indeks pendidikan terutama dalam RLS adalah 5,73 tahun, artinya secara rata-rata
usia sekolah atau tingkat pendidikan di Indramayu adalah kelas 6 SD. Dibandingkan dengan kondisi
rata-rata di propinsi Jawa Barat maka IPM Indramayu masih berada di urutan terbawah. Data tabel
juga memperlihatkan kesenjangan yang sangat signifikan pada kelompok rata-rata lama sekolah.
Data BPS menunjukkan bahwa Indramayu pada tahun 2010 merupakan kabupaten dengan kondisi
rata-rata lama sekolah berada pada urutan paling rendah di propinsi Jawa Barat.
Data BPS tahun 2010, IPM di Kabupaten Indramayu dan Jawa Barat
No Uraian Indramayu Jawa Barat
1 IPM 67,75 72,08
2 Angka melek huruf 85,65 persen 96. persen
3 Rata-rata lama sekolah 5,73 tahun 7,95 tahun
4 Angka harapan hidup 67,54 68,20 tahun
5 Kemampuan daya beli 581,440 630,772 rupiah
4. Mata Pencaharian.
Mata pencaharian sebagaian besar penduduk adalah 52 persen petani. Luas lahan persawahan di
Indramayu adalah 119.043 ha. Tahun 2010 luas lahan panen mencapai total 239.698 hektar dengan
produktifitas sebesar 64,98 ton perhektar dan sebagai daerah nomor satu lumbung padi di Jawa
Barat (1.557.552 ton). Namun ketimpangan kepemilikan lahan memperlihatkan dari total 632.458
6
orang yang bekerja sebagai petani, hanya 134.647 (21%) orang yang memiliki lahan pertanian dan
sisanya 497.811 (79%) adalah buruh tani. Berdasarkan data BPS, sekitar 42 persen penduduk miskin
di Indramayu adalah petani. Dari beberapa narasumber mengungkapkan sejak wilayah persawahan
mendapat pengairan dari waduk jatiluhur (sekitar tahun 1970), nilai jual lahan sawah sangat tinggi
karena bisa panen 2 kali bahkan 3 kali dalam setahun. Dampaknya banyak petani yang menjual lahan
pertaniannya, bahkan banyak orang luar kabupaten Indramayu yang beramai-ramai menyewa-gadai
lahan sawah karena nilai ekonomis tersebut.
5. “Biar Miskin Asal Kesohor”.
Ungkapan “biar miskin asal kesohor”, adalah ungkapan yang dipahami hampir semua penduduk
desa yang menganggap melalui acara-acara hajatan atau kriyaan dengan menampilkan seni budaya
yang dilakukan atau digelar secara meriah dapat menaikan status mereka ,walaupun kondisi
ekonomi keluarganya miskin. Dampaknya dari acara hajatan atau kriyaan seperti pernikahan,
sunatan yang dirayakan secara megah dan meriah yaitu banyak mengeluarkan biaya diluar
kemampuannya dan ini salah satu faktor penyebab keluarga menjadi miskin. Masyarakat berharap
dari sumbangan tamu akan menutupi hutang, pada kenyataanya secara tidak disadari orang
tersebut sudah berhutang pada tamu atau orang yang diundang,karena kelak dia harus
membalasnya kalau tidak akan dicemooh atau mendapat sanksi sosial. Kondisi ini mirip dengan
situasi modern di perkotaan, dimana pengguna kartu kredit ketika menggunakan kartu kredit berarti
telah berhutang dan berkewajiban untuk membayar tagihan kredit dalam jangka waktu tertentu .
Bila masyarakat kota kartu kredit dikeluarkan karena ada jaminan pembayaran, sementara di
Indramayu cenderung tidak ada jaminan pembayaran sehingga kondisi tersebut dapat membelit
mereka kepada piutang dan berdampak kepada anak-anaknya.
6. Nilai Anak Sebagai Aset
Masyarakat Indramayu memiliki sejarah yang panjang tentang praktek pelacuran sejak dari jaman
raja-raja Jawa yang kemudian diinternalisasi oleh masyarakat menjadi sesuatu yang terbuka dan
permisif terhadap situasi tersebut. Untuk menaikan status sosial di masyarakat ditunjukkan dengan
kepemilikan rumah atau tanah maupun perhiasan, dan diperlukan uang untuk mendapatkannya.
Bagi masyarakat cara yang mudah mendapatkan uang tidak memerlukan pendidikan yang tinggi dan
ketrampilan khusus serta tidak perlu kerja keras maka pelacuran anak perempuan adalah alternatif
yang realistis. Penyebab yang semakin mendorong anak dilacurkan karena nilai masyarakat terhadap
anak khususnya perempuan adalah aset yang dapat meningkatkan status sosial keluarga dihadirkan
dalam cerita-cerita rakyat seperti lakon Nyi Endang Darma Ayu maupun Wiralodra yang selalu
7
menjadi cerita utama dari pagelaran seni wayang orang dan hal ini diinternalisasikan oleh keluarga,
masyarakat maupun anak-anak di Indramayu bahwa “anak perempuan dengan segala
keperempuanannya” dapat mengangkat harkat dan martabat orangtua dan keluarganya. Penelitian
pelacuran anak di Indonesia (Irwanto dkk,1998) menunjukkan bahwa Indramayu sebagai pemasok
terbesar anak-anak perempuan yang dilacurkan di Indonesia. Dampaknya baru dirasakan beberapa
tahun kemudian seperti kasus trafiking, HIV/AIDS,ketergantungan narkoba, dan masalah sosial
lainnya. Data kumulatif kasus HIV/AIDS pada bulan Oktober 2012 mencapai 825 kasus dan 29 kasus
diantaranya sudah meninggal. Kondisi Indramayu adalah gambaran salah satu kabupaten dengan
angka kasus HIV/AIDS yang tinggi dan hal ini masih merupakan “fenomena gunung es” dimana
kasusnya kemungkinan jauh lebih tinggi bilamana ketersediaan dan kesadaran masyarakat
mengakses fasilitas kesehatan sudah lebih baik (http://www.aidsindonesia.com).
7. Tenaga Kerja Luar Negeri.
Data dari BNP2TKI mengenai propinsi pengiriman TKI terbesar yaitu dari propinsi Jawa Barat dengan
jumlah 145.012 orang dan Indramayu merupakankabupaten penyumbang terbesar pengirim TKI di
seluruh Indonesia. Data TKI menurut Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Indramayu pada
tahun 2009 adalah 4.676 TKI yang terdaftar, namun diperkirakan adalah 46.760 TKI dari Indramayu,
karena lebih banyak TKI tidak mengurus proses melalui pemerintahan kabupaten Indramayu
sehingga tidak terdata. Data jumlah kiriman uang TKI dari kabupaten Indramayu pada tahun 2008
berjumlah 332 miliar rupiah, sedangkan pada tahun 2009 jumlahnya adalah 398 miliar rupiah belum
termasuk uang yang dibawa TKI (berupa uang tunai) serta kiriman melalui western union. Aliran
dana remittance dari warga Indramayu yang bekerja di luar negeri (TKI) besarnya lima kali
pendapatan asli daerah Indramayu pada tahun 2010 (Rp78,184 miliar), namun angka kemiskinan
masih tetap tinggi karena besarnya dana yang masuk lebih banyak digunakan untuk membiayai
kebutuhan konsumtif, seperti memperbaiki rumah dan membeli perabot rumah tangga, bukan
dipakai untuk kegiatan produktif. Masalah lain yaitu urutan pertama kasus TKI di dominasi oleh TKI
asal Indramayu, menurut data BNP2TKI pada tahun 2010 adalah 1.871 kasus TKI berasal dari
Indramayu dan penyebabnya utamanya yaitu kualitas SDM yang rendah (umumnya SD) dan bekerja
di sektor tenaga PRT. Dampaknya dirasakan paskah menjadi TKI dan pulang kampung.
Kecenderungan mengalami kesulitan hidup dalam penyesuaian diri dengan kehidupan pertanian
atau tidak bekerja. Bagi TKI yang tidak bermasalah namun ketika kembali kesulitan yang sama yaitu
bagaimana mengembangkan modal hasil kerja untuk usaha produktif. Banyak kasus justru karena
sudah terbiasa dengan gaya hidup konsumtif banyak diantaranya terbelit hutang baru sehingga
generasi atau keturunan berikutnya ikut terseret didalam persoalannya.
8
B. Kebijakan Perlindungan Anak dari Tindakan Eksploitasi.
Berikut beberapa landasan Undang-Undang yang terkait dengan perlindungan anak yaitu:
1. Undang Undang Nomor: 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 182 yaitu
Pelarangan dan Tindakan Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak, Undang-
Undang no 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
2. Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
3. Undang Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
4. Undang Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
Peraturan pemerintah daerah Indramayu yang terkait dengan perlindungan anak antara lain :
1. Perda No. 5 Tahun 2001 Tentang Prostitusi
2. Perda No. 14 Tahun 2005 Tentang Trafficking
Menjadi sangat jelas bahwa situasi eksploitasi anak khususnya perempuan untuk tujuan pelacuran
dan eksploitasi ekonomi lainnya sangat bertentangan dengan undang-undang baik di tingkat
nasional maupun peraturan daerah kabupaten Indramayu sendiri sehingga diperlukan tindakan
pencegahan dan perlindungan anak melalui kampanye dan sosialisasi penyadaran juga langkah
penindakan untuk para pelaku. Tingginya angka eksploitasi anak untuk tujuan ekonomi di Indonesia
khususnya di wilayah Indramayu merupakan konsen utama dari bagian kemiskinan yang harus
diputus karena bila tidak akan melahirkan generasi miskin berikutnya karena dampak secara
biopsikososial sangatlah merusak kehidupan dan masa depan anak .
Berangkat dari fakta situasi kemiskinan di Indramayu dan landasan kebijakan perlindungan anak dari
tindakan eksploitasi , maka perlu menelusur lebih jauh bagaimana peran masyarakat melalui
Yayasan Kusuma Bongas dalam usaha membantu pemerintah mengatasi masalah kemiskinan
khususnya isu eksploitasi anak di Indramayu. Perlu dilakukan tinjauan kritis terhadap Yayasan
Kusuma Bongas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memberikan pelayanan sosial
atau agen pembaharu kepada masyarakat di desa Bongas maupun wilayah lainnya di Indramayu
dalam rangka menangani kemiskinan khususnya masalah eksploitasi anak.
9
BAB II. GAMBARAN LEMBAGA DAN PROGRAM PELAYANAN
A. Gambaran Umum Lembaga
Dalam rangka pencegahan eksploitasi anak di Indramayu maka diperlukan partisipasi seluruh
komponen masyarakat untuk menyelesaikannya. Partisipasi masyarakat baik secara perseorangan,
kelompok, organisasi sosial termasuk lembaga pelayanan sosial seperti yayasan dapat disalurkan
dalam rangka menangani persoalan tersebut yang dilakukan secara terencanan, terstruktur, terukur
dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Sesuai dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan Sosial, masyarakat yang semula tergabung dalam unit program kerja Yayasan
Kusuma Buana (dari Jakarta) yang bernama kelompok Kusuma Bongas kemudian melegalkan diri
menjadi Yayasan Kusuma Bongas pada tanggal 30 Maret tahun 2011.
Lembaga ini lahir untuk melanjutkan program pencegahan pelacuran anak melalui pendidikan di
desa Bongas dan meluaskan jangkauan program ke beberapa kecamatan lainnya di Indramayu.
Yayasan Kusuma Bongas lahir dari usaha pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan
Kusuma Buana dalam mengatasi masalah eksploitasi anak melalui proses yang panjang sejak
dimulainya proyek pada tahun 2003.
1. Sejarah Lembaga
Yayasan Kusuma Bongas (YKB) berdiri pada tanggal 30 Maret tahun 2011, dengan akte notaris
Bambang Haryanto, SH No.96 AHU – 3768. AH.01.04. Tahun 2011. Cikal bakal atau awal berdirinya
kelompok kerja yang bernama Kusuma Bongas pada tahun 2003, yaitu berbentuk kelompok kerja
atau Community Base Organization (CBO) yang dibentuk untuk menjadi motor penggerak program
Yayasan Kusuma Buana (yang berpusat di Jakarta) untuk melaksanakan proyek pencegahan
pelacuran anak di Indramayu. Kelompok Kusuma Bongas terdiri dari kelompok pengajar, tokoh
masyarakat, pemuda dan pemudi yang bersedia berpartisipasi dalam proyek Yayasan Kusuma Buana
dimana semuanya adalah orang lokal desa Bongas. Kelompok Kusuma Bongas semula bergerak
sesuai dengan pembagian tugas dan perannya seperti untuk pengembangan taman bacaan,
pengembangan kader pendidikan (ibu-ibu), kelompok usaha ekonomi, beasiswa dan SMP Terbuka.
Karena kepercayaan yang lebih dan selalu diikutsertakan bahkan terdepan dalam semua proses
10
proyek/program maka mereka menganggap bahwa masalah ini adalah milik mereka dan mulai sadar
untuk bertanggung jawab. Tidak ada staff Yayasan Kusuma Buana dari Jakarta yang ditempatkan di
desa tersebut secara penuh waktu, hanya 3 atau 4 kali dalam sebulan mendapat kunjungan kerja
yang bersifat supervisi/monitoring proyek atau dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
Kompleksitas persoalan pelacuran anak di desa tersebut (hasil penelitian pelacuran anak di
Indonesia, 1997-1998) yang dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana_PKPM Atmajaya yang didukung
oleh ILO/IPEC menunjukkan semua elemen masyarakat terlibat dalam proses pelacuran. Pada saat
itu menunjukkan roda ekonomi sangat ditopang oleh bisnis pelacuran dimana sebagian besar anak,
saudari bahkan istri kerja di pelacuran. Keterlibatan dan pengaruh germo atau pemilik industri
hiburan sudah masuk pada sendi-sendi kehidupan. Sebagai contoh untuk pemilihan kepala desa,
pembangunan fasilitas umum, termasuk pembangunan rumah orangtua anak yang dilacurkan
ditentukan oleh germo. Persaingan germo untuk meraih simpatik masyarakat agar mempekerjakan
anaknya di tempat bisnis mereka dengan melakukan “tebar pesona” dimana mereka berlomba
lomba menarik simpatik masyarakat melalui pembiayaan acara-acara tertentu seperti
sunatan,pernikahan dan lainnya secara megah. Orangtua menganggap bahwa germo dan industri
pelacuran adalah program yang lebih baik dari pada program IDT pada saat itu, sehingga germo
adalah orang yang berjasa bagi keluarga, padahal itu adalah bentuk pengikatan (menjerat dalam
hutang) yang membuat keluarga tidak dapat membayar dan akhirnya menjaminkan anak untuk
dieksploitasi.
Praktikan yang pada saat itu bertanggungjawab sebagai manager proyek dari Yayasan Kusuma
Buana mengambil sikap untuk melibatkan dan merekrut staf dari masyarakat lokal dengan tidak
melihat kualifikasi sesuai tuntutan proyek, tetapi melihat dari kebersediaan mereka melibatkan diri
dalam proyek. Saat itu sulit untuk mendapatkan tenaga staf berpendidikan sarjana dan hanya
beberapa ada beberapa penduduk desa yang menamatkan pendidikan SLTA.. Umumnya masyarakat
di desa tersebut rata-rata tingkat pendidikannya adalah DO SD. Berbicara tentang nilai atau sikap
dan perilaku anggota Kusuma Bongas terhadap eksplotasi anak, pada saat direkrut mereka pernah
atau masih terlibat dan menikmati hasil dari bisnis eksploitasi anak. Ada diantaranya memiliki
saudari, orangtua, atau bibi merupakan mantan atau masih terlibat di dalam pelacuran. Kesadaran
yang dimunculkan praktikan, yaitu melibatkan mereka dalam program dimana mereka didorong
berinteraksi dengan kegiatan di luar Indramayu seperti mengikuti seminar,pelatihan dan studi
banding yang membuat mereka menyadari sendiri, tergugah untuk melakukan perubahan sikap
positif secara individual ,kelompok dan kemudian dapat menjadi contoh untuk mensosialisasikan
11
nilai baru tersebut ke masyarakat bahwa pelacuran anak adalah tindakan yang berdampak sangat
buruk dan merupakan tindakan kriminal.
Proses pematangan kemandirian oleh Yayasan Kusuma Buana kepada kelompok Kusuma Bongas
berupa peningkatan kapasitas administrasi dan managemen pelaksanaann proyek, mengembangkan
proyek menjadi program yang mandiri dan berkelanjutan, juga meningkatnya perasaaan in gorup
sebagai lembaga yang memiliki visi, misi dan tujuan yang sama untuk membantu sesamanya.
Penyadaran bahwa program ini merupakan masalah mereka dan mereka adalah pelaku utama untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Keyakinan ini ditumbuhkan oleh Yayasan Kusuma Buana dengan
memberikan tugas dan tanggung jawab yang besar secara bertahap dan selalu diingatkan bahwa
suatu saat akan diterminasi sehingga mereka harus belajar mandiri. Pada tahun 2011, kelompok
Kusuma Bongas kemudian memberanikan diri untuk melegalkan kelompoknya menjadi Yayasan
Kusuma Bongas walaupun dalam pelaksanaannya masih mendapat asistensi dari Yayasan Kusuma
Buana sebagai mitra utama. Yayasan Kusuma Bongas melibatkan beberapa pendiri dari luar
Indramayu yang terlibat di Yayasan Kusuma Buana baik sebagai dewan pembina maupun penasehat
namun sebagian besar pengurus adalah masyarakat desa Bongas khususnya dari kelompok Kusuma
Bongas.
Kantor domisili Yayasan Kusuma Bongas yaitu; Desa Bongas, Blok Penanggul, Rt 06/02, Kecamatan
Bongas, Kabupaten Indramayu. Alamat email yaitu : [email protected] dan nomor
telepon : 085224206988. Saat ini kegiatan sekertariat masih menyewa dan gedung SMP Terbuka
statusnya masih menumpang di SDN Blok Penanggul.
2. Visi dan Misi Lembaga
Visi
Mewujudkan masyarakat madani yang berjiwa wirausaha, cerdas dan agamis dalam rangka suatu
perubahan yang lebih baik. Makna dari visi ini kedepan diharapkan bahwa kemandirian masyarakat
melalui kewirausahaan berlandaskan pendidikan dan nilai-nilai keagamaan mampu membangun
masyarakat yang sejahtera.
Misi
Meningkatkan mutu pendidikan dengan memberikan pelayanan yang terbaik dalam rangka
memberdayakan masyarakat guna mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, terampil dan
mandiri.
3. Kedudukan dan Jangkauan Pelayanan
12
YKB berkedudukan di desa Bongas, kecamatan Bongas_Indramayu dan memiliki wilayah jangkauan
pelayanan di kabupaten Indramayu dan wilayah di luar kabupaten Indramayu.
4. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan berdirinya Yayasan ini adalah membantu pemerintah dan masyarakat dalam
menangani masalah-masalah sosial dibidang dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan masalah
sosial lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.
5. Usaha-Usaha :
Untuk mencapai maksud dan tujuannyatersebut , Yayasan Kusuma Bongas mengadakan usaha-
usaha sebagai berikut:
a. Mengembangkan usaha-usaha pendidikan dan pelatihan
b. Mengembangkan usaha-usaha pelayanan sosial.
c. Mengembangkan usaha-usaha kesehatan masyarakat.
d. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan ekonomi masyarakat
e. Usaha-usaha lain yang sah yang sesuai dengan undang-undang dan peraturan
pemerintah.
6. Sasaran dan Wilayah Jangkauan
Sejalan dengan visi dan misinya Yayasan Kusuma Bongas melayani seluruh masyarakat yang
membutuhkan bantuan pelayanan khususnya kelompok; rentan eksploitasi, korban eksploitasi,
terdampak masalah kesehatan dan masalah pendidikan di kabupaten Indramayu.
7. Fasilitas pelayanan
Untuk operasional pelayanan sosial Yayasan Kusuma Buana memiliki beberapa fasilitas pelayanan
seperti :
a. Bangunan kantor di depan gedung SMP Terbuka Kusuma Bongas, status masih menyewa.
b. Bangunan gedung SMP Terbuka Kusuma Bongas, status masih menumpang di gedung SDN
Bongas blok Penanggul.
13
c. Fasilitas kantor yaitu komputer, lemari arsip, peralatan ketrampilan seperti mesin jahit,
sablon, salon dan peralatan lainnya.
d. 1 unit sepeda motor untuk melakukan kunjungan ke lapangan.
8. Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam pelaksanaan harian yayasan Kusuma Bongas membagi staf berdasarkan kebutuhan yaitu; (1)
Unit program SMP Terbuka yang menangani penyelenggaraan SMP Terbuka. (2) Unit Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) menangani pelatihan ketrampilan, taman bacaan serta kelompok belajar
paket C. (3) Unit program pengembangan yang menangani proyek proyek pendukung kegiatan
Yayasan Kusuma Bongas.
Secara struktural pelaksana harian Yayasan Kusuma Bongas sebagai berikut :
1. Ketua Harian : Syarifudin
2. Koordinator SMP Terbuka : Suhartono, S.Pd
3. Koordinator PKBM : Maman, S.Pd
4. Koordinator Program : Sukim
5. Administrasi keuangan : Nono Taryono
Sementara staf lainnya yang diperbantukan untuk penyelenggaraan SMP Terbuka berjumlah 8 guru
dan staf penunjang sekolah yang bekerja secara tidak penuh waktu (hanya sebagai pengajar).
Beberapa kegiatan program dilakukan dengan membentuk tim kerja proyek untuk efesiensi
mengingat sumber dana dan fasilitas pendukung masih sangat terbatas. Rekrutmen untuk tenaga
proyek biasanya dilakukan melalui pemilihan dari kelompok sebaya atau kader masyarakat yang
terlibat didalam proyek. Startegi ini untuk efisiensi dan efektifitas serta mendorong partisipasi
kelompok dampingan.
9. Pendanaan
Sejak awal berdiri sebagai bagian dari proyek Yayasan Kusuma Buana, kelompok Kusuma Bongas
didukung oleh pendanaan dari TDH Belanda, Indonesia Anti Child Trafficking (IACT), dukungan
Depdiknas, International Organization for Migration (IOM), Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu
dan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Saat ini lembaga mendapat dukungan pendanaan dari Diknas Indramayu dan dana BOS serta IACT.
Sementara pendanaan lain yang sedang dijaring melalui kerjasama program SUM II menjadi mitra
strategis Yayasan Kusuma Buana dalam upaya penanganan ODHA di beberapa kecamatan di
Indramayu yang akan berjalan pada bulan Februari 2013 dan kerjasama dengan UNFPA dalam
14
penanganan isu trafiking di Indramayu. Bebera upaya pendanaan lainnya yaitu pembangunan
gedung dan program pembinaan dan pelatihan untuk calon tenaga kerja bekerja sama dengan
lembaga pendidikan dan pelatihan.
Laporan mengenai penggunaan dana masih dilaporkan secara internal kepada dewan pembina dan
penasehat serta staf harian Yayasan Kusuma Bongas.
10. Jaringan Kerjasama
Sejak awal berdiri sebagai kelompok Kusuma Bongas kerjsama yang sudah terjalin yaitu dengan
Diknas dan Dinsosnakertrans, Polsek/Polres dan instansi lain diwilayah Pemda Indramayu serta
Pemda Propinsi Jawa barat. Selain itu secara Nasional dengan Kementrian perempuan dan anak,
Kementrian Luar negeri, BNP2TKI, Kemendiknas. Hubungan dengan lembaga lokal khususnya yang
tergabung dalam konsorsium IACT, jaringan LSM mitra TDH Belanda, SUM II_USAID, UNFPA, IOM
dan ILO/IPEC. Selain itu dengan beberapa lembaga pendidikan pelatihan, perusahaan-perusahaan
maupun individu-individu pemerhati sebagai kapital sosial yang berkontribusi dalam proses
pelayanan sosial. Secara khusus proses asistensi masih dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana.
11. Struktur Organisasi
Sesuai dengan AD dan ART struktur pengurus Yayasan Kusuma Bongas adalah sebagai berikut :
a. Dewan Pembina :
1. Nani Indriyani
2. Dr. Adi Sasongko,MA.
3. Yeremias Wutun,S.Sos
b. Dewan Penasehat :
1. Sukara Dudi Permadi
2. Ridwan,S.Pd.
3. Indra Sapta Guna,S.Pd
4.Tatang S.Pd . M.Pd
5. Dra. Yani Mulyani
c. Dewan Pengurus :
15
1. Syarifudin
2. Nono Taryono
3. Sukim
B. Program Pelayanan
Program-program Yayasan Kusuma Bongas disusun berdasarkan lanjutan dan perluasan program
dari Yayasan Kusuma Buana yaitu :
1. Program pendidikan formal dan informal
2. Program pelatihan dan ketrampilan
3. Program pencegahan dan penanganan korban trafiking
4. Program pencegahan dan penanganan HIV/AIDS
5. Program pengembangan ekonomi
6. Program pengembangan media informasi
1.Program Pendidikan formal dan Informal
Program ini terbagi atas dua kegiatan utama yaitu pendidikan fromal dan Informal.
1.a.Pendidikan formal, melalui beasiswa siswa SD dan SMP Terbuka.
Kegiatan beasiswa. Kegiatan ditujukan khusus untuk anak-anak SD kelas 5 dan 6, berlangsung
selama 2 tahun karena saat itu sebesar 40 persen anak-anak sekolah di desa tersebut DO SD
khususnya kelas 5 dan kelas 6. Program saat itu bertujuan untuk mengikat orangtua dengan bantuan
bersyarat yaitu penerima bantuan wajib menjaga anaknya tetap sekolah. Hasilnya 200 anak
mendapatkan program beasiswa yang tersebar di 2 SDN di desa tersebut.
SMP Terbuka Kusuma Bongas. SMPT ini berinduk kepada SMPN Kandang Haur yang letaknya berada
di kecamatan Kandang Haur, karena pada saat itu tidak ada SMPN sebagai induk sekolah terbuka di
kecamatan Bongas. Latarbelakang berdirinya sekolah ini karena banyaknya anak di desa tersebut
yaitu 60 persen lulusan SD tidak dapat melanjutkan ke SLTP dan belum tersedianya SLTP di desa
tersebut. Saat itu jarak SMP terdekat yaitu sekitar 8 KM dari desa tersebut yang terletak di
Kecamatan. Tujuan utamanya yaitu; bagaimana mempertahankan anak tetap sekolah karena bila
mereka putus sekolah maka akan rentan dieksploitasi sebagai penjaja seks. Program ini dianggap
menjadi strategis karena sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun dan kurang mendapat
16
tentangan dari masyarakat walaupun pada saat itu berdasarkan data minat orangtua
menyekolahkan anaknya sangat rendah.
Dengan tantangan keterbatasan dana, sarana maupun minat sekolah yang rendah, strategi program
yang digunakan yaitu mendorong peranserta masyarakat melalui proses telaah kebutuhan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sekolah melibatkan unsur sekolah, orangtua murid dan
tokoh masyarakat. Penyelenggaraan sekolah menjadi efisien dan efektif karena menggunakan
fasilitas gedung SD yang telah ada di desa tersebut, hanya jadwal sekolahnya disesuaikan menjadi
siang hingga sore hari sesudah kegiatan murid-murid SD selesai. Guru-guru serta beberapa tenaga
pendidik direkrut dari desa tersebut yang sebelumnya telah mendapat pelatihan maupun studi
banding ke beberapa SMP Terbuka percontohan di wilayah luar Indramayu. Dalam hal pendanaan,
pada tahun pertama dan kedua menggunakan dana proyek dan selanjutnya pada tahun berikutnya
dikaitkan dengan pendanaan BOS. Para guru juga didorong untuk mendapat tunjangan dana dari
pemda Indramayu melalui pengangkatan menjadi guru bantu. Fasilitas peralatan kantor dan sekolah
termasuk ketrampilan disediakan oleh diknas melalui sekolah induk di Kandang Haur. Peran serta
orangtua dalam perkumpulan orangtua dan guru yang diagendakan pertemuan secara reguler untuk
menjalin komunikasi khususnya dalam mengawasi anak-anak yang absen atau bermasalah dengan
keluarganya. Beberapa kasus orangtua yang berencana mempekerjakan anaknya tercegah karena
pengawasan kader (orangtua murid) maupun peranan sekolah melalui Kusuma Bongas. Setelah dua
tahun berdiri SMP Terbuka Kusuma Bongas dan program lainnya berjalan anak-anak di desa tersebut
tidak ada lagi yang DO SD maupun tidak bersekolah pada usia SLTP.
Sejak berdiri pada tahun 2004 hingga tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah siswa dari tahun ke
tahun dan sudah 208 siswa yang diluluskan dari SMP Terbuka Kusuma Bongas. Sasaran utama SMP
Terbuka yaitu anak usia sekolah SMP yang tidak mampu dan rentan dieksploitasi yang tinggal di desa
Bongas maupun dari luar desa Bongas. Sejak tahun 2005 juga berdiri sekolah SMPN di desa Bongas,
namun banyak anak-anak yang lebih meminati sekolah di SMP Terbuka Kusuma Bongas karena
proses dan program pengajaran yang berbeda serta berprestasi karena pernah meraih juara III SMP
Terbuka terbaik di Jawa Barat.
1.b. Pendidikan Informal.
Kegiatan terbagi atas dua kegiatan yaitu taman bacaan dan PKBM Kusuma Bongas.
Taman Bacaan Kusuma Bongas Semula kegiatan ini bertujuan untuk menggugah minat belajar anak
dan masyarakat untuk bersekolah dilakukan dengan membuka 2 taman bacaan yang terletak atau
menjangkau 2 blok desa. Kegiatan ini selain memberikan fasilitas buku-buku juga diasistensi tutor
17
yang memfasilitasi kegiatan belajar sambil bermain. Kegiatan ini mampu menarik minat anak dan
orangtua untuk membaca dan belajar. Kegiatan ini dilakukan diawal proyek pada tahun 2003 hingga
2005 dan saat ini diintegrasikan dengan kegiatan sekolah dan PKBM.
Kelompok belajar paket C. Sasaran utama yaitu mereka yang memerlukan pendidikan lanjutan
setamat SLTP namun kesulitan melanjutkan ke SLTA. Paket C diadakan kerena kebutuhan
masyarakat setempat juga dari luar desa Bongas. Tenaga pengajar direkrut dari tenga pendidik dari
desa tersebut sementara sarana gedung menggunakan ruang kelas yang sudah ada. Karena jiwa
kesukarelaan tenaga pendidik mendapat honor tidak besar tetapi memiliki kebanggaan tersendiri
dalam membantu masyarakat. Sejak program paket C dibuka pada tahun 2009 hingga saat ini sudah
ada 138 orang yang lulus paket C.
2. Program Pelatihan dan Ketrampilan.
Kegiatan ini dilakukan dalam wadah PKBM dengan tujuan untuk menyiapkan kualitas sumber daya
manusia yang trampil dan mandiri. Kegiatan tersebut antara lain bersablon, menjahit, tata rias, tata
boga, komputer dan kerjasama on the job training dengan perusahaan yang sekaligus dapat
menyalurkan tenaga kerja seperti indrustri garmen di Cibinong-Bogor (kerjasama dengan ILO/IPEC).
Saat ini juga sedang dijalin kerjasama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan dari bali dan
Dinaskertrans kabupaten Indramayu dalam pembinaan dan pelatihan bagi mereka yang berminat
kerja ke luar negeri.
3. Program Pencegahan dan Penanganan Korban Trafiking
3.a. Program Pencegahan Korban Trafiking
Kegiatan ini dilakukan berupa kampanye melalui pelatihan kader, sosialisasi oleh kader,
pengembangan kelompok kader sebagai sumber informasi penyadaran dan pengawasan bagi
masyarakat di wilayahnya masing-masing di seluruh desa Kecamatan Bongas. Selain itu juga
dilakukan sosialisasi di kalangan aparat pemerintah maupun kepolisian dalam rangka pengawasan
dan penindakan bagi pelaku. Secara keseluruhan sudah dilakukan pelatihan kepada 2.840 orang
yang terdiri dari kelompok sebaya anak, kader orangtua, maupun guru-guru di 4 kecamatan yaitu
Bongas, Patrol, Anjatan dan Kandanghaur. Selain itu dilakukan penyebaran informsi berupa
kampanye melalui kegiatan seni budaya seperti mengisi acara panggung sandiwara atau hiburan
kepada masyarakat melalui momentum perayaan hari kemerdekaan maupun acara pentas
perlombaan antar sekolah dimana isi cerita menceritakan tentang situasi eksploitasi anak dan
penderitaan mereka. Dalam perencanaan lembaga pada tahun 2013 akan dilakukan kampanye dan
penyadaran di tiga kecamatan yaitu Kroya, Patrol dan Bongas yang diangap memiliki jumlah kasus
18
trafiking tertinggi di Indramayu,. Kegiatan ini didukung oleh UNFPA bekerjasama dengan Yayasan
Kusuma Buana.
3.b. Program Penanganan Korban Trafiking
Kegiatan dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan IOM dan IACT berupa menerima rujukan
kasus dan melakukan pendampingan reintegrasi korban trafiking. Secara umum klien korban
trafiking sudah mendapat pelayanan pemulihan sementara di lembaga pemerintahan dan LSM yang
menyelamatkan mereka dan karena wilayah asalnya dari Indramayu maka mereka dirujuk ke
Kusuma Bongas.
Kegiatan pendampingan yaitu identifikasi awal keluarga dan situasi sosial, sebelum klien
dipulangkan. Pendampingan pemulangan dengan mendampingi langsung korban sampai
dikeluarganya. Kegiatan selanjutnya adalah telaah kebutuhan dan perencanaan kegiatan reintegrasi
yang dilakukan bersama dengan korban, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi kegiatan reintegrasi
klien. Program ini pendekatannya sangat bersifat individual dan melibatkan beberapa aparat
pemerintahan baik desa maupun kepolisian baik dalam pemulangan dan pengawasan. Bagi korban
anak-anak yang dieksploitasi orangtua maka orangtua akan dipanggil oleh kepolisian dan
menandatangani kesepakatan agar anak tidak di eksploitasi lagi dan apabila dilanggar akan diberikan
sanksi. Salah satu klausulnya bila anak tidak bersekolah atau mendapatkan hak-haknya sebagai anak
di keluarga maka hak asuhnya sementara sebagai orangtua akan dialihkan ke pemerintah dan anak
akan dirujuk ke Kementrian Sosiak dalam hal ini RPSA Bambu Apus (Jakarta). Ada beberapa kasus
karena orangtua tidak dapat melindungi bahkan mengancam anak dirujuk ke RPSA. Beberapa kasus
korban trafiking dilanjutkan proses hukum ke pengadilan dan mendapatkan keputusan tetap.
Program reintegrasi klien anak-anak umumnya didorong untuk mendapatkan pendidikan baik formal
maupun informal di wilayah Indramayu maupun di luar wilayah Indramayu. Untuk klien yang sudah
dewasa umumnya mendapat bantuan ketrampilan kerja maupun modal usaha seperti berdagang,
mengelola pertanian, perikanan dan usaha lainnya berdasarkan perencanaan masing-masing klien.
Sejak tahun 2006-2008, sudah dilayani 112 korban trafiking dari daerah Indramayu yang tersebar di
15 kecamatan. Korban kasus HIV/AIDS berjumlah 5 orang dan 2 orang diantaranya usia anak dan
sudah meninggal. Sementara 3 lainnya masih mendapat pelayanan reintegrasi dengan mengaitkan
kepada pelayanan kesehatan. Berikut gambaran klien yang sudah memperoleh pelayanan dalam
bentuk grafik.
Grafik 1. Kelompok usia
33
79
0
10
20
30
40
50
60
70
80
11-17thn 18-44thn
19
Grafik2. Bentuk eksploitasi
Grafik 3. Lokasi eksploitasi
49 48
15
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
PSK PRT Lainnya
57
15 1512
25 4
0
10
20
30
40
50
60
Malaysia Jepang Jakarta Kepri Surabaya Arab Lainnya
20
Grafik 4. Pendidikan terakhir
B.4.Program Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS 4.a. Program Pencegahan HIV/AIDS.
Kegiatan ini terintegrasi dengan program pencegahan pelacuran dimana dampak-dampak kesehatan
reproduksi disosialisasikan melalui kader dan penyuluhan langsung kepada masyarakat termasuk
kepada anak-anak di wilayah desa Bongas maupun di luar desa Bongas. Program ini juga
7
27
45
7
17
53
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
BH DO SD SD Do SMP SMP Do SMA SMA
21
disosialisasikan dalam bentuk media bacaan dan film juga disisipkan dalam kegiatan seni budaya.
Dengan semakin maraknya lokasi prostitusi di wilayah Indramayu maka akan dilakukan
penjangkauan dan pendampingan di bebera lokasi prostitusi khususnya di 4 kecamatan yang
dianggap resiko tinggi di kabupaten Indramayu dan kagiatan tersebut didukung oleh pendanaan
kerjasama dengan YKB_SUM II_USAID.
4.b. Program Penanganan Kasus HIV/AIDS.
Program ini terkait dengan penanganan kasus rujukan korban trafiking serta temuan kasus di
wilayah Indramayu. Pengembangan managemen kasus yaitu bagaimana memfasilitasi klien untuk
terhubung dengan sumber bantuan dan pelayanan baik dalam keluarga, lingkungan sosial termasuk
fasilitas kesehatan (puskesmas dan rumah sakit). Yang paling utama adalah pendampingan awal
dimana ODHA dalam situasi kritis sulit menerima situasinya dan belum tahu bagaimana sumber-
sumber pelayanan yang tersedia. Kusuma Bongas sudah menjalin kerjasama dengan pihak-pihak
pelayanan kesehatan khususnya dalam penyediaan obat ARV. Kendala adalah luasnya wilayah ODHA
yang tersebar di berbagai kecamatan. Sudah ada 5 kasus rujukan ODHA serta 2 kasus ODHA lokal
yang ditangani. Saat ini jumlah kasus ODHA di Indramayu semakin meningkat maka Yayasan Kusuma
Bongas berencana untuk mengembangkan kegiatan pendampingan ODHA khusus di daerah
Indramayu.
5. Program Pengembangan Ekonomi Program pengembangan ekonomi menjadi pelengkap program pencegahan eksploitasi anak dimana
orangtua didorong untuk berdaya secara ekonomi dan tidak mengandalkan anak sebagai aset yang
dapat dieksploitasi. Kegiatan ini berupa pengembangan modal bergulir yang dilakukan khususnya
terkait dengan program beasiswa dan orangtua anak yang rentan mengeksploitasi anak
perempuannya. Kegiatan ini banyak menghadapi tantangan dan kurang berkembang (hanya pada 3
tahun pertama). Sementara untuk korban trafiking cenderung hanya 20% yang berhasil mandiri.
Persoalannya yaitu kurangnya asistensi dan monitoring karena luas jangkauan dimana korban
tersebar diberbagai kecamatan di Indramayu. Sudah dilakukan dua kali pertemuan untuk
mengembangkan kelompok usaha bersama tetapi tidak berlanjut karena kendala jarak yang jauh.
6. Pengembangan Media Informasi Kegiatan ini sebagai bagian pendukung dari proses penyebarluasan informasi baik melalui proses
penyuluhan, pelatihan, kampanye dan berbagai media langsung kepada kelompok sasaran seperti
leaflet, booklet, film dan lainnya. Kemasan informasi juga dilakukan melalui media seni dan budaya.
C. Strategi dan Rencana Program
Strategi program Yayasan Kusuma Bongas dalam setiap program menekankan pada konsep
partisipatori dalam rangka efesiensi dan efektifitas serta keberlanjutan atau kemandirian kegiatan
dengan mengoptimalkan tenaga dan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat lokal maupun
pemerintahan. Dalam implementasi program menekankan pada pengembangan kader atau
kelompok sebaya di masyarakat sebagai pelaku utama dan dalam pengembangan kegiatan program
dengan entry point atau fokus kegiatan melalui bidang pendidikan.
22
Rencana program jangka pendek dalam tahun 2013 yaitu melanjutkan program program yang sudah
ada serta memperluas jangkauan pelayanan dari jumlah target maupun luas wilayah. Secara khusus
sudah disusun dalam rencana kerja masing-masing proyek namun belum ada rencana strategis
jangka pendek, menengah dan panjang yang disusun dan disahkan menjadi pedoman kerja yayasan
Kusuma Bongas. Dalam rencana jangka pendek juga dilakukan konsolidasi secara internal khususnya
pengembangan kapasitas staf serta target kemandirian pembiayaan maupun fasilitas Yayasan
Kusuma Bongas.
BAB III. TINJAUAN KRITIS LEMBAGA
A. Analisis Pemahaman Visi,Misi, Nilai Lembaga dan Implementasinya
Yayasan Kusuma Bongas adalah lembaga yang baru berdiri namun sejak berdiri sebagai CBO
dibawah asistensi Yayasan Kusuma Buana sudah memiliki roh yang kemudian diwujudkan dalam visi
dan misi lembaga. Melihat pada visi dan misi yang dioperasionalkan dalam program kerja masih
sejalan dengan cikal bakal atau sejarah berdirinya lembaga. Bahkan setelah berdiri resmi sebagai
yayasan penguatan dan perluasan jangkauan program pelayanan sosial khususnya dalam
pencegahan eksploitasi anak melalui pendidikan semakin berkembang.
Visi dan misi lembaga secara jelas ingin membantu masyarakat agar mandiri dan menekankan proses
partisipasi dalam mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Nilai-nilai solidaritas,
kegotongroyongan dan kemandirian sudah dipahami oleh semua staf, kader, bahkan komunitas.
Bila ditanya tentang Yayasan Kusuma Bongas sebagian besar masyarakat desa Bongas
mengidentikan dengan lembaga yang peduli pada masalah anak, isu perlindungan korban trafiking
dan pendidikan. Semua aparat desa, kecamatan bahkan di lingkungan Pemkab Indramayu
mengetahui adanya Yayasan Kusuma Bongas yang dicirikan dengan lembaga yang peduli masalah
anak.
Visi dan misi ini tidak akan ada maknanya bila tidak ada bukti program yang mendukung. Hal ini yang
membuat yayasan ini berkembang karena sosialisasi hasil bukan semata dari data literatur tetapi
data hasil atau pengalaman nyata program di lapangan.
Namun bila dilihat secara harapiah maka perlu dirumuskan kembali visi dan misi yang dapat
menggambarkan arah yayasan berdasarkan sejarah berdirinya. Antara visi dan misi serta penjabaran
dalam program kerja yang berjalan masih belum singkron atau searah.
B. Identifikasi Kebutuhan dan Pengintegrasian Dalam Masyarakat
Yayasan ini dalam mengembangkan program sudah memiliki filosofi dasar pelayanan bahwa masalah
atau kebutuhan harus berangkat dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri. Jadi sejatinya semua
program atau kegiatan akan berhasil bilamana berangkat dari permasalahan atau kebutuhan
masyarakat yang prosesnyapun dirumuskan baik masalah/kebutuhan, perencanaan dan pelaksanaan
serta monitoring- evaluasi. Peran lembaga ataupun staf bersifat memfasilitasi proses-proses
tersebut berjalan. Bentuk-bentuk identifikasi dilakukan melalui data sekunder, FGD, interviu
mendalam, survey dan hasil pengamatan yang kemudian hasilnya dianalisa dan didiskusikan lagi
dengan masyarakat melalui pertemuan atau workshop. Setelah itu dilakukan kegiatan perencanaan
dan pelaksanaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan umpan balik atau melibatkan
23
masyarakat. Contoh pengintegrasian kebutuhan akan adanya SMP untuk anak-anak di desa
Bongas.Langkah yang dilakukan pertama adalah telaah kebutuhan. Masyarakat yang menjadi
sasaran yaitu anak (calon murid), calon orangtua murid, guru, pihak sekolah SD dan tokoh
masyarakat. Hasilnya disepakati dibukanya SMP Terbuka, menumpang pada fasilitas SD, pengurus
dan tenaga pendidik dari tenaga lokal, pembiayaan sementara dari dana proyek Yayasan kemudian
selanjutnya melalui BOS dan Diknas pemda Indramayu, orangtua akan memotivasi anak untuk
sekolah khususnya dari keluarga tidak mampu, proses mengajar yang diharapkan lebih menarik
minat anak termasuk atribut sekolah yang sama dengan SMP umumnya. Saat dibuka SMPT kelas
pertama diisi siswa 20 orang anak yang mana saat itu baru proses pendirian, sekolah menumpang,
pengurus dan tenaga pendidik baru terbentuk, dan belum jelas keberlanjutannya. Namun karena ini
menyangkut kebutuhan mereka dan mereka terintegrasi terlibat dalam prosesnya maka responnya
sangat baik. Bahkan masyarakat desa Bongas merasakan bahwa sekolah ini adalah milik masyarakat
Bongas bukan pemerintah atau Yayasan.
C. Analisis Aksesibilitas
Program pelayanan didisain berdasarkan bagaimana masyarakat dapat mengakses pelayanan,
seperti halnya kendalam melanjutkan SLTP di luar desa maka diadakan SMP Terbuka tentu dengan
membuat anak-anak tertarik untuk mengakses sekolah tersebut. Terbukti bahwa semua anak usia
SMP khususnya yang rentan eksploitasi di desa tersebut dapat bersekolah. Kendala biaya, fasilitas
dan minat yang rendah untuk bersekolah dapat terpecahkan. Pihak lembaga sangat peduli bahkan
responsif bila ada kasus-kasus yang membuat anak tidak dapat bersekolah dengan mendatangi pihak
keluarga dan melibatkan pihak kader maupun aparat desa bilamana dirasakan perlu. Penjangkauan
juga dilakukan oleh lembaga baik melalui kader, teman sebaya maupun kunjungan langsung.
Interaksi juga dilakukan melalui pertemuan pendidik dan orangtua secara reguler sehingga tidak ada
komunikasi yang terhambat dan orangtua memiliki kepercayaan kepada lembaga untuk pendidikan
anak-anaknya. Umumnya anak-anak merasakan susana yang menyenangkan dan tidak merasa
terstigma walaupun sekolah di SMP Terbuka (dianggap sekolah nomor dua setelah SMP Negeri),
justru terbalik siswa merasa bangga terbukti karena prestasi sekolah, kegiatan sekolah
menyenangkan karena bervariasi banyak kegiatan ekstra diluar sekolah.
D. Analisis Kerahasiaan
Awal berdirinya Yayasan Kusuma Bongas pada mulanya memiliki program berhubungan dengan
pencegahan dan menangani masalah-masalah komunitas baik melalui pendidikan sekolah, ekonomi,
melalui kegiatan sosialisasi penyadaran atau penyuluhan namun kemudian berkembang menangani
kasus-kasus individual. Dalam hal penanganan kasus-kasus korban eksploitasi dan HIV/AIDS maka
diperlukan pengetahuan dan ketrampilan termasuk etika serta nilai berhubungan dengan
penanganan kasus. Salah satu yang tampak bahwa masalah kerahasiaan klien seperti
pendokumentasiaan laporan tidak ditempatkan secara tertutup (sistem file) dan dapat diakses oleh
semua staf, masih ada pembicaraan kasus diantara para staf bukan dalam rangka konferensi kasus.
E. Analisis Pimpinan dan Staf
Karena sistim dan nilai yang ditanamkan dalam interaksi antara staf di lembaga bersifat egaliter dan
kolegial maka dukungan maupun keputusan kepada staf dilakukan secara bersama. Posisi dalam
struktur lembaga sebagai pimpinan atau bawahan hanyalah formalitas dalam struktur lembaga.
Pembagian tugas dan tanggung jawab disupervisi dan monitoring secara bersama melalui rapat atau
24
pertemuan reguler. Pimpinan atau koordinator bertugas bagaiamana proses-proses tadi dapat
terfasilitasi. Saat ini pimpinan pengurus Yayasan masih kurang berperan selaku pengontrol tunggal
karena umumnya merasa setara. Belum dikembangkan suatu sistem kontrol yang bersifat self
evaluation baik dalam hal tertib administrasi maupun dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
berkaitan dengan kinerja pelayanan (program). Disadari betul bahwa umumnya baik pimpinan dan
staf merupakan orang lokal dengan kemampuan pendidikan dan ketrampilan dalam bidang
pelayanan sosial masih sangat terbatas sehingga fungsi supervisi, monitoring, evaluasi termasuk
penelitian masih kurang. Usaha penggalangan dana di tingkat lokal sudah cukup namun pada tingkat
nasional dan internasional kapasitasnya masih rendah sehingga memerlukan bantuan pihak luar
seperti Yayasan Kusuma Buana dalam hal pembuatan proposal dan berjejaring.
Staf program pendidikan umumnya sarjana pendidikan dan sudah sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan walaupun umumnya belum bersertifikat. Dalam bidang pendidikan lembaga sudah
memiliki kemampuan dalam pengelolaan dan tenaga pendidik yang handal dan memiliki jiwa sosial
yang cukup baik. Namun dalam hal pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan anak belum optimal,
karena saat ini masih mengejar status sebagai sekolah yang berprestasi secara nilai atau kecerdasan
tetapi masih kurang melatih anak kepada kreatifitas dan kemandirian, karena umumnya mereka dari
keluarga tidak mampu maka pengarahan untuk sekolah ke jenjang lebih lanjut akan terkendala.
Motivasi tersebut karena berharap banyak murid yang tertarik dan memilih sekolah SMPT sehingga
kemandirian pembiayaan semakin baik, pada hal ada SMPN yang ada di desa Bongas yang perlu
dioptimalkan bukan sebagai kompetitor. Bila diingat tujuan pendidikan untuk mempertahankan anak
tetap sekolah dan difasilitasi SMPT karena pada saat itu belum berdiri SMP di desa tersebut.
Staf program khususnya dalam pendekatan individu, kelompok dan masyarakat pada umumnya
mereka dari latarbelakang pendidikan SLTA. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kapasitas staf
belum memadai, sementara tenaga profesional pekerja sosial tidak ada. Praktikan sendiri sebagai
salah satu anggota pembina lembaga memiliki keterbatasan untuk mensupervisi,monitoring dan
evaluasi secara intensif. Walaupun memiliki keterbatasan tetapi upaya meningkatkan kapasitas staf
lembaga baik melalui pelatihan, maupun pendampingan merupakan bagian dari komitment dewan
pembina dan penasihat untuk memajukan lembaga sebagai lembaga lokal yang bermutu dan
akuntabilitasnya kepada masyarakat maupun donor dapat dipercaya. Komunikasi melalui email dan
diskusi langsung dengan pengurus harian atau staf diagendakan rutin dilakukan.
F. Klien
Pendekatan pelayanan lembaga kepada klien semula melalui pendekatan pengembangan
masyarakat, kelompok dan kemudian penanganan kasus bersifat individual. Sasaran isu
perlindungan anak dari upaya pencegahan eksploitasi seksual, pencegahan trafiking serta
penanganan kasus trafiking dan kasus ODHA. Lingkup sasaran awal di wilayah desa Bongas kemudian
berkembang di lingkup kecamatan Bongas dan kecamatan lainnya di Kabupaten Indramayu
termasuk beberapa kegiatan di Kabupaten Subang.
25
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada tanggal 30 Maret 2011 berdiri Yayasan Kusuma Bongas yang lahir dari sebuah CBO kelompok
kerja Yayasan Kusuma Buana yang semula bernama Kelompok Kusuma Bongas dibentuk pada tahun
2003 dalam rangkaian proyek pencegahan pelacuran anak di Desa Bongas, Kecamatan Bongas
kabupaten Indramayu-Jawa Barat.
Yayasan Kusuma Bongas lahir dari konsep, metode, nilai-nilai dan prinsip dasar relasi bantuan
pekerjaan sosial yaitu bagaimana membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk
memampukan merumuskan masalahnya, merencanakan,melaksanakan dan mengevaluasi dengan
melibatkan atau memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama dalam rangka efisiensi dan
efektifitas serta kemandirian yang diwariskan oleh Yayasan Kusuma Buana.
Visi,misi dan program Yayasan Kusuma Bongas yaitu melanjutkan program yang sudah dilakukan
sebelumnya oleh Yayasan Kusuma Buana dan perluasan sasaran maupun luasnya wilayah jangkauan.
Program utama yang sudah cukup mandiri yaitu unit program pendidikan SMP Terbuka dan PKBM
sementara program lainnya masih bergantung pada lembaga donor.
Sumber Daya Manusia khususnya dalam penyediaan tenga profesional baik secara administrasi
kelembagaan maupun untuk tenaga pelaksana program belum dimiliki, hanya unit pendidikan sudah
memiliki tenaga profesional pendidik.
Yayasan Kusuma Bongas merupakan lembaga yang baru berusia satu tahun sepuluh bulan, pada
situasi tahapan dasar yaitu tahap konsolidasi secara internal kelembagaan dan upaya kemandirian
untuk melepaskan ketergantungan kepada Yayasan Kusuma Buana.
Yayasan Kusuma Bongas belum memiliki Anggaran Rumah Tangga, rencana strategis jangka pendek
dan panjang yang dapat menjadi pedoman kerja. Sarana dan fasilitas kantor termasuk gedung
sekolah statusnya belum menjadi milik sendiri. Sistem kepengurusan dan staf masih rangkap
jabatan, sistem administrasi pendokumentasian data belum tertata dengan baik.
Struktur dan hubungan kerja antara pimpinan dan staf belum memenuhi kaidah administrasi
lembaga yang terstandar, sehingga monitoring dan supervisi serta evaluasi kinerja masing-masing
staf belum terukur dengan baik.
26
Masyarakat dapat mengakses, turut terlibat bahkan merasakan sebagai bagian dari program yaitu
subyek sehingga dirasakan bermanfaat dan yayasan menjadi milik masyarakat dan ini menjadi modal
dasar lembaga dalam membangun kemandirian lembaga.
B. Rekomendasi
Diperlukan pekerja sosial yang memiliki keahliankhusus baik dalam pendekatan CO/CD , pendekatan
Kelompok dan Individu. Diharapkan dengan adanya pekerja sosial di Yayasan Kusuma Bongas
pelayanansosial akan lebih dirasakan manfaatnya masyarakat atau klien karena dilakukan secara
sistematis, terencana dan terukur berlandaskan pengetahuan,ketrampilan dan nilai-nilai pekerjaan
sosial.
Dua perubahan yang diinginkan untuk menjawab masalah yaitu ;
Isu Program Kerja Lembaga.
Persoalan yang mendasar dari isu eksploitasi anak adalah masalah kemiskinan, upaya jangka pendek
untuk mengurangi eksploitasi dengan mempertahankan anak tetap sekolah. Namun dampak
pendidikan bagi perekonomian keluarga tidak dapat dirasakan langsung secara cepat dan untuk itu
keberdayaan orangtua dalam pembiayaan pendidikan anak sangatlah penting. Program
pemberdayaan ekonomi keluarga diharapkan berkontribusi bagi kemandirian masyarakat sehingga
anak-anak dapat mengakses pendidikan hingga SLTA dan Perguruan Tinggi.
Isu SDM Lembaga.
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia khususnya tenaga yang profesional dalam
pelayanan sosial maupun dalam proses penyelenggaraan kelembagaan yang bersifat tehnis
administrasi. Penanganan korban trafiking maupun ODHA, diperlukan tenaga profesional yang tidak
saja mengetahui dan memahami masalah tetapi memiliki landasan pengetahuan, ketrampilan dan
etika dalam memberikan bantuan bersifat perseorangan dengan situasi yang kompleks. Sikap
profesional selain dalam pemecahan masalah juga dalam etika pelayanan. Secara administrasi
sistem pendokumentasian pelayanan baik catatan kasus, sistem data base, pembuatan laporan hasil
dan statistik dilakukan secara sistematis, terkomputerisasi. Isu SDM terkait dengan kapasitas
membangun jaringan dan kemandirian pendanaan dari masyarakat maupun pemerintah perlu
diperkuat melalui pelatihan dan asistensi.
27