Upload
ponco-gunawan
View
476
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
artikel
Citation preview
PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2010
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2011
351.770212 Ind p
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI 351.770.212 Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi p Profil Kesehatan Indonesia 2010, -- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2011
ISBN 978-602-8937-89-4 1. Judul I. HEALTH STATISTICS Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950 Telepon no: 62-21-5229590, 5221432, 5277169 Fax no: 62-21-5203874 E-mail: statkes@depkes .go.id Web site: http://www.depkes.go.id ________________________________________________________________________
TIM PENYUSUN
Pengarah dr. Ratna Rosita, MPHM
Sekretaris Jenderal Kemenkes RI
Ketua dr. Jane Soepardi
Kepala Pusat Data dan Informasi
Editor Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
drg. Vensya Sitohang, M.Epid Iskandar Zulkarnaen, SKM, M.Kes
Anggota
Sunaryadi, SKM,MKes; Nuning Kurniasih, S.Si, Apt, MSi; Marlina Indah Susanti, SKM; Supriyono Pangribowo, SKM; Istiqomah, SS;
Athi Susilowati Rois, SKM; Budi Prihantoro, S.Si ; Margiyono, SKom; Doni Hadhi Kurnianto, SKom; B.B. Sigit;
Muslichatul Hidayah, Hanna Endang Wahyuni; Endang Kustanti; Sondang Tambunan; Hellena Maslinda; Sinin
Kontributor
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Keuangan dan Perlengkapan;
Pusat Penanggulangan Krisis; Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; Biro Kepegawaian; Set. Ditjen Bina Gizi dan KIA; Dit. Bina Gizi; Dit Bina Kesehatan Ibu;
Dit Bina Kesehatan Anak; Set. Ditjen Bina Upaya Kesehatan; Set. Ditjen Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan; Dit. Pengendalian Penyakit Menular Langsung;
Dit. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; Dit. Surveilans Imunisasi dan Karantina; Set. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan; Set. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; Set. Badan PPSDM Kesehatan.
i
Profil Kesehatan Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapatdigunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaianhasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standarpelayananminimal di bidang kesehatan dan pencapaian target indikatorMilleniumDevelopment Goals bidang kesehatan, serta berbagai upaya yang terkait denganpembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor seperti Badan PusatStatistikdanBadanKependudukandanKeluargaBerencanaNasional.
Profil kesehatan, baik Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, Profil KesehatanProvinsimaupun Profil Kesehatan Indonesiamenyajikan data/informasi kesehatanyangrelativelengkap,meliputidataderajatkesehatan,upayakesehatan,sumberdayakesehatan,dandataumumserta lingkunganyangterkaitdengankesehatan.Karenaitu,penyusunanprofilkesehatanperludicermatidansedapatmungkinmenggunakandata yang berkualitas. Data yang digunakan untuk menyusun Profil KesehatanIndonesia inibersumberdariProfilKesehatanProvinsi, laporandariunitpengelolaprogram pembangunan kesehatan, lintas sektor terkait, hasil survei sepertiRiskesdas, dan sumber data lainnya. Data yang tersaji pada Profil KesehatanIndonesiadapatdigunakanuntukmembandingkankeadaanpembangunankesehatanantarasatuprovinsidenganprovinsilainnya,perbandinganpembangunankesehatandi Indonesia dengan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya dan negaranegaraanggota SEARO. Dengan diterbitkannya Profil Kesehatan Indonesia ini diharapkanperbandingan pembangunan kesehatan, baik antar provinsi maupun IndonesiadengannegaraAsiaTenggaralainnyadapattergambardenganjelas.
Bukuinidisusundandiupayakanterbitlebihcepatdibandingkantahuntahunsebelumnya.AdanyapeningkatanawarenessdaripengelolaProfilKesehatanProvinsidanpengelolaprogramdilingkunganKementerianKesehatan,sehinggapenyusunanProfil Kesehatan Indonesia ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat.Walaupun Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota yangresponsif gender sudah diedarkan sejak akhir tahun 2010, namun mengingatketersediaan data dari sumber data belum dapat terkompilasi dengan baik, makabelumseluruhdatayang tersaji berupa lampirandataberbasis gender sesuaibukupetunjuk penyusunan Profil Kesehatan berbasis gender. Dengan tersedianya dataProfil kesehatan yang responsif gender, diharapkan dapat mengidentifikasi adatidaknya serta besaran kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan, dan persoalanyangdihadapilakilakidanperempuanterkaitdenganakses,partisipasi,kontrol,danmanfaatdalampembangunanbidangkesehatan.
ii
BukuProfilKesehatan Indonesia inidisajikandalambentukcetakandansoftcopy (CD) serta juga dapat diunduh di website www.depkes.go.id sehinggamemudahkan para pengguna Profil Kesehatan Indonesia untuk mendapatkannya.Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik pemerintah, organisasiprofesi,swastadanmasyarakat.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan ProfilKesehatanIndonesia2010ini,kamiucapkanterimakasih.
Jakarta,Juni2011KepalaPusatDatadanInformasittddr.JaneSoepardiNIP.195809231983112001
iii
Sayamenyambut gembira terbitnya Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang
lebihcepatbiladibandingkandengantahuntahunsebelumnya.Meskipunberatdanbanyak tantangan di dalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan ini,akhirnya Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2010 danmenyusunnyadalambentukProfilKesehatanIndonesia2010.
SudahbanyakupayayangdilakukanPusatDatadanInformasiagardataprofildapat terkumpuldengancepatdanmempunyaikualitasdatayang tinggi.Meskipunupaya ini belum mencapai hasil maksimal, tetapi tetap diupayakan untuk dapatmenyajikannya dengan lebih baik dan lebih cepat dari tahuntahun sebelumnya.Tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktuternyata cukup banyak, sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupunpengelolaprogramdi lingkunganKementerianKesehatanserta lintas sektor terkaitmasih belum dapat terisi secara lengkap. Dengan terbitnya Profil KesehatanIndonesia 2010 ini, saya harapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, baikinstitusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi,mahasiswa, dan kelompokmasyarakat lainnya dalam mendapatkan data dan informasi kesehatan. Profilkesehatan ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasipenyelenggaraanprogrampembangunankesehatan,baikdipusatmaupundidaerah.
Padakesempatan ini sayamengucapkan terimakasihdanpenghargaanyangsetinggitingginya kepada semua pihak, terutama kepada Pusat Data dan Informasiyang telah menjadi koordinator dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia.Ucapanterimakasihjugasayasampaikankepadaparakontributordatadipusatdandaerah serta lintas sektor terkait. Harapan saya Profil Kesehatan Indonesia untuktahuntahunyangakandatangdapatterbitlebihcepatdanlebihberkualitas.
Jakarta,Juni2011SekretarisJenderalKementerianKesehatan
ttd
dr.RatnaRosita,MPHMNIP.195212051980032001
v
KATAPENGANTAR iSAMBUTANSEKRETARISJENDERAL iiiDAFTARISI vDAFTARLAMPIRAN viiDAFTARISTILAH xviBABI PENDAHULUAN 1BABII GAMBARANUMUMDANPERILAKUPENDUDUK 7 A.KeadaanPenduduk 9 B.KeadaanEkonomi 16 C.KeadaanKesehatanLingkungan 22 D.KeadaanPerilakuMasyarakat 27BABIII SITUASIDERAJATKESEHATAN 33 A.Mortalitas 35 B.Morbiditas 41 BABIV SITUASIUPAYAKESEHATAN 73 A.PelayananKesehatanDasar 75 B.PelayananKesehatanRujukan 102 C.PencegahandanPemberantasanPenyakit 107 D.PerbaikanGiziMasyarakat 125 E.PelayananKesehatandalamSituasiBencana 136BABV SITUASISUMBERDAYAKESEHATAN 137 A.SaranaKesehatan 139 B.TenagaKesehatan 155 C.PembiayaanKesehatan 162
vi
BABVI PERBANDINGANINDONESIADENGANNEGARAANGGOTA ASEANDANSEARO 167 A.Kependudukan 169 B.DerajatKesehatan 177C.UpayaKesehatan 187DAFTARPUSTAKA 188 LAMPIRAN
***
vii
Lampiran2.1 PembagianWilayahAdministrasiPemerintahanMenurutProvinsi
Tahun2010Lampiran2.2 JumlahPendudukMenurutJenisKelamindanRasioJenisKelamin
MenurutProvinsiTahun2010Lampiran2.3 Jumlah Penduduk IndonesiaMenurutKelompokUmur dan Jenis
KelaminMenurutProvinsiTahun2010Lampiran2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 1971
2010Lampiran2.5 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
MenurutProvinsiTahun2010Lampiran2.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur
Tertentu,AngkaBebanTanggungandanProvinsiTahun2010Lampiran2.7 Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi
Tahun20062010Lampiran2.8 38 Kabupaten/Kota Prioritas dan Sangat Prioritas di Kawasan
PerbatasandanPulauTerkecilTerluardiIndonesiaTahun2010Lampiran2.9 GarisKemiskinanMenurutProvinsidanDaerah(Maret2010)Lampiran2.10 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi dan
TipeDaerahTahun20082010Lampiran2.11Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Fisik Air Minum
MenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010Lampiran2.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Utama Air
untuk Keperluan Rumah TanggaMenurut Provinsi di Indonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.13 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air MinumPenggunaan Rumah Tangga Menurut Provinsi di Indonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.14 Persentase Rumah TanggaMenurut Akses Terhadap Air MinumBerkualitasMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.15 PersentaseRumahTanggaMenurutKemudahanMemperolehAirUntukMinumMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Jumlah Pemakaian Air PerOrangPerHariMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.17 Persentase RumahTanggaMenurut Penggunaan Fasilitas BuangAirBesarMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
viii
Lampiran2.18 PersentaseRumahTanggaMenurut JenisKlosetyangDigunakanMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.19 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan AkhirTinjaMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.20 PersentaseRumahTanggaMenurutAksesTerhadapPembuanganTinja Layak Sesuai MDGs Menurut Provinsi di Indonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.21 PersentaseRumahTanggaMenurutCaraBuangAirBesarSesuaiJMPWHOUNICEF2008MenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.22 Persentase Rumah Tangga Menurut Kriteria Rumah SehatMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.23 PrevalensiPendudukUmur15TahunyangMerokokdanTidakMerokokMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.24 PrevalensiPendudukUmur15 TahunMenurutUmurPertamaKali Merokok atau Mengunyah Tembakau Menurut Provinsi diIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.25 PersentaseRumahTanggaMenurutKriteriaPenangananSampahMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.26 PersentasePerempuan1059TahunMenurutUmurPerkawinanPertamaMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.27 Persentase Perempuan Pernah Kawin 1059 Tahun MenurutJumlah Anak yang Dilahirkan Menurut Provinsi di Indonesia,Riskesdas2010
Lampiran3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita Tahun2007danAngkaHarapanHidupMenurutProvinsiTahun2009
Lampiran3.2 IndeksPembangunanManusiadanKomponenMenurutProvinsiTahun20082009
Lampiran3.3 10BesarPenyakitRawatInapdiRumahSakitTahun2010Lampiran3.4 10BesarPenyakitRawatJalandiRumahSakitTahun2010Lampiran3.5 PrevalensiStatusGiziBalitaBerdasarkanBeratBadanperUmur
(BB/U)MenurutProvinsiTahun2010Lampiran3.6 PrevalensiStatusGiziBalitaBerdasarkanTinggiBadanperUmur
(TB/U)MenurutProvinsiTahun2010Lampiran3.7 PrevalensiStatusGiziBalitaBerdasarkanBeratBadanperTinggi
Badan(BB/TB)MenurutProvinsiTahun2010Lampiran3.8 PrevalensiStatusGiziBalitaBerdasarkanTinggiBadanperUmur
dan Berat Badan per Tinggi Badan (TB/U dan BB/TB)MenurutProvinsiTahun2010
ix
Lampiran3.9 Prevalensi Status Gizi Penduduk Dewasa (>18 Tahun)Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) dan ProvinsiTahun2010
Lampiran3.10 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.11 AnnualParasite Incidence (API)MalariaMenurutProvinsiTahun20072010
Lampiran3.12 Period Prevalence Malaria Satu Bulan Terakhir Menurut CaraDiagnosisdanProvinsiTahun2010
Lampiran3.13 Hasil Cakupan Penemuan Kasus Penyakit TB Paru MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.14 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis KelamindanProvinsiTahun2010
Lampiran3.15 JumlahKasusBaruTBParuBTAPositifMenurutKelompokUmur(Tahun),JenisKelamindanProvinsiTahun2010
Lampiran3.16 CakupanTBParuBTAPositif,Sembuh,PengobatanLengkapdanSuccessRate(SR)MenurutProvinsiTahun2009
Lampiran3.17 PeriodPrevalenceTB (D)danPeriodPrevalenceSuspectTB (G)PadaPenduduk15Tahun,MenurutProvinsiRiskesdas2010
Lampiran3.18 JumlahKasusAIDS,KasusKumulatifAIDS,KasusMeninggal,danCaseRateper100.000PendudukMenurutProvinsis.dDesember2010
Lampiran3.19 Jumlah Kasus AIDS Kumulatif Per Triwulan Menurut ProvinsiTahun2010
Lampiran3.20 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Pada Pengguna NAPZASuntikan(IDU)MenurutProvinsis.d31Desember2010
Lampiran3.21 Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi Tahun2010
Lampiran3.22 Jumlah Kasus Baru Kusta, Case Detection Rate (CDR), ProporsiKecacatan,KasusPadaAnakdanWanitaMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.23 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.24 JumlahKasusCampakPerBulanMenurutProvinsiTahun2010Lampiran3.25 Jumlah Kasus Campak Menurut Kelompok Umur dan Provinsi
Tahun2010Lampiran3.26 Jumlah Kasus, Meninggal, dan Incidence Rate Campak Menurut
ProvinsiTahun2010Lampiran3.27 Frekuensi KLB dan Jumlah Kasus pada KLB Campak Menurut
ProvinsiTahun2010
x
Lampiran3.28 KLB Campak Berdasarkan Konfirmasi Laboratorium MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.29 Jumlah Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur dan ProvinsiTahun2010
Lampiran3.30 JumlahKasusDifteriPerBulanMenurutProvinsiTahun2010Lampiran3.31 Jumlah Kasus AFP dan Non Polio AFP Rate Menurut Provinsi
Tahun2010Lampiran3.32 Jumlah Penderita, Meninggal, Case Fatality Rate (%), dan
IncidenceRate per 100.000PendudukDemamBerdarahDengue(DBD/DHF)MenurutProvinsiTahun20062010
Lampiran3.33 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Demam BerdarahDengueMenurutProvinsiTahun20062010
Lampiran3.34 KejadianLuarBiasa(KLB)DiareMenurutProvinsiTahun20062010
Lampiran3.35 JumlahKasusDemamChikungunyaMenurutProvinsiTahun2010Lampiran3.36 SituasiRabiesdiIndonesiaTahun20082010Lampiran3.37 JumlahPenderitaFilariasisMenurutProvinsiTahun20062009Lampiran3.38 SituasiPesMenurutProvinsiTahun2010Lampiran3.39 Jumlah Kasus, Meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR)
LeptospirosisMenurutProvinsiTahun20042010Lampiran3.40 Situasi Antraks Pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
2010Lampiran4.1 CakupanKunjunganIbuHamilK1,K4,PersalinanDitolongTenaga
Kesehatan,danKunjunganIbuNifasKF3MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.2 Persentase Perempuan Usia 1059 Menurut Cakupan PelayananIbu Hamil (K1 dan K4) dari Kehamilan Anak Terakhir PerPropinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.3 PersentaseIbuUsia1059TahunyangMemeriksakanKehamilanAnak Terakhir Menurut Tenaga yang Memeriksa dan Provinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.4 Persentase Ibu Usia 1059 Tahun yang Melaporkan Persalinandengan Operasi Perut Saat Melahirkan Anak Terakhir PadaPeriodeLimaTahunTerakhirMenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.5 CakupanPesertaKBBarudanKBAktifMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.6 Persentase Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi danProvinsiTahun2010
Lampiran4.7 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Tempat Pelayanan Tahun2010
xi
Lampiran4.8 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi danProvinsiTahun2010
Lampiran4.9 PersentasePerempuanKawinUmur1049TahunMenurutStatusPenggunaanKB,Riskesdas2010
Lampiran4.10 Cakupan PenangananNeonatal Dengan Komplikasi dan ObstetriDenganKomplikasiMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.11 CakupanKunjunganNeonatusMenurutProvinsiTahun2010Lampiran4.12 Persentase Kunjungan Neonatus Pada Balita Menurut Provinsi,
Riskesdas2010Lampiran4.13 PersentaseKunjunganNeonatusLengkap(KN1,KN2,KN3)Pada
BalitaMenurutProvinsi,Riskesdas2010Lampiran4.14 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Balita Menurut
ProvinsiTahun2010Lampiran4.15 CakupanSDyangMelaksanakanPenjaringanSiswaSD/MIKelas1
MenurutProvinsiTahun2010Lampiran4.16 CakupanBalitaDitimbangMenurutProvinsiTahun2010Lampiran4.17 Persentase Frekuensi Penimbangan Anak Umur 659 Bulan
SelamaEnamBulanTerakhirMenurutProvinsi,Riskesdas2010Lampiran4.18 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 06 Bulan
MenurutProvinsiTahun2009Lampiran4.19 PersentaseAnakUsia023BulanyangPernahdanMasihDisusui
MenurutProvinsi,Riskesdas2010Lampiran4.20 CakupanPemberianKapsulVitaminAPadaBalita dan IbuNifas
MenurutProvinsiTahun2010Lampiran4.21 CakupanPemberian90TabletBesi(Fe3)PadaIbuHamilMenurut
ProvinsiTahun2010Lampiran4.22 PersentaseAnakUmur659BulanyangMenerimaKapsulVitamin
ASelamaEnamBulanTerakhirMenurutProvinsi,Riskesdas2010Lampiran4.23 PersentasePendudukMenurutKecukupanKonsumsiEnergidan
Protein,Riskesdas2010Lampiran4.24 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
MenurutProvinsiTahun20082010Lampiran4.25 Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi Menurut Provinsi Tahun
2010Lampiran4.26 PersentaseAnakUmur1223BulanyangMendapatkanImunisasi
DasarMenurutProvinsi,Riskesdas2010Lampiran4.27 PersentaseAnakUmur1223BulanyangMendapatkanImunisasi
DasarLengkapMenurutProvinsi,Riskesdas2010Lampiran4.28 DroupOutRateCakupan Imunisasi DPTHB1CampakPada Bayi
MenurutProvinsiTahun20072010
xii
Lampiran4.29 CakupanImunisasiAnakSekolahMenurutProvinsiTahun2010Lampiran4.30 Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun
2010Lampiran4.31 Persentase Ibu yang Mendapat Suntikan TT Selama Kehamilan
AnakTerakhirMenurutProvinsi,Riskesdas2010Lampiran4.32 CakupanImunisasiTTPadaWanitaUsiaSuburMenurutProvinsi
Tahun2010Lampiran4.33 CakupanTBParuBTAPositif,Sembuh,PengobatanLengkapdan
SuccesRate(HasilPengobatanPenyakitTBTahun2009)MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.34 Persentase Penderita TB (D) yang Telah MenyelesaikanPengobatanDenganOATperProvinsiRiskesdas2010
Lampiran4.35 Jumlah Kasus Pneumonia Pada Balita Menurut Provinsi Tahun2010
Lampiran4.36 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.37 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan PemdaMenurutProvinsiTahun20082010
Lampiran4.38 PemeriksaanKesehatanGigidanMulutpadaRumahSakitUmumDEPKESdanPEMDAMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.39 JumlahKunjunganPesertaJamkesmasdiPuskesmasTahun2010Lampiran4.40 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) Peserta
JamkesmasTahun2010Lampiran4.41 Jumlah Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) Peserta
JamkesmasTahun2010Lampiran4.42 RekapitulasiKejadianBencanaMenurutJenisBencanadanJumlah
KorbanTahun2010Lampiran4.43 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Seluruh Indonesia
BulanJuni2011Lampiran4.44 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Seluruh Indonesia
BulanJuni2011Lampiran5.1 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut
ProvinsiTahun20062010Lampiran5.2 Jumlah Puskesmas Perawatan dan Puskesmas Non Perawatan
MenurutProvinsiTahun20062010Lampiran5.3 JumlahRumahSakitdiIndonesiaMenurutPengeloladanProvinsi
Tahun2010Lampiran5.4 JumlahRumahSakitUmumdanTempatTidurMenurutPengelola
Tahun20062010
xiii
Lampiran5.5 Jumlah Rumah Sakit Umum dan Tempat Tidur Milik KemenkesdanPemdaMenurutKelasRumahSakitdanProvinsiTahun2010
Lampiran5.6 JumlahRumahSakitKhususdanTempatTidurnyaMenurutJenisRumahSakitTahun20062010
Lampiran5.7 Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum dan Rumah SakitKhususMenurutKelasPerawatandanProvinsiTahun2009
Lampiran5.8 JumlahSaranaProduksiBidangKefarmasiandanAlatKesehatanMenurutProvinsiTahun20082010
Lampiran5.9 JumlahSaranaDistribusiBidangKefarmasiandanAlatKesehatanMenurutProvinsiTahun20082010
Lampiran5.10 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)MenurutProvinsidiIndonesiaTahun2009
Lampiran5.11 Jumlah Institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) MenurutJurusandanProvinsiTahun2010
Lampiran5.12 Jumlah Institusi Non Politeknik Kesehatan (NonPoltekkes)MenurutJurusan/ProgramStudidanProvinsiTahun2010
Lampiran5.13 Jumlah Jurusan/ProgramStudi PoliteknikKesehatan (Poltekkes)MenurutAkreditasidanStrataTahun2010
Lampiran5.14 Jumlah Institusi Non Politeknik Kesehatan (NonPoltekkes)MenurutAkreditasidanStrataTahun2010
Lampiran5.15 Jumlah Institusi Diknakes NonPoltekkes Menurut StatusKepemilikanTahun2010
Lampiran5.16 Rekapitulasi Peserta Didik Poltekkes Menurut Jenis TenagaKesehatanTahunAjaran2010/2011
Lampiran5.17 Rekapitulasi Peserta Didik non PoltekkesMenurut Jenis TenagaKesehatanTahunAjaran2010/2011
Lampiran5.18 RekapitulasiPesertaDidikProgramDiplomaIVBerdasarkanJenisInstitusiPendidikanTahun20072009
Lampiran5.19 Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut JenisTenagaKesehatanTahun2010
Lampiran5.20 Jumlah Lulusan Poltekkes Berdasarkan Jurusan/Program StudiInstitusiDiknakesSeluruhIndonesiaTahunAjaran2010/2011
Lampiran5.21 Rekapitulasi LulusanNonPoltekkesDiknakes Seluruh IndonesiaBerdasarkanJenisdanProvinsiTahunAjaran2010/2011
Lampiran5.22 Rekapitulasi Data SDM Kesehatan Per Provinsi KeadaanDesember2010
Lampiran5.23 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Menurut Jenis danProvinsiTahun2010
Lampiran5.24 Rasio Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat dan Bidan TerhadapJumlahPuskesmasMenurutProvinsiTahun2010
xiv
Lampiran5.25 Rekapitulasi SDM Kesehatan Rumah Sakit Pemerintah perProvinsiMenurutJenisdanProvinsiTahun2010
Lampiran5.26 Rekapitulasi Keberadaan Dokter Umum Sebagai Pegawai TidakTetap(PTT)AktifTahun2010
Lampiran5.27 Rekapitulasi Keberadaan Dokter Gigi Sebagai Pegawai TidakTetap(PTT)AktifTahun2010
Lampiran5.28 Rekapitulasi Keberadaan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap(PTT)AktifTahun2010
Lampiran5.29 RekapitulasiPengangkatanDokterUmumSebagaiPegawaiTidakTetap(PTT)AktifTahun2010
Lampiran5.30 Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Gigi Sebagai Pegawai TidakTetap(PTT)Tahun2010
Lampiran5.31 Rekapitulasi Pengangkatan Bidan Pegawai Sebagai Tidak Tetap(PTT)Tahun2010
Lampiran5.32 Keadaan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Sebagai PTTKementerian Kesehaan yang Masih Aktif Sampai DenganDesember2010
Lampiran5.33 Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Umum Sebagai PTT Tahun2010
Lampiran5.34 RekapitulasiPengangkatanDokterGigiSebagaiPTTTahun2010Lampiran5.35 DistribusiTingkatKeterlibatanInstitusiDiklatKesehatanSeluruh
IndonesiaDalamKegiatanKediklatanTahun2009Lampiran5.36 Distribusi Widyaiswara Institusi Diklat Kesehatan Seluruh
IndonesiaBerdasarkanKelompokUmurTahun2009Lampiran5.37 Distribusi Frekuensi Pelatihan dan Jumlah Peserta di Institusi
Diklat Kesehatan Seluruh Indonesia Berdasarkan Jenis DiklatTahun2009
Lampiran5.38 AlokasidanRealisasiKementerianKesehatanRIMenurutEselonITahun2010
Lampiran5.39 DataCakupanKepesertaanJaminanKesehatanTahun2010Lampiran5.40 DistribusiPegawaiKementerianKesehatandiKantorPusat,UPT
dan DPK/DPB Dirinci Menurut Strata Pendidikan KeadaanDesemberTahun2010
Lampiran6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di NegaraNegaraASEAN&SEAROTahun2010
Lampiran6.2 Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks PembangunanManusiadiNegaraNegaraASEANdanSEARO
Lampiran6.3 Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan yangMenggunakanSaranaSanitasiSehatdiNegaraNegaraASEANdanSEAROTahun2008
xv
Lampiran6.4 Perbandingan Data Tuberkulosis di NegaraNegara ASEAN danSEAROTahun2008/2009
Lampiran6.5 Angka Estimasi HIV dan AIDS di NegaraNegara ASEAN danSEAROTahun2009
Lampiran6.6 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah denganImunisasidiNegaraNegaraASEAN&SEAROTahun2010
Lampiran6.7 Perbandingan Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi di NegaraNegaraASEAN&SEAROTahun2009
Lampiran6.8 Perbandingan Upaya Kesehatan di NegaraNegara ASEAN &SEAROTahun20002010
Lampiran6.9 PembiayaanKesehatandiNegaraNegaraASEAN&SEAROTahun2008
***
xvi
AlatKontrasepsiDalamRahim(AKDR)IntraUterineDevice(IUD)
: AlatKontrasepsiyangdimasukankedalamrahim,terbuatdariplastikhalusdanfleksibel(polietilen).
AngkaInsidens(IR)
: Jumlah kasus tertentu terhadap penduduk berisiko padaperiodedanwaktutertentu
AngkaKeberhasilanPengobatan(SR=SuccessRate)
: Angka kesembuhan + cakupan pengobatan lengkap padapenderitaTBparuBTA+
AngkaKematianBalita(AKABA)
: Jumlah kematian anak berusia 04 tahun per 1.000 kelahiranhiduppadaperiodetahuntertentu.
AngkaKematianBayi(AKB)InfantMortalityRate(IMR)
: Jumlah kematian bayi berusia dibawah 1 tahun per 1.000kelahiranhiduppadasatutahuntertentu.
AngkaKematianIbu(AKI)MaternalMortaliteRate(NMR)
: Jumlahkematian ibuakibatdari proses kehamilan, persalinandannifasper100.000kelahiranhiduppadamasatertentu.
AngkaKematianKasarCrudeDeathRate(CDR)
: Banyaknyakematianselamasatutahuntiap1.000penduduk.
AngkaKematianNeonatal(AKN)NeonatalMortalityRate
: Jumlahkematianbayidibawahusia28hariper1.000kelahiranhiduppadaperiodetertentu
AngkaPartisipasiKasar(APK) : Persentasejumlah pesertadidikSD,jumlahpesertadidikSLTP,
jumlah peserta didik SLTA, jumlah peserta didik PTS/PTNdibagidenganjumlahpendudukkelompokusiamasingmasingjenjangpendidikan(SDusia712tahun,SLTPusia1315tahun,SLTAusia1618tahun,PTS/PTNusia1924tahun).
ASIEksklusifExclusiveBreastFeeding
: PemberianhanyaASI (Air Susu Ibu) saja, tanpamakanandanminumanlainkepadabayisejaklahir
BeratBadanLahirRendah(BBLR)LowBirthWeight
: Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram,yangditimbangpadasaatlahirsampaidengan24jampertamasetelahlahir.
CFR(CaseFatalityRate) : Persentase orang yang meninggal karena penyakit tertentu
terhadaporangyangmengalamipenyakityangsama
DaftarAlokasiDanaAlokasiKhusus(DADAK)
: Dokumen pengesahan Dana Alokasi Khusus yang dikeluarkanKementerianKeuangan.
Dependencyratio(AngkaBebanTanggungan)
: Perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif(usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia 65tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usiaproduktif(1564tahun)
Difteri : infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang
sistempernafasanbagianatas.
xvii
DirectlyObservedTreatmentShortcourse(DOTS)
: Pengawasan langsung menelan obat anti tuberculosis jangkapendeksetiaphariolehPengawasMenelanObat(PMO)
Dokterkecil : Kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid
kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkanpelatihandokterkecil.
GrossNationalIncome : (PendapatanNasionalBrutoperkapita)HDI : (HumanDevelopment)IPM(IndeksPembangunanManusia)
: Pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruhdunia.IPM mengukur pencapaian ratarata sebuah negara dalam 3dimensidasarpembangunanmanusia:1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur denganharapanhidupsaatkelahiran.2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulispada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasipendidikandasar,menengah,atas(bobotsatupertiga)Standar kehidupan yang layak diukur dengan GDP (GrossDomesticProduct) per kapita / produk domestik bruto dalamparitas kekuatan bali (Purchasing Power Parity) dalam DollarAS.
KunjunganNeonatus1(KN1) : Pelayanan kesehatan neonatal dasar, kunjungan ke-1 pada 6-24 jam
setelah lahirKunjunganNeonatusLengkap(KNLengkap)
: Pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada -28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
KunjunganNifas3(KF3) : Pelayanankepadaibunifassedikitnya3kali,pada6jampasca
persalinans.d3hari;padaminggukeII,danpadaminggukeVItermasukpemberianvitaminA2kalisertapersiapandan/ataupemasanganKBpascapersalinan
NAPZA : Narkotika,PsikotropikadanZatAdiktiflain.NCDR(NewlyCaseDetectionRate)
: Rataratakasusyangbaruterdeteksi padatahunpelaporan
PasanganUsiaSubur(PUS) : Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik
bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak,dimanaumuristrinyaantara15tahunsampai49tahun
Pes(bubonicplaque) : infeksibakteriPasteurellapestismelaluihewanpengeratliar.Pneumonia : merupakaninfeksiakutyangmengenaijaringanparu(alveoli).
Infeksidapatdisebabkanolehbakteri,virusmaupunjamur.
xviii
Polio : Poliomerupakan salah satu penyakitmenular yang termasukke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerangsistemsyarafhiggapenderitamengalamikelumpuhan.
SEARO : (SouthEastAsiaRegion/SEARO)TB(Tuberkulosis) : infeksibakteriMycobacteriumtuberculosis
Infeksi inidapatmenyerangparu (tuberculosisparu)maupunorganselainparu(tuberculosisekstrapulmonal).
TN(TetanusNeonatorum) : InfeksidisebabkanolehbasilClostridiumtetani,yangmasukke
tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahiryang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusatdenganalatyangtidaksteril.
UHH(UmurHarapanHidupWaktuLahir)
: Jumlah ratarata usia yang diperkirakan pada seseorang atasdasarangkakematianpadamasatersebut.
UniversalChildImmunization(UCI)
: DesaatauKelurahanUCIadalahdesa/kelurahandimana80%dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatimunisasidasarlengkapdalamwaktusatutahun
VAR(VaksinAntiRabies),danLyssa
: Vaksin yang digunakan untuk infeksi virus rabies yangditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing,kelelawar, kera,musangdan serigala yangdi dalam tubuhnyamengandungvirusRabies.
3
Visi Kementerian Kesehatan adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan, sedangkanMisiKementerianKesehatanuntukmencapaivisi tersebutadalahsebagaiberikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaanmasyarakat,termasukswastadanmasyarakatmadani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upayakesehatanyangparipurna,merata,bermutu,danberkeadilan.
3. Menjaminketersediaandanpemerataansumberdayakesehatan.
4. Menciptakantatakelolakepemerintahanyangbaik.
VisidanmisiiniharusberpedomanpadanilainilaiKementerianKesehatansebagaiberikut yaitu : 1) Pro Rakyat, 2) Inklusif, 3) Responsif, 4) Efisien, dan 5) Bersih.Dalam implementasi Visi dan Misi Kementerian Kesehatan tersebut, sangatdibutuhkanadanyadatadaniInformasi.
MenurutWHO,dalamSistemKesehatanselaluharusadaSubsistemInformasiyang mendukung subsistem lainnya. Tidak mungkin subsistem lain dapat bekerjatanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan. Sebaliknya Sistem InformasiKesehatan tidakmungkin bekerja sendiri, tetapi harus bersama subsistem lain. Initercermin pula dalam SKN 2009, dimana terdapat Subsistem Manajemen danInformasiKesehatan,yangmenaungipengembanganSistemInformasiKesehatan.
Undangundang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan,pasal17ayat1menyebutkanbahwapemerintahbertanggungjawabatasketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatanuntuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggitingginya.Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upayakesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukanmelaluisisteminformasidanmelaluikerjasamalintassektor,denganketentuanlebihlanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada Pasal 169disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untukmemperolehaksesterhadapinformasikesehatandalamupayameningkatkanderajatkesehatanmasyarakat.
Salahsatukeluarandaripenyelenggaraansisteminformasikesehatannasionaladalah Profil Kesehatan Indonesia, yang merupakan salah satu paket penyajiandata/informasi kesehatan yang relatif lengkap, berisi data/informasi derajat
4
kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data/informasi terkaitlainnya,sertaterbitsetiaptahun. Sejalan dengan penyusunan Profik Kesehatan Indonesia, di provinsi jugadisusun Profil Kesehatan Provinsi dan di kapupaten/kota disusun Profil KesehatanKabupaten/Kota. Pada masa yang akan datang, dengan memanfaatkan teknologiinformasi dan komunikasi yang berkembang dengan pesat, penyusunan profilkesehatan diharapakan dapat terselenggara secara berjenjang. Profil kesehatanprovinsi disusun berdasarkan profil kesehatan kabupaten/kota dan hasilpembangunankesehatanyangdiselenggarakanprovinsi,termasukhasillintassektorterkait; dan Profil Kesehatan Indonesia disusun berdasarkan profil kesehatanprovinsi dan hasil pembangunan kesehatan yang diselenggarakan pusat, termasukhasilkegiatanlintassektorterkaittingkatnasional.
Profil Kesehatan Indonesia, profil kesehatan provinsi, dan profil kesehatankabupaten/kotadiharapkandapatdijadikansalahsatumediauntukmemantaudanmengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di pusat maupundaerah. Untuk itu penyusunan profil kesehatan yang berkualitas, yaitu yang dapatterbit lebih cepat, menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten, dan sesuaikebutuhan,menjadiharapankitabersama.
Profil Kesehatan Indonesia 2010 disusun berdasarkan data/informasi yangdidapatkan dari daerah, pengelola program di lingkungan Kementerian Kesehatan,lintassektorterkait,sertasumberdata/informasilainnya,termasukbadan/lembaga/organisasikesehatannasionaldaninternasional.
ProfilKesehatanIndonesia2010initerdiriatas6(enam)bab,yaitu:
BabIPendahuluan.BabinimenyajikantentanglatarbelakangditerbitkannyaProfilKesehatanIndonesia2010inisertasistimatikapenyajiannya.
Bab II Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk. Bab ini menyajikan tentanggambaranumum,yangmeliputi:kependudukan,perekonomian,danlingkunganfisik;sertaperilakupendudukyangterkaitdengankesehatan.
Bab III Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikaorderajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, angka harapan hidup,angkakesakitan,danstatusgizimasyarakat.
BabIVSituasiUpayaKesehatan.Babiniberisiuraiantentangupayakesehatanyangtujuan program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upayakesehatanyangtelahdilakukanitumeliputipencapaianpelayanankesehatandasar,pencapaian pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan danpemberantasanpenyakit,danupayaperbaikangizimasyarakat.
BabV SituasiSumberDayaKesehatan.Bab inimenguraikan tentangsumberdayapembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2010. Gambaran tentang keadaan
5
sumber daya mencakup tentang keadaan sarana/fasilitas kesehatan, tenagakesehatan,danpembiayaankesehatan.
BabVIPerbandinganIndonesiadenganNegaraAnggotaASEANdanSEARO.Babinimenyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data kependudukan,AngkaKelahiran,AngkaKematian,IndeksPembangunanManusia,datatuberkulosis,angka estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah denganimunisasi,cakupanimunisasipadabayidanupayakesehatan.
***
9
Indonesia adalah negara yang terletak di Asia Tenggara, secara geografisterletakdiantaraduabenuayaitubenuaAsiadanAustraliasertadiantaraSamuderaHindia dan Samudera Pasifik. Secara astronomis Indonesia terletak antara 6o garisLintang Utara sampai 11o garis Lintang Selatan, dan 95o sampai 141o garis BujurTimur yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke. Dengandemikian,wilayahIndonesiaberadapadaposisisilang,yangmempunyaiartipentingdalamkaitannyadenganperekonomian.
Indonesiamerupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara.Menurutdata yang bersumber dari Bakosurtanal, jumlah pulau di Indonesia 17.504 pulau.Jumlah pulau itu termasuk yang berada di muara dan tengah sungai, serta deltasungai. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadapkebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Fakta ini membuat Indonesia memilikikeragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu samalain. Keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yangberhubungandengankesehatan.
Pembagianwilayahsecaraadministratif,wilayah Indonesiapada tahun2010terbagi atas 33 provinsi, 497 kabupaten/kota (399 kabupaten dan 98 kota), 6.598kecamatan, dan 75.638 kelurahan/desa. Pembagian wilayah Indonesia secaraadministratifmenurutprovinsipadatahun2010dapatdilihatpadaLampiran2.1.
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilakupenduduk pada tahun 2010 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi,keadaan kesehatan lingkungan, dan keadaan perilaku masyarakat yang berkaitandengankesehatan. A. KEADAANPENDUDUK
BerdasarkanhasilSensusPendudukTahun2010,jumlahpendudukIndonesiasebesar 237.641.326 orang, yang terdiri atas 119.630.913 penduduk lakilaki dan118.010.413pendudukperempuan (Lampiran2.2).Bila dibandingkandenganhasilSensusPendudukTahun2000, jumlahpenduduk sebesar205.132.458orang,makapenduduk Indonesia bertambah sekitar 32,5 juta orang atau meningkat dengantingkat/laju pertumbuhan penduduk (LPP) per tahun sebesar 1,49%. Bila dilihatpada tingkat provinsi, jumlah penduduk meningkat dengan laju pertumbuhan
10
penduduk (LPP) yang bervariasi. Laju pertumbuhan penduduk terendah sebesar0,37% terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan laju pertumbuhan penduduk tertinggisebesar5,46%terjadidiProvinsiPapua.
Pertumbuhanpendudukadalahperubahanjumlahpendudukdisuatuwilayahtertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Laju Pertumbuhanpenduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa yangakan datang. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Indonesia mengalamipeningkatanselama10tahunterakhir,walaupunpadaperiode20tahunsebelumnyaLPPmengecil.LajupertumbuhanpendudukIndonesiasejakSensusPenduduktahun1971 sampai dengan Sensus Penduduk tahun 2010 secara nasional dapat dilihatdalamLampiran2.4
GAMBAR2.1
LAJUPERTAMBAHANPENDUDUKINDONESIATAHUN19712010(%pertahun)
Tren laju pertumbuhan penduduk disajikan dalam Gambar 2.1. Laju
pertumbuhan penduduk per tahun selama tahun 19711980 sebesar 2,31% danmenurun secara tajam selama rentang tahun 19902000. Penurunan lajupertumbuhan penduduk ini dimungkinkan karena berhasilnya program keluargaberencanayangdicanangkanolehpemerintahpadamasaitu.
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa laju pertumbuhanpenduduk periode 2000 2010 sebesar 1,49% per tahun, meningkat jikadibandingkandengan lajupertumbuhanpendudukpadatahun19902000.Semakintinggi laju pertumbuhan penduduk menyebabkan jumlah penduduk yang semakinbanyakdimasayangakandatang.
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk seperti tersebut di atas, jumlahpendudukIndonesiasemakinbanyakseperti terlihatpadaGambar2.2.Hasilsensuspenduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 orang,
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
11
meningkat pesat jika dibandingkan dengan tahun 1990 dan tahun 2000.Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang terusmenerus apabila tidakdikendalikanakanmembawadampakyangkurangbaik,diantaranyamenjadibebanpembangunan,termasukpembangunandibidangkesehatan.
GAMBAR2.2TRENJUMLAHPENDUDUKINDONESIATAHUN19612010
(dalamjutaanjiwa)
Rasio JenisKelaminadalahperbandingan jumlahpenduduk lakilakiper100
penduduk perempuan. Data tentang rasio jenis kelamin berguna untukpengembanganperencanaanpembangunanyangberwawasangender,terutamayangada kaitannya dengan perimbangan pembangunan lakilaki dan perempuan secaraadil.
Secaranasional,rasio jeniskelaminpendudukIndonesiatahun2010sebesar101,yangartinyajumlahpenduduklakilakisatupersenlebihbanyakdibandingkanjumlahpendudukperempuan.Nilaiiniberartibahwasetiap100perempuanterdapat101 lakilaki.Rasio jeniskelamin terbesar terdapatdiProvinsiPapuayaitusebesar113danyangterkecilterdapatdiNusaTenggaraBaratyaitusebesar94.Gambar2.3menyajikan tren rasio jenis kelamin secara nasional sejak Sensus Penduduk tahun1961sampaiSensusPenduduktahun2010.
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
12
GAMBAR2.3TRENRASIOJENISKELAMINPENDUDUKINDONESIA
TAHUN19612010
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat
digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida pendudukmenunjukkanjumlahpenduduk.Badanpiramidapendudukbagiankirimenunjukkanbanyaknya penduduk lakilaki dan badan piramida penduduk bagian kananmenunjukkan jumlah penduduk perempuan menurut kelompok umur. Piramidatersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari strukturpenduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagikebijakankependudukan,sosial,budaya,danekonomi.
GAMBAR2.4PIRAMIDAPENDUDUKINDONESIATAHUN2010
(jutaanjiwa)
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasukstrukturpendudukmuda.Hal inidapatdiketahuidaribanyaknya jumlahpendudukusiamuda(014tahun),walaupunjumlahkelahirantelahmenurunjikadibandingkan
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
13
denganlimatahunyanglaludanangkaharapanhidupyangsemakinmeningkatyangditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua. Badan piramidamembengkak, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia kerja terutama padakelompokumur2529tahunbaiklakilakimaupunperempuan.
Berdasarkandistribusipendudukmenurutjeniskelamindankelompokumurmaka kita dapat memperoleh gambaran piramida penduduk Indonesia sejakpelaksanaan SensusPenduduk tahun 1961 sampai dengan Sensus Penduduk tahun2010.PiramidapendudukIndonesiasecaralengkapdisajikanpadaGambar2.5.
GAMBAR2.5PIRAMIDAPENDUDUKINDONESIATAHUN19612010
(jutaanjiwa)
Piramidatahun1961,1971dan1980menunjukkanbentukpiramidakerucut.Bentukdasarpiramidamelebardenganpuncak yang runcing.Hal inimenunjukkantingginyaangkakelahiran,tingginyaangkakematiandanangkaharapanhidupyangmasihrendah.Jumlahbayilahiruntukhidupsampaiharituamasihrendah.Piramidatahun 1990 mulai menunjukkan perbedaan, jumlah kelahiran mulai menurun danjumlah penduduk tua mulai meningkat. Hal ini menunjukkan meningkatnya angkaharapan hidup dan proporsi penduduk yang lahir untuk hidup sampai hari tuasemakinmeningkat.
Piramidapadatahun1990dantahun2000bentuknyasudahsangatberbedadibandingkan dengan bentuk piramida tahun 1961 dan 1971. Dasar piramidamenyempityangberartibahwajumlahkelahiranmenurun.Puncakpiramidamelebaryang berarti bahwa tingkat harapan hidup penduduk semakin tinggi dan harapan
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
14
bayi lahiruntukhidup sampaiusia75 tahunke atas semakinbesar. Strukturumurmasih berada di umurmuda.Hal inimenjadikan tantangan bagi pemerintah untukpenyediaanlayananpendidikan,kesehatandanlapangankerjayangsemakinbesar.
Secara nasional, dengan luas wilayah Indonesia 1.910.931,32 km2 makatingkat kepadatan penduduk pada tahun 2010 sebesar 124 jiwa per km2. Tingkatkepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsiprovinsi di Pulau Jawa.Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitusebesar14.440jiwaperkm2.ProvinsiJawaBaratmerupakanwilayahyangmemilikikepadatanpenduduktertinggikeduadengankepadatan1.216jiwaperkm2.Provinsidengan tingkat kepadatan tertinggi ketiga yaitu D.I. Yogyakarta sebesar 1.102 jiwaperkm2.KepadatanpendudukterendahdiPapuaBarat,yaituhanya8jiwaperkm2,Papua merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah keduayaitusebesar9jiwaperkm2,yangkemudiandiikutiolehKalimantanTengahdengankepadatan14 jiwaperkm2. Jumlahpendudukdanangkakepadatanpendudukperprovinsitahun2010dapatdilihatpadaLampiran2.5.
GAMBAR2.6PERSENTASELUASWILAYAHDANPERSEBARANPENDUDUKINDONESIA
MENURUTKELOMPOKPULAUPULAUBESARTAHUN2010
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk di
Indonesia secara geografis adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidakmerataantaraJawadanluarJawa. DaridatadistribusipendudukmenurutpulaupadaGambar2.6dapatdiketahuiterdapatketimpanganpersebaranpendudukantarpulauyang nyata. Fenomena penyebaran penduduk tidak merata masih menjadi ciridemografis Indonesia.DiPulau Jawayang luasgeografisnya7%terdapatpenduduk58%.PulauSumaterayangluasnya25%terdapatpenduduk21%.PulauKalimantanyang luasnya28%terdapatpendudukhanya6%.PulauSulawesiyang luasnya10%
15
terdapat penduduk 7%. Pulau lainnya (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) yangluasnya30%terdapatpenduduk8%.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang seringdigunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah rasio bebanketergantungan atau Dependency Ratio. Rasio beban ketergantungan adalah angkayangmenyatakanperbandinganantarabanyaknyaorangyangtidakproduktif(umurdi bawah15 tahundan65 tahun ke atas) denganbanyaknya orang yang termasukumur produktif (umur 1564 tahun). Secara kasar perbandingan angka bebanketergantungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur nonproduktifterhadap umur produktif. Semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggipulajumlahpenduduknonproduktifyangditanggungolehpendudukumurproduktif.
TABEL2.1JUMLAHPENDUDUKDANANGKABEBANKETERGANTUNGAN
MENURUTJENISKELAMINDANKELOMPOKUSIAPRODUKTIF(1564TAHUN)DANNONPRODUKTIF(014TAHUNDAN65TAHUNKEATAS)
DIINDONESIATAHUN2010
No Usia Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan % 1 0 14 Tahun 35.288.970 33.307.750 68.596.720 28.87 2 15 64 Tahun 78.935.732 78.046.486 156.982.218 66,05 3 65 Tahun ke atas 5.361.028 6.619.670 11.980.698 5,04 4 Tidak Terjawab (TT) 42.183 36.507 81.690 0,03
Jumlah 119.630.913 118.010.413 237.641.326 100,00 Angka Beban Tanggungan (%) 51,50 51,16 51,33
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur yang ditunjukkanoleh Tabel 2.1, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (014 tahun)sebesar 28,87%, yang berusia produktif (1564 tahun) sebesar 66,05%, dan yangberusia tua ( 65 tahun) sebesar 5,04%. Dengan demikian maka angka bebantanggungan (dependency ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebesar51,33%. Hal ini berarti bahwa 100 orang Indonesia yang masih produktif akanmenanggung51orangyangbelum/sudahtidakproduktiflagi.Apabiladibandingkanantar jeniskelamin,makaangkabeban tanggungan lakilaki sedikit lebihbesar jikadibandingkandenganangkabebantanggunganperempuan,yaitu51,50%untuklakilakidan51,16%untukperempuan.
Gambar2.7menunjukkanangkabebanketergantungansecaranasionaladalah51,33%. Provinsi dengan persentase angka beban ketergantungan tertinggi adalahNusa Tenggara Timur (73,23%), Maluku (67,20%) dan Sulawesi Barat (67%).PersentaseangkabebanketergantunganyangterendahadalahDKIJakarta(36,95%),KepulauanRiau(45,72%)danD.I.Yogyakarta(46%).
16
GAMBAR2.7ANGKABEBANTANGGUNGANMENURUTPROVINSI
DIINDONESIATAHUN2010
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
Rincianjumlahpendudukmenurutkelompokumur,angkabebantanggungandanprovinsitahun2010dapatdilihatpadaLampiran2.6.
B. KEADAANEKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalammenentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian Indonesiaselama tahun 20062010 mengalami pertumbuhan masingmasing sebesar 5,5%(2006),6,3%(2007),6,0%(2008),4,5%(2009),dan6,1%(2010).
Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% pada 2010,maka nilai ProdukDomestik Bruto (PDB) 2010 naik sebesar Rp 809,5 triliun. Dari Rp 5.613,4 triliunpada 2009 menjadi sebesar Rp 6.422,9 triliun pada 2010. Pertumbuhan tertinggiterjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 13,5%.Pertumbuhan terendah terjadi di sektor pertanian sebesar 2,9%. Sedangkan PDBuntuknonmigastumbuh6,6%.
Pertumbuhanekonomiberkaitaneratdenganangkatankerjadankesempatankerjadi Indonesia. Pembahasanmengenai kondisi ekonomiperludibarengi denganpembahasantentangangkatankerjadankesempatankerja.MenurutSurveiAngkatanKerjaNasional(Sakernas),definisioperasionalAngkatanKerjaadalahpendudukusiakerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan
17
penganggur.SementaraBekerjamenurutdefinisiSakernasadalahkegiatanekonomiyangdilakukanseseorangdenganmaksudmemperolehataumembantumemperolehpendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalamseminggu yang lalu. Kegiatan itu termasuk juga kegiatan pekerja tak dibayar yangmembantudalamsuatuusahaataukegiatanekonomi.
Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna untuk acuanpemerintah dalam pembukaan lapangan kerja baru di masa mendatang. Angka inijugamenunjukkantingkatkeberhasilanpembangunanprogramketenagakerjaandaritahunketahun.BerdasarkanpublikasidatahasilSakernasBPStahun20082010adapenurunan angka pengangguran. Hal ini disebabkan bertambahnya lapangan kerjapadasektorjasakemasyarakatansepertijasapertukangan,pembanturumahtangga,transportasi dan pertanian. Perkembangan angkatan kerja, penduduk yang bekerjadan pengangguran terbuka (jumlah dan persentase) pada rentang waktu Februari2008Februari2010disajikanpadaTabel2.2.
TABEL2.2PERKEMBANGANANGKATANKERJA,PENDUDUKYANGBEKERJA
DANPENGANGGURANTERBUKADIINDONESIATAHUN20082010
Feb2008(jutaorang)Feb2009(jutaorang)
Feb2010(jutaorang)
JumlahAngkatanKerja 111,48 113,74 115,99
Jumlahpendudukyangbekerja 102,05 104,49 107,41
Pengangguranterbuka 9,43 9,26 8,59
Pengangguranterbuka(%) 8,46 8,14 7,40
Sumber:BPS,SurveiAngkatanKerjaNasional20082010
SepertiterlihatpadaTabel2.2,terjadipeningkatanjumlahangkatankerjadanjumlah penduduk yang bekerja. Peningkatan jumlah penduduk telahmenyebabkanpeningkatan jumlah angkatan kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerjamenyebabkan semakin sempitnya peluang kerja dikarenakan minimnya lapanganpekerjaan. Pertumbuhan lapangan kerja lebih lambat dibandingkan denganpertumbuhanlapangankerja.Halinilahyangmenyebabkantimbulnyapengangguranterbuka yang cukup tinggi. Hal yang menggembirakan adalah turunnya jumlahpengangguran terbuka dari tahun ke tahun, walaupun angka pengangguran masihcukuptinggi.
Pembahasan yang cukup menarik tentang pengangguran adalahpengangguranberdasarkantingkatpendidikan.PadaGambar2.8dapatditunjukkanbahwa pengangguran tertinggi ada pada penduduk yang menamatkan pendidikanpada tingkatSMAdenganpersetase sebesar40,20%.Pengangguran tertinggikeduaada pada penduduk dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 19,97%. Tingkatpengangguran tertinggi ketiga adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SD.Sedangkantingkatpengangguranpadatingkatpendidikanuniversitassebesar8,54%.
18
GAMBAR2.8PERSENTASETINGKATPENGANGGURANMENURUTPENDIDIKAN
DIINDONESIATAHUN2010
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorongkemajuan,baikfisik,sosial,mentaldanspiritualdisegenappelosoknegeriterutamawilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadidaerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu: geografis, sumber dayaalam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dankonflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadapberbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat didaerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dansosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi NasionalPercepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayahadministrasi kabupaten. Menurut definisinya, daerah tertinggal adalah daerahkabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skalanasional dan berpenduduk relatif tertinggal. Penetapan kriteria daerah tertinggaldilakukan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan enamkriteria dasar yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana(infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dankarakteristikdaerah,sertaberdasarkankabupatenyangberadadidaerahpedalaman,kepulauan (pulau kecil dan gugus pulau), perbatasan antar negara, daerah rawanbencanadandaerahrawankonflikdansebagianbesarwilayahdaerahpesisir.
19
GAMBAR2.9
PROVINSIDENGANPERSENTASEKABUPATENTERTINGGALDIINDONESIATAHUN2010
Berdasarkan pendekatan tersebut, maka ditetapkan 183 kabupaten yang
dikategorikan kabupaten tertinggal. Saat ini Indonesia memiliki 19 kabupatenperbatasan, 33 pulaupulau kecil terluar berpenduduk dan 183 daerah tertinggal(termasuk terpencil). Pada tahun 2010 persentase daerah tertinggal adalah 36,8%(dari497kabupaten/kota)yangterdapatdi27provinsi.Provinsidenganpersentasekabupaten tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%, diikutioleh Nusa Tenggara Timur 65,2% dan Papua 93,1%. Jumlah dan persentasekabupatentertinggalmenurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.7.
Berdasarkan daerah tertinggal telah disusun skala prioritas dikawasanperbatasan dan pulau kecil terluar di Indonesia oleh Kementerian PembangunanDaerah Tertinggal. Terdapat 38 Kabupaten/Kota yangmasuk dalam skala prioritasdansangatprioritasyangtersebardi9ProvinsidiIndonesia.
TABEL2.3JUMLAHKABUPATENTERTINGGALDANPUSKESMASDIDTPK
DIINDONESIATAHUN2010
WilayahJumlah
Kabupaten
Kabupaten Puskesmas
Tertinggal
%
Puskesmasbiasa
PuskesmasDTPK
%
Sumatera 151 46 30,5 1946 862 44
Jawa,Bali 127 9 7,1 3524 500 14
Kalimantan 55 16 29,1 764 275 36
Sulawesi 73 34 46,6 911 590 65
Papua,Maluku,NTT,NTB 91 78 85,7 870 787 90
Jumlah 497 183 36,8 8.015 3.014 37,6Sumber:Kemenkes,DitjenBinkesmas2010
Sumber:StrategiNasionalPercepatanPembangunanDaerahTertinggal
20
Tabel 2.3 menunjukkan tentang jumlah kabupaten tertinggal dan jenispuskesmasdi Indonesia tahun2010. Persentasewilayah tertinggi untukkabupatentertinggaladalahPapua,Maluku,NusaTenggaraTimur,NusaTenggaraBaratdengankabupatentertinggalmencapai82,4%.Wilayahkabupatentertinggalterkecilterletakdi pulau Jawa dan Bali dengan persentase 14,4%. Pulau Kalimantan dan Sumateramempunyai kabupaten tertinggal sebesar 40% dan 4 %. Ratarata nasional diIndonesia,persentasekabupatentertinggalsebesar43,5%.Jumlahyangmasihcukupbesar dan persebarannya yang tidakmeratamengindikasikan adanya ketimpangandalamprogrampembangunan.SecaralebihlengkapdisajikandalamLampiran2.8
Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhanterhadapmakananyangsehat sehinggadapatmelemahkandaya tahan tubuhyangdapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakitpenyakit tertentu.Fenomenagiziburukdankurangseringkalidikaitkandengankondisiekonomiyangburuk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapatmenyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin sepertiXeropthalmia,Scorbut,danBeriberi.
Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untukmemenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur daripengeluaran. Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilaistandarkebutuhanminimum,baikuntukmakananmaupununuknonmakananyangharus dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhanminimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antarapenduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebutdengangariskemiskinan.GariskemiskinanperpropinsidiIndonesiadisajikanpadaLampiran2.9.
GAMBAR2.9PERSENTASEPENDUDUKMISKINDIINDONESIATAHUN20062010
Sumber:BPS,AnalisisdanPenghitunganTingkatKemiskinanTahun2010
BeritaResmiStatistik,BPS2008,No.45/07/Th.XIII,1Juli2010
21
Kategori miskin adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita perbulan sebesar Rp 211.726 atau sekitar Rp 7.000 per hari. Jumlah ini meningkatdibandingkan kategori miskin tahun 2009 per Maret yang tercatat sebesar Rp200.262 per kapita per bulan. Metode perhitungan kemiskinan dilakukan dengankonsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Pada bulan Maret 2010, jumlahpenduduk miskin menurun menjadi 31,02 juta (13,3%) dari 32,53 juta (14,15%)penduduk miskin pada bulan Maret 2009. Hal ini menunjukkan bahwa terjadipenurunan1,51jutapendudukmiskin.Persentasependudukmiskindaritahun20082010disajikanpadaTabel2.4.
TABEL2.4PERSEBARANDANPROPORSIPENDUDUKMISKIN
MENURUTKELOMPOKBESARPULAUDIINDONESIATAHUN20082010
KelompokPulauMaret2008 Maret2009 Maret2010
Jumlah(juta) %
Jumlah(juta) %
Jumlah(juta) %
Sumatera 7,3 20,9 5,3 17,3 6,7 21,4
Jawa 19,9 57,1 18,1 59,1 17,3 55,8
Kalimantan 2,4 6,8 2,2 7,3 2,2 7,1
BalidanNusaTenggara 1,2 3,5 1,0 3,3 1,0 3,3
Sulawesi 2,6 7,5 2,5 8,1 2,3 7,6
MalukudanPapua 1,5 4,2 1,5 4,9 1,5 4,8
Total 34,9 100,0 32,5 100,0 31,0 100,0
Berdasarkan data jumlah penduduk miskin menurut provinsi dari BPS(Lampiran 2.10) terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyataperbedaannya. Jumlah dan proporsi pendudukmiskinmenurut pulau dapat dilihatpada Tabel 2.4. Lebih dari separuh pendudukmiskin di Indonesia berada di PulauJawayaitu57,1%padatahun2008danmenjadi55,8%padatahun2010.Selebihnyatersebar di Sumatera 21,4%, Sulawesi 7,6%, Kalimantan 3,3%, Bali dan KepulauanNusa Tenggara 7,1%,Maluku dan Papua 4,8% (tahun 2010). Persentase pendudukmiskinmenurutprovinsitahun2010dipetakanpadaGambar2.10dibawahini.
Sumber:BPS,AnalisisdanPenghitunganTingkatKemiskinanTahun2010BeritaResmiStatistik,BPS2008,No.45/07/Th.XIII,1Juli2010
22
GAMBAR2.10PERSENTASEPENDUDUKMISKINDIINDONESIATAHUN2010
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
DalamroadmapreformasikesehatanmasyarakatKementerianKesehatanada7 prioritas yang harus dikerjakan untukmencapai sasaran strategis pembangunankesehatan. Salah satu di antaranya adalah mengatasi permasalahan pelayanankesehatandiDaerahyangBermasalahKesehatan(DBK)denganpendekatanspesifikyang tidak dapat disamakan dengan daerah lainnya. Penanggulangan DaerahBermasalah Kesehatan (PDBK) adalah upaya kesehatan terfokus, terintegrasi,berbasisbukti,dilakukansecarabertahapdidaerahyangmenjadiprioritasbersamakementerian terkait, dalam jangka waktu tertentu, sampai mampu mandiri dalammenyelenggarakankewenanganpemerintahandibidangkesehatanseluasluasnya.
Menurut definisi, Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) adalahkeadaan/derajatkesehatanwilayahkabupaten/kotayangdigambarkanmelaluihasilRiskesdas/SUSENAS dengan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM),wilayah menurut Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, IndeksPembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan (Pendataan SosialEkonomi/PSEBPS).
Hasil Riskesdas tahun 2007 menghasilkan instrumen pengukuran IndeksPembangunanKesehatanMasyarakat(IPKM).DenganIPKM,dapatdiketahuidimanadaerahdaerah bermasalah tersebut dapat dipetakan berdasarkan peringkatkabupaten/kota. Daerah yang mempunyai IPKM
23
TABEL2.5JUMLAHKABUPATEN/KOTADAERAHBERMASALAHKESEHATAN
DIINDONESIATAHUN2010
Kab/Kota Berat Berat, Perbatasan Berat,
Tertinggal
Berat, Tertinggal dan
Kepulauan Terluar
Berat, Tertinggal
dan Perbatasan
Jumlah
Kabupaten 14 1 71 7 5 98 Kota 18 1 0 0 0 19
Total 32 2 71 7 5 117
Jumlah Penduduk 37.741.501
Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes, 2010
Berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditetapkan di atas, dari 440kabupaten/kotayangmenjadidaerahpelaksanaanRiskesdas2007,terdapat117DBKyang berada di 22 provinsi. Tiga provinsimempunyai jumlah kabupaten/kotaDBKterbanyakyaituAceh(16kab/kota),Papua(15kab/kota)danNusaTenggaraTimur(12kab/kota).Kabupaten/kotabermasalahmeliputi32DBK,2DBKdanPerbatasan,71DBKBeratdanTertinggal,7DBKBerat,TertinggaldanKepulauanTerluardan5DBKBerat,TertinggaldanPerbatasansepertiterlihatpadaTabel2.5.
C. KEADAANKESEHATANLINGKUNGAN
Lingkunganmerupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatiankhusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktorperilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkunganmenentukan baik buruknyaderajatkesehatanmasyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator seperti : akses terhadap air bersih dan air minum yang aman, aksesterhadapsanitasidasar,danrumahsehat.
1. SaranaAirBersihyangDigunakandanAksesAirMinumBerkualitas
Secara nasional, 90% kualitas fisik airminum di Indonesia termasuk dalamkategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau). Akantetapi, masih terdapat rumah tangga dengan kualitas air minum keruh (6,9%),berwarna(4,0%),berasa(3,4%),berbusa(1,2%),danberbau(2,7%).
24
GAMBAR2.11PERSENTASERUMAHTANGGAMENURUTKUALITASFISIKAIRMINUM
DIINDONESIATAHUN2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010
Gambar2.11memperlihatkanpersentaserumahtanggadengankualitasfisik
airminumbaik.Provinsidenganpersentase rumah tanggadengan kualitas fisik airminumbaik tertinggi adalah di Bali (95,7%). Sedangkan yang terendah di ProvinsiPapua(69,0%).SecaralengkapmenurutprovinsidisajikandalamLampiran2.11.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menunjukkanpersentasekeluargamenurutjenissaranaairbersihyangdigunakanuntukkeperluanrumahtanggadanuntukkeperluanairminum.Secaranasional,persentasetertinggijenis sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga adalah airsumur gali terlindung (27,9 %), sumur bor/pompa(22,2%), dan air ledeng/PAM(19,5%). Sedangkan pertase tertinggi jenis sarana air bersih yang dipergunakanuntuk airminum adalah sumur gali terlindungi (24,7%), air ledeng/PAM (14,2%),dansumurbor/pompa(14%).Rincianpersentasekeluargamenurut jenissaranaairbersihyangdigunakanuntukkeperluan rumah tanggadanairminumdapatdilihatdalamLampiran2.12danLampiran2.13.
Gambaranpersentaserumahtanggayangmemilikiaksesyangbaik terhadapair minum berkualitas menurut provinsi dapat dilihat dalam Gambar 2.12. Secaranasional,sebesar67,5%rumahtanggatelahmempunyaiaksesyangbaikterhadapairminumyangberkualitas.
25
GAMBAR2.12PERSENTASERUMAHTANGGAMENURUTAKSESYANGBAIK
TERHADAPAIRMINUMYANGBERKUALITASDIINDONESIATAHUN2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010
Sebagianbesarrumahtanggadi Indonesiatelahdapatmengaksesairminumdenganmudah.Persentaserumahtanggayangmengakumudahuntukmendapatkanairbersihsebesar81,70%,sebesar17,8%rumahtanggasulitmendapatkanairbersihdi saatkemarau,danhanya0,5%rumahtanggayangsulit (sepanjang tahun)untukmendapatkan air bersih. Kemudahan rumah tangga dalammendapatkan air bersihdirincimenurutpropinsidapatdilihatsecaralengkapdiLampiran2.15.
2. SaranadanAksesterhadapSanitasiDasar
Airbersihdansanitasiyangbaikmerupakanelemenpentingyangmenunjangkesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yangmempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Riset Kesehatan Tahun 2010menghasilkan data persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar.Secara nasional, persentase tertinggi akses keluarga dengan kepemilikan saranasanitasidasaradalahkepemilikanterhadapfasilitasbuangairbesarsendiri(69,7%),persentase rumah tangga menurut akses terhadap pembuangan tinja layak sesuaiMDGs(55,5%),sertapersentaserumahtanggayangmenanganisampahdenganbaik(28,7%).
Gambar2.13memperlihatkanpersentaserumahtanggadenganfasilitasbuangairbesarmiliksendirimenurutprovinsi.
26
GAMBAR2.13PERSENTASERUMAHTANGGA
MENURUTPENGGUNAANFASILITASBUANGAIRBESARMILIKSENDIRIDIINDONESIATAHUN2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010
Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang menggunakanfasilitas buang air besar milik sendiri adalah Riau sebesar (84,3%), Lampung(80,4%). dan Kepulauan Bangka Belitung (79%). Sedangkan yang terendah diProvinsiGorontalo(32,1%),KalimantanTengah(49,4%),danMalukuUtara(49,6%).RincianmenurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.17.
Menurut jenis kloset yang digunakan, sebagian besar rumah tangga diIndonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 77,58%,cemplung/cubluk sebesar 14,32%, dan plengsengan sebesar 6,37%. Sebesar 59,3%rumahtanggadiIndonesiamenggunakantangkiseptiksebagaitempatpembuanganakhirtinja,sebesar16,4%tempatpembuangandisungai/kolam,dansebesar11,7%di buang di lubang tanah. Rincian persentase rumah tangga dengan kepemilikansaranasanitasidasardansehatmenurutprovinsidapatdilihatdalamLampiran2.18,Lampiran2.19,Lampiran2.20,danLampiran2.21.
3. RumahSehat
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagikehidupansetiaporang.Rumahtidakhanyaberfungsisebagaitempatuntukmelepaslelah setelah bekerja seharian, tetapi jugamempunyai fungsi yang penting sebagaitempat untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan sejahtera. Kriteria
27
rumah sehat berdasarkan Riskesdas 2010 adalah apabilamemenuhi tujuh kriteria,yaitu atap berplafon, dinding permanen, jenis lantai bukan tanah, tersedia jendela,ventilasicukup,pencahayaanalamicukup,dantidakpadathuni(>=8m2/orang).
GAMBAR2.14PERSENTASERUMAHTANGGAMENURUTKRITERIARUMAHSEHAT
DIINDONESIATAHUN2010
Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010
Hasil Riskesdas tahun 2010 menyatakan bahwa persentase rumah tanggasecara nasional yang mempunyai rumah sehat hanya 24,9%. Gambar 2.14menunjukkanprovinsidenganpersentase rumah sehat tertinggi adalahKalimantanTimur (43,6%), Kepulauan Riau (42,7%) dan Riau (41,1%). Provinsi denganpersentase rumah sehat yang terendah adalah Nusa Tenggara Timur (7,5%),Lampung (14,1%)dan Sulawesi Tengah (16,1%). Persentase rumah sehatmenurutprovinsidisajikanpadaLampiran2.22.
D.KEADAANPERILAKUMASYARAKAT
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruhterhadap kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu perilaku merokok,penanganansampah,usiawanitaperkawinanpertamadanjumlahanakyangpernahdilahirkan.
1. PerilakuMerokok
Merokokmerupakanmasalahyangbelumdapatterselesaikanhinggasaatini.MerokoksudahmelandaberbagaikalanganmasyarakatdiIndonesia,baikanakanaksampaiorangtua,lakilakimaupunperempuan.Salahsatusasaranprogramperilakusehatdanpemberdayaanmasyarakat adalahmenurunnyaprevalensi perokok serta
28
meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah, tempat kerja dan tempatumum.
GAMBAR2.15PERSENTASEPENDUDUKUMUR15TAHUNYANGMEROKOK
DIINDONESIATAHUN2010
Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010 Gambar 2.15 menunjukkan hasil Riskesdas tahun 2010 tentang perilakumerokok penduduk. Secara nasional persentase penduduk usia > 15 tahun yangmerokok adalah 34,7%, yang terdiri atas 28,2% perokok setiap hari dan 6,5%perokok kadangkadang. Persentase tertinggi penduduk > 15 tahun yang merokok(setiaphari dankadangkadang) terdapatdi ProvinsiKalimantanTengah (43,2%),NusaTenggaraTimur(41,2%),danMalukuUtara(40,8%).SedangkanyangterendahdiProvinsiSulawesiTenggara(28,3%),KalimantanSelatan(30,5%),danDKIJakarta(30,8%).Persentasependuduk>15tahunyangmerokokmenurutprovinsidisajikanpadaLampiran2.23.
Secara nasional, berdasarkan hasil Riskesdas 2010, persentase terbesarmenurutkelompokumurpertamakalimerokokadalahpadaumur1519tahun,yaitusebesar43,3%,kemudiankelompokumur1014tahun(17,5%),dankelompokumur2024 tahun (14,6%). Di antara para perokok, sebanyak 1,7% yang pertama kalimerokokpadaumur59tahun.KondisiinimenunjukkanbahwarataratapendudukIndonesiatelahmengisaprokok/mengunyahtembakaupadausiamuda.Hal ini jugadidukung denganmudahnya akses penduduk Indonesia untukmendapatkan rokokatautembakau.RincianmenurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.24
2.PenangananSampah
Riskesdas 2010 juga mengumpulkan data tentang pengelolaan sampah.Pengelolaan sampah dikatakan baik apabila sampah di rumah tangga diambil oleh
29
petugas, dibuat kompos, atau dikubur dalam tanah. Kategori kurang baik apabilarumah tangga dalam mengelola sampah dibakar, dibuang ke sungai, atausembarangan.PersentaserumahtanggayangmengelolasampahdengankriteriabaikdapatdilihatpadaGambar2.16berikutini.
GAMBAR2.16PERSENTASERUMAHTANGGAMENURUTKRITERIAPENANGANANSAMPAH
DIINDONESIATAHUN2010
Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010
Secaranasional,rumahtanggadalammengelolasampahdengankriteriabaikmasih rendah, yaitu hanya28,7%. Provinsi denganpersentase tertinggi adalahDKIJakarta, yaitu sebesar 84,3%, kemudian Kepulauan Riau 48,1%, dan KalimantanTimur47,2%.PersentaseterendahdiProvinsiGorontalosebesar6,0%,KalimantanBarat10,5%,danNusaTenggaraTimur11,7%.
3.UmurPerkawinanPertama
Umur perkawinan pertama adalah umur pada saat wanita melakukanperkawinansecarahukumdanbiologisyangpertamakali.Wanita yangkawinpadausia yang sangat muda mempunyai risiko yang lebih besar bagi keselamatan ibumaupunanak.Halinidikarenakanbelummatangnyarahimwanitausiamudauntukmelahirkananak.
SecaranasionalsepertiyangditunjukkanGambar2.17,dariperempuanumur1059 tahun yangpernah kawin, sebesar 41,9%di antaranya yangmenikah/kawinyang pertama kali pada umur 1519 tahun, kemudian pada umur 2024 sebesar33,6%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya umur perkawinan pertamaperempuan di Indonesia. Ratarata umur perkawinan pertama perempuan terjadipadaumur20tahun.Ratarataumurpertamaperempuanmenikahtertinggiterdapat
30
di Provinsi KepulauanRiau, yaitu umur 22,2 tahun danumurperkawinanpertamaperempuan terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah dan KalimantanSelatan,yaituumur19tahun.
GAMBAR2.17PERSENTASEPEREMPUANUMUR1059TAHUNYANGPERNAHKAWIN
MENURUTUMURPERKAWINANPERTAMADIINDONESIATAHUN2010
Persentaseperempuanumur1059tahunyangpernahkawinmenurutumurperkawinanpertamaperprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.26.
4.JumlahAnakyangPernahDilahirkan
Salah satu faktor utama dalam pertumbuhan penduduk adalah kelahiran.Semakinbesarjumlahkelahiranmakapertumbuhanpendudukakansemakinbesar.Gambar 2.18memperlihatkan hasil Riskesdas 2010 tentang persentase perempuanyang pernah kawin menurut jumlah anak yang pernah dilahirkan. Sebesar 56,1%dengananakyangpernahdilahirkanberjumlah12orangdansebesar29,9%dengananak yang pernah dilahirkan berjumlah anak 34 orang.Masih didapatkan sebesar3,4%dengananakyangpernahdilahirkanberjumlah7orangataulebih.Sedangkanyangbelum/tidakpunyaanakpersentasenyasangatkecil,yaituhanyasebesar2,2%.
Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010
31
GAMBAR2.18PERSENTASEPEREMPUANUMUR1059TAHUNPERNAHKAWIN
MENURUTJUMLAHANAKYANGPERNAHDILAHIRKANDIINDONESIATAHUN2010
Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010
Kondisi di provinsi seluruh Indonesia menunjukkan hal yang relatif sama.Sebagianbesarrumahtanggamempunyaijumlahanak12orangdenganpersentasetertinggi terjadi di Jawa Timur sebesar 68,1% dan DI Yogyakarta sebesar 67,7%.AngkaterendahterdapatdiNusaTenggaraTimur(35,6%).RincianmenurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.27.
***
35
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator
yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam
kondisi morbiditas, mortalitas, dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan
masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa
penyakit.
Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga
dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor
lainnya.
A. MORTALITAS
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun
sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI,
dan Angka Kematian Kasar.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah yang meninggal sebelum mencapai
usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang
dilakukan dalam rangka menurunkan AKB.
Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991. Pada tahun 1991
diestimasikan AKB sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil SDKI 2007
mengestimasikan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Hasil estimasi tersebut
memperhitungkan Angka Kematian Bayi dalam periode 5 tahun terakhir sebelum
survei, misalnya pada SDKI tahun 2007 diperoleh AKB untuk periode 5 tahun
sebelumnya yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
36
GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 S.D TAHUN 2007
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB seperti yang
ditampilkan pada gambar di atas, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan
berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan
pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan
gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.
GAMBAR 3.2
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
Hasil SDKI tahun 2007 juga mengestimasikan AKB pada tingkat provinsi.
Provinsi dengan AKB terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup, diikuti Aceh sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kalimantan Timur
serta Jawa Tengah sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi
terdapat di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh
Nusa Tenggara Barat sebesar 72 per 1.000 kelahiran hidup dan Sulawesi Tengah
37
sebesar 60 per 1.000 kelahiran hidup. Rincian AKB menurut provinsi di Indonesia
terdapat pada Lampiran 3.1. 2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA merepresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran
dan sebelum umur 5 tahun.
Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu
sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-
70 dan rendah dengan nilai < 20. SDKI tahun 2007 mengestimasikan nilai AKABA
sebesar 44 per per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan estimasi untuk
periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007).
GAMBAR 3.3
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 2007
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi, diketahui
bahwa provinsi dengan AKABA terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar
22 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup dan Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan provinsi dengan AKABA tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per
1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Maluku sebesar 93 per 1.000 kelahiran hidup dan
Nusa Tenggara Barat sebesar 92 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran AKABA
menurut provinsi dapat dilihat pada gambar berikut.
38
GAMBAR 3.4
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan
kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan
pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor
kesehatan.
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,
persalinan, dan nifas. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007
menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007)
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI
hasil SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada Gambar 3.5 berikut nampak adanya kecenderungan penurunan AKI sejak
tahun 1994 sampai dengan tahun 2007.
39
GAMBAR 3.5
ANGKA KEMATIAN IBU (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP)
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007
Sumber : Badan Pusat Statistik,2008
4. Angka Kematian Kasar (AKK)
Angka kematian kasar adalah jumlah kematian yang terjadi pada suatu waktu
dan tempat tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Estimasi Angka
Kematian Kasar (AKK) berdasarkan hasil SUPAS 2005, menyebutkan bahwa AKK
tahun 2007 sebesar 6,9 per 1.000 penduduk.
5. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) dapat digunakan untuk menilai status derajat
kesehatan. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan
dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Gambaran AHH di Indonesia
selama tahun 2006-2009 menunjukkan peningkatan.
Data BPS, menunjukkan bahwa AHH di Indonesia pada tahun 2006 dan 2007
sebesar 68,5 tahun dan 68,7 tahun. Angka tersebut kemudian naik menjadi 69 tahun
pada tahun 2008. AHH di Indonesia kembali meningkat menjadi 69,21 pada tahun
2009.
Pada tahun 2009, provinsi dengan AHH tertinggi adalah DI Yogyakarta, yaitu
sebesar 73,16 yang diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 73,05 dan Sulawesi Utara sebesar
72,12 tahun. Sedangkan, AHH terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebesar 61,8 tahun, yang diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 63,45 tahun dan
Banten sebesar 64,75 tahun. Gambaran AHH pada tahun 2008-2009 menurut
provinsi terdapat pada Lampiran 3.2.
40
GAMBAR 3.6
ANGKA HARAPAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2009
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa AHH merupakan salah
satu komponen dalam memformulasikan IPM. Berikut ini ditampilkan nilai IPM 33
provinsi di Indonesia tahun 2009.
GAMBAR 3.7 NILAI IPM MENUURT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2009
Sumber: BPS, 2010
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa provinsi dengan IPM tertinggi
adalah DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Riau. Sedangkan provinsi dengan IPM
terendah adalah Papua, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
41
B. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu
penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada
kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Rumah Sakit
Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010
menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) menunjukkan bahwa kasus terbanyak
merupakan penyakit diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis
infeksi) dengan jumlah total kasus 71.889. Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak
pada pasien rawat inap di rumah sakit dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 3.1
POLA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2010
No Daftar Tabulasi Dasar
(DTD)
Kasus Jumlah
Pasien
Keluar
Meninggal CFR (%) Laki-
Laki Perempuan
1
Diare & gastroenteritis oleh
penyebab infeksi tertentu
(kolitis infeksi)
37.281 34.608 71.889 1.289 1,79
2 Demam Berdarah Dengue 30.232 28.883 59.115 325 0,55
3 Demam tifoid dan
paratifoid 19.706 21.375 41.081 274 0,67
4 Penyulit kehamilan dan
persalinan lainnya 0 40.636 40.636 276 0,68
5 Dispepsia 9.594 15.122 24.716 166 0,67
6 Cedera YDT lainnya YTT
dan daerah badan Multipel 14.405 7.328 21.733 605 2,78
7 Hipertensi esensial
(primer) 8.423 11.451 19.874 955 4,81
8 Cedera intrakranial 12.010 7.371 19.381 1.025 5,29
9 Infeksi saluran napas
bagian atas akut lainnya 9.737 8.181 17.918 589 3,29
10 Pneumonia 9.340 7.971 17.311 1.315 7,60
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2011
Pada gambar di atas nampak bahwa tingkat kematian tertinggi pada 10
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit adalah pneumonia sebesar
7,6%, diikuti oleh cedera intrakranial sebesar 5,29% dan hipertensi esensial (primer)
sebesar 4,81%.
Pada pasien rawat jalan, gambaran 10 penyakit terbanyak menunjukkan pola
yang sedikit berbeda. Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya memiliki jumlah
kasus terbanyak sebesar 291.356 kasus.
42
TABEL 3.2
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2010
No Daftar Tabulasi Dasar
(DTD)
Kasus Jumlah
Kasus
Baru
Jumlah
Kunjungan Laki-Laki Perempuan
1 Infeksi saluran napas bagian
atas akut lainnya 147.410 143.946 291.356 433.354
2 Cedera YDT lainnya YTT dan
daerah badan Multipel 77.337 49.739 127.076 168.768
3 Penyakit kulit dan jaringan
subkutan lainnya 48.576 73.500 122.076 192.414
4 Gangguan refraksi dan
akomodasi 42.349 69.164 111.513 143.404
5
Diare & gastroenteritis oleh
penyebab infeksi tertentu
(kolitis infeksi)
53.389 51.890 105.279 141.556
6 Dispepsia 34.981 53.618 88.599 163.428
7 Penyakit pulpa dan
periapikal 39.427 46.994 86.421 163.211
8 Hipertensi esensial (primer) 35.462 45.153 80.615 277.846
9 Konjungtivitis dan gangguan
lain konjungtiva 30.250 37.776 68.026 87.513
10 Penyakit telinga dan
prosesus mastoid 30.583 30.855 61.438 99.663
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2011
2. Status Gizi
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam
MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga
indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator
BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak
memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena
berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain,
berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis) atau
karena diare atau penyakit infeksi lain (akut).
Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup
sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan
yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan
indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi
dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya: mengidap penyakit tertentu dan
kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
43
Gambaran status gizi balita dengan indikator BB/U berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa provinsi dengan prevalensi balita gizi
buruk tertinggi adalah Gorontalo sebesar 11,2%, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
sebesar 10,6%, dan Kalimantan Barat sebesar 9,5%. Sedangkan prevalensi balita gizi
buruk terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 1,4%, diikuti oleh Bali
sebesar 1,7%, dan DKI Jakarta sebesar 2,6%.
Permasalahan gizi kronis yang diindikasikan melalui indikator antropometri
TB/U menunjukkan bahwa prevalensi balita sangat pendek paling tertinggi terdapat
di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 30,9%, diikuti oleh Papua Barat sebesar
28,6%, dan Nusa Tenggara Barat sebesar 27,8%. Sedangkan provinsi dengan
pevalensi balita sangat pendek terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 10,2%, diikuti
oleh Kepulauan Riau sebesar 11,4%, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 12,5%.
Permasalahan gizi bersifat akut yang dapat diketahui melalui indikator BB/TB
menunjukkan gambaran bahwa prevalensi balita sangat kurus tertinggi terdapat di
Provinsi Jambi sebesar 11,3%, diikuti oleh Bengkulu sebesar 9,7%, dan Riau sebesar
9,2%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita sangat pendek terendah adalah
Kepulauan Bangka Belitung sebesar 1,7%, diikuti oleh Kepulauan Riau sebesar 2%,
dan Sulawesi Utara sebesar 2,6%.
Gambaran status gizi pada kelompok umur > 18 tahun dapat diketahui melalui
prevalensi gizi berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Melalui indikator
ini dapat diketahui bahwa prevalensi penduduk dewasa > 18 tahun dengan kategori
kurus tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 19,7%, diikuti
oleh Kalimantan Selatan sebesar 18,6%, dan DI Yogyakarta sebesar 17,5%.
Sedangkan prevalensi kurus terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar
6%, diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 8,4%, dan Sumatera Utara sebesar 8,7%.
Informasi lebih rinci mengenai status gizi balita dapat dilihat pada Lampiran 3.5, 3.6,
3.7, 3.8, dan 3.9.
Berikut ini disajikan tabel prevalensi status gizi pada balita berdasarkan
indikator antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB menurut karakteristik jenis kelamin,
pendidikan kepala rumah tangga, dan tingkat pengeluaran rumah tangga.
44
TABEL 3.3
PREVALENSI (%) STATUS GIZI BALITA (BB/U)
MENURUT KAREKTERISTIK RESPONDEN, RISKESDAS 2010
Karaktersitik Responden Gizi Buruk Gizi
Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Jumlah
Jenis
Kelamin
Laki-Laki 5,2 13,9 75,0 5,9 100
Perempuan 4,6 12,1 77,5 5,8 100
Jumlah 4,9 13,0 76,2 5,8 100
Tingkat
Pengeluaran
Rumah
Tangga per
Kapita
Kuintil 1 7,1 15,6 72,2 5,2 100
Kuintil 2 4,9 14,2 75,8 5,1 100
Kuintil 3 4,6 13,0 77,4 5,0 100
Kuintil 4 3,8 11,5 78,4 6,4 100
Kuintil 5 2,5 7,9 80,5 9,0 100
Jumlah 4,9 13 76,2 5,8 100
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa prevalensi balita gizi
buruk dan prevalensi balita gizi kurang pada balita laki-laki lebih besar dibandingkan
balita perempuan. Selain itu juga dapat dilihat bahwa semakin rendah tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita, semakin tinggi prevalensi balita gizi buruk dan
prevalensi balita gizi kurang. Sedangkan prevalensi balita gizi baik meningkat seiring