Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN PENELITIAN
PROFIL DEMOGRAFIS DAN PSIKOGRAFIS PEMIRSA SIARAN TVRI DI BALI
Televisi Republik Indonesia
Bekerjasama dengan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Udayana
TIM PENELITI: 1. Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel, S.Sos, M.Si (Ketua)
2. Dewi Yuri Cahyani, S.Sos, M.Si (Anggota) 3. Ni Nyoman Dewi Pascarani, SS, M.Si (Anggota)
4. I Dewa Ayu Sugiarica Joni, S.Kom, MA (Anggota) 5. Ade Devia Pradipta, SE, MA (Anggota)
DENPASAR, BALI November 2014
2
DAFTAR ISI
1 Daftar Isi 1 2
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 3 1.2 Permasalahan 4 1.3 Tujuan 5 1.4 Manfaat 5 3
Landasan Teori
2.1 Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan 6 2.2 Kerangka Teori 6 4
Metode Penelitian
3.1 Tahapan Penelitian 10 3.2 Jenis Penelitian 10 3.3 Lokasi Penelitian 10 3.4 Instrumen Penelitian 10 3.5 Populasi dan Sampel 11 3.6 Analisa Data 13 3.7 Penyajian Hasil Analisa Data 14 3.8 Jadwal dan Jangka Waktu Pelaksanaan Penelitian 14 5
Hasil Penelitian
4.1 Profil Pemirsa TVRI 15 4.2 Profil Psikografis Pemirsa TVRI Bali 19 4.3 Pola Konsumsi Televisi Pemirsa TVRI Bali 31 4.4 Profil Pengetahuan Pemirsa TVRI Bali akan program TVRI 40 4.5 Media dan Pemuasan Kebutuhan 45 6
Penutup
5.1 Kesimpulan 46 5.2 Saran 48
3
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hingga saat ini, televisi masih menjadi salah satu media massa elektronik
yang paling dominan. Hampir semua rumah tangga di Indonesia memiliki pesawat
dan menikmati tayangan televisi. Hal ini disebabkan karena hampir tidak ada ongkos
yang harus dikeluarkan oleh pemirsa, tidak seperti jika mereka ingin mendapatkan
informasi atau hiburan melalui media cetak atau internet. Hal ini menjadikan televisi
memiliki potential viewers yang cukup besar. Tak heran jika hingga saat ini televisi
masih menjadi media favorit para pengiklan untuk mengiklankan produknya. Iklan
begitu berjubel menyesaki acara-acara televisi, terutama program yang banyak
ditonton atau tayang pada prime time. Meski banyak riset yang menunjukkan bahwa
salah satu perilaku pemirsa televisi adalah menghindari iklan, namun karena potential
viewers-nya yang besar tersebut, para pemasar menganggap televisi masih tetap
memiliki jangkauan yang lebih baik dibandingkan media massa lain.
Sebaliknya bagi stasiun televisi, iklan adalah sumber pendapatan. Sumber
pendapatan dari kue iklan ini merupakan salah satu sumber daya untuk membuat
program yang bervariasi dan berkualitas agar stasiun televisi tersebut kompetitif
dalam memperebutkan penonton. Harus disadari bahwa persaingan di industri televisi
semakin ketat, sehingga pembagian kue penonton pun semakin mengecil. Untuk itu
televisi harus mampu beradaptasi, baik dengan pesaing maupun dengan kebiasaan
pemirsa, dengan cara membuat program-program yang variatif dan berkualitas jika
tidak ingin ditinggalkan oleh pemirsanya.
Tantangan di atas juga dihadapi oleh TVRI sebagai salah satu lembaga
penyiaran publik (LPP) di Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan di Bali pada
2012 oleh Universitas Udayana, data menunjukkan bahwa TVRI hanya dipilih oleh
6% responden sebagai stasiun tv favorit. Posisi TVRI sebagai stasiun penyiaran tertua
di Indonesia ternyata tidak cukup kuat untuk menjadikan TVRI sebagai stasiun
televisi yang menjadi favorit pemirsa. Hal ini disebabkan karena pada umumnya
masyarakat menganggap bahwa kualitas sinyal TVRI yang tertangkap di wilayah
mereka tidak sebaik stasiun TV lain, kualitas dan variasi program yang kurang baik,
dan persaingan ketat dengan televisi berlangganan.
4
Grafik 1. Stasiun TV Favorit Pemirsa TV di Bali
Situasi tersebut menjadi tantangan bagi pengelola TVRI terutama dalam
mencari sumber-sumber pendapatan dari kue iklan. Karena sejauh ini, pengiklan
masih berpatokan pada rating dalam memilih media untuk beriklan. Selain rating
yang tinggi, semestinya masih ada hal-hal lain yang harus diperhatikan oleh
pengiklan, misalnya kualitas program, brand image program, positioning program,
dll. Intinya, sebuah program televisi yang dipilih semestinya memungkinkan produk
yang diiklankan bisa ter-ekspose secara maksimal. Padahal dengan beriklan di
program yang memiliki rating yang tinggi, belum tentu iklan tepat sasaran karena bisa
saja segmentasi pemirsa program tersebut tidak sesuai dengan positioning pengiklan.
Ini sebuah peluang bagi stasiun TV untuk menggaet pengiklan, dengan catatan,
pengelola stasiun televisi harus memiliki data yang akurat tentang profil pemirsa
program-program siaran mereka sebagai bahan pertimbangan bagi para pengiklan.
Untuk itu, penelitian ini ingin menggali informasi mengenai profil demografis
dan psikografis dari pemirsa program-program siaran TVRI. Dengan gambaran akurat
yang dihasilkan, diharapkan Departemen Penjualan (Sales/Marketing Department)
bisa menawarkan spot iklan sebuah program kepada calon pengiklan yang memiliki
kesamaan segmentasi dan target khalayak, serta positioning produk dengan program-
program yang ditayangkan TVRI. Pada akhirnya pendapatan yang dihasilkan dari
iklan tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas program-program siaran
LPP TVRI. Data tersebut nantinya juga bisa digunakan sebagai masukan bagi
Departemen Program untuk membuat variasi program yang sesuai dengan tuntutan,
kebutuhan, dan karakteristik pemirsanya dan tidak terlalu bercermin pada diri sendiri.
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
5
“Bagaimana segmentasi dan profil pemirsa siaran program TVRI di Bali berdasarkan
karakteristik demografis dan psikografis mereka?”
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengidentifikasikan segmentasi dan profil
pemirsa siaran TVRI di Bali berdasarkan karakteristik demografis dan psikografis.
1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
a) Memberi gambaran mengenai profil demografis dan psikografis pemirsa
siaran TVRI di Bali.
b) Memberi masukan dalam mengembangkan progam siaran dan isi siaran TVRI
di Bali.
6
II. LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan
Secara khusus, peneliti belum menemukan studi yang meneliti mengenai
karakteristik demografis dan psikografis pemirsa televisi di Bali. Pada umumnya studi
mengenai khalayak lebih menggali pengetahuan berkaitan dengan perilaku menonton
televisi dan dampak tayangan televisi. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Tim
Peneliti dari Universitas Udayana yang melakukan riset mengenai program siaran
TVRI di Bali pada tahun 2012. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa program-
program TVRI mendapat tanggapan positif dari sisi konsep acara. Namun sayangnya
kualitas teknis dari program-program yang ditayangkan masih dianggap buruk yang
menyebabkan pemirsa lebih memilih menonton program di televisi lain. Selain
tanggapan pemirsa TVRI terhadap program-program siaran TVRI Bali, penelitian ini
juga menghasilkan profil demografis pemirsa secara umum, terutama yang berkaitan
dengan jenis kelamin, usia, dan pekerjaan pemirsa.
2.2. Kerangka Teori
Teori yang digunakan adalah teori-teori di bidang komunikasi massa dan
media massa, serta teori-teori dalam rumpun sosiologi dan psikologi yang akan
digunakan untuk menganalisis profil demografis dan psikografis khalayak. Beberapa
teori dan konsep yang digunakan adalah khalayak massa, Uses and Gratifications
Theory, dan Model uses and gratifications dari Rosengren.
a) Khalayak Massa
Khalayak memiliki sifat-sifat sebagaimana yang ada pada konsep massa,
namun lebih spesifik teragregat pada suatu media massa. Menurut Bungin (2007),
sifat dari khalayak massa di antaranya:
1. Terdiri dari jumlah besar.
2. Suatu pemberitaan media massa dapat ditangkap oleh masyarakat dari
berbagai tempat, sehingga sifat audiens massa juga ada tersebar di mana-
mana, terpencar, dan tidak mengelompok pada wilayah tertentu.
3. Pada mulanya audiensi massa tidak interaktif, artinya antara media massa dan
pendengar atau pemirsanya tidak saling berhubungan, namun saat ini konsep
7
tersebut mulai ditinggal karena teknologi memungkinkan terjadinya interaksi
antara audiens dengan media massa.
4. Terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang sangat heterogen.
5. Tidak terorganisir dan bergerak sendiri.
Charles R. Wright (dalam Sutaryo, 2005) menuturkan, selama beberapa
dasawarsa belakangan ini banyak penelitian telah dilakukan dalam bidang
analisis khalayak. Penelitian ini meliputi studi mengenai karakteristik demografis
dan sosial khalayak media tertentu, tumpang tindih di antara khalayak media,
sifat penggemar dan bukan penggemar, penggunaan media oleh individu dan
kepuasan yang diperoleh dari media, dan perilaku komunikasi yang selektif dari
orang-orang dengan latar belakang sosial yang sama dan yang berbeda. Pada
umumnya, khalayak berbagai media massa berbeda secara lebih menonjol dalam
karakteristik sosial mereka dibanding ciri-ciri kepribadiannya. Penggunaan media
cetak meningkat dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan, meskipun
jumlah waktu untuk menonton televisi tidak berkurang. Jenis isi pesan yang
dikonsumsi, begitu pula penggunaan media, kelihatannya berhubungan dengan
karakteristik sosial.
b) Uses and Gratifications
Teori yang dikemukakan oleh Blumler, Gurevitch dan Katz (Griffin, 2003) ini
menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran yang aktif dalam memilih
dan menggunakan media. Pengguna media menjadi bagian yang aktif dalam
proses komunikasi yang terjadi serta berorientasi pada tujuannya dalam media
yang digunakannya.
Littlejohn (2002) menyatakan bahwa teori ini menekankan fokus pada
individu khalayak ketimbang pesan dari media itu sendiri:
“Compared with classical effect studies, the uses and gratifications approach
takes the media consumer rather than the messages as its starting point, and
explores his communication behavior in terms of his direct experience with the
media. It views the member of the audience as actively utilizing media content,
rather than being passively acted upon by the media. Thus, it does not assume a
direct relationship between messages and effects, but postulated instead that
members of the audience put messages to use, and the such usages act as
8
intervening variables in the process effects.” (Katz, Blumler & Gurevitch, dalam
Littlejohn, 2002).
Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu
menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini
bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para
pendirinya juga, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara
psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau
sumber-sumber lain, yang membawa pada pola tepaan media yang berlainan, dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.
Menurut asumsi teori ini, karena pengguna media memilih media massa
disesuaikan dengan kebutuhan mereka, maka pilihan penggunaan media akan
mencerminkan karakteristik-karakteristik khusus pengguna media tersebut.
c) Model Uses and Gratifications Rosengren
Versi lain dari pendekatan Uses and Gratifications dikemukakan oleh Karl
Erik Rosengren (Sendjaja dkk, 1994) yang memodifikasi elemen kebutuhan dan
kepuasan menjadi 11 elemen, yaitu:
1. Kebutuhan mendasar tertentu.
2. Berbagai kombinasi antara karakteristik intra dan ekstra-individu.
3. Struktur masyarakat, termasuk struktur media.
4. Berbagai kombinasi persoalan individu.
5. Persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut.
6. Berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan.
7. Perbedaan pola konsumsi media.
8. Perbedaan pola perilaku lainnya.
9. Perbedaan pola pemenuhan.
10. Kombinasi karakteristik intra dan ekstra-individu.
11. Struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam
masyarakat.
Kebutuhan individu dianggap sebagai titik awal. Meski demikian, tumbuhnya
kebutuhan tidak terjadi dalam situasi yang vakum, melainkan melalui interaksi
dengan elemen-elemen di dalam dan di sekitar individu. Pada tingkat individual,
persoalan-persoalan yang dirasakan dan solusinya dapat memberikan motif untuk
bertindak. Dengan demikian, persoalan yang membawa pada motif tertentu akan
9
menyebabkan tindakan dalam bentuk konsumsi media atau perilaku lainnya.
Karena kebutuhan, persoalan, dan motif berbeda bagi individu atau kelompok
yang berbeda, maka hasilnya adalah pola-pola perilaku yang berbeda pula.
Sejumlah orang akan mencari sesuatu yang menghibur, lainnya memilih
informasi, dan sejumlah lainnya bahkan tidak menggunakan media sama sekali.
10
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
Dalam menjawab tujuan penelitian, maka metode penelitian akan
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hal ini untuk memperkaya hasil
penelitian dengan jangkauan yang lebih luas. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan
jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit
yang diteliti.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dimana mencoba
menjelaskan gejala sosial yang dinyatakan dalam variabel-variabel. Metode
pengumpulan data akan menggunakan metode penelitian survey, dimana
menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data responden.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian termasuk dalam penelitian deskripsi secara sistematis, faktual,
dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Jadi hasil
penelitian akan menjelaskan secara deskriptif mengenai sifat dan fakta akan objek
penelitian dalam hal ini adalah pemirsa siaran TVRI di Bali.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di 5 kabupaten/kota di Bali, yakni Kabupaten
Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Tabanan, dan Kota
Denpasar.
3.4 Instrumen Penelitian
Tehnik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian survey dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari responden.
Sedangkan responden adalah sampel penelitian atau orang melalui mana peneliti
memperoleh data. Kuesioner yang digunakan akan berbeda sesuai dengan spesifikasi
11
sampel. Metode Kuesioner atau angket ini adalah serangkaian atau daftar pertanyaan
yang disusun secara sistemis, kemudian dikirim atau diisi oleh responden (Bungin,
2009:123).
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti. Sedangkan sampel
adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karenanya sampel harus
dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri
(Bailey, 1994:83). Sampel memiliki beberapa ide dasar yakni mencari informasi atau
pengetahuan tentang keseluruhan obyek atau gejala yang diteliti (populasi),
mengamati sebagian dari obyek/gejala yang diteliti (sampel) dan menarik kesimpulan
tentang keseluruhan obyek/gejala yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
pemirsa TVRI Bali yang berdomisili di lima kabupaten dan kota di Bali. Namun tim
peneliti tidak memiliki data awal berapa jumlah pemirsa TVRI di Bali pada
khususnya di setiap kabupaten/kota di Bali. Maka kerangka sampel yang digunakan
adalah jumlah penduduk per kabupaten/kota di Bali. Adapun jumlah penduduk per
kabupaten dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Jumlah Penduduk per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
KABUPATEN/KOTA Jumlah Penduduk
Jembrana 261.638
Tabanan 420.913
Badung 543.332
Gianyar 489.777
Klungkung 170.543
Bangli 215.353
Karangasem 396.487
Buleleng 642.125
Denpasar 788.589
Total 3.890.757
Sumber : Bali dalam Angka 2010, BPS
12
Namun dengan beberapa alasan maka tidak seluruh kabupaten dan kota di Bali
dijadikan populasi dalam penelitian ini, di antaranya: jangkauan siaran TVRI tidak
dapat diterima dengan baik di Kabupaten Buleleng karena faktor geografis dan
persamaan karakteristik penduduk di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Bali. Untuk
itu maka penelitian akan dilakukan hanya di lima kabupaten dan kota yakni;
Kerangka Sampel
Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
Denpasar 788.589
Bangli 215.353
Karangasem 396.487
Tabanan 420.913
Gianyar 489.777
TOTAL 2.311.119
Sampel dalam penelitian ini ditarik dengan menggunakan sistem sampel
purposive sampling di mana termasuk dalam sistem sampel nonprobabilitas. Pada
rancangan sampel nonprobabilitas, penarikan sampel tidak penuh dilakukan dengan
menggunakan hukum probabilitas, artinya bahwa tidak semua unit populasi memiliki
kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Bungin, 2009;109).
Responden dalam penelitian ini didapatkan melalui tehnik purposive sampling
atau judgemental, di mana informan yang akan diwawancarai adalah pihak-pihak
yang berkepentingan di mana merupakan pemirsa TVRI Bali. Dengan sampling eror
sebesar 7 (lima) persen maka sampel yang diambil dari jumlah populasi 3.890.757
menurut rumus Slovin dalam Green (2000) adalah 204 responden. Adapun rumus
slovin adalah sebagai berikut;
n = N / (1 + N. E2)
n = sampel
N = populasi
E = sampling eror
13
Maka sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 204 responden yang tersebar di lima
kabupaten/kota di Provinsi Bali. Jumlah sampel untuk setiap kabupaten/kota adalah
proporsional dengan jumlah penduduk kabupaten dengan jumlah penduduk provinsi
Bali. Maka jumlah sampel yang diambil per kabupaten adalah sebagai berikut
Jumlah sampel per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
KABUPATEN/KOTA Jumlah Penduduk Jumlah sampel
Tabanan 420.913 37
Gianyar 489.777 43
Bangli 215.353 19
Karangasem 396.487 35
Denpasar 788.589 70
Total 2.311.119 204
3.6 Analisa Data
Terdapat tiga jalur analisis data kuantitatif, yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Reduksi data adalah proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses
ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian,
permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti.
Reduksi data meliputi: meringkas data, mengkode, menelusur tema, dan
membuat gugus-gugus. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak
perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Cara reduksi data adalah seleksi ketat atas
data, ringkasan atau uraian singkat, dan menggolongkan dalam pola yang lebih luas.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga
memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Bentuk penyajian data kualitatif :
14
1. Teks naratif: berbentuk catatan lapangan
2. Matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi
yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga
memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah
tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
3.7 Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data akan disajikan dalam bentuk bagan atau grafik maupun
dalam bentuk naratif. Data yang terkumpul diharapkan mendapat penjelasan lebih
mendalam dalam bentuk data kualitatif.
3.8 Jadwal dan Jangka Waktu Pelaksanaan Penelitian
Jangka waktu penelitian direncanakan selama 3 bulan, terhitung sejak tanggal
penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK)/Perjanjian. Adapun jadwal dan jangka
waktu penelitian seperti di bawah ini:
Jadwal dan Jangka Waktu Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
Sept Okt Nov
1 Proposal penelitian
2 Penyusunan daftar pertanyaan
3 Persiapan dan penelitian lapangan
4 Konsep laporan awal (Draft Preliminary report)
5 Konsep laporan akhir (Draft final report)
6 Laporan akhir (Final Report)
7 Seminar/diseminasi penelitian
8 Penyerahan laporan akhir
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam membahas hasil penelitian ini, maka pembahasan akan terbagi menjadi
beberapa sub bahasan, di antaranya profil pemirsa TVRI Bali, profil pola konsumsi
televisi pemirsa TVRI Bali, dan profil pengetahuan pemirsa TVRI Bali akan program
TVRI. Adapun variabel yang diukur dalam profil pemirsa adalah mulai dari
segmentasi umur, pekerjaan hingga psikografis pemirsa TVRI Bali.
4.1. Profil Pemirsa TVRI
Jenis Kelamin dan Usia
Pemirsa TVRI didominasi oleh laki-laki. Di mana dari 204 responden, 57
persen responden berjenis kelamin laki-laki dan sisanya yakni 43 persen responden
adalah perempuan. Namun usia penonton TVRI di Bali masih hampir tersebar merata.
Dari 204 responden penonton TVRI, rentang usia penonton TVRI ternyata beragam.
Namun angka terbesar yakni 34,5 persen responden penonton TVRI berusia antara 19
hingga 25 tahun. Sedangkan usia penonton TVRI di atas usia 45 tahun menempati
posisi kedua dengan 19,2 persen responden. Hal ini dapat dilihat dalam grafik di
bawah ini:
Grafik 4.1. Usia Pemirsa TVRI Bali
Grafik di atas menyimpulkan bahwa tidak ada segmentasi usia yang khusus penonton
TVRI di Bali, selain usia 19 hingga 25 tahun. Temuan ini membuktikan bahwa TVRI
16
kini tidak hanya dikonsumsi oleh penonton dengan usia di atas 45 tahun saja namun
juga telah berhasil menyasar penonton pada usia produktif yakni 19-25 tahun.
Profesi
Hal ini sejalan dengan profesi atau pekerjaan sebagian besar penonton TVRI
di Bali adalah pelajar/mahasiswa. Tercatat 28,8 responden penonton TVRI Bali
adalah pelajar/mahasiswa, 24,7 persen adalah pegawai swasta. Responden TVRI Bali
pun 12,1 persen berprofesi sebagai PNS, 10,6 persen wirausaha/pedagang, bahkan 7,6
persen berprofesi sebagai petani. TVRI Bali pun ternyata berhasil menyasar pasar ibu
rumah tangga dimana 7,1 persen responden adalah ibu rumah tangga. Hal ini terlihat
dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.2. Pekerjaan Responden Pemirsa TVRI Bali
Pendidikan
Profil pendidikan pemirsa TVRI di Bali tergolong cukup tinggi, di mana 49,3
persen responden pemirsa TVRI Bali adalah berpendidikan terakhir SMA/K/MA.
Kemudian 25,6 persen responden lainnya berpendidikan akhir sarjana hingga
magister dan tercatat hanya 2,5 persen yang tidak sekolah dan 0,5 persen yang tidak
berhasil menamatkan sekolah dasar. Data selengkapnya dapat dilihat dalam grafik di
bawah ini:
17
Grafik 4.3. Profil Pendidikan Terakhir Pemirsa TVRI Bali
Suku Bangsa
Penonton atau pemirsa TVRI Bali di Bali juga masih didominasi oleh
penonton dengan suku Bali yakni mencapai 87,8 persen bersuku Bali, dan diikuti oleh
suku Jawa yang mencapai 9,6 persen responden. Kemudian sisa responden berasal
dari beragam suku bangsa lainnya seperti Sunda, Madura, Padang dan lain-lain.
Agama
Penonton atau pemirsa TVRI Bali di Bali juga masih didominasi oleh
penonton dengan agama Hindu yakni mencapai 81,3 persen bersuku Bali. Sedangkan
11,3 persen responden menganut agama Islam, 4,9 persen menganut agama Katolik
dan 2,5 persen menganut agama Kristen.
Pendapatan
Penonton TVRI Bali tergolong pada kelas menengah di mana pendapatan
sebagian besar pemirsa TVRI Bali berkisar pada pendapatan satu juta rupiah hingga
tiga juta rupiah. Tercatat sekitar 33,7 persen responden mengaku memiliki pendapatan
per bulannya dalam rentang satu juta rupiah hingga tiga juta rupiah. Sedangkan
kelompok kedua yakni 18,3 persen responden memiliki pendapatan lima ratus hingga
satu juta rupiah, dan 16,3 persen responden memiliki pendapatan antara tiga juta
rupiah hingga lima juta rupiah. Data selengkapnya dapat dilihat dalam grafik di
bawah ini:
18
Grafik 4.4. Profil Pendapatan Pemirsa TVRI Bali
Pengeluaran
Sedangkan untuk pengeluaran tidak ada perbedaan yang signifikan antara
demografi dengan pengeluaran bulanan. Baik pemirsa yang tinggal di wilayah urban
maupun rural, sebagian besar mengeluarkan uang sejumlah satu hingga tiga juta per
bulan. Bedanya, bagi mereka yang tinggal di pedesaan, tak satu pun memiliki
pengeluaran di atas lima juta per bulan.
Tabel 4.1. Pengeluaran Bulanan
Kategori Wilayah
Pengeluaran Per Bulan
<100.000 100.000-500.000
500.000-1.000.000
1.000.000-3.000.000
3.000.000-5.000.000 >5.000.000
Urban 12.3% 14.0% 8.8% 43.9% 14.9% 6.1%
Rural 1.3% 14.5% 13.2% 60.5% 10.5% .0%
Jumlah Keluarga
Sebagian besar penonton TVRI Bali yakni 58,5 persen responden tergolong
memiliki keluarga dengan jumlah keluarga tiga hingga lima orang. Sedangkan 27
persen responden memiliki jumlah keluarga satu hingga tiga orang dan hanya 10
persen responden yang memiliki jumlah keluarga lebih dari lima orang. Hal ini dapat
diketahui dalam grafik di bawah ini;
19
Grafik 4.5. Profil Jumlah Keluarga Pemirsa TVRI Bali
Masyarakat Urban dan Rural
Perbedaan karakteristik wilayah antara perkotaan (urban) dan (rural) ternyata
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap karakteristik psikografis penduduk. Hal
ini disebabkan karena secara umum, baik wilayah urban dan rural di Bali, telah
mendapatkan terpaan dan pengaruh dari ‘luar’ sebagai akibat dari posisi Bali sebagai
destinasi pariwisata dunia. Terpaan dan pengaruh yang datang dari dalam dan luar
negeri ini sedikit banyak membuat akses informasi warga Bali terhadap hal-hal yang
terkini (up-to-date) menjadi lebih mudah.
4.2. Profil Psikografis Pemirsa TVRI Bali
Kepemilikan dan Pola Penggunaan Gadget
Kepemilikan gadget pemirsa TVRI Bali tergolong tinggi di mana 82,1 persen
responden menyatakan memiliki gadget, dan hanya 17,9 persen responden yang tidak
memiliki gadget. Adapun Gadget yang dimiliki sebagian besar adalah berbentuk
handphone, adapun gadget lainnya adalah computer, laptop, hingga tablet. Sebagian
besar dari responden yakni 59 persen menghabiskan dana berkisar antara 50 ribu
hingga 100 ribu rupiah untuk gadget mereka. 24 responden bahkan hanya
mengeluarkan 10 ribu hingga 50 ribu rupiah per bulannya untuk gadget mereka.
Kemudian 16,2 persen responden mengeluarkan dana 100 ribu rupiah hingga dua
ratus ribu rupiah per bulannya. Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini;
20
Grafik 4.6. Pengeluaran untuk Gadget
Langganan Media
Profil konsumsi media pemirsa TVRI Bali cukup rendah, hampir seluruh
responden pemirsa TVRI Bali tidak berlangganan media baik dalam bentuk koran,
majalah, TV Kabel maupun internet. Hal ini menunjukkan bahwa televisi menjadi
pilihan utama mereka dalam mencari informasi maupun akses terhadap media.
Adapun media yang menjadi pilihan untuk berlangganan adalah kuota internet, di
mana 43,6 persen responden mengatakan berlangganan internet dan walaupun 56,4
persen menyatakan tidak berlangganan internet. Dari empat media seperti koran,
majalah, TV Kabel, dan internet, responden paling sedikit berlangganan majalah.
Tercatat 91,4 persen responden mengaku tidak berlangganan majalah dan hanya 8,6
persen responden saja yang berlangganan majalah. Selengkapnya dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 4.2. Langganan Media Pemirsa TVRI Bali
Berlangganan Ya Tidak
Koran 18.6 81.4
Majalah 8.6 91.4
TV Kabel 15.7 84.3
Internet 43.6 56.4
Dari tabel di atas juga diketahuhi bahwa sebagian besar dari responden tidak
berlangganan koran maupun TV Kabel. Dari hasil penelitian tercatat 81,4 persen tidak
berlangganan koran dan 84,3 persen yang menyatakan tidak berlangganan TV Kabel.
21
Berlibur
Dari hasil penelitian, 68,5 persen responden pemirsa TVRI Bali ternyata selalu
menyempatkan diri untuk berlibur dalam satu tahunnya. Namun 31,5 persen
responden mengatakan tidak pernah berlibur sama sekali dalam satu tahunnya. Dari
68,5 persen responden yang mengaku berlibur, 34 persen menyatakan berlibur
sebanyak 1 hingga 3 kali per tahunnya, 20,2 persen hanya berlibur satu kali dan 14,3
persen menyatakan berlibur lebih dari tiga kali dalam satu tahunnya. Berikut grafik
yang menunjukkan angka ini:
Grafik 4.7. Profil Berlibur Responden TVRI Bali
Lokasi berlibur para responden pemirsa TVRI Bali ini pun masih terbatas di dalam
negeri, dari responden yang berlibur selama satu tahun ternyata 96 persen responden
menyatakan berlibur di dalam negeri dan hanya empat persen yang mengatakan
memilih luar negeri sebagai tempat mereka berlibur.
Pemirsa TVRI Bali dari hasil penelitian ditemukan bahwa mereka cenderung
tidak menyediakan budget khusus untuk berlibur, di mana 57 persen responden
menyatakan tidak menyediakan budget khusus untuk berlibur, sedangkan 36 persen
responden menyatakan menyediakan budget khusus untuk berlibur. Hal ini terlihat
dalam grafik di bawah ini:
22
Grafik 4.8. Penyediaan Budget Khusus untuk Berlibur
Hobi
Dari 204 responden pemirsa TVRI Bali, tercatat 23,3 persen responden
memiliki hobi olah raga, kemudian 16,9 persen memiliki hobi memasak, 15,9 persen
memiliki hobi seni, 14,3 memiliki hobi musik, 13,8 persen memiliki hobi membaca.
Sedangkan sisanya mengaku memiliki hobi lainnya seperti travelling hingga otomotif.
Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.9. Profil Hobi Pemirsa TVRI Bali
Dari grafik di atas diketahui bahwa pemirsa TVRI Bali memiliki hobi yang beragam
sehingga program yang disukai tentu saja harus variatif sehingga memenuhi
keinginan dari pemirsa TVRI Bali. Sedangkan untuk jenis olahraga ternyata
responden pemirsa TVRI Bali cenderung lebih menyukai olahraga Sepak Bola yakni
25,3 persen responden yang menyatakan menyukai olah raga sepakbola. Olahraga lain
23
yang juga digemari berikutnya adalah badminton di mana tercatat 15,9 persen
responden memilih olahraga badminton sebagai olah raga favorit mereka. Beberapa
olahraga lainnya yang digemari antara lain voli, lari basket, senam, renang hingga
catur.
Tren
Pemirsa TVRI Bali dari hasil penelitian cenderung tidak terlalu mengikuti tren
atau gaya hidup yang berkembang di masyarakat. Tercatat lebih dari setengahnya
yakni 60 persen mengaku tidak mengikuti tren yang berkembang di masyarakat,
hanya 31 persen yang mengaku mengikuti tren sedangkan sisanya 9 persen ragu-ragu.
Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.10. Profil Pemirsa TVRI Bali Mengikuti Tren
Dari 31 persen responden yang mengaku mengikuti tren, tidak terdapat tren khusus.
Tren yang mereka ikuti pun beragam. 28,4 persennya mengikuti tren fashion,
kemudian 22,7 persen mengikuti tren teknologi, 17 persen mengikuti tren bidang
yang menjadi hobi mereka, 10,2 persen mengikuti tren otomotif. Sedangkan sisanya
di bawah 10 persen mengikuti tren lainnya seperti kecantikan, sarana beribadah,
model rumah hingga liburan.
Hal yang menarik berkaitan dengan karakteristik psikografis ditunjukkan oleh
data yang terkait dengan kategorisasi usia pemirsa. Hasil survey menunjukkan bahwa
golongan anak-anak muda merupakan kelompok yang cukup dinamis di dalam
masyarakat. Paling tidak, hal ini ditunjukkan oleh kebiasaan mereka untuk mengikuti
hal-hal kekinian (tren) di berbagai bidang.
Tabel di bawah menunjukkan bahwa anak-anak muda yang berusia antara 12-
35 tahun cenderung mengikuti tren dibandingkan dengan orang yang lebih dewasa
(mereka yang berusia di atas 35 tahun). Sementara hanya ada 9,1 persen saja pemirsa
24
berusia 36-45 tahun dan 7,7 persen pemirsa berusia di atas 45 tahun yang mengaku
mengikuti tren.
Sedangkan dari 3 kategori usia anak muda (12-18, 19-25, dan 26-35 tahun),
yang paling banyak mengikuti tren adalah mereka yang berusia 19-25 tahun. Sedikit
lebih banyak prosentasenya dibandingkan dengan mereka yang berusia antara 12-18
tahun, atau yang sering kita sebut sebagai anak baru gede (ABG), yang pada
umumnya sedang dalam pencarian jati diri sehingga biasanya paling mudah menerima
dan mengikuti tren baru. Meski begitu, kecenderungan mereka mengikuti tren kalah
dari mereka yang berusia antara 19-25 tahun karena daya beli anak-anak ABG kalah
dari kelompok umur tersebut. Seringkali, perilaku mengikuti tren memang berkaitan
erat dengan pengeluaran tambahan. Hal ini yang menyebabkan pemirsa kelompok
umur 19-25 tahun lebih mengikuti tren gaya hidup karena pada umumnya pada usia-
usia ini orang sudah mulai bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri. Kalaupun
belum bekerja, biasanya mereka telah memiliki kemandirian untuk mengelola
keuangan yang dijatah per jangka waktu tertentu oleh orang tua mereka.
Tabel 4.3. Kecenderungan Mengikuti Tren
Usia (dalam
tahun) Mengikuti Trend
Ya Tidak Ragu-Ragu
12-18 47.1% 47.1% 5.9% 19-25 51.4% 30.0% 18.5% 26-35 33.3% 63.6% 3.0% 36-45 9.1% 86.4% 4.5% > 45 7.7% 87.2% 5.1%
Hobi dan ketertarikan pada bidang tertentu ternyata memiliki perhatian yang
hampir serupa bagi pemirsa TVRI Bali. Tercatat dari 204 responden, 28.6 persen
responden memiliki ketertarikan di bidang olahraga, 26,1 persen memiliki
ketertarikan di bidang seni, 12,6 persen memiliki ketertarikan di bidang sosial budaya,
11,1 persen memiliki ketertarikan di bidang pariwisata. Selengkapnya dapat dilihat
dalam grafik di bawah ini:
25
Grafik 4.11. Profil Bidang Ketertarikan Pemirsa TVRI Bali
Prioritas hidup
Profil berikutnya dari pemirsa TVRI Bali adalah prioritas mereka dalam
menjalani kehidupan, dari lima pilihan prioritas dalam hidup mereka, ternyata
sebagian besar dari pemirsa TVRI Bali memilih untuk memprioritaskan keluarga,
yakni sebesar 50,7 persen responden menyatakan memprioritaskan keluarga. Prioritas
berikutnya yakni kesehatan, di mana 17,2 persen responden mengatakan kesehatan
adalah prioritas hidup mereka. Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.12. Profil Prioritas Kehidupan Pemirsa TVRI Bali
Namun dari 204 responden, tetap terdapat pemirsa dengan pilihan prioritas yang
berbeda seperti karir, kehidupan sosial, dan materi.
26
Waktu luang
Dari hasil penelitian, responden pemirsa TVRI Bali memilih melakukan
sosialisasi dengan teman-teman atau koleganya apabila memiliki waktu luang.
Tercatat 28,3 persen responden mengatakan menghabiskan waktu mereka dengan
nongkrong bersama teman. Sedangkan 23,4 persen lainnya memilih berrekreasi
apabila memiliki waktu luang. Dari data di bawah ini juga diketahui bahwa pemirsa
TVRI Bali tergolong menyukai berolahraga, dimana 20,1 persen responden
mengatakan akan berolahraga apabila memiliki waktu luang.
Grafik 4.13. Profil Kegiatan pada Waktu Luang Pemirsa TVRI Bali
Dari grafik di atas juga diketahui beberapa kegiatan pilihan yang dilakukan pemirsa
TVRI Bali lainnya dalam menghabiskan waktu luang. Beberapa di antaranya adalah
memasak. Melakukan aktivitas seni maupun beribadah seperti ke pura-pura.
Kepemilikan kendaraan bermotor
Kepemilikan kendaraan bermotor di pemirsa TVRI Bali ternyata masih
didominasi oleh kendaraan roda dua dibandingkan kendaraan roda empat. Di mana
hampir setengah lebih responden yakni 53,5 persen responden mengaku tidak
memiliki kendaraan roda empat, dan hanya 35,5 persen responden yang memiliki satu
buah kendaraan roda empat. Sedangkan untuk kendaraan roda dua, 95,6 persen
responden memiliki kendaraan roda dua, hanya 4,4 persen yang tidak memiliki motor.
Rata-rata dari responden memiliki satu hingga dua buah motor, bahkan 28,6 persen
responden memiliki motor lebih dari dua di rumah mereka. Hal ini terlihat dalam
27
tabel di bawah ini:
Tabel 4.4. Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Jumlah Kepemilikan Kendaraan
0 1 2 >2
Mobil 53.5 35.5 5.5 5.5
Motor 4.4 32.5 34.5 28.6
Sepeda 58.2 28.4 10.8 2.6
Dari tabel di atas juga diketahui bahwa sebagian besar responden yakni 58,2 persen
tidak memiliki sepeda, hanya 28,4 persen yang memiliki sebuah sepeda gayung dang
13,4 persen memiliki sepeda gayung antara dua atau lebih. Hal ini membuktikan
bahwa sepeda motoe tetap menjadi pilihan pertama kendaraan pemirsa TVRI Bali.
Kepemilikan tempat tinggal
Dari hasil penelitian, 78 persen responden telah memiliki tempat tinggal
sendiri, baik warisan dari orangtua maupun rumah hasil pembelian. Hanya 15 persen
responden yang masih tinggal di rumah kontrak atau sewa sedangkan 7 persen
responden tinggal di tempat kost.
Kepemilikan Kartu Kredit
Untuk kepemilikan kartu kredit, ternyata sebagian besar pemirsa TVRI Bali
tidak memiliki kebiasaan untuk memiliki kartu kredit. Di mana 84 persen responden
mengatakan tidak memiliki kartu kredit, dan hanya 16 persen saja yang memiliki
kartu kredit. Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.15. Profil Kepemilikan Kartu Kredit
28
Jumlah Tanggungan Kredit
Namun walau tidak memiliki kartu kredit, hampir sebagian responden
memiliki kredit yang harus dibayarkan setiap bulannya. Kisaran kredit yang harus
dibayarkan setiap bulannya pun beragam. Dari hasil penelitian 44,1 persen responden
memiliki kredit per bulannya di kisaran 500 ribu hingga satu juta rupiah, kemudian
lebih dari 21,5 persen responden memiliki tanggungan kredit antara 1 juta hingga 2
juta rupiah. Bahkan terdapat 12,9 persen responden yang memiliki tanggungan kredit
lebih dari dua juta rupiah perbulannya. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik di
bawah ini:
Grafik 4.16. Jumlah Tanggungan Kredit Pemirsa TVRI Bali
Dari jumlah tanggungan terbesar yakni antara 500 ribu hingga satu juta, ternyata
kredit terbesar digunakan untuk kredit kendaraan bermotor. Tercatat 56,6 persen
responden memiliki tanggungan kredit untuk kendaraan bermotor, 18,2 persen untuk
kredit rumah, 12,1 persen untuk alat elektronik, 9,1 persen untuk kredit tanah.
Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.17. Jenis Tanggungan Kredit Pemirsa TVRI Bali
29
Kepemilikan Asuransi
Dari hasil penelitian, ternyata pemirsa TVRI Bali telah memiliki asuransi.
Tercatat 55 persen responden menyatakan telah memiliki asuransi, sedangkan sisanya
45 persen mengatakan tidak memiliki asuransi. Dari beragam jenis asuransi, asuransi
jiwa adalah asuransi yang paling banyak dimiliki oleh responden pemirsa TVRI Bali.
Tercatat 50 persen responden atau setengah responden memiliki asuransi jiwa,
sedangkan asuransi lainnya yang dimiliki oleh pemirsa TVRI Bali adalah asuransi
kesehatan. Tercatat 43,9 persen mengatakan memiliki asuransi kesehatan.
Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.18. Jenis Kepemilikan Asuransi Pemirsa TVRI Bali
Kepemilikan asuransi merupakan salah satu yang membedakan antara pemirsa yang
tinggal di kota dan desa. Bagi mereka yang tinggal di kota, asuransi merupakan hal
yang jamak dimiliki. Sementara lebih dari separuh pemirsa TVRI yang tinggal di
pedesaan mengaku tidak memiliki asuransi. Hal ini disebabkan karena asuransi
merupakan produk yang lekat dengan golongan kelas menengah yang terdidik yang
pada umumnya tinggal di wilayah-wilayah perkotaan.
Tabel 4.5.Kepemilikan Asuransi
Kategori Wilayah Kepemilikan Asuransi
Ya Tidak
Urban 67.5% 32.5%
Rural 35.4% 64.6%
30
Penggunaan Dana Terbesar
Dari hasil penelitian, responden pemirsa TVRI Bali menghabiskan dana
terbesar setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sembako.
Sebesar 52,6 persen responden mengatakan menghabiskan dana terbesarnya untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 19,6 persen menghabiskan dana terbesar dalam
satu bulan untuk membayar cicilan/kredit, 18,6 persen untuk biaya pendidikan. Hal
ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.19. Profil Penggunaan Dana Terbesar Pemirsa TVRI Bali
Motivasi Belanja
Hasil penelitian lainnya mengungkapkan bahwa 90 persen responden
mengaku berbelanja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan sisanya 5,5
peren mengatakan berbelanja untuk mengikuti tren, 2,5 persen karena bujukan, dan
satu persen terpengaruh iklan. Hal ini dapat terlihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.20. Motivasi Berbelanja Pemirsa TVRI Bali
31
Meski demikian, hasil survey menunjukkan bahwa pemirsa TVRI Bali bukan
merupakan kelompok yang cenderung mengikuti segala sesuatu yang menjadi tren.
Misalnya dalam hal motivasi berbelanja. Pemirsa TVRI, baik mereka yang tinggal di
wilayah urban maupun rural, menyatakan bahwa motivasi berbelanja mereka lebih
banyak digerakkan karena faktor kebutuhan. Meski motivasi untuk mengikuti tren
berada di posisi kedua, namun selisih prosentasenya cukup besar (lebih dari 80
persen).
Tabel 4.6. Motivasi Belanja
Pemirsa TVRI Bali dari hasil penelitian masih tergolong dalam konsumen yang
tradisional di mana 33,2 persen responden lebih memilih berbelanja di pasar
tradisional. Namun ada kelompok pemirsa yang memilih membeli kebutuhan sehari-
hari di mini market, 26,6 persen tercatat berbelanja di mini market. Sedangkan 18,6
persen responden berbelanja di warung dekat rumah mereka. Namun pemirsa TVRI
Bali juga ada yang berbelanja di Mall maupun di Super/Hipermarket, yakni sebesar
17,1 persen responden.
4.3. Pola Konsumsi Televisi Pemirsa TVRI Bali
Pada sub bab ini, akan diuraikan hasil penelitian yang berpusat pada gambaran
bagaimana pola konsumsi televisi responden penonton TVRI. Adapun variabel yang
akan dibahas antara lain waktu menonton televisi, lama menonton televisi, motivasi
atau alasan menonton televisi, hingga program favorit.
Waktu menonton televisi
Dari 204 responden ternyata sebagian besar responden menonton televisi pada
malam hari yakni pada pukul 18.00 hingga pukul 22.00. Hal ini dikarenakan sebagian
besar responden melakukan aktivitas di siang hari seperti bekerja maupun kuliah,
sehingga responden baru menonton televisi pada malam hari. Adapun 21,2 persen
Kategori Wilayah
Motivasi Berbelanja Terpengaruh
Iklan Bujukan Ikut Tren Kebutuhan Lainnya
Urban .0% 3.5% 3.5% 92.2% .9% Rural 1.3% 1.3% 7.8% 88.3% 1.3%
32
responden mengaku menonton televisi pada sore hari yakni pada pukul 15.00 hingga
pukul 18.00. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini;
Grafik 4.21. Waktu Menonton Televisi
Adapun responden yang menonton televisi di siang hari tercatat 6,4 persen responden,
pada tengah malam 2,5 persen responden, pada pagi hari 1 persen responden dan pada
dini hari hanya 0,5 persen responden. Hal ini menunjukkan jam prime time responden
untuk menonton televisi adalah pada pukul 18.00 hingga pukul 22.00.
Durasi menonton televisi
Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa penonton TVRI tidak termasuk
dalam heavy television viewer, di mana yang tergolong heavy television viewer adalah
penonton televisi yang mampu menghabiskan waktu menonton televisi hingga di atas
empat jam dalam satu harinya. Dari hasil penelitian ternyata 42,9 persen penonton
TVRI menghabiskan durasi menonton televisi selama dua hingga tiga jam dalam satu
harinya. Sedangkan 27,1 persen responden menonton televisi selama satu hingga dua
jam dalam satu hari, 6,9 persen responden pun mengaku menonton televisi kurang
dari satu jam per harinya. Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.22. Durasi Menonton Televisi
33
Dari grafik di atas maka diketahui bahwa penonton TVRI di Bali ini termasuk dalam
kategori light television viewer, atau hanya menghabiskan waktu kurang dari tiga jam
per hari dalam mengkonsumsi televisi. Dari grafik di atas juga diketahui bahwa hanya
23,2 persen responden yang durasi menonton televisi di atas tiga jam per harinya. Hal
ini menunjukkan bahwa pemirsa TVRI di Bali ternyata tidak terlalu menghabiskan
waktunya di depan televisi hanya sekitar satu hingga tiga jam saja.
Anak-anak usia 12-18 tahun juga tergolong heavy viewer karena hampir
separuhnya, sebesar 47 persen responden, menonton televisi di atas tiga jam per hari.
Begitu juga dengan anak muda usia 19-25 tahun, di mana 40 persen responden dari
golongan umur ini mengaku menonton televisi di atas tiga jam per harinya. Sementara
kelompok usia yang lebih dewasa, rata-rata menonton televisi dua hingga tiga jam per
hari.
Tabel 4.7. Durasi Menonton TV
Usia (dalam
tahun)
Lama Menonton TV
Kurang dari satu jam Satu hingga dua jam Dua hingga tiga jam Di atas tiga jam
12-18 17.6% 17.6% 17.6% 47.1%
19-25 2.9% 21.4% 35.7% 40.0%
26-35 6.1% 39.4% 42.4% 12.1%
36-45 6.8% 29.5% 56.8% 6.8%
> 45 10.3% 28.2% 51.3% 10.3%
Media sebagai Sarana Mencari Informasi
Dari 204 responden di lima kabupaten/kota di Bali, ternyata televisi masih
tergolong media yang menjadi pilihan pertama dalam memenuhi kebutuhan
responden akan informasi. Menurut teori Uses and Gratifications, seseorang
menggunakan atau mengakses media untuk memenuhi keinginan dan untuk
mendapatkan kepuasan. Dari data hasil penelitian ternyata pengkonsumsi media
memilih menggunakan televisi untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi.
Angkanya pun cukup besar yakni 73,4 persen responden mengaku mencari informasi
melalui televisi. Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini;
34
Grafik 4.23. Media Pilihan untuk Informasi
Dari grafik di atas ditemukan sebuah perubahan yang menarik di mana media via
internet menjadi pilihan kedua sebagian besar responden dalam mencari informasi
yakni sebesar 17,2 persen responden. Hal ini menarik karena posisi internet kini
sudah menyalip posisi koran dalam mencari informasi. Dari grafik di atas ternyata
responden yang mencari informasi melalui koran hanya 6,4 persen saja, atau lebih
rendah dari media via internet. Hal ini menunjukkan adanya tren perubahan di mana
media via internet telah menjadi pilihan untuk mencari informasi dibandingkan koran.
Televisi juga muncul menjadi media favorit di lima kabupaten/kota di mana
survey dilakukan. Dari 5 kabupaten/kota, rata-rata 74,78 persen responden memilih
televisi sebagai media utama mereka untuk memperoleh informasi. Internet
menempati urutan kedua, kecuali di Karangasem. Tak satu pun responden
menggunakan internet sebagai media untuk mencari informasi. Hal ini disebabkan
karena secara geografis wilayah Karangasem sedikit berbeda dengan empat daerah
lain, di mana konturnya yang berbukit membuat daerah tersebut sulit untuk
menangkap sinyal internet.
Di lihat dari penggolongan status ekonomi berdasarkan tingkat
penghasilannya, sebagian besar responden mengggunakan televisi sebagai media
untuk mendapatkan informasi. Hasil yang agak mengejutkan diperlihatkan oleh
mereka yang bergaji di antara 3–5 juta, penggunaan internet justru menjadi alternatif
ketiga setelah televisi dan koran. Sementara yang bergaji di atas lima juta per bulan,
internet dan koran sama-sama dipilih oleh 9,1% responden. Sementara untuk 4
kategori pemirsa yang bergaji hingga tiga juta, internet menjadi pilihan kedua setelah
35
televisi. Hal ini disebabkan karena akses internet sekarang sudah cukup murah dan
bisa diakses melalui telepon genggam.
Tabel 4.8. Media Sumber Informasi
Pendapatan Melalui media manakah anda paling sering mengetahui informasi?
Koran Radio Majalah Televisi Internet Lainnya
<100.000 .0% .0% .0% 78.3% 21.7% .0%
100.000-
500.000 6.7% 3.3% 3.3% 73.3% 13.3% .0%
500.000-
1.000.000 .0% 2.7% .0% 81.1% 16.2% .0%
1.000.000-
3.000.000 8.8% 2.9% .0% 63.2% 23.5% 1.5%
3.000.000-
5.000.000 12.1% .0% .0% 78.8% 9.1% .0%
>5.000.000 9.1% .0% .0% 81.8% 9.1% .0%
Media Favorit Pemirsa
Dari 204 responden yang tersebar di 5 kabupaten/kota, ternyata saluran
televisi yang menjadi favorite adalah ANTV, di mana 18,7 persen responden
mengatakan memilih saluran ANTV sebagai saluran pilihan mereka. Berikutnya
adalah saluran NET TV, yakni 15,2 persen responden mengatakan memilih saluran
NET TV ini sebagai saluran pilihan mereka. Hal ini cukup menarik dikarenakan NET
TV termasuk televisi yang baru mengudara di Bali dan ternyata telah diterima dengan
cukup baik oleh pemirsa televisi di Bali. Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawah
ini:
Grafik 4.24. Saluran Televisi Pilihan
36
Sedangkan responden yang mengaku bahwa saluran TVRI adalah saluran pilihan
mereka adalah 3,5 persen responden. Namun apabila dibandingkan dengan saluran
lokal lainnya yakni BaliTV dan DewataTV, TVRI menempati posisi yang sama dan
lebih tinggi. 3,5 persen responden mengatakan BaliTV sebagai pilihan pertama
mereka, sedangkan hanya 1 persen yang mengatakan DewataTV adalah pilihan
mereka. Hal ini membuktikan bahwa TVRI Bali tetap menjadi pilihan pertama
pemirsa televisi di Bali dibandingkan televisi lokal lainnya.
Sedangkan untuk stasiun televisi favorit, ANTV menduduki peringkat tiga
besar di empat kabupaten/kota, bahkan menduduki peringkat satu di Gianyar.
Kesuksesan ANTV disebabkan karena mereka menayangkan berbagai drama seri dari
India di jam-jam utama (prime time), di mana ceritanya cukup dekat dengan
masyarakat Hindu Bali yang menjadi karakteristik demografis utama pemirsa TVRI
Bali. Sementara untuk televisi lokal, TVRI dan Bali TV berebut posisi menjadi yang
terfavorit. TVRI unggul di Gianyar, sedangkan Bali TV unggul di Denpasar dan
Bangli. Sementara di Tabanan dan Karangasem, baik TVRI dan Bali TV sama-sama
dipilih oleh 2,8 dan 8,6 persen responden.
Program Paling Digemari
Untuk program yang paling digemari, ternyata program sinetron menjadi
program favorit pemirsa televisi di Bali ini. tercatat 21,9 persen responden mengaku
menggemari program sinetron di televisi. Di tempat kedua adalah program berita non
infotainment, yakni mencapai 19,9 persen responden yang menyatakan menggemari
menonton berita non infotainment. Sedangkan di tempat ketiga adalah program
komedi yang menjadi pilihan 12,4 persen responden. Hal ini dapat terlihat dalam
grafik di bawah ini:
Grafik 4.24. Program Pilihan Responden
37
Dari grafik ini juga diketahui bahwa lima program yang menjadi pilihan responden
adalah Sinetron, Berita non infotainment, komedi, olah raga dan infotainment.
Sedangkan program lainnya seperti film, talk show, music, pagelaran seni hingga
program anak menempati perhatian yang lebih sedikit dibandingkan kelima jenis
program di atas.
Apabila dibandingkan dengan kelompok usia, program televisi favorit untuk
anak-anak usia 12-18 tahun adalah sinetron. Angkanya cukup besar, 47 persen. Tidak
mengherankan ketika sinetron menjadi andalan untuk tayang di jam-jam utama setiap
harinya. Acara favorit berikutnya adalah tayangan berita infotainment.
Sedangkan untuk kelompok usia 19 -25 tahun, ada 3 program televisi yang
menjadi favorit utama mereka, yaitu: komedi, sinetron, dan tayangan-tayangan
olahraga. Sementara usia 26-35 tahun, lebih beragam lagi. Sinetron menjadi favorit
utama (21,2 %). Posisi kedua dibagi 3 program secara merata yaitu berita non-
infotainment, komedi, dan film. Masing-masing menjadi favorit dari 15,2 %
responden.
Kelompok usia dewasa (36-45 tahun dan di atas 45 tahun), paling banyak
menyukai acara-acara berita non-infotainment. Untuk kelompok usia ini, sinetron
menjadi favorit kedua. Bisa jadi, mereka menonton sinetron saat mendampingi putra-
putri mereka menonton televise. Sehingga sinetron kemudian menjadi tontonan
keluarga.
Selain saluran favorit, pemirsa di berbagai wilayah juga memiliki
kecenderungan menyukai program siaran tertentu. Seperti di Gianyar dan Tabanan,
program yang paling banyak disukai oleh pemirsa adalah berita non-infotainmen. Di
Denpasar dan Karangasem, mayoritas pemirsa lebih menyukai sinetron. Sementara
pemirsa di Bangli lebih menyukai acara-acara komedi.
Teman Menonton
Menonton televisi tentu saja adalah kegiatan yang banyak dilakukan di rumah.
Untuk itu cukup menarik mengetahui dengan siapa responden penonton televisi ini
menghabiskan waktunya menonton televisi. Dari hasil penelitian ternyata penonton
televisi khususnya TVRI di Bali ini masih menonton bersama-sama dengan keluarga
mereka. Hal ini terlihat di mana 67 persen responden menyatakan bahwa mereka
menghabiskan waktu menonton televisi bersama keluarga mereka, dan 29 persen
menyatakan menonton televisi sendiri, sedangkan sisanya yakni 4 persen mengaku
38
menonton televisi bersama teman-temannya. Hal ini menggambarkan bahwa budaya
menonton televisi di Bali masih tergolong tradisional di mana posisi televisi masih
diletakkan di ruang keluarga atau ruang yang dapat diakses bersama-sama dalam satu
keluarga, sehingga sebagian besar dari responden mengatakan bahwa mereka
menonton televisi bersama-sama dengan keluarga mereka. Hal ini dapat terlihat
dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.25. Bersama Siapa Responden Menonton Televisi
Hampir sebagian besar responden dari segala usia menonton televisi bersama-sama
dengan keluarga. Yang mengejutkan, prosentase kelompok anak-anak usia 12-18
tahun yang menonton televisi tanpa dampingan keluarga juga cukup tinggi, hingga
mencapai 35,3 %. Tentu hal ini mengkhawatirkan, karena kemampuan anak-anak usia
remaja untuk menyaring informasi yang baik untuk mereka cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan orang dewasa.
Tabel 4.9. Dengan Siapa Menonton TV
Usia (dalam
tahun)
Dengan siapa anda menonton
Keluarga Sendiri Teman
12-18 58.8% 35.3% 5.9%
19-25 38.6% 50.0% 11.4%
26-35 69.7% 30.3% .0%
36-45 90.9% 9.1% .0%
> 45 92.3% 7.7% .0%
39
Alasan menonton
Fungsi media massa adalah informatif, pengawasan, hiburan, dan edukasi.
Namun ternyata responden masih memandang televisi sebagai media untuk mencari
hiburan. Hal ini terlihat di mana sebagian besar responden yakni 82 persen responden
mengungkapkan motivasi untuk menonton televisi adalah hiburan. Sedangkan 7,5
persen responden lainnya mengatakan motivasi untuk menonton televisi adalah
sebagai sarana media pendidikan. Lalu 6,5 persen responden lainnya menilai
menonton televisi adalah sarana rekreasi dan 2,5 persen responden menilai menonton
televisi adalah sebuah rutinitas. Hal ini dapat dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik 4.26. Motivasi Menonton Televisi
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemirsa dari berbagai tingkat pendapatan
berkaitan dengan alasan mereka menonton televisi. Dari setiap kelompok, mayoritas
mengatakan faktor mencari hiburan sebagai alasan utama mereka. Yang menarik,
pemirsa dengan tingkat penghasilan paling rendah (kurang dari seratus ribu)yang
memilih hiburan sebagai alasan utama menonton televisi, justru paling rendah
prosentasenya dibandingkan dengan kelompok lainnya. Dan di kutub yang
berlawanan, mereka yang tingkat penghasilannya paling tinggi (di atas 5 juta), lebih
dari 90 persen mengaku menggunakan televisi untuk hiburan.
Tabel 4.10. Alasan Menonton TV
Pendapatan Alasan anda menontoni televisi
Media Pendidikan
Gaya Hidup Rutinitas Hiburan Rekreasi
<100.000 4.3% 4.3% 8.7% 65.2% 17.4%
100.000-500.000 3.3% 3.3% .0% 86.7% 6.7%
500.000-1.000.000 8.3% 2.8% 2.8% 80.6% 5.6%
1.000.000-3.000.000 7.5% .0% 3.0% 86.6% 3.0%
3.000.000-5.000.000 15.6% .0% .0% 78.1% 6.3%
>5.000.000 .0% .0% .0% 90.9% 9.1%
40
Perilaku menonton
Perilaku atau kebiasaan tertentu dalam menonton televisi tentu saja
mempengaruhi bagaimana terpaan isi siaran televisi kepada pemirsanya. Perilaku saat
menonton televisi pun dipengaruhi dengan keberadaan remote control. Dengan
adanya remote control, maka penonton televisi bisa dengan mudah memindahkan
saluran televisi. Dari hasil penelitian diketahui ternyata penonton TVRI di Bali
memiliki kebiasaan untuk berpindah saluran saat iklan, sebesar 47 persen responden
mengatakan memiliki kebiasaan ini. Namun ternyata masih terdapat pemirsa TVRI
yang tergolong setia dalam menonton televisi di mana tidak berpindah saluran apabila
sedang menonton televisi. Hal ini terlihat dari adanya 26,7 persen responden yang
mengatakan tetap setia dalam satu saluran saat menonton televisi walaupun diselingi
oleh iklan. Hal ini terlihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.27. perilaku menonton televisi
Dari grafik di atas juga diketahui bahwa 15,8 persen responden memiliki perilaku
berpindah-pindah saluran saat jeda iklan dan 10,4 persen lainnya menonton televisi
sembari melakukan aktivitas.
4.4. Profil Pengetahuan Pemirsa TVRI Bali akan Program TVRI Jam Menonton Televisi Dari hasil penelitian pemirsa TVRI Bali dapat terbagi menjadi dua kelompok
besar dalam perilaku menonton. Kelompok pertama adalah kelompok pemirsa TVRI
Bali yang tidak memiliki waktu khusus untuk menonton TVRI. Tercatat kelompok ini
sebesar 36,9 persen di mana tidak memiliki jam tertentu untuk menonton TVRI.
Sedangkan kelompok kedua yakni sebesar 34,5 persen memilih menonton TVRI Bali
41
pada pukul 18.00 hingga 22.00. Namun dari hasil penelitian juga diketahui bahwa ada
kelompok pemirsa yang menonton pada pukul 15.00 hingga pukul 18.00 yakni
sebesar 17,7 persen. Sedangkan sisanya terbagi di jam-jam lainnya. Hal ini dapat
dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.27. Jam Menonton TVRI Pemirsa TVRI Bali
Karena TVRI memang bukan stasiun televisi favorit di Bali, maka mayoritas
responden mengaku tidak punya waktu khusus untuk menonton saluran televisi ini.
Dari enam kelompok yang ada, hanya dua kelompok responden saja yang mayoritas
mengaku memiliki jam khusus untuk menonton TVRI, yaitu pada pukul 18.00-22.00.
Pada jam-jam itu, TVRI menayangkan program berita non-infotainmen yang memang
menjadi salah satu program favorit di Bali.
Tabel 4.11. Jam-‐jam Utama Menonton TVRI
Pendapatan
Waktu menonton TVRI
Pagi hari
(06.00-
10.00)
Siang hari
(10.00-
15.00)
Sore hari
(15.00-
18.00)
Malam hari
(18.00-
22.00)
Tengah
malam (22.00-
24.00)
Tidak Tentu
<100.000 .0% .0% 34.8% 21.7% .0% 43.5%
100.000-
500.000 .0% 3.3% 26.7% 23.3% 3.3% 43.3%
500.000-
1.000.000 5.4% 13.5% 10.8% 27.0% .0% 43.2%
1.000.000-
3.000.000 4.4% 2.9% 7.4% 52.9% .0% 32.4%
3.000.000-
5.000.000 9.1% 12.1% 30.3% 33.3% .0% 15.2%
>5.000.000 9.1% .0% .0% 9.1% .0% 81.8%
42
Program Favorit di TVRI
Adapun program televisi yang paling sering ditonton oleh pemirsa TVRI Bali
yakni jenis berita. Tercatat 57,1 persen responden mengatakan paling sering
menonton jenis program berita seperti Warta Bali, Gatra Bali, Indonesia Malam,
hingga Bali Vision. Program TVRI lainnya yang cukup diminati berikutnya adalah
acara music Dedalu, yakni tercatat 17,7 persen responden mengatakan menggemari
acara ini. Adapun program acara lain yang digemari adalah dunia anak. Tercatat 5,6
persen mengatakan menggemari acara ini. Hal ini dapat dilihat dalam grafik di bawh
ini:
Grafik 4.28. Program TVRI Favorit Pemirsa TVRI Bali
Adapun pengetahuan pemirsa TVRI Bali akan program lainnya cukup beragam. Hal
ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Dari tabel di bawah ini juga diketahui
bahwa program berita adalah program yang banyak dikenali atau ditonton oleh
seluruh responden TVRI Bali.
43
Tabel 4.12. Pengetahuan Pemirsa akan Program Acara TVRI Bali
Acara Pernah Menonton
Tidak Pernah
Dunia Anak 32.2 67.8
Tetaring 15.4 84.6
Tapal Batas 10.9 89.1
Indonesia Malam 56.7 43.3
Indonesia Pagi 35.0 65.0
Indonesia Siang 28.4 71.6
Gatra Bali 42.1 57.9
Warta Bali 59.5 40.5
Nyurnya Semawa 10.9 89.1
Membangun Bali 27.9 72.1
Nusa Damai 11.0 89.0
Bali Vision 30.0 70.0
Sari Usada 29.5 70.5
Dedalu 31.5 68.5
Swara 5.6 94.4
Wacana Publik 19.9 80.1
Dialog TVRI 28.5 71.5 Data di atas menunjukkan bahwa pemirsa TVRI Bali cenderung menonton TVRI pada
jam-jam tertentu di mana pemirsa TVRI Bali cenderung untuk menonton acara-acara
tertentu saja yang mereka gemari tanpa menghabiskan waktu untuk mencoba
menyaksikan acara-acara lainnya di TVRI.
4.5. Media dan Pemuasan Kebutuhan
Khalayak pemirsa TVRI Bali sangat beragam dalam hal karakteristik
demografis mereka, kecuali suku bangsa dan agama yang masih didominasi oleh etnis
Bali dan beragama Hindu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai stasiun televisi tertua
di Indonesia, TVRI masih mendapatkan tempat di hati pemirsanya.
44
Namun kesetiaan pemirsa juga bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya,
tetapi hasil dari upaya untuk menjaga kualitas program, karena individu menggunakan
media untuk pemuasan kebutuhan. Seperti kebutuhan akan informasi, hiburan, dan
lain-lain. Blumler, Gurevitch, dan Katz (Griffin, 2003) menyatakan bahwa pengguna
media memainkan peran yang aktif dalam memilih dan menggunakan media.
Pengguna media menjadi bagian yang aktif dalam proses komunikasi yang terjadi
serta berorientasi pada tujuan.
Namun khalayak media di Bali cukup menarik. Penggunaan media massa
tertentu seperti koran dan internet, yang biasanya melekat pada kelompok kelas
menengah justru tidak muncul. Hal ini disebabkan karena informasi belum menjadi
kebutuhan utama warga. Penggunaan media lebih berkaitan dengan ketersediaan
waktu luang dan lebih untuk tujuan hiburan. Sehingga asumsi bahwa penggunaan
media cetak meningkat dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan, tidak
terbukti pada masyarakat Bali. Hal ini sejalan dengan pemikiran Blumler dkk (dalam
Littlejohn, 2002) yang menyatakan bahwa perilaku penggunaan media lebih berkaitan
dengan individu khalayak ketimbang pesan dari media itu sendiri.
“Compared with classical effect studies, the uses and gratifications
approach takes the media consumer rather than the messages as its starting
point, and explores his communication behavior in terms of his direct
experience with the media. It views the member of the audience as actively
utilizing media content, rather than being passively acted upon by the
media. Thus, it does not assume a direct relationship between messages and
effects, but postulated instead that members of the audience put messages to
use, and the such usages act as intervening variables in the process effects.”
(Katz, Blumler & Gurevitch, dalam Littlejohn, 2002).
Teori uses and gratifications mempertimbangkan apa yang dilakukan orang
pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Menurut asumsi
teori ini, individu diyakini sebagai mahluk suprarasional dan sangat selektif. Hal ini
dibuktikan dari data yang dihasilkan mengenai khalayak TVRI di Bali di mana
mereka secara spesifik menggunakan media sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk
hiburan dan mengisi waktu luang, dan menggunakan media yang dapat diakses
dengan mudah. Hal ini yang menyebabkan internet menjadi salah satu media favorit
45
khalayak di Bali setelah televisi. Akses internet saat ini cukup mudah dan murah
diperoleh, karena hampir semua provider seluler sekarang juga menawarkan paket
internet broadband. Karena pengguna media memilih media massa disesuaikan
dengan kebutuhan mereka, maka pilihan penggunaan media akan mencerminkan
karakteristik-karakteristik khusus pengguna media tersebut.
Versi lain dari pendekatan uses and gratifications dikemukakan oleh Karl Erik
Rosengren (Sendjaja dkk, 1994) di mana salah satu elemen kebutuhan dan kepuasan
adalah struktur masyarakat. Masyarakat Bali, yang sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk melakukan kegiatan-kegiatan adat, menyebabkan tingkat konsumsi
dan ketergantungan mereka terhadap media massa menjadi tidak terlalu tinggi. Hal ini
tercermin dari penggunaan media yang tidak terlalu variatif (rata-rata hanya
menonton televisi), mereka menonton televisi hanya untuk hiburan dengan jam yang
tidak tentu, dan durasi yang rendah (hanya berkisar dua hingga tiga jam per hari).
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
TVRI kini tidak hanya dikonsumsi oleh penonton dengan usia di atas 45 tahun
saja namun juga telah berhasil menyasar penonton pada usia produktif yakni 19-25
tahun. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian di mana sebagian besar penonton
TVRI di Bali adalah pelajar/mahasiswa. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pemirsa TVRI didominasi oleh laki-laki, dengan pendidikan terakhir
SMA/K/MA. Pemirsa TVRI di Bali juga masih didominasi oleh penonton dengan
suku Bali dan beragama Hindu. Pendapatan sebagian besar pemirsa TVRI Bali
berkisar pada pendapatan satu juta rupiah hingga tiga juta rupiah, sehingga dapat
disimpulkan pemirsa TVRI di Bali merupakan masyarakat kelas menengah.
Sedangkan untuk pengeluaran tidak ada perbedaan yang signifikan antara
demografi dengan pengeluaran bulanan. Baik pemirsa yang tinggal di wilayah urban
maupun rural, sebagian besar mengeluarkan uang sejumlah satu hingga tiga juta per
bulan. Sebagian besar penonton TVRI Bali yakni 58,5 persen responden tergolong
memiliki keluarga dengan jumlah keluarga tiga hingga lima orang. Perbedaan
karakteristik wilayah antara perkotaan (urban) dan (rural) ternyata tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap karakteristik psikografis penduduk.
Secara psikografis, pemirsa TVRI Bali bukan merupakan kelompok yang
cenderung mengikuti segala sesuatu yang menjadi tren. Pemirsa TVRI Bali dari hasil
penelitian masih tergolong dalam konsumen yang tradisional di mana 33,2 persen
responden lebih memilih berbelanja di pasar tradisional. Mengenai tingkat
kepemilikan gadget pemirsa TVRI Bali tergolong tinggi di mana 82,1 persen
responden menyatakan memiliki gadget namun televisi menjadi pilihan utama mereka
dalam mencari informasi maupun akses terhadap media.
Pemirsa TVRI Bali ternyata selalu menyempatkan diri untuk berlibur namun
cenderung tidak menyediakan budget khusus untuk berlibur. Selain berlibur, pemirsa
TVRI di Bali juga memiliki hobi lainnya. Dari 204 responden pemirsa TVRI Bali,
tercatat 23,3 persen responden memiliki hobi olah raga, kemudian 16,9 persen
memiliki hobi memasak, 15,9 persen memiliki hobi seni, 14,3 memiliki hobi musik,
13,8 persen memiliki hobi membaca. Dari hobi olahraga yang disukai, mereka
cenderung lebih menyukai olahraga sepak bola dan badminton.
47
Kepemilikan kendaraan bermotor oleh pemirsa TVRI Bali ternyata masih
didominasi oleh kendaraan roda dua dibandingkan kendaraan roda empat. Sebagian
besar pemirsa TVRI telah memiliki tempat tinggal sendiri, baik warisan dari orangtua
maupun rumah hasil pembelian. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemirsa
TVRI Bali tidak memiliki kebiasaan untuk memiliki kartu kredit. Namun walau tidak
memiliki kartu kredit, hampir sebagian responden memiliki kredit yang harus
dibayarkan setiap bulannya dengan kisaran 500 ribu hingga satu juta rupiah. Hal yang
menarik dari penelitian ini salah satunya adalah 55 persen responden menyatakan
telah memiliki asuransi. 50 persen responden atau setengah responden memiliki
asuransi jiwa, sedangkan asuransi lainnya yang dimiliki oleh pemirsa TVRI Bali
adalah asuransi kesehatan. Beberapa hal di atas menunjukkan bahwa status sosial
ekonomi pemirsa TVRI Bali cenderung kelas menengah.
Pola Konsumsi Televisi Pemirsa TVRI Bali
Untuk pola konsumsi televisi, mayoritas responden menonton televisi pada
malam hari yakni pada pukul 18.00 hingga pukul 22.00. Penonton TVRI
menghabiskan durasi menonton televisi selama dua hingga tiga jam dalam satu
harinya. Dalam pencarian informasi, 73,4 persen responden mengaku mencari
informasi melalui televisi. Internet menempati urutan kedua, kecuali di Karangasem.
Tak satu pun responden menggunakan internet sebagai media untuk mencari
informasi. Hal ini disebabkan karena secara geografis wilayah Karangasem sedikit
berbeda dengan empat daerah lain, di mana konturnya yang berbukit membuat daerah
tersebut sulit untuk menangkap sinyal internet.
Dari 204 responden yang tersebar di 5 kabupaten/kota, ternyata saluran
televisi yang menjadi favorit adalah ANTV. Sementara untuk televisi lokal, TVRI dan
Bali TV berebut posisi menjadi yang terfavorit. TVRI unggul di Gianyar, sedangkan
Bali TV unggul di Denpasar dan Bangli. Program sinetron menjadi program favorit
pemirsa televisi di Bali saat ini. Di tempat kedua adalah program berita non
infotainmen. Selain saluran favorit, pemirsa di berbagai wilayah juga memiliki
kecenderungan menyukai program siaran tertentu. Seperti di Gianyar dan Tabanan,
program yang paling banyak disukai oleh pemirsa adalah berita non-infotainmen. Di
Denpasar dan Karangasem, mayoritas pemirsa lebih menyukai sinetron. Sementara
pemirsa di Bangli lebih menyukai acara-acara komedi.
48
Pemirsa TVRI di Bali masih menonton bersama-sama dengan keluarga
mereka. Hampir sebagian besar responden dari segala usia menonton televisi
bersama-sama dengan keluarga. 82 persen responden mengungkapkan motivasi untuk
menonton televisi adalah hiburan. Penonton TVRI di Bali memiliki kebiasaan untuk
berpindah saluran saat iklan, sebesar 47 persen responden mengatakan memiliki
kebiasaan ini.
Dari hasil penelitian, pemirsa TVRI Bali dapat terbagi menjadi dua kelompok
besar dalam perilaku menonton. Kelompok pertama adalah kelompok pemirsa TVRI
Bali yang tidak memiliki waktu khusus untuk menonton TVRI. Sedangkan kelompok
kedua yakni sebesar 34,5 persen memilih menonton TVRI Bali pada pukul 18.00
hingga 22.00 dimana pada jam-jam itu, TVRI menayangkan program berita non-
infotainmen yang memang menjadi salah satu program favorit di Bali. Adapun
program televisi yang paling sering ditonton oleh pemirsa TVRI Bali yakni jenis
berita. Pemirsa TVRI Bali cenderung menonton TVRI pada jam-jam tertentu di mana
pemirsa TVRI Bali cenderung untuk menonton acara-acara tertentu saja yang mereka
gemari tanpa menghabiskan waktu untuk mencoba menyaksikan acara-acara lainnya
di TVRI.
V.2 Saran
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, terdapat beberapa saran sebagai
berikut:
1. Menambah tayangan program olahraga dan seni. Dari hasil penelitian ini
terlihat bahwa pemirsa TVRI di Bali memiliki ketertarikan terhadap olahraga
terutama sepakbola dan badminton, disamping hobi sebagian besar responden
juga olahraga. Penambahan tayangan program-program olahraga seperti siaran
langsung kompetisi sepakbola ataupun badminton akan meningkatkan
popularitas TVRI bahkan menjadi salah satu saluran televisi favorit di Bali.
2. Meningkatkkan promosi program-program TVRI dengan menayangkan spot
iklan atau teaser program-program TVRI di sela tayangan program. Melihat
sebagian besar responden tidak memiliki waktu khusus dalam menonton
TVRI, terdapat kemungkinan responden tidak mengetahui program-program
andalan TVRI lainnya. Maka dari itu dipandang perlu mengiklankan program
49
TVRI sendiri pada saat tayangan berita non-infotainment yang menjadi favorit
pemirsa TVRI di Bali.
3. Penggunaan dana terbesar pemirsa TVRI di Bali adalah untuk kebutuhan
sehari-hari. Sehingga potensi pengiklan dari produser consumer goods
sebenarnya cukup besar. Oleh karena itu hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat menjadi pertimbangan para produsen consumer goods yang ingin
menempatkan iklannya di TVRI.
50
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, Kenneth D. 1994. Methods of Social Research. USA: The Free Press.
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.
LPPM Universitas Udayana. 2012. Riset Program Siaran TVRI di Bali. Denpasar :
Universitas Udayana.
Miles, M.B., & Huberman, A.M. 1992. Qualitative data analysis: A sourcebook of
New Methods. Beverly Hills: Sage Publications.
Sendjaja, S. Djuarsa, dkk. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.
Sutaryo, 2005. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.