19
2.9 Alat Restorasi Semi Tetap Jika restorasi akhirnya ditunda, restorasi sementaranya harus bisa bertahan selama mungkin (sampai satu tahun). Restorasi ini harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya. Restorasi sementara semipermanen untuk gigi posterior yang baik adalah amalcore yang meng”onlay” cusp yang telah lemah, sehingga dapat melindungi fungsi dan kerapatannya. Jika dikemudian hari harus diganti dengan mahkota, preparasi mahkota akhirnya dapat diselesaikan tanpa membuang intinya. Restorasi anterior analognya biasanya lebih sukar karena adanya faktor estetik dan adanya kesukaran dalam memperoleh mahkota yang rapat. Suatu mahkota pasak sementara tidak menjamin adanya kerapatan yang adekuat. Lebih disukai untuk membuat pasak dan inti segera setelah perawatan (yang menjamin adanya kerapatan mahkota yang baik) jika gigi tersebut merupakan indikasi bagi pemasangan mahkota sementara. Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan lama, yakni: 1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya sudah tidak baik sehingga pengambilan dentin lebih lanjut sebaiknya diminimalkan. Sebaliknya, cusp mungkin perlu dikurangi dan diberi pelindung (capping). Tindakan, secara rutin membuang mahkota dan kemudian membangunnya kembali pada gigi yang telah dirawat saluran akarnya merupakan cara yang sudah tidak layak lagi. 2. Retensi. Restorasi korona memperoleh retensinya dari inti dan sisa dentin yang masih ada. Jika intinya memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem saluran akarnya yang memakai pasak. Namun pasak ini akan melemahkan dan mungkin menyebabkan perforasi sehingga hendaknya dipakai hanya jika diperlukan untuk retensi inti. 3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk memproteksi cusp yang tidak terdukung supaya bias menghindari terjadinya fleksur dan fraktur. Restorasi didesain sedemikian rupa sehingga beban fungsional dapat ditransmisikan melalui gigi ke jaringan penyangga.

Print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

alat stabilisasi

Citation preview

Page 1: Print

2.9 Alat Restorasi Semi Tetap

Jika restorasi akhirnya ditunda, restorasi sementaranya harus bisa bertahan selama mungkin (sampai satu tahun). Restorasi ini harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya. Restorasi sementara semipermanen untuk gigi posterior yang baik adalah amalcore yang meng”onlay” cusp yang telah lemah, sehingga dapat melindungi fungsi dan kerapatannya. Jika dikemudian hari harus diganti dengan mahkota, preparasi mahkota akhirnya dapat diselesaikan tanpa membuang intinya. Restorasi anterior analognya biasanya lebih sukar karena adanya faktor estetik dan adanya kesukaran dalam memperoleh mahkota yang rapat. Suatu mahkota pasak sementara tidak menjamin adanya kerapatan yang adekuat. Lebih disukai untuk membuat pasak dan inti segera setelah perawatan (yang menjamin adanya kerapatan mahkota yang baik) jika gigi tersebut merupakan indikasi bagi pemasangan mahkota sementara.

Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan lama, yakni:

1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya sudah tidak baik sehingga pengambilan dentin lebih lanjut sebaiknya diminimalkan. Sebaliknya, cusp mungkin perlu dikurangi dan diberi pelindung (capping). Tindakan, secara rutin membuang mahkota dan kemudian membangunnya kembali pada gigi yang telah dirawat saluran akarnya merupakan cara yang sudah tidak layak lagi.

2. Retensi. Restorasi korona memperoleh retensinya dari inti dan sisa dentin yang masih ada. Jika intinya memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem saluran akarnya yang memakai pasak. Namun pasak ini akan melemahkan dan mungkin menyebabkan perforasi sehingga hendaknya dipakai hanya jika diperlukan untuk retensi inti.

3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk memproteksi cusp yang tidak terdukung supaya bias menghindari terjadinya fleksur dan fraktur. Restorasi didesain sedemikian rupa sehingga beban fungsional dapat ditransmisikan melalui gigi ke jaringan penyangga.

Macam-macam alat restorasi semi tetap:

1. Fraktur EnamelPada banyak kasus, tidak dibutuhkan perawatan segera selain tindakan menghaluskan sisa-sisa fraktur yang tajam. Fraktur tersebut nantinya dapat ditangani dengan berbagai bahan restorasi dengan tujuan estetik seperti komposit resin. Akan tetapi pada kasus dengan nekrosis pulpa, dibutuhkan terapi endodontic.

Page 2: Print

Gambar 1.1 Menghaluskan permukaan kasar pada sisa-sisa fraktur dengan mata bor merupakan salah satu tindakan yang cukup untuk menangani fraktur enamel. Untuk penanganan lebih lanjut, dapat

digunakan komposit resin dan veneer porselen.

2. Fraktur pada DentinTindakan yang dilakukan pada fraktur dentin adalah penutupan dentin yang terbuka menggunakan GIC. Penanganan dapat meliputi pelekatan kembali fragmen yang lepas atau manipulasi struktur anatomis awal dengan menggunakan material komposit atau restorasi porselen.Dalam keadaan darurat, ada tiga cara penanganan yang dapat dilakukan :1) Membiarkan dentin terbuka untuk restorasi lebih lanjut.2) Menggunakan semen glass ionomer sebagai penutup sementara.3) Bila fragmen yang terpisah masih ada, lekatkan kembali fragmen tersebut dengan material

bonding. Bila material bonding tidak tersedia, prosedur ini dapat dilakukan sementara fragmen gigi disimpan pada material seperti saline.

3. Pulp Exposure Berdasar pada tingkat exposure, status sirkulasi pulpa, dan tingkat perkembangan pulpa, 3 metode perawatan ini yang menjadi pertimbangan :1) Pulp capping2) Partial pulp amputation3) Pulp extirpationKetiga metode tersebut sangat membutuhkan keterampilan yang baik. Untuk penanganan kasus ini, tidak dianjurkan penanganan yang ditunda-tunda karena berakibat pada prognosis yang buruk dan juga tidak dianjurkan menangani kasus ini dengan mengaplikasikan material semen karena pada beberapa penelitian ditemukan dapat terjadinya akumulasi bakteri anaerobic di bawah tambalannya.1) Pulp capping

Prosedur ini dilakukan dengan tujuan melindungi pulpa. Kalsium hidroksida diaplikasikan pertama kali untuk melindungi jaringan pulpa yang terekspos kemudian baru dapat diaplikasikan material tambalan yang sesuai. Bila memungkinkan, segmen mahkota dapat dilekatkan kembali dengan etsa atau teknik komposit-bonding.

Gambar 1.2 Kiri: Penutupan dengan Kalsium hidroksida; Kanan : Perlekatan kembali fragmen mahkota yang mengalami fraktur.

2) Partial pulp amputation/pulpotomyPulpa yang terekspos dapat diperluas dengan menggunakan mata bor bundar yang tajam sampai ke kedalaman 2-3 mm. Kemudian menutup dengan kalsium hidroksida pada kanal akar dan kemudian dengan bahan tambal yang sesuai. Dapat juga dilakukan perlekatan kembali fragmen yang fraktur bila memungkinkan.

Page 3: Print

Gambar 1.3 Pulpotomy

3) Pulp extirpationPada intinya, prosedur ini bertujuan untuk mengangkat semua jaringan pulpa yang nekrotik. Aplikasi desinfektan pada saluran akar penting juga sebagai upaya prenventif sebelum diaplikasikannya bahan tambalan saluran akar dan restorasi gigi.

Gambar 1.4 Pulp extirpation

2.10 Penanggulangan Gigi Sulung yang Terkena Trauma

Trauma Pertolongan Pertama Perawatan pada Praktek Dokter Gigi

Avulsi Gigi sulung yang mengalami avulsi tidak dianjurkan untuk dilakukan reimplantasi, karena resiko yang tinggi pada pertumbuhan gigi permanen.

Tidak dianjurkan melakukan reimplantasi untuk mencegah terganggunya pertumbuhan gigi permanen.

Page 4: Print

Tooth displacement (luxation, lateral displacement, extrusion)

Menempatkan kain yang basah dan dingin pada mulut, bawa segera ke dokter gigi. Untuk mengurangi rasa sakit diberikan Tylenol.

Gigi sulung dengan luksasi di posisi labial dilakukan ekstraksi, untuk mencegah kerusakan saat pertumbuhan gigi permanen. Dapat dilakukan splint untuk mengembalikan gigi pada posisi normal menggunakan semen glass ionomer modifikasi resin.

Fraktur Gigi (infraction, Ellis Klas I, Klas II atau III)

Berkumur dengan air hangat, dikompres dengan kain yang dingin atau es dapat juga digunakan Acetaminophen, bukan aspirin.

direct pulp capping, Cvek pulpotomy, cervical-depth pulpotomy, pulpectomy, atau extraction.

Tooth pushed up (dental intrusion)

Berkumur dengan air dingin dan letakkan batu es di bawah bibir dan mulut untuk mengurangi bengkak.Memberikan Tylenol untuk mengurangi rasa sakit.

Biarkan gigi sulung tersebut erupsi sampai rentang waktu 2-3 bulan, selama tidak terjadi kecelakaan pada benih gigi permanennya. Jika gigi tersebut tidak erupsi, maka dilakukan ekstraksi. Jika gigi mengalami intrusi terlalu dalam hingga mengenai gigi permanen, sebaiknya langsung di ekstraksi.

Tooth was hit (subluxation, dental concussion)

Berkumur dengan air dingin dan letakkan batu es di bawah bibir dan mulut untuk mengurangi bengkak.Memberikan Tylenol untuk mengurangi rasa sakit

Sebaiknya diambil gambaran radiografi untuk dilihat lebih lanjut fraktur akar yang terjadi. Anak diinstruksikan untuk memakan makanan yang lembut selama beberapa minggu sampai diputuskan perawatan yang tepat untuk dilakukan.

Root fracture (apical, mid-root, cervical)

Berkumur dengan air dingin dan letakkan batu es di bawah bibir dan mulut untuk mengurangi bengkak.Memberikan Tylenol untuk mengurangi rasa sakit

Selama tidak terdapat abses atau mobilitas gigi yang tinggi, fraktur akar tersebut dapat sembuh dengan sendirinya Jika terdapat abses dan mobilitas yang tinggi, gigi dapat diesktraksi dan sisa akar yang tertinggal dapat teresorpsi dengan sendirinya.

Dental bone fracture (alveolar process fracture)

Berkumur dengan air dingin dan letakkan batu es di bawah bibir dan mulut untuk mengurangi bengkak.Memberikan Tylenol untuk mengurangi rasa sakit

Untuk luksasi yang lebih berat dapat digunakan anti inflamasi (mortri), analgetik(Tylenol 3), dan antibiotik (Penicillin). Perawatan untuk fraktur ini meliputi reposisi bagian gigi yang berpindah ke posisi asalnya dengan menggunakan splint selama 2 bulan.

Page 5: Print

2.11 Macam-macam Alat Stabilisasi untuk Fraktur DentoalveolarSplinting propertiesRigiditas dari splint dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Flexible dan semi-rigid : optimal untuk pulpa dan periodontal healinga. Lebih mobility daripada gigi non-injuredb. Sama dengan mobilitas normal gigi

2. Rigid : dapat digunakan pada cervical root fracture dan replantasi gigi setelah PDL removal dan perawatan fluoride.a. Kurang dari mobilitas normal gigiSplint yang optimal dapat memenuhi mayoritas dari seluruh persyaratan dibawah ini :1) Aplikasi direct intraoral2) Mudah dibuat dengan matetial yang tersedia dalam praktek dental3) Tidak meningkatkan periodontal injury atau memicu caries4) Tidak iritasi terhadap jaringan lunak oral5) Pasif, tidak menggunakan tekanan orthodontic pada gigi6) Serbaguna dalam mencapai rigid, semi-rigid, atau fleksibel splint7) Mudah dikembalikan dan berakibat minimal atau tidak ada kerusakan permanen pada

gigi8) Memungkinkan tes pulpa dan perawatan endodontic9) Hygiene dan estetik

Tipe-tipe splinting

1) Suture splintTipe paling simple adalah letak suture pada incisal edge dari palatal/lingual gingival menuju buccal gingival. Fiksasi seperti ini dapat digunakan, contohnya, dalam mencegah reposisi incisor dari ekstruding, tapi hanya akan efektif untuk jangka waktu pendek. Setelah autotransplantasi pada premolar, suture diletakkan pada permukaan oklusal pada transplant. Suture splint ditemukan untuk meningkatkan prognosis gigi autotransplanted dibandingkan rigid splint.

2) Arch barBeberapa decade yang lalu, rigid splinting dari gigi luxasi dianggap perlu, dan jenis splint yang digunakan adalah arch bar atau cap splint. Splint ini menyebabkan kerusakan pada gigi yang terluka, dikarenakan reposisi tidak akurat, yang dapat menekan jaringan longgar gigi terhadap dinding soket. Selanjutnya, terdapat resiko invasi bakteri ke dalam jaringan periodontal karena dekatnya letak splint dan wire terhadap margin gingival.

3) Orthodontic applianceOrthodontic ligature wire bonded dengan composite atau attached pada bracket telah dianjurkan. Bagaimanapun, orthodontic bracket wire dan composite dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa oral, gangguan pada oral hygiene dan ketidaknyamanan, terutama pada awal dari periode splinting. Selanjutnya, permintaan untuk splinting pasif (dengan gigi pada posisi netral) terancam jika bracket bersatu dengan rectangular orthodontic wire. Maka dari itu, direkomendasikan untuk menggunakan malleable steel wire.

4) CompositeSplint yang sepenuhnya terdiri dari composite resin bersifat estetik dan mudah untuk dibuat, tetapi telah ditemukan untuk fraktur pada daerah interdental, sebagaimana material tersebut

Page 6: Print

fragile. Splint bersifat rigid dan dengan demikian melanggar permintaan untuk splinting pada kebanyakan kasus. Terlebih lagi, karena kecocokan warna dan bonding strength pada goresan enamel, hal ini sulit untuk mengembalikannya tanpa merusak underlying tooth structure. Jika splint dengan material ini harus digunakan, maka dianjurkan untuk splint pada gigi luxasi dengan hanya satu gigi yang berdekatan.

5) Wire-compositeSatu dari keuntungan utama adalah splint CONSTRUCTED dari material yang secara rutin tersedia di kantor dental. Mudah dimodifikasi menjadi rigid splint oleh perubahan dimensi dari wire atau oleh penambahan composite selama labial wire up pada ruang interdental. Bagaimanapun, terdapat masalah yang sama pada resiko kerusakan potensial pada underlying enamel sebagaimana dengan composite splint.Pada studi comparative baru pada berbagai tipe dari splint pada sukarelawan, wire-composite splint terbukti dapat diterima dengan baik, tidak mengakibatkan kerusakan besar pada mukosa oral dan memperbolehkan sukarelawan mempertahankan oral hygiene yg bagus.Pada beberapa studi yang menggunakan fiber glass daripada wire telah dideskripsikan dan secara berkala digunakan. Fiber glass ribbon dibasahkan dengan composite resin dan tidak ada material pengisi yang digunakan. Fleksibilitas dapat divariasikan dengan sejumlah layer dan extention pada splint.

6) ResinProtemp dan Luxatemp merupakan multi-fase material resin digunakan dalam restorasi temporary prosthetic dan untuk lining prefabricated crown. Protemp merupakan chemical cured; sedangkan Luxatemp merupakan dual cured (chemical dan light cured).bhal ini memungkinkan untuk menerima material dalam tahapannya, keuntungan dengan multiple displaced dan reposition teeth. Material ini tidak menggunakan tenaga pada gigi selama aplikasi dan secara estetik dan hygiene dapat diterima. Selanjutnya, keduanya telah menunjukkan untuk memperbolehkan penggunaan semi-rigid splinting.

Pada kasus kehilangan gigi atau dalam mixed dentition, dimana gigi yang bersebelahan tidak sepenuhnya erupsi, hal ini diperlukan untuk merentangkan area edentulous. Pada kasus ini, diperlukan reinforcement. Hal ini dapat dicapai dengan metal bars, orthodontic wire, nylon line, glass fiber, atau synthetic fiber atau tape yang terdapat di market (Kevlar, Dupont Corp., Fiber-splint, Polydent Corp., Mezzovico, Switzerland) dan yang dapat dipadukan dengan resin. Jika tidak tersedia, bahkan paperclip dapat diluruskan untuk mencapai tujuannya. Diperbolehkan beberapa material yang bersifat fleksibel dan splint diterima secara direct pada etched crown surface.

7) Metal (TTS) splintSecara komersial, dental splint yang tersedia telah diperkenalkan. Prefabricated splint yang terbuat dari titanium telah dilaporkan oleh von Arx dan co-author. Prefabricated titanium trauma splint (TTS) mempunyai ketebalan hanya 0,2 mm dan dapat dengan mudah dibengkokan dengan jari dan beradaptasi pada dental arch. Karena desain rhomboid dari splint, dapat juga beradaptasi dengan panjangnya. TTS berikatan pada enamel dengan light cured composite resin dan dikembalikan dengan ‘peeling’ pada permukaan gigi. Splint ini telah ditemukan agar dapat bertoleransi dengan baik dan mengakibatkan ketidaknyamanan hanya pada sebagian kecil pasien.

Tabel perbandingan jenis splint yang berbeda. (+) : secara kuat berhubungan, (+) : sedikit bethubungan, dan (-) : tidak ada hubungan terhadap splint yang bersangkutan.

Page 7: Print

Type of splint

Accuracy of reposition

Easily discolored

Flexibility Rigidity Easily fracture

Easy to construct

Suitability after dental trauma

Suture splint

+ + - + + +

Arch bar splint

- - - + - - -

Arch bar splint with acrylic

- - - + - - -

Flexible wire-composite

+ + + - - + +

Rigid wire-composite

+ + - + - + +

Composie splint

+ + - + + + +

Protemp, Luxatemp

+ + + - + + +

TTS splint + + + + - + +Orthodontic splint

+ + + + - + +

Rekomendasi untuk tipe splinting dan durasi

1) Ekstrusive luxation : 2 minggu; tipe fiksasi : fleksibel2) Lateral luxation : 4 minggu; tipe fiksasi : fleksibel

Page 8: Print

3) Intrusive luxation : 6-8 minggu; tipe fiksasi : fleksibel4) Avulsion : 1-2 minggu; tipe fiksasi : fleksibel5) Root fracture; setengah atau sepertiga apical : 4 minggu; tipe fiksasi : rigid6) Root fracture; sepertiga servikal : 3 bulan; tipe fiksasi : fleksibel7) Alveolar fracture e : 4 minggu; tipe fiksasi : fleksibel

2.1.1. Penanggulangan Gigi Sulung yang Terkena TraumaKoordinasi yang buruk pada pasien anak yang sedang belajar berjalan , serta rasio antara

pulp-chamber yang relatif besar, menyebabkan banyak terjadinya trauma dentoalveolar pada anak. Dalam mengelola pasien tersebut, mungkin memerlukan sedasi dan restraint (pengekangan) . Dengan demikian, faktor-faktor tambahan harus ditangani selama dilakukan pengobatan. Displacement lebih banyak terjadi daripada patah gigi pada gigi primer karena daerah sekeliling tulangnya masih resilien. Begitu pula dengan cedera ini yang lebih sering terjadi pada gigi anak dibandingkan pada gigi permanen. (Peterson)

Mengobati trauma pada gigi primer ditentukan oleh kemungkinan bahaya terhadap benih gigi permanen, sekunder ke posisi bukal - oklusal gigi primer terhadap benih gigi permanen.

. Gambar. posisi bukal - oklusal gigi primer terhadap benih gigi permanen

Transmisi gaya pada gigi yang berkembang memungkinkan terjadinya displacement yang dapat menyebabkan gangguan odontogenesis, sehingga menghasilkan perubahan warna enamel dan atau hyploplasia. (Peterson)

Fraktur Mahkota SebagianPada fraktur mahkota sebagian, bagian runcing dari mahkota harus di haluskan atau restorasi

morfologi mahkota dapat didapatkan dengan cooperation reasonable.

Page 9: Print

Andreasen dan Raven melaporkan tentang prognosis pada trauma gigi pengganti permanen, juga gaya yang diberikan oleh gigi primer. Mereka menemukan bahwa usia individu pada saat cedera dan jenis cedera berperan penting dalam pengembangan gigi permanen (Peterson)

Diagnosis dan AssesmentDokter gigi harus memutuskan :

1. Waktu luka terjadi dan ketika kedatangan berikutnya untuk perawatan, hasil pengobatan adalah sangat tergantung pada waktu yang telah berlalu

2. Penyebab luka3. Dimana luka terjadi untuk menentukan apakan perlu diberikan injeksi tetanus4. Apakah trauma cukup berat sehingga menyebabkan masalah medis seperti sakit

kepala, muntah, dan simptom lainnya pada trauma kepala5. Stimuli apa yang menyebabkan respon pada wilayah trauma (termal, tekanan,

kimia).

Gambar : sistem untuk menentukan treatment pada gigi primer anterior Crown Fracture

Dalam kasus fraktur yang tidak parah dengan tepian tajam dipinggirnya, abrasive disc atau bur dapat digunakan untuk menghaluskan fraktur. jika pasien

Page 10: Print

menginginkan hasil yang estetis, dan pasien mampu, mahkota dapat diperbaiki dengan resin komposit.

Fraktur mahkota yang parah merupakan kasus yang sulit untuk dihadapi jika kurangnya kerjasama dari anak dan karena perawatan (pulpotomy) adalah teknik-sensitif. Pilihan perawatan parsial pulpotomy dengan kalsium hidroksida atau pulpotomy dengan formocresol atau seng oksida eugenol. tampaknya hasilnya sama baik antara pilihan yang tersedia, mendukung indikasi untuk pendekatan konservatif untuk mengobati luka. dalam satu studi klinis, tingkat keberhasilan dari pulpotomy adalah 76%. studi clinical lain, pulpotomy (menggunakan formocresol) dan pulpectomy (menggunakan seng oksida eugenol) yang dibandingkan dan ditemukan memiliki tingkay keberhasilan masing-masing dari 86% dan 78%. Temuan yang menghalangi keberhasilan pulpectomy bahwa sebagian besar kasus menunjukkan resorpsi lengkap partikel seng oksida di daerah gingiva. prosedur ini biasanya tidak direkomendasikan.

Trioksida mineral agregat (MTA) baru-baru ini telah diusulkan untuk pulpotomy tapi penelitian klinis jangka panjang diperlukan sebelum merekomendasikan penggunaan secara umum.

Crown-Root FractureEkstraksi merupakan pilihan perawatan yang sering dilakukan

Root FractureFraktur akar dengan sedikit perpindahan fragmen koronal dapat dibiarkan

tidak diobati dan akan resorbsi pada waktu yang diharapkan. ketika fragmen mahkota sangat longgar fragmen koronal yang ekstruksi harus diekstraksi untuk mencegah anak menghirup itu. fragmen apikal dapat dibiarkan untuk resorpsi fisiologis. jika anak mampu mengatasi dan fragmen koronal tidak berpindah, kawat-komposit splint telah dianjurkan selama 3 minggu. Namun, nilai perawatan semacam ini tampaknya dipertanyakan.

Concussio dan SubluxasiCedera ini tidak memerlukan perawatan akut, namun harus memberitahukan

orangtua untuk menjaga kebersihan mulut anak untuk mencegah kontaminasi bakteri melalui ligamentum periodontal. chlorhexidine dapat diaplikasi ke gingiva gigi dua kali sehari selama 7 hari dapat direkomendasikan.

EkstrusiEkstrusi gigi primer dapat mangalami reposisi dan stabil untuk waktu yang

singkat jika anak segera diobati jika ada cedera. jika bekuan darah sudah masuk ke dalam soket alveolar dan tidak terjadi reposisi, gigi dapat kembali normal secara spontan atau diekstraksi tergantung pada tingkat ekstrusi dan mobilitas.

Lateral LuxationDalam beberapa kasus lateral luksasi mungkin terdapat gangguan occlusal.

dalam kasus ini, setelah penggunaan anestesi lokal, gigi yang posisinya kombinasi antara gabungan tekanan labial dan palatal. jika perlu dan mungkin, splint dapat digunakan selama 2-3 minggu.

Karena open bite anterior pada anak kecil lebih sering terlukasi lateral gigi utama tidak mengalami gangguan oklusal dapat sembuh tanpa pengobatan, dan reposisi spontan dipengaruhi oleh kekuatan fisiologis lidah biasanya dapat terjadi dalam waktu 3 bulan. Namun, dalam studi lanjutan, 5% dari gigi yang terluksasi lateral tidak sepenuhnya reposisi setelah 1 tahun.

Untuk mengobati lateral luxations tanpa open bite yang tidak dapat direposisi, mengikis tepi incisal gigi atas dan bawah atau sementara menambahkan komposit ke permukaan occlusal molar untuk membuat artifisial anterior.

Page 11: Print

IntrusionPerawatan gigi instrusi dapat dibagi 3, yaitu : Reposisi dengan pesawat

ortodonti, reposisi gigi dengan tindakan bedah dan observasi gigi dengan cara reerupsi. Sebaiknya jika gigi yang intrusi akarnya belum tumbuh sempuma, dapat diobservasi dengan cara re-erupsi, sedangkan jika akar gigi sudah tumbuh sempurna reposisi secara bedah atau dengan pesawat ortodonti merupakan pilihan.

Perawatan gigi intrusi masih diperdebatkan. masalah penting adalah pencegahan dari cedera gigi susu berlanjut pada gigi permanen. dalam studi eksperimen pada monyet, di mana gigi insisif primer yang sengaja menghambat penggantian gigi permanen, tampaknya mengganggu ekstraksi dari gigi insisif primer histologis mengakibatkan kerusakan ringan pada epitel enamel gigi pengganti. Namun, dalam studi makroskopik yang sama, ditemukan frekuensi dan tingkat makroskopik cacat enamel yang hampir identik dalam dua kelompok.

Studi klinis juga menunjukkan hanya sebagian kecil dan perbedaan yang tidak signifikan dalam tingkat perkembangan dan frekuensi pengganggu dalam pertumbuhan gigi permanen ketika perawatan atau ekstraksi dari intrusi gigi primer telah dibandingkan.

AvulsionTraumatik injuri pada rongga mulut dan sekitarnya merupakan kasus yang

banyak terjadi di kalangan anak dan remaja, sehingga mernbutuhkan perhatian baik dan teliti mengenai perawatan dari dokter gigi. Penyebab trauma pada gigi permanen antara lain jatuh dari sepeda, berkelahi, kecelakaan lalu linlas dan olahraga.

Keparahan trauma pada gigi geligi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yang salah satu diantaranya adalah lepasnya seluruh bagian gigi dari soket atau yang biasa kita sebut dengan avulsi. Keberhasi1an perawatan dari gigi yang avulsi tergantung dari berapa lama terjadinya, tempat kejadian, tindakan apa yang dilakukan pertama kali ketika terjadinya gigi avulsi dan bagaimana cara penanganan gigi avulsi tersebut. Penanganan pendahuluan terhadap gigi yang mengalami avulsi ini terdiri dari replantasi, splinting serta kontrol secara periodik. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan saluran akar dan restorasi resin komposit.

Meskipun beberapa laporan telah dipublikasikan pada replantasi gigi avulsi, pada praktikya tidak dapat direkomendasikan sampai bukti lebih lanjut menunjukkan bahwa pengganti permanen tidak akan terlibat, karena replantasi gigi primer dapat menggantikan coagulum ke dalam folikel gigi insisal permanen. Selanjutnya, inflamasi periapical dapat menjadi nekrosis pulp pada replantasi gigi permanen karena gangguan mineralisasi pertumbuhan gigi permanen. ruang yang dihasilkan dari kehilangan gigi incisal primer rahang atas dapat dikembalikan untuk tujuan estetik dengan manggunakan fixed appliances. Namun, perlu perhatian khusus dalam kasus-kasus ini terhadap kemungkinan gangguan pada fisiologis ekspansi rahang atas

Fractures of The Alveolar ProcessusTulang alveolar merupakan tulang tempat melekat gigi pada maksila dan

mandibula. Fraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur  tulang alveolar adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan tulang alveolar pada maksila atau mandibula.

Fraktur dari processus alveolaris sering terjadi pada maksila yang tipis dibandingkan dengan mandibula. Akan tetapi, tipe fraktur yang sering terjadi pada mandibula adalah fraktur alveolar. Trauma alveolar pada mandibula berhubungan dengan fraktur komplit pada daerah penyangga gigi, sedangkan pada maksila

Page 12: Print

biasanya disebabkan oleh trauma lokal. Jika terjadi trauma secara langsung processus alveolaris bagian anterior memiliki resiko terbesar untuk terjadi fraktur.

Trauma lokal pada tulang rahang dapat menyebabkan terjadinya fraktur pada tulang alveolar. Fraktur pada tulang alveolar biasanya tidak menyababkan kerusakan yang serius pada gigi, gigi diharapkan masih dapat melakukan devitalisasi pasca trauma.Etiologi

Penyebab terjadinya fraktur tulang alveolar diantaranya adalah karena trauma facial seperti trauma athletik, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan lalu lintas, dan lain-lain. Penyebab lainnya adalah akibat dari prosedur iatrogenik pada pencabutan gigi.Gambaran klinik fraktur alveolar

Fraktur prosesus alveolaris biasanya berupa fraktur terbuka sehingga rentan terhadap infeksi. Fraktur yang terjadi pada tulang alveolar dapat meluas sampai keperbatasan tulang. Pada segmen yang fraktur sering ditemukan pergerakan, pergeseran segmen, dan dislokasi. Terjadi perubahan oklusal akibat ketidaksejajaran dari segmen alveolar yang fraktur. Tes sensitivitas pada gigi di daerah fraktur dapat positif atau negatif. Pada fraktur tulang alveolar, gigi dapat mengalami perubahan posisi, gigi dapat menjadi luksasi, avulsi, atau impaksi.Gambaran radiografis

Pada fraktur tulang alveolar garis fraktur dapat terlokalisasi, dari tepi tulang alveolar sampai apeks akar. Teknik panoramik sangat membantu dalam menentukan bagian dan posisi garis fraktur. Garis fraktur dapat terlihat dengan atau tanpa adanya pemisahan fragmen. Periapical dental radiographs  dapat memberikan informasi mengenai status gigi geligi di daerah tulang alveolar yang mengalami fraktur.KlasifikasiKlasifikasi dari fraktur tulang alveolar menurut Per Clark·         Kelas 1, fraktur pada segmen edentulous·         Kelas 2, fraktur pada segmen dentulous dengan sedikit perubahan posisi·         Kelas 3, fraktur pada segmen dentulous dengan sedang-berat perubahan posisi·         Kelas 4, fraktur processus alveolaris. Terdapat satu atau lebih garis fraktur

dengan fraktur pada tulang facial penyangga gigiPerawatanPerawatan medikasi

Perawatan ini ditujukan untuk memberi kenyamanan pada pasien dan untuk mencegah komplikasi terutama akibat infeksi.  Analgesik ringan sampai sedang dapat diberikan, namun perlu mempertimbangkan status kesehatan umum pasien dan dosis obat. Contoh analgesik yang bisa diberikan adalah Acetaminophen.

Terapi antibiotik mengurangi prevalensi dari infeksi. Golongan penisilin diberikan dan disesuaikan dosisnya dengan umur. Pada pasien yang alergi dengan golongan penisilin, clindamycin dapat digunakan sebagai alternatif  pengganti.Perawatan bedah

Pada fraktur alveolar perawatan dilakukan dengan tujuan mengembalikan segmen farktur ke posisi semula. Sebelum dilakukan perawatan, sebaiknya dilakukan foto rontgen untuk mengetahui seberapa luas fraktur yang terjadi. Perawatan dilakukan dengan bantuan anestesi lokal. Namun pada keadaan tertentu perlu dilakukan anestesi umum yaitu apabila anastesi lokal tidak berhasil atau pada pasien yang sangat penakut. Reposisi segmen fraktur yang mengalami perubahan lokasi dengan melakukan reduksi  yaitu menggerakkan segmen yang fraktur dengan finger manipulation, periksa hubungan oklusalnya. Fiksasi untuk imobilisasi segmen yang fraktur dengan splint atau arch bar. Hilangkan kontak prematur dan trauma oklusal.

Page 13: Print

Stabilisasi segmen yang fraktur tersebut selama 4 minggu.  Contoh cara fiksasi lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan 2-0 Chromic gut suture material  untukimmobilisasi gigi.

Alat  untuk stabilisasi segmen dilepas setelah 4-6 minggu kemudian evaluasi mobilitas  gigi dan segmen. Untuk mengetahui keberhasilan perawatan, lakukan foto rontgen. Status pulpa perlu dilihat untuk mempertimbangkan kemungkinan perawatan endodontik bila gigi menjadi nonvital.

Tabel Ringkasan Penanggulangan Trauma Gigi Sulung Anterior

Trauma Treatment Pulpa RestorasiEnamel (Kelas I) Observasi

Perhatikan bila terdapat perbedaan warna

Smooth / rough edges

Enamel dan dentin (Kelas II) Calcium hydroxide liner Acid etch composite resin atau open-faced stainless steel crown

Enamel, dentin, dan pulpa (Kelas III)

Formocresol pulpotomiPulpektomi ( jika devital)

Open-faced stainless steel crown

Fraktur Akar Ekstraksi Space maintainerAvulsi - Space maintainerDisplacement Reposisi SplintIntrusi/Concussion Observasi perubahan warna atau

preerupsi:a. Hitam – pulpa nonvital ;

pulpektomib. Kuning – pulpa

terkalsifikasi ; observasiFundamentals of Pediatric Dentistry