76
PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS PEMIKIRAN MURTADHA MUTHAHHARI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : MUHAMMAD NUR RISKY NIM: 1113033100053 PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M.

PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS

PEMIKIRAN MURTADHA MUTHAHHARI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S.Ag)

Oleh :

MUHAMMAD NUR RISKY

NIM: 1113033100053

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M.

Page 2: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian
Page 3: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian
Page 4: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian
Page 5: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

i

ABSTRAK

Muhammad Nur Risky

Prinsip Tauhid Dalam Alam Semesta, Studi Atas Pemikiran Murtadha Muthahhari

Untuk menganalisis pemikiran Murtadha Muthahhari yang membahas prinsip tauhid tentang Alam Semesta sebagaimana yang disebutkan diatas, akan lebih tepat dan efektif mengkaji dan menelaah secara langsung buah pemikirannya melalui karya-karya dan jejak perjuangannya agar penelitian ini terhindar dari unsur subjektivitas Agar penelitian ini lebih fokus dan mendalam maka peneliti membatasi penelitian ini. Batasan masalahnya berfokus pada pemikiran Murtadha Muthahhari tentang Alam Semesta.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) karena peneliti menganalisis literature-literatur dari berbagai sumber yang berbentuk pustaka sehingga penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian ini merupakan studi tokoh atas pemikiran Murtadha muthahhari. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filososfis. Pendekatan ini digunakan untuk mencari dan menginterpretasi data dengan kacamata filosofis dengan karakter ojektif-kritis-radikal dan multipersepsi. Objek material dalam penelitian ini adalah pemikiran Murtadha Muthahhari. Sedangkan objek formalnya adalah konsep Alam Semesta.

Kata kunci: Tauhid, alam semesta, Murtadha Muthahhari.

Page 6: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah swt., Zat pemberi nikmat, yakni

hembusan nafas yang separuhnya dimiliki oleh dia, pandangan mata

sehingga dapat memandang indahnya ciptaan serta nikmat-nikmat

lain yang tidak mampu dihitung oleh insan berakal. Ṣalawat serta

salam semoga selalu tercurahkan kepada Raḥmatan li al-‘Ālamîn,

cahaya di atas cahaya, Insan Kamil, Nabi Muhammad saw., Rasul

penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya hingga zaman kehidupan historis telah tiada.

Alḥamdulillah, berkat rahmat dan ‘inayah Allah swt. misi yang

selalu menghantui yakni skripsi ini dapat terselesaikain. Penyelesaian

skripsi ini adalah karena keterlibatan berbagai pihak yang jika

tanpanya karya ini tidak akan terwujud. Begitupun karena hadirnya

sosok yang selalu menunggu berada di seberang sana, ia tak henti-

hentinya memotivasi diri agar misi ini dapat terselesaikan. Kepada

seluruhnya ucapan terima kasih akan selalu terucap dari mulut yang

kotor ini.

Mendaki gunung lewati lembah, melalui upaya dan usaha yang

melelahkan, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya, skripsi ini dapat

terselesaikan. Berbagai kesulitan, cobaan dan hambatan tak hentinya

menerjang dalam penyusunan skripsi ini. Alḥamdulillah dapat teratasi

berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-

dalamnya akan selalu tersampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuludin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

iii

3. Dra. Tien Rohmatin, MA, selaku Ketua Jurusan Aqidah

Filsafat Islam, dan Dra. Banun Binaningrum, M. Pd, selaku

Sekertaris Jurusan Aqidah Filsafat Islam beserta segenap

jajaran pengurus Fakultas Ushuluddin yang telah banyak

membantu mempermudah proses administrasi dalam

perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.

4. Dr. Kholid Al Walid, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi,

yang telah membuka wawasan serta membimbing hingga akhir.

Ucapan terimakasih saja belum cukup untuk menggantikan jasa

– jasa yang telah diberikan, akan tetapi lantunan doa terbaik

akan selalu terpanjatkan untuknya, terimakasih untuk semua

yang telah bapak berikan, semua jasa-jasa bapak tidak akan

terlupakan.

5. Drs. Ramlan Abdul Ghani, MA, selaku penasihat akademik

yang telah membantu selama dalam masa perkuliahan.

6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terkhusus jurusan Aqidah

Filsafat Islam yang dengan ikhlas dan tulus serta penuh sabar

dalam mencurahkan upaya serta mendidik selama ini.

7. Kedua orang tua tercinta Hasan Basri dan Barisah yang selalu

mengirimkan doa kepada saya. Sepertinya, ucapan terimakasih

tidaklah cukup atas semua yang telah diberikan sejak lahir

hingga dewasa. Rasa kecewa selalu muncul dalam diri kalian

karena manusia hina ini. Akan tetapi lantunan doa sampai detik

ini akan selalu terucap hingga ajal menjemput. Terimakasih

kalian karena telah sabar untuk mendidik dan membesarkan.

Skripsi ini dipersembahkan untuk kalian.

Page 8: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

iv

8. Adik-adikku yang selalu memberikan semangat serta motivasi

dan meyakinkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan, Sadam Husein, Ubaidillah Khan,

Dedi Ibmar, Didi Maldini, Afaf Amani, Rutby Aliyyudin,

Zulhujay Ibnu Nedih, Ade Suhanda dan lainnya yang tak bisa

disebutkan namanya persatu, serta keluarga besar Aqidah

Filsafat Islam angkatan 2013 khususnya Said Riadi, Dwi

Platomo, Khoirul Fiqih, Deden Rojani, Muara Torang yang

selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Dan untuk nama yang selalu penulis sisipkan dalam doa.

Akhir kata, dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan bahkan tidak menutup kemungkinan di dalamnya

masih terdapat kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan

saran akan selalu diterima agar lebih baik lagi kedepan. Semoga

skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca dan alam

semesta. Semoga Allah swt, selalu memberkahi dan membalas semua

kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu.

Āmīn yā Rabb al-Ālamīn.

Ciputat, 26 Juni 2020

Muhammad Nur Risky

Page 9: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil

keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/

U/1987.

1. Konsonan

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

a tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ṡ es dengan titik atas ث

j je ج

ḥ ha dengan titik bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

ż zet dengan titik atas ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

ṣ es dengan titik bawah ص

ḍ de dengan titik bawah ض

Page 10: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

vi

ṭ te dengan titik bawah ط

ẓ zet dengan titik bawah ظ

‘ عkoma terbalik di atas hadap

kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q qi ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof ‟ ء

y ye ي

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa

diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis

dengan tanda (’).

2. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Page 11: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

vii

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U ḏammah و

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

يـــ Ai a dan i

و ـــ Au a dan u

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ᾱ a dengan topi di atas ىا

Ī i dengan topi di atas ىي

Ū u dengan topi di atas ىو

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti

huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan

asy-syamsiyyah, al-rijâl bukan ar-rijâl.

5. Syaddah (Tasydîd)

Huruf yang ber-tasydîd ditulis dengan dua huruf serupa secara

berturut-turut, seperti السنة = al-sunnah.

6. Ta marbūṭah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan

Page 12: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

viii

menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku

jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2).

Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

ریقةط 1 Ṭarîqah

لإسلامیةالجامعة ا 2 al-jâmî’ah al-islâmiyyah

دلوجوة احدو 3 waḥdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan

mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI),

antara lain untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama

tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului

oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf

awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh:

Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan

Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat

diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf

cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku

itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih

aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

Page 13: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

ix

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin

al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penuliasan Kata

Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara

terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan diatas:

Kata Arab Alih Aksara

بتغيمرضاتت tabtagī marḍāta

ةحل

ت

ميمانك

ا taḥillata aimānikum

زواجه ا

احديث azwājihī ḥadīṡā

وصالح منين

مؤ

ال wa ṣāliḥu al-mu`minīn

ننك م مسلمت mingkunna muslimātin

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri

mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak

perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis

Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman,

bukan Fazl al-Rahmān

Page 14: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................. 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............... 6

D. Tinjauan Pustaka ..................................................... 7

E. Metodologi Penelitian ............................................. 9

F. Sistematika penulisan ............................................. 10

BAB II MENGENAL MURTADHA MUTHAHHARI

A. Riwayat Hidup Murtadha Muthahhari .................... 12

B. Latar Belakang Intelektual ...................................... 15

C. Karya-karyanya ....................................................... 20

BAB III KONSEP ALAM SEMESTA MENURUT MURTADHA

MUTHAHHARI

A. Tinjauan Murtadha Muthahhari terhadap konsepsi alam

semesta ..................................................................... 26

a. Konsep Ilmiah tentang Alam Semesta ............... 26

b. Konsep Filosofis tentang Alam Semesta ........... 30

c. Konsepsi Religius tentang Alam Semesta ......... 32

B. Konsep Tauhid tentang Alam Semesta .................... 33

C. Karakteristik Integral Alam Semesta ........................ 36

BAB IV PRINSIP TAUHID TENTANG ALAM SEMESTA

A. Tingkat-tingkat dalam Tauhid .................................. 40

Page 15: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

xi

a. Tauhid Dzati ....................................................... 40

b. Tauhid Sifati ....................................................... 42

c. Tauhid Terhadap Perbuatan Allah ..................... 43

d. Tauhid Dalam Ibadah ......................................... 47

B. Kesatuan Alam ......................................................... 48

C. Alam Gaib Dan Alam Nyata .................................... 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................. 55

B. Saran-saran ............................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 57

Page 16: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tauhid merupakan konsep monoteisme Islam yang mempercayai

bahwa tuhan itu hanya satu. Tauhid adalah asas Aqidah, di dalam

bahasa Arab, Tauhid bermakna penyatuan. Sedangkan dalam Islam,

Tauhid bermaksud menegaskan penyatuan dengan Allah. Menurut

Syeikh Muhammad Abduh, Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas

tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat

yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama

untuk sekali wajib dihilangkan pada-Nya1.

Batasan makna Tauhid menurut bahasa adalah meyakini ke-Esa-

an Tuhan atau menganggap hanya ada satu tidak ada yang lain.

Bermakna bahwa segala apa yang ada di alam semesta ini hanya ada

satu Tuhan dan yang ada di alam semesta ini hanya makhluk semata,

hanya kepada-Nya lah kita menyembah dan akan kembali2.

Dalam pandangan Islam, alam semesta adalah segala sesuatu selain

Allah SWT. karenanya, alam semesta bukan hanya Langit dan Bumi,

tetapi meliputi segala sesuatu yang ada dan berada di antara keduanya.

Alam semesta tidak hanya mencakup hal-hal yang kongkrit atau dapat

diamati melalui pengindraan manusia, tetapi mencakup juga segala

1 M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993),

h.1 2 Moehamad Thahir Badsire, Syarah kitab al-Tauhid Muhammad bin Abdul

Wahab, (Jakarta: PT. Pustaka Manjimas, 1984), h. 24-25

Page 17: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

2

sesuatu yang tidak dapat diamati oleh penginderaan manusia. Dalam

Islam, segala sesuatu selain Allah SWT, yang dapat di dekati melalui

penginderaan manusia disebut sebagai Alam Syahadah. Ia merupakan

Fenomena. Sementara itu, segala sesutu selain Allah SWT, yang tidak

dapat di amati atau di dekati melalui penginderaan manusia disebut

sebagai alam Ghaib. Karenanya ia adalah Noumena3.

semua yang Maujud selain Allah SWT, baik yang telah diketahui

maupun yang belum diketahui manusia, disebut alam. Kata alam

terambil dari akar kata yang sama dengan ilm dan alamah, yaitu

sesuatu yang menjelaskan sesuatu selainnya. Karenanya, dalam

konteks ini, alam semesta adalah alamat, alat atau sarana yang sangat

jelas untuk mengetahui wujud tuhan, pencipta yang Maha Esa, Maha

Kuasa, lagi Maha Mengetahui. Dari sisi ini dapat di pahami bahwa

keberadaan alam semesta merupakan tanda-tanda yang menjadi alat

atau sarana bagi manusia untuk mengetahui wujud dan membuktikan

keberadaan serta ke-Maha Kuasaan Allah swt4.

Di dalam Al-Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya

dapat dipahami dengan istilah "Assamaawaat wa al-ardh wa maa

baynahumaa”. Istilah ini ditemui didalam beberapa surat Al Qur'an

yaitu: Dalam surat maryam ayat 64 dan 655. Dapat ditarik kesimpulan

bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa

yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk kongkrit (nyata) maupun

3 Mohd. Al-Thoumy al-Syaibany, falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan

Bintang,1979), h.58. 4 M. Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an

(Jakarta: Lentera hati, 2004), h.32. 5 Al-Qur,an Q.S. Maryam [16]: 64-65

Page 18: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

3

dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan bahagian dari alam semesta

yang berkaitan satu dengan lainnya.

Menurut para filosof terdahaulu ada dua macam kearifan : kearifan

praktis dan kearifan teoritis. Yang di maksud dengan kearifan praktis

adalah mengetahui sebagaimana mestinya kita hidup. Sedangkan yang

dimaksud kearifan teoritis adalah mengetahui yang ada seperti

adanya6. Disamping sebagai sarana untuk menghantarkan manusia

akan keberadaan dan ke Maha kuasaan Allah Swt. dalam perspektif

Islam, alam semesta beserta sesuatu yang ada di dalamnya di ciptakan

untuk manusia.

secara Ontologis, adanya alam semesta ini mewajibkan adanya dzat

yang mewujudkanNya keberadaan langit dan bumi mewajibkan

adanya sang pencipta yang menciptakan keduanya. Dalam konteks ini,

keberadaan alam semesta berupa petunjuk yang sangat jelas tentang

keberadaan Allah Swt. sebagai tuhan Maha Pencipta. Karenanya,

dengan mempelajari alam semesta, manusia akan sampai pada

pengetahuan bahwa Allah SWT adalah Dzat penciptaan alam semesta.

Al-Qur’an, dalam beberapa tempat memotifisir manusia untuk

melakukan eksplorasi, pengamatan, dan perenungan terhadap

fenomena yang terbentang di alam semesta ini, mengenal Allah SWT7.

Sekalipun alam semesta ini diciptaan untuk manusia, namun bukan

berarti manusia dapat berbuat sekehendak hati di dalamnya. Hal ini

6 Murthada muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h.49. 7 Sahirul Alim et. Al., Islam Untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam dan

Teknologi (Jakarta: Departemen Agama RI, 1995), h. 65-67.

Page 19: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

4

bermakna bahwa kekuasaan manusia pada alam semesta ini bersifat

terbatas. Manusia hanya boleh mengolah dan memanfaatkan alam

semesta ini sesuai dengan keinginan tuhan yang telah mengamanahkan

alam semesta ini kepada manusia. Memang, sebagai “khalifah” Allah

SWT, telah memberikan pendapat kepada manusia untuk mengatur

bumi dan segala isinya. Demikianpun, kekuasaan seorang khalifah

tidaklah bersifat mutlak, sebab kekuasaannya dibatasi oleh pemberi

amanah kekhalifahan itu, yakni Allah SWT8.

Secara umum ada tiga macam konsepsi tentang alam semesta atau

identifikasi manusia tentang alam semesta. Sumber interpretasi ini ada

tiga hal: ilmu pengetahuan, filsafat dan agama. Semua karakteristik dan

kualitas mutlak harus dimiliki oleh sebuah konsepsi yang baik tentang

alam semesta, Dan ini dimiliki oleh konsepsi Tauhid.

Menurut Murtadha Muthahhari, Konsepsi Tauhid merupakan satu-

satunya konsep yang memiliki semua karakteristik dan kualitas ini.

Konsepsi Tauhid merupakan kesadaran akan fakta bahwa alam

semesta ada berkat suatu kehendak arif, dan bahwa sistem alam

semesta ditegakkan di atas rahmat dan kemurahan hati Pencipta.

Tujuannya adalah membawa segala yang ada menuju

kesempurnaannya sendiri. Konsepsi Tauhid artinya adalah bahwa alam

semesta ini bersumber dari “dari Allah dan akan kembali pada Allah”9.

Tauhid bukan sekedar gugus keyakinan teologis, tetapi juga sebuah

8 Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman (Bandung: Mizan,

1994), h.48. 9 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h.56-57

Page 20: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

5

bingkai epistemologis. Dengan kata lain, Tauhid adalah teropong

realitas, cara memandang dunia. Oleh sebab itu, Tauhid merupakan

pandangan dunia (World View)10.

Untuk menganalisis pemikiran Murtadha Muthahhari yang

membahas prinsip Tauhid tentang alam semesta sebagaimana yang

disebutkan diatas, akan lebih tepat dan efektif mengkaji dan menelaah

secara langsung buah pemikirannya melalui karya-karya dan jejak

perjuangannya agar penelitian ini terhindar dari unsur subjektivitas.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PRINSIP TAUHID DALAM ALAM

SEMESTA, STUDI ATAS PEMIKIRAN MURTADHA

MUTHAHHARI”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan mendalam maka peneliti

membatasi penelitian ini. Batasan masalahnya berfokus pada

pemikiran Murtadha Muthahhari tentang alam semesta.

Dari penjelasan dilatar belakang serta batasan masalah di atas

tentang tema yang diangkat, dapat diambil rumusan masalahnya yaitu

sebagai berikut: Apakah Murtadha Muthahhari mampu mebuktikan

Prinsip Tauhid bekerja dan mejadi system alam semesta?

10 Murtadha Muthahhari, Pandangan-Dunia Tauhid (Bandung: Yayasan

Muthahhari, 1993), h. 9.

Page 21: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam menjalankan segala sesuatu terutama yang berkenaan

dengan penelitian pasti memiliki tujuan. Hal ini bertujuan agar peneliti

tidak keluar dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya agar

kualitas penelitian ini baik dan pembaca juga dapat mengambil lebih

banyak hasil penelitian ini.

1. Tujuan Penelitian

Berdsarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas,

maka peneliti menganggap tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui prinsip Tauhid tentang alam semesta menurut

Murtadha Muthahhari.

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini,

sebagaimana yang telah di paparkan di atas, penelitian ini juga

diharapkan dapat memberi manfaat yang signifikan. Manfaat

yang penulis harapkan adalah:

a. Turut memberikan sumbangsih pemikiran dan masukan

tentang bagaimana memahami alam semesta ini sebagai

jalan dan petunjuk filosofis untuk mendekatkan diri kepada

Sang Pencipta.

b. Bentuk sumbangan untuk memperkaya Khazanah

keilmuan, khususnya bagi Umat Islam.

Page 22: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

7

D. Tinjauaan Pustaka

Penelitian ini akan mengungkap “Konsep alam semesta menurut

Murtadha Muthahhari” di mana penyampaiaan isinya akan mengungkap

bagaimana konsep pemikiran Murtadha Muthahhari tentang alam semesta.

Peneliti menyadari bahwa kajian mengenai pemikiran Murtadha

Muthahhari tentang tauhid telah banyak dilakukan, namun penelitian

mengenai “alam semesta menurut Murtadha Muthahhari”, Sejauh yang

peneliti ketahui belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang

pembahasannya mendekati terkait dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Judul Skripsi “Tauhid menurut pandangan Murtadha

Murthahhari” yang ditulis oleh Rochman Rofi’ah program

studi Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya. Persamaan

penelitian ini adalah sama-sama membahas persoalaan Tauhid.

Sedangkan perbedaanya terletak pada fokus pembahasan

Tauhid yang hanya meneliti tahuhid secara umum tidak

Spesifik membahas seperti yang peneliti ajukan11.

2. Judul Skripsi “pemikiran teologi Murtadha Muthahhari” yang

ditulis oleh Mela Roza, program studi Ilmu Aqidah fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negri (UIN) Ar-

Raniry Darussalam Banda Aceh. Dalam skripsnya peneliti

membahas bagaimana pandangan Murtadha Muthahhari

11 Rochman Rofi’ah, Tauhid menurut pandangan Murtadha Muthahhari

(Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1997).

Page 23: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

8

tentang Teologi Islam dan menguraikan pengaruh pemikiran

teologi Murtadha Muthahhari terhadap Masyarakat Modern12.

3. Skripsi, dengan judul “Konsep Insan Kamil Menurut Murtadha

Muthahhari” dijelaskan bahwa dalam perspektif Murtadha

Muthahhari, Insan Kamil itu adalah manusia teladan, unggul,

luhur pada semua nilai-nilai insani dan selalu menang di

medan-medan tempur kemanusiaan. Di samping itu manusia

tersebut seluruh nilai insaninya berkembang secara seimbang

dan stabil serta tidak satupun dari nilai-nilai yang berkembang

itu tidak selaras dengan nilai-nilai yang lain. Dengan demikian,

menurut Murtadha Muthahhari manusia yang kamil memiliki

jiwa dan mental yang sehat yaitu yang seluruh nilai insaninya

berkembang secara seimbang dan stabil dan berkembang sesuai

dengan nilai-nilai yang lain13.

4. Tesis tentang “Relasi Manusia Sempurna dengan alam semesta

dalam Pemikiran Murtadha Muthahhari” yang di tulis oleh

Sundari dari STFI Sadra Jakarta. Dalam tesisnya, Sundari

menjelaskan bagaimana relasi Manusia dengan alam semesta,

bagaimana menjelaskan Manusia merupakan ciptaan Tuhan

yang paling sempurna dan harus menjadi Prototipe dalam

menjalani kehidupan. Meskipun untuk menjadi manusia

sempurna sangat sulit tetapi Menurut Murtadha Muthahhari

12 Mela Roza, pemikiran teologi Murtadha Muthahhari (Skripsi fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2016). 13 Lukman Nurhakim, Konsep Insan Kamil Menurut Murtadha Muthahhari

(Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2016)

Page 24: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

9

untuk meraihnya bukan sesuatu yang Mustahil. Salah satu

caranya dengan mengenal dirinya secara benar maka akan

mendapati perlunya manusia sempurna sebagai panutan dalam

menuju dan meraih kesempurnaan dalam keberlangsungan

alam semesta14.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library

research) karena peneliti menganalisis literatur-literatur dari

berbagai sumber yang berbentuk pustaka sehingga penelitian

ini bersifat kualitatif15.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi tokoh atas pemikiran

Murtadha Muthahhari. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan filososfis. Pendekatan ini digunakan untuk mencari

dan menginterpretasi data dengan kacamata filosofis dengan

karakter ojektif-kritis-radikal dan multipersepsi. Objek

material16 dalam penelitian ini adalah pemikiran Murtadha

14 Sundari, Relasi Mansia Sempurna dengan Alam Semesta dalam Pemikiran

Murtadha Muthahhari (Tesis STFI Sadra Jakarta, 2016) 15 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007), h. 6. 16 Menurut Maslen objek material dalam penelitian filsafat adalah titik kajian

atau bahan yang menjadi fokus kajian dalam ilmu tertentu. Kaelen, Metode Penelitian

Kualitatif tentang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma, 2005), h. 34.

Page 25: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

10

Muthahhari. Sedangkan objek formalnya17 adalah konsep alam

semesta.

3. Sumber data

Sumber penelitian ini berasal dari Buku-buku serta bahan

bacaan lain yang relevan dengan pembahasan. Data primer

mengenai Konsep alam Semesta mengacu pada Buku “Manusia

dan alam semesta: Konsepsi Islam tentang Jagat Raya” (2002)

penerjemah Ilyas Hasan dan Buku “Pandangan Dunia Tuhid

Murtadha Muthahhari” (1985) Penerjemah Agus Efendi.

Sedangakan data sekunder dari penelitian ini diambil dari berbagai

sumber baik berupa Buku-buku, artikel, jurnal, internet ataupun

bahan bacaan lainnya yang terkait dengan permasalahan yang

dibahas.

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan mengenai masalah dalam Penelitian ini akan disusun

kedalam lima bab yang mana antara bab satu dengan bab yang lainnya

merupakan satu kesatuan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan

mengingat antara satu dengan yang lainnya bersifat Integral. Untuk

mendapatkan gambaran pokok pebelitian secara keseluruhan dan

bagaimana hubungan antara bab satu dengan bab lainnya maka sistematika

penulisan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:

Bab pertama, Bab ini merupakan pendahuluan yang akan

mengantarkan pada bab-bab berikutnya. Bab ini merupakan gambaran

17 Kaelen, Metode Penelitian Kualitatif tentang Filsafat (Yogyakarta:

Paradigma, 2005), h. 34.

Page 26: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

11

umum untuk menggambarkan isi skripsi secara keseluruhan namun dalam

satu kesatuannya yang ringkas dan padat guna menjadi pedoman bagi Bab-

bab berikutnya dengan memuat: latar belakang, Batasan dan Rumusan

Masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode

Penelitian dan Sistematika Penelitian.

Bab kedua, pada bab ini akan membahas mengenai Biografi

Murtadha Muthahhari meliputi perjalanan Intelektual dan Pemikiran-

pemikirannya serta Karya-karyanya. Penjelasan di Bab ini digunakan

untuk mengetahui faktor utama tentang pemikirannya tentang alam

semesta.

Bab ketiga, pada Bab ini memuat landasan teori tentang berbagai

macam konsep alam semesta. Pembahasan ini sangat diperlukan untuk

mengetahui bagaimana konsep alam semesta secara menyeluruh.

Bab keempat, dalam Bab ini akan dianalisis dari data-data yang

terdapat pada Bab III dengan menggunakan kacamata Bab II, sehingga

hasilnya akan mencerminkan dengan tema yang dibahas. Maka di Bab ini

akan dibahas tentang Konsep alam semesta menurut Murtadha

Muthahhari.

Bab kelima, merupakan Bab penutup dari keseluruhan pembahasan

sekaligus merupakan akhir dari proses Penelitian skripsi ini. Bab ini berisi

tentang kesimpulan guna menjawab persoalan dari rumusan masalah dan

saran-saran berupa masukan secara umum yang diajukan kepada pembaca

terkait alam semesta sebagai tanda teologis serta Masukan untuk kebaikan

dan kesempurnaan pada penelitian selanjutnya.

Page 27: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

12

BAB II

MENGENAL MURTADHA MUTHAHHARI

A. Riwayat Hidup Murthada Muthahhari

Murtadha Muthahhari dilahirkan pada tanggal 2 Februari 1920 di

Fariman, sebuah desa kecil di kota Praja yang terletak 60 km dari

Marsyhad, yang merupakan pusat belajar dan ziarah kaum syiria yang

besar di Iran Timur1. Ayahnya seorang hujjatul Islam bernama

Muhammad Husein Muthahhari adalah seorang ulama yang cukup

terkemuka dan dihormati oleh lapisan masyarakat baik Khurasan

maupun di seluruh Iran. Muhammad Husein Muthahhari pernah belajar

di Najaf sebuah pusat pengetahuan Syi’ah di Iraq dan melewatkan

waktunya beberapa waktunya di Mesir dan Hijaz sebelum kembali ke

kampung halamannya di Fariman2.

Sayyed Husein Nasr, salah satu sahabat karibnya, mengatakan

bahwa Muthahhari merupakan salah seorang perwujudan Par

Excelence keberlangsungan tradisi filsafat hikmah Mulla Shadra.

Tradisi ini berlangsung secara kuat di Universitas-universitas hingga

pemerintahan Pahlevi3. Sejak kecil Muthahhari belajar pengetahuan

agama di bawah asuhan ayahnya sampai usia dua belas tahun

1 Murtadha Muthahhari, Kritik Islam terhadap Materialisme,terj. Ahmad

Kamil (Jakarta: al-Huda,2001) h. 9 2 Arif Gunandar, “Akhlak Menurut Murtadha Muthahhari (Suatu Tinjauan

Filosofis)”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry Banda Aceh

2015), 12. 3 Sayyed Hossein Nasr, Islam Tradisi di tengah Kancah Dunia Modern,

(Bandung, Penerbit Pustaka, 1994), h. 195

Page 28: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

13

kemudian memasuki madrasah maktab (sekolah dasar tradisional) di

Fariman yang mengajarkan membaca, menulis dan mempelajari surah-

surah pendek dari Al-Qur’an dan sastra Arab4.

Pemikiran Muthahhari sangat bercorak Filosofis. Muthahhari

merupakan tokoh pemikir Syi’ah yang Rasionalis dengan pendekatan

Filosofis. Menurut Muthahhari kedua aliran ini semuanya berada di

jantung ajaran Islam, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Al-

Qur’an, Hadist, dan Ajaran para Imam. Mazhab Filsafat yang dianut

oleh Muthahhari merupakan Mazhab Filsafat Mulla Shadra, yaitu

Filsafat al-Hikmah ak-Muta’aliyah (Teosofi Transenden) yang

berupaya memadukan Spiritualitas dengan Deduksi Filosofis5.

Dengan corak pemikirannya yang filosofis ini, sebenarnya tidak

lepas dari perkembangan Filsafat yang terjadi dikawasan Persia.

Muthahhari dikenal sebagai tokoh pembela Kebebasan berpikir.

Muthahhari memiliki keyakinan bahwa eksistensi Islam tidak bisa

dipertahankan kecuali dengan kekuatan Ilmu dan memberikan

kebebsasan terhadap Ide-ide yang muncul. Dan dengan filsafat

merupakan salah satu cara untuk memahami ajaran-ajaran Islam.

Kebenaran filsafat dan Agama menurut Muthahhari tidak saling

bertentangan. Berdasarkan keyakinan ini Muthahhari selalu

melandaskan pemikirannya pada kebenaran-kebenaran Agama,

kemudian dipahami, diinterpretasi dan dipertahankan dengan

kebenaran-kebenaran filosofis.

4 Arif Gunandar, “Akhlak Menurut Murtadha Muthahhari (Suatu Tinjauan

Filosofis)”, 13. 5 Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid,

(Bandung, Yayasan Muthahhari, 1998), h. 34

Page 29: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

14

Muthahhari berpendapat bahawa serbuan pemikiran Barat sebagai

musuh terbesar pemikiran Islam. Untuk menghadapi serangan

intelektual ini menurutnya harus menggunakan senjata intelektual

pula. Muthahhari memahami betul, bahwa melawan gempuran

pemikiran Barat tidaklah mudah. Diperlukan perencanaan yang

matang dan tepat6.

Namun tragis saat kematian Muthahhari, menurut kesaksian

Mujtaba, Puteranya, sebelum wafatnya Murtadha Muthahhari

tampaknya telah melihat tanda-tanda kesyahidan dirinya. Muthahhari

tampak terlepas dari masalah-masalah duniawi. Pada saat menjelang

tragedi penembakan kepada dirinya, ia lebih memperbanyak Shalat

Malam dan membaca Al-Qur’an. Ia pun bermimpi mengahadap

Rasulullah bersama Khomaini7.

Tragedi penembekan itu terjadi pada hari selasa 1 Mei 1979 saat

Muthahhari pergi kerumah Dr. Yadullah Sahabi bersama anggota-

anggota lain dewan Revolusi Islam. Sekitar pukul 10.30 malam,

Muthahhari dan yang lainnya meninggalkan rumah Sahabi.

Muthahhari berjalan sendirian menuju jalan kecil dekat dengan tempat

parkir Mobil yang akan membawanya pulang. Muthahhari mendengar

suara asing yang memanggilnya, ketika menoleh kearah suara yang

memanggilnya sebuah peluru tepat menembus kepalanya. Ia

meninggal hampir seketika meski sempat dilarikan ke rumah sakit

terdekat namun tidak dapat terselamatkan. Dengan kematiannya, Iran

6 Murtadha Muthahhari, Keadilan ilahi: Asas Pandangan Dunia Islam,

(Bandung, Mizan, 2009), h. 27 7 Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, , h. 26.

Page 30: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

15

menetapkan Hari Guru sebagai cara untuk menghormati dedikasi yang

diberikan untuk bangsanya.

Seluruh kehidupan Muthahhari the dicurahkan untuk berjihad

melalui, Pemikiran, pidato, tulisan-tulisannya, dan keikutsertaanya

dalam kancah perpolitikan di Iran. Ruh semangatnya dalam kancah

perpolitikan adalah untuk mengembalikan Negara Iran sesuai dengan

konsep masyarakat Madani yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad

SAW.

B. Latar Belakang Intelektual

Muthahhari merupakan tokoh pemikir Islam yang Legendaris dan

berpengaruh besar terhadap dunia intelektual islam khususnya di Iran.

Muthahhari berkecimpung tidak hannya di dunia akademis tetapi

berperan aktif pula di dunia perpolitikan. Dalam dunia pendidikan,

Muthahhari aktif memberikan pengajaran baik untuk mahasiswa

ataupun masyarakat awam. Sedangkan di dunia politik, Muthahhari

berjuang menggulingkan pemerintahan tirani rezim Pahlevi bersama

para Ulama, Mahasiswa dan masyarakat Iran yang tertindas, dan

gerakan ini dipimpin oleh Imam Khomaini.

Murtadha Muthahhari dibesarkan dalam asuhan ayahnya yang

bijak hingga usia dua belas tahun. Pada waktu itu Muthahhari mulai

belajar agama secara formal di lembaga pendidikan di Marsyad, yang

pada waktu itu sedang mengalami kemunduran, sebagian karena

alasan-alasan intern, dan sebagian karena alasan eksteren, yaitu

tekanan-tekanan Rezalkhan, Otokrat pertama Pahlevi, terhadap semua

Page 31: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

16

lembaga ke Islaman. Tetapi di Marsyhad, Muthahhari menemukan

kecintaan besarnya kepada filsafat, teologi, dan tasawuf8.

Di kota Marsyad Murtadha Muthahhari bertemu dengan tokoh

yang sangat dikaguminya sehingga dirinya sangat berkeinginan untuk

belajar dengannya, yaitu Mirza Mahdi Syahidi Razavi. Tokoh inilah

yang sedikit banyak mempengaruhi pemikiran Muthahhari saat di

Marsyad. Sampai akhirnya Razavi wafat pada tahun 19399.

Setelah Razavi wafat Muthahhari pindah ke Hauzah ‘Ilmiyah Qum

dan belajar di bawah bimbingan Ayatullah Khomaini. Pengetahuan

yang di dapat saat belajar di Marsyad kemudian dikembangkan di kota

Qum ini. Sampai-sampai mempengaruhi perkembangan

intelektualnya. Terlebih dalam bidang Filsafat. Ia membaca dan

menelaah sebelas jilid kisah peradaban, kelezatan filsafat dan buku-

buku lainnya yang dikarang oleh Will Durant, Bertrand Russel,

Sigmund Freud, Eric Fromm dan pemikir-pemikir lainnya dari Barat10.

Berkat kecakapannya dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu, pada

tahun 1374 H, dalam usia tiga puluh enam tahun, Ia mengajar Logika,

Kalam, Tasawuf, Filsafat dan Fiqih di Fakultas Teologi Universitas

Teheran11.

Salah satu Guru yang paling berpengaruh pada pemikiran

Muthahhri adalah Mufassir terkenal yaitu Ayatullah Sayyid

Muhammad Husein Thabathaba’i. sebagian dari kuliah yang diberikan

8 Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, h. 26 9 Rika Rubiyanti, Moralitas alam Islam menurut Murtadha Muthahhari,

(Skripsi UIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2010), h. 12 10 Jalaluddin Rahmat, Kata Pengantar dalam Murtadha Muthahhari, Persfektif

Al-Qur’an tentang Manusia dan Agama, (Bandung, Mizan, 1992), h. 8 11 Rika Rubiyanti, Moralitas alam Islam menurut Murtadha Muthahhari, h. 15

Page 32: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

17

oleh Thabathaba’i adalah Filsafat Materialisme dan al-Syifa’-nya Ibn

Sina. Berkat kecerdasan Muthahhari yang cemerlang, Tradisi keilmuan

Barat dan Islam dikuasi Olehnya12.

Muthahhari meninggalkan Qum pada tahun 1952 menuju Teheran,

di Teheran Muthahhari menikah dengan putri Ayatullah Ruhani dan

mulai mengajar Filsafat di Madrasa-yi Marrvi, sebuah lemaga

pendidikan Agama paling utama di Ibu Kota13.

Sekitar tahun 1946, Muthahhari mulai mempelajari Marxisme

untuk kemudian dibantahnya. Namun menurut Hamid Dabashi,

sumber-sumber yang dibaca Muthahhari untuk mendalami Marxisme

merupakan sumber yang bersifat skunder. Yaitu sumber-sumber yang

didapat dalam bahasa Persia, baik Pamflet yang ditulis oleh kaum

Marxis yang tergabung dalam Partai Tudeh14.

Berlanjut pada tahun 1950, Muthahhari lebih berkonsentrasi lagi

pada Studi Filsafat. Ia kemudian meneruskan bacaannya tentang

Marxisme melalui terjemahan Persia karya George Pulizer yang

berjudul Introduction to Phylosophy dan mulai mengikuti diskusi

kamis bersama Thabathaba’I tentang Filsafat Materialisme. Diskusi

rutin ini berlangsung selama tiga tahun dari tahun 1950-1953 dan

menghasilkan Lima Jilid Buku yang berjudul Prinsip-prinsip Filsafat

dan metode Realistik. Kemudian Muthahhari memperbaiki karya ini

12 Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, h. 32 13 Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, h. 35-36 14 Rika Rubiyanti, Moralitas alam Islam menurut Murtadha Muthahhari, h. 9

Page 33: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

18

dan menambahkan catatan-catatan yang luas dan secara bertahap

menerbitkannya15.

Murtadha Muthahhari sebenarnya sangat kagum dengan paham-

paham filsafat Barat seperti materialisme dan eksistensialisme, namun

Muthahhari juga mengkritiknya dengan keras, karena dipandangnya

tidak sesuai dengan Tauhid yang dianutnya, dan juga keadaan

masyarakat Iran yang Shi‟ah16. Muthahhari dalam hal ini tidak

sendirian, ternyata Ali Syari`ati yang juga tokoh Iran seangkatan

Muthahhari mengalami kondisi yang sama. Muthahhari dan Shari‟ati

adalah seorang Marxis yang anti-marxis. Keduanya terpengaruh

banyak oleh Marxisme, khususnya Neo-Marxisme dari Gurvitch, tapi

juga banyak mengkritiknya. Ada hubungan benci-cinta antara

keduanya dengan Marxisme17

Selain berkecimpung di dunia Akadimis, Muthahhari juga

mengambil bagian dalam Aktifitas Organisasi keislaman Profesional

yang berada di bawah pengawasan Mahdi Bazarqan dan Ayatullah

Telegani. Organisasi ini menyelenggarakan kuliah-kuliah pada

anaggotanya sebagai komitmen sosial. Sehingga tidak menjadi

terpelajar yang hanya pintar namun tidak tahu dengan urusan

kemasyarakatan. Pada tahun 1960 Ia memegang kepemimpinan

15 Mulyadi Kartanegara, Nalar religious memahami Hakikat Tuhan, Alam dan

Manusia, (Jakarta, Erlangga, 2007), h. 91-92. 16 Murtadha Muthahhari, Falsafah Pergerakan Islam, Cet; I, (Jakarta : Amanah

Press, 1988) hlm. 96 17 Murtadha Muthahhari, Man and Universe. Diterj, Ilyas Hasan, Manusia dan

Alam Semesta (Jakarta: Lentera, 2002), hlm. 1.

Page 34: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

19

sekelompok Ulama Teheran yang dikenal dengan Masyarakat

keagamaan Bulan: Anjuman-I Mehanayi-dini18.

Tekanan serius pertama diberikannya kepada Rezim Syah terjadi

selama kebangkitan Khardad 6 Juni 1963, ketika Muthahhari

menyatakan diri secara politik maupun intelektual sebagai pengikut

Imam Khomaini dengan memberikan pernyataan agar Orang

mendukungnya dalam Khutbah-khutbahnya, karena itu Muthahhari

ditahan selama empat puluh tiga Hari19. Sebagai murid dari Ayatullah

Khomeini, Murtadha Muthahhari, peran-perannya cukup sentral dalam

membangun opini publik Iran untuk bergerak melakukan revolusi.

Muthahhari merupakan seorang pemikir besar yang banyak bicara

tentang gagasan-gagasan keislaman dan sosial dengan berbasis

pemikiran filsafat dan teologi. Sebagai sosok pemikir, karakteristik

yang menonjol pada diri Murtadha Muthahhari adalah keluasan

pemahaman dan wawasannya tentang Islam. Keluasan pemahaman

tentang filsafat dan ilmu pengetahuan modern serta keterlibatan non

kompromistis terhadap keyakinan dan ideologi Barat modern tersebut.

Perpaduan kedalaman pengetahuan tentang Islam, filsafat dan ilmu

pengetahuan serta sikap politik yang non kompromistis menjadikannya

seorang ideolog yang tangguh20.

Beberapa hari setelah ditahan pada tahun 1964 bersama beberapa

ulama lainnya Muthahhari mendirikan Organisasi Tahiyyat-e

Ruhaniyyat-e Mubarriz (Himpunan Ulama Pejuang) dan

18 Mulyadi Kartanegara, Nalar religious memahami Hakikat Tuhan, Alam dan

Manusia, h. 94 19 Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid,h. 44 20 Nihaya, “Sintesa Filsafat dan Teologi Murtadha Muthahhari” dalam Jurnal

Suleana, Vol. 8, No.1 (2013), .h.112.

Page 35: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

20

mengorganisir perlawanan terhadap Rezim. Saat Revolusi Iran yang

dipimpin oleh Imam Khomaini Meletus pada Tahun 1978-1979,

Muthahhari merupakan salah satu Arsitek Revolusi tersebut. Saat

revolusi berada diambang kemenangan Muthahhri ditunjuk Khomaini

untuk memimpin Syuraye Inqilab Islami (dewan Revolusi Islam), yang

mengendalikan roda Politik Iran21. Akan tetapi sebelum menerapkan

Konsep Politiknya pada Pemerintahan baru Muthahhri

menghembuskan Nafas terakhirnya akibat peluru teroris Furqon yang

kiri dan mengidentikkan dirinya dengan Islam.

Pada tahun 1971, Husainiya-ye Irsyad dan Masjid al-Jawad

dilarang secara politik oleh rezim, Muthahhari kembali masuk penjara.

Kemudian bebas namun tidak mengubah langkahnya untuk melawan

Rezim. Pada Tahun 1978 ketika Muthahhari mengecam pembuangan

Ayatullah Muntazeri, Rezim berkuasa melarang semua kuliah dan

dakwahnya22.

C. Karya-karyanya

Murtadha merupakan salah satu ulama terkemuka Islam

kontemporer Iran yang biasa disebut Syayid Muthahhari, dengan gelar

tersebut mencerminkan sosok Ulama yang intelektual. Kekuatan

analisisnya dan penguasaannya yang mendalam terhadap berbagai

macam disiplin ilmu pengetahuan seperti ilmu Agama, Tasawuf,

Logika, Fiqih, Sosiogi, Sejarah, Filsafat Islam bahkan Filsafat Barat.

21 Murtadha Muthahhari, Kritik Islam terhadap Materialisme, (Jakarta, al-

Huda, 2001), h. 9 22 Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, h.9

Page 36: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

21

Dari sekian banyak karya yang telah di tulisnya ada beberapa buku

yang terkenal seperti:

1. Manusia dan Alam Semesta (Konsepsi Islam tentang Jagat

Raya). Buku ini diterjemahkan dari Buku Man and Universe

oleh Ilyas Hasan, Buku ini membahas tentang Manusia dan

Alam secara keseluruhan, dari persoalan perbedaan Manusia

dan Binatang, Ilmu pengetahuan dan Agama, Mazhab

Pemikiran, Konsepsi tentang Alam Semesta, Tauhid, Wahyu

dan Kenabian bahkan sampai masalah Imamah

(Kepemimpinan) dan Akhirat. Semua dikupas secara tajam

dengan argumentasi yang Ilmiah, Filosofis, Logis dan juga

Naqliah (merujuk pada Al-Qur’an dan Hadis)23.

2. Masyarakat dan Sejarah diterjemahkan dari buku Society and

History oleh Muhammad Hashem. Dalam buku ini dijelaskan

bahwa kehidupan Manusia bersifat Kemasyarakatan. Allah

menciptakan Manusia dengan berbagai ragam Jiwa, Fisik,

Pengetahuan dan kecenderungan. Allah telah menganugrahi

seseorang dengan kemampuan yang Khas, dan telah

mengaruniai sebagian mereka dengan keunggulan tertentu.

Dengan cara ini Allah membuat setiap Manusia secara Hakiki

saling memerlukan satu sama lain24.

3. Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan Agama, buku ini

diterjemahkan dari beberapa buku berbahasa Arab dan Inggris

23 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta : Konsepsi islam tentang

Jagat Raya, (Jakarta, Lentera Barisama, 2002), h. 1 24 Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah, (bandung, mizan, 1919), h.

16.

Page 37: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

22

dan disunting oleh Haidar Bagir. Buku ini membahasa tentang

Manusia dan Keimanan.

4. Falsafah Kenabian diterjemahka dari Revelation and

Propethood oleh Ahsin Muhammad. Buku ini berbicara

tentang kaakteristik, peran, tujuan, misi serta penutup para Nabi

juga mengenai Mukjizat Al-Qur’an.

5. Keadilan Ilahi diterjemahkan dari Buku Al-adl al-illahi oleh

Agus Efendi.

6. Jejak-jejak Rohani yang diterjemahkan oleh Ahmad Subandi.

Buku asli ditulis menggunakan bahasa Persia oleh Murtadha

Muthahhari. Dalam buku ini Muthahhari berkata bahwa nasihat

adalah bagian penting dalam kehidupan Manusia. Akan tetapi

menyampaikan dan menerima Nasihat merupakan persoalan

yang tidak mudah. Pertama Nasihat yang diberikan haruslah

berisi dan tidak mengulang-ulang apa yang telah disampaikan

dan disampaikan benar-benar penuh dengan keiklasan agar

bermanfaat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

7. Hijab Gaya Hidup Wanita Islam, Buku ini diterjemahkan dari

On The Islamic Hijab yang dikarang oleh Muthahhari yang

diterjemahkan oleh Agus Efendi dan Alwiyah Abdur Rahmah.

Didalam buku ini Muthahhari berupaya menggugat Moral

Modern mengenai gaya hidup wanita . sebagai seorang Ulama

pemikir dan banyak tahu tentang problem-problem terkini,

Muthahhari mengomentari penampilan Wanita, suara Wanita

sampai perilaku keseharian Wanita.

Page 38: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

23

8. Manusia Sempurna diterjemahkanari buku Perfect man oleh

Muhammad Hasan. Dalam buku ini Murtadha menjelaskan

pandangan Islam tentang Manusia Sempurna.

9. Kritik Islam terhadap Matrealisme diterjemahkan dari buku

berbahasa Inggris The causes Responsible for Materealist in

the west oleh Akal Kamil. Buku ini mengomentari kelemahan-

kelemahan Ide Barat tentang Matrealisme dan konsep sosial

politiknya.

10. Falsafah Akhlak yang diterjemahkan oleh Faruq bin Dhiya’.

Dalam buku ini membahas tentang berbagai macam kriteria

perbuatan Akhlaki, Emosi, Masalah Ego, Intuis hingga krisis

spiritual dan moral.

11. Hak-hak Wanita dalam Islam atau The Right of woman in islam

yang diterjemahkan oleh Muhammad Hashe. Buku ini

membahas tentang perkawinan antara Pria dan Wanita, dimulai

sejak Lamaran, tunangan hingga Perkawinan. Dan masalah

Talaq, Warisan da Poligami.

12. Menjangkau masa depan atau Muhadharat Fi ad-Din wa al-

ijtima’ yang diterjemahkan oleh Muhammad Al-baqir. Buku ini

membahas tentang bagaimana membimbing Generasi Muda

Islam Masa Depan.

13. Manusia Seutuhnya yang diterjemahkan oleh Abdillah Hamid

Ba’abud. Buku ini menggambarkan bagaimana menjadi

manusia sempurna atau Ideal. Insan Kamil merupakan manusia

yang seluruh nilai kemanusiaannya berkembang dengan

seimbang dan stabil. Tidak ada satu-pun dari nilai itu yang

berkembang tidak selaras dengan nilai-nilai lainnya. Dalam Al-

Page 39: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

24

Qur’an pun menyebutkan bahwa Manusia yang nilai-nilai

kemanusiaannya berkembang dan sempurna ini adalah Imam25.

Dijelasakan juga, memdekatkan diri kepada Tuhan bukan

merupakan pendahuluan dari mengabdi pada hamba-Nya, akan

tetapi sebaliknya, mengabdi kepada hamba-Nya Merupakan

pendahuluan dari mendekatkan diri kepada Tuhan 26.

14. Tema-tema Pokok Nahj Al-Balaghah yang diterjemahkan dari

buku Glimpses of the Nahj Al-Balaghah oleh Arif Mulyadi.

Buku ini membahas bagaiman wacana-wacana Ali bin Abi

Thalib yang meliputi tema-tema Teologi, Suluk dan Ibadah,

Pemerintahan dan Keadilan.

15. Fitrah yang diterjemahkan dari buku Al-Fitrah oleh Afif

Muhammad. Buku ini membahas tentang Fitrah Manusia,

Kebutuhan Manusia dan Nilai-nilai kemanusiaan dari berbagai

aliran pemikiran.

16. Haq wal Al-Bathil buku ini menawarkan pemikiran alternatif

tentan kebenaran dan kebatilan terhadap kritik dari berbagai

macam penyelewengan yang berkembang27.

17. Kenabian Terakhir, didalam buku ini Muthahhari membedah

secara komprehensif bagi mereka yang meragukan posisi Nabi

Muhammad SAW, Peran Imam dan Ulama sebagai pewaris

Ajara Nabi pun dibahas dalam buku ini dan ditempatkan

didalam posisi yang tepat.

25 Murtadha Muthahhari, Manusia Sempurna, (Jakarta, Lentera, 1994), h. 29 26 Murtadha Muthahhari, Manusia Sempurna, h. 254 27 Hairus Saleh, filsafat Manusia; Studi Komparatif antara Abdurrahman

Wahid dan Murtadha Muthahhari, (Skripsi Fakultas Ushuludiin UIN Syarif

Hidayatulah Jakarta, 2014), h. 29.

Page 40: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

25

18. Muqaddim-e Bar Jahan Bini-e Islam atau (mukadimah

pandangan Islam) adalah buku Muthahhari yang paling banyak

diminati, terutama oleh kalangan Muda Islam. Buku ini berisi

kumpulan dari tujuh bahasannya mengenai pandangan

pandangan dunia Islam tentang Manusa, Makna dan tujuan

hidup, Hubungan Manusia dengan Tuhan dan Alam Semesta28.

19. Ushulu al-Falsafah wa al-Madzhini al-Waqi atau (prinsip-

prinsip Filsafat dan Mazhab Realisme) yang diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia. Buku ini ditulis oleh Muthahhari

sebgai pengantar pada uraian falsafi Thabathaba’i. Didalam

buku ini Muthahhari menumbangkan pendapat bahwa Sains

merupakan satu-satunya ukuran dan jalan kebenaran,

Muthahhari berhasil menunjukkan keterbatasan pendekatan

Empiris dan menumbangkan kepalsuan Materialisme.

Dari karya-karya Murtadha Muthahhari yang telah disebutkan di

atas merupakan sebagian kecil dari karyanya. Masih banyak lagi dari

karyanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam penelitian ini.

Dan inilah yang menjadi bukti bahwa meskipun beliau disibukan dengan

berbagai macam kegiatan seperti memperjuangkan Revolusi Iran, namun

Murtadha masih menyempatkan diri untuk menuliskan pemikirannya.

28 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, Cet. III, Jilid III,

(Jakarta, PT. Inchar Baru, 1994), h. 313

Page 41: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

26

BAB III

KONSEP ALAM SEMESTA MENURUT MURTADHA

MUTHAHHARI

A. Tinjauan Murtadha Muthahhari terhadap konsepsi alam

semesta

Manusia di dalam menjalani kehidupannya sangat

bergantung pada kerangka pikir yang kemudian disebut pandangan

dunia atau world view. Tingkah laku dan arah tujuan hidup sangat

ditentukan oleh bagaimana pandangan dunianya tersebut. Secara

sederhana pandangan dunia adalah kerangka yang dibuat untuk

melihat dunia dan berbagai kejadian yang menyertainya. Berbagai

kejadian dan peristiwa tersebut kemudian oleh manusia diberi

makna dalam kerangka ini1.

Menurut Muthahhari, pandangan dunia yang kemudian

menjadi dasar dari ideologi yang dianut oleh setiap individu dan

golongan. Perbedaan pada ranah ideologi yang dianut oleh setiap

manusia didasarkan pada perbedaan dalam hal menyusun kerangka

pandangan dunia tersebut. Menurut Muthahhari pandangan dunia,

adalah bentuk dari sebuah kesimpulan, penafsiran, dan hasil kajian

yang ada pada diri seseorang berkenaan tentang Tuhan, alam

semesta, manusia, dan sejarah2. Pandangan dunia kemudian

bertransformasi dan membentuk ideologi sebagai pelatak

1 Musa Kazhim, Belajar Menjadi Sufi, (Jakarta:Lentera Basritama,2002), h. 25. 2 Murtadha Muthahhari, Mengenal Epistemologi, (Jakarta: Lentera, 2001), h.

17-18.

Page 42: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

27

keyakinan dan cita-cita yang dianut oleh kelompok masyarakat

tertentu.

Menurut Muthahhari sebuah pandangan dunia yang sejati harus

memiliki kriteria-kriteria di antaranya: dapat disimpulkan dan

dibuktikan dengan didukung oleh nalar dan logika yang telah

Tuhan berikan kepada kita sebagai manusia. Pandangan dunia

memberi makna kepada kehidupan, membangkitkan idealitas,

antusiasme dan aspirasi, serta berorientasi untuk menguatkan dan

mensucikan maksud dan tujuan sosial manusia. Pada umumnya ada

tiga konsepsi tentang alam semesta, sumber interpretasi ini yaitu:

a. Konsep ilmiah tentang alam semesta.

Manusia dan alam mempunyai keterikatan yang kuat

dimana keduanya mempunyai hak dan kewajiban antara satu

dengan yang lain untuk menjaga keseimbangan alam.

Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia

dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara

penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara tuhan dengan

hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan

kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan untuk memerankan

fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan

pemeliharaan. Berbuat adil dan tidak bertindak sewenang -

wenang kepada semua makhluk sehingga hubungan yang

selaras antara manusia dan alam mampu memberikan dampak

positif bagi keduanya. Oleh karena itu manusia diperintahkan

untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan alam

guna menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan

Page 43: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

28

keimanan kepada Allah SWT. Itu merupakan salah satu bentuk

rasa syukur kepada Allah SWT.

Dalam memahami bagaimana alam ini bisa ada dan

diciptakan kiranya kita melihat sejauh mana ilmu pengetahuan

dapat membantu kita untuk memiliki pendapat. Secara

mendasar ilmu pengetahuan memiliki dua dasar yang sangat

penting, yaitu: teori dan eksperimen. Untuk mengetahui dan

menjabarkan apa yang ingin kita ketahui maka yang pertama

ada dalam pikiran kita adalah teori. Kemudian, dengan

munculnya teori kita akan melakukan eksperimen di

laboratorium atau perpustakaan untuk dibuktikan agar teori itu

diterima sebagai prinsip ilmu penhgetahuan dan terus

dikatakan ilmiah sampai ada teori baru yang lebih baik dan

komprehensif yang di kuatkan oleh eksperimen3. Kira-kira

seperti itulah ilmu pengetahuan menentukan sebab dan akibat

melalui eksperimen.

Dengan ilmu pengetahuan tegas Muthahhari, dapat

memberi manusia banyak informasi tentang segala sesuatu.

Walaupun ilmu pengetahuan dapat memberikan berbagai

macam hal tentang sesuatu yang dicarinya. Namun karena

pengetahuan sifatnya khusus, maka ruang lingkupnya pun

terbatas, eksperimen membatasinya. Dengan ini jelas bahwa

ilmu pengetahuan tidak dapat melakukan eksperimen atas

segenap alam semesta dan segala macam aspeknya. Upaya ilmu

3 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, (Jakarta: Lentera

Basritama, 2002), h. 51.

Page 44: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

29

pengetahuan untuk mengetahui sebab akibat hanyalah pada

tingkatan tertentu dan dapat dipastikan ilmu pengetahuan akan

sampai pada titik dimana merasa “tidak tahu”.

Muthahhari mengumpamakan ilmu pengetahuan seperti

lampu sorot, yang mana, lampu sorot hanya bisa menerangi

area yang terbatas, diluar area itu ilmu pengetahuan tidak dapat

meneranginya. Ilmu pengetahuan tidak dapat mengetahui

apakah alam semesta ini memiliki awal dan akhirnya, apakah

kedua sisi alam ini tidak ada batasnya? Ilmu pengetahuan hanya

memberikan informasi tentang posisi beberapa bagian alam

semesta, bukan ciri dan sifat keseluruhan alam semesta.

Menururt Muthahhari, konsepsi ilmu pengetahuan tentang

alam semesta adalah seperti konsepsi tentang Gajah dari orang-

orang yang dalam gelap meraba-raba bentuk gajah. Bagi orang

yang memegang telinga gajah akan mengira bahwa gajah itu

seperti kipas, dan orang yang memegang kakinya menganggap

bahwa gajah itu berbentuk seperti pilar4.

Terlepas dari semua yang telah dijibarkan tentang alam

semesta ini, nilai konsepsi ilmu pengetahuan mengenai alam

semesta bersifat praktis dan teknis. Nilai praktis dan teknis ilmu

pengetahuan terletak pada fakta bahwa, terlepas dari apakah

ilmu pengetahuan menggambarkan atau tidak menggambarkan

realitas, ilmu pengetahuan memberikan kemampuan kepada

manusia untuk menunaikan tugas yang bermnfaat. Kemajuan

industri dan teknologi modern memeprlihatkan nilai praktis

4 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, h. 51.

Page 45: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

30

ilmu pengetahuan. Sungguh sangat mencengangkan, di dunia

modern ini ilmu pengetahuan secara teknis dan praktis

berkembang pesat, akan tetapi nilai teoritisnya justru menurun.

b. Konsep filosofis mengenai alam semesta

Dalam konsep filosofis tentang alam semesta ini meskipun

tidak seksama dan serinci konsepsi ilmu pengetahuan, namun

konsepsi filosofis didasarkan pada sejumlah prinsip yang jelas

dan tak dapat disangkal lagi oleh akal. Prinsip-prinsip ini logis,

sifatnya umum dan komprehensif. Konsepsi filosofis tentang

alam semesta menjawab semua masalah yang menjadi

sandaran ideologi. Prinsip ini mengidentifikasi bentuk dan ciri

utuh dari alam semesta.

Kita ambil contoh saja bagaimana filosof terdahulu mencari

dan terus bertanya bagaimana alam semesta ini bisa ada dan

diciptakan. Seperti pandangan Aristoteles dan pengikutnya

yang menganggap bahwa alam ini qadim (tidak mempunyai

permulaan), para filosof sebelum al-Ghazali menganggap

bahwa alam ini qadim sebab qadim Tuhan atas alam alam

semesta sama halnya dengan qadim nya illat atas ma’lul nya

(ada sebab akibat), yakni zat dan tingkatan, pun dari segi

zaman. Para filosof kala itu berargumen tidak mungkin wujud

yang lebih dulu, yaitu alam, keluar dari yang qadim (Tuhan),

kerena dengan demikina berarti kita bisa membayangkan

Page 46: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

31

bahwa yang qadim itu sudah ada, sedangkan alam belum ada5.

Menurut al-Ghazali yang qadim (tidak memiliki permulaan)

hanyalah Tuhan semata. Maka selain Tuhan haruslah baru.

Karena apabila terdapat sesuatu yang qadim selain Tuhan,

maka dapat memunculkan paham; apabila yang qadim banyak,

berarti Tuhan banyak; pemikiran ini tentu menimbulkan

kemusyrikan yang pelakunya mendapat dosa besar yang tidak

dapat diampuni oleh Tuhan.

Filosof muslim lain seperti al-Farabi dan Ibnu Sina

berpendapat bahwa wujudnya alam bukanlah diciptakan, Allah

memang prima kausa, penyebab pertama, penggerak pertama,

wajib al-Wujud. Namun Allah bukanlah pencipta alam

semesta, melainkan sebagai penggerak pertama. Dengan artian

bahwa, Allah menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada

secara pancaran (emanasi). Dengan demikian Allah

menciptakan alam semenjak azali dengan materi dari energi

yang qadim, sedangkan susunan materi yang menjadi alam

adalah baru berasal dari pancaran akal pertama6.

Adanya berbagai macam pendapat ini menandakan bahwa

konsepsi filosofis sanagatlah komprehensif dan dinamis. Dari

penjabaran diatas, baik konsepsi ilmu pengetahuan maupun

konsepsi filosofis merupakan pendahuluan untuk aksi, namun

5 Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam; Konsep, Filosof dan Ajarannya,

(Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 162 6 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam dan Filsafatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 74

Page 47: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

32

dengan dua cara yang berbeda. Kenapa konsep ilmu

pengetahuan disebut sebagai pendahuluan untuk aksi, karena

konsepsi tentang ilmu pengetahuan ini mampu membuat

manusia mengendalikan alam dan membawa perubahan pada

alam. Sedangakan konsepsi filosofis ini mampu menentukan

jalan hidup yang dipilih oleh manusia. Prinsip ini mampu dan

sanggup mempengaruhi reaksi manusia terhadap

pengalamannya pada alam semesta. Inilah yang sebabnya

Muthahhari mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat

memberikan konsepsi tentang alam yang dapat menjadi dasar

ideologi, sedangkan konsepsi filosofis dapat melakukannya7.

c. Konsepsi religius tentang alam semesta

Mutahhari berpendapat, apabila setiap penjelasan

menyeluruh tentang alam semesta dianggap sebagai konsepsi

filosofis, dengan tidak mempertimbangkan apakah sumber

konsepsi ini berasal dari perkiraan, pemikiran atau wahyu,

maka konsepsi religius dan filosofis memiliki bidang yang

sama. Namun apabila sumber pandangan tentang dunia ini kita

amati dengan seksama, tentunya akan memiliki perbedan.

Didalam sebagaiman agama, misalnya agama Islam, konsepsi

religius tentang alam semesta mengambil warna filosofis atau

argumentatif, dan merupakan bagian integral dari agama itu

sendiri8. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agama oleh

agama didasarkan atas pemikiran dan hujjah. Dengan

7 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, h. 55. 8 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, h. 55

Page 48: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

33

demikian, konsepsi Islam mengenai alam semesta bersifat

rasional dan filosofis. Selain dua nilai konsep yaitu abadi dan

komprehensif, konsepsi religius tak seperti konsepsi ilmiah dan

filosofis murni, konsepsi religius memiliki satu lagi, yaitu

mensucikan prinsip-prinsip konsepsi alam semesta.

B. Konsep tauhid sebagai pandangan yang lengkap tentang alam

semesta

Sebagai sebuah pandangan dunia universal, pandangan

dunia Tauhid memiliki seluruh ciri yang mesti dimiliki oleh

pandangan dunia yang ideal dan universal. Pandangan dunia

Tauhid menurut Muthahhari adalah pemahaman bahwa alam

semesta diciptakan melalui suatu kehendak bijak dan bahwa

tatanan yang diciptakan berdiri di atas kebaikan dan rahmat agar

semua entitas yang ada dapat mencapai kesempurnaan mereka.

Pandangan dunia Tauhid juga bermakna bahwa alam berkutub

tunggal, berpusat pada Yang Tunggal dan bahwa alam pada

hakekatnya secara absolut diciptakan dari dan milik Allah dan akan

kembali kepada-Nya9.

Menurut Muthahhari pandangan dunia Tauhid memberikan

semangat, orientasi dan makna-makna pada kehidupan manusia

karena pandangan dunia Tauhid memposisikan manusia di jalan

kesempurnaan yang tak ada batasnya. Muthahhari mengklaim

bahwa pandangan dunia Tauhid adalah satu-satunya pandangan

9 Murtadha Muthahhari, Pandangan Dunia Tauhid, (Bandung: Yayasan

Muthahhari, 1994), h. 18-19.

Page 49: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

34

dunia yang mampu menyelamatkan manusia dari keterperosokan

pada lembah kesia-siaan10. Pandangan dunia Tauhid menjadikan

Allah sebagai tujuan yang kepadaNya seluruh maujud bergerak

secara bersama. Sebagai kutub tunggal, Allah diyakini sebagai

kutub yang menentukan arah tujuan dari seluruh semesta ini.

Penyembahan terhadap Allah yang merupakan seruan terbesar dari

ajaran para Nabi adalah seruan kepada seluruh manusia hanya

menyembah Penguasa Tunggal di semesta raya ini. Penyembahan

itu bertujuan untuk mengarahkan fokus manusia pada satu tujuan

penciptaan dan untuk mempercayai satu kekuatan yang paling

efektif dari seluruh eksistensi. Penyembahan juga bermaksud

menjadikan Allah sebagai tempat berlindung dan bergantung

sepanjang hidup dan sejarah11.

Sebagaimana yang kita ketahui, Manusia merupakan

makhluk sosial dan dalam kehidupan sosialnya membawa ribuan

problem bagi dirinya yang tak dapat ia pecahkan sendiri. Karena

sebagai makhluk sosial manusia tak bisa lepas dari keterkaitan pada

yang lain. Oleh karena itu, kebahagiaan manusia, harapannya,

standar moral, alur dan arah jalan hidup, pilihan pada sarana dan

instrumen kehidupan saling berhubungan dan saling meniscayakan

dengan sesamanya. Manusia dalam memilih dan melalui jalan

hidupnya sangat bergantung pada sesamanya. Manusia mesti

mencari jalan kebahagiaannya di jalan yang juga membawa

10 Murtadha Muthahhari, Pandangan Dunia Tauhid, h. 20-21. 11 Ali Syari’ati, Agama Versus “Agama”, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2000), h.

29.

Page 50: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

35

masyarakatnya pada kebahagiaan dan kesempurnaan12. Karena

itulah pandangan dunia Tauhid kemudian memiliki impliaksi sosial

sebagai pemandu manusia sebagai satu kesatuan entitas yang

kolektif.

Pandangan dunia Tauhid berkeyakinan bahwa gerak

semesta dan manusia didasarkan pada hukum qada dan qadar

Allah yang menguasai seluruh alam semesta dan manusia. Sesuai

dengan ketentuan qada dan qadar manusia adalah makhluk yang

bebas, berwenang dan bertaggung jawab dalam menentukan

nasibnya sendiri13. Pandangan ini menunjukkan nilai independensi

manusia sebagai bukan makhluk yang bersifat determinan,

melainkan memiliki kesadaran dan kehendak bebas dalam

menentukan nasibnya sesuai dengan ketentuan qada dan qadar

yang telah Allah gariskan dalam hukum-hukum sunnatullah. Di

sini tidak ada pemaksaan atau Jabr dan pelimpahan wewenang

(tafwidh) Ilahiah. Pendapat seperti ini juga dianut oleh Syi’ah

Imamiah, tetapi penjelasan Muthahhari tentang hal ini lebih

mendalam dan khusus14.

Sebagai pandangan dunia, konsekuensi Tauhid berarti

manusia hanya takut pada kekuatan tunggal, yaitu kekuatan Allah,

Tuhan Yang Maha Esa,maka selain Dia adalah kekuatan yang

relatif atau tidak alami. Pandangan dunia Tauhid menjamin

kebebasan manusia dan memuliakan manusia hanya semata pada

12 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta (Jakarta: Lentera

Basritama, 2002), h. 34. 13 Murtadha Muthahhari, Pandangan Dunia Tauhid, h. 23. 14 M.H.Thabatha’i, Islam Syi’ah, Asal-Usul Perkembangannya, terj. Djohan

Effendi dari Syi’ite Islam, (Jakarta: Grafiti, 1989), h. 149-153.

Page 51: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

36

kedekatan dengan Allah (takwa). Tuntunan kehidupan ini

menggerakkan manusia untuk melawan segala bentuk dan

kekuatan dominan, diskriminasi, dan kezaliman manusia pada

sesamanya. Tauhid memiliki esensi sebagai gagasan yang bekerja

untuk mewujudkan keadilan, egalitarianisme, solidaritas sosial,

dan pembebasan kemanusiaan15.

Pandangan dunia Tauhid secara mendasar dan substantif

mengejewantahkan nilai-nilai pandangan ketuhanan tidak hanya

sekadar pemahaman yang bersifat teologis semata, melainkan

implementatif menjadi sebuah konstruksi teologi yang bersifat

sosial. Keimanan kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan

direfleksikan ke dalam nilai dan sikap sosial yang Tauhidi, dalam

artian meyakini manusia sebagai kesatuan yang egaliter.

Egaliterianisme dan keadilan menjadi basis nilai dan perspektif

dalam mengimplementasikan Tauhid secara efektif pada ranah

sosial.

C. Karakteristik integral alam semesta

Alam semesta dengan segala peristiwa dan isi yang terkandung

di dalamnya merupakan suatu kenyataan yang sangat mengesankan

dan menakjubkan bagi akal dan hati sanubari manusia. Karenanya,

sejak zaman dahulu orang telah banyak berupaya untuk menggali

rahasia-rahasia dan hukum-hukum alam yang dapat dicapainya,

serta mencari-cari hubungannya dengan kebutuhan dan tujuan

15 Eko Supriyadi, Sosialisme Islam: Pemikiran Ali Syari’ati, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2003), h. 166.

Page 52: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

37

hidupnya di muka bumi yang hanya bersifat sementara ini. Upaya-

upaya tersebut telah banyak melahirkan ahli filsafat kealaman yang

mengembangkan beraneka ragam ilmu-ilmu kealaman seperti

astronomi, meteorologi, geologi, fisika, kimia, dan lain sebagainya.

Dari berbagai macam upaya yang telah ditempuh oleh manusia

untuk memahami alam semesta ini, Muthahhari sampai pada

kesimpulan bahwa realitas yang tertangkap oleh manusia melalui

indranya memiliki sifat-sifat khas dan integral:

Pertama Muthahhari menganggap bahwa alam ini bersifat

terbatas; segala yang ada dan dapat ditangkap oleh indra manusia

di dunia ini bersifat terbatas, dari partikel Atom yang paling kecil

sampai bintang yang paling besar, seluruhnya, ruang dan waktunya

memiliki keterbatasan.

Kedua alam ini memiliki sifat berubah; artinya segala sesuatu

yang ada di alam ini tidak ada yang abadi. Segala yang ada di dunia

ini keberadaanya tidak berhenti dan berevolusi, kalau tidak

berkembang kemungkinannya rusak.

Ketiga, ditentukan; sifat khas lain dari alam dunia ini adalah

semuanya serba ditentukan. Eksistensi masing-masing benda

ditentukan oleh dan bergantung dengan eksistensi benda lain.

Tidak ada yang dapat eksis jika benda-benda lainnya tidak eksis.

Kalau kita mau memperhatikan dengan teliti tentang realitas

benda-benda yang ada di alam ini semuanya bergantung dengan

Page 53: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

38

eksistensi yang lain, kemudia ke eksistensi yang lainnya dan

setersunya16.

Keempat, sifat khas lain alam semesta ialah bergantung;

menurut Muthahhari, segala yang ada di alam ini tergantung pada

terpenuhinya banyak syarat. Masing-masing yang ada ini

tergantung pada terpenuhinya syarat lain. Dengan artian bahwa

segala sesuatu yang ada ini tidak bisa eksis dengan sendirinya.

Kelima, relatif; menurut Muthahhari semua Eksistensi dan

kualitas segala sesuatu itu relatif. Kalau kita menyebutnya besar,

kuat, indah, berusia tua dan bahkan ada, kita mengatakan begitu

dalam bandingannya dengan benda-benda lain. Juga, ketika kita

mengatakan bahwa kapal atau binatang tertentu hebat, kita

membandingkannya dengan manusia atau sesuatu yang lebih

lemah daripada manusia. Bahkan eksistensi sesuatu itu komparatif.

Bila kita bicara soal eksistensi, kesempurnaan, kearifan,

keindahan, atau kekuatan, berarti kita mempertimbangkan tingkat

lebih rendah dari kualitas itu. Kita selalu dapat memvisualisasikan

tingkatannya yang lebih tinggi juga, dan kemudian tingkatan lebih

tinggi yang berikutnya.

Kemampuan berpikir manusia, yang ruang lingkupnya hanya

mampu menangkap sesuatu yang empiris, namun juga sampai

kepada apa yang ada di balik layar eksistensi, menunjukkan bahwa

16 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h. 62.

Page 54: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

39

yang eksis itu bukan saja segala yang kasat indera yang terbatas,

berubah, relatif dan tergantung. keadaan eksistensi yang kita lihat

tampaknya, pada umumnya, ada dengan sendirinya dan berdiri

sendiri. Karena itu, tentunya ada satu kebenaran yang abadi dan

mutlak ada, tak bersyarat, tak terbatas, dan ada selalu di balik alam

ini. Segala sesuatu bergantung pada kebenaran mutlak. Kalau tidak,

keberadaan eksistensi tak mungkin seperti yang kita lihat ini.

Dengan kata lain, tidak ada yang eksis sama sekali tanpa-Nya17.

17 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya,, h. 64.

Page 55: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

40

BAB IV

PRINSIP TAUHID TENTANG ALAM SEMESTA

A. Tingkat – tingkat tauhid

Pembahasan mengenai tauhid merupakan sesuatu yang paling

penting dalam agama islam, dimana tauhid mengambil peranan penting

dalam membentuk pribadi-pribadi yang kokoh dalam mempertahankan

keimanannya kepada Allah. Keimana itu juga merupakan pokok yang

di atasnya berdiri syari’at islam1. Tauhid ialah mengesakan Allah dan

mengakui keberadaanya serta kuat kepercayaannya bahwa Allah itu

hanya satu dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

Menurut Murtadha Muthahhari ada tiga tingkatan dalam tauhid,

menurutnya apabila kita belum dapat melewati semua tahap dalam

tauhid, maka kita belum bisa disebut sebagai ahli tauhid (Muwahhid)

yang sesungguhnya. Adapun tingkatan-tingkatan tauhid menurut

Muthahhari adalah:

a. Tauhid Dzati

Mutahhari berpendapat bahwa, apa yang dimaksud dengan

tauhid dzati adalah Allah Esa dalam zat-Nya. Yang pertama

terbangun dalam benak kita bahwa Allah tidaklah bergantung

pada apapun dan siapapun. Allah merupakan satu-satunya

pencipta, pemilik dan pengendali alam semesta. Kita sebagai

makhluk-Nya wajib mengesakan ketuhanan-Nya. Para filosof

1 Sayid Sabiq, Aqidah al-Islamiyyah, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 15

Page 56: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

41

seperti al-Farabi menyebutnya sebagai Wajib al-Wujud, yang

jika dilihat dari zatnya ia wajib adanya tanpa bergantung pada

yang lain selainn-Nya, dia adalah yang maha Esa yaitu Tuhan

semesta alam. Tuhan juga secara esensial memiliki ilmu dan

mengetahui segala realitas yang terjadi di alam semesta, tidak

satu pun yang menyamai dan menyerupai-Nya2. Tuhan

diyakini oleh al-Farabi sebagai “sebab tertinggi” untuk semua

realitas eksistensi. Selain itu al-Farabi menganggap tuhan

sebagai pencipta alam dan sebab pengada segala realitas.

Inilah tingkat pertama mengenal Allah, tauhid dzati berarti

bahwa realitas ini menolak dualitas dan pluralitas. Pluralitas

merupakan ciri makhluk aksidental yang keberadaanya

bergantung dengan wujud lain. Karena dzat yang mesti ada itu

tunggal, maka prinsip, sumber, titik kembali dan akhir alam

pun niscaya tunggal. Alam tidak timbul dari berbagai prinsip

akan tetapi dari dan ke satu prinsip. Hubungan Allah dengan

alam merupakan hubungan pencipta dengan makhluk, atau

hubungan sebeb kreatif dengan akibat, bukan hubungan sinar

dengan lampu atau bukan hubungan gelap dengan hitam. Allah

tidak terpisah dengan dunia. Ketidak terpisahan Allah dengan

alam tidak berarti bahwa Allah, alam semesta dan manusia,

semuanya memiliki satu cara maujud dan semuanya hidup dan

bergerak dengan satu ruh. Semua itu merupakan sifat-sifat

2 Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan bintang, 1990), h.

90-93

Page 57: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

42

makhluk yang keberadaanya bergantung dengan keberadaan

yang lain3.

b. Tauhid Sifati

Di antara salah satu kita mungkin banyak yang belum

memahami bahwa Allah memiliki banyak nama dan sifat.

Namun tentu saja nama dan sifat Allah berbeda dengan nama

dan sifat makhluk-Nya, karena tidak ada sesuatupun yang

serupa dengan Dia. Di antara perbedaannya, nama dan sifat

Allah penuh dengan kesempurnaan, sedangkan nama dan sifat

makhluk mengandung banyak kekurangan. Pemahaman yang

benar tentang nama dan sifat Allah akan memberi dampak yang

besar terhadap keimanan seseorang. Sebaliknya, pemahaman

yang keliru bisa menyebabkan seseorang kufur kepada Allah.

Tauhid sifati adalah memahami bahwa zat-Nya adalah

sifat-sifat-Nya juga, bahwa sisfat-sifat-Nya sama satu sama

lain. Menurut Muthahhari tauhid dzati merupakan peniadaan

keberadaan sekutu dan penyerupa Tuhan, sedangkan tauhid

sifati merupakan penekanan dari meniadakan keberadaan

segala bentuk pluralitas dan kemajemukan pada zat itu sendiri.

Dengan kata lain, meski dzat Allah digambarkan dengan sifat-

sifat sempurna, namun Tuhan tidak memiliki berbagai aspek

obyektif.

3 Murtadha Muthhari, Pandangan Dunia Tauhid, (Bandung: Mizan, 1993), h.

41-42.

Page 58: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

43

Membedakan dzat dengan sifat atau sesama sifat berarti

membatasi wujud. Menururt Muthahhari, bagi suatu wujud

yang tak terbatas, yang tidak bisa dibayangkan bagaimana

wujudnya, tak bisa juga dibayangkan adanya kemajemukan

atau perbedaan antara dzat dan sifat. Tauhid sifati, seperti

tauhid dzati, termasuk merupakan prinip pengetahuan islam

dan termasuk pemikiran manusia tertinggi4.

Konsep yang dijelaskan oleh Muthahhari diatas memiliki

kesamaan dengan apa yang di jelaskan oleh Asy’ariah tentang

sifat-sifat Allah. Menurut al-Asy’ari, tidak dapat diingkari

bahwa Allah memiliki sifat, karena perbuatan-perbuatannya, di

samping menyatakan bahwa tuhan mengetahui, menghendaki,

berkuasa dan sebagainya juga menyatakan bahwa Ia

mempunyai pengetahuan, kemauaan dan daya. Bahwa daya,

pengetahuan, kemauan, pendengaran, pengelihatan dan sabda

Tuhan adalah kekal. Sifat-sifat ini meneurut al-Ghazali tidaklah

sama dengan, malahan lain dari, esesnsi Tuhan tetapi berwujud

dalam esensi itu sendiri5. Selain Asy’ariah ada pula aliran

Maturidiah dan golongan Samarkand yang memiliki konsep

yang sama tentang sifat-sifat Allah SWT.

c. Tauhid terhadap perbuatan Allah

Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dengan

segenap sistemnya, jalannya, sebab dan akibatnya merupakan

4 Murtadha Muthhari, Pandangan Dunia Tauhid, h. 44 5 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia: UI

Press, 2006), h. 136.

Page 59: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

44

perbuatan Allah dan kehendak-Nya. Menururt Muthahhati, di

alam semesta ini tak ada satu pun yang ada dengen sendirinya,

Semua bergantung kepada-Nya. Dalam hal sebab-akibat,

segala sesuatu yang terjadi di alam ini merupakan kuasa Tuhan.

Maka dari itu secara otomatis Allah tidak memiliki sekutu

dalam dzat-Nya, Ia juga tak memiliki sekutu dalam perbuatan-

Nya. Termasuk manusia yang merupakan satu di antara

makhluk yang di ciptakan oleh Allah.

Seperti makhluk lainnya, manusia bisa melakukan

pekerjaannya sendiri, dan tidak seperti makhluk lainnya,

manusia bisa menentukan nasibnya sendiri walaupun demikian

bukan berarti Allah memberikan kuasa-kuasan-Nya kepada

manusia. Karena itu, manusia tidak bisa bertindak dan berfikir

semaunya sendiri6.

Muthahhari sangat menolak pemikiran Mu’tazilah yang

menganggap bahwa Allah tidak memiliki kehendak terhadap

segala perbuatan yang ada di alam semesta ini, termasuk yang

diperbuat oleh manusia. Menurut Mu’tazilah, kekuasaan dan

kehendak Tuhan sebenarnya sudah tidak bersifat mutlak lagi.

Kekuasaan mutlak Tuhan telah dibatasi oleh kebebasan yang

telah diberikan kepada manusia dalam menentukan kemauan

dan perbuatan.

Oleh karena itu kekuasaan mutlak Allah telah dibatasi oleh

sifat adil-Nya Tuhan. Menurut Mu’tazilah, Tuhan tidak bisa

6 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h. 72-73.

Page 60: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

45

lagi berbuat sekehendaknya, tuhan secara tidak langsung telah

terikat dengan norma-norma keadilan yang apabila dilanggar

maka membuat Tuhan bersifat tidak adil bahkan zalim. Dan

menurut mereka sifat tersebut tidak bisa diberikan kepada

tuhan. Lebih lanjut lagi menurut Mu’tazilah bahwa kekuasaan

dan kehendak mutlak Tuhan itu telah dibatasi oleh hokum alam

(Sunnah Allah) yang tidak memiliki perubahan7.

Persoalan lain yang muncul dari keberadaan hukum alam

dan kaitannya dengan keadilan Ilahi adalah, mengenai tujuan

perbuatan Allah. Hal ini muncul setelah melihat adanya

berbagai fenomena yang terdapat pada alam, seperti perbedaan,

fana dan ketiadaan, kekurangan dan cacat, serta adanya

bencana yang apabila dilihat dari sudut pandang manusia,

semuanya termasuk ketidakadilan dan kosong dari manfaat.

Sehubungan dengan itu timbul pertanyaan, untuk apa semua itu

Allah ciptakan? apa tujuan dan manfaat dari semua fenomena

tersebut ?

Menurut Muthahhari, keraguan dan keberatan yang

diajukan itu berkaitan dengan dua sifat Allah, yaitu keadilan

dan kebijakan. Allah dikatan adil, maksudnya adalah bahwa

Dia tidak mengabaikan pemilikan hak dan kelayakan yang

dimiliki oleh sesuatu yang ada; Dia mesti memberikan sesuatu

yang menjadi haknya. Atau dengan perkataan lain, keadilan

Allah adalah merupakan ungkapan mengenai rahmat Allah

7 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia: UI

Press, 2006), h. 119.

Page 61: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

46

yang umum, dan pemberian kepada semua yang ada yang

memiliki probabilitas untuk mengada, atau probabilitas untuk

mendapatkan nilai kesempurnaan, tanpa harus menahannya

atau melakukan perbedaan. Sementara yang dimaksud dengan

Allah itu bijak adalah bahwa kedudukan sistem alam yang

diciptakan-Nya merupakan sistem yang terbaik dan paling

maslahat, yakni bahwa Allah telah menciptakan sistem alam

yang terbaik8.

Dengan sistem alam yang ada ini, di mana kekuasaan dan

kehendak Allah tidak terbatas dan Dia-pun tidak terpaksa oleh

sistem yang telah diciptakan-Nya sendiri, maka kebijakan dan

kemaslahatan dalam perbuatan Allah dapat saja terjadi. Disini,

arti kebijakan Allah adalah bahwa Dia mengantarkan segala

sesuatu kepada tujuan akhir dari kesempurnaan diri-Nya9. Atau

Dia berbuat untuk memberdayakan segala yang ada agar dapat

mencapai tujuan keberadaan-Nya. Dia menjadikan apa-apa

yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, dan membawanya

kepada kesempurnaan yang sudah menjadi sifatnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa menurut

pandangan Muthahhari, perbuatan Allah itu ada tujuannya

tetapi Dia sendiri tidak mempunyai tujuannya sendiri, dan tidak

pula melakukan apa pun untuk mencapai tujuan-Nya sendiri,

dan tidak pula melakukan apa pun untuk mencapai tujuan

perbuatan-Nya tersebut. Sesuai dengan kekuasaan dan

8 Murtadha Muthahhari, Al-‘Adl al-Ilahiy, (Kum: Al-Khiyam, 1405 H), h. 149 9 Murtadha Muthahhari, Al-‘Adl al-Ilahiy, h. 149

Page 62: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

47

kehendak-Nya yang tak terbatas, keadilan dan kebijakan-nya,

maka Dia jadikan tujuan setiap makhluk itu melekat pada fitrah

makhluk itu sendiri, dan Allah membimbing setiap makhluk itu

menuju fitrah tersebut. Selain itu, tujuan perbuatan Allah

tersebut adalah untuk mencapai tujuan umum dan bukan untuk

mencapai tujuan tertentu10.

d. Tauhid dalam Ibadah

Dari ketiga tingkatan tauhid yang telah dijelaskan diatas

merupakan masalah teoritis dan merupakan perkara keimanan.

Semuanya harus diketahui dan diterima. Namun tauhid dalam

ibadah ini berbeda dengan tingkatan-tingkatan tauhid yang telah

dipaparkan sebelumnya. Tauhid ibadah merupakan masalah praktis

dan merupakan bentuk menjadli. Tingkatan-tingkatan yang telah

disebutkan sebelumnya melibatkan pemikiran yang benar, akan

tetapi tingkatan keempat ini berbeda, melainkan tahap untuk

menjadi benar.

Tahap teoritis tauhid adalah tauhid yang memiliki pandangan

sempurna dan memahami keesaan Allah. Tahap praktisnya adalah

berusaha untuk mencapai kesempurnaan dan menjadi satu dengan

yang maha Kuasa. Dalam tahap tauhid teoritis ini Muthahhari

menolak pemikiran Barat atau lebih tepatnya penganut paham

Matrealisme yang menganggap bahwa beriman kepada Allah tak

banyak manfaatnya, mengetahui masalah-masalah yang berkaitan

10 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h, 109

Page 63: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

48

dengan pengetahuan tentang Allah. Kaum Materealis

mengangggap masalah-masalah seperti itu sebagai manuver mental

atau pelarian dari masalah-masalah praktis kehidupan. Namun,

tegas Muthahhari, seorang muslim yang percaya bahwa realitas

manusia bukan lah realitas jasmaninya saja, akan tetepi realitas

spiritual dan bahwa hakikat ruh manusia adalah hakikat

pengetahuan dan hakikat kesuciannya, tahu betul bahwa apa yang

dimaksud dengan tauhid teoritis itu sendiri11.

Dalam tauhid praktis atau tauhid dalam ibadah itu berarti

beribadah kepada Allah. Dalam Islam, ibadah memiliki tingkat-

tingkat, tingkat ibadah paling jelas adalah melakukan ritus

pemuliaan dan pengukuhan transendensi. Tauhid praktis ini dengan

demikian memiliki arti menunjukkan ketaatan semata-mata hanya

kepada Allah, dan menjadikan-Nya tujuan kiblat yang ideal12.

B. Kesatuan Alam

Islam sebagai agama wahyu yang mana Al-Qur’an sebagai kitab

sucinya mengandung penjelasan hal-hal yang tidak dapat dimengerti

oleh kita. Al-Qur’an juga meruakan sumber ajaran inti agama Islam.

Banyak hal yang dibahas didalam al-Qur’an salah satunya tentang alam

11 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h, 73 12 Murtadha Muthhari, Pandangan Dunia Tauhid, (Bandung: Mizan, 1993), h.

49

Page 64: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

49

semesta yang meliputi bumi dan langit serta unsur-unsur didalamnya

yang beraneka ragam13.

Alam semesta merupakan hasil ciptaan Tuhan yang diciptakan

melalui kehendak Tuhan yang Maha Pencipta. Muthahhari menolak

pandangan dari apa yang disebut sebagai Negative Theology yang

menurutnya tidak punya gambaran yang jelas tentang Tuhan, yang

disebutnya the Unknown Cause. Menurut Muthahhari, Islam merujuk

dengan jelas Tuhannya yang berdiri sebagai Pencipta. Pendapat

Mutahhari yang menarik adalah tentang kesatuan alam. Karena Tuhan

adalah satu dalam esensi, sifat dan agensinya, maka alam semesta

sebagai karyanya juga menikmati kesatuannya yang organik.

Bahkan ia menyatakan bahwa filosof seperti Hegel juga mengakui

prinsip kesatuan organik dari alam semesta ini. Hubungan organik ini

sering diumpamakan oleh Mutahhari dengan hubungan antara anggota

badan dengan badannya itu sendiri. Dengan demikian dapat dimengerti

mengapa ia menolak penjelasan kaum Materialis yang menurut

hematnya hanya bisa menggambarkan hubungan tersebut secara

mekanik, bukan organik. Tetapi para teosofer (‘urafa’) dan pemikir-

pemikir kuno sering menggambarkan dunia sebagai “Manusia Besar”

dan manusia sebagai “Dunia kecil.” Jadi para teosofer dan bukan para

filosof (falasifa) yang lebih dekat pada pandangan dunia organik.

Tentu saja kalau kita kaitkan dengan perkembangan fisika baru

yang lebih melihat alam sebagai hubungan-hubungan yang saling

13 Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Qu’an: megerti mukjizat

nikmat Allah, terj. M. zainal Arifin, dkk, (Jakarta, Zaman, 2013), h. 328.

Page 65: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

50

terkait, maka pandangan Mutahhari tentang kesatuan organik ini lebih

maju dibanding dengan para filosof yang berpandangan dunia

mekanistik14. Di kalangan Filosof Islam yang paling menekankan

masalah ini ialah Ikhwan al-Shafa15. Para ‘arif juga memandang dunia

dan maujud dengan mata ketunggalan, lebih dari yang dilakukan para

filosof. Para ‘arif mengistilahkan ini sebagai pancaran suci16.

Didalam maujud Allah, selain-Nya hannyalah ketiadaan. Bagi

mereka yang telah menemukan Allah dia tidak akan pernah berpaling

dari-Nya. Oleh karenanya, keyakinan Islam lebih tinggi dan tak akan

memperbandingkan Allah dengan yang lain, Dialah zat yang menjadi

kebenaran dan realitas sebelum segala ketiadaan dapat disebut sebagai

kebenaran17. Kita tidak boleh lupa bahwa hubungan Allah SWT,

dengan segenap Maujud adalah hubungan perwujudan, penciptaan dan

pengejewantahan. Sangat mustahil bagi kita membandingkan penataan

14 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h. 101. 15 Ikhwan al-Shafa merupakan suatu perhimpunan Filosof rahasia di Basrah dan

Baghdad abad ke-8 sampai 10, terkenal dengan karya kolektif mereka dan ditulis dengan

bahasa arab yang sederhana dan jelas. Sebagai organisasi cendikiawan, Ikhwan al-Shafa

merupakan kelompok yang mendalami masalah Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Karya

terbaik dari kelompok ini adalah Rasail Ikhwan al-Shafa wa Khulla al-Wafa (Surat-surat

dari para pemimpin murni dan sahabat yang tulus). 16 Murtadha Muthahhari, Fundamentals of islamic Thought: God, Man and the

Universe, Bab “the world view of tauhid”. diterjemahkan oleh Agus Effendi (Bandung,

Yayasan Muthahhari, 1985), h. 101. 17 Murtadha Muthahhari, mengapa kita diciptakan?: Dari Etika Agama dan

Mazhab Pemikiran Menuju Penyempurnaan Manusia, (Yogyakarta, Rausyan Fikr

Institute, 2012), h. 100.

Page 66: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

51

dan pengaturan Allah ini dengan system-sistem sosial yang tidak

memiliki apa-apa selain nilai i’tibari Konvensional18.

Menurut Muthahhari juga sangat jelas, bahwa alam semesta ini

adalah dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Dan jelas bahwa alam

semesta merupakan semacam satu unit tuggal. Bahwa alam semesta

bukanlah semata-mata realitas yang bergerak dan terus berubah, akan

tetapi sebaliknya, alam semesta merupakan perwujudan dari gerakan

dan perubahan terus menerus19. Gerakan yang yang memiliki tujuan

dan bergerak menuju tujuannya. Segala sesuatu yang ada di alam

semesta ini diarahkan untuk menuju ke tujuan evolusionernya oleh

kekuatan yang ada dalam dirinya dan kekuatan yang ada di dalam diri

setiap yang ada ini adalah petunjuk dari Allah SWT.

C. Alam Gaib dan Alam Nyata

Alam semesta merupakan ciptaan Tuhan sebagai tempat hidup bagi

makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Dunia yang ditempati manusia dan

makhluk hidup lainnya ini biasa disebut dengan alam materi.

Dikatakan demikian karena semua yang ada di dunia bisa ditangkap

oleh indra. Namun disisi lain manusia mengenal dunia yang berbeda

dengan dunianya. Yaitu biasa disebut dengan alam gaib yang dipercaya

tidak bisa ditangkap oleh panca indra.

18 Murtadha Muthahhari, Keadilan Ilahi: Asas Pandangan Dunia Isl,

(Bandung, Mizan, 1992), h. 118. 19 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h. 102

Page 67: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

52

Agama khususnya islam, dianggap sebagai sistem nilai dan pola

dari tindakan yang terkait dengan sistem pengetahuan manusia. Agama

adalah pola universal di dalam hidup manusia yang berkaitan dengan

realitas sekelilingnya. Ini berarti keberagamaan seseorang selalu

berasal dari kultur dan lingkungannya20.

Islam sebagai agama memiliki nilai-nilai dan keyakinan universal

bagi kehidupan manusia sebenarnya telah memberi jalan cukup jelas

tentang keberadaan sesuatu yang gaib itu21. Metafisika yang menjadi

cabang ilmu dalam menjelaskan dunia rohani atau alam gaib yang

menurut islam harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim.

Namun tentu saja kepercayaan kepada sesuatu yang gaib tersebut tidak

bisa diajarkan secara dogmatis saja, melainkan harus disampaikan

melalui argument-argumen rasional yang rupanya telah menjadi

tuntutan zaman yang selalu menekankan analisis logis dan sistematis.

Murtadha Muthahhari mengatakan bahwa dunia terdiri dari

gabungan antara dunia yang Gaib dan dunia yang nyata. Kata gaib

dapat diartikan sebagai yang tersembunyi. Yang tersembunyi pada

gilirannya dibagi lagi ke dalam dua bagian gaib: gaib yang relatif dan

gaib yang mutlak. Gaib yang relatif adalah benda-benda yang

tersembunyi karena terhalang oleh jarak, baik ruang maupun waktu.

Sedangkan gaib yang mutlak merujuk kepada Tuhan, yakni esensi

Tuhan. Yang menarik adalah ketika Mutahhari menggambarkan

20 Cliffort Geertz, Agama sebagain Sistem Budaya, (Yogyakarta: Qalam,

2001), h. 413 21 Ahmad Tafsir, filsafat ilmu: mengurai Ontologi, Epistemologi, dan

Aksiologi, (Bandung: Rosdakarya, 2012), h. 126

Page 68: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

53

hubungan antara yang nampak dan yang ghaib. Ia mengatakan ketika

kita bicara tentang dunia fisik yang nampak sebagai memiliki batas,

maka tidak berarti bahwa dunia ghaib berada di luar batas tersebut.

Karena kalau begitu dua ghaib berarti juga punya tatanan ruang

sebagaimana dunia fisik. Oleh karena itu, menurutnya hubungan itu

paling mungkin digambarkan sebagaimana hubungan antara figur dan

bayangannya dalam cermin.

Tentu saja konsep itu mengingatkan kita pada deskripsi Ibn ‘Arabi

yang menggambarkan bahwa dunia ini adalah refleksi dari wajah

Tuhan yang Esa22. Ibnu ‘Arabi permah mengatakan bahwa wajah itu

satu tetapi cermin seribu, sehingga wajah yang sejati itu terpantul

dalam ribuan cermin dan karena kualitas dan posisi cermin berbeda

antara satu dengan yang lainnya maka pantulan wajah sama dan satu

itupun tampak berbeda-beda. Oleh sebab itu maka sekalipun Tuhan itu

Esa tetapi pantulannya yaitu Alam semesta beraneka ragam dan jenis23.

Inti ajaran Ibnu ‘Arabi selalu menekankan pengertian kesatuan

keberadaan hakikat. Dengan arti, segala yang ada walaupun tampaknya

sebenarnya tidak ada dan keberadaannya bergantung pada tuhan sang

pencipta. Yang tampak hannya dari bayang-bayang yang satu yaitu

Tuhan. Seandainya Tuhan yang merupakan sumber baying-bayang

tidak ada, yang lain pun tidak ada. Ibnu ‘Arabi juga menjelaskan bahwa

wujud menjadi nyata oleh karena Tuhan sebagai yang Nyata

22 Esai yang ditulis oleh Prof. Mulyadi Kartanegara pada seminar Internasional,

Pemikiran Murtadha Muthahhari, 8 Mei 2004 di Jakarta. 23 Mulyadi Kartanegeara, gerbang kearifan: sebuah pengantar filsafat

islam,(Jakarta, Lentera Hati, 2006) h.64

Page 69: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

54

memperlihatkan diri-Nya dalam suatu wadah manifestasi yaitu di

dalam alam semesta ini.

Setiap makhluk merupakan wadah manifestasi bagi wujud,

demikian juga masing-masing adalah bentuk dan Bagi Ibnu ‘Arabi

alam semesta adalah penampakan (tajalli) Tuhan, Tuhan dan alam

semesta tidak bisa dipahami kecuali sebagai kesatuan antara

kontradiksikontradiksi ontologis. kontradiksi ini tidak hanya bersifat

horisontal tetapi juga vertikal. hal ini tampak seperti dalam uraian al-

Qur’an bahwa Tuhan adalah yang tersembunyi (al-Bathin) sekaligus

yang tampak (al-Dzahir), yang esa (al-Wahid) sekaligus yang banyak

(al-Katsir), yang terdaulu (al-Qadim) sekaligus yang baru (al-Hadits)

yang ada (al-Wujud) sekaligus yang tiada (al-Adam). Dalam

pandangan Ibnu ‘Arabi realitas adalah satu tetapi mempunyai sifat

yang berbeda: sifat keTuhanan sekaligus sifat kemakhlukkan, temporal

sekaligus abadi, nisbi sekaligus permanen eksistensi sekaligus non

eksistensi. Dua sifat yang bertentangan tersebut hadir secara

bersamaan dalam segala sesuatu yang ada di alam ini24.

Prinsip dasar lain, selain dunia nyata dan dunia gaib adalah tentang

terbaginya alam semesta ini menjadi dua bagian: dunia saat ini dan

dunia kelak (Akhirat). Menurut Muthahhari, apa yang nyata dan yang

gaib berkaitan dengan dunia yang memberikan bentuk kepada dunia

ini. Bila kita ingat kembali bahwa akhirat merupakan akibat dari dunia

ini dan merupakan alam sebagai tempat kembali kita sebagai makhluk-

24 Ahmad Khudori soleh, wacana baru filsafat islam, (Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2004), h. 148.

Page 70: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

55

Nya. Alam gaib merupakan alam yang menjadi asal usul kita dan

akhirat adalah tempat kita kembali kepada-Nya25.

25 Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang

jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),

h. 105.

Page 71: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan konsep dan buah pemikiran yang

disampaikan oleh Murtadha Muthahhari serta meninjau pemikiran-

pemikirannya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Murtadha Muthahhari memahami pengertian pandangan dunia

tauhid sebagai suatu pemahaman bahwa alam semesta ini

adalah milik Allah dan pada akhirnya akan kempali kepada

Allah. Sehingga jelas dari titik sumber yang satu yaitu Allah.

Dengan ini maka Muthahhari mampu membuktikan prinsip

tauhid bekerja dan menjadi sistem alam semesta.

2. Sistem penciptaan adalah satu, maka tiap bagian dunia

merupakan sebuah bagian dari keseluruhan yang sama dan ini

mewajibkan mempunyai kesamaan pula pada arah dan

tujuannya, dengan ini maka tauhid merupakan suatu pandangan

dunia mencakup: Keesaan, Keterpaduan, dan Keharmonisan di

antara seluruh bagian jagat raya.

3. Dengan memahami prinsip Tauhid tentang alam semesta

seperti inilah maka penulis menyimpulkan bahwa pemikiran

Murtadha Muthahhari ini masih sangat relevan di kehidupan

kita saat ini, yang mana di jaman yang modern ini banyak umat

manusia khususnya ummat islam yang terjebak dengan

kemajuan teknologi sehingga lupa dengan apa yang biasa kita

Page 72: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

56

sebut dengan tauhid, yang dapat menyelamatkan kita dari

ketersesatan ini menuju jalan yang paling utama yaitu

Tauhidillah.

B. Saran-saran

Pada bagian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa hal berupa

saran sebagai rasa tanggung jawab penulis dalam menelaah

permasalahan tentang prinsip tauhid tentang alam semesta ini. Adapun

saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

Merenung, berfikir dan menganalisis terhdap keteraturan dan

kesempurnaan segala sesuatu yang telah terjadi di alam semesta ini

sehingga dapat memahami dan akan keagungan dan kebenaran ciptaan

Allah, maka dari penelitian ini diharapkan bahwa setiap pemikiran,

langkah dan gerak kita akan sampai pada pengesaan kepada Allah

sebagai pencipta jagat raya. Setelah kita mengakui dan meyakini akan

keesaan Allah, maka hal itu tidak akan ada artinya apabila kita tidak

terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Page 73: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

57

DAFTAR PUSTAKA

Alim, Sahirul et. Al, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam

dan Teknologi (Jakarta: Departemen Agama RI, 1995).

Azhar Basyir,Ahmad, Refleksi Atas Persoalan Keislaman

(Bandung: Mizan, 1994).

Baqir, Haidar, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang

Mujtahid, (Bandung, Yayasan Muthahhari, 1998).

Gunandar, Arif, “Akhlak Menurut Murtadha Muthahhari (Suatu

Tinjauan Filosofis)”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, UIN Ar-Raniry Banda Aceh 2015)

Hossein Nasr, Sayyed, Islam Tradisi di tengah Kancah Dunia

Modern, (Bandung, Penerbit Pustaka, 1994).

J. Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007).

Kaelen, Metode Penelitian Kualitatif tentang Filsafat (Yogyakarta:

Paradigma, 2005).

Kartanegara, Mulyadi, Nalar religious memahami Hakikat Tuhan,

Alam dan Manusia, (Jakarta, Erlangga, 2007).

Kazhim, Musa, Belajar Menjadi Sufi, (Jakarta:Lentera Basritama,

2002).

Muthahhari, Mutadha, Falsafah Pergerakan Islam, Cet; I, (Jakarta

: Amanah Press, 1988).

Page 74: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

58

Muthahhari, Murtadha, Manusia Sempurna, (Jakarta, Lentera,

1994).

Muthahhari, Murtadha, Masyarakat dan Sejarah, (bandung, mizan,

1919).

Muthahhari, Murtadha, Mengenal Epistemologi, (Jakarta: Lentera,

2001).

Muthahhari, Murtadha, Keadilan ilahi: Asas Pandangan Dunia

Islam, (Bandung, Mizan, 2009).

Muthahhari, Murtadha, Kritik Islam terhadap Materialisme,terj.

Ahmad Kamil (Jakarta: al-Huda, 2001).

Muthahhari, Murtadha, manusia dan alam semesta: konsepsi islam

tentang jagat raya, terj. Man and Universe, oleh Ilyas

Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002).

Muthahhari, Murtadha, Pandangan-Dunia Tauhid (Bandung:

Yayasan Muthahhari, 1993).

Nihaya, “Sintesa Filsafat dan Teologi Murtadha Muthahhari”

dalam Jurnal Suleana, Vol. 8, No.1 (2013).

Nurhakim, Lukman, Konsep Insan Kamil Menurut Murtadha

Muthahhari, (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2016).

Page 75: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

59

Rahmat ,Jalaluddin, Kata Pengantar dalam Murtadha Muthahhari,

Persfektif al-Qur’an tentang Manusia dan Agama,

(Bandung, Mizan, 1992).

Redaksi Ensiklopedia Islam, Dewan, Ensiklopedia Islam, Cet. III,

Jilid III, (Jakarta, PT. Inchar Baru, 1994).

Rofi’ah, Rochman, Tauhid menurut pandangan Murtadha

Muthahhari, (Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan

Ampel Surabaya, 1997).

Rubiyanti, Rika, Moralitas alam Islam menurut Murtadha

Muthahhari, (Skripsi UIN Raden Intan Lampung, Bandar

Lampung, 2010).

Roza, Mela, pemikiran teologi Murtadha Muthahhari, (Skripsi

fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Darussalam-Banda Aceh, 2016).

Saleh, Hairus, filsafat Manusia; Studi Komparatif antara

Abdurrahman Wahid dan Murtadha Muthahhari, (Skripsi

Fakultas Ushuludiin UIN Syarif Hidayatulah

Jakarta, 2014).

Al-Syaibany, Mohd. Al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam

(Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

Sihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan

Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera hati, 2004).

Page 76: PRINSIP TAUHID DALAM ALAM SEMESTA, STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

60

Supriadi, Dedi, Pengantar Filsafat Islam; Konsep, Filosof dan

Ajarannya, (Bandung: Pustaka Setia, 2009).

Supriyadi, Eko, Sosialisme Islam: Pemikiran Ali Syari’ati,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).

Syari’ati, Ali, Agama Versus “Agama”, (Jakarta: Pustaka Hidayah,

2000).

Thabatha’i, M.H., Islam Syi’ah, Asal-Usul Perkembangannya, terj.

Djohan Effendi dari Syi’ite Islam, (Jakarta: Grafiti,

1989).

Thahir Badsire, Moehamad, Syarah kitab al-Tauhid Muhammad

bin Abdul Wahab, (Jakarta: PT. Pustaka Manjimas, 1984).

Yusran Asmuni, M, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1993)

Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam dan Filsafatnya, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004).