22
PENGENALAN 1.1) Latar Be lakang Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion. Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam tiap jam. Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan oleh ‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memerikasa kematangan paru-paru janin, golongan darah serta

preterm premature rupture of membrane. pprom

  • Upload
    saha

  • View
    53

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pprom vs prom is based on duration of gravid to rupture

Citation preview

Page 1: preterm premature rupture of membrane. pprom

PENGENALAN

1.1) Latar Be lakang

Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi cairan dan janin

selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama

disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di

sebelah luar disebut chorion. Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung

amnion. Cairan ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta

bahan organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel

amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu hamil,

jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun

bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan

janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam

tiap jam. Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau

memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan oleh

‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat janin bergerak

dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air ketuban ini adalah

untuk mendeteksi jenis kelamin, memerikasa kematangan paru-paru janin, golongan

darah serta rhesus, dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan

sebagainya.

Ada dua macam kemungkinan ketuban pecah dini, yaitu premature rupture of

membrane dan preterm rupture of membrane. Keduamya memiliki gejala yang sama,

yaitu keluarnya cairan dan tidak ada keluhan sakit. Tanda-tanda khasnya adalah

keluarnya cairan mendadak disertai bau yang khas, namun berbeda dengan bau air seni.

Alirannya tidak terlalu deras keluar serta tidak disetai rasa mulas atau sakit perut.

Namun, adakalanya hanya terjadi kebocoran kantung ketuban. Tanpa disadari oleh ibu

cairan ketuban merembes sedikit demi sedikit hingga cairan ini makin berkurang. Akan

terdeteksi jika si ibu baru merasakan perih dan sakit jika si janin bergerak-gerak.

Page 2: preterm premature rupture of membrane. pprom

Penyebabnya adalah karena terjadi perobekan pada kantung ketuban karena trauma

atau mulut rahim yang lemah sehingga tidak bisa menahan kehamilan. Bisa juga karena

ketegangan rahim yang berlebihan, seperti kehamilan ganda atau hidramnion, kelainan

letak janin seperti sungsang atau melintang, atau kelainan bawaan dari selaput ketuban.

Bisa pula karena infeksi yang kemudian menimbulkan proses biomekanik pada selaput

ketuban sehingga memudahkan ketuban pecah.

PERBAHASAN ISI

2.1) Pemeriksaan

2.1.1 Anamnesis

Anamnesa adalah pemeriksaan yang berupa sesi tanya jawab atau wawancara terhadap

pasien. Ia harus dilakukan sebagai langkah pertama bagi mengetahui keluhan utama

yang merupakan penyebab kedatangan pasien kepada dokter. Anamnesis/wawancara

tentang riwayat penyakit ini juga bertujuan untuk menyingkirkan penyebab lain yang

bisa memicu penyakit yang dideritai pasien. Anamnesis dapat dilakukan langsung

kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orang tua, wali,

orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut sebagai aloanamnesis.

Termasuk didalam aloanamnesis adalah semua keterangan dokter yang merujuk,

catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya

sendiri. Antara pertanyaan yang perlu ditanyakan adalah: 1

1. Identitas lengkap pasien

2. Keluhan utama dan cerita kronologis, rinci, jelas tentang keadaan pasien

sebelum ada keluhan sampai datang berobat

3. Apakah ada keluhan lain seperti perdarahan per vaginam

4. Riwayat haidh

5. Riwayat kehamilan

6. Riwayat penyakit lain yang pernah diderita dan masalah pada kehamilan

sebelumnya.

2

Page 3: preterm premature rupture of membrane. pprom

7. Riwayat pernikahan

8. Riwayat penyakit pada anggota keluarga.

Selain itu, berikut adalah beberapa pertanyaan lain yang harus ditanyakan semasa

anamnesa untuk membantu dokter menegakkan diagnosa pasti. Antaranya adalah:

a. Berapakah jumlah cairan yang hilang : pecah ketuban awalnya menyebabkan semburan

cairan yang besar yang diikuti keluarnya cairan yang terus-menerus. Namun pada

beberapa kondisi pecah ketuban, satu-satunya gejala yang diperhatikan wanita adalah

keluarnya sedikit cairan yang terus menerus (jernih, keruh , kuning atau hijau) dan

perasaan basah pada celana dalamnya.

b. Apakah ada ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan Kegel :

membedakan PROM dengan inkontinensia uteri.

c. Waktu terjadi pecah ketuban.

d. Warna cairan : cairan amnion dapat jernih atau keruh, jika bercampur mekonium, cairan

akan berwarna kuning atau hijau.

e. Bau cairan : cairan amnion memiliki bau apek yang khas, yang membedakan dari urine.

f. Hubungan seksual terakhir : semen yang keluar dari vagina dapat disalahartikan sebagai

cairan amnion.

g. Pancaran Involunter atau kebocoran cairan jernih dari vagina merupakan gejala yang

khas. Tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus.

h. Riwayat Haid : Umur kehamilan diperkirakan dari hari haid terakhir.

Berdasarkan pertanyaan anamesa, didapatkan bahawa pasien yaitu seorang ibu berusia

27 tahun, G2P1A0 dengan kehamilan 8 bulan datang dengan keluhan keluar cairan

banyak dari vagina sejak 8 jam yang lalu. Keluhan tambahan yang lain adalah nyeri perut

dan pinggang bawah sejak 2 jam yang lalu.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik.

3

Page 4: preterm premature rupture of membrane. pprom

Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital selalu dijalankan pertama kali

untuk mendapatkan:

1. Suhu tubuh

2. Tekanan darah

3. Denyut nadi

4. Frekuensi napas

Kemudian, pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik obstetric dan ginekologi

yang lengkap.

Pada pemeriksaan Abdomen: Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus harus

diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari haid terakhir.

Palpasi abdomen menggunakan kaedah Leopold 1-4 akan memberikan perkiraan ukuran

janin dan presentasi maupun cakapnya bagian presentasi. Dengan menggunakan

doppler didegarkan adakah denyut jantung normal.

Pemeriksaan Pelvis : Pemeriksaan speculum steril pertama kali dilakukan untuk

memeriksa adanya cairan amnion dalam vagina.

Pemeriksaan speculum steril

a. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genitalia eksternal.

b. Lihat serviks untuk mengetahui aliran cairan dari orifisium.

c. Lihat adanya genangan cairan amnion diforniks vagina.

d. Jika Anda tidak melihat ada cairan, minta wanita mengejan (perasat Valsava). Secara

bergantian, beri tekanan pada fundus perlahan-lahan atau naikkan dengan perlahan

bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan cairan melewati bagian

presentasi pada kasus kebocoran berat sehingga anda dapat mengamati kebocoran

cairan.

e. Obervasi cairan yang keluar untuk melihat lanugo atau verniks kaseosa jika usia

kehamilan lebih dari minggu ke-32.

f. Visualisasi serviks untuk menentukan dilatasi jika pemeriksaan dalam tidak akan

dilakukan.

g. Visualisasi serviks untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau ekstremitas janin.

4

Page 5: preterm premature rupture of membrane. pprom

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang. 1

a. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anomaly

janin,polihidramion atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.

b. Amniosintesis

Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.

c. Protein C-reaktif

Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis

Uji Laboratorium

a. Uji pakis positif : pemakisan (ferning), juga disebut percabangan halus (arborization),

pada kaca objek (slide) mikroskop yang disebabkan keberadaan natrium klorida dan

protein dalam cairan amnion. (Selama pemeriksaan speculum steril, gunakan lidi kapas

steril untuk mengumpulkan specimen, baik cairan dari forniks vagina posterior maupun

cairan yang keluar dari orifisium karena lender serviks juga sedikit berbeda. Apus

specimen pada kaca objek dan biarkan seluruhnya kering minimal selama 10 menit.

Inspeksi kaca objek di bawah mikroskop untuk memeriksa pola pakis.

b. Uji kertas nitrazin positif: kertas berwarna mustard-emas yang sensitive terhadap pH ini

akan berubah warna menjadi biru gelap jika kontak dengan bahan bersifat basa. Nilai pH

vagina normal adalah < 4,5. Selama kehamilan, terjadi peningkatan jumlah sekresi

vagina akibat eksofoliasi epitalium dan bakteri, sebagian lactobacillus, yang

menyebabkan pH vagina lebih asam. Cairan amnion memiliki pH 7,0-7,5.

Uji pakis lebih dapat dipercaya daripada uji kertas niazin. Ini karena sejumlah bahan

selain cairan amnion memiliki pH yang lebih alkali, termasuk lender serviks, infeksi

trikomonas, darah , urine, semen ,dan bubuk sarung tangan.

c. Spesimen untuk kultur Streptokokus Grup B. Jika wanita ditapis untuk GBS antara

minggu ke-35 dan ke-37 gestasi dan hasil kultur negative dalam 5 minggu sebelumnya

5

Page 6: preterm premature rupture of membrane. pprom

didokumentasikan, set specimen lainnya untuk kultur tidak diperlukan dan antibiotic

profilaksis tidak dianjurkan.

2.2) Diagnosis Kerja.

Ketuban pecah dini saat preterm/sebelum usia cukup bulan/< 37minggu

Ketuban pecah dini sebelum usia cukup bulan bahasa inggris disebut PPROM (Preterm

Prematur Rubture of Membrane).

Ketuban pecah dini adalah bocornya amnion sebelum mulainya persalinan, terjadi pada

kira – kira 7 sampai 12 persen kehamilan. Paling sering, ketuban pecah pada atau

mendekati saat persalinan ; persalinan terjadi secara spontan dalam beberapa jam. Bila

ketuban pecah dini dihubungkan dengan kehamilan preterm, ada risiko peningkatan

morbiditas dan mortalitas perinatal akibat imaturitas janin. Bila kelahiran tidak terjadi

dalam 24 jam, juga terjadi risiko peningkatan infeksi intrauterine.

2.3) Diagnosis Banding

Diagnosis banding harus mencakup kemungkinan

1. Inkontinensia urin. Oleh karena urin biasanya asam, perbandingan pH urin dan pH

vagina membantu dalam membedakannya.

2. Ketuban pecah dini(KPD) atau spontaneous/early/premature rupture of the

membrane (PROM): pecahnya ketuban sebelum partu : yaitu bila pembukaan pada

primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

3. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan

peningkatan risiko infeksi intra-amnion

2.4) Etiologi dan faktor risiko.

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau

meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya

kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan

serviks. Berikut adalah beberapa teori kepada penyebab yang boleh menyumbang

6

Page 7: preterm premature rupture of membrane. pprom

kepada kasus PPROM.6

1. Infeksi

Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal) sudah cukup untuk

melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut. Bila terdapat bakteri patogen di

dalam vagina maka frekuensi amnionitis, endometritis, infeksi neonatal akan

meningkat 10 kali.

2. Defisiensi vitamin C

Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan kolagen.

Selaput ketuban (yang dibentuk oleh jaringan kolagen) akan mempunyai elastisitas

yang berbeda tergantung kadar vitamin C dalam darah ibu.

3. Faktor selaput ketuban

Peregangan uterus yang berlebihan atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak

di dalam kavum amnion, di samping juga ada kelainan selaput ketuban itu sendiri. Hal

ini terjadi seperti pada sindroma Ehlers-Danlos, dimana terjadi gangguan pada

jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan struktur kolagen dengan gejala

berupa hiperelastisitas pada kulit dan sendi, termasuk pada selaput ketuban yang

komponen utamanya adalah kolagen.

4. Faktor umur dan paritas

Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi cairan amnion akibat

rusaknya struktur serviks akibat persalinan sebelumnya.

5. Faktor tingkat sosio-ekonomi

Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang akan meningkatkan insiden

ketuban pecah dini, lebih-lebih disertai dengan jumlah persalinan yang banyak, serta

jarak kelahiran yang dekat.

Faktor Risiko

1. Serviks inkompeten.

2. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramion.

3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

7

Page 8: preterm premature rupture of membrane. pprom

4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic

disproporsi).

5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk

preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/ Korioamnionitis).

6. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

2.5) Patofisiologi

Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada

sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi yaitu sampai 65% dari kasus

yang berlaku.

Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion

dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system

aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.

Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,

menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput

korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

2.6) Gejala klinis

1. Maternal : Demam (dan takikardi), uterine tenderness, keluarnya cairan ketuban

merembes melalui vagina, cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis, leukosit

esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urin

2. Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik.

3. Cairan amnion : Volume cairan ketuban berkurang, tes cairan amnion, diantaranya

dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin.

2.7) Penatalaksanaan.

2.7.1 Medikamentosa.7

8

Page 9: preterm premature rupture of membrane. pprom

Anjuran mengenai penatalaksanaan optimum dari kehamilan dengan komplikasi

ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan janin, tanda infeksi intrauterine,

dan populasi pasien. Pada umumnya, tampaknya lebih pantas untuk membawa semua

pasien dengan ketuban pecah ke rumah sakit dan melahirkan semua bayi yang berumur

lebih dari 36 minggu, maupun semua bayi dengan ratio lesitin – sfingomielin yang

matur, boleh dinduksi kelahiran dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk

memperkecil risiko infeksi intrauterine. Persalinan diinduksi dengan oksitosin selama

presentasi janin adalah kepala. Bila induksi gagal, dilakukan seksio sesaria. Seksio

sesarea juga dianjurkan untuk presentasi bokong, letak lintang, atau gawat janin kalau

tidak janin terlalu imatur sehinga tidak ada harapan untuk bertahan hidup.

Apabila rencana penatalaksaan adalah agar wanita melahirkan dalam 24 jam setelah

pecah ketuban, waktu ekstra 12 jam biasanya diberikan agar wanita dapat memasuki

tahap persalinan spontan sebelum induksi oksitosin dimulai. Selama 12 jam ini,

digunakan metode lain untuk menginduksi persalinan, seperti meminta wanita

meminum minyak kastor (2ons) atau stimulasi puting susu. Hubungan seks

dikontradiksikan karena terdapat ketuban pecah dini. Jika serviks tidak matang,

prainduksi pematangan serviks dapat diindikasikan. Diskusikan situasi tersebut dengan

dokter yang menangani pasien.

Penatalaksanaan untuk wanita dengan pecah ketuban dini pada kehamilan premature

adalah menunggu awitan persalinan spontan sambil mengobservasi tanda dan gejala

korioamnionitis. Berikut adalah jalur penatalaksanaannya:

Penanganan dirawat di RS.

Diberikan antibiotik profilaksis, ampisilin 4x500 mg selama 7 hari.

Untuk merangsang maturasi paru, diberikan kortikosteroid (untuk uk kurang dari

35 minggu): deksametason 5 mg setiap 6 jam (im).

Pemberian agent tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi

namun tidak memperbaiki luaran neonatal. TIdak banyak data yang tersedia

mengenai pemakaian agen tokolitik untuk ketuban pecah dini. Pemberian agen

9

Page 10: preterm premature rupture of membrane. pprom

tokolitik jangka panjang tidak diperkenankan dan hingga kini masih menunggu

hasil penelitian lebih jauh.

Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

1. Pertimbangan waktu apakah 6, 12, atau 24 jam dan berat janin dalam rahim sebaiknya

lebih dari 2000 gram.

2. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran

per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan kultur air ketuban.

Apapun pilihan penatalaksanaan yang digunakan, penatalaksanaan perawatan

persalinan yang digunakan sama seperti yang lain, dengan tambahan sebagai berikut :

1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu

yang mengigil.

2. Lakukan pemantauan Denyut Jantung Janin(DJJ). Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum

awitan persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal,

pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan

selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau

induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi intrauteri.

3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan hal-hal

berikut :

Apakah dinding vagina terba lebih hangat dari biasa.

Bau rabas atau cairan di sarung tangan anda

Warna rabas atau cairan di sarung tangan anda.

Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran jelas

dari setiap infeksi yang timbuk. Sering kali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat

dehidrasi.

10

Page 11: preterm premature rupture of membrane. pprom

Gambar 2: Bagian-bagian dari lambung yang bisa dilakukan endoskopi.

2.7.2 Non-medikamentosa.7

Bagi petugas kesehatan, khususnya bidan dapat menyarankan bebrapa hal kepada ibu

hamil, yaitu :

1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau

petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit.

2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar.

11

Page 12: preterm premature rupture of membrane. pprom

3. Kebanyakan pasien tidak menyelesaikan persiapan mereka melahirkan bila ketuban

pecah beberapa minggu sebelum cukup bulan. Dukungan emosi yang tepat sangat

berguna.

4. Bila janin preterm dan dipilih tanpa tindakan, maka pasien dianjurkan untuk tidak

melakukan pencucian vagina ataupun senggama.

2.8) Pencegahan

1. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan

berhubungan seksual atau mandi berendam.

2. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari

dubur

3. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri.

4. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir trimester kedua atau awal trimester

ketiga dianjurkan.

2.9) Komplikasi.

1. Makin panjang fase laten yaitu interval masa sejak ketuban pecah hingga terjadi

kontraksi, makin tinggi kemungkinan infeksi intrapartum (korioamnionitis)

2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm

3. Prolaps tali pusat

4. Oligohidramnion

5. Kelainan presentasi janin.

6. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan

morbiditas janin

2.10) Prognosis

1. Prognosis Ibu

a. Infeksi intrapartal/dalam persalinan

Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang

12

Page 13: preterm premature rupture of membrane. pprom

selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

b. Infeksi puerperalis/ masa nifas

c. Dry labour/Partus lama

d. Perdarahan post partum

e. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)

2. Prognosis Janin

a. Prematuritas

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory

distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity,

intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of

cerebral palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

b. Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat

c. Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score

rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory

distress.

d. Sindrom deformitas janin

Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas

ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT)

e. Morbiditas dan mortalitas perinatal

2.11) Epidemiologi.

Prevalensi ketuban pecah dini preterm adalah sekitar 2% dari seluruh kehamilan, dan

25% dari seluruh kasus ketuban pecah dini. Bahkan ketuban pecah dini preterm diduga

dapat berulang pada kehamilan berikutnya, dengan perkiraan 21% sampai 32% rasio

berulang. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu atau

pun janin. Komplikasi seperti korioamnionitis dapat terjadi sampai 30% dari kasus

ketuban pecah dini, sedangkan solusio plasenta berkisar antara 4-7%. Komplikasi pada

13

Page 14: preterm premature rupture of membrane. pprom

janin berhubungan dengan kejadian prematuritas dimana 80% kasus ketuban pecah dini

preterm akan bersalin dalam waktu kurang dari 7 hari. Risiko infeksi meningkat baik

pada ibu maupun bayi. Insiden korioamnionitis 0,5-1,5% dari seluruh kehamilan, 3-15%

pada ketuban pecah dini prolonged, 15-25% pada ketuban pecah dini preterm dan

mencapai 40% pada ketuban pecah dini < 24 minggu. Sedangkan insiden sepsis

neonatus 1 dari 500 bayi dan 2-4% pada ketuban pecah dini lebih daripada 24 jam4,5.

Ketuban pecah dini berkisar antara 3% sampai 18% dari seluruh kehamilan.

Hampir 30-40% persalinan preterm disebabkan oleh ketuban pecah dini. Kira-kira 1,7%

wanita mengalami ketuban pecah dini pada usia kehamilan 24-34 minggu, dan

menyumbang 20% untuk kematian perinatal.5

Proporsi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Sanglah periode 1 Januari 2005

sampai 31 Oktober 2005 dari 2113 persalinan, proporsi kasus ketuban pecah dini adalah

sebanyak 12,92%. Sedangkan proporsi kasus ketuban pecah dini preterm dari 328 kasus

ketuban pecah dini baik yang melakukan persalinan maupun dirawat secara konservatif

sebanyak 16,77%. Kontribusi ketuban pecah dini pada kelahiran prematur lebih besar

pada sosial ekonomi rendah dibandingkan sosial ekonomi menengah ke atas.4

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulannya, Ketuban pecah dini adalah bocornya amnion sebelum mulainya

persalinan, terjadi pada kira – kira 7 sampai 12 persen kehamilan. Semakin awal

pemeriksaan dilakukan semakin mudah mengdiagnosis pecah ketuban. Anjuran

mengenai penatalaksanaan optimum dari kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah

dini tergantung pada umur kehamilan janin, tanda infeksi intrauterine, dan populasi

pasien. Penatalaksanaan untuk wanita dengan pecah ketuban dini pada kehamilan

premature adalah menunggu awitan persalinan spontan sambil mengobservasi tanda

dan gejala korioamnionitis.

14

Page 15: preterm premature rupture of membrane. pprom

DAFTAR PUSTAKA

1. Arief, Triyanti .Kuspuji, Savitri. Rakhmani, Wardani. Ika, Wahyu, Setiowulan,

Wiwiek. Edisi 3. 2001. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta: FK.UI.

2. Cunningham, F.G. Et all. 2005. William Obstetrics, 22nd edition. Chapter 21.

Disorders of Aminic Fluid Volume. USA: McGRAW-HILL.

3. Carolus. 2008. Ketuban Pecah Dini, from http:/www.klik dokter.com.

4. Manuaba, Ida, Bagus. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri

Ginekologi Dan KB. Jakarta: EGC.

5. Ningrum. 2009.Ketuban Pecah Dini,Filed under: ObGyn,med papers:

September8,2009,From:

http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/09/08/ketuban-pecah-dini/

6. Suwiyoga IK, Budayasa AA, Soetjiningsih. Peranan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini

terhadap Insidens Sepsis Neonatorum Dini pada Kehamilan Aterm. Cermin Dunia

Kedokteran, No 151. 2006. p: 14-17

7. Garite TJ, Prematur Rupture of the Membrans. In: Maternal-Fetal Medicine

Principle and Practice. Fifth edition. Editors: Creasy RK, Resnik R, Iams JD; W.B.

Saunders Company Ltd. USA. 2004. p: 723-37.

15