24
PRESENTASI KASUS SERANGAN ASMA AKUT SEDANG PADA ASMA PERSISTEN SEDANG Pembimbing : dr. Indah Rahmawati, Sp.P Oleh : Erni Noviani G1A210088 Tika Indriati G1A210089 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Presus Paru-Asma Print

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Presus Paru-Asma Print

PRESENTASI KASUS

SERANGAN ASMA AKUT SEDANGPADA ASMA PERSISTEN SEDANG

Pembimbing :dr. Indah Rahmawati, Sp.P

Oleh :Erni Noviani G1A210088Tika Indriati G1A210089

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO2011

Page 2: Presus Paru-Asma Print

HALAMAN PENGESAHAN

SERANGAN ASMA AKUT SEDANG

PADA ASMA PERSISTEN SEDANG

Disusun oleh :

Erni Noviani G1A210088Tika Indriati G1A210089

Telah dipresentasikan dan disetujui pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 28 Mei 2011

Dokter Pembimbing,

dr. Indah Rahmawati, Sp.P

Page 3: Presus Paru-Asma Print

I. PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.N

Usia : 28 tahun

Alamat : Karanggintung 04/02

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Tanggal masuk : 14 Mei 2011

Tanggal periksa : 16 Mei 2011

Ruang Rawat : Mawar

B. ANAMNESIS

1. Keluhan utama

Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

2. Keluhan tambahan

Batuk berdahak dengan dahak berwarna bening sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit, lemas, demam pada 4 hari sebelum masuk rumah sakit

dan demamnya mereda pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 14 Mei 2011 dengan

keluhan sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Serangan

terjadi saat pasien mengalami kelelahan setelah beraktivitas panjang dari

sore hari dan makin memberat pada pagi hari. Saat pasien datang ke IGD

RSMS pasien dalam kondisi serangan asma sedang. Pasien tampak gelisah

dan hanya dapat berbicara beberapa kata. Ketika pasien berbicara sesaknya

bertambah dan membaik dengan posisi duduk. Saat serangan sesak nafas

muncul, pasien mengaku mendengar bunyi mengi. Serangan sesak

memberat ketika beraktivitas, batuk dan cuaca dingin. Ketika serangan

sesak nafas muncul pasien mengaku sulit tidur dan mengganggu aktivitas.

Page 4: Presus Paru-Asma Print

Pasien mengaku tidak ada keluhan kecuali pada waktu serangan sesak

nafas.

Pasien mengaku sudah mempunyai asma sejak SD kelas 2. Pasien

mempunyai alergi terhadap makanan laut. Selama 2 minggu sebelum

masuk rumah sakit, pasien mengalami serangan sesak nafas hampir tiap

hari. Sebulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengaku mengalami

serangan sesak nafas pada malam hari 2 kali dalam seminggu. Jika pasien

merasa sesak nafas, pasien langsung menggunakan obat semprot yang

mengandung budesonide 200 mcg untuk pengobatan di rumah.

Saat tidur pasien tidak memerlukan bantal yang tinggi. Pasien juga

mengeluhkan batuk berdahak yang bisa dikeluarkan, dahak berwarna

bening. Batuk sudah dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

Pasien merasa batuknya memperberat sesak nafas yang dideritanya. Pasien

mengalami demam pada 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan demamnya

mereda pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mengaku

mengalami penurunan berat badan. Pasien menyatakan tidak mengalami

mudah letih, lemah dan lesu. Selain sesak nafas, pasien juga merasa lemas.

Lemas dirasakan terutama ketika serangan sesak berlangsung, namun

demikian lemas yang dirasakan tidak sampai terjadi pingsan.

4. Riwayat penyakit dahulu

a.Riwayat asma sejak SD kelas 2

b.Riwayat alergi makanan laut

c.Riwayat hipertensi disangkal

d.Riwayat DM disangkal

e.Riwayat penyakit jantung disangkal

f. Riwayat penyakit keganasan disangkal

g.Riwayat batuk lama dengan berobat rutin 6-9 bulan disangkal

h.Riwayat batuk darah disangkal

i. Riwayat pengobatan dengan obat semprot yang mengandung budesonide

200 mcg jika pasien merasa sesak

Page 5: Presus Paru-Asma Print

5. Riwayat penyakit keluarga

a.Riwayat asma dari kakek dan ayah pasien

b.Riwayat hipertensi dari ibu pasien

c.Riwayat DM disangkal

d.Riwayat penyakit perdarahan disangkal

6. Riwayat sosial dan exposure

a. Community

Pasien tinggal serumah dengan suami dan dua orang anak. Anak

pertamanya berusia 10 tahun dan anak ke-2 berusia 7 tahun. Rumah

pasien berada di pedesaan dengan jarak rumah yang satu dengan

rumah yang lainnya cukup berjauhan dan diselingi oleh kebun. Tidak

terdapat pabrik maupun Tempat Pembuangan sampah Akhir (TPA) di

dekat rumah pasien.

b. Home

Pasien tinggal di sebuah rumah berukuran 11 x 11 m2. Rumah ini

terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan

jamban. Rumah terbuat dari dinding tembok dan lantai semen. Atap

rumah pasien terbuat dari genteng. Ruang tamu memiliki jendela

dengan ukuran 0,5 x 0,5 m2. Kamar tidur rumah pasien memiliki

jendela dengan ukuran 0,5 x 0,5 m2. Ventilasi udara terdapat di ruang

tamu, ruang keluarga dan kamar tidur dengan ukuran 30x50 cm2.

Cahaya yang masuk ke rumah kurang. Terdapat tungku kayu untuk

memasak makanan sehari-hari. Jarak antara jamban dengan sumur

kurang dari 10 meter. Pasien tidak memelihara kucing maupun hewan

ternak.

c. Hobi

Pasien mempunyai hobi memasak.

d. Occupational

Pasien merupakan ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai

petani dengan penghasilan sekitar ± Rp 750.000,00/bulan. Biaya

pengobatan pasien ditanggung oleh jamkesmas.

Page 6: Presus Paru-Asma Print

e. Personal habit

Pasien tidak memiliki riwayat merokok. Suami pasien juga tidak

merokok.

f. Diet

Pasien makan nasi, sayur, dan jarang makan daging. Pasien terkadang

makan buah-buahan. Pasien alergi terhadap makanan laut.

g. Drug

Pasien menggunakan obat semprot yang mengandung budesonide 200

mcg untuk pengobatan di rumah jika pasien merasa sesak.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : sedang, kooperatif

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Vital sign tanggal 14 Mei 2011 (saat pasien datang ke IGD)

TD : 110/70 mmHg

N : 104 x / menit

RR : 30 x / menit

S : 36,6 oC

Vital sign tanggal 16 Mei 2011

TD : 110/80 mmHg

N : 88x/menit

RR : 24x/menit

S : 36,40C

4. Berat badan : 63 kg

5. Tinggi badan : 155 cm

6. IMT = 26,22

Status Generalis

1. Pemeriksaan Kepala

Bentuk kepala : Mesocephal, simetris, tanda radang (-)

Rambut : Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata

Page 7: Presus Paru-Asma Print

Mata : Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+) normal isokor 3 mm,

Telinga : Discharge (-), deformitas (-)

Hidung : Dicharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)

Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-),sianosis (-), lidah kotor (-) ,

atrofi papil lidah (-)

2. Pemeriksaaan Leher

Inspeksi : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-)

Palpasi : JVP 5+2 cm H2O

3. Pemeriksaan Toraks

Pulmo

Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi suprasternal (+), retraksi

interkostal (+), ketinggalan gerak (-), jejas (-)

Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan paru kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler, RBH (-/-), RBK (+/+) di awal

inspirasi di parahiller dekstra dan sinistra, Wh (+/+) di akhir

ekspirasi di parahiller dekstra dan sinistra, ekspirasi

diperpanjang

Cor

Inspeksi : ictus cordis tampak SIC V 1 jari medial LMCS

Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V 1 jari medial LMCS, kuat

angkat (-), thrill (-)

Perkusi : batas jantung

Kanan atas SIC II LPSD

Kanan bawah SIC IV LPSD

Kiri atas SIC II LPSS

Kiri bawah SIC V 1 jari medial LMCS

Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)

4. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : tampak datar, venektasi (-), spider nevi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Page 8: Presus Paru-Asma Print

Perkusi : Tympani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)

Hepar : tidak teraba, nyeri tekan (-)

Lien : tidak teraba

5. Pemeriksaan Ekstremitas

Superior : oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-)

Inferior : oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), refleks

fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(Laboratorium tanggal 14 Mei 2011)

Hematologi

Darah Lengkap :

Hemoglobin : 15,4 g/dL (14-18 g/dl)

Leukosit : 15.360/uL H (4800-10800/ml)

Hematokrit : 45% (42-52 %)

Eritrosit : 5,4 x 106 /uL (4,7-6,1 jt/ml)

Trombosit : 499.000/ml H (150.000-400.000/ml)

MCV : 83,33 (79-99 fl)

MCH : 28,52 (27-31 pg)

MCHC : 34,22 (33-37 g/dl)

Hitung jenis

Eosinofil : 0,4% L (1-3%)

Basofil : 9% H (0-1%)

Batang : 0,0% L (2-6%)

Segmen : 66,2% (50-70%)

Limfosit : 17,6% L (20-40%)

Monosit : 6,8% (2-8%)

SGOT : 18 u/L (15-37 u/L)

SGPT : 37 u/L (30-65 u/L

Ureum : 16,0 mg/dl (14,98-38,52 mg/dl)

Kreatinin : 0,80 mg/dl (0,8-1,3 mg/dl)

Page 9: Presus Paru-Asma Print

Asam urat: 4,2 mg/dl

GDS : 127 mg/dl (≤200 mg/dl)

AGD

pH : 7,46 H

PO2 : 165,9 H

PCO2 : 21,4 L

HCO3 actual : 15,3 mmol/L L

TCO2 : 16.0 mmol/L L

Base Excess (BE) :-6,6 mmol/L L

HCO3 Standard (SBC) : 19.0 mmol/L L

O2 Saturasi : 94,6 % H

E. KESIMPULAN

1. Anamnesis

a. Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

b. Batuk berdahak bening sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, lemas,

demam pada 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan demamnya mereda

pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

c. Keluhan sesak nafas timbul ketika pasien kelelahan setelah beraktivitas

berat.

d. Apabila terjadi serangan sangat menggangu aktivitas dan tidur pasien.

e. Saat serangan sesak nafas muncul pasien mengaku mendengar bunyi

mengi.

f. Selama 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami

serangan sesak nafas hampir tiap hari.

g. Sebulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami serangan malam

2 kali dalam seminggu.

h. Riwayat alergi makanan laut.

i. Riwayat penyakit DM disangkal.

j. Riwayat asma sejak SD kelas 2.

k. Riwayat hipertensi disangkal.

l. Riwayat penyakit jantung disangkal.

Page 10: Presus Paru-Asma Print

m. Riwayat penyakit keganasan disangkal.

n. Riwayat batuk lama dengan berobat rutin 6-9 bulan disangkal.

o. Riwayat batuk darah disangkal.

p. Riwayat pengobatan dengan obat semprot yang mengandung

budesonide 200 mcg jika pasien merasa sesak.

q. Riwayat asma dari kakek dan ayah pasien.

r. Riwayat hipertensi dari ibu pasien.

s. Riwayat DM disangkal.

t. Riwayat penyakit perdarahan disangkal.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Sedang, kooperatif

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Vital sign tanggal 14 Mei 2011 (saat pasien datang ke IGD)

TD : 110/70 mmHg

N : 104 x / menit

RR : 30 x / menit

S : 36,6 oC

d. Vital sign tanggal 16 Mei 2011

TD : 110/80 mmHg

N : 88x/menit

RR : 24x/menit

S : 36,40C

e. Berat badan : 63 kg

f. Tinggi badan : 155 cm

g. Pemeriksaan Toraks

Pulmo

Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi suprasternal (+), retraksi

interkostal (+), ketinggalan gerak (-), jejas (-)

Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan paru kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Page 11: Presus Paru-Asma Print

Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler, RBH (-/-), RBK (+/+) di awal

inspirasi, Wh (+/+) di akhir ekspirasi, ekspirasi

diperpanjang

3. Laboratorium

a. Lekositosis

b. Trombosit ↑

c. Hitung jenis :

Eosinofil 0,4% ↓

Basofil 9% ↑

Batang 0% ↓

Limfosit 17,6% ↓

d. AGD (Analisis Gas Darah)

pH : 7,46 H

PO2 : 165,9 H

PCO2 : 21,4 L

HCO3 actual : 15,3 mmol/L L

TCO2 : 16.0 mmol/L L

Base Excess (BE) :-6,6 mmol/L L

HCO3 Standard (SBC) : 19.0 mmol/L L

O2 Saturasi : 94,6 % H

F. DIAGNOSIS KERJA

1. Serangan Asma Akut Sedang pada Asma Persisten Sedang

2. ISPA/CAP

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Uji Faal Paru dengan spirometri, dilakukan saat pasien sudah dalam

keadaan stabil yang artinya pasien tidak dalam keadaan sesak nafas.

Syarat dilakukannya pemeriksaan sprirometri diantaranya pasien tidak

menggunakan obat bronkodilator minimal 8-12 jam sebelum pemeriksaan

dan tidak menggunakan obat-obat steroid maupun antibiotik, sehingga

tidak mempengaruhi fungsi paru dalam spirometri.

Page 12: Presus Paru-Asma Print

2. Uji kulit/tes alergi untuk mengetahui apakah penderita memiliki status

alergi. Biasanya dilakukan dengan prick test. Uji tersebut dapat membantu

mengidentifikasi faktor risiko/pencetus sehingga dapat dilaksanakan

kontrol lingkungan dalam penatalaksanaan.

H. PENATALAKSANAAN

Farmakologi :

- IVFD : Asering + aminopilin 360 mg/ 12 jam (1 1/2 ampul)

- Inhalasi ventolin / 6 jam

- Ambroxol syrup 3x1 cth

- Inj Methyl prednisolon 3 x 125 mg

- Inj Ceftazidime 2x1 gram

Rencana monitoring

- Awasi vital sign

- Monitor O2

Edukasi

- Menjelaskan pada pasien tentang penyakit, pengelolaan, dan prognosis

asma.

- Menjelaskan mengenai identifikasi dan cara mengontrol pencetus.

- Menjelaskan cara penanganan serangan asma di rumah

- Menunjukkan cara menggunakan obat inhalasi.

I. PROGNOSIS

Ad fungsional : dubia ad bonam

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Page 13: Presus Paru-Asma Print

II. PEMBAHASAAN

Pada kasus ini, kami mendiagnosis Serangan Asma Akut Sedang pada

Asma Persisten Sedang dan ISPA/CAP. Pasien didiagnosis mengalami serangan

asma akut sedang dengan alasan:

1. Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

2. Keluhan timbul ketika pasien kelelahan setelah beraktivitas berat.

3. Saat serangan nafas mnuncul, pasien tampak gelisah dan hanya dapat

berbicara beberapa kata.

4. Keluhan sesak membaik dengan posisi duduk.

5. Pasien mengaku mendengar bunyi mengi saat serangan nafas muncul.

6. Dari pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi nafas 36 x/menit, nadi

104x/menit, retraksi suprasternal (+), retraksi interkostal (+), Wh +/+ di akhir

ekspirasi, ekspirasi diperpanjang.

7. Hasil pemeriksaan AGD menunjukkan bahwa saturasi O2 94,6%.

Pasien didiagnosis mengalami asma persisten sedang dengan alasan:

1. Selama 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami serangan

sesak nafas hampir tiap hari.

2. Sebulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami serangan malam 2 kali

dalam seminggu.

3. Apabila terjadi serangan sangat menggangu aktivitas dan tidur pasien.

4. Apabila terjadi serangan pasien membutuhkan Budesonide 200 mcg

5. Riwayat alergi makanan laut.

6. Riwayat asma sejak SD kelas 2.

7. Riwayat asma pada kakek dan ayah pasien.

Pasien didiagnosis mengalami ISPA/CAP dengan alasan:

1. Batuk berdahak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, lemas.

2. Demam pada 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan mereda pada 2 hari

sebelum masuk rumah sakit.

3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan RBK +/+ di akhir inspirasi di parahiller

dekstra dan sinistra.

Page 14: Presus Paru-Asma Print

4. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis, basofil yang

meningkat, batang dan limfosit yang menurun.

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan

banyak sel dan elemennya (PDPI, 2006). Asma merupakan suatu sindrom klinik

yang ditandai oleh peningkatan kepekaan trachea dan bronkus terhadap berbagai

rangsangan (hiperreaktivitas) dan menimbulkan inflamasi serta penyempitan

saluran nafas yang luas dan bersifat reversibel secara spontan atau oleh karena

pengobatan (Yunus, 1992). Sesak nafas yang terjadi pada pasien asma biasanya

akibat adanya hiperresponsif jalan nafas yang ditandai dengan hipersekresi

mukus. Hiperresponsif jalan napas ini menyebabkan gejala episodik berulang

seperti mengi, sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan

atau dini hari (Sundaru dan Sukamto, 2006). Episodik tersebut berhubungan

dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat

reversibel dengan atau tanpa pengobatan (PDPI, 2006).

Faktor pencetus asma dapat berasal dari luar (ekstrinsik) yang terdiri dari

reaksi antibodi antigen dan allergen (debu, serbuk bulu, bulu binatang) dan faktor

intrinsik meliputi :

1. Fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur)

2. Iritan baik kimia (sulphur dioksida, aldehida), polusi udara (misal asap rokok,

parfum/minyak wangi)

3. Infeksi seperti influenza virus, pneumonia mycoplasma

4. Psikis/emosional termasuk rasa takut, cemas dan tegang serta aktivitas yang

berlebihan juga dapat menjadi pencetus serangan asma.

Pada pasien faktor pencetus serangannya adalah faktor fisik yaitu cuaca

dingin, polusi udara dari tungku kayu bakar, dan aktivitas yang berlebihan, serta

faktor infeksi yaitu ISPA/CAP. Kemungkinan untuk mengarah ke gangguan

jantung dapat disingkirkan dari keterangan bahwa saat serangan sesak tidak

memerlukan bantal yang tinggi untuk berbaring, tidak riwayat atau keluhan-

keluhan sebelumnya yang mengarah ke gangguan jantung, pemeriksaan jantung

dalam batas normal. Sesak nafas karena anemia dapat disingkirkan dengan

informasi pasien tidak mudah lemah, letih, dan lesu, serta dari hasil laboratorium

menunjukkan Hb yang normal. Sesak nafas karena gangguan ginjal juga dapat

Page 15: Presus Paru-Asma Print

disingkirkan karena sesak nafas dari gangguan ginjal terjadi sepanjang hari dan

tidak terpengaruh dengan pemberian bronkodilator. Hasil pemeriksaan faal ginjal

menunjukkan bahwa kadar ureum dan kreatinin pasien normal.

Pada pasien ini diberikan terapi berupa aminofilin drip yang berfungsi

sebagai bronkodilator untuk mengurangi spasme otot polos. Dosis aminofilin

untuk serangan asma akut sedang yaitu 240-500 mg (5 mg/kgBB) untuk

injeksi/bolus intra vena pelan atau 0,3-0,9 mg/kgBB/jam untuk IV drip. Sediaan

aminofilin : 1 ampul = 10 ml = 240 mg. Pasien ini memiliki berat badan 63 kg,

dipilih dosis 0,5 mg/kgBB/jam, dengan demikian setiap jamnya dibutuhkan 30 mg

aminofilin, maka aminofilin yang diberikan yaitu 360 mg atau 1 ½ ampul untuk

12 jam. Indikasi pemberian aminofilin yaitu asma dan PPOK. Kontraindikasi

pemberian aminofilin yaitu hipersensitivitas terhadap teofilin dan etilendiamine.

Efek samping aminofilin yaitu diare, mual, muntah, pusing, insomnia, diuresis

dan atrial fibrilasi.

Methyl prednisolone untuk mengatasi inflamasi dan bronkospasme,

ceftazidim untuk mengatasi adanya infeksi yang didukung dengan hasil

laboratorium leukosit meningkat (15.360/ul). Sediaan: vial 125 mg. Dosis: 30

mg/kgBB tiap 6-8 jam. Indikasi: inflamasi dan alergi. Kontraindikasi: infeksi

jamur sistemik, laktasi dan imunisasi. Efek samping: gangguan elektrolit dan

cairan tubuh serta tukak peptik. Ceftazidim mengandung ceftazidime pentahydrate

dengan sediaan vial 1 gram. Dosis 500-2000 mg dengan pemberian tiap 12 jam.

Indikasi pemberian ceftazidime yaitu septicemia, bakteremia, pleuritis dan

pneumonia. Kontraindikasi ceftazidim yaitu hipersensitivitas terhadap

sefalosporin. Efek samping ceftazidim yaitu mual, diare, pusing dan phlebitis

pada tempat injeksi.

Inhalasi ventolin (berisi salbutamol) untuk relaksasi otot polos,

meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas pembuluh

darah dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast dan basofil (Sundaru dan

Sukamto, 2006; Wilson, 2006). Sediaan: nebules 2,5 mg. Indikasi: asma dan

PPOK. Kontraindikasi: plasenta previa, perdarahan antepartum. Efek samping

obat: sakit kepala, hipokalemia, dan peningkatan denyut jantung. Ambroxol

berfungsi sebagai mukolitik karena pasien mengalami batuk berdahak. Sediaan :

Page 16: Presus Paru-Asma Print

ambroxol HCl sirup 15 mg/5ml x 100 ml. dosis 5 ml, 2-3 x/hari. Indikasi :

gangguan saluran nafas akut dan kronik yang berhubungan dengan sekresi

bronchial abnormal seperti asma bronchial, dan bronchitis. Kontraindikasi: hamil.

Efek samping: gangguan saluran cerna.

Setelah diberikan terapi diatas, keadaan pasien makin membaik. Sesak

nafas yang dirasakan sudah mulai berkurang, dimana pasien merasa sesak hanya

ketika berjalan dan membaik dengan posisi tidur terlentang. Selain itu pasien

sudah dapat berbicara satu kalimat dan tidak gelisah seperti saat pertama kali

datang ke IGD RSMS.

Page 17: Presus Paru-Asma Print

DAFTAR PUSTAKA

PDPI. 2006. Asma: Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia. Jakarta: PDPI.

Sundaru, Heru dan Sukamto. 2006. Asma Bronkial. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit

Dalam FKUI.

Wilson, Lorraine M. 2006. Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan.

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Yunus, Faisal. 1992. Uji Provokasi Bronkus. Pulmonologi Klinik. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.