Upload
tika-indriati
View
250
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
PRESENTASI KASUS
SERANGAN ASMA AKUT SEDANGPADA ASMA PERSISTEN SEDANG
Pembimbing :dr. Indah Rahmawati, Sp.P
Oleh :Erni Noviani G1A210088Tika Indriati G1A210089
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO2011
HALAMAN PENGESAHAN
SERANGAN ASMA AKUT SEDANG
PADA ASMA PERSISTEN SEDANG
Disusun oleh :
Erni Noviani G1A210088Tika Indriati G1A210089
Telah dipresentasikan dan disetujui pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 28 Mei 2011
Dokter Pembimbing,
dr. Indah Rahmawati, Sp.P
I. PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.N
Usia : 28 tahun
Alamat : Karanggintung 04/02
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Tanggal masuk : 14 Mei 2011
Tanggal periksa : 16 Mei 2011
Ruang Rawat : Mawar
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
2. Keluhan tambahan
Batuk berdahak dengan dahak berwarna bening sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, lemas, demam pada 4 hari sebelum masuk rumah sakit
dan demamnya mereda pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 14 Mei 2011 dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Serangan
terjadi saat pasien mengalami kelelahan setelah beraktivitas panjang dari
sore hari dan makin memberat pada pagi hari. Saat pasien datang ke IGD
RSMS pasien dalam kondisi serangan asma sedang. Pasien tampak gelisah
dan hanya dapat berbicara beberapa kata. Ketika pasien berbicara sesaknya
bertambah dan membaik dengan posisi duduk. Saat serangan sesak nafas
muncul, pasien mengaku mendengar bunyi mengi. Serangan sesak
memberat ketika beraktivitas, batuk dan cuaca dingin. Ketika serangan
sesak nafas muncul pasien mengaku sulit tidur dan mengganggu aktivitas.
Pasien mengaku tidak ada keluhan kecuali pada waktu serangan sesak
nafas.
Pasien mengaku sudah mempunyai asma sejak SD kelas 2. Pasien
mempunyai alergi terhadap makanan laut. Selama 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, pasien mengalami serangan sesak nafas hampir tiap
hari. Sebulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengaku mengalami
serangan sesak nafas pada malam hari 2 kali dalam seminggu. Jika pasien
merasa sesak nafas, pasien langsung menggunakan obat semprot yang
mengandung budesonide 200 mcg untuk pengobatan di rumah.
Saat tidur pasien tidak memerlukan bantal yang tinggi. Pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak yang bisa dikeluarkan, dahak berwarna
bening. Batuk sudah dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien merasa batuknya memperberat sesak nafas yang dideritanya. Pasien
mengalami demam pada 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan demamnya
mereda pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mengaku
mengalami penurunan berat badan. Pasien menyatakan tidak mengalami
mudah letih, lemah dan lesu. Selain sesak nafas, pasien juga merasa lemas.
Lemas dirasakan terutama ketika serangan sesak berlangsung, namun
demikian lemas yang dirasakan tidak sampai terjadi pingsan.
4. Riwayat penyakit dahulu
a.Riwayat asma sejak SD kelas 2
b.Riwayat alergi makanan laut
c.Riwayat hipertensi disangkal
d.Riwayat DM disangkal
e.Riwayat penyakit jantung disangkal
f. Riwayat penyakit keganasan disangkal
g.Riwayat batuk lama dengan berobat rutin 6-9 bulan disangkal
h.Riwayat batuk darah disangkal
i. Riwayat pengobatan dengan obat semprot yang mengandung budesonide
200 mcg jika pasien merasa sesak
5. Riwayat penyakit keluarga
a.Riwayat asma dari kakek dan ayah pasien
b.Riwayat hipertensi dari ibu pasien
c.Riwayat DM disangkal
d.Riwayat penyakit perdarahan disangkal
6. Riwayat sosial dan exposure
a. Community
Pasien tinggal serumah dengan suami dan dua orang anak. Anak
pertamanya berusia 10 tahun dan anak ke-2 berusia 7 tahun. Rumah
pasien berada di pedesaan dengan jarak rumah yang satu dengan
rumah yang lainnya cukup berjauhan dan diselingi oleh kebun. Tidak
terdapat pabrik maupun Tempat Pembuangan sampah Akhir (TPA) di
dekat rumah pasien.
b. Home
Pasien tinggal di sebuah rumah berukuran 11 x 11 m2. Rumah ini
terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan
jamban. Rumah terbuat dari dinding tembok dan lantai semen. Atap
rumah pasien terbuat dari genteng. Ruang tamu memiliki jendela
dengan ukuran 0,5 x 0,5 m2. Kamar tidur rumah pasien memiliki
jendela dengan ukuran 0,5 x 0,5 m2. Ventilasi udara terdapat di ruang
tamu, ruang keluarga dan kamar tidur dengan ukuran 30x50 cm2.
Cahaya yang masuk ke rumah kurang. Terdapat tungku kayu untuk
memasak makanan sehari-hari. Jarak antara jamban dengan sumur
kurang dari 10 meter. Pasien tidak memelihara kucing maupun hewan
ternak.
c. Hobi
Pasien mempunyai hobi memasak.
d. Occupational
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai
petani dengan penghasilan sekitar ± Rp 750.000,00/bulan. Biaya
pengobatan pasien ditanggung oleh jamkesmas.
e. Personal habit
Pasien tidak memiliki riwayat merokok. Suami pasien juga tidak
merokok.
f. Diet
Pasien makan nasi, sayur, dan jarang makan daging. Pasien terkadang
makan buah-buahan. Pasien alergi terhadap makanan laut.
g. Drug
Pasien menggunakan obat semprot yang mengandung budesonide 200
mcg untuk pengobatan di rumah jika pasien merasa sesak.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : sedang, kooperatif
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital sign tanggal 14 Mei 2011 (saat pasien datang ke IGD)
TD : 110/70 mmHg
N : 104 x / menit
RR : 30 x / menit
S : 36,6 oC
Vital sign tanggal 16 Mei 2011
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,40C
4. Berat badan : 63 kg
5. Tinggi badan : 155 cm
6. IMT = 26,22
Status Generalis
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Mesocephal, simetris, tanda radang (-)
Rambut : Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
Mata : Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+) normal isokor 3 mm,
Telinga : Discharge (-), deformitas (-)
Hidung : Dicharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-),sianosis (-), lidah kotor (-) ,
atrofi papil lidah (-)
2. Pemeriksaaan Leher
Inspeksi : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-)
Palpasi : JVP 5+2 cm H2O
3. Pemeriksaan Toraks
Pulmo
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi suprasternal (+), retraksi
interkostal (+), ketinggalan gerak (-), jejas (-)
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler, RBH (-/-), RBK (+/+) di awal
inspirasi di parahiller dekstra dan sinistra, Wh (+/+) di akhir
ekspirasi di parahiller dekstra dan sinistra, ekspirasi
diperpanjang
Cor
Inspeksi : ictus cordis tampak SIC V 1 jari medial LMCS
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V 1 jari medial LMCS, kuat
angkat (-), thrill (-)
Perkusi : batas jantung
Kanan atas SIC II LPSD
Kanan bawah SIC IV LPSD
Kiri atas SIC II LPSS
Kiri bawah SIC V 1 jari medial LMCS
Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)
4. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tampak datar, venektasi (-), spider nevi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Perkusi : Tympani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)
Hepar : tidak teraba, nyeri tekan (-)
Lien : tidak teraba
5. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-)
Inferior : oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), refleks
fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Laboratorium tanggal 14 Mei 2011)
Hematologi
Darah Lengkap :
Hemoglobin : 15,4 g/dL (14-18 g/dl)
Leukosit : 15.360/uL H (4800-10800/ml)
Hematokrit : 45% (42-52 %)
Eritrosit : 5,4 x 106 /uL (4,7-6,1 jt/ml)
Trombosit : 499.000/ml H (150.000-400.000/ml)
MCV : 83,33 (79-99 fl)
MCH : 28,52 (27-31 pg)
MCHC : 34,22 (33-37 g/dl)
Hitung jenis
Eosinofil : 0,4% L (1-3%)
Basofil : 9% H (0-1%)
Batang : 0,0% L (2-6%)
Segmen : 66,2% (50-70%)
Limfosit : 17,6% L (20-40%)
Monosit : 6,8% (2-8%)
SGOT : 18 u/L (15-37 u/L)
SGPT : 37 u/L (30-65 u/L
Ureum : 16,0 mg/dl (14,98-38,52 mg/dl)
Kreatinin : 0,80 mg/dl (0,8-1,3 mg/dl)
Asam urat: 4,2 mg/dl
GDS : 127 mg/dl (≤200 mg/dl)
AGD
pH : 7,46 H
PO2 : 165,9 H
PCO2 : 21,4 L
HCO3 actual : 15,3 mmol/L L
TCO2 : 16.0 mmol/L L
Base Excess (BE) :-6,6 mmol/L L
HCO3 Standard (SBC) : 19.0 mmol/L L
O2 Saturasi : 94,6 % H
E. KESIMPULAN
1. Anamnesis
a. Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
b. Batuk berdahak bening sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, lemas,
demam pada 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan demamnya mereda
pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
c. Keluhan sesak nafas timbul ketika pasien kelelahan setelah beraktivitas
berat.
d. Apabila terjadi serangan sangat menggangu aktivitas dan tidur pasien.
e. Saat serangan sesak nafas muncul pasien mengaku mendengar bunyi
mengi.
f. Selama 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami
serangan sesak nafas hampir tiap hari.
g. Sebulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami serangan malam
2 kali dalam seminggu.
h. Riwayat alergi makanan laut.
i. Riwayat penyakit DM disangkal.
j. Riwayat asma sejak SD kelas 2.
k. Riwayat hipertensi disangkal.
l. Riwayat penyakit jantung disangkal.
m. Riwayat penyakit keganasan disangkal.
n. Riwayat batuk lama dengan berobat rutin 6-9 bulan disangkal.
o. Riwayat batuk darah disangkal.
p. Riwayat pengobatan dengan obat semprot yang mengandung
budesonide 200 mcg jika pasien merasa sesak.
q. Riwayat asma dari kakek dan ayah pasien.
r. Riwayat hipertensi dari ibu pasien.
s. Riwayat DM disangkal.
t. Riwayat penyakit perdarahan disangkal.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sedang, kooperatif
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Vital sign tanggal 14 Mei 2011 (saat pasien datang ke IGD)
TD : 110/70 mmHg
N : 104 x / menit
RR : 30 x / menit
S : 36,6 oC
d. Vital sign tanggal 16 Mei 2011
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,40C
e. Berat badan : 63 kg
f. Tinggi badan : 155 cm
g. Pemeriksaan Toraks
Pulmo
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi suprasternal (+), retraksi
interkostal (+), ketinggalan gerak (-), jejas (-)
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler, RBH (-/-), RBK (+/+) di awal
inspirasi, Wh (+/+) di akhir ekspirasi, ekspirasi
diperpanjang
3. Laboratorium
a. Lekositosis
b. Trombosit ↑
c. Hitung jenis :
Eosinofil 0,4% ↓
Basofil 9% ↑
Batang 0% ↓
Limfosit 17,6% ↓
d. AGD (Analisis Gas Darah)
pH : 7,46 H
PO2 : 165,9 H
PCO2 : 21,4 L
HCO3 actual : 15,3 mmol/L L
TCO2 : 16.0 mmol/L L
Base Excess (BE) :-6,6 mmol/L L
HCO3 Standard (SBC) : 19.0 mmol/L L
O2 Saturasi : 94,6 % H
F. DIAGNOSIS KERJA
1. Serangan Asma Akut Sedang pada Asma Persisten Sedang
2. ISPA/CAP
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji Faal Paru dengan spirometri, dilakukan saat pasien sudah dalam
keadaan stabil yang artinya pasien tidak dalam keadaan sesak nafas.
Syarat dilakukannya pemeriksaan sprirometri diantaranya pasien tidak
menggunakan obat bronkodilator minimal 8-12 jam sebelum pemeriksaan
dan tidak menggunakan obat-obat steroid maupun antibiotik, sehingga
tidak mempengaruhi fungsi paru dalam spirometri.
2. Uji kulit/tes alergi untuk mengetahui apakah penderita memiliki status
alergi. Biasanya dilakukan dengan prick test. Uji tersebut dapat membantu
mengidentifikasi faktor risiko/pencetus sehingga dapat dilaksanakan
kontrol lingkungan dalam penatalaksanaan.
H. PENATALAKSANAAN
Farmakologi :
- IVFD : Asering + aminopilin 360 mg/ 12 jam (1 1/2 ampul)
- Inhalasi ventolin / 6 jam
- Ambroxol syrup 3x1 cth
- Inj Methyl prednisolon 3 x 125 mg
- Inj Ceftazidime 2x1 gram
Rencana monitoring
- Awasi vital sign
- Monitor O2
Edukasi
- Menjelaskan pada pasien tentang penyakit, pengelolaan, dan prognosis
asma.
- Menjelaskan mengenai identifikasi dan cara mengontrol pencetus.
- Menjelaskan cara penanganan serangan asma di rumah
- Menunjukkan cara menggunakan obat inhalasi.
I. PROGNOSIS
Ad fungsional : dubia ad bonam
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
II. PEMBAHASAAN
Pada kasus ini, kami mendiagnosis Serangan Asma Akut Sedang pada
Asma Persisten Sedang dan ISPA/CAP. Pasien didiagnosis mengalami serangan
asma akut sedang dengan alasan:
1. Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
2. Keluhan timbul ketika pasien kelelahan setelah beraktivitas berat.
3. Saat serangan nafas mnuncul, pasien tampak gelisah dan hanya dapat
berbicara beberapa kata.
4. Keluhan sesak membaik dengan posisi duduk.
5. Pasien mengaku mendengar bunyi mengi saat serangan nafas muncul.
6. Dari pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi nafas 36 x/menit, nadi
104x/menit, retraksi suprasternal (+), retraksi interkostal (+), Wh +/+ di akhir
ekspirasi, ekspirasi diperpanjang.
7. Hasil pemeriksaan AGD menunjukkan bahwa saturasi O2 94,6%.
Pasien didiagnosis mengalami asma persisten sedang dengan alasan:
1. Selama 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami serangan
sesak nafas hampir tiap hari.
2. Sebulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami serangan malam 2 kali
dalam seminggu.
3. Apabila terjadi serangan sangat menggangu aktivitas dan tidur pasien.
4. Apabila terjadi serangan pasien membutuhkan Budesonide 200 mcg
5. Riwayat alergi makanan laut.
6. Riwayat asma sejak SD kelas 2.
7. Riwayat asma pada kakek dan ayah pasien.
Pasien didiagnosis mengalami ISPA/CAP dengan alasan:
1. Batuk berdahak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, lemas.
2. Demam pada 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan mereda pada 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.
3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan RBK +/+ di akhir inspirasi di parahiller
dekstra dan sinistra.
4. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis, basofil yang
meningkat, batang dan limfosit yang menurun.
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya (PDPI, 2006). Asma merupakan suatu sindrom klinik
yang ditandai oleh peningkatan kepekaan trachea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan (hiperreaktivitas) dan menimbulkan inflamasi serta penyempitan
saluran nafas yang luas dan bersifat reversibel secara spontan atau oleh karena
pengobatan (Yunus, 1992). Sesak nafas yang terjadi pada pasien asma biasanya
akibat adanya hiperresponsif jalan nafas yang ditandai dengan hipersekresi
mukus. Hiperresponsif jalan napas ini menyebabkan gejala episodik berulang
seperti mengi, sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan
atau dini hari (Sundaru dan Sukamto, 2006). Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat
reversibel dengan atau tanpa pengobatan (PDPI, 2006).
Faktor pencetus asma dapat berasal dari luar (ekstrinsik) yang terdiri dari
reaksi antibodi antigen dan allergen (debu, serbuk bulu, bulu binatang) dan faktor
intrinsik meliputi :
1. Fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur)
2. Iritan baik kimia (sulphur dioksida, aldehida), polusi udara (misal asap rokok,
parfum/minyak wangi)
3. Infeksi seperti influenza virus, pneumonia mycoplasma
4. Psikis/emosional termasuk rasa takut, cemas dan tegang serta aktivitas yang
berlebihan juga dapat menjadi pencetus serangan asma.
Pada pasien faktor pencetus serangannya adalah faktor fisik yaitu cuaca
dingin, polusi udara dari tungku kayu bakar, dan aktivitas yang berlebihan, serta
faktor infeksi yaitu ISPA/CAP. Kemungkinan untuk mengarah ke gangguan
jantung dapat disingkirkan dari keterangan bahwa saat serangan sesak tidak
memerlukan bantal yang tinggi untuk berbaring, tidak riwayat atau keluhan-
keluhan sebelumnya yang mengarah ke gangguan jantung, pemeriksaan jantung
dalam batas normal. Sesak nafas karena anemia dapat disingkirkan dengan
informasi pasien tidak mudah lemah, letih, dan lesu, serta dari hasil laboratorium
menunjukkan Hb yang normal. Sesak nafas karena gangguan ginjal juga dapat
disingkirkan karena sesak nafas dari gangguan ginjal terjadi sepanjang hari dan
tidak terpengaruh dengan pemberian bronkodilator. Hasil pemeriksaan faal ginjal
menunjukkan bahwa kadar ureum dan kreatinin pasien normal.
Pada pasien ini diberikan terapi berupa aminofilin drip yang berfungsi
sebagai bronkodilator untuk mengurangi spasme otot polos. Dosis aminofilin
untuk serangan asma akut sedang yaitu 240-500 mg (5 mg/kgBB) untuk
injeksi/bolus intra vena pelan atau 0,3-0,9 mg/kgBB/jam untuk IV drip. Sediaan
aminofilin : 1 ampul = 10 ml = 240 mg. Pasien ini memiliki berat badan 63 kg,
dipilih dosis 0,5 mg/kgBB/jam, dengan demikian setiap jamnya dibutuhkan 30 mg
aminofilin, maka aminofilin yang diberikan yaitu 360 mg atau 1 ½ ampul untuk
12 jam. Indikasi pemberian aminofilin yaitu asma dan PPOK. Kontraindikasi
pemberian aminofilin yaitu hipersensitivitas terhadap teofilin dan etilendiamine.
Efek samping aminofilin yaitu diare, mual, muntah, pusing, insomnia, diuresis
dan atrial fibrilasi.
Methyl prednisolone untuk mengatasi inflamasi dan bronkospasme,
ceftazidim untuk mengatasi adanya infeksi yang didukung dengan hasil
laboratorium leukosit meningkat (15.360/ul). Sediaan: vial 125 mg. Dosis: 30
mg/kgBB tiap 6-8 jam. Indikasi: inflamasi dan alergi. Kontraindikasi: infeksi
jamur sistemik, laktasi dan imunisasi. Efek samping: gangguan elektrolit dan
cairan tubuh serta tukak peptik. Ceftazidim mengandung ceftazidime pentahydrate
dengan sediaan vial 1 gram. Dosis 500-2000 mg dengan pemberian tiap 12 jam.
Indikasi pemberian ceftazidime yaitu septicemia, bakteremia, pleuritis dan
pneumonia. Kontraindikasi ceftazidim yaitu hipersensitivitas terhadap
sefalosporin. Efek samping ceftazidim yaitu mual, diare, pusing dan phlebitis
pada tempat injeksi.
Inhalasi ventolin (berisi salbutamol) untuk relaksasi otot polos,
meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas pembuluh
darah dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast dan basofil (Sundaru dan
Sukamto, 2006; Wilson, 2006). Sediaan: nebules 2,5 mg. Indikasi: asma dan
PPOK. Kontraindikasi: plasenta previa, perdarahan antepartum. Efek samping
obat: sakit kepala, hipokalemia, dan peningkatan denyut jantung. Ambroxol
berfungsi sebagai mukolitik karena pasien mengalami batuk berdahak. Sediaan :
ambroxol HCl sirup 15 mg/5ml x 100 ml. dosis 5 ml, 2-3 x/hari. Indikasi :
gangguan saluran nafas akut dan kronik yang berhubungan dengan sekresi
bronchial abnormal seperti asma bronchial, dan bronchitis. Kontraindikasi: hamil.
Efek samping: gangguan saluran cerna.
Setelah diberikan terapi diatas, keadaan pasien makin membaik. Sesak
nafas yang dirasakan sudah mulai berkurang, dimana pasien merasa sesak hanya
ketika berjalan dan membaik dengan posisi tidur terlentang. Selain itu pasien
sudah dapat berbicara satu kalimat dan tidak gelisah seperti saat pertama kali
datang ke IGD RSMS.
DAFTAR PUSTAKA
PDPI. 2006. Asma: Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: PDPI.
Sundaru, Heru dan Sukamto. 2006. Asma Bronkial. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit
Dalam FKUI.
Wilson, Lorraine M. 2006. Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Yunus, Faisal. 1992. Uji Provokasi Bronkus. Pulmonologi Klinik. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.