Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PRESTASI TAHFIZH AL QUR’AN DITINJAU
DARI SELF REGULATION DAN PERSEPSI TENTANG
KOMPETENSI DOSEN TAHFIZH DI FAKULTAS
DAKWAH IAIN SALATIGA
Oleh :
Dra. Sri Suparwi M.A.
Qurrotu Ayun M. Psi.
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA ASYARAKAT
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen
tahfizh dengan prestasi tahfizh Al Qur’an..
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa program
studi KPI Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri di
Salatiga yang telah mengambil mata kuliah Al Qur’an 2
berjumlah 88 mahasiswa. Alat pengumpul data yang digunakan
2 skala yaitu skala self regulation dan skala persepsi tentang
kompetensi dosen tahfizh. Sedangkan nilai prestasi tahfizh Al
Qur’an diperoleh dari data dokumentasi. Data yang terkumpul
dianalisis dengan analisis regresi ganda melalui program SPSS
versi 16,0 for windows..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang positif dan sangat signifikan antara self regulation dan
persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi
tahfizh Al Qur’an (R =0,578 , F = 21,360; p = 0,000< 0,01, dan
R2= 0,334).
Kata Kunci : Prestasi Tahfizh Al Qur’an, Self Regulation dan
Persepsi tentang Kompetensi Dosen Tahfizh.
3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul Prestasi tahfizh Al
Qur’an ditinjau dari self regulation dan persepsi tentang
kompetensi dosen tahfizh di Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
Penelitian ini dapat terselesaikan atas bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Rahmat Haryadi M.Pd. selaku Rektor IAIN di
Salatiga.
2. Prof. Budiharjo M.Ag. selaku konsultan penelitian.
3. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. selaku Kepala LP2M
IAIN di Salatiga.
4. Dr. Mukti Ali M. Hum. selaku Dekan Fakultas
Dakwah IAIN di Salatiga.
Penelitian ini pasti mempunyai kekurangan dan
keterbatasan, namun dalam kesederhanaannya penulis
berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan di Indonesia, khususnya pengembangan
pendidikan di Fakultas Dakwah IAIN di Salatiga.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 1 November 2017
Penulis,
Sri Suparwi
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………….…… i
Pengesahan ……………………………………… ii
Surat Pernyataan ……………………….……… ii
Abstrak …………………………………………. iv
Kata Pengantar …………………………………. v
Daftar Isi ………………………………………… vi
Daftar Tabel …………………………………….. ii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………
A. Latar Belakang Masalah ……………………. 1
B. Rumusan Masalah …..……………………… 5
C. Manfaat Penelitian …………………..……… 5
D. Keaslian Penelitian ……....…………………. 6
BAB II. LANDASAN TEORI………………… 10
A. Prestasi tahfizh Al Qur’an…………………. 10
B. Self Regulation ……………………………… 11
C. Persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh .. 13
D. Hipotesis …………………………..………… 15
BAB III. METODE PENELITIAN …………….. 16
A. Identifikasi dan Operasonalisasi Variabel... 16
B. Subyek Penelitian… …………………………. 17
C. Teknik Pengumpulan Data ………………… 17
D. Validitas dan Reliabilitas …………………. 20
E. Teknik Analisa Data …………….…………. 26
BAB 1V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27
A. Deskripsi Data Penelitian ……………..… 27
5
B. Hasil Penelitian ………………………….... 31
C. Pembahasan ………………………………. 34
BAB V. KESIMPULAN ………………………… 37
A. Kesimpulan ……………………………….. 37
B. Saran ……………………………………… 37
Daftar Pustaka……………………………………. 40
Lampiran …………………………………………. 44
6
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
3.1. Sebaran Aitem Skala Self Regulation …………. 18
3.2. Sebaran Aitem Skala PTKDT …………………. 19
3.3. Hasil Ujicoba Skala Self Regulation ………….. 21
3.4. Hasil Ujicoba Skala PTKDT ……………..…… 22
3.5. Hasil uji Reliabilitas Skala …………………… 23
4.1. Deskripsi Data Penelitian ……………………… 21
4.2. Hasil Kategorisasi Prestasi Tahfizh Al Qur’an .. 29
4.3. Hasil Kategorisasi Skala Self Regulation …….. 30
4.4. Hasil Kategorisai Skala PTKDT………….….… 30
4.5. Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ……. 31
4.6. Hasil Uji Linieritas Hubungan Antar Variabel.. 32
4.7. Hasil Uji Multikolinieritas …………………….. 33
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dr. H. Ahmad Fathoni Lc. MA. Dalam artikelnya sejarah
dan perkembangan pengajaran tahfizh Al-qur’an di Indonesia
menyebutkan, pesantren Krapyak milik KH. Muhammad
Munawwir merupakan perintis pembelajaran tahfizh di Indonesia.
Menurutnya eksistensi tahfizul Qur’an di Indonesia makin
semarak saat memasuki era kemerdekaan tahun 1945 hingga
Musabaqoh tilawatil Qur’an tahun 1981 (Republika, 2015).
Perkembangan pengajaran tahfizh Al-Quran di Indonesia
pasca MHQ 1981 ibarat air bah yang tak dapat dibendung. Kalau
sebelumnya hanya eksis di pulau Jawa dan Sulawesi, sejak tahun
1981 hingga kini hampir semua daerah di Nusantara kecuali
Papua, hidup subur bak jamur di musim hujan dari tingkat
pendidikan dasar sampai Perguruan tinggi baik dalam format
pendidikan formal maupun non formal.
Maraknya lembaga-lembaga tahfizul Qur’an saat ini
merupakan fenomena yang menggembirakan, hanya saja
pentadabburan kandungan Alqur’an hendaknya tidak
dikesampingkan kata Ketua Lembaga Tadabbur Quran
International (Syekh Nashir bin Sulaiman Al Umar).
Menghafal (tahfizh) Alqur’an merupakan keutamaan
yang besar, dan posisi ini selalu didambakan oleh semua orang
yang benar, dan seorang yang bercita-cita tulus, serta berharap
pada kenikmatan duniawi dan ukhrowi agar manusia nanti
8
menjadi warga Allah dan dihormati dengan penghormatan yang
sempurna (Sa’dulloh, 2008).
Tidaklah seseorang dapat meraih tuntunan dan keutamaan
tersebut, yang menjadikannya masuk ke dalam deretan malaikat
baik kemuliaan maupun derajadnya, kecuali dengan cara
mempelajari dan mengamalkannya. Sebagaimana sabda nabi
SAW,
Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an dan
menghafalkannya sama seperti perjalanan yang mulia,
dan perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an
serta dia mempelajarinya dengan sungguh-
sungguh maka baginya dua pahala, kecuali dia
mengamalkannya.
Hasan (2008) Motivasi santri untuk menjadi penghafal
Al-Qur’an tidak hanya dilihat dari keutamaan seorang penghafal
Al-Qur’an dan janji Allah terhadap seorang hafizh, namun ada
motivasi lain yang membuat santri ingin menjadi seorang hafizh
Al-Qur’an diantaranya kondisi keluarga (keluarga pesantren),
beasiswa sekolah, maupun lingkungan yang mendukung. .
Menghafal Al-Qur’an ternyata dapat menajamkan ingatan
dan mencemerlangkan pemikiran, karena para penghafal Al-
Qur’an lebih cepat mengerti dan teliti karena banyak latihan
untuk mencocokkan ayat serta membandingkan dengan ayat lain.
Para penghafal juga akan lebih fasih dalam berbicara dan dapat
mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya secara alami.
Nasrudiyanto (2011) Semakin banyak hafalan seseorang
terhadap Al-Qur’an, maka semakin baik pula pada kesehatan
9
psikologis. Kesehatan psikologis sebagai kondisi dimana terjadi
keselarasan psikis individu dari beberapa factor utama : agama,
spiritual, sosiologis, dan jasmani. Hasil penelitian menunjukkan
adanya korelasi yang positif antara peningkatan kadar hafalan
dengan tingkat kesehatan psikisnya, Mahasiswa yang unggul di
bidang hafalan Al-Qur’an memiliki tingkat kesehatan psikis
dengan perbedaan yang jelas.
Keistimewaan menghafal Al-Qur’an terletak pada berat ,
unik dan panjangnya proses yang akan dilalui. Meskipun berat
namun kenyataannya tidak menyurutkan sebagian orang untuk
menjadi penghafal Al-Qur’an. Proses yang harus dilalui untuk
menjadi penghafal Al-Qur’an tidak mudah karena santri harus
menghafal isi Al-Qur’an yang kuantitasnya sangat besar yang
terdiri dari 114 surat, 6.236 ayat, 77.439 kata , 323.015 huruf
yang sama sekali berbeda dengan symbol huruf dalam bahasa
Indonesia. Menghafal Al-Qur’an ternyata tidak hanya
mengandalkan kemampuan memory saja, akan tetapi harus
menjalani serangkaian proses panjang setelah menguasai hafalan
secara kuantitas.
Al Bani (1997) Proses menghafal Al-Qur’an memerlukan
waktu yang panjang, karena tanggung jawab yang diemban oleh
penghafal Al-Qur’an akan melekat pada dirinya sampai akhir
hayat. Konsekuensi dari tanggung jawab menghafal Al-Qur’an
terhitung berat, karena penghafal AL-Qur’an harus menjaga
hafalannya, memahami apa yang dipelajari, dan bertanggung
jawab mengamalkannya.
10
Keistimewaan yang lain, Al-Qur’an mudah dihafal diluar
kepala, mudah diingat, dan mudah dipahami, karena dalam lafal-
lafal Al-Qur’an, struktur kalimat, dan ayat-ayatnya terdapat
harmoni, keselarasan dan kemudahan yang membuatnya mudah
dihafal oleh orang-orang yang benar-benar ingin menghafalnya
memasukkannya ke dalam dada dan menjadikan hatinya sebagai
wadah Al-Qur’an.
Dewasa ini, banyak mahasiswa yang ingin menghafalkan
Al-Qur’an, namun kenyataannya hanya sedikit mahasiswa yang
mampu bertahan dan menyelesaikan hafalannya sampai 30 Juz.
Menghafal Al-Qur’an bukanlah hal yang mudah, namun
membutuhkan proses yang lama, sehingga dibutuhkan ketekunan
dan ketelatenan dalam menghafal Al-Qur’an.
Keberhasilan seseorang menjadi hafizh Al-Qur’an banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Regulasi diri adalah merupakan
salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
mahasiswa menyelesaikan proses tahfizh Al-Qur’an.
Seorang mahasiswa penghafal Al-Qur’an, selain
membutuhkan kemampuan kognitif yang memadai, kegiatan
menghafal Al-Qur’an membutuhkan tekad dan niat yang lurus,
usaha keras, kesiapan lahir batin, kerelaan dan pengaturan diri
yang ketat (Sa’dulloh, 2008).
Pengaturan diri yang ketat (self regulation ) merupakan
proses kepribadian yang penting ketika seseorang berusaha
melakukan control terhadap pikiran dan perasaan, dorongan-
dorogan dan keinginan kinerja mereka (Baumeister &
Heatherton, 1996).Regulasi diri juga menyangkut kapasitas
11
pribadi yang secara internal diarahkan untuk mengatur emosi,
perhatian dan perilaku, agar dapat memberi respon secara efektif
terhadap tuntutan internal lingkungan (Raffaelli, Crockett &
Shen, 2005). Regulasi diri merupakan upaya yang dilakukan
oleh seseorang untuk mengatur pikiran, perasaan, dorongan dan
tindakannya untuk mencapai tujuan (Carver & Scheier,1998) .
Sa’dulloh (2008) penghafal Al-Qur’an yang mampu
melakukan pengaturan yang ketat akan mempunyai tekat yang
kuat, ikhlas dan tidak mudah putus asa, selalu semangat dan rajin
nderes, mampu memenuhi target setoran, tekun menambah
hafalan, dan mampu mengatasi hambatan-hambatan selama
proses menghafal Al-Qur’an. Sebaliknya mahasiswa yang
kemampuan regulasinya rendah kurang mempunyai strategi untuk
mengatur emosinya, kurang mampu mengevaluasi hambatan-
hambatan yang sering muncul dan membuat adaptasi yang
dibutuhkan, tidak melakukan setoran, mudah putus asa, tidak
adanya semangat, malas melakukan deresan, tidak focus
menghafal, sulit berkonsentrasi, tidak mood menghafal, turut
menjadi masalah. Dari uraian di atas menunjukan bahwa self
regulation berkorelasi dengan prestasi tahfizhul Qur’an.
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
keberhasilan mahasiswa menjadi hafizh Al-Qur’an adalah
kompetensi dosen tahfizh. Mengingat keberadaan dosen tahfizh
AL-Qur’an sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses dan
hasil tahfizh Al Qur’an mahasiswa, maka upaya perbaikan untuk
meningkatkan mutu tahfizh Al-Qur’an akan memberikan
sumbangan yang signifikan, bila didukung oleh dosen tahfizh
12
yang profesional dan berkualitas. Dosen tahfizh Al-Qur’an yang
dimaksud adalah dosen yang berkompetensi dan mampu
mempengaruhi proses tahfizh Al-Qur’an mahasiswa yang
nantinya akan menghasilkan prestasi tahfizh Al-Qur’an yang
optimal.
Kompetensi dosen tahfizh memainkan peran penting
untuk mendidik mahasiswa dalam mencapai prestasi tahfizh
yang lebih baik. Penelitian Hamdan, Ghafar dan Li (2010)
terhadap guru di Johor Bahru Malaysia menunjukkan bahwa
kompetensi mengajar berkorelasi positif dengan prestasi
akademik. Mahyudin dkk. (2006) juga menemukan bahwa
kompetensi dosen berpengaruh terhadap keyakinan mahasiswa
dalam mencapai prestasi akademik.
Undang-Undang Guru dan Dosen no. 14 tahun 2005
(2006) Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki dosen meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadian.
Mulyasa (2009) Dosen yang berkompetensi tinggi
memiliki kemampuan untuk : menciptakan iklim belajar yang
kondusif, mengembangkan strategi dan manajemen
pembelajaran, memberikan umpan balik dan penguatan, dan
peningkatan diri. Kompetensi tersebut akan memotivasi
mahasiswa untuk belajar sehingga prestasi tahfizh Al-Qur’an
menjadi optimal.
13
Rendahnya kompetensi dosen tahfizh Al-Qur’an
menyebabkan mahasiswa mudah mengalami kejenuhan.
Kejenuhan santri dapat diamati selama proses tahfizh Al-Qur’an
berlangsung seperti : santri kurang perhatian, kurang konsentrasi,
semangat kendor dalam menghafal, setoran hafalan tertunda,
sulit hafalan dan mudah lupa. Berdasarkan penelitian Saudak
(2006) bahwa permasalahan yang sering dialami oleh penghafal
Al-Quran bersumber dari beberapa hal seperti : materi hafalan,
kondisi guru yang membimbing, kondisi santri, metode
menghafal di lingkungan pesantren. Rendahnya kompetensi
dosen tahfizh berkorelasi terhadap prestasi tahfizh Al-Qur’an.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu kiranya
diadakan studi lebih lanjut tentang hubungan antara self
regulation dan kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh
Al Qur’an.
B. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah hubungan antara self regulation dengan prestasi
tahfizh Al-Qur’an.
2. Adakah hubungan antara persepsi tentang kompetensi dosen
tahfizh dengan prestasi tahfizh Al-Qur’an.
3. Adakah hubungan antara self regulation dan persepsi
tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh
Al-Qur’an.
14
C. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu :
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan keislaman
tentang prestasi tahfizh Al-Qur’an ditinjau dari self
regulation dan kompetensi dosen tahfizh Al-Qur’an
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada
Fakultas Dakwah IAIN Salatiga dalam upaya meningkatkan
prestasi tahfizh Al-Qur’an dapat diupayakan dengan
meningkatkan self regulation mahasiswa dan kompetensi
dosen tahfizh Al-Qur’an.
D. KEASLIAN PENELITIAN
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan baik di luar
negeri maupun di Indonesia dengan variable self regulation dan
kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al-Qur’an
diantaranya :
Penelitian Muhlisin (2016) tentang regulasi diri santri
penghafal Al-Qur’an yang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat bagaimana regulasi intrapersonal, interpersonal dan
metapersonal yang dimiliki oleh santri penghafal Al-Qur’an yang
bekerja.
Penelitian Zur’ah (2015) terhadap 100 santri putra dan
putri di pondok tahfidz Al-Qur’an tentang hubungan sabar
15
dengan regulasi diri pada penghafal Al-Qur’an. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara sabar
dengan regulasi diri pada santri penghafal Al-Qur’an.
Penelitian Wiwin (2015) tentang hubungan antara
dukungan sosial dan self aceptence dengan motivasi menghafal
Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda Singosari
malang.
Penelitian Yulianti ( 2010) tentang hubungan kompetensi
guru PAI dalam meningkatkan minat baca Al Qur’an di STAI DR
Khez Muttaqin Purwakarta. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara kompetensi guru PAI dengan
minat baca AL Qur’an.
Yusniarsyah (1999) meneliti sejauhmana pengaruh
persepsi siswa terhadap pengajaran guru dan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar siswa SMK Teknologi di Pontianak.
Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh yang positif dan
signifikan antara persepsi siswa terhadap pengajaran guru dan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar.
Penelitian Hamdan, Ghafar, dan Li (2010) pada 309 guru
di Johor Bahru Malaysia menunjukkan bahwa kompetensi
mengajar berkorelasi positif dengan prestasi akademik.
Berdasarkan hasil kajian beberapa penelitian di atas maka
penelitian yang mengkaji tentang self regulation dan persepsi
tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al-
Qur’an di Fakultas Dakwah IAIN Salatiga belum pernah
dilakukan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, baik dari subyek, variable dan lokasi penelitian. Jadi
16
dapat dinyatakan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan
sebelumnya dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prestasi Tahfizh Al-Qur’an
1. Prestasi Tahfizh Al Qur’an
Prestasi belajar adalah tingkat pencapaian atau kecakapan
dalam kegiatan akademik yang biasanya dinilai oleh dosen
dengan tes yang standar, dengan tes buatan dosen atau dengan
kombinasi kedua tes tersebut (Chaplin, 1989). Azwar (2006)
Prestasi belajar adalah perubahann tingkah laku yang meliputi
tiga ranah yaitu : ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Prestasi belajar mahasiswa biasanya dinyatakan
dalam bentuk nilai individual dalam bentuk indeks prestasi dan
dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauhmana mahasiswa
dapat menguasai bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil kecakapan mahasiswa terhadap
materi pelajaran yang pernah diajarkan atau dilatihkan yang dapat
diukur dengan menggunakan tes sehingga dapat diperoleh
gambaran tentang pencapaian pendidikan dengan menyeluruh.
Prestasi Tahfizh Alquran dimaksudkan merupakan hasil
tahfizh/hafalan yang dicapai oleh mahasiswa setelah mengikuti
proses belajar dalam jangka waktu satu semester yang dicatat
dalam buku daftar nilai atau kartu hasil studi berupa nilai tahfizh
Al-Qur’an
18
2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Tahfizh Al-Qur’an
Azwar (2004) bahwa keberhasilan dalam belajar
dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Faktor Internal
terdiri dari factor fisik dan psikologis. Faktor fisik meliputi panca
indera dan kondisi fisik umum. Adapun factor psikologis meliputi
kemampuan kognitif dan kemampuan non kognitif. Kemampuan
non kognitif meliputi minat, motivasi, self regulation dan
variable-variabel kepribadian. Kemampuan kognitif meliputi
kemampuan khusus atau bakat, dan kemampuan umum atau
inteligensi. Sedangkan Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan
sosial. Faktor fisik meliputi kondisi tempat belajar, sarana dan
perlengkapan belajar, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan
belajar. Sedangkan faktor sosial meliputi dukungan sosial dan
pengaruh budaya.
Klausmeir dan Goodwin (1971) factor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi 6
aspek yaitu :1. Karakteristik siswa, 2. Faktor Pengajar, 3. Bahan
atau materi yang dipelajari, 4. Media pengajaran, 5. Karakteristik
fisik sekolah, 6. Faktor lingkungan dan situasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa factor-faktor
yang mempengaruhi prestasi tahfizh Al-Qur’an dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu factor internal dan faktor
eksternal. Penelitian ini menggunaklan variable self regulation
sebagai factor internal sedangkan variable persepsi tentang
kompetensi dosen tahfizh sebagai faktor ekternal.
19
B. Self Regulation
1. Self Regulation
Self Regulation (Zimmerman, 2001) adalah usaha
mahasiswa dalam mengelola dirinya sendiri melalui pemikiran,
tindakan, dan perasaan, secara terus menerus guna
merealisasikan tujuan yang diinginkan. Baumister & Heatherton
(1996) Self Regulation tidak sekedar kemunculan respon, akan
tetapi bagaimana upaya seseorang untuk mencegahnya agar tidak
melenceng dan kembali pada standar normal yang memberi hasil
sama. Pada proses ini terjadi perpaduan antara motivasi laten dan
pengaktifan stimulus. Bandura (1986) Regulasi diri merupakan
kemampuan mengatur tingkah laku dan menjalankan tingkah laku
tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap performansi
seseorang untuk mencapai tujuan atau prestasi sebagai bukti
peningkatan. Suryani (2004) Self regulation bukan merupakan
kemampuan mental seperti inteligensi / ketrampilan akademik
seperti ketrampilan membaca, melainkan proses pengarahan /
pengintruksian diri individu untuk mengubah kemampuan mental
yang dimilikinya menjadi ketrampilan dalam suatu bentuk
aktivitas.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Self Regulation adalah usaha mahasiswa dalam mengelola
dirinya sendiri melalui pemikiran, tindakan, dan perasaan, secara
terus menerus guna merealisasikan tujuan yang diinginkan.
20
2. Dimensi Self Regulation
Menurut Zimmerman (1989), regulasi diri mencakup tiga
aspek yang diaplikasikan dalam belajar, yaitu metakognitif,
motivasi dan perilaku.
a. Metakognitif
Metakognitif bagi individu yang melakukan pengelolaan diri
meliputi adalah merencanakan, mengorganisasikan, mengukur
diri dan menginstruksi diri sebagai kebutuuhan selama proses
perilakunya, misalnya dalam hal belajar.
b. Motivasi
Motivasi diri individu meliputi motivasi instrinsik, otonomi
dan kepercayaan diri tinggi terhadap kemampuan dalam
melakukan sesuatu. Individu yang memiliki motivasi tinggi
menilai tantangan yang dihadapi individu akan membut
individu menjadi semakin matang.
c. Perilaku
Perilaku adalah upaya individu untuk mengatur diri,
menyeleksi dan memanfaatkan maupun menciptakan
lingkungan yang mendukung aktivitasnya. Individu memilih,
menyusun dan menciptakan lingkungan sosial yang seimbang
untuk mengotimalkan pencapaian atas aktivitas yang
dilakukan.
C. Persepsi Tentang Kompetensi Dosen Tahfizh.
1. Persepsi Tentang Kompetensi dosen Tahfizh
Vandenbos (2007) Persepsi adalah aktivitas mengenali,
mengamati, dan membedakan dengan menggunakan indera
21
sehingga seseorang menyadari suatu objek, hubungan dan
peristiwa. Aktivitas tersebut membuat individu mampu mengatur
dan menginterpretasi stimulus-stimulus yang diterima menjadi
suatu pengetahuan yang bermakna. Stenberg (1999) Persepsi
interpersonal merupakan penilaian individu tentang karakteristik
orang lain yang berinteraksi dengannya, sehingga terjadi proses
penilaian tentang karakteristik dari masing-masing individu yang
dapat menimbulkan rasa senang ataupun tidak senang dari kedua
belah pihak.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (UU No.14
tahun 2005, 2006). Kompetensi dosen merupakan kapasitas
internal yang dimiliki dosen dalam melaksanakan tugas
profesinya. Tugas professional dosen bisa diukur dari seberapa
jauh dosen mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang
efektif dan efisien. Kompetensi yang dimiliki setiap dosen akan
menunjukkan kualitas dosen dalam mengajar. Kompetensi
tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan
dan professional dalam menjalankan fungsinya sebagai dosen.
Dosen harus pintar dan pandai mentransfer ilmunya kepada
mahasiswa (Faturrohman & Sutikno, 2007) .
Persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh merupakan
penilaian dan penginterpretasian mahasiswa terhadap
kemampuan dosen tahfizh dalam menguasai pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku dalam melaksanakan tugas-tugas
keprofesionalan.
22
2. Dimensi Kompetensi Dosen Tahfizh
Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun
2005 (2006) bahwa ada empat dimensi yang dapat mengukur
kompetensi dosen yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
professional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial.
a) Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan dosen dalam
mengelola pembelajaran yaitu meliputi pemahaman terhadap
mahasiswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan potensi mahasiswa.
b) Kompetensi Profesional yaitu kemampuan dosen untuk
dapat menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam.
c) Kompetensi Kepribadian yaitu dosen memiliki
kepribadiaan yang mantap, stabil dan dewasa, kemampuan
disiplin, arif dan berwibawa, kemampuan menjadi teladan
bagi mahasiswa dan kemampuan berakhlak mulia.
d) Kompetensi sosial yaitu kemampuan dosen berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dengan mahasiswa, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
dan dengan masyarakat sekitar.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan yang
positif antara self regulation dan persepsi tentang kompetensi
dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al Qur’an. Semakin tinggi
self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh
maka semakin tinggi prestasi tahfizh Al Qur’an. Semakin rendah
23
self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh
maka semakin rendah prestasi tahfizh Al Qur’an.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan operasionalisasi Variabel
Penelitian ini menelaah tiga variabel yaitu prestasi tahfizh
Al Qur’an, self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen
tahfizh. Prestasi tahfizh Al Qur”an merupakan variabel
tergantung. Self Regulation dan Persepsi tentang kompetensi
dosen tahfizh merupakan variabel bebas.
1. Prestasi Tahfizh Al Qur’an
Prestasi tahfizh Al Qur’an adalah tingkat pencapaian atau
penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah Al Qur’an yang
telah diajarkan dalam kurun waktu satu semester sebagai
hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dengan nilai dalam
kartu hasil studi. Prestasi tahfizh Al Qur’an dilihat dari rerata
nilai ujian tengah semester, tugas dan nilai ujian akhir
semester berupa skor dengan rentang antara 0-4. Semakin
tinggi skor berarti semakin tinggi prestasi tahfizh Al Qur’an.
2. Self Regulation
Self Regulation adalah usaha mahasiswa dalam mengelola
dirinya sendiri melalui pemikiran, tindakan, dan perasaan,
secara terus menerus guna merealisasikan tujuan yang
diinginkan.
3. Persepsi Tentang Kompetensi Dosen Tahfizh
Persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh adalah penilaian
dan penginterpretasian mahasiswa tentang kemampuan
dosen tahfizh dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan
25
dan perilaku dalam melaksanakan tugas-tugas
keprofesionalan yang dinyatakan dalam skor. Indikator
kompetensi dosen adalah skor total mahasiswa dalam skala
kompetensi dosen yang dikembangkan untuk mengukur
persepsi mahasiswa tentang kompetensi paedagogis,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial. Semakin tinggi skor mahasiswa dalam
skala tersebut maka semakin tinggi kompetensi dosen yang
dipersepsikan oleh mahasiswa.
B. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa program
studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN di
Salatiga berjumlah 88 mahasiswa terdiri dari 43 laki-laki dan 45
perempuan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dengan kreteria subyek adalah mahasiswa yang sudah
mengambil mata kuliah Al Qur’an 2. Pengambilan subyek
penelitian dengan menggunakan perhitungan sampel size
calculator dari table Morgan (Issao, 1981)
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui hasil
prestasi tahfizh Al Qur’an mahasiswa berupa skor mentah dari
dosen di bagian akademik. Nilai Al Qur’an merupakan hasil
bagi antara tugas, nilai ujian mid semester dan nilai ujian akhir
semester berupa skor yang bergerak dari 0 - 4. Metode ini
dilaksanakan dengan cara mencatat nilai mahasiswa yang
26
menjadi subyek penelitian berupa skor mentah dari dosen Al
Qur’an yang diperoleh di bagian akademik Fakultas Dakwah
IAIN di Salatiga.
2. Pengukuran Skala
a. Skala self regulation
Skala Self regulation yang digunakan merupakan
hasil modifikasi dari skala self regulation yang dikembangkan
oleh Zur’ah (2015) yang disusun berdasarkan dimensi-
dimensi self regulation dari Zimmermen (1995) untuk
mengukur 3 dimensi self regulation yaitu : meta kognitif,,
motivasi dan perilaku.
Skala ini terdiri dari 27 aitem pernyataan, 9 aitem
untuk mengukur meta kognitif, 10 aitem untuk mengukur
aspek motivasi, dan 8 aitem untuk mengukur aspek perilaku.
Butir-butir pernyataan dinyatakan dalam pernyataan yang
bersifat favorable dan Unfavorable seperti dalam tabel berikut.
Tabel 3.1.
Sebaran Aitem Skala self Regulation
N0 ASPEK FAVORABLE UNFAVORABLE JUMLAH
1. Meta Kognitif 4, 10, 17, 18, 20, 23 5, 13, 16 9
2. Motivasi 3, 9, 14, 22, 27 1, 2, 11, 12, 21 10
3. Perilaku 7, 15, 19, 25 6,8,24,26 8
Jumlah 15 12 27
27
Skor total yang diperoleh dari skala Self Regulation
menunjukkan sejauhmana tingkat regulasi diri yang dimiliki
mahasiswa. Skor tinggi pada skala ini menunjukkan bahwa
subjek mempunyai tingkat self regulation yang tinggi,
sebaliknya skor rendah menunjukkan subjek mempunyai tingkat
self regulation yang rendah.
b. Skala Persepsi Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen
Skala persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh
merupakan hasil modifikasi dari skala kompetensi yang
dikembangkan oleh Bustami (2010) yang disusun berdasarkan
pada Undang Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005
(2006) untuk mengukur empat dimensi kompetensi dosen
yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
Skala ini terdiri dari 30 aitem pernyataan, 10 aitem
untuk mengukur aspek kompetensi pedagogik, 10 aitem untuk
mengukur aspek kompetensi profesional, 5 aitem untuk
mengukur aspek kompetensi kepribadian, dan 5 aitem untuk
mengukur aspek kompetensi sosial. Butir-butir pernyataan
dinyatakan dalam pernyataan yang bersifat favorabel seperti
terlihat dalam tabel 3.2. di bawah ini.
28
Tabel 3.2.
Sebaran Aitem Skala PTKDT
N0 Aspek Aitem Favorabel Jumlah
1. Kompetensi
Pedagogik.
1, 5, 9, 13, 17, 21,
23, 25, 27, 29
10
2. Kompetensi
Profesional.
2,6, 10, 14, 18, 22,
24, 26,28, 30
10
3. Kompetensi
Kepribadian
3, 7, 11, 15, 19 5
4. Kompetensi Sosial.
4, 8, 12, 16, 20 5
Jumlah 30 30
Skor total yang diperoleh dari skala kompetensi dosen
menunjukkan bagaimana persepsi mahasiswa tentang
kompetensi dosen tahfizh. Skor tinggi dalam skala ini berarti
subyek mempunyai persepsi yang tinggi terhadap kompetensi
dosen tahfizh. Sebaliknya skor rendah menunjukkan subyek
mempunyai persepsi yang rendah tentang kompetensi dosen
tahfizh.
D. Validitas Dan Reliabilitas
Tingkat kepercayaan yang diberikan pada kesimpulan
penelitian tergantung pada akurasi dan kecermatan data yang
diperoleh. Akurasi dan kecermatan data hasil pengukuran
tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur (Azwar, 2007)
Suatu skala dikatakan representatif, fungsional dan akurat
bila skala tersebut memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Oleh karena itu sebelum skala digunakan pada subyek penelitian
terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mendapatkan validitas
29
dan reliabilitasnya. Uji coba alat ukur penelitian dilakukan pada
30 mahasiswa semester 3 program studi PMI Fakultas Dakwah
di IAIN Salatiga pada tanggal 5 Mei 2017. Uji coba alat ukur
dilaksanakan dengan cara meminta subyek untuk menjawab
pernyataan dari alat ukur dan didampingi oleh peneliti.
1. Validitas
validitas (validity) adalah sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya.
Alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila
mampu menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud diadakannya
pengukuran tersebut (Azwar, 2007).
Penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity).
Menurut Azwar (2006) validitas isi menunjukkan sejauhmana
aitem-aitem dalam alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi
objek yang hendak diukur. Keseluruhan kawasan isi dari alat ukur
tersebut harus komprehensif, hanya memuat hal-hal yang relevan
dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.
Lebih lanjut dijelaskan Azwar (1999) bahwa validitas isi
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis
rasional atau lewat professional judgment, sehingga diketahui
sejauhmana aitem-aitem tes mewakili komponen-komponen
dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek
representasi) dan sejauhmana aitem-aitem tes mencerminkan ciri
perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi).
Penelitian ini dinilai valid melalui validitas muka dan
validitas logik karena menampilkan aitem-aitem tes yang
30
meyakinkan dan mampu mengungkap atribut yang hendak
diukur. Disamping itu, aitem-aitem tes dalam penelitian ini
merupakan wakil dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur
sebagaimana telah ditetapkan dalam kawasan ukurnya.
Uji validitas menggunakan rumus korelasi product
moment. Kreteria untuk menentukan butir aitem gugur atau
dipertahankan dengan cara mengkorelasikan setiap aitem dengan
skor total. Menurut Azwar (2004b) hasil komputasi dinyatakan
dalam corrected item-total correlation atau dikenal dengan
indeks daya diskriminasi aitem. Indeks daya diskriminasi aitem
adalah sejauh mana aitem mampu membedakan individu atau
kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut
yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator
keselarasan antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara
keseluruhan yang dikenal dengan konsistensi item-total. Dasar
seleksi aitem adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya
selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala. Batas koefisien
korelasi aitem total bila rix > 0,30. Semua aitem yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap
memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix kurang dari 0,30
diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi
rendah. Menurut Cronbach (Azwar, 2006) koefisien yang
berkisar antara 0,300-0,500 telah dapat memberikan kontribusi
yang baik terhadap efisiensi untuk memprediksi hasil suatu
produk seleksi. Penelitian ini membatasi aitem-aitem yang
dianggap valid adalah aitem yang memiliki koefisien korelasi
31
minimal 0,30. Hasil uji validitas aitem dapat dilihat sebagai
berikut
a. Skala Self Regulation
Aitem total skala self regulation berjumlah 44 aitem,
dengan koefisien korelasi aitem total antara 0,338 – 0,724.
Pemilihan aitem pada skala self regulation menggunakan
kreteria yang sama dengan batas koefisien korelasi aitem total
sebesar r > 0,30. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas
dengan bantuan program SPSS, maka butir-butir skala self
regulation mengalami pengurangan. Butir yang memiliki
diskriminasi aitem memuaskan sebanyak 27 butir, sedangkan
butir yang memiliki diskriminasi aitem rendah sebanyak 17
butir, seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.3.
Hasil Ujicoba Skala Self Regulation
Faktor Aitem Uji Coba Aitem Skala Penelitian
Jumlah Nomor Jumlah Nomor
Meta Kognitif
16
4*,6*,7*,9*,10*,25*,
28* , 1,2,5,12,19,26,
30,36,39.
9 1, 2 5, 12,19,26,
30, 36,39,
Motivasi 15 11*, 2*,37*,40*,42*
10,13,16,17,18,23,24
,32,34,38,43
10 10, 2,13,16,17,18,
23,24,32,34,38,43
Perilaku 13 3*,8*,14*,20*, 21*
15,27,29,31,33,
35,41,44
8 15,27,29,31.33,
35,41, 44
Jumlah 44 17 27
Catatan * adalah nomor aitem yang gugur
32
b. Skala persepsi tentang kompetensi dosen Tahfizh
Aitem total skala persepsi tentang kompetensi dosen
tahfizh berjumlah 30 aitem, dengan koefisien korelasi antara
0,334 – 0,629. Pemilihan aitem untuk dipakai sebagai alat ukur
penelitian menggunakan korelasi setiap aitem dengan skor total
atau yang dinyatakan sebagai corrected item-total correlation
(Azwar, 2004b). Batas koefisien korelasi aitem total yang
digunakan adalah minimal 0,30. Berdasarkan nilai itu maka ada
satu aitem yang gugur yaitu aitem nomor 29 dengan nilai rix
sebesar 0,055 < 0,30. Digugurkan karena dianggap tidak
memiliki daya diskriminasi aitem yang memuaskan. Aitem yang
terpilih sebagai bagian dari instrumen ukur berjumlah 29 seperti
terlihat dalam tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Hasil Uji Coba Skala PTKDT
Aspek
kompetensi
Aitem Uji Coba Aitem Skala Penelitian
Jumlah Nomor Jumlah Nomor
Kompetensi
Pedagogik.
10 1, 5, 9, 13, 17,
21, 23, 25, 27,
29*
9 1, 5, 9, 13, 17, 21,
23, 25, 27
Kompetensi
Profesional.
10 2, 6, 10, 14, 18,
22, 24, 26, 28,
30
10
2, 6, 10, 14, 18,
22, 24, 26, 28, 30
Kompetensi
Kepribadian
5 3, 7, 11, 15, 19 5
3, 7, 11, 15, 19
Kompetensi
Sosial.
5 4, 8, 12, 16, 20 5 8, 12, 16, 20
Jumlah 30 29
Catatan * adalah nomor aitem yang gugur
33
2. Reliabilitas
Reliabilitas (reliability) adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama
selama aspek yang diukur dalam diri subyek belum berubah.
Reliabilitas alat ukur mengacu pada konsistensi atau kepercayaan
hasil alat ukur yang didapatkan melalui uji reliabilitas. Besar
koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Bila
koefisien reliabilitas semakin mendekati 1,00 berarti terdapat
konsistensi hasil ukur yang semakin sempurna (Azwar, 2007)
Cara pengujian untuk mengetahui reliabilitas skala self
regulation dan skala persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi
internal yang prosedurnya hanya menggunakan satu kali
pengenaan pada sekelompok mahasiswa sebagai subjek. Hal ini
didasarkan pada upaya peneliti untuk menghindari kesulitan yang
timbul akibat dari pendekatan ulang maupun dari pendekatan
paralel (Suryabrata, 2000).
Untuk menghasilkan estimasi reliabilitas yang cermat
maka komputasinya menggunakan formula Alpha Cronbach,
pengolahan data dibantu dengan program SPSS. Estimasi
reliabilitas terhadap skala persepsi tentang kompetensi dosen
menghasilkan koefisien Alpha sebesar 0,880 dan untuk estimasi
reliabilitas terhadap skala self regulation menghasilkan koefisien
Alpha sebesar 0,913. Nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
sebesar 0,913 dan 0,880 cukup handal dan memenuhi syarat
34
untuk melakukan penelitian. Hasil uji reliabilitas kedua skala
dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Hasil Uji Reliabilitas Skala
Skala Jumlah
item Sahih
Koefisien
Alpha
PMTKD 29 0,880
SR 27 0,913
E. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah cara untuk mengolah dan menganalisis
data yang telah terkumpul sehingga mendapat kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan. Data dalam penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi ganda dua
prediktor. Analisis regresi ganda digunakan untuk melihat
hubungan antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu
variabel tergantung (Hadi, 2000). Taraf signifikansi yang
digunakan adalah p < 0,05. Sebelum dilakukan analisis regresi
dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, uji
linieritas dan uji multikolinieritas.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah skor
variabel yang diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak.
Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya
sebaran data adalah jika p > 0,05 maka sebarannya normal (Hadi,
2000). Teknik uji normalitas yang digunakan adalah
menggunakan Kolmogorov Smirnov-z.
35
2. Uji Linearitas
Uji liniearitas digunakan untuk mengetahui bentuk
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji
liniearitas hubungan dilakukan terhadap variabel persepsi
tentang kompetensi dosen dengan prestasi belajar statistik dan
variabel kecerdasan emosi dengan prestasi belajar statistik.
Untuk melihat liniearitas hubungan dilakukan dengan melihat p
pada tabel liniearitas. Jika p > 0,05 maka hubungannya linier,
tetapi jika p < 0,05 maka hubungannya tidak linier.
3. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah ada
korelasi kuat antara variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini. Jika terjadi korelasi yang sangat tinggi dengan
sesama variabel bebas, antara ketiga variabel bebas akan
dinyatakan kolinier. Jika terlalu banyak variabel bebas yang
demikian, sesama variabel bebas tersebut akan disebut
multikolinier (Hadi, 2000). Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala
Multicollinearity dilihat dari Value inflation Factor (VIF)
variabel bebas terhadap variabel terikat.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran atau interpretasi tentang keadaan subjek penelitian
pada masing-masing variabel yang diamati dan diukur, yaitu self
regulation, persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh, dan
prestasi tahfizh Al Qur’an. Deskripsi data dalam penelitian ini
mencakup rerata empirik dan rerata hipotetik. Rerata empirik dan
rerata hipotetik dalam penelitian ini diperoleh melalui
perhitungan atas skor empirik dan skor hipotetik.
Tabel 4.1.
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Data Hipotetik Data Empirik
Skor Mean SD Skor Mean SD
Maks Min Maks Min
PTA 4 0 2 0,67 4 2 3 0.45
SR 108 27 40.5 13,5 105 77 90.5 6.2
PTKDT 116 29 72.5 14,5 116 76 96 8.6
Keterangan :
PTA = Prestasi Tahfizh Al Qur’an
SR = Self Regulation
PTKDT = Persepsi Tentang Kompetensi Dosen Tahfizh
37
Sebagai suatu hasil ukur berupa angka (kuantitatif), skor
skala memerlukan suatu norma pembanding agar dapat
diinterpretasikan secara kualitatif. Berdasarkan tujuan tersebut
maka ditetapkan suatu kategorisasi. Menurut Azwar (2004)
terdapat beberapa cara kategorisasi subjek secara normatif guna
memberikan interpretasi terhadap skor skala, yaitu kategorisasi
berdasarkan distribusi normal, kategorisasi berdasarkan
signifikansi perbedaaan dan kategorisasi berdasarkan
pertimbangan standar error dalam pengukuran. Penelitian ini
menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal
yaitu kategorisasi jenjang.
Kriteria kategorisasi yaitu rendah, sedang, atau tinggi
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
X < (µ - 1,0 SD) termasuk kategori rendah
(µ - 1,0 SD) < X < (µ + 1,0 SD) termasuk kategori sedang
(µ + 1,0 SD) < X termasuk kategori tinggi
Hasil kategorisasi masing-masing variabel penelitian diuraikan
sebagai berikut :
1. Rerata Empirik Dan Hipotetik Prestasi Tahfizh Al
Qur’an
Prestasi Tahfizh Al Qur’an bergerak dari 0 sampai dengan
4, dengan demikian rerata hipotetik untuk prestasi tahfizh Al
Qur’an sebesar 2. Data empirik pada statistik deskriptif
menunjukkan bahwa prestasi subjek penelitian bergerak dari 2
(nilai minimal) sampai 4 (nilai maksimal), dengan rerata empirik
38
sebesar 3 serta simpang baku sebesar 0,45. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar statistik mahasiswa dalam
penelitian ini termasuk dalam kategori sedang. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Kategorisasi Prestasi Tahfizh Al Qur’an
No. Skor Jumlah Kategori Persentase
1 3,45 - 4,0 26 Tinggi 29,5 %
2 2,55 - 3,45 52 Sedang 59,1%
3 2,0 - 2,55 10 Rendah 11,4 %
Hasil kategorisasi dari prestasi Tahfizh Al Qur’an
mahasiswa menunjukkan bahwa 29,5 % berada pada kategori
tinggi,, 59,1 % berada pada kategori sedang dan hanya 11,4%
berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi
tahfizh Al Qur’an mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
berada dalam keadaan cukup baik, akan tetapi masih perlu
ditingkatkan sehingga mahasiswa tidak beranggapan bahwa
tahfizh Al Qur’an merupakan mata kuliah yang sulit.
2. Rerata Empirik Dan Hipotetik Self regulation
Skala self regulation terdiri dari 27 butir aitem pernyataan
dengan skor yang bergerak dari 1 sampai 4. Perhitungan secara
hipotetik pada skor minimal adalah 1 x 27 = 27 dan pada skor
maksimal sebesar 4 x 27 = 108, sehingga besarnya rentang skor
adalah 108 – 27 = 81. Standar deviasinya adalah 81 : 6 = 13,5 dan
39
mean teoritisnya adalah µ = 40.5. Data empirik pada statistik
deskriptif menunjukkan bahwa respon subjek penelitian terhadap
skala self regulation bergerak dari 77 (skor minimal) sampai 105
(skor maksimal) dengan rerata empirik sebesar 90,5 serta
simpang baku sebesar 6,2. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 4.3.berikut ini.
Tabel 4.3.
Kategorisasi Skala Self Regulation
No Skor Jumlah Kategori Prosentase
1 96,7 - 105 15 Tinggi 17 %
2 84,3 - 96,7 62 Sedang 70,5 %
3 77 - 84,3 11 Rendah 12,5 %
Hasil kategorisasai skala self regulation menunjukkan
bahwa 70,5 % berada pada kategori sedang, 17 % berada pada
kategori tinggi dan 12,5 % pada kategori rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa self regulation mahasiswa perlu
ditingkatkan secara berkesinambungan, karena self regulation
berpengaruh terhadap hasil prestasi tahf.izh Al-Qur’an.
3. Rerata empirik Dan Hipotetik PTKDT
Skala persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh terdiri
atas 29 butir aitem pernyataan dengan skor yang bergerak dari 1
sampai 4. Skor total bergerak dari batas minimum skor 29 dan
skor maksimum adalah 116. Standar deviasinya adalah 14,5 dan
40
mean hipotetiknya adalah 72,5. Hasil selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Kategori Skala PTKDT
No Skor Jumlah Kategori Prosentase
1 104,6 - 116 8 Tinggi 9,1 %
2 87,4 - 104,6 69 Sedang 78,4 %
3 76 - 87,4 11 Rendah 12,5 %
Hasil kategorisasi skala PTKDT mahasiswa
menunjukkan bahwa 78,4 % berada pada kategori sedang, 9,1%
berada pada kategori tinggi dan 12,5% berada pada kategori
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa PTKDT IAIN cukup baik,
akan tetapi masih perlu ditingkatkan karena semakin tinggi
persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh akan meningkatkan
prestasi tahfizh Al Qur’an mahasiswa.
B. Hasil Penelitian
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas, uji liniearitas, dan uji
multikolinieritas. Ketiga uji asumsi tersebut dianalisis dengan
program SPSS 16,00.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dengan menggunakan teknik Kolmogorov-
Smirnov-z melalui program SPSS. Berdistribusi normal bila p >
41
0,05. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa semua variabel
yaitu self regulation, persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh
dan prestasi tahfizh Al Qur’an berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian
Variabel K-S-Z P Keterangan
PTA 1,727 0,005 Normal
SR 1,111 0,170 Normal
PTKDT 1,472 0,26 Normal
Berdasarkan tabel di atas data yang digunakan
berdistribusi normal, oleh karena itu asumsi normalitas telah
dipenuhi dan karena itu data ini layak digunakan untuk estimasi
selanjutnya.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel
tergantung memiliki pola linier atau tidak linier. Hasil uji F pada
Deviation from Linearity melalui program SPSS dapat dibuktikan
bahwa tidak terjadi penyimpangan signifikan terhadap linieritas
antara variabel bebas dan variabel tergantung, dengan nilai p >
0,05. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa pada taraf
42
kepercayaan 95% tidak terjadi penyimpangan signifikan terhadap
linieritas. Jadi data memenuhi asumsi linieritas sebagai prasyarat
estimasi selanjutnya. Hasil uji linieritas hubungan antar variabel
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Linieritas Hubungan Antar Variabel
Variabel F P Status
SR – PTA 23,011 0,000 Linier
PTKDT -- PTA 9,623 0,003 Linier
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah
ada korelasi kuat antar variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini. Uji Multikolinearitas ini dilakukan dengan
bantuan program SPSS. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala
Multicollinearity dilihat dari Value Inflation Factor (VIF)
variabel bebas terhadap variabel terkait. Apabila nilai VIF
tidak lebih dari 5 mengindikasikan bahwa dalam model tidak
terdapat Multicollinearity. Hasil selengkapnya dapat dilihat
tabel 4.7.
43
Tabel 4. 7.
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel VIF Keterangan
SR (X1) 1,004 Memenuhi Syarat
PTKDT (X2) 1,004 Memenuhi Syarat
4. Uji Hipotesis Penelitian
Setelah proses uji prasyarat terpenuhi maka pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS
for Windows versi 16,0. Penelitian ini memiliki tiga hipotesis
yang perlu diuji yaitu :
a) Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama berbunyi “Ada hubungan antara self
regulation dengan prestasi tahfizh Al-Qur’an ”. Hasil
analisis regresi menunjukkan besarnya koefisien korelasi
adalah 0,465, F regresi = 23,779 dengan p = 0,000 (p < 0,05),
dan R2 = 0,217. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
pertama yang diajukan dalam penelitian ini diterima artinya
ada hubungan yang positif dan sangat signifikan antara self
regulation dengan prestasi tahfizh Al Qur’an dengan
sumbangan efektif sebesar 21,7 persen.
b) Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua berbunyi “Ada hubungan antara persepsi
tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al
Qur’an”. Hasil analisis regresi menunjukkan besarnya
koefisien korelasi adalah 0,313, F regresi = 9,325 dengan p =
44
0,003 (p < 0,05), dan R2 = 0,098. Hasil ini menunjukkan
bahwa hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini
diterima artinya ada hubungan yang positif dan signifikan
antara PTKDT dengan prestasi tahfizh Al Qur’an dengan
sumbangan efektif sebesar 9,8 persen.
c) Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga berbunyi “Ada hubungan antara self
regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh
dengan prestasi tahfizh Al-Qur’an”. Hasil analisis regresi
ganda menunjukkan besarnya koefisien korelasi adalah
0,578, F regresi =21,360 dengan p = 0,000 (p < 0,01), dan
R2 = 0,334. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga
yang diajukan dalam penelitian ini diterima artinya ada
hubungan yang positif dan sangat signifikan antara self
regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh
dengan prestasi tahfizh Al Qur’an dengan sumbangan efektif
sebesar 33,4 persen sedangkan sisanya 66,6 % dipengaruhi
oleh prediktor-prediktor lain yang tidak menjadi fokus pada
penelitian ini.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana hubungan
antara self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen
tahfizh dengan prestasi tahfizh Al Qur’an. Hasil uji hipotesis
dengan analisis regresi ganda menunjukkan bahwa self regulation
dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh secara simultan
memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi
45
tahfizh Al Qur’an pada mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN
Salatiga yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi 0,578
dengan koefisien variansi F = 21,360, p = 0,000 (p < 0,01) dan
koefisien determinasi R2 = 0,334. Penelitian ini menjelaskan
bahwa prestasi tahfizh AlQur’an dapat diprediksi melalui
variabel self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen
tahfizh. Sumbangan efektif self regulation dan persepsi tentang
kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al Qur’an
sebesar 33,4 %, sedangkan 66,6 % sisanya dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.
Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwasannya
variabel self regulation memberikan pengaruh lebih besar
terhadap Prestasi tahfizh Al Qur’an dibandingkan dengan
variabel persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh, dengan
sumbangan parsial pengaruh self regulation sebesar 21,7%
sedangkan sumbangan partial pengaruh persepsi tentang
kompetensi dosen tahfizh terhadap Prestasi tahfizh Al Qur’an
sebesar 9,8%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa merasa
self regulation dianggap lebih mempengaruhi Prestasi tahfizh Al
Qur’an secara langsung dibandingkan dengan persepsi tentang
kompetensi dosen tahfizh.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Zur’ah
(2015) bahwa self regulation merupakan salah satu faktor yang
mampu menopang keberhasilan santri dalam menghafal Al
Qur’an dengan sumbangan efektif sebesar 44,9 % di Pondok
Tahfidzul Qur’an. Didukung penelitian Lutfiah (2011) yang
46
menemukan bahwa hafalan Al Qur’an siswa terbukti
berkontribusi positif dan signifikan dalam meningkatkan prestasi
belajar Al Qur’an Hadits. Hasil ini juga sejalan dengan
penelitian Muslimah (2016) yang menemukan bahwa tingginya
tingkat regulasi diri mahasiswa berhubungan dengan rendahnya
tingkat prokrastinasi mahasiswa dalam menghafal Al Qur’an di
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hasil penelitian Hamdan, Gafar dan Li (2010)
menunjukkan bahwa kompetensi dosen berpengaruh terhadap
prestasi belajar mahasiswa, karena dosen bertanggung jawab
untuk menerjemahkan kebijakan ke dalam tindakan dan prinsip-
prinsip berdasarkan praktek selama interaksi dengan mahasiswa.
Dosen juga berperan sebagai control dari perilaku mahasiswa
baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hasil penelitian
Yuzarion (2006) bahwa siswa yang memiliki persepsi yang
rendah terhadap kompetensi guru ternyata prestasinya cenderung
rendah. Sedangkan siswa yang memiliki persepsi tinggi terhadap
kompetensi guru ternyata mempunyai prestasi tinggi. Persepsi
yang tinggi terhadap kompetensi dosen ternyata mampu
meningkatkan minat baca Al Qur’an (Yuliyanti, 2010). Hasil ini
sejalan dengan penelitian Yusniarsyah (1999) yang menunjukkan
bahwa persepsi siswa terhadap pengajaran guru berpengaruh
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan
sumbangan efektif sebesar 39,3 persen. Bustami (2009) juga
menemukan bahwa persepsi terhadap profesionalisme guru
matematika berkorelasi positif dan signifikan terhadap mutu
pendidikan . Profesionalisme guru ditentukan dari tingkat
47
kompetensi pedagogis, kompetensi professional, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial, dengan sumbangan efektif
sebesar 32 persen.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang
dilakukan terhadap temuan di lapangan maka dapat disimpulkan
bahwa self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen
tahfizh secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dan
sangat signifikan dengan prestasi tahfizh Al Qur’an dengan
sumbangan efektif sebesar 33.4 persen sedangkan 66,6 persen
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak menjadi fokus
dalam penelitian ini. Variabel self regulation memiliki
pengaruh 21,7 persen lebih tinggi terhadap prestasi tahfizh Al
Qur’an dibandingkan dengan variabel persepsi tentang
kompetensi dosen tahfizh yang memiliki pengaruh 9,8 persen.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan
kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran bagi Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self regulation dan
persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh berhubungan
dengan prestasi tahfizh Al Qur’an. Temuan ini
memperlihatkan bahwa kedua faktor ini perlu mendapatkan
perhatian dan tekanan secara simultan dalam upaya
meningkatkan prestasi tahfizh Al Qur’an. Artinya dengan
49
meningkatkan self regulation dan kompetensi dosen akan
meningkatkan prestasi tahfizh Al Qur’an. Hal tersebut bisa
menjadi masukan bagi Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan lebih
memperhatikan faktor self regulation dan kompetensi dosen
sehingga prestasi tahfizh Al Qur’an mahasiswa bisa
mengalami peningkatan.
2. Saran bagi Dosen
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat 12,5
persen mahasiswa memberikan persepsi rendah dan 9,1
persen mahasiswa yang memberikan persepsi tinggi dan
78,4 persen dalam kategori sedang terhadap kompetensi
dosen tahfizh, hal ini menunjukkan bahwa kompetensi dosen
perlu ditingkatkan melalui upaya secara berkesinambungan
seperti dengan mengikuti studi lanjut, pelatihan-pelatihan,
workshop, seminar, dan kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang peningkatan kompetensi dosen, karena hasil
penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang
mempersepsi rendah terhadap kompetensi dosen memiliki
prestasi tahfizh Al Qur’an rendah.
3. Saran bagi Mahasiswa
Dalam upaya peningkatan program pendidikan, sebaiknya
tidak hanya terfokus pada hasil akhir prestasi belajar
mahasiswa saja, melainkan juga memperhatikan proses-
proses yang mendahuluinya yaitu pengembangan self
regulation mahasiswa yang sangat berperan meningkatkan
prestasi tahfizh Al Qur’an mahasiswa. Self regulation dapat
50
dijadikan ukuran keberhasilan mutu proses pembelajaran,
sudah sepatutnya menjadi fokus perhatian para pendidik di
sekolah. Hasil penelitian menemukan bahwa semakin tinggi
self regulation mahasiswa akan meningkatkan prestasi
tahfizh Al Qur’an.. Self Regulation yang tinggi akan
mempengaruhi sikap dan performansi mahasiwa dalam
mempelajari mata kuliah Al Qur’an.
4. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini masih mempunyai kekurangan-
kekurangan yang dapat disempurnakan dalam penelitian
selanjutnya. Mengingat pengaruh variabel-variabel lain yang
tidak dikaji dalam penelitian ini termasuk besar maka peneliti
berikutnya diharapkan mampu mengungkap variabel-variabel
lain yang berpengaruh terhadap prestasi tahfizh Al Qur’an
diantaranya adalah : inteligensi, motivasi berprestasi,
kepribadian, ketekunan, dukungan orang tua, dukungan
teman sebaya, iklim kelas, dan lingkungan keluarga.
51
DAFTAR PUSTAKA
Albani. (1997). Shahih Abu Daud. Jakarta. Pustaka
Azwar, S. (.2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2006) Tes Prestasi fungsi dan pengembangan
pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bandura. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A
Cognitive theory. Englan.
Bustami. (2009). Pengaruh pengembangan profesionalisme guru
SMP terhadap peningkatan mutu pendidikan di
Kabupaten Aceh Timur. Tesis (tidak diterbitkan).
Medan: Sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera
Utara.
Baumeister & Heatherton.1996.Sel Regulation Failure : An
Overview psychological Inquiry. Vol. 7 No 1 Hal 1-15.
Caroline K., Wang, C. K. J., Seng, T. O., & Jessie, EE. (2009).
Bridging the gaps between students’ perceptions of
group project work and their teachers’ expectations. The
Journal of ecucational research, 102/5.
Carver & Scheier. 1998. On the Self regulation of Behavior.
United Kingdom. Cambrieqe University Press.
Chaplin, J. P. 1989. Dictionary of Psychology. New York: Del
Publishing Co. Inc. Hamdan, A.R., Ghafar, M. N. & Li, H L.T. (2010). Teaching
Competency Testing Among Malaysian School
Teachers. European Journal of Social Sciences. 12 (4).
52
Hasan. (2008). Motivasi Santri dalam Menghafal Al Quran di
MA Al
Ma’had Aan nuur ngrukem Bantul.
Lutfiah,Fifi. 2011. Hubungan Antara Hafalan Al-Qur’an dengan
Prestasi Belajar Al-Qur’an Hadits Siswa MTs
Asyukriyah Cipondoh Tangerang.Skripsi. UIN Syarif
Hidayatulloh Jakarta.
Mahyuddin, R., Habibah, E., Loh Sau. C., Muhd. F., Nooreen. N.,
& Maria, C. (2006). The relationship between student
self efficacy and their english language achievement.
Journal of Teacher and Teach, 21, 61-71.
Mulyasa. (2009). Standar kompetensi dan sertifikasi guru.
Bandung : Remaja rosda karya.
Muhlisin . 2016. Regulasi Diri Santri Penghafal Al-Qur’an Yang
Bekerja. Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Muslimah.2016.Hubungan antara Regulasi Diri dengan
Prokrastinasi dalam menghafal Al-Qur’an Mahsiswa.
Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Nasrudiyanto. 2011. Hubungan antara peningkatan kadar hafalan
dengan tingkat kesehatan psikisnya. Jurnal Psikologi
September Vol.III. No. 1 hal 1-11.
Raffaelly. Crokett & Shen. 2005. Developmental Stability And
Change in Self Regulation Fron Chillhood to
Adolesence. The Journal Of Genetic Psychology. 66 (1)
54-75.
Saudak.2006. Program Tahfidhul Qur’an Pada Santri Madrasah
Salafiyah II Pondok Pesantren Al Munawir Krapyak
Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga.
Stenberg, R.J. (1999). Perception (Cognitive Psychology). New
York: Holt, Rinehart & Winston.
53
Stein, S.J., & Book, H.E. (2000). Ledakan EQ. (Alih Bahasa
Trinanda Raini). Bandung: Mizan.
Sa’dulloh, 2008. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta.
Gema Insani.
Umi Zur’ah. 2015. Sabar Dan Regulasi Diri Santri Penghafal Al-
Qur’an. Skripsi.
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No 14 tahun 2005).
(2006). Jakarta: sinar Grafika.
VandenBos, G.R. (2007). APA Dictionary of psychology.
Washington, DC: APA.
Yusniarsyah, S. (1999). Pengaruh persepsi siswa terhadap
pengajaran guru dan motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar siswa Jurusan Bangunan pada bidang
studi mekanika teknik SMK Teknologi di Kotamadya
Pontianak. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM.
Yuzarion. (2006). Hubungan antara sikap siswa terhadap cara
mengajar guru Bahasa Arab dengan belajar berdasar
regulasi diri pada pelajaran Bahasa Arab di MAN 3
Padang. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM
Yuliyanti. 2010. Hubungan Kompetensi Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Meningkatkan Minat Baca Al-Qur’an.
Skripsi. STAI Khez Muttaqin Purwakarta.
Zimmermen,B.J. 2001. Theories Of Self Regulated Learning And
Academic Achievement : An Overview Analysis in B.B.
Achwarin, N.A. R. N. (2005). The study of teacher competence
of teachers at schools in the three southern provinces of
Thailand. Journal Graduate school of Education.
University of Thailand.
54