37
POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIFTERI ANAK (Studi di Instalasi Rawat Inap Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya ) NUKI ZULIAN H 050810201 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASI KLINIS SURABAYA 2011 SKRIPSI 1

presentasi skripsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: presentasi skripsi

POLA PENGGUNAAN OBATPADA PASIEN DIFTERI ANAK

(Studi di Instalasi Rawat Inap Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya )

NUKI ZULIAN H050810201

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGADEPARTEMEN FARMASI KLINIS

SURABAYA2011

SKRIPSI

1

Page 2: presentasi skripsi

LATAR BELAKANG

Difteri

Infeksi akut bakteri C. diphtheriae pada daerah nasofaring dan kulit (Gershon, 2004; Mandell, et al., 2010; Kliegman, et al, 2011)

Sangat MENULAR(droplet batuk/ bersin pasien /karier, makanan terkontaminasi)

Menghasilkan eksotoksin

2

Page 3: presentasi skripsi

Kejadian penyakit difteri

Imunisasi Difteri

Pencegahan difteri pemberian imunisasi difteri dilakukan 3x bayi berumur usia 2, 4, dan 6 bulan

dengan vaksin difteri, pertusis dan tetanus (DPT)

Setelah suntikan ketiga daya proteksi terhadap infeksi difteri sebesar 98,5% a, namun kekebalan setelah imunisasi dasar (DPT 1,2 3) hanya bertahan selama 10 tahun.

Perlu diberikan booster dengan vaksin Td (difteri dan tetanus) setiap 10 tahun sekali

Cahyo, 2010

3

Page 4: presentasi skripsi

Gejala klinik

Demam subfebris

(37,8-38,9oC)Nyeri telan Pseudomembran bullneck

Perbesaran kelenjar getah

bening (PKGB)

(Rampengan, 2005; PDT, 2008; Kliegman, 2011)

4

Page 5: presentasi skripsi

EPIDEMIOLOGI

WHO

• menyerang anak di bawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 40 tahun dan 20% dapat menjadi fatal sampai menimbulkan kematian.

Jawa

Timur

• Per 4 November 2011telah terjadi 432 kasus difteri pada anak - anak di 37 Kabupaten/Kota dengan 12 pasien meninggal dunia.

• Pasien paling banyakberasal dari Madura, Malang dan Surabaya (Dinkes, 2011)

Sangat diperlukan studi lebih lanjut mengenai difteri pada anak-anak, baik dalam hal penatalaksanaan maupun

pengobatannya.5

Page 6: presentasi skripsi

Toksin menyebabkan inflamasi lokal pseudomembran, bullneck

Toksin menyebar ke peredaran darah, dan terikat reseptor HB-EGF komplikasi (miokarditis, neuritis, nefritis)

Berkoloni di nasofaringStrain Toksigenik (menghasilkan eksotoksin)

Bakteri C. diphtheriae

PATOFISIOLOGI

6

Page 7: presentasi skripsi

Gambar 1 (a) Bullneck, (b) pseudomembran (c) difteri pada kulit (Web RSUD Dr Sutomo) (d) Bakteri difteri dengan pewarnaan TEM yang masih bergabung (sciencephoto.com)

(a) (c)(b)

Sitoplasma

Dinding sel

Nukleus

(d)

7

Page 8: presentasi skripsi

Obstruksi saluran nafas

Miokarditis

Neuritis

Nefritis

KOMPLIKASI/ PENYULIT

Greshon, 2004; PDT, 2008; Guilfoile, 2009; Kliegman, 2011; Mandell, 2011

8

Page 9: presentasi skripsi

• Mengikat toksin yang masih bebas dalam darah

ADS

• Membunuh kuman penyebab difteriAntibiotik

• Tergantung dari gejala dan komplikasi yang timbul.

Terapi Suportif

TERAPI

9

Page 10: presentasi skripsi

ADS (Anti Difteri Serum)

Tipe Difteri Rute Dosis

(units)

Difteri ringan (hidung, kulit,

konjungtiva)

i.m 20.000

Difteri sedang (pseudomembran

terbatas pada tonsil, difteri laring)

i.v 40.000

Difteri berat (pseudomembran

meluas ke luar tonsil, keadaan anak

yang toksik, disertai bullneck dan

disertai penyulit akibat efek toksin

(komplikasi))

i.v 100.000

• Serum yang berasal dari kuda yang dikebalkan terhadap toksin difteri

• 1 ml= 2.000 U. penyimpanan pada suhu 2-8oC• Reaksi alergites alergi

• Tes kulit (moloney test) dan tes konjungtiva. • (+)salah satu, pemberian ADS dengan desensitasi

• Pemberian ADS secara intravena dilakukan secara drip dalam larutan infus Dekstrosa dan salin 200 ml dalam waktu 4-8 jam PDT, 2008; Guilfoile, 2009; Kliegman,

2011

10

Tabel 1 Dosis ADS yang digunakan di RSUD Dr Soetomo (PDT, 2008)

Page 11: presentasi skripsi

Eritromisin

Antibiotik

Gershon, 2004; PDT, 2008; Alberta, 2011; Kliegman, 2010

• Mengurangi jumlah bakteri• Antibiotik penisilin dan eritromisin• Hari ke-14 hasil swab masih positif,

pengobatan dilanjutkan 10 hari lagi• Dosis:

a. Penisilin procain 50.000-100.000 UI/kgBB/hari selama 7-10 hari

b. Eritromisin dapat digunakan secara parenteral atau oral dengan dosis 40 mg/KgBB/hari dan maksimal sampai 2 g/ hari

• Antibiotik ini dapat diberikan secara tunggal maupun kombinnasi tergantung derajat penyakit pasien.

Penisilin G prokain

1 UI pen G=0,6 g

11

Page 12: presentasi skripsi

Difteri merupakan penyakit infeksi yang mudah menular Difteri dapat memberikan kontribusi morbiditas dan mortalitas

yang cukup tinggi terutama pada anak Program pemerintah untuk dapat menanggulangi diferi di

Indonesia masih belum sepenuhnya berhasil Monitoring perkembangan pasien difteri dan terapi yang

adekuat oleh pihak pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan agar pasien tidak jatuh pada kondisi komplikasi yang akan meningkatkan biaya pengobatan dan mortalitas pada pasien

PERLU ADANYA STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIFTERI ANAK

12

Page 13: presentasi skripsi

RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah pola penggunaan obat pada

pasien infeksi difteri pada anak di Instalasi

Rawat Inap Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD

Dr. Soetomo Surabaya ?

13

Page 14: presentasi skripsi

TUJUAN PENELITIAN

• Mengetahui profil penggunaan obat pada pasien difteri di Instalasi Rawat Inap Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tujuan Umum

• Mengkaji jenis obat, bentuk sediaan, rute pemberian yang diberikan dan lama terapi dikaitkan dengan data lab. / data klinik pasien.

• Mengidentifikasi adanya problema obat yang mungkin terjadi.

Tujuan Khusus

14

Page 15: presentasi skripsi

Praktisi Kesehatan

• Memberikan gambaran dan informasi mengenai pemberian terapi obat pada pasien difteri.

• Dapat digunakan oleh praktisi kesehatan sebagai bahan evaluasi dan pengawasan penggunaan obat pada pasien difteri.

Farmas

is

• Dapat meningkatkan kualitas asuhan kefarmasian terkait pertimbangan pengobatan pada pasien infeksi difteri anak pada pelayanan kesehatan.

Manfaat Penelitian

15

Page 16: presentasi skripsi

KERANGKA KONSEPTUAL

Eksotoksin (+)

Lokal (tempat infeksi) Difteri hidungmembran septum nasi (putih) Difteri tonsil-faring bullneck, nyeri telan,

demam Difteri laringobstruksi saluran nafas

Jantung (Miokarditis)

Syaraf (Polineuritis) dan paralisis

Ginjal (Nefritis)

2 fragmen:A (aminoterminal) terdiri dari segmen C mengkatalisis pembentukan ADP-ribosil-EF2

yang tidak aktif dari NAD dan EF2

B (Carboxyterminal) terdiri dari segmen R dan TSegmen R berlekatan langsung pada reseptor sel eukariot (HB-EGF). Segmen T untuk mengeluarkan fragmen A dari endosom

EF2berfungsi untuk

translokasi asam amino untuk pembentukan protein HB-EGF(Heparin-binding epidermal growth factor) terdapat pada sel eukariot, seperti jantung, syaraf, dan lainnya 

Protein tidak terbentuk SEL

MATI (jaringan nekrotik)

Menyebar lewat aliran darah

Bakteri Corynebacterium diphtheriae

Infeksi Difteri

Kegagalan Imunisasi (DPT)Sistem imun yang belum sempurna

 

Strain non toksigenik Strain toksigenik

Terinfeksi bacteriophage pembawa gen pembentuk

toksin

Eksotoksin (-)

Jaringan

Bebas

Antibiotik Mengurangi jumlah

mikroba 

- Penisilin- Eritromisin- Cloksasilin

 

Terapi

Pola penggunaan obat

Meningkatkan kondisi pasien Terapi cairan Antipiretik Kortikosteroid Bed rest Analgesik, dll.

Terapi suportif

Gambar 2 Skema Kerangka Konseptual

Beratnya Penyakit

Infeksi Ringandifteri hidung, kulit, dan atau konjungtiva 

Infeksi SedangPseudomembran terbatas pada tonsil (difteri laring) 

Infeksi BeratPseudomembran meluas keluar tonsil, disertai bullneck + adanya komplikasi dan penyulit karena toksin 

Anti Toxin Difteri (ADS) mengikat toksin yang bebas

Terapi

16

Page 17: presentasi skripsi

METODE PENELITIAN

• Penelitian Observasional menggunakan data retrospektif (RM), dan analisa dilakukan secara deskriptif

Jenis Penelitia

n

• Pasien anak yang didiagnosis akhir menderita difteri dan dirawat inap pada tanggal 1 Januari – 31 Desember 2011

• Digunakan metode Time limited samplingSampel

• Pasien anak dengan diagnosis akhir difteri dengan atau tanpa komplikasi seperti miokarditis, paralisis, nefritis dan lainnya. Pasien dirawat pada tanggal 1 Januari - 31 Desember 2011

Kriteria Inklusi

• Pasien yang menderita difteri dengan status imunokompromais, seperti ALL, HIV, dan minum obat imunosupresan.

• Pasien dengan diagnosis akhir difteri tapi data rekam medik kurang lengkap (lama MRS < 3hari, terapi antibiotik tidak tertulis, dll.) sehingga tidak dapat diketahui pola penggunaan obatnya

Kriteria Eksklusi

17

Page 18: presentasi skripsi

SKEMA ALUR PENELITIAN Pasien Difteri pada tanggal

1 Januari- 31 Desember 2011

Pasien dengan diagnosis akhir difteri dan memenuhi kriteria inklusi-eksklusi

Rekam Medik pasien

Data Penderita:No RMNama; Usia; AlamatDiagnosis utamaRiwayat imunisasiKomplikasiRiwayat AlergiData LabData Klinik

Pemindahan Data kelembar pengumpul dataRekapitulasi Data

Analisis dan Penyajian Data

Terapi Obat:Jenis ObatRute PemberianDosisFrekuensi pemberianLama PemberianInteraksiEfek Samping

18

Page 19: presentasi skripsi

Demografi Pasien

HASIL PENELITIAN

Gambar 3 Sebaran Jenis Kelamin Pasien Difteri Anak di RSUD Dr. Soetomo pada Periode Januari

sampai Desember 2011

1-4 4-6 6-1205

1015202530354045

36%

23%

41%

usia (tahun)

Pro

senta

se P

asie

n (

%)

Gambar 4 Sebaran Usia Pasien Difteri di RSUD Dr. Soetomo pada Periode Januari sampai Desember

2011

Usia 6-12 paling banyak terkena difteri: kekebalan karena imunisasi dasar (DPT 1,2,3) hanya bertahan selama 10 tahun dan pasien membutuhkan booster (vaksinasi Td(difteri dan tetanus)).

19

Page 20: presentasi skripsi

Demografi Pasien (Cont)

Sura

baya

Sam

pang

Sido

arjo

Mojok

erto

Bangk

alan

Gresik

Jom

bang

Lam

onga

n

Pam

ekas

an

Pasu

ruan

Prob

olin

ggo

Sum

enep

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45 41%

18%

10%8%

5%3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%

Tempat Tinggal pasien

Pro

senta

se P

asie

n (

%) Gambar 5 Sebaran Tempat Tinggal Pasien Difteri Anak

Imunisasi difteri perlu menjadi perhatian bagi pemerintah serta tenaga kesehatan :1. Program imunisasi masih belum

mencakup seluruh anak di Indonesia

2. efektivitas dari imunisasi difteri

20Gambar 6 Riwayat Imunisasi DPT pada Pasien Difteri Anak

Page 21: presentasi skripsi

Difter

i Ton

sil

Difter

i Ton

sil Far

ing

Difter

i Ton

sil H

idun

g

Difter

i Ton

sil Lar

ing

Difter

i Ton

sil Far

ing

Larin

g0

10

20

30

40

50

60

70

59%

33%

3% 3% 3%

Diagnosis Pasien Difteri Anak

Pro

sen

tase

Pasi

en

(%

)

Diagnosis dan beratnya penyakit dari pasien akan mempengaruhi manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh infeksi C. diphtheriae, sehingga akan mempengaruhi dosis dari terapi ADS yang digunakan(Rampengan, 2005; Kliegman, 2011).

21

Gambar 7 Diagnosis Pasien Difteri Anak

Page 22: presentasi skripsi

Nyeri

tela

n

Pseu

dom

embr

an

Batuk

Demam

PKGB

Pile

k

Hiper

emi

Bulln

eck

Sesa

k

Strid

or in

spira

tor

0

20

40

60

80

100

120

100% 100%

64%59%

49% 49%44%

26%

8% 5%

Pro

senta

se P

asie

n (

%)

Gambar 8 Gejala Klinis pada Pasien Difteri Anak

Series10

20

40

60

80

100

1208%

Lama Rawat Inap

Pros

enta

se P

asie

n (%

)

Lama Rawat Inap Pasien Difteri Anak

Pasien boleh KRS setelah hasil swab tenggorokan dan hidung menunjukkan hasil negatif minimal 2x berturut turut, gejala klinis dan lab membaik, serta telahmenerima pengobatan ADS dan antibiotik selama 7-14 hari

22

Gambar 9 Lama Rawat Inap Pasien Difteri Anak

Page 23: presentasi skripsi

KomplikasiJumlah Pasien*

Prosentase (%)**

Penyakit Penyerta (komorbid)

Jumlah Pasien*

Prosentase (%)**

BullneckMiokarditisObstruksi jalan nafas

121

353 

VaricellaDiare akut non dehidrasiViral exantemaISKBronchopneumoniTyphoid feverAsimptomatik ASD 

11 11111

33 33333

Tabel 2 Macam Penyakit Penyerta (Komorbid) dan Komplikasi pada Pasien Difteri Anak

Timbulnya komplikasi dapat dicegah bila diagnosis difteri dilakukan lebih awal sehingga penyebaran toksin dapat dicegah dengan diberikannnya antitoksin difteri (ADS) dan antibiotik untuk mengurangi jumlah toksin yang dihasilkan (Guifoile, 2009).

23

Page 24: presentasi skripsi

Dosis ADS Pasien

Tipe difteriDosis

Pustaka*Tipe difteri Pustaka* Jumlah

Pasien** Ket.***

40.000 U

40.000 U

40.000 U40.000 U

Difteri tonsil

Difteri tonsil hidung

Difteri tonsil laring Difteri tonsil faring

40.000 - 60.000U

Difteri sedang (pseudomembran

terbatas pada tonsil, difteri laring)a

12

1

13

+

+

++

100.000 U

 

100.000 U

100.000 U100.000 U

 

100.000 U

D. tonsil + PJB.

asimptomatik ASD

Difteri tonsil +bullneck

Difteri tonsil faringDifteri tonsil faring

+miokarditisDifteri tonsil laring +obstruksi jalan nafas

100.000

Difteri berat (pseudomembran

meluar keluar tonsil, toksik, disertai

bullneck, disertai penyulit akibat efek

toksina,b

1

 

1

91

 1

+

 

+

++

 

+

80.000 U100.000 U 

Difteri tonsil >3hariDifteri tonsil >3 hari 

80.000-120.000U

Lama penyakit > 3 hari atau pasien dengan bengkak pada leherb

18

+

+

Total39  

Tabel 3 Profil Penggunaan Anti Difteri Serum (ADS) pada Pasien Difteri Anak

* = Pustaka : a. PDT anak, 2008, b. Gershon, 2004** = Jumlah pasien menunjukkan jumlah pasien yang menggunakan obat tersebut, pasien hanya menerima 1 macam obat***= (+) Sesuai; (-) Tidak Sesuai

24

Page 25: presentasi skripsi

Pemberian ADS pada Pasien Difteri Anak

Pemberian ADS pada pasien:1. Single dose: iv drip yang dilarutkan dalam D5½S atau D5¼S

sebanyak 100-300 ml diberikan selama 6-8 jam 2. Desensitasi (Besredka): Bila terjadi reaksi alergi pada skin test.

Diberikan dalam dosis terbagi 6-13, interval antar dosis 15 menit dan diberikan secara berurutan rute subkutan (diencerkan dengan PZ aa dan dilanjutkan tidak diencerkan (murni)), intramuskular, dan terakhir intravena drip dalam D5½S atau D5¼S sebanyak 100-200 ml selama 6-8jam.

25

Gambar 10 Pemberian ADS pada Pasien Difteri Anak di RSUD dr Soetomo Surabaya periode Januari- Desember 2011

Page 26: presentasi skripsi

AntibiotikDosis Antibiotik

PasienDosis pustaka*

Jumlah

Pasien*

*

Keterangan*

**

Penisilin

procain

1x <50.000 U/kgBB

1x 50.000-100.000

U/kgBB

50.000-100.000

U/KgBB/hari (maks.

1,2 juta U/hari

dalam 2 dosis)a,b

 

3

20

+

+

2x25.000-50.000

U/kgBB

2x>50.000 U/kgBB

17

5

+

-

Eritromisi

n

3x<13 mg/kgBB

3x13-17 mg/kgBB

3x>17 mg/kgBB

40-50 mg/kg/hari

diberikan setiap

6jam (10-12,5

mg/kgBB/dosis) ,

maksimal 2g/hari a,c,d

 

2

10

3

-

+

-

4x<10 mg/kgBB

4x10-12,5 mg/kgBB

4x>12,5mg/kgBB

1

1

1

-

+

-* = Pustaka : a.PDT Anak; b. Gershon, 2004; c. Tatro, 2003; d. Kliegman, 2011.** = Jumlah pasien menunjukkan jumlah pasien yang menggunakan obat tersebut, pasien dapat menerima lebih dari 1 macam obat***= (+) Sesuai; (-) Tidak Sesuai

Tabel 4 Profil Penggunaan Antibiotik pada Pasien Difteri Anak

26

Page 27: presentasi skripsi

95%

5%negatif

positif

Tes Alergi pada Pasien Difteri Anak

• Pada pasien yang menunjukkan reaksi alergi pada penisilin procain, maka pemberian antibiotik diganti dengan eritromisin.

27

Gambar 11 Tes Alergi Penisilin pada Pasien Difteri Anak di RSUD dr Soetomo Surabaya periode Januari- Desember 2011

Page 28: presentasi skripsi

28

Tabel 5 Lama Pemberian Antibiotik sebagai Terapi selama MRS pada Pasien Difteri

Jenis AntibiotikLama Pemberian

(hari)Jumlah Pasien*

TunggalPenisilin prokain (im) 10

111214

6731

Eritromisin (po) 10 1

Tunggal (pengganti)Penisilin prokain (im) Penisilin prokain (im) 19

112142

2114

1111

Penisilin prokain (im) Eritromisin 39111125

111

Kombinasi

Penisilin prokain (im) dan Eritromisin (po)  8 dan 810 dan 1010 dan 1110 dan 1211 dan 1111 dan 1012 dan 1213 dan 13

 11221111

Page 29: presentasi skripsi

Jenis AntibiotikLama Pemberian

(hari)Jumlah Pasien

Kombinasi Pengganti

Penisilin procain (im) dan eritromisin (po) eritromisin (po 10 dan 2912 dan 313

 11

Penisilin procain (im) Penisilin procain (im) dan eritromisin (po)  64 dan 9  1

Penisilin procain (im) Penisilin procain (im) dan eritromisin (po) eritromisin (po)

 19 dan 53  1

TOTAL 39

Tabel 5 Lama Pemberian Antibiotik sebagai Terapi selama MRS pada Pasien Difteri (Lanjutan…)

*= Jumlah pasien menunjukkan jumlah pasien yang menggunakan obat tersebut, pasien hanya menerima 1 macam obat

29

Page 30: presentasi skripsi

AntibiotikaAmpisilin SulbaktamSefotaksimSeftriaksonAmoksisilin clavulanatKloksasilin

KortikosteroidDeksametason

AntivirusAcyclovir

AntijamurEnystyn (Nistatin)

KonstipasiMicrolax

AntialergiKlorfeniramin maleat

BronkodilatorSalbutamolAmbroksol

AntijamurNystatin

DiuretikManitol

Obat gastritisRanitidin

Terapi O2

Vitamin dan mineralMultivitaminZinc Probiotik

Terapi InhalasiNebul PZNebul ventolin dalam PZ

TermoregulasiParacetamolNovalgin

Terapi CairanD5 ½ NSD5 ¼ NS

Inj. KCl

Inj. Ca Glukonas

Na Fusidat cream

Hidrocortison cream

Sulfas Atropin

Inj. Transamin

Obat sebagai Terapi Utama maupun yang Ditujukan untuk Penyakit Penyerta dan Komplikasi pada Pasien

Keterangan :

Obat yang berwarna merah adalah yang paling banyak digunakan

30

Page 31: presentasi skripsi

Tabel 6 Outcome Terapi pada Pasien Difteri Anak

* = Seorang pasien dapat mengalami lebih dari satu macam outcome terapi**= Prosentase dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pasien yang mengalami outcome terapi tertentu (kolom

post) dengan jumlah pasien pada kondisi pasien saat MRS (pre)***= Prosentase dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pasien pada kolom post dengan jumlah total pasien (39 orang)Kolom pre: (+) = mengalami gejala atau hasil lab di atas batas normal

(-) = tidak mengalami gejala atau hasil lab. di batas normalKolom post: (+) = gejala masih ada atau hasil lab. masih di atas normal

(-) = gejala hilang (sembuh) atau hasil lab. masih di batas normal

31

Parameter*Outcome Terapi

Kriteria Prosentase (%)**Pre (MRS) Jml.

PasienPost

(KRS)Jml

Pasien

Nyeri telan+ 39 +

-0

39Ada nyeri telan

Tidak ada (sembuh)0

100

Pseudomembran+ 39 +

-0

39Ada pseudomembran

Tidak ada (hilang)0

100

PKGB+ 18 +

-0

18Ada PKGB

Tidak ada (hilang)0

100

Bullneck+ 12 +

-0

12Ada

Tidak ada (hilang)0

100

Hiperemi+ 18 +

-0

18Ada

Tidak ada (hilang)0

100

Peningkatan WBC

+ 33 +-

231

Tetap diatas normalTurun ke batas normal

694

Demam+ 19 +

-0

19Tetap di atas normal

Turun ke batas normal0

100

Peningkatan RR+ 24 +

-3

21Tetap di atas normal

Turun ke batas normal1288

Swab Tenggorokan

+ 9 + -

0 9

Ada pertumbuhan s.d. akhirTdk tumbuh dipemeriksaan akhir

0 100

- 30 + -

0 30

Tumbuh dipemeriksaan akhirTidak tumbuh s.d akhir

0 77***

Page 32: presentasi skripsi

Obat Penyebab

Efek Samping* RekomendasiJumlah

pasien**Prosenta

se (%)

ADS Reaksi alergic

- Dilakukan skin test sebelum diberikan

- Pemantauan terhadap gejala hipersensitifitas

- Pemberian ADS dilakukan secara desensitasi

39 100

Penisilin Reaksi alergi- Dilakukan skin test sebelum

diberikan- Pemantauan terhadap gejala alergi

38 97

Eritromisin Gangguan GITa, b

- Pemantauan gangguan GIT- Pemberian eritromisin setelah

makan22 56

SalbutamolPalpitasi, takikardi, tremora

- Pemantauan dosis terapi- Terapi tetap dilanjutkan

1 3

Kortikosteroid(deksametason)

Gangguan pada GITa,b - Pemantauan dosis terapi12 31

Atropin sulfatPalpitasi, takikardi, aritmiaa,b

- Pemantauan dosis terapi- Pemantauan gejala yang timbul- Penghentian terapi

1 3

Inj. KCl Hiperkalemiac

- Pemantauan dosis terapi- injeksi iv drip dengan kecepatan

maks. 40 mEq/jam1 3

* Pustaka : a. Tatro, 2003; b. Lacy, 2007; c. Mandell, 2010

Tabel 7 Problema Terkait Obat (DRP) Potensial

32

Page 33: presentasi skripsi

sembuh mulai sembuh pulang paksa0

10

20

30

40

50

60

70

80

69%

26%

5%

Kondis Pasien saat KRS

Pros

enta

se Jm

l. Pa

sien

(%)

Kondisi KRS Pasien Difteri Anak

Kriteria pembagian pasien:1. Pasien KRS dengan kondisi sembuh (outcome terapi pasien

berada dalam rentang normal), 2. Pasien KRS dengan kondisi mulai sembuh (≥1 outcome

terapi belum berada dalam rentang normal) dan 3. pulang paksa (kemungkinan karena keadaan ekonomi atau

orang tua pasien menginginkan pasien untuk rawat jalan)

33

Gambar 12 Kondisi KRS Pasien Difteri Anak

Page 34: presentasi skripsi

Terapi utama untuk difteri adalah anti difteri serum (ADS) dan Antibiotik (penisilin prokain dan eritromisin).

ADS diberikan dengan dosis 40.000 IU, 80.000 IU, 100.000 IU yang diberikan dengan rute intravena drip dalam D5¼S atau D5½S sebanyak 100-300 ml selama 6-8 jam dan 40.000 IU, dan 100.000 IU yang diberikan dengan secara desensitasi (besredka)

Antibiotik penisilin procain diberikan dengan dosis 40.000 – 136.000 IU/kgBB. Antibiotik eritromisin diberikan dengan dosis 30 – 60 mg/kgBB Penggunaan antibiotik digunakan secara tunggal, pengganti dan kombinasi.

Terapi suportif yang digunakan bergantung pada kondisi klinis, komplikasi dan atau penyakit yang menyertai. Dan yang paling banyak digunakan adalah antipiretik, analgesik untuk penurun panas pasien dan nyeri tenggorokan dan terapi cairan dan elektrolit untuk pengganti cairan tubuh.

Keberhasilan terapi ditandai dengan hilangnya gejala nyeri telan, pseudomembran, bullneck, pembesaran kelenjar getah bening (PKGB), dan hiperemi (100%) . Data klinik respiratory rate (RR) (88%) dan suhu (100%) turun ke batas normal. Data Lab. WBC (94%) turun ke batas normal. Tidak ada pertumbuhan pada swab tenggorok dan hidung pasien (100%).

Problema Terkait Obat (DRP) yang ditemui yaitu : DRP potensial : efek samping obat, tidak ada interaksi obat yang terjadi

selama terapi pada penelitian

KESIMPULAN

1

2

3

34

4

Page 35: presentasi skripsi

Perlunya penelitian lebih lanjut terhadap kualitas vaksin DPT yang beredar di pasaran terutama yang digunakan untuk menunjang program pemerintah.

Peningkatan upaya promotif terhadap vaksinasi DPT

SARAN

35

Page 36: presentasi skripsi

Daftar Pustaka

Alberta, 2011. Alberta Health and Wellness Public Health Notifiable Disease Management Guidelines.

Diphtheria Guideline. Government of Alberta

Arfijanto, M. V., Siti Irma Mashitah, Prihatini Widyanti, Bramantono, A Patient with Suspected Diphtheria .

Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease. 2010. Vol. 1, No. 2, p. 69-75.

Atkinson, W ., Hamborsky J, McIntyre L, Wolfe S,. 2007. Diphteria. In: Epidimiology and prevention of

Vaccine-Preventable disease (Pink book). p. 75-85

Basuki, Parwati S., Soegeng Soegijanto, Diphtheria. In: 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF

Ilmu Kesehatan Anak Edisi III Buku Satu. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo, p. 76-83.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Respiratory diphtheria-like illness caused by toxigenic

Corynebacterium ulcerans—Idaho, 2010.  MMWR  2011. p. 1-15

Cipolle, R.J., Strand, L.M and Morley, P.C., 1998. Pharmaceutical Care Practice. New York: McGraw Hill

Health Profession Division. P. 23-46

Cook, C., Gordon., Alimuddin L. Zumla., 2008. Manson’s Tropical Disease 22nd ed. Saunders Elsevier. p.

1132-1137

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2011. Difteri situasi terkini dan gerakan penanggulangannya di

Jawa Timur. Di akses dari http://

Dinkes.jatimprov.go.id/contentdetailed/9/1/131/difteri_situasi_ terkini_dan_gerakan_penanggulangannya_di_jawa_timur.html

. Diakses pada 18 november 2011. 36

Page 37: presentasi skripsi

37

Terima Kasih…