36
PRAKTIKUM VIII JUDUL : Identifikasi telur, skoleks dan proglotid cacing Kelas Cestoda (genus Taenia ) HARI, TANGGAL : Jum’at, 3 mei 2013 TUJUAN : 1. Membedakan Morfologi Proglotid Cestoda genus Taenia 2. Membedakan Morfologi Scolex cestoda genus Taenia 3. Identifikasi telur cestoda genus Taenia LANDASAN TEORI Cestoda atau cacing pita merupakan cacing dengan morfologi secara makroskopis menyerupai pita, termasuk kelas cestoda fillum Platyhelmintes. Habitat cacaing dewasa ini biasannya menempati saluran usus vetebarata dan larvanyan hidup di jaringan vetebrata dan invetebrata. Sifat-sufat umum cacing dewasa dapat digambarkan sebagai berikut : Bentuk badan cacaing dewasa memanjang menyerupai pita ,pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat cerna.bagian badan terbagi menjadi 3 bagian umu, yaitu : Bagian kepala (Skoleks), dengan alat pelekat dilengkapi dengan batil isap. Morfologi skoleks dapat digunakan sebagai identifikasi spesies. Leher yaitu tempat pertumbuhan badan.

Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

PRAKTIKUM VIII

JUDUL : Identifikasi telur, skoleks dan proglotid cacing Kelas Cestoda

(genus Taenia )

HARI, TANGGAL : Jum’at, 3 mei 2013

TUJUAN : 1. Membedakan Morfologi Proglotid Cestoda genus Taenia

2. Membedakan Morfologi Scolex cestoda genus Taenia

3. Identifikasi telur cestoda genus Taenia

LANDASAN TEORI

Cestoda atau cacing pita merupakan cacing dengan morfologi secara makroskopis

menyerupai pita, termasuk kelas cestoda fillum Platyhelmintes. Habitat cacaing dewasa ini

biasannya menempati saluran usus vetebarata dan larvanyan hidup di jaringan vetebrata dan

invetebrata.

Sifat-sufat umum cacing dewasa dapat digambarkan sebagai berikut :

Bentuk badan cacaing dewasa memanjang menyerupai pita ,pipih dorsoventral, tidak

mempunyai alat cerna.bagian badan terbagi menjadi 3 bagian umu, yaitu :

Bagian kepala (Skoleks), dengan alat pelekat dilengkapi dengan batil isap.

Morfologi skoleks dapat digunakan sebagai identifikasi spesies.

Leher yaitu tempat pertumbuhan badan.

Strobila, terdiri darai segmen segmen atau proglotid.tiao proglotid dewasa

mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap, sehingga Cestoda termasuk

cacing yang Hemaprodit.jumlah, ukuran dan bentuk proglotid berbeda berdasarkan spesies

dan stadium pertumbuhannya.

Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan

Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae.

Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia,

babi, sapi, dan kerba

Terdapat tiga spesies penting cacing pita Taenia, yaitu Taenia solium, dan Taenia

saginata, Kedua spesies Taenia ini dianggap penting karena dapat menyebabkan penyakit

Page 2: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

pada manusia, yang dikenal dengan istilah taeniasis dan sistiserkosis.Adapun perbedaan

antarspesies cacing pita Taenia dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Perbedaan antara Taenia solium, Dan Taenia saginata

No.

Keterangan Taenia solium Taenia saginata

1 Inang definitif dan habitat

Usus halus manusia Usus halus manusia

2 Inang antara Babi dan manusia Sapi (utama), kambing, domba

3 Nama tahap larva Cysticercus cellulosae

Cysticercus bovis

4 Ukuran panjang x lebar

(3-8)x 0,01 meter (4-15) x 0,01 meter

5 Jumlah segmen 700-1000 1000-2000

6 Jumlah telur 30.000-50.000 di setiap segmen

lebih dari 100.000 di setiap segmen

Gambar : Morfologi telur genus Taenia

Sumber : simple-med.blogspot.com

Siklus hidup

Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang

definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif

dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. Bila inang definitif

(manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan

mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing

yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis

Page 3: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

yang infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu

jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.

Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis adalah

penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat

menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan

oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi sementara Taenia saginata

dikenal juga sebagai cacing pita sapi.

Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia

(sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing pita babi

dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat

menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam

menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa Taenia

asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia.

Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah

matang yang mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia

dewasa dalam usus manusia. Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau

minuman yang mengandung telur Taenia solium. Hal ini juga dapat terjadi melalui proses

infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan.

Page 4: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Gambar : Siklus hidup Taenia Solium

Sumber : www.3.bp.blogspot.com/-RGq1GE4w_0I/

1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen tubuh

(proglotid ) cacing pita.

2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita (sistisekus).

3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita.

Penyebaran di Dunia

Cacing pita Taenia tersebar secara luas di seluruh dunia. Penyebaran Taenia dan kasus

infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki

curah hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. Taeniasis dan

sistiserkosis akibat infeksi cacing pita babi Taenia solium merupakan salah satu zoonosis di

daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi dan tingkat sanitasi

lingkungannya masih rendah, seperti di Asia Tenggara, India, Afrika Selatan, dan Amerika

Latin. Adapun kasus infeksi cacing pita Taenia di negara tropis

ALAT DAN BAHAN

Alat

Mikroskop cahaya atau mikroskop listrik

Atlas parasitologi medik

Bahan

Preparat awetan :

Proglotid cestoda genus Taenia

Scolex cestoda genus Taenia

Telur cestoda genus Taenia

LANGKAH KERJA

1. Amati preparat awetan proglotid, scolex dan telur genus Taenia bawah mikroskop

dengan pembesaran lemah terlebih dahulu ( 10 x 10 ) lalu dengan pembesaran 10x

40 !

2. Gambar hasil pengamatan pada kolom yang telah disediakan serta dengan

keterangan gambar yang memperlihatkan ciri khas !

HASIL PENGAMATAN

Page 5: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

GAMBAR

Skolex Taenia Solium

Ket gambar :

Skolex Taenia saginata

Ket gambar :

GAMBAR

Proglotid Taenia solium

Ket gambar :

Proglotid Taenia saginata

Ket gambar :

GAMBAR

Telur Genus Taenia

Page 6: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Ket gambar :

BAHAN DISKUSI

1. Jelaskan perbandingan skoleks proglotid dari cacing cestoda genus Taenia!

Jawab : - Taenia solium

a. Skoleks abatil isap memiliki rostelum dengan pengait.

b. Proglotid lebar segmen lebih besar dari panjang segmen ( organ genetalis

dalam segmen.

- Taenia saginata

a. 4 batil isap tanpa pengait

b. Panjang segmen 3x lebar segmen

c. Lubang genetalla disisi lateral

2.Sebutkan bentuk infektif dari :

a. Tenia solium adalah sistoserkus cellulosae

b.Taenia saginata adalah sistiserkus bavis

3. Apa yang dimaksud dengan bentuk diagnostik ? sebutkan bentuk diagnostik dari

cestoda genus taenia !

Jawab : Bentuk diagnistik : sustu bentuk dari cacing yang digunakan sebagai

bahan pemeriksaan

Bentuk diagnostik dari cestoda genus taenia adalah telur dan proglotid gravid.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :

a. Proglotid matur : alat kelaminnya sudah terbentuk ( dewasa ) sudah ada testis

dan ovariumnya.

b. Proglotid gravid : proglotid yang mengandung telur.

c. Proglotid imatur : sebelum dewasa ( belum ada alat kelamin )

d. Strobila : sekumpulan segmen atau proglotid cacing pita.

Page 7: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

5. Sebutkan bahan pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit

taeniasis serta bagaimana cara mendiagnosisnya ?

Jawab : Bahan pemeriksaanya adalah feses dan darah perianal ditemukan

potongan proglotid matang / telur.

Cara mendiagnostiknya : dengan tinta india / dengan cara penjernihan.

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang diamati hanya preparat telur taenia proglotid taenia

saginata, dan yang lainya dilihat dari jurnal dan atlas parasitologi.

KESIMPULAN

1.

Perbedaan Taenia Solium Taenia Saginata

1 Skoleks Mempunyai kait-

kait 4 batil isap

Tidak

mempunyai kait-

kait

2 Telur Embrionya

bergaris

radial,terdapat

embrio heksanan

Embrionya tidak

bergaris radial,

terdapat embrio

heksanan

3 Cabang uterus Cabang uterus

renggang

Cabang uterus

rapat

4 Larva Cystiserus

cellulose

Cystiserua bovis

PRAKTIKUM IX

Page 8: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

HARI, TANGGAL : Jumat, 10 Mei 2013

JUDUL : Identifikasi Telur, Skoleks dan Proglotid Cestoda

(Genus Hymenolepis) Echinococcus granulosus,

Diphyllobothrium latum

TUJUAN

1.)Membedakan Morfologi Proglotid, Skoleks, dan telur cestoda

genus Hymenolepis

2.) Identifikasi Morfologi telur dan proglotid Diphyllobothrium

latum

3.) Identifikasi Morfologi telur dan proglotid Echinococcus

granulosus

LANDASAN TEORI

1.) Genus Hymenolepis

Genus Hymenolepis merupakan cacing pita yang masih satu

ordo dengan genus Taenia yaitu ordo CYCLOPYLLIDEA. Terdapat

2 spesies penting, yaitu :

a.) Hymenolepis nana

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo                : Cyclophyllidea

Family             : Hymenolepididae

Genus              : Hymenolepis

Species            : Hymenolepis nana

(Gandasuda dan Srisasi, 2006)

Morfologi

Telur

Page 9: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Telur berbentuk bulat atau oval dengan diameter 30-45

mikron.Dinding telur terdiri dari 2 lapis yaitu membran luar

dan dalam (Makimian, 1996).

Gambar  Telur Hymenolepis nana

Sumber :

www.bobobo.blogspot.com/2011/11/hymenolepis-

nana.html

Cacing Dewasa

Hymenolepis nana berbentuk seperti benang dengan

ukuran 15 – 40 mm x 0,5 – 1 mm dan jumlah proglotid

mencapai yang 200.  Hymenolepis nanamemiliki skoleks dan

rostellum pendek yang retraktil. Bagian lehernya panjang dan

ramping. Hymenolepis nana memiliki 3 testis yang berada

pada bagian posterior dari setiap proglotid. Segmen

gravid Hymenolepis nanamengandung 80 – 180 butir telur

(Makimian, 1996).

Gambar  Cacing Dewasa Hymenolepis nana

Page 10: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Sumber : www.sodiycxacun.web.id/2010/06/hymenolepiasis-

nana.html

Siklus Hidup

Telur-telur dikeluarkan bersama tinja dengan cara

disintegrasi pelan-pelan dari segmen

gravid. Hymenolepis nana merupakan satu-satunya cacing

pita manusia yang  tidak membutuhkan hospes perantara.

Segmen gravid biasanya pecah di kolon sehingga telur dapat

dengan mudah ditemukan di

feses.TelurHymenolepis nana segera menjadi infektif ketika

dikeluarkan bersama tinja dan tidak dapat bertahan lebih dari

10 hari pada lingkungan luar. Ketika telur infektif tersebut

ditelan oleh orang lain, onkosfer yang terkandung di dalam

telur dilepaskan di usus kecil kemudian mempenetrasi vilus

dan berkembang menjadi larva sistiserkosis. Setelah villus

ruptur, sistiserkosis kembali ke lumen usus, lalu

mengeluarkan skoleks mereka, kemudian menempel ke

mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa lalu tinggal di

ileus (Maegraith B, 1995).

Autoinfeksi dapat terjadi pada

infeksi Hymenolepis nana, dimana telur mampu

mengeluarkan embrio heksakan mereka yang kemudian

menembus villus dan meneruskan siklus infektif tanpa melalui

lingkungan luar.Hal ini menyebabkan cacing dapat

memperbanyak diri dalam tubuh hospes. Masa hidup cacing

dewasa adalah 4-6 minggu, tetapi autoinfeksi internal

memungkinkan infeksi bertahan selama bertahun-

tahun. Cacing di dalam usus terdapat dalam jumlah 1.000

sampai 8.000 ekor.Jangka waktu hidupnya hanya 2 minggu

(Maegraith B, 1995).

Patologi dan Gejala Klinik

Page 11: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Parasit ini umumnya tidak menimbulkan gejala. Jumlah

cacing dalam jumlah besar pada mukosa usus akan dapat

menyebabkan iritasi mukosa usus. Kelainan yang timbul adalah

toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit dari cacing

yang masuk peredaran darah.Pada anak kecil dengan infeksi

berat, dapat menimbulkan keluhan pada organ saraf, sakit

perut yang dapat diikuti atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar

tidur dan pusing.

Epidemiologi

Cacing ini tersebar secara kosmopolit, tetapi lebih suka

daerah beriklim panas daripada dingin termasuk Indonesia.

Infeksi terjadi dari tangan ke mulut, tersering pada anak usia 15

tahun ke bawah. Kontaminasi dengan tinja tikus

perlu mendapat perhatian.Infeksi pada manusia selalu

disebabkan oleh telur yang tertelan dari benda-benda yang

kontak dengan tanah dari tempatbuang air atau langsung dari

anus ke mulut.

Daignosa Laboratorium

Diagnosa laboratorium dapat ditegakkan apabila

ditemukan telur atau bagian dari cacing dewasa dalam feses.

Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung atau dengan

cara tak langsung (konsentrasi). Pemeriksaan jumlah eosinifil

dalam darah hanya sebagai pendukung, biasanya pada kasus

infeksi parasit ini akan meningkat 8 – 16 %.

b.) Hymenolepis diminuta

N

O

Perbandingan Hymenolepis nana Hymenolepis

diminuta

Page 12: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

1. Panjang 25-40 mm (cacing pita

terkecil)

20-60 mm

2. Jumlah

Proglotid

± 200 buah ± 1000 buah

3. Telur Bentuk oval

berhialin, dengan

lapis membrane.

Dalam telur telur

terdapat embrio

heksakan yang

membawa 6 kait.

Membran sebelah

dalam mempunyai 2

penebalan dan dari

kedua kutub keluar

4-8 filamen yang

halus.

Bentuk oval

berhialin,

dengan lapis

membrane.

Dalam telur

telur terdapat

embrio

heksakan yang

membawa 6

kait.

Membran

sebelah dalam

mempunyai 2

penebalan dan

dari kedua

kutub tidak

terdapat

filament.

4. Proglotid

Matang (matur)

Berbentuk trapesium,

punya 1 lubang

kelamin disebelah kiri,

3 buah testis yang

bulat dan ovarium

berlobus dua.

Berbentuk

trapesium, ukuran

segmen lebih

besar. Punya 1

lubang kelamin

disebelah kiri, 3

buah testis yang

bulat dan ovarium

berlobus dua.

5. Proglotid Uterus berbentuk Uterus berbentuk

Page 13: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Gravid kantung irreguler

mengandung 80-180

telur.

kantung irreguler

6. Skoleks Bulat kecil mempunyai

rostellum kecil dan

reflaktil dengan 1 baris

kait kecil dan 4 batil

isap yang terbentuk

seperti mangkuk.

Berbentuk gada,

mempunyai

rostellum apical

yang rudimeter

tanpa kait dan

ada4 batil isap

kecil.

2.) Echinococcus granulosus

Kingdom : Animalia

Filum  : Platyhelminthes

Kelas  : Cestoda

Ordo  : Cyclophyllidea

Famili  : Taeniidae

Genus  : Echinococcus

Spesies  : Granulosus

Hospes dan Nama Penyakit

Hospes definitif dari Echinococcus granulosus adalah

hewan karnivora terutama anjing, srigala, dan lain-lain.

Sedangkan hospes perantaranya adalah manusia,

kambing, domba, sapi, dan lain-lain.

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cestoda ini adalah

echinococcosis atau penyakit hidatidosis (disebabkan

larvanya).

Penyebaran Geografis

Penyebaran infeksi Echinococcus granulosus tersebar di

seluruh dunia terutama di daerah pedesaan dan pinggiran

Page 14: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

yang daerah tersebut terdapat banyak anjing yang memakan

daging hewan yang mengandung kista hidatid.

Echinococcus granulosus memiliki fokus endemik di

Amerika Selatan yaitu pada peternakan domba dan sapi di

Argentina, Uruguay, Brazil Selatan, dan Chili.Kista Hidatid

seringkali menginfeksi anak-anak dan tumbuh terus tanpa

diketahui selama bertahun-tahun

Morfologi

Cacing dewasa berukuran kecil panjangnya 3-6 mm terdiri

dari skoleks, leher, dan sebuah strobila yang hanya terdiri

dari 3-4 segmen.

Gambar : Cacing dewasa E.granulosus

Sumber : www.commons.wikimedia.org

Perkembangan segmennya  yaitu immatur, matur, dan

gravid. Segmen gravidnya merupakan segmen terbesar

yang panjangnya 3-4 mm dan lebarnya 0,6 mm.

Page 15: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Gambar : Telur E. granulosus

Sumber : www.wikipedia.org/wiki/Echinococcus_granulosus

Skoleksnya terdiri dari 4 alat isap dengan rostelum yang

dilengkapi 2 deret kait yang melingkar.

Siklus Hidup

Cacing dewasa Echinococcus granulosus  (panjangnya 3 - 6

mm)  berada di usus halus hospes definitif misalnya anjing.

Lalu proglotid melepaskan telur yang keluar bersama feses. 

Kemudian tertelan oleh hospes intermediat yang sesuai (biri-

biri, kambing, babi, sapi, kuda, onta) setelah itu telur

menetas di usus halus dan onkosfer keluar  onkosfer

menembus dinding usus dan menuju sistem peredaran ke

berbagai organ, terutama hati dan paru-paru.

Di hati dan paru-paru onkosfer berkembang menjadi kista

kemudian berkembang secara berangsur-angsur,

menghasilkan protoskoleks dan anak kista yang mengisi

kista interior. 

Hospes definitif dapat terinfeksi dengan cara memakan

daging hospes intermediet yang mengandung kista hidatid. 

Setelah tertelan, protoskoleks  melakukan evaginasi, menuju

ke mukosa usus  dan berkembang menjadi cacing dewasa

setelah 32 sampai 80 hari kemudian proglotid melepaskan

telur.

Hospes intermediat terinfeksi dengan cara menelan telur

kemudian menetas menghasilkan onkosfer  pada usus dan

menjadi kista di dalam berbagai organ.

Page 16: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Gambar Siklus Hidup

Sumber : www.commons.wikimedia.org

Gejala Klinik

Echinococcus granulosus menginfeksi selama bertahun-

tahun sebelum kista membesar dan menyebabkan gejala

saat tersebar ke organ-organ vital.

Bila menginfeksi hati maka terjadi rasa sakit dan nyeri di

bagian abdominal, benjolan di daerah hati, dan obsruksi

saluran empedu.

Pada saat kista menginfeksi paru-paru menyebabkan dada

sakit dan batuk hemoptysis.

Kista yang menyebar ke seluruh organ dapat menyebabkan

demam, urtikaria, eosinofilia, dan syok anafilaktik. Kista

dapat menyebar hingga ke otak, tulang, dan jantung.

Pencegahan

Beberapa tindakan pencegahan dilakukan untuk menurunkan

insiden infeksi :

1.) Semua hewan yang menjadi hospes perantara ketika

selesai disembelih harus dibuang dan dijauhkan dari anjing

agar tidak dimakan sehingga tidak berkembang menjadi

cacing dewasa.

Page 17: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

2.) Ditekankan kesehatan perorangan untuk mencegah

tertelannya telur infektif yang terkontaminsi feses anjing,

karena telurnya sangat resisten terhadap desinfektan .

3.) Melakukan tindakan kontrol yang ekstensif untuk

mengurangi penularan penyakit hidatid.

4.) Program pendidikan dan penyuluhan terhadap masyarakat

5.) Mengobati hewan-hewan piaraan yang terinfeksi.

6.) Jangan bergaul erat dgn anjing sebagai sumber infeksi

7.) Meningkatkan kesadaran higienis dan sanitasi air.

8.) Menjaga kebersihan dan kesehatan hewan piaraan

terutama anjing dan kucing.

9.) Cara terbaik untuk menghindari infeksi manusia adalah

menghindari menelan makanan atau bahan lain yang

terkontaminasi dengan kotoran anjing.

ORDO PSEUDOPHYLLIDEA

Ordo pseudophyllidea memiliki 1 spesies, yaitu

klasifikasi Diphyllobothrium latum. Cestoda Ordo

pseudophyllidea ini berbeda dengan Ordo Cyclophyllidea

dalam hal bentuk skoleksnya.

Kingdom  : Animalia

Phylum               : Platyhelminthes

Class                  : Cestoda

Ordo                  : Pseudophyllidea

Family                 : Diphyllobothriidae

Genus                  : Diphyllobothrium

Species                : Diphyllobotrium latum

Hospes dan Penyebaran

Page 18: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Hospes definitif : manusia, anjing, kucing, serigala,anjing

laut,beruang,anjing hutan, dan hewan pemakan ikan.

Hospes perantara I : copepoda (Cyclops sp dan Diaptomus

sp).

Hospes perantara II : ikan.

Cacing dewasa hidup dalam ileum hospes definitive.

Dist.geografis : Amerika, Kanada, Eropa Tengah, Afrika

Tengah, Malaysia, Siberia dan Jepang.

Morfologi

Cacing dewasa:

1.) Panjang sampai 10 mm, 3000-4000 proglotid.

2.) Skolek : seperti sendok, mempunyai dua lekuk isap.

3.) Proglotid :

Lebar lebih panjang dari panjangnya.

Lubang uterus di bagian tengah proglotid.

Mempunyai lubang uterus.

Uterus panjang berkelok-kelok membentuk roset.

Gambar : Skolex & Proglotid D. latum

Sumber : www.e-cleansing.com

Page 19: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Gambar : Morfologi Proglotid D.latum

(Sumber : Atlas Parasitologi Kedokteran)

Page 20: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Sumber : www.e-cleansing.com

Telur :

o Mempunyai overkulum

o Sel-sel telur

o Menetas dalam air korasidium

o Memerlukan 2 hospes perantara

o Hospes perantara I : Cyclops dan Diaptomus(golongan

udang)

Berisi larva PROCERCOID

o Hospes Perantara II : ikan air tawar

Berisi larva PLEROCERCOID atau SPARGANUM

Gambar : Telur D. latum

Sumber : www.practicalscience.com

Perbedaan Morfologi

Ordo Pseudophyllidea Ordo Cyclophyllidea

• Skoleks 2 lekuk isap,

lubang genital &

uterus di tengah-

tengah proglotid

• Telur punya

• Skoleks dgn 4 batil

isap dengan

atautanpa rostellum

berkait-kait

• Lubang genital di

Page 21: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

operkulum, berisi sel

telur & kel. brsm tinja

• Di air sel telur menjadi

onkosfer, menetas &

kel. Korasidium

• Hospes.I (copepoda)

memakan korasidium

& brkmbang dlm tbh

Hp. II (ikan, kodok)

terus mjd sparganum

(btk infektif)

• Manusia terinfeksi dgn

memkn Hp.II yg mgndg

sparganum

• Yang trmsk jenis ordo

ini :

D. latum&D. Mansoni

pinggir proglotid,

unilateral atau

bilateral selang-seling

• Ruang uterus tidak

ada

• Telur berisi onkosfer

tumbuh dalam Hospes

perantara dan

menjadi bentuk

infektif

• Di Indonesia jenis yg

terpenting: cacing

pita sapi (T. saginata)

& cacing pita babi (T.

solium)

Siklus Hidup

Telur berkembang untuk beberapa minggu, coracidium

(onchosphere berkait 6 dilengkapi embriophore yang

bercilia) berada di air, kemudian dimakan h.i. I

cyclopid/diaptomid (berkembang menjadi procercoid) di

haemochole dalam 2-3 minggu selanjutnya h.i. I dimakan

h.i. II ikan (berkembang menjadi plerocercoid) di viscera

dan otot. H.i. II dimakan h.d dan menjadi dewasa dengan

periode prepaten 3-4 minggu

Page 22: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Gambar : Siklus Hidup Diphyllobothrium latum

Sumber : www.e-cleansing.com

ALAT DAN BAHAN

ALAT

Mikroskop cahaya atau mikroskop listrik

Atlas parasitology medik

BAHAN

Preparat Awetan

Proglotid, scolex, dan telur cestoda genus Hymenolepis

Proglotid dan Scolex Diphyllothrium latum

Proglotid dan Scolex Echinococcus granulosus

CARA KERJA

1.)Amati preparat awetan proglotid, scolex dan telur genus

Hymenolepis bawha mikroskop dengan pembesaran lemah

terlebih dahulu (10 x 10) lalu dengan pembesaran 10 x 40 !

2.)Gambar hasil pengamatan pada kolom yang telah disediakan

serta lengkapidengan keterangan gambar yang

memperhatikan ciri khas!

Page 23: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

HASIL PENGAMATAN

GAMBAR GAMBAR

Skolex H.nana Skolex H.diminuta

Keterangan :

Kait-kait

Rostelum

Bati Isap

Ciri Khas :

Berbentuk bulat kecil dam

memiliki kait-kait

Keterangan :

Rostelum

Batil Isap

Ciri Khas :

Berbentuk seperti ganda dan

bentuk rostelum rudimeter

GAMBAR GAMBAR

Proglotid H.nana Proglotid H.diminuta

Page 24: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Keterangan :

Uterus

Keterangan :

Uterus

GAMBAR GAMBAR

Telur H.nana Telur H.diminuta

Keterangan :

1. Filamen

2. Embrio heksakan

Keterangan :

1. Embrio heksakan

2. 2 lapisan membrane

GAMBAR GAMBAR

Proglotid D.latum Scolex D.latum

Page 25: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Keterangan :

1. Uterus

Keterangan :

1. Lekukan ventral

2. Leher

GAMBAR GAMBAR

Skolex E.granulosus Skolex E.granulosus

Keterangan :

1. Skoleks

2. Proglotid imatur

3. Proglotid matur

4. Telur (embrio)

Keterangan :

1. Kait-kaitil

2. Batil isap

GAMBAR

Kista Hydatid

Page 26: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Keterangan :

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini tidak ditemukan proglotid E.granulosis

dan skoleks D.latum

BAHAN DISKUSI

1.)Buat bagan perbedaan morfologi antara ordo Psedophyllidea

dan ordo Cyclophyllidea (bentuk telur,skoleks, ada tidaknya

lubang uterus pada proglotid,)!

Jawab:

Pebedaan Ordo Psedophyllidea Ordo

Cyclophyllidea

TELUR Beroverkulum melalui

lubang uterus dan

berembrio.

Tidak

beroverkulum

tetapi

berembrioker yang

bergaris dan

terdapat embrio

heksakan.

SKOLEKS

Lonjong seperti sendokk

tanpa batil isap tepi

mempunyai lekuk

ventral dan dorsal.

Ada batil isap ada

yang punya

rostellum dan

pengait ataupun

Page 27: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

tidak

PROGLOTID Ada lubang uterus dan

ovarium berbentuk

seperti roset (bunnga

rose)

Tidak ada lubang

uterus

2.) Jelaskan perbedaan siklus hidup antara ordo Psedophyllidea

dan ordo Cyclophyllidea !

Jawab :

Ordo Psedophyllidea : hospes perantara bias 1,2/3, telur tidak

berembrio dalam tinja → telur berembrio dalam air →

korasidium menetas dari telur →tertelan crutaceaa →

proserkoid dalam rongga badan crustacea → crustacea

dimakan oleh ikan air tawar → pleroserkoid dalam otot ikan →

tertelan manusia →skoleks melekat pada usus → cacing

dewasa di usus halus.

Ordo Cyclophyllidea : hospes perantara 1 tidak ada. Telur

berembrio dalam tinja → tertelan hospes perantara → keluar

onkosfer menembus dinding usus → kista hydatid di hati,

paru-paru dll → kista dalam organ termakan hospes definitive

→prostoskoleks dari kista → skoleks menempel diusus kecil →

cacing dewasa di usus.

3.) Jelaskan gejala klinik dan cara mendiagnosis penyakit :

a.) Hiemenolepiasis nana

Jawab :

Gejala Klinik : Infeksi berat, mengalami sakit perut

dengan tanpa gejala

Diagnostik : Menemukn telur dalam tinja.

b.) Hiemenolepiasis diminuta

Jawab :

Gejala Klinik : Secara tiba-tiba gangguan diare

ringan, gangguan gastrointestinal.

Page 28: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

Diagnostik : Telur dalam tinja

c.) Difilobotriasis

Gejala Klinik : Secara tiba-tiba menimbulkan

gangguan gastrol intestinal,

Diagnostik : Menemukan proglotid yang bergerak aktif

dalam tinja

4.)Sebutkan hospes perantara H.diminuta

Jawab :

Serangga berupa pinjal kumbang tepung, pinjal tikus

(xenopsylla shepatis), pinjal manusia (pulle x irritas)

5.) Jelaskan cara mendiagnosis penyakit Hiemenolepiasis serta

sebutkan bahan pemeriksaan yang bias dipakai untuk

mendiagnosis penyakit Hiemenolepiasis!

Jawab :

Cara mendiagnosia : Ditemukan telur dalam tinja

Bahan Pemeriksaan : Feses penderita

6.) Jelaskan perbedaan morfologi cacing dewasa genus

Hymenolepis dan E.granulosus

Jawab :

Cacing dewasa genus Hymenolepis ukurannya lebih panjang

dari E.granulosus dan cacing dewasa genus Hymenolepis

memiliki proglotid yang banyak sedangkan genus

E.granulosus hanya memiliki 1 proglotid imatur, 1 proglotid

matur, dan 1 progrotid gravid (yang merupakan proglotid

paling panjang dan lebar).

KESIMPULAN

Cara mendiagnosisinya menemukan telur dalam tinja, skoleks

melekat pada usus halus.Semua genus Hymenolepis,

Page 29: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

E.granulosus, D.Latem, mempunyai hospes perantara.Telur

H.nana terdapat 7-8 Filamen, telur H.diminuta tidak ada.

DAFTAR PUSTAKA

www.beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-

parasitologi/cestoda-cacing-pita/

www.sodiycxacun.web.id/2010/06/hymenolepiasis-

nana.html

www.asliarekprolink.wordpress.com/2013/03/15/laporan-

identifikasi-cacing/

www.bbobobo.blogspot.com/2011/11/hymenolepis-

nana.html

Page 30: Praktikum Viii & Ix (Cestoda)

www.3.bp.blogspot.com