Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
454
OPEN ACCES
Vol. 13No. 2: 454-463 Oktober 2020
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 454-463
Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di Maluku Utara
(Potential of Bioethanol Production from Local Agricultural Waste in
North Maluku)
Muhamad Sahman Hi. Luth1, Erna Rusliana Muhamad Saleh1 dan Nurjanna Albaar1
1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate -Indoensia Email: [email protected]; [email protected]; [email protected]
Info Artikel:
Diterima : 02 Des. 2020
Disetujui : 04 Des. 2020
Dipublikasi : 05 Des. 2020
Artikel Penelitian
Keyword:
Bioethanol production, local
agricultural waste, North Maluku.
Korespondensi:
Muhamad Sahman Hi. Luth
Universitas Khairun, Ternate -
Indonesia
Email:
Copyright© Oktober
2019 AGRIKAN
Abstrak. Masalah krisis energi dunia yang dihadapi banyak negara termasuk Indonesia dapat diatasi
dengan pemanfaatan sumber energi alternatif untuk dijadikan sebagai bahan bakar seperti bioetanol. Maluku
Utara salah satu wilayah di Indonesia yang banyak hasil pertaniannya termasuk limbahnya. Limbah
pertanian ini banyak mengandung karbohidrat yang berpotensi untuk diolah menjadi bioetanol. Penelitian
ini bertujuan untuk mereview penelitian-penelitian terkait produksi bioetanol dari limbah pertanian dan
melihat potensi produksi bioetanol dari limbah pertanian di Maluku Utara. Metode penelitian ini ditulis
berdasarkan studi pustaka. Sumber data pada penelitian ini berasal dari : 1). Jurnal penelitian terkait. 2).
Lembaga lembaga terkait (BPS Maluku Utara). Pengolahan data dilakukan pada penghitungan potensi
bioetanol yang dapat dihasilkan. Hasil kajian menunjukkan terdapat limbah sebanyak 190.276.660,746 ton
di Maluku Utara. Limbah pertanian ini jika dikonversi menjadi bioetanol, maka terdapat sebanyak
10.630.272,41 kiloliter bioetanol. Dengan demikian, Maluku Utara sangat berpotensi untuk produksi
bioetanol.
Abstract. The problem of the world energy crisis facing many countries, including Indonesia, can be
overcome by using alternative energy sources to be used as fuel such as bioethanol. North Maluku is one of
the regions in Indonesia that has a lot of agricultural products including waste. This agricultural waste
contains a lot of carbohydrates which have the potential to be processed into bioethanol. This study aims to
review research related to bioethanol production from agricultural waste and see the potential for
bioethanol production from agricultural waste in North Maluku. This research method is written based on
literature study. Sources of data in this study came from: 1). Related research journal. 2). Related
institutions (BPS Maluku Utara). Data processing is carried out in calculating the potential bioethanol
that can be produced. The results of the study showed that there were 190,276,660,746 tons of waste in
North Maluku. If converted into bioethanol, there will be 10,630,272.41 kiloliters of bioethanol. Thus,
North Maluku has the potential for bioethanol production.
I. PENDAHULUAN
Salah satu faktor penting di dalam
kehidupan manusia adalah energi. Krisis energi
dunia merupakan masalah yang sedang dihadapi
banyak negara termasuk Indonesia. Masalah ini
dapat diatasi dengan upaya pemanfaatan sumber
energi alternatif untuk dijadikan sebagai bahan
bakar. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No.5/2006, kurun waktu 2007-2010, pemerintah
menargetkan mengganti 1,48 miliar liter bensin
dengan bioetanol. Diperkirakan kebutuhan
bioetanol akan meningkat 10% pada tahun 2011-
2015, dan 15% pada tahun 2016-2025. Pada kurun
pertama 2007-2010 selama 3 tahun pemerintah
memerlukan rata-rata 30.833.000 liter
bioetanol/bulan. Saat ini bioetanol baru dapat
dipasok sebanyak 137.000 liter setiap bulannya
(0,4%). Hal ini berarti setiap bulan pemerintah
kekurangan pasokan 30.696.000 liter bioetanol
sebagai bahan bakar (Nurianti, 2007).
Bioetanol adalah cairan biokimia yang
bersumber dari karbohidrat dengan cara
fermentasi glukosa dengan menggunakan bantuan
mikroorganisme dilanjutkan dengan proses
destilasi. Bahan yang mengandung karbohidrat
dapat di peroleh dari limbah pertanian organik
yang didalamnya mengandung gula, pati, selulosa,
dan hemiselulosa. Limbah pertanian dan sampah
organik memerlukan penanganan dan
pemanfaatan secara serius agar tidak memberikan
dampak buruk terhadap lingkungan
(kesehatan/sanitasi serta estetika/keindahan).
Limbah pertanian umumnya mengandung pati,
selulosa, dan hemiselulosa yang cukup tinggi.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
455
Kandungan kimia limbah pertanian tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan baku dalam proses
pembuatan bioetanol (Khaidir, 2016).
Tanaman seperti pisang, singkong, jagung,
kakao, dan kelapa di Maluku Utara sangat
melimpah demikian juga limbahnya hal tersebut
sangat berpotensi untuk dijadikan bahan utama
dalam pembuatan bioetanol dan dapat
memberikan nilai tambah yang menguntungkan
dan bernilai ekonomi tinggi dalam upaya
pengembangan energi baru dan terbarukan dalam
hal ini untuk produksi bioetanol.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mereview hasil-hasil penelitian terkait produksi
bioetanol dari limbah pertanian dan melihat
potensi produksi bioetanol dari limbah pertanian
di Maluku Utara.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini ditulis berdasarkan hasil
kajian atau studi pustaka yang terkait dengan
bioetanol dari limbah pertanian lokal di Maluku
Utara. Metode penelitian meliputi pengambilan
data sekunder dari Badan Pusat Statistik berupa
data produksi pertanian, review jurnal terkait
dengan konversi bioetanol dari limbah pertanian
lokal, pengolahan data (penghitungan potensi
bioetanol yang dapat dihasilkan).
Komoditi pertanian yang dipilih merupakan
komoditi utama, yaitu komoditi pertanian lokal di
Maluku Utara. Komoditi tanaman perkebunan
yang dipilih adalah kelapa, dan kakao. Komoditi
bahan pangan pokok yaitu padi, jagung, dan ubi
kayu. Sedangkan untuk komoditi tanaman buah-
buahan meliputi nanas, pisang, dan durian. Nilai
potensi limbah dan potensi bioetanol yang dapat
diproduksi pada setiap komoditi diolah
berdasarkan jurnal-jurnal yang dijadikan
referensi.
Nilai limbah pertanian dari setiap komoditi
dihitung berdasarkan rumus (Susmiati, 2018) :
Jumlah limbah pada komoditi = Tingkat
produksi komoditi x % Nilai potensi limbah
Nilai bioetanol yang dapat dihasilkan dari
limbah pertanian yang ada pada setiap komoditi
(Susmiati, 2018) :
Jumlah bioetanol setiap komoditi = % Potensi
bioetanol x Jumlah limbah pada komoditi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Bioetanol
Bioetanol adalah cairan biokimia yang
diperoleh melalui proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat dengan menggunakan
bantuan mikroorganisme dilanjutkan dengan
proses destilasi. Bahan baku yang digunakan
adalah tanaman yang mengandung pati,
lignoselulosa, dan sukrosa. Dalam
perkembangannya produksi bioetanol yang paling
banyak digunakan adalah metode fermentasi dan
destilasi (Rizani, 2000).
Masyarakat pada umumnya lebih
mengetahui etanol atau etil sebagai alkohol
merupakan senyawa organik dengan rumus kimia
C2H5OH, dalam kondisi kamar, etanol berwujud
cairan yang tidak berwarna, mudah menguap,
mudah terbakar, mudah larut dalam air dan
tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik
golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia
etanol bergantung pada gugus hidroksil (Rizani,
2000).
Proses produksi etanol/bioetanol (alkohol)
bahan baku yang digunakan harus mengandung
pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses
konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut
air.Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses
pembuatannya dapat dibedakan berdasarkan zat
pembantu yang dipergunakan hidrolisa asam dan
hidrolisa enzim. Sedangkan hidrolisa asam
(misalnya dengan asam sulfat) kurang dapat
berkembang, sehingga proses pembuatan glukosa
dari pati-patian dipergunakan dengan hidrolisa
enzim. Dalam proses konversi karbohidrat
menjadi gula (glukosa) dilakukan dengan
penambahan air dan enzim, kemudian dilakukan
proses peragian atau fermentasi gula menjadi
etanol dengan menambahkan yeast atau ragi
(Nurdyastuti, 2008).
3.2. Tingkat Produksi Limbah Pertanian dan
Potensinya Sebagai Bahan Baku Bioetanol
Usaha pertanian merupakan salah satu
usaha yang menanam atau mengembangbiakan
tumbuhan untuk mendapatkan hasilnya dan
dijual untuk memenuhi kebutuhan pokok
misalnya pangan, dan kebutuhan-kebutuhan lain
yang merupakan kebutuhan tambahan.
Pengolahan hasil pertanian mulai dari proses
panen, sortasi, sampai dengan menjadi bahan atau
barang yang siap dikonsumsi hal ini akan
menyisakan bagian-bagian yang tidak
dimanfaatkan berupa limbah. Limbah pertanian
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
456
umumnya mengandung pati, selulosa dan
hemiselulosa yang cukup tinggioleh karena itu
limbah pertanian tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan baku dalam proses pembuatan bioetanol.
Konversi limbah pertanian menjadi bioetanol
telah dilakukan oleh beberapa peneliti
diantaranya adalah kulit pisang (Wusnahet al.,
2017), sabut kelapa (Jannahet al., 2017), tongkol
jagung (Fitrianiet al., 2013), kulit singkong (Erna et
al., 2016).
Ketersediaan limbah pertanian yang tinggi
menunjukan bahwa potensi bahan baku bioetanol
juga tinggi. Tabel 1 menunjukkan tingkat
produksi pertanian lokal di Maluku Utara untuk
beberapa bahan pokok pada tahun 2019 (Badan
Pusat Statistik, 2019), serta hasil perhitungan
jumlah limbah pertanian yang dapat dijadikan
sebagai bahan baku bioetanol serta potensi
bioetanol yang dapat dihasilkan dari limbah
tersebut.
Tabel 1. Potensi limbah pertanian lokal dan produksi bioetanol di Maluku Utara
Komoditi
Hasil
Produksi
(ton)
Potensi limbah Potensi bioethanol komoditi
Nilai
(%)
Jumlah
Limbah
(ton)***
Jenis Pustaka Nilai %
(v/b)
Pustaka Jumlah ***
Bioetanol
(kiloliter)
Pisang 86.267* 213
18.374,871 Batang,
tongkol,
daun
Bey-Ould Si
Said et al.,
(2016) Guerrero
et al., (2018)
4,4
Guerrero
et al.,
(2018)
808,494,324
Nenas 35.285* 77,5
27.345,875
Sampah
padatan
Seguí et al.,
(2018)
5,4
Seguí, et
al., (2018)
1.476.677,25
Durian 23.827* 79,48 189.376.99 Kulit
dan biji
Anggorowati et
al., (2015)
3,38
Anggoro
wati et al.,
(2015)
6.400.942,46
48
Kakao 960* 74 7.104 Kulit
kakao
Listyati, (2015) 10,9
Pratiwiet
al.,(2010)
774,336
Kelapa 21.000* 33,33 69.993 Sabut
kelapa
Anggorowti et
al., ( 2013)
0,013
Anggoro
wati et al.,
(2013)
9,09909
Padi
37.946*
150 56.919 Jerami
Jannah, (2010)
8,96
Hayuning
tyas et al.,
(2014)
5.099,9424
Jagung 11728,00*
*
30
351.840 Tongkol
jagung
Fachry et al.,
(2013)
1,3
Fachry et
al., (2013)
457.392
Singkong 30674,00*
*
12
368.088 Kulit
Erna et al.,
(2017)
6
Erna et
al., (2017)
2.208.528
Jumlah 190.276.660,746 10.630.272,41
*Data BPS Maluku Utara (2019)
** Data BPS Maluku Utara (2015)
*** Perhitungan (Susmiati, 2018)
3.3. Pengolahan Bioetanol dari Limbah Pertanian
dan Sampah Organik
Etanol (C2H5OH) merupakan salah satu
alternatif sumber energi yang dapat menggantikan
gasolin/bensin (C7H17) karena mempunyai
beberapa kelebihan. Etanol mengandung angka
oktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bensin yaitu 106-111, sehingga dapat digunakan
untuk meningkatkan oktan bensin menjadi 91-96.
Tingginya angka oktan pada etanol juga dapat
digunakan untuk mengurangi knocking atau
ketukan pada mesin selama proses pembakaran.
Nilai entalpi penguapan pada etanol 1177 kJ/kg
pada su-hu 60oC, sedangkan bensin 348 kJ/kg pada
suhu 60oC. Bioetanol juga lebih ramah lingkungan
karena mengandung 34,7% oksigen yang tidak
terdapat pada bensin, sehingga efisiensi
pembakaran bioetanol 15% lebih tinggi
dibandingkan dengan bensin (Zabed et al., 2017).
Bioetanol dapat diproduksi dari bahan-
bahan yang mengandung berupa gula, pati dan
lignoselulosa. Dalam proses pengolahannya secara
umum bahan baku diolah melalui tiga tahap
proses yang utama yaitu sakarifikasi, fermentasi
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
457
dan pemurnian. Proses sakarifikasi adalah proses
pengubahan bahan menjadi gula sederhana yang
dilakukan tergantung dari jenis bahannya. Proses
sakarifikasi diperlukan pada bahan yang
mengandung pati dan lignoselulosa namun tidak
diperlukan pada bahan yang mengandung gula.
Pada proses sakarifikasi terdapat proses
pretreatment (perlakuan awal) dan proses
hidrolisis yang tujuannya mengubah polisakarida
menjadi monosakarida. Setelah itu dilanjutkan
dengan proses fermentasi, yaitu pengubahan gula
menjadi etanol yang dilakukan oleh
mikroorganisme.Kemudian dilanjutkan dengan
proses pemurnian untuk memisahkan air dengan
etanol.(Zabed et al., 2017).
Proses pembuatan bioetanol dari limbah
pertanian secara umum dapat dilihat pada Gambar
1.
Gambar 1. Proses pembuatan bioetanol dari limbah pertanian secara umum (Susmiati, 2018).
Dalam peroses pembuatan bioetanol ada
beberapa macam mikroorganisme yang digunakan
misalnya bakteri :Clostridium acetobutylicum,
Klebsiella pnemoniae, Leuconoctocmesenteroides,
Sarcina ventriculi, Zymomonas mobilis,. Fungi :
Aspergillus oryzae, Aspergillus niger, Endomyces
lactis,Kloeckera sp., Kluyreromyces fragilis, Mucor
sp., Neurosporacrassa, Rhizopus sp., Saccharomyces
beticus, S. cerevisiae,S.ellipsoideus, S. oviformis, S.
saki, Torula sp. Bioetanol hasil fermentasi
kemudian destilasi dan dehidrasi sehingga
didapatkan etanol murni(Rahmawati 2010).Dalam
proses produksi bioetanol, ada beberapa macam
teknologi yang dikembangkan tergantung dari
jenis bahan baku yang tersediamisalnya
sakarifikasi simultan dan fermentasi (SSF),
prehydrolysis simultan sakarifikasi dan fermentasi
(PSSF), sakarifikasi simultan dan cofermentasi
(SSCF) dan konsolidasi bioprocessing (CBP)
(Chintaguntaet al., 2017).
Teknologi proses produksi etanol dari
limbah dan sampah organik yang bisa
dikembangkan secara terintegrasi untuk
mengoptimalkan proses yaitu (Hafid et al., 2017).
a. Separate Hydrolysis and Fermentation (SHF):
proses hidrolisis yang dilakukan terpisah dari
proses fermentasi, sehingga masing-masing
pada reaktor yang berbeda. Proses ini
memerlukan biaya yang cukup besar karena
proses hidrolisis merupakan tahapan tersendiri
yang perlu waktu, tenaga, investasi reaktor,
begitu juga dengan proses fermentasinya.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
458
b. Simultaneous Saccharification and Fermentation
(SSF): proses hidrolisis dan fermentasi pada
satu reaktor, sehingga menghemat waktu dan
biaya produksi. Produksi enzim dilakukan di
luar reaktor untuk hidrolisis dan fermentasi.
c. Consolidated Bioprocessing (CPB): hampir sama
dengan SSF yaitu proses hidrolisis dan
fermentasi dalam satu reaktor, akan tetapi di
dalam reaktor yang sama juga dilakukan
pertumbuhan mikroba/enzim penghidrolisis.
Untuk mendapatkan etanol yang optimal
harus memperhatika beberapa faktor pada proses
fermentasi menurut Desrosier (1987), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi prosesfermentasi,
antara lain adalah sebagai berikut :
a. pH
Mikroba tertentu akan tumbuh pada kisaran
pH yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Misalnya enzim selulase pada pH 4,5-5.
Demikian juga Saccharomyces cerevi-siae dapat
menghasilkan etanol dengan optimal pada pH 4
– 5 dan Zimomonas mobilis optimal pada pH 5 –
6.
b. Suhu
Suhu yang digunakan dalam fermentasi akan
mempengaruhi mikroba yang berperan dalam
proses fermentasi. Suhu optimal pada proses
fermentasi yaitu 350C dan 400C.
c. Oksigen
Derajat an aerobiosis adalah merupakan faktor
utama dalam pengendalian fermentasi.Bila
tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi
sel-sel khamir dipacu.Bila produksi alkohol
yang dikehendaki, maka diperlukan suatu
penyediaan O2 yang sangat terbatas.Produk
akhir dari suatu fermentasi sebagian
dapatdikendalikan dengan tegangan O2
substrat apabila faktor-faktor lainnyaoptimum.
d. Substrat
Mikroba memerlukan substrat yang
mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan
untuk pertumbuhannya. Proses pengolahan
limbah pertanian menjadi bioetanol dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Proses pengolahan limbah pertanian menjadi bioetanol
Jenis Limbah
Pertanian Proses pengolahan Sumber
Tongkol jagung Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan
destilasi
Delignifikasi, hidrolisis, fermentasi dan
destilasi
Mushlihah et al.,(2013)
Fachry et al.,(213)
Kulit singkong Delignifikasi, hidrolisis, fermentasi, destilasi Erna et al., (2017)
Sabut kelapa Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan
destilasi
Anggorowatiet al.,(2013)
Air kelapa Fermentasi destilasidan dehidrasi. Marlina et al., (2020)
Kulit pisang Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan
destilasi
Seftian et al,(2012)
Kulit kakao Pretreatment, hidrolisis,detoksifikasi,
fermentasi dan destilasi
Uyun, (2019)
Kulit nanas
Hidrolisis, detoksifikasi, fermentasi dan
destilasi
Pintoet al., (2016)
Kulit sukun Hidrolisis, fermentasi dan Evaporasi Fardianaet al., (2018)
Kulit pepaya fermentasi dan distilasi Nasrun et al., (2017)
Biji alpukat Hidrolisis, fermentasi dan destilasi Sukaryoet al.,(2018)
Biji salak Hidrolisis, fermentasi dan destilasi Anggraeni et al.,(2017)
Kulit durian Pretreatment, liquifikasi, sakarifikasi,
fermentasi, dan destilasi
Irhamni et al., (2015)
3.4. Karakteristik Bioetanol yang akan Dihasilkan
di Maluku Utara
Bioetanol merupakan cairan hasil proses
fermentasi gula dari sumber karbohidrat (selulosa)
menggunakan bantuan mikroba. Produksi
bioetanol dari tanaman yang mengandung
selulosa, dilakukan melalui proses konversi
lignoselulosa menjadi selulosa dengan beberapa
metode diantaranya dengan hidrolisis fisik, kimia,
dan biologi (Khairani, 2007).
Bioetanol yang akan dihasilkan di Maluku
Utara ini tidak berdampak buruk terhadap
masyarakat setempat karenabioetanol merupakan
bahan bakar alternatif yang memiliki keunggulan
mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
459
Bioetanol memiliki karakteristik mudah menguap,
mudah terbakar, larut dalam air, tidak
karsinogenik, dan tidak berdampak negatif pada
lingkungan. Karakteristik Bioetanol dari limbah
pertanian yang dapat dihasilkan di Maluku Utara
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Bioetanol
Jenis limbah
pertanian Pustaka Bietanol Glukosa Fermentasi Ragi pH
Tongkol jagung Mushlihah et al., (2013) 10,48% 12% 8 hari - 4-6
Kulit singkong Erna et al., (2017) 6,00% 9,9% 8 hari 14 g 4,5
Sabut kelapa Anggorowati et al.,(2013) 0,01289%. 17,4% 7 hari 1 g 5
Kulit kakao Uyun, (2019) 1,07%. 0,25% 72 jam 2 g 4.5-5
Kulit nanas Setyawatiet al., (2017) 3,965%. 5,1075% 10 hari 30 g 4-5
Kulit sukun Fardiana et al., (2018) 9%, 0,68% 3 hari 2 g 5
Biji alpukat Sukaryoet al.,(2018) 4 % - 9 hari -
Kulit pisang Seftian et al, (2012) 13,1154 %. - 5 hari 4 gr 5
Kulit durian Irhamniet al., (2015) 3,38 % - 48 jam - 4,5
Jerami padi Ariyaniet al., (2013) 6,405% 70,85 ppm 13 har 7 g 5
Biji salak Anggraeni et al., (2017) 11,2%. - 48 jam 2 g 5
Air kelapa Marlina et al., (2020) 29,71% 4,2555%. 3 hari 3 g 4,5
Kulit buah pepaya Nasrun et al., (2017) 6,234 %. - 4 hari 15 g 4,0-5,0
Bioetanol mempunyai manfaat untuk
dikonsumsi manusia sebagai minuman
beralkohol. Selain itu, bioetanol dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan
kandungan minimal 10 % etanol (Seftian et al.,
2012). Biaya produksi bioetanol di Maluku Utara
sendiri tergolong murah karena sumber bahan
baku berasal dari limbah pertanian yang memiliki
nilai ekonomis yang rendah (Novia et al., 2014).
Sifat fisik etanol secara umum dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Sifat Fisik Etanol
Parameter sifat fisik
Massa molekul relative
Titik beku
Titik didih normal
Dentitas pada 200C
Kelarutan dalam air 200C
Viskositas pada 200C
Kalor spesifik, 200C
Kalor pembakaran, 250C
Kalor penguapan 78,320C
46,07 g/mol
-114,10C
78,320C
0,7893 g/ml
sangat larut
1,17 cP
0,579 kal/g0C
7092,1 kal/g
200,6 kal/g
Sumber :Rizani(2000).
Pemanfaatan bioetanol diarahkan untuk
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
bauran energi nasional (national energy mix)
terutama sebagai bahan bakar pencampuran
ataupun pensubstitusi bensin. Pemerintah melalui
Dewan Standarisasi Nasional (DSI) telah
menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
untuk bioetanol dengan tujuan melindungi
konsumen (dari segi mutu), produsen.(BSN, 2012).
Standar Nasional Indonesia (SNI) bioethanol
disusun oleh Panitia Teknis Energi Baru dan
Terbarukan (PTEB) melalui tahapan baku tata cara
perumusan standar nasional. Penyusunan
bioetanol terdenaturasi untuk gasohol ini
dilakukan dengan memperhatikan standar sejenis
yang sudah berlaku di negara-negara lain yang
pemakaian bioetanolnya sudah luas dan mencapai
tahap komersial. Faktor lain yang juga
diperhatikan adalah keberagaman bahan baku
bioethanol di tanah air (BSN, 2012).
Bioenergi melalui proses/prosedur
perumusan standar dan terakhir dibahas dalam
Forum Konsensus Panitia Teknis Bioenergi di
Bali pada tanggal 1 Desember 2011, yang dihadiri
oleh anggota panitia teknis dan narasumber
terkait. SNI bioetanol ini merupakan revisi dari
SNI 7390:2008, bioethanol terdenaturasi untuk
gasohol, yang disusun dengan memperhatikan
masukan dari konsumen, produsen dan penyalur
serta standar sejenis yang sudah berlaku
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
460
dinegara-negara lain yang pemakaian
bioetanolnya sudah luas dan mencapai tahap
komersial. Secara substansial perubahan dari
SNI7390:2008 adalah perubahan syarat kadar
metanol, penambahan denaturan baru denatonium
benzoat, perubahan kadarair, perubahan kadar
klorin, dan penghapusan parameter pH(BSN,
2012).
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia (SNI)
bioetanol yang disusun oleh Panitia Teknis Energi
(SNI 7390:2012).
Tabel 5. Standar Nasional Indonesia (SNI 7390:2012)
No Parameter uji Satuan
Min/maks
Persyaratan
1. Kadar etanol %-v, min. 99,5 (setelah
didenaturasi dengan
denatonium benzoate)
94,0 (setelah
didenaturasi dengan
hidrokarbon
2. Kadar methanol %-v,maks 0,5
3. Kadar air %-v,maks 0,7
4. Kadar denaturan hidrokarbon atau
denatonium benzoate
%-v 2-5
4-10
5. Kadar tembaga (Cu) mg/L 0,1
6. Keasaman sebagai asam asetat mg/kg,maks 30
7. Tampakan Jernih dan terang, tidak ada
endapan dan kotoran
8. Kadar ion klorida(CI-) mg/L,maks 20
9. Kandungan belerang (S) mg/L,maks 50
10. Kadar getah purwa dicuci (washed gum) 5
Sumber : BSN (2012)
IV. PENUTUP
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Maluku Utara memiliki
potensi limbah pertanian yang mengandung pati,
gula dan selulosa tinggi yang merupakan bahan
baku pembuatan bioetanol. Hasil kajian yang
telah dilakukan, diketahui bahwa di Maluku Utara
tersedia limbah sebanyak 190.276.660,746 ton.
Ketersediaan limbah pertanian itu dapat
dikonversi menjadi bioetanol sebanyak 10.630.
272,41 kiloliter. Banyaknya sampah kemudian
dikonversi menjadi bioetanol maka di Maluku
Utara sangat berpotensi untuk produksi bioetanol.
Saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya
pembahasan lanjut tentang peluang pasar
bioetanol di Maluku Utara dan kajian
pemanfaatan bioetanol sebagai pengganti minyak
tanah.
REFERENSI
Andari, Y., Mulyadi, A. H., dan Puspawiningtyas, E. 2015. Pengaruh konsentrasi ragi dan waktu
fermentasi pada proses pembuatan bioetanol dari air kelapa. Prosiding Senatek Fakultas Teknik
Ump.
Anggraeni, Y., Supriadi, S., dan Mustapa, K. Pembuatan Bioetanol Dari Biji Salak (Salacca edulis)
Melalui Fermentasi. Jurnal Akademika Kimia, 6(3), 191-195.
Anggorowati, D. A., dan Dewi, B. K. 2013. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Sabut Kelapa Dengan
Metode Hidrolisis Asam dan Fermentasi Dengan Menggunakan Ragi Tape. Industri Inovatif :
Jurnal Teknik Industri, 3(2), 9–13.
Anggorowati, D. A., Pampang, H., dan Yunita, L. 2015. Potensi Limbah Kulit Durian Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Energi Alternatif.In Seminar Nasional Teknologi 2015 (pp. 843–850).Institut
Teknologi Nasional Malang.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
461
Anisah, D., Herliati, H., dan Widyaningrum, A. 2014.Pemanfaatan Sampah Sayuran Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Bioetanol. JURNAL KONVERSI, 3(1).
Ariyani, E., Kusumo, E., dan Supartono, S. 2013. Produksi Bioetanol dari Jerami Padi (Oryza sativa
L). Indonesian Journal of Chemical Science, 2(2).
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Pertanian Hortikultura Sayuran dan Buah-Buahan.Retrieved from
https://malut.bps.go.id/publication/2019/11/27.Html, Provinsi Maluku Utara.
(BSN).Badan Standarisasi Nasional 2012.Bioetanol Terdenaturasi untuk Gasohol (SNI 7390:2012).
Rancang Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Bey-Ould Si Said, Z., Haddadi-Guemghar, H., Boulekbache-Makhlouf, L., Rigou, P., Remini, H.,
Adjaoud, A., dan Madani, K. 2016. Essential Oils Composition, Antibacterial and Antioxidant
Activities of Hydrodistillated Extract of Eucalyptus Globulus Fruits.
Chintagunta, A. D., Ray, S., dan Banerjee, R. 2017. An Integrated Bioprocess for Bioethanol and
Biomanure Production from Pineapple Leaf Waste. Journal of Cleaner Production, 165, 1508–
1516. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.07.179.
Desrosier, N. W. 1987. Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas, Jakart . Indonesia Press.
Eni R., W.Sari, Rosdiana Moeksin, 2015. Pembuatan Bioetanol dari Air Limbah Cucian Beras
Mengunakan Metode Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi. Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Sriwijaya, Palembang.
Erna, E., Said, I., dan Abram, P. H. 2016. Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong (Manihot Esculenta
Crantz) melalui Proses Fermentasi. Jurnal Akademika Kimia, 5(3), 121-126.
Fachry, A. R., Astuti, P., dan Puspitasari, T. G. 2013.Pembuatan bietanol dari Limbah Tongkol Jagung
dengan Variasi Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu fermentasi. Jurnal Teknik Kimia, 19(1).
Fardiana, F., Ningsih, P., dan Mustapa, K. 2018.Analisis Bioetanol dari Limbah Kulit Buah Sukun
(Artocarpus altilis) dengan Cara Hidrolisis dan Fermentasi. Jurnal Akademika Kimia, 7(1), 19-22.
Fitriani, F., Bahri, S., dan Nurhaeni, N. 2013.Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil
Proses Delignifikasi. Natural Science: Journal of Science and Technology, 2(3).
Guerrero, A. B., Ballesteros, I.,dan Ballesteros, M. 2018. The Potential of Agricultural Banana Waste for
Bioethanol Production.Fuel, 213, 176–185. https://doi.org/10.1016/j.fuel.2017.10. 105.
Hafid, H. S., Rahman, N. A. A., Shah, U. K. M., Baharuddin, A. S., dan Ariff, A. B. 2017. Feasibility of
Using Kitchen Waste as Future Substrate for Bioethanol Production: A review. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 74, 671–686. https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.02. 071.
Hayuningtyas, S. K., Sunarto, dan Sari, A. L. A. 2014.Produk Bioetanol dari Jerami padi (Oryza sativa)
melalui Hidrolisis Asam dan Fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae.Bioteknologi, 11(1),
1–4. https://doi.org/10.13057/biotek/c110101.
Haryono, G., Sugiantoro, B., Farid, H., dan Tanoto, Y. 2010. Ekstrak Bahan Alam sebagai Inhibitor
Korosi. Ekstrak Bahan Alam sebagai Inhibitor Korosi.
Irhamni, I., Diana, D., Saudah, S., Mulyati, D., Suzanni, M. A., dan Ernilasari, E. 2017.Produksi Bioetanol
dari Limbah Kulit Durian.In Prosiding SEMDI-UNAYA (Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu
UNAYA) (Vol. 1, No. 1, pp. 281-288).
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
462
Jannah, A. M. 2010. Proses Fermentasi Hidrolisat Jerami Padi Untuk Menghasilkan Bioetanol. Jurnal
Teknik Kimia, 17(1).
Jannah, A. M. 2017. Pemanfaatan Sabut Kelapa Menjadi Bioetanol dengan Proses Delignifikasi Acid-
Pretreatment. Jurnal Teknik Kimia, 23(4), 245-251.
Khairani, R.,2007.Tanaman Jagung Sebagai Bahan Bio-fuel. Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknik.Universitas Indonesia.
Khaidir 2016. Pengolahan Limbah Pertanian Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Agricultural Waste
Processing As Alternative, Universitas Malikussaleh, Aceh.
Kumala Sari, R. 2019. Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida (HCl) dan Waktu Hidrolisis terhadap
Kandungan Glukosa dan Kadar Bioetanol dari Limbah Kulit Kakao (Theobroma cacao
L.) [Doctoral dissertation] Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Listyati, D. 2015. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani dari Kulit Buah Kakao.Sirkuler Inovasi:
Tanaman Industri Dan Penyegar, 3(3), 145–156.
Marlina, L., dan Hainun, W. N. 2020.Pembuatan Bioetanol dari Air Kelapa Melalui Fermentasi dan
Destilasi-Dehidrasi Dengan Zeolit. Jurnal TEDC, 14(3), 255-260.
Mardalis.1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara, Jakarta.
Mushlihah, S., dan Trihadiningrum, Y. 2013.Produksi Bioetanol dari Limbah Tongkol Jagung sebagai
Energi Alternatif Terbarukan.In Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VXIII (pp.
D–15–1 – D–15–8). Surabaya: Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
M. Nazir, 1988.Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nasrun, N., Jalaluddin, J., dan Mahfuddhah, M. 2017. Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi
terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya. Jurnal Teknologi
Kimia Unimal, 4(2), 1-10.
Novia, N., Windarti, A., dan Rosmawati, R. 2014. Pembuatan Bioetanol dari Jerami Padi Dengan Metode
Ozonolisis–Simultaneous Saccharification And Fermentation (SSF). Jurnal Teknik Kimia, 20(3).
Nurianti, Y. 2007. Pasok Langsung ke Pertamina.http://www.trubus-online.com diakses 27 Agustus 2020.
Nurdyastuti, I .2008.Prospek Pengembangan Biofuel sebagai Substitusi Bahan Bakar
Minyak.http://www.sinar harapan.com.diakses27 Agustus 2020.
Pinto, C. J., dan Katerina, F. J. 2016.Pembuatan Bioetanol dari Kulit Nanas. Jurnal Inovasi Proses, 1(2), 63-
67.
Pratiwi, Eka, P., Yatim, M., dan Edahwati, L. 2010.Pemanfaatan limbah kulit buah cokelat sebagai
bioethanol.In Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono “Ketahanan
Pangan dan Energi” (pp. 1–10). Universitas Pembangunan Veteran, Surabaya.
Purwati, L. S. 2016. Efektivitas Penggunaan Bioetanol dari Limbah Pulp Kakao (Theobroma cacao L.)
terhadap Lama Pembakaran Kompor bioetanol [Doctoral dissertation] Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Rahmawati, A. 2010.Pemanfaatan Limbah Kulit Ubi Kayu (Manihot Utilissima Pohl.) dan Kulit Nanas
(Ananas Comosus L.) pada Produksi Bioetanol Menggunakan Aspergillus Niger.Universitas
Sebelas MaretSurakarta.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
463
Retno, D. T., dan Nuri, W. 2011.Pembuatan Etanol dari Kulit Pisang.In Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya
Alam Indonesia (pp. 11–1 – 11–7).Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Rilek, N. M., Hidayat., N dan Sugiarto. Y. 2017. Hidrolisis Lignoselulosa Hasil Pretreatment Pelepah
Sawit (Elaeis guineensis Jacq) menggunakan H2SO4 pada Produksi Bioetanol.Jurnal Teknologi
dan Manajemen Agroindustri. 6 (2): 76-82.
Rizani, K. Z. 2000. Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi dan Inokulum (Saccharomyces cerevisiae) Pada
Proses Fermentasi Sari Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) untuk Produksi Etanol.Skripsi.
Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya,
Surabaya.
Seftian, D., Antonius, F., dan Faizal, M. 2012.Pembuatan Etanol dari Kulit Pisang Menggunakan Metode
Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia, 18(1).
Setyawati, H., dan Rahman, N. A. 2017.Bioetanol dari Kulit Nanas Dengan Variasi Massa Saccharomyces
Cereviceae dan Waktu Fermentasi. Bioethanol from Pineapple Peel with Saccharomyces
cereviceae Mass and Fermentation Time Variation.Institut Teknologi Nasional, Malang.
Sugiarta, I. K. A., Kusuma, I. G. B. W., dan Santhiarsa, I. G. N. N. 2017. Pengujian Alat Konversi Sampah
Menjadi Etanol. Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional Dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin, 3(1),
53–59.
Seguí Gil, L., dan Fito Maupoey, P. 2018. An Integrated Approach for Pineapple Waste
Valorisation.Bioethanol Production and Bromelain Extraction from Pineapple Residues.Journal
of Cleaner Production, 172, 1224–1231. https://doi.org/10. 1016/j.jclepro.2017.10.284.
Sukaryo, S., dan Subekti, S. 2018. Bioetanol dari Limbah Biji Alpokat di Kabupaten Semarang. Neo
Teknika, 3(1).
Sukowati, A., Sutikno, dan Rizal, S. 2014. Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang melalui Hidrolisis Asam
Sulfat. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian, 19(3), 274–288.
Susanti, A. D., Prakoso, P. T., dan Prabowo, H. 2013. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Nanas Melalui
Hidrolisis Dengan Asam. Ekuilibrium Journal of Chemical Engineering, 12(1), 11-16.
Susmiati, Y. 2018. Prospek Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian dan Sampah Organik. Industria:
Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 7(2), 67-80.
Uyun, V. Q. 2019. Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4) dan Waktu Hidrolisis terhadap
Kandungan Glukosa dan Kadar Bioetanol dari Limbah Kulit Kakao (Theobroma cacao
L.) Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widyatmoko, H., dan Duhita, S. A. 2012.Pembuatan Etanol dari Limbah Ampas Kelapa dengan
Menggunakan Rhizopus olisgoporus dan Saccharomyces cereviseae dengan Penambahan
Phospat.Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology, 6(1), 15–22.
Wusnah, W., Bahri, S., dan Hartono, D. 2017.Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok (Musa
acuminata BC) secara Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 5(1), 57-65.
Zabed, H., Sahu, J. N., Suely, A., Boyce, A. N., dan Faruq, G. 2017. Bioetanol Production from Renewable
Sources: current Perspectivesand Technological Progress. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 71, 475–501.